15
Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7 Dalam masyarakat, zat psikoaktif banyak beredar secara luas, baik digunakan secara sengaja maupun tidak disengaja. Zat psikoaktif adalah zat-zat kimia yang memiliki efek psikologis. Ada beberapa jenis zat psikoaktif, yaitu : (1) Tergolong ilegal dan terlarang, yaitu kokain, mariyuana, dan heroin ; (2) Tergolong dapat diperoleh dengan resep, yaitu tembakau, dan alkohol ; (3) Tergolong legal, yaitu kafein. Ada tiga kelompok besar dari zat psikoaktif yang disalahgunakan, yaitu : 1.Depresan, adalah obat yang menghambat atau mengekang aktivitas sistem saraf pusat. Obat ini mengurangi perasaan tegang dan cemas, menyebabkan gerakan melambat , dan merusak proses kognitif. Dalam dosis tinggi, obat dapat menahan fungsi vital dan menyebabkan kematian. Ada beberapa tipe depresan, yaitu : a. Alkohol . Alkohol sebenarnya adalah obat, karena mengandung depresan yang disebut etil alkohol/etanol . Ketergantungan alkohol dikenal dengan istilah alkoholisme . Alkoholisme dapat menyebabkan produktivitas kerja menurun, kehilangan pekerjaan, atau penurunan status sosioekonomi. Orang yang berpotensi mengalami alkoholisme adalah : Laki-laki mempunyai kecenderungan lebih banyak mengalami alkoholisme dibanding perempuan. Alkoholisme biasanya dialami orang dewasa dibawah usia 40 tahun. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Widiawati ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 1

7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psi. Abnormal Diah

Citation preview

Page 1: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

Dalam masyarakat, zat psikoaktif banyak beredar secara luas, baik digunakan secara

sengaja maupun tidak disengaja. Zat psikoaktif adalah zat-zat kimia yang memiliki efek

psikologis. Ada beberapa jenis zat psikoaktif, yaitu : (1) Tergolong ilegal dan terlarang,

yaitu kokain, mariyuana, dan heroin ; (2) Tergolong dapat diperoleh dengan resep, yaitu

tembakau, dan alkohol ; (3) Tergolong legal, yaitu kafein.

Ada tiga kelompok besar dari zat psikoaktif yang disalahgunakan, yaitu :

1. Depresan, adalah obat yang menghambat atau mengekang aktivitas sistem saraf pusat.

Obat ini mengurangi perasaan tegang dan cemas, menyebabkan gerakan melambat,

dan merusak proses kognitif. Dalam dosis tinggi, obat dapat menahan fungsi vital dan

menyebabkan kematian. Ada beberapa tipe depresan, yaitu :

a. Alkohol . Alkohol sebenarnya adalah obat, karena mengandung depresan yang

disebut etil alkohol/etanol. Ketergantungan alkohol dikenal dengan istilah

alkoholisme. Alkoholisme dapat menyebabkan produktivitas kerja menurun,

kehilangan pekerjaan, atau penurunan status sosioekonomi. Orang yang berpotensi

mengalami alkoholisme adalah :

Laki-laki mempunyai kecenderungan lebih banyak mengalami alkoholisme

dibanding perempuan.

Alkoholisme biasanya dialami orang dewasa dibawah usia 40 tahun.

Orang dengan gangguan kepribadian antisosial

Riwayat penyalahgunaan alkohol dalam keluarga

Faktor sosiodemografik. Riwayat hidup ketergantungan alkohol lebih umum

ditemukan pada orang dengan pendapatan dan tingkat pendidikan yang lebih

rendah dan pada orang yang hidup sendiri.

b. Barbiturat , adalah obat yang berguna untuk mengurangi kecemasan, ketegangan,

rasa sakit, menangani epilepsi, dan tekanan darah tinggi. Penggunaan obat ini

dalam dosis tinggi dapat menyebabkan kebingungan, pembicaraan yang kacau,

kerusakan motorik, dan iritabilitas.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 1

Page 2: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

c. Opioid/Narkotik , adalah obat adiktif yang dapat digunakan untuk melepaskan rasa

sakit, menyebabkan tidur, dan memberikan rasa nikmat. Jenis dari opioid adalah

morfin, heroin, dan kodein. Overdosis penggunaan obat ini dapat menyebabkan

koma atau kematian.

2. Stimulan , adalah obat yang meningkatkan aktivitas sistem saraf. Beberapa obat jenis ini

menyebabkan perasaan euphoria dan percaya diri. Jenis dari stimulan adalah :

a. Amfetamin , merupakan golongan stimulan sintetis. Nama jalanan dari stimulan ini

adalah shabu-shabu. Penggunaan obat ini dengan dosis tinggi dapat menyebabkan

kelelahan, iritabilitas, halusinasi, delusi paranoid, hilang selera makan, insomnia.

Delusi dan halusinasi adalah ciri yang terdapat dalam skizofrenia.

b. Ekstasi , adalah obat terlarang yang keras. Ekstasi adalah tiruan murahan dari

amfetamin, yang struktur kimianya mirip dengan amfetamin. Obat ini dapat

menyebabkan euforia ringan, halusinasi, depresi, kecemasan, insomnia, paranoia,

psikosis, merusak fungsi kognitif, termasuk kemampuan belajar dan kemampuan

memperhatikan. Obat ini dapat mengurangi serotonin dalam otak, yaitu

neurotransmitter yang berhubungan dengan pengaturan mood dan selera makan.

Hal ini menjelaskan mengapa pengguna obat dapat mengalami perasaan depresi

saat berhenti menggunakan obat.

c. Kokain , adalah stimulan natural yang disuling dari daun tanaman coca. Kokain dapat

menyebabkan mood depresif, gangguan tidur, dan gangguan selera makan.

Kokain dapat meningkatkan tekanan darah secara mendadak, menegangkan

pembuluh darah secara mendadak, mempercepat denyut jantung. Overdosis dari

penggunaan obat ini dapat menyebabkan kelelahan, insomnia, sakit kepala, mual,

kejang, gemetar, halusinasi, delusi, dan kematian mendadak.

d. Nikotin . Nikotin ditemukan dalam produk tembakau, seperti rokok, cerutu, tembakau

tanpa asap. Racun pada nikotin dapat menyebabkan penyakit kanker paru-paru,

kardiovaskular, dan jantung kronis yang tertolong.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 2

Page 3: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

3. Halusinogen/psychedelics , adalah golongan obat yang menghasilkan distorsi sensori

atau halusinasi, termasuk perubahan besar dalam persepsi warna dan pendengaran.

a. Lysergic acid diethylamide/LSD , merupakan obat halusinogen sintetis. Orang yang

menggunakan obat ini dapat merasa takut kehilangan kendali/kewarasan, takut akan

kematian.

b. Phencyclidine/PCP , awalnya dikembangkan sebagai anastetik. PCP dapat

menyebabkan halusinasi, mempercepat detak jantung, tekanan darah, keringat

berlebih, menyebabkan kondisi delirium, memiliki dampak disosiatif, rasa kantuk,

tatapan kosong, kejang, koma, paranoia, perilaku agresif, dan kecelakaan akibat

distorsi persepsi.

c. Mariyuana , berasal dari tanaman Cannabis sativa. Dosis rendah dari obat ini dapat

menyebabkan rasa santai. Dosis tinggi dari penggunaan obat ini dapat

menyebabkan halusinasi visual, meningkatnya sensasi seksual, disorientasi, mual,

muntah, kecemasan, kebingungan, kerusakan intelektual, merusak persepsi,

koordinasi motorik, merusak ingatan jangka pendek, memperlambat kemampuan

belajar, perubahan mood, reaksi psikotik, resiko meningkatnya detak jantung,

tekanan darah, serangan jantung, kanker paru-paru, dan penyakit pernapasan

lainnya.

Penggunaan zat psikoakif ini dapat menyebabkan suatu gangguan. DSM-IV

menggolongkan gangguan ini dalam dua kategori, yaitu :

Gangguan Penggunaan Zat/substance use disorders, yaitu penggunaan maladaptif dari

zat psikoaktif, yang meliputi penyalahgunaan zat dan ketergantungan zat.

Ciri yang menentukan penyalahgunaan zat adalah pola perilaku penggunaan obat berulang

kali yang menyebabkan konsekuensi yang merusak, seperti : (a) kegagalan untuk

memenuhi tanggung jawab sebagai siswa/pekerja/orangtua ; (b) berhadapan dengan

masalah hukum berulang kali ; (c) penahanan berulang kali ; (d) memiliki masalah sosial

yang berkaitan dengan penggunaan zat.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 3

Page 4: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

Penyalahgunaan zat untuk periode yang lama dapat menyebabkan ketergantungan zat.

Orang-orang dengan kondisi ini tidak dapat mengendalikan penggunaan obat/zat. Mereka

sadar bahwa obat/zat itu berbahaya bagi hidup mereka, namun mereka tidak dapat

menghentikan penggunaan obat.

Penggunaan zat yang berulang dapat menyebabkan perubahan reaksi fisiologis, yaitu :

a. Toleransi, yaitu kondisi habituasi fisik terhadap suatu obat, sehingga dibutuhkan dosis

yang lebih tinggi untuk mendapatkan efek yang sama.

b. Sindrom putus zat, yaitu sekelompok karakteristik gejala putus zat yang terjadi saat

orang secara mendadak menghentikan penggunaan zat tertentu. Tandanya adalah

mulut kering, mual, muntah, lemah, tachycardia, kecemasan, depresi, sakit kepala,

insomnia, tekanan darah meningkat, halusinasi.

Orang yang mengalami ketergantungan zat, digambarkan melalui beberapa tahapan, yaitu:

Eksperimentasi. Pada tahap ini, orang yang menggunakan zat akan merasa nyaman,

euforik, dan yakin bahwa mereka dapat berhenti kapan saja.

Penggunaan rutin. Pada tahap ini, orang yang tergantung zat akan memfokuskan diri

pada bagaimana mendapatkan, dan menggunakan obat. Pada tahap ini, mereka akan

mengabaikan nilai diri, keluarga, sekolah, atau pekerjaan.

Adiksi atau ketergantungan. Pada tahap ini, orang akan merasa tidak berdaya menolak

obat, baik karena mereka ingin mengalami efek obat atau karena ingin menghindari

konsekuensi putus zat.

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 4

Page 5: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

Karakteristik Diagnostik Ketergantungan Zat.

Ketergantungan zat adalah pola penggunaan maladaptif yang menyebabkan kerusakan

signifikan atau distres, sebagaimana ditunjukkan oleh karakteristik berikut ini, yang muncul pada

tahun yang sama :

A. Toleransi pada zat , ditunjukkan salah satunya oleh :

Kebutuhan untuk meningkatkan dosis zat agar mendapatkan efek yang diinginkan atau

intoksikasi

Berkurangnya efek secara drastis bila terus mengonsumsi dosis yang sama

B. Simtom putus zat , ditunjukkan salah satunya oleh :

Sindrom putus zat yang dianggap sebagai ciri khas dari zat

Mengonsumsi zat yang sama (atau zat yang terkait erat, sebagaimana metadon

menggantikan heroin) untuk menghilangkan atau mencegah simtom putus zat.

C. Penggunaan dosis zat yang lebih besar atau untuk periode waktu yang lebih lama daripada

yang diinginkan orang yang bersangkutan (misalnya seseorang ingin minum satu kali, namun

setelah melakukan satu kali, ia terus minum hingga mabuk)

D. Keinginan yang terus ada untuk mengurangi atau mengendalikan penggunaan zat atau

kurang berhasil saat mencoba melakukan self control.

E. Menghabiskan banyak waktu untuk aktivitas memperoleh zat (misalnya mengunjungi dokter

untuk mendapatkan resep atau terlibat dalam pencurian), mengonsumsi zat, atau

memulihkan diri dari penggunaan zat. Pada kasus yang parah, kehidupan sehari-hari individu

berkisar pada penggunaan zat.

F. Individu telah mengurangi atau menghindari aktivitas sosial, pekerjaan, atau rekreasional

yang penting karena penggunaan zat (misalnya, seseorang menarik diri dari acara keluarga

untuk menggunakan obat)

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 5

Page 6: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

G. Penggunaan zat tetap berlanjut meski terdapat bukti-bukti adanya masalah psikologis atau

fisik yang persisten atau berulang, baik yang disebabkan atau diperparah oleh penggunaan

zat (misalnya berulang kali ditahan karena menyetir saat intoksikasi).

Gangguan Akibat Penggunaan Zat/substance induced disorders, gangguan yang

dapat muncul karena penggunaan zat psikoaktif, seperti intoksikasi, gejala putus zat,

gangguan mood, delirium, demensia, amnesia, gangguan psikotik, gangguan kecemasan,

disfungsi seksual, dan gangguan tidur.

PERSPEKTIF TEORITIS

1. Biologis

a. Neurotransmitter.

Obat-obatan seperti nikotin, alkohol, amfetamin, heroin, kokain, dan mariyuana

memiliki efek yang menyenangkan dengan meningkatkan konsentrasi dopamin

dalam otak, yaitu jaringan neuron yang berpengaruh pada perasaan nikmat

(perasaan nikmat jika kita menang lomba, menikmati makanan lezat, atau karena

stimulasi seksual). Perasaan nikmat karena penggunaan obat dapat berupa

kebahagiaan ringan hingga euforia. Meningkatnya konsentrasi dopamine

menyebabkan berkurangnya jumlah reseptor pada neuron dimana dopamin berada

dan mengurang kemampuan otak untuk memproduksi dopamin sendiri.

Neurotransmitter lain, seperti serotonin mengaktifkan sirkuit kenikmatan dalam

merespon kokain, alkohol, dan penggunaan obat lain.

Neurotramsmitter lain, seperti endorfin dapat mencegah rasa sakit. Secara normal

otak memproduksi endorfin untuk merasakan rasa nyaman dan nikmat. Tetapi

penggunaan obat dapat menyebabkan otak berhenti memproduksi endorfin secara

otomatis. Akibatnya, pengguna tergantung pada obat untuk mendapatkan rasa

nikmat dan nyaman itu. Jika pengguna menghentikan penggunaan obat, maka

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 6

Page 7: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

pengguna akan merasa nyeri dan sakit sampai tubuh memproduksi endorfin secara

otomatis dalam jumlah yang banyak.

b. Genetis

Penggunaan obat cenderung menurun pada keluarga. Orang yang memiliki orangtua

alkoholisme, cenderung memetabolisme alkohol lebih cepat. Metabolisme yang lebih

cepat dapat menyebabkan seseorang dapat menoleransi penggunaan alkohol.

2. Belajar. Teoretikus belajar meyakini bahwa penggunaan zat itu adalah perilaku yang

dipelajari, dan pada prinsipnya dapat dihentikan atau dikembalikan ke bentuk semula.

a. Operant Conditioning. Orang belajar bahwa ketika mereka menggunakan obat atau

zat, mereka memperoleh reinforcement positif, berupa rasa nyaman, senang, nikmat,

hilang kecemasan, atau ketegangan. Mereka juga belajar bahwa jika mereka berhenti

menggunakan obat atau zat, mereka akan memperoleh reinforcement negatif, berupa

rasa sakit atau nyeri. Oleh karena itu, perilaku penggunaan obat atau zat akan terus

dilakukan.

b. Classical Conditioning.

Sebelum

Conditioning

Jarum suntik, alkohol, obat

(Stimulus Netral)

Tidak ada respon

Tawaran teman & coba-coba

(Unconditioned Stimulus)

Keinginan untuk konsumsi

(Unconditioned Response)

Selama

Conditioning

Jarum suntik, alkohol, obat

(Conditioned Stimulus)Keinginan untuk konsumsi (Unconditioned Response)

Tawaran teman & coba-coba

(Unconditioned Stimulus)

Setelah Jarum suntik, alkohol, obat Keinginan kuat untuk konsumsi

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 7

Konsumsi obat

Meningkatkan dopamin, mengaktifkan serotonin, memproduksi endorfin

Memberi rasa nikmat, nyaman

Otak berhenti produksi

Jika dihentikan, tubuh akan merasa sakit (KETERGANTUNGAN)

Page 8: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

(Conditioned Stimulus) (Conditioned Response)

c. Belajar Observasional. Orang yang mengkonsumsi obat atau zat, biasanya belajar dari

ayah, ibu, atau orang lain dalam lingkungan terdekatnya.

3. Kognitif. Adanya harapan atau keyakinan yang salah, yaitu bahwa zat dan obat dapat

mengurangi ketegangan, membantu orang lepas dari masalah, mengurangi kecemasan,

terlihat keren di mata orang lain, dan meningkatkan self efficacy.

4. Psikodinamika. Teoretikus psikodinamika memandang bahwa minum alkohol, merokok,

atau konsumsi obat lainnya merupakan usaha untuk mencapai kepuasan oral (fiksasi

tahap oral dalam perkembangan psikoseksual).

Freud merupakan perokok yang menghabiskan 20 batang rokok dalam satu hari. Ia

berusaha menghentikan tetapi gagal. Ia meninggal pada usia 83 tahun (1939) karena

mengalami kanker mulut/oral.

5. Sosiokultural. Penggunaan zat atau obat di lingkungan teman sebaya dapat

mempengaruhi perilaku diri sendiri.

6. Diatesis Stres.

Biologis Belajar Kognitif Sosiokultural

Genetis

Kecenderungan

cemas

Melihat perilaku

ayah yang

mengkonsumsi

obat

Keyakinan salah

bahwa

mengkonsumsi

obat akan terlihat

keren.

Tekanan dari

teman ; masalah

dalam keluarga ;

tidak ada

larangan dalam

budaya

Penggunaan dan

penyalahgunaan

obat dan zat

PENANGANAN

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 8

Page 9: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

1. Pendekatan Biologis

a. Detoksifikasi dilakukan dalam rumah sakit. Dalam detoksifikasi, obat antikecemasan

akan diberikan untuk mengatasi efek dari putus zat. Detoksifikasi biasanya

memerlukan waktu satu minggu. Detoksifikasi ini hanyalah langkah awal dari

penanganan.

b. Disulfiram diberikan bersama dengan alkohol sebagai terapi. Perpaduan disulfiram

dan alkohol dapat menyebabkan mual, sakit kepala, percepatan jantung, muntah, dan

tekanan darah menurun drastis. Sehingga diharapkan dengan pemberian disulfiram,

orang akan berhenti mengkonsumsi alkohol. Namun, obat ini memiliki dampak

beracun pada orang dengan penyakit liver (penyakit yang sering terjadi pada

pengguna alkohol).

c. Terapi pengganti nikotin dilakukan dengan penggunaan pengganti nikotin dalam

bentuk permen karet Nicorette dan obat antirokok tanpa dasar nikotin.

d. Program pemantapan metadon. Metadon adalah opiate sintetis yang mengurangi

ketagihan heroin dan membantu mencegah gejala tidak menyenangkan yang

menyertai putus zat. Namun, metadon sangat adiktif, sehingga penggunaannya perlu

diawasi secara ketat.

2. Pendekatan Psikodinamika dilakukan dengan terapi yang dapat menemukan dan

menyelesaikan konflik dalam diri yang mendasar.

3. Pendekatan Behavioral

a. Strategi self control berfokus membantu orang mengembangkan keterampilan yang

dapat digunakan untuk mengubah perilaku.

Anteseden/stimulus menyingkirkan stimulus eksternal (obat, alkohol, rokok,

menghindari lingkungan yang negatif) ; mengendalikan pemicu internal (dilakukan

dengan relaksasi, mencari bantuan jika merasa depresi)

Behavior mengendalikan keinginan untuk mengkonsumsi obat atau alkohol

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 9

Page 10: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

Consequences memberikan konsekuensi negatif jika mengkonsumsi obat atau

alkohol.

b. Aversive conditioning, stimulus aversif/tidak menyenangkan diberikan bersamaan

dengan konsumsi obat atau zat. Misal, alkohol dipasangkan dengan zat kimia yang

menyebabkan mual atau muntah.

c. Pelatihan keterampilan sosial, misalnya belajar bersikap asertif untuk menolak

ajakan teman untuk mengkonsumsi obat atau zat.

d. Pelatihan pencegahan kambuh merupakan teknik kognitif behavioral yang berfokus

pada interpretasi seseorang akan kemungkinan kambuh. Misalnya berlatih mengenali

situasi apa yang dapat membuat mereka kambuh dan bagaimana cara mengatasinya.

4. Pendekatan Lainnya

a. Kelompok pendukung nonprofessional, yaitu suatu kelompok dimana anggotanya

pernah mengalami hal yang sama. Mereka melakukan pertemuan, dengan tujuan

untuk memberi kesempatan para anggotanya untuk mendiskusikan perasaan dan

pengalaman mereka. Anggota yang lebih berpengalaman akan membantu anggota

baru selama masa krisis atau masa potensial untuk kambuh.

b. Pendekatan residensial, adalah penanganan di rumah sakit atau pusat rehabilitasi.

Penanganan ini dilakukan jika orang tidak tahan terhadap gejala putus zat, atau tidak

dapat mengendalikan perilaku mereka yang destruktif.

DAFTAR PUSTAKA

Nevid, J.S., Rathus, S.A.,& Greene, B. (2005). Psikologi Abnormal, Edisi Kelima Jilid 2 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 10

Page 11: 7. Penyalahgunaan Zat dan Obat - Psi. Abnormal Diah.doc

Penyalahgunaan Zat dan Obat Pertemuan 7

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Diah Widiawati

ABNORMAL DAN SIKAPATOLOGI 11