242
Abstrak 1 Integrasi ilmu Perbandingan antara UIN Suska Riau dan Universitas UMMU Al Quran Makkah Dr. H. Akbarizan M.Ag., M.Pd.

A b s t r a k Integrasi ilmu · 2020. 7. 13. · 6 ilmu. Tujuan universitas juga menyebutkan tentang intgerasi ilmu, Sejarah UIN SUSKA berawal dari fakultas syariah, tarbiyah, dan

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • A b s t r a k

    1

    IntegrasiilmuPerbandingan antara UIN Suska Riaudan Universitas UMMU Al Quran Makkah

    Dr. H. Akbarizan M.Ag., M.Pd.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    2

    Judul : INTEGRASI ILMUPerbandinagn UIN Suska Riaudan Universitas UMMU al-Quran Mekkah

    Penulis : Dr. H. Akbarizan M.Ag., M.Pd.Editor : Mohammad Abdi Almaktsur

    Sampul :ory_fakod

    Diterbitkan pertama kali oleh : Suska Press 2014

    Alamat Penerbit :SUSKA PRESS

    Jl. H. R. Soebrantas KM 15 No. 155Simpang Panam - Pekanbaru - Riau

    Telp. 0761 - 562223 Fax. 0761 - 562052

    Dilarang memproduksi atau memperbanyakseluruh maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk

    atau cara apapun tanpa izin tertulis dari penerbitIsi di luar tanggung jawab percetakan

    Perpustakaan Nasional RI :Data Katalog dalam Terbitan (KDT)

    Dr. H. Akbarizan M.Ag., M.Pd.INTEGRASI ILMU

    Pekanbaru : Suska Press, 2014195 + xii, hlm

    ISBN : 978-602-283-048-1

  • A b s t r a k

    3

    ABSTRAK

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwaupaya untuk mengintegrasikan dikotomi ilmu di Indone-sia dilakukan dengan perubahan status STAIN dan IAINmenjadi UIN. Perubahan ini kemudian memaksa adanyanuansa dan pemikiran baru di kalangan civitas akademikaUIN. Pandangan-pandangan tentang fenomena alam danpemikiran tentangnya yang selama ini tidak banyak dikenaldalam tradisi ilmu-ilmu keagamaan mulai sering disam-paikan oleh dosen-dosen eksakta baik dalam diskusi maupunperkuliahan. UIN sebenarnya telah melakukan langkah-langkah penyelesaian dengan “program integrasi ilmupengetahuan”. Namun, ternyata bukan tanpa masalah.Menurut Mulyadhi Kartanegara, secara metodologis dankeilmuan, mereka berbeda dengan pola dan sistem berpikirdalam ilmu-ilmu keagamaan yang telah dikembangkan diUIN. Hal ini dapat menimbulkan gap dan pertentanganantara dosen agama dan umum. Paling tidak, dapat menye-babkan kebingungan di antara mahasiswa. Masalahnya,jika seorang dosen menyatakan bahwa sumber ilmu adalah

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    4

    indera dan metodenya adalah observasi, sementara yanglain menyatakan sumber ilmu adalah intuisi dan metode-nya adalah pembersihan hati (kasyf). Seorang dosen menye-butkan bahwa disiplin ilmunya murni bersifat empiriktanpa berkaitan dengan dogma agama, sementara dosenyang lain menyatakan bahwa tidak ada satupun disiplinilmu yang lepas dari pantauan teks suci.

    Untuk mencari solusi dikotomi ilmu ini, peneliti merasaperlu untuk melakukan penelitian di lapangan khususnyadi UIN SUSKA Riau. Kampus ini diharapkan menjadi solusipemecah kebuntuan dalam dikotomi ilmu tersebut. Di sam-ping itu, peneliti juga merasa perlu untuk melakukan studiperbandingan dengan negara Islam lain yang barangkalijuga mengalami problema yang sama. Salah satu negara yangpenting untuk dijadikan perbandingan adalah Arab Saudi.

    Rumusan permasalahan penelitian ini adalah bagai-mana karakteristik Universitas Ummul Qura Makkah danUniversitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, bagai-mana tradisi ilmu Universitas Ummul Qura Makkah danUniversitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, bagai-mana struktur keilmuan Universitas Ummul Qura Makkahdan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,dan bagaimana model integrasi ilmu Universitas UmmulQura Makkah dan Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau. Mengingat objek penulisan dalam penelitianini adalah kurikulum dan proses pembelajaran, maka jenispenelitian ini dapat penulis bagi kepada dua, yaitu jenispenelitian content untuk data dari kurikulum dan jenispenelitian field research.

  • A b s t r a k

    5

    Jenis penelitian ini adalah content analisys. Maksudnyapenulis mencoba mengelaborasikan pemikiran mengenaiintegrasi ilmu dalam kurikulum. Desain analisis isi secararinci terdiri dari langkah-langkah; pengadaan data, peng-urangan data, inferensi dan analisis data. Di samping itu,penelitian ini juga menggunakan prosedur penelitian fieldresearch, atau survey research, peneliti terjun langsung meng-gali data di lapangan dengan cara mengadakan survey, angket,wawancara dan melakukan deskripsi di lapangan untuk ber-usaha menggambarkan sebuah kenyataan atau fenomena,sehingga di sana bisa diketahui proses integrasi ilmu dalamproses pembelajaran di Arab Saudi dan di Indonesia.

    Penelitian ini dapat disimpulkan pada empat hal.Pertama, karakteristik universitas. Universitas Ummul Quratidak menyebutkan integrasi dalam visi. Namun dalam misiterlihat ada integrasi ilmu karena kampus ini memiliki misiuntuk menjadikan kampus ini sebagai rujukan akademikyang diakui dunia untuk ilmu-ilmu syari‘at dan bahasa Arab.Di dalam tujuan, kampus ini memperlihatkan integrasiilmu dengan Islam karena tujuan kampus ini adalah memper-siapkan generasi yang professional di bawah naungan prinsipdasar Islam dan mempersiapkan kader ulama dan tenagaspesialis. Sejarah kampus ini juga menggambarkan inte-grasi ilmu karena berawal dari fakultas syariah lalu mem-buka fakultas-fakultas lain seperti sains, dan kedokteran.

    UIN SUSKA Riau menyebutkan secara ekplisit dalamvisi universitas tentang integrasi ilmu, yaitu pengem-bangan ajaran Islam yang terintegrasi dengan sains. Dalammisi universitas, dinyatakan secara jelas tentang integrasi

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    6

    ilmu. Tujuan universitas juga menyebutkan tentang intgerasiilmu, Sejarah UIN SUSKA berawal dari fakultas syariah,tarbiyah, dan ushuluddin, kemudian fakultas-fakultas lainseperti sains, ekonomi, psikologi dan peternakan.

    Kedua, tradisi ilmu universitas. Universitas UmmulQura memiliki masjid dan islamic centre untuk pembinaankeagamaan di samping laboratorium untuk pengembanganilmu dan penelitian. Menjadikan akhlak Islami sebagaikewajiban dosen. UIN SUSKA memiliki masjid dan islamiccentre untuk pembinaan keagamaan di samping labora-torium untuk pengembangan ilmu dan penelitian. UINSUSKA tidak menyebutkan integrasi ilmu dengan Islamdalam kewajiban dosen.

    Ketiga, struktur ilmu universitas. Universitas UmmulQura memiliki 3 fakultas “keagamaan” dan 18 fakultas“umum”. memiliki 15 program studi yang ada sebutan“Islam” sebagai nama program studi dari 78 program studi.Universitas Ummul Qura meawajibkan mahasiswa programstudi “umum” mempelajari selama 4 semester mata kuliah“keislaman,” yaitu Ats-Tsaqafah Al-Islamiyah, Al-Quran, danSirah Nabawiyah.

    UIN SUSKA Riau memiliki 4 fakultas “keagamaan”dan 4 Fakultas “umum”. Kampus ini juga memiliki 17program studi yang ada sebutan “Islam” sebagai nama pro-gram studi dari 40 program studi. UIN SUSKA mewajib-kan mahasiswa program studi “umum” mempelajari matakuliah “keislaman”, Pengantar Studi Agama Islam/Metodo-logi Studi Islam, Studi al-Qur’an, Studi Hadis, Aqidah, AkhlakTasawuf, Fiqih Ibadah, Fiqih Muamalah, Fiqih, Sejarah

  • A b s t r a k

    7

    Peradaban Islam, Studi Islam Asia Tenggara, Islam danTamaddun Melayu.

    Keempat, model integrasi universitas. Dapat dinyata-kan mempunyai beberapa model intgerasi ilmu, yaitu modelintegrasi klasifikasi ilmu Nanat M.Natsir atau Model Struk-tur Pengetahuan Islam Osman Bakar, Model ParadigmaQurani, Model integrasi keilmuan IFIAS, Model Naquib al-Attas, dan Model pendekatan ulul albab Imam Munandar.

    UIN SUSKA Riau dapat dinyatakan mempunyaibeberapa model intgerasi ilmu, yaitu model integrasi klasi-fikasi ilmu Nanat M.Natsir atau Model Struktur Penge-tahuan Islam Osman Bakar, Model kelompok Aligargh,model yang purifikasi, Model Paradigma Qurani, dan Modelintegrasi keilmuan IFIAS.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    8

  • K a t a P e n g a n t a r

    9

    KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasihdan Maha Penyayang, kami memulai kata pengantar ini.Shalawat dan Salam buat junjungan alam, Muhammad IbnAbdullah, Rasulullah pencinta ilmu dan kebenaran.

    Ucapan terimakasih pertama kami berikan kepadaDirektur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universi-tas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Drs. Husrin ThamrinM.Si, yang telah memberikan waktu dan perhatian bekerja-sama dengan peneliti untuk membantu pelaksanaan peneliti-an ini. Terima kasih juga saya sampaikan kepada staf danpegawai yang ikut berpartiasipasi dalam penelitian ini.

    Kami juga mengucapkan terimakasih kepada BapakRektor UIN SUSKA, Prof. Dr. H. M. Nazir Karim, MA yangtelah memberikan masukan dan arahan dalam seminar hasilpenelitian. Terimakasih juga kami ucapkan kepada pembantulapangan yang telah bekerja semaksimal mungkin meng-umpulkan data, dan responden yang telah membantu peneliti

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    10

    dengan menjawab dan memberikan data yang penelitiperlukan.

    Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwaupaya untuk mengintegrasikan dikotomi ilmu di Indone-sia yang dilakukan dengan perubahan status STAIN danIAIN menjadi UIN masih terdapat muskilah. Perubahan inikemudian memaksa adanya nuansa dan pemikiran barudi kalangan civitas akademika UIN. Pandangan-pandang-an tentang fenomena alam dan pemikiran tentangnya yangselama ini tidak banyak dikenal dalam tradisi ilmu-ilmukeagamaan mulai sering disampaikan oleh dosen-doseneksakta baik dalam diskusi maupun perkuliahan. UIN se-benarnya telah melakukan langkah-langkah penyelesaiandengan “program integrasi ilmu pengetahuan”. Namun,ternyata bukan tanpa masalah. Menurut Mulyadhi Karta-negara, secara metodologis dan keilmuan, mereka berbedadengan pola dan sistem berpikir dalam ilmu-ilmu keagama-an yang telah dikembangkan di UIN. Hal ini dapat menim-bulkan gap dan pertentangan antara dosen agama dan umum.Paling tidak, dapat menyebabkan kebingungan di antaramahasiswa. Masalahnya, jika seorang dosen menyatakanbahwa sumber ilmu adalah indera dan metodenya adalahobservasi, sementara yang lain menyatakan sumber ilmuadalah intuisi dan metodenya adalah pembersihan hati (kasyf).Seorang dosen menyebutkan bahwa disiplin ilmunya murnibersifat empirik tanpa berkaitan dengan dogma agama,sementara yang lain menyatakan bahwa tidak ada disiplinilmu yang lepas dari pantauan teks suci.

    Penelitian ini jauh dari sempurna, oleh sebab itu, peneliti

  • K a t a P e n g a n t a r

    11

    meminta kritikan, saran dan perbaikan atas penelitian yangtelah terlaksana ini. Semoga usaha kita ini mendapat berkahdari ALLAH SWT. Amin

    Pekanbaru, 6 Desember 2013Peneliti Utama,

    Dr. H. Akbarizan M.Ag., M.PdNIP. 197110011995031002

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    12

  • D a f t a r I s i

    13

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK ............................................................................. iiiKATA PENGANTAR .......................................................... ixDAFTAR ISI ....................................................................... xiii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................ 1A. Latar Belakang ................................................. 1B. Rumusan Masalah ......................................... 12C. Tujuan Penelitian ........................................... 13

    BAB II LANDASAN TEORI .......................................... 15A. Konsep Ilmu ..................................................... 15

    1. Pengertian Ilmu .......................................... 182. Dikotomi Ilmu ............................................ 23

    B. Pengertian Integrasi Keilmuan ...................... 39C. Model Integrasi Keilmuan ............................. 48

    1. Model Purifikasi ......................................... 512. Model Modernisasi Islam .......................... 513. Model Neo–Modernisme ......................... 524. Model IFIAS ................................................ 535. Model Akademi Sains Islam Malaysia

    (ASASI) ........................................................ 556. Model Islamic Worldview Model ................ 567. Struktur Pengetahuan Islam ..................... 58

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    14

    8. Model Bucaillisme ...................................... 609. Model Integrasi Keilmuan

    Berbasis Filsafat Klasik ............................ 6210.Model Integrasi Keilmuan

    Berbasis Tasawuf ....................................... 6311.Model Integrasi Keilmuan Berbasis Fiqh 6712.Model Kelompok Ijmali (Ijmali Group) 6913.Model Kelompok Aligargh

    (Aligargh Group) ......................................... 7414.Model Integrasi Ontologis ....................... 7515.Model Integrasi Klasifikasi Ilmu ............ 7616.Model Integrasi Metodologis ................... 7717.Model al-Quran Sebagai Basis 

    atau Sumber Utama Ilmu ......................... 8018.Model Memperluas Batas Materi

    Kajian Islam ................................................ 8219.Model Pribadi Yang Berkarakter 

    Ulul Albab .................................................... 8420.Model Menelusuri Ayat-ayat

    dalam Alquran yang BerbicaraTentang Sains .............................................. 88

    21.Model Mengembangkan KurikulumPendidikan di Lembaga Pendidikan ....... 89

    BAB III METODE PENELITIAN .................................... 91A. Prosedur Penelitian Isi .................................. 92

    1. Pengumpulan Data ................................... 922. Reduksi Data .............................................. 923. Inferensi ...................................................... 934. Analisis Data .............................................. 93

    B. Prosedur Penelitian Lapangan ..................... 951. Sumber Data ............................................... 95

  • D a f t a r I s i

    15

    2. Metode Pengumpulan Data ...................... 953. Trianggulasi ................................................ 964. Teknik Analisis Data .................................. 96

    BAB IV TEMUAN PENELITIAN .................................... 97A. Karakteristik Lokasi Penelitian .................... 97

    1. Universitas UMMUL Qura Makkah ....... 972. Universitas Islam Negeri SUSKA Riau .. 1103. Perbandingan Karakteristik Universitas

    UMMUL Qura Makkah dan UniversitasIslam Negeri SUSKA Riau ........................ 119

    B. Tradisi Ilmu UMMUL Qura Makkahdan Universitas Islam Negeri SUSKA Riau .. 1231. Universitas UMMUL Qura Makkah ........ 1232. Universitas Islam Negeri SUSKA Riau .. 1353. Perbandingan Tradisi Ilmu UMMUL

    Qura dan UINSUSKA Riau ..................... 156C. Struktur Keilmuan UMMUL Qura Makkah

    dan UIN SUSKA Riau ................................... 1601. Universitas UMMUL Qura Makkah ........ 1602. Universitas Islam Negeri SUSKA Riau .... 1763. Perbandingan Struktur Keilmu UMMUL

    Qura dan UIN SUSKA ............................. 190D. Model Integrasi Ilmu UMMUL Qura

    Makkah dan UIN SUSKA Riau ...................... 196

    BAB V PENUTUP ........................................................... 217

    DAFTAR BACAAN ......................................................... 221

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    16

  • P e n d a h u l u a n

    1

    A. Latar BelakangPendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja

    dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.untuk membangun dunia pendidikan yang lebih baik perluvisi, misi, tujuan, dan strategi pendidikan yang tepat sesuaidengan tuntutan perubahan.1 Pendidikan juga dirancanguntuk penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sertabudi pekerti yang mulia atau iman yang kuat yang diharap-kan dapat memberikan manfaat bagi anak didik.

    Dalam beberapa tahun terakhir ini, di dunia Islam,lahirlah kebijakan-kebijakan baru tentang proses pendidik-an baik tentang kompetensi guru, inovasi kurikulum, pen-dekatan, strategi pembelajaran dan lain sebagainya yangmengacu pada bagaimana terciptanya dunia pendidikanyang lebih baik. Kebijakan-kebijakan tersebut seringkali

    BAB IPENDAHULUAN

    1 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalamRangka Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000),hal. 165.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    2

    dihambat oleh konsep pendidikan yang mendikotomikanantara ilmu agama dengan ilmu umum. Sebagian kebijakanbaru dalam proses pendidikan hanya berkutat kepada arahilmu agama, atau sebaliknya yang hanya ke ilmu umum.2

    Ilmu umum3 berbasiskan pada penalaran akal dandata empirik yang secara garis besar dapat dibagi menjaditiga bagian. Pertama, ilmu sains yang bercorak naturalisdengan alam raya dan fisik sebagai objek kajiannya sepertifisika, biologi, kedokteran, astronomi, geologi, botani dansebagainya. Kedua, ilmu sosial yang bercorak sosiologisdengan perilaku sosialmanusia sebagai objek kajiannyaseperti antropologi, sosiologi, politik, ekonomi, pendidikan,komunikasi, psikologi dan lain sebagainya. Ketiga, ilmulogika yang bercorak filosofis penalaran seperti filsafat, senidan ilmu humaniora lainnya. Ilmu agama Islam4 berbasis-

    2 Perkembangan ilmu sangat pesat dan diwarnai oleh berbagai aliran,corak dan pofil yang pada gilirannya akan mewarnai pola pikir, tindakandan perbuatan. Dewasa ini kita juga sudah terbiasa dengan menyebut-kankan ilmu-ilmu tersebut dengan sebutan ilmu umum dan ilmu agama.

    3 Inilah yang dimaksud oleh pengertian ilmu atau sains secara umum.Dalam Ensiklopedia Indonesia, ilmu pengetahuan adalah suatu sistemdari berbagai pengetahuan yang masing-masing didapatkan sebagai hasilpemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan  memakaimetode-metode tertentu. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yangsistematis yang diperoleh dari observasi, pembelajaran, dan percobaan untukmenentukan sifat alami dan prinpsip-prinsip dari apa yang dipelajari. LihatImam Munandar, “Integrasi dalam Study Islam”, dalam Makalah, tidakdipublikasikan.

    4 Imam al-Ghazali membedakan ilmu menjadi dua; Pertama, ilmuAgama yakni ilmu yang diperoleh dari ajaran Nabi SAW dan wahyu,Kedua, ilmu nonAgama yang dikelompokkan kepada ilmu yang terpuji(mahmud), dibolehkan (mubah), dan tercela (mudzmum). Al-Ghazali Dalamkonteks pengembangan ilmu ia membagi ilmu itu kepada dua bagian,pertama,

  • P e n d a h u l u a n

    3

    kan pada wahyu, hadits nabi, penalaran dan fakta sejarahseperti ilmu kalam, teologi, fiqh, ushul fiqh, fisafat, tafsir,ilmu tafsir, hadits, ilmu hadits, sejarah dan peradaban Islam,pendidikan Islam dan dakwah Islam.Kedua macam ilmutersebut hingga saat ini berjalan sendiri-sendiri dan ter-kadang memperlihatkan kontradiktif. Ilmu agama lebihberkonsentrasi mengatur hubungan manusia dengan Tuhandan hubungan manusia dengan manusia dan alam dariperspektif agama. Sedangkan ilmu umum banyak mengaturhubungan manusia dengan manusia dan manusia denganalam dalam perspektif kebutuhan manusia itu sendiri.

    Dikotomi ilmu-ilmu tersebut berakibat pada orangyang memahaminya, yaitu sikap yang mengagungkan satuilmu di atas ilmu yang lain tanpa menunjukkan apa yangharus dimainkan oleh ilmu tersebut bagi kemanusiaan.Dengan demikian, hal yang seperti ini telah membagi ma-nusia ke dalam kasta yang antara satu dengan yang lainnyaterkadang tidak memperlihatkan hubungan yang harmonis.5

    ilmu fardhu’ain, yang wajib di tuntut oleh setiap muslim seperti ilmu tauhid,dan hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan ibadah mahdhah(syari’ah).Kedua, ilmu yang wajib dicari dan menjadi tanggung jawabsekelompok umat Islam yang diistilahkan dengan fardhu kifayah,sepertiilmu kesehatan, fisika, kimia, matematika dan lain-lain. Hanya sayangsekali pengggolongan ilmu yang dibuat  imam al-Ghazali ditangkap secaratidak tepat oleh generasi penerusnya, sehingga perhatian mereka terhadapilu fardhu kifayah  tersebut sangat kurang, bahkan diabaikan. Padahal Al-Ghazali sendiri seorang figur ilmuan besar yang menguasai disiplin ilmu Agama,filsafat, maupum yang selama ini dianggap ilmu “umum”. Ibid.

    5 Dikotomi yang begitu ketat antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmuumum, tentunya sangat disayangkan, karena telah mengarah pada pemisah-an yang tidak bisa dipertemukan lagi antara kebudayaan dan bahkan cen-derung pada penolakan keabsahan masing-masing dengan menggunakanmetode yang juga sangat berbeda dari sudut jenis, dan prosedurnya. Demi-

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    4

    Seharusnya hal ini tidak boleh terjadi. Untuk itu perlupenataan ulang terhadap konsep ilmu tersebut dengan caramengintegrasikan ilmu dengan pendekatan agama Islam.Islam adalah agama yang universal dan berlaku sepanjangzaman bukan hanya mengatur urusan akhirat semata, tapijuga urusan dunia. Islam mengatur keduanya secara inte-gral.6

    Upaya untuk mengintegrasikan kedua ilmu ini sudahmulai diperkenalkan oleh para ahli yang visioner sejak akhirabad ke dua puluh, yang kemudian menimbulkan pro dankontra.7 Jika dilihat dari perdebatan tersebut, upaya islami-sasi atau integrasi keilmuan ini dilakukan dengansungguh-sungguh. Upaya ini didasarkan pada beberapapertimbangan, yaitu:

    1. Umat Islam butuh suatu sains untuk memenuhi ke-butuhan-kebutuhannya, material maupun spiritual.Sains saat ini tidak mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Ini disebabkan karena sains

    kian tegas pemisahan tersebut sehingga kedua kelompok ilmu tersebutseakan takkan pernah bisa dipersatukan, dan harus dikaji secara terpisahdengan cara dan prosedur yang berlainan. Meskipun begitu bahwa dalamsistem ilmu yang integral-holistik pemisahan tersebut masih bisa dibatasidengan cara menemukan basis yang sama bagi keduanya. Ibid.

    6 Islam dalam arti luas adalah agama mengatur hubungan timbalbalik antara manusia dan Tuhan, manusia dengan sesama dan lingkunganhidup yang bersifat fisik, sosial maupun budaya. Islam merupakan agamayang berisi petunjuk etika, moral, akhlak, kebijaksanaan dan dapat pulamenjadi teologi ilmu serta grand theory ilmu.

    7 Lihat Mulyanto, “Islamisasi Ilmu Pengetahuan” dalam MoeflichHasbullah, Gagasan dan Perdebatan Islamisasi Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LSAF, Iris, Cidesindo, 2000) Cet. I, hal. 17-18.

  • P e n d a h u l u a n

    5

    modern mengandung nilai-nilai khas barat yang mele-kat padanya. Nilai-nilai ini banyak yang bertentangandengan nilai-nilai Islam dan juga menimbulkanancaman-ancaman bagi kelansungan hidup manusiadi muka bumi.

    2. Secara sosiologis, umat Islam yang tinggal di wilayahgeografis dan memiliki kebudayaan yang berbeda daribarat membutuhkan sistem sains yang berbeda pulakarena sains barat diciptakan untuk memenuhi ke-butuhan masyarakatnya sendiri.

    3. Umat Islam pernah memiliki peradaban Islami dimanasains berkembang sesuai dengan nilai dan kebutuhanumat Islam.8

    Upaya untuk mengintegrasikan kedua ilmu itu diIndonesia dilakukan dengan perubahan status STAIN danIAIN menjadi UIN. Perubahan ini kemudian memaksaadanya pembukaan fakultas dan jurusan-jurusan yangdikategorikan sebagai jurusan umum. Perubahan ini telahpula menambah nuansa dan pemikiran baru di kalangancivitas akademika UIN. Pandangan-pandangan tentangfenomena alam dan pemikiran tentangnya yang selamaini tidak banyak dikenal dalam tradisi ilmu-ilmu keagama-an mulai sering disampaikan oleh dosen-dosen eksaktabaik dalam diskusi maupun perkuliahan. UIN sebenarnyatelah melakukan langkah-langkah penyelesaian dengan“program integrasi ilmu pengetahuan”. Namun, pembuka-

    8 Abuddin Nata, Dkk., Integrasi Ilmu Agama & Ilmu Umum,(Jakarta:Rajawali Press, 2005) hal. 11.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    6

    an jurusan umum di UIN yang kemudian diikuti denganprogram rekrutmen terhadap dosen-dosennya yangkebanyakan juga diambilkan dari para sarjana lulusan PTNumum, ternyata bukan tanpa masalah. Secara metodologisdan keilmuan, mereka berbeda dengan pola dan sistemberpikir dalam ilmu-ilmu keagamaan yang telah dikem-bangkan di UIN. Hal ini dapat menimbulkan gap danpertentangan antara dosen agama dan umum. Paling tidak,dapat menyebabkan kebingungan di antara mahasiswa.Masalahnya, jika seorang dosen menyatakan bahwasumber ilmu adalah indera dan metodenya adalah obser-vasi, sementara yang lain menyatakan sumber ilmu adalahintuisi dan metodenya adalah pembersihan hati (kasyf).Seorang dosen menyebutkan bahwa disiplin ilmunyamurni bersifat empirik tanpa berkaitan dengan dogmaagama, sementara dosen yang lain menyatakan bahwatidak ada satupun disiplin ilmu yang lepas dari pantauanteks suci. Kenyataan itu benar-benar terjadi nyaris di semuaUIN, termasuk UIN Jakarta sebagaimana disinyalirMulyadhi Kartanegera.9

    Menurut Mulyadhi pula, sebagai sebuah negara yangmemilik penduduk mayoritas Muslim paling besar didunia, Indonesia, telah melakukan upaya mengintegrasi-kan ilmu dalam proses pendidikan. Ide tentang integrasikeilmuan Islam di kalangan para pemikir pendidikan Is-lam di Indonesia selama ini dipandang masih berserakan

    9 Mulyadhi, “Membangun Kerangka Ilmu Perspektif Filosofis” dalamKomaruddin Hidayat dan Hendro Prasetyo (ed), Problem dan Prospek IAIN,(Jakarta, Depag, 2000), hal. 251

  • P e n d a h u l u a n

    7

    dan belum dirumuskan dalam suatu tipologi pemikiranyang khas, terstruktur, dan sistematis. Bahkan transformasibeberapa IAIN/STAIN menjadi UIN pun dipandang belummenggambarkan peta pemikiran keilmuan Islam. Itulahsebabnya berbagai gagasan integrasi keilmuan, termasukjuga kristalisasinya dalam bentuk transformasiIAIN/STAIN menuju UIN menjadi penting untuk membangunsuatu tipologi atau pemikiran tentang integrasi keilmuanIslam.10

    Realitas cara pandang terhadap dikotomi ilmu itu,kemudian berimplikasi kepada respon para pengambilkebijakan pendidikan atau pemerintah. Pemerintah Indo-nesia menetapkan adanya dua versi lembaga pendidikan,yakni pendidikan umum dan pendidikan agama, yangdalam implementasinya seringkali menimbulkan per-lakuan diskriminatif. Bukti dari perlakuan diskriminatifpemerintah terhadap lembaga-lembaga pendidikanumum di satu sisi dengan pendidikan keagamaan di sisilain, adalah pada kebijakan dua kementerian, kementerianPendidikan Nasional dan Kebudayaan mengurusi lem-baga-lembaga pendidikan umum dengan berbagai fasilitasdan dana yang relatif memadai, sementara KementerianAgama mengelola lembaga-lembaga pendidikan keagama-an dengan fasilitas dan pendanaan yang kurang memadai.11

    Integrasi ilmu antara agama dan sains bukan sesuatuyang tidak dapat dilakukan. Namun, mengingat bahwa

    10 Ibid.11 Lihat DepartemenKeuangan Republik Indonesia, Data Pokok APBN

    Tahun Anggaran 2006, (Jakarta: Depkeu RI,2006), hal. 8.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    8

    semua keilmuan lahir dari basis ontologis, epistemologisdan aksiologis, dan ternyata basis keilmuan Islam dan sainsberbeda, maka diperlukan parameter-parameter tertentusehingga tercapai tujuan-tujuan tersebut. Untuk mencapaihal tersebut tidak cukup dengan memberi justifikasi ayatal-Qur‘an pada setiap penemuan dan keilmuan, memberi-kan label Arab atau Islam pada istilah-istilah keilmuan dansejenisnya, tetapi perlu ada perubahan paradigma padabasis-basis keilmuan, agar sesuai dengan basis-basis dankhazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realitasmetafisik, religius dan teks suci.12

    Ini penting, sebab sebuah ilmu akan tetap bernafas-kan sekuler, jika tidak didasarkan pada basis ontologis ataupandangan dunia (world view) yang utuh dan ‘tunggal’ atautauhid dalam istilah Naquib Attas. Begitu pula, sebuahepistemologi akan tetap bersifat ‘eksploitatif’ dan ‘merusak’jika tidak didasarkan atas ontologi yang Islami. Namundemikian, bangunan ilmu yang telah terintegrasi tidakbanyak berarti jika dipegang orang yang tidak bermoral

    12 Banyak model integrasi yang dikembangkan di dunia Islam. HusniThoyyar menyebutkan ada 10 model, yaitu Model IFIAS, Model AkademiSains Islam Malaysia (ASASI), Model Islamic Worldview, model StrukturPengetahuan Islam, model Bucaillisme, model Integrasi Keilmuan BerbasisFilsafat Klasik, model Integrasi Keilmuan Berbasis Tasawuf, modelIntegrasi Keilmuan Berbasis Fiqh, model Kelompok Ijmali (Ijmali Group),model Kelompok Aligargh (Aligargh Group). Nanat Fatah Natsirmengemukakan tiga model integrasi, yaitu: integrasi ontologis, integrasiklasifikasi ilmu, dan integrasi metodologis. Di samping itu ada yangmenyebutkan model purifikasi, model modernisasi Islam, dan model neo-modernism.

  • P e n d a h u l u a n

    9

    rusak dan tidak bertanggungjawab. Karena itu, perlu di-benahi pada aspek aksiologinya.13

    Bangunan integrasi antara ilmu agama dan umumharus mempertimbangkan basis-basis tersebut. Secaraontologis harus mempertimbangkan adanya realitas laindi samping realitas empirik. Secara epistemologis harusmemperhatikan posisi wahyu dan intuisi serta hubungankeduanya dengan rasio. Secara aksiologis harus mengarahpada tujuan-tujuan tertentu yang tidak sekedar duniawi.

    Oleh sebab itu, dalam membangun integrasi ilmuagama dan umum, hendaknya mempertimbangkan basis-basis keilmuan di atas: ontologis, epistemologis danaksiologis. Tidak hanya memberikan justifikasi ayat atauhadis. Sebab, semua itu hanya bersifat semu bukan yangsesungguhnya, sehingga hanya berupa labelisasi ayat danbukan integrasi keilmuan.14

    Untuk mencari solusi dikotomi ilmu ini, penelitimerasa perlu untuk melakukan penelitian di lapangankhususnya di perguruan tinggi. Di Indonesia, dengan telahditetapkannya beberapa IAIN menjadi UIN15 oleh Presiden

    13 Huzni Thoyyar, “Model-Model Integrasi Ilmu Dan Upaya Mem-bangun Landasan Keilmuan Islam, Survey Literatur Terhadap Pemikiran IslamKontemporer, Makalah, tidak dipublikasikan.

    14 A Khudori Soleh, “Membangun Integrasi Ilmu Agama dan Umum(Mencari Basis Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis)”, dipresentasikandalam acara temu riset keagamaan tingkat nasional IV di Palembang, 26-29 Juni 2006.

    15 Pada tahun 2013, Presiden Republik Indonesia telah menetapkansebanyak delapan UIN di Indonesia, yaitu UIN Jakarta, UIN Yogyakarta,UIN Bandung, UIN Malang, UIN Riau, UIN Makassar, UIN Surabaya, danUIN Aceh.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    10

    Republik Indonesia, dikhotomi ilmu mulai diupayakansolusinya. UIN diharapkan menjadi solusi pemecahkebuntuan dalam dikotomi ilmu tersebut. Di samping itu,peneliti juga merasa perlu untuk melakukan studi per-bandingan dengan negara Islam lain yang barangkali jugamengalami problema yang sama. Salah satu negara yangpenting untuk dijadikan perbandingan adalah Arab Saudi.Arab Saudi merupakan mitra strategis bagi Indonesiakarena memiliki berbagai persamaan kepentingan danbudaya. Keberadaan Indonesia sebagai negara denganjumlah penduduk Muslim terbesar di dunia menjadi modalutama dalam membangun hubungan dengan negara-negara Timur Tengah, khususnya Arab Saudi. Dari tahunke tahun, hubungan Indonesia-Arab Saudi selalu meng-alami peningkatan, baik di bidang ekonomi, politik, pendi-dikan, maupun budaya.

    Kerja sama dalam bidang pendidikan dan kebudaya-an antara Indonesia-Arab Saudi merupakan bidang kerjasama yang mengalami perkembangan pesat. Sejak lamaArab Saudi menjadi tujuan utama warga negara Indone-sia dalam menuntut ilmu. Pada 2009, mahasiswa Indone-sia yang kuliah di Arab Saudi berjumlah 308 orang dantersebar di enam universitas. Pada 2012 terjadi peningkatandua kali lipatnya, yaitu mencapai 507 mahasiswa. Di sam-ping itu, ada ratusan santri yang belajar di rubath-rubath diMakkah dan Madinah.

    Ada beberapa pertimbangan mengapa penulistertarik untuk mengkaji proses pendidikan di Arab Saudidaripada negara-negara lain. Pertama, Arab Saudi adalah

  • P e n d a h u l u a n

    11

    pusat agama Islam di dunia. Kiblat umat Islam berada dikerajaan Arab Saudi. Asumsi lain adalah Arab Saudi meng-amalkan ajaran Islam dalam konteks kenegaraannya. Olehsebabnya menjadikan Arab Saudi sebagai contoh dalampenerapan integrasi ilmu dalam proses pembelajaranadalasan alasan yang mendasar dan tepat dibandingkannegara lain.

    Kedua, meningkatnya jumlah mahasiswa Indonesiayang belajar di Arab Saudi, terutama di bidang-bidangsains dan teknologi. Arab Saudi sebelumnya adalah tempatbelajar bagi penuntut “ilmu-ilmu agama” seperti al-quran,hadis, fiqh dan aqidah, namun berdasarkan perkembanganilmu pengetahuan, Arab Saudi telah mengembangkanlembaga-lembaga pendidikan yang memberikan kesem-patan bagi penuntut “ilmu-ilmu sain”. Pemerintah ArabSaudi secara serius telah membangun lembaga-lembagatersebut sehingga dapat menyamai lembaga sejenis didunia.16

    Ketiga, banyaknya kesempatan kepada para pengajardan peneliti Indonesia untuk bekerja di universitas-uni-versitas di Arab Saudi. Keempat, telah terjadi peningkatanpenerima beasiswa dari Indonesia dan ke depan terjadipenambahan. Seperti Universitas Komputer di Arab Saudiyang memberikan beasiswa sebanyak 300 orang kepadapelajar atau mahasiswa dari Indonesia. Universtas IslamMadinah memberikan 150 beasiswa setiap tahunnya.Beberapa perguruan tinggi lain juga memberikan tawaran

    16 Basuni Imamuddin, Kerja Sama Pendidikan RI-Arab Saudi. KoranHarian Republika, 14 Juni 2012.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    12

    17 Ibid.

    beasiswa kepada pelajar dan mahasiswa Indonesia. Hanyasaja Arab Saudi memberikan beasiswa dengan seleksi yanglebih ketat.17

    Dari beberapa latarbelakang dan fakta tersebut, perlupeneliti akan melakukan penelitian berkenaan denganintegrasi ilmu ini di kedua negara, yaitu Indonesia danArab Saudi. Penelitian ini tidak lagi membahas tentangpro dan kontra integrasi keilmuan ini. Penelitian ini akanmelihat bagaimana integrasi ilmu diaplikasikan dalamproses pendidikan di Indonesia dan Arab Saudi.

    B. Rumusan MasalahDari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskanpermasalahan penelitian sebagai berikut:

    1. Bagaimana karakteristik Universitas Ummul QuraMakkah dan Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau?

    2. Bagaimana tradisi ilmu Universitas Ummul QuraMakkah dan Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau?

    3. Bagaimana struktur keilmuan Universitas UmmulQura Makkah dan Universitas Islam Negeri SultanSyarif Kasim Riau?

    4. Bagaimana model integrasi ilmu UniversitasUmmul Qura Makkah dan Universitas Islam NegeriSultan Syarif Kasim Riau?

  • P e n d a h u l u a n

    13

    C. Tujuan dan Signifikansi PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui:1. Karakteristik Universitas Ummul Qura Makkah dan

    Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau?2. Tradisi ilmu Universitas Ummul Qura Makkah dan

    Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau?3. Struktur keilmuan Universitas Ummul Qura

    Makkah dan Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau?

    4. Model integrasi ilmu Universitas Ummul QuraMakkah dan Universitas Islam Negeri Sultan SyarifKasim Riau?

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikanmanfaat bagi:

    1. Pengembangan proses pendidikan yang dapatmengintegrasika ilmu di Indonesia dengan mem-bandingkan proses pendidikan di Arab Saudi.

    2. Pengembangan kurikulum terintegrasi di Indone-sia dengan membandingkan kurikulum di ArabSaudi. []

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    14

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    15

    A. Konsep IlmuAwal munculnya ide tentang integrasi keilmuan

    dilatarbelakangi oleh adanya dualisme atau dikotomikeilmuan antara ilmu-ilmu umum di satu sisi dengan ilmu-ilmu agama di sisi lain. Dikotomi ilmu yang salah satunyaterlihat dalam dikotomi institusi pendidikan antarapendidikan umum dan pendidikan agama telah berlang-sung semenjak Indonesia mengenal sistem pendidikanmodern. Dikotomi keilmuan berimplikasi kepada aspek-aspek pendidikan di umat Islam, baik yang menyangkutcara pandang umat terhadap ilmu dan pendidikan, kelem-bagaan pendidikan, kurikulum pendidikan maupun prosespembelajaran.1

    BAB IIKERANGKA TEORITIS

    1 Huzni Thoyyar, “Model-Model Integrasi Ilmu Dan Upaya MembangunLandasan Keilmuan Islam, Survey Literatur terhadap Pemikiran IslamKontemporer, Makalah, tidak dipublikasikan.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    16

    Di kalangan masyarakat Islam berkembang suatukepercayaan bahwa hanya ilmu-ilmu agama Islam lebihdipelajari oleh umat Islam, sementara ilmu-ilmu umumdipandang sebagai sesuatu yang bukan bagian dari ilmu-ilmu yang layak dan patut dipelajari.2 Lembaga-lembagayang mengajarkan ilmu-ilmu umum mempunyai keung-gulan dari sisi rasionalitas dan metodologi ditambah denganpengayaan dibidang skill, tapi minus pengayaan moral.Lembaga-lembaga ini hanya mampu menghasilkan out-putmahasiswa yang cerdas tapi kurang memiliki kepekaanetika dan moral. Sebaliknya lembaga-lembaga yang meng-ajarkan ilmu-ilmu agama mempunyai keunggulan dari sisimoralitas tetapi minus tradisi rasional, meskipun memilikikeunggulan pada moralitas tetapi lemah secara intelektual.Cara pandang ini, kemudian berimplikasi terhadap carapandang sebagian umat Islam terhadap pendidikan. Seba-gian umat Islam hanya memandang lembaga-lembagapendidikan yang berlabel Islam yang akan mampu meng-antarkan anak-anak dan generasi mudanya mencapai cita

    2 Seperti pendapat Imam al-Ghazali yang membagi kewajibanmenuntut ilmu kepada fardhu ain dan fardhu kifayah. “Ilmu fardu a’in .Ilmu tentang cara amal perbuatan yang wajib, Maka orang yang mengetahuiilmu yang wajib dan waktu wajibnya, berartilah dia sudah mengetahuiilmu fardu a’in. Ilmu fardu kifayah. Ialah tiap-tiap ilmu yang tidak dapatdikesampingkan dalam menegakan urusan duniawi. Lebih jauh Al Ghazalimenjelaskan bahwa yang termasuk ilmu fardu a’in ialah ilmu agama dengansegala cabangnya, seperti yang tercakup dalam rukun Islam, sementaraitu yang termasuk dalam ilmu (yang menuntutnya) fardhu kifayah antaralain ilmu kedokteran, ilmu berhitung untuk jual beli, ilmu pertanian, ilmupolitik, bahkan ilmu menjahit, yang pada dasarnya ilmu-ilmu yang dapatmembantu dan penting bagi usaha untuk menegakan urusan dunia.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    17

    menjadi Muslim yang sejati demi mencapai kebahagiaandi dunia dan di akhirat. Sementara itu, lembaga-lembagapendidikan “umum” dipandang sebagai lembaga pendi-dikan sekuler yang tidak kondusif mengantarkan anak-anak dan generasi ke masa depan yang agamis.3

    Pemikiran tentang integrasi ilmu dan agama di lem-baga pendidikan Islam di Indonesia selama ini masih belumdapat dirumuskan dalam suatu bentuk jelas, terstrukturdan sistematis. Perubahan beberapa perguruan tinggi agamaIslam menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) belum dapatmenjelaskan peta pemikiran keilmuan Islam, baik di In-donesia maupun di dunia Islam pada umumnya; baik masaklasik maupun kontemporer. Itulah sebabnya berbagaigagasan integrasi ilmu, menjadi penting untuk dibahasdalam penelitian ini. Pengertian ilmu penting pula dibahasdalam bab II tentang kerangka teoritis ini.4

    3 Malik Fajar menyatakan bahwa dengan memperhatikan implikasiyang sifatnya sedemikian mendasar seperti yang telah digambarkan,apabila pendidikan dibiarkan tetap pada sistem dan pola dualisme-dikotomik, maka keseimbangan dalam penguasaan moralitas dan etika,kemampuan rasional dan keunggulan skill akan sulit tercapai. Untuk itudibutuhkan sebuah usaha kearah terciptanya sintesa, konvergensi atau siner-gitas sehingga dapat dicapai kesatuan moralitas-rasionalitas, ruhaniah-jasmaniah. Lihat, Malik Fadjar, Sintesa Antara Perguruan Tinggi denganPesantren; Upaya Menghadirkan Wacana Pendidikan Alternative (Malang:UIN Malang, 2004), hal. 7

    4 Huzni Thoyyar, “Model-Model Integrasi Ilmu Dan Upaya Mem-bangun Landasan Keilmuan Islam, Survey Literatur Terhadap PemikiranIslam Kontemporer, Makalah, tidak dipublikasikan.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    18

    1. Pengertian IlmuUntuk memahami konsepi integrasi atau dikotomi

    ilmu, maka yang pertama harus dibahas lebih awal adalahpengertian dan hakikat ilmu secara umum. Pengertian danhakikat ilmu sejak lama menjadi bahan polemik di kalang-an filosof dan ilmuwan. Dalam bahasa Indonesia, kata“ilmu” kadang kala diidentikkan dengan kata “pengetahu-an”. Itulah sebabnya menjadi tidak mudah memberikandefinisi “ilmu”. Yuyun Suriasumantri,5 mengartikan ilmusebagai pengetahuan yang memiliki tiga karakteristik,yaitu: rasional, empiris, dan sistematis. Pengertian yanghampir sama diberikan oleh Amsal Bachtiar, yang me-nyatakan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yangterklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikankebenarannya secara empiris.6

    Dengan mempertimbangkan maksud dan tujuanpenggunaan kata ilmu serta karakteristik yang dimilikinya,istilah ilmu merupakan padanan dari bahasa Inggris,adalah sinonim dengan science. Ilmu yang berasal dari katabahasa Arab, dan science dalam bahasa Inggris. Itulahsebabnya Mulyadhi Kartanegara menyatakan bahwamenurutnya istilah ilmu dalam epistemologi Islammempunyai kemiripan dengan istilah science dalamepistemologi Barat. Sebagaimana sains dalam epistemologi

    5 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model…. Dapatlihat pula Yuyun Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer,(Jakarta: Sinar Harapan, 1998), hal. 47.

    6 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model….Dapatlihat pula Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Radjawali Press, 2005),hal. 57-65.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    19

    Barat dibedakan dengan knowledge, ilmu dalam episte-mologi Islam dibedakan dengan opini (ra’y). Sementarasains dipandang sebagai any organized knowledge, ilmudidefinisikan sebagai “pengetahuan tentang sesuatusebagaimana adanya”. Dengan demikian, ilmu bukansembarang pengetahuan atau sekadar opini, melainkanpengetahuan yang telah teruji kebenarannya.7

    Dalam terminologi Barat, ilmu atau science tiada lainadalah organized knowledge atau organized body of knowledge,sebagaimana dikemukakan dalam Encyclopedia Wikipediabahwa sain mengarah kepada organized body of knowl-edge yang meneliti dunia fisik, antara animasi dan dbukananimasi, antara pengertian yang pasti dan sikap sertametode berfikir yang membentuk struktur pengetahuantersebut. juga adalah antara aktifitas yang partikular danhasil dari aktifitas itu.8

    Sains adalah dengan teori dan dasar untuk mencipta-kan sesuatu hasil yang dapat memberi manfaat kepadamanusia. Sehingga sains mengkaji tentang fenomena fisik.9

    Menurut The Liang Gie ilmu dapat dibedakan menurutcakupannya. Pertama, ilmu merupakan sebuah istilah umum

    7 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model.... Dapatlihat pula Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Teori Kejahilan: Pengantar Episte-mologi Islam, (Bandung: Mizan, 2003) hal. 1

    8Lihat http://www.answers.com/topic/science, lengkapnya berbunyisebagai berikut science refers to the organized body of knowledge concerningthe physical world, both animate and inanimate, but a proper definition wouldalso have to include the attitudes and methods through which this body ofknowledge is formed; thus, a science is both a particular kind of activity and alsothe results of that activity.

    9 Sulaiman Noordin, Sains Menurut Perspektif Islam, terj. oleh Munfaati,(Jakarta: Dwi Rama, 2000), hal.149-150.

    http://www.answers.com/topic/science

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    20

    untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipan-dang sebagai satu kebulatan. Dalam arti yang pertama iniilmu mengacu pada ilmu seumum-umumnya. Adapundalam arti yang kedua ilmu menunjuk pada masing-masingbidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari satu pokoksoal tertentu misalnya antropologi, geografi, sosiologi.10

    Menurut Syamsuddin Abdullah dalam bukunya ilmuagama adalah suatu semangat yang berusaha untukmemahami hubungan antarobyek dan merumuskan tatacara bekerjanya. Pada mulanya ilmu pengetahuan diper-gunakan untuk kebutuhan yang sangat mendesak yangahkirnya berkembang menjadi suatu kerangka  berfikiryang mengandung nilai-nilai teoritis mengenai penjelasangejala-gejala ilmiah.11

    Steven D. Schafersman memaknai ilmu sebagaimetode investigasi segala hakikat, sebagaimana ungkapanberikut:

    “Science is not merely a collection of facts, concepts, anduseful ideas about nature, or even the systematic investiga-tion of nature, although both are common definitions of sci-ence. Science is a method of investigating nature—a way ofknowing about nature—that discovers reliable knowledgeabout it. In other words, science is a method of discoveringreliable knowledge about nature. There are other methodsof discovering and learning knowledge about nature (theseother knowledge methods or systems will be discussed be-

    10 Badan Penerbitan Filsafat UGM, Integrasi Ilmu Agama PerspektifFilsafat Mulla Sadra, (Yogyakarta, Lima, 2010), hal. 33

    11 Bashori, Mulyono, Ilmu Perbandingan Agama, (Jawa Barat: PustakaSayid Sabiq, 2010), hal.10

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    21

    low in contradistinction to science) but science is the onlymethod that results in the acquisition of reliable knowl-edge”.12

    Sains menurut Encarta Encyclopedia adalah “System-atized knowledge in any field, but applied usually to the organi-zation of objectively verifiable sense experience.” Sains dalamruang lingkup yang luas berarti ilmu-ilmu yang diperolehsecara sistematik berdasarkan pengalaman indera yangdapat dibuktikan secara objektif.13

    Definisi-defenisi ilmu yang dijelaskan di atas mem-bedakan antara ilmu dengan pengetahuan. Ilmu secararingkas didefenisikan sebagai pengetahuan yang teror-ganisasi, berbeda dengan pengetahuan. Defenisi penge-tahuan telah lama menjadi objek pemikiran ahli filsafatsecara intens dan penuh perdebatan, bahkan sampai se-karang. Tetapi pada umumnya, pengetahuan diartikansebagai segala sesuatu atau keseluruhan yang diterimaoleh indra manusia atau dengan menggunakan istilahArthur Hays Sulzberger, pengetahuan (knowledge) adalahthe sum or range of what has been perceived, discovered, orlearned.14 Dengan pengertian pengetahuan seperti itu, makasemua informasi yang dapat dipersepsi, dicari, dan di-

    12 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model.... Dapatlihat pula Steven D. Schafersman, An Introduction to Science: ScientificThinking and the Scientific Method http://www. freeinquiry.com/intro-to-sci.html

    13 Sebagaimana dikutip oleh Danial Bin Zainal Abidin, “Sains Islamdan Sains Barat”, dalam Makalah, tidak dipublikasikan hal 2.

    14 Arthur Hays Sulzberger, Knowledge, dalam answer.com, knowledge.html

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    22

    pelajari masuk dalam kategori pengetahuan. Namundemikian kebanyakan ahli filsafat menetapkan setidaknyatiga kriteria yang harus dipenuhi oleh pengetahuan, yaituberalasan (justified), benar (true), dan dapat dipercaya (be-lieved).15

    Berdasarkan “Webster New Collegiate Dictionary”, sainsadalah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajarandan pembuktian atau pengetahuan yang melingkupi suatukebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadimisalnya didapatkan dan dibuktikan melalui metodeilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistemuntuk mendapatkan pengetahuan yang dengan meng-gunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggam-barkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadidi alam.16

    Sedangkan menurut pendapat beberapa ahli,pengertian sains adalah sebagai berikut:

    1. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa sainsmerupakan kumpulan pengetahuan dan proses.

    2. Kuslan Stone menyebutkan bahwa sains adalah kum-pulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkandan mempergunakan pengetahuan itu. Sains meru-pakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan.

    15 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model..... HusniThoyyar mengutip pula bahwa dalam Encyclopedia Wikipedia disebutkan,In order for there to be knowledge, according to most thinkers, at least threecriteria must be fulfilled. A thought must be justified, true, and believed. Lihat,Encyclopedia Wikipedia, Knowledge, loc-cit.

    16 Sebagaimana dikutip oleh Ahmad Muzaqqi, “Sain Dalam PersfektifIslam”, dalam Makalah, tidak dipublikasikan.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    23

    3. Sardar berpendapat bahwa sains adalah sarana yangpada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia meru-pakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya.17

    Sains juga dapat diartikan sebagai pengetahuantentang suatu bidang yang disusun secara bersistemmenurut metode-metode tertentu yang dapat digunakanuntuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang(pengetahuan) itu dan bersifat koheren, empiris, sistematis,dapat diukur dan dibuktikan18

    2. Dikotomi Ilmua. Hakikat Ilmu Umum

    Ilmu–ilmu umum adalah ilmu yang dicapai melaluiatau diperoleh melalui pemikiran manusia semata.19 Al-Ghazali membagi kategori ilmu-ilmu umum ke dalambeberapa ilmu, yaitu ilmu Matematika, ilmu Logika, Fisikaatau Ilmu Alam, Ilmu tentang wujud di luar alam (meta-fisika)20 Dari kategori ini memperlihatkan bahwa ilmuumum identik dengan dengan ilmu filosofis.

    Ada tiga kategori pengetahuan yang kita kenal, yaitupengetahuan indrawi (knowledge)21, pengetahuan keilmuan

    17 http://www.junaidi.co.cc/2010/03/pengertian-sains-teknologi-dan-seni.html

    18 Ahmad Muzaqqi, “Sain Dalam Persfektif Islam”, dalam Makalah,tidak dipublikasikan

    19Abuddin Nata, dkk., Integrasi, hal. 233.20Abuddin Nata, dkk., Integrasi, hal. 158 -159.21Pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat dijangkau

    secara lansung oleh panca indera manusia. Pengetahuan inderawi disebutjuga dengan pengetahuan empiris. Lihat Abuddin Nata, dkk., Integrasi, hal. 169.

    http://www.junaidi.co.cc/2010/03/pengertian-sains-teknologi-dan-

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    24

    (science)22 dan pengetahuan falsafi.23Ada dua aliranpemikiran yang sangat berpengaruh dalam perdebatandan wacana metodologi ilmu–ilmu umum, yaitu aliranrasionalisme, yang menekankan pada rasio dan aliranempirisme, yang menitik beratkan pada inderawi.24 Kedua-nya telah melahirkan disiplin ilmu pengetahuan yangberbeda-beda. Rasionalisme dengan metode deduktif telahmelahirkan ilmu-ilmu pasti, sedangkan empirisme denganmetode induktifnya melahirkan ilmu-ilmu alam.

    Ilmu umum terjadi melalui penggunaan rasio yangdapat menyaring data dari panca indera. Ilmu umumdiperoleh dengan menggunakan tahapan-tahapan ilmiahyang dikenal dengan sebutan metode ilmiah. Alur berpikiryang terdapat dalam metode ilmiah dapat dijabarkandalam beberapa langkah–langkah yang mencerminkantahap–tahap dalam berpikir ilmiah, yaitu merumuskanmasalah, menyusun kerangka berpikir dalam pengajuanhipotesis, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis danmenarik kesimpulan.

    Untuk ilmu sosial, metode yang lebih khusus diguna-kan adalah metode analisis, yaitu metode yang dilakukanuntuk memisah-misahkan antara pengertian yang satu

    22 Pengetahuan ini meliputi semua fenomena yang dapat ditelitidengan riset atau eksperimen sehingga apa yang terjadi di balik knowlwdgebisa terjangkau. Batas pengetahuan ini adalah segala sesuatu yang bisaterjangkau oleh rasio atau otak dan panca indera. Ibid., hal. 170.

    23 Pengetahuan ini mencakup segala fenomena yang tak dapat ditelititapi dapat dipikirkan. Batas pengetahuan ini ialah alam, bahkan juga yangberada di luar alam; Tuhan. Ibid.

    24 Ibid.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    25

    dengan pengertian yang lain sehingga diperoleh perbedaanyang jelas. Di samping itu dikenal pula metode sintesis,yaitu metode yang bermaksud menghubungkan pengerti-an-pengertian yang ada menjadi satu kesatuan sehinggamemperoleh suatu argumentasi baru.

    Nasim Butt, yang mengutip pandangan ZiauddinSardar memberikan karakteristik-karekteristik dan ukuran-ukuran ilmu-ilmu umum yang berbeda dengan ilmu-ilmuagama, sebagai berikut:25

    1. Percaya pada rasionalitas.2. Sains untuk sains. ilmu harus bersifat netral

    terhadap nilai-nilai. dalam hal ini, ilmuwan hanyamenemukan pengetahuan dan terserah kepada or-ang lain untuk mempergunakannya, apakah akandipergunakan untuk hal yang baik maupun buruk.Golongan ini ingin melanjutkan tradisi kenetralanilmu secara total.Satu-satunya metode, cara untukmengetahui realitas.

    3. Netralitas emosional sebagai pr-asyarat kunci meng-gapai rasionalitas. yang terbebas dari segenap nilaiyang bersifat dogmatic, ilmu mesti leluasa mengem-bangkan dirinya baik dalam bentuk abstrak mau-pun konkret

    4. Tidak memihak, seorang ilmuwan harus pedulihanya pada produk pengetahuan baru dan akibat-akibat penggunaannya.

    25 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model..... hal.9, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat Nasim Butt, Sains dan MasyarakatIslam, Pustaka Hidayah, Bandung, 1996, hal. 59.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    26

    5. Tidak adanya bias, validitas pernyataan-pernyataansains hanya tergantung pada bukti penerapannya,dan bukan pada ilmuwan yang menjalankannya.

    6. Penggantungan pendabat, pernyataan-pernyataansains hanya dibuat atas dasar bukti yang meyakin-kan.

    7. Reduksionisme, cara yang dominan untuk men-capai kemajuan sains

    8. Fragmentasi, sains adalah sebuah aktivitas yangterlalu rumit, karenanya harus dibagi ke dalamdisiplin-disiplin dan subdisiplin-subdisiplin.

    9. Universalisme, meskipun sains itu universal, namunbuahnya hanya bagi mereka yang mampu mem-belinya, dengan demikian bersifat memihak.

    10. Individualisme, yang meyakini bahwa ilmuwanharus menjaga jarak dengan permasalahan sosial,politik, dan ideologis.

    11. Netralitas, sains adalah netral, apakah ia baik atau-kah buruk. Menurut tradisi Barat bahwa standari-sasi ilmiah, ilmu apa pun termasuk ilmu sosialadalah adanya obyektivitas. Tidak boleh terpeng-aruh oleh tradisi, idiologi, agama, maupun golong-an, karena ilmu harus steril dari pengaruh faktor-faktor tersebut

    12. Loyalitas kelompok, hasil pengetahuan baru melaluipenelitian merupakan aktivitas terpenting dan perludijunjung tinggi.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    27

    13. Kebebasan ahsolut, setiap pengekangan ataupenguasaan penelitian sains harus dilawan. ilmuharuslah berdiri atas otonominya sendiri, netral, dantidak terikat pada nilai moral apapun

    14. Tujuan membenarkan sarana, karena penelitianilmiah adalah mulia dan penting bagi kesejahteraanumat manusia, setiap sarana, termasuk peman-faatan hewan hidup, kehidupan manusia, dan janin,dibenarkan demi penelitian sains.

    Aliran yang dibawa oleh sains barat moden ini padaprinsipnya menjadikan manusia sebagai penentu yangmampu membuat sistem penilaian dan kebenaran sendiri,dan bukannya menerima keputusan bulat-bulat daripadasistem lain seperti sistem agama. Ini menempatkan sainsbarat moden ke tempat yang paling tinggi. Dengan itu sainsbarat moden membenarkan dan menjanakan kebebasanberfikir dengan sebebas-bebasnya. Kekuatan mutlak tama-dun ini terletak kepada kekuatan manusia menggunakanakalnya. Akibatnya dimensi dan sistem nilai mereka hanyaberasaskan prinsip kemanusiaan walaupun mereka per-caya kepada eksistensi Tuhan. Dengan demikian sistemnilai dan kepercayaan kepada kewujudan tuhan terletakkepada bagaimana logika akal menanggapinya. Untukmengatasi konflik antara sistem berfikir yang bersifat logissemata-mata dengan sistem nilai yang berdasarkan konsepwahyu. Sains barat moden meletakkan garis pemisahanyang jelas antara peranan sains dengan peranan gereja atauagama. Agama hanya berfungsi dalam bentuk upacara,

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    28

    sedangkan sains mempunyai peranan yang tersendiri yangtidak boleh dicampur atau disatukan dengan sistem nilai.26

    b. Hakikat Ilmu AgamaDalam dunia akademik, Ilmu-ilmu agama memiliki

    padanan kata “Islamic Science”. Beberapa pemikir Mus-lim yang menggunakan istilah “Islamic sciences” sebagaipadanan ilmu-ilmu agama di antaranya, Abdus Salam,Ideals and Realities: Selected Essays of Abdus Salam, Singapore:World Scientific; 2nd ed. 1987, hal. 179-213; MohammadOmar Farooq, Islam and the History of Science; AbdulHamid AbuSulayman, Islamization, Science, and Technologyin The Crisis of the Muslim Mind, The Association of MuslimScientists and Engineers. All rights reserved 2003; OsmanBakar, Reformulating a Comprehensive Relationship BetweenReligion and Science: An Islamic Perspective, Islam & Science:Journal of Islamic Perspective on Science, Volume 1, June2003, Number 1;Mohammad Hashim Kamali, Islam, Ratio-nality and Science, Islam & Science: Journal of Islamic Per-spective on Science, Volume 1, June 2003, Number 1;Alparslan Acikgenc, The Islamic Conception of Scientific,Islam & Science, June, 2003.27

    Ilmu-ilmu agama sebagai “Islamic science” setidak-nya dimaknai dalam dua perspektif, yakni perspektiftradisi atau kesejarahan dan perspektif filosofis. Dalamperspektif pertama berdiri para pemikir dan akademikus

    26 Masiri Kaamin, “Pertembungan antara Sains Islam dan Sains BaratModen”, Makalah, tidak dipublikasikan di UTM Malaysia, hal

    27 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model, hal. 6

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    29

    Barat dan sebagian kecil pemikir Muslim yang memaknaiilmu-ilmu ke-Islam-an sebagai ilmu-ilmu yang berkem-bang dalam tradisi umat Islam, sebagaimana ditemukandalam Encyclopedia Wikipedia, di mana ilmu-ilmu ke-Islam-an diartikan sebagai: Islamic science is science in thecontext of traditional religious ideas of Islam, including its eth-ics and philosophy. A Muslim engaged in this field is called aMuslim scientist.Dalam pengertian ini, Islamic science adalahilmu-ilmu agama Islam sebagaimana yang dikenal dewasaini seperti Tafsir, Hadits, Fiqh, Kalam, Tasawuf, dan lain-lain.28

    Pandangan yang mereduksi ilmu-ilmu agama hanyaterbatas pada yang kita kenal dewasa ini, sebagaimapendapat Muhammad Muhsin Khan, yang menerjemah-kan kata Arab ‘ilm sebagai ilmu-ilmu agama (religiousknowledge). Selain Muhammad Muhsin Khan, salah seorangpemikir Muslim lain, Ahmad Dallal juga mengartikan IslamicScience sebagai Arabic Science (ilmu-ilmu Arab).29

    Pandangan Muhammad Muhsin Khan tersebutmendapat tanggapan kritis dari M. Amir Ali, yang menya-takan bahwa Muhammad Muhsin Khan, dalam terjemahanSahih Bukharinya, seringkali menerjemahkan bahasa Arabal-ilm sebagai ilmu agama. Muhsin Khan adalah pener-jemah yang sangat dangkal dan salah satu terjemahan yangsangat buruk yang dilakukan oleh seorang Muslim. 30

    28 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model, hal. 6.29 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model, hal. 7.30 Teks lengkapnya adalah sebagai berikut: “Muhammad Muhsin Khan

    in his translation of Sahih Bukhari frequently translates the Arabic word ‘ilm as“religious” knowledge. Muhsin Khan is a very poor translator and his translation

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    30

    Atas dasar kritiknya yang keras terhadap pemikiranMuhammad Muhsin Khan tersebut, M. Amir Ali menolaksecara tegas dikhotomi keilmuan antara yang ia sebutsebagai deeni (religious) sciences dan dunyawi (wordly) sci-ences. Ia menggunakan pengertian ilmu-ilmu agamadengan pendekatan filosofis, yang oleh karenanya ilmu-ilmu agama tidak hanya terbatas pada ilmu-ilmu agama(religious sciences).

    Nasim Butt mengatakan bahwa jika sains memangsarat nilai dengan komponen penting yang bersifatsubjektif (juga objektif), maka tentunya ia bisa dikem-bangkan melalui selera dan penekanan kultural yang khas.Artinya, di dalam sebuah masyarakat Islam, nilai yangmembentuk upaya sains dan teknologi haruslah nilaiIslami, yang dalam istilah singkatnya disebut sebagaikonsep sains Islam.31

    Keyakinan sains Islam bahwa ia tidak bebas nilaimemang bertentangan dengan keyakinan Barat yangsecara tegas menyatakan bahwa sains bebas nilai (valuesfree). Bahwa sains tidak bebas nilai memang banyak diyakinioleh para pendukung gagasan integrasi keilmuan melaluikonsep Islamisasai ilmu pengetahuan (Islamization of knowl-edge). Munawar Ahmad Anees, misalnya, menyatakanbahwa sains Islam bukanlah:

    of the Qur’an, which is distributed under the title “The Noble Qur’an”, isone of the worst translations of the Qur ’an done by a Muslim.”.Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model, hal. 8

    31 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model, hal. 8.Lebih jauh dapat pula dilihat Nasim Butt, Sains dan Masyarakat Islam,Pustaka Hidayah, Bandung, 1996, hal. 59.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    31

    1. Sains yang diislamkan, karena epistemologi danmetodologinya adalah produk ajaran Islam yang tidakbisa direduksi ke dalam pandangan Barat yang sempit.

    2. Reduktif, karena paradigma makro absolut Tauhid mengi-kat semua pengetahuan dalam sebuah kesatuan organik.

    3. Anakronistik (menyalahi zaman), karena ia diperleng-kapi dengan kesadaran masa depan yang disampaikanmelalui sarana dan tujuan sains.

    4. Dominan secara metalologis, karena ia mengizinkanpengembangan metode bebas secara mutlak di dalamnonma-norma Islam yang universal.

    5. Terkotak-kotak, karena la meningkatkan polimathy yangbertentangan dengan spesialisasi disiplin ilmu yangsempit.

    6. Ketidakadilan, karena epistemologi dan metodologinyabermakna distribusi keadilan dengan sebuah kontekssosial yang pasti.

    7. Sempit, karena nilai-nilai sains Islam yang tak dapat di-pindahkan itu menjadi cermin dari image nilai-nilai Islam.

    8. Ketidakseseraian secara sosial, lantaran “objektivitassubjektifnya” berada dalam konteks produk sainssecara sosial.

    9. Bucaillisme, oleh karena la adalah pikiran logika yangkeliru.

    10. Pemujaan, karena ia tidak membuat pengesahanepistemik terhadap Ilmu Gaib, Astrologi, Mistisismedan ilmu-ilmu sejenisnya.32

    32 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model, hal. 8.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    32

    Nasim Butt, yang mengutip pandangan ZiauddinSardar memberikan karakteristik-karekteristik danukuran-ukuran sains Islam yang berbeda dengan sainsBarat, sebagai berikut:33

    1. Percaya Pada wahyu.34

    2. Sains adalah saranauntuk mencapai ridla Allah: iamerupakan bentuk ibadah yang memiliki fungsi spiri-tual dan sosial.35

    3. Banyak metode berlandaskan akal dan wahyu, objektif dansubjektif, semuanya sama-sama valid.36

    4. Komitmen emosional sangat penting untuk meng-angkat usaha-usaha sains spiritual maupun sosial.37

    5. Pemihakan pada kebenaran, yakni, apabila sainsmerupakan salah satu bentuk ibadah, maka seorangilmuwan harus peduli pada akibat-akibat penemuan-nya sebagaimana juga terhadap hasil-hasilnya; ibadahadalah satu tindakan moral dan konsekuensinya harusbaik secara moral; mencegah ilmuwan agar janganmenjadi agen tak bermoral. 38

    33 Sebagaimana dikutip oleh Huzni Thoyyar, “Model-Model, hal. 9.34 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang percaya pada

    rasionalitas.35 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang Sains untuk sains.36 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang Satu-satunya

    metode, cara untuk mengetahui realitas.37 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang Netralitas emosional

    sebagai pr-asyarat kunci menggapai rasionalitas.38 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang tidak memihak,

    seorang ilmuwan harus peduli hanya pada produk pengetahuan baru danakibat-akibat penggunaannya.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    33

    6. Adanya subjektivitas, arah sains dibentuk oleh kriteriasubjektif validitas sebuah pernyataan sains bergantungbaik pada bukti-bukti pelaksanaannya maupun padatujuan dan pandangan orang yang menjalankannya;pengakuan pilihan-pilihan subjektif pada penekanandan arah sains mengharuskan ilmuwan menghargaibatas-batasnya.39

    7. Menguji pendapat, pernyataan-pernyataan sains selaludibuat atas dasar bukti yang tidak meyakinkan; men-jadi seorang ilmuwan adalah menjadi seorang pakar,juga pengambil keputusan moral, atas dasar bukti yangtidak meyakinkan sehingga ketika bukti yang me-yakinkan dikumpulkan barangkali terlambat untukrnengantisipasi akibat-akibat destruktif dari aktivitasseseorang.40

    8. Sintesa, cara yang dominan meningkatkan kemajuansains; termasuk sintesis sains dan nilai-nilai.41

    9. Holistik, sains adalah sebuah aktivitas yang terlalu rumityang dibagi ke dalarn lapisan yang lebih kecil; la adalahpemahaman interdisipliner dan holistik.42

    39 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang tidak adanya bias,validitas pernyataan-pernyataan sains hanya tergantung pada buktipenerapannya, dan bukan pada ilmuwan yang menjalankannya.

    40 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang penggantunganpendapat, pernyataan-pernyataan sains hanya dibuat atas dasar bukti yangmeyakinkan.

    41 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang reduksionisme,cara yang dominan untuk mencapai kemajuan sains

    42 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang fragmentasi, sainsadalah sebuah aktivitas yang terlalu rumit, karenanya harus dibagi kedalam disiplin-disiplin dan subdisiplin-subdisiplin.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    34

    10. Universalisme, buah sains adalah bagi seluruh umatmanusia dan ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan tidakbisa ditukar atau dijual; sesuatu yang tidak bermoral.43

    11. Orientasi masyarakat, penggalian sains adalah ke-wajiban masyarakat (fard kifayah), baik ilmuwan mau-pun masyarakat memiliki hak dan kewajiban yangmeyakini adanya interdependensi antara keduanya.44

    12. Orientasi nilai, sains, seperti halnya semua aktivitasmanusia adalah sarat nilai; ia bisa baik atau buruk, halalatau haram; sains yang menjadi benih perang adalahjahat.45

    13. Loyalitas pada Tuhan dan makhluk-Nya, hasil pengetahu-an baru merupakan cara memahami ayat-ayat Tuhandan harus diarahkan untuk meningkatkan kualitasciptaanNya: manusia, hutan dan lingkungan. Tuhanlahyang menyediakan legitimasi bagi usaha ini dan,karenanya, harus didukung sebagai tindakan umumdan bukanlah usaha golongan tertentu.46

    14. Manajemen sains merupakan sumber yang tak terhingganilainya, tidak boleh dibuang-buang dan digunakan

    43 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang universalisme,meskipun sains itu universal, namun buahnya hanya bagi mereka yangmampu membelinya, dengan demikian bersifat memihak.

    44 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang individualisme,ilmuwan harus menjaga jarak dengan permasalahan sosial, politik, danideologis.

    45 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang netralitas, sainsadalah netral, apakah ia baik ataukah buruk

    46 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang loyalitas kelampok,hasil pengetahuan baru melalui penelitian merupakan aktivitas terpentingdan perlu dijunjung tinggi.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    35

    untuk kejahatan; ia harus dikelola dan direncanakandengan baik dan harus dipaksa oleh nilai etika danmoral.47

    15. Tujuan tidak membenarkan sarana, tidak ada perbedaanantara tujuan dan sarana sains. Keduanya semestinyadiperbolehkan (halal), yakni, dalam batas-batas etikadan moralitas.48

    Ilmu agama Islam dalam bahasa al-Ghazali disebutjuga dengan ilmu syari’ah merupakan ilmu yang diperolehdari nabi-nabi dan tidak hadir melalui akal.49 Menurut al-Ghazali ilmu-ilmu agama Islam terdiri dari:

    a. Ilmu Ushul, ilmu tentang prinsip-prinsip dasar yangmeliputi: ilmu Tauhid, ilmu tentang kenabian, ilmutentang akhirat dan ilmu tentang pengetahuanreligius.

    b. Ilmu Furu’, ilmu tentang prinsip-prinsip cabangyang meliputi ilmu tentang kewajiban manusiapada Tuhan, masyarakat dan dirinya sendiri.50

    Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya’ al-Ulum Ad-Dinmenyebut kedua jenis ilmu tersebut sebagai ilmu syar’iyyah

    47 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang kebebasan ahsolut,setiap pengekangan atau penguasaan penelitian sains harus dilawan.

    48 Hal ini berbeda dengan ukuran sains barat yang tujuan membenar-kan sarana, karena penelitian ilmiah adalah mulia dan penting bagi kesejah-teraan umat manusia, setiap sarana, termasuk pemanfaatan hewan hidup,kehidupan manusia, dan janin, dibenarkan demi penelitian sains.

    49 Osman Bakar, Hierarki Ilmu; Membangun Rangka-Pikir IslamisasiIlmu, (Bandung; Mizan, 1998), hal. 233.

    50 Ibid., hal. 235-236.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    36

    dan ghair syar’iyyah. Ilmu syar’iyyah sebagai fardu ‘ain bagisetiap muslim untuk menuntutnya dan ilmu ghair syar’iyyahsebagai ilmu fardu kifayah.

    Menurut al-Syirazi, ilmu agama ini diklasifikasikanmenurut dua cara yang berbeda, yaitu:

    a. Ilmu Naqliy, iIlmu yang hanya dapat dibangundengan bukti-bukti yang didengar dari otoritas yangrelevan dan Ilmu Aqliy, ilmu yang dapat ditetapkandengan intelek manusia.

    b. Ilmu Ushul dan Ilmu Furu’.51

    Sedangkan al-Farabi memasukkan ilmu agama padakategori:

    a. Yurisprudensi, yaitu seni yang memungkinkanmanusia menyimpulkan aturan dan ketetapan dariapa yang tidak secara eksplisit ditentukan dan di-tetapkan oleh Allah.

    b. Teologis dialektis, yaitu ilmu religius yang munculdalam suatu tradisi religius pada suatu tahap dalamsejarahnya karena kebutuhan untuk melakukanpembelaan sistematik terhadap ajaran-ajaran agamadari berbagai sumber.52

    Sementara Ibn Khaldun menyebut keduanya sebagaial-ulum al-naqliyah dan al-ulum al-aqliyah.

    Dari cara pandang para cendikiawan Islam abadpertengahan itu dapat dicirikan bahwa ilmu agama Islam

    51 Ibid., hal. 287.52 Ibid., hal. 170.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    37

    berasas pada prinsip-prinsip ketuhanan (wahyu) dankenabian (sunnah) tanpa harus mempertimbangkanpotensi akal dalam implementasinya. Namun sebenarnyailmu agama itu tidak terlepas dari masalah rasionalitas,interpretasi pemikiran manusia terhadap ajaran Tuhan danNabi.

    Menurut Azyumardi Azra, anggapan bahwa ilmuagama tergolong fardlu ‘ain atau kewajiban individu,sedangkan ilmu umum termasuk fardlu kifayah ataukewajiban kolektif adalah historical accident atau kecelakaansejarah, yaitu ketika ilmu-ilmu umum (keduniaan) yangbertitik tolak pada penelitian empiris, rasio, dan logikamendapat serangan yang hebat dari kaum fuqaha.53

    Islam memberi kebebasan kepada para ilmuwanuntuk mengkaji, namun Islam menyadari keterbatasanintelek yang dimiliki manusia. Justeru, sains Islam men-jadikan wahyu sebagai sumber rujukan yang tertinggi.Dalam arti kata, dalam Islam, wahyu mengatasi akal keranawahyu datang daripada kuasa tanpa batas sedangkan akalterbatas. Sains tidak boleh mengatasi wahyu. Apapun kon-klusi yang menyalahai dasar-dasar wahyu dianggapsebagai konklusi sains yang salah dan apapun yang sesuaidengan wahyu dapat diterima.54

    Berbeda dengan hal tersebut, Noeng Muhadjir me-nyatakan bahwa Islam bukanlah agama yang monodi-

    53 Muhammad Cholil Nafis, “Meretas Dikotomi antara Ilmu Agamadengan Ilmu Umum”, Makalah, tidak dipublikasikan

    54 Sebagaimana dikutip oleh Danial Bin Zainal Abidin, “Sains Islamdan Sains Barat”, dalam Makalah, tidak dipublikasikan hal 2.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    38

    mensi. Islam tidak hanya didasarkan kepada intuisis mistisdari manusia dan terbatas pada hubungan manusia denganTuhan. Islam tidak melepaskan dirinya dari masalah ke-hidupan manusia di muka bumi. Islam juga merupakanagama yang membentuk suatu masyarakat dan peradaban.Noeng Muhadjir menawarkan tiga model bagi pengem-bangan ilmu-ilmu keislaman, yaitu:

    a. Model PostulasiBangunan Pokoknya adalah deduksi yang diberang-katkan dari konsep idealisasi. Bertolak dari aksioma,postulat, hukum, nash atau konstruksi teoretikholistik membangun keseluruhan sistematika di-siplin ilmu itu. Model ini dibangun melalui peneli-tian empirik atau melalui berpikir reflektif.

    b. Model Pengembangan Multidisipliner dan Inter-disipliner.Multidisipliner adalah cara kerjanya seorang ahli disuatu disiplin ilmu dengan cara berkonsultasi padaahli-ahli disiplin ilmu lain. Sedangkan interdisiplineradalah cara kerja sejumlah ahli dari berbagai ke-ahlian untuk menghasilkan sebuah teori bersama.

    c. Model Pengembangan Reflektif Konseptual TentatifProblematik.Model ini berangkat dari konstruksi teoretik sis-tematik ilmu yang berkembang. Bagian-bagian dile-matik, inkonklusif dan kontoversial secara reflektif

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    39

    dan disajikan dalam berbagai alternative dan disaji-kaan sebagai masalah yang belum konklusif.55

    B. Pengertian Integrasi KeilmuanMenurut Mulyadhi, integrasi ilmu pengetahuan

    adalah proses mengaitkan dirinya pada prinsip tauhid.Sasaran integrasi ilmu adalah pencari ilmu, bukan ilmu itusendiri. Karena yang menentukan adalah manusia, makamanusialah yang akan menghayati ilmu. Penghayatan parapencari ilmu itulah yang menentukan, apakah ilmunyaberorientasi pada nilai-nilai Islam ataukah tidak.56

    Upaya integrasi ilmu berarti pembebasan ilmu daripenafsiran-penafsiran yang didasarkan pada ideologisekular. Yaitu menggeser dan menggantinya dengan pe-mahaman-pemahaman yang mengacu pada pesan-pesanIslam ketika menelaah dan mengembangkan ilmu penge-tahuan. Kata kunci konseps integrasi ilmu adalah semuapengetahuan yang benar berasal dari Allah (all true knowl-edge is from Allah). Dalam pengertian yang lain, M. Amir Alijuga menggunakan istilah all correct theories are from Allahand false theories are from men themselves or inspired by Satan.57

    Membangun format keilmuan (body knowledge) yangbersifat inegratif yang tidak membedakan ilmu umum dan

    55 Noeng Muhadjir, Filsafat Ilmu; Positivisme, Post Positivisme dan PostModernisme, (Yogyakarta; Rakesarasin, 2001), hal. 165-166.

    56Mulyadhi, “Membangun Kerangka Ilmu Perspektif Filosofis” dalamKomaruddin Hidayat dan Hendro Prasetyo (ed), Problem dan Prospek IAIN,(Jakarta, Depag, 2000), hal. 251.

    57 Muhammad Cholil Nafis, “Meretas Dikotomi antara Ilmu Agamadengan Ilmu Umum”, Makalah, tidak dipublikasikan, hal. 4.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    40

    ilmu agama dapat dilakukan dengan cara menempatkanal-Quran dan al-Hadist bukan sebagai petunjuk ritual danspiritual belaka, melainkan memuat aspek-aspek kehidup-an yang bersifat global.

    Integrasi ilmu adalah penggabungan struktur ilmu.Struktur keilmuan dikotomik seharusnya diubah. Strukturilmu tidak memisahkan cabang ilmu agama dengan cabangilmu hasil observasi, eksperimen dan penalaran logis. Struktur bangunan keilmuan yang integratif adalah antarakajian yang bersumber dari ayat-ayat qauliyah,Al-Quran-hadist, dan ayat-ayat kauniyah, hasil observasi, eksperimendan penalaran logis. Pembagian yang amat populer untukmemahami ilmu adalah pembagian menjadi bidangbahasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi.58

    Menurut M.Cholis Nafis, integrasi dapat dilakukandi perguruan tinggi. Integrasi keilmuan dalam kontekPerguruan Tinggi Islam dapat dilakukan dengan caramembuka prodi atau jurusan keilmuan yang menginte-grasi ilmu agama dan ilmu umum. Untuk mencapai ting-kat integrasi epistemologis ilmu agama dan ilmu umum,integrasi harus dilakukan pada level integrasi ontologis,integrasi klasifikasi ilmu dan integrasi metodologis. Saatini sedang dalam proses Islamisasi sekaligus integrasi ilmupengetahuan, seperti politik Islam, kedokteraan Islam, SeniIslam, psikologi Islam, dan ekonomi Islam. Di Indonesiayang sedangan marak adalah ekonomi Islam yang dikenaldengan sebutan ekonomi syari’ah.59

    58 Muhammad Cholil Nafis, “Meretas Dikotomi, hal. 4.59 Muhammad Cholil Nafis, “Meretas Dikotomi, hal. 4.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    41

    Untuk dapat memahami nilai-nilai kewahyuan, umatIslam harus memanfaatkan ilmu pengetahuan. Tanpa ilmupengetahuan dalam upaya memahami wahyu, umat Is-lam akan terus tertinggal oleh umat lainnya.60 Realitasnyasaat ini, ilmu pengetahuanlah yang amat berperan dalammenentukan tingkat kemajuan umat manusia.

    Menurut Mahdi Ghulsyani, integrasi ilmu adalahmenafsirkan ayat-ayat al-Qur’an dalam kaitannya denganilmu pengetahuan modern. Tujuan utamanya adalah untukmenunjukkan mukjizat al-Qur’an sebagai sumber segalailmu, dan untuk menumbuhkan rasa bangga kaum mus-limin karena telah memiliki kitab yang sempurna ini. Pan-dangan yang menganggap bahwa al-Qur’an sebagai sebuahsumber seluruh ilmu pengetahuan ini bukanlah sesuatuyang baru, sebab kita mendapati banyak ulama besar kaummuslim terdahulu pun berpandangan demikian. Di antara-nya adalah Imam al-Ghazali, dalam bukunya Ihya ‘Ulumal-Din, mengutip kata-kata Ibnu Mas’ud yang berarti jikaseseorang ingin memiliki pengetahuan masa lampau danpengetahuan modern, selayaknya dia merenungkan al-Qur’an. Selanjutnya beliau menambahkan bahwa seluruhilmu tercakup di dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah,dan al-Qur’an adalah penjelasan esensi, sifat-sifat, danperbuatan-Nya. Tidak ada batasan terhadap ilmu-ilmu ini,

    60 Ketertinggalan memahami wahyu ini sampai pada tingkatkebenaran yang tidak mamadai, diasumsikan karena tertinggal dalampenguasaan ilmu pengetahuan umum. Mudjia Raharjo, “Islamisasi IlmuPengetahuan Sosiologi Islam Sebagai Sebuah Tawaran” dalam buku Quo VadisPendidikan Islam, (ed.) Mudjia Raharjo, ( Malang; Cendikia Paramulya,2002) hal. 241.

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    42

    dan di dalam al-Qur’an terdapat indikasi pertemuan antaraal-Qur’an dan ilmu-ilmu.61

    Selain masalah ketertinggalan dalam ilmu pengetahu-an, hal terbesar yang dihadapi oleh umat Islam dewasa iniialah berkaitan dengan paradigma berpikir. Umat Islammasih berpikir secara absurd. Misalnya, dalam memahamial-Qur’an, umat Islam masih mencari sisi mistik dari surat-surat tertentu bukan mengembangkan wacana-wacanakeimanan, kemanusiaan dan pengetahuan. Padahal al-Qur’an sarat dengan nilai-nilai keimanan, kemanusiaan,peradaban dan ilmu pengetahuan.

    Ulama dulu hampir tidak mengenal istilah dikotomiilmu sehingga mereka banyak menguasai ilmu-ilmu selainilmu agama. Sebab, bagi mereka semua jenis ilmu beradadalam satu bangunan pemikiran yang bersumber dariAllah SWT. Semuanya mengarah pada satu tujuan, yaitumengenal dan menyembah Allah SWT sesuai dengankodrat diciptakannya manusia.62

    Pemahaman seperti itulah yang dimiliki oleh paraulama terdahulu, di masa-masa kejayaan Islam. Merekatidak pernah mendikotomikan antara ilmu agama dan ilmuumum. Ibnu Rusyd, misalnya, selain dikenal sebagai pakarfikih, juga seorang pakar kedokteran. Ibn Nafis adalahdokter ahli mata, sekaligus pakar fikih mazhab Syafi’i. IbnuKhaldun, sosiolog Islam ternama, pakar sejarah, juga

    61 Dr. Mahdi Ghulsyani, Filsafat-Sains Menurut Al-Qur’an, Diterjemah-kan oleh Agus Efendi (Bandung: Mizan, 2001), hal. 40.

    62 Muhammad Cholil Nafis, “Meretas Dikotomi antara Ilmu Agamadengan Ilmu Umum”, Makalah, tidak dipublikasikan, hal 6.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    43

    seorang ahli syariah. Al-Ghazali, walaupun belakanganpopular karena kehidupan dan ajaran sufistiknya, sebenar-nya beliau telah melalui berbagai bidang ilmu yangditekuninya, mulai dari ilmu Fiqh, Kalam, Falsafah, hinggaTasawuf. Ibn Sina, selain ahli dalam bidang Kedokteran,Filsafat, Psikologi, dan musik, beliau juga seorang ulama. 

    Pengertian integrasi ilmu dapat dikatakan sebagaisikap profesionalisme atau kompetensi dalam satu ke-ilmuan yang bersifat duniawi di bidang tertentu dibarengiatau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan.Kesadaran ketuhanan tersebut akan muncul denganadanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam. Olehsebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakandua aspek yang saling menopang satu sama lain dan secarabersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengem-bangan sains dan teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi  ilmuberarti adanya penguasaan sains dan teknologi dipadukandengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.63

    Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu penge-tahuan secara konsisten akan menghasilkan sumber dayayang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimilkidengan diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalammenghadapi kehidupan. Islam tidak lagi dianggap sebagaiAgama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untukmengaktualisasikan diri di berbagai bidang kehidupan,

    63 Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas BangunanKeilmuan Fakultas Sains dan Teknologi  Islami Masa Depan, (Malang: UINMaliki Press, 2006), hal, xv

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    44

    dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu danteknologi.64

    Menurut Imam Munandar, konsep integralisme ilmuadalah sebuah paradigma unifikasi bagi ilmu-ilmu ke-alaman dan keagamaan, tidak hanya menyatukan ilmu-ilmu tersebut tetapi juga menjadi paradigma ilmu-ilmukemasyarakatan dan kemanusiaan. Islam tidak hanyamenjadi sudut pandang atau pelengkap tetapi menjadipengawal dari setiap perbuatan atau kerja sains.65

    M. Amir Ali kemudian memberikan pengertianintegrasi keilmuan:”Integration of sciences means the recog-nition that all true knowledge is from Allah and all sciences shouldbe treated with equal respect whether it is scientific or revealed.Kata kunci konsepsi integrasi keilmuan berangkat daripremis bahwa semua pengetahuan yang benar berasal dariAllah (all true knowledge is from Allah). Dalam pengertianyang lain, M. Amir Ali juga menggunakan istilah all cor-rect theories are from Allah and false theories are from men them-selves or inspired by Satan. Dengan pengertian yang hampirsama Usman Hassan menggunakan istilah “knowledge isthe light that comes from Allah “.66

    Konsep integrasi keilmuan juga berangkat daridoktrin keesaan Allah (tawhîd), sebagaimana dikemukakanoleh Seyyed Hossein Nasr, the arts and sciences in Islam arebased on the idea of unity, whichh is the heart of the Muslim

    64 Turmudi, dkk, Islam, Sains dan Teknologi Menggagas...hal. xv65 Imam Munandar, “Integrasi Dalam Study Islam”, dalam Makalah,

    tidak dipublikasikan.66 Sebagaimana dikutip oleh Husni Thoyyar, “Model-model, hal. 10.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    45

    revelation.67 Doktrin keesaan Tuhan, atau iman dalampandangan Isma’il Razi al Faruqi, bukanlah semata-matasuatu kategori etika. Ia adalah suatu kategori kognitif yangberhubungan dengan pengetahuan, dengan kebenaranproposisi-proposisinya.1 Karena sifat dari kandungan pro-posisinya sama dengan sifat dari prinsip pertama logikadan pengetahuan, metafisika, etika, dan estetika, makadengan sendirinya dalam diri subjek ia bertindak sebagaicahaya yang menyinari segala sesuatu.68

    Al-Faruqi selanjutnya mengatakan:As principle of knowledge, al tawhîd is the recognition thatAllah, al haqq (the Truth) is, and that He is One. This im-plies that all contention, all doubt, is referable to Him; thatno claim is beyond testing, beyond decisive judgment. Altawhîd is the recognition that the truth is indeed knowable,that man is capable of reaching it. Skepticism which deniesthe truth is the opposite of al tawhîd. It arises out of a failureof nerve to push the inquary into truth to its end; the prema-ture giving up of the possibility of knowing the truth.69

    Bagi al-Faruqi, mengakui Ketuhanan Tuhan dankeesaan berati mengakui kebenaran dan kesatupaduan.

    67 Sebagaimana dikutip oleh Husni Thoyyar, “Model-model, hal. 12.Lebih jauh dapat dibaca Sayyed Hossein Nasr, Science and Civilization inIslam, New American Library, New York, 1970, hal. 21-22

    68 Sebagaimana dikutip oleh Husni Thoyyar, “Model-model, hal. 12.Lebih jauh dapat dibaca Isma’il Razi al-Faruqi, Al-Tauhid: Its Implicationsfor Thought and Life, The International Institute of Islamic Thought, Virginia-USA, 1992, hal. 42.

    69 Sebagaimana dikutip oleh Husni Thoyyar, “Model-model, hal. 13

  • I n t e g r a s i I l m u : P e r b a n d i n g a n U I N S u s k a d a n U n i v e r s i t a s U M M U a l - Q u r a n

    46

    Pandangan al-Faruqi ini memperkuat asumsi bahwa sum-ber kebenaran yang satu berarti tidak mungkin terjadi ada-nya dua atau lebih sumber kebanaran. Ini sekaligus men-jadi bukti bahwa integrasi keilmuan memiliki kesesuaiandengan prinsip al tawhîd. Mengatakan bahwa kebenaranitu satu, karenanya tidak hanya sama dengan menegaskanbahwa Tuhan itu satu, melainkan juga sama dengan mene-gaskan bahwa tidak ada Tuhan lain kecuali Tuhan, yangmerupakan gabungan dari penafian dan penegasan yangdinyatakan oleh syahadah.70

    Untuk itulah, kita perlu mengintegrasikan ilmu-ilmuini karena sebenarnya tidak ada perbedaan antara ilmuumum dan ilmu agama. Hal ini dapat kita lihat dari:

    a. Dalam tinjauan normatif teologis71, al-Qur’an dan Sunnahtidak membeda-bedakan antara ilmu-ilmu agama danilmu-ilmu umum. Keduanya terikat dengan prinsiptauhid yang melihat bahwa baik aspek ontologis, epis-temologis maupun aksiologis ilmu pengetahuan adalahsama.72

    b. Dalam tinjauan historis, Islam telah lebih dahulu mem-perkenalkan ilmu pengetahuan dalam kerangka yangintegrated. Hal ini terlihat dari adanya ulama-ulama besar

    70 Ibid.71 Tinjauan normatif teologis ini perlu dilakukan untuk membangun

    komitmen dan melihat sesuatu dalam perspektif yang ideal, sebagaimanadikehendaki Allah dalam firman-firmannya. Abuddin Nata, dkk.,Integrasi… Opcit., hal. 50.

    72 Lihat Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas dan Historisitas,(Yogyakarta; LKiS, 1989) cet., I, hal. 18. lihat juga Peter Connoly (ed.), AnekaPendekatan Studi Agama, (Yogyakarta; LKiS, 2002), cet. I, hal. 315.

  • K e r a n g k a T e o r i t i s

    47

    yang selain ahli dalam ilmu agama juga ahli dalam ilmuumum seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, Ibn Khaldun dan se-bagainya.73

    c. Dalam tinjauan filosofis, integrasi ilmu agama dan ilmuumum memiliki la