Upload
espegeh
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 1/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Program Pemberantasan Penyakit Menular
Pengalaman menunjukan bahwa penyakit menular yang terdapat di dalam
wilayah kerja puskesmas di Indonesia dapat dikelompokan sesuai sifat
penyebarannya di dalam masyarakat wilayah tersebut, yaitu:
a. Penyakit menular yang secara endemik berada di dalam wilayah, yang
pada waktu tertentu dapat menimbulkan wabah, dan dikelompokan dalam
penyaki-penyakit menular potensial wabah, di antaranya: diare, demam
berdarah dengue, malaria (di daerah endemik tinggi), filariasis (di daerah
endemik tinggi).
b. Penyakit menular yang berada di dalam wilayah dengan edemisitas yang
cukup tinggi sehingga jika tidak diawasi dapat menjadi ancaman bagi
kesehatan masyarakat umum. iantaranya: tuberkulosis paru, lepra
(!orbus "ansen), Patek (#ramboesia), anjing gila (rabies), antraks.
c. Penyakit-penyakit menular lain yang walaupun endemisitasnya tidak
terlalu tinggi di dalam masyarakat, tetapi oleh karena sifat penyebarannya
dianggap sangat membahayakat masyarakat, maka penyakit-penyakit ini
perlu diawasi keberadaanya, misalnya sifilis (raja singa), gonorhoe
(kencing nanah), "I$%&I', hepatitis , I'P& (&war, *++).
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 2/22
erbagai cara pencegahan dapat diterapkan salah satunya dengan
membangkitkan kekebalan pada masyarakat melalui pelayanan imunisasi
yang dalam pelaksanaanya diintegrasikan ke dalam program pelayanan
perorangan seperti I&, /', dan kegiatan imunisasi di luar gedung
puskesmas (&war, *++0 epkes 1I, 2334).
1. Penyakit menular.
Penyakit menular ialah penyakit yang disebabkan oleh agent infeksi atau
toksinnya, yang berasal dari sumber penularan atau reser5oir, yang
ditularkan atau ditrasmisikan kepada pejamu atau host yang rentan
(6otoatmjo, 2337).
2. Kejaian !uar Biasa.
ejadian luar biasa (8) ialah kejadian kesakitan atau kematian yang
menarik perhatian umum dan mungkin menimbulkan
kehebohan%ketakutan di kalangan masyarakat, atau yang menurut
pengamatan epidemiologi dianggap adanya peningkatan yang berarti
(bermakna) dari kejadian kesakitan atau kematian tersebut pada
kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. 'ecara operasional
suatu kejadian dapat disebutkan 8 bila memenuhi satu atau lebih
ketentuan-ketentuan berikut:
a. &ngka kesakitan%kematian suatu penyakit menular di suatu kecamatan
menunjukan kenaikan dua kali atau lebih selama tiga minggu berturut-
turut atau lebih.
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 3/22
b. 9umlah penderita baru dalam satu bulan dari suatu penyakit menular di
suatu kecamatan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila
dibandingkan dengan angka rata-rata sebulan dalam setahun
sebelumnya dari penyakit menular yang sama di kecamatan tersebut.
c. &ngka rata-rata bulanan dalam satu tahun dari penderita-penderita
baru dari suatu penyakit menular di suatu kecamatan menunjukan
kenaikan dua kali atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
bulanan dalam tahun sebelumnya dari penyakit yang sama.
d. Case fatality rate dari suatu penyakit menular tertentu dalam suatu
kurun waktu tertentu (hari, minggu, bulan) di suatu kecamatan
menunjukan kenaikan 43 atau lebih bila dibandingkan dengan ;#1
penyakit yang sama dalam kurun waktu yang sama periode
sebelumnya di kecamatan tersebut
e. Proportional rate penderita baru dari suatu penyakit menular dalam
satu periode tertentu, dibandingkan dengan proportional rate
penderita baru dari penyakit menular yang sama dalam tahun yang
lalu dengan periode yang sama menunjukkan kenaikan dua kali atau
lebih.
f. husus penyakit-penyakit kolera, %''.
i. 'etiap peningkatan jumlah penderita penyakit tersebut, di suatu
daerah endemik yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas.
ii. <erdapatnya satu atau lebih penderita kematian karena penyakit
menular tersebut, di suatu kecamatan yang telah bebas dari
+
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 4/22
penyakit tersebut, paling sedikit bebas selama = minggu berturut-
turut.
g. &pabila kesakitan%kematian oleh keracunan yang timbul disuatu
kelompok masyarakat.
h. &pabila di daerah tersebut terdapat penyakit yang sebelumnya tidak
ada% dikenal. husus untuk kasus &#P (acute flaccid paralysis) dan
tetanus neonatorum ditetapkan sebagai 8 bila ditemukan satu kasus
atau lebih (ustan, 2334).
". #aba$
&dalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat
yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari keadaan
yang laim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan
malapetaka sesuai undang-undang 6o.= tahun *+= tentang wabah
penyakit menular (6otoatmojo, 2337).
%. Program Pen&ega$an
Program pencegahan ialah mencegah agar penyakit menular tidak
menyebar di dalam masyarakat, yang dilakukan antara lain dengan
menberikan kekebalan kepada host melalui kegiatan imunisasi,
penyuluhan kesehatan dan pemberantasan 5ector (&war, *++0 epkes
1I, 2334).
*3
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 5/22
'. (ara Penularan Penyakit Menular
ikenal beberapa cara penularan penyakit menular, yaitu:
a. Penularan secara kontak, baik secara langsung maupun tidak langsung
b. Penularan melalui makanan dan minuman yang tercemar
c. Penularan melalui 5ektor
d. Penularan melalui suntikan, transfuse, tindik, tato.
e. Penularan melalui hubungan seksual (6otoatmojo, 23370 epkes 1I,
2334).
). Sur*eilans +,iemiologi Penyakit Menular
'ur5eilans epidemiologi suatu penyakit dapat diartikan sebagai kegiatan
pengumpulan data%informasi melalui pengamatan terhadap
kesakitan%kematian dan penyebarannya serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara sistematik, terus menerus dengan tujuan untuk
perencanaan suatu program, menge5aluasi hasil program dan sistem
kewaspadaan dini. 'ecara singkat dikatakan pengumpulan data atau
informasi untuk menetukan tindakan (ustan, 2334).
/ntuk dapat memonitor distribusi penyakit menular di dalam masyarakat
wilayah kerja puskesmas, dilakukan pencatatan, peristiwa kesakitan dan
kematian yang diakibatkan oleh penyakit menulat tersebut (ustan, 23340
epkes 1I, 2334).
/ntuk pemantauan penyakit menular tertentu yang menjadi masalah
kesehatan di wilayah puskesmas disajikan dalam P>' !ingguan
Penyakit (contoh P>'?formulir >2@ Penyakit ;ampak, iare, , dll).
**
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 6/22
engan penggunaan P>' penyakit secara mingguan ini dapat dikenali
atau diketahui secara dini kenaikan%distribusi suatu penyakit menular
tertentu menurut tempat (desa), dan waktu adalah minggu (ustan, 23340
epkes 1I, 2334).
B. Program Pen&ega$an an Pemberantasan -iare
1. -einisi -iare
iare adalah perubahan pada konsistensi dan atau frekuensi defekasi
dengan maupun tanpa lendir atau darah. Perubahan yang dimaksud adalah
konsistensi cair atau setengah cair dan peningkatan kandungan air dalam
feses yang lebih banyak dari normal, yaitu lebih dari 233 g atau 233
ml%2= jam pada orang dewasa atau lebih dari *3 g%kg%2= jam pada
anak. 'edangkan yang dimaksud dengan perubahan frekuensi adalah
keluarnya tinja lunak atau cair lebih atau sama dengan 7A%hari (epkes
1I, 23340 epkes 1I, 23**0 'udoyo dkk., 23*3).
iare dapat diklasifikasikan berdasarkan lama waktu diare, mekanisme
patofisiologi, berat ringannya diare, dan penyebabnya. erdasarkan lama
waktu, diare dibedakan sebagai diare akut, persisten dan kronis. !enurut
>"B diare akut dibedakan dari diare persisten dan diare kronis
berdasarkan lama berlangsungnya gejala ('etia, 233C0 'udoyo dkk.,
23*3).
iare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari *= hari. iare
persisten adalah diare akut karena infeksi usus yang karena suatu sebab
berlangsung lebih atau sama dengan *= hari yang biasa dihubungkan
*2
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 7/22
dengan penyakit dasar atau keadaan lain, sedangkan diare kronis adalah
diare yang berlangsung lebih dari *= hari, hilang timbul, yang biasa di
hubungkan dengan infeksi ('etia, 233C0 'udoyo dkk., 23*3).
2. +,iemiologi
iare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
negara berkembang. Pada tahun 2337 diperkirakan *, juta balita
meninggal karena diare. "al ini menempatkan diare pada peringkat kedua
penyebab kematian. elapan dari sepuluh kematian akibat diare terjadi
pada dua tahun pertama kehidupan (epkes 1I, 2334).
i negara berkembang anak berusia di bawah 7 tahun umumnya
mengalami 7 episodik diare setiap tahunnya. &ngka kejadian diare di
Indonesia hingga saat ini masih tinggi yaitu =27 per *333 penduduk untuk
semua umur, yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. "asil sur5ei
kesehatan rumah tangga ('1<) pada tahun 233= menunjukkan angka
kematian akibat diare adalah 27 per *33 ribu penduduk dan balita sebesar
4 per *33 ribu balita (epkes 1I, 2334).
". +tio,atogenesis
Penyebab diare dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Infeksi
- Dnteral
*7
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 8/22
iare dapat disebabkan oleh bakteri, 5irus, parasit, maupun jamur.
Patogen penyebab diare dapat dirinci seperti pada <abel 2.*. (Ddi ',
*+++0 epkes 1I, *+++0 'udoyo dkk., 23*3).
<abel 2.*. Patogen yang paling sering ditemukan pada anak diare di negara berkembang
(Ddi ', *+++0 epkes 1I, *+++0 'udoyo dkk., 23*3).
Jenis ,at$ogen S,esies ,at$ogen Persentase kasus
/irus 1ota5irus *4-24
Bakteri Dschericia coli enterotoksigenik
'higella
;ampylobacter jedesember
$ibrio cholera
'almonella (non-typi)
Dscherichia coli enteropatogenik
*3-23
4-*4
*3-*4
4-*3
*-4
*-4
Proto0oa ;ryptosporidium 4-*4
Tiak tera,at
,at$ogen
23-73
- Parenteral
iare dapat disebabkan oleh kuman penyebab otitis media akut,
pneumonia, tra5elerEs diarrhea, maupun intoksikasi kuman. !akanan
intoksikasi yang dimaksud dapat berupa makanan yang mengandung
toksin Clostridium perfringens, Bacillus cereu, ataupun beberapa
logam berat. iare dapat juga disebabkan oleh intoleransi laktosa,
malabsobsi (Ddi ', *+++0 'udoyo dkk., 23*3).
b. Imunodefisiensi
kondisi imunodefisiensi berupa hipogammaglobulinemia dan
defisiensi Ig & dapat menyebabkan diare (Ddi ', *+++0 'udoyo dkk.,
23*3).
*=
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 9/22
c. <erapi obat F <indakan tertentu
<erdapat beberapa obat yang terbukti dapat menyebabkan diare di
antaranya antibiotik, kemoterapi, antasida.
Gastrektomi dan radiasi
terapi tinggi dapat menimbulkan efek samping berupa diare ('udoyo
dkk., 23*3).
d. 8ain-lain
ondisi lain dapat juga menyebabkan diare, seperti neuropati
anatomik serta faktor psikologis ('udoyo dkk., 23*3).
%. (ara ,enularan iare
iare dapat ditularkan melalui makanan dan minuman yang tercemar
oleh tinja atau cairan muntahan pasien. uman yang terdapat pada feses
dapat langsung ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan
dan kemudian dimasukan ke mulut atau dipakai untuk memegang
makanan tanpa dicuci terlebih dahulu. iare pada bayi disebabkan oleh
puting susu ibu yang kotor. $ektor lalat dapat juga menularkan penyakit
diare (Ddi ', *+++0 6otoatmojo, 23370 ;andra dkk., 23340 'udoyo dkk.,
23*3).
'. Tana -an ejala Klinis -iare
Gejala dan tanda klinis diare dapat ditentukan melalui karakteristik diare
meliputi konsistensi, warna, 5olume, dan frekuensi buang air besar. "al
ini menjadi petunjuk berharga dalam menentukan sumber terjadinya
diare. "ubungan antara karakteristik tinja dengan asal gangguan sumber
*4
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 10/22
diare tercantum pada <abel 2.2. (;andra dkk., 23340 'udoyo dkk., 23*30
epkes 1I, 23**).
<abel 2.2 "ubungan karakteristik tinja dengan sumber diare (;andra dkk., 23340 'udoyo
dkk., 23*3)
Karakter eses Usus $alus Usus besar
Keaaan umum ;air erdarah% mukoid
/olume esar ecil
-ara$ iasanya positif tapi tak kasat
mata
iasanya terlihat secara kasat
mata
Keasaman H 4,4 4,4
Test reuksi apat positif 6egatif
Sel ara$ ,uti$ H 4 %lapang pandang besar
6ormal
*3% lapang pandang besar
apat leukositosis
rganisme $irus :
1ota5irus
&deno5irus
;alici5irus
&stro5irus
akteri entero toksik
E colli
Clostridium perfringens
Cholera sp
Vibrio sp
Parasit :
Giardia sp
Cryptosporidium sp
akteri in5asif :
E colli
Shigella sp
Salmonella sp
Campylobacter sp
Yersinia sp
Aeromonas sp
Plesiominas sp
akteri toksik :
Clostridium difficile
Parasit :
Entamoeba organisme
). Pemeriksaan Penunjang
/ntuk diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari atau diare dengan
dehidrasi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang seperti di bawah ini:
a. Pemeriksaan darah tepi: kadar hemoglobin, hematokrit, hitung
leukosit, hitung differensial leukosit. Penting untuk mengetahui berat
ringannya hemokosentrasi darah, dan respons leukosit, contohnya
pada diare karena Salmonella dapat terjadi neutropenia. Pada diare
karena kuman yang bersifat in5asif dapat terjadi shift to left .
*C
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 11/22
b. Dlektrolit darah, pemeriksaan ini diperlukan untuk mengobser5asi
dampak diare terhadap kadar elektrolit darah.
c. /reum dan kreatinin, diperlukan untuk memonitor adanya gagal ginjal
akut.
d. Pemeriksaan tinja untuk mencari etiologi diare. Pada infeksi bakteri,
ditemukan leukosit pada tinja dapat pula dilakukan pengukuran toksin
Clostridium difficile pada pasien yang telah mendapatkan terapi
antibiotik dalam jangka waktu tiga bulan terakhir. Pada infeksi parasit
dapat ditemukan telur cacing maupun parasit dewasa. <inja dengan p"
kurang dari sama dengan 4,4 menunjukan adanya intoleransi
karbohidrat yang umumnya terjadi sekunder akibat infeksi 5irus. Pada
infeksi oleh organisme enteroin5asif, leukosit feses yang ditemukan
umumnya berupa neutrofil. <idak ditemukannya neutrofil tidak
mengeliminasi kemungkinan infeksi organisme enterotoksin dan 5irus.
e. &pabila ditemukan leukosit pada feses, lakukan kultur feses untuk
menentukan apakah penyebab diare adalah Salmonella, Shigella,
Campilobakter, atau Yersenia.
f. Pemeriksaan serologi untuk mencari amuba.
g. #oto rontgen abdomen untuk melihat morfologi usus yang dapat
membantu diagnosis.
h. 1ectoscopi, sigmoideoscopi dapat dipertimbangkan pada pasien
dengan diare berdarah atau diare akut persisten. Pada pasien &I',
kolonoskopi dipertimbangkan karena ada kemungkinan diare
disebabkan oleh infeksi atau limfoma diarea kolon kanan. iopsi
*
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 12/22
mukosa sebaiknya dilakukan bila dalam pemeriksaan tampak
inflamasi berat pada mukosa.
i. iopsi usus.dilakukan pada diare kronis, atau untuk mencari etiologi
diare pada &I' ('udoyo dkk., 23*3)
3. Tatalaksana
a. Tatalaksana -iare Se&ara Umum
Pada umumnya diare merupakan penyakit swasirna sehingga
dibutuhkan terapi suportif yang dibagi menjadi : tatalaksana penderita
diare di rumah, tatalaksana di sarana pelayanan kesehatan dan
tatalaksana lanjut ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).
<atalaksana penderita diare di rumah antara lain:
a. !eningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti kuah sayur,
tajin, larutan garam, dan bila ada berikan oralit
b. !elanjutkan pemberian makanan lunak yang tidak merangsang
selama diare serta makanan ekstra sesudah diare.
c. 'egera membawa pasien ke puskesmas atau sarana kesehatan lain,
bila diare tidak membaik dalam tiga hari atau terdapat salah satu
dari tanda berikut:
- uang air besar encer semakin sering dalam jumlah banyak.
- &da muntah yang berulang
- 1asa haus yang nyata
- <idak makan atau minum
- emam yang tinggi
*
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 13/22
- &da darah dalam tinja ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).
'edangkan tatalaksana di sarana pelayanan kesehatan meliputi :
a. 1ehidrasi oral dengan oralit
b. !emberikan cairan intra5ena dengan cairan 18 untuk pasien
dengan dehidrasi berat atau tidak dapat minum
c. Penggunaan obat secara rasional
d. 6asihat tentang meneruskan pemberian makanan, rujukan, dan
pencegahan ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).
Pemberian rehidrasi dilakukan secara oral dengan pemberian oralit
dan parenteral dengan cairan laktat. Pemberian obat yang rasional
pada penderita diare meliputi pengobatan simptomatik dan kausal.
Pengobatan simptomatik yang biasa di berikan adalah antidiare,
antiemetik, dan antipiretik penggunaannya harus mempertimbangkan
risk and benefit secara matang, karena seringkali mempengaruhi lama
dan perjalanan penyakit ('etia, 233C0 'udoyo dkk., 23*30 epkes 1I,
23**).
Bbat simptomatik antidiare yang masih dianjurkan pada orang dewasa
adalah deri5ate opioid berupa loperamid, di5enoksilat-antropin, dan
tingtur atropine. 8operamid dipilih karena tidak menyebabkan adiksi
dan efek samping minimal. imudsubsalisilat juga dapat digunakan,
namun pada pasien &I' dapat menyebabkan enselopati dismud.
*+
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 14/22
Pemberian obat antidiare pada pasien demam harus berhati-hati,
karena bila tidak diikuti pemberian antimikroba, maka akan
memperlama penyembuhan penyakit ('udoyo dkk., 23*3).
'elain deri5at opioid, obat yang mengeraskan konsistensi tinja, seperti
atapulgit, dapat diberikan empat kali per hari, masing-masing dua
tablet. Smectite diberikan tiga kali sehari, masing-masing satu sachet
setiap pasien diare sampai diare berhenti. Golongan obat lain yang
dapat dipilih adalah antisekretorik berupa hidrasec tiga kali sehari,
masing-masing ('udoyo dkk., 23*3).
Pengobatan kausal dapat diberikan dengan pertimbangan 43-3
diare di Indonesia diakibatkan oleh infeksi. Pemeriksaan leukosit tinja
secara praktis dapat digunakan untuk melihat kemungkinan infeksi
enteral sebagai penyebab diare. 9ika pemeriksaan leukosit tinja
menunjukan jumlah leukosit *3%8P, dapat dianggap penyebab
diare adalah infeksi enteral dan dapat diberikan terapi antibiotika
('udoyo dkk., 23*30 epkes 1i, 23**).
&ntibiotik yang dipilih adalah siproploksasin karena sangat efektif
mengatasi infeksi campilobakter, shigella, salmonella, yersinia, dan
aeromonas. 'iproploksasin 433 mg diberikan 2 A sehari selama 4
sampai hari. 'ebagai aternatif dapat diberikan kontrimoksaol
(trimetoprim *C3 mg dan sulfametoksaol 33 mg) 2 A sehari. apat
23
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 15/22
pula diberikan eritromisin 243-433 mg = A sehari sedangkan bila
curiga infeksi giardia maka diberikan metronidaol 243 mg 7 A sehari
selama hari ('etia, 233C0 'udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).
Patogen spesifik yang harus diterapi dengan antibiotik adalah 5ibrio
colera dan klostridium dificile. /ntuk mengobati klostridium dificile
diberikan metronidaol per oral 243-433 mg = A sehari selama
sampai *3 hari. 'ebagai alternatif dapat diberikan 5ancomicin, tetapi
lebih mahal ('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**)
b. Tatalaksana 4e$irasi ,aa -iare
8angkah-langkah terapi rehidrasi adalah sebagai berikut:
*. <etapkan derajat dehidrasi penderita (lihat <abel 2.7)
2. <etapkan rencana pengobatan sesuai derajat dehidrasi penderita:
i. 1encana terapi & untuk pasien tanpa dehidrasi
ii. 1encana terapi untuk pasien dengan dehidrasi ringan dan
sedang
iii. 1encana terari ; untuk pasien dengan dehidrasi berat ('udoyo
dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).
<abel 2.7. Penentuan derajat dehidrasi berdasarkan gejala dan tanda klinis ('udoyo dkk.,
23*3)
Klasiikasi ejala atau tana
-e$irasi berat ua atau lebih tanda-tanda berikut :
8etargi % tidak sadar
'unken eyes
<idak dapat minum atau sulit minum
'kin pinch sangat lambat kembali ( 2detik)
-e$irasi seang ua atau lebih tanda-tanda berikut :
2*
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 16/22
1ewel
'unken eyes
<erlihat kehausan
Skin pinch lambat kembali
-e$irasi ringan <idak cukup tanda-tanda untuk mengklasifikasikannya sebagaidehidrasi sedang atau berat
Pada rencana terapi &, pemberian oralit hanya setiap setelah pasien
buang air besar saja. anyaknya pemberian cairan setiap buang air
besar dapat di lihat pada <abel 2.=
<abel 2.=. 1encana terapi & untuk diare tanpa dehidrasi ('udoyo dkk., 23*3).
Usia Jumla$ &airan yang iberikan setia, buang air besar
5 1 ta$un 43-*33 ml
16' ta$un *33-233 ml
7' ta$un 233-733 ml
-e8asa 733-=33 ml
Pada rencana terapi , jumlah oralit yang diberikan dalam 7 jam
pertama disesuaikan dengan berat badan. Bralit yang diberikan
dihitung dengan mengalikan berat badan pasien (kg) dengan 4 ml.
ila berat badan tidak diketahui dan atau memudahkan penggunaan di
lapangan, 5olume pemberian oralit dapat dilihat pada <abel 2.4.
('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).
<abel 2.4. 1encana terapi untuk penderita diare ringan dan diare sedang
('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**)
Usia Jumla$ oralit
5 1 ta$un 733 ml
16' ta$un C33 ml
7' ta$un *233 ml
-e8asa 2=33 ml
22
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 17/22
Pada rencana terapi ;, hal paling pertama yang harus dilakukan
adalah menentukan bagaimana cairan akan diberikan, yaitu melalui
jalur oral atau dengan intra5ena jalur pilihan pada pasien dengan
dehidrasi berat sebenarnya adalah jalur intra5ena, karena
membutuhkan waktu rehidrasi yang cepat. ;airan yang paling baik
adalah 18, jika tidak ada, maka dapat digantikan dengan 6a;l 3,+
('udoyo dkk., 23*30 epkes 1I, 23**).
ila pasien tidak bisa diberikan cairan intra5ena, segera berikan
peroral dengan pipa nasogastrik sebanyak 23 ml%kg%jam selama C
jam. 9umlah dan lama cairan yang diberikan pada pasien dengan
dehidrasi berat dapat dilihat pada tabel 2.C. ('udoyo dkk., 23*30
epkes 1I, 23**).
<abel 2.C. 1encana terapi ; untuk penderita diare dengan dehidrasi berat
(epkes 1I, 23**)
Umur Pemberian "9 ml:kgBB
alam
Pemberian 39 ml:kg BB
alam
Bayi 5 12 bulan * jam 4 jam
Anak 712 ta$un * jam 7 jam
9ika pasien dapat minum, berikan cairan rehidrasi oral sebanyak 4
ml%kg%jam sambil tetap diberikan cairan intra5ena selama 7-= jam.
'etelah C jam pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan sebanyak 23
ml%kg%jam selama C jam, setelah itu lakukan penilaian ulang derajat
dehidrasi (epkes 1I, 23**).
27
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 18/22
;airan rehidrasi oral yang tersedia di pasaran dalam bentuk oralit yang
dikemas dalam bentuk serbuk. <erdapat 2 jenis kemasan serbuk oralit,
satu larutan yang diencerkan dengan larutan 233 cc, dan satu lagi
dengan * liter. 9ika tidak tersedia oralit dapat diberikan cairan rumah
tangga berupa air tajin, sup, dan larutan gula dan garam ('udoyo dkk.,
23*30 epkes 1I, 23**).
>"B (233C) mengeluarkan cairan rehidrasi oral terbaru yang
komposisinya berbeda dengan oralit, cairan rehidrasi oral ini memiliki
kandungan glukosa dan garam yang lebih rendah dari oralit biasa.
Gabungan antara cairan rehidrasi oral baru ini dan suplemantasi inc
yang adekuat terbukti menurunkan mortalitas bayi akibat diare
(epkes 1I, 23**).
<abel 2.. omposisi cairan rehidrasi oral >"B 233C (epkes 1I, 23**)
Kanungan ram:liter ; Kanungan !iter
'odium klorida 2,C *2,C7 sodium 4
Glukosa *7,4 C4,4= lorida C4
Potasium klorida *,4 ,7* Glukosa 4
<risodium sitrat dihidrat 2,+ *=,*=C Potassium 23
'itrat *3
<otal 23,4 *33,33 Bsmolaritas total 2=4
<. Program Pen&ega$an an Pemberantasan Penyakit -iare i
Puskesmas
Program pencegahan dan pemberantasan penyakit diare (P2iare) adalah
salah satu usaha pokok di puskesmas. 'ecara umum program P2
meliputi penemuan kasus dini, diagnosis, pengobatan, sur5eilans,
2=
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 19/22
penyediaan air bersih, distribusi logistik, komunikasi informasi dan
edukasi dan laboratorium (epkes 1I, *+++0 epkes 1I, 23**).
Program P2 ini dilaksanakan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian serta penanggulangan 8 yang dilaksanakan dengan
mengintensifkan peningkatan mutu pelayanan, meningkatkan kerja sama
lintas program dan lintas sektoral terkait serta meningkatkan partisipasi
masyarakat secara luas anatara lain melalui organisasi profesi dan 8'! di
pusat maupun daerah (epkes 1I, *+++).
egiatan-kegiatan dalam program P2 adalah sebagai berikut:
*. Pendekatan komunikasi, informasi dan edukasi (ID) yang bertujuan
untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan
keterampilan masyarakat mengenai penganggulangan penyakit diare
sehingga angka kemartian dan kesakitan karena diare dapat dicegah.
'asaran utama ID adalah masyarakat
a. <atalaksana pasien diare di rumah
i. !eningkatkan pemberian cairan rumah tangga seperti kuah
sayur, air tajin, larutan gula garam atau oralit terutama untuk
dehidrasi.
ii. !elanjutkan pemberian makanan yang lunak dan tidak
merangsang serta makanan ekstra sesudah diare
iii. !embawa pasien diare ke sarana kesehatan, bila dalam tiga hari
tidak membaik, atau terdapat tanda berikut: & cair berkali-
24
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 20/22
kali, muntah berulang-ulang, rasa haus yang nyata, makan atau
minum sedikit, demam, tinja berdarah.
b. Pencegahan penyakit
i. !eningkatkan pemberian &'I
ii. !emperbaiki pemberian makanan pendamping &'I
iii. !enggunakan air bersih yang cukup
i5. !encuci tangan dengan sabun
5. !enggunakan jamban dan membuang tinja bayi dengan benar
5i. Imunisasi campak
2. <atalaksana diare di sarana kesehatan
a. 1ehidrasi oral dengan oralit
b. Pemberian cairan intra5ena dengan 18 untuk pasien dengan
dehidrasi berat dan tidak dapat minum
c. Penggunaan antibiotika secara rasional
d. 6asihat tentang meneruskan pemberian makanan, rujukan dan
pencegahan
7. Penanggulangan 8
a. Pengamatan intensif dan pelaksanaan sistem kewaspadaan dini
(')
b. Penemuan kasus secara aktif
c. Pembentukan pusat rehidrasi dan <im Gerak ;epat (<G;)
d. Penyediaan logistik saat 8
e. Penyelidikan terjadinya 8
2C
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 21/22
f. Pemutusan rantai penularan penyebab 8
=. Pancatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan berdasarkan golongan umur dan
dilakukan berjenjang dalam kurun waktu harian, bulanan, triwulan,
semesteran dan tahunan. <ujuannya adalah untuk mencatat, menilai,
dan melaporkan hasil kegiatan penangulangan diare yang telah
dilakukan serta sebagai acuan dalam penyusunan rencana kegiatan
tahun berikutnya.
4. Peran serta masyarakat
Peran serta masyarakat dilakukan antara lain melalui pelatihan kader
tentang pemberantasan diare, hingga kader mampu melakukan
penyuluhan kepada masyarakat tentang kesehatan perorangan,
lingkungan dan air, mendeteksi dini kasus diare, melarutkan oralit dan
memberikannya, mengobati penderita diare dan melakukan rujukan.
Pada program P2, terdapat kebijakan mutu bertujuan untuk
memberikan arah dalam penanggulangan diare di wilayah kerja
puskesmas. <erdapat beberapa target yang harus dicapai atau sasaran
mutu seperti di bawah ini: (epkes 1I, *+++)
*. *33 Puskesmas melaporkan kasus diare tepat waktu
2. &ngka kematian 3
7. 8 diare 3
2
8/17/2019 7. BAB II Wwd Harvard Ed
http://slidepdf.com/reader/full/7-bab-ii-wwd-harvard-ed 22/22
=. *33 masyarakat terlayani air bersih
4. *33 Puskesmas ecamatan dan elurahan mampu melakukan
rehidrasi intra5ena
C. &ngka kesakitan H* (43%*333 penduduk tahun 2334)
. *33 kader terlatih tentang penanganan penderita diare
. *33 penderita diare tertangani
+. *33 oralit tersedia di kader miminal *3 sachet%233ml
*3. *33 medis dan paramedis melakukan tatalaksana diare (!<')
**. *33 ketepatan diagnosis
*2. *33 cakupan imunisasi campak
*7. *33 puskesmas memiliki protab tatalaksana diare
*=. *33 penderita diare diobati dan menerima oralit
*4. *33 P&! bebas kuman
*C. *33 Puskesmas ecamatan dan elurahan memiliki pojok oralit
*. *33 Puskesmas ecamatan memiliki klinik sanitas
*. *33 masyarakat menggunakan jamban pada daerah kumuh
Pelaksanaan P2 di Puskesmas kecamatan maupun kelurahan
membutuhkan sumber daya manusia, yaitu dokter umum sebagai
pemeriksa dan perawat sebagai wasor program dan petugas perawatan
kesehatan masyarakat, dan analis sebagai pemeriksa laboratorium.
Pembiayaan P2 bersumber dari anggaran &P6, &P tingkat I dan
II, 86, 8'!, dan swadana masyarakat (epkes 1I, *+++).
2