16
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Penggunaan sinar ronsen telah lama dikenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan menentukan rencana perawatan. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran ada dua, yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral, film ronsen diletakkan di dalam mulut pasien, contohnya adalah foto periapikal, bitewing dan oklusal. Pada teknik ekstraoral, film ronsen diletakkan di luar mulut pasien, contohnya adalah foto panoramik, lateral foto dan cephalometri. 2 Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat diperlukan setelah diperoleh hasil diagnosa klinis demi mendapatkan hasil diagnosa akhir yang lebih tepat dan akurat. Radiografi dapat digunakan untuk menunjang diagnosa seperti penyakit periodontal, plak arteri karotid, kelainan tulang rahang lainnya, dan lain sebagainya. 3 2.2 Peran Radiografi dalam Mengenali Periodontitis Jenis pemeriksaan radiografi yang berperan untuk mengukur kehilangan tulang adalah periapikal, bitewing dan panoramik. Secara teori, radiografi periapikal dan bitewing merupakan radiografi yang paling diindikasikan untuk melihat kehilangan tulang yang disebabkan oleh penyakit periodontal. Tetapi dengan mempertimbangkan harga, kenyamanan dan dosis yang diterima oleh individu, radiografi panoramik merupakan radiografi yang paling banyak dipilih. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

5-13.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Radiografi Kedokteran Gigi Penggunaan sinar ronsen telah lama dikenal sebagai suatu alat dalam bidang

    kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan

    diagnosa dan menentukan rencana perawatan. Teknik radiografi yang digunakan

    dalam bidang kedokteran ada dua, yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. Pada teknik

    intraoral, film ronsen diletakkan di dalam mulut pasien, contohnya adalah foto

    periapikal, bitewing dan oklusal. Pada teknik ekstraoral, film ronsen diletakkan di

    luar mulut pasien, contohnya adalah foto panoramik, lateral foto dan cephalometri.2

    Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan pemeriksaan penunjang yang sangat

    diperlukan setelah diperoleh hasil diagnosa klinis demi mendapatkan hasil diagnosa

    akhir yang lebih tepat dan akurat. Radiografi dapat digunakan untuk menunjang

    diagnosa seperti penyakit periodontal, plak arteri karotid, kelainan tulang rahang

    lainnya, dan lain sebagainya.

    3

    2.2 Peran Radiografi dalam Mengenali Periodontitis Jenis pemeriksaan radiografi yang berperan untuk mengukur kehilangan

    tulang adalah periapikal, bitewing dan panoramik. Secara teori, radiografi periapikal

    dan bitewing merupakan radiografi yang paling diindikasikan untuk melihat

    kehilangan tulang yang disebabkan oleh penyakit periodontal. Tetapi dengan

    mempertimbangkan harga, kenyamanan dan dosis yang diterima oleh individu,

    radiografi panoramik merupakan radiografi yang paling banyak dipilih.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Keterbatasan radiografi, yaitu :

    1. Radiografi konvensional memberikan gambar dua dimensi. Sedangkan

    gigi merupakan objek tiga dimensi yang kompleks. Akibat dari gambar yang tumpang

    tindih, detail bentuk tulang menjadi tidak terlihat.

    2. Radiografi tidak memperlihatkan permulaan dari penyakit periodontal.

    Setidaknya 55 60 % demineralisasi terjadi dan tidak terlihat pada gambaran

    radiografi.

    3. Radiografi tidak memperlihatkan kontur jaringan lunak dan tidak

    merekam perubahan jaringan jaringan lunak pada periodontium.

    4. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis yang teliti dikombinasi dengan

    pemeriksaan radiografik yang tepat dapat memberikan data adekuat untuk diagnosa

    keberadaan dan penyebaran dari penyakit periodontal.

    Baik data klinis maupun radiografik sangatlah penting dalam mendiagnosis

    penyakit periodontal.

    20,21

    21,22

    Data klinis sebagai berikut:

    1. Indeks pendarahan;

    2. Kedalaman probing;

    3. Edema;

    4. Erithema; dan

    5. Struktur gingiva.

    Radiografi akan sangat membantu dalam evaluasi jumlah tulang yang ada,

    kondisi tulang alveolar, kehilangan tulang pada daerah furkasi, lebar dari ruang

    ligamen periodontal, dan faktor lokal yang dapat menyebabkan atau memperparah

    penyakit periodontal seperti restorasi yang berkontur buruk atau overhanging dan

    karies.

    20,22

    20-22 Perubahan lainnya yang dapat dilihat pada penyakit periodontal, yaitu lesi

    inflamasi di tulang marginal, terlihat aktivitas osteoblas dan osteoklas, aktivitas

    osteoklas yang menyebabkan perubahan pada tulang krestal dan respon awal dari

    kerusakan tulang serta pada lesi kronis dapat terlihat osteosklerosis.

    2

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Gambar 1. Radiografi panoramik menunjukkan adanya kehilangan tulang akibat periodontitis kronis

    22

    Peran radiologi dalam mengenali penyakit periodontal:

    1. Panjang dan morfologi akar gigi;

    2. Rasio mahkota ke akar gigi;

    3. Secara anatomis : Sinus maksilaris, gigi impaksi, supernumerary dan

    missing; dan

    4. Faktor yang berkontribusi : Karies, lesi inflamatori apikal, resorpsi

    akar.

    20,21

    2.3 Foto Panoramik

    Foto panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai

    cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui

    kesehatan mulut tentaranya. Foto ronsen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi

    impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi

    penyakit dan mengevaluasi trauma.

    Foto panoramik merupakan foto ronsen ekstra oral yang menghasilkan

    gambaran yang memperlihatkan struktur fasial termasuk mandibula dan maksila

    beserta struktur pendukungnya. Struktur periodontal yang teridentifikasi dalam

    radiografi meliputi lamina dura, tulang alveolar, ligamen periodontal dan sementum.

    2,3

    3

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Foto panoramik dapat mendiagnosa penyakit periodontal kebanyakan pada kasus

    yang sudah parah.

    Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah

    gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila

    dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal

    2

    dari detail anatomi pada sisi kontralateral, Radiografi panoramik dikenal juga dengan

    panorex atau orthopantomogram adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh

    jaringan gigi ditemukan dalam satu film.3

    Keuntungan dari panoramik sebagai berikut.

    1. Gambar meliputi tulang wajah dan gigi;

    2. Dosis radiasi lebih kecil;

    3. Nyaman untuk pasien;

    4. Cocok untuk pasien yang susah membuka mulut;

    5. Waktu yang digunakan pendek biasanya 3-4 menit;

    6. Sangat membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien

    di klinik;

    7. Membantu dalam menegakkan diagnostik yang meliputi tulang rahang

    secara umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase gigi

    bercampur;

    8. Evaluasi terhadap lesi, keadaan rahang; dan

    9. Evaluasi terhadap gigi terpendam.

    Kelemahan panoramik adalah sebagai berikut:

    23

    1. Detail gambar yang tampil tidak sebaik radiografi intraoral periapikal;

    2. Tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies kecil; dan

    3. Pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam

    interpretasi.

    23

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 2.4 Penyakit Periodontal

    Penyakit periodontal adalah suatu penyakit inflamasi jaringan pendukung gigi

    yang melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum dan tulang alveolar

    disebabkan oleh mikroorganisme spesifik.24,25 Inflamasi berasal dari gingiva

    (gingivitis) yang tidak dirawat dan bila proses berlanjut dan merusak tulang serta

    jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus

    dicabut.3,26 Karakteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva,

    pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar

    sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi. Ini adalah penyakit yang sering dialami

    dan salah satu penyebab kehilangan gigi pada orang dewasa.

    Ada beberapa tahapan penyakit periodontal tetapi hanya ada tiga tahapan

    utama. Tahap pertama adalah periodontitis I. Ini dimulai pada bagian permukaan

    dimana gigi dan gingiva bertemu, biasanya terbentuk sebagai gingivitis.

    6,27

    7,28

    Perkembangan bakteri pada kantung ini disebabkan kebersihan rongga mulut yang

    inadekuat. Radang gusi ini ditandai dengan gusi bengkak yang berdarah ketika

    mengukur kedalaman saku gusi (kedalaman daerah antara gusi dan gigi). Pada

    gingivitis tidak terdapat kerusakan dari ligamen periodontal atau tulang alveolar.29

    Pasien yang menderita radang gusi akan memiliki kedalaman saku 3 mm.

    Gingiva mulai terlepas dari gigi dan poket semakin dalam, sehingga semakin

    susah dibersihkan dan mendorong pembentukan deposit karang gigi yang melekat

    kuat di bawah batas gingiva.

    30

    25,31 Tahap kedua penyakit periodontal adalah

    periodontitis II. Ini ditandai dengan bengkak, gusi berdarah dengan kedalaman saku

    hingga 5 mm dan tahap awal pengeroposan tulang.7 Tahap utama penyakit

    periodontal adalah periodontitis III yang ditandai dengan bengkak, gusi berdarah,

    kehilangan tulang lebih banyak, resesi gusi dan kedalaman saku hingga 6 mm.

    Seiring dengan waktu, infeksi ini dapat menyebabkan inflamasi pada tulang

    alveolar. Ini menyebabkan tulang perlahan-lahan habis dan merusak perlekatan tulang

    dengan gigi. Kehilangan tulang ini membedakan periodontitis dengan gingivitis

    karena gingivitis tidak melibatkan kehilangan tulang alveolar dan jaringan pendukung

    30

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • lainnya. Setelah beberapa tahun, proses kehilangan tulang akan terus berlanjut sampai

    gigi akan longgar dan lepas dengan sendirinya.

    26,29

    (a) (b)

    (c) (d)

    Gambar 2. Tahapan penyakit periodontal a. Gingiva normal b. Periodontitis I (gingivitis) c. Periodontitis II

    26

    d.Periodontitis III

    2.5 Etiologi

    Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak sehingga penyakit

    periodontal sering juga disebut penyakit plak. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak

    yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat

    pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.28 Terdapat lebih dari 200 spesies bakteri

    yang terkandung dalam plak dan diperkirakan bahwa 1 mm3 plak gigi dengan berat

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 1 mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.2 Bakteri-bakteri ini diberi nutrisi

    oleh makanan yang dikonsumsi khususnya makanan yang manis.7,29 Gula tersebut

    dimetabolisme oleh bakteri yang menyebabkan sekresi asam, enzim dan beberapa

    bahan yang dapat mengiritasi jaringan lunak dan mendestruksi tulang.29 Jika

    dibiarkan, bakteri akan mulai menyebar ke daerah-daerah yang sulit terjangkau oleh

    cara sikat gigi biasa dan flossing, pada daerah di bawah batas gingiva sehingga

    mudah terjadi penyakit periodontal.25

    Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi di antara individu. Faktor

    yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral hygiene, serta faktor-faktor

    pejamu seperti diet, komposisi dan laju aliran saliva. Selain plak, faktor sistemik juga

    dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit periodontal.31

    Membersihkan gigi secara rutin (2 kali sehari) sangatlah penting dalam upaya

    pencegahan penumpukan plak. Sikat gigi setelah makan merupakan tindakan paling

    ideal. Namun karena proses sikat gigi terkadang merepotkan bagi kaum yang sibuk,

    maka tindakan kumur-kumur dengan air putih yang rutin atau dengan cairan kumur

    yang mengandung fluoride juga dapat mencegah kolonisasi yang menjadi penyebab

    pembentukan asam.

    Faktor penyebab penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu

    faktor lokal (ekstrinsik) dan faktor sistemik (instrinsik). Faktor lokal merupakan

    penyebab yang berada pada lingkungan di sekitar gigi sedangkan faktor sistemik

    dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.

    32

    Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh faktor

    lokal, yaitu inflamasi gingiva dan dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya.

    Kerusakan yang disebabkan oleh inflamsi gingiva mengakibatkan pengurangan

    ketinggian tulang alveolar sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya

    tulang alveolar pada sisi permukaan akar.

    33

    Faktor lokal, antara lain:

    3

    1. Plak bakteri;

    2. Kalkulus;

    3. Impaksi makanan;

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • 4. Pernafasan mulut;

    5. Sifat fisik makanan;

    6. Iatrogenik dentistry; dan

    7. Trauma dari oklusi.

    Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat

    diperparah oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-

    material seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini

    terganggu dapat megakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan keseimbangan

    tersebut dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel-sel penyembuhan

    sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau hanya menyebabkan

    inflamasi ringan saja dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan jaringan

    periodontal.

    Faktor-faktor sitemik, antara lain:

    33

    1. Demam yang tinggi;

    2. Defisiensi vitamin;

    3. Pemakaian obat-obatan; dan

    4. Hormonal.

    2.6 Proses Resorpsi Tulang Alveolar pada Penyakit Periodontal

    Proses inflamasi yang terjadi pada periodontitis dapat menghasilkan

    kerusakan permanen terhadap jaringan periodontal, termasuk kerusakan jaringan ikat

    gingiva, ligamen periodontal dan tulang alveolar. Pola kerusakan tulang yang terjadi

    tergantung kepada jalur inflamasi yang menyebar dari gingiva ke tulang alveolar.

    Perubahan yang terjadi pada tulang alveolar sangat berperan penting karena

    kehilangan tulang dapat menyebabkan kehilangan gigi. Penyebab utama kerusakan

    tulang alveolar pada penyakit periodontal adalah perluasan inflamasi marginal

    gingiva ke jaringan penyokong. Invasi dari inflamasi gingiva ke permukaan tulang

    dan permulaan dari kehilangan tulang merupakan ciri utama transisi dari gingivitis ke

    periodontitis.

    26

    26,27

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Inflamasi gingiva meluas sepanjang bundel serat kolagen dan menyebar

    mengikuti jalur pembuluh darah menuju tulang alveolar. Pada regio molar, inflamasi

    dapat meluas ke sinus maksilaris dan mengakibatkan penebalan sinus mukosa. Pada

    bagian interproksimal, inflamasi menyebar ke jaringan ikat longgar di sekitar

    pembuluh darah melalui serat-serat, lalu menyebar ke tulang melalui saluran

    pembuluh lalu memperforasi puncak septum interdental di tengah-tengah puncak

    alveolar, lalu menyebar ke sisi-sisi septum interdental. Pada bagian fasial dan lingual,

    inflamasi gingiva menyebar melalui lapisan periosteal luar pada tulang dan

    berpenetrasi melalui pembuluh darah.

    Setelah inflamasi mencapai tulang, inflamasi menyebar ke dalam ruangan

    kosong dan mengisi ruangan tersebut dengan leukosit, cairan eksudat, pembuluh

    darah yang baru, dan memproliferasi fibroblas. Jumlah multinuklear osteoklast dan

    mononuklear fagositosis meningkat lalu lapisan tulang menghilang, diganti dengan

    lakuna.

    30

    Kerusakan periodontal terjadi dalam satu episode, dengan cara intermitten,

    dengan periode inaktif atau pasif. Periode kerusakan merupakan akibat dari hilangnya

    kolagen dan tulang alveolar dengan bertambah dalamnya poket periodontal. Alasan

    dari onset periode kerusakan belum sepenuhnya dijelaskan, meskipun teori berikut

    telah diajukan.

    30

    26

    1. Aktivitas kerusakan yang hebat berhubungan dengan ulserasi subgingiva

    dan reaksi inflamasi akut yang berakibat pada kehilangan tulang alveolar secara

    cepat.

    2. Aktivitas kerusakan yang hebat sejalan dengan perubahan limfosit-T ke

    limfosit-B-infiltrat sel plasma.

    3. Periode eksaserbasi berhubungan dengan flora yang bebas, tidak melekat,

    motil, gram negatif, anaerob, dan periode remisi yang sejalan dengan pembentukan

    kepadatan, flora yang tidak melekat, non motil, gram positif yang cenderung

    melakukan mineralisasi.

    4. Invasi ke dalam jaringan oleh satu atau beberapa spesies bakteri yang

    diikuti oleh meningkatnya pertahanan lokal host yang mengontrol perlawanan.

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Prinsip penyebab kehilangan tulang pada penyakit periodontal ialah

    periodontitis ditambah dengan aktifitas osteoklas, tanpa diikuti dengan pembentukan

    tulang. Osteoklas adalah multisel yang berasal dari monosit/makrofag dan merupakan

    sel penting yang berperan terhadap resorbsi tulang. Osteoklas multinukleus telah

    menunjukkan resorpsi tulang alveolar pada hewan dan manusia akibat penyakit

    periodontitis. Pembentukan osteoklas didorong oleh keberadaan sitokin pada jaringan

    periodontal yang telah terinflamasi, dan proses ini merupakan pokok dalam

    mengontrol perkembangan proses resorpsi tulang alveolar.30

    Faktor yang berpengaruh pada kerusakan tulang adalah bakteri dan host (pada

    penyakit periodontal). Produk bakterial plak meningkatkan diferensiasi sel progenitor

    tulang menjadi osteoklas dan merangsang sel gingiva untuk mengeluarkan suatu

    mediator yang memicu terjadinya hal tersebut. Produk plak dan mediator inflamasi

    untuk menghambat kerja dari osteoblast dan menurunkan jumlah sel-sel tersebut.

    Jadi, aktivitas resorpsi tulang meningkat, sedangkan proses pembentukan tulang

    terhambat sehingga terjadilah kehilangan tulang.

    30

    Ada beberapa faktor host yang melepaskan sel inflamasi yang dapat

    menginduksi resorpsi tulang secara in vitro dan memainkan peran penting pada

    penyakit periodontal. Faktor tersebut meliputi host yang melepaskan prostaglandin

    dan prekursornya, interleukin-1 (IL-1) dan IL- serta TNF-.

    30

    2.7 Penyakit Periodontal dan Faktor Risiko

    Faktor risiko dapat didefinisikan sebagai penyebab atau karakteristik yang

    terkait dengan tingkat peningkatan penyakit. Faktor risiko adalah karakteristik, tanda

    dan gejala pada individu yang secara statistik berhubungan dengan peningkatan

    insiden penyakit. Terdapat dua jenis faktor risiko, yaitu faktor yang dapat diubah dan

    faktor yang tidak dapat diubah.34 Faktor risiko yang tidak dapat diubah, yaitu umur,

    jenis kelamin, genetik dan ras. Faktor risiko yang dapat diubah antara lain oral

    hygiene, merokok, penyakit sistemik, obesitas, sosial ekonomi, dan lain sebagainya.

    Faktor risiko memegang peranan penting dalam penyakit periodontal

    misalnya dengan menentukan penyebab perkembangan penyakit, keparahan penyakit

    32

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • yang sedang berkembang, lokasi gigi geligi yang terkena, laju perkembangan

    penyakit, respon terapi dan laju kambuhnya.

    35

    2.7.1 Penyakit Periodontal dan Usia

    Banyak penelitian yang menyatakan bahwa keparahan penyakit periodontal

    akan meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Penyakit periodontal lebih

    banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompok yang muda, walaupun keadaan

    ini lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan yang kumulatif selama

    hidup (proses aging).29,36 Tingkat kerusakan periodontal meningkat dengan

    bertambahnya usia dan keparahan penyakit menunjukkan kerusakan periodontal

    kumulatif pada individu yang rentan.27,37

    Seperti halnya jaringan lain, jaringan periodontal juga mengalami perubahan

    akibat proses menua. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya perubahan tersebut,

    selain karena faktor alami yaitu usia, perubahan tersebut juga dapat disebabkan oleh

    penyakit. Pada gingiva terjadi perubahan berupa hilangnya keratinisasi, hilangnya

    stippling, bertambah lebar gingiva cekat, berkurangnya komponen seluler jaringan

    ikat, berkurangnya konsumsi oksigen dan aktivitas metabolisme. Pada sementum

    terjadi penambahan sementum hingga beberapa kali lipat. Pada ligamen periodontal

    perubahan yang terjadi berupa bertambahnya jumlah serabut elastik, berkurangnya

    vaskularisasi dan terdapat aktivitas mitotik. Kemudian perubahan pada tulang

    alveolar adalah osteoporosis, berkurangnya vaskularisasi, berkurangnya aktivitas

    metabolisme dan kemampuan penyembuhan resorpsi tulang bisa meningkat atau

    berkurang dan kepadatan tulang bisa meningkat atau berkurang tergantung dari

    lokasinya.

    38

    2.7.2 Penyakit Periodontal dan Jenis Kelamin

    Perbedaan jenis kelamin pada penyakit periodontal dapat disebabkan oleh

    beberapa faktor seperti faktor genetik, kesehatan mulut, dan kunjungan berobat ke

    dokter gigi. 50% dari kerentanan terhadap penyakit periodontal adalah karena faktor

    host.39 Pria berada pada risiko yang lebih tinggi pada penyakit periodontal. Menurut

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • penelitian tersebut dipengaruhi oleh steroid seksual pada periodonsium dalam

    beberapa kondisi klinis. Terutama fungsi dari leukosit polimorfonuklear yang

    menyerang gingiva kemungkinan dipengaruhi oleh estrogens. Hasil penelitian

    menunjukkan bahwa kebanyakan pasien radang gingiva adalah pria. Hal ini

    disebabkan sikap yang buruk terhadap kesehatan rongga mulut dan juga kebiasaan

    merokok.16

    oral hygiene dan kebiasaan pencegahan.

    Faktor jenis kelamin masih meragukan keterkaitannya dimana penelitian

    ada yang menyebutkan bahwa kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan

    sebaliknya. Pada kenyataanya, oral hygiene pria lebih rendah daripada wanita terkait

    keberadaan plak dan kalkulus. Karenanya, perbedaan jenis kelamin dalam prevalensi

    dan keparahan penyakit periodontal lebih menunjukkan hubungan kebiasaan menjaga

    2.7.3 Penyakit Periodontal dan Kebiasaan Merokok

    29

    Merokok merupakan salah satu faktor risiko utama yang dapat memperparah

    penyakit periodontal karena penggunan tembakau dapat merusak gingiva dan

    kesehatan rongga mulut secara keseluruhan. Selain itu, juga dapat memperlambat

    proses penyembuhan, sehingga kedalaman saku gusi bertambah dan kehilangan

    perlekatan terjadi secara cepat. Perokok memiliki peluang lebih besar menderita

    penyakit periodontal seperti kehilangan tulang alveolar, peningkatan kedalam saku

    gigi serta kehilangan gigi dibandingkan dengan yang bukan perokok. Skor plak juga

    terbukti lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Prevalensi

    kehilangan tulang vertikal adalah 5,3 kali lebih besar pada perokok dibanding bukan

    perokok.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa efek merokok pada kesehatan

    periodontal tergantung pada frekuensi merokok. Kebanyakan pasien penyakit

    periodontal adalah pria yang memiliki kebiasaan merokok.

    40

    38 Lebih dari 4000 toksin

    terdapat di dalam asap rokok, meliputi racun-racun seperti karbon monoksida,

    substansi toksis seperti radikal-radikal oksidan, zat-zat karsinogen seperti zat-zat

    nitrosamin, dan substansi-substansi adiktif psikoaktif seperti nikotin.13

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Nikotin dalam rokok merusak sistem respons imun dan menyebabkan

    penyempitan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah di dalam jaringan sekitar

    gigi.41 Hal ini menyebabkan suatu penurunan oksigen di dalam jaringan dan merusak

    sistem respons imun, dengan demikian membentuk suatu lingkungan yang

    menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri penyebab penyakit periodontal. Gas

    karbonmonoksida dalam rokok dapat meningkatkan tekanan darah yang akan

    berpengaruh pada sistem pertukaran haemoglobin. Kemudian tar yang merupakan

    kumpulan beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok akan

    membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi. Tar juga bersifat

    karsinogenik yang berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.

    Kerusakan jaringan periodontal akibat merokok diawali dengan terjadinya

    akumulasi plak pada gigi dan gingiva. Tar yang mengendap pada gigi akan

    menimbulkan masalah selain estetik juga menyebabkan permukaan gigi menjadi

    kasar sehingga mudah dilekati plak. Akumulasi plak pada margin gingiva diperparah

    dengan kondisi kebersihan mulut yang kurang baik akan menyebabkan terjadinya

    gingivitis dan selanjutnya menjadi periodontitis. Munculnya berbagai kondisi

    patologis sitemik maupun lokal dalam rongga mulut diakibatkan adanya penurunan

    fungsi molekul termasuk saliva. Kerusakan komponen antioksidan saliva diikuti

    dengan penurunan fungsinya sehingga menyebabkan beberapa kelainan rongga mulut

    nantinya. Efek merokok yang timbul dipengaruhi oleh banyaknya jumlah rokok yang

    dihisap, lamanya merokok, jenis rokok yang dihisap dan berhubungan dengan

    dalamnya hisapan rokok yang dilakukan.

    13

    13

    2.8 Indeks Periodontal

    Pengukuran indeks status periodontal yang digunakan pada penelitian ini

    menggunakan kriteria Russell. Indeks ini digunakan untuk memperkirakan

    kedalaman penyakit periodontal dengan cara mengukur ada atau tidaknya inflamasi

    gingiva dan keparahannya, pembentukan saku dan fungsi pengunyahan. Pengukuran

    dilakukan pada minimal 6 gigi, dimana gigi tersebut mewakili 1 gigi anterior rahang

    atas dan bawah, 1 gigi posterior kanan rahang atas dan bawah serta 1 gigi posterior

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • kiri rahang atas dan bawah. Semua jaringan gingiva yang mengelilingi tiap-tiap gigi

    dinilai untuk melihat inflamasi gingiva dan keterlibatan periodontal. Russell memilih

    skor nilai (0,1,2,6,8) untuk menghubungan level penyakit dalam suatu penelitian

    epidemologi untuk mengamati kondisi klinis.

    28

    Tabel 1. Kriteria skor periodontal menurut Russell

    Skor

    42

    Kriteria dan Penilaian dalam Studi Lapangan

    Penambahan dalam Kriteria X-Ray Diikuti dalam Uji Klinis

    0

    Negatif : tidak ada inflamasi pada

    jaringan yg dilihat ataupun kehilangan

    fungsi akibat kerusakan jaringan

    pendukung

    Penampilan radiografis

    normal

    1

    Mild Gingivitis : ada area inflamasi

    pada gingiva bebas, tetapi area tersebut

    tidak membatasi gigi

    2

    Gingivitis : inflamasi telah membatasi

    gigi sepenuhnya, tetapi tidak tampak

    kerusakan perlekatan pada epitel

    4 Digunakan bila terdapat alat radiografi Ada seperti cekukan awal

    resorpsi tulang alveolar

    PI SCORE =

    Jumlah Gigi yang Diperiksa

    Jumlah Skor Individu

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Lanjutan Tabel 1

    Skor Kriteria dan Penilaian dalam Studi

    Lapangan

    Penambahan dalam Kriteria

    X-Ray Diikuti dalam Uji

    Klinis

    6

    Gingivitis dengan pembentukan poket:

    ada kerusakan pada perlekatan epitel

    dan terdapat saku. Tidak ada gangguan

    fungsi pengunyahan. Gigi masih

    melekat erat dan tidak melayang.

    Adanya kehilangan tulang horizontal

    meliputi seluruh tulang alveolar

    sampai setengah dari panjang akar

    gigi.

    Kehilangan tulang horizontal

    meliputi seluruh tulang

    alveolar sampai setengah dari

    panjang akar gigi

    8

    Kerusakan lanjutan dengan hilangnya

    fungsi penguyahan. Gigi mungkin

    tanggal ataupun melayang. Gigi

    tampak pudar saat diperkusi, dan

    mungkin tertekan dalam soket.

    Ada kehilangan tulang

    lanjutan, meliputi lebih dari

    satu setengah panjang akar

    gigi. Terjadi perluasan

    ligamen periodontal

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

  • Tabel 2. Kondisi klinis dan skor periodontal

    Kondisi Klinis

    42

    Grup-Skor Periodontal Indeks

    Level Penyakit

    Jaringan pendukung normal

    secara klinis 0-0,2

    Reversibel Simple Gingivitis 0,3-0,9

    Permulaan penyakit periodontal

    destruktif 0,7-1,9

    Penyakit periodontal destruktif 1,65,0

    Irreversibel Penyakit Tahap Akhir 3,8-8,0

    2.9 Kerangka Konsep

    Penyakit Periodontal

    Foto Panoramik

    Umur

    Jenis Kelamin

    Kebiasaan Merokok

    Evaluasi Kehilangan Tulang

    Alveolar

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA