19
LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL STERILISASI ALAT : Golongan II Kelompok I A.A.Sg. Narithi Maharani (0908505038) Vera Carolina Gumi (0908505039) Ni Putu Wahyu Pradnya I. (0908505040) Ni Nyoman Sri Prami U. (0908505041) Ni Made Lisna Meilinayanti (0908505042) I Nyoman Adi Budiman (0908505043) Ketut Punia Junior (0908505044) JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2012

95335408-laporan-sterilisasi-alat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

STERILISASI ALAT

:

Golongan II

Kelompok I

A.A.Sg. Narithi Maharani (0908505038)

Vera Carolina Gumi (0908505039)

Ni Putu Wahyu Pradnya I. (0908505040)

Ni Nyoman Sri Prami U. (0908505041)

Ni Made Lisna Meilinayanti (0908505042)

I Nyoman Adi Budiman (0908505043)

Ketut Punia Junior (0908505044)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

BUKIT JIMBARAN

2012

Page 2: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

STERILISASI ALAT

I. TUJUAN

1. Dapat memahami dan melakukan proses pencucian alat dan wadah untuk

pembuatan sediaan steril.

2. Dapat memahami dan melakukan proses sterilisasi alat seperti wadah gelas,

karet dan aluminium.

II. DASAR TEORI

2.1 Sterilisasi

Sediaan farmasetika terdiri dari sediaan steril dan sediaan non

steril. Sediaan non steril berbeda dengan sediaan steril, dimana sediaan

non steril adalah sediaan yang dalam pengerjaannya tidak memerlukan

proses sterilisasi, sedangkan sediaan steril adalah sediaan yang dalam

pengerjaannya memerlukan suatu proses dan tindakan sterilisasi. Produk

sterilisasi adalah sediaan terapetis dalam bentuk terbagi-bagi yang bebas

dari mikroorganisme hidup. Pada prinsipnya ini termasuk sediaam

parenteral, mata, dan irigasi (Lachman dkk., 2008).

Istilah sterilisasi yang digunakan pada sediaan-sediaan farmasi

berarti penghancuran secara lengkap semua mikroba dan spora-sporannya

atau penghilangan secara lengkap mikroba dari sediaan. Metode yang

digunakan untuk mendapatkan sterilisasi pada sediaan farmasi sangat

ditentukan oleh sifat sediaan dan zat aktif yang dikandungnya. Walau

demikian, apapun cara yang digunakan, produk yang dihasilkan

memenuhi tes sterilitas sebagai bukti dari keefektifan cara, peralatan, dan

petugas (Ansel, 1989).

Steril menunjukkan kondisi yang memungkinkan terciptanya

kebebasan penuh dari mikroorganisme dengan keterbatasan tertentu,

sedangkan aseptis menunjukkan proses atau kondisi terkendali di mana

tingkat kontaminasi mikroba dikurangi sampai suatu tingkat tertentu di

mana mikroorganisme dapat ditiadakan pada suatu produk. (Lachman

dkk., 2008).

Page 3: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

Uji sterilitas dilakukan untuk menetapkan apakah bahan atau

produk farmasi yang harus steril memenuhi syarat berkenaan dengan uji

sterilitas seperti yang tertera pada masing-masing monografi bahan atau

produk. Uji sterilitas ini dilakukan terhadap produk dan bahan yang

sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan.

Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara

efektif (Lachman dkk., 2008).

2.2 Tahap Sterilisasi

Dalam pembuatan sediaan steril, tahap sterilisasi bertujuan untuk

menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan.

Suatu produk dapat disterilkan melalui sterilisasi akhir (terminal

sterilization) atau dengan cara aseptik (aseptic processing). Cara sterilisasi

yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Terminal Sterlization (Sterilisasi akhir)

Menurut PDA Technical Monograph dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Overkill Method

Metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap

panas pada suhu 121oC selama 15 menit. Penggunaan metode ini

biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang tahan panas seperti zat

anorganik. Dasar pemilihan metode ini adalah karena lebih efisien,

cepat, dan aman.

b. Bioburden Sterilitation

Suatu metode sterilisasi yang dilakukan dengan monitoring

terkontrol dan ketat terhadap beban mikroba sekecil mungkin di

beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi

lanjutan dengan tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10-6

.

Dalam metode ini digunakan suatu zat yang dapat mengalami

degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi.

Sebagai contoh adalah penggunaan dextrose yang bila dipanaskan

dapat menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang

merupakan suatu senyawa hepatotoksik.

Page 4: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

2. Aseptic processing

Metode pembuatan produk steril menggunakan saringan

dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang

diformulasi dan dimasukkan kedalam kontainer steril dalam lingkungan

terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telah

terkontrol sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada

level yang dapat diterima (acceptable) dalam clear zone (grade A atau

grade B) (Lukas, 2006).

2.3 Metode Sterilisasi

Pemilihan metode sterilisasi yang digunakan didasarkan pada

pertimbangan sifat bahan yang akan disterilkan. Teknik sterilisasi dibagi

menjadi 3 metode, yaitu

1. Metode fisika

a. Sterilisasi Panas Kering

- Udara panas oven

Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan

menggunakan oven pensteril. Karena panas kering kurang efektif

untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan uap air panas

maka metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi dan

waktu yang lebih panjang (A.R. Gennaro, 1990). Prinsipnya

adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi

sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara

sehingga menyebabkan mikroba pencemar mati. Sterilisasi panas

kering biasanya ditetapkan pada temperature 160-170oC dengan

waktu 1-2 jam (Jenkins et al., 1957).

Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk

senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap

air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak

tahan dengan uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak

lemak, gliserin (berbagai jenis minyak), dan serbuk yang tidak

Page 5: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

stabil dengan uap air. Metode ini juga efektif untuk mensterilkan

alat-alat gelas dan bedah (Jenkins et al., 1957).

Sterilisasi panas kering biasa digunakan untuk

depirogenisasi alat-alat gelas dan bahan-bahan lain yang memiliki

kemampuan bertahan pada suhu yang digunakan. Karena suhunya

sterilisasi yang tinggi sterilisasi panas kering tidak dapat

digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan

(contoh: alat ukur) dan penutup karet atau plastik. Kondisi yang

dibutuhkan untuk sterilisasi panas kering dengan menggunakan

oven steril adalah :

- Suhu 170°C, waktu 1 jam

- Suhu 160°C, waktu 2 jam

- Suhu 150°C, waktu 2,5 jam

- Suhu 140°C, waktu 3 jam

(A.R. Gennaro,1990)

Gambar 1. Alat oven

- Pemijaran langsung

Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula

logam, batang gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri

lainnya. Mulut botol, vial, dan labu ukur, gunting, jarum logam

dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan pemijaran

langsung. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik.

Dalam keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan

memposisikan bagian leher ampul kearah bawah lubang kawat

Page 6: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan hati-hati.

Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel

(Jenkins et al., 1957).

b. Sterilisasi Panas Lembab (uap)

- Air mendidih

Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat

banyak dalam sterilisasi jarum spuit, penutup karet, penutup dan

alat-alat bedah. Bahan-bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh

air mendidih dan harus mendidih paling kurang 20 menit. Setelah

sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air dengan pinset yang

telah disterilisasi menggunakan pemijaran (Jenkins et al., 1957).

- Uap bertekanan

Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan

uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Mekanisme

penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya

denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organism

tersebut (A.R. Gennaro, 1990).

- Pemanasan dengan bakterisida

Pemanasan dengan bakterisida merupakan suatu aplikasi

khusus meggunakan uap panas pada suhu 100oC. Adanya

bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode

ini digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak

stabil pada temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf.

Larutan yang ditumbuhkan bakterisida ini dpanaskan dalam

wadah bersegel pada suhu 100oC selama 20 menit dalam

pensterilisasi uap atau penangas air. Bakterisida yang dapat

digunakan termasuk 0,5%, fenol, 0,5% klorbutanol, 0,2% kresol

atau 0.002% fenil merkuri nitrat saat larutan dosis tunggal lebih

dari 15 ml larutan obat untuk injeksi intratekal atau gastro

intestinal sehingga tidak dibuat dengan metode ini (Jenkins et al.,

1957).

Page 7: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

- Uap panas pada 100oC

Uap panas pada suhu 100oC dapat digunakan dalam

bentuk uap mengalir atau air mendidih. Metode ini mempunyai

keterbatasan penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses

sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini

jarang memuaskan untuk sterilasi larutan yang karena spora

sering gagal tumbuh dibawah kondisi ini, bentuk vegetatif dari

kebanyakan bakteri yang tidak membentuk spora. Temperatur

suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada bentuk non spora yang

bertahan (Jenkins et al., 1957).

Gambar 2. Alat Autoklaf

Proses sterilisasi basah ini merupakan metode yang paling efektif

karena :

a. Uap merupakan suatu pembawa energi yang paling efektif karena

semua lapisan pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan,

sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi.

b. Metode ini bersifat nontoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah

dikontrol.

(Lukas, 2006)

Page 8: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

Faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap adalah :

- Waktu

Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan

terhadap uap jenuh pada suhu yang konstan, maka semua

mikroorganisme tidak akan terbunuh pada saat bersamaan. Jumlah

mikroorganisme yang bertahan hidup dapat diplot terhadap waktu

pemaparan dan akan menghasilkan kurva survivor (survivor curve).

Terminologi D-value digunakan untuk mendeskripsikan waktu yang

diperlukan untuk membunuh 90% mikroorganisme yang ada. Setiap

mikroorganisme akan memiliki D-value yang berbeda dan tentunya

D-value akan bergantung pada suhu.

- Suhu

Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi

secara dramatis. Adanya perbedaan suhu yang digunakan untuk

membunuh masing-masing mikroorganisme dengan spesies yang

berbeda. Namun hal ini tentu terjadi pada keadaan dimana kondisi

uap jenuh harus tetap dijaga.

- Kelembapan

Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan

kelembapan akan menurunkan suhu yang diperlukan agar terjadi

denaturasi dan koagulasi protein. Adanya cairan dalam uap

mengindikasikan kualitas uap. Untuk proses sterilisasi uap, kualitas

uap yang diharapkan minimum 97%. Apabila kualitas uap berada di

bawah 97%, maka dianggap uap tidak jenuh, sehingga daya bunuh

mikroorganisme akan berkurang.

(Lukas, 2006)

c. Sterilisasi radiasi

- Radiasi pengion

Radiasi ionisasi digunakan untuk sterilisasi industri untuk

alat-alat rumah sakit, vitamin, antibiotik, steroid hormon dan

transplantasi tulang dan jaringan dan alat pengobatan seperti alat

untuk suntik plastik, jarum, alat beda, tube palstik, kateter, benang

Page 9: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

bedah dan cawan petri. Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk

alat-alat medis yang sensitif terhadap panas dan jika residu etilen

oksida tidak diharapkan. Pengukuran presisi dari dosis radiasi,

yang tidak berhubungan dengan suhu, adalah merupakan faktor

kontrol dalam sterilisasi radiasi selama dengan waktu iradiasi.

Monitoring dan kontrol proses sangat sederhana, tetapi kehati-

hatian akan keamanan harus dilakukan oleh operator sterilisasi

(Agalloco, 2008).

- Sinar ultraviolet

Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu

mengurangi kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses

di lingkungan. Sinar yang bersifat membunuh mikroorganisme

(germisida) diproduksi oleh lampu kabut merkuri yang

dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm. Sinar UV menembus

udara bersih dan air murni dengan baik, tetapi suatu penambahan

garam atau bahan tersuspensi dalam air atau udara menyebabakan

penurunan derajat penetrasi dengan cepat. Untuk kebanyakan

pemakaian lama penetrasi dihindarkan dan setiap tindakan

membunuh mikroorganisme dibatasi pada permukaan yang

dipaparkan (Lachman dkk., 2008)

2. Metode Kimia

a. Sterilisasi gas

Sterilisasi gas pada umumnya memerlukan waktu yang cukup

lama, tergantung pada keberadaan kontaminasi kelembaban,

temperatur dan konsentrasi etilen oksida. Digunakan untuk sterilisasi

bahan yang termolabil seperti bahan biologi, makanan, plastik,

antibiotik. Etilen oksida dianggap menghasilkan efek letal terhadap

mikroorganisme dengan mengalkilasi metabolit esensial yang

terutama mempengaruhi proses reproduksi. Aksi antimikrobialnya

adalah gas etilen oksida mengadisi gugus –SH, -OH, -COOH,-NH2

Page 10: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein

mengalami kerusakan dan mikroba mati (Lachman dkk., 2008).

3. Metode Mekanik

a. Sterilisasi dengan Filtrasi

Sterilisasi dengan metode mekanik dapat dilakukan dengan

sterilisasi penyaringan (filtrasi). Sterilisasi dengan penyaringan

dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena

panas atau mudah menguap (volatile penyaringan ini menggunakan

filter bakteri). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan

(ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori

dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring bakteri.. Metode

ini tidak dapat membunuh mikroba, mikroba hanya akan tertahan

oleh pori-pori filter dan terpisah dari filtratnya. Dibutuhkan

penguasaan teknik aseptik yang baik dalam melakukan metode ini.

Filter biasanya terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari bakteri

tetapi tidak bebas dari virus. Virus tidak akan tersaring dengan

metode ini. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda dari metode

lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan mikroorganisme melalui

penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut.

Teknologi tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan

sterilisasi filtrasi, khususnya jika digunakan berpasangan dengan

sistem proses aseptik (Agalloco,2008).

III. ALAT DAN BAHAN

3.1 Alat

1. Pipet tetes

2. Corong gelas

3. Gelas ukur

4. Gelas beaker

5. Erlenmeyer

6. Batang pengaduk

Page 11: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

7. Tube salep

8. Vial

9. Karet penutup

10. Botol infus 100 mL

11. Autoklaf

12. Botol semprot

13. Sikat alat

3.2 Bahan

1. Alkohol 70%

2. Sabun cuci

3. Aluminium foil

4. Plastik ikan (wrapping bag)

5. Kertas coklat

6. Plastik bening

IV. Cara Kerja

1. Pencucian alat-alat

a. Pencucian alat gelas

- Alat dan wadah dicuci dengan sabun cuci dan disikat.

- Dibilas dengan air kran hingga bersih.

- Ditiriskan.

b. Pencucian karet

- Tutup vial dan pipet tetes dicuci dengan sabun cuci dan disikat.

- Dibilas dengan air kran hingga bersih.

- Ditiriskan.

c. Pencucian logam

- Spatula logam dicuci dengan sabun cuci dan disikat.

- Dibilas dengan air kran hingga bersih.

- Ditiriskan.

2. Pengeringan dan Pembungkusan

- Alat dan wadah gelas, karet dan logam ditiriskan.

Page 12: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

- Dikeringkan dengan tissue kering.

- Disterilkan dengan alkohol 70%.

- Dibungkus lengkap dengan kertas coklat, kecuali gelas beker, vial, dan

erlenmeyer dibungkus dengan menggunakan aluminium foil.

3. Sterilisasi Alat

Tabel 1. Alat-alat yang disterlisasi

No. Nama Alat Ukuran Jumlah Cara

sterilisasi

Suhu

(oC)

Waktu

(menit)

1. Pipet tetes - 5 Autoklaf 121 15

2. Gelas ukur 25 ml 1 Autoklaf 121 15

3. Gelas ukur 100 ml 2 Autoklaf 121 15

4. Botol infus 100 ml 2 Autoklaf 121 15

5. Erlenmeyer 250 ml 1 Autoklaf 121 15

6. Vial - 2 Autoklaf 121 15

7. Gelas beaker 100 ml 2 Autoklaf 121 15

8. Corong gelas kecil 2 Autoklaf 121 15

9. Corong gelas sedang 1 Autoklaf 121 15

10. Pinset sedang 2 Autoklaf 121 15

11. Batang

Pengaduk - 8 Autoklaf 121 15

Page 13: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

V. SKEMA KERJA

1. Pencucian alat-alat

a. Pencucian alat gelas

Alat dan wadah yang terbuat dari gelas

dicuci dengan sabun dan disikat

Dibilas dengan air keran

hingga bersih

Ditiriskan

b. Pencucian karet

Tutup vial dan pipet tetes

dicuci dengan sabun dan disikat

Dibilas dengan air keran

hingga bersih

Ditiriskan

Page 14: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

Disterilkan dengan alkohol 70%

Dibungkus lengkap dengan kertas coklat, kecuali gelas

beker,vial, dan erlenmeyer dibungkus dengan menggunakan

aluminium foil

c. Pencucian logam

Spatula logam

dicuci dengan sabun dan disikat

Dibilas dengan air keran

hingga bersih

Ditiriskan

2. Pengeringan dan pembungkusan

Alat dan wadah yang terbuat dari

gelas, karet, dan logam ditiriskan

Dikeringkan dengan tissue kering

Page 15: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

VI. PEMBAHASAN

Sterilisasi merupakan suatu proses yang dirancang untuk menciptakan

keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adalah kondisi mutlak yang

tercipta sebagai akibat penghancuran, pengurangan dan penghilangan semua

mikroorganisme hidup (Ansel,1989). Tahap sterilisasi bertujuan untuk

menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman untuk digunakan.

Oleh karena itu, pada praktikum ini dilakukan sterilisasi terhadap berbagai

peralatan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan steril pada praktikum

selanjutnya. Teknis pembuatan sediaan steril yang dilakukan adalah teknis

aseptis. Aseptis menunjukkan proses atau kondisi terkendali di mana tingkat

kontaminasi mikroba dikurangi sampai suatu tingkat tertentu di mana

mikroorganisme juga dapat ditiadakan pada suatu produk (Lachman dkk,2008).

Adapun persyaratan untuk melakukan teknis aseptis, yaitu diperlukan bahan

yang steril, alat yang steril, lingkungan yang terkontrol dan personil yang

terlatih.

Berdasarkan bahan penyusunnya terdapat tiga jenis peralatan yang akan

disterilisasi pada praktikum ini. Adapun tiga jenis peralatan tersebut, yaitu

peralatan berupa alat gelas, karet dan logam. Ketiga jenis peralatan tersebut

disterilisasi menggunakan metode sterilisasi yang berbeda. Metode sterilisasi

yang dapat dilakukan yaitu sterilisasi panas kering menggunakan oven dan

sterilisasi panas basah menggunakan autoclave .

Metode sterilisasi panas kering digunakan untuk bahan yang tahan

terhadap panas tinggi, tidak dapat digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet

atau plastik dan digunakan untuk mensterilkan peralatan gelas yang tidak

digunakan dalam pengukuran, seperti batang pengaduk, spatula logam, corong

gelas, beaker gelas dan pinset (Pratiwi,2008). Proses sterilisasi kering terjadi

melalui mekanisme konduksi panas, dimana panas akan diabsorpsi oleh

permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian dalam permukaan

sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai (Lukas,2006).

Sterilisasi alat diawali dengan melakukan pencucian terhadap seluruh

peralatan yang akan disterilisasi dengan menggunakan sabun cuci dan dilakukan

Page 16: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

penyikatan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran, lemak, atau noda

yang menempel pada peralatan tersebut. Selanjutnya peralatan tersebut dibilas

dengan air yang mengalir hingga bersih dan ditiriskan. Untuk mengeringkan

peralatan tersebut digunakan tissue kering yang dapat mempercepat proses

pengeringan alat. Peralatan yang telah kering tersebut disterilkan dengan

alkohol 70% dengan cara dengan menyemprotkannya. Digunakannya alkohol

70% karena konsentrasi optimal alkohol untuk menghambat pertumbuhan

mikroba adalah pada 70-80% (Pratiwi, 2008). Mekanisme aksi alkohol sebagai

disinfektan adalah dengan cara melarutkan lipid pada membran sel

mikroorganisme dan juga mendenaturasi protein yang dimiliki oleh

mikroorganisme tersebut (Pratiwi,2008). Setelah kering peralatan gelas

dibungkus. Pembungkusan ini bertujuan untuk mencegah terjadinya paparan

panas secara langsung pada alat yang dapat menyebabkan kerusakan alat akibat

terjadinya pemuaian yang tidak merata. Pembungkusan alat dengan

menggunakan alumium foil bertujuan agar panas yang dihasilkan dialirkan

secara konduksi di permukaan aluminium foil sehingga panas yang memapar

alat berlangsung secara merata. Dalam sterilisasi panas kering ini digunakan

oven. Oven disiapkan hingga suhunya mencapai 2500C kemudian dimasukkan

alat-alat yang akan disterilkan ke dalam oven.

Pada praktikum ini, seharusnya praktikan menggunakan oven dalam

sterilisasi alat-alat. Namun, oven yang terdapat di laboratorium mengalami

kerusakan, sehingga peralatan yang telah disiapkan disterilisasi secara panas

basah menggunakan autoclave. Autoclave merupakan alat sterilisasi yang

memanfaatkan uap air panas bertekanan tinggi dan biasanya digunakan untuk

mensterilisasi peralatan yang tidak rusak oleh panas. Sterilisasi menggunakan

autoclave merupakan cara yang paling baik karena uap air panas dengan tekanan

tinggi menyebabkan penetrasi uap air ke dalam sel-sel mikroba menjadi optimal

sehingga langsung mematikan mokroba. Sterilisasi menggunakan autoclave

tidak membutuhkan waktu yang lama. Sterilisasi ini dilakukan di dalam

autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit pada tekanan 15 psi. Digunakannya

suhu 1210C karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan pada tekanan

15 psi dan pada suhu 1210C alat gelas tidak akan memuai sehingga tidak akan

Page 17: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

merubah ukuran alat (Hafiz, 2009). Selain itu sifat alat seperti sendok tanduk,

botol tetes mata, kertas perkamen, kertas saring, dan karet penutup vial adalah

tidak tahan pemanasan, sehingga metode sterilisasi panas basah ini lebih sesuai

untuk digunakan. Alat-alat gelas yang berfungsi sebagai wadah dan bervolume

kecil seperti botol vial, pipet tetes dan erlenmeyer juga disterilkan dengan

autoclave. Hal ini berkaitan dengan uap yang merupakan pembawa atau carier

energi termal paling efektif dan dapat melunakkan seluruh lapisan pelindung

luar mikroorganisme, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi lebih efektif

dibandingkan pada penggunaan metode panas kering (Lukas, 2006).

Prosedur metode sterilisasi ini diawali dengan pencucian alat,

pengeringan, dan pembungkusan, dimana pembungkus yang digunakan berupa

kertas sampul coklat. Kertas ini memiliki pori yang lebih efektif untuk penetrasi

uap air sehingga proses sterilisasi dengan uap lebih optimal. Sebelum dilakukan

tahap sterilisasi, autoklaf yang akan digunakan diisi air hingga melewati

sarangan. Autoklaf dipanaskan hingga suhu mendekati 1210C, baru kemudian

alat dimasukkan ke dalam autoklaf dan dikunci rapat. Alat yang akan disterilkan

dengan autoclave tidak boleh memenuhi ruang dalam autoclave agar uap yang

kontak dengan alat lebih maksimal sehingga proses sterilisasi berjalan optimal

dan teknik penguncian tiap ulir dilakukan berseberangan untuk menjamin

kerapatan penguncian autoklaf. Selanjutnya dilakukan proses pengusiran udara

dari dalam autoklaf. Pengusiran udara ini bertujuan untuk mengkondisikan

autoklaf dalam keadaan jenuh uap air. Pengusiran dilakukan dengan membuka

klep udara selama pemanasan. Setelah uap air keluar dari klep, klep ditutup

sehingga keadaan di dalam autoklaf jenuh dengan uap air dan tekanan udara di

dalamnya meningkat. Indikator diamati hingga menunjukkan tekanan 15 psi.

Setelah indikator menunjukkan angka tersebut, waktu sterilisasi diukur 15 menit.

Tekanan 15 psi harus dijaga selama 15 menit, jika tekanan turun pengukuran

waktu dihentikan dan dijalankan kembali bila tekanan mencapai 15 psi kembali.

Pengaturan tekanan dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan tombol

pengatur suhu. Setelah waktu 15 menit tercapai, pengatur suhu diturunkan dan

indikator diamati hingga menunjukkan 0 psi, kemudian alat dapat dikeluarkan

dari autoclave. Dengan dilakukannya proses sterilisasi alat pada awal praktikum

Page 18: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

ini, maka proses sterilisasi alat selanjutnya dapat digunakan metode yang lebih

sederhana yaitu dengan menyemprotkan desinfektan pada permukaan alat

sebelum digunakan.

VII. KESIMPULAN

1. Sterilisasi alat diawali dengan melakukan pencucian terhadap seluruh

peralatan yang akan disterilisasi dengan menggunakan sabun cuci dan

dilakukan penyikatan. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran,

lemak, atau noda yang menempel pada peralatan tersebut. Selanjutnya

peralatan tersebut dibilas dengan air yang mengalir hingga bersih dan

ditiriskan.

2. Sterilisasi alat dilakukan dengan menggunakan menggunakan metode

sterilisasi panas basah, yang diawali dengan pencucian alat, pengeringan,

dan pembungkusan. Autoclave merupakan alat sterilisasi yang

memanfaatkan uap air panas bertekanan tinggi dan biasanya digunakan

untuk mensterilisasi peralatan yang tidak rusak oleh panas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: 95335408-laporan-sterilisasi-alat

Agalloco, James. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic version),

USA : Informa Healthcare Inc.

DepKes RI.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Indonesia

Gennaro, A.R. 1990. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18 th Edition.

Pennsylvania : Mack Publishing Company.

Jenkins, Glenn L., et.all., 1957. Scoville’s : The Art of Compounding. New York :

MC-Graw Hill Book Companies.

Lachman, L., H. A. Lieberman, dan J. L. Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi

Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press.

Lukas, S. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi.