5 KOMPETENSI FARMASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kompetensi farmasis

Citation preview

Slide 1

KOMPETENSI FARMASIOLEHDRA.HJ.NURLINA IBRAHIM,.M.SI.,APT

KOMPETENSI UTAMA:

Memiliki kompetensi sebagai sarjana farmasi.Mampu melakukan praktik kefarmasian secara professional dan etis.Mampu memproduksi sediaan obat, sediaan obat tradisional, serta sediaan kosmetika yang baik, bermutu dan memenuhi ketentuan yang berlaku.Mampu mendistribusikan sediaan farmasi sesuai ketentuan yang berlaku.Mampu melakukan dispensing obat.Mampu memberikan pelayanan swamedikasi.Mampu melakukan penelusuran informasi ilmiah, mengolah dan memanfaatkan informasi tersebut.Mampu mengelola dan melakukan layanan farmasi klinis yang berkualitas.Mampu mendorong pemilihan terapi obat yang rasional, serta menyampaikan informasi dan edukasi obat kepada pasien maupun tenaga kesehatan lainnya.

B. KOMPETENSI PENDUKUNG:Mampu berperan sebagai penyedia layanan, pengambil keputusan, komunikator, pemimpin, manajer, pembelajar sepanjang hayat, pendidik serta peneliti.Mampu mengelola dan melaksanakan praktik kefarmasian sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan etika kefarmasian.Mampu mengelola pekerjaan dan membangun hubungan interpersonal dalam melakukan praktik kefarmasian.C. KOMPETENSI LAINNYA:Mampu berwirausaha dengan berbasis pada perencanaan.

Dalam menjalankan profesinya secara umum apoteker memiliki kompetensi sebagai berikut: a. Menguasai ilmu kefarmasian b. Menguasai asuhan kefarmasian c. Menguasai regulasi kefarmasiand. Menguasai manajemen praktek kefarmasiane. Menguasai akuntabilitas praktek kefarmasianf. M enguasai komunikasi kefarmasiang. Mengikuti pendidikan dan pelatihan kefarmasian berkesinambungh. Mampu melakukan penelitian dan pengembangan kefarmasian.

Bidang pekerjaan apoteker

Pesatnya perkembangan ilmu kefarmasian maka apoteker atau dikenal pula dengan sebutan farmasis, telah dapat menempati bidang pekerjaan yang makin luas. Bidang pekerjaan farmasis di Indonesia saat ini tersebar di: lembaga pemerintahan, lembaga penelitian, lembaga pendidikan (pendidikan tinggi dan kejuruaan), sarana produksi sediaan farmasi, sarana penyaluran sediaan farmasi, sarana pelayanan sediaan farmasi, dan bidang lainnya.

Pekerjaan farmasis di lembaga pemerintahan meliputidi lembaga kesehatan, seperti: Dinas Kesehatan, Gudang Farmasi, Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dll.Mereka bekerja pada aspek regulasi, pengawasan baik distribusi maupun pengawasan mutu sediaan farmasi.

Adapun kompetensi yang dituntut bagi farmasi yang bekerja di lembaga pemerintahan, yaitu:a. Mampu melakukan kontribusi dan koordinasi dalam penyusunan kebijakan dalam bidang kesehatan khususnya obat.b. Mampu merencanakan dan mengelola obat dan alkes secara regional , nasional maupun internasional. c. Mampu melaksanakan fungsi administrasi pemerintahan dari obat dan alat kesehatand. Mampu melaksanakan fungsi pengawasan obat dan makanan. e. Mampu berkontribusi dalam penetapan kebijakan pendidikan kefarmasian nasional.f. Mampu melaksanakan fungsi perizinan.g. Mampu melaksanakan fungsi perwakilan bangsa dan negara diluar negeri.

Bidang pekerjaan farmasis di lembaga pendidikan dan penelitianSesuai dengan tugas tridarma perguruan tinggi, farmasis yang bekerja di lembaga pendidikan tinggi, dituntut juga dapat melakukan penelitian bidang farmasi. Lembaga penelitian pemerintah dimana farmasis eksis didalamnya seperti: LIPI, BATAN, dll. Penilitian yang dikerjakan oleh lembaga suwasta, khusus dibidang obat-obatan masih sangat kurang. Belakangan ini telah terjadi pengingkatan perhatian dari lembaga industri dalam melakukan penelitian, khususnya penelitian pengembangan tanaman obat menjadi produk sediaan obat (jamu, atau sediaan fitofarmaka). Hal ini ditunjukkan mulai banyak dikenal produk fitofarmaka yang beredar dimasyarakat. Hasil penelitian ini juga merupakan kerjasama antara Lembaga Pendidikan Tinggi Farmasi dengan Industri Farmasi.Bidang pekerjaan farmasis disarana produksi sediaan farmasi meliputi:produksi bahan baku obat, obat, jamu (obat tradisional / obat herbal), fitofarmaka, nutrisi tambahan, dan produksi kosmetik-kosmeseutika. Farmasis yang bekerja di sarana produksi sediaan farmasi dituntut memiliki kompetensi sebagai berikut:a. Mampu melaksanakan fungsi pendaftaran obat.b. Mampu melaksanakan Good Inventory Practicesc. Mampu berpartisipasi mengembangkan senyawa/eksipien baru.d. Mampu mengembangkan formula sediaan obat, pilot plant dan up scaling.e. Mampu mengembangkan spesifikasi, metode analisis dan prosedur pengujian untuk bahan awal, obat jadi dan kemasan.f. Mampu melaksanakan Good Manufacturing Practices.g. Mampu mengendalikan teknis operasi dan proses manufaktur obat.h. Mampu melaksanakan Good Laboratory Practices / analisis kontrol untuk pengawasan mutu obat.i. Mampu melaksanakan pengemasan produk.j. Mampu merancang dan melakukan uji stabilitas / kadaluwarsa.k. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam uji klinik obat baru.l. Mampu untuk melaksanakan pengujian yang sesuai untuk perbaikan mutu produk.m. Mampu berpartisipasi dalam pelaksanaan validasi proses.n. Mampu menajamin keselamatan kerja.o. Mampu berpartisipasi dalam menghasilkan dan mendiseminasikan pengetahuan baru.p. Mampu melaksanakan promosi dan penyampaian informasi obat kepada tenaga profesional kesehatan lainnya.

Tempat pengambdian profesi farmasis pada sarana penyaluran antara lain di:pedagang besar farmasi dan disdributor alat kesehatan. Sesuai dengan amanat UU 23 tahun 1992 tentang kesehatan, salah satu pekerjaan kefarmasiaan yaitu pengamanan, penyimpanan dan distribusi obat. Peraturan perundang-undangan yang ada saat ini memungkinkan terjadi pelimpahan pekerjaan kefarmasiaan tersebut kepada tenaga kefarmasian (Asisten Apoteker). Pertimbangan dari peraturan dan perundang-undangan yang berlaku adalah kurangnya jumlah apoteker di republik ini. Dengan meningkatnya jumlah perguruan tinggi farmasi di Indonesia, sampai saat ini tercatat terdapat 60 perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi farmasi, dan setiap tahunnya diluluskan sekitar 3500 apoteker baru, akan menuntut perluasan kesempatan kerja bagi apoteker baru (Danutirto, 2008). Mengacu pada amanah yang tersurat pada UU kesehatan no 23 tahun 1992 dan usaha menjalankan pekerjaan kefarmasian dikerjakan oleh apoteker (farmasis) berarti akan terbuka luas lapangan pekerjaan bagi apoteker.

Aspek pekerjaan kefarmasian yang lain, dimana oleh ketentuan peraturan dan perundangan yang masih dapat dikerjakan bukan oleh farmasis adalah: a. Penyerahan obat pada pasien. Penyerahan obat kepada pasien yang belum dilakukan oleh apoteker diunit pelayanan kesehatan seperti di klinik, puskesmas, dokter dispensing, perawat, bidan dispensing)b. Pelayanan informasi obat baik kepada pasien maupun oleh sekan sejawat tenaga kesehatan lainnya belum optimal diberikan oleh apoteker, dimana saat ini rekan dokter lebih banyak memberikan informasi obat kepada pasien.

Bidang pekerjaan farmasian di sarana pelayanan meliputi:apotek, instalasi rumah sakit, klinik bersama, dan puskesmas. Kompetensi farmasis pada bidang pelayanan meliputi: 1) Kompetensi apoteker bekerja di Apotek, yaitu:a. Mampu melaksanakan pengelolaan obat sesuai peraturan yang berlaku.b. Mampu melaksanakan pelayanan kefarmasian secara profesional kepada pasien secara tepat , aman dan efektif.c. Mampu melaksanakan fungsi pelayanan konsultasi, informasi dan edukasi tentang obat dan alat kesehatan pada pasien.

d. Melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.e. Mampu berpatisipasi aktif dalam program monitoring keamanan obat.f. Mampu melaksanakan fungsi pimpinan di Apotik baik dalam bidang manajemen maupun kefarmasian.g. Mampu berpartisipasi aktif dalam program promosi kesehatan masyarakat.

Kompetensi apoteker bekerja di Rumah Sakit, yaitu:

a. Mampu melaksanakan fungsi pengadaan obat dan alkes sesuai kebutuhan rumah sakit.b. Mampu melaksanakan Good Inventory Practices dan Good Storage Practices.c. Mampu melaksanakan Good Laboratory Practices.d. Mampu melaksanakan distribusi obat di Rumah Sakite. Mampu melaksanakan fungsi Farmasi Klinik bersama dokter untuk kepentingan pasien.

f. Mampu melaksanakan fungsi konsultasi, informasi dan edukasi tentang obat yang digunakan oleh pasien.g. Mampu memberikan pelayanan informasi tentang obat kepada yang membutuhkan.h. Mampu berpartisipasi dan berkontribusi dalam litbang di Rumah Sakit.i. Mampu berpartisipasi dalam program pendidikan di Rumah Sakit.j. Mampu berperan dalam Komite Farmasi dan Terapi.k. Mampu berpartisipasi menanggulangi keracunan.

Bidang lainnyaPerubahan orientasi pelayanan kefarmasian menuju asuhan kefarmasian menuntut peningkatan ketrampilan dan keilmuan farmasis. Pharmaceutical care yaitu obat sampai ketangan pasien dalam keadaan baik, efektif dan aman disertai informasi yang jelas sehingga penggunaannya tepat dan mencapai kesembuhan.Kelalaian farmasis dalam menjalankan pelayanan asuhan kefarmasian kemungkinan dapat berujung pada kasus perdata, yaitu penuntutan pasien kepada farmasis akibat kelalaian atau kesalahan prosedur pelayanan asuhan kefarmasian yang dapat merugikan pihak lain. Kasus ini menuntut farmasis menguasai keahlian farmasi forensik. Penipuan pelayanan kesehatan kepada perusahan asuransi baik oleh pasien atau tenaga kesehatan lainnya, membuka peluang pekerjaan farmasis dalam farmasis forensik, terutama dalam melakukan assesment pengobatan, catatan medik, catatan kefarmasian atau audit klaim asuransi kesehatan.Keahlian farmasis dalam bidang kimia farmasi analisis, farmakologi-toksikologi, patologi klinik, farmakokinetik, biotransformasi merupakan dasar kecapakan yang didapat dijadikan dasar oleh farmasis untuk bekerja dibidang: laboratorium klinik, labiratorium analisis toksikologi klinik/forensik, sebagai toksikolog forensik/klinik, danlaboratorium kesehatan lainnya.

Alat kesehatanAlat kesehatan merupakan bagian dari sediaan farmasi menuntut penguasaan farmasis akan pengetahuan tentang medical devices (alat kesehatan, pereaksi diagnostik). Penguasaan pengetahuan ini tentunya juga bermuara pada peluang kesempatan kerja baru bagi farmasis.