16
Modul ke 3 Perekonian Indonesia Asfia Murni 1 PELAKU EKONOMI INDONESIA 3.1 Pelaku Ekonomi ditinjau dari konsep ekonomi Makro/Mikro Meskipun pelaku ekonomi itu sesungguhnya adalah masyarakat secara keseluruhan menurut konsep ekonomi pelaku ekonomi dapat dibagi dalam empat kelompok dan masing- masing punya peranan dan tujuan. (Asfia Murni: 2013) Pelaku Ekonomi Peranan Tujuan Kegiatan Rumah Tangga Konsumen (RTK) Sebagai; pemilik/pemasok sumber daya bagi pelaku ekonomi lainnya dan pemakai barang-jasa yang dihasilkan kelompok ekonomi lainnya Kegiatan RTK; untuk mencapai kesejahteraan individu Rumah tangga Perusahaan (RTP) Sebagai; penghasil/pemasok barang-jasa dan pemakai input dan output dari kelompok pelaku ekonomi lainnya. Kegiatan RTP; untuk mencapai profit maksimum Rumah tangga Pemerintah (RTN) Sebagai; penghasil/pemasok barang publik dan pemakai input dan output dari kelompok pelaku ekonomi lainnya Kegiatan RTN; untuk mencapai kesejahteraan masyarakat secara umum Rumah Tangga Luar Negeri (RTLN) Sebagai; pemasok barang-jasa dan input dari LN dan pemakai output dari kelompok pelaku ekonomi lainnya a) Kegiatan RTLN; untuk mencari keuntungan dan kesejahteraan Keempat pelaku ekonomi tersebut saling berinteraksi dalam mengelola faktor produksi /sumber ekonomi yang tersedia, sehingga dapat bermanfaat secara optimal dan dapat mencapai kepuasan serta kemakmuran masyarakat secara keseluruhan. 3.2 Pelaku Ekonomi ditinjau dari konsep Perekonomian Indonesia. Sistem ekonomi di Indonesi sendi utamanya adalah UUD 1945 pasal 33 ayat (1), (2), dan (3). Bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (1) adalah koperasi, dan bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (2) dan (3) adalah perusahaan negara. Adapun dalam penjelasan pasal 33

3 Pelaku Ekonomi Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pelaku

Citation preview

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    1

    PELAKU EKONOMI INDONESIA

    3.1 Pelaku Ekonomi ditinjau dari konsep ekonomi Makro/Mikro

    Meskipun pelaku ekonomi itu sesungguhnya adalah masyarakat secara keseluruhan

    menurut konsep ekonomi pelaku ekonomi dapat dibagi dalam empat kelompok dan masing-

    masing punya peranan dan tujuan. (Asfia Murni: 2013)

    Pelaku Ekonomi Peranan Tujuan Kegiatan

    Rumah Tangga

    Konsumen (RTK)

    Sebagai; pemilik/pemasok sumber daya

    bagi pelaku ekonomi lainnya dan pemakai

    barang-jasa yang dihasilkan kelompok

    ekonomi lainnya

    Kegiatan RTK; untuk

    mencapai kesejahteraan

    individu

    Rumah tangga

    Perusahaan

    (RTP)

    Sebagai; penghasil/pemasok barang-jasa

    dan pemakai input dan output dari

    kelompok pelaku ekonomi lainnya.

    Kegiatan RTP; untuk

    mencapai profit maksimum

    Rumah tangga

    Pemerintah

    (RTN)

    Sebagai; penghasil/pemasok barang

    publik dan pemakai input dan output dari

    kelompok pelaku ekonomi lainnya

    Kegiatan RTN; untuk

    mencapai kesejahteraan

    masyarakat secara umum

    Rumah Tangga

    Luar Negeri

    (RTLN)

    Sebagai; pemasok barang-jasa dan input

    dari LN dan pemakai output dari

    kelompok pelaku ekonomi lainnya

    a) Kegiatan RTLN; untuk

    mencari keuntungan

    dan kesejahteraan

    Keempat pelaku ekonomi tersebut saling berinteraksi dalam mengelola faktor

    produksi /sumber ekonomi yang tersedia, sehingga dapat bermanfaat secara optimal dan

    dapat mencapai kepuasan serta kemakmuran masyarakat secara keseluruhan.

    3.2 Pelaku Ekonomi ditinjau dari konsep Perekonomian Indonesia.

    Sistem ekonomi di Indonesi sendi utamanya adalah UUD 1945 pasal 33 ayat (1), (2),

    dan (3). Bentuk usaha yang sesuai dengan ayat (1) adalah koperasi, dan bentuk usaha yang

    sesuai dengan ayat (2) dan (3) adalah perusahaan negara. Adapun dalam penjelasan pasal 33

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    2

    UUD 1945 yang berbunyi hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak

    boleh di tangan seorang.

    Atas dasar ketentuan UUD 1945 tersebut maka terdapat empat pelaku utama

    ekonomi Indonesia yaitu: Pemerintah, Koperasi, Badan Usaha milik negara (BUMN), Badan

    Usaha Milik Swasta (BUMS).

    A. PEMERINTAH

    Dalam suatu perekonomian terutama bagi Negara-negara sedang berkembang

    seperti Indonesia sangat diperlukan peranan pemerintah. Pemerintah melalui kebijakan

    fiscal dan moneter dapat mengatur dan mengendalikan perkonomian suatu Negara agar

    dapat tumbuh dalam keadaan efisien (efficiency),merata (equity) dan Stabil (stability).

    Menurut Samuelson (2001): peranan pemerintah, antara lain yaitu; meningkatkan

    efisiensi, menciptakan pemerataan dan keadilan, memacu pertumbuhan ekonomi secara

    menyeluruh dan memelihara stabilitasnya.

    Disamping itu pemerintah juga bertugas dalam menyediakan barang-barang publik.

    Menghasilkan Barang publik membutuhkan biaya yang sangat besar. karenanya menghasilkan

    barang publik secara umum ditangani oleh pemerintah. Barang publik mempunyai prinsip

    sebagai berikut:

    a) non-exclution principle, artinya barang publik diminta atau dikonsumsi masyarakat

    tanpa pengecualian. setiap orang tanpa mengeluarkan biaya secara langsung untuk

    mendapatkannya.

    b) non-rival principle (prinsip tidak bersaing) artinya dalam memanfaatkan barang publik

    tidak perlu saling bersaing, karena keikut sertaan individu dalam memanfaatkan suatu

    barang publik tidak akan mengurangi manfaat bagi konsumen/pihak lain.

    c) Non-exclusive principle (prinsip tidak dimanfaatkan secara sendiri-sendiri) artinya satu

    barang publik manfaatnya tidak terbatas pada seorang konsumen saja tetapi

    manfaatnya dapat dirasakan secara bersama-sama oleh banyak orang.

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    3

    Bila dilihat dari sirkulasi kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku-pelaku

    ekonomi maka posisi dan peranan pemerintah dalam suatu kegiatan ekonomi dapat

    digambarkan pada bentuk model berikut ini.

    (1) (9)

    (2) (10)

    (3) (11)

    (4) (12)

    (5) (6) (7) (8)

    (13)

    Gambar 3.1

    Keterangan gambar 3.1:

    1. (1), (5) dan (9) Pemerintah bertindak sebagai penghasil barang publik untuk

    keperluan RTK, RTP dan RTLN yaitu berupa penyediaan sarana atau fasilitas umum

    untuk kelancaran kegiatan ekonomi.

    2. (2) dan (6) pemerintah bertindak dalam pemberian subsisidi pada kegiatan RTK dan

    RTP.

    3. (3) pemerintah membayar balas jasa berupa penghasilan bagi RTK atas penggunaan

    faktor produksi dalam aktivitas pemerintah.

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    4

    4. (4) dan (8) pemerintah menerima pajak dari RTK dan RTP berupa pajak langsung dan

    pajak tidak langsung seperti pajak pendapatan dan pajak penjualan/ppn dan berbagai

    pajak lainnya.

    5. (7) dan (10) pemerintah membelanjakan penerimaan negara untuk membeli barang

    kebutuhan pemerintah pada RTP dan RTLN.

    6. (12) Pemerintah memerlukan pinjaman dan bantuan atau utang dari luar negeri

    (RTLN) untuk biaya pembangunan.

    7. (11) Pemerintah membayar utang ke luar negeri (RTLN).

    8. (13) Pemerintah membuat peraturan, undang-undang dan bebagai kebijakan dalam

    mengatur kegiatan dan hubungan antara RTK, RTP dan RTLN. Misalnya membuat

    peraturan di bidang perdagangan, perlindungan konsumen, perburuhan atau kebijakan

    dalam kegiatan ekspor-impor.

    Selanjutnya keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi dapat juga dilihat dari

    berbagai bentuk pasar. Menurut ekonomi makro dalam kegiatan ekonomi terdapat 4 macam

    pasar yaitu; pasar barang, pasar faktor produksi, pasar uang dan pasar luar negeri.

    Di pasar barang, masalah ketersediaan barang swasta dan akan diatur oleh

    mekanisme pasar. Peranan pemerintah ikut intervensi dalam pengendalian harga melalui

    pajakdan bisa juga dengan menetapkan celling price atau floor price untuk produk-produk

    tertentu.

    Di pasar faktor produksi, ketersediaan faktor produksi dan harganya juga dapat

    dikendalikan oleh mekanisme pasar. Peranan pemerintah adalah: a) menyediakan sumber

    daya manusia yang berkualias melalui kegiatan pendidikan. b) melindungi pekerja misalnya

    melalui penetapan upah minimum. c) mengatur penggunaan sumber daya alam agar adanya

    keselarasan antara pemanfaatannya dan kelestariannya.

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    5

    Di pasar uang, intervensi pemerintah lebih dominan terutama dalam mengendalikan

    jumlah uang yang beredar (supply uang) dan tingkat bunga.. Kesemua intervensi pemerintah

    akan dilaksanakan melalui kebijakan moneter.

    Di pasar Luar Negeri Tugas utama pemerintah adalah untuk menjaga kestabilan

    neraca pembayaran atau neraca perdagangan internasional. Intervensi pemerintah dapat

    dengan penetapan kebijakan tarif atau quota untuk mengndalikan ekspor impor, menetapkan

    kebijakan kurs, mengatur cadangan devisa dan lain sebagainya.

    B. KOPERASI.

    Koperasi merupakan suatu organisasi rakyat dibidang ekonomi yang berazazkan pada

    prinsip gotong royong dan bermanfaat bagi seluruh anggotanya. Koperasi merupakan

    gagasan Hatta dan sangat sesuai dengan prinsip yang terkandung dalam UUD 1945 Pasal 33

    sebagai landasan perekonomian Indonesia.

    B.2 Perkembangan Koperasi di Indonesia

    Koperasi pertama kali lahir di Rochdale Inggris, pada tahun 1844 dengan tujuan

    mengatasi masalah keperluan konsumsi para anggotanya dengan cara kebersamaan

    yang dilandasi atas dasar prinsip-prinsip keadilan. Di Indonesia,Koperasi pertama kali

    didirikan di Leuwiliang pada tahun 1895 dipelopori oleh Raden Ngabei Ariawiriaatmadja,

    Patih Purwokerto dalam bentuk Bank Simpan Pinjam yang bertujuan untuk membantu para

    pegawai negeri pribumi melepaskan diri dari cengkeraman pelepas uang.

    Perkembangan koperasi di Indonesia dapat dilihat dari:

    1. Jumlah koperasi di Indonesia pada 2004 tercatat 130.730 unit dan meningkat

    menjadi 155.301 unit pada 2008. Dan pada diakhir tahun 2013 sudah mencapai

    203.701 unit. Meskipun demikian jumlah koperasi yang aktif di tahun 2013 hanya

    143.117 unit. Pada tahun 2012 koperasi yang aktif mencapai jumlah 139 unit. Ini

    menunjukan terjadi pertumbuhan koperasi di Indenesia sebesar 2.72 %.

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    6

    2. Volume Usaha diakhir 2013 sebesar Rp 125,59 trilyun, sedangkan pada tahun 2012

    hanya Rp 119,18 trijun. Artinya terjadi pertumbuhan sebesar 5,37 %.

    3. Sisa hasil usaha (SHU), di akhir 2013 mencapai Rp 8,12 trilyun, sedangkan pada tahun

    2012 hanya sebesar Rp 6,66 trilyun. Artinya terjadi pertumbuhan sebesar 21,87 %.

    Berdasarkan angka tersebut koperasi mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam

    pembangunan ekonomi. Hal ini dibuktikan dari kemampuan Koperasi mencapai angka 24,94%

    dalam penciptaan Nilai Tambah Bruto (NTB) dan 0,32-0,6 persen dalam penciptaan

    Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB).

    Dalam menghadapi era perdagangan bebas, dimana hilangnya hmbatan-hambatan dalam

    perdagangan internasional, ini mengharuskan Indonesia untuk berbenah diri dalam menggali

    potensi diri dan potensi ekonomi sehingga punya daya saing dalam pasar internasional,

    termasuk dalam koperasi.

    Secara umum koperasi di dunia akan menikmati manfaat besar dari adanya

    perdagangan bebas, asal koperasi dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat/anggotanya

    dengan menerapkan konsep-konsep skala ekonomis dalam kegiatan operasionalnya. Hal ini

    dikatakan karena:

    1. perdagangan bebas itu akan selalu membawa pada persaingan yang lebih baik dan

    membawa pada tingkat keseimbangan harga yang wajar serta efisien.

    2. Perdagangan bebas akan memperluas konsumsi masyarakat konsumen. Ini dapat

    meningkatkan koperasi melalui penyediaan barang konsumsi.

    3. Koperasi sebenarnya menjadi wahana masyarakat untuk melindungi diri dari

    kemungkinan kerugian yang timbul akibat perdagangan bebas .

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    7

    B.3 Kebijakan Koperasi di Indonesia

    Koperasi adalah organisasi yang seharusnya dapat mendidik anggotanya sehingga

    mampu; menolong diri sendiri (self-help), percaya diri (self-reliance) dan bertanggung

    jawab (self-responsibility), sebagai upaya untuk mencapai kejahteraan.

    Dalam realitasnya koperasi di Indonesia belum dapat meningkatkan kesejahteraan

    antara lain disebabkan oleh penyimpangan-penyimpangan dari kaidah koperasi sebagai

    berikut:

    1. Pendirian koperasi berdasarkan kebutuhan anggota yang tidak jelas, sehingga Core

    Business koperasi tidak jelas.

    2. Tidak memilki kriteria keanggotaan yang jelas.

    3. Pendirian unit usaha yang tidak memenuhi kelayakan usaha

    4. Hak-hak anggota yang terbelenggu oleh dominasi pengurus

    Oleh sebab itu perlu ada kebijakan-kebijakan dalam meantisipasi dari berbagai

    penyimpangan tersebut, sehingga koperasi benar-benar dapat dijadikan soko guru bagi

    perekonomian rakyat Indonesia.

    Selain kebijakan tersebut maka dirasa perlu pula melakukan kebijakan reformasi

    agar koperasi dapat berperan sebagai kekuatan ekonomi kerakyatan. Reformasi koperasi

    yang paling tepat di Indonesia menurut Yuyun Wirasasmita (Soeharsono Sagir,2009)

    sebagai berikut:

    1. Mendorong koperasi tunggal usaha (Single Purpose Cooperative) dengan inti usaha

    (Core Business) yang layak. Sehingga dapat mengujudkan efisiensi biaya rendah.

    2. Mendorong merger/amalgamasi bagi koperasi-koperasi kecil. Agar koperasi punya

    keunggualan besaing dan memperkuat posisi tawar (bargaining position) dalam

    berhadapan dengan perusahaan-perusahaan lain.

    3. Menentukan kriteria keanggotaan sebagai pemilik dan pelanggan dan hubungan

    kontraktual antara anggota dengan koperasi. Syarat keanggotaan dan hubungan

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    8

    kontraktual haru diperjelas agar dapat memberi kepuasan kepada koperasi dan

    anggotanya.

    4. Menerapkan asas proportionalitas dalam pendanaan dari anggota. Artinya. Prinsip

    Proportionalitas dalam permodalan pada koperasi adalah keadilaan. Artinya kontribusi

    modal anggota sesuai asas tersebut adalah berdasarkan penyesuaian besarnya dana

    usaha dengan rencana pelanggan.

    5. Menerapakan pendidikan anggota, pengurus, pengelola koperasi yang berkelanjutan.

    Sehingga semua pengelolaan koperasi ditangani oleh SDM yang berkualitas.

    6. Mendorong kemitraan/aliansi strategis/ jaringan usaha. Kebijakan dalam perluasan

    usaha dan dapat mengurangi ketidakpastian dalam hal pemasokan dan aliran barang

    pada koperasi.

    7. Memanfaatkan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan perkoperasian.

    8. Menerapakan kaidah-kaidah penghematan dalam koperasi baik dalam penggunaan input,

    administrasi, struktur organisasi yang diharapkan dapat berdampak positif terhadap

    operasionalisasi koperasi dan lingkungan.

    C. BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)

    Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

    740/KMK.00/1989 BUMN merupakan salah satu lembaga ekonomi/badan usaha yang

    modalnya dimiliki negara. BUMN merupakan badan-badan usaha patungan dengan swasta

    nasional/ asing dimana negara memiliki saham mayoritas minimal 50%. BUMN merupakan

    alat kebijakan pemerintah untuk mengatur kehidupan perekonomian suatu negara.

    C.1 Sejarah BUMN di Indonesia

    Filosofi mengapa dibentuk Badan Usaha Milik Negara adalah karena berdasarkan

    pada bunyi ketentuan UUD 1945 Pasal 33 khususnya ayat (2) dan (3) yang mengandung

    maksud bahwa; cabang-cabang produksi penting bagi Negara yang menguasai hajat hidup

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    9

    orang banyak dikuasai oleh Negara. Kemudian bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

    didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

    rakyat.

    Pada awalnya BUMN adalah hasil nasionalisasi ex-perusahaan-perusahaan asing

    (Belanda) yang kemudian ditetapkan sebagai perusahaan Negara. Kemudian dengan UU No. 1

    Prp 1969 dibentuklah pembagian 3 jenis bentuk Badan Usaha Milik Negara menjadi

    Perusahaan Jawatan (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Persero. Pembagian ini

    dibentuk sesuai dengan tugas, fungsi dan misi Usaha pada waktu itu.

    Pemahaman BUMN sebagai agent of development berlanjut sampai dengan periode tahun

    80an, yang kemudian pemahaman tersebut membawa dampak negatif/minir karena fungsi

    kontrol terhadap BUMN dianggap sangat lemah, BUMN sebagai sarang korupsi dan lain-lain

    Perkembangan perusahaan negara dibagi dalam empat fase perkembangan yaitu:

    1. Fase sebelum kemerdekaan. Dalam fase ini berbagai jenis perusahaan negara

    termaksud diatur oleh ketentuanUU No. 8 tahun 1941. (didasari pada UU kolonial).

    2. Fase antara tahun 1945-1960. Pada priode ini terjadi gerakan nasionalisasi terhadap

    perusahaan negara milik asing/bekas milik Belanda. Pengembalian ini diatur dalam PP. NO.

    27 tahun 1957 dan UU No. 26 tahun 1959 tentang nasionalisasi perusahaan milik Belanda.

    Perusahaan yang dinasionalisasikan mulanya berbentuk Perseroan Terbatas dan

    beroperasi dalam hampir semua sektor ekonomi negara yang mencakup lapangan

    perbankan, perkebunan, perdagangan dan jasa

    3. Fase yang berlangsung tahun 1960-1969. Dalam fase ini, terjadi keseragaman yang

    berlandaskan UU No. 19 tahun 1960 menjadi satu bentuk yaitu Perusahaan Negara.

    Namun demikian masih terdapat kekaburan dalam organisasi perusahaan Negara. Oleh

    karena itu, ditetapkanlah tiga bentuk perusahaan negara yakni Perusahaan Jawatan

    (Perjan), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Perseroan (Persero).

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    10

    4. Fase antara tahun 1969 hingga sekarang. Dalam fase ini peranan Perusahaan Negara

    dalam menunjang perekonomian nasional semakin meningkat sejalan dengan pelaksanaan

    pembangunan sejak Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I sampai sekarang yang merupakan

    kelanjutan dan peningkatan dari periode pembangunan sebelumnya.

    C.2 Tujuan Badan Usaha Milik Negara

    Tujuan BUMN tentu tidak terlepas dari landasan pendiriannya, yaitu Pembukaan

    UUD 1945 dan pasal 33 UUD 1945. disebutkan disana bahwa tujuan pendirian umum BUMN

    adalah meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

    Sesecara khusus, tujuan BUMN yang diatur dalam PP Nomor 3 tahun 83 adalah: a) tujuan

    komersial yakni alat memupuk keuntungan. b) tujuan secara makro, yakni memberi

    sumbangan bagi perkembangan ekonomi/pendapatan negara, perintis kegiatan usaha dan

    penunjang kebijakan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan. c) Tujuan sosial

    politik, melayani kepentingan umum dan memenuhi hayat hidup orang banyak serta

    membantu golongan ekonomi lemah dan koperasi.

    Dari Kondisi realnya di lapangan BUMN juga mempunyai tujuan umumnya yaitu:

    a) Memberi sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan

    penerimaan negara pada khususnya, b) Mengejar keuntungan, c) Menyelenggrakan

    kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai

    bagi pemenuhan hidup orang banyak. d) Menjadi perintis bagi kegiatan-kegiatan usaha yang

    belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta atau koperasi. e) Turut aktif memberikan

    bimbingan dan bantuan kepada pengusaha ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat.

    C.3 Tugas dan Peranan Perusahaan Negara dalam Perekonomian Negara.

    Menurut Peraturan Pemerintah No. 3 Th. 1983, peranan BUMN secara umum adalah

    sebagai berikut:

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    11

    a) Melaksanakan fungsi komersial, dalam hal ini BUMN sebagai unit ekonomi (business

    entity), harus mampu mencari keuntungan dan memupuk dana untuk membiayai

    aktivitas baik yang bersifat rutin maupun pengembangan. BUMN berperan sebagai

    pemasok dana melalui pajak dan deviden.

    b) Melaksanakan fungsi-fungsi non-komersial, dalam hal ini BUMN yang merupakan

    bagian dari aparatur negara, bertindak sebagai agent of development. Artinya BUMN

    melaksanakan program-program pemerintah, antara lain tugas-tugas perintis dan

    mendorong perkembangan usaha swasta dan koperasi.

    C.4 Privatisasi BUMN di Indonesia

    Pengertian privatisasi BUMN menurut Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 yaitu

    penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya, kepada pihak lain dalam rangka

    meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan

    masyarakat, serta memperluas pemilikan saham oleh masyarakat.

    Menurut Setyanto Privatisasi PT Telkom di Indonesia mempunyai tujuan sebagai

    berikut (Suharsono Sagir; 2009): Tujuan Secara Makro adalah a) Membantu pemerintah

    dalam memperoleh dana pembangunan, b) Pengganti kewajiban setoran tambahan modal

    pemerintah, c) Mendorong pasar modal dalam negeri. Tujuan secara Mikro adalah a)

    Restrukturisasi Modal (Capital Restructuring), b) Keterbukaan dalam Pengelolaan

    Perusahaan, c) Peningkatan Efisiensi dan Produktivitas, d) Perubahan Budaya Perusahaan

    Privatisasi BUMN di Indonesia mulai dicanangkan pemerintah sejak tahun 1980-an.

    BUMN-BUMN yang telah diprivatisasi seperti PT. Telkom (Persero) Tbk., PT. Perusahaan

    Gas Negara (Persero) Tbk., PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT. Bank BNI 46 (Persero)

    Tbk., PT. Indosat (Persero) Tbk., PT. Aneka Tambang (Persero) Tbk., dan PT. Semen Gresik

    (Persero) Tbk., ternyata mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap likuiditas

    dan pergerakan pasar modal.

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    12

    Kondisi ini membuat semakin kuatnya dorongan untuk melakukan privatisasi secara

    lebih luas kepada BUMN-BUMN lainnya. Namun demikian, terdapat beberapa BUMN yang

    tidak menunjukkan perbaikan kinerja terutama 2-3 tahun pertama setelah diprivatisasi,

    misalkan pada PT. Indofarma (Persero) Tbk. dan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Dimana

    target privatisasi BUMN masih belum tercapai sepenuhnya.

    D. Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).

    BUMS adalah salah satu kekuatan ekonomi di Indonesia. BUMS merupakan badan usaha

    yang didirikan dan dimiliki oleh pihak swasta. Tujuan BUMS adalah untuk memperoleh laba

    sebesar-besarnya. BUMS didirikan dalam rangka ikut mengelola sumber daya alam

    Indonesia, namun dalam pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan

    pemerintah dan UUD 1945. BUMS dalam menjalankan perannya mengandalkan kekuatan

    pemilikan modal. Perkembangan usaha BUMS terus didorong pemerintah dengan berbagai

    kebijaksanaan.

    D.1 Perkembangan dan Peranan BUMS di Indonesia

    Perusahaan-perusahaan swasta sekarang ini telah memasuki berbagai sektor

    kehidupan antara lain di bidang perkebunan, pertambangan, industri, tekstil, perakitan

    kendaraan, dan lain-lain. Perusahaan swasta terdiri atas dua bentuk yaitu perusahaan

    swasta nasional dan perusahaan swasta asing.

    1. Perusahaan swasta nasional, Contohnya antara lain: a) PT Astra Internasional

    (mengelola industri mobil dan motor), b) PT Ghobel Dharma Nusantara (mengelola

    industri alat-alat elektronika), c) PT Indomobil (mengelola industri mobil), dan

    sebagainya.

    2. Perusahaan swasta asing contohnya antara lain: a) PT Freeport Indonesia Company

    (perusahaan Amerika Serikat yang mengelola pertambangan tembaga di Papua, Irian

    Jaya), b) PT Exxon Company (perusahaan Amerika Serikat yang mengelola pengeboran

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    13

    minyak bumi), c) PT Caltex Indonesia (perusahaan Belanda yang mengelola

    pertambangan minyak bumi di beberapa tempat di Indonesia), dan sebagainya.

    Perusahaan-perusahaan swasta tersebut sangat mempunyai peranan penting bagi

    perekonomian di Indonesia. Antara lain adalah membantu: a) meningkatkan produksi

    nasional, b) Menciptakan kesempatan dan lapangan kerja baru, c) Membantu pemerintah

    dalam usaha pemerataan pendapatan, d) pemerintah mengurangi pengangguran, e)

    Menambah sumber devisa bagi pemerintah, f) Meningkatkan sumber pendapatan negara

    melalui pajak, g) pemerintah memakmurkan bangsa.

    D.2 Kebijakan Pengembangan BUMS di Indonesia

    Peranan BUMS di Indonesia sangatlah penting untuk meningkatkan pertumbuhan

    ekonomi yang berkelanjutan. Untuk dapat merealisasikannya diperlukan berbagai kebijakan

    pemerintah antara lain: kebijakan deregalusasi dan debitroktratisasi.

    Kebijakan Deregulasi, dapat diartikan sebagai suatu kebijakan dalam menghapus

    aturan-aturan yang selama ini diperlakukan dengan tujuannya untuk memberi kemudahan

    bagi pengusaha untuk menjalankan usahanya. Contoh kebijakan deregulasi berupa

    kemudahan-kemudahan memperoleh dana usaha. Hal ini dapat dilihat dari adanya

    1. Bantuan kredit usaha, kemudahan perbankan dalam memberikan kredit pada BUMS

    terutama untuk Usaha Kecil dan Menengah.

    2. Bantuan dalam pemasaran untuk memperluas segmen pasar baik dalam negeri maupun

    luar negeri.

    Dengan adanya bantuan-bantuan tersebut terbukti telah banyak usaha-usaha kecil di

    Indonesia yang mampu bersaing baik di pasar dalam negeri maupun internasional.

    Aplikasinya produk-produk unggulan Mitra Binaan Mandiri dan Wirausaha Muda Mandiri

    merupakan usaha Bank Mandiri dalam mendorong usahawan mikro kecil dan menengah

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    14

    (UMKM) Indonesia untuk mampu berinovasi serta mandiri dalam mengahsilkan produk-

    produk unggulan. Dan mereka berhasil menerobos pasar internasional.

    Konsep-konsep penerapan deregulasi di Indonesia diharapkan dapat meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi Indonesia dan melepaskan ketergantungan rakyat Indonesia

    terhadap produk-produk buatan luar negeri.

    Kebijakan Debirokratisasi, suatu kebijakan memperbaharui birokrasi kearah yang

    lebih sederhana dan efisien dalam bentuk pelayanan pemerintah, sehingga semua urusan

    yang berkaitan dengan usaha BUMS dapat lebih mudah.

    Kebijakan debirokratisasi tersebut dilakukan melalui penyempurnaan peraturan

    perundang-undangan di bidang usaha, penyederhanaan prosedur pelayanan usaha, perkuatan

    kelembagaan dan kewenangan serta pengembangan sistem informasi. Selanjutnya Kebijakan

    Debirokratisasi harus memilki arah sebagi berikut:

    1. Mengurangi praktek ekonomi biaya tinggi baik untuk tahapan perizinan usaha maupun

    operasi. Caranya dengan Melakukan pemangkasan birokrasi, menata aturan main yang

    jelas yang didasarkan prinsip prinsip transparansi dan kepemerintahan yang baik.

    Misalnya: a) prosedur perijinan dan pengelolaan usaha. b) pengeloaan yang berkaitan

    dengan ekspor/impor dan lain sebagainya.

    2. Menjamin kepastian usaha dan peningkatan penegakan hukum serta perlindungan hak-

    hak pelaku ekonomi.

    3. Memperbaiki harmonisasi peraturan perundang-undangan yang bersifat nasional dan

    kedaerahan, dengan mengedepankan prinsip kepastian hukum, deregulasi dan efisiensi

    dalam biaya dan waktu pengurusan.

    4. Menetapkan standardisasi sarana dan prasarana kerja, pelayanan terpadu satu atap

    atau satu pintu.

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    15

    5. Menerapkan keputusan Menteri PAN No.63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman

    Umum penyelenggaraan Pelayanan Publik, dalam proses penyempurnaan sistem dan

    prosedur kelembagaan pelayanan.(Asdep Tata Laksana 14/06/2007)

    Selanjutnya mulai bulan Februari 2014, pemerintah mengeluarkan Program Paket

    Kebijakan untuk Meningkatkan Kemudahan Berusaha. Pemerintah sudah menetapkan target

    di delapan area yang dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kemudahan dalam

    menyelenggarakan bisnis, antara lain: a) Memulai usaha, b) Pemasangan jaringan listrik, c)

    Pembayaran pajak dan premi asuransi, d) Penegakan kontrak, e) Penyelesaian insolvensi, f)

    Pendaftaran property, g) Pengurusan izin konstruksi, h) Pengajuan kredit

    Disaming itu tanggal 23 Agustus 2013, pemerintah mengumumkan paket kebijakan

    ekonomi, yang ditujukan untuk meningkatkan investasi, yaitu

    1. Penyederhanan prosedur perijinan, mengurangi kendala dalam memulai usaha,

    terutama dalam hal prosedur perizinan.

    2. Merevisi Daftar Negative Investasi (DNI): membuat peraturan investasi yang lebih

    ramah bagi investor dan DNI dengan sektor-sektor baru yang terbuka bagi

    penanaman modal asing akan segera diumumkan tahun ini,

    3. Meningkatkan insentif pajak, antara lain: a) Keringanan pajak bagi industri padat

    karya seperti industri tekstil, pakaian, sepatu, furnitur dan mainan, b) Penambahan

    pengurangan pajak untuk perusahaan-perusahaan yang paling tidak 30% dari hasil

    produksinya ditujukan untuk ekspor

    Sumber bacaan:

    1. Dewi Hanggraeni. Apakah Privatisasi BUMN Solusi yang Tepat Dalam Meningkatkan Kinerja?, Artikel dalam Manajemen Usahawan Indonesia No.6 Tahun 2009

    2. Suharsono Sagir. Kapita Selekta Ekonomi Indonesia., Kencana Media Group, edisi 1 2009.

    3. Asfia Murni., Ekonomika Makro ., Rafika Aditama, Bandung edisi tiga 2013

  • Modul ke 3

    Perekonian Indonesia

    Asfia Murni

    16