57
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.Definisi Menurut Manuaba (2012), persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) (JNPK-KR DepKes RI, 2008; 37). 9

4. Bab II Tinjauan Teoritis Ida(1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

docu

Citation preview

43

BAB II

TINJAUAN PUSTAKAA. Persalinan

1. Definisi

Menurut Manuaba (2012), persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) (JNPK-KR DepKes RI, 2008; 37).Menurut Saifuddin (2010), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban terdorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3742 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin .2. Bentuk PersalinanBentuk persalinan menurut Manuaba (2009; h. 144) adalah:

1. Persalinan spontan. Bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri.2. Persalinan buatan. Bila persalinan dengan rangsangan sehingga terdapat kekuatan untuk persalinan.

3. Persalinan anjuran (partus presipitatus).

Yang paling ideal sudah tentu persalinan spontan karena tidak memerlukan bantuan apapun yang mempunyai trauma persalinan yang paling ringan sehingga kualitas sumber daya manusia dapat terjamin.Menurut Manuaba (2012), faktor-faktor penting dalam persalinan adalah power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi (ligamentum rotundum), passenger (janin dan plasenta), passage (jalan lahir dan jalan lahir tulang).Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan (1) persalinan yang berlangsung dengan kekuatan sendiri yang disebut persalinan etosia dan (2) persalinan yang berlangsung dengan penyimpang yang berasal dari kekuatan sendiri disebut persalinan distosia.Persalinan letak belakang kepala dan berlangsung spontan terjadi paling banyak. Persalinan di Indonesia terutama di pedesaan sebagian besar ditolong oleh tenaga non medis yang disertai berbagai penyulit sampai kematian. Penyebab kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, gestosis pre-eklampsia dan eklampsia. Dapat dikemukakan bahwa pertolongan saat pertama ini masih merupakan kendala yang paling menonjol, untuk menurunkan angka kematian (Manuaba, 2012).

B. Pre-eklampsia

1. Definisi

Pre-eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri dan edema, yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vaskular atau hipertensi sebelumnya (Sofian Amru, 2012).Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi pada triwulan ketiga pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Winkjosastro, 2010).Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda- tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan (Cuningham, 2009).Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Pre-eklampsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang melibatkan banyak sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan proteinuria (Bobak, 2008).

2. Etiologi

Menurut Rukiyah (2010), penyebab pre-eklampsia saat ini tidak dapat diketahui dengan pasti walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya pre-eklampsia disebut juga disease of theory, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Adapun teori-teori tersebut antara lain :

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada pre-eklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti thrombin dan plasmin. Thrombin akan mengkonsumsi antithrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi thrombosit menyebabkan pelepasan thromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasma dan kerusakan endotel. b. Peran Faktor Imunologis

Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan bloking antibodis terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.

Menurut Bobak (2008), hubungan sistem imun dengan pre-eklampsia menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan pre-eklampsia. Keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan respon imunologis lanjut. Teori ini didukung oleh peningkatan insiden preeklampsia pada ibu baru (pertama kali terpapar jaringan janin dan pada ibu hamil dari pasangan yang baru (matrigenetik yang berbeda).Berbeda dengan teori di atas, menurut Rukiyah (2010), faktor resiko yang lain yang menunjang terjadinya pre-eklampsia adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengalami pre-eklampsia sebelumnya, riwayat pre-eklampsia pada ibu atau saudara perempuan, kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis, lupus atau remathoid arthtritis.

c. Faktor Genetik

Beberapa bukti yang menunjukkan adanya peran faktor genetik pada kejadian pre-eklampsia.

Faktor-faktor genetik yang berperan tersebut diantaranya :1) Pre-eklampsia hanya terjadi pada manusia

2) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia.3) Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsia eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsia dan bukan pada ipar mereka.

4) Peran Renin Angiotensin Aldosteron Sistem (RAAS)

Tabel 2.1

Faktor Predisposisi Pre-eklampsia

1. Primigravida (meningkatkan resiko 2 kali lipat)

2. Gangguan pada pasangan/ primimaternitas/pemajanan sperma terbatas/sprema donor

3. Pasangan yang menjadi ayah kehamilan pre-eklamptik wanita lain

4. Riwayat pre-eklampsia sebelumnya

5. Peningkatan usia ibu/ peningkatan interval antar kehamilan/ remaja

6. Riwayat keluarga kemungkinan mencapai 20% (kemungkinan jika ibu mengalami pre-eklampsia dan mencapai 40% jika saudara kandung mengalami pre-eklampsia

7. Telur donor

8. Hipertensi kronis dan penyakit ginjal

9. Penyakit sel sabit dan sifat sel sabit 0

10. Obesitas, diabetes (termasuk diabetes gestasional) dan beart badan lahir rendah

11. Resistensi protein C aktif (faktor V Leiden) dan defisiensi protein S

12. Antibodi antipospolipid

13. Hipermosisteinemia (didefinisikan sebagai peningkatan konsenttrasi homosistein (tHcy) plasma. Kondisi ini dapat dijelaskan oleh mutasi genetik, defisiensi vitamin, penyakit ginjal dan penyakit lain, beberapa jenis obat dan peningkatan usia

14. Stress; ketegangan psikososial karena pekerjaan

15. Kehamilan kembar16. Infeksi saluran kemih

17. Anomali structur congenital

18. Hidrops Fetalis

19. Anomali kromosom (misalnya, triploidi terutama berkaitan dengan awitan dini preeklampsia

20. Mola hidatidosaSumber : Billington (2009)

3. Perubahan Patologi

Menurut Amru Sofian (2012), pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh sel darah merah. Jadi jika semua anteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.

Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalamruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan spasme anteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

1) Perubahan pada organ organ

a. Otak

Pada pre-eklampsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal. Pada eklampsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan cerebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.b. Plasenta dan Rahim

Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.

c. Ginjal

Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.d. Paru-paru

Kematian ibu pada pre-eklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru.

e. Mata

Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya pre-eklampsia berat. Pada eklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan gejala lain yang dapa menunjukkan tanda pre-eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia adalah adanya skrotoma, diplopia, dan amblipobia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dan korteks serebri atau di dalam retina.f. Keseimbangan Air dan Elektrolit

Pada pre-eklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata. Pada metabolisme air elektrolit, kristaloid dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada pre-eklampsia berat dan eklampsia, kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam oprganik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk kalium bikarbonat. Dengan demikian, cadangan alkali dapat kembali pulih normal. Menurut Manuaba (2010), terjadinya spasme pembuluh darah anterior menuju organ penting dalam tubuh dapat menimbulkan :

1. Gangguan metabolisme jaringan. Terjadi metabolisme anaerobik lemak danprotein.Pembakaran yang tidak sempurna menyebabkan pembentukan badan keton dan asidosis.

2. Gangguan peredaran darah dapat menimbulkan nekrosis (kematian jaringan) perdarahan dan edema jaringan.

3. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter sirkulasi menimbulkan gangguan pertukaran, CO2 dan O2 menyebabkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim. Perubahan patologis berbagai organ dijabarkan sebagai berikut:

a. Perubahan hati. Perdarahan yang tidak teratur, terjadi nekrosis trombosis dan lobus hati

b. Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler

c. Retina spasme anterior, edema sekitar diskus optikus, ablasio retina (lepasnya retina), menyebabkan penglihatan kabur

d. Otak. Spasme pembuluh darah anterior otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis, menimbulkan nyeri kepala yang berat

e. Paru-paru. Berbagai tingkat edema, bronkopneumonia sampai abses, menimbulkan sesak napas sampai sianosis.

f. Jantung. Perubahan degenerasi lemak dan edema, perdarahan subendokardial, menimbulkan dekompensasi kordis sampai penghentian fungsi jantung

g. Aliran darah ke plasenta. Spasme anterior yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin. Spasme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin

h. Perubahan ginjal. Spasme anterior menyebabkan aliran darah ke ginjal menurun sehingga filtrasi glomerolus berkurang, penyerapan air dan garam dalam tubulus tetap terjadi retensi air dan garam, edema pada tungkai dan tangan, paru dan organ lain

i. Perubahan pembuluh darah. Permeabilitasnya terhadap protein makin tinggi sehingga terjadi vasasi protein ke jaringan; protein ekstravaskular menarik air dan garam menimbulkan edema; hemokonsentrasi darah yang menyebabkan gangguan fungsi hati metabolisme tubuh dan trombosis 4. KlasifikasiMenurut Amru Sofian (2012), pre-eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1. Pre-eklampsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut :

a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi terbaring terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih; cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.

b. Edema umum, kaki jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kilo atau lebih per minggu.

c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gram atau lebih perliter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau mindstream.2. Pre-eklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut;

a. Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.

b. Proteinuria 5 gram atau lebih perliter.

c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.

d. Adanya gangguan cerebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.

e. Terdapat edema paru dan sianosis.

Menurut Manuaba (2010), kejadian pre-eklampsia dan eklampsia sulit dicegah, tetapi diagnosis dini sangat menentukan prognosis janin. Pengawasan hamil sangat penting karena pre-eklampsia berat dan eklampsia merupakan penyebab kematian cukup tinggi, terutama di negara berkembang. Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias pre-eklampsia yaitu kenaikan berat badan-edema, kenaikan tekanan darah dan terdapat proteinuria. Preeklampsia digolongkan ke dalam pre-eklampsia ringan dan berat dengan tanda dan gejala sebagai berikut:Tabel 2.2

Tipe Pre-eklampsiaTipe

Pre-eklampsiaDefinisiTanda dan Gejala

Pre-eklampsia RinganTimbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/ atau edema setelah umur kehamilan 20 mgg atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 mgg pada penyakit trofoblas (Pudjiastuti, 2012)

1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam

2. Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmhg dengan interval pemeriksaan 6 jam.

3. Kenaikan berat badan 1 kilo atau lebih dalam 1 minggu.

4. Proteinuria 0,3 gram atau lebih dnegan tingkat kualitatif +1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.

Pre-eklampsia BeratSuatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 150/100 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/ atau edema pada kehamilan 20 mgg atau lebih (Pudjiastuti, 2012)Bila salah satu diantara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil, sudah dapat digolongkan pre-eklampsia berat.

1. Tekanan darah 160/110 mmHg

2. Oliguria, urin < 400cc / 24 jam

3. Proteinuria lebih dari 3 gr/liter

4. Keluhan subjektif: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis

5. Gangguan kesadaran

6. Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus

7. Perdarahan pada retina

8. Trombosit kurang dari 100.000/mm

Peningkatan gejala dan tanda pre-eklampsia berat memberikan petunjuk akan terjadi eklampsia, yang mempunyai prognosis buruk dengan angka kematian maternal dan janin tinggi.

Sumber : Manuaba (2010)5. Akibat Pre-eklampsia

Pre-eklampsia berpengaruh tidak baik bagi ibu dan janin. Pengaruh terhadap ibu yang paling utama adalah resiko pecahnya pembuluh darah akibat tekanan yang cukup tinggi. Bila pembuluh darah yang pecah terdapat di otak dapat menghilangkan kesadaran pada ibu (Akhira, 2010).Menurut Rukiyah (2010), janin yang dikandung ibu hamil pengidap Pre-eklamsia akan hidup dalam rahim dengan nutrisi dan oksigen di bawah normal. Keadaan ini bisa terjadi karena pembuluh darah yang menyalurkan darah ke plasenta menyempit. Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga akan terjadi bayi dengan berat badan lahir rendah. Bisa juga janin di lahirkan kurang bulan (prematur) , komplikasi lanjutan dari kelahiran prematur yaitu keterlambatan belajar, epilepsy, serebral palsy dan masalah pendengaran dan penglihatan, biru saat di lahirkan (asfiksia) dan sebagainya.

Menurut Ali (2013), akibat yang akan terjadi apabila preeklampsia tidak segera ditangani yaitu :

1. Berkurangnya Aliran Darah Menuju Plasenta

Pre-eklampsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.2. Lepasnya PlasentaPre-eklampsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.3. Sindrom HELLPHELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzyme dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.4. EklampsiaJika pre-eklampsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklampsia. Eklampsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklampsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya pada saat sebelum persalinan, persalinan atau sesudah persalinan.

Pada kasus pre-eklampsia yang berat, janin harus segera di lahirkan jika sudah menunjukan kegawatan. Ini biasanya dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibu tanpa melihat apakah janin sudah dapat hidup di luar rahim atau tidak. Tapi, adakalanya keduanya tak bisa di tolong lagi. 6. Pencegahan kejadian pre-eklamsia dan eklamsia

Menurut Manuaba (2010), pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dan memerhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan urine untuk menentukan proteinuria.Untuk mencegah kejadian pre-eklamsia ringan dapat diberi nasihat tentang:

1) Diet makanan. Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak; kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema; makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna; untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.

Menurut Rukiyah (2010), ada 3 macam pemberian diet untuk pre-eklampsia yaitu;

a) Diet pre-eklamsia I, diet ini di berikan pada pasien dengan pre-eklampsia berat. Makanan diberikan dalam bentuk cair yang terdiri dari sari buah dan susu. Jumlah cairan di berikan paling sedikit 1500 ml sehari peroral dan kekurangannya di berikan secara parenteral. Karena makanan ini kurang mengandung zat gizi dan energi, maka hanya di berikan 1-2 hari saja.

b) Diet pre-eklamsia II di berikan kepada pasien yang penyakitnya tidak terlalu berat atau sebagai makanan peralihan dari diet pre-eklamsia I. Makanan di berikan dalam bentuk saring atau lunak dan di berikan sebagai diet rendah garam I. Dalam diet ini makanan yang di berikan cukup mengandung energi dan zat gizi lainnya.

c) Diet pre-eklampsia III diberikan kepada pasien dengan preeklampsia ringan atau sebagai peralihan dari diet pre-eklampsia II. Pada diet ini makanan mengandung protein tinggi dan rendah garam. Makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Pada diet jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg/bulan. Pada diet ini makanan yang diberikan mengandung cukup semua zat gizi dan energi.

2) Cukup istirahat. Istirahat yang cukup sesuai pertambahan usia kehamilan berarti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan; lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.3) Pengawasan antenatal (hamil). Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian :

a) Uji kemungkinan pre-eklampsia

(1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya

(2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri

(3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema

(4) Pemeriksaan protein dalam urine

(5) Jika mungkin dilakukan pemeriksaan ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.

b) Penilaian kondisi janin rahim

(1) Pemantauan tinggi fundus uteri

(2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban

(3) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan air ketuban

(4) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Dalam keadaan yang meragukan, maka merujuk penderita merupakan sikap yang terpilih dan terpuji. 7. Pengobatan pre-eklampsia

Menurut Amru Sofian (2012), pengobatan pre-eklampsia adalah :

1. Pre-eklampsia Ringan

a. Pengobatan hanya bersifat simtomatis dan selain rawat inap, maka penderita dapat dirawat jalan dengan skema periksa ulang yang lebih sering, misalnya 2 kali seminggu.

b. Penanganan pada penderita rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat di tempat tidur, diit rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti Vallium tablet 5 mg dosis 3 kali sehari atau fenobarbital tablet 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari.

c. Diuretika dan obat hipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat, bahkan bisa menutupi tanda dan gejala pre-eklampsia berat. Dengan cara di atas, biasanya pre-eklampsia ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa.

d. Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan janin: kadar estriol urin, lakukan amnioskopi dan ultrasonografi, dan sebagainya. Bila keadaan mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke atas.2. Pre-eklampsia Berat

1. Pre-eklampsia berat pada kehamilan kurang dari 37 minggu

a. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganannya adalah sebagai berikut :

1. Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8gr intramuskuler, kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4gr intramuskuler setiap 4 jam selama tidak ada kontraindikasi).2. Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklampsia ringan (kecuali ada kontraindikasi).

3. Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta berat badan ditimbang seperti pada pre-eklampsia ringan, sambil mengawasi timbulnya lagi gejala.

4. Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.

b. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu.

2. Pre-eklampsia berat pada kehamilan di atas 37 minggu

a. Penderita rawat inap

1. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi

2. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein

3. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler , 4 gr di bokong kanan 4 gr setiap jam

4. Syarat pemberian MgSO4 adalah : refleks patella positif , diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10% dalam ampul 10 cc5. Infus dekstrosa 5% dan Ringer Laktat

b. Berikan obat anti-hipertensi: injeksi katapres 1 ampul i.m. dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali tablet atau 2 kali tablet sehari.c. Diuretika tidak diberikan, kecuali bila terdapat edema umum, edema paru, dan kegagalan jantung kongesif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul intravena Lasix.d. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.e. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi ibu dilarang mengedan.f. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

g. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jam postpartum

h. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan seksio sesarea.

Pada pre-eklampsia ringan, gejala subjektif belum dijumpai, tetapi pada pre-eklampsia berat diikuti keluhan subjektif berupa sakit kepala terutama didaerah frotalis, rasa nyeri di daerah epigastrium, gangguan mata, penglihatan menjadi kabur, terdapat mual sampai muntah, gangguan pernafasan sampai sianosis, dan terjadi gangguan kesadaran. Jadi, pada pre-eklampsia ringan belum banyak terdeteksi sehingga banyak yang sudah terdeteksi ketika sudah mengalami pre-eklampsia berat (Manuaba, 2012).

C. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-eklampsia

1. Umur

Menurut Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2014), umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan). Menurut Arini (2012) umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.Menurut Rejeki (2008) yang mengutip pernyataan dari Crowther (1985), faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara berumur belasan tahun (35 tahun.Menurut Winkjosastro (2010), kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia dibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal meningkat kembali di atas usia 30-35 tahun.Umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. (Safrudin, 2010).

Menurut Arini (2012) yang mengutip pernyataan Hurlock (1997), ibu yang berumur 20-35 tahun disebut sebagai masa dewasa dan disebut juga masa reproduksi, dimana pada masa ini diharapkan orang telah mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, terutama dalam menghadapi kehamilan, persalinan, nas dan merawat bayinya nanti.Menurut Arini (2012) yang mengutip pernyataan dari Martadisoebrata (1992), umur lebih dari 35 tahun dianggap berbahaya, sebab baik alat reproduksi maupun fisik ibu sudah jauh berkurang dan menurun, selain itu bisa terjadi risiko bawaan pada bayinya dan juga dapat menigkatkan kesulitan pada kehamilan, persalinan dan nifas.Usia yang rentan terkena preeklampsia adalah usia 35 tahun. Seperti yang telah dijelaskan Manuaba (2008), pada usia