13
DAKWAH ISLAM MELALUI PENDEKATAN SENI DAN BUDAYA Prolog Antoni Reid, dalam bukunya The Islamization of Southeast Asia, pada abad ke Sebelas di wilayah Asia Tenggara, khususnya di Indonesia telah terjadi konversi masal, yakni berpindahnya para penganut agama Hindu dan Budha, serta seluruh aliran kepercayaan pada ajaran agama Islam. Mereka tanpa intimidasi dan paksaan, tanpa intrik-intrik politik licik, tetapi dengan tulus hati dan kesadaran esoteric, berbondoong-bondong untuk memeluk Islam. Diantara faktor dominan, sebagai penyebab utama terjadinya konversi massal tersebut, adalah munculnya Popular Sufism yaitu para guru Sufi dan Wali yang sangat dekat di hati rakyat kecil dan anggun bersahaja nan penuh wibawa di hadapan para bangsawan. Mereka tampil melakukan Internalisasi, Sosialisasi, Transformasi, Kulturisasi bahkan Idiologisasi Islam 1

74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

DAKWAH ISLAM MELALUI PENDEKATAN SENI DAN BUDAYA

Prolog

Antoni Reid, dalam bukunya The Islamization of Southeast

Asia, pada abad ke Sebelas di wilayah Asia Tenggara, khususnya

di Indonesia telah terjadi konversi masal, yakni berpindahnya para

penganut agama Hindu dan Budha, serta seluruh aliran

kepercayaan pada ajaran agama Islam. Mereka tanpa intimidasi

dan paksaan, tanpa intrik-intrik politik licik, tetapi dengan tulus

hati dan kesadaran esoteric, berbondoong-bondong untuk

memeluk Islam.

Diantara faktor dominan, sebagai penyebab utama

terjadinya konversi massal tersebut, adalah munculnya Popular

Sufism yaitu para guru Sufi dan Wali yang sangat dekat di hati

rakyat kecil dan anggun bersahaja nan penuh wibawa di hadapan

para bangsawan. Mereka tampil melakukan Internalisasi,

Sosialisasi, Transformasi, Kulturisasi bahkan Idiologisasi Islam

dengan estetika atau seni budaya Islam sebagai mediasinya.

Tesis Anton Reid ini dibenarkan oleh Marshal Hodghosn,

dalam bukunya The Ventur Of Islam, Hodghosn menyebutkan,

bahwa pada abad ke Limabelas seluruh pulau Jawa menjadi sejuk

dengan cahaya dan panorama Islam. Hal ini sebagai konsekuensi

dari sentuhan tangan para Wali nan suci yang mendakwahkan

Islam dengan nuansa seni dan budaya Islam yang manusiawi.

1

Page 2: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

Sebagai contoh, Sunan Giri melalui seni Theatrikal

Jemblongan, Gendi Ferit, Jamuran, Gula Ganti, Cublak-Cublak

Suweng dan seni Gambyang yang diiringi lirik Sufistik seperti

Ilir-ilir, Padang-Padang Bulan, telah berhasil menarik hati dan

menggugah seluruh penduduk dari mulai Madura, Bawean sampai

Ternate dan Tidore di Maluku.

Sunan Bonang melalui seni Wayang yang diiringi dengan

Gamelan Sekatan dengan tembang Durma sebagai nada

harmoninya, telah berhasil menarik simpati dan membangkitkan

spirit religi masyarakat pesisir Tuban di Jawa Timur.

Sunan Ampel memalui seni Arsitektural Saka Guru atau

tiang raksasa yang dipancang pada mesjid agung Demak, telah

berhasil menancapkan gelora keberagamaan pada jiwa penduduk

Demak yang kering kerontang untuk semarak mendakwahkan

Islam.

Sunan Muri melalui seni suara Sinom dan Kinanti, telah

berhasil menelisik bathin penduduk Gunung Muria untuk yakin

memilih Islam dan hidup penuh pesona dalam buaian ajarannya.

Sunan Kali Jaga melalui seni Wayang Purwa, seni suara,

seni ukir, seni pahat Gapura, seni sastra dan seni adi busana

dengan mengukir motif burung dalam kain batik, dimana burung

dalam bahasa Arab menjadi qu dan qila yang berarti “Peliharalah

ucapanmu sebaik-baiknya”, menjadi salah satu ajaran estetik

melalui corak batik yang telah membangkitkan dimensi teologik

dan citra keber-agamaan penduduk pulau Jawa.

2

Page 3: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

Berkesenian menurut al-Qur’an

Dari sekelumit fakta sejarah ini, terbuktilah bahwa seni dan

budaya yang digenggam oleh tangan-tangan yang kuat

mengepalkan tauhid dan Ma’rifat telah berhasil mengangkat

harkat dan martabat kemanusiaan sejati dihadapan Allah

Rabbul’Ijjati. Dalam al-Qur’an surat al-Isra’ ayat 44 Allah

berfirman:

“Bertasbih memuji Alah langit yang tujuh. Dan bumi serta makhluk yang ada di atas keduanya. Dan tiada sesuatu yang tiada tasbih memuji-Nya, tapi kamu tiada mengerti pujiannya. Sungguh Ia Maha Penyantun Maha Pengampun”.

Jika dikaji secara teliti, ayat tadi, merupakan kalam

Khabari, yang menurut Imam al-Akhdari dalam magnum opus-

Nya Jauhar Maknun, memiliki tujuan untuk “memberi faedah

kepada yang mendengarkannya tentang makna dan hukum yang

dikandungnya”. Faedah yang dapat dipetik dari ayat tadi adalah

informasi estetik tentang alam raya yang bertasbih memuji Ilahi.

Menurut penyair Muhammad Iqbal, bertasbihnya alam

raya, adalah sebuah realitas estetik yang berperan memberikan

pembuktian kepada kita tentang wujud Jamaliyah Allah. Karena

itu menurut Iqbal, jika kita mengabaikan sisi-sisi estetika yang

terdapat dalam proses bertasbihnya alam raya, berarti kita telah

mengabaikan salah satu dari wujud Jamaliyah Allah. Sebaliknya,

ketika kita mengekspresikan dimensi estetika yang terdapat dalam

proses bertasbihnya alam raya, melalui sejumlah karya seni dan

3

Page 4: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

budaya, adalah suatu tafakkuh untuk membuktikan wujud

Jamaliyah Allah.

Immanuel Kant yang dikuatkan oleh mantan pimpinan

tertinggi Al-Azhar Syaikh Abdul Halim Mahmud, mengatakan,

“bukti terkuat tentang kemaujudan jamaliyah Allah adalah

terdapat dalam dimensi estetika manusia bukan pada dimensi

logikanya. Kita tidak perlu bertepuk tangan kepada logika yang

berhasil membuktikan kemaujudan jamaliyah Allah, karena

logika pula telah berhasil membuktikan sebaliknya”.

Berdasarkan makna yang tersirat dalam ayat tadi, bahwa

berkesenian dan berkebudayaan dalam Islam, merupakan Fitrah

manusia. Ia merupakan ekspresi ruh dan karsa manusia yang

mengandung dan mengungkapkan estetika atau keindahan. Ia

lahir dari sisi esoteric yang didorong oleh kecenderungan seniman

dan budayawan yang bergumul dengan eksotika dan estetik-nya

alam raya ciptaan sang Penguasa. Dorongan estetika tersebut,

sekali lagi merupakan naluri dan fitrah yang dianugerahkan oleh

Allah kepada hamba-hamba-Nya.

Karena itu, Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddinnya

mengatakan:

“Siapa yang tidak terkesan hatinya di musim bunga dengan kembang-kembangnya, atau oleh alat musik dan getaran nadanya, maka fitrahnya telah mengidap penyakit parah yang sulit diobati.”

4

Page 5: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

Fungsi Seni dan Budaya dalam Islam

Selanjutnya bagaimanakah fungsi seni dan budaya Islam itu ?

dalam QS: An-Nahl ayat 125 Allah menjelaskan sebagai berikat:

“Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan yang baik dan bantahlah mereka dengan bantahan yang lebih baik. Sungguh Tuhanmu ialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat di jalan-Nya. Dan ialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Kata Ud’u dalam ayat tadi ini merupakan instruksi dari Ilahi

untuk kita taati. Sebagaimana kaidah Ushul Fiqh mengatakan:

“al-Ashlu fil amri lil wujub” pada dasarnya suatu perintah adalah

wajib. Secara semantik menurut tafsir Tanwir al-Miqbas min

Tafsir Ibn Abbas, bahwa “ba huruf jar” pada kata “bi al-hikmah”

menurut Imam As-Sakaki dan Husen Muhammad Musa adalah

“Ilshaq”, “Istianah”, “Tausil” dan “Wasilah”, yang berarti

menyambungkan, mendekatkan atau menyampaikan, dan

pelantara kata-kata sebagai makna “bi” juga bersinonim dengan

kata “uslub” dan “thariqah”, yang berarti cara mengerjakan

sesuatu. Dari pendekatan semantik ini dapat difahami, bahwa

hikmah, mauidhah hasanah dan mujadalah yang terangkai dalam

ayat tadi, merupakan metode yang harus diterapkan dalam

melaksanakan dakwah Islam.

Selanjutnya kata “hikmah” itu sendiri, menurut Sayyed

Housen Nasr, dalam bukunya “Spiritual dan Seni Islam”

memiliki arti Filsafat. Sementara intisari hikmah sebagai filsafat

itu sendiri, menurut Prof. DR. Musa As’ari dalam bukunya

5

Page 6: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

“Filsafat Islam sunah Nabi dalam Berfikir” memiliki tiga esensi.

Pertama esensi hikmah atau filsafat sebagai logika, Kedua esensi

hikmah atau filsafat sebagai ajaran etika, dan Ketiga esensi

hikmah atau filsafat sebagai estetika yang didalamnya terdiri dari

seni atau budaya.

Dengan demikian, berdasarkan ayat yang tadi, seni dan

budaya dalam Islam, merupakan salah satu sarana atau metode

untuk menyebarkan dakwah Islam. Hal ini, sejalan dan sejalin

dengan pendapat Muhammad Imarah, dalam bukunya Mua’llim

al-Manhaj al-Islam, mengatakan, bahwa fungsi seni dan budaya

dalam Islam adalah sebagai salah satu sarana atau metode dalam

berdakwah.

Selanjutnya sebagai media dalam dakwah Islamiyah, maka

seni dan budaya dalam Islam, setidaknya mengemban tiga misi

profetik. Pertama, seni dan budaya mengemban missi Amar

Ma’ruf, misi ini pada hakekatnya adalah humanisasi atau

emansipasi manusia. Melalui misi Amar Ma’ruf, manusia akan

dikenalkan pada nilai-nilai karya seni budaya adiluhung dari

Allah yang akan mengajak mereka menuju jalan keselamatan.

Melalui misi Amar Ma’ruf pula, manusia akan diajak dan

dipertemukan pada nilai-nilai seni dan budaya yang akan

membuat manusia layak disebut sebagai manusia sejati.

Kedua, seni dan budaya dalam Islam mengemban misi

Nahyi Munkar. Misi ini pada hakikatnya adalah liberasi. Artinya,

seni dan budaya dalam Islam memiliki peran untuk membebaskan

6

Page 7: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

manusia dari hal-hal yang akan membuat mereka tidak selamat di

hadapan Allah. Bahasa lainnya dari Nahyi Munkar atau Liberasi

adalah melalui seni budaya manusia dihindarkan dari anasir-

anasir Hayawaniyah Subuiyyah dan Syaithoniyyah yang telah

menggelincirkan manusia pada kobaran api neraka jahannam.

Misi ini secara strategik, berperan untuk meng-counter effeck

paradigma “seni untuk seni” yang telah menjebak manusi pada

logika materialisme-positiristik, dimana dengan dalih karya seni,

berfoto seronok, berbikini super-super sexy, bahkan telanjang

bulat seperti binatang, adalah sesuatu yang dianggap wajar.

Misi ketiga dari seni dan budaya Islam adalah Tu’minuuna

billah. Misi ini diterjemahkan Muhammad Iqbal sebagai proses

transendensi, yaitu melalui seni budaya Islami manusia di

satupadukan dengan sistem Tuhan, yaitu Dinul Islam. Missi

Transendensi ini, pada hakekatnya mengajak manusia untuk

menyelami kedalam hakikat filosofi Innalillaahi wa Inna Ilaihi

Raajiuun. Melalui seni budaya Islami, manusia akan diajak

berkelana siklikal yaitu berjalan dari A menuju A, asal kita dari

Allah dan harus kembali kepada Allah. Karena itu, misi inipun

sekaligus merupakan counter effeck atas paradigma seni untuk

seni, yang telah membawa manusia berjalan linear dari A menuju

B. Manusia yang asalnya dari Allah tetapi ditatih tergelincir oleh

seni positivistik untuk berjalan menuju Iblis la’natullah.

Epilog

7

Page 8: 74384541 Dakwah Islam Dan Seni Budaya

Jika seni dan budaya telah difungsikan dan dikonfigurasikan

secara totalitas sebagai sarana dakwah Islamiyah seperti telah

dilakukan oleh para wali, dengan komitmen membawa missi

profetik Amal Shaleh dalam wujud Humanisasi, Liberasi dan

Transendensi, maka seni dan budaya sebagai fitrah nan indah

yang Allah anugerahkan kepada kita, akan membangun identitas

dan citra idealitas kita sebagai insan yang berserah diri secara

totalitas kepada Allah. Hal ini, sebagaimana disyariatkan Allah

dalam Al-Qur’an surat Fushshilat ayat 33:

“Dan siapakah yang lebih indah perkataannya dari orang yang menyeru ke jalan Allah mengerjakan amal kebaikan dan berkata: Sungguh aku adalah orang-orang yang berserah diri.”

Sebagai kesimpulan sementara, seni dan budaya Islami

merupakan manifesto dari jamaliyah Allah yang dianugerahkan

sebagai fitrah pada manusia. Dalam eksistensinya seni dan budaya

berfungsi sebagai sarana dakwah yang mengemban tiga misi

profetik, Pertama, Amar Ma’ruf (humanisasi), yakni

memanusiakan manusia, Kedua, Nahyi Munkar (liberasi) yakni

membebaskan manusia dari cengkraman anasir-anasir

syaithaniyyah, dan yang ketiga seni dan budaya membawa misi

tu’minuuna billah (transendensi), yakni sarana untuk menyatukan

manusia dengan sistem Allah yaitu Dinul Islam.

8