Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
Universitas Kristen Petra
4. PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Awal Perusahaan
PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang air minum dalam
kemasan. Jenis kemasan yang diproduksi ada tiga, yaitu cup, botol, dan galon.
Untuk botol ada tiga ukuran yang digunakan, yaitu 330 ml, 600 ml, dan 1500 ml.
PT. X ini memiliki beberapa departemen yang memiliki tugas masing-masing,
yaitu departemen AMDK (air minum dalam kemasan), departemen filling dan
packing, departemen pembersihan galon, departemen pembuatan galon, dan
departemen quality control. Departemen AMDK, departemen filling dan packing
khusus untuk menangani produksi jenis small pack, sedangkan departemen
pembersihan galon, dan departemen pembuatan galon khusus untuk produksi jenis
large pack. Departemen QC ini bertugas untuk memeriksa kemasan yang berasa
dari departemen AMDK dan galon dari departemen pembuatan galon. Operation
Process Chart untuk departemen AMDK, departemen filling dan packing dapat
dilihat pada Lampiran 1, 2, 3, dan 4.
4.1.1 Proses Produksi Air Minum Cup
Alur produksi untuk produksi cup dapat dilihat pada penjelasan di bawah
ini
Proses peleburan
Bijih plastik yang berasal dari sisa hasil produksi dan bijih plastik yang
berasal dari supplier dilebur menjadi satu. Bijih plastik yang telah dilebur tersebut
nantinya akan dijadikan plastik dalam bentuk rol. Plastik dalam bentuk rol ini
memiliki ketebalan 0,1 – 0,2 mm.
Proses penggulungan
Bijih plastik yang sudah dilebur dan berupa lembaran digulung menjadi
bentuk rol. Setiap rol dapat dipakai untuk membuat sekitar 2.000 lebih cup.
Proses heating dan blowing
Bijih plastik yang telah dijadikan lembaran dalam bentuk rol akan
diproses lagi. Pada proses ini lembaran plastik yang berupa rol-rolan akan
11
Universitas Kristen Petra
dimasukkan ke dalam mesin. Dalam mesin tersebut plastik yang berupa lembaran
akan dipanaskan dan kemudian akan diblowing sesuai dengan ukuran gelas jenis
cup yang diproduksi. Selama proses berlangsung operator yang bertugas juga
melakukan QC apabila ada cup yang cacat.
Proses pengemasan
Proses pengemasan disini untuk menyiapkan sebelum cup dikirimkan ke
departemen filling dan packing. Gelas cup yang telah selesai diproses akan
dikemas dalam plastik besar yang berisi 5.000 cup setiap plastik.
Inspeksi perusahaan
Gelas cup yang sudah dikemas dalam plastik akan dikirimkan ke
departemen QC apabila ada permintaan produksi dan diperiksa menggunakan
military standard.
Proses filling
Gelas yang sudah lolos uji dari departemen QC akan dikirimkan ke
departemen filling dan packing. Proses pertama yang dilakukan adalah pencucian
gelas dan penyinaran sinar ultra violet untuk mematikan bakteri-bekteri yang ada.
Gelas cup yang sudah melakukan proses pembersihan tersebut kemudian diisi
dengan air yang telah melalui proses-proses pembersihan sebelumnya.
Proses sealing
Gelas cup yang sudah tersisi air kemudian akan ditutup dengan lid.
Proses ini dinamakan sealing. Untuk menutup gelas tersebut dengan lid digunakan
mesin heater dengan suhu 220oC – 240
oC. Pada tahap ini juga dilakukan
pemeriksaan 100% langsung oleh operator yang bertugas.
Proses coding
Gelas yang sudah tertutup oleh lid akan diberi kode tanggal produksi dan
tanggal expired dengan menggunakan mesin printing.
Proses pengemasan
Produk cup yang sudah diberi kode akan dimasukkan dalam kardus-
kardus yang berisi 48 cup setiap kardusnya. Pada tahap ini juga dilakukan 100%
inspection oleh operator yang bertugas di lapangan.
12
Universitas Kristen Petra
4.1.2 Proses Produksi Botol
Alur produksi untuk produksi botol dapat dilihat pada penjelasan di
bawah ini
Proses heating dan blowing
Botol PET yang telah dipesan dari supplier akan dikirimkan ke
departemen AMDK. Botol PET tersebut akan diproses untuk menjadi botol
tergantung dari ukurannya. Untuk setiap kemasan botol memiliki tinggi botol dan
ketebalan yang berbeda tergantung dari berapa mililiter kemasan yang ingin
diproduksi. Botol PET tersebut akan dimasukkan ke dalam mesin heating dan
blowing. Didalam mesin tersebut neck dari botol tersebut akan dijepit, sedangkan
badan botol akan dipanaskan sehingga menjadi lunak. Badan botol yang lunak
tersebut akan diblowing sesuai dengan bentuk matras. Gambar dari botol PET
dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Contoh Botol PET
Proses pengemasan
Proses pengemasan disini untuk menyiapkan sebelum botol dikirimkan
ke departemen filling dan packing. Botol yang telah selesai diproses akan dikemas
dalam plastik yang berisi 500 botol setiap plastik.
13
Universitas Kristen Petra
Inspeksi perusahaan
Botol yang sudah dikemas dalam kardus akan dikirimkan ke departemen
QC apabila ada permintaan produksi dan diperiksa menggunakan military
standard.
Proses pencucian
Botol dan cap yang telah dikirim dari departemen QC akan diproses di
departemen filling dan packing. Proses pertama yang dilakukan adalah pencucian
dair kotoran-kotoran yang menempel pada botol dan cap. Pada proses ini juga
dilakukan penyinaran ultra violet untuk mematikan bakteri-bakteri.
Proses filling dan capping
Botol yang sudah dicuci akan diisi dengan air yang sudah disterilkan
sebelumnya. Botol yang sudah terisi dengan air akan dipasang tutupnya dengan
cara dipanaskan. Setelah tutup botol menyatu operator juga langsung mengecek
apakah tutupnya sudah pas dengan ulirnya atau los.
Proses labeling dan sealing
Botol yang sudah terisi air dan ada tutupnya akan disegel dengan
menggunakan plastik. Proses sealing dilakukan dengan cara dipanaskan. Letak
dari pengaman adalah dibawah cap dan nantinya akan menempel dengan cap
sebagai pengaman. Setelah segel rekat maka operator akan memasukkan label ke
bagian perut botol untuk diproses lebih lanjut. Pada tahap ini operator juga
melakukan inspeksi secara langsung untuk mengetahui apakah segel sudah
terpasang dengan benar atau tidak.
Proses coding
Botol yang sudah melalui proses sealing dan labeling ini akan diberi
kode produksi dan tanggal expired menggunakan mesin printing.
Proses shrink labeling
Botol yang sudah diberi kode dan ada label dibagian badannya akan
dipanaskan menggunakan mesing heater. Label yang sudah terpasang tersebut
akan direkatkan menggunakan suhu panas. Pada proses ini operator juga
melakukan pengecekan secara langsung apakah label yang ada sudah rekat secara
sempurna.
14
Universitas Kristen Petra
Proses pengemasan
Produk botol yang sudah melalui proses untuk dapat dipasarkan ke
konsumen akan dimasukkan dalam kardus-kardus yang berisi 24 botol setiap
kardusnya. Pada tahap ini juga dilakukan 100% inspection oleh operator yang
bertugas di lapangan.
4.2 Sistem Quality Control Perusahaan
Sistem QC perusahaan saat ini menggunakan dua cara, yaitu: 100%
inspection yang dilakukan langsung oleh operator yang bertugas di lapangan dan
QC yang dilakukan di departemen QC. QC yang dilakukan oleh operator langsung
terdapat pada departemen AMDK dan departemen filling dan packing, sedangkan
QC yang dilakukan di departemen QC hanya terjadi pada saat ada permintaan cup
atau botol dari departemen filling dan packing. QC yang dilakukan oleh operator
di departemen AMDK dan departemen filling dan packing dilihat pada Tabel 4.1.
Berikut adalah keterangan untuk kode yang digunakan pada Tabel 4.1:
AMDK = Air minum dalam kemasan
FP = Filling dan packing
HB = Heating dan blowing
F = Filling
S = Sealing
FC = Filling dan capping
LS = Labeling dan sealing
SL = Shrink labeling
P2 = Pengemasan di departemen filling dan packing
15
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Karakteristik Kualitas dan Titik Potensial untuk Air Minum Jenis Cup dan Botol
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan
Metode
pengukuran
Titik
pengecekan
Departemen Proses
Cup
1 Fisik cup
Berat
(3,3 – 3,7 gram)
Berat > (3,3 – 3,7 gram) Timbangan digital,
dirasakan
QC,
operator
AMDK, QC,
FP HB, P2
Berat < (3,3 -3,7 gram)
Tinggi
(98 – 100 mm)
Tinggi > (98 – 100 mm) Jangka sorong QC QC -
Tinggi < (98 – 100 mm)
Diameter atas dalam
(65 – 66 mm)
Diameter atas dalam > (65 – 66 mm)
Jangka sorong QC QC - Diameter atas dalam < (65 – 66 mm)
Diameter atas luar
(73 – 74 mm)
Diameter atas luar > (73 – 74 mm)
Jangka sorong QC QC - Diameter atas luar < (73 – 74 mm)
2 Kebersihan
cup Putih bening Kemasan kotor Visual
QC,
operator
AMDK, QC,
FP HB, F
3 Bibir cup Bibir cup rata Bibir cup bergelombang Visual QC,
operator
AMDK, QC,
FP HB, S
4 Lid cup
Ukuran rol
(750x0,72 meter) (p x l)
Ukuran rol > (750x0,72 meter) (p x l)
Meteran QC QC - Ukuran rol < (750x0,72 meter) (p x l)
Jarak gambar
(96x88 mm) Lid miring
Jangka sorong,
visual
QC,
Operator QC, FP S
Diameter gambar
(62 mm)
Diameter gambar > (62 mm)
Jangka sorong QC QC - Diameter gambar < (62 mm)
16
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Karakteristik Kualitas dan Titik Potensial untuk Air Minum Jenis Cup dan Botol (sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Metode pengukuran
Titik
pengecekan Departemen Proses
Cup 4 Lid cup
Desain/warna sesuai
contoh
Desain/warna sesuai contoh Visual QC QC -
Kondisi fisik (bersih dan
tidak kusut) Kondisi fisik kotor dan kusut Visual QC QC -
Botol
1 Fisik botol
Berat
(12 – 16 gram)
Berat > (12 – 16 gram) Timbangan digital,
dirasakan
QC,
operator
AMDK,
QC, FP HB, P2
Berat < (12 – 16 gram)
Tinggi
(224 – 226 mm)
Tinggi > (224 – 226 mm) Penggaris QC QC -
Tinggi < (224 – 226 mm)
Diamter atas dalam
(25 mm)
Diamter atas dalam > (25 mm) Jangka sorong QC QC -
Diamter atas dalam < (25 mm)
Diameter atas luar
(30 mm)
Diameter atas luar > (30 mm) Jangka sorong QC QC -
Diameter atas luar < (30 mm)
2 Bawah
botol Rapat Bocor Ditekan, visual
QC,
operator QC, FP FC
3 Kebersihan
botol Putih bening Kemasan kotor Visual
QC,
operator
AMDK,
QC, FP
HB,F
C,
LS,
SR
4 Cap botol
Berat
(1,5 – 1,9 gram)
Berat > (1,5 – 1,9 gram) Timbangan digital QC QC -
Berat < (1,5 – 1,9 gram)
Tinggi
(16 – 18 mm)
Tinggi > (16 – 18 mm) Jangka sorong QC QC -
Tinggi < (16 – 18 mm)
luar atas
(32 – 33 mm)
Ulir tidak pas Jangka sorong, ditekan QC,
operator QC, FP FC
dalam atas
(29,2 – 29,4 mm)
dalam dalam
(25,2 – 25,4 mm)
17
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.1 Karakteristik Kualitas dan Titik Potensial untuk Air Minum Jenis Cup dan Botol (sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Metode pengukuran
Titik
pengecekan
Departeme
n Proses
Botol 4 Cap botol Kondisi baik Pesok Visual QC,
operator QC, FP FC
18
Universitas Kristen Petra
Kemasan jenis cup dan botol memiliki karakteristik kualitas masing-
masing. Karakteristik untuk kemasan jenis cup ada empat poin, yaitu: fisik cup,
kebersihan cup, bibir cup, dan lid cup. Setiap karakteristik kualitas memiliki jenis
kecacatan dan metode pengukuran yang berbeda-beda. Ada dua titik pengecekan
yang dilakukan. Titik pengecekan yang pertama dilakukan di departemen QC,
sedangkan titik pengecekan lainnya dilakukan oleh operator yang bertugas
langsung di lapangan dengan cara 100% inspection. Jenis kecacatan berat
lebih/kurang dari standar, kemasan kotor, bibir cup bergelombang titik
pengecekannya dilakukan di departemen AMDK, QC dan filling dan packing.
Jenis kecacatan berat lebih/kurang dari standar dapat diketahui di departemen
AMDK pada proses heating dan blowing, sedangkan pada departemen filling dan
packing diproses pengemasan. Jenis kecacatan kemasan kotor, bibir cup
bergelombang terjadi di departemen AMDK pada proses heating dan blowing,
sedangkan pada departemen filling dan packing diproses filling, dan sealing. Jenis
kecacatan lid miring terjadi terjadi di departemen filling dan packing pada proses
sealing.
Karakteristik untuk kemasan jenis botol juga memiliki empat poin, yaitu:
fisik botol, bawah botol, kebersihan botol, dan cap botol. Setiap karakteristik
kualitas memiliki jenis kecacatan dan metode pengukuran yang berbeda-beda.
Jenis kecacatan berat lebih/kurang dari standar, dan kemasan kotor titik
pengecekannya dilakukan di departemen AMDK, QC, dan operator. Bawah botol
bocor, ulir tidak pas, dan cap botol pesok titik pengecekannya dilakukan di
departemen QC, dan operator. Jenis kecacatan berat lebih/kurang dari standar
dapat diketahui di departemen AMDK pada proses heating dan blowing,
sedangkan pada departemen filling dan packing pada proses pengemasan. Jenis
kecacatan ulir tidak pas, dan cap botol pesok terjadi di departemen filling dan
packing pada proses filling dan capping. Jenis kecacatan bawah botol bocor dapat
diketahui di departemen filling dan packing pada proses filling dan capping. Jenis
kecacatan kemasan kotor dapat diketahui di departemen AMDK pada proses
heating dan blowing, sedangkan di departemen filling dan packing pada proses
filling dan capping, labeling dan sealing, shrink labeling.
19
Universitas Kristen Petra
Karakteristik kualitas pada Tabel 4.1 ini juga digunakan sebagai tolak
ukur untuk menentukan cup, botol, lid cup, dan tutup botol yang akan dipakai
untuk diproduksi apakah baik atau tidak di departemen QC. Sistem QC yang
digunakan perusahaan saat ini menggunakan military standard dengan kriteria
yang dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel military standart yang digunakan
merupakan adaptasi dari military standart 105E, tetapi jumlah barang, sampel
yang diuji, tingkat penerimaan, dan tingkat penolakan berdasarkan kebutuhan dari
perusahaan. Jumlah barang, sampel yang diuji, tingkat penerimaan, dan tingkat
penolakan yang digunakan bukan berdasarkan military standart 105E, tetapi
hanya mengadaptasi pengaplikasiaannya. Angka-angka yang digunakan untuk
military standart perusahaan ini didapatkan dengan mempertimbangkan biaya
yang dikeluarkan dan juga jumlah barang yang diproduksi agar tidak terlalu
memakan biaya terlalu banyak untuk inspeksi saja.
Tabel 4.2 Tabel Military Standart Perusahaan
Jumlah barang
(buah)
Sampel yang diuji
(buah)
Tingkat penerimaan
(buah)
Tingkat penolakan
(buah)
2 – 50 2 1 2
51 – 500 3 1 2
501 – 35000 5 2 3
35001 – LEBIH 8 3 4
Pengecekan yang dilakukan oleh departemen QC hanya terjadi apabila
ada permintaan dari departemen filling dan packing. Permintaan tersebut
kemudian diproses dan dikirmkan ke departemen AMDK. Departemen AMDK
akan mengirimkan cup/botol yang diminta oleh departemen filling dan packing
sesuai dengan jumlah yang diminta ke departemen QC.
Pengecekan yang dilakukan di departemen QC ini juga berlaku untuk
material yang dipesan melalui supplier juga. Cara pengecekan yang dilakukan
untuk barang yang dipesan melalui supplier juga sama dengan cara pengecekan
20
Universitas Kristen Petra
yang dilakukan oleh departemen QC untuk material-material yang dibuat sendiri
oleh perusahaan.
Cara penggunaan dari tabel military standart pada Tabel 4.2 adalah
sebagai berikut. Setiap cup, botol, lid cup, dan tutup botol yang datang ke
departemen qc akan diperiksa dengan cara mengambil sampel. Sampel yang
diambil berdasarkan jumlah kemasan yang berasal dari departemen AMDK
dengan tingkat penerimaan dan tingkat penolakan yang dapat dilihat pada Tabel
4.2. Lot yang tertolak akan dikembalikan ke departemen AMDK dan menyuruh
untuk lebih berhati terhadap kecacatan yang ditemukan pada sampling yang
diambil. Lot yang tertolak tersebut nantinya akan dikembalikan lagi ke
departemen QC dan diperiksa dengan cara 100% inspection. Jenis kemasan cup
yang diperiksa meliputi berat, kebersihan kemasan, dan bibir cup untuk cup,
sedangkan untuk lid yang tertolak pemeriksaan hanya pada jarak antar Gambar.
Jenis kemasan botol yang diperiksa meliputi berat, bawah botol, dan kebersihan
kemasan untuk botol, sedangkan untuk cap botol yang tertolak pemeriksaan
meliputi luar atas, dalam atas, dalam dalam, dan kondisi cap pesok atau tidak.
Pemeriksaan lot yang tertolak tersebut dilakukan oleh pihak QC pada jam-jam
menganggur. Cup dan botol yang telah diterima dari pemeriksaan lot jelek
tersebut akan dikirimkan ke departemen filling dan packing jika ada permintaan.
Sistem yang ada saat ini sebetulnya juga memiliki kelemahan, barang
yang cacat bisa saja lolos dari QC. Hal ini dapat terjadi pada saat lot yang berisi
barang cacat tersebut lolos dari kriteria military standard yang digunakan,
sehingga barang cacat tersebut baru dapat diketahui di proses berikutnya.
Pemeriksaan yang dilakukan baik oleh operator maupun staf QC adalah
jika ditemukan satu saja jenis kecacatan pada cup, botol, lid cup, dan cap botol
yang diperiksa, maka barang tersebut dianggap cacat tanpa memperhatikan
apakah barang tersebut memiliki jenis kecacatan yang lain.
4.3 Jumlah Produk Cacat
Jumlah produk cacat yang terjadi di PT. X ini dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu jumlah produk cacat yang terjadi pada departemen AMDK
sampai dengan QC perusahaan dan jumlah produk cacat yang terjadi pada
21
Universitas Kristen Petra
departemen filling dan packing. Jumlah produk cacat yang terjadi pada
departemen AMDK sampai dengan departemen QC dapat dilihat pada Tabel 4.3.
22
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Departemen AMDK sampai Departemen QC Pada Tahun 2010
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Jumlah produk cacat (buah)
Cup
1 Fisik cup
Berat
(3,3 – 3,7 gram)
Berat > (3,3 – 3,7 gram) 44.449
Berat < (3,3 -3,7 gram) 66.674
Tinggi
(98 – 100 mm)
Tinggi > (98 – 100 mm) 0
Tinggi < (98 – 100 mm)
Diameter atas dalam
(65 – 66 mm)
Diameter atas dalam > (65 – 66
mm) 0
Diameter atas dalam < (65 – 66
mm)
Diameter atas luar
(73 – 74 mm)
Diameter atas luar > (73 – 74
mm) 0
Diameter atas luar < (73 – 74
mm)
2 Kebersihan
cup Putih bening Kemasan kotor 44.449
3 Bibir cup Bibir cup rata Bibir cup bergelombang 38.893
4 Lid cup
Ukuran rol
(750x0,72 meter) (p x l)
Ukuran rol > (750x0,72 meter)
(p x l) 0
Ukuran rol < (750x0,72 meter)
(p x l)
Jarak gambar
(96x88 mm) Lid miring 0
Diameter gambar
(62 mm)
Diameter gambar > (62 mm)
0 Diameter gambar < (62 mm)
23
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Departemen AMDK sampai Departemen QC Pada Tahun 2010 (Sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Jumlah produk cacat (buah)
Cup 4 Lid cup
Desain/warna sesuai contoh Desain/warna sesuai contoh 0
Kondisi fisik (bersih dan
tidak kusut) Kondisi fisik kotor dan kusut 0
Botol
1 Fisik botol
Berat
(12 – 16 gram)
Berat > (12 – 16 gram) 10.313
Berat < (12 – 16 gram) 13.750
Tinggi
(224 – 226 mm)
Tinggi > (224 – 226 mm) 0
Tinggi < (224 – 226 mm)
Diamter atas dalam
(25 mm)
Diamter atas dalam > (25 mm) 0
Diamter atas dalam < (25 mm)
Diameter atas luar
(30 mm)
Diameter atas luar > (30 mm) 0
Diameter atas luar < (30 mm)
2 Bawah botol Rapat Bocor 1.719
3 Kebersihan
botol Putih bening Kemasan kotor 13.750
4 Cap botol
Berat
(1,5 – 1,9 gram)
Berat > (1,5 – 1,9 gram) 0
Berat < (1,5 – 1,9 gram)
Tinggi
(16 – 18 mm)
Tinggi > (16 – 18 mm) 0
Tinggi < (16 – 18 mm)
luar atas
(32 – 33 mm)
Ulir tidak pas 85.934 dalam atas
(29,2 – 29,4 mm)
dalam dalam
(25,2 – 25,4 mm)
24
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.3 Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Departemen AMDK sampai Departemen QC Pada Tahun 2010 (sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Jumlah produk cacat (buah)
Botol 4 Cap botol Kondisi baik Pesok 85.s934
25
Universitas Kristen Petra
Jumlah produk cacat yang terjadi pada Tabel 4.3 hanya terjadi pada
proses didepartemen AMDK sampai dengan departemen QC. Dalam menentukan
jumlah produk cacat yang terjadi pada Tabel 4.3 apabila ditemukan salah satu
jenis kecacatan, maka barang tersebut dianggap cacat, meskipun bisa saja
memiliki jenis kecacatan lainnya.
Jumlah produk cacat yang terjadi pada departemen filling dan packing
dapat dilihat pada Tabel 4.4.
26
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Departemen Filling dan Packing Pada Tahun 2010
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Jumlah produk cacat (buah)
Cup
1 Fisik cup
Berat
(3,3 – 3,7 gram)
Berat > (3,3 – 3,7 gram) 11.113
Berat < (3,3 -3,7 gram) 16.669
Tinggi
(98 – 100 mm)
Tinggi > (98 – 100 mm) 0
Tinggi < (98 – 100 mm)
Diameter atas dalam
(65 – 66 mm)
Diameter atas dalam > (65 – 66
mm) 0
Diameter atas dalam < (65 – 66
mm)
Diameter atas luar
(73 – 74 mm)
Diameter atas luar > (73 – 74
mm) 0
Diameter atas luar < (73 – 74
mm)
2 Kebersihan
cup Putih bening Kemasan kotor 66.674
3 Bibir cup Bibir cup rata Bibir cup bergelombang 127.791
4 Lid cup
Ukuran rol
(750x0,72 meter) (p x l)
Ukuran rol > (750x0,72 meter)
(p x l) 0
Ukuran rol < (750x0,72 meter)
(p x l)
Jarak gambar
(96x88 mm) Lid miring 277.805
Diameter gambar
(62 mm)
Diameter gambar > (62 mm)
0 Diameter gambar < (62 mm)
27
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Departemen Filling dan Packing Pada Tahun 2010 (sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Jumlah produk cacat (buah)
Cup 4 Lid cup
Desain/warna sesuai contoh Desain/warna sesuai contoh 0
Kondisi fisik (bersih dan
tidak kusut) Kondisi fisik kotor dan kusut 0
Botol
1 Fisik botol
Berat
(12 – 16 gram)
Berat > (12 – 16 gram) 5.157
Berat < (12 – 16 gram) 8.594
Tinggi
(224 – 226 mm)
Tinggi > (224 – 226 mm) 0
Tinggi < (224 – 226 mm)
Diamter atas dalam
(25 mm)
Diamter atas dalam > (25 mm) 0
Diamter atas dalam < (25 mm)
Diameter atas luar
(30 mm)
Diameter atas luar > (30 mm) 0
Diameter atas luar < (30 mm)
2 Bawah botol Rapat Bocor 221.709
3 Kebersihan
botol Putih bening Kemasan kotor 37.811
4 Cap botol
Berat
(1,5 – 1,9 gram)
Berat > (1,5 – 1,9 gram) 0
Berat < (1,5 – 1,9 gram)
Tinggi
(16 – 18 mm)
Tinggi > (16 – 18 mm) 0
Tinggi < (16 – 18 mm)
luar atas
(32 – 33 mm)
Ulir tidak pas 206.241 dalam atas
(29,2 – 29,4 mm)
dalam dalam
(25,2 – 25,4 mm)
28
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.4 Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Departemen Filling dan Packing Pada Tahun 2010 (sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan Jumlah produk cacat (buah)
Botol 4 Cap botol Kondisi baik Pesok 395.294
29
Universitas Kristen Petra
Jumlah produk cacat yang terjadi didepartemen filling dan packing ini
cara pengambilan datanya sama dengan jumlah produk cacat yang terjadi di
departemen AMDK sampai dengan departemen QC, hal ini dikarenakan data yang
ada adalah data masa lalu, jadi tidak dapat diketahui apakah produk cacat yang
ada memiliki jenis kecacatan lainnya atau tidak.
Jumlah produk cacat keseluruhan dari semua departemen dapat dilihat
pada Tabel 4.5.
30
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Tabel Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol disemua Departemen
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan
Jumlah produk
cacat (buah) Persentase (%)
Cup
1 Fisik cup
Berat
(3,3 – 3,7 gram)
Berat > (3,3 – 3,7 gram) 55.562 0,1
Berat < (3,3 -3,7 gram) 83.343 0,15
Tinggi
(98 – 100 mm)
Tinggi > (98 – 100 mm) 0
Tinggi < (98 – 100 mm)
Diameter atas dalam
(65 – 66 mm)
Diameter atas dalam > (65 – 66
mm) 0
Diameter atas dalam < (65 – 66
mm)
Diameter atas luar
(73 – 74 mm)
Diameter atas luar > (73 – 74
mm) 0
Diameter atas luar < (73 – 74
mm)
2 Kebersiha
n cup Putih bening Kemasan kotor 111.123 0,2
3 Bibir cup Bibir cup rata Bibir cup bergelombang 166.684 0,3
4 Lid cup
Ukuran rol
(750x0,72 meter) (p x l)
Ukuran rol > (750x0,72 meter)
(p x l) 0
Ukuran rol < (750x0,72 meter)
(p x l)
Jarak gambar
(96x88 mm) Lid miring 277.805 0,5
Diameter gambar
(62 mm)
Diameter gambar > (62 mm)
0
Diameter gambar < (62 mm)
31
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Tabel Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Semua Departemen (sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan
Jumlah produk
cacat (buah) Persentase (%)
Cup 4 Lid cup
Desain/warna sesuai contoh Desain/warna sesuai contoh 0
Kondisi fisik (bersih dan
tidak kusut) Kondisi fisik kotor dan kusut 0
Botol
1 Fisik botol
Berat
(12 – 16 gram)
Berat > (12 – 16 gram) 15.470 0,09
Berat < (12 – 16 gram) 22.344 0,13
Tinggi
(224 – 226 mm)
Tinggi > (224 – 226 mm) 0
Tinggi < (224 – 226 mm)
Diamter atas dalam
(25 mm)
Diamter atas dalam > (25 mm) 0
Diamter atas dalam < (25 mm)
Diameter atas luar
(30 mm)
Diameter atas luar > (30 mm) 0
Diameter atas luar < (30 mm)
2 Bawah
botol Rapat Bocor 223.428 1,3
3 Kebersihan
botol Putih bening Kemasan kotor 51.561 0,3
4 Cap botol
Berat
(1,5 – 1,9 gram)
Berat > (1,5 – 1,9 gram) 0
Berat < (1,5 – 1,9 gram)
Tinggi
(16 – 18 mm)
Tinggi > (16 – 18 mm) 0
Tinggi < (16 – 18 mm)
luar atas
(32 – 33 mm)
Ulir tidak pas 292.175 1,64 dalam atas
(29,2 – 29,4 mm)
dalam dalam
(25,2 – 25,4 mm)
32
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.5 Tabel Jumlah Produk Cacat Cup dan Botol di Semua Departemen (sambungan)
Jenis
produk
Urutan
pengecekan Karakteristik kualitas Jenis kecacatan
Jumlah produk
cacat (buah) Persentase (%)
Botol 4 Cap botol Kondisi baik Pesok 481.228 2,8
33
Universitas Kristen Petra
Hasil dari Tabel 4.5 dapat diketahui kecacatan terbesar untuk produk
jenis cup disebabkan oleh jenis kecacatan lid miring, kemudian kecacatan terbesar
kedua karena jenis kecacatan bibir bergelombang. Jenis kecacatan terbesar ketiga
karena kemasan kotor. Jenis kecacatan terbesar keempat karena berat kurang dari
standar, sehingga cup menjadi lebih tipis. Jenis kecacatan terbesar kelima karena
berat lebih dari standar, sehingga cup menjadi lebih tebal.
Produk jenis botol kecacatan terbesarnya disebabkan oleh jenis kecacatan
cap pesok. Jenis kecacatan terbesar kedua karena bawah botol bocor. Jenis
kecacatan terbesar ketiga karena ulir tidak pas. Jenis kecacatan terbesar keempat
karena kemasan kotor. Jenis kecacatan terbesar kelima karena berat kurang dari
standar, sehingga botol menjadi lebih tipis dan mudah rusak. Jenis kecacatan
terbesar keenam karena berat lebih dari standar, sehingga botol menjadi lebih
tebal.
4.4 Analisa Penyebab Produk Cacat
Jenis kecacatan yang muncul dapat dianalisa lebih lanjut penyebab-
penyebab munculnya jenis kecacatan tersebut. Setiap jenis kecacatan yang terjadi
dapat dianalisa akar penyebab masalah menggunakan diagram fishbone.
4.4.1 Cup Terlalu Tebal/Tipis
Jenis kecacatan cup terlalu tebal/tipis yang terjadi pada kemasan cup
dapat dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang
dapat dilihat pada Gambar 4.2.
34
Universitas Kristen Petra
Cup terlalu tebal/tipis
Material
Method
Ketebalan plastik rol-rolan tidak sama
Suhu mesin heating dan blowing
harus diatur ulang setiap
menyalakan mesin
Tidak ada catatan kisaran suhu
mesin heating dan blowing
yang standar pada saat pengaturan
suhu setelah mesin menyala
Suhu mesin pelebur tidak stabil
Tidak ada alat
Pengukur
suhu ruangan
Tidak ada jadwal
pengecekan
suhu mesin dan ruangan
Gambar 4.2 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Cup Terlalu Tebal/Tipis
Penyebab umum jenis kecacatan cup terlalu tebal/tipis dari Gambar 4.2
adalah material dan method. Material disebabkan karena ketebalan plastik tidak
sama, hal ini dikarenakan suhu mesin pelebur plastik yang tidak stabil. Method
disebabkan suhu mesin harus diatur ulang setiap mesin menyala, tetapi tidak ada
catatan untuk kisaran suhu mesin standar setelah mesin menyala, sehingga susah
menentukan suhu yang pas juga dikarenakan tidak ada pengukur suhu ruangan.
4.4.2 Kemasan Kotor
Jenis kecacatan cup terlalu tebal/tipis yang terjadi pada kemasan cup
dapat dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang
dapat dilihat pada Gambar 4.3.
35
Universitas Kristen Petra
Kemasan kotor
Material
Tidak ada alas untuk
rol plastik yang akan
diproses di mesin heating dan blowing
Machine
Matras mesin heating dan blowing
kotor
Tidak ada jadwal
pembersihan
rutin
Environment
Ruangan tempat
peleburan bijih
plastik terkena kotoran
Gambar 4.3 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Kemasan Kotor
Penyebab umum jenis kecacatan untuk kemasan kotor pada kemasan cup
dari Gambar 4.3 ada dua, yaitu machine, environment dan material. Machine
disebabkan matras mesin heating dan blowing pada pembuatan kemasan kotor,
hal ini disebabkan tidak ada jadwal pembersihan rutin ketika mesin mulai kotor.
Material disebabkan karena tidak ada alas untuk rol plastik sebelum dimasukkan
kedalam mesin heating dan blowing. Environment disebabkan karena lingkungan
tempat peleburan bijih plastik tidak ada pengaman dari kotoran seperti debu.
4.4.3 Bibir Cup Bergelombang
Jenis kecacatan bibir cup bergelombang yang terjadi pada kemasan cup
dapat dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang
dapat dilihat pada Gambar 4.4.
36
Universitas Kristen Petra
Bibir cup bergelombang
Method
Suhu mesin
heating dan blowing
Berubah-ubah
Tidak ada jadwal
pengecekan
suhu mesin
Machine
pencapit di dalam mesin
heating dan blowing
rusak
Tidak ada catatan kisaran suhu
mesin heating dan blowing
yang standar pada saat pengaturan
suhu setelah mesin menyala
Gambar 4.4 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Bibir Cup Bergelombang
Penyebab umum jenis kecacatan bibir cup bergelombang dari Gambar
4.4 ada dua, yaitu: method dan machine. Method disebabkan suhu mesin heating
dan blowing berubah-ubah, hal ini dikarenakan tidak ada jadwal pengecekan suhu
mesin, serta tidak ada catatan kisaran suhu yang ideal. Material disebabkan
karena pencapit di dalam mesin heating dan blowing rusak.
4.4.4 Lid Miring
Jenis kecacatan lid miring yang terjadi pada kemasan cup dapat dianalisa
lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang dapat dilihat pada
Gambar 4.5.
Lid miring
Method
Plastik lid kusut
Machine
Kecepatan mesin sealer
tidak stabil
Pada saat pengiriman
lid yang berupa lembaran
tertekuk
Umur mesin sealer
Gambar 4.5 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Lid Miring
Penyebab umum jenis kecacatan lid miring dari Gambar 4.5 adalah
method dan machine. Method disebabkan plastik lid kusut, hal ini dikarenakan
37
Universitas Kristen Petra
pada saat proses pengiriman lid dari departemen QC ke departemen filling dan
packing lid yang berupa lembaran tertekuk dalam waktu yang agak lama dan
menjadi kusut. Machine disebabkan kecepatan mesin sealer menjadi tidak stabil
karena umur mesin yang sudah tua.
4.4.5 Botol Terlalu Tebal/Tipis
Jenis kecacatan botol terlalu tebal/tipis yang terjadi pada kemasan botol
dapat dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang
dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Botol terlalu tebal/tipis
Material
Ketebalan botol PET
tidak standar
Ketebalan botol PET
yang berasal dari supplier
tidak standar,
tetapi lolos dari QC perusahaan
Suhu mesin harus
diatur ulang setiap
menyalakan mesin
Tidak ada catatan
kisaran suhu mesin standar
pada saat pengaturan suhu setelah mesin menyala
Tidak ada alat
pengukur suhu ruangan
Method
Gambar 4.6 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Botol Terlalu Tebal/Tipis
Penyebab umum jenis kecacatan botol terlalu tebal/tipis dari Gambar 4.6
ada dua, yaitu: material dan method. Method disebabkan suhu mesin harus diatur
ulang setiap mesin menyala, tetapi tidak ada catatan untuk kisaran suhu mesin
standar setelah mesin menyala. Susah menentukan suhu yang pas juga
dikarenakan tidak ada pengukur suhu ruangan. Material dikarenakan ketebalan
botol PET yang tidak standar, hal ini dapat disebabkan karena lolos dari QC
perusahaan.
4.4.6 Bawah Botol Bocor
Jenis kecacatan bawah botol bocor yang terjadi pada kemasan botol dapat
dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang dapat
dilihat pada Gambar 4.7.
38
Universitas Kristen Petra
Bawah botol bocor
Material
Material yang digunakan
sudah bocor dari awal
Material botol PET
yang berasal dari supplier
sudah bocor, tetapi
lolos dari QC perusahaan
Method
Cara penyimpanan botol
tidak benar
Gambar 4.7 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Bawah Botol Bocor
Penyebab umum jenis kecacatan bawah botol bocor dari Gambar 4.7 ada
dua, yaitu: material dan method. Material disebabkan dari awal botol PET yang
digunakan dari supplier memang sudah bocor, hal ini dikarenakan lolos dari QC.
Method disebabkan cara penyimpanan botol sebelum dikirim ke departemen QC
terlalu banyak menumpuk dalam satu pak, sehingga botol tertekan dan berlubang.
4.4.7 Kemasan Kotor
Jenis kecacatan cup terlalu tebal/tipis yang terjadi pada kemasan cup
dapat dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang
dapat dilihat pada Gambar 4.8.
Kemasan kotor
Method
Botol PET terkena
kotoran sebelum masuk ke
mesin heating dan blowing
Machine
Matras di dalam mesin
heating dan blowing
kotor
Tidak ada jadwal
Pembersihan rutin untuk
matras di dalam
mesin heating dan blowing
Tidak ada tutup untuk
tempat botol PET
yang menunggu masuk
ke mesin heating dan blowing
Gambar 4.8 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Kemasan Kotor
39
Universitas Kristen Petra
Penyebab umum jenis kecacatan bawah botol bocor dari Gambar 4.8 ada
dua, yaitu: machine dan method. Machine disebabkan matras di dalam mesin
heating dan blowing kotor, hal ini dikarenakan tidak ada jadwal rutin untuk
pembersihan matras. Method disebabkan botol PET yang menunggu untuk
diproses tidak ada penutupnya, sehingga apabila ada kotoran yang menempel
sebelum diproses dan ikut masuk ke dalam mesin heating dan blowing maka
kotoran tersebut akan menyatu dengan botol.
4.4.8 Ulir Tidak Pas
Jenis kecacatan ulir tidak pas yang terjadi pada kemasan botol dapat
dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan diagram fishbone yang dapat
dilihat pada Gambar 4.9.
Ulir tidak pas
Machine
Matras yang digunakan
untuk mencetak ulir aus
Tidak ada jadwal pengecekan matras
Gambar 4.9 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Ulir Tidak Pas
Penyebab umum jenis kecacatan ulir tidak pas dari Gambar 4.9 adalah
machine. Machine disebabkan matras yang digunakan sudah aus.
4.4.9 Cap Pesok
Ada dua hal yang mempengaruhi jenis kecacatan cap pesok, yaitu: cap
yang berasal dari supplier dan cap yang berasal dari perusahaan. Penyebab dari
jenis kecacatan tersebut dapat dianalisa lebih lanjut penyebabnya menggunakan
diagram fishbone untuk masing-masing produksi. Jenis kecacatan cap pesok yang
berasal dari perusahaan dapat dilihat pada Gambar 4.10
40
Universitas Kristen Petra
Tutup betol pesok
Method
Cara pengangkutan tidak tepat
Tidak ada penahan
benturan
Jumlah dalam satu pak
terlalu banyak
Gambar 4.10 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Tutup Botol Pesok (Perusahaan)
Penyebab umum jenis kecacatan tutup botol pesok dari Gambar 4.10
adalah method. Method disebabkan karena cara pengangkutan yang tidak tepat,
sehingga mengakibatkan benturan-benturan yang dapat membuat cap botol
menjadi pesok. Hal ini juga dapat diakibatkan jumlah cap botol dalam satu pak
terlalu banyak, sehingga cap botol yang berada paling bawah tertindih.
Jenis kecacatan cap pesok yang berasal dari supplier dapat dianalisa
menggunakan fishbone diagram yang dapat dilihat pada Gambar 4.11
Tutup betol pesok
Method
Lolos dari QC perusahaan
Gambar 4.11 Fishbone untuk Jenis Kecacatan Tutup Botol Pesok (Supplier)
Penyebab umum jenis kecacatan tutup botol pesok yang berasal dari
supplier dari Gambar 4.11 adalah method. Method disebabkan karena cara
pengangkutan yang tidak tepat, sehingga mengakibatkan benturan-benturan yang
dapat membuat cap botol menjadi pesok. Hal ini juga dapat diakibatkan jumlah
cap botol dalam satu pak terlalu banyak, sehingga cap botol yang berada paling
bawah tertindih.
41
Universitas Kristen Petra
4.5 Usulan Perbaikan
Usulan perbaikan untuk tiap penyebab jenis kecacatan yang muncul
dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Usulan Perbaikan untuk Masing-masing Jenis Kecacatan
Jenis kecacatan Faktor penyebab Usulan perbaikan
Cup terlalu tebal/tipis
Suhu mesin pelebur bijih plastik
tidak stabil
Jadwal pengecekan suhu
mesin pelebur bijih plastik
Tidak ada catatan kisaran suhu
mesin heating dan blowing yang
standar pada saat pengaturan suhu
setelah mesin menyala
Membuatkan catatan suhu
mesin yang ideal untuk
beberapa kondisi
Membuat jadwal
pengecekan suhu mesin
heating dan blowing
Tidak ada alat pengukur suhu
ruangan
Mengajukan pembelian
alat pengukur suhu
ruangan
Kemasan cup kotor
Tidak ada jadwal rutin pembersihan
matras untuk mesing heating dan
blowing
Membuat jadwal
pembersihan matras
Tidak ada alas untuk rol plastik yang
akan diproses di mesing heating dan
blowing
Memberi alas
Membuat jadwal
pengecekan pembersihan
alas
Ruangan tempat peleburan bijih
plastik terkena kotoran
Memberi sekat untuk
ruangan peleburan bijih
plastik
42
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Usulan Perbaikan untuk Masing-masing Jenis Kecacatan (sambungan)
Jenis kecacatan Faktor penyebab Usulan perbaikan
Bibir cup bergelombang
Tidak ada catatan kisaran suhu
mesin heating dan blowing yang
standar pada saat pengaturan suhu
setelah mesin menyala
Membuatkan catatan suhu
mesin yang ideal untuk
beberapa kondisi
Membuat jadwal
pengecekan suhu mesin
heating dan blowing
Tidak ada jadwal pengecekan suhu
mesin heating dan blowing
Membuat jadwal
pengecekan suhu mesin
heating dan blowing
pencapit di dalam mesin heating dan
blowing rusak
Mengganti dan membuat
jadwal penggantian alat
pencapit
Lid miring
Umur mesin sealer Mengganti mesin sealer
Pada saat pengiriman lid yang
berupa lembaran tertekuk
Membuat instruksi kerja
Membuat jadwal
pengecekan instruksi
kerja
Botol terlalu tebal/tipis
Tidak ada catatan kisaran suhu
mesin heating dan blowing yang
standar pada saat pengaturan suhu
setelah mesin menyala
Membuatkan catatan suhu
mesin yang ideal untuk
beberapa kondisi
Ketebalan botol PET yang berasal
dari supplier tidak standar tetapi
lolos dari QC perusahaan
Mengevaluasi dan
memperbaiki QC bahan
baku perusahaan
Tidak ada alat pengukur suhu
ruangan
Mengajukan pembelian
alat pengukur suhu
ruangan
43
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.6 Usulan Perbaikan untuk Masing-masing Jenis Kecacatan (sambungan)
Jenis kecacatan Faktor penyebab Usulan perbaikan
Bawah botol bocor
Material botol PET yang berasal dari
supplier sudah bocor tetapi lolos dari
QC perusahaan
Mengevaluasi dan
memperbaiki QC bahan baku
perusahaan
Cara penyimpanan botol tidak benar
Membuat instruksi kerja
Membuat jadwal pengecekan
instruksi kerja
Kemasan botol kotor
Tidak ada tutup untuk tempat botol
PET yang menunggu masuk ke
mesin heating dan blowing
Membuatkan tutup yang
tidak berongga dan tidak
mengganggu jalannya proses
produksi
Tidak ada jadwal pembersihan rutin
untuk matras di dalam mesin heating
dan blowing
Membuat jadwal
pembersihan matras mesin
heating dan blowing
Ulir tidak pas Tidak ada jadwal pengecekan matras membuat jadwal pengecekan
matras
Tutup botol pesok
(perusahaan)
Tidak ada penahan benturan Memberikan penahan
benturan
Jumlah dalam satu pak terlalu
banyak
Membuat instruksi kerja
Membuat jadwal pengecekan
instruksi kerja
Tutup botol pesok
(supplier) Lolos dari QC perusahaan
Mengevaluasi dan
memperbaiki QC perusahaan
Usulan perbaikan untuk cup terlalu tebal/tipis memiliki tiga faktor
penyebab. Tiga faktor penyebab tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Faktor penyebab tidak ada catatan kisaran suhu memiliki tiga faktor penyebab.
Tiga faktor penyebab tersebut saling berhubungan satu sama lain. Faktor
penyebab tidak ada catatan kisaran suhu yang standar juga dapat diakibatkan
44
Universitas Kristen Petra
karena faktor yang lain, yaitu tidak ada pengukur suhu ruangan untuk menentukan
suhu standar. Hasil empat usulan di atas yang memiliki pengaruh paling besar
adalah tidak ada catatan kisaran suhu standar untuk beberapa kondisi. Hal ini
dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Pengaruh Suhu Ruangan Terhadap Produk yang dihasilkan
Suhu ruangan Suhu mesin Produk cacat
25oC 225
oC 9
26oC 223
oC 5
25oC 223
oC 6
25oC 224
oC 5
Hasil dari Tabel 4.7 dapat dilihat, bahwa kondisi ruangan dapat
mempengaruhi suhu mesin dan berakibat pada produk yang dihasilkan. Suhu
standar untuk mesin heating dan blowing adalah 225oC, tetapi pada saat suhu
ruangan 25oC cup yang dihasilkan menjadi produk cacat. Hal ini dapat diketahui
bahwa penambahan alat termometer memiliki dampak terhadap perubahan suhu
mesin juga.
Jenis kecacatan kedua, yaitu kemasan cup kotor memiliki tiga faktor
penyebab juga, yaitu tidak ada jadwal rutin pembersihan matras mesin H&B,
tidak ada alas untuk rol plastic, dan ruangan tempat peleburan bijih plastik terkena
kotoran. Berdasarkan ketiga faktor tersebut ada empat usulan yang dapat
diterapkan. Usulan pemberian jadwal pembersihan matras dan penambahan alas
untuk plastik rol-rolan memiliki hubungan, karena plastik yang berupa rol-rolan
akan diolah didalam mesin heating dan blowing yang didalamnya terdapat matras
yang juga dapat mempengaruhi kebersihan cup. Usulan yang ada dapat dikatakan
berhasil dengan cara membandingkan sebelum usulan diterapak dengan sesudah
diterapkan jumlah produk cacatnya berkuran atau tidak. Hasil perbandingan
jumlah produk cacat sebelum dan sesudah implementasi dapat dilihat pada Tabel
4.8. Pengambilan data dilakukan selama satu hari pada dua shift.
45
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.8 Jumlah Produk Cacat Kemasan Kotor Sebelum dan Sesudah
Implementasi
Shift Sebelum implementasi Sesudah implementasi
2 121 102
3 152 125
Jumlah produk cacat kemasan kotor yang diakibatkan sebelum dan
sesudah implementasi dapat terlihat memiliki perbedaan yaitu semakin berkurang
setelah dilakukan implementasi. Sehingga dapat dikatakan usulan ini memberikan
dampak.
Jenis kecacatan berikutnya, yaitu bibir cup bergelombang memiliki
empat faktor penyebab, yaitu tidak ada standard an jadwal pengecekan suhu mesin
heating dan blowing, pencepit di dalam mesin heating dan blowing rusak.
Berdasarkan faktor penyebab tersebut ada lima usulan yang dapat dibuat. Usulan
membuat jadwal pengecekan suhu mesin heating dan blowing dan jadwal
penggantian pencapit dibuat karena selama ini tidak ada jadwal yang pasti.
Penggantian dilakukan apabila ada kerusakan, sedangkan jika ada jadwal
penggantian sebelum kerusakan terjadi produk cacat yang dihasilkan juga dapat
berkurang.
Jenis kecacatan berikutnya, lid miring yang diakibatkan umur dari mesin
itu sendiri dan cara pengiriman lid yang tidak tepat. Faktor penyebab untuk umur
mesin tidak dapat diterapkan sekaran karena beberapa hal, sedangkan untuk cara
pengiriman lid dapat dibuat usulan pemberian instruksi kerja cara pengiriman
yang benar. Usulan ini dibuat karena selama ini cara pengiriman lid tidak teratur,
sehingga ada lembaran yang menjadi kusut dan tidak dapat dipakai.
Jenis kecacatan berikutnya, yaitu botol terlalu tebal/tipis yang
diakibatkan tidak ada suhu standar untuk mesin heating dan blowing, material
botol PET dari perusahaan tidak standar tapi lolos qc, tidak ada alat bantu
pengukur suhu ruangan. Jenis kecacatan ini sama dengan untuk jenis kecacatan
produk jenis cup, karena membutuhkan alat pengukur suhu ruangan yang nantinya
akan disesuaikan dengan suhu mesin heating dan blowing.
46
Universitas Kristen Petra
Jenis kecacatan berikutnya, yaitu bawah botol bocor yang diakibatkan
material botol PET dari supplier tidak standar tapi lolos qc, dan cara penyimpanan
botol tidak benar. Faktor penyebab produk cacat tersebut dapat dibuat usulan
mengevaluasi dan memperbaiki qc perusahaan, dan membuatkan instruksi kerja
agar penyimpanan botol tidak mengakibatkan botol menjadi bocor. Hasil
perbandingan dari 10 pak kemasan botol sebelum implementasi diterapkan dan
sesudah implementasi diterapkan dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Jumlah Produk Cacat dari 10 Pak Sebelum dan Sesudah Implementasi
Pak ke- Jumlah produk cacat
Sebelum implementasi Sesudah implementasi
1 4 1
2 3 1
3 1 0
4 2 0
5 4 2
6 0 0
7 2 1
8 0 2
9 4 1
10 3 1
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil
implementasi memberikan dampak dan usulan yang dibuat bisa dikatakan
berpengaruh.
Jenis kecacatan berikutnya, yaitu tutup botol hasil produksi perusahaan
pesok yang diakibatkan tidak ada penahan benturan dan jumlah pak-pakan dalam
penyimpanan terlalu banyak. Faktor penyebab produk cacat tersebut dapat
dibuatkan usulan, yaitu memberikan penahan benturan dan membuat instruksi
kerja untuk cara penyimpanan tutup botol. Hasil perbandingan dari 10 pak
kemasan tutup botol sebelum implementasi diterapkan dan sesudah implementasi
diterapkan dapat dilihat pada Tabel 4.10.
47
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.10 Jumlah Produk Cacat dari 10 Pak Sebelum dan Sesudah Implementasi
Pak ke- Jumlah produk cacat
Sebelum implementasi Sesudah implementasi
1 7 1
2 10 2
3 9 0
4 11 2
5 7 3
6 2 2
7 10 1
8 8 2
9 13 2
10 8 2
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil
implementasi memberikan dampak dan usulan yang dibuat bisa dikatakan
berpengaruh.
Hasil usulan-usulan perbaikan yang ada pada Tabel 4.6, maka ada usulan
yang dapat diimplementasikan saat ini dan ada usulan yang tidak dapat
diimplementasikan saat ini. Hal ini dikarenakan ada beberapa usulan yang
memerlukan persetujuan dari pihak perusahaan dan harus dipelajari terlebih
dahulu apakah mengganggu jalannya proses produksi atau tidak. Usulan yang
dapat dan tidak dapat diimplementasikan dapat dilihat pada Tabel 4.11.
48
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.11 Pengelompokan Usulan yang Bisa dan Tidak Bisa Diterapkan
Usulan yang dapat
diimplementasikan saat ini
Usulan yang tidak dapat
diimplementasikan saat ini
Jadwal pengecekan suhu mesin
pelebur
Membuatkan catatan suhu
mesin yang ideal untuk
beberapa kondisi.
Membuat jadwal pengecekan
suhu mesin heating dan blowing
Mengajukan pembelian alat
pengukur suhu ruangan
Membuat jadwal pembersihan
matras mesin heating dan
blowing pembuatan cup
Memberi alas untuk plastik rol-
rolan
Membuat jadwal pengecekan
pembersihan alas
Mengganti dan membuat jadwal
penggantian alat pencapit
Membuat instruksi kerja untuk
pengiriman lid
Membuat jadwal pengecekan
instruksi kerja untuk pengiriman
lid
Memberi sekat untuk ruangan
peleburan bijih plastik
Mengganti mesin sealer
Membuatkan tutup yang tidak
berongga dan tidak mengganggu
jalannya proses produksi
Mengevaluasi dan memperbaiki
QC bahan baku perusahaan
49
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.11 Pengelompokan Usulan yang Bisa dan Tidak Bisa Diterapkan
(sambungan)
Usulan yang dapat
diimplementasikan saat ini
Usulan yang tidak dapat
diimplementasikan saat ini
Membuat instruksi kerja untuk
cara penyimpanan botol
Membuat jadwal pengecekan
instruksi kerja untuk cara
penyimpanan botol
Membuat jadwal pembersihan
matras mesin heating dan
blowing pembuatan botol
Membuat jadwal pengecekan
pembersihan matras mesin
heating dan blowing pembuatan
botol
Memberi penahan benturan
untuk tutup botol
Membuat instruksi kerja cara
penyimpanan tutup botol
Membuat jadwal pengecekan
instruksi kerja penyimpanan
tutup botol
Melalui Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa usulan yang dapat
diimplementasikan saat ini adalah membuat jadwal pengecekan suhu mesin
pelebur plastik, membuat catatan suhu untuk mesin heating dan blowing untuk
beberapa kondisi, membuat jadwal pengecekan suhu mesin heating dan blowing,
mengajukan pembelian alat pengukur suhu ruangan, membuat jadwal
pembersihan matras mesing heating dan blowing pembuatan cup, memberi alas
untuk plastik rol-rolan, membuat jadwal pembersihan alas, mengganti dan
membuat jadwal penggantian mesin pencapit, membuat instruksi kerja untuk
50
Universitas Kristen Petra
pengiriman lid, membuat jadwal pengecekan instruksi kerja untuk pengiriman lid,
mengevaluasi dan memperbaiki QC bahan baku perusahaan, membuat instruksi
kerja untuk cara penyimpanan botol, membuat jadwal pengecekan instruksi kerja
untuk cara penyimpanan botol, membuat jadwal pembersihan matras mesin
heating dan blowing pembuatan botol, membuat jadwal pengecekan pembersihan
matras mesing heating dan blowing pembuatan botol, memberi penahan benturan
untuk tutup botol, membuat instruksi kerja cara penyimpanan tutup botol,
membuat jadwal pengecekan instruksi kerja penyimpanan tutup botol. Sedangkan
usulan yang baru dapat diterapkan dikemudian hari adalah memberi sekat untuk
ruangan peleburan bijih plastic, mengganti mesin sealer, membuatkan tutup yang
tidak berongga dan tidak mengganggu jalannya proses produksi. Usulan-usulan
yang belum dapat diterapkan langsung dikarenakan ada beberapa prosedur yang
harus diselesaikan sebelum usulan dapat diterapkan, karena dinilai dapat
mengganggu jalannya proses produksi oleh perusahaan.
4.5.1 Usulan yang Dapat Diterapkan
Penjelasan lebih detail mengenai usulan-usulan yang bisa diterapkan
dapat dilihat di bawah ini
1. Jadwal pengecekan suhu mesin pelebur bijih plastik
Jadwal pengecekan suhu mesin pelebur ini diperlukan karena
berdasarkan pengamatan, suhu mesin dapat berubah-ubah. Perubahan suhu
tersebut yang mengakibatkan plastik yang dibentuk menjadi rol-rolan memiliki
ketebalan yang tidak merata. Perubahan suhu mesin dapat dilihat pada Tabel 4.12.
51
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.12 Waktu Perubahan Suhu Mesin Pelebur Plastik
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Suhu (oC) Waktu Suhu (
oC) Waktu Suhu (
oC) Waktu Suhu (
oC) Waktu
220 08.25 220 07:59 220 08:12 220 08:22
221 08:59 219 08:31 221 08:47 222 09:01
223 09:33 221 09:11 219 09:23 221 09:41
222 10:05 222 09:45 218 09:58 222 10:12
223 10:43 221 10:16 219 10:41 220 10:51
222 11:19 223 10:51 220 11S:12 219 11:29
224 11:53 222 11:37 221 11:51 221 12:02
225 12:37 221 12:14 220 12:31 223 12:47
223 13:10 223 12:59 219 13:07 224 13:21
224 13:44 221 13:40 217 13:41 225 13:58
225 14:21 223 14:09 219 14:19 224 14:29
223 14:55 224 14:48 221 14:47
Hasil Tabel 4.12 dapat dilihat, bahwa suhu mesin berubah-ubah kurang
lebih setiap 30 menit. Hal ini dapat mengakibatkan ketebalan dari plastik itu
sendiri menjadi tidak sama. Oleh karena itu diperlukan jadwal pengecekan suhu
mesin setiap 30 menit. Pengecekan dilakukan setiap 30 menit berdasarkan data
pengamatan selama empat hari. Oleh karena itu dibutuhkan jadwal pengecekan
rutin untuk memastikan suhu dari mesin pelebur tidak melenceng jauh, sehingga
dapat meminimalkan ketebalan plastik yang berbeda-beda. Form pengecekan ini
nantinya akan diisi oleh operator yang menjalankan mesin pelebur. Form
pengecekan suhu mesin pelebur plastik dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Membuatkan catatan suhu mesin yang ideal untuk beberapa kondisi
Suhu mesin heating dan blowing yang digunakan untuk membuat cup
ataupun botol selalu berubah-ubah. Kondisi suhu yang standar pun cup atau botol
yang dihasilkan juga bisa terlalu tebal atau terlalu tipis. Hal ini disebabkan karena
suhu ruangan juga memiliki pengaruh terhadap suhu mesin, sehingga diperlukan
penyesuaian suhu mesin terhadap suhu ruangan. Dalam menentukan suhu yang
ideal untuk suhu ruangan tertentu, sehingga suhu mesin tetap dapat menghasilkan
52
Universitas Kristen Petra
ketebalan cup atau botol yang sama dilakukan brainstorming dengan operator dan
kepala produksi untuk mengetahui penyesuaian suhu antara suhu mesin dan suhu
ruangan. Suhu yang ideal untuk beberapa kondisi suhu ruangan tertentu dapat
dilihat pada Lampiran 6.
Suhu ruangan dapat berubah sewaktu-waktu, hal ini dapat disebabkan
oleh banyak hal, misalnya: cuaca, suhu AC, dan kelembaban udara. Hal yang
menyebabkan suhu ruangan berubah tersebut tidak dapat diprediksi kapan
terjadinya, oleh karena itu perlu dilakukan pengecekan secara berkala suhu
ruangan. Data pengamatan perubahan suhu selama empat hari dapat dilihat pada
Tabel 4.13
Tabel 4.13 Waktu Perubahan Suhu Mesin Heating dan Blowing
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4
Suhu (oC) Waktu Suhu (
oC) Waktu Suhu (
oC) Waktu Suhu (
oC) Waktu
225 08:19 225 07:55 225 07:56 225 07:55
223 09:25 224 09:15 224 08:45 223 09:12
222 10:21 225 10:21 225 09:51 222 10:20
224 11:39 222 11:19 224 10:49 224 11:16
225 12:50 224 12:31 223 12:01 222 12:21
223 13:56 226 13:51 224 13:21 221 13:38
222 14:48 224 14:43 223 14:17 223 14:38
Berdasarkan pengamatan pada Tabel 4.13 dapat dilihat bahwa kurang
lebih setiap satu jam suhu mesin berubah-ubah. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengecekan setiap suhu mesin setiap satu jam Form ini nantinya akan diisi oleh
operator yang menjalankan mesin heating dan blowing. Form pengecekan suhu
mesin dan suhu ruangan dapat dilihat pada Lampiran 7.
3. Mengajukan pembelian alat pengukur suhu ruangan
Mesin heating dan blowing yang terdapat pada departemen AMDK untuk
membuat cup dan botol membutuhkan suhu tertentu. Penentuan suhu mesin
dipengaruhi oleh beberapa faktor, dan salah satunya adalah suhu ruangan.
Perusahaan saat ini tidak memiliki alat pendeteksi suhu ruangan, padahal suhu
mesin heating dan blowing dapat berubah-ubah dan produk yang dihasilkan juga
53
Universitas Kristen Petra
dipengaruhi. Oleh karena itu diajukan pembelian mesin termometer ruangan.
Termometer ini sendiri memiliki fungsi untuk menyeimbangkan antara suhu
mesin dan suhu ruangan saat itu. Harga dari thermometer ruangan sendiri
bervariasi, tetapi diajukan termometer yang bahan luarnya dari kayu, sedangkan
cairan di dalamnya berisi air raksa. Termometer ini nantinya akan ditempelkan di
dinding tempat mesin heating dan blowing untuk mesin pembuatan cup satu dan
untuk mesin heating dan blowing pembuatan botol satu. gambar dari termometer
ruangan dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Gambar 4.12 Termometer ruangan
4. Membuat control chart untuk mengontrol berat cup dan botol
Control chart ini digunakan untuk memonitoring apakah produk yang
dihasilkan dalam batas kendali atau tidak. Data berat untuk control chart produk
jenis cup dan botol dapat dilihat pada Lampiran 23 dan Lampiran 24.
Pengambilan data dilakukan setiap satu jam sekali berdasarkan data waktu
perubahan suhu, setiap satu jam tersebut diambil sample sebanyak enam data.
Data yang ada kemudian diolah menggunakan minitab. Hasil dari pengolahan
menggunakan minitab untuk produk jenis cup dapat dilihat pada Gambar 4.13.
54
Universitas Kristen Petra
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
87654321
3.7
3.6
3.5
3.4
3.3
__X=3.4833
UC L=3.6827
LC L=3.2840
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
87654321
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
_R=0.4125
UC L=0.8266
LC L=0
Xbar-R Chart of Berat, ..., C6
Gambar 4.13 Control Chart Cup
Hasil dari Gambar 4.13 menunjukkan untuk data yang ada masih dalam
batas UCL dan LCL, sehingga data tersebut masih dalam batas kendali dan masih
belum perlu dilakukan pengecekan.
Hasil dari pengolahan menggunakan minitab untuk produk jenis botol
dapat dilihat pada Gambar 4.14
55
Universitas Kristen Petra
Sample
Sa
mp
le M
ea
n
87654321
16
15
14
13
__X=14.338
UC L=16.053
LC L=12.622
Sample
Sa
mp
le R
an
ge
87654321
8
6
4
2
0
_R=3.55
UC L=7.114
LC L=0
Xbar-R Chart of Berat, ..., C6
Gambar 4.14 Control Chart Botol
Hasil dari Gambar 4.14 menunjukkan untuk data yang ada masih dalam
batas UCL dan LCL, sehingga data tersebut masih dalam batas kendali dan masih
belum perlu dilakukan pengecekan.
5. Membuat jadwal pembersihan matras mesin heating dan blowing
pembuatan cup
Matras yang digunakan di dalam mesin heating dan blowing untuk
pembuatan cup terbuat dari baja. Untuk umur ekonomis dari matras itu sendiri
sekitar enam bulan. Matras yang digunakan ini berfungsi sebagai cetakan cup
yang diproses di dalam mesin heating dan blowing. Cup yang dihasilkan selama
proses berjalan juga dipengaruhi oleh matras ini, jika matras kotor cup yang
dihasilkan juga akan kotor dan harus didaur ulang karena sudah melekat selam
proses blowing. Oleh karena itu pengamatan dilakukan untuk mengetahui kapan
matras tersebut harus dibersihkan. Hasil pengecekan waktu matras kotor dapat
dilihat pada Lampiran 8. Pada Lampiran 8 dapat dilihat bahwa rata-rata matras
menjadi kotor setelah 2-3 jam. Oleh karena itu jadwal pengecekan akan dilakukan
setiap dua jam untuk meminimalkan jumlah produk jadi yang reject akibat kotor.
56
Universitas Kristen Petra
Jadwal pembersihan matras dapat dilihat pada Lampiran 9. Agar jadwal
pengecekan dijalankan dengan benar maka perlu juga form pengecekan jadwal
pembersihan matras yang dapat dilihat pada Lampiran 10. Form pengecekan ini
nantinya akan diisi oleh kepala produksi langsung sebagai pengawas dari
lapangan. Cara pembersihan dari matras itu sendiri dengan menggunakan angin
dengan tekanan kompresor.
6. Memberi alas untuk plastik rol-rolan
Sebelum menjadi cup plastic yang berupa lembaran dimasukkan ke
dalam mesin heating dan blowing. Plastik yang masih berupa rol-rolan tersebut
tidak ada alas untuk tempat menaruhnya, jadi hanya ditaruh dilantai sebelum
masuk ke dalam mesin. Salah satu faktor yang menyebabkan cup menjadi kotor
berdasarkan pengamatan adalah justru ketika plastik yang masih berupa rol-rolan
terkena kotoran sebelum masuk ke dalam mesin heating dan blowing. Oleh karena
itu perlu adanya alas tambahan untuk plastik rol-rolan sebelum masuk mesin agar
tidak terkena kotoran. Alas yang digunakan dari plastic PET juga yang berupa
lembaran. Untuk panjang dan lebarnya disesuaikan dengan lebar plastik rol-rolan.
Pemilihan bahan alas dari bahan PET juga dikarenakan plastik jenis tersebut dapat
diproduksi langsung oleh perusahaan dan gampang dibersihkan. Alas dari plastik
jenis PET juga tidak mudah ditempeli kotoran hingga melekat, sehingga bahan
tersebut gampang dibersihkan.
Plastik PET yang digunakan sebagai alas tidak perlu diganti-ganti karena
ketahanannya dapat berlangsung lama, disamping itu juga menghemat biaya. Oleh
karena itu perlu adanya jadwal pembersihan alas agar tidak perlu mengganti
secara terus menerus alasnya. Waktu pembersihan alas dilakukan sebelum alas
tersebut digunakan untuk alas dan setelah produksi berhenti. Form jadwal
pengecekan pembersihan alas rol-rolan dapat dilihat pada Lampiran 11.
7. Mengganti dan membuat jadwal penggantian alat pencapit alat heating dan
blowing cup
Alat pencapit yang ada di dalam mesin heating dan blowing berfungsi
untuk membentuk pinggiran cup. Umur ekonomis dari mesin pencapit itu sendiri
kurang lebih dua bulan. Umur eknomis dari mesin ekonomis didapat setelah
melakukan pengecekan dan menanyakan kepada kepala divisi mechanical
57
Universitas Kristen Petra
engineering serta berdasarkan record penggantian alat pencapit. Umur ekonomis
dari komponen ini juga dapat diketahui berdasarkan produk yang diakibatkan
jenis kecacatan bibir cup bergelombang lebih banyak setelah dua bulan
penggantian alat pencapit. Namun, selama ini perusahaan melakukan penggantian
alat pencapit, jika pencapit tersebut kurang lebih tiga bulan sekali atau sampai alat
pencapit rusak dan tidak bisa digunakan. Pada kenyataannya pencapit yang ada
dalam mesin sesungguhnya sudah tidak layak pakai dan mengakibatkan kecacatan
pada cup yang dihasilkan. Jadwal penggantian terakhir mesin pencapit dua tahun
terakhir dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14 Jadwal Penggantian Mesin Pencapit 2 Tahun Terakhir
Nama alat Jadal pemasangan Jadwal penggantian
alat pencapit
15 Februari 2010 21 Mei 2010
21 Mei 2010 5 Agustus 2010
5 Agustus 2010 25 November 2010
25 November 2010 12 Januari 2011
12 Januari 2011 28 April 2011
28 April 2011 30 Juni 2011
30 Juni 2011 21 September 2011
8. Membuat instruksi kerja untuk pengiriman lid
Salah satu penyebab kecacatan air minum kemasan cup adalah pada
lidnya. Jenis kecacatannya adalah cetakan logo pada lid tidak menempel sesuai
dengan tempatnya, sehingga logonya menjadi miring. Hal ini dikarenakan pada
saat pengiriman lid yang masih berupa lembaran ke departemen filling dan
packing salah. Oleh karena itu perlu dibuatkan instruksi kerja untuk membantu
cara penganggkutan lid yang masih berupa lembaran agar tidak tertekuk ataupun
terjadi kerusakan. Selama ini perusahaan melakukan pengiriman tanpa
menggunakan alat bantu, jadi lid yang masih berupa lembaran ditekuk dan dibawa
secara langsung. Instruksi kerja untuk pengiriman lid dapat dilihat pada Lampiran
12.
Instruksi kerja yang telah dibuat tersebut nantinya akan ditempel
ditempat pengambilan lid yang berupa rol-rolan. Instruksi kerja yang telah dibuat
58
Universitas Kristen Petra
tersebut juga nantinya akan dikontrol juga apakah berjalan sesuai instruksi yang
telah dibuat. Form pengecekan instruksi kerja dapat dilihat pada Lampiran 13.
9. Membuat instruksi kerja untuk cara penyimpanan botol
Salah satu penyebab kecacatan bawah botol bocor aalah cara
penyimpanan yang salah. Cara penyimpanan botol yang digunakan oleh
perusahaan saat ini dengan memasukkan botol ke dalam plastik tanpa ditata, jadi
dimasukkan secara sembarangan. Setiap pack botol berisi 500 dan antara pack
yang satu dengan pack yang lain akan saling bertumpuk dan peleteakan pack botol
ketempat penyimpanan juga tidak hati-hati. Saat ini diusahakan untuk
menghindari tumpukan-tumpukan yang terjadi agar botol yang berada di paling
bawah tidak tertindih dan mengakibatkan botol menjadi pesok dan memperbaiki
cara peletakkan setiap pack. Instruksi kerja untuk penyimpanan botol dapat dilihat
pada Lampiran 14.
Instruksi kerja yang telah dibuat tersebut nantinya akan ditempel
ditempat pengemasan botol. Instruksi kerja yang telah dibuat tersebut juga
nantinya akan dikontrol juga apakah berjalan sesuai instruksi yang telah dibuat.
Form pengecekan instruksi kerja dapat dilihat pada Lampiran 15.
10. Membuat jadwal pembersihan matras mesin heating dan blowing
pembuatan botol
matras yang digunakan di dalam mesin heating dan blowing untuk
pembuatan botol sama dengan matras pada mesin untuk pembuatan cup. Untuk
umur ekonomis dari matras itu sendiri sekitar 6 bulan. Matras yang digunakan ini
berfungsi sebagai cetakan botol yang diproses di dalam mesin heating dan
blowing. Cup yang dihasilkan selama proses berjalan juga dipengaruhi oleh
matras ini, jika matras kotor cup yang dihasilkan juga akan kotor dan harus didaur
ulang karena sudah melekat selam proses blowing. Oleh karena itu dilakukan
pengamatan pada shift I untuk mengetahui kapan matras tersebut harus
dibersihkan. Hasil pengecekan waktu matras kotor dapat dilihat pada Lampiran
16. Cara pembersihan matras adalah dengan menggunakan lap kering dan lap
basah. Matras yang tidak digunakan dilap dengan lap basah, kemudian
dikeringkan menggunakan lap kering. Hal ini bertujuan untuk membersihkan
59
Universitas Kristen Petra
kotoran-kotoran yang melekat dengan lap basah terlebih dahulu, kemudian
mengeringkan sisa air dari lap basah menggunakan lap kering.
pada Lampiran 16 dapat dilihat bahwa rata-rata matras menjadi kotor
setelah 2-2,5 jam. Oleh karena itu jadwal pengecekan akan dilakukan setiap dua
jam untuk meminimalkan jumlah produk jadi yang reject akibat kotor. Jadwal
pengecekan kebersihan matras dapat dilihat pada Lampiran 17. Agar jadwal
pengecekan dijalankan dengan benar maka perlu juga form pengecekan jadwal
pembersihan matras yang dapat dilihat pada Lampiran 18.
11. Memberi penahan benturan untuk tutup botol
Salah satu penyebab dari tutup botol menjadi pesok karena dalam 1 pack
jumlahnya sangat banyak dan ketika ditaruh kedalam tempat penyimpanan pack
satu dengan yang lain saling bertabrakan, sehingga beberapa dari tutup botol
tersebut menjadi pesok. Cara untuk menghindari benturan tersebut adalah dengan
memberi peredam benturan dari spon eva disetiap baris penyimpanan. Harga dari
spon eva tersebut adalah 32.000 dengan ukuran 2m x 1,2m.
12. Membuat instruksi kerja cara penyimpanan tutup botol
Salah satu penyebab tutup botol pesok adalah cara penyimpanan yang
salah. Cara penyimpanan tutup botol yang digunakan oleh perusahaan saat ini
dengan memasukkan tutup botol ke dalam plastik tanpa ditata dan jumlah yang
dimasukkan terlalu banyak, sehingga tutup botol yang berada dibagian paling
bawah tertindih dan menjadi pesok. Setiap pack tutup botol berisi 1.000 dan
antara pack yang satu dengan pack yang lain akan saling bertumpuk dan
peleteakan pack botol ketempat penyimpanan juga tidak hati-hati. Saat ini
diusahakan untuk menghindari tumpukan-tumpukan yang terjadi agar botol yang
berada di paling bawah tidak pesok dan memperbaiki cara peletakkan setiap pack.
Instruksi kerja untuk penyimpanan botol dapat dilihat pada Lampiran 19.
Instruksi kerja yang telah dibuat tersebut nantinya akan ditempel
ditempat pengemasan tutup botol. Instruksi kerja yang telah dibuat tersebut juga
nantinya akan dikontrol juga apakah berjalan sesuai instruksi yang telah dibuat.
Form pengecekan instruksi kerja dapat dilihat pada Lampiran 20.
60
Universitas Kristen Petra
4.5.2 Usulan yang Tidak Dapat Diterapkan
Ada beberapa usulan perbaikan yang memang belum bisa
diimplementasikan saat ini. Usulan yang tidak dapat diterapkan tersebut tetap
akan dijelaskan lebih detailnya agar nantinya pihak perusahaan dapat mempelajari
terlebih dahulu dan diimplementasikan dikemudian hari. Usulan yang tidak dapat
diimplementasikan saat ini dapat dilihat pada penjelasan di bawah
1. Memberi sekat untuk ruangan peleburan bijih plastik
Salah satu penyebab kemasan cup menjadi kotor adalah material bijih
plastik sebelum menjadi lembaran sudah kotor, sehingga ketika diproses cup
menjadi kotor. Sebelum material plastik menjadi lembaran, asalnya berupa bijih
plastik. Bijih plastik tersebut nantinya akan dilebur ke dalam mesin pelebur
sehingga menjadi lembaran. Selama proses peleburan tersebut kadang ada kotoran
yang masuk tanpa sepengetahuan operator, dikarenakan ukuran dari kotoran
tersebut kecil seperti butiran debu, ataupun kotoran yang beterbangan. Oleh
karena itu, dicoba untuk diberi sekat, sehingga ruangan peleburan menjadi
tertutup tetapi bagian atasnya tetap terbuka. Tujuan diberi sekat untuk
menghindari kotoran, seperti debu yang beterbangan, sedangkan atasnya tetap
dibiarkan terbuka agar ada sirkulasi udara karena tempat peleburan tersebut
sangatlah panas. Saat ini perusahan tidak dapat menerapkan ide ini dikarenakan
membutuhkan biaya yang cukup besar dan harus menghentikan proses peleburan
untuk beberapa hari. Meskipun tidak bisa dilakukan sekarang, tetapi usulan
perbaikan ini masih bisa dilakukan dikemudian hari. Desain untuk ruangan yang
disekat dapat dilihat pada Gambar 4.15.
Gambar 4.15 Desain Ruangan Peleburan Plastik
Keterangan Gambar 4.15 dapat dilihat di bawah ini
1. Tempat peleburan plastik
2. Sekat dari kaca dengan ketebalan 0,8 cm
61
Universitas Kristen Petra
3. Pintu masuk
4. Ruangan Peleburan plastik
2. Mengganti mesin sealer
Mesin yang sudah tua menjadi salah satu penyebab munculnya kecacatan
lid miring. Kecacatan lid miring ini merupakan salah satu kecacatan yang paling
sering muncul dan jumlahnya sangat besar untuk air minum dalam kemasan cup.
Sebenarnya perusahaan juga sudah ada rencana untuk mengganti mesin tersebut,
tetapi dikarenakan biaya dan waktu yang dibutuhkan untuk mengganti
menyebabkan penundaan penggantian mesin sealer. Meskipun tidak bisa
dilakukan sekarang, tetapi usulan perbaikan ini masih bisa dilakukan di kemudian
hari.
3. Membuatkan tutup yang tidak berongga dan tidak mengganggu jalannya
proses produksi
Jenis kecacatan kebersihan botol dapat diakibatkan ketika botol PET
yang masih belum diproses tertempel kotoran debu atau kotoran kecil-kecil yang
menempel selama menunggu untuk diproses. Saat ini tempat botol PET sebelum
diproses berada pada wadah disalah satu bagian mesin dan terbuka. Kotoran yang
menempel ke botol PET tersebut dapat diakibatkan karena tidak ada tutup dari
wadah pada bagian mesin heating dan blowing tempat botol PET menunggu
sebelum diproses di dalam mesin. Mengatasi masalah tersebut dibuatlah usulan
perbaikan dengan membuatkan penutup yang tidak berongga tetapi masih bisa
dimasukkan botol PET ke dalam wadah tersebut tanpa mengganggu jalannya
proses produksi. Saat ini usulan ini masih tidak dapat diterapkan karena untuk
membuatkan tutup tersebut harus menghentikan proses produksi selama beberapa
jam. Meskipun tidak bisa dilakukan sekarang, tetapi usulan perbaikan ini masih
bisa dilakukan dikemudian hari. Desain untuk penutup tempat menunggu botol
PET dapat dilihat pada Gambar 4.16.
62
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.16 Desain Penutup Tempat Menunggu Botol PET
Keterangan Gambar 4.16 dapat dilihat di bawah ini
1. Engsel
2. Plat dari besi
3. Pegangan
4. Plat dari plastic
4. Mengevaluasi dan memperbaiki QC bahan baku perusahaan
QC bahan baku perusahaan sama dengan QC yang digunakan untuk
mengecek bahan baku yang dibuat oleh perusahaan sendiri. QC yang dilakukan
perusahaan bisa dibilang memiliki dua tahap, yaitu pada saat bahan baku dibuat
dan pengecekan dilakukan langsung oleh operator, sedangkan bahan baku yang
berasal dari luar perusahaan hanya mendapat pengecekan dari perusahaan saja.
QC yang digunakan saat ini menggunakan military standard 105E special
inspection sebagai acuan barang diterima atau ditolak. Jika QC yang digunakan
saat ini untuk mengecek bahan baku yang berasal dari perusahaan tidak masalah
karena QC dilakukan secara dua tahap, tetapi jika digunakan untuk perusahaan
harus lebih diperketat.
Botol maupun tutup botol yang berasal dari supplier akan dicek oleh
perusahaan sebelum digunakan. Botol maupun tutup botol yang dipesan oleh
perusahaan dalam satu kali pengiriman berjumlah 20.000, sehingga sampel yang
diuji lima dengan tingkat penerimaan dua dan tingkat penolakan tiga. Jika dari
lima sampel yang diuji ternyata barang yang ditolak atau tidak memenuhi
karakteristik kualitas perusahaan, maka barang tersebut akan dikembalikan
63
Universitas Kristen Petra
kepada supplier semuanya, tetapi jika barang yang tidak memenuhi karakteristik
kualitas hanya berjumlah 0,1 atau dua maka barang tersebut diterima. Padahal
kenyataanya masih banyak botol maupun tutup botol cacat yang berasal dari
supplier lain. Hasil pengecekan untuk botol dan tutup botol yang berasal dari
supplier lain dapat dilihat pada Tabel 4.15.
Tabel 4.15 Hasil Pengecekan Botol dan Tutup Botol yang Berasal dari Supplier
Pengiriman ke-
Jenis 1 2 3 4
Botol Terima V V V
Tolak V
Tutup botol Terima V V V V
Tolak
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat dari empat kali pengiriman botol
dan tutup botol dari supplier hampir semuanya diterima, tetapi sebenarnya dari
yang diterima tersebut masih banyak barang yang cacat. Sistem QC yang
digunakan oleh perusahaan saat ini untuk jumlah sampel yang diambil
berdasarkan banyaknya barang juga kurang akurat, hal ini dikarenakan jumlah
sampel yang diambil jika barang berjumlah 501-35000 adalah sama, padahal jika
jumlah barang 501 dibanding 35000 sangatlah jauh dan tidak adil jika jumlah
sampel yang diambil untuk diuji adalah sama.
Berdasarkan data-data yang ada dibuatlah usulan dengan mengubah
jumlah barang yang dikirim oleh supplier menjadi pack kecil yang berisi
maksimum 1.000 buah baik untuk botol maupun tutup botol, dengan alasan agar
sampel yang diuji menjadi lebih ketat dan kemungkinan untuk barang cacat yang
lolos diperkeciil. Dengan membagi menjadi pack kecil tersebut juga dapat
mengurangi penolakan dalam jumlah besar dari supplier. Jika dibandingkan
dengan cara yang biasa, yaitu langsung mengambil sampel berdasarkan jumlah
barang 20.000, cara ini lebih menguntungkan pihak perusahaan dan pihak
supplier. Pihak supplier mendapatkan keuntungan dalam sekali pengiriman paling
tidak ada barang yang tidak perlu dikembalikan untuk di retur, sedangkan
keuntungan untuk pihak perusahaan adalah produk cacat yang lolos menjadi
berkurang. Saat ini usulan penggantian metode QC ini masih belum dapat
64
Universitas Kristen Petra
diterapkan karena harus membuat kerjasama dahulu dengan pihak supplier.
Meskipun tidak bisa dilakukan sekarang, tetapi usulan perbaikan ini masih bisa
dilakukan di kemudian hari.
4.6 Proses Implementasi
Setelah mengetahui usulan-usulan perbaikan apa saja yang bisa
diterapkan saat ini, maka langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan
usulan-usulan tersebut di perusahaan. Proses implementasi berlangsung dari
tanggal 14 November 2011 hingga 28 November 2011. Selama proses
implementasi ini dilaksanakan, jalannya proses implementasi tetap diawasi agar
berjalan dengan baik dan sesuai dengan usulan yang telah diberikan. Berikut akan
dijelaskan proses implementasi dari setiap proses usulan perbaikan:
1. Jadwal pengecekan
Pada hari pertama implementasi mesin pencapit yang ada pada mesin
heating dan blowing pembuatan cup langsung diganti, karena umur ekonomisnya
sudah habis dan banyak kecacatan yang diakibatkan mesin tersebut. Setelah
selesai mengganti mesin kemudian mendatangi departemen AMDK dan
departemen filling dan packing untuk memberikan jadwal pengecekan suhu
mesin, dan jadwal pembersihan untuk setiap mesin serta form pengecekan. Usulan
yang ada agar benar-benar diterapkan, maka operator yang bertanggung jawab
juga diberikan beberapa arahan tentang cara mengisi form pengecekan tersebut.
Pada awalnya operator yang bertanggung jawab melakukan pengecekan seringkali
lupa karena masih belum terbiasa dengan jadwal pengecekan tersebut. Setelah
berjalan tiga hari hampir semua operator sudah merasa terbiasa dengan jadwal
pengecekan tersebut.
2. Penambahan alat dan menempelkan catatan
Pada hari pertama implementasi termometer, catatan suhu ideal untuk
beberapa kondisi, alas untuk rol-rolan plastik, dan penambahan alat penahan
benturan langsung dipasang sesuai dengan tempatnya. Termometer dipasang pada
ruangan yang terdapat mesin heating dan blowing di departemen AMDK. Catatan
suhu ideal untuk beberapa kondisi dipasang didekat alat pengoperasian mesin
heating dan blowing. Alas untuk rol-rolan plastik yang diproses menjadi cup
65
Universitas Kristen Petra
diberikan kepada kepala departemen AMDK untuk diterapkan langsung.
Penambahan alat penahan benturan untuk tutup botol juga diberikan kepada
kepala departemen AMDK dan dijelaskan cara penggunaanya. Pada awal
penerapan penambahan alas dan alat penahan benturan masih terdapat beberapa
kesalahan, seperti lupa memberikan alat penahan benturan disekeliling pack, alas
untuk rol-rolan plastik kadang juga tidak dipasang dan beberapa kali setelah rol-
rolan plastik diganti, alas yang digunakan tidak dibersihkan. Hal ini dikarenakan
beberapa operator masih belum terbiasa. Setelah implementasi berlangsung tiga
hari semua operator sudah mulai terbiasa.
3. Penerapan instruksi kerja dan form pengecekannya
Pada hari pertama implementasi instruksi kerja langsung ditempelkan
dibeberapa tempat dekat dengan tempat packing. Operator yang ada disana juga
diberikan form pengecekan serta diberitahukan cara pengisian dari form tersebut
agar instruksi kerja yang telah dibuat dapat benar-benar diterapkan. Pada awal
penerapan operator masih seringkali terbiasa dengan cara lamanya terutama dalam
menaruh botol maupun tutup botol yang sudah dalam bentuk pack dengan cara
dilempar ditempat penyimpanannya, namun dengan adanya form pengecekan
tersebut operator yang bertugas untuk mengisi form dan operator yang
menjalankan instruksi kerja saling mengingatkan untuk mengisi dan menjalankan
instruksi kerja yang telah dibuat.
4.7 Hasil Implementasi
Setelah membuat usulan-usulan perbaikan yang dapat diimplementasikan
saat ini, maka langkah selanjutnya adalah menerapkan usulan-usulan perbaikan
tersebut. Implentasi dilaksanakan selama dua minggu. Selama pelaksanaan
implementasi di perusahaan, proses implementasi tetap diawasi. Hal ini dilakukan
agar implementasi yang dilakukan dapat dilakukan secara optimal. Hasil dari
Implementasi untuk setiap jenis kecacatan dapat dilihat pada Lampiran 21.
Data hasil implementasi kemudian diubah dalam bentuk persentase
dengan membagi total jumlah kecacatan dengan total jumlah botol atau cup yang
diproduksi. Perbandingan hasil produksi selama satu tahun dengan hasil produksi
selama 2 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.16.
66
Universitas Kristen Petra
Tabel 4.16 Jumlah Produksi Cup dan Botol
Jenis Produksi 1 tahun Produksi 2 Minggu
Cup 55.560.960 2.024.160
Botol 17.186.688 704.496
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka diperoleh persentase
kecacatan untuk setiap jenis kecacatan. Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 menunjukkan
perbandingan persentase kecacatan antara data awal dengan data hasil
implementasi, serta penurunan kecacatan untuk masing-masing produk.
Tabel 4.17 Persentase Penurunan Kecacatan untuk Produk Jenis Cup
Jenis kecacatan Data awal
(%)
Hasil Implementasi
(%)
Penurunan kecacatan
(%)
Berat > (3,3 – 3,7 gram) 0,1 0,08 0,02
Berat < (3,3 -3,7 gram) 0,15 0,12 0,03
Kemasan kotor 0,2 0,14 0,06
Bibir cup bergelombang 0,3 0,2 0,1
Lid miring 0,5 0,37 0,13
Total 1,25 0,91 0,34
Tabel 4.18 Persentase Penurunan Kecacatan untuk Produk Jenis Botol
Jenis kecacatan Data awal
(%)
Hasil Implementasi
(%)
Penurunan Kecacatan
(%)
Berat > (12 – 16 gram) 0,09 0,07 0,02
Berat < (12 – 16 gram) 0,13 0,09 0,04
Bocor 1,3 0,9 0,4
Kemasan Kotor 0,3 0,25 0,05
Ulir tidak pas 1,64 1,51 0,13
Tutup botol pesok 2,8 2,25 0,55
Total 6,26 5,07 1,19
Hasil Tabel 4.17 dan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa terjadi penurunan
tingkat kecacatan di kedua jenis produksi tersebut. Total kecacatan awal untuk
67
Universitas Kristen Petra
produk jenis cup adalah 1,25% dan kecacatan setelah implementasi adalah 0,91%
Jadi dapat dilihat bahwa pada proses produksi jenis cup terjadi penurunan
kecacatan sebesar 0,34%, sedangkan total kecacatan awal untuk produk jenis
botol adalah 6,26% dan kecacatan setelah implementasi adalah 5,07% Jadi dapat
dilihat bahwa pada proses produksi jenis botol terjadi penurunan kecacatan
sebesar 1,19%. Hasil dari perbandingan tingkat kecacatan sebelum dan sesudah
implementasi untuk produk jenis cup dan jenis botol dapat dilihat pada Gambar
4.17 dan 4.18.
Gambar 4.17 Diagram Batang Perbandingan Sebelum dan Sesudah Implentasi
untuk Produk Jenis Cup
X= Jumlah produk cacat Y= persentase produk cacat (%)
68
Universitas Kristen Petra
Gambar 4.18 Diagram Batang Perbandingan Sebelum dan Sesudah Implentasi
untuk Produk Jenis Botol
Pada Gambar 4.17 dan 4.18 dapat dilihat, bahwa jumlah kecacatan untuk tiap
jenis produk cup dan botol setelah dilakukan implementasi berkurang.
Hasil implementasi dapat terjadi karena kebetulan pada saat
implementasi dilakukan keadaan mesin sedang membaik, untuk mengetahui hal
tersebut dilakukan pembandingan dengan data tiga bulan sebelum usulan
diterapkan. Data selama tiga bulan tersebut akan dibuat rata-rata kecacatannya per
dua minggu. Hasil dari perhitungan data kecacatan selama tiga bulan dari
Agusutus sampai dengan Oktober untuk produk cup dan botol dapat dilihat pada
Lampiran 22. Setelah melihat hasil dari data tiga bulan sebelum implementasi
dilakukan dapat dilihat bahwa implementasi yang dilakukan memang memberikan
dampak, yaitu penurunan tingkat produk cacat. Sebagai perbandingan hasil
sebelum implementasi dengan hasil sebelum implementasi selama tiga bulan
dapat dilihat pada Lampiran 25. Pada Lampiran 25 dapat dilihat, bahwa usulan
yang dilakukan memang berhasil. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase
produk cacat selama tiga bulan sebelum implementasi lebih besar dibandingkan
dengan setelah implementasi. Khusus untuk jenis kecacatan lid miring persentase
produk cacat sebelum implementasi lebih kecil daripada hasil implementasi. Hal
ini menunjukkan, bahwa sebelum usulan dilakukan jenis kecacatan lid miring
X= Jumlah produk cacat Y= persentase produk cacat (%)
69
Universitas Kristen Petra
hasil produk cacatnya sudah berkurang, sehingga usulan yang telah dibuat dapat
dijadikan sebagai pertimbangan apabila kemudian hari persentase produk
cacatnya menjadi besar.