Upload
wijayapharmacy
View
164
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
38625084 Modul 3 Uji Kualitatif Karbohidrat
Citation preview
MODUL III
MODUL IIIUJI KUALITATIF KARBOHIDRATI. Tujuan Percobaan
1. Menentukan adanya karbohidrat melalui uji kualitatif.
2. Menentukan jenis karbohidrat dalam suatu bahan.
II. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan salah satu makromolekul penting yang diperlukan sebagai dasar kehidupan di bumi selain protein dan lemak, dimana karbohidrat merupakan sumber energi utama, senyawa penyimpan energi kimia, dan materi pembangun. Selain itu, karbohidrat juga memiliki fungsi lain, yaitu untuk aktivitas otak, pembentukan sel darah merah dan sistem saraf, dan membantu dalam proses metabolisme protein dan lemak. Pada manusia dan hewan, karbohidrat umumnya disimpan dalam bentuk glikogen/gula otot. Sedangkan pada tumbuhan, karbohidrat umumnya ditemukan dalam bentuk pati dan selulosa, dimana keduanya merupakan pembentuk struktur dan komponen utama dinding sel. Karbohidrat juga dapat ditemukan pada bakteri, yaitu sebagai peptidoglikan yang menyusun dinding sel bakteri.Kata karbohidrat berasal dari karbon (C) dan hidrat (H2O), yang secara umum menyatakan unsur penyusunnya, yaitu unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Secara biokimiawi, karbohidrat merupakan molekul polihidroksil-aldehid atau polihidroksil-keton, atau senyawa yang menghasilkan salah satu maupun kedua jenis senyawa tadi bila dihidrolisis. Karbohidrat mengandung gugus karbonil (dalam bentuk aldehid atau keton) dan gugus hidroksil. Mulanya, istilah karbohidrat digunakan untuk golongan senyawa yang memiliki rumus molekul (CH2O)n, namun kemudian pengertian ini dinyatakan tidak tepat karena munculnya beberapa senyawa yang memiliki rumus (CH2O)n tetapi bukan merupakan karbohidrat, seperti asam asetat (CH3COOH C2H4O2 (CH2O)2 (Lehninger, 1997).Berdasarkan panjang ikatan antarmolekul yang menyusun, karbohidrat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:1. MonosakaridaGolongan monosakarida merupakan golongan gula yang paling sederhana dan tidak dapat dihidrolisis lagi. Rumus molekul (CH2O)n masih sesuai untuk karbohidrat golongan ini. Beberapa sifat monosakarida: Berbentuk kristal Dapat larut dalam air
Tidak larut dalam pelarut nonpolar
Memiliki rasa yang manis
Dapat berikatan untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks Penamaan sesuai jumlah n, contohnya n=3 disebut triosa, n=4 disebut tetrosa, n=5 disebut pentosa, n=6 disebut hexosa, dsb.
Setiap atom karbon memiliki gugus OH kecuali atom karbon pertama dari gugus aldehid dan atom karbon kedua dari gugus keton
Gula monosakarida sendiri memiliki 2 jenis konformasi yang berbeda, yang dipengaruhi oleh gugus fungsi yang aktif pada konformasi tersebut. Konformasi tersebut adalah aldosa (mengandung gugus aldehid) dan ketosa (mengandung gugus keton).
O
|
/
- C = O
- C H
|
|
Aldosa
KetosaSecara umum, jenis monosakarida yang paling banyak ditemui adalah pentosa yang terdiri dari 5 atom karbon dan heksosa yang terdiri dari 6 atom karbon. Contoh gula pentosa adalah aldopentosa (komponen penting asam nukleat), arabinosa, ribosa, dan xylosa. Sedangkan contoh dari gula heksosa adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.(1) Glukosa
Glukosa merupakan aldoheksosa, yang sering disebut juga sebagai dekstrosa karena dapat terpolarisasi ke arah kanan (dekstro). Di alam, glukosa banyak dijumpai pada buah-buahan dan madu, dan dapat dihasilkan dari reaksi karbondioksida dan air dengan bantuan sinar matahari oleh klorofil daun, yang disebut dengan reaksi fotosintesis. Berikut adalah struktur dari D-glukosa dan L-glukosa:
O
O
/
/
C H
C H
|
|
H C OH
HO C H
|
|
OH C H
H C OH
|
|
H C OH
HO C OH
|
|
H C OH
HO C OH
|
|
H2C OH
H2C OH D-glukosa
L-glukosa(2) Fruktosa
Fruktosa adalah bentuk ketoheksosa yang mempunyai sifat dapat terpolarisasi ke kiri (levo) sehingga dapat juga disebut sebagai levulosa. Di alam, fruktosa dapat ditemukan pada buah-buahan dan nektar pada bunga (yang akan diolah menjadi madu). Rasa fruktosa lebih manis daripada gula tebu atau sukrosa. Fruktosa dapat dibedakan dari glukosa dengan menggunakan pereaksi Seliwanoff, yaitu larutan resorsinol (1,3-dihidroksi-benzena) dalam asam klorida, yang dapat mendeteksi adanya gugus keton. Berikut adalah struktur dari D-fruktosa dan L-fruktosa:
CH2OH
CH2OH
|
|
C = O
C = O
|
|
OH C H
H C OH
|
|
H C OH
HO C OH
|
|
H C OH
HO C OH
|
|
H2C OH
H2C OH
D-fruktosa
L-frukosa(3) Galaktosa
Galaktosa jarang terdapat dalam bentuk bebas di alam, melainkan umumnya berikatan dengan glukosa membentuk laktosa, yaitu yang sering disebut gula susu. Galaktosa memiliki sifat dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan. Galaktosa memiliki rasa yang kurang manis dibandingkan glukosa dan kurang larut dalam air, karena pada proses oksidasi oleh asam nitrat pekat dan dalam keadaan panas, galaktosa akan menghasilkan asam musat yang kurang larut dalam air bila dibandingkan dengan asam sakarat yang dihasilkan oleh oksidasi glukosa. Berikut adalah struktur D-galaktosa dan L-galaktosa:
O
O
/
/
C H
C H
|
|
H C OH
HO C H
|
|
OH C H
H C OH
|
|
OH C H
H C OH
|
|
H C OH
HO C OH
|
|
H2C OH
H2C OH
D-galaktosa
L-galaktosaAdapun beberapa reaksi monosakarida yang penting untuk penentuan sifat-sifat maupun jenis karbohidrat:(1) Reaksi dengan asam dan basa
a. Reaksi dengan asam
Heksosa jika ditambahkan dengan asam encer bersifat sangat stabil sehingga tidak terjadi reaksi, sedangkan bila ditambah dengan asam kuat dengan katalis panas akan mengalami dehidrasi membentuk hidroksi metil-furfural. Gula pentosa jika ditambahkan dengan asam kuat dengan katalis panas maka akan membentuk furfural.b. Reaksi dengan basa
Glukosa bila ditambah dengan basa encer akan mengalami reaksi enolisasi yaitu pembentukan enediol (ikatan rangkap yang memiliki 2 alkohol) yang dapat membentuk fruktosa, manosa, dan glukosa melalui reaksi perubahan aldosa menjadi ketosa (transformasi Bruyn-Alberda van Ekenstein). Namun transformasi ini tidak dapat terjadi dalam basa pekat, karena monosakarida mudah teroksidasi, terdegradasi, dan berpolimerisasi dalam basa pekat.(2) Gula pereduksi
Karbohidrat dikatakan memiliki sifat sebagai gula pereduksi jika memiliki gugus aldehid dan keton bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion logam Cu dan Ag dalam larutan yang bersifat basa. Gula pereduksi akan teroksidasi, berfragmentasi, dan berpolimerisasi dalam larutan basa tersebut. Struktur glukosa dan fruktosa dapat digunakan untuk membedakan keberadaan gula pereduksi. Gugus aldehid maupun keton jika tereduksi akan menjadi gula alkohol. Glukosa akan tereduksi menjadi sorbitol, sedangkan fruktosa akan tereduksi menjadi manitol dan sorbitol, dan galaktosa akan menjadi dulsital. Untuk sukrosa, tidak ada gugus aldehid atau keton bebas karena telah berikatan, sehingga ketika ditambah Fehling, sukrosa tidak dapat mereduksi Cu, namun ketika dipanaskan, sukrosa akan terhidrolisis sehingga gugus aldehid dan keton terpisah dan dapat mereduksi, perubahan warna dari biru menjadi kuning.(3) Pembentukan glikosida
Monosakarida dapat membentuk glikosida dan asetal yang merupakan salah satu sifat penting karena dapat menentukan struktur cincin gula pembentuknya. Glikosida di alam banyak terdapat pada tumbuhan. Prinsipnya adalah glukosa direaksikan dengan metanol dan asam klorida membentuk metil-glukosa yang dalam larutan asam bersifat labil namun stabil dalam larutan basa, yang kemudian ditambahkan dengan metil iodida/dimetil sulfat membentuk penta-O-metil-glukosa yang jika dihidrolisis akan menjadi 2,3,4,6-tetra-O-metil-glukosa. Bila gugus hidroksil suatu gula beraksi dengan gugus hemiasetal/hemiketal gula lain maka dapat berubah menjadi glikosida, dimana banyak terdapat monosakarida dengan ikatan glikosida pada polisakarida.(4) Pembentukan ester
Glukosa jika direaksikan dengan asam asetat-anhidrida berlebih akan menghasilkan gugus asetil (ikatan ester), dimana sifat ini penting untuk penentuan struktur karbohidrat. Kompleks antara gula dan asam amino memegang peranan penting dalam aktivitas biologis, contohnya adalah glukosamin (pembentuk asam hialuronat) dan galaktosamin (pembentuk kondroitin).(5) Fenilosazon dan osazon
Monosakarida direaksikan dengan fenilhidrazin (C6H5NHNH2) akan menghasilkan fenilosazon yang tidak larut dalam air dan mudah mengkristal, yang jika ditambahkan dengan fenilosazon yang sama akan membentuk osazon yang berbentuk kristal dan memiliki warna khas. Sifat ini penting untuk penentuan jenis karbohidrat. Kristal fruktosa berbentuk pentagonal dan kristal galaktosa berbentuk segi empat runcing.2. Oligosakarida
Oligosakarida adalah jenis karbohidrat yang merupakan gabungan dari beberapa monosakarida yang terikat oleh ikatan kovalen. Penamaan karbohidrat dari golongan ini didasarkan dari jumlah monosakarida yang menyusunnya, contohnya disakarida (2 monosakarida), trisakarida (3 monosakarida), tetrasakarida (4 monosakarida), dst. Dari sekian jenis oligosakarida, yang paling banyak dipelajari adalah disakarida. Disakarida memiliki sifat-sifat yang sama dengan monosakarida. Adapun beberapa jenis disakarida adalah:(1) Sukrosa
Sukrosa, yang disebut juga gula tebu, adalah oligosakarida yang tersusun dari glukosa dan fruktosa yang terikat dengan ikatan -(1,4)-glikosida. Di alam, sukrosa banyak ditemukan dalam tanaman, contohnya tebu, bit, nanas, dan wortel. Sukrosa tidak dapat mengalami mutarotasi dan bukan gula pereduksi. Berikut adalah struktur sukrosa:
(2) Laktosa
Laktosa sering juga disebut sebagai gula susu, yang jika dihidrolisis akan menghasilkan galaktosa dan glukosa sebagai monosakarida penyusunnya. Galaktosa dan glukosa tersebut terikat dengan ikatan -(1,4)-glikosida. Laktosa dapat mengalami mutarotasi, dan merupakan salah satu gula pereduksi. Struktur laktosa:
(3) Maltosa
Maltosa yang tersusun atas 2 glukosa dengan ikatan -(1,4)-glikosida merupakan hasil hidrolisis pati oleh enzim -amilase. Maltosa mudah larut dalam air dan memiliki rasa yang lebih manis daripada laktosa namun kurang manis dibandingkan sukrosa. Berikut adalah struktur maltosa:
Contoh lain oligosakarida adalah selobiosa (terdiri dari 2 unit glukosa dengan ikatan -(1,4)-glikosida, merupakan pembentuk selulosa dan gula pereduksi), gentibiosa (terdiri dari 2 unit glukosa dengan ikatan -(1,6)-glikosida), isomaltosa (merupakan hasil hidrolisis polisakarida tertentu yang strukturnya hampir sama dengan maltosa (iso=sama) namun ikatan antara 2 glukosa adalah -(1,6)-glikosida), dan trehalosa (tersusun dari 2 unit glukosa dengan ikatan -(1,1)-glikosida, bukan merupakan gula pereduksi, dan terdapat dalam hemolimfa beberapa insekta).3. PolisakaridaGolongan karbohidrat ini adalah jenis yang tersusun atas lebih dari 10 monosakarida yang membentuk rantai panjang yang dapat memiliki cabang, sehingga merupakan jenis karbohidrat yang paling kompleks bila dibandingkan dengan monosakarida dan oligosakarida. Berdasarkan jenis monosakarida yang menyusun, polisakarida dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:(1) Homopolisakarida
Merupakan polisakarida yang tersusun atas 1 jenis monosakarida saja.
(2) Heteropolisakarida
Merupakan polisakarida yang tersusun lebih dari 1 jenis monosakarida.
Adapun sifat-sifat polisakarida:
Tidak memiliki rasa Tidak larut dalam air, jika dapat larut akan membentuk larutan koloid Amorf
Berat molekul tinggi
Bukan gula pereduksi
Berdasarkan fungsinya secara umum, polisakarida dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:(1) Polisakarida stuktural
Merupakan polisakarida yang memiliki fungsi sebagai penyusun struktur pada makhluk hidup. Contohnya adalah selulosa. Selulosa paling banyak ditemukan pada tumbuhan, yaitu pada dinding sel, yang berfungsi untuk menjaga struktur sel. Selain itu, pada kayu juga ditemukan selulosa, namun bersama dengan polimer lain seperti lignin. Struktur selulosa adalah rantai lurus homopolisakarida dari D-glukopiranosa dengan ikatan -(1,4)-glikosida. Ikatan ini dapat dihidrolisis melalui beberapa cara, yaitu: Ditambah asam kuat dan air, menghasilkan selulosa dan selobiosa Ditambah glikosidase, namun tidak terdapat dalam saluran pencernaan hewan dan manusia
Ditambah selobiose, yang terdapat pada saluran pencernaan ular
Oleh bakteri rumen yang terdapat pada ruminansia, menjadi glukosaBerikut adalah struktur selulosa:
Contoh lain dari polisakarida struktural adalah hemiselulosa, pektin, asam pektat, gum arabik, dan kitin.(2) Polisakarida simpanan
Merupakan polisakarida yang berfungsi sebagai penyimpan hasil metabolisme pada makhluk hidup, dimana polisakarida jenis ini pada umumnya terdiri dari banyak cabang. Contoh dari polisakarida simpanan adalah amilum/pati, yang dihasilkan oleh tumbuhan tingkat tinggi, dan merupakan homopolimer glukosa yang disebut glukan. Amilum adalah sumber karbohidrat paling penting. Struktur amilum terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa adalah polilinier glukosa, yang terikat oleh ikatan -(1,4)-glikosida dengan berat molekul yang bervariasi, sekitar 150.000. Amilosa dapat diurai oleh enzim -amilase menjadi glukosa dan amilosa pada saluran pencernaan, air liur, dan cairan pankreas. Sedangkan pada tumbuhan, amilosa diurai oleh -amilase menjadi maltosa. Berikut struktur amilosa:
Amilopektin adalah polisakarida yang terdiri dari banyak cabang yang masing-masing tersusun dari + 30 glukosa rantai lurus dengan ikatan -(1,4)-glikosida dan ikatan cabang berupa -(1,6)-glikosida. Berat molekul juga bervariasi sekitar 150.000. Amilopektin tidak dapat diuraikan oleh baik maupun -amilase, namun jika ditambahkan -(1,6)-glikosidase, maka amilopektin dapat terhidrolisis sempurna menjadi glukosa dan maltosa. Amilopektin bersifat nonpolar dengan bentuk koloid kental. Berikut struktur amilopektin:
Contoh polisakarida simpanan lain adalah glikogen, fruktan/levan, inulin, dan dekstran.Berbagai jenis karbohidrat dapat diidentifikasi keberadaannya melalui reaksi spesifik antara karbohidrat tersebut dengan senyawa reagen yang ditambahkan. Uji kualitatif karbohidrat dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu reaksi pembentukan warna dan prinsip kromatografi (TLC/Thin Layer Chromatography, HPLC/High Performance Liquid Chromatography, GC/Gas Chromatography). Adapun beberapa analisa kualitatif berdasarkan reaksi pembentukan warna yang dapat dilakukan adalah:1. Tes Fehling
Tujuan:mengetahui keberadaan gula pereduksi pada karbohidrat ujiReagen:Fehling A (mengandung ion kupri CuSO4)
Fehling B (campuran alkali NaOH dan KNaC4H4O6)
Hasil:(+) warna kuning dengan endapan merah bata
(-)larutan tidak berubah warnaGula pereduksi dapat mereduksi larutan Fehling menjadi tembaga oksida yang mengendap dan mereduksi ion kupri menjadi ion kupro. Gula pereduksi dengan larutan Fehling B akan membentuk enediol yang kemudian akan membentuk ion kupro dan campuran asam-asam dari Fehling B. Ion kupro dalam suasana basa akan membentuk kupro hidroksida yang dalam keadaan panas akan mengendap menjadi kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah bata. 2. Tes BenedictReaksi:karbohidrat + Benedict CuOH Cu2O (s)Tujuan:mengetahui keberadaan gula pereduksi pada karbohidrat ujiReagen:Benedict (CuSO4 + NaOH + Na-sitrat)
Hasil:(+)warna orange menjadi merah pekat
(-)tidak berubah warna dan tetap biruUji ini juga dapat digunakan untuk analisa kuantitatif, karena banyak gula dalam larutan berbanding lurus dengan gelapnya warna endapan yang terbentuk.
3. Tes Barfoed
Reaksi:karbohidrat + Barfoed karboksilat + H+ + Cu2O (s)Tujuan:mengetahui keberadaan gula pereduksi pada karbohidrat ujiReagen:Barfoed (campuran CuSO4 dan CH3COOH)Hasil:(+)warna orange dan terbentuk endapan warna merah
(-)tidak berubah warna
Uji ini berbeda dengan tes Fehling dan Benedict dikarenakan uji ini dapat membedakan karbohidrat monosakarida atau disakarida berdasarkan prinsip monosakarida akan tereduksi lebih cepat daripada disakarida.4. Tes MooreReaksi:transformasi Bruyn-Alberda van EkensteinTujuan:mengetahui jenis gula, apakah aldosa atau ketosaReagen:Moore (NaOH)Hasil:(+)warna kuning kemudian menjadi merah kecoklatan
(-)tidak berubah warna
Gula jenis aldosa akan mengalami transformasi Bruyn-Alberda van Ekenstein sementara fruktosa juga akan terdeteksi sebagai hasil positif, yang memberi warna kuning menjadi merah bata.5. Tes Seliwanoff
Reaksi:ketosa + HCl hidroksimetilfurfural + resorsinol warna orange tua
aldosa + HCl hidroksimetilfurfural + resorsinol negatifTujuan:mengetahui keberadaan gugus ketonReagen:Seliwanoff (HCl)Hasil:(+)saat dididihkan berwarna orange dan menjadi orange tua setelah 7 menit
(-)tidak terjadi perubahan
Adanya warna orange tua/merah menunjukkan hasil kondensasi dari resorsinol yang didahului dengan pembentukan hidroksimetilfurfural yang proses pembentukannya sendiri berasal dari konversi fruktosa oleh HCl panas yang kemudian menghasilkan asam livulenik dan hidroksimetilfurfural. HCl juga dapat memecah disakarida yang ada pada karbohidrat uji, sehingga sampel sukrosa dapat terpecah menjadi fruktosa dan glukosa yang memiliki komponen ketosa.6. Tes Rapid Furfural
Reaksi:karbohidrat uji + HCl hidroksimetilfurfural + -naphtol kompleks warna unguTujuan:mendeteksi keberadaan karbohidratReagen:-naphtol
Hasil:(+)warna ungu saat mulai didihkan selama beberapa menit
(-)tidak terjadi perubahan
HCl pada reagen berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan memberikan suasana asam, sedangkan -naphtol berfungsi sebagai indikator warna yang akan memberi warna ungu ketika berikatan dengan kompleks aldosa/ketosa.7. Tes Bial
Tujuan:mengetahui keberadaan gula pentosaReagen:Bial (campuran orcinol, HCl, dan FeCl3)Hasil:(+)warna biru kehijauan, orange, atau ungu
(-)tidak terjadi perubahan
Keberadaan pentosa akan didehidrasi oleh komponen asam dari HCl dan membentuk furfural.
8. Tes Molisch
Reaksi:pentosa + H2SO4 pekat furfural + -naphtol warna ungu
heksosa + H2SO4 pekat hidroksimetilfurfural + -naphtol warna ungu
Tujuan:mengetahui keberadaan karbohidrat dalam sampel ujiReagen:Molisch (campuran H2SO4 pekat dan -naphtol)Hasil:(+)cincin ungu
(-)tidak terjadi perubahan
Asam sulfat pekat berfungsi sebagai agen dehidrasi untuk membentuk furfural (untuk pentosa) dan hidroksimetilfurfural (untuk heksosa) yang kemudian bereaksi dengan -naphtol membentuk kompleks yang berwarna.9. Tes Iod
Reaksi:karbohidrat + iodine (I2) warna biru kehitamanTujuan:mengetahui keberadaan amilum dalam sampel uji
Reagen:I2Hasil:(+)warna biru ketika ditambah iod, namun hilang ketika ditambah NaOH 2 N dan HCl 2 N
(-)tidak terjadi perubahanKondensasi iodine dengan karbohidrat selain monosakarida dapat menghasilkan warna yang khas. Amilum dengan iodine dapat membentuk kompleks biru, sedangkan dengan glikogen akan membentuk warna merah. Adanya NaOH yang bersifat basa mengikat iod sehingga warna biru hilang, dan ketika ditambah dengan HCl tidak terjadi reaksi apapun. Uji ini didasarkan pada pembentukan rantai poliiodida pada kompleks iodine-amilum. Kompleks ini tidak dapat terbentuk pada senyawa gula yang lebih pendek seperti monosakarida atau disakarida, sehingga test ini sering digunakan untuk mengetahui apakah hidrolisis dari suatu senyawa kompleks sudah selesai atau belum.10. Hidrolisis Selulosa
Reaksi:selulosa + H2SO4 pekat glukosa + selobiosa + BenedictTujuan:mengetahui apakah selulosa dapat dihidrolisis menggunakan H2SO4 pekat atau tidakReagen:H2SO4 pekat, H2O, dan BenedictHasil hidrolisis menggunakan H2SO4 pekat dan H2O diuji menggunakan larutan Benedict untuk mendeteksi gula pereduksi yang telah terhidrolisis.11. Hidrolisis Amilum
Tujuan:mengetahui apakah amilum dapat dihidrolisisReagen:HCl pekat, iodine (I2), dan BenedictHasil hidrolisis dan non-hidrolisis akan memberi hasil yang berbeda karena penguraian amilum menjadi monosakarida-monosakarida penyusunnya membutuhkan panas.
III. Alat dan Bahan
Alat:
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Beaker glass 50 mL
4. Mortar
5. Waterbath
6. Reflux set
7. Erlenmeyer
8. Gelas ukur 10 mL, 50 mL
9. Corong
10. Pisau
11. Botol putih 100 mL
12. Batang pengaduk
13. Plat tetes
Bahan:
1. Lar. Fehling A
2. Lar. Fehling B
3. Lar. Karbohidrat 1% masing-masing: glukosa, galaktosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, amilum4. Lar. Benedict
5. Reagen Barfoed
6. NaOH 2%
7. Reagen Seliwanoff
8. L-Naphtol 1%
9. HCl pekat
10. Reagen Bial
11. Reagen Molisch
12. Iod
13. NaOH 2 N
14. HCl 2 N
15. Na2CO316. Buah
17. Etanol 96%
IV. Cara Kerja
A. Uji Kualitatif Karbohidrat StandarUjilah masing-masing larutan karbohidrat yang telah disediakan dengan berbagai jenis analisa berikut ini. Kemudian tulislah hasil pada tabel (untuk cara uji dan ekstraksi buah, perhatikan prosedur di bawah tabel).
Prosedur Analisa Kualitatif
1. Test Fehling: campurkan secara merata larutan Fehling A dan Fehling B dalam tabung reaksi (masing-masing 1 mL). Tambahkan 5 tetes larutan sampel dan didihkan selama beberapa menit. Larutan positif jika berwarna kuning atau terbentuk endapan merah pekat.2. Test Benedict: tambahkan 5 tetes larutan sampel dalam 2 mL larutan Benedict dan didihkan selama 5 menit, kemudian dinginkan larutan. Larutan positif jika berwarna kuning, oranye, atau terbentuk endapan merah pekat.
3. Test Barfoed: tambahkan 2 mL reagen Barfoed dalam 1 mL larutan sampel. Didihkan selama 1 menit dan diamkan. Larutan positif jika terbentuk warna oranye dan lama kelamaan akan terbentuk endapan warna merah.
4. Test Moore: tambahkan 1 mL 2% NaOH pada 1 mL larutan sampel dan didihkan. Larutan positif jika berwarna kuning dan lama kelamaan akan menjadi merah kecoklatan.
5. Test Selliwanoff: tambahkan 2 tetes larutan sampel pada 2 mL reagen Selliwanoff. Didihkan larutan selama + 2 menit. Larutan positif jika pada saat mendidihkan akan terbentuk warna oranye dan akan menjadi oranye tua jika dididihkan sampai 7 menit.
6. Test Rapid Furfural: tambahkan 6 tetes 1% L-naphtol dan 5 mL HCl pekat dalam 2 mL sampel. Didihkan larutan. Larutan akan menjadi ungu pada saat mulai dididihkan selama beberapa menit.
7. Test Bial: tambahkan 2-3 mL larutan sampel dalam 5 mL reagen Bial. Didihkan larutan. Larutan akan berwarna biru kehijauan, oranye, atau ungu.8. Test Molisch: tambahkan 2 tetes reagen Molisch ke dalam 2 mL larutan sampel, campurkan larutan, dan tambahkan 0,5 mL asam sulfat pekat perlahan-lahan melewati dinding tabung sampai terbentuk cincin ungu.
9. Test Iod: 1 tetes larutan sampel + 1 tetes iod, terjadi warna biru. Teteskan NaOH 2 N, warna biru hilang. Teteskan HCl 2 N, biru tetap hilang.
Prosedur Isolasi Karbohidrat (Ekstraksi dari Buah)
1. Timbang buah yang akan dianalisa sebanyak + 10 gr, potong tipis dan kecil.2. Tambahkan etanol 96% sebanyak 50 mL dan lanjutkan dengan refluks dalam waterbath dengan suu 80OC selama 1 jam.
3. Saring dengan kertas saring, panaskan filtrat hingga alkohol menguap.
4. Tambahkan aquades hingga volume akhir filtrat menjadi 50 mL setelah alkohol menguap.5. Analisa secara kualitatif karbohidrat yang diperoleh dan simpan sisa larutan dalam lemari es untuk modul berikutnya (minggu depan).
6. Untuk mendapatkan sampel amilum, endapan sisa filtrat gula dilarutkan dengan air 10 mL.
7. Didihkan larutan selama 20 menit sampai mengalami gelatinisasi, simpanlah sampel amilum ini dalam lemari es untuk dianalisa pada modul berikutnya (Modul IV dan V).
B. Hidrolisis Selulosa
1. Basahi secarik (kira-kira 3x3 cm) kertas saring secara perlahan dengan asam sulfat pekat dingin di dalam mortar hingga larut semuanya, pindahkan dalam beaker glass 50 mL.2. Tambahkan air kira-kira 10 mL pada larutan tersebut.
3. Didihkan cairan tersebut dalam waterbath selama 1 jam.
4. Dinginkan cairan tersebut dan netralkan dengan Na2C2O3 padat.
5. Larutkan secarik kertas saring yang lain dengan aquades menggunakan tabung reaksi 2.
6. Uji kedua larutan tersebut dengan test Benedict.
C. Hidrolisis Amilum
1. Buat 10 mL amilum 1%.2. Ambil 5 mL amilum 1% dan tambahkan 3 mL HCl pekat.
3. Panaskan pada penangas air.
4. Setiap 3 menit periksa dengan test Iodium (ambil satu dua tetes sampel dan uji menggunakan plat tetes).
5. Setelah larutan menjadi negatif dengan test Iodium, dinginkan dan netralkan sisa larutan dengan Na2C2O3 padat.
6. Lakukan test Benedict.
7. Lakukan pula test Benedict terhadap larutan amilum 1% (non-hidrolisis).
V. Material Safety Data Sheet
1. HCl
Berat molekul:36,46
Penampakan:cairan tak berwarna
Bau:bau asam
Titik didih:53oC
Titik leleh:-74oC
Bahaya:Korosif. Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, rasa terbakar, dan kematian.
Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Panggil segera pihak medis.
2. NaOH
Berat molekul:40,00
Penampakan:cairan putih agak keruh
Bau:tak berbau
Titik didih:larutan 10% = 105oC; larutan 30% = 115oC
Titik leleh:larutan 10% = -10oC; larutan 30% = 1oC
Bahaya:Korosif. Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.
Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Panggil segera pihak medis.
3. C2H5OH
Berat molekul:46,06
Penampakan:cairan putih agak keruh
Bau:tak berbau
Titik didih:larutan 10% = 105oC; larutan 30% = 115oC
Titik leleh:larutan 10% = -10oC; larutan 30% = 1oC
Bahaya:Korosif. Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.
Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Panggil segera pihak medis.
4. H2SO4Berat molekul:98,08Penampakan:cairan tak berwarna hingga kekuninganBau:bau asamTitik didih:327oCTitik leleh:-2oCBahaya:Korosif. Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Panggil segera pihak medis.5. L-naphtol
Berat molekul:249
Penampakan:kristal oranye kemerahanTitik leleh:141oCBahaya:Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, segera muntahkan. Panggil segera pihak medis.6. Iod
Berat molekul:253,81Penampakan:kristal biru kehitamanBau:bau asamTitik didih:184oCTitik leleh:114oCBahaya:Korosif. Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, segera muntahkan. Panggil segera pihak medis.7. Na2CO3Berat molekul:105,99Penampakan:granula atau bubuk putihBau:tidak berbauTitik leleh:851oCBahaya:Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Panggil segera pihak medis.8. Fehling ABerat molekul:159,61Penampakan:cairan tak berwarna hingga hijau pucatBau:tak berbauBahaya:Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, segera muntahkan. Panggil segera pihak medis.9. Fehling B
Penampakan:cairan tak berwarnaBau:tak berbauTitik didih:103oC
Titik leleh:-10oC
Bahaya:Berbahaya. Menyebabkan iritasi, inflamasi, dan rasa terbakar.Penanganan:Jika terhirup, cari udara segar. Jika kontak dengan kulit, segera cuci di bawah air mengalir minimal 15 menit. Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Panggil segera pihak medis.VI. Daftar Pustaka
Lehninger, A.L. 1997. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Penerbit Erlangga.-. (2010). Chemistry for Biologists: Carbohydrates. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.rsc.org/education/teachers/learnnet/cfb/carbohydrates.htm.
-. (Sept 18, 2009). Carbohydrate Nomenclature. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.db.uth.tmc.edu/faculty/alevine/1521_2000/carborev.htm.-. (2010). Material Safety Data Sheet. [Online]. Diunduh 27 Agustus 2010. Tersedia: http://www.jtbaker.com/msds/english._1344778499.unknown