58
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obstruksi usus merupakan gangguan pada aliran normal atau suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Obstruksi usus halus merupakan suatu kondisi penyumbatan patologis akibat adanya kelainan mekanik pada usus halus. Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi (McCowan, 2009). Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007). Obstruksi usus adalah penyakit yang sering terjadi. Untuk itu kelompok membahas obstruksi usus halus agar mengetahui konsep umum dan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan pencernaan obstruksi usus halus. 1

(4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Obstruksi fix

Citation preview

Page 1: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstruksi usus merupakan gangguan pada aliran normal atau suatu

blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat

secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau

tindakan. Obstruksi usus halus merupakan  suatu kondisi penyumbatan

patologis akibat adanya kelainan mekanik pada usus halus. Obstruksi

intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering

dijumpai, merupakan 60-70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan

appendicitis akuta. Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah

adhesi (McCowan, 2009). Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis

pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau

menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).

Obstruksi usus adalah penyakit yang sering terjadi. Untuk itu

kelompok membahas obstruksi usus halus agar mengetahui konsep umum

dan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan pencernaan

obstruksi usus halus.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa definisi obstruksi usus halus?

2) Bagaimana etiologi obstruksi usus halus?

3) Apa saja manifestasi klinis obstruksi usus halus?

4) Bagaimana patofisiologi obstruksi usus halus?

5) Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada obstruksi usus halus?

6) Bagaimana penatalaksanaan pada obstruksi usus halus?

7) Apa saja komplikasi pada obstruksi usus halus?

8) Bagaimana WOC pada obstruksi usus halus?

1

Page 2: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

9) Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan

Obstruksi usus halus?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan yang tepat untuk klien

dengan Obstruksi usus halus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Menjelaskan definisi Obstruksi usus halus.

2) Menjelaskan apa yang menjadi etiologi obstruksi usus halus.

3) Menjelaskan apa sajakah manifestasi klinis dari obstruksi usus halus.

4) Menjelaskan patofisiologi obstruksi usus halus.

5) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada obstruksi usus halus.

6) Menjelaskan penatalaksanaan untuk obstruksi usus halus.

7) Menjelaskan apa komplikasi dari obstruksi usus halus.

1.4 Manfaat

1.) Mahasiswa dapat mengetahui definisi obstruksi usus halus.

2.) Mahasiswa dapat mengetahui apa yang menjadi etiologi dari obstruksi

usus halus.

3.) Mahasiswa dapat mengetahui apa saja manifestasi klinis dari obstruksi

usus halus.

4.) Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi obstruksi usus halus.

5.) Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada obstruksi usu

halus.

6.) Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan untuk obstruksi usus halus.

7.) Mahasiswa dapat mengetahui apa saja komplikasi dari obstruksi usus halus

.

2

Page 3: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Usus Halus

Usus halus adalah bagian saluran cerna di antara lambung dan usus besar.

Usus halus panjang, saluran bergulung mengisi sebagian besar rongga abdomen.

Bagian usus halus: duodenum, jejunum, ileum.

a. Duodenum

Duodenum adalah saluran berbentuk C, panjang sekitar 25 cm, pada

bagian belakang abdomen, mengitari caput pankreas. Duodenum

digambarkan dalam 4 bagian, bagian I: berjalan ke kanan, bagian II:

berjalan ke bawah, bagian III: berjalan mendatar ke kiri dan ke depan vena

cava inferior dan aorta, bagian IV: berjalan ke atas bersambungan dengan

jejunum. Lambung membuka ke dalam bagian I pada lubang pylorus.

Pankreas dan duktus biliaris membuka ke dalam bagian II sebagai lubang

bersama pada papila kecil, lubang dikontrol oleh sfingter yang disebut

sfingter Oddi. Kadang-kadang duktus terbuka secara terpisah.

3

Page 4: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

b. Jejunum dan ileum

Jejunum adalah bagian pertama dan ileum adalah bagian kedua dari

seluruh usus halus. Kombinasi mereka bervariasi dari 300 sampai 900 cm.

Nama kedua bagian ini tradisional. Tidak ada perbedaan yang jelas di

antaranya. Jejunum agak besar, memiliki dinding tebal, lebih banyak lipatan

membran mukosa dan lebih sedikit plak Peyeri. Jejunum dan ileum terdapat

di dalam peritoneum kecuali sepanjang garis perlekatannya.

Suplai darah usus halus oleh percabangan arteria mesenterica

superior (cabang dari aorta); cabang berhubungan di dalam mesenterium

oleh sejumlah arcade arteri, yang keluar dari cabang terminal. Sedangkan

inervasi usus halus: oleh nervus simpatis dan parasimpatis (vagus).

Drainase vena usus halus ke dalam vena mesenterica superior dan

kemudian ke dalam vena porta. Drainase limfe usus halus: ke dalam nodus

di dalam mesenterium dan kemudian ke dalam kelenjar aorticus dan cisterna

chyli.

Fungsi usus halus, antara lain:

1. Sekresi cairan usus

2. Menerima empedu dan getah pankreas

3. Pencernaan makanan. Getah usus dan pankreas mengandung enzim yang

mengubah: protein menjadi asam amino, karbohidrat menjadi

glukosa,maltosa dan galaktosa, lemak menjadi asam asam lemak dan

gliserol (dengan bantuan garam empedu di dalam empedu yang

dikeluarkan ke dalam empedu oleh kontraksi kantong empedu).

Pencernaan menjadi lengkap, makanan dipecah menjadi bentuk yang lebih

sederhana yang diserap melalui dinding usus halus ke dalam darah atau

limfe.

4. Absorbsi air, garam dan vitamin

4

Page 5: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

5. Gerakan isi usus sepanjang usus oleh kontraksi segmental pendek dan

“gelombang rush” yang menggerakkan isi sepanjang usus lebih cepat.

Struktur usus halus adalah sebagai berikut:

1. Membran mukosa: berbentuk banyak lipatan sirkular atau semisirkular,

atau spiral. Seluruh permukaannya ditandai dengan jutaan vili

2. Vilus adalah tonjolan kecil yang ditutupi oleh selapis sel dan mengandung

pembuluh darah, kelenjar limfe,saraf dan serat otot

3. Plak Peyeri adalah plak jaringan limfe pada membran mukosa; sering

terdapat pada ileum daripada jejunum.

4. Lapisan submukosa, lapisan muskular (serat sirkular dan longitudinal),

peritoneum.

2.2 Definisi

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang

traktus intestinal (Nettina, 2001). Usus halus atau usus kecil adalah bagian

dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar.

Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang

diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang

melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan

makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim

yang mencerna protein, gula dan lemak.

Obtruksi usus halus adalah suatu kondisi penyumbatan patologis

akibat adanya kelainan mekanik pada usus halus. Obstruksi usus merupakan

penyumbatan intestinal mekanik yang terjadi karena adanya daya mekanik

yang bekerja atau mempengaruhi dinding usus sehingga menyebabkan

penyempitan/penyumbatan lumen usus.

Obstruksi usus halus hanya 15% dari total kejadian obstruksi usus.

Sisanya sebesar 85% terjadi pada usus besar. Tingkat keparahannya

tergantung pada daerah usus yang terkena, derajat dimana lumen tersumbat

5

Page 6: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

(khususnya derajat dimana sirkulasi darah dalam dinding usus yang

terganggu).

Obstruksi usus ada dua, obstruksi total dan sebagian atau parsial.

Dikatakan obstruksi total jika bagian usus tertutup seluruhnya. Sedangkan

dikatakan sebagian jika usus hanya mengalami penyumbatan sebagian,

misalnya pada stenosis usus.

2.3 Etiologi

Obstruksi usus bisa disebabkan oleh mekanik dan fungsional.

Dikatakan mekanik jika disebabkan oleh adhesi, hernia, neoplasma,

intususepsi, penyakit crohn, dan lain-lain. Dikatakan fungsional jika obstruksi

timbul dari ketidakmampuan pada usus.

Etiologi terjadinya obstruksi pada usus halus antara lain adalah:

a. Adhesi ( perlekatan  usus  halus )  merupakan  penyebab  tersering  ileus 

obstruktif,  sekitar 50-70%  dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh

riwayat operasi intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi

intraabdominal. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi berkembang

sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen dalam hidupnya.

Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam

masa anak-anak.

b. Hernia  inkarserata  eksternal ( inguinal, femoral, umbilikal, insisional, 

atau  parastomal ) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab

ileus obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak

mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal,

kecacatan mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa

menyebabkan hernia.

c. Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan   obstruksi  

intralumen,  sedangkan tumor metastase atau tumor intra abdominal dapat

menyebabkan obstruksi melalui kompresi eksternal.

d. Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap

bagian usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran

6

Page 7: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

limphanodus mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya

intususepsi.

e. Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi

akut selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.

f. Volvulus sering  disebabkan oleh  adhesi  atau  kelainan  kongenital,

seperti  malrotasi usus.

g. Batu   empedu   yang    masuk   ke  ileus.  Inflamasi   yang   berat     dari  

kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum

atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus

gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus,

umumnya pada bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang

menyebabkan obstruksi.

h. Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau

penumpukan cairan.

i. Benda asing, seperti bezoar.

j. Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum

distalis dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.

2.4 Patofisiologi

Obstruksi usus selalu disertai dengan akumulasi makanan yang

masuk, gas, dan sekret usus di sebelah proksimal tempat obstruksi, sehingga

menyebabkan usus kembung. Karena usus melebar, absorbsi usus menurun

dan sekresi cairan serta elektrolit meningkat. Pergeseran cairan dan elektrolit

ini menyebabkan penipisan cairan intravaskuler isotonik yang biasanya

disertai dengan hipokalemia. Usus di sebelah proksimal bagian yang

obstruksi mula-mula menunjukkan peningkatan aktivitas kontraksi, yang

disertai dengan penurunan aktivitas yang mencolok dan hipoaktif suara usus.

Kombinasi akumulasi cairan dan hipomotilitas menyebabkan mual dan

muntah.

Kondisi obstruksi mekanik pada usus halus akan meningkatkan

dilatasi usus proksimal serta akan memberikan manifestasi akumulasi sekresi

7

Page 8: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

dan udara pada saluran gastrointestinal. Dilatasi usus ini merangsang aktivitas

sel-sel sekretorit untuk menghasilkan lebih banyak akumulasi cairan. Kondisi

ini akan meningkatkan peristaltik baik di atas dan di bawah lesi obstuksi.

(Khan,2009).

Respon muntah merupakan kondisi awal terjadi jika tingkat obstruksi

pada bagian proksimal, kondisi meningkatkan distensi usus halus

menyebabkan peningkatan tekanan intraluminal. Hal ini dapat menyebabkan

kompresi mukosa limfatik menjadi limfedema pada dinding usus. Ketika

tekanan hidrostatik intralumen tinggi, maka akan meningkatkan tekanan

hidrostatik kapiler  dan akan menghasilkan peningkatan ruang ketiga, air,

elektrolit, dan protein masuk ke dalam lumen intestinal. Kehilangan cairan

dan kondisi dehidrasi yang bterjadi kemudian bisa bertambah berat dan

berkonstribusi terhadap resiko morbiditas dan kematian.

2.5 Manifestasi Klinik

1) Gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen sekitar umbilicus atau

bagian epigasterium yang cenderung bertambah sejalan dengan

beratnya obstruksi dan bersifat intermiten (hilang timbul). Jika

obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus

(jejunum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat konsten atau

menetap.

2) Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal

dan tidak terdapat flatus.

3) Umumnya gejala obstruksi berupa konstipasi yang berakhir pada

distensi abdomen, tetapi pada klien obstruksi partial bisa mengalami

diare.

4) Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi

sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong ke arah

mulut.

8

Page 9: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

5) Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi.

Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang terjadi,

semakin jelas adanya distensi abdomen.

6) Jika obstruksi usus terjadi terus dan tidak diatasi maka akan terjadi syok

hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan

manifestasi klinis takikardi dan hipotensi, suhu tubuh biasanya normal,

tapi kadang – kadang dapat meningkat. Demam menunjukkan obstruksi

strangulata.

7) Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan

peristaltic meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstruksi terus

berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya feces bercampur

darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya

keganasan dan intususepsi.

2.6 Komplikasi

a. Nekrosis usus

b. Perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama

pada organ intra abdomen.

c. Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga

terjadi peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen

d. Sepsis infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik

dan cepat.

e. Syok dehidrasi terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma

f. Abses sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi

g. Pneumonia aspirasi dari proses muntah

h. Gangguan elektrolit. Refluk muntah dapat terjadi akibat distensi

abdomen. Muntah mengakibatkan kehilangan ion hidrogen dan kalium

dari lambung, serta menimbulkan penurunan klorida dan kalium dalam

darah (Dermawan et al, 2010).

2.7 Penatalaksanaan

1. Konservatif

9

Page 10: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

a. Penderita dipuasakan.

b. Dekompresi dengan nasogastric tube yang panjang dari proksimal

usus ke area penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih

efektif dengan pasien berbaring miring ke kanan.

c. Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit:

1) Terapi Na+, K+, komponen darah

2) Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial

3) Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan

intraseluler

4) Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.

5) Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.

6) Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena

obstruksi kronik, ileus paralitik atau infeksi.

7) Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.

8) Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung

terlalu beresiko.

2. Medications

Antibiotics broad-spectrum untuk bacterial anaerobe dan aerobe.

Analgesic apabila nyeri. (Medlinux.com).

3. Surgery

Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu di

perhatikan:

a. Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.

b. Bagaimana keadaan atau fungsi organ vital lainnya, baik sebagai

akibat obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.10

Page 11: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

c. Apakah ada risiko strangulasi.

Indikasi intervensi bedah, antara lain:

a. Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus,

dan jenis obstruksi kolon.

b. Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik

untuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.

c. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik

bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi melalui laparotomi.

Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada

obstruksi ileus yang ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat,

angka kematiannya adalah 1% pada 24 jam pertama, sedangkan pada

strangulasi angka kematian tersebut 31%. Pada umumnya dikenal 4

macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi ileus.

a. Koreksi sederhana (simple correction).Hal ini merupakan tindakan

bedah sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya

pada hernia incarcerata non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi

atau pada volvulus ringan.

b. Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang

"melewati" bagian usus yang tersumbat, misalnya pada tumor

intralurninal, Crohn disease, dan sebagainya.

c. Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat

obstruksi, misalnya pada Ca stadium lanjut.

d. Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis

ujung-ujung usus untuk mempertahan kankontinuitas lumen usus,

misalnya pada carcinomacolon,invaginasi strangulata, dan

sebagainya.

11

Page 12: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

e. Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan

operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun

karena keadaan penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif,

mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari dilakukan

reseksi usus dan anastomosis.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan sinar-X terhadap abdomen akan menunjukkan kuantitas

abnormal dari gas dan/atau cairan dalam usus. Pemeriksaan laboratorium

(mis: pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukkan

gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dan kemungkinan

infeksi.

b. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau

lipatan sigmoid yang tertutup.

c. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah,

peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan

peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.

d. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.

2.9 WOC

12

Page 13: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

BAB 3

13

Perlekatan, hernia, tumor, intususepsi, dan volvulus

Refluks inhibisi retro spingter terganggu

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah

proksimal dari letak obstruksi

Klien rawat inap

Reaksi hospitalisasi

CEMAS

Spingter ani eksterna tidak relaksasi

Refluks lama dalam kolon dan rektum

KONSTIPASI

Distensi abdomen

Tekanan intra lumen ↑

Iskemia dinding usus

Metabolisme anaerob glukosa

Merangsang pengeluaran mediator kimia

Merangsang nyeri

NYERI

Merangsang saraf otonom mengaktivasi nosep

inephrin

Saraf simpatis terangsang untuk mengaktivasi RAS mengaktifkan kerja organ

tubuh

REM menurun

Pasien terjaga

GANGGUAN POLA TIDUR

Proliferasi bakteri yg berlangsung cepat

Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yg infark

Bakteri merangsang tubuh utk melepaskan zat pirogan

Impuls disampaikan ke hipotalamus bagian

termoregulator mll ductus torachious

HIPERTERMI

Kontraksi anular pilorus

Ekspalasi isi lambung ke esofagus

Gerakan isi lambung ke mulut

Mual/muntah

Intake kurang

NUTRISI TIDAK ADEKUAT

Kontraksi otot abdomen ke diafragma

Relaksasi otot diafragma terganggu

Clystre pernapasan

Ekspansi paru ↓

POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF

Kehilangan H2O dan elektrolit

RESIKO KURANG CAIRAN

Page 14: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas : Nama, umur, alamat, pekerjaan, status

perkawinan (umumnya terjadi pada semua umur, terutama dewasa

laki – laki maupun perempuan)

b. Keluhan Utama : nyeri pada perut sekitar umbilicus atau

sekitar epigasterium

c. Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri pada perut, muntah, konstipasi

(tidak dapat BAB dan flatus dalam beberapa hari)

d. Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya klien sebelumnya menderita

penyakit hernia, divertikulum.

e. Riwayat Penyakit Keluarga : Ada keluarga dengan riwayat atresia

illeum dan yeyenum.

f. Activity Daily Life

1) Nutrisi : Nutrisi terganggu karena adanya mual dan

muntah.

2) Eliminasi : Klien mengalami konstipasi dan tidak bisa

flatus karena peristaltik usus menurun/ berhenti.

3) Istirahat : Tidak bisa tidur karena nyeri hebat, kembung dan

muntah.

4) Aktivitas: Badan lemah dan klien dianjurkan untuk istirahat

dengan tirah baring sehingga terjadi keterbatasan aktivitas.

5) Personal Hygiene : klien tidak mampu merawat dirinya.

g. Pemeriksaan

1) Keadaan umum : Lemah, kesadaran menurun sampai syok

hipovolemia suhu meningkat (39oC), pernapasan meningkat

(24x/mnt), nadi meningkat (110x/mnt) tekanan darah (130/90

mmHg)

2) Pemeriksaan fisik ROS (Review Of System)

14

Page 15: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

a) Sistem kardiovaskular : tidak ada distensi vena jugularis,

tidak ada oedema, tekanan darah 130/90 mmHg, BJ I dan

BJ II terdengar normal

b) Sistem respirasi : pernapasan meningkat 24x/mnt, bentuk

dada normal, dada simetris, sonor (kanan kiri), tidak ada

wheezing dan tidak ada ronchi

c) Sistem hematologi : terjadi peningkatan leukosit yang

merupakan tanda adanya infeksi.

d) Sistem perkemihan : produksi urin menurun BAK <

500cc

e) Sistem musculoskeletal : badan lemah, tidak bisa

melakukan aktivitas secara mandiri

f) Sistem integumen : tidak ada oedema, turgor kulit

menurun, tidak ada sianosis, pucat

g) Sistem gastrointestinal : tampak mengembang atau

buncit, teraba keras, adanya nyeri tekan, hipertimpani,

bising usus > 12x/mnt, distensi abdomen.

Analisa Data

No

.

Data penunjang Etiologi Problem

1 DS:

Klien mengatakan sakit

pada abdomen

DO:

1.      Wajah nampak meringis

2.      Bising usus >12x/mnt

PnP: nyeri karena tekanan

intralumen

Q: nyeri seperti tertusuk

6.      R: nyeri di bagian

kuadran kanan bawah

7.      S: skala nyeri 7

Tekanan intralumen

meningkat

Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

15

Page 16: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

8.      T: nyeri kolik (hilang

timbul)

2 DS: pasien mengatakan

sering haus

DO:

1.     TTV tidak stabil (TD

>120/80 mmHg,

N:>100x/mnt, S: >38oC,

RR:>20x/mnt)

2.     Mata cowong

3.     Turgor kulit turun

4.     Membran mukosa bibir

kering

Kehilangan cairan

berlebih

Gangguan

keseimbangan cairan

dan elektrolit

3 DS: klien mengatakan

tidak nafsu untuk makan

DO:

1.      BB klien turun

2.      A: BB<45 kg, TB 165

cm

3.      B: Hb<12

4.      C: konjungtiva anemis

5.      D: Diet tinggi serat

Mual, muntah nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

4 DS: --

DO:

1.      Suhu tubuh >38oC

2.      Leukosit >11.000 µml

Komplikasi peritonitis

septikemia

3.2 Diagnosa keperawatan :

1.      Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peningkatan tekanan

intralumen

16

Page 17: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d

kehilangan cairan berlebih

3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual, muntah

4.      Resiko infeksi b/d komplikasi peritonitis septikemia

3.3 Perencanaan

Diagnosa 1

Tujuan: setelah di lakukan tindakan perawatan 1x24jam di harapkan gangguan

rasa nyaman (nyeri) dapat teratasi.

KH:

1.      Tidak ada tanda-tanda nyeri

2.      Skala nyeri (0-3).

3.      Ekspresi wajah rileks.

4.      TTV dalam batas normal (TD: 110/70-120/80 mmHg, N: 80-100x/mnt, RR: 16-

20x/mnt, S: 36,5-37,5 oC)

5.      Bising Usus normal (5-12x/menit)

No.Dx INTERVENSI RASIONAL

1 1.      Observasi tingkat nyeri

2.      Pantau status abdomen tiap 4 jam

3.      Dorong ambulasi dini dan hindari

duduk yang lama

4.      Pertahankan klien pada posisi semi

fowler

5.      Pertahankan puasa sampai bising

usus kembali, distensi abdomen

berkurang dan flatus keluar

1.      Memudahkan perawat dalam

menentukan tingkat nyeri

2.      Diduga inflamasi peritoneal,

memerlukan intervensi medis

yang cepat.

3.      Menurunkan kekakuan otot

dan sendi ambulasi atau

perubahan posisi sering

menurunkan tekanan perianal

4.      Menurunkan tekanan

diafragma yang terdorong oleh

organ visceral

5.      Memungkinkan makanan

peroral dengan tidak ada bising

usus akan meningkatkan distensi

17

Page 18: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

6.      Ajarkan teknik relaxasi dan

distraksi

7.      Kolaborasi: Berikan analgesik

sesuai indikasi dan evaluasi

keefektifannya

dan ketidaknyamanan

6.      Mengurangi nyeri dengan

mengalihkan perhatian klien ke

hal yang lain

7.      Menurunkan ambang nyeri dan

meningkatkan kenyamanan

Diagnosa 2

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam kebutuhan

cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara maksimal

KH:

1.      TTV dalam batas normal.

-          TD: 110/70-120/80 mmHg

-          N: 80-100x/mnt

-          RR: 16-20x /mnt

-          S: 36,5-37,5oC

2.      Turgor kulit normal (<2 detik)

3.      Membran mukosa bibir basah

4.      Mata tidak cowong

No.

Dx

INTERVENSI RASIONAL

2 1.      Observasi TTV

2.      kaji turgor kulit,kelembaban

membran mukosa (bibir, lidah)

1.      Peningkatan

suhu/memanjangnya demam

meningkatkan laju metabolik, TD

ortostatik berubah dan peningkatan

takikardia menunjukkan

kekurangan cairan sistemik

2.      Indikator langsung keadekuatan

volume cairan

18

Page 19: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

3.      Observasi intake dan output

4.      Berikan cairan tambahan

intravena sesuai indikasi

5.      Kolaborasi: pemberian cairan

parenteral, transfusi sesuai indikasi

3.      Indikator keseimbangan cairan

terutama kehilangan cairan

4.      Mengurangi sekresi lambung dan

mencuci elektrolit

5.      Pemenuhan kebutuhan dasar

cairan, menurunkan risiko

dehidrasi

Diagnosa 3

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5x24 jam nutrisi optimal

KH :         

1.      BB meningkat atau normal sesuai umur

2.      Nafsu makan meningkat

3.      Px tidak mengalami mual, muntah

No.

Dx

INTERVENSI RASIONAL

3 1.      Anjurkan pembatasan aktivitas

selama fase akut

2.      Anjurkan istirahat sebelum makan

3.      Tingkatkan diet oral baik cairan

maupun makanan rendah residu

4.      Konsultasi dengan ahli gizi

1.      Menurunkan kebutuhan

metabolik untuk mencegah

penurunan kalori dan simpanan

energi

2.      Menurunkan kebutuhan

metabolik untuk mencegah

penurunan kalori dan simpanan

energi

3.      Diet rendah residu dapat

dipertahankan 6 – 8 minggu untuk

memberikan waktu yang adekuat

untuk penyembuhan usus

4.      Mengkaji kebutuhan nutrisi

19

Page 20: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

Kolaborasi:

5.      Berikan obat sesuai indikasi:

Antimetik, mis: proklorperazin

(Compazine).

dalam perubahan pencernaan dan

fungsi usus

5.      Untuk mencegah mual dan

muntah

Diagnosa 4

Tujuan : setelah dilakukan tindakan 2x24 jam klien tidak menunjukkkan tanda

dan gejala infeksi.

KH:

1.      Suhu tubuh normal (36,5-37,5 oC)

2.      Leukosit normal 4.000-11000 µml

No.

Dx

INTERVENSI RASIONAL

4 1.      Pantau kualitas&intensitas nyeri,

observasi TTV, distensi abdomen

2.      Beri tahu segera bila nyeri

abdomen, suhu, lingkaran abdomen

terus meningkat.

3.      Siapkan pasien untuk pembedahan

bila direncanakan

4.      Ikuti kewaspadan umum (Cuci

tangan sebelum dan sesudah

perawatan

1.      deteksi dini terhadap potensial

masalah

2.      peningkatan suhu indikasi

perkembangan infeksi,

peningkatan lingkar abdomen

memungkinan penyakit

bertambah parah menjadi

peritonitis sehingga dapat

memperlambat pemulihan.

3.      Obstruksi vaskuler atau mekanis

umumnya memerlukan intervensi

bedah

4.      Menghindari dan melindungi

klien dari infeksi nosokomial.

20

Page 21: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

5.      Kolaborasi : Berikan obat

antibiotik sesuai indikasi 5.      Untuk membantu mengobati

atau mencegah infeksi dalam

perut

3.4 Evaluasi

Hasil yang diharapkan :

a. Sedikit mengalami nyeri

b. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

c. Memperoleh pemahaman dan pengetahuan tentang proses

penyakitnya

d. Mendapatkan nutrisi yang optimal

e. Tidak mengalami komplikasi

21

Page 22: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok

saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat secara

mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan.

Obtruksi usus halus adalah suatu kondisi penyumbatan patologis akibat

adanya kelainan mekanik pada usus halus. Adhesi, hernia,  neoplasma,

intususepsi usus halus, penyakit Crohn, volvulus, batu   empedu, striktur yang 

sekunder,penekanan eksternal oleh tumor,divertikulum Meckel,benda asing.

Manifestasi Klinik biasanya gejala awal biasanya berupa nyeri abdomen

sekitar umbilicus atau bagian epigasterium yang cenderung bertambah sejalan

dengan beratnya obstruksi dan bersifat intermiten (hilang timbul).

Komplikasi, nekrosis usus,perforasi usus dikarenakan obstruksi yang sudah

terjadi selalu lama pada organ intra abdomen, peritonitis karena absorbsi

toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi peradangan atau infeksi yang

hebat pada intra abdomen. Maka dilakukan penatalaksanaan secara konservatif

dan medical. Segera dilakukan asuhan keperawatan seperti pengakajian,

diagnosa,intervensi dan evaluasi.

4.2 Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Apabila ada kritik

dan saran dapt disampaikan kepada kelompok.

22

Page 23: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

DAFTAR PUSTAKA

Closky, Bulaceck G. 2000. Nursing intervention classification (NIC). Mosby:

Philadelphia

Dermawan, dkk. 2010. Keperawatan medika bedah sistem pencernaan.

Yogyakarta: Gosyen Publishing

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: EGC

Gibson, John. Fisiologi&Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. 2003. Jakarta:

EGC

Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

Suratun dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta : CV. Trans Info Media

23

Page 24: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obstruksi usus merupakan gangguan pada aliran normal atau suatu

blok saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat

secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau

tindakan. Obstruksi usus besar merupakan suatu kondisi penyumbatan

patologis akinbat adanya kelainan mekanik atau nonmekanik pada usus besar.

Obstruksi usus besar dapat disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomi,

seperti volvulus, hernia inkaraserata,striktur atau obstipasi. Kelainan

nonmekanik biasanya dihubungkan dengan kondisi pseudo-obstruksi

(McCowan, 2009)

Obstruksi usus besar atau intestinal mayor merupakan kegawatan

dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 85%% dari

seluruh kasus obstruksi usus yang ditemukan. Sisanya sebesar 15% adalah

obstruksi usus halus.

Obstruksi usus adalah penyakit yang sering terjadi. Untuk itu

kelompok membahas obstruksi usus besar agar mengetahui konsep umum

dan asuhan keperawatan kepada pasien dengan gangguan pencernaan

obstruksi usus besar.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa definisi obstruksi usus besar?

2) Bagaimana etiologi obstruksi usus besar?

3) Apa saja manifestasi klinis obstruksi usus besar?

4) Bagaimana patofisiologi obstruksi usus besar?

5) Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada obstruksi usus besar?

24

Page 25: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

6) Bagaimana penatalaksanaan pada obstruksi usus besar?

7) Apa saja komplikasi pada obstruksi usus besar?

8) Bagaimana WOC pada obstruksi usus besar?

9) Bagaimanakah asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan

Obstruksi usus besar?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Menjelaskan konsep dan asuhan keperawatan yang tepat untuk klien

dengan obstruksi usus besar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Menjelaskan definisi Obstruksi usus besar.

2) Menjelaskan apa yang menjadi etiologi obstruksi usus besar.

3) Menjelaskan apa sajakah manifestasi klinis dari obstruksi usus

besar.

4) Menjelaskan patofisiologi obstruksi usus besar.

5) Menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada obstruksi usus besar.

6) Menjelaskan penatalaksanaan untuk obstruksi usus besar.

7) Menjelaskan apa sajakah komplikasi dari obstruksi usus besar.

1.4 Manfaat

1) Mahasiswa dapat mengetahui definisi obstruksi usus besar.

2) Mahasiswa dapat mengetahui apa yang menjadi etiologi dari obstruksi

usus besar.

3) Mahasiswa dapat mengetahui apa saja manifestasi klinis dari obstruksi

usus besar.

25

Page 26: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

4) Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi obstruksi usus besar.

5) Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan diagnostik pada obstruksi usus

besar.

6) Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan untuk obstruksi usus besar.

7) Mahasiswa dapat mengetahui apa saja komplikasi dari obstruksi usus

besar.

26

Page 27: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Usus Besar

Panjang usus besar bervariasi, berkisar sekitar 150 cm. Dapat

dibedakan dari usus halus dengan ukurannya yang lebih besar dan adanya

taenia coli dan appendices epiploicae. Taenia coli adalah 3 pita serat otot

longitudinal pada bagian luar colon dan memendek daripada seluruh dinding

usus menyebabkan gambaran sakulasi atau berkerut. Appendiks dan rectum

tidak memiliki taenia coli. Appendices epiploicae adalah umbai peritoneum

yang mengandung lemak pada permukaan caecum.

Usus besar terdiri dari caecum, appendix, colon ascendens, colon

transversum, colon descendens, colon sigmoid (pelvicum), rectum dan canalis

analis.

a. Caecum

27

Page 28: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

Caecum adalah kantong lebar, terletak pada fossa iliaca dextra. Ileum

memasuki sisi kirinya pada lubang ileosekal, celah oval yang dikontrol

oleh sfingter otot. Appendiks membuka ke dalam caecum di bawah lubang

ileosekal. Caecum berlanjut ke atas sebagai colon ascendens.

b. Appendiks

Appendiks adalah tonjolan seperti cacing dengan panjang sampai 18 cm

dan membuka pada caecum pada sekitar 2,5 cm di bawah katup ileosekal.

Appendiks memiliki lumen yang sempit. Lapisan submukosanya

mengandung banyak jaringan limfe. Appendiks berhubungan dengan

mesenterium ileum oleh mesenterium pendek berbentuk segitiga yang di

dalamnya berjalan pembuluh darah dan pembuluh limfe appendicular.

Posisinya bervariasi, berdasarkan frekuensi letaknya (di belakang caecum,

di bawah caecum atau menggantung ke dalam pelvis, di depan atau

belakang ujung ileum, di depan caecum.

Gambaran klinis, appendisitis adalah inflamasi appendiks. Penyebabnya

biasanya tidak diketahui, tetapi sering mengikuti sumbatan lumen. Pada

appendisitis akuta, appendiks menjadi merah dan membengkak, dapat

28

Page 29: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

berlanjut menjadi ganggrenosa, atau dapat berulserasi dan menyebabkan

peritonitis atau abses appendiks.

c. Colon ascendens

Colon ascendens membentang dari caecum pada fossa iliaca dextra ke sisi

kanan abdomen sampai flexura colica dextra di bawah lobus hepatis

dexter.

d. Colon transversum

Pada flexura colica dextra colon membelok ke kiri dengan tajam dan

menyilangi abdomen sebagai colon transversum dalam lengkungan yang

dapat menggantung lebih rendah daripada umbilikus, dan naik pada sisi

kiri berakhir pada flexura colica sinistra di bawah lien.

e. Colon descendens

Pada flexura colica sinistra, colon membelok kembali berjalan ke bawah

pada sisi kiri abdomen sampai tepi pelvis, tempat colon berlanjut sebagai

colon sigmoid.

f. Colon sigmoid (pelvicus)

Colon sigmoid memiliki beberapa lengkungan didalam pelvis dan berakhir

pada sisi yang berlawanan dengan pertengahan sacrum tempatnya

berhubungan dengan rectum.

g. Rectum

Rectum memiliki panjang sekitar 12 cm dan mendapat namanya karena

berbentuk lurus atau hampir lurus. Rectum dimulai pada pertengahan

sacrum dan berakhir pada canalis analis.

2.2 Definisi

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang

traktus intestinal (Nettina, 2001).

29

Page 30: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

Obstruksi usus besar adalah suatu kondisi penyumbatan patologis

akibat adanya kelainan mekanik atau fungsional pada usus besar.

2.3 Etiologi

1. Tumor atau polip.  Tumor yang ada pada dinding usus meluas ke lumen

usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan pada dinding usus

2. Karsinoma

3. Divertikulitis. Terjadi penumpukan sisa makanan dan menyebabkan

peradangan.

4. Hernia. Hernia bisa menyebabkan obstruksi apabila hernia mengalami

strangulasi dari kompresi sehingga bagian tersebut tidak menerima supply

darah yang cukup. Bagian tersebut akan menjadi edematosus kemudian

timbul necrosis.

5. Volvulus. Merupakan usus yang terpuntir sedikitnya sampai dengan 180

derajat sehingga menyebabkan obstruksi usus dan iskemia, yang pada

akhirnya bisa menyebabkan gangrene dan perforasi jika tidak segera

ditangani karena terjadi gangguan supply darah yang kurang .

2.4 Patofisiologi

Obstruksi mekanis dan pseudo-obstruksi dari usus besar menyebabkan

pelebaran usus di bagian proksimal dari lesi obstruksi. Hal ini menyebabkan

edema mukosa dan gangguan aliran darah vena dan arteri ke usus. Edema dan

iskemia usus meningkatkan permebilitas mukosa usus, yang dapat

mengakibatkan translokasi bakteri, sepsis ,dehidrasi, dan gangguan elekrolit.

Iskemia yang berlanjut pada nekrosis dinding usus akan meningkatkan resiko

perforasi dan peristonitis. (Khan,2009)

2.5 Manifestasi Klinik

1. Nyeri perut bagian bawah yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama

dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.

30

Page 31: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

2. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada

klien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi

gejala satu – satunya selama beberapa hari.

3. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi

dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen.

4. Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah

2.6 Komplikasi

1. Asidosis metabolik

2. Dehidrasi (pada obstruksi usus besar)

3. Ketidakseimbanganelektrolit

4. Syok

5. Perforasi

2.7 Penatalaksanaan

1. Konservatif

a. Puasa

b. Penghisapan nasointestinal

c. Cairan parenteral denganelektrolit, antibiotk, dan vitamin

d. Analgesik

2. Operasi

a. Cairan parenteral denganelektrolit

b. Aspirasi selang nasogastrik

c. Pemasangan kateter uretra

d. Puasa dilanjutkan dengan diet yang diprogramkan

e. Analgesik, antibiotic, vitamin

f. Terapioksigen

Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat

dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi,

pembukaan secara bedah yang dibuat pada sekum, dapat dilakukan pada

pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan

31

Page 32: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

pengangkatan obstruksi. Prosedur ini memberikan jalan keluar untuk

mengeluarkan gas dan sejumlah kecil rabas. Selang rektal dapat digunakan

untuk dekompresi area yang ada dibawah usus.

Tindakan yang biasanya dilakukan, adalah reseksi bedah untuk

mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara atau permanen

mungkin diperlukan. Kadang-kadang anastomosis ileoanal dilakukan bila

pengangkatan keseluruhan usus besar diperlukan. Pada kondisi ini meliputi

diet tinggi kalori dan/ atau protein, pemberian makan enteral atau parenteral,

koreksi anemia dan defisiensi vitamin, obat dire, kortikosteroid,

aminosalisilat ( mis., sulfasalazin atau mesalazin), imunosupresan azatioprin,

serta antimikroba metrodinazol. Saat ini, diperkenalkan pengobatan dengan

antibodi monoklonal untuk penyakit Chron berat. Pembedahan diindikasikan

jika pengobatan medis gagal mengobati komplikasi, seperti obstruksi.

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan simtomatologi dan sinar-X. Sinar-X abdomen (datar dan

tinggi) akan menunjukkan distensi kolon. Pemeriksaan barium

dikontraindikasikan.

32

Page 33: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

2.9 WOC

33

Page 34: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

a. Identitas : Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan, jenis

kelamin, agama, pendidikan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor

registrasi, diagnosa medic.

b. Keluhan Utama : nyeri

P: nyeri karena tekanan intralumen

Q: nyeri seperti tertusuk

R: nyeri di bagian kuadran kanan bawah

S: skala nyeri 7

T: nyeri kolik (hilang timbul)

c. Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri abdomen, Distensi abdomen,

muntah, dehidrasi.

d. Riwayat Penyakit Dahulu : Penyakit yang dahulu pernah diderita oleh

klien, apakah ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang. Apakah

sebelumnya pernah menderita penyakit seperti ini.

e. Riwayat Penyakit Keluarga : Apakah di dalam keluarga ada yang

menderita penyakit seperti yang klien derita saat ini ( Obstruksi usus

besar).

f. Pengkajian fisik

1) Tanda-Tanda Vital

Kaji penurunan dan peningkatan tekanan darah, denyut nadi, nafas,

dan suhu.

2) Keadaan umum klien34

Page 35: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

Observasi keadaan klien, apakah ada kelamahan fisik, nyeri, demam,

tanda-tanda dehidrasi.

g. Sistem pernafasan : distensi abdomen menimbulkan tekanan diafragma,

menghambat pengembangan rongga dada sehingga sering ditemukan sesak

nafas pada pasien dengan obstruksi usus.

h. Sistem kardiovaskuler : adanya sianosis, diaporesis, takikardi pada pasien

obstruksi usus.

i. Sistem pencernaan : keadaan pencernaan pada pasien dengan obstruksi

usus terdapat anoreksia dan malaise, kegagalan dalam mengeluarkan feses

j. Sistem musculoskeletal : pasien obstruksi usus tidak terdapat keluhan pada

system ini

No Data fokus Penyebab Masalah

1. DS = pasien  mengatakan nyeri dibagian

operasi dan pasien merasa tidak bisah

istrhat dengan tenang.

DO = pasien tampak menahan rasa sakit

dengan wajah terlihat meringis, skala

nyeri 7, terdapat jahitan luka sebanyak

14.

Distensi abdomen

pembedahan

Nyeri

2. DS = pasien mengatakan bahwa, merasa

pusing, mual muntah, dan merasa

seluruh tubuh dinging sejak kembali dari

ruangan operasi

DO = kelihatan pasien sangat lemah dan

badan sangat kurus tangan dan kaki 

kedingian    membran mukosa kering, 

turgor kulitnya sangat tipis

kehilangan darah

abnormal, kehilangan

cairan abnormal,

status puasa, mual dan

muntah.

Defisit volume

cairan

3. DS=  pasien mengatakan  nafsu

makannya sangat menurung dan tidak

bisa menelan makanan karena sering

Mual muntah Gangguan nutrisi

kurang dari

kebutuhan tubuh

35

Page 36: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

mual dan muntah dan pusing

DO = pasien terlihat lemas, ,

konjungtiva anemis,

3.2 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan distensi abdomen pembedahan.

2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah abnormal,

kehilangan cairan abnormal, status puasa, mual dan muntah.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah.

3.3 Perencanaan

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan dan kteiteria

hasil

Intervensi

keperawatan

Rasionalisasi

1 Nyeri

berhubungan

dengan distensi

abdomen

pembedahan.

tujuan : setelah

melakukan

tindakan 

keperawatan

diharapkan nyeri

yang diderita pasien

dapat diatasi.

Kriteria hasil:

-   Klien melaporkan

nyeri berkurang

atau hilang

-   Klien tampak

rileks

-Kaji secara

komprehensif

kondisi nyeri

termasuk

lokasi,

karakteristik,

onset, durasi,

frekuensi,

kuantitas atau

kualitas

nyeri, dan

faktor

presipitasi

atau

pencetus.

- Instruksikan

pasien untuk

melaporkan

nyeri bila

1. Menghilangkan rasa nyeri dan

menghilangkan mual

2. Dengan mengkaji skala nyeri bisa

mengetahui tingkat gangguan rasa nyeri

pasien

3.Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri

serta dengan lokasi area nyeri tentang

faktor dan waktu terjadinya rasa nyeri.

36

Page 37: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

sangat hebat.

2 Defisit volume

cairan

berhubungan

dengan

kehilangan darah

abnormal,

kehilangan cairan

abnormal, status

puasa, mual dan

muntah.

Tujuan:

Setelah melakukan

tindakan

diharapkan

mengembalikan 

cairan tubuh yang

telah hilang.

Kriteria hasil:

-  Pasien menunjukan

tanda vital stabil

-Monitor dan

perbaiki

intake output,

antara setiap

jam.

-Monitor

hasil

laboratorium

sesuai

indikasi.

-Untuk memberikan cairan sesuai

dengan kebutuhan

-mengidentifikasi kekurangan cairan

dan untuk menentukan jumlah koreksi

cairan

-untuk menjaga dan menambah

kebutuhan

3. Nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh

berhubungan

dengan mual,

muntah,

Tujuan:

Setelah melakukan

tndakan diharapkan

mual muntah dan

nafsu makan klien

Kriter hasil

-   Berat badan ideal

sesuai dengan

tinggi badan

-   Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

-Monitor

kadar

elektrolit

-Monitor

jumlah nutrisi

dan

kandungan

kalori

Dapat menambah nafsu makan pasien

Dapat mengkomsumsi dengan baik

3.4 Evaluasi

1. Pasien mengatakan nyeri dibgian operasinya dapat menurung sedikit  dan 

bisa istrihat dengan tenang. Masalah nyeri teratasi sebagian program terapi

untuk nyeri tetap dilanjutkan.

2. Pasien mengatakan tidak mual dan pusing lagi dan tidak trjadi kedingianan

pada suhu tubuh. Masalah cairan tubuh dapat teratasi sebagian program

37

Page 38: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

terapi untuk cairan tubuh tetap dilanjutkan.

3. Pasien mengatakan bahawa, pasien mulai lahap dan menghisap makanan

dengan baik dan tidak terjadi lagi mual, muntah, dan nafsu makan pasien

mulai membaik. Masalah nutrisi dan mual muntah  dapat teratasi, Program

terapi untuk nutrisi mual muntah dapt hentikan.

BAB 4

PENUTUP

38

Page 39: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

4.1 Kesimpulan

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal atau suatu blok

saluran usus yang menghambat pasase cairan, flatus dan makanan dapat

secara mekanis atau fungsional yang segera memerlukan pertolongan atau

tindakan. obstruksi usus besar adalah suatu kondisi penyumbatan patologis

akibat adanya kelainan mekanik atau non mekanik pada usus

besar.Adhesi,hernia, tumor atau polip,volvulus,intususepsi. Manifestasi klinik

obstruksi usus besar diantaranya nyeri perut yang bersifat kolik dalam

kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya jauh

lebih rendah, muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten.

Pada klien dengan obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi

gejala satu – satunya selama beberapa hari.

Komplikasi diantaranya dehidrasi, ketidakseimbanganelektrolit,

asidosis metabolik, syok, perforasi. Maka dilakukan penatalaksanaan secara

konservatif dan medical. Segera dilakukan asuhan keperawatan seperti

pengakajian, diagnosa,intervensi dan evaluasi.

4.2 Saran

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Kritik dan saran

dapat disampaikan kepada kelompok.

DAFTAR PUSTAKA

39

Page 40: (4) Revisi Makalah2 Obsturksi-fix 2

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien. Jakarta: EGC

Gibson, John. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat Edisi 2. 2003. Jakarta:

EGC

Sabiston, David C. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC

Suratun dan Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

Gastrointestinal. Jakarta : CV. Trans Info Media

Tucker, Martin Susan et al. .Standar Perawatan Pasien: Proses Keperawatan,

Diagnosis, Dan Evaluasi.1998. Jakarta: EGC

40