18
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Ruptur Uretra adalah suatu kegawatdaruratan bedah yang sering terjadi oleh karena fraktur pelvis akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Sekitar 70% dari kasus fraktur pelvis yang terjadi akibat dari kecelakaan lalu lintas/kecelakaan kendaraan  bermotor, 25% kasus akibat jatuh dari ketinggian, 90% kasus ced era uretra akibat trauma tumpil. Secara keseluruhan pada fraktur pelvis akan terjadi pula cedera uretra posterior (3,5%-19%) pada pria, dan (0%-6%) pada wanita.  Fraktur pelvis merupakan penyebab utama terjadinya ruptur uretra posterior dengan angka kejadian 20 per 100.000 populasi dan penyebab utama terjadinya fraktur  pelvis adalah kecelakaan bermotor (15,5%), diikuti oleh cedera pejalan kaki (13,8%),  jatuh dari ketinggian lebih dari 15 kaki (13%), kecelakaan pada penumpang mobil (10,2%) dan kecelakaan kerja (6%). Fraktur pelvis merupakan salah satu tanda bahwa telah terjadi cedera intraabdominal ataupun cedera urogenitalia yang kira-kira terjadi pada 15-20% pasien. Cedera organ terbanyak pada fraktur pelvis adalah pada uretra posterior (5,8%-14,6%), diikuti oleh cedera hati (6,1%-10,2%) dan cedera limpa (5,2%-5,8%) (Schreiter. 2006). Fraktur pelvis yang tidak stabil atau fraktur pada ramus pubis bilateral merupakan tipe fraktur yang paling sering menyebabkan rupture uretra posterior. Dilaporkan, cidera  pada uretra posterior sekitar 16% pada fraktur pubis unilateral dan meningkat menjadi 41% pada fraktur pubis bilateral. Cedera uretra pars prostatica dan membranacea  bervariasi mulai dari jenis simple (25%) , rupture parsial (25%) dan ruptur komplit (50%).  

227856882-ruptur-uretra

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kuli

Citation preview

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakangRuptur Uretra adalah suatu kegawatdaruratan bedah yang sering terjadi oleh karena fraktur pelvis akibat kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian. Sekitar 70% dari kasus fraktur pelvis yang terjadi akibat dari kecelakaan lalu lintas/kecelakaan kendaraan bermotor, 25% kasus akibat jatuh dari ketinggian, 90% kasus cedera uretra akibat trauma tumpil. Secara keseluruhan pada fraktur pelvis akan terjadi pula cedera uretra posterior (3,5%-19%) pada pria, dan (0%-6%) pada wanita.Fraktur pelvis merupakan penyebab utama terjadinya ruptur uretra posterior dengan angka kejadian 20 per 100.000 populasi dan penyebab utama terjadinya fraktur pelvis adalah kecelakaan bermotor (15,5%), diikuti oleh cedera pejalan kaki (13,8%), jatuh dari ketinggian lebih dari 15 kaki (13%), kecelakaan pada penumpang mobil (10,2%) dan kecelakaan kerja (6%). Fraktur pelvis merupakan salah satu tanda bahwa telah terjadi cedera intraabdominal ataupun cedera urogenitalia yang kira-kira terjadi pada 15-20% pasien. Cedera organ terbanyak pada fraktur pelvis adalah pada uretra posterior (5,8%-14,6%), diikuti oleh cedera hati (6,1%-10,2%) dan cedera limpa (5,2%-5,8%) (Schreiter. 2006).Fraktur pelvis yang tidak stabil atau fraktur pada ramus pubis bilateral merupakan tipe fraktur yang paling sering menyebabkan rupture uretra posterior. Dilaporkan, cidera pada uretra posterior sekitar 16% pada fraktur pubis unilateral dan meningkat menjadi 41% pada fraktur pubis bilateral. Cedera uretra pars prostatica dan membranacea bervariasi mulai dari jenis simple (25%), rupture parsial (25%) dan ruptur komplit (50%).Di Amerika Serikat angka kejadian fraktur pelvis pada laki-laki yang menyebabkan cedera uretra bervariasi antara 1-25% dengan nilai rata-rata 10%. Cedera uretra pada wanita dengan fraktur pelvis sebenarnya jarang terjadi, tetapi beberapa kepustakaan melaporkan insiden kejadiannya sekitar 4-6% (Smith. 2009)Angka kejadian cedera uretra yang dihubungkan dengan fraktur pelvis kebanyakan ditemukan pada awal dekade keempat, dengan umur rata-rata 33 tahun.Pada anak (