Upload
octa-manggala-yudha
View
152
Download
12
Embed Size (px)
Citation preview
GENESA ENDAPAN EMAS, DAERAH SANGON, KABUPATEN
KULONPROGO PROPINSI D.I YOGYAKARTA
PROPOSAL
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Geokimia
Oleh :
1. Stiwinder Renata T : 08.10.0559
2. Putri Rahmawati : 091.101.027
3. Hermanto : 05.10.0487
4. Albino da Silva : 08.10.0534
5. Moises Soares : 091.101.004
6. Sebastiao de C. Soares : 091.101.023
7. Ricky Fadlianda : 091.101.033
8. Ade Setiawan S. L.K.A. : 091.101.040
9. Romy Budiarto : 091.101.048
10. Nicolau da C. M. : 091.101.011
11. Camilo Gomes Borges : 091.101.056
12. Herman F. A. M Bura : 091.101.036
13. Arif Bekti Rumanto : 091.101.047
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PENGESAHAN
GENESA ENDAPAN EMAS, DAERAH SANGON, KABUPATEN
KULONPROGO PROPINSI D.I YOGYAKARTA
PROPOSAL
Diajukan sebagai tugas mata kuliah Geokimia
Disahkan di : Yogyakarta
Pada tanggal : 23, Maret 2011
Menyetujui Penyusun
Dosen Pengajar Ketua Kelompok IV
Ir. Inti Widi Prasetyanto
PERUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara terbentuknya endapan mineral emas di daerah sangon,
kabupaten kulonprogo?
2. Selain mineral emas, apakah ada mineral lainnya yang bernilai ekonomis juga
ikut terbentuk?
TINJAUAN PUSTAKA
Mineral bijih emas yang penting adalah emas murni, telluride emas, electron
dan amalgam. Termasuk dalam senyawa telluride adalah cavillurit (AuTe2), sylvanit
(AuAg)Te2, krennerit (AuAg)Te2, dan petzit (AuAg)2Te.
Cara terbentuk endapan emas umumnya didapatkan bersama dengan perak
dan tembaga berupakan mineralisasi. Mineralisasi merupakan suatu proses masuknya
mineral jarang yang berharga ke dalam batuan sehingga membentuk deposit bijih
yang potensial. Ada beberapa model endapan emas yang dapat didekati dan dapat
dijadikan acuan untuk eksplorasi atau eksploitasi selanjutnya, yaitu endapan emas
epithermal atau porfiri dan endapan emas mesothermal. Selain itu emas didapatkan
sebagai endapan placer.
1. Endapan epithermal atau porfiri
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan dari jenis endapan
epitermal. Lebih kurang produk emas di Dunia di hasilkan dari tipe endapan ini.
Endapan emas epitermal umumnya didapat dalam bentuk urat-urat baik urat kuarsa
maupun urat karbonat pada suhu 150o-300
o C dengan pH sedikit asam atau mendekati
netral. Urat-urat ini terbentuk oleh hasil aktifitas hydrothermal yang beradan disekitar
porfiri, dimana emas, tembaga, wolframe, molibden dan timah terdapat di dalam
endapan ini.
Proses terbentuknya endapan epithermal adalah sebagai berikut ; emas
diangkut oleh larutan hydrothermal yang kaya akan HS-
dan OH-
. Ligan-ligan ini
mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya. Kehadiran breksi hydrothermal
merupakan salah satu penciri terjadinya pendidihan (boiling) pada larutan
hidrotermal. Selama proses pendidihan tekanan menjadi besar sehingga
menghancurkan batuan yang dilalui oleh larutan hidrothermal sehingga terjadi
peningkatan nilai pH dan penurunan suhu. Pada endapan porfiri emas primer biasa
dijumpai pada breksi hidrothermal. Pada endapan porfiri emas primer paling tinggi
dapat hadir bersama-sama mineral bornit atau magnetit.
2. Endapan metamorfogenik
Endapan emas metemorfogenik merupakan endapan emas yang
berasosiasi dengan batian metamorf. Endapan emas jenia ini di jumpai
pada urat-urat kuarsa/kalsit disekitar batuan metamorf.
Proses pengendapan emas pada batuan metamorf diuraikan sebagai
berikut :
o Batuan metamorf terbentuk pada tekanan dan suhu yang tinggi
sehingga mengakibatkan terjadinya orientasi struktur.
o Kehadiran air minereal antar ruang pori batuan mempercepat proses
metemorfisme batuan.
o Proses pelepasan air mengakibatkan proses sirkulasi air hidrothermal
dalam batuan melalui zona-zona geser (shear zone) pada batuan
metamorf.
o Air hydrothermal pada batuan metamorf kaya akan H2O dan CO serta
CO2
o Yang mengakibatkan larutan menjadi sedikit asam sehingga sangat
mudah mengangkut logam pada batuan tersebut.
3. Emas mesothermal
Merupakan salah satu tipe endapan hydrothermal yang terrbentuk pada
lingkungan batuan metamorf. Endapan ini dicirikan oleh adanya urat-urat
kuarsa emas yang terdapat pada batuan metamorf. Lode goal dan endapan
emas jenis urat ini merupakan bentuk model dari endapan bijih yang
berada pada suatu sabuk metamorfik ( metamorphic belts ) yang secara
umum berada pada seri sabuk fasies bertekanan rendah ( low pressure
facies belts ) yang dikontrol secara structural berasosiasi dengan sulfidasi
dan karbonasi batuan samping. Proses sulfidasi dan karbonasi
mengakibatkan pengayakan beberapa jenis unsure tertentu, seperti unsure
Au dengan unsure Ag, Te, S, As, Bi, Sb, W, K, Cs, Rb dan SiO2 serta
beberapa logam dasar dalam jumlah sedikit.
TUJUAN PENELITIA
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan kontrol dari
struktur geologi, stratigrafi, petrologi, geomorfologi, dan kondisi lingkungan terhadap
tanah longsor sehingga dapat mengurangi korban bencana tanah longsor (mass
wasting).
6. METODE PELAKSANAAN
H.1. Alat dan bahan
Alat dan bahan yang digunakan:
1. Stereoskop cermin untuk menginterpretasi foto udara/citra lansat
2. Foto udara/Citra Landsat daerah rawan bencana yang ingin diteliti untuk
menentukan daerah rawan bencana
3. Kertas plastik (transparent) untuk menyalin informasi dari foto udara
4. Pita perekat untuk merekatkan kertas transparan dan foto udara
5. O.H.P. maker adalah alat tulis untuk kertas transparan
6. Alcohol atau aceton dan Kapas untuk membersikan foto udara dan cermin
streoskop
7. Busur derajat dan Mistar
8. Peta topografi, peta rupa bumi, peta geologi (hasil penelitian oleh peneliti
pendahulu)
9. Palu geologi, kompas geologi, loope, GPS, H2O2, dan HCL sebagai peralatan
di lapangan
10. Buku catatan lapangan untuk mencatat apa yang ditemukan, di lapangan
11. Kantong plastik untuk tempat contoh batuan
H.2. Tahap-tahap interpretasi foto udara/citra landsat
Tahap-tahap interpretasi foto udara/citra landsat adalah :
1. Tahap persiapan
2. Tahap interpretasi citra
3. Tahap pengkajian lapangan
4. Tahap analisis laboratorium
5. Tahap interpretasi citra ulang
6. Tahap penulisan laporan
H.2.1. Tahap persiapan
Yang termasuk dalam tahap persiapan adalah:
a. Mendapatkan citra, peta topografi, peta geologi, dan data sekunder lain
b. Melakukan pembelajaran pustaka
c. Menyiapkan perlengkapan interpretasi
d. Mengurus izin untuk melakukan penelitian
H.2.2. Tahap interpretasi citra
Yang termasuk dalam tahap interpretasi citra adalah:
a. Pengamatan (observation)
b. Pengenalan (identification)
c. Pengambaran (delineation)
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Klasifikasi (classification)
H.2.3. Pengkajian lapangan
Pengkajian lapangan dilakukan terutama di daerah-daerah rawan bencana
untuk mengecek kebenaran hasil interpretasi, mengubah data yang salah, atau
menambah data yang kurang.
H.2.4. Tahap analisis laboratorium
Analisis petrografi bertujuan untuk mengetahui nama, genesis, dan
lingkungan pengendapan batuan.
Analisis kuat tekan bertujuan untuk mengetahui kekuatan batuan tersebut
untuk menahan gaya/tekanan.
H.2.5. Tahap interpretasi citra ulang
Menginterpretasi citra ulang dilakukan untuk membetulkan data yang salah
dan menambah data yang kurang, atas dasar hasil pengkajian lapangan dan hasil
analisis laboratorium.
Membuat peta rawan bencana geologi (geodisaster), membuat peta jalur
evakuasi bencana geologi (geodisaster), membuat peta tentatif hasil analisis
interpretasi foto udara/citra landsat, antara lain: peta geologi, peta geomorfologi, peta
pola pengaliran, peta penggunaan lahan,dan peta tutupan lahan.
H.2.6. Tahap penulisan laporan
Pada tahap ini dilakukan penulisan laporan hasil penelitian secara keseluruhan
dan konsultasi laporan.
7. JADWAL KEGIATAN
No Bulan
Ke-
Minggu Ke- Kegiatan
1 2 3 4
1. I X X Tahap persiapan
X X Tahap interpretasi citra
2. II X X X X Pengkajian lapangan
3. III X X X X Tahap analisis laboratorium
4. IV X X X X Tahap interpretasi citra ulang
5. V X X X X Tahap penulisan laporan
8. PERSONALIA PENELITIAN
1. Stiwinder Renata T : 08.10.0559
2. Putri Rahmawati : 091.101.027
3. Hermanto : 05.10.0487
4. Albino da Silva : 08.10.0534
5. Moises Soares : 091.101.004
6. Sebastiao de C. Soares : 091.101.023
7. Ricky Fadlianda : 091.101.033
8. Ade Setiawan S. L.K.A. : 091.101.040
9. Romy Budiarto : 091.101.048
10. Nicolau da C. M. : 091.101.011
11. Camilo Gomes Borges : 091.101.056
12. Herman F. A. M Bura : 091.101.036
13. Arif Bekti Rumanto : 091.101.047
9. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Bahan habis pakai
Larutan HCl dan H2O2 Rp 50.000
Obat-obatan Rp 50.000
Alcohol atau aceton Rp 50.000
Rp 150.000
Peralatan penunjang PKM
Lembar citra landsat-7 ETM+ Rp 750.000
Foto Udara Rp 300.000
Pengadaan peta dan literatur Rp 400.000
Alat tulis Rp 200.000
Perlengkapan pembuatan peta Rp 150.000
Rp 1.800.000
Perjalanan
Transportasi + BBM Rp 1.500.000
Rp 1.500.000
Lain-lain
Analisis Lab Rp 550.000
Konsumsi + Akomodasi Rp 500.000
Perbaikan laporan
- 5 Peta Rp 1.500.000
- Perbaikan draf laporan Rp 300.000
- Fotokopi laporan Rp 400.000
Rp 3.250.000
TOTAL Rp 6.700.000,-
K. DAFTAR PUSTAKA
Soetoto, 1981, Interpretasi Daerah Panas Bumi Dengan Citra Penginderaan Jauh,
Gamindacon Inter Consult, Jakarta
Adjat Sudrajat, 1995. Indonesia Penghasil Emas Terbesar Di Dunia, Kompas 26
Desember 1995
Anonim, 1987. Pertambangan Di Indonesia, Dept. Pertambangan dan Energi, Jakarta
Aryono,S. dan Sudarmo, 1979. Ilmu Bahan Galian, Dept. Pendidikan dan
Kebudayaan, Jakarta
Bateman,A.L, 1956. The Foundation Of Mineral Deposit, Mc Graw Hill Book
Company. New York
Bemmelen, R.W. Van, 1949. The Geology Of Indonesia, Vol. I A Government
Printing Office, The Hague, Netherland.
Bemmelen, R.W. Van, 1949. The Geology Of Indonesia, Vol. II Economic Geology,
Government Printing Office, The Hague, Netherland.
Huang. W.T., 1953. Petrology, Mc Graw Hill Book Company, London.
Pough, F., 1976
Akhir, J.M., & Abdullah, I., 1997. Geological applications of landsat thematic
mapper imagery-mapping and analysis lineaments in Northwest Peninsular
Malaysia. Proceeding of The 18th
Asian Conference
Mulyaningsih, S., 2010, Materi Kursus Geology For Non-Geologist, Pertemuan
Ilmiah Tahunan Ikatan Ahli Geologi Indonesia DIY.
Mulyaningsih, S., 2007, Diktat Kuliah Vulkanologi, Jurusan Teknik Geologi, Institut
Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.
Purnamawati, D.I., 2008, Diktat Kuliah Geologi Dasar, Jurusan Teknik Geologi,
Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta.