2
SURAT AL MAA’UUN (Barang 2 yang berguna) Surat ke 107 Termasuk surat Makkiyah, terdiri dari 7 ayat, 25 kalimat dan 125 huruf. Isi Pokoknya : Beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai mendustakan agama, dan Ancaman terhadap orang-orang yang lalai dan tidak khusyu’ dalam sholatnya.(T.Depag) َ تْ يَ َ رَ يِ ذَ ل ُ بِ ذَ كُ يِ ن يِ الذِ يَ كِ لَ ذَ ف يِ ذَ ل ُ عُ ذَ يَ م يِ & تَ يْ ل لاَ وُ ضُ حَ ي ىَ لَ عِ امَ عَ طِ ن يِ كْ سِ مْ ل َ ٌ لْ يَ وَ فَ ن يِ لَ صُ مْ لِ لَ ن يِ ذَ ل ْ مُ هْ نَ عْ مِ هِ ت لاَ صَ ونُ ه اَ سَ ن يِ ذَ ل ْ مُ ه ونُ ء َ رُ يَ ونُ عَ نْ مَ يَ وَ ونُ ع اَ مْ ل Artinya : 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang berbuat riya’ 7. dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna. Keterangan : Ayat 1 – 3 : Allah SWT menjelaskan sifat-sifat orang mendusta- kan agama atau mendustakan hari pembalasan (Ad- diin). yaitu : 1. Orang yang menghardik anak yatim. (yaitu anak yang masih kecil ditinggal mati ayahnya; orang yang bertanggung jawab memberi ma’isyah keluarganya). Terdapat 24 ayat dalam Al Qur’an tentang anak yatim, ini menunjukkan pentingnya kita memperhatikan dan berbuat baik kepada anak yatim. Diantaranya : a. Q.S. Al Fajr (89) : 17 ”Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim” (tidak memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya). b. Q.S. Adh Dhuha (93) : 9 ”Adapun terhadap anak yatim, janganlah kamu berlaku se- wenang-wenang. Di dalam Hadits, Nabi SAW bersabda : a. ”Aku dan orang yang memelihara anak yatim dengan baik, be - rada di surga bagaikan dekatnya jari telunjuk dan jari tengah” (HR. Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i) b. Demi Dzat yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi keyatiman dan kelemahannya” (HR. At Thabrani) Terutama anak yatim yang ada pada keluarga dekatnya. 2. Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Orang miskin adalah orang yang berkekurangan; sudah bekerja namun pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan-kebutuhan primernya (sandang-pangan-papan + beaya pendidikan dasar bagi anak-anaknya). Termasuk orang yang sudah jompo, sakit sakitan, sehingg tidak mampu bekerja. Ayat di atas mengisaratkan bahwa mereka yang tidak memiliki kelebihan apapun tetap dituntut paling tidak berperan sebagai penganjur memberi makan orang miskin, apalagi yang memi-liki kelebihan. 1) Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin dikatakan sebagi orang yang mendustakan agama sebab mereka telah bersikap tidak per caya pada inti agama yang sejati, yaitu bahwa orang yang menolong sesama yang lemah akan diberi balasan yang mulia oleh Allah SWT. Ayat ke 4 dan 5 ”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”. Dalam tafsir, yang dimaksud lalai dari shalatnya adalah : Melalaikan shalatnya atau lalai terhadap waktu-waktu shalat. Dalam hadits diriwayatkan, Sa’ad bin Abi

9 QS Al Maa'uun

Embed Size (px)

DESCRIPTION

almaun

Citation preview

Page 1: 9 QS Al Maa'uun

SURAT AL MAA’UUN (Barang2 yang berguna)

Surat ke 107 Termasuk surat Makkiyah, terdiri dari 7 ayat, 25 kalimat dan 125 huruf.

Isi Pokoknya :Beberapa sifat manusia yang dipandang sebagai mendustakan agama, dan Ancaman terhadap orang-orang yang lalai dan tidak khusyu’ dalam sholatnya.(T.Depag)

�ت� �ي أ ر�� ذ�ي أ �ذ�ب ال ك �الد�ين� ي �ك� ب ذ�ي ف�ذ�ل ال

�د ع� �يم� ي �ت �ي ال�ح ض� و�ال � ع�ل�ى ي ك�ين� ط�ع�ام �م�س� ال

�ل* (� �ين� ف�و�ي �م ص�ل �ل ذ�ين� ل ع�ن� ه م� ال �ه�م� اه ون� ص�الت س�

ذ�ين� اء ون ه م� ال ر� �ع ون� ي �م�ن �م�اع ون� و�ي الArtinya : 1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang berbuat riya’ 7. dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna.

Keterangan : Ayat 1 – 3 : Allah SWT menjelaskan sifat-sifat orang mendusta- kan agama atau mendustakan hari pembalasan (Ad-diin). yaitu :

1. Orang yang menghardik anak yatim. (yaitu anak yang masih kecil ditinggal mati ayahnya; orang yang bertanggung jawab memberi ma’isyah keluarganya). Terdapat 24 ayat dalam Al Qur’an tentang anak yatim, ini menunjukkan pentingnya kita memperhatikan dan berbuat baik kepada anak yatim. Diantaranya : a. Q.S. Al Fajr (89) : 17 ”Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim” (tidak memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya). b. Q.S. Adh Dhuha (93) : 9 ”Adapun terhadap anak yatim, janganlah kamu berlaku se- wenang-wenang. Di dalam Hadits, Nabi SAW bersabda : a. ”Aku dan orang yang memelihara anak yatim dengan baik, be - rada di surga bagaikan dekatnya jari telunjuk dan jari tengah” (HR. Bukhari, Muslim, Malik, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i) b. Demi Dzat yang mengutus aku dengan hak, Allah tidak akan menyiksa orang yang mengasihi dan menyayangi anak yatim, berbicara kepadanya dengan lembut dan mengasihi keyatiman dan kelemahannya” (HR. At Thabrani) Terutama anak yatim yang ada pada keluarga dekatnya.

2. Tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Orang miskin adalah orang yang berkekurangan; sudah bekerja namun pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan-kebutuhan primernya (sandang-pangan-papan + beaya pendidikan dasar bagi anak-anaknya). Termasuk orang yang sudah jompo, sakit sakitan, sehingg tidak mampu bekerja.

Ayat di atas mengisaratkan bahwa mereka yang tidak memiliki kelebihan apapun tetap dituntut paling tidak berperan sebagai penganjur memberi makan orang miskin, apalagi yang memi-liki kelebihan. 1)

Orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin dikatakan sebagi orang yang mendustakan agama sebab mereka telah bersikap tidak per caya pada inti agama yang sejati, yaitu bahwa orang yang menolong sesama yang lemah akan diberi balasan yang mulia oleh Allah SWT.

Ayat ke 4 dan 5

”Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalatnya”.Dalam tafsir, yang dimaksud lalai dari shalatnya adalah :

Melalaikan shalatnya atau lalai terhadap waktu-waktu shalat. Dalam hadits diriwayatkan, Sa’ad bin Abi Waqash bertanya kepada Nabi tentang ayat ini dan Nabi SAW menjawab : ”mereka yang mengakhirkan sholatnya hingga akhir waktu dan melalaikannya hingga habis waktunya” (HR.Ibnu Jarir At Thabari).

Melalaikan maksud/makna shalatnya, sehingga meskipun ia mengerjakan shalat, kurang menghayati maksud shalatnya.

Lalai hatinya (kurang khusyu’), selama shalat hatinya tertuju pada sesuatu yang lain. Lupa bahwa ia berhadapan dengan Allah SWT. ( awal s/d akhir shalat, kosong hatinya )

Lalai hikmahnya shalat, bahwa shalat semestinya bisa men-cegah dari perbuatan keji dan munkar. Q.S. Al Ankabut (29) : 45Demikian juga shalat semestinya membentuk pribadi suka menyantuni anak yatim dan memberi makan orang miskin.

ayat ke 6Termasuk yang celaka adalah ”Orang-orang yang berbuat riya’.

Riya’ adalah orang yang melakukan segala suatu perbuatan bukan karena Allah semata, tetapi untuk mencari pujian manusia atau popularitas (mencari suara-red)

Riya’ merupakan sesuatu yang abstrak, sulit dideteksi orang lain, bahkan terkadang dirinya sendiri tidak menyadarinya. Ibarat semut hitam-kecil-berjalan di tengah kegelapan malam.

Dalam sebuah hadits, Nabi SAW bersabda : ”Orang yang riya’ mempunyai 3 (tiga) tanda/ciri :

1. Giat / rajin ketika dilihat / dihadapan manusia (orang lain).2. Malas ketika sendirian, dan3. Suka mendapat pujian dalam semua pekerjaannya.(Introspeksi diri kita masing-masing).

Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda : Sesungguhnya riya’ itu adalah syirik yang kecil” (HR. Ahmad dan Hakim).Amal perbuatan yang didasari riya’ akan sia-sia. Allah SWT menggambarkan di dalam Q.S. Al Baqarah (2) : 264”Wahai orang-orang yang beriman ! janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir. Perumpamaannya seperti batu yang licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu ditimpa hujan lebat, maka tinggallah batu itu licin kembali. Mereka tidak memperoleh sesuatu apapun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir”.Dalam tafsir Ibnu katsir : Rasul SAW bersabda :”Barang siapa yang memperdengarkan amalnya kepada orang lain (karena riya’), maka Allah akan menjadikan adanya orang yang mendengarkannya, lalu menghina dan meremehkannya”.Tetapi jika seseorang beramal dengan ihlas karena Allah, kemudian (tanpa sengaja) diketahui orang lain dan dia merasa senang, maka yang demikian itu tidak termasuk riya’.

ayat ke 7Termasuk yang celaka adalah ”Orang yang enggan menolong dengan barang berguna”Ibnu Katsir dan Ibnu Mas’ud ra. : Barang berguna yang dimaksud adalah barng keperluan rumah tangga yang kecil-kecil, seperti : kapak, sabit, cangkul, gergaji, piring, panci, dsb.Sabda Nabi SAW : ” Allah selalu menolong seseorang hamba, selama hamba itu mau menolong saudaranya”. (HR.Ahmad).

Pertemuan Haji Rombongan 8 KBIH Mandiri Tahun 2007.Solo, 24 Juli 2011 di RM. Boga-Bogi.Sumber Rujukan :

1. Al Qur’an dan Terjemahnya , Depag RI2. Terjemah Tafsir Ibnu Katsir3. Tafsir Al Azhar , Buya Hamka4. Tafsir Al Mishbah , M. Quraish Shihab