47
PERTUMBUHAN BALITA OLEH : Dr. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

PERTUMBUHAN BALITA

OLEH :

Dr. Nurhaedar Jafar, Apt, M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU GIZIFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2016

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan
Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

DAFTAR ISI

ContentsBAB I....................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.................................................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................4

1. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................5

2. TUJUAN PENULISAN.............................................................................................................6

BAB II...................................................................................................................................................7

PEMBAHASAN...................................................................................................................................7

A. Pengertian Balita........................................................................................................................7

B. Pertumbuhan Balita...................................................................................................................7

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan balita.............................................................8

D. Teori dan Prinsip Pertumbuhan................................................................................................14

E. Parameter dan cara penilaian pertumbuhan..............................................................................15

F. Kebutuhan gizi pada Balita......................................................................................................22

G. Masalah gizi pada Balita..........................................................................................................23

BAB III................................................................................................................................................29

KESIMPULAN...................................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................30

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak, karena pada umumnya aktivitas fi sik yang

cukup tinggi dan masih dalam proses belajar. Apabila intake zat gizi tidak terpenuhi

maka pertumbuhan fi sik dan intelektualitas balita akan mengalami gangguan, yang

akhirnya akan menyebabkan mereka menjadi generasi yang hilang (lost generation), dan

dampak yang luas negara akan kehilangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

(Welasasih and Wirjatmadi 2012).

Menurut Dorice M. dalam Waspadji (2003), bahwa status gizi optimal adalah

keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat gizi. Dengan demikian

asupan zat gizi Memengaruhi status gizi seseorang. Status gizi adalah keadaan kesehatan

individu yang ditentukan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan zat

gizi. Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang .Banyaknya faktor

yang berhubungan dengan pertumbuhan linier atau tinggi badan anak balita, maka dalam

penelitian ini variabel yang akan diteliti meliputi karakteristik balita dan orang tua balita,

tingkat konsumsi zat gizi balita, riwayat menyusui dan pola konsumsi balita, pola asuh

keluarga terhadap balita, kejangkitan penyakit infeksi, dan praktek hygiene sanitasi ibu

pada balita (Welasasih and Wirjatmadi 2012).

Status gizi stunting disebut juga sebagai gizi kurang kronis yang menggambarkan

adanya gangguan pertumbuhan tinggi badan yang berlangsung pada kurun waktu cukup

lama. Pada kelompok balita stunting sebagian besar balita berada pada kelompok umur

23–36 bulan, kemungkinan mereka pernah mengalami kondisi gizi kurang pada saat

berada di tahapan usia 12–24 bulan atau bahkan sebelumnya. Dengan demikian

manifestasi stunting semakin tampak pada mereka saat berada pada tahapan usia 23–36

bulan. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Soetjiningsih (2005), bahwa umur yang

paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah

terjadi kurang gizi. Masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak

sehingga diperlukan perhatian khusus. Selain itu, masa balita adalah masa yang cukup

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

penting karena pada kelompok usia balita mengalami proses perkembangan dan

pertumbuhan yang cepat dan menentukan kualitas anak di kemudian hari dalam

menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sedangkan pada kelompok umur

6–23 bulan merupakan kelompok umur yang sedang mengalami pertumbuhan kritis.

Oleh karenanya penanganan gizi kurang pada kelompok umur ini (6–23 bulan) menjadi

lebih diperhatikan karena apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengalami

kegagalan tumbuh (growth failure) (Depkes 2000).

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah satu kegiatan utama program

perbaikan gizi, menitikberatkan pada upaya pencegahan dan peningkatan keadaan gizi

balita (EVITA and Abidillah Musyid 2009). Keaktifan balita ke posyandu sangat besar

pengaruhnya terhadap pemantauan status gizi. Posyandu merupakan kegiatan rutin yang

dilakukan bulanan, balita yang setiap bulan aktif ke posyandu akan mendapatkan

penimbangan berat badan, pemeriksaan kesehatan jika ada masalah, pemberian makanan

tambahan dan penyuluhan gizi. Balita yang rutin dilakukan penimbangan berat badan

dan tinggi badan setiap bulannya, akan diketahui perubahan status gizinya. Anak sehat

adalah anak yang berat badannya mengalami kenaikan karena pertambahan tinggi badan

bukan karena anak semakin gemuk. Kehadiran ke posyandu bisa menjadi indikator

terjangkaunya pelayanan kesehatan pada balita, karena dengan hadir rutin balita akan

mendapat imunisasi dan program kesehatan lain seperti vitamin A dan kapsul yodium.

Dengan tercakupnya balita dengan program kesehatan dasar maka diharapkan balita

terpantau perkembangan dan pertumbuhannya, minimal selama masa balita, di mana

masa ini adalah masa rawan/rentan terhadap penyakit infeksi dan rentan terkena penyakit

gizi (Welasasih and Wirjatmadi 2012).

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimanakah :

1. Pengertian Balita

2. Pertumbuhan Balita

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan balita

4. Teori dan Prinsip Pertumbuhan

5. Parameter dan cara penilaian pertumbuhan

6. Kebutuhan gizi pada Balita

7. Masalah gizi pada Balita

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

C. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui Pertumbuhan Balita.

2. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan balita.

3. Untuk mengetahui Teori dan Prinsip Pertumbuhan.

4. Untuk mengetahui Parameter dan cara penilaian pertumbuhan.

5. Untuk mengetahui Kebutuhan gizi pada Balita.

6. Untuk mengetahui Masalah gizi pada Balita

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Balita

Adapun pengertian BALITA yaitu :

Bawah Lima Tahun atau sering disingkat sebagai Balita merupakan salah

satu periode usia manusia setelah bayi dengan rentang usia dimulai dari dua sampai

dengan lima tahun , atau biasa digunakan perhitungan bulan yaitu usia 24-60 bulan.

Periode usia ini disebut juga sebagai usia prasekolah. Pertambahan berat

badan menurun, terutama diawal balita. Hal ini terjadi karena balita

menggunakan banyak energi untuk bergerak (Wikipedia 2016).

Milyatani menyebutkan bahwa Balita adalah masa anak mulai berjalan dan

merupakan masa yang paling hebat dalam tumbuh kembang, yaitu pada usia 1

sampai 5 tahun. Masa ini merupakan masa yang penting terhadap

perkembangan kepandaian dan pertumbuhan intelektual (Mitayani 2010).

Menurut Depkes RI (2009) yang berada pada kategori mur 0 - 5 tahun.

Menurut Profil Kesehatan (2013), balita merupakan anak yang usianya 

berumur antara satu hingga lima tahun. Saat usia balita kebutuhan akan

aktivitas hariannya masih tergantung penuh terhadap orang lain mulai dari

makan, buang air besar maupun air kecil dan kebersihan diri. Masa balita

merupakan masa yang sangat penting bagi proses kehidupan manusia. Pada

masa ini akan berpengaruh besar terhadap keberhasilan anak dalam proses

tumbuh kembang selanjutnya.

B. Pertumbuhan Balita

Secara umum pertumbuhan setiap anak berbeda-beda, namun prosesnya

senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni (Erly 2015):

1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).

Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung kaki, anak akan berusaha

menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.

2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak

akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam,

sebelum ia mampu meraih benda dengan jemarinya.

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-

lain. Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif.

Pada konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan

intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses multiplikasi organ

tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

1. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

2. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

3. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.

4. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

5. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan sebagainya.

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis. Sebaliknya,

berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara proporsional pada tiap bulannya.

Ketika didapati penambahan ukuran tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya

berlangsung baik. Sebaliknya jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal

terjadinya gangguan atau hambatan proses pertumbuhan. Cara mudah mengetahui

baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita adalah dengan mengamati grafik

pertambahan berat dan tinggi badan yang terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

Dengan bertambahnya usia anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya.

Cara lainnya yaitu dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi

dan balita telah dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University dan Wolanski.

Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah dimodifikasi agar sesuai untuk kasus

anak Indonesia.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan balita

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dari waktu ke waktu (baik

berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya) dan merupakan gambaran

tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi seorang anak dalam

proses tumbuh (Aritonang 2003).

Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak, karena pada umumnya aktivitas fi sik

yang cukup tinggi dan masih dalam proses belajar. Apabila intake zat gizi tidak

terpenuhi maka pertumbuhan fisik dan intelektualitas balita akan mengalami

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

gangguan, yang akhirnya akan menyebabkan mereka menjadi generasi yang hilang

(lost generation), dan dampak yang luas negara akan kehilangan sumber daya manusia

(SDM) yang berkualitas. Hasil Riskesdas Indikator status gizi TB/U (gizi kurang

kronis) menggambarkan adanya gangguan pertumbuhan pada tinggi badan yang

berlangsung pada kurun waktu yang cukup lama tahun 2007 diperoleh keterangan

bahwa prevalensi balita menurut indeks TB/U menunjukkan bahwa prevalensi balita

pendek masih cukup tinggi yaitu sebesar 36,5%. Berdasarkan analisa lebih lanjut

diketahui bahwa 18,4% balita yang BB/U kurang ternyata dikontribusi oleh 12,42%

balita pendek dan hanya 4,82% tidak pendek. Hal ini menunjukkan bahwa balita yang

status gizinya pendek memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap terjadinya

status gizi kurang berdasarkan indeks BB/U (Basuni, 2009) (Welasasih and

Wirjatmadi 2012).

Banyaknya faktor yang berhubungan dengan pertumbuhan linier atau tinggi

badan anak balita, maka dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti meliputi

karakteristik balita dan orang tua balita, tingkat konsumsi zat gizi balita, riwayat

menyusui dan pola konsumsi balita, pola asuh keluarga terhadap balita, kejangkitan

penyakit infeksi, dan praktek hygiene sanitasi ibu pada balita (Welasasih and

Wirjatmadi 2012).

Secara normal pertumbuhan dan perkembangan antara anak yang satu dengan

yang lain pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengauhi oleh interaksi banyak

faktor. Menurut Soetjiningsih faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor

eksternal/lingkungan (pra natal dan pasca natal) (Soetjiningsih and Gde 2005;

Kusminarti 2009).

1. Faktor dalam (internal), meliputi :

Genetik Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir

proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel

telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.

Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan

terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk

faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik,

jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

2. Faktor eksternal (luar) meliputi :

a. Lingkungan Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan

tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan

memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan lingkungan yang kurang baik

akan menghambatnya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi

lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di dalam kandungan (faktor

pranatal) dan lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak setelah lahir

(faktor postnatal).

a.) Faktor Lingkungan Pranatal

1) (Gizi Ibu pada waktu hamil Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya

kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering

menghasilkan bayi BBLR/lahir mati, menyebabkan cacat bawaan,

hambatan pertumbuhan otak, anemia pada bayi baru lahir,bayi baru

lahir mudah terkena infeksi, abortus dan sebagainya (Soetjiningsih,

1995:3).

2) Mekanis Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam

uterus dapat menyebabkan kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul,

tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes (Soetjiningsih,

1995:3).

3) Toksin/zat kimia Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan

bawaan pada bayi antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta

logam berat lainnya (Soetjiningsih, 1995:3).

4) Endokrin Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan

janin, adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-

peptida lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari

hormon tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan

terjadinya gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga

terjadi retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain (Soetjiningsih,

1995:3).

5) Radiasi Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat

menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat

bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat

menyebabkan cacat bawaan pada anaknya (Soetjingsih, 1995:4).

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

6) Infeksi Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi

intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH,

sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada

janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain

(Soetjingsih, 1995:4).

7) Stress Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat

mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan,

kelainan kejiwaan dan lain-lain (Soetjingsih, 1995:4).

8) Imunitas Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan

abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati (Soetjingsih,

1995:4).

9) Anoksia embrio Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan

pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan BBLR (Soetjingsih,

1995:4).

b.) Faktor Lingkungan Postnatal Lingkungan postnatal yang mempengaruhi

tumbuh kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi :

1. Lingkungan biologis, yang dimaksud adalah:

1) ras/suku bangsa, bangsa eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih

tinggi daripada bangsa asia

2) jenis kelamin, laki-laki lebih sering sakit daripada perempuan namun

belum diketahui alasannya.

3) Umur umur yang paling rawan adalah balita maka anak mudah sakit

dan terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar

pembentukan kepribadian anak sehingga diperlukan perhatian khusus

(Soetjiningsih, 1995:6).

4) Gizi Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang

anak, dimana kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena

makanan bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana

dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security) keluarga. Satu

aspek yang penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan pangan

(food safety) yang mencakup pembebasan makanan dari berbagai

”racun” fisika, kimia, biologis yang kian mengancam kesehatan

manusia (Soetjingsih, 1995:7).

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

5) Perawatan kesehatan perawatan kesehatan yang teratur tidak hanya saat

anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara

rutin akan menunjang tumbuh kembang anak (Soetjingsih, 1995:7).

6) Fungsi metabolisme Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang

mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka

kebutuhan akan berbagai nutrien harus didasarkan atas perhitungan

yang tepat atau setidak-tidaknya memadai (Soetjiningsih, 1995:7).

7) Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun Bila jarak kelahiran dengan anak

sebelumnya kurang dari 2 tahun, rahim Ibu belum pulih dengan baik.

Kehamilan dalam keadaaan ini perlu diwaspadai karena ada

kemungkinan pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan

lama/ perdarahan (Soetjiningsih, 1995:5).

8) Riwayat Balita Berat Lahir rendah (BBLR) Ibu yang lingkar lengan

atas kurang dari 23,5 cm perlu diwaspadai karena berarti Ibu mungkin

menderita kekurangan energi kronik (KEK) atau 23 kekurangan gzi.

Bila hamil Ibu akan melahirkan bayi berat lahi rendah (BBLR) dan

pertumbuhan perkembangan janin terhambat. Anak yang lahir dari Ibu

yang gizinya kurang dan hidup di lingkungan miskin akan mengalami

kurang gizi dan mudah terkena penyakit infeksidan selanjutnya

mengahasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badannya kurang

(Soetjiningsih, 1995:3).

9) Riwayat persalinan Ibu Bila Ibu hanil pernah mengalami kehamilan

dan persalinan yang bermasalah sebelumnya, Ibu perlu memperhatikan

riwayat perdarahan, kejang-kejang, demam tinggi, persalinan lama

(>12 jam), melahirkan dengan caesar, bayi lahir mati akan

mempengaruhi pertumbuhan janin (Soetjiningsih, 1995:3).

2. Faktor Fisik, antara lain :

1) Sanitasi Sanitasi lingkungan mempunyai peran yang cukup dominan

dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan anak dan

tumbuh kembangnya. Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun

lingkungan memegang peranan penting dalam timbulnya penyakit.

Akibat kebersihan yang kurang, maka anak akan sering sakit, misalnya

diare, kecacingan, dan sebagainya. Demikian pula dengan polusi udara

baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan, atau asap rokok dapat

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA. Apabila anak

sering menderita sakit maka tumbuh kembangnya akan terganggu

(Soetjiningsih, 1995:8).

2) Cuaca Musim kemarau yang panjang atau adanya bencana alam

lainnya dapat berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain

sebagai akibat gagal panen sehingga banyak anak kurang gizi.

Demikian pula gondok endemik banyak ditemukan pada daerah

pegunungan, dimana air tanahnya kurang mengandung yodium

(Soetjiningsih, 1995:8).

3. Faktor Psikososial, antara lain :

1) Stimulasi Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang

anak. Anak yang mendapatkan stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih

cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang atau tidak mendapat

stimulasi (Soetjiningsih, 1995:9).

2) Kualitas interaksi anak-orangtua Interaksi timbal balik antara anak dan

orangtua akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Interaksi tidak

ditentukan oleh seberapa lama kita bersama anak, tetapi lebih ditentukan oleh

kualitas dari interaksi tersebut, yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-

masing dan upaya optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi

oleh rasa saling menyayangi (Soetjiningsih, 1995:10).

4. Faktor keluarga dan adat istiadat, antara lain :

1) Pekerjaan/ Pendapatan keluarga (orangtua) Pendapatan keluarga yang

memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orangtua dapat

menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder

(Soetjiningsih, 1995:10).

2) Pendidikan Ayah/Ibu Pendidikan orangtua merupakan salah satu faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik

maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang

cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, atau

pendidikannya (Soetjiningsih, 1995:10).

3) Pengetahuan Ibu Pemilihan makanan dan kebiasaan diet, dipengaruhi oleh

pengetahuan, sikap terhadap makanan, dan praktik-praktik. Pengetahuan

tentang nutrisi melandasi pemilihan makanan dan mempunyai asosiasi positif

dengan pengembangan pola-pola konsumsi makanan dalam keluarga.

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

Beberapa studi menunjukkan bahwa apabila pengetahuan ibu tentang nutrisi

dan praktik-praktiknya baik, maka usaha untuk memilih makanan yang

bernilai nutrisi makin meningkat. Ibu rumah tangga yang mempunyai

pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih bergizi daripada yang

kurang bergizi (Mulyono Joyomartono, 2005:98).

D. Teori dan Prinsip Pertumbuhan

1. Teori Pertumbuhan

a. Teori Deprivasi Pertumbuhan (Konvensional)

Mendeskripsikan pertumbuhan sebagai suatu patokan yang pasti, seorang

anak telah memiliki patokan tersebut sejak lahir, yang bersifat tunggal dan

ia akan tetap berada pada kurva pertumbuhan tersebut selama hidupnya

dan ia akan jatuh ke keadaan terganggu manakala faktor lingkungannya

tiak mendukung

b. Teori Homeostatik Pertumbuhan

Menjelaskan bahwa faktor genetic berperan dalam memberikan ruang

pertumbuhan potensial, suatu kawasan berspektrum luas. Faktor

lingkungan membentuk kurva pertumbuhan pada kawasan tersebut,

dikontrol oleh mekanisme homeostatik

c. Teori Potensi Pertumbuhan Optimal

Mendeskripsikan bahwa faktor genetic menyediakan batas atas kurva

pertumbuhan, yang apabila faktor lingkunagan seorang anak mendukung

pertumbuhannya akan tercapai, sebaliknya kelemahan faktor lingkungan

dapat memnyebabkan tidak tercapainya kurva pertumbuhan maksimal

2. Prinsip Pertumbuhan

Menurut Sutterly Donnely (1973) terhadap 10 prinsip dasar pertumbuhan:

a. Pertumbuhan adalah kompleks, semua aspek-aspeknya berhubungan

sangat erat

b. Pertumbuhan mencakup hal-hal kuntitatif dan kualitatif

c. Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara

teratur

d. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat keteraturan arah

e. Tempo pertumbuhan tiap anak tidak sama

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

f. Aspek-aspek berbeda dari pertumbuhan, berkembang pada waktu dan

kecepatan berbeda

g. Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasikan oleh faktor

intrinsic dan ekstrinsik

h. Pada pertumbuhan dan perkembangan terdapat masa-masa krisis

i. Pada suatu organism akan kecenderungan untuk mencapai potensi

perkembangan yang maksimum

j. Setiap indivisu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik

E. Parameter dan cara penilaian pertumbuhan

Untuk memantau keadaan gizi masyarakat, kelompok anak balita merupakan

parameter yang sangat sesuai karena dinilai berada pada masa yang cukup sensitif.

Hal ini berhubungan erat dengan konsumsi energi dan protein yang merupakan dua

jenis zat gizi yang paling sering menimbulkan masalah gizi kesehatan pada skala

nasional atau daerah luas regional di Indonesia (Sediaoetama 2008). Masa balita

merupakan masa kritis dalam upaya menciptakan SDM yang berkualitas. Gagal

tumbuh yang terjadi akibat kurang gizi pada masa-masa emas ini akan berakibat

buruk pada kehidupan balita di masa yang akan datang dan sulit diperbaiki (Shekar,

Heaver et al. 2006; Erni and Rialihanto 2008).

Status gizi terutama ditentukan oleh ketersediaan zatzat gizi pada tingkat sel

dalam jumlah yang cukup dan kombinasi yang tepat yang diperlukan tubuh untuk

tumbuh, berkembang, dan berfungsi normal. Oleh karena itu, pada prinsipnya status

gizi ditentukan oleh dua hal, yaitu: asupan zat-zat gizi yang berasal dari makanan

yang diperlukan tubuh serta peran faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,

penyerapan, dan penggunaan zat-zat gizi tersebut (Erni and Rialihanto 2008;

Waspadji, Suyono et al. 2010).

Pemantauan pertumbuhan memerlukan standar yang tepat yang bertujuan

untuk mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan, memantau status gizi serta

dapat meningkatkan gizi anak, menilai dampak kegiatan intervensi medis dan nutrisi,

serta deteksi dini penyakit yang mendasari gangguan pertumbuhan. Adapun

pengukran pertumbuhan balita dapat dilakukan sebagai berikut (LAB 2012):

1. Alat-alat

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

Perlengkapan pengukuran dasar seperti timbangan berat badan yang sudah

ditera, papan pengukur panjang /tinggi badan, pita pengukur lingkar kepala, pita

pengukur lengan kiri atas.

2. Persiapan

Untuk anak <2 tahun: timbangan pediatrik dengan alas tidur (pediatric scale

with pan). (Gambar 1)

Gambar 1. Timbangan pediatrik (pediatric scale)

Untuk anak >2 tahun: beam balance scale (Gambar 2),

Gambar 2. Beam balance scale

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

UNISCALE (timbangan elektronik untuk menimbang ibu dan anak sekaligus

(Gambar 3)

Timbangan berat badan yang direkomendasikan adalah sbb:

- Solidity built dan durable

- Elektronik (digital)

- Dapat mengukur berat sampai 150 kg

- Mengukur sampai ketelitian 0,1 kg (100g)

- Penimbangan berat badan dengan cara ditera

Timbangan harus ditera secara berkala sesuai dengan spesifikasi masing-

masing timbangan.

Anak dalam kondisi tidak berpakaian atau berpakaian minimal

3. Mengukur pertumbuhan anak

Mulai dari catatan pertumbuhan (growth record) anak, Tentukan umur anak

pada saat pengukuran. Kenali tanda-tanda klinis marasmus dan kwashiorkor

Ukur dan catat berat badan anak.

Ukur dan catat panjang badan atau tinggi badan

Ukur dan catat lingkar kepala anak

Ukur dan catat lingkar lengan kiri atas anak

Tentukan BMI dengan menggunakan tabel atau kalkulator

BMI = BB (kg)

-------------

[TB ]2 (m2)

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

4. Tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor

Tanda-tanda klinis marasmus dan kwashiorkor perlu diketahui karena perlu

penanganan khusus segera yang meliputi pemberian asupan khusus, pemantauan

ketat, antibiotika, dll. Anak dengan kondisi seperti ini sebaiknya segera dirujuk.

5. Pengukuran berat badan

Mengukur berat badan anak usia di bawah 2 tahun. Penimbangan juga dapat

dilakukan dengan timbangan pediatrik. Pada penimbangan dengan menggunakan alat

ini, harus dipastikan anak ditempatkan di alas baring sehingga berat badan

terdistribusi secara merata. Setelah anak berbaring dengan tenang, berat badan dicatat.

(Gambar 1).

Bila tidak ada alternatif, dapat digunakan UNISCALE. (Gambar 3)

Mengukur berat badan anak usia >2 tahun dengan beam balance scale

atau timbangan elektronik

Penimbangan sebaiknya dilakukan setelah anak mengosongkan

kandung kemih dan sebelum makan.

Timbangan harus ditempatkan di alas yang keras dan datar serta

dipastikan ada pada angka nol sebelum digunakan.

Anak berdiri tenang di tengah timbangan dan kepala menghadap lurus

ke depan, tanpa dipegangi.

Adanya edema atau massa harus dicatat. Berat badan dicatat hingga 0,1

kg terdekat.

6. Pengukuran panjang badan

Untuk bayi dan anak dengan panjang badan ≤85 cm, panjang badan diukur

menggunakan papan pengukur kayu atau Perspex (Perspex measuring board,

(Gambar 4).

Gambar 4. Papan pengukur panjang (Length board)

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

Pengukuran dilakukan oleh dua pemeriksa untuk memastikan posisi anak

secara benar agar hasilnya akurat dan dapat dipercaya.

Anak diposisikan dengan wajah menghadap ke atas, kepala menempel pada

sisi yang terfiksasi (Gambar 5), bahu menempel di permukaan papan, dan tubuh

paralel terhadap aksis papan.

Gambar 5. Kepala anak melawan fixed headboard

Pemeriksa kedua memegang kaki anak, tanpa sepatu, jari kaki menghadap ke

atas, dan lutut anak lurus.

Ujung papan yang dapat digerakkan, didekatkan hingga tumit anak dapat

menginjak papan (Gambar 6).

Bila anak tidak dapat diam, pengukuran dapat dilakukan hanya dengan

mengukur tungkai kiri.

Pengukuran dilakukan hingga milimeter terdekat.

Gambar 6. Pengukuran panjang badan

Cantumkan hasil pengukuran pada grafik sesuai umur.

7. Pengukuran tinggi badan

Untuk anak dengan tinggi badan >85 cm atau berusia >2 tahun dan sudah bisa

berdiri, pengukuran tinggi badan harus dilakukan dalam posisi berdiri karena terdapat

perbedaan sebesar 0.7 cm antara pengukuran dalam posisi berdiri dan berbaring.

Jika memungkinkan, gunakan free-standing stadiometer atau anthropometer

(Gambar 7).

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

Gambar 7. Papan pengukur tinggi (height board)

Pengukuran juga dapat dilakukan dengan right-angle headboard dan batang

pengukur, pita yang tidak meregang dan terfiksasi ke dinding, atau wall-mounted

stadiometer.

Pakaian anak seminimal mungkin sehingga postur tubuh dapat dilihat dengan

jelas. Sepatu dan kaos kaki harus dilepas.

Anak diminta berdiri tegak, kepala dalam posisi horisontal, kedua kaki

dirapatkan, lutut lurus, dan tumit, bokong, serta bahu menempel pada dinding atau

permukaan vertikal stadiometer atau anthropometer. Kedua lengan berada disisi

tubuh dan telapak tangan menghadap ke paha; kepala tidak harus menempel pada

permukaan vertikal. Untuk anak yang lebih muda, tumit perlu dipegang agar kaki

tidak diangkat (Gambar 8).

Gambar 8. Pengukuran tinggi badan posisi berdiri

Papan di bagian kepala yang dapat bergerak (movable head-board) diturunkan

perlahan hingga menyentuh ujung kepala. Tinggi badan dicatat saat anak inspirasi

maksimal dan posisi mata pemeriksa paralel dengan papan kepala. Tinggi badan

diukur hingga milimeter terdekat. Cantumkan hasil pengukuran pada grafik sesuai

umur.

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

8. Pengukuran lingkar kepala

Cara pengukuran

Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada semua bayi dan anak secara rutin

untuk mengetahui adanya mikrosefali, makrosefali, atau normal sesuai dengan umur

dan jenis kelamin. Alat yang dipakai adalah pita pengukur fleksibel, terbuat dari

bahan yang tidak elastik (pita plastik atau metal yang fleksibel). Sebaiknya ada yang

membantu memegang kepala bayi/anak selama pemeriksaan agar posisi kepala anak

tetap. Kepala pasien harus diam selama diukur

Pita pengukur ditempatkan melingkar di kepala pasien melalui bagian yang

paling menonjol (protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella), pita pengukur harus

kencang mengikat kepala.

Cantumkan hasil pengukuran pada grafik lingkar kepala.

Interpretasi

Pemeriksaan lingkar kepala secara serial dapat menentukan pertumbuhan dan

perkembangan otak: normal, terlalu cepat (keluar dari jalur pertumbuhan normal)

seperti pada hidrosefalus , terlambat atau tidak tumbuh yang dapat disebabkan oleh

berbagai penyakit. Jika lingkar kepala lebih besar dari 2 SD di atas angka rata-rata

untuk umur dan jenis kelamin/ras (> + 2 SD) disebut makrosefali. Bila lingkar kepala

lebih kecil dari 2 SD di bawah angka rata-rata untuk umur dan jenis kelamin/ras (< - 2

SD) disebut mikrosefali.

9. Pengukuran lingkaran lengan kiri atas.

Alat pengukuran yang dipakai adalah pita skala Shakir yang disederhanakan

oleh Morley dengan memberi warna hijau, kuning dan merah agar mudah dipahami.

Pengukuran dilakukan pada pertengahan lengan kiri atas, antara akromion dan

olekranon.

Ukuran normal lingkaran lengan :

Bayi baru lahir : 11 cm

Umur 1 tahun : 16 cm

Umur 5 tahun : 17 cm.

Apabila hasil pengukuran terdapat pada warna hijau, hasil pengukuran adalah

normal. Interpretasi kecenderungan pada kurva pertumbuhan, dan menentukan apakah

anak tumbuh normal, mempunyai masalah pertumbuhan atau berisiko mengalami

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

masalah pertumbuhan. Peningkatan dan penurunan tajam pada garis pertumbuhan

(growth line).

10. Garis pertumbuhan datar (flat growth line/stagnation)

Kecenderungan pada BMI terhadap umur. BMI tidak meningkat sesuai dengan

umur. Pada kurva normal, BMI pada bayi meningkat tajam dimana pencapaian berat

cepat relatif terhadap panjang badan pada 6 bulan kehidupan. BMI kemudian

menurun kemudian setelah itu dan relatif stabil dari umur 2 tahun sampai 5 tahun.

BMI terhadap umur bermaanfaat untuk skrining overweight dan obesitas. Jika

mengatakan anak overweight, perhatikan berat badan orangtuanya. Jika salah satu

orangtua obese, 40% kemungkinan menjadi overweight, jika keduanya, 70%

kemungkinan anak mengalami overweight.

F. Kebutuhan gizi pada Balita

Masa Balita merupakan penentu kehidupan selanjutnya. Agar tumbuh kembang

optimal, berikan anak balita makanan dengan gizi seimbang (Kemenkes 2011).

1. MAKANAN YANG BAIK BAGI ANAK

• Sumber zat tenaga ( beras, beras jagung,kentang, sagu, bihun, mie, roti,

makaroni, biskuit).

• Sumber zat pembangun ( ayam, ikan, daging, telur, hati, keju, susu,

kacang-kacangan, tahu, tempe).

• Sumber zat pengatur ( sayur dan buah yang berwarna segar).

2. BAHAN MAKANAN YANG DIBATASI

Makanan dan minuman yang manis/gurih seperti: dodol, coklat

(kecuali coklat bubuk), permen, junk food dan soft drink.

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

3. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :

Gunakan bahan makanan yang beraneka ragam

- Pilih bahan makanan yang mudah dicerna

- Irisan lauk pauk dan sayur dibuat dalam potongan- potongan kecil

• Gunakan bumbu yang tidak terlalu merangsang/pedas

• Hindari makanan yang membuat tersedak seperti kacang goreng, anggur atau

klengkeng dalam bentuk utuh.

• Gunakan alat makan yang aman, menarik dan berwarna- warni

• Agar anak balita mau makan sendiri, bujuk dan dampingi dengan sabar.

G. Masalah gizi pada Balita

Kunjungan petugas puskesmas sebaiknya lebih ditingkatkan untuk

memberikan pelayanan kesehatan, penyuluhan gizi, dan hal-hal lain dalam rangka

meningkatkan status kesehatan dan gizi pada masyarakat SAD terutama anak balita

(Erni and Rialihanto 2008). Usia terbanyak pada kelompok balita stunting yaitu usia

25–36 bulan, sedangkan pada kelompok balita normal terbanyak pada usia 12–24

bulan. Terbagi dalam beberapa tahapan usia pada balita, dikatakan masa rawan di

mana balita sering mengalami infeksi dan atau gangguan status gizi adalah usia antara

12–24 bulan, karena pada usia ini balita mengalami masa peralihan dari bayi menjadi

anak. Pada usia ini banyak perubahan pola hidup yang terjadi, diantaranya perubahan

pola makan dari yang semula ASI bergeser ke arah makanan padat, beberapa balita

mulai mengalami kesulitan makan, sedangkan balita sudah mulai berinteraksi dengan

lingkungan yang tidak sehat. Apabila pola pengasuhan tidak betul diperhatikan, maka

balita akan lebih sering beberapa penyakit terutama penyakit infeksi. Kejadian

penyakit infeksi yang berulang tidak hanya berakibat pada menurunnya berat badan

atau akan tampak pada rendahnya nilai indikator berat badan menurut umur, akan

tetapi juga indikator tinggi badan menurut umur (Welasasih and Wirjatmadi 2012).

Hal tersebut bisa dijelaskan bahwa status gizi stunting disebut juga sebagai

gizi kurang kronis yang menggambarkan adanya gangguan pertumbuhan tinggi badan

yang berlangsung pada kurun waktu cukup lama. Pada kelompok balita stunting

sebagian besar balita berada pada kelompok umur 23–36 bulan, kemungkinan mereka

pernah mengalami kondisi gizi kurang pada saat berada di tahapan usia 12–24 bulan

atau bahkan sebelumnya. Dengan demikian manifestasi stunting semakin tampak pada

mereka saat berada pada tahapan usia 23–36 bulan. Keadaan ini sesuai dengan

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

pendapat Soetjiningsih (2005), bahwa umur yang paling rawan adalah masa balita,

oleh karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Masa

balita merupakan dasar pembentukan kepribadian anak sehingga diperlukan perhatian

khusus. Selain itu, masa balita adalah masa yang cukup penting karena pada

kelompok usia balita mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan yang cepat

dan menentukan kualitas anak di kemudian hari dalam menghasilkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Sedangkan pada kelompok umur 6–23 bulan merupakan

kelompok umur yang sedang mengalami pertumbuhan kritis. Oleh karenanya

penanganan gizi kurang pada kelompok umur ini (6–23 bulan) menjadi lebih

diperhatikan karena apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengalami kegagalan

tumbuh (growth failure) (Soetjiningsih and Gde 2005; Welasasih and Wirjatmadi

2012).

Keaktifan balita ke posyandu sangat besar pengaruhnya terhadap pemantauan

status gizi. Posyandu merupakan kegiatan rutin yang dilakukan bulanan, balita yang

setiap bulan aktif ke posyandu akan mendapatkan penimbangan berat badan,

pemeriksaan kesehatan jika ada masalah, pemberian makanan tambahan dan

penyuluhan gizi. Balita yang rutin dilakukan penimbangan berat badan dan tinggi

badan setiap bulannya, akan diketahui perubahan status gizinya. Anak sehat adalah

anak yang berat badannya mengalami kenaikan karena pertambahan tinggi badan

bukan karena anak semakin gemuk. Kehadiran ke posyandu bisa menjadi indikator

terjangkaunya pelayanan kesehatan pada balita, karena dengan hadir rutin balita akan

mendapat imunisasi dan program kesehatan lain seperti vitamin A dan kapsul yodium.

Dengan tercakupnya balita dengan program kesehatan dasar maka diharapkan balita

terpantau perkembangan dan pertumbuhannya, minimal selama masa balita, di mana

masa ini adalah masa rawan/rentan terhadap penyakit infeksi dan rentan terkena

penyakit gizi. Hal ini sesuai dengan pendapat Aritonang (2003), bahwa upaya

pelayanan kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan kesehatan dan status gizi

anak sehingga terhindar dari kematian dini dan mutu fisik yang rendah (Aritonang

2003).

Peran pelayanan kesehatan telah lama diadakan untuk memperbaiki status gizi.

Pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap kesehatan dengan adanya penanganan

yang cepat terhadap masalah kesehatan terutama masalah gizi. Pelayanan yang selalu

siap dan dekat dengan masyarakat akan sangat membantu dalam meningkatkan

derajat kesehatan. Dengan pelayanan kesehatan masyarakat yang optimal kebutuhan

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

kesehatan masyarakat akan terpenuhi. Memantau status gizi penduduk secara rutin

merupakan bentuk komitmen untuk menjaga akuntabilitas pelaksanaan program

melalui penyediaan data dan informasi berbasis bukti dan spesifik wilayah untuk

daerah dan pusat. Untuk itu, sejak tahun 2014 telah dilaksanakan Pemantauan Status

Gizi (PSG) yang bermanfaat sebagai sumber informasi yang cepat, akurat, teratur dan

berkelanjutan yang dapat digunakan untuk perencanaan, penentuan kebijakan dan

monitoring serta pengambilan tindakan intervensi.

Berdasarkan hasil PSG 2015 menunjukkan hasil yang lebih baik dari tahun

sebelumnya. Persentase balita dengan gizi buruk dan sangat pendek mengalami

penurunan. PSG 2015

menyebut 3,8% Balita mengalami gizi buruk. Berikut adalah Hasil PSG 2015, antara

lain (Kemenkes 2016):

Status Gizi Balita menurut Indeks Berat Badan per Usia (BB/U), didapatkan

hasil: 79,7% gizi baik; 14,9% gizi kurang; 3,8% gizi buruk, dan 1,5% gizi

lebih.

Status Gizi Balita Menurut Indeks Tinggi Badan per Usia (TB/U), didapatkan

hasil: 71% ormal dan 29,9% Balita pendek dan sangat pendek.

Status Gizi Balita Menurut Indext Berat Badan per Tinggi Badan (BB/TB),

didapatkan hasil,: 82,7% Normal, 8,2% kurus, 5,3% gemuk, dan 3,7% sangat

kurus.

Tingkat keseringan balita menderita penyakit infeksi lebih banyak terdapat pada

kelompok stunting daripada kelompok normal. Banyak faktor yang Memengaruhi

status gizi diantaranya adalah faktor penyebab langsung yang meliputi asupan gizi

dan penyakit infeksi. Balita yang sering mendapat infeksi dalam waktu yang lama

tidak hanya berpengaruh terhadap berat badannya akan tetapi juga berdampak pada

pertumbuhan linier. Status gizi TB/U merupakan cerminan status gizi masa lampau

yang menggambarkan kondisi anak pada waktu yang lalu. Timbulnya status gizi

stunting tidak hanya karena makanan yang kurang tetapi juga karena penyakit. Anak

yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering menderita diare atau demam,

akhirnya akan menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makanannya

tidak cukup (jumlah dan mutunya) maka daya tahan tubuhnya dapat melemah. Dalam

keadaan demikian akan mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan,

dan akhirnya dapat menderita kurang gizi.

Masalah Gizi Pada Balita :

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

Balita gemuk

Ditandai dengan kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan anak

(BB/TB). Panjang badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan

tinggi badan digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke atas. Balita gemuk

disebabkan karena kebiasaan pemberian makanan yang kurang baik, banyak

makanan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Kondisi balita

gemuk terjadi dalam waktu yang lama (tidak terjadi mendadak), maka ciri

masalah gizinya merupakan masalah gizi kronis.

Balita gizi kurang

Ditandai dengan kurangnya berat badan menurut umur anak (BB/U). Anak dengan

gizi kurang dapat diakibatkan oleh kekurangan makan atau karena anak tersebut

pendek. Status gizi tersebut tidak memberikan indikasi spesifik tentang

karakteristik masalah gizi yang diderita (akut, kronis atau akut-kronis), tapi secara

umum mengindikasikan adanya gangguan gizi.

Balita kurus (wasting)

Ditandai dengan kurangnya berat badan menurut panjang/tinggi badan anak

(BB/TB). Panjang badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan

tinggi badan digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke atas. Balita kurus

disebabkan karena kekurangan makan atau terkena penyakit infeksi yang terjadi

dalam waktu yang singkat. Karakteristik masalah gizi yang ditunjukkan oleh

balita kurus adalah masalah gizi akut.

Balita pendek (stunting)

Ditandai dengan kurangnya tinggi/panjang badan menurut umur anak (TB/U).

Panjang badan digunakan untuk anak berumur kurang dari 24 bulan dan tingga

badan digunakan untuk anak berumur 24 bulan ke atas. Balita pendek diakibatkan

oleh keadaan yang berlangsung lama, maka ciri masalah gizi yang ditunjukkan

oleh balita pendek adalah masalah gizi yang sifatnya kronis.

Gizi baik

Keadaan gizi seseorang terjadi karena seimbangnya jumlah asupan (intake) zat

gizi dan jumlah yang dibutuhkan (required) oleh tubuh yang ditandai dengan berat

badan menurut umur (BB/U) yang berada pada > -2SD sampai 2 SD tabel baku

WHO-NCHS. (Sumber: Pemantauan Pertumbuhan Balita, Dit. GM, Depkes,

2003)

Gizi kurang (under nutrition)

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

Keadaan kurang zat gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya asupan

energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan

menurut umur (BB/U) yang berada pada <-2 SD sampai >-3SD tabel baku WHO-

NCHS. (Sumber: Pemantauan Pertumbuhan Balita, Dit. GM, Depkes, 2003)

Gizi lebih (over nutrition)

Keadaan kelebihan zat gizi yng disebabkan oleh kelebihan konsumsi energi dan

protein yang ditandai dengan berat badan menurut umur (BB/U) yang berada pada

>2SD tabel baku WHO-NCHS. (Sumber: Pemantauan Pertumbuhan Balita, Dit.

GM, Depkes, 2003)

KEP = Kurang Energi Protein

Keadaan kurang zat gizi tingkat sedang yang disebabkan oleh rendahnya asupan

energi dan protein dalam waktu cukup lama yang ditandai dengan berat badan

menurut umur (BB/U) yang berada pada <-2 SD sampai >-3SD tabel baku WHO-

NCHS. (Sumber: Pemantauan Pertumbuhan Balita, Dit. GM, Depkes, 2003)

Schroeder (2001), menyatakan bahwa kekurangan gizi dipengaruhi oleh

functional outcome (misalnya kognitif, status gizi/pertumbuhan, kematian, asupan

makan, perawatan/pola asuh ketersediaan makanan, penyakit infeksi, dan

pelayanan kesehatan), sedangkan penyebab mendasar adalah asupan makan,

perawatan (pola asuh) dan pelayanan kesehatan. Pendapat lain juga mengatakan

bahwa infeksi mempunyai efek terhadap status gizi untuk semua umur, tetapi

lebih nyata pada kelompok anak. Infeksi juga mempunyai kontribusi terhadap defi

siensi energi, protein, dan gizi lain karena menurunnya nafsu makan sehingga

asupan makanan berkurang. Kebutuhan energi pada saat infeksi bisa mencapai

dua kali kebutuhan normal karena meningkatnya metabolisme basal, sehingga hal

ini menyebabkan deplesi otot dan glikogen hati (Thoha, 1995).

Balita pada kelompok stunting lebih banyak yang menderita sakit dalam waktu

lama dibandingkan jumlah balita pada kelompok normal. Sebagian besar balita

pada kelompok stunting tersebut menderita penyakit ISPA. Balita yang sering

mengalami sakit dalam waktu yang lama akan segera berpengaruh pada keadaan

gizinya, karena adanya sakit akan diikuti nafsu makan menurun yang pada

akhirnya berat badan anak juga akan ikut menyusut seiring dengan berkurangnya

nafsu makan. Apabila kondisi ini terjadi dalam waktu lama dan tidak segera

diatasi maka akan berpengaruh pada status gizinya. Sedangkan penyakit ISPA

maupun diare merupakan jenis penyakit yang sering diderita balita dalam waktu

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

lama jika tidak segera diobati. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan

bahwa penyakit infeksi yang menyerang anak menyebabkan gizi anak menjadi

buruk. Memburuknya keadaan gizi anak akibat penyakit infeksi dapat

menyebabkan turunnya nafsu makan, sehingga masukan zat gizi berkurang

padahal anak justru memerlukan zat gizi yang lebih banyak. Penyakit infeksi

sering disertai oleh diare dan muntah yang menyebabkan penderita kehilangan

cairan dan sejumlah zat gizi seperti mineral, dan sebagainya (Moehji, 2002).

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB III

KESIMPULAN

Balita merupakan masa emas terjadinya pertumbuhan. Pertumbuhan terjadi sangat pesat

pada umur tersebut. Peningkatan berupa ukuran tubuh yang terjadi pada balita seperti

perubahan fisik dengan bertambahnya berat badan dan tinggi badan. Banyak faktor yang

dapat mempengaruhi pertumbuhan balita. Faktor tersebut perlu dijaga agar Balita dapat

bertumbuh menjadi balita sehat. Sehingga dalam menganani masalah pertumbuhan Balita

dapat segera ditangani.

Penanganan masalah pertumbuhan balita dapat dilakukan melalui pemantaun

pertumbuhan balita. Pemantauan tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti kegitan

posyandu. Hal ini penting karena melalui pemantauan tersebut, Ibu dapat melihat bagaimana

pertumbuhan anak dari bulan ke bulan. Jika terdapat masalah pertumbuhan maka ibu dapat

segera mengatasi masalah pertumbuhan tersebut dengan tanggap.

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 20888... · Web view BAB I - Universitas HasanuddinUsia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan

DAFTAR PUSTAKAAritonang, I. (2003). "Pemantauan Pertumbuhan Balita." Pt. Kanisius Jakarta.Depkes, R. (2000). "Pedoman Tatalaksana Kekurangan Energi Protein Pada Anak Di Rumah

Sakit Kabupaten/Kodya." Jakarta: Departemen Kesehatan Ri.Erly, H. (2015). Pengaruh Pengetahuan Gizi Ibu Dan Pendapatan Orang Tua Terhadap Pola

Makan Anak Balita Umur 6 Bulan-5tahun Di Dusun 1 Desa Palumbungan Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga, Uny.

Erni, M. And M. P. Rialihanto (2008). "Pola Makan, Asupan Zat Gizi, Dan Status Gizi Anak Balita Suku Anak Dalam Di Nyogan Kabupaten Muaro Jambi Provinsi Jambi." Jurnal Gizi Klinik Indonesia 5(2): 84-90.

Evita, J. And S. Abidillah Musyid (2009). Pengaruh Pelatihan Terhadap Pengetahuan, Keterampilan, Kepatuhan Kader Posyandu Dalam Menerapkan Standar Pemantauan Pertumbuhan Balita Di Kota Bitung, Sulawesi Utara, Universitas Gadjah Mada.

Kemenkes. (2011). "Makanan Sehat Untuk Bayi." 23 September 2016, From Http://Gizi.Depkes.Go.Id/Wp-Content/Uploads/2012/08/Brosur-Anak-Balita-Dan-Bayi-Sehat_Rev.Pdf.

Kemenkes. (2016, 22 Maret 2016). "Tahun 2015, Pemantauan Status Gizi Dilakukan Di Seluruh Kabupaten/Kota Di Indonesia." 22 September 2016, From Http://Www.Depkes.Go.Id/Pdf.Php?Id=16032200005.

Kusminarti, D. E. (2009). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pertumbuhan Balita Usia 2-4 Tahun Di Kelurahan Salaman Mloyo Kecamatan Semarang Barat Kota Semarang, Universitas Negeri Semarang.

Lab, T. P. S. (2012). Penuntun Skills Lab Blok 1.6 Siklus Kehidupan. Padang, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.

Mitayani, S. W. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi, Jakarta: Cv. Trans Info Media.Sediaoetama, A. (2008). "Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi Di Indonesia." Jilid Ii.

Jakarta: Dian Rakyat.Shekar, M., R. Heaver, Et Al. (2006). Repositioning Nutrition As Central To Development: A

Strategy For Large Scale Action, World Bank Publications.Soetjiningsih, P. And I. Gde (2005). "Tumbuh Kembang Anak." Jakarta. Egc.Waspadji, S., S. Suyono, Et Al. (2010). Pengkajian Status Gizi Studi Epidemiologi Dan

Penelitian Di Rumah Sakit Edisi Kedua, Jakarta: Balai Penerbit Fkui.Welasasih, B. D. And R. B. Wirjatmadi (2012). "Beberapa Faktor Yang Berhubungan

Dengan Status Gizi Balita Stunting." Public Health 8(3).Wikipedia. (2016, 3 Maret 2016). "Balita." 23 September 2016, From

Https://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Balita.