Upload
latri-hidayah
View
131
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Riwayat alamiah penyakit (Natural History Of Disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik
Citation preview
RIWAYAT ALAMIAH PERJALANAN PENYAKIT
(Natural History Of Disease)
Mata Kuliah : Epidemiologi
Ade Putri Lestari (P2.31.33.1.112.002)
Aliva Ikma Yuhastari (P2.31.33.1.112.003)
Devi Handika (P2.31.33.1.112.008)
Usman Maureksa (P2.31.33.1.112.040)
Wahyu Widi Santoso (P2.31.33.1.112.041)
Kelompok 1
2 DIV
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA II
Jurusan Kesehatan Lingkungan
Jln. Hang Jebat Raya no. 47A Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Telp : (021)7397641 Fax: (021) 7397769
Website : poltekkesjkt2.ac.id
Jakarta, 2013
RIWAYAT ALAMIAH PERJALANAN PENYAKIT
(Natural History Of Disease)
Riwayat alamiah penyakit (Natural History Of Disease) adalah deskripsi tentang
perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan
dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik (CDC, 2010c). Riwayat alamiah
penyakit merupakan salah satu elemen utama epidemiologi deskriptif (Bhopal, 2002, dikutip
Wikipedia, 2010). Jika ditinjau proses yang terjadi pada orang sehat, menderita penyakit dan
terhentinya penyakit tersebut dikenal dengan nama riwayat alamiah perjalanan penyakit (natural
history of disease) terutama untuk penyakit infeksi.
Riwayat alamiah suatu penyakit adalah perkembangan penyakit tanpa campur tangan
medis atau bentuk intervensi lainnya sehingga suatu penyakit berlangsung secara natural.
Riwayat alamiah penyakit perlu dipelajari. Pengetahuan tentang riwayat alamiah penyakit sama
pentingnya dengan kausa penyakit untuk upaya pencegahan dan pengendalian penyakit. Dengan
mengetahui perilaku dan karakteristik masing-masing penyakit maka bisa dikembangkan
intervensi yang tepat untuk mengidentifikasi maupun mengatasi problem penyakit tersebut
(Gordis, 2000; Wikipedia, 2010).
Kerangka Umum Riwayat Alamiah Penyakit
Perjalanan penyakit dimulai dengan terpaparnya individu sebagai penjamu yang rentan
(suseptibel) oleh agen kausal. Paparan (exposure) adalah kontak atau kedekatan (proximity)
dengan sumber agen penyakit. Konsep paparan berlaku untuk penyakit infeksi maupun non-
infeksi. Contoh, paparan virus hepatitis B (HBV) dapat menginduksi terjadinya hepatitis B,
paparan stres terus-menerus dapat menginduksi terjadinya neurosis, paparan radiasi menginduksi
terjadinya mutasi DNA dan menyebabkan kanker, dan sebagainya. Arti “induksi” itu sendiri
merupakan aksi yang mempengaruhi terjadinya tahap awal suatu hasil, dalam hal ini
mempengaruhi awal terjadinya proses patologis. Jika terdapat tempat penempelan (attachment)
dan jalan masuk sel (cell entry) yang tepat maka paparan agen infeksi dapat menyebabkan invasi
agen infeksi dan terjadi infeksi. Agen infeksi melakukan multiplikasi yang mendorong terjadinya
proses perubahan patologis, tanpa penjamu menyadarinya.
Periode waktu sejak infeksi hingga terdeteksinya infeksi melalui tes laboratorium/
skrining disebut “window period”. Dalam “window period” individu telah terinfeksi, sehingga
dapat menular- kan penyakit, meskipun infeksi tersebut belum terdeteksi oleh tes laboratorium.
Implikasinya, tes laboratorium hendaknya tidak dilakukan selama “window period”, sebab
infeksi tidak akan terdeteksi. Contoh, antibodi HIV (human immuno-deficiency virus) hanya
akan muncul 3 minggu hingga 6 bulan setelah infeksi. Jika tes HIV dilakukan dalam “window
period”, maka sebagian besar orang tidak akan menunjukkan hasil positif, sebab dalam tubuhnya
belum diproduksi antibodi.
Karena itu tes HIV hendaknya ditunda hingga paling sedikit 12 minggu (3 bulan) sejak
waktu perkiraan paparan. Jika seorang telah terpapar oleh virus tetapi hasil tes negatif, maka
perlu dipertimbangkan tes ulang 6 bulan kemudian. Selanjutnya berlangsung proses promosi
pada tahap preklinis, yaitu keadaan patologis yang ireversibel dan asimtomatis ditingkatkan
derajatnya menjadi keadaan dengan manifestasi klinis (Kleinbaum et al., 1982; Rothman, 2002).
Melalui proses promosi agen kausal akan meningkatkan aktivitasnya, masuk dalam formasi
tubuh, menyebabkan transformasi sel atau disfungsi sel, sehingga penyakit menunjukkan tanda
dan gejala klinis. Dewasa ini telah dikembangkan sejumlah tes skrining atau tes laboratorium
untuk mendeteksi keberadaan tahap preklinis penyakit (US Preventive Services Task Force,
2002; Barratt et al., 2002; Champion dan Rawl, 2005).
Waktu sejak penyakit terdeteksi oleh skrining hingga timbul manifestasi klinik, disebut
“sojourn time”, atau detectable preclinical period (Brookmeyer, 1990; Last, 2001; Barratt et al.,
2002). Makin panjang sojourn time, makin berguna melakukan skrining, sebab makin panjang
tenggang waktu untuk melakukan pengobatan dini (prompt treatment) agar proses patologis tidak
termanifestasi klinis. Kofaktor yang mempercepat progresi menuju penyakit secara klinis pada
sojourn time (detectable preclinical period) disebut akselerator atau progresor (Achenbach et al.,
2005). Waktu yang diperlukan mulai dari paparan agen kausal hingga timbulnya manifestasi
klinis disebut masa inkubasi (penyakit infeksi) atau masa laten (penyakit kronis). Pada fase ini
penyakit belum menampakkan tanda dan gejala klinis, disebut penyakit subklinis (asimtomatis).
Masa inkubasi bisa berlangsung dalam hitungan detik pada reaksi toksik atau hipersentivitas.
Contoh, gejala kolera timbul beberapa jam hingga 2-3 hari sejak paparan dengan Vibrio cholera
yang toksigenik. Pada penyakit kronis masa inkubasi (masa laten) bisa berlangsung sampai
beberapa dekade. Kovariat yang berperan dalam masa laten (masa inkubasi), yakni faktor yang
meningkatkan risiko terjadinya penyakit secara klinis, disebut faktor risiko.
Sebaliknya, faktor yang menurunkan risiko terjadinya penyakit secara klinis disebut
faktor protektif. Selanjutnya terjadi inisiasi penyakit klinis. Pada saat ini mulai timbul tanda
(sign) dan gejala (symptom) penyakit secara klinis, dan penjamu yang mengalami manifestasi
klinis disebut kasus klinis. Gejala klinis paling awal disebut gejala prodromal. Selama tahap
klinis, manifestasi klinis akan diekspresikan hingga terjadi hasil akhir/ resolusi penyakit, baik
sembuh, remisi, perubahan beratnya penyakit, komplikasi, rekurens, relaps, sekuelae, disfungsi
sisa, cacat, atau kematian.
Periode waktu untuk mengekspresikan penyakit klinis hingga terjadi hasil akhir penyakit
disebut durasi penyakit. Kovariat yang mempengaruhi progresi ke arah hasil akhir penyakit,
disebut faktor prognostik (Kleinbaum et al., 1982; Rothman, 2002). Penyakit penyerta yang
mempengaruhi fungsi individu, akibat penyakit, kelangsungan hidup, alias prognosis penyakit,
disebut ko-morbiditas (Mulholland, 2005). Contoh, TB dapat menjadi ko-morbiditas HIV/AIDS
yang meningkatkan risiko kematian karena AIDS pada wanita dengan HIV/AIDS (Lopez-Gatell
et al., 2007).
Manfaat
Manfaat riwayat mempelajari alamiah perjalanan penyakit :
1. Untuk diagnostik : masa inkubasi dapat dipakai pedoman penentuan jenis penyakit, misal
dalam KLB (Kejadian Luar Biasa)
2. Untuk Pencegahan : dengan mengetahui rantai perjalanan penyakit dapat dengan mudah
dicari titik potong yang penting dalam upaya pencegahan penyakit.
3. Untuk terapi : terapi biasanya diarahkan ke fase paling awal. Pada tahap perjalanan awal
penyakit, adalah waktu yang tepat untuk pemberian terapi, lebih awal terapi akan lebih
baik hasil yang diharapkan.
Tahapan
Tahapan riwayat alamiah perjalanan penyakit :
1. Tahap Pre-Patogenesa (Stage of Susceptibility)
Pada tahap ini telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit. Tetapi interaksi
ini masih diluar tubuh manusia, dalam arti bibit penyakit berada di luar tubuh manusia
dan belum masuk kedalam tubuh pejamu. Pada keadaan ini belum ditemukan adanya
tanda – tanda penyakit dan daya tahan tubuh pejamu masih kuat dan dapat menolak
penyakit. Keadaan ini disebut sehat. Jika interaksi Host, Agent dan Environment berubah
→ Host jadi lebih rentan atau Agent jadi lebih virulen → Agent masuk ke Host
(memasuki tahap patogenesis). Contoh kolesterol LDL (low density lipoprotein) yang
tinggi meningkatkan kemungkinan kejadian penyakit jantung koroner (PJK), kebiasaan
merokok meningkatkan probabilitas kejadian Ca paru, dsb.
2. Tahap Patogenesa
a. Tahap Inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease)
Tahap inkubasi adalah masuknya bibit penyakit kedalam tubuh pejamu, tetapi
gejala- gejala penyakit belum nampak.
Tiap-tiap penyakit mempunyai masa inkubasi yang berbeda, ada yang bersifat
seperti influenza, penyakit kolera masa inkubasinya hanya 1- 2 hari, penyakit
Polio mempunyai masa inkubasi 7 - 14 hari, tetapi ada juga yang bersifat
menahun misalnya kanker paru-paru, AIDS dan sebagainya.
Jika daya tahan tubuh tidak kuat, tentu penyakit akan berjalan terus yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pada bentuk dan fungsi tubuh.
Pada suatu saat penyakit makin bertambah hebat, sehingga timbul gejalanya.
Garis yang membatasi antara tampak dan tidak tampaknya gejala penyakit disebut
dengan horison klinik.
Tahap Inkubasi → tahap mulai masuknya Agent kedalam Host, sampai timbul
gejala sakit.
b. Tahap Penyakit Dini (Stage of Clinical Disease)
Tahap penyakit dini dihitung mulai dari munculnya gejala-gejala penyakit, pada
tahap ini pejamu sudah jatuh sakit tetapi sifatnya masih ringan. Umumnya
penderita masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari dan karena itu sering
tidak berobat. Selanjutnya, bagi yang datang berobat umumnya tidak
memerlukan perawatan, karena penyakit masih dapat diatasi dengan berobat
jalan.
Tahap penyakit dini ini sering menjadi masalah besar dalam kesehatan
masyarakat, terutama jika tingkat pendidikan penduduk rendah, karena tubuh
masih kuat mereka tidak datang berobat, yang akan mendatangkan masalah
lanjutan, yaitu telah parahnya penyakit yang di derita, sehingga saat datang
berobat sering talah terlambat.
c. Tahap Penyakit Lanjut
Apabila penyakit makin bertambah hebat, penyakit masuk dalam tahap penyakit
lanjut. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika
datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
d. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir. Berakhirnya perjalanan penyakit
tersebut dapat berada dalam lima keadaan, yaitu :
Sembuh sempurna : penyakit berakhir karena pejamu sembuh secara sempurna,
artinya bentuk dan fungsi tubuh kembali kepada keadaan sebelum menderita
penyakit.
Sembuh tetapi cacat : penyakit yang diderita berakhir dan penderita sembuh.
Sayangnya kesembuhan tersebut tidak sempurna, karena ditemukan cacat pada
pejamu. Adapun yang dimaksudkan dengan cacat, tidak hanya berupa cacat fisik
yang dapat dilihat oleh mata, tetapi juga cacat mikroskopik, cacat fungsional,
cacat mental dan cacat sosial.
Karier : pada karier, perjalanan penyakit seolah-olah terhenti, karena gejala
penyakit memang tidak tampak lagi. Padahal dalam diri pejamu masih ditemukan
bibit penyakit yang pada suatu saat, misalnya jika daya tahan tubuh berkurang,
penyakit akan timbul kembali. Keadaan karier ini tidak hanya membahayakan diri
pejamu sendiri, tetapi juga masyarakat sekitarnya, karena dapat menjadi sumber
penularan.
Kronis : perjalanan penyakit tampak terhenti karena gejala penyakit tidak
berubah, dalam arti tidak bertambah berat dan ataupun tidak bertambah ringan.
Keadaan yang seperti tentu saja tidak menggembirakan, karena pada dasarnya
pejamu tetap berada dalam keadaan sakit.
Meninggal dunia : terhentinya perjalanan penyakit disini, bukan karena sembuh,
tetapi karena pejamu meninggal dunia. Keadaan seperti ini bukanlah tujuan dari
setiap tindakan kedokteran dan keperawatan.
Pola Penyebaran Penyakit
Suatu penyakit (menular) tidak hanya selesai setelah membuat sesorang sakit, tetapi
cenderung untuk menyebar . Setekah menyelesaikan riwayatnya pada suatu rangkaian kejadian
sehingga seorang jatuh sakit, pada saat yang sama penyakit bersama kumannya dapat berpindah
dan menyebar kepada orang lain /masyarakat. Dalam proses perjalanan penyakit , kuman
memulai aksinya dengan memasuki pintu masuk (portal of entry) calon penderita baru dan
kemudian jika ingin berpindah ke penderita baru lainnya akan keluar melalui pintu tyertentu pula
(portal of axit).
Kuman penyakit tidak masuk atau keluar begitu saja tetapi harus melalui “pintu”
tubuh tertentu sesuai dengan jenis penyakit, misalnya : kulit,saluran pernapasan,saluran
pencernaan atau saluran kemih. Ada yang masuk melalui mulut (oral) dan keluar melalui dubur
(saluran pencernaan) seperti kecacingan . tetapi ada juga yang masuk melalui kulit dan keluar
melalui dubur seperti cacing ankylostoma. Pengetahuan mengenai jalan masuk ini penting untuk
epidemiologi karena pengetahuan itu dapatr dilakukan penghadangan /pencegahan perjalanan
kuman masuk kedalam tubuh manusia. Cacing yang masuk mulut dapat dicegah dengan upaya
cuci tangan sebelum makan. Pengetahuan mengenai jalan keluar bermanfaat untuk menemukan
kuman itu untuk tujuan indentifikasi atau diagnosdis. Misalnya kuman TBC keluar melalui
batuk/dahak maka penemuan kuman TBC dilakukan dengan pemeriksaan dahak.
Upaya Pencegahan
Salah satu kegunaan riwayat alamiah penyakit adalah untuk melakukan upaya pencegahan,
dikenal ada empat tingkat pencegahan. Dikenal ada empat tingkat pencegahan penyakit.
1. Primordial Prevention (Pencegahan Tingkat Awal)
a. Menghindari obesitas
b. Menghindari rokok
c. Perilaku hidup bersih dan sehat
d. Mengindari bahan pengawet, pewarna
e. Makan bergizi seimbang
f. Istirahat cukup
g. Olah raga teratur
2. Primary Prevention (Pencegahan Tingkat Pertama)
a. Pendidikan kesehatan
b. Imunisasi
c. PSN-3M
d. Konsul genetika
e. Sterilisasi alat
f. Memakai sarung tangan
g. Memaki masker
3. Secondary Prevention (Pencegahan Tingkat Kedua)
a. Diagnosis awal
b. Pengobatan cepat dan tepat
c. Kemo-profilaksis
d. Screening (pencarian penderita dengan gejala umum)
4. Tertiary Prevention
a. Mencegah penyakit agar tidak bertambah parah
b. Mencegah: kematian, kecacatan
c. Rehabilitasi: fisik, mental, sosial
prepatogenesis
Underliying condition
Primordial prevention (pencegahan
tingkat awal)misalnya pengendalian
rokok
Health promotion
Specific protection
Primary prevention (pencegahan
pertama)
Misalnya melakukan pendidikan
kesehatan, imunisasi, kontrol
lingkungan/sanitasi
patogenesis
Early diagnosis and promp
treatment
Secondary prevention(pencegahan
kedua)berupa screening, pemberian
pengobatan sejak dini
Disability limitation
Rehabilitation
Tertiary prevention(pencegahan tingkat
ketiga/pasca-sakit) misalnya rehabilitasi
Referensi :
http://epidemiologidkn.blogspot.com/2008/01/riwayat-alamiah-penyakit.html
bahan ajar Epidemiologi
http://nellamamentu.wordpress.com/2011/05/02/riwayat-alamiah-penyakit/
http://azharasyafia.blogspot.com/2012/05/riwayat-alamiah-penyakit.html