Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN GIGI
DI POLIKLINIK GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
(RSUD) TENRIAWARU KABUPATEN BONE
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
mendapatkangelar sarjana Kedokteran Gigi
ANDI IKA ANGRAINI
J 111 10 273
BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Kepuasan Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Kesehatan Gigi Di Poliklinik Gigi
dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone”.
Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.
Penghargaan dan ucapan terima kasih yang terdalam penulis haturkan kepada kedua
orang tua, Ayahanda H. Andi Suwanda, S. Sos dan Ibunda Hj. Andi Sugira, SE
akan cinta kasih, doa, dukungan semangat dan materi yang tak ternilai yang selalu
diberikan kepada penulis.
Keberhasilan ini tidak akan terwujud tanpa adanya perhatian, dorongan,
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. drg. Rini Pratiwi, M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah
menyediakan kesempatan untuk memberikan bimbingan, arahan, serta
bantuan yang sangat bermanfaat sejak persiapan hingga skripsi ini selesai.
2. Dr. drg. Baharuddin Thalib, M.Kes, Sp. Pros., selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin yang telah memberikan kepercayaan
v
kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin.
3. drg. Nurhayati Natsir, Ph.D selaku Penasehat Akademik yang telah
memberikan nasehat dan motivasi dalam menjalani perkuliahan di Fakultas
Kedokteran Gigi, Unhas.
4. Kepada seluruh staf Dosen bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat yang
telah memberikan saran-saran dan kritik dalam pembuatan skripsi ini, staf
Dosen pengajar dan staf Akademik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin yang telah membantu.
5. Kepada Kakakku Andi Ferdi Suwanda, S.EI,adik-adikku Andi Ridho
Zulfikar dan Andi Rifaldi Oktafianterima kasih untuk semangat,
kekompakan, dan kegilaannya.
6. Kepada keluarga besarku H. Andi Abubakar, Hj. Andi Rosnaena, Andi
Nurbayati Abubakar, Andi Harmoni Abubakar, dr. Andi Abdul Asir
Abubakar, dr. Ewen Paul Sutherland, drg. Angeli, terima kasih puang
selalu mendukung, mendoakan, dan membantu tanpa henti. Terima kasih
kalian telah menjadi penyemangat dan motivator untuk penulis.
7. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Hardiyanti Usman, Hamdani,
Jumiati, Rizna Ningsih Praditasari, Khusnul Ilmah Amalia, Iin Milad
Karmilawati Shandy, Hardianti Maulidita Haryo, Dian Megawati yang
telah memberikan dukungan, semangat, bantuan, dan meluangkan waktu
vi
slama ini. Terima kasih juga telah mengerti setiap kesibukanku, kalian tetap
sahabat yang terbaik.
8. Teman satu bimbinganku Hamdani dan Ady Multazam yang selama ini
sama-sama berjuang dalam menyelesaikan skripsi bersama penulis. Serta
untuk adik-adik junior dari MASTIKASI 2012 Punggawa Gauk Karim,
Rizki Bungalia, dan Alif.
9. Teman-teman seperjuangan bagian IKGM, Syarifa, Mutta, Icha, Dewi,
Nuyu, Booy, Ifrah, dan Lia.
10. Kepada teman-teman KKN gel.85 kec.Bone-bone terutama posko Tamuku
Kak Andy, Rian, Uchi, Adhe, Iwa, Au,Ayu, Fitri yang telah memberikan
dukungan.
11. Kepada keluarga besar ATRISI 2010 yang selama ini sama-sama menuntut
ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. Terima kasih juga
buat Ketua Angkatanku Fuad Aslim.
12. Buat kak Tommy Dharmaji dan kak Masriadi, yang telah membantu
mengolah data penelitian.
13. Buat teman-teman pengurus BEM, MAPERWA, dan HMI Kedokteran Gigi
UNHAS, terima kasih atas dukungan, bantuan, semangat, dan
kebersamaannya selama ini.
14. Kak Edi yang telah membantu dalam pembuatan persuratan bagian IKGM,
pegawai perpustakaan FKG, Kak Eda dan Pak Amir yang telah membantu
penulis dalam mencari buku referensi.
vii
15. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama pembuatan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis menjadi
amalan dan berkah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penulis sebagai mahluk
ciptaan-Nya yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan menyadari bahwa skripsi
ini jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritikan
bersifat membangun bagi skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi kita semua.
Makassar, 20 November 2015
Andi Ika Angraini
viii
KEPUASAN PASIEN TERHADAP MUTU PELAYANAN KESEHATAN GIGI
DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI DAN MULUT RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH (RSUD) TENRIAWARU KABUPATEN BONE
ANDI IKA ANGRAINI
MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS
HASANUDDIN
ABSTRAK
Latar Belakang : Kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut merupakan perbandingan antara persepsi terhadap pelayanan yang diterima
dengan harapannya sebelum mendapatkan pelayanan. Penelitian ini dilaksanakan di
Poliklinik Gigi dan Mulut RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone, berdasarkan lima
dimensi mutu pelayanan diantaranya jaminan, empati, daya tanggap, tampilan fisik,
dan pelayanan medis berdasarkan skala Likert. Jenis penelitian yaitu deskriptif
dengan jumlah sampel 65 orang. Subyek penelitian adalah seluruh pengunjung
(pasien) Poliklinik Gigi dan Mulut RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone. Hasil : Hasil
penelitian menunjukkan kepuasan pasien terhadap dimensi jaminan sebesar 84,6%
dengan kategori puas. Pada dimensi empati menunjukkan 81,5% pasien merasa puas.
Pada dimensi daya tanggap menunjukkan 36.9% pasien merasa puas. Pada dimensi
tampilan fisik menunjukkan 84,6% pasien merasa puas. Pada dimensi pelayanan
medis menunjukkan 72,3% merasa puas. Berdasarkan hasil penelitian tentang
kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi
dan Mulut RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone ditinjau dari lima dimensi
menunjukkan bahwa pasien merasa puas terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru
Bone.
Kata Kunci : Kepuasan pasien, Mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
ix
PATIENT SATISFACTION AGAINSTTHE QUALITY OF DENTAL
HEALTH SERVICESAT DENTAL POLYCLINIC OF TENRIAWARU
GENERAL HOSPITAL IN BONE REGENCY
ANDI IKA ANGRAINI
STUDENT OF HASANUDDIN UNIVERSITY FACULTY OF DENTISTRY
ABSTRACT
Background : Patient satisfaction against the quality of dental health serviceswas a
comparison between the perception of care received by expectation before getting
treatment. TheResearchwas conducted atTenriawaru General Hospital in Bone
Regency based on the five dimensions of service quality, they were the assurance,
empathy, responsiveness, physical appearance, and medical services by using Likert
scale. The study was descriptive with a sample of 65 people. The research subjects
were all visitors (patient) Dental Polyclinic of Tenriawaru General Hospital in Bone
Regency. Results : Results showed patient satisfaction on dimensions of assurance
84,6% falling into the category satisfied. On the dimensions of empathy showed
81,5% of patients satisfied. On the dimensions of responsiveness showed 36,9% of
patients satisfied. On the dimensions of physical appearance showed 84,6% of
patients satisfied. On the dimensions of medical services showed 72,3% of patients
satisfied. Based on the result of patient satisfaction against the quality of dental health
services at the Dental Polyclinic of Tenriawaru General Hospital in Bone Regency
which reviewed from five dimensions showed patients satisfied against the quality of
dental health servicesatTenriawaru General Hospital in Bone Regency.
Keywords : Patient satisfaction, The quality of dental health services
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ............................................................................................................ i
Halaman Pengesahan ....................................................................................................ii
Surat Pernyataan ..........................................................................................................iii
Kata Pengantar ............................................................................................................iv
Abstrak ......................................................................................................................viii
Daftar Isi .......................................................................................................................x
Daftar Tabel ...............................................................................................................xiii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... ….. 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jasa Pelayanan Kesehatan ....................................................................6
2.2 Mutu Layanan Kesehatan .....................................................................7
2.3 Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ...................11
xi
2.4 Karakteristik Pasien ............................................................................16
BAB III. KERANGKA KONSEP
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian ...................................................................................20
4.2 Disain Penelitian ................................................................................20
4.3 Lokasi Penelitian ................................................................................20
4.4 Waktu Penelitian ................................................................................20
4.5 Subyek Penelitian ...............................................................................20
4.6 Kriteria Penelitian ..............................................................................20
4.7 Alat dan Bahan ...................................................................................21
4.8 Pengolahan Data dan Penyajian Data .................................................21
4.9 Definisi Operasional ...........................................................................21
4.10Kriteria Penilaian ...............................................................................23
4.11 Prosedur Penelitian ...........................................................................25
4.12 Alur Penelitian ..................................................................................26
xii
BAB V. HASIL PENELITIAN
BAB VI. PEMBAHASAN
BAB VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan .........................................................................................46
7.2 Saran ...................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Distribusi sampel menurut jenis kelamin, usia, pendidikan, sumber
biaya, dan frekuensi kunjungan .......................................................... 28
Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelami, usia, pendidikan,
Sumber biaya, dengan frekuensi kunjungan dan kepuasan
pelayanan Kesehatan gigi dan mulut .................................................. 29
Tabel 5.3 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut berdasarkan dimensi pelayanan jaminan ................... 31
Tabel 5.4 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut berdasarkan dimensi pelayanan daya tanggap ........... 32
Tabel 5.5 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut berdasarkan dimensi pelayanan empati ..................... 33
Tabel 5.6 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut berdasarkan dimensi pelayanan tampilan fisik .......... 34
Tabel 5.7 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut berdasarkan dimensi pelayanan medis ....................... 35
Tabel 5.8 Distribusi kepuasan sampel berdasarkan dimensi mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tenriawaru Kabupaten Bone .............................................................. 36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan membaiknya tingkat pendidikan masyarakat, meningktnya
keadaan sosial ekonomi masyarakat, serta adanya kemudahan di bidang transportasi
dan komunikasi menyebabkan informasi semakin mudah diperoleh, disamping itu
majunya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta derasnya informasi
mengakibatkan sistem nilai dalam masyarakat berubah. Akibatnya masyarakat
cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih bermutu, maka fungsi pelayanan di
rumah sakit, puskesmas, maupun praktik swasta dokter gigi secara bertahap perlu
ditingkatkan agar lebih efektif dan efisien serta memberikan kepuasan terhadap
pasien, keluarga, maupun masyarakat.1
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) telah dijelaskan bahwa tujuan
pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Dalam Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) dikemukakan pentingnya sumber daya yang mendukung upaya
kesehatan tersebut. Sumber daya tersebut terdiri dari: upaya kesehatan, pembiayaan
kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan dan
2
makanan, manajemen dan informasi kesehatan, dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(IPTEK).1
Dalam hal ini pelayanan kesehatan, sebagai salah satu faktor yang ikut berperan
dalam mencapai tujuan tersebut, diperlukan peningkatan mutu pelayanan fasilitas
fasilitas kesehatan yang ada, antara lain yaitu rumah sakit, puskesmas, dan praktik
dokter gigi. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan sesuai Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) tersebut, pemerintah dalam hal ini DEPKES RI telah
mengembangkan konsep yang mendasar dan terarah. Sebagai pedoman bagi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, bahwa program kesehatan lebih diarahkan
pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, kualitas berarti kepuasan konsumen
(pasien) yang sangat erat hubungannya dengan mutu pelayanan kesehatan.1
Agenda pembangunan kesehatan tahun 2015-2019 adalah mewujudkan akses dan
mutu pelayanan kesehatan yang semakin mantap. Pengertian dasarnya adalah, setiap
orang mendapatkan hak pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan, di tempat pelayanan
kesehatan yang berstandar, dilayani oleh tenaga kesehatan yang kompeten,
menggunakan standar pelayanan, dengan biaya yang terjangkau serta mendapatkan
informasi yang adekuat atas kebutuhan pelayanan kesehatannya.2
Penurunan pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan, disebabkan oleh akses
pelayanan kesehatan meningkat namun mutunya masih rendah atau kurangnya
efisiensi dan efektifitas provider dalam memberikan jasa pelayanan terhadap
masyarakat. Permasalah-permasalahan tersebut dapat diketahui dengan semakin
banyaknya terdengar keluhan-keluhan masyarakat tentang mutu pelayanan kesehatan
3
mulai dari keadaan fisik yang jelek, sikap petugas atau cara mereka dilayani, sistem
birokrasi yang rumit, mutu perawatan dan pengobatan yang rendah, jam kerja yang
singkat yang menyebabkan pasien tidak dapat dilayani.3
Penurunan pemanfaatan
terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh tingkat kepuasan
pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut.4
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah pelayanan kesehatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun
yang sehat. Pelayanan kesehatan gigi dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan
penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi dan pemulihan kesehatan gigi oleh
pemerintah yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan.5
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone merupakan
rumah sakit terbesar milik pemerintah di Kabupaten Bone dan satu-satunya rumah
sakit yang memiliki Poli Klinik Gigi dan Mulut yang dikunjungi oleh masyarakat
yang berasal dari berbagai macam status sosial yang mempunyai latar belakang dan
kepentingan berbeda-beda. Selain itu, rumah sakit ini sebagai pusat rujukan dari
beberapa daerah yang ada di sekitarnya. 6
RSUD Tenriawaru Bone terletak di jalan DR. Wahidin Sudirohusodo kota
Watampone dan didirikan pada tahun 1985. Rumah sakit ini didirikan di atas tanah
seluas 40.000 m2 dengan bangunan yang didirikan dan digunakan untuk operasional
pelayanan sampai saat ini. Mulai dioperasikan pada tanggal 1 juli 1987 dan
4
diresmikan pada tanggal 18 oktober 1988 oleh Menteri Keehatan Republik Indonesia
sebagai rumah sakit dengan kelas C.6
RSUD Tenriawaru sebagai bagian dari instansi pemerintah dilingkup Kabupaten
Bone hadir untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat akan fasilitas
kesehatan rujukan. RSUD Tenriawaru telah berkembang menjadi salah satu rumah
sakit yang menjadi pusat rujukan. Bukan hanya melayani masyarakat Kabupaten
Bone, tapi juga melayani pasien dari kabupaten tetangga. Wilayah jangkauan
pelayanan rumah sakit meliputi Kabupaten Bone hingga wilayah administrasi
Kabupaten Wajo, Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Sinjai yang berbatasan dengan
Kabupaten Bone.6
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan kesehatan gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone. Kepuasan pasien dalam hal ini dihubungkan
dengan faktor dokter gigi, staf, efesiensi pelayanan, waktu dan biaya, serta akses dan
fasilitas.
1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas maka
rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan kesehatan gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone.
5
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan pasien terhadap mutu
pelayanan kesehatan gigi di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi, wawasan, dan pengetahuan
akan pengaruh mutu pelayanan kesehatan terhadap kepuasan pasien.
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi setiap sistem
pelayanan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jasa Pelayanan Kesehatan
Jasa merupakan kegiatan yang sengaja dijual untuk memberikan kepuasan kepada
pemakainya. Jasa juga diartikan sebagai perbuatan/kegiatan yang baik, berguna, atau
bernilai bagi orang lain, kelompok masyarakat, institusi pemerintah atau swasta,
bahkan untuk negara. Selain itu, jasa diartikan sebagai perbuatan yang memberikan
kepuasan kepada pelanggan atau konsumen sesuai dengan yang diharapkannya. Di
bidang pelayanan kesehatan, jasa adalah kegiatan yang dilakukan oleh institusi
penyedia layanan kesehatan (health care providers). Jenis pelayanannya tidak tampak
secara kasat mata, contohnya pelayanan untuk pengobatan di rumah sakit.5
Jasa pelayanan kesehatan yang disediakan oleh institusi peyedia pelayanan
kesehatan harus bersifat menyeluruh (comprehensive health service) yang meliputi
pelayanan kesehatan pencegahan (preventive health services), promosi kesehatan
(promotive health services), pengobatan (curative health services), dan rehabilitasi
(rehabilitative health service). Institusi penyedia pelayanan kesehatan juga dibedakan
berdasarkan tingkatan pelayanan yang tersedia yaitu pelayanan strata I (primary
health care services) menyediakan pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan
strata II (secondary health care services) menyediakan pelayanan kesehatan spesialis
terbatas, dan pelayanan kesehatan strata III (tertiary health care services)
7
menyediakan pelayanan spesialis lengkap. Pelanggan pelayanan kesehatan di institusi
pelayanan kesehatan strata I (Puskesmas, dokter, dokter gigi atau bidan praktek
swasta, klinik bersalin, balai pengobatan swasta, dan sebagainya).5
2.2 Mutu Layanan Kesehatan
Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan kerakteristik barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen, baik berupa
kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat.7
Nation Acedemies
Institusi of Medicine (IOM) memberikan definisi mutu layanan kesehatan bagi
kesehatan yang paling banyak di terima sebagai ”derajat kesehatan ketika layanan
kesehatan bagi individu maupun populasi meningkatkan probabilitas hasil akhir
kesehatan yang diinginkan dan konsisten dengan pengetahuan professional saat ini”.
Definisi ini menyoroti beberpa aspek mutu. Pertama, layanan kesehatan bermutu
tinggi harus mencapai hasil akhir kesehatan yang diinginkan bagi individu yang
sesuai dengan pilihan mereka yang beragam. Kedua, kesehatan harus mencapai hasil
akhir kesehatan yang diinginkan bagi populasi, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
tentang efisiensi pembuat kebijakan dan pembayar pihak ketiga. Terakhir, layanan
kesehatan harus sesuai dengan standar profesional dan bukti ilmiah, konsisten dengan
keefektifan fokus klinis dan penyedia layanan kesehatan.8
Cara lain untuk mengkaji mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah
sebagai hasil dari suatu sistem dengan pihak-pihak yang saling bergantung yang
harus bekerja bersama untuk mencapai hasil akhir seperti yang disebutkan
8
sebelumnya. Avedis Donobedia, seorang dokter yanga menjadi advokat terkenal
dalam hal peningkatan mutu layanan kesehatan selama lima puluh tahun terakhir abad
ke-20 memperkenalkan gagasan bahwa mutu dapat dipandang dari perspektif sistem
sebagai struktur, proses, dan hasil akhir. Komponen struktural dari mutu mencakup
materi dan sumber daya manusia pada suatu organisasi dan fasilitas organisasi itu
sendiri. Secara komponen tersebut mencakup mutu lingkungan dan manusianya, baik
di rumah sakit , kantor praktik dokter, ataupun rumah perawatan. Proses merupakan
aktivitas aktual perawatan pasien dan semua aktivitas penunjang lain yang berkaitan
dengan interaksi antara pasien dan penyedia layanan. Hasil akhir merupakan status
kesehatan akhir dari pasien. Sebagai seorang dokter, Donobedia mendukung
pengembangan layanan prima “ untuk mendapatkan perawatan yang lebih baik, yang
mengaitkan struktur, proses, dan hasil akhir dengan suatu lingkaran umpan balik.8
Lebih lanjut, Donobedia mendefinisikasi mutu pelayanan kesehatan sebagai
sesuatu yang memiliki sedikitnya empat komponen yaitu:8
1. Manajemen teknis kesehatan dan penyakit.
2. Manajemen hubungan antar-personal antara penyedia layanan dan klien
mereka.
3. Fasilitas layanan.
4. Prinsip etis yang mengatur menajemen masalah secara umum dan industri
layanan kesehatan secara khusus.
9
Ke empat komponen dari definisi tersebut menekankan perlunya memadukan
berbagai pandangan dari pihak yang berkepentingan untuk memahami mutu layanan
kesehatan. Di satu sisi, manajemen teknik kesehatan berfokus pada kinerja klinis
penyedia layanan kesehatan; di sisi lain, manajemen hubungan antar-personail
menekankan pelaksanaan perawatan secara bersama-sama oleh penyedia layanan
maupun pasien. Kesehatan dikendalikan oleh proses klinis dan non-klinis. “fasilitas
layanan” berkaitan dengan keinginan pasien dalam mencapai kesejahteraan (atau
kinginannya dengan kata lain, pada tingkat pertemuan antara penyedia layanan dan
pasien, mutu layanan kesehatan) individu; “prinsip etis “ berkaitan dengan keinginan
penyedia layanan dalam meningkatkan kesejahteraan (atau keefektifan ) masyarakat
dan organisasi.8
Pandangan lain yang terkait dan lebih terfokus pada mutu digambarkan oleh dua
pertanyaan mendasar tentang layanan, prosedur, atau aktivitas klinis apa pun
berlangsung dalam lingkungan layanan kesehatan :1) “Apakah tindakan yang benar
telah dilakukan?” dan 2) “Apakah tindakan dilakukan dengan benar?” Pertanyaan
pertama tentang keefektifan layanan klinis; pertanyaan kedua berkaitan dengan
efesiensi layanan rawatan, yang terpenting, kinerja organisasi layanan kesehatan
bergantung pada keefektifan dan efesiensi mereka. Lebih lanjut, baik keefektifan
maupun efisien dibahas dalam crossing the Qualty IOM sebagai dua dari enam tujuan
khusus peningkatan mutu. Keefektifan didefisinikan sebagai “pemberian layanan
berdasarkan pengetahuan ilmiah bagi siapa pun yang dapat memperoleh manfaat
darinya dan penghentian pemberian layanan tersebut bagi siapa pun yang
10
kemungkinan tidak mendapatkan manfaat dari layanan tersebut (menghindari
penggunaan tidak optimal maupun penggunaan perlebihan)”; efisiensi didefinisikan
sebagai “menghindari kesia–siaan peralatan, pasokan, gagasan, dan tenaga”.8
Mutu dapat berarti suatu cara sederhana untuk meraih tujuan yang di inginkan
dengan cara yang paling efisien dan efektif, dengan penekanan untuk memuaskan
pembeli atau konsumen. Mutu tidak selalu berarti cara yang paling mahal untuk
melaksanakan segala sesuatu. Sebaliknya, mutu merupakan sebuah kebutuhan untuk
melakukan efisiensi dan penghematan biaya. Mutu tidak harus berupa layanan atau
barang-barang yang mahal. Namun, mutu merupakan sebuah produk atau layana yang
memadai, mudah dijangkau, dan sumber daya efisien, efektif dan aman sehingga
harus terus menerus dievaluasi dan ditingkatkan.9
Suatu sistem yang mempengaruhi mutu biasanya terdiri tiga komponen yaitu:9
a. Input
Kualitas input (struktur) dapat diukur. Input meliputi kualitas petugas, suplai,
perlengkapan, dan sumber daya fisik.
b. Proses
Prosedur diagnosis, terapeutik dan perawatan pasien, serta protokol,
semuanya dapat diukur dan dapat dikuantifikasi.
c. Outcome
Seseorang dapat menghitung tingkat kepuasan pasien terhadap layanan
kesehatan gigi dan mulut yang diberikan sebagai ukuran tidak langsung
11
mengenai keseluruhan mutu sistem itu dan seterusnya. Pemenuhan kebutuhan
pasien adalah hal yang harus dilakukan, karena hal tersebut mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien.
2.3 Tingkat Kepuasan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Kepuasan pasien adalah tanggapan pasien terhadap kesesuaian tingkat
kepentingan atau harapan (ekspektasi) pasien sebelum mereka merima jasa pelayanan
kesehatan gigi dan mulut dengan sesudah pelayanan kesehatan gigi dan mulut mereka
terima. Kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat
disimpulkan sebagai selisih kinerja institusi pelayan kesehatan gigi dan mulut dengan
harapan pelanggan (pasien atau kelompok masyarakat). Kepuasan pasien juga
didefinisikan sebagai tanggapan penerima jasa pelayanan kesehatan gigi dan mulut
terhadap ketidaksesuaian tingkat kepentingan pasien dengan kinerja yang nyata-nyata
dapat dirasakan setelah pengguna jasa menerima pelayanan kesehatan gigi dan
mulut.5
Layanan yang disediakan suatu institusi kesehatan harus memiliki karakteristik
tertentu, di samping persoalan keterjangkauan dan ketersediaan. Karakteristik itu
harus mencakup elemen dan karakteristik mutu. Elemen kepuasan konsumen
sebenarnya merupakan yang terpenting. Jika konsumen (si pasien ) tidak puas dengan
layanan yang diberikan, dia tidak akan mencari layanan itu atau menerimanya,
walaupun layanan tersebut tersedia, mudah didapat, dan muda dijangkau,. Oleh
karena itu, mutu layanan yang ditawarkan merupakan hal penting dalam layanan
12
kesehatan. Namun, mutu harus berasal dari perspektif konsumen karena mutu layanan
merupakan jasa yang diterima oleh konsumen layanan tersebut. 9
Perawatan gigi dan mulut bukan hanya untuk mengobati gigi sakit dan
bermasalah, tapi juga untuk memperbaiki penampilan gigi yang pada akhirnya akan
menciptakan rasa percaya diri yang tinggi. Seiring berjalannya waktu meningkatnya
kesadaran akan pentingnya kesehatan gigi dan mulut akan menimbulkan kepuasan
pada diri setiap pasien
Faktor-faktor yang menentukan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan
gigi dan mulut dapat dinilai berdasarkan terpenuhinya beberapa dimensi mutu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut, yaitu:5,7
a. Dimensi kompetensi teknis (Jaminan)
Dimensi kompetensi teknis menyangkut keterampilan, kemampuan, dan
penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi kompetensi
teknik itu berhubungan dengan bagaimana pemberian layanan kesehatan
mengikuti standar layanan kesehatan yang teleh disepakati, yang meliputi
kepatuhan, ketepatan, kebenenaran dan konsistensi, dan kerahasiaan. Tidak
dipenuhinya dimensi kompetensi teknik dapat mengakibatkan berbagai hal,
mulai dari penyimpangan kecil terhadap standar layanan kesehatan, sampai
kepada kesalahan fatal yang dapat menurunkan mutu layanan kesehatan dan
membahayakan jiwa pasien.
13
b. Dimensi efektifitas layanan kesehatan
Layanan kesehatan harus efektif, artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit serta
berkembangnya dan/atau meluasnya penyakit yang ada. Efektifitas layanan
kesehatan ini bergantung pada bagaimana standar layanan kesehatan itu
digunakan dengan tepat, konsisten, dan sesuai dengan situasi setempat.
Umumnya standar layanan kesehatan disusun pada tingkat organisasi yang
lebih tinggi, sementara pada tingkat pelaksana, standar layanan kesehatan itu
harus dibahas agar dapat digunakan sesuai dengan kondisi setempat.
Dimensi efektifitas sangat berkaitan dengan dimensi kompetensi teknis,
terutama dalam pemilihan alternatif dalam menghadapi relative risk dan
ketrampilan dalam mengikuti prosedur yang terdapat dalam standar layanan
kesehatan.
c. Dimensi efisiensi pelayanan kesehatan (Daya Tanggap)
Sumber daya kesehatan sangat terbatas. Oleh sebab itu, dimensi efisiensi
sangat penting dalam layanan kesehatan. Layanan kesehatan yang efisien
dapat melayani lebih banyak pasien atau masyarakat. Layanan kesehatan
memenuhi standar layanan kesehatan yaitu tidak memerlukan waktu lama,
dan tidak menimbulkan risiko yang lebih besar kepada pasien.
14
d. Dimensi kenyamanan (Tampilan fisik)
Dimensi kenyamanan tidak berhubungan langsung dengan efektivitas
layanan kesehatan, tetapi mempengaruhi kepuasan ke pasien/konsumen
sehingga mendorong pasien untuk datang berobat kembali ketempat tersebut.
Kenyamanan atau kenikmatan dapat menimbulkan kepercayaan pasien kepada
organisasi layanan kesehatan. Jika biaya layanan kesehatan menjadi
persoalan, kenikmatan akan memengaruhi pasien untuk membayar biaya
layanan kesehatan. Kenyamanan juga terkait dengan penampilan fisik layanan
kesehatan, pemberi pelayanan medis dan nonmedis. Misalnya, tersedianya
TV/ majalah /musik/kebersihan dalam suatu ruang tunggu dapat menimbulkan
perasaan kenikmatan tersendiri sehingga waktu tunggu tidak menjadi hal yang
membosankan.
e. Dimensi hubungan antarmanusia (empati)
Hubungan antarmanusia adalah interaksi antara pemberi layanan ksehatan
(provider) dengan pasien atau konsumen. Hubungan antarmanusia yang baik
akan menimbulkan kepercayaan atau kredibilitas dengan saling menghargai,
menjaga rahasia, saling menghormati responsif, memberi perhatian, dan lain-
lain.
Layanan kesehatan yang bermutu harus mampu memberikan informasi
yang jelas tentang apa, siapa, kapan, dimana, dan bagaimana layanan
15
kesehatan akan dan/atau telah dilaksanakan. Dimensi informasi ini sangat
penting pada tingkat puskesmas dan ruma sakit.
Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan diklasifikasikan dalam beberapa
tingkatan, yaitu:
a. Sangat Puas
Sangat puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang
menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai
kebutuhan atau keinginan pasien, seperti sangat bersih (sarana), sangat ramah
(hubungan dengan dokter atau perawat), sangat cepat (proses administrasi),
dan lainnya, yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang paling
tinggi.
b. Agak puas
Agak puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang
menggambarkan pelayanan kesehatan yang tidak sepenuhnya atau sebagian
sesuai kebutuhan atau keinginan seperti tidak terlalu bersih (sarana), agak
kurang cepat (proses administrasi), agak kurang ramah (hubungan dengan
dokter atau perawat), dan lainnya, yang seluruhnya menggambarkan tingkat
kualitas yang kategori sedang.
c. Tidak Puas
Tidak puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian pasien yang rendah,
yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan atau
16
keiinginan, seperti tidak bersih (sarana), lambat (proses administrasi), tidak
ramah (hubungan dengan dokter atau perawat), dan lainnya, yang secara
keseluruhan menggambarkan tingkat kualitas yang kategori paling rendah.
Berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan Likert yang dikenal
dengan skala Likert, kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan
mulut dikategorikan menjadi sangat puas, puas, cukup puas, tidak puas dan sangat
tidak puas.10
2.4 Karakteristik Pasien
a. Umur
Apendi menyatakan bahwa, karakteristik umur pasien tidak mempengaruhi
tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan. Sedangkan
pendidikan, pekerjaan, dan biaya mempengaruhi kepuasan pasien.10
Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukakan oleh Oroh yaitu tidak ada
hubungan antara umur dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap dengan
nilai p value 0,539. 12
b. Jenis Kelamin
Oroh menyatakan bahwa, ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap, dimana dianalisis dengan uji
chi±square diperoleh nilai p value 0,005 lebih kecil dari nilai α (0,05). Data
statistik menunjukkan bahwa yang paling banyak puas dengan pelayanan
keperawatan adalah responden laki -laki (87,2%). Jenis kelamin memiliki
17
pengaruh pada pandangan terhadap jasa yang diberikan. Perempuan lebih
banyak melihat penampilan secara detail, sementara laki - laki tidak
mengindahkan hal tersebut. Cara mengelola hubungan untuk kaum laki -laki,
mereka cenderung lebih cuek dengan hal yang dikemukakan oleh perempuan,
karena itu mereka dianggap lebih fleksible dibandingkan perempuan.12
c. Tingkat Pendidikan
Siagian menyatakan bahwa peningkatan pendidikan seseorang akan
meningkatkan keinginan, meningkatkan ketrampilan dan pengetahuannya.
Keterampilan di sini yang dimaksud adalah ketrampilan dalam memilih
rumah sakit saat pasien membutuhkan pelayanan. Jadi dengan pendidikan
pasien yang rendah, maka pasien tidak mempunyai banyak kemampuan untuk
memilih atau membandingkan rumah sakit yang dipakai untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.13
d. Pekerjaan
Munawaroh menyatakan bahwa, sebagian besar bekerja sebagai petani dengan
pendidikan rata-rata tingkat pendidikan rendah, sehingga hal ini dapat
menentukan keputusan pasien dimana harus mencari pengobatan. Pasien tidak
mementingkan nama rumah sakit (label), namun pasien lebih menekankan
yang utama dia harus mendapat pengobatan, apapun nama rumah sakitnya
tidak menjadi masalah.13
18
e. Biaya
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya
tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa
pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.12
BAB III
KERANGKA KONSEP
R
Keterangan:
Hubungan yang diteliti
Tingkat kepuasan
pasien
Dimensi mutu
pelayanan kesehatan
Faktor yang mempengaruhi :
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Pendidikan Terakhir
d. Pekerjaan
e. Sumber Biaya
Variabel yang diteliti
Variabel akibat
Variabel sebab
Rumah Sakit
Jasa Pelayanan
Kesehatan Pasien
Dimensi Kompetensi
Teknis (Jaminan)
Dimensi Efektifitas
Layanan Kesehatan
Dimensi Hubungan
Antarmanusia (Empati)
Dimensi Kenyamanan
(Tampilan Fisik)
Dimensi Efisiensi
Pelayanan Kesehatan
(Daya Tanggap)
Puas
Sangat
Puas
Tidak Puas
Cukup
Puas
Sangat
Tidak Puas
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah Observasional deskriptif.
4.2 DISAIN PENELITIAN
Disain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional study
4.3 LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian yaitu Poliklinik Gigi dan Mulut RSUD Tenriawaru Kab. Bone
4.4 WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Juni-11 Juli 2015
4.5 SUBYEK PENELITIAN
Subyek penelitian adalah seluruh pengunjung (pasien) Poliklinik Gigi dan Mulut
RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone selama bulan Juni-Juli yang bersedia mengisi
kuesioner setelah dilakukan perawatan.
4.6 KRITERIA PENELITIAN
a. Inklusi : Semua pengunjung di Poliklinik Gigi dan Mulut RSUD Tenriawaru
Kabupaten Bone yang berusia diatas 13 tahun dan besedia mengisi
kuesioner setelah dilakukan perawatan.
21
b. Eksklusi : Pasien yang tidak bersedia mengisi kuesioner setelah dilakukan
perawatan.
4.7 ALAT DAN BAHAN
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Kuesioner
b. Pulpen
4.8 DATA
a. Jenis data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diambil secara langsung dari objek yang akan diteliti.
b. Pengolahan data
Pengolahan data yaitu dengan menggunakan program SPSS 16.0
c. Penyajian data
Penyajian data yaitu dalam bentuk tabel.
4.9 DEFINISI OPERASIONAL
a. Mutu Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan yakni pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang
diterima oleh pasien selama menjalani perawatan kesehatan gigi dan mulut
berkaitan dengan hal berikut:5,7
22
1. Dimensi kompetensi teknis (Jaminan) adalah kerahasiaan penyakit pasien
terjaga, penjelasan prosedur kerja/tindakan, kemampuan dan pengetahuan
dokter gigi menangani keluhan pasien, penjelasan hasil pemeriksaan
(misalnya: mudah dipahami).
2. Dimensi efektivitas layanan kesehatan adalah efektivitas pelayanan dan
manfaat pelayanan yang diberikan pada pasien.
3. Dimensi efisiensi pelayanan kesehatan (DayaTanggap) adalah kecepatan
dokter gigi dalam menangani keluhan pasien, ketanggapan dokter gigi
dalam menyelesaikan keluhan pasien, dan kecepatan bagi administrasi
(ruang pendaftaran) dalam memberikan pelayanan.
4. Dimensi kenyamanan (Tampilan fisik) adalah penampilan dokter gigi,
kebersihan ruang perawatan, kerapian ruang perawatan, kebersihan ruang
tunggu, kebersihan peralatan untuk memeriksa gigi pasien, dan
kelengkapan peralatan.
5. Dimensi hubungan antarmanusia (empati) adalah sikap kesungguhan
dokter gigi dalam memeriksa dan menangani keluhan pasien (misalnya:
mendengarkan dan peduli), pemberian pelayanan tanpa memandang status
sosial, perhatian dokter gigi dalam memberikan pelayanan ,kejelasan
memberikan informasi tentang penyakit, kejelasan memberikan instruksi
sebelum perawatan, kejelasan memberikan instruksi setelah perawatan,
dan kejelasan informasi dan sikap petugas administrasi.
23
b. Tingkat Kepuasan pasien
Kepuasan pasien yakni Kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut yang dikategorikan menjadi sangat puas, puas, cukup puas,
tidak puas dan sangat tidak puas.
4.10 KRITERIA PENILAIAN
a. Skor dihitung dari masing-masing nomor jawaban. Skor 1 sampai 5 diberikan
untuk masing-masing jawaban. Nilai tertinggi yaitu 5 diberikan untuk
jawaban yang paling memuaskan dan nilai terendah yaitu 1 untuk jawaban
yang paling tidak memuaskan.
b. Kuesioner untuk penilaian kepuasan pasien terdiri dari 5 alternatif jawaban
yaitu SP (Sangat Puas) = 5, P (Puas) = 4, CP (Cukup Puas) = 3, TP (Tidak
Puas) = 2, dan STP (Sangat Tidak Puas) = 1.
c. Kepuasan terhadap mutu layanan kesehatan yaitu:
Dimensi kompetensi teknis (Jaminan)
Jumlah skor 16-20 = puas
<16 = tidak puas
Dimensi efektivitas layanan kesehatan
Jumlah skor 8-10 = puas
<8 = tidak puas
Dimensi efisiensi pelayanan kesehatan (DayaTanggap)
Jumlahs kor 12-15 = puas
24
<12 = tidak puas
Dimensi kenyamanan (Tampilanfisik)
Jumlah skor 24-30 = puas
<24 = tidak puas
Dimensi hubungan antarmanusia (empati)
Jumlah skor 28-35 = puas
<28 = tidak puas
Adapun pembagian kategori umur menurut Depkes RI :21
1. Masa Balita : 0-5 tahun
2. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun
3. Masa Remaja Awal : 12-16 tahun
4. Masa Remaja Akhir : 17-25 tahun
5. Masa Dewasa Awal : 26-35 tahun
6. Masa Dewasa Akhir : 36-45 tahun
7. Masa Lansia Awal : 46-55 tahun
8. Masa Lansia Akhir : 56-65 tahun
9. Masa Manula : > 65 tahun
25
4.11 PROSEDUR PENELITIAN
1. Setiap pengunjung yang datang ke Poli Klinik Gigi dan Mulut RSUD
Tenriawaru Kab. Bone diberi lembaran kuesioner setelah mendapatkan
perawatan dan diinstruksikan untuk mengisinya.
2. Lembaran kuesioner diberikan hanya kepada pengunjung (pasien) atau wali.
3. Setelah kuesioner diisi, kuesioner diambil kembali.
4. Data kuesioner dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data.
26
4.12 ALUR PENELITIAN
Poli Klinik Gigi dan Mulut RSUD
Tenriawaru Kab. Bone
Analisis Data
Seluruh pengunjung (pasien) yang telah mendapat
pelayanan kesehatan mengisi kuesioner
Hasil
Penilaian Kuesioner
Kuesioner dikumpulkan
BAB V
HASIL PENELITIAN
Telah dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap
mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Bone. Penelitian ini merupakan penelitian
observasional deskriptif, lokasi penelitian bertempat di RSUD Tenriawaru Bone.
Penelitian dilakukan pada tanggal 29 Juni – 11 Juli 2015. Sampel merupakan seluruh
pengunjung (pasien) yang memenuhi kriteria seleksi sampel yang telah ditentukan
sebelumnya. Jumlah sampel secara keseluruhan berjumlah 65 orang dengan rentan
usia 13-75 tahun.
Pengukuran tingkat kepuasan dilakukan dengan menggunakan kuisioner
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan distribusi sampel menurut jenis kelamin,
usia, pendidikan, sumber biaya, dan frekuensi kunjungan. Kuisioner yang digunakan
oleh Ristoria Simbolon dengan mengalami sedikit perubahan. Kuesioner dalam
pelayanan kesehatan gigi dan mulut ini terdiri dari 22 pertanyaan dengan lima
dimensi, yaitu jaminan, empati, daya tanggap, tampilan fisik, dan efektifitas
pelayanan medis. Hasil jawaban sampel diakumulasikan dan dikonversikan ke dalam
kategori tingkat kepuasan secara keseluruhan. Seluruh hasil penelitian selanjutnya
dikumpulkan dan dilakukan pengolahan dan dianalisis dengan menggunakan program
SPSS. Hasil penelitian ditampilkan dalam tabel distribusi sebagai berikut:
28
Tabel 5.1 Distribusi sampel menurut jenis kelamin, usia, pendidikan,
Sumber biaya, dan jumlah kunjungan di Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone
Variabel Frekuensi (n) Persen (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 30 46,2
Perempuan 35 53,8
Kelompok Usia
13 – 21 tahun 9 13,8
22 – 30 tahun 18 27,7
31 – 39 tahun 13 20
40 – 48 tahun 10 15,4
49 – 57 tahun 10 15,4
58 – 66 tahun 3 4,6
67 – 75 tahun 2 3,1
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah 2 3,1
SD 2 3,1
SMP 7 10,8
SMA 29 44,6
Sarjana 25 38,5
Sumber Biaya
Pribadi 30 46,2
Askes 26 40
Jamkesmas 9 13,8
Frekuensi Kunjungan
Pertama kali 29 44,6
Kedua kali 13 20
Lebih dari dua kali 23 35,4
Tabel 1 Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 65 orang (100%) yang terdiri
dari 30 laki-laki (46,2%) dan 35 perempuan (53.8%). Sampel yang berusia 22-30
tahun merupakan sampel dengan frekuensi terbanyak, yaitu 18 orang (27,7%).
Berdasarkan tingkat pendidikan, sampel terbanyak yaitu sekolah menengah atas
(SMA) dengan jumlah 29 orang (44.6%). Selain itu, sampel yang datang di RSUD
29
Tenriawaru Kabupaten Bone lebih banyak yang menggunakan biaya pribadi yaitu 30
orang (46,2%) dibandingkan Askes yaitu 26 orang (40%). Berdasarkan frekuensi
kunjungan, kebanyakan sampel yang datang di RSUD Tenriawaru Bone baru pertama
kali, yaitu sebanyak 29 orang (44.6%).
Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, biaya,
dengan frekuensi kunjungan dan kepuasan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten
Bone
Jenis kelamin, Usia,
Pendidikan, Biaya,
dan Kunjungan
Kepuasan Pelayanan Secara Keseluruhan Total
SP P CP TP STP
n % n % n % n % n % n %
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Kelompok Usia
13 – 21 tahun
22 – 30 tahun
31 – 39 tahun
40 – 48 tahun
49 – 57 tahun
58 – 66 tahun
67 – 75 tahun
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Sarjana
Sumber Biaya
Pribadi
Askes
Jamkesmas
Frekuensi Kunjungan
Pertama kali
Kedua kali
Lebih dari dua kali
Total
4
11
3
5
4
1
1
1
0
0
0
3
6
6
5
6
4
7
0
8
15
13,3
31,4
33,3
27,8
30,8
10
10
33,3
0,0
0,0
0,0
42,9
20,7
24
16,7
23,1
44,4
24,1
0,0
34,8
23,1
21
18
5
12
9
5
5
2
1
1
1
4
17
16
20
15
4
19
10
10
39
70
51,4
55,6
66,7
69,2
50
50
66,7
50
50
50
57,1
58,6
64
66,7
57,7
44,4
65,5
76,9
43,5
60
5
6
1
1
0
4
4
0
1
1
1
0
6
3
5
5
1
3
3
5
11
16,7
17,1
11,1
5,6
0,0
40
40
0,0
50
50
50
0,0
20,7
12
16,7
19,2
11,1
10,3
23,1
21,7
16,9
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
0,0
30 46,2
35 53,8
9 13,8
18 27,7
13 20
10 15,4
10 15,4
3 4,6
2 3,1
2 3,1
2 3,1
7 10,8
29 44,6
25 38,5
30 46,2
26 40
9 13,8
29 44,6
13 20
23 35,4
65 100
Ket: STP: sangat tidak puas; TP: tidak puas; CP: cukup puas; P: puas; SP: sangat puas
30
Tabel 2 memperlihatkan distribusi kepuasan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
secara keseluruhan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, biaya, dan frekuensi
kunjungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah laki-laki dengan kategori
puas (70%) lebih banyak dibandingkan perempuan (51.4%), namun jumlah
perempuan (31.4%) dengan kategori sangat puas lebih banyak daripada laki-laki
(13.3%). Hasil pengamatan juga memperlihatkan bahwa kategori usia dengan tingkat
kepuasan sangat puas yang paling banyak adalah usia 13-21 tahun dan 58-66 tahun,
masing-masing dengan persentase 33.3%.
Adapun, berdasarkan tingkat pendidikan, tidak ada satu pun sampel dengan
pendidikan tidak sekolah dan SD yang merasa sangat puas dengan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone. Sampel dengan tingkat
pendidikan SMP adalah sampel dengan persentase frekuensi terbanyak dalam
kategori sangat puas. Selain itu, terlihat pula, sampel dengan sumber biaya
jamkesmas memiliki persentase tertinggi yang merasa sangat puas dengan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut, sedangkan sampel dengan sumber biaya pribadi adalah
sampel yang paling sedikit persentasenya pada kategori sangat puas. Berdasarkan
jumlah kunjungan, tidak ada seorang pun sampel dengan jumlah kunjungan dua kali
yang merasa sangat puas terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Terdapat
34.8% sampel yang jumlah kunjungannya lebih dari dua kali yang merasa sangat
puas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut, sedangkan sampel yang pertama
kali berkunjung hanya 24.1% yang merasa sangat puas dengan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone.
31
Tabel 5.3 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
berdasarkan dimensi pelayanan jaminan
Dimensi Pelayanan
Jaminan
Jawaban Sampel berdasarkan Kepuasannya
SP P CP TP STP
n % n % n % n % n %
1.Kerahasiaan penyakit
pasien terjaga
2.Penjelasan prosedur
kerja/tindakan
3.Kemampuan dan
pengetahuan dokter gigi
menangani keluhan
pasien
4.Penjelasan hasil
pemeriksaan mudah
dipahami
16
14
20
16
24,6%
21,5%
30,8%
24,6%
37
37
35
39
56,9%
56,9%
53,8%
60,0%
10
13
9
9
15,4%
20,0%
13,8%
13,8%
2
1
1
1
3,1%
1,5%
1,5%
1,5%
0
0
0
0
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Ket: STP: sangat tidak puas; TP: tidak puas; CP: cukup puas; P: puas; SP: sangat puas
Data pada tabel 5.3 menunjukkan kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut ditinjau dari dimensi pelayanan jaminan. Pada kerahasiaan
penyakit pasien terjaga sebanyak 37 orang merasa puas, 16 orang merasa sangat puas,
10 orang merasa cukup puas, 2 orang merasa tidak puas. Penjelasan prosedur
kerja/tindakan sebanyak 37 orang yang merasa puas, 14 orang merasa sangat puas, 13
orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas. Kemampuan dan pengetahuan
dokter gigi menangani keluhan pasien sebanyak 35 orang merasa puas, 20 orang
merasa sangat puas, 9 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas.
Penjelasan hasil pemeriksaan mudah dipahami sebanyak 39 orang merasa puas, 16
orang merasa sangat puas, 9 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas.
32
Tabel 5.4 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
berdasarkan dimensi pelayanan daya tanggap
Dimensi Pelayanan
Daya Tanggap
Jawaban Sampel berdasarkan Kepuasannya
SP P CP TP STP
n % n % n % n % n %
1.Kecepatan dokter gigi
menangani keluhan
pasien
2.Ketanggapan dokter
gigi dalam
menyelesaikan keluhan
pasien
3.Kecepatan bagian
administrasi dalam
memberikan pelayanan
15
14
10
23,1%
21,5%
15,4%
28
28
27
43,1%
43,1%
41,5%
20
22
26
30,8%
33,8%
40,0
2
1
2
3,1%
1,5%
3,1%
0
0
0
0,0%
0,0%
0,0%
Ket: STP: sangat tidak puas; TP: tidak puas; CP: cukup puas; P: puas; SP: sangat puas
Berdasarkan data pada tabel 5.4 kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut ditinjau dari dimensi pelayanan daya tanggap. Pada
kecepatan dokter gigi menangani keluhan pasien sebanyak 28 orang yang merasa
puas, 15 orang merasa sangat puas, 20 orang merasa cukup puas, 2 orang merasa
tidak puas. Ketanggapan dokter gigi dalam menyelesaikan keluhan pasien sebanyak
28 orang merasa puas, 14 orang merasa sangat puas, 22 orang merasa cukup puas, 1
orang merasa tidak puas. Kecepatan bagian administrasi dalam memberikan
pelayanan sebanyak 27 orang merasa puas, 10 orang merasa sangat puas, 26 orang
merasa cukup puas, dan 2 orang merasa tidak puas.
33
Tabel 5.5 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
berdasarkan dimensi pelayanan empati
Dimensi Pelayanan
Empati
Jawaban Sampel berdasarkan Kepuasannya
SP P CP TP STP
n % n % n % n % n %
1.Sikap kesungguhan
dokter gigi dalam
memeriksa dan
menangani keluhan
pasien
2.Pemberian pelayanan
tanpa memandang
status sosial
3.Perhatian dokter gigi
dalam memberikan
pelayanan
4.Kejelasan memberikan
informasi tentang
penyakit
5.Kejelasan memberikan
instruksi sebelum
perawatan
6.Kejelasan memberikan
instruksi setelah
perawatan
7.Kejelasan informasi
dan sikap petugas
administrasi
14
14
15
13
9
12
10
21,5%
21,5%
23,1%
20,0%
13,8%
18,5%
15,4%
39
39
36
35
40
36
39
60,0%
60,0%
55,4%
53,8%
61,5%
55,4%
60,0%
12
12
13
16
15
16
16
18,5%
18,5%
20,0%
24,6%
23,1%
24,6%
24,6%
0
0
1
1
1
1
0
0,0%
0,0%
1,5%
1,5%
1,5%
1,5%
0,0%
0
0
0
0
0
0
0
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Ket: STP: sangat tidak puas; TP: tidak puas; CP: cukup puas; P: puas; SP: sangat puas
Data pada tabel 5.5 menunjukkan kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut ditinjau dari dimensi pelayanan empati, untuk sikap
kesungguhan dokter gigi dalam memeriksa dan menangani keluhan pasien sebanyak
39 orang merasa puas, 14 orang merasa sangat puas, 12 orang merasa cukup puas.
Pemberian pelayanan tanpa memandang status sosial sebanyak 39 orang merasa puas,
14 orang merasa sangat puas, 12 orang merasa cukup puas. Perhatian dokter gigi
34
dalam memberikan pelayanan sebanyak 36 orang merasa puas, 15 orang merasa
sangat puas, 13 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas. Kejelasan
memberikan informasi tentang penyakit sebanyak 35 orang merasa puas, 13 orang
merasa sangat puas, 16 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas.
Kejelasan memberikan instruksi sebelum perawatan sebanyak 40 orang merasa puas,
9 orang merasa sangat puas, 15 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas.
Kejelasan memberikan instruksi setelah perawatan sebanyak 36 orang merasa puas,
12 orang merasa sangat puas, 16 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak
puas. Kejelasan informasi dan sikap petugas administrasi sebanyak 39 orang merasa
puas, 10 orang merasa sangat puas, dan 16 orang merasa cukup puas.
Tabel 5.6 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
berdasarkan dimensi pelayanan tampilan fisik
Dimensi Pelayanan
Tampilan Fisik
Jawaban Sampel berdasarkan Kepuasannya
SP P CP TP STP
n % n % n % n % n %
1.Penampilan dokter gigi
2.Kebersihan ruang
perawatan
3.Kerapian ruang
perawatan
4.Kebersihan ruang
tunggu
5.Kebersihan peralatan
untuk memeriksa gigi
pasien
6.Kelengkapan peralatan
13
10
12
12
12
11
20,0%
15,4%
18,5%
18,5%
18,5%
16,9%
42
44
40
38
42
37
64,6%
67,7%
61,5%
58,5%
64,6%
56,9%
10
11
13
14
10
14
15,4%
16,9%
20,0%
21,5%
15,4%
21,5%
0
0
0
1
1
3
0,0%
0,0%
0,0%
1,5%
1,5%
4,6%
0
0
0
0
0
0
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Ket: STP: sangat tidak puas; TP: tidak puas; CP: cukup puas; P: puas; SP: sangat puas
35
Data tabel 5.6 menunjukkan kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan
gigi dan mulut ditinjau dari dimensi pelayanan tampilan fisik, untuk penampilan
dokter gigi sebanyak 42 orang merasa puas, 13 orang merasa sangat puas, 10 orang
merasa cukup puas. Kebersihan ruang perawatan sebanyak 44 orang merasa puas, 10
orang merasa sangat puas, 11 orang merasa cukup puas. Kerapian ruang perawatan
sebanyak 40 orang merasa puas, 12 orang merasa sangat puas, 13 orang merasa cukup
puas. Kebersihan ruang tunggu sebanyak 38 orang merasa puas, 12 orang merasa
sangat puas, 14 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas. Kebersihan
peralatan untuk memeriksa gigi sebanyak 42 orang merasa puas, 12 orang merasa
sangat puas, 10 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas. Pada
kelengkapan peralatan sebanyak 37 orang merasa puas, 11 orang merasa sangat puas,
14 orang merasa cukup puas, dan 3 orang merasa tidak puas.
Tabel 5.7 Distribusi kepuasan sampel terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
berdasarkan dimensi pelayanan medis
Dimensi Pelayanan
Medis
Jawaban Sampel berdasarkan Kepuasannya
SP P CP TP STP
n % n % n % n % n %
1.Efektifitas pelayanan
medis
2.Manfaat pelayanan
yang diberikan pada
pasien
10
12
15,4%
18,5%
35
35
53,8%
53,8%
17
17
26,2%
26,2%
3
1
4,6%
1,5%
0
0
0,0%
0,0%
Ket: STP: sangat tidak puas; TP: tidak puas; CP: cukup puas; P: puas; SP: sangat puas
Berdasarkan data pada tabel 5.7 menunjukkan kepuasan sampel terhadap mutu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditinjau dari dimensi pelayanan medis, untuk
36
ektifitas pelayanan medis sebanyak 35 orang merasa puas, 10 orang merasa sangat
puas, 17 orang merasa cukup puas, 3 orang merasa tidak puas, dan manfaat pelayanan
yang diberikan pada pasien sebanyak 35 orang merasa puas, 12 orang merasa sangat
puas, 17 orang merasa cukup puas, 1 orang merasa tidak puas.
Tabel 5.8 Distribusi kepuasan sampel berdasarkan dimensi mutu pelayanan
kesehatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tenriawaru Kabupaten Bone
Dimensi Kepuasan Puas Tidak Puas
n % n %
Jaminan 47 72,3 18 27,7
Empati 40 61,5 25 38,5
Daya Tanggap 35 53,8 30 46,2
Tampilan Fisik 41 63,1 24 36,9
Pelayanan Medis 44 67,7 21 32,3
Pada tabel 5.8 menunjukkan kepuasan sampel berdasarkan dimensi mutu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditinjau dari segi jaminan, jumlah sampel dengan
kategori puas paling banyak yaitu 47 orang. Selanjutnya, pada dimensi pelayanan
medis dengan kategori puas sebanyak 44 orang, kemudian pada dimensi tampilan
fisik pada kategori puas sebanyak 41 orang dan dimensi empati sebanyak 40 orang.
Pada kepuasan sampel ditinjau dari dimensi daya tanggap merupakan yang paling
rendah dalam kategori puas dengan jumlah sampel yaitu 35 orang.
BAB VI
PEMBAHASAN
Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan kualitas pelayanan kesehatan,
maka fungsi pelayanan perlu ditingkatkan untuk memberi kepuasan pasien. Kepuasan
pasien yaitu keadaan saat keinginan, harapan dan kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
Telah dilakukan penelitian mengenai gambaran tingkat kepuasan masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi dan Mulut di
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone. Gambaran hasil
penelitian menunjukkan bahwa pasien yang lebih banyak melakukan perawatan gigi
dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone
berjenis kelamin perempuan yaitu 35 orang (53,8%), sedangkan jenis kelamin laki-
laki sebanyak 30 orang (46,2%). Kelompok umur pasien yang paling banyak
melakukan perawatan gigi dan mulut di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Tenriawaru Kabupaten Bone yaitu umur antara 22-30 tahun dengan 18 orang atau
sebesar 27,7% dan diikuti kelompok umur antara 31-39 tahun dengan 13 orang atau
sebesar 20% sedangkan kelompok umur yang paling sedikit melakukan perawatan
gigi dan mulut terdapat umur 67-75tahun dengan 2 orang atau sebesar 3,1%.
Distribusi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
berdasarkan karakteristik pasien. Berdasarkan jenis kelamin jumlah laki-laki dengan
kategori puas lebih banyak yaitu 70% dibandingkan perempuan yaitu 51,4%. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Oroh ME, Rompas S dan Pondang L
38
yang menyatakan bahwa responden yang memiliki tingkat kepuasan lebih tinggi yaitu
laki-laki (87,2%). Jenis kelamin memiliki pengaruh pada pandangan terhadap jasa
yang diberikan. Perempuan lebih banyak melihat penampilan secara detail, sementara
laki-laki tidak mengindahkan hal tersebut. Cara mengelola hubungan untuk kaum
laki-laki, mereka cenderung lebih cuek dengan hal yang dikemukakan oleh
perempuan, karena itu mereka dianggap lebih fleksible dibandingkan perempuan.12
Distribusi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
ditinjau dari dimensi pelayanan jaminan, untuk penjelasan hasil pemeriksaan yang
mudah dipahami sebanyak 39 orang (60%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini
pasien merasa puas terhadap penjelasan hasil pemeriksaan yang disampaikan oleh
petugas kesehatan gigi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru
Kabupaten Bone.
Selanjutnya ditinjau dari dimensi pelayanan jaminan, untuk kerahasiaan penyakit
pasien terjaga sebesar 37 orang (56,9%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini
pasien merasa bahwa penyakit atau masalah kesehatan gigi dan mulutnya bisa
dirahasiakan oleh petugas kesehatan gigi yang ada di Poliklinik gigi tersebut. Begitu
pula ditinjau dari dimensi pelayanan jaminan, untuk penjelasan prosedur kerja
sebanyak 37 orang (56,9%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini pasien merasa
puas terhadap penjelasan prosedur kerja yang disampaikan dokter dan perawat gigi
sebelum melakukan perawatan sehingga pasien telah mengetahui terlebih dahulu
segala prosedur yang akan dilakukan.
39
Pada dimensi pelayanan jaminan, untuk kemampuan dan pengetahuan dokter gigi
menangani keluhan pasien sebanyak 35 orang (53,8%) dengan kategori puas. Pada
penelitian ini pasien merasa puas terhadap kemampuan dan pengetahuan dokter gigi
menangani keluhan yang disampaikan pasien sehingga pada tindakan pencabutan
gigi, penambalan, dan perawatan penyakit mulut pasien merasa puas.
Distribusi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
ditinjau dari dimensi pelayanan empati, untuk kejelasan memberikan instruksi
sebelum perawatan sebanyak 40 orang (61,5%) dan kejelasan instruksi setelah
perawatan sebanyak 36 orang (55,4%) masing-masing dengan kategori puas.
Kejelasan memberikan instruksi sebelum dan sesudah perawatan merupakan hal yang
penting dan hal ini bisa menentukan keberhasilan suatu perawatan. Pada penelitian ini
pasien merasa puas terhadap kejelasan memberikan instruksi sebelum dan sesudah
perawatan yang disampaikan dokter gigi oleh karena penjelasan tersebut membuat
pasien merasa nyaman terhadap perawatan yang diberikan. Rahmawati AF dan
Suprianto S menyatatakan bahwa interaksi personal terdiri dari keramahan dokter
kepada pasien, kesopanan dokter kepada pasien, perhatian dokter kepada pasien,
kemudahan dokter ditemui, serta kejelasan informasi yang diberikan dokter,
merupakan hal penting oleh pasien atau memiliki nilai mean rating kepuasan.17
Pada dimensi pelayanan empati, untuk sikap kesungguhan dokter gigi menangani
keluhan pasien dan pemberian pelayanan tanpa memandang status sosial memiliki
frekuensi yang sama sebanyak 39 orang (60%) dengan kategori puas. Pada penelitian
40
ini sikap kesungguhan dokter gigi menangani keluhan pasien merupakan hal yang
penting. Dengan sikap tersebut pasien merasa bahwa masalah kesehatan gigi dan
mulutnya bisa ditangani oleh dokter gigi tersebut. Hal ini juga membuat pasien
merasa puas terhadap perhatian dokter gigi dalam memberikan pelayanan tanpa
memandang status sosial pasien.
Berdasarkan dimensi pelayanan empati, untuk kejelasan informasi dan sikap
petugas administrasi sebesar 39 orang (60%) dengan kategori puas. Pada penelitian
ini secara umum pasien merasa puas, sangat puas, dan cukup puas terhadap sikap
petugas administrasi yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru
Kabupaten Bone. Tidak ada seorang pun pasien yang merasa tidak puas terhadap
sikap petugas administrasi tersebut.
Selanjutnya dimensi pelayanan empati, untuk perhatian dokter gigi dalam
memberikan pelayanan sebanyak 36 orang (55,4%) dengan kategori puas. Pada
penelitian ini pasien yang melakukan perawatan gigi dan mulut merasa puas, sangat
puas, cukup puas, karena perhatian tersebut membuat pasien merasa bahwa dokter
gigi telah memberikan perhatian yang tulus kepada mereka untuk mengatasi masalah
kesehatan gigi dan mulut yang mereka sampaikan. Perhatian merupakan bagian dari
dimensi mutu pelayanan yang berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dalam
menggunakan jasa pelayanan. Penelitian Sriwiyanti dalam Saragih S di RS Harapan
Pematang Siantar menyatakan bahwa perhatian (empathy) berpengaruh terhadap
keputusan pasien untuk menggunakan jasa pelayanan di rumah sakit. Pada dasarnya
41
setiap pasien ingin diperlakukan secara khusus. Dengan demikian rasa simpati dari
tenaga medis/paramedik merupakan alat utama untuk memenuhi harapan pasien akan
perlakuan istimewa tersebut yang kemudian akan mempengaruhi persepsi kepuasan
pasien.18
Pada dimensi pelayanan empati, untuk kejelasan memberikan informasi tentang
penyakit sebanyak 35 orang (53,8%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini pasien
merasa puas, sangat puas, cukup puas, terhadap kejelasan informasi tentang penyakit
yang disampaikan oleh dokter gigi yang ada di Poliklinik gigi tersebut oleh karena
penjelasan tentang informasi penyakit membuat pasien bisa mengetahui masalah
kesehatan gigi dan mulutnya.
Distribusi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
ditinjau dari dimensi daya tanggap, untuk kecepatan dokter gigi menangani keluhan
pasien dan ketanggapan dokter gigi dalam menyelesaikan keluhan pasien memiliki
frekuensi yang sama yaitu sebanyak 28 orang (43,1%) masing-masing dengan
kategori puas. Pada penelitian ini terdapat beberapa pasien merasa puas, sangat puas,
cukup puas, tetapi ada juga pasien yang merasa tidak puas. Dalam hal ini pasien
merasa puas terhadap kecepatan dokter gigi menangani keluhan pasien karena dengan
tindakan tersebut pasien merasa bahwa keluhannya bisa segera diatasi oleh dokter
gigi tersebut.
Selanjutnya pada dimensi pelayanan daya tanggap, untuk kecepatan bagian
administrasi dalam memberikan pelayanan sebanyak 27 orang (41,5%) dengan
42
kategori puas. Pada penelitian ini terdapat beberapa pasien merasa puas, sangat puas,
dan cukup puas terhadap kecepatan bagian administrasi dalam memberikan pelayanan
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone, tetapi ada juga
yang mengatakan tidak puas.
Berdasarkan dari beberapa indicator responsiveness ada beberapa yang menjadi
indicator dalam responsiveness antara lain tindakan cepat oleh dokter, perawat, dan
administrasi, dalam memberikan informasi yang jelas kepada pasien yang
berhubungan dengan perawat dan memberikan tanggapan yang cepat dalam
menyelesaikan keluhan pasien. Azwar menyatakan bahwa pelayanan yang diberikan
petugas (dokter) merupakan salah satu penunjang keberhasilan pelayanan kepada
pasien yang sedang menjalani pengobatan. Sikap yang ditunjukkan dengan tingkah
laku hendaknya memenuhi norma yang dikehendaki oleh masyarakat terutama oleh
penderita dan keluarga pasien. Dalam memberikan pelayanan seorang dokter harus
bersikap sopan, sabar, ramah, tidak ragu-ragu, penuh perhatian terhadap penderita,
selalu memberikan pertolongan yang dibutuhkan, membina hubungan yang baik
dengan perawat yang menangani pasien, menjalin hubungan yang baik dengan pasien
dan keluarganya agar timbul kepercayaan penderita kepada dokter tersebut.18
Hal ini tentunya harapan dari setiap pasien dan menjadi tanggung jawab penyedia
jasa dalam hal ini petugas yang langsung berhubungan dengan pasien. Bagaimana
petugas merespon setiap keluhan dan keinginan pasien dengan cepat dan sesuai
dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Hal ini tentunya akan meningkatkan
43
rasa puas kepada pasien. Hanafi menyatakan bahwa ada dua faktor utama yang
mempengaruhi kualitas jasa pelayanan atas jaminan yang dirasakan pasien yaitu
expected service dan perceived service. Apabila pelayanan yang diterima atau
dirasakan dapat menjamin pasien, maka kualitas jasa pelayanan akan dipersepsikan
memuaskan. Sebaliknya jika jaminan atas kualitas jasa yang diterima lebih rendah
daripada yang diharapkan, maka kualitas pelayanan kesehatan akan dipersepsikan
buruk atau tidak memuaskan.18
Distribusi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
ditinjau dari dimensi pelayanan tampilan fisik, untuk kebersihan ruang perawatan
sebanyak 44 orang (67,7%) dengan kategori puas. Sedangkan pada dimensi
pelayanan tampilan fisik, untuk kerapian ruang perawatan yaitu sebanyak 40 orang
(61,5%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini pasien merasa puas, sangat puas,
dan cukup puas terhadap kebersihan ruang perawatan dan kerapian ruang perawatan.
Tidak ada seorang pun pasien yang merasa tidak puas.
Pada dimensi pelayanan tampilan fisik, untuk penampilan dokter gigi sebanyak
42 orang (64,6%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini pasien merasa puas,
sangat puas, dan cukup puas terhadap penampilan dokter gigi yang ada di Poliklinik
Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone.
Penampilan pelayanan tidak hanya sebatas pada tampilan fisik bangunan yang
megah tetapi juga penampilan petugas dan ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang. Hal ini didukung dengan penelitian Bata yang menyatakan bahwa ada
44
hubungan yang signifikan antara tampilan fisik dengan kepuasan pasien pengguna
akses social dengan nilai p = 0,001. Penelitian Waryono juga menunjukkan bahwa
adanya pengaruh positif dan signifikan pada dimensi kenyamanan (tampilan fisik)
terhadap kepuasan pasien salah satu bukti langsung yang ada, yaitu kenyamanan di
ruang pelayanan dan ruang tunggu. Selain itu, penelitiann Purnama, berhubungan
signifikan antara dimensi bukti langsung dengan kepuasan pasien. Penelitian Azizan,
dan Gunawardane, menunjukkan bahwa dimensi kenyamanan (tampilan fisik) adalah
dimensi yang paling berpengaruh dan berhubungan dengan kualitas pelayanan yang
dirasakan.19, 20
Pada dimensi pelayanan tampilan fisik, untuk kebersihan peralatan yaitu sebanyak
42 orang (64,6%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini ada pasien merasa puas,
sangat puas, cukup puas, dan hanya 1 pasien yang merasa tidak puas terhadap
kebersihan peralatan yang ada di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone.
Pada dimensi pelayanan tampilan fisik, untuk kebersihan ruang tunggu sebanyak
38 orang (58,5%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini ada pasien yang
mengatakan puas, sangat puas, dan cukup puas, tetapi hanya 1 pasien yang
mengatakan tidak puas terhadap kebersihan ruang tunggu yang ada di Poliklinik Gigi
dan Mulut Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone.
Selanjutnya pada dimensi pelayanan tampilan fisik, untuk kelengkapan peralatan
sebanyak 37 orang (56,9%) dengan kategori puas. Pada penelitian ini pasien merasa
45
puas, sangat puas, dan cukup puas, tetapi ada juga pasien yang merasa tidak puas
terhadap kelengkapan peralatan di Poliklonik Gigi dan Mulut Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone.
Distribusi kepuasan pasien terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut
ditinjau dari dimensi pelayanan medis, untuk efektifitas pelayanan dan manfaat
pelayanan yang diberikan pada pasien memiliki tingkat kepuasan yang sama dengan
jumlah paling banyak yaitu sebesar 35 orang (53,8%) dengan kategori puas. Pada
penelitian ini pasien merasa puas, sangat puas, cukup puas, tetapi ada juga pasien
yang merasa tidak puas terhadap efektifitas pelayanan medis yang ada di Poliklinik
gigi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Kabupaten Bone. Hal ini
disebabkan karena pasien merasa bahwa pelayanan tersebut kurang efektif oleh
karena waktu pelayanannya kurang maksimal sehingga ada yang merasa tidak puas
terhadap pelayanan tersebut.
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kepuasan pasien terhadap
mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi dan Mulut Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Bone berdasarkan kelima dimensi yang diteliti
yaitu dimensi jaminan, dimensi daya tanggap, dimensi tampilan fisik, dimensi empati,
dan dimensi pelayanan medis memberikan gambaran bahwa pasien merasa puas
terhadap mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Poliklinik Gigi dan Mulut
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Bone.
7.2 Saran
Secara umum Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tenriawaru Bone diharapkan
dapat mempertahankan kepuasan pasien tersebut dan meningkatkan lagi mutu
pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan memperhatikan berbagai dimensi, yaitu
dimensi jaminan, dimensi daya tanggap, dimensi tampilan fisik, dimensi empati, dan
dimensi pelayanan medis.
47
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen kesehatan RI. Sistem kesehatan nasional, bentuk dan cara
penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Jakarta: DEPKES; 2009. hal. 4,6-11
2. Moeloek NF. Sambutan menteri kesehatan republik Indonesia pada peringatan
hari kesehatan nasional. Jakarta: KEMENKES RI; 2014. hal. 2
3. Subawa G. Mengelola rumah sakit menyesuaikan SJSN kesehatan. Yogyakarta:
Seminar Nasional; 2013
4. Sembel M, Opod H, Hutagalung BSP. Gambaran tingkat kepuasan pasien
terhadap perawatan gigi dan mulut di puskesmas bahu. J e-GiGi 2014; 2(2): 57-66
5. Muninjaya AAG. Manajemen mutu pelayanan kesehatan. Jakarta: EGC; 2011.
hal.12-6
6. Profil BLUD RSUD Tenriawaru Kabupaten Bone. Watampone.2014. hal. 1-2
7. Pohan IS. Jaminan mutu layanan kesehatan, dasar-dasar pengertian dan
penerapan. Jakarta: EGC; 2006. hal.12-3,18-20
8. Buchbinder SB, Shanks NH. Buku ajar manajemen pelayanan kesehatan. Jakarta:
EGC; 2011. hal.64-5
9. Al-Assaf AF. Mutu pelayanan kesehatan: dulu dan sekarang. In:Al-Assaf AF,
editor. Mutu pelayanan kesehatan perspektif internasional. Jakarta: EGC; 2009.
hal.15-6,18
10. Rangkuti R. Riset Pemasaran. Jakarta: GRAMEDIA; 2007.hal.66-7
48
11. Apendi. Hubungan karakteristik pasien dengan tingkat kepuasan pasien di tiga
UPF rawat inap RSUD Demak. Diponegoro University. 1997
12. Oroh ME, Rompas S, Pondang L. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan tingkat
kepuasan pasien rawat inap terhadap pelayanan keperawatan di ruang interna
RSUD Noongan. hal. 5-6
13. Munawaroh S. Analisis hubungan karakteristik dan kepuasan pasien dengan
loyalitas pasien di RSUA DR. Sutomo Ponorogo. hal.7
14. Susilo WH, Aima H. Skala pengukuran dan instrument penelitian aplikasi SPSS
pada penelitian ilmu keperawatan. Jakarta:IN MEDIA;2013. hal.3-4
15. Suliyanto. Perbedaan pandangan skala likert sebagai skala ordinal atau skala
interval. Purwokerto: SEWINDU STATISTIKA; 2011. hal.2-4
16. Simbolon R. Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan gigi dan
mulut di RSUD DR. Djasamen Saragih Pematangsiantar. Sumatera Utara: Skripsi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara; hal. 1-19
17. Rahmawati AF, Supriyanto S. Mutu pelayanan kesehatan berdasarkan dimensi
dabholkar di ruang rawat inap penyakit dalam. J Administrasi Kesehatan
Indonesia. 2013; 1(2):136-9
18. Saragih S, Lubis AN, Sutatniningsih R. Pengaruh mutu pelayanan kesehatan
terhadap loyalitas pasien rumah sakit umum herna medan. Medan; 2014. p. 1-8
19. Bata YW, Alwi, Darmawansyah. Hubungan kualitas pelayanan kesehatan dengan
kepuasan pasien pengguna askes sosial pada pelayanan rawat inap di RSUD
49
lakipadada kabupaten tana toraja tahun. Makassar:Universitas Hasanuddin; 2013.
hal. 6-9
20. Susmaneli H, Triana A. Dimensi mutu pelayanan kebidanan terhadap kepuasan
pasien program Jampersal. J Kesehatan Masyarakat Nasional. 2014; 8(8): 419-21
21. Depkes RI. Klasifikasi Pembagian Kategori Umur. 2009. Available at:
http//id.scribd.com/doc/151484440/Kategori-Umur-Menurut-Depkes-RI#scribd.
Accessed November 20, 2015.