Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6 Universitas Kristen Petra
2.TEORI PENUNJANG
2.1 Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Dalam bahasa latin kredit disebut “credere” yang artinya percaya.
Maksudnya pemberi kredit percaya kepada penerima kredit, bahwa kredit yang
disalurkan pasti akan dikembalkan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi penerima
kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga mempunyai kewajiban untuk
membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya (Kasmir,
2006).
Dalam Undang-undang No.7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah
dengan Undang-undang No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, kredit merupakan
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga.
Menurut Bank Indonesia, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) adalah suatu
fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan
yang akan membeli atau memperbaiki rumah. Di Indonesia saat ini dikenal ada
dua jenis KPR yaitu:
1. KPR Subsidi, yaitu suatu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat
berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan
perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang
diberikan berupa subsidi keringanan kredit dan subsidi menambah dana
pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri
oleh pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan
kredit dapat diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan
oleh Pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon
dan maksimum kredit yang diberikan.
2. KPR Non Subsidi, yaitu suatu KPR yang diperuntukkan bagi seluruh
masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan
besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang
bersangkutan.
7 Universitas Kristen Petra
Dalam mengajukan permohonan KPR, menurut bank Indonesia pemohon
harus melampirkan dan memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu:
1. Warga Negara Indonesia
2. Minimal berusia 21 tahun
3. KTP suami dan atau istri (bila sudah menikah)
4. Kartu Keluarga
5. Keterangan penghasilan atau slip gaji
6. Laporan keuangan (wiraswasta)
7. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) pribadi (untuk kredit diatas Rp.100
juta)
8. SPT PPh pribadi (untuk kredit diatas Rp.50 juta)
9. Fotokopi sertifikat induk dan akta pemecahan (bila membeli dari
developer)
10. Fotokopi sertifikat (bila jual beli perorangan)
11. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
Menurut Bank Indonesia, ada beberapa keuntungan yang didapat
masyarakat yang membeli rumah dengan menggunakan fasilitas KPR ini
masyarakat mendapat beberapa keuntungan yaitu:
1. Masyarakat tidak harus menyediakan dana besar secara tunai untuk
membeli rumah. Masyarakat cukup menyediakan uang muka.
2. KPR bisa dicicil dalam jangka waktu yang panjang sehingga angsuran
yang dibayar dapat diiringi dengan ekspektasi peningkatan penghasilan.
Menurut Kasmir (2006), sebelum suatu fasilitas kredit diberikan maka
bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar akan
dikembalikan. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit. Penilaian
kredit oleh bank dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
keyakinan tentang nasabahnya. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus
dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk
diberikan, dilakukan dengan analisa 5 C.
8 Universitas Kristen Petra
Penilain dengan analisa 5 C adalah sebagai berikut:
1. Character
Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar
harus dapat dipercayai. Untuk membaca watak dan sifat dari calon debitur
dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik latar belakang pekerjaan
maupun yang bersifat latar pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup
yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial.
2. Capacity
Capacity adalah analisa untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar kredit. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang
pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya.
3. Capital
Capital adalah analisa untuk melihat penggunaan modal apakah efektif
atau tidak. Analisa ini juga harus menganalisa dari sumber mana saja
modal yang ada sekarang ini.
4. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial, dan
politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang.
5. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan.
2.1.1 Loan To Value (LTV)
Rasio Loan To Value (LTV) adalah angka rasio antara nilai kredit yang
dapat diberikan oleh bank terhadap nilai agunan properti pada saat pemberian
kredit berdasarkan hasil penilaian terkini. Uang muka adalah pembayaran di muka
sebesar persentase tertentu dari nilai pembelian properti atau harga kendaraan
bermotor yang sumber dananya berasal dari debitur atau nasabah (peraturan Bank
Indonesia nomor 18/16/PBI/2016 tentang rasio Loan To Value untuk kredit
properti, rasio Financing To Value untuk pembiayaan properti, dan uang muka
untuk kredit atau pembiayaaan kredit bermotor). LTV ini berpengaruh pada rasio
9 Universitas Kristen Petra
jumlah uang muka. Misalnya LTV 70% berarti uang muka yang harus dibayarkan
adalah sebesar 30%.
Rasio LTV yang ditetapkan Bank Indonesia berdasarkan peraturan Bank
Indonesia nomor 18/16/PBI/2016 tentang rasio Loan To Value untuk kredit
properti, rasio Financing To Value untuk pembiayaan properti, dan uang muka
untuk kredit atau pembiayaaan kredit bermotor adalah rasio LTV untuk rumah
tapak fasilitas pertama dengan luas bangunan 70 m2
(tujuh puluh meter persegi)
paling tinggi sebesar 85% (delapan lima puluh persen), untuk fasilitas kedua
dengan luas tapak 70 m2 (tujuh puluh meter persegi) paling tinggi sebesar 80%
(delapan puluh persen), dan untuk fasilitas ketiga dengan luas tapak 70 m2 (tujuh
puluh meter persegi) paling tinggi 75% (tujuh puluh lima persen). Rumah tapak
yang dimaksud di atas adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang merupakan kesatuan antara tanah dan bangunan dengan bukti kepemilikan
berupa surat keterangan, sertifikat, atau akta yang dikeluarkan oleh lembaga atau
pejabat yang berwenang.
Kebijakan ini merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
sebagai bank sentral untuk meminimalisasikan atau mengantisipasi dampak
perekonomian sebagai akibat dari pertumbuhan KPR. Karena itu Bank Indonesia
selaku penguasa moneter di Indonesia merasa perlu untuk memberi batasan-
batasan yang jelas terhadap jumlah LTV.
Alasan pemerintah yang mendasari terbitnya aturan tersebut seperti
dituliskan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 14 / 10 /DPNP tanggal 15
Maret 2012 tentang penerapan manajemen risiko pada bank yang melakukan
pemberian kredit pemilikan rumah dan kredit kendaraan bermotor adalah
1. Adanya peningkatan permintaan Kredit Pemilikan Rumah dan Kredit
Kendaran Bermotor, sehingga bank perlu kehati-hatian dalam penyaluran
kredit.
2. Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan bubble atau peningkatan harga aset properti yang tidak
mencerminkan harga yang sebenarnya.
3. Aturan ini timbul dimaksudkan agar tetap menjaga perekonomian yang
produktif dan mampu menghadapi tantangan sektor keuangan di masa
10 Universitas Kristen Petra
yang akan datang, perlu adanya kebijakan yang dapat memperkuat
ketahanan di sektor keuangan untuk meminimalisir sumber-sumber
kerawanan yang dapat timbul, termasuk pertumbuhan KPR yang
berlebihan.
4. Kebijakan dalam rangka meningkatkan kehati-hatian Bank dalam
pemberian KPR dan KKB (kredit kendaraan bermotor) serta untuk
memperkuat ketahanan sector keuangan dilakukan melalui penetapan
bessaran Loan To Value (LTV) untuk KPR dan Down Payment (DP) untuk
KKB.
Dalam mempertimbangan besarnya rasio LTV Bank Indonesia juga harus
berhati-hati karena. LTV juga berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian
negara. Ketika ekonomi negara sedang melemah maka salah satu sektor yang
dapat mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi adalah sektor properti. Hal
ini dapat dilakukan dengan cara memberi kelonggaran LTV sehingga masyarakat
tertarik untuk membeli properti karena dengan mendukung sektor properti maka
sektor-sektor lain akan ikut bertumbuh. Peningkatan pada permintaan sektor
properti banyak kaitannya dengan permintaan produk lain seperti semen, pasir,
dan bahan bangunan lainnya (Afriyadi, 2016).
2.1.2 Jenis Bunga Hutang
Bunga hutang KPR ada dua jenis. Yang pertama Fixed Rate Mortage
(FRM) yang merupakan KPR yang suku bunga tidak akan berubah selama masa
pinjaman. Dengan memilih FRM, suku bunga yang diangsur konstan, tidak
terpengaruh fluktuasi suku bunga Bank Indonesia. Kedua Adjustable Rate
Mortage (ARM) yang merupakan suku bunga yang bisa berubah-ubah selama
masa pinjaman. Dengan kata lain, besaran suku bunga yang harus dibayarkan
dapat naik atau turun sepanjang waktu kredit (Wiedemer, 2001).
Menurut Bank Indonesia suku bunga kredit dapat berubah setiap saat
selama jangka waktu kredit apabila bank menetapkan suku bunga mengambang
(floating)/ ARM. Namun demikian, bank dapat menetapkan suku bunga yang
bersifat tetap (fixed)/ FRM selama jangka waktu kredit atau pada jangka waktu
tertentu (jangka waktu yang diperjanjikan). Pada suku bunga yang bersifat tetap,
11 Universitas Kristen Petra
besarnya bunga yang harus dibayar debitur selama jangka waktu yang
diperjanjikan tidak akan berubah. Dengan demikian apabila pada saat perjanjian
kredit telah ditetapkan suku bunga sebesar 12%, maka selama jangka waktu yang
diperjanjikan suku bunga berlaku tetap 12% sendangkan pada suku mengambang,
besarnya bunga yang harus dibayar debitur dapat berubah sesuai dengan tingkat
suku bunga yang ditetapkan oleh bank. Dengan demikian apabila suku bunga
yang disepakati pada awal perjanjian adalah sebesar 12%, maka selama jangka
waktu kredit suku bunga dapat turun menjadi 10% atau bahkan naik menjadi 15%.
Suku bunga Fixed dan suku bunga floating membawa keuntungan dan
kerugian bagi debitur. Keuntungan suku bunga fixed adalah adanya kepastian
besarnya suku bunga yang harus dibayar pada setiap periode dan jika suku bunga
pasar mengalami kenaikan maka debitur diuntungkan karena adanya selisih suku
bunga tersebut. Sementara itu keuntungan suku bunga floating bagi debitur dapat
terjadi apabila suku bunga pasar mengalami penurunan sehingga besarnya bunga
yang harus dibayar debitur pada periode tersebut menjadi lebih rendah daripada
periode sebelumnya. Selain keuntungan, kerugian dari bunga fixed adalah apabila
suku bunga pasar berada dibawah suku bunga tetap maka suku bunga kredit
menjadi lebih mahal sendangkan kerugian bunga floating adalah apabila suku
bunga pasar mengalami kenaikan maka suku bunga kredit akan ikut naik.
2.1.3 Jangka Waktu Berhutang
Jangka waktu berhutang KPR dapat dibagi menjadi dua yaitu hutang
jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek yang
merupakan hutang dalam jangka waktu yang lebih singkat dengan menunda
konsumsi serta menunda kepuasan saat ini (Ben-Shahar & Golan, 2014). Menurut
The Dictionary of Real Estate Appraisal (2010) hutang jangka panjang adalah
hutang yang memiliki jangka waktu diatas sepuluh tahun sedangkan hutang
jangka pendek adalah hutang dibawah sepuluh tahun.
12 Universitas Kristen Petra
2.2 Personality Traits
Subiaktono (2013) mengatakan, kepribadian merupakan cara hidup atau
gaya keseluruhan tingkah laku individu yang ditunjukkan dalam bentuk sikap,
watak, nilai kepercayaan, motif, dan sebagainya. Secara umum bahwa kepribadian
(personality) adalah suatu pola watak yang relatif permanen dan sebuah karakter
yang unik yang memberikan konsistensi sekaligus individualitas bagi perilaku
seseorang. Menurut Costa, McCrae, dan Kay (1995). personality berarti gaya
berpikir, merasakan, dan bertindak yang mengelompokkan seseorang.
Karakteristik ini mudah dikenali dalam kehidupan sehari-hari, yang menjelaskan
tentang seseorang dan pengenalannya terhadap beberapa hal seperti, gugup,
energik, originalitas, akomodasi atau kehati-hatian, dan untuk menjelaskan
kebiasaan yang telah dipelajari. Kepribadian cenderung dicerminkan dari
beberapa aspek kehidupan seseorang, termasuk preferensi, pilihan karir, dan
kinerja pekerjaan.
Menurut Costa dan McCrae (1992) dalam personality traits (cirri-ciri
kepribadian) terdapat lima dimensi perilaku manusia yaitu agreeableness,
conscientiousness, extraversion, neuroticism, dan openness.
1. Agreeableness
Menurut Costa dan McCrae (1992) dimensi agreeableness
menggambarkan seseorang yang mudah percaya, simpatik, dan senang
bekerja sama dengan orang lain. Costa et al.,(1995) mengatakan individu
dengan skor yang lebih pada dimensi ini memiliki kepribadian yang
mudah percaya sehingga dapat menerima perkataan orang lain tanpa
penilaian secara kritis, jujur, terbuka, tidak bisa memanipulasi orang lain
atau menyimpan informasi, murah hati, suka member, sopan, tidak
mengutamakan diri sendiri, orang yang mudah bergaul, kooperatif, rendah
hati, tidak suka menonjolkan diri, percaya keputusan dan pendapat orang
lain, dan simpatik. Individu dengan skor rendah pada dimensi ini rendah
akan penuh kecurigaan, pelit, gampang bermusuhan, kritis, dan cepat
marah.
2. Conscientiousness
Conscientiousness mendiskripsikan seseorang yang mempunyai
13 Universitas Kristen Petra
kepribadian teliti, teratur, dan terkadang anti sosial (Costa dan McCrae,
1992). Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki
kepribadian yang percaya diri, teratur, teliti, ambisius, pekerja keras, dan
pantang menyerah (Costa et al.,1995).
3. Extraversion
Dimensi extraversion adalah dimensi yang mendasari sebuah kelompok
sifat atau ciri yang luas, termasuk kemampuan bersosialisasi, aktivitas, dan
kecenderungan untuk mengalami emosi positif seperti kebahagiaan dan
kenikmatan (Costa dan McCrae, 1992). Individu dengan skor tinggi pada
dimensi ini menggambarkan pribadi yang ramah, senang berinteraksi
dengan orang lain, energik, memiliki semangat tinggi, gembira, dan aktif
tetapi skor rendah akan cenderung berperilaku tidak peduli, suka
menyendiri, pendiam, serius, dan kurang mampu mengungkapkan
perasaannya (Costa et al.,1995).
4. Neuroticism
Menurut Costa dan McCrae (1992), dimensi neurotisicim mengambarkan
seseorang yang memiliki kecenderungan untuk mengalami tekanan
psikologis dan dimensi yang menggambarkan hampir seluruh kondisi
kejiwaan. Individu yang memiliki skor tinggi pada dimensi ini memiliki
kepribadian yang mudah tersinggung, mudah depresi, sensitive, dan sering
merasa putus asa sendangkan skor rendah memiliki kepribadian yang
santai dan tidak peduli terhadap masalah, tidak mudah marah atau
tersinggung, tidak mudah menyalahkan diri sendiri dam percaya diri dalam
kelompok social (Costa et al., 1995).
5. Openess
Dimensi openess mendiskripsikan seseorang yang kreatif, senang terhadap
seni dan keindahan dan memiliki keingintahuan intelektual (Costa dan
McCrae, 1992). Skor tinggi pada dimensi ini menunjukan individu yang
imajinatif, kreatif, tertarik pada pola seni dan keindahan, senang akan hal-
hal baru, dan mudah penasaran akan sesuatu sedangkan skor rendah
menunjukan individu yang mudah membiarkan pikiran melamun, tidak
kreatif, dan realistis (Costa et al., 1995).
14 Universitas Kristen Petra
2.3 Faktor Demografi
Demografi adalah studi ilmiah yang sistematik mengenai peristiwa-
peristiwa kependudukan baik dalam bentuk perorangan maupun kelompok
(Goldscheider, 1971). Menurut Kotler dan Keller (2009) menyatakan ada
beberapa karakteristik demografi, yaitu usia, ukuran keluarga, siklus hidup
keluarga, jenis kelamin, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras generasi,
kebangsaan, dan kelas sosial. Berikut bagaimana faktor demografi berhubungan
dengan keputusan setiap individu.
1. Usia
Usia adalah batasan atau tingkat ukuran hidup yang yang mempengaruhi
kondisi hidup seseorang (Iswantoro dan Anastasia, 2013). Menurut KUH
Perdata Pasal 330 bahwa yang belum dewasa adalah mereka yang belum
mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya.
Menurut Tsalitsa dan Rachmansyah (2016), usia yang semakin tinggi
itulah yang membuat seseorang lebih berhati-hati terhadap pengelolaan
uang dan memantau pengeluaran untuk melakukan kredit sehingga
pengambilan kredit akan semakin turun. Dikarenakan semakin matang usia
seseorang akan menyadari bahwa di masa tua mereka tidak menginginkan
untuk menghabiskan uang mereka hanya untuk membayar membeli
sesuatu yang justru akan menambah beban mereka dengan angsuran kredit.
Usia juga menentukan kemampuan seseorang dalam mengambil
keputusan, semakin tinggi usia debitur maka kematangan untuk berpikir
dan kebijaksanaan untuk bertindak semakin baik sehingga tingkat usia
tersebut menjadi pertimbangan bagi bank dalam memberikan kredit
kepemilikan rumah. Hal tersebut ditetapkan sebagai upaya dari pihak bank
untuk menghindari terjadinya kredit macet yang dapat terjadi (Elrangga,
2014).
2. Jenis Kelamin
Antara pria dan wanita mempunyai sikap dan perilaku yang berbeda. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan cara berpikir dan menghasilkan
gaya hidup yang berbeda. Menurut Menurut Barber dan Odean (2001) pria
lebih berani terhadap resiko yang akan dihadapi daripada wanita karena
15 Universitas Kristen Petra
pria memiliki tingkat kepercayaan yang lebih tinggi daripada wanita.
3. Pendidikan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003,
pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendaian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003, jenjang pendidikan dibagi
menjadi:
1. Pendidikan Dasar (SD atau Sekolah Dasar)
2. Pendidikan Menengah (SMP atau Sekolah Menengah Pertama)
3. Pendidikan Tinggi (SMA atau Sekolah Menengah Atas, SMK atau
Sekolah Menengah kejuruan.
4. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi,
institut, atau universitas.
Salah satu ukuran kualitas Sumber Daya Manusia adalah pendidikan
formal yang pernah diikuti atau ditamatkan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat kualitas sumber
daya manusia. Tingkat kualitas sumber daya manusia yang tinggi akan
berpengaruh pada kesempatan seseorang memperoleh pekerjaan atau
jabatan yang tinggi. Semakin tinggi jabatan atau pekerjaan seseorang,
semakin besar pendapatan yang diperoleh, pendapatan yang besar akan
mempengaruhi kesanggupan seseorang untuk memiliki rumah (Elrangga
,2014).
4. Pendapatan
Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh nasabah maka peluang dalam
mendapatkan kredit semakin besar. Hal ini dikarenakan pendapatan
merupakan parameter ukuran bank dalam menilai capacity nasabah dalam
mengembalikan pinjaman yang diberikan bank (Lasmarohana, 2015).
Menurut Elrangga (2014) Besarnya pendapatan menunjukkan besarnya
daya beli seseorang akan suatu barang sehingga perubahan pendapatan
16 Universitas Kristen Petra
akan mempengaruhi kesanggupan seseorang untuk memiliki rumah.
Pendapatan merupakan faktor yang paling utama yang dipertimbangkan
oleh seseorang dalam mengalokasikan pengeluarannya salah satunya yang
berhubungan dengan kredit. Semakin besar pendapatan yang diperoleh
seseorang maka semakin mudah seseorang dalam memenuhi kebutuhan
baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier (Tsalitsa dan
Rachmansyah, 2016).
5. Pekerjaan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pekerjaan adalah tugas
dan kewajiban yang dilakukan oeh sesorang untuk dijadikan sumber
penghidupan atau sesuatu yang dilakukan untuk mendapat nafkah.
Menurut Iswantoro dan Anastasia (2013) pekerjaan dengan penghasilan
yang tinggi akan mengakibatkan pola konsumsi yang tinggi pula begitu
pula sebaliknya.
6. Status pernikahan
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 status pernikahan adalah
ikatan antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
7. Jumlah tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anak dan anggota
keluarga lain yang seluruh biaya hidupnya menjadi tanggung jawab
responden yang diukur dengan satuan jumlah orang. Semakin banyak
jumlah tanggungan keluarga debitur, maka semakin tinggi jumlah
pengeluarannya. Jumlah anggota keluarga menentukan jumlah kebutuhan
keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti relatif semakin banyak
pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi sehingga cenderung
mendorong untuk bekerja lebih keras guna memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya (Elrangga, 2014).
Menurut Lasmarohana (2015) semakin banyak jumlah tanggungan
keluarga maka peluang untuk mendapatkan kredit semakin kecil, sebab
diasumsikan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka
17 Universitas Kristen Petra
semakin besar pengeluaran untuk dikonsumsi dan menurunkan
kemampuan nasabah dalam membayar cicilan kredit dikarenakan
pendapatan yang diperoleh dialokasikan untuk pengeluaran lain.
2.4 Hubungan Antar Konsep
2.4.1 Pengaruh Personality Traits terhadap preferensi keputusan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR)
Setiap individu memiliki perbedaan pola pikir, karakter, dan perilaku yang
berbeda. Personality traits yang terdiri dari lima dimensi membuat setiap orang
memiliki perbedaan keinginan dalam pengambilan keputusan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR). Menurut Brown dan Taylor (2011) yang mengkaji hubungan
antara keuangan keluarga dengan tipe kepribadian menemukan bahwa
extraversion dan openness relatif cukup besar berpengaruh terhadap keuangan
keluarga, khususnya dalam kepemilikan hutang dan aset.
Menurut Ben-Shahar dan Golan (2014) seseorang yang memiliki
personality neuroticism yang tinggi akan lebih memilih untuk kredit dengan
rasio LTV yang kecil. Personality openness yang tinggi membuat seseorang
cenderung memilih rasio LTV yang kecil. Seseorang yang memiliki personality
conscientiousness cenderung memilih untuk melakukan KPR dalam jangka waktu
yang pendek, memilih untuk menggunakan FRM dari pada ARM.
2.4.2 Pengaruh Demografi Terhadap Preferensi Keputusan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR)
Usia yang berbeda menghasilkan pemikiran yang berbeda juga antara
setiap individu. Tsalista dan Rachmansyah (2016), Usia yang semakin tinggi
membuat seseorang lebih berhati-hati terhadap pengelolaan uang dan memantau
pengeluaran untuk melakukan kredit sehingga pengambilan kredit akan semakin
turun.
Pendidikan adalah tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yang dimiliki
oleh seseorang tentang kemampuan dalam memahami suatu hal dengan baik. Ben-
Shahar dan Golan (2014) menunjukan bahwa semakin baiknya pendidikan
seseorang maka akan lebih memilih untuk berhutang KPR dalam jangka waktu
18 Universitas Kristen Petra
yang lebih pendek dan memilih bunga FRM. Menurut Tsalista dan Rachmansyah
(2016), semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai maka semakin banyak
pengetahuan yang diperoleh untuk bertindak ataupun mengambil keputusuan akan
lebih teliti dalam mempertimbangkan segala keputusan seperti keputusan
mengambil kredit dengan memperhatikan prosedur pembayaran, manfaat, dan
risiko keuangan mengenai bunga yang ditetapkan. Menurut Hullgren dan
Soderberg (2013) seseorang yang memiliki pendidikan rendah lebih untuk
menggunakan bunga FRM ketika melakukan KPR.
Menurut Ben-Shahar dan Golan (2014) bila pendapatan seseorang semakin
tinggi memilih untuk berhutang dalam waktu yang singkat dan memilih LTV
yang lebih kecil. Tsalista dan Rachmansyah (2016), menyatakan pendapatan
merupakan faktor paling utama yang dipertimbangkan oleh seseorang dalam
mengalokasi pengeluarannya salah satunya yang berhubungan dengan kredit.
Semakin besar pendapatan yang diperoleh seseorang maka semakin mudah
seseorang dalam memenuhi kebutuhan baik primer, sekunder, maupun tersier.
Hullgren dan Soderberg (2013) menyatakan bahwa pendapatan seseorang yang
rendah lebih suka menggunakan bunga FRM dalam KPR.
Menurut Tsalitsa dan Rachmansyah (2016) pekerjaan yang dilakukan
seseorang akan mempengaruhi pikiran dan sikap dalam memenuhi kebutuhannya
baik pekerjaan dibidang akademik maupun non akademik. Pada pekerjaan
dibidang ekonomi akan terlihat lebih berhati-hati dan detail dalam melakukan
perhitungan matematis bahkan dalam mengambil kredit.
Menurut Lasmarohana (2015) semakin banyak jumlah tanggungan keluarga
maka peluang untuk mendapatkan kredit semakin kecil. Hal ini dikarenakan
adanya asumsi bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka
semakin besar pengeluaran untuk dikonsumsi dan menurunkan kemauan nasabah
dalam membayar cicilan kredit dikarenakan pendapatan yang diperoleh
dialokasikan untuk pengeluaran lain.
19 Universitas Kristen Petra
2.5 Kerangka berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
2.6 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya perlu diuji terlebih dahulu. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Personality traits (Neuroticism, extraversion, openness, agreeableness,
Personality Traits:
1. Neuroticism
2. Extraversion
3. Openess
4. Agreeableness
5. Conscientiousness
Faktor Demografi:
1. Usia
2. Pendidikan
3. Status
4. Jumlah tanggungan
keluarga
5. Pendapatan
6. Pekerjaan
7. Jenis kelamin
Preferensi Keputusan KPR
20 Universitas Kristen Petra
dan conscientiousness) berpengaruh signifikan terhadap preferensi
keputusan KPR (LTV, jenis bunga KPR, dan jangka waktu berhutang).
2. Variabel kontrol demografi (usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendapatan,
pendidikan, status , dan jumlah tanggungan keluarga) berpengaruh
signifikan terhadap preferensi keputusan KPR (LTV, jenis bunga KPR,
dan jangka waktu berhutang).