15
1 PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBAYARAN HUTANG PIUTANG DENGAN BILYET GIRO DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA Ike Perwitasari Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta [email protected] Abstract Credit loans can be found in many different ways or forms among which the loan through a bank draft. Giro it self is an order from the customer to the bank depositors to transfer funds from the account in question to account anonymity. Agreement payable by bank draft guarantee to be studied, performed orally which is held on trust without any written evidence. This causes various problems that arise in the future because no verbal agreements have the force of binding as a written agreement. If the performance is not met there was a default in the treaty accounts payable. Keywords: Loan, Breach of Contract, Bilyet Giro. Abstrak Pinjaman kredit dapat dijumpai dengan berbagai macam cara atau bentuk diantaranya yaitu pinjaman dengan melalui bilyet giro. Bilyet giro sendiri adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegangyang disebut namanya. Perjanjian hutang piutang dengan jaminan bilyet giro yang akan diteliti, dilakukan secara lisan dimana diadakan atas dasar kepercayaan tanpa ada bukti tertulis. Hal ini menyebabkan berbagai masalah yang timbul dikemudian hari karena perjanjian secara lisan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat seperti perjanjian tertulis. Apabila prestasi tidak terpenuhi terjadilah suatu wanprestasi dalam perjanjian hutang piutang. Kata Kunci : Hutang Piutang, Wanprestasi, Bilyet Giro.

437-834-1-SM

  • Upload
    swat

  • View
    9

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

.

Citation preview

Page 1: 437-834-1-SM

1

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN PEMBAYARAN

HUTANG PIUTANG DENGAN BILYET GIRO DI PENGADILAN NEGERI

SURAKARTA

Ike PerwitasariFakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

[email protected]

Abstract

Credit loans can be found in many different ways or forms among which the loanthrough a bank draft. Giro it self is an order from the customer to the bank depositorsto transfer funds from the account in question to account anonymity. Agreementpayable by bank draft guarantee to be studied, performed orally which is held on trustwithout any written evidence. This causes various problems that arise in the futurebecause no verbal agreements have the force of binding as a written agreement. If theperformance is not met there was a default in the treaty accounts payable.Keywords: Loan, Breach of Contract, Bilyet Giro.

Abstrak

Pinjaman kredit dapat dijumpai dengan berbagai macam cara atau bentuk diantaranyayaitu pinjaman dengan melalui bilyet giro. Bilyet giro sendiri adalah surat perintah darinasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana darirekening yang bersangkutan kepada rekening pemegangyang disebut namanya.Perjanjian hutang piutang dengan jaminan bilyet giro yang akan diteliti, dilakukansecara lisan dimana diadakan atas dasar kepercayaan tanpa ada bukti tertulis. Hal inimenyebabkan berbagai masalah yang timbul dikemudian hari karena perjanjian secaralisan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat seperti perjanjian tertulis.Apabila prestasi tidak terpenuhi terjadilah suatu wanprestasi dalam perjanjian hutangpiutang.Kata Kunci : Hutang Piutang, Wanprestasi, Bilyet Giro.

Page 2: 437-834-1-SM

2

A. PENDAHULUAN

Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah dijelaskan bahwa

Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak

berdasarkan atas kekuasaan belaka. Dapat diartikan bahwa segala sesuatunya

harus berdasarkan atas hukum.

Perjanjian hutang piutang dalam masyarakat daerah sering diadakan

dengan kesepakatan kedua belah pihak untuk berjanji akan menepati segala

aturan yang ditetapkan dalam perjanjian yang telah dibuat. Bilamana kedua

belah pihak sudah ada kata sepakat, dan disaksikan oleh sejumlah saksi, maka

dianggap perjanjian sudah lahir seketika itu.

Pada umumnya bukti adanya kesepakatan seperti akta otentik dalam

perjanjian tidak terlalu diperhatikan, yang terpenting bagi para pihak yang

melakukan perjanjian adalah telah adanya itikad baik dan saling percaya satu

sama lain, sehingga menganggap bahwa kedua belah pihak yang terkait dalam

perjanjian akan menepati janji sesuai dengan yang diperjanjikan.

Dalam perjanjian hutang piutang masyarakat juga sering menggunakan

harta benda seperti BPKB. Hal tersebut juga dilakukan atas dasar kepercayaan

dan sepakat untuk menyerahkan sejumlah harta benda milik debitur. Pemberian

jaminan tersebut adalah dengan maksud sebagai tambahan dalam perjanjian

hutang piutang tersebut, dan berguna sebagai bentuk itikad baik dari pihak

debitur bahwa ia akan menepati janji atau prestasinya kepada kreditur sehingga

memperkuat kedudukan kreditur.

Pinjaman kredit dapat dijumpai dengan berbagai macam cara atau bentuk

diantaranya yaitu pinjaman dengan melalui bilyet giro. Bilyet giro sendiri adalah

surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana

untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan

kepada rekening pemegangyang disebut namanya.

Penggunaan bilyet giro semakin hari semakin meningkat bahkan dapat

diperkirakan melampaui penggunaan warkat lainnya. Semakin tingginya

penggunaan bilyet giro sebagai alat pembayaran tidak diiringi dengan

pengaturan secara tegas, hal ini berbeda dengan cek sebagai alat pembayaran

giral yang telah diatur dalam KUHD.

Page 3: 437-834-1-SM

3

Perjanjian hutang piutang dengan bilyet giro yang akan diteliti,

dilakukan secara lisan dimana diadakan atas dasar kepercayaan tanpa ada bukti

tertulis. Hal ini menyebabkan berbagai masalah yang timbul dikemudian hari

karena perjanjian secara lisan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat

seperti perjanjian tertulis.

Tulisan ini bermaksud untuk mendapatkan gambaran tentang Bagaimana

penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian hutang piutang dengan bilyet giro.

Penggugat dan Tergugat melakukan perjanjian hutang piutang dengan kasus

Tergugat meminjam sejumlah uang kepada Penggugat untuk keperluan usaha

yang dijalankan Tergugat, dengan bilyet giro. Bilyet giro yang diberikan

tergugat kepada Penggugat terbukti tidak dapat dicairkan, dengan ini Penggugat

men-somasi Tergugat karena telah melakukan wanprestasi. Kasus tersebut di

wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta.

B. METODE PENELITIAN

Untuk mendapatkan data – data yang akurat dan data – data yang

dibutuhkan oleh penulis dalam tulisan ini, penulis melakukan penelitian di

Pengadilan Negeri Surakarta yang beralamat di JI. Brigjen. Slamet Riyadi No.

290. Jenis penelitian yang digunakan penulis yaitu menggunakan :

1. jenis penelitian empiris. Penelitian hukum empiris yaitu yaitu penelitian

terhadap data primer di lapangan, atau terhadap masyarakat (Soerjono

Soekanto, 2008 : 52).

Dalam penelitian hukum ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif,

yaitu dengan mendasarkan pada data-data yang digunakan responden

secara lisan atau tulisan dan juga perilakunya yang nyata diteliti dan

dipelajari sebagai suatu yang utuh (Soerjono Soekanto, 2008 : 250).

2. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu

a) Data Primer dengan studi wawancara. Wawancara diartikan

sebagai “situasi peran antar pribadi bertatap muka (face to face),

ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban

yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang

Page 4: 437-834-1-SM

4

responden”(Amirudin dan Zaenal Asikin, 2010: 82). Yaitu

dengan wawancara secara langsung kepada majelis hakim yang

memutus perkara Putusan Nomor 90/Pdt.G/2011/PN.Ska. Dan

juga Salinan Putusan Nomor 90/Pdt.G/2011/PN.Ska.

b) Data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan,

literatur, peraturan perundang-undangan, jurnal, artikel, media

masa, bahan dari internet, dan sumber lain yang berkaitan dengan

masalah yang diteliti.

3. Sumber data yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian

adalah sumber data sekunder berupa wawancara dan bahan dokumen,

peraturan perundang-undangan, literatur, dan hasil penelitian lainnya

yang mendukung data primer.

4. Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini dengan

menggunakan analisis kualitatif dengan model interaktif, yaitu komponen

reduksi data dan penyajian data dilakukan bersama dengan pengumpulan

data, kemudian setelah terkumpul maka tiga komponen tersebut

berinteraksi dan bila kesimpulan dirasakan kurang, maka perlu verifikasi

dan penelitian kembali mengumpulkan data dilapangan.

Ketiga komponen tersebut antara lain:

a) Reduksi Data

Merupakan proses seleksi, penyederhanaan dan abstraksi data

transformasi data kasar yang muncul dari catatan tulis dilapangan.

b) Penyajian Data

Merupakan suatu realita organisasi informasi yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.

c) Penarikan Simpulan

Menarik kesimpulan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam

reduksi data dan sajian yang meliputi berbagai hal yang ditemui

dengan melakukan pencatatan-pencatatan, pernyataan,

konfigurasi yang mungkin berkaitan dengan data (H. B. Sutopo,

2002: 91-95).

Page 5: 437-834-1-SM

5

Ketiga komponen tersebut (proses analisa interaktif) dimulai pada waktu

pengumpulan data penelitian, peneliti selalu membuat reduksi data dan

sajian data. Dan setelah pengumpulan data selesai, tahap selanjutnya peneliti

mulai menarik kesimpulan dengan memverifikasi berdasarkan apa yang

terdapat dalam sajian data. Aktifitas yang dilakukan dengan suatu siklus

antara komponenkomponen tersebut akan didapatkan data-data yang benar-

benar mewakili dan sesuai dengan masalah yang diteliti. Apabila kesimpulan

dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun

sajian datanya, maka peneliti wajib kembali melakukan kegiatan

pengumpulan data yang sudah terfokus untuk mencari pendukung

kesimpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data. Penelitian kualitatif

prosesnya berlangsung dalam bentuk siklus.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

seorang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan

sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang

tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan

antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa

suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang

diucapkan atau ditulis (Prof. R. Subekti, S.H, 1987 : 6). Dengan demikian

hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu

menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya

sumber-sumber lain.

Perjanjian dirumuskan dalam Pasal 1313 KUHPdt, yaitu suatu perbuatan

dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau

lebih lainnya.

Perjanjian ini mengandung unsur :

(a) Perbuatan

Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini

lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum,

Page 6: 437-834-1-SM

6

karena perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang

memperjanjikan;

(b) Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih,

Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang

saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok/pas

satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum.

(c) Mengikatkan dirinya,

Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak

yang satu kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada

akibat hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.

Perjanjian menciptakan hubungan hukum antara pihak-pihak yang

membuatnya. Hubungan hukum itu menimbulkan kewajiban dan hak yang

timbal balik antara pihak-pihak. Hubungan hukum itu terjadi karena peristiwa

hukum yang berupa perbuatan perjanjian, misalnya, jual beli, sewa menyewa,

utang piutang, dan pemberian kuasa (Abdulkadir Muhammad, 2010: 20).

Pada umumnya bukti adanya kesepakatan seperti akta otentik dalam

perjanjian tidak terlalu diperhatikan, yang terpenting bagi para pihak yang

melakukan perjanjian adalah adanya kesepakatan para pihak, adanya itikad

baik dan saling percaya satu sama lain, sehingga menganggap bahwa kedua

belah pihak yang terkait dalam perjanjian akan menepati janji sesuai dengan

yang diperjanjikan

Dalam KUHPerdata, perjanjian hutang piutang tersebut digolongkan

sebagai perjanjian khusus dan disebut juga sebagai perjanjian bernama.

Namun demikian dalam hal pemenuhannya tidak selamanya sesuai dengan apa

yang telah disepakati dan diperjanjikan. Ketidak mampuan melakukan suatu

prestasi atau disebut wanprestasi seringkali menimbulkan masalah, walaupun

perjanjian hutang piutang dinyatakan secara jelas dan tegas dalam suatu

perjanjian.

Dalam Pasal 1239 KUH Perdata diterangkan bahwa tiap-tiap perikatan

untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak

memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban

memberikan penggantian biaya, rugi, dan bunga (Soeroso, 2010 : 28).

Page 7: 437-834-1-SM

7

Wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti

yang telah ditetapkan dalam perikatan, tidak dipenuhinya kewajiban oleh debitur

disebabkan oleh dua kemungkinan alasan, yaitu:

1. Karena kesalahan debitur, baik dengan sengaja tidak dipenuhi kewajiban

maupun karena kelalaian.

2. Karena keadaan memaksa (overmacht), force majeure, jadi diluar

kemampuan debitur. Debitur tidak bersalah.

Untuk menentukan apakah seorang debitur bersalah melakukan

wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaaan bagaimana debitur sengaja atau

lalai tidak memenuhi prestasi. (Abdulkadir Muhammad, 2000:203).

Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang debitur dapat berupa:

a) Debitur sama sekali tidak berprestasi

b) Debitur keliru berprestasi

c) Debitur terlambat berprestasi

Debitur dianggap lalai ketika ia tidak memenuhi prestasi, maka untuk

menyatakan seseorang debitur melakukan wanprestasi, diperlukan surat

peringatan tertulis dari kreditur yang diberikan kepada debitur. Surat peringatan

tersebut disebut dengan somasi.

Surat peringatan kepada debitur tersebut dinamakan somasi, dan somasi

inilah yang digunakan sebagai alat bukti bahwa debitur telah

wanprestasiLathifahHanim,SH.M.Hum.M.Kn.http://hanim.blog.unissula.ac.id/2

011/10/07/wanprestasi-overmacht-dan-hapusnya-perjanjian-pengabdian

masyarakat/) Diakses pada tanggal 17 April 2013 pukul 20.00 WIB.

Berkaitan dengan kasus yang terjadi di Pengadilan Negeri Surakarta

dimana debitur telah terbukti melakukan wanprestasi dengan tidak melakukan

prestasi hal ini dapat dibuktikan bahwa debitur meminjam sejumlah uang kepada

kreditur dengan jaminan berupa bilyet giro. Diketahui bahwa bilyet giro yang

akan dicairkan oleh kreditur di bank mengalami permasalahan, bilyet giro

tersebut tidak ada nominalnya atau kosong. Debitur sudah diberi surat

peringatan tertulis untuk segera melunasi hutang, namun debitur tidak

memenuhi prestasi nya untuk membayar hutangnya.

Page 8: 437-834-1-SM

8

Jadi, menurut penulis bahwa perjanjian yang dilakukan itu menimbulkan

hubungan hukum yang mengikat antara para pihak yang membuatnya. Pada

prinsipnya setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi

kewajibannya secara timbal balik. Dengan kata sepakat untuk mengadakan suatu

perjanjian, maka kedua pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri

bentuk perjanjian. Hal ini sesuai dengan sistem terbuka yang dianut dalam KUH

Perdata.

Dalam perjanjian hutang piutang masyarakat juga sering menggunakan

harta benda. Hal tersebut juga dilakukan atas dasar kepercayaan dan sepakat

untuk menyerahkan sejumlah harta benda milik debitur. Para pihak yang

mengadakan perjanjian terikat untuk patuh terhadap perjanjian yang dibuat

sesuai asas pacta sunt servanda dan segala hal yang telah disepakati tersebut

berlaku sebagai Undang-Undang bagi para pihak dalam perjanjian. Akan tetapi

perjanjian yang dibuat dalam bentuk lisan mengandung banyak resiko jika

dibandingkan dengan perjanjian yang dibuat secara tertulis.

Apabila dibuat secara tertulis, maka hal ini dapat dipakai sebagai alat

bukti apabila terjadi perselisihan.Permasalahan seperti ini sering ditemukan dan

dialami oleh masyarakat di daerah-daerah pelosok Indonesia karena wawasan

hukumnya masih rendah akibatnya sering pula terjadi konflik antar anggota

masyarakat karena adanya ingkar janji atau wanprestasi.

Pinjaman kredit dapat dijumpai dengan berbagai macam cara atau bentuk

diantaranya yaitu pinjaman dengan melalui bilyet giro. Bilyet giro sendiri adalah

surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana

untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan

kepada rekening pemegangyang disebut namanya. Bilyet giro sendiri tidak

diatur dalam KUHD, melainkan dalam SE BI no28/332/UPG/1995.

Perjanjian hutang piutang dengan jaminan bilyet giro yang akan diteliti,

dilakukan secara lisan dimana diadakan atas dasar kepercayaan tanpa ada bukti

tertulis. Hal ini menyebabkan berbagai masalah yang timbul dikemudian hari

karena perjanjian secara lisan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat

seperti perjanjian tertulis.

Page 9: 437-834-1-SM

9

Hutang piutang pada kasus ini yaitu dengan jaminan bilyet giro,termasuk

dalam salah satu bentuk jaminan yaitu jaminan kebendaan. Dimana bilyet giro

merupakan surat berharga.

A Central concern of any lender-including the lenders/investors in bonds

is whether a potential or actual borrower is likely to repay the loan ( Markets

the credit rating agencies. Lawrence J. White)

Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan bahwa segala kebendaan si

berhutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak baik yang sudah ada

maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala

perikatan perseorangan. Ini sudah tepat bahwa harta benda yang dimiliki si

berhutang dapat dijadikan tanggungan atau jaminan atas hutang tergugat,

terhadap nilai ekonomi seluruh harta maupun barang-barang berharga milik

Tergugat yang melakukan wanprestasi sebagai pelunasan dari sisa prestasinya

yang belum terpenuhi.

Dalam penelitian ini pula, penulis melakukan penelitian dengan

melakukan wawancara kepada Majelis Hakim terkait dengan putusan yang

dijatuhkan hakim terhadap perkara wanprestasi dalam perjanjian hutang piutang

dengan jaminan bilyet giro di kota Kudus. Adapun hasil dari penelitian berkaitan

dengan hal – hal yang berkaitan dengan putusan yang dijatuhkan terhadap

terdakwa dan juga pertimbangan-pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusan.

Berkaitan dengan kasus ini, perbuatan-perbuatan debitur telah terbukti

melakukan wanprestasi yaitu sama sekali tidak melakukan prestasi sesuai

dengan yang dimaksud dalam perjanjian hutang piutang. Wanprestasi dalam hal

ini dapat dikarenakan usaha Debitur mengalami kegagalan, sehingga tidak dapat

memenuhi kewajiban prestasinya sesuai dengan Pasal 1238 KUHPerdata.

Hasil wawancara dengan majelis hakim yang ikut memutus perkara

mengatakan bahwa debitur dianggap melakukan wanprestasi setelah tanggal 24

Mei 2012 sesuai dengan surat keterangan penolakan pada tanggal tersebut. pada

awalnya tergugat memberikan bilyet giro yang pertama sebagai jaminan tertulis

tanggal 2 Desember 2010 sedangkan jangka waktu pembayaran telah tercantum

dalam bilyet giro tersebut yaitu sejak tanggal 2 Desember 2010 sampai dengan

Page 10: 437-834-1-SM

10

sebelum tanggal 24 Mei 2012. Debitur sudah diberi surat peringatan tertulis atau

somasi untuk segera melunasi hutang, namun debitur tidak memenuhi prestasi

nya untuk membayar hutangnya.

Mengenai pertimbangan hakim dalam memutus perkara tindak pidana

dengan Nomor Putusan 90/Pdt.G/2011/PN.Ska yang berkaitan dengan kasus

wanprestasi dalam perjanjian hutang piutang dengan jaminan bilyet giro yang

terjadi di kota Surakarta didasarkan atas peraturan perundang – undangan yang

berlaku di Indonesia. Pertimbangan hakim juga tidak selalu bersifat teoritis

namun juga melihat fakta-fakta di lapangan serta kronologis kejadian.

Kata perintah dalam Pasal 1238 tersebut berarti teguran atau tuntutan

oleh pihak berhak (kreditur) ditujukan kepada pihak berwajib (debitur) dengan

perantaraan Juru Sita supaya pihak berwajib (debitur) memenuhi apa yang

termuat dalam perjanjian, segera atau tempo yang disebutkan dalam teguran itu.

Teguran agar debitur memenuhi perintah itu dikenal dengan sebutan sommatie.

“Surat perintah yang dimaksud Pasal 1238 KUH Perdata ialah teguran

(sommatie) resmi yaitu peringatan (teguran) oleh seorang Juru Sita Pengadilan

(R.Subekti 1987:53).

Teguran secara lisan dapat dilakukan asal cukup tegas menyatakan

desakan si kreditur supaya perjanjian dilakukan seketika atau dalam waktu yang

disingkat. Teguran (sommatie) ini diperlukan jika dalam perjanjian

tidakditetapkan waktu yang tertentu untuk melakukan perjanjian. Biasanya

suratTeguran (sommatie) dilakukan 3 (tiga) kali, dan jika tidak dilaksanakan

prestasisudah dapat diajukan gugatan ke Pengadilan.

Apabila teguran ini tidak mendapat tanggapan yang beritikad baik, maka

dapat ditempuh beberapa cara secara kekeluargaan untuk menyelesaikan.

Misalnya dengan melakukan penjadwalan kembali untuk memberi waktu kepada

Tergugat agar dapat memenuhi semua prestasinya, memberi kesempatan kepada

Tergugat untuk mengemukakan alasan mengapa Tergugat tidak segera

melakukan prestasinya.

Upaya-upaya penyelesaian wanprestasi yang telah dilakukan oleh

Penggugat diatas bila ini digambarkanteori berkaitan denganpenyelesian kredit

secara 3R maka pejelasannya yaitu sebagai berikut:

Page 11: 437-834-1-SM

11

i. Penjadwalan kembali (Rescheduling)

Upaya hukum dengan melakukan perubahan terhadap beberapa syarat

perjanjian kredit yang berkenaan denganjadwal pembayaran kembali atau jangka

waktu angsuran yang harus dilakukan oleh debitur, termasuk masa tenggang

waktu (grace period)pemenuhan kredit, termasuk perubahan jumlah angsuran.

ii. Persyaratan kembali (Reconditioning)

Persyaratan kembali meliputi yaitu perubahan jadwal

pembayaran,perubahan jumlah angsuran, perubahan jangka waktu, serta

pemberian potongan bunga.

iii. Penataan kembali (Restructuring)

Restructuring yaitu dengan melakukan perubahan syarat-syarat

perjanjian kredit berupa pemberian tambahan kredit, atau melakukan konvensi

atas seluruh atau sebagian kredit yang dilakukan denganatau tanpa

reschedulingdan/atau reconditioning.

Upaya hukum Dalam sistem penyelesaian sengketa perdata terdapat

tahapan penyelesaian sengketa melalui ruang Non litigasi (di luar peradilan)

sebelum sengketa tersebut di proses di peradilan, penyelesain non litigasi

tersebut dibagi dua yaitu Abritase dan Alternative Dispute Resolution (ADR),

pada kesempatan kali ini kita coba membahas proses ADR tersebut.

ADR sendiri memiliki beberapa karakteristik yaitu :

a. Privat sukarela, dan konsensual (disepakati para pihak);

b. Kooperatif, tidak agresif/bermusuhan dan tegang;

c. Fleksibel, tidak formal dan kaku;

d. Kreatif;

e. Melibatkan partisipasi aktif para pihak;

f. Bertujuan untuk mempertahankan hubungan baik.

Adapun upaya penyelesaian yang lain yaitu hakim mencoba menawarkan

kepada kedua belah pihak untuk mediasi, Pengertian Mediasi adalah proses

penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para pihak

dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau

memaksakan sebuah penyelesaian. Dasar hukum pelaksanaan mediasi di

Page 12: 437-834-1-SM

12

Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2008 Tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Kebijakan MA-RI memberlakukan mediasi ke dalam proses perkara di

pengadilan didasari atas beberapa alasan sebagai berikut:

1. Proses mediasi diharapkan dapat mengatasi masalah penumpukan

perkara.

2. Proses mediasi dipandang sebagai cara penyelesaian sengketa yang

lebih cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi.

3. Pemberlakuan mediasi diharapkan dapat memperluas akses bagi para

pihak untuk memperoleh rasa keadilan.

Menurut Majelis Hakim, Abdul Rochim, apabila dengan proses mediasi,

tidak dapat menyelesaikan kasus ini, maka dapat ditempuh dengan jalur hukum

yaitu menempuh upaya hukum dengan melakukan sita umum atas seluruh harta

kekayaan Tergugat. Sesuai dengan pernyataan pasal 1131 KUHPerdata

menyatakan bahwa segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun

yang tak bergerak baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian

hari menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa bentuk wanprestasi yang

dilakukan debitur yaitu tidak melakukan prestasi dan upaya penyelesaian kasus

tersebut didasarkan atas peraturan perundang – undangan yang berlaku di

Indonesia serta pertimbangan – pertimbangan yang telah diuraikan di atas,

sehingga hakim tersebut dapat memutuskan perkara dengan seadil-adilnya dan

juga hakim dalam menjatuhkan putusan dengan berdasarkan keyakinannya dan

hati nurani.

D. SIMPULAN

Perbuatan-perbuatan debitur telah terbukti melakukan wanprestasi yaitu

sama sekali tidak melakukan prestasi sesuai dengan yang dimaksud dalam

perjanjian hutang piutang. Wanprestasi dalam hal ini dapat dikarenakan usaha

Debitur mengalami kegagalan, sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban

prestasinya sesuai dengan Pasal 1238 KUHPerdata. Debitur sudah diberi surat

Page 13: 437-834-1-SM

13

peringatan tertulis atau somasi untuk segera melunasi hutang, namun debitur

tidak memenuhi prestasi nya untuk membayar hutangnya.

Teguran agar debitur memenuhi perintah itu dikenal dengan sebutan

sommatie. “Surat perintah yang dimaksud Pasal 1238 KUH Perdata ialah

teguran (sommatie) resmi yaitu peringatan (teguran) oleh seorang Juru Sita

Pengadilan (R.Subekti 1987:53). Teguran secara lisan dapat dilakukan asal

cukup tegas menyatakan desakan si kreditur supaya perjanjian dilakukan

seketika atau dalam waktu yang disingkat. Teguran (sommatie) ini diperlukan

jika dalam perjanjian tidakditetapkan waktu yang tertentu untuk melakukan

perjanjian. Biasanya suratTeguran (sommatie) dilakukan 3 (tiga) kali, dan jika

tidak dilaksanakan prestasisudah dapat diajukan gugatan ke Pengadilan. Serta

upaya lain yaitu dengan cara memanggil kedua belah pihak yang bersengketa

untuk di mediasi.

E. SARAN

Mengingat makin banyaknya bentuk-bentuk wanprestasi yang dapat

dilakukan oleh para pihak mengingat segala kemungkinan yang dapat terjadi.

Maka diharapkan dalam melakukan perjanjian para pihak telah mengantisipasi

segala kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul dalam perjanjian.

Dalam hal mempertemukan kedua belah pihak yang berperkara

disarankan kepada mediator untuk memberikan solusi atau pemecahan

permasalahan dengan adil dan bijaksana. Dengan meyakinkan kedua belah pihak

bahwa dengan proses mediasi segalanya akan lebih mudah dan murah, tanpa

menempuh jalur litigasi.

Bahwa harta benda yang dimiliki si berhutang dapat dijadikan

tanggungan atau jaminan atas hutang tergugat, terhadap nilai ekonomi seluruh

harta maupun barang-barang berharga milik Tergugat yang melakukan

wanprestasi sebagai pelunasan dari sisa prestasinya yang belum terpenuhi.

Page 14: 437-834-1-SM

14

F. PERSANTUNAN

Terimakasih disampaikan kepada Pembimbing saya Ibu Djuwityastuti,

S.H.,M.H atas bantuan, nasehat, bimbingan dan ilmu yang diberikan, Ibu Ambar

Budhisulistiowati, S.H.,M.Hum dan bapak Suranto, S.H.,M.H atas bimbingan

dan ilmu yang diberikan.

Page 15: 437-834-1-SM

15

Daftar Pustaka

Abdulkadir Muhammad. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung:PT.Citra Aditya Bakti.____________________________. 2010. Hukum Perdata Indonesia. Bandung:PT.Citra Aditya Bakti.Amirudin dan Zaenal Asikin. 2010. Pengantar Metode Penelitian Hukum.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

R. Soeroso. 2010. Perjanjian Di Bawah Tangan, Pedoman PraktisPembuatan Dan Aplikasi Hukum. Jakarta : Sinar Grafika.

R. Subekti. 1987. Hukum Perjanjian. Jakarta: Citra Aditya Bhakti.

Soerjono Soekanto. 2008. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UniversitasIndonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Peraturan Mahkamah Agung RI No. 1 Tahun 2008 Tentang ProsedurMediasi di Pengadilan.

Salinan Putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.90/Pdt.G/2011/PN.Ska

LathifahHanim,SH.M.Hum.M.Kn.http://hanim.blog.unissula.ac.id/2011/10/07/wanprestasi-overmacht-dan-hapusnya-perjanjian-pengabdian-masyarakat/) Diakses pada tanggal 17 April 2013 pukul 20.00 WIB.

Lawrence J. White. Markets The Credit Rating Agrncies. Journal ofEconomic Perspectives—Volume 24, Number 2—Spring 2010—Pages 211–226.

Alamat Korespondensi

Ike Perwitasari, Mahasiswi Fakultas Hukum UNS NIM.E0008161

Gendingan Rt 001, Rw 014 Jebres Surakarta

HP.085728860199.

Email : [email protected]