31
MODEL INSTRUMEN PENGUKURAN KINERJA UNTUK GURU-GURU PASCASERTIFIKASI DENGAN SCIENTIFIC AND FINANCIAL PERFORMANCE MEASURE (SFPM) Disusun oleh: Rachmad Resmiyanto (Pusat Studi Pendidikan) Wahyu Mar’atus Sholihah (FKIP) Nuriyati (FKIP) PUSAT STUDI PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN 2009 (Simposium Nasional Hasil Penelitian dan Inovasi Pendidikan Tahun 2009, Jakarta, 4-6 Agustus 2009, Puslitjaknov Balitbang Depdiknas)

225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

MODEL INSTRUMEN PENGUKURAN KINERJA UNTUK GURU-GURU

PASCASERTIFIKASI DENGAN SCIENTIFIC AND FINANCIAL

PERFORMANCE MEASURE (SFPM)

Disusun oleh:

Rachmad Resmiyanto (Pusat Studi Pendidikan)

Wahyu Mar’atus Sholihah (FKIP)

Nuriyati (FKIP)

PUSAT STUDI PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

2009

(Simposium Nasional Hasil Penelitian dan Inovasi Pendidikan Tahun 2009, Jakarta, 4-6

Agustus 2009, Puslitjaknov Balitbang Depdiknas)

Page 2: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

i

ABSTRAK

Dalam program sertifikasi seorang guru harus memenuhi 10 komponen portofolio

untuk dapat lolos sertifikasi. Setelah guru lolos sertifikasi, guru akan mendapat

tunjangan profesi. Kinerja guru pascasertifikasi selama ini belum diukur, padahal

para guru pascasertifikasi mendapat tunjangan profesi.

Model yang diajukan dalam makalah ini merupakan pengembangan Scientific and

Financial Performance Measure (SFPM). Model instrumen ini berusaha untuk

mengukur kinerja guru pascasertifikasi dengan tetap berpedoman pada komponen

portofolio. Untuk melenyapkan unsur subjektivitas selama pengukuran maka

model berbasis pada capaian luaran ilmiah guru. Kinerja guru akan dinilai

menjadi kinerja ilmiah dan kinerja finansial. Kinerja finansial merupakan konversi

ekonomi dari kinerja ilmiah sehingga tunjangan profesi dapat dilihat tingkat

manfaatnya dalam peningkatan kinerja guru pascasertifikasi. Dari simulasi model

yang dilakukan menunjukkan bahwa guru-guru yang aktif menghasilkan luaran

ilmiah akan memiliki angka/indeks kinerja yang baik. Model juga dapat

mengakomodasi penggunaan tunjangan profesi untuk kinerja ilmiah. Dalam

menghasilkan luaran ilmiah, seorang guru mungkin membutuhkan sejumlah uang

atau bahkan tidak sama sekali. Pengukuran yang dilakukan dengan model ini

menunjukkan bahwa kinerja ilmiah yang dilakukan oleh guru benar-benar dapat

dikonversi nominal uangnya dalam persentase. Oleh karena itu, model ini dapat

digunakan oleh pemerintah untuk mengukur kinerja guru pascasertfikasi.

Kata kunci: kinerja guru, SFPM, luaran ilmiah

Page 3: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan

adalah melalui program sertifikasi guru. Dalam program ini, seorang guru dapat

mencapai derajat profesional ketika ia dinyatakan lulus sertifikasi. Sampai saat

ini, instrumen yang digunakan untuk penilaian dalam sertifikasi guru adalah 10

komponen portofolio.

Sebagai kompensasi atas derajat profesional guru, maka kemudian guru-

guru yang telah lolos sertifikasi berhak untuk mendapatkan tunjangan profesi

pendidik (TPP) sebanyak satu kali gaji pokok setiap bulan. Diharapkan dengan

diberikannya tunjangan profesi ini maka kinerja guru akan meningkat sehingga

secara tidak langsung mutu pendidikan juga akan meningkat.

Sejauh ini pemerintah sedang menyusun kriteria kinerja guru

pascasertifikasi, sehingga pemerintah bisa dikatakan belum melakukan evaluasi

kinerja setelah guru-guru lolos sertifikasi (Pers Depdiknas, 2009). Oleh karena itu

perlu dilakukan kajian kinerja guru yang telah mendapat sertifikat profesi dengan

tujuan untuk mengetahui tingkat kinerja guru sehingga peningkatan mutu

pendidikan dapat dipantau secara massif.

Untuk mengukur kinerja guru yang telah lolos sertifikasi maka diperlukan

sebuah perangkat/instrumen pengukuran kinerja. Selama ini yang terjadi adalah

guru akan mendapat sertifikat profesi sejauh guru tersebut dapat menunjukkan 10

komponen portofolio. Bagi pihak guru, untuk mengumpulkan 10 komponen

portofolio tersebut jelas diperlukan peningkatan kinerja dibanding biasanya.

Dengan demikian, dalam sertifikasi guru 10 komponen portoflio digunakan

sebagai instrumen penilaian kelayakan seorang guru untuk mendapat sertifikat

profesi. Namun, setelah para guru mendapat sertifkat profesi, pemerintah belum

Page 4: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

2

melakukan pengukuran kinerja guru-guru yang telah lolos sertifikasi tersebut.

Padahal, negara memberikan kompensasi bagi guru-guru pascasertfikasi untuk

mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 kali gaji pokok. Tunjangan ini akan sia-

sia jika ternyata para guru memacu kinerjnya hanya demi mengejar lolos

sertifikasi, dan setelah mendapat tunjangan profesi kinerjanya kembali biasa dan

tidak ada peningkatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diurai di muka, maka masalah

yang akan dikaji dalam makalah ini adalah model instrumen yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja guru pascasertifikasi sebagai perangkat untuk

mengetahui seberapa besar kinerja guru setelah mendapat tunjangan profesi.

Kinerja guru dapat dilihat dari sisi ilmiah dan keuangan/finansial.

Kinerja ilmiah merupakan ukuran kinerja dari sisi keilmuan. Sedangkan kinerja

finansial merpakan ukuran kinerja yang beusaha untuk menominalkan kinerja

ilmiah guru. Ini penting sebab guru mendapat tunjangan profesi pendidik sehingga

perlu juga dilihat aspek finansial dari kinerja guru.

Oleh karena itu, rumusan masalah yang hendak dibahas dalam makalah

ini adalah bagaimanakah model instrumen pengukuran kinerja guru-guru

pascasertifikasi.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah mencari model pengukuran kinerja guru

yang tepat untuk guru pascasertifikasi sehingga dapat diketahui kinerja guru

pascasertifikasi.

Manfaat penulisan karya tulis ini adalah dapat mengukur tingkat kinerja

guru pascasertifikasi berdasarkan luaran ilmiah sesuai dengan komponen-

komponen dalam portofolio.

Page 5: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

3

D. Uraian Gagasan Inovatif

Gagasan model pengukuran kinerja guru untuk guru-guru yang lolos

sertifikasi ini merupakan pengembangan dari (Scientific and Financial

Performance Measure (SFPM) (Handoko, 2005a,b,c). Model ini diajukan sebagai

model pengukuran kinerja guru pascasertifikasi dengan tetap berpedoman pada

komponen-komponen portofolio dalam sertifikasi guru.

Makalah ini juga dilengkapi dengan simulasi pengukuran kinerja ilmiah

guru pascasertifikasi sehingga dapat memberikan pemahaman dan gambaran yang

jelas dari kegunaan model instrumen ini.

Page 6: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

4

BAB II

KAJIAN TEORI

Dalam proses sertifikasi, guru wajib menyerahkan dokumen fisik yang

berupa portofolio sebagai bukti kinerja yang menggambarkan capaian pengalaman

berkarya selama menjalankan tugas profesi guru. Portofolio merupakan bukti

pengalaman, karya dan prestasi guru yang meliputi 4 kompetensi, yaitu

kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional. Empat macam kompetensi ini terkandung dalam 3 unsur

dan 10 komponen portofolio.

Tiga unsur yang dimaksud adalah unsur kualifikasi dan tugas pokok, unsur

pengembangan profesi dan unsur pendukung profesi. Tiga unsur ini kemudian

dijabarkan dalam 10 komponen portofolio yaitu kualifikasi akademik, pengalaman

mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan,

penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik, karya pengembangan

profesi, keikutsertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi dalam bidang

kependidikan dan sosial, dan penghargaan yang relevan dalam bidang pendidikan.

Setelah guru lolos sertifikasi, maka guru berhak mendapat tunjangan

profesi pendidik (TPP) sebesar satu kali gaji pokok. Tunjangan ini diberikan

setiap bulan, sehingga guru-guru yang telah lolos sertifikasi akan menerima 2 kali

gaji pokok tiap bulannya. Diharapkan dengan adanya tunjangan profesi pendidik

ini kinerja guru kian meningkat sehingga diharapkan akan terjadi efek tetesan air

(multiplier effect) yang pada akhirnya akan berpengaruh juga terhadap mutu

pendidikan.

Namun demikian, sampai saat ini Depdiknas belum memiliki instrumen

kebijakan yang akan memantau kinerja guru pascasertifikasi. Instrumen ini sangat

penting sebab jika tunjangan profesi pendidik tidak diimbangi dengan peningkatan

kinerja guru, maka sertifikasi guru hanya akan menjadi ladang penghambur-

hamburan uang negara. Sejauh ini, Depdiknas baru menyusun kriteria kinerja guru

untuk guru-guru yang telah lolos sertifikasi (Dirjen Dikti, 2008).

Page 7: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

5

Setiawan (2008) mencoba mengajukan model audit kinerja guru dengan

mendeskripsikan secara mendalam atas karakteristik statik/dinamik yang

berkaitan dengan program sertifikasi guru yang berdampak pada pembayaran

tunjangan fungsional.

Metode pelaksanaan audit kinerja guru yang diterapkan Setiawan (2008)

adalah sebagai berikut: (a) metode pengujian kepatuhan (kepatuhan peraturan,

kesesuaian profesi, praktik yang sehat); (b) metode pengujian substantive

(pengujian analitis, pengujian detail atas pernyataan kompetensi pendidik,

prosedur audit); (c) metode sampling pengujian; dan (d) metode pembuatan

pernyataan pendapat audit kinerja guru.

Untuk melakukan audit kinerja guru pascasertifikasi diperlukan adanya

penilaian kinerja guru tersebut yang berdasarkan kriteria kinerja tertentu. Sejauh

ini, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan

(Dirjen PMPTK) sudah berencana menyusun kriteria kinerja guru. Kriteria kinerja

guru ini akan dijadikan indikator untuk melakukan pembayaran tunjangan profesi

guru serta untuk mengevaluasi kemampuan profesional guru bagi yang telah

mendapatkan sertifikat profesi (Pers Depdiknas, 2009).

Nulhakim (2007) memaparkan bahwa kinerja guru merupakan kegiatan-

kegiatan dalam proses belajar yang dilaksanakan secara profesional. Untuk

mengetahui tingkat kinerja guru diperlukan sebuah instrumen pengukuran yang

sahih (valid) dan handal (reliable) sehingga dapat dijadikan bahan penetapan

penilaian kinerja standar yang kemudian dikompensasikan pada tunjangan profesi

guru.

Yusrizal (2008) telah mengusulkan untuk merancang form alternatif

penilaian kinerja guru yang disebut Daftar Penilaian Kinerja Guru (DPKG).

DPKG berisi penilaian indikator ketercapaian dari masing-masing aspek yang

sudah terlaksana/dikerjakan para guru. Indikator itu dalam bentuk operasional

agar memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Setiap indikator ditetapkan

memiliki rentang nilai tertentu sehingga nilai akhir dapat menunjukkan pada

Page 8: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

6

tingkat mana kinerja seorang guru berada, misalnya berkinerja tinggi, sedang atau

rendah. Namun Yusrizal (2008) mengakui bahwa untuk merancang dan

mengembangkan format alternatif penilaian kinerja guru tersebut masih

diperlukan diskusi khusus.

Dalam 10 komponen portofolio progam sertifikasi guru, beberapa

komponen merupakan komponen yang berbasis luaran ilmiah. Namun, aspek

luaran ilmiah ini belum mendapatkan perhatian yang lebih jika melihat usulan-

usulan dari Setiawan (2008), Yusrizal (2008), dan Nulhakim (2007).

Terkait dengan luaran ilmiah sebagai bukti hasil kinerja, L.T. Handoko

(2005a, 2005b, 2005c) mengajukan usulan model SFPM (Scientific and Financial

Performance Measure) untuk mengevaluasi kinerja suatu lembaga yang berbasis

luaran ilmiah. Model SFPM ini berlaku umum untuk kinerja lembaga-lembaga

yang biasanya dilihat dari luaran ilmiah yang dihasilkan. Model SFPM dapat

menghitung kinerja ilmiah dan kinerja finansial untuk lembaga-lembaga yang

menhasilkan luaran ilmiah di bidang ilmu sains dan teknik, sosial dan humaniora,

dan seni.. Ini sangat menguntungkan sebab selama ini luaran ilmiah sulit untuk

dikuantisasikan baik secara kinerja ilmiah maupun kinerja finansialnya. Secara

sederhana model SFPM dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

on

i

oiP

Tp

iQxSxPn

SP1

)()(1

(2.1)

on

i i

iiP

T

E

No

QxS

B

CFP

1

0

)(

)()(

(2.2)

Keterangan:

SP : kinerja ilmiah

no : jumlah luaran ilmiah yang didefinisikan untuk suatu bidang

SP : poin ilmiah untuk suatu luaran ilmiah

np : jumlah peneliti pelaksana

PT : batas poin ilmiah total untuk satu peneliti

Page 9: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

7

Qo : jumlah suatu luaran ilmiah

FP : kinerja finansial

BT : total anggaran pada satu tahun anggaran

CE : koefisien ekonomi (finansial)

No : No urut suatu luaran ilmiah

Model ini menggunakan 3 (tiga) asumsi yang bertujuan untuk

meminimkan unsur subjektivitas dalam penilaian kinerja lembaga-lembaga yang

berbasis luaran ilmiah. Tiga asumsi tersebut adalah (1) pengukuran hanya

berbasis luaran ilmiah tanpa melihat proses di dalamnya, (2) berbasis evaluasi

tahunan per tahun anggaran, dan (3) setiap luaran ilmiah diurutkan berdasarkan

tingkat kesulitan pencapaian serta diberi poin (skor) berdasar muatan ilmiah.

Nomor urut (NO) seluruh luaran ilmiah yang relevan harus berurutan, tidak boleh

melompat dan ganda. Sebaliknya poin ilmiah (SP) bisa sama dengan satu atau

lebih luaran ilmiah lain yang berurutan, namun harus lebih kecil (besar)

dibandingkan dengan luaran ilmiah dengan poin ilmiah yang berbeda diatas

(dibawah)nya. Penentuan urutan dan poin luaran ilmiah bisa berbeda antara

bidang yang satu dengan yang lain. Asumsi selanjutnya adalah adanya parameter

poin ilmiah maksimal (PM), tingkat penurunan poin ilmiah (PD, dalam persen) dan

batas poin ilmiah total perpeneliti (PT). Ketiga parameter ini dapat dibuat sama

untuk semua bidang ilmu.

Page 10: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

8

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Model

Untuk membangun model instrumen penilaian kinerja guru-guru

pascasertfiikasi maka diperlukan beberapa asumsi yang kemudian akan digunakan

sebagai dasar dalam penyusunan model ini. Sepuluh (10) komponen portofolio

yang digunakan sebagai syarat kelulusan guru dalam program sertifikasi tetap

digunakan dalam model ini. Bahkan, model ini hanya berpijak pada 10 komponen

tersebut. Hanya saja, tidak semua komponen yang ada dalam portofolio kemudian

diakomodasi dalam model.

Secara umum model ini menggunakan 3 (tiga) asumsi yang bertujuan

untuk sedapat mungkin menghilangkan unsur subjektivitas dalam penilaian

kinerja guru pascasertifikasi. Tiga asumsi tersebut adalah:

(1) pengukuran hanya berbasis luaran ilmiah yang dihasilkan guru tanpa

melihat proses di dalamnya,

(2) berbasis evaluasi tahunan per tahun anggaran dengan melihat seluruh

luaran ilmiah pada tahun anggaran terakhir, dan

(3) setiap luaran ilmiah diurutkan berdasarkan tingkat kesulitan

pencapaiannya serta diberi poin (skor) berdasar muatan ilmiahnya.

Tiga asumsi ini akan dijelaskan secara lebih detil dalam uraian selanjutnya.

Asumsi 1: pengukuran hanya berbasis luaran ilmiah yang dihasilkan guru tanpa

melihat proses di dalamnya

Komponen-komponen portofolio yang akan digunakan dalam model ini

hanyalah komponen-komponen yang menunjukkan luaran ilmiah. Pilihan ini

berdasarkan kenyataan bahwa tunjangan profesi pendidik (TPP) merupakan

bentuk tunjangan yang diberikan kepada guru supaya dapat meningkatkan kinerja

Page 11: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

9

profesinya. Kinerja guru benar-benar akan terasa hasilnya jika guru dapat

menghasilkan produk yaitu suatu luaran ilmiah. Selama guru tidak bisa

menghasilkan suatu luaran ilmiah, maka guru tersebut belum dapat dikatakan

telah meningkat kinerjanya.

Dalam model ini, luaran ilmiah sendiri didefinisikan sebagai luaran suatu

kegiatan ilmiah yang sudah diakui oleh pihak ketiga independen dalam bentuk

dokumen ilmiah maupun keguatan riil lainnya.

Tabel 3.1. Unsur dan komponen portofolio

No

Unsur

Komponen

1

A. Unsur Kualifikasi dan

Tugas Pokok

1. Kualifikasi akademik

2. Pengalaman mengajar

3. Perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran

2

B. Unsur Pengembangan

Profesi

1. Pendidikan dan pelatihan

2. Penilaian dari atasan dan pengawas

3. Prestasi akademik

4. Karya pengembangan profesi

3

C. Unsur Pendukung Profesi

1. Keikutsertaan dalam forum ilmiah

2. Pengalaman organisasi dalam bidang

kependidikan dan sosial

3. Penghargaan yang relevan dalam

bidang pendidikan

Unsur A, yaitu unsur kualifikasi dan tugas pokok, sebenarnya bukan

merupakan unsur yang kelak ditunjang dengan TPP, tetapi sudah diberikan

“kompensasi” dalam bentuk gaji pokok guru. Dengan demikian hanya unsur B

Page 12: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

10

dan unsur C (unsur pengembangan profesi dan unsur pendukung profesi) yang

akan dimasukkan dalam model.

Unsur B (pengembangan profesi) memiliki 4 komponen yaitu pendidikan

dan pelatihan, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademik dan karya

pengembangan profesi. Dari 4 komponen tersebut 2 komponen pertama yaitu

komponen pendidikan dan pelatihan dan unsur penilaian dari atasan dan pengawas

dengan sendirinya gugur dalam model. Dua komponen ini bukan merupakan

komponen yang menunjukkan suatu luaran ilmiah sebagai produk kinerja guru.

Komponen pendidikan dan pelatihan merupakan pengalaman dalam

mengikuti kegiatan pendidikan dan pelatihan dalam rangka pengembangan

dan/atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik,

baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun

internasional. Pendidikan dan pelatihan memang akan meningkatkan kinerja guru,

tetapi komponen ini baru sebatas “tenaga pemicu” saja. Selama guru tidak

menggunakan apa yang sudah didapat dari pendidikan dan pelatihan untuk unjuk

kinerja, maka pendidikan dan pelatihan yang pernah dilakukannya akan sia-sia

saja, sebab hanya berhenti dalam dirinya. Pendidikan dan pelatihan yang diikuti

guru baru bermakna jika guru melakukan sesuatu yang nyata sehingga lingkungan

sekolah dan lingkungan pendidikan merasakan hasilnya, yaitu dalam bentuk

luaran ilmiah.

Komponen penilaian dari atasan dan pengawas merupakan penilaian

atasan terhadap kompetensi kepribadian dan sosial, yang meliputi aspek-aspek:

ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan,

keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemamampuan menerima kritik

dan saran, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan bekerjasama. Komponen

ini merupakan komponen yang sedikit banyak bernilai subjektif dan sangat

tergantung pada pribadi atasan dan pengawas, atau hubungan guru-atasan/guru-

pengawas. Dengan demikian, komponen ini tidak bisa diakomodasi dalam model.

Page 13: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

11

Komponen prestasi akademik dan komponen karya pengembangan

profesi jelas merupakan komponen yang menunjukkan luaran ilmiah yang

dihasilkan oleh guru.

Komponen prestasi akademik merupakan prestasi yang dicapai guru,

utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya yang mendapat pengakuan dari

lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,

nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya

akademik (juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan

atau nonkependidikan), pembimbingan teman sejawat (instruktur, guru inti, tutor),

dan pembimbingan siswa kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, drumband, mading,

karya ilmiah remaja-KIR, dan lain-lain). Namun demikian, tidak semua yang

tercakup dalam prestasi akademik merupakan luaran ilmiah, hanya lomba dan

karya akademik saja yang merupakan bentuk luaran ilmiah. Dalam lomba dan

karya akademik tercakup juara lomba akademik tingkat kecamatan-internasional,

sertifikat keahlian/keterampilan tingkat regional-internasional dan karya

monumental bidang pendidikan dan nonpendidikan. Pembimbingan teman

sejawat dan pembimbingan siswa, meskipun penting, tidak dimasukkan dalam

model sebab bukan merupakan suatu luaran ilmiah.

Komponen karya pengembangan profesi merupakan suatu karya yang

menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh

guru. Komponen ini meliputi buku yang dipublikasikan pada tingkat

kabupaten/kota, provinsi, atau nasional; artikel yang dimuat dalam media

jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi, dan internasional;

menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal

(kabupaten/kota) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu)

semester; media/alat pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan

kelas (individu/kelompok); dan karya seni (patung, rupa, tari, lukis, sastra, dan

lain-lain). Dalam komponen ini yang tidak dapat diakomodasi dalam model

adalah menjadi reviewer buku, penulis soal UN dan karya media/alat

pembelajaran.

Page 14: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

12

Unsur C (pendukung profesi) memiliki 3 komponen yaitu keikutsertaan

dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi dalam bidang kependidikan dan

sosial serta penghargaan yang relevan dalam bidang pendidikan.

Komponen keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam

kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi, nasional, atau internasional, baik sebagai pemakalah

maupun sebagai peserta. Dalam komponen ini, keikutsertaan terbagi menjadi 2

yaitu sebagai pemakalah dan peserta. Karena model berasumsi bahwa hanya

luaran ilmiah yang akan digunakan maka hanya keikutsertaan sebagai pemakalah

saja yang bisa diakomodasi model.

Komponen pengalaman organisasi jelas merupakan komponen yang

tidak menunjukkan adanya suatu luaran ilmiah sehingga tidak dapat diakomodasi

dalam model.

Komponen penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan

merupakan penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang

baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu,

hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam

bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional,

maupun internasional. Komponen ini dapat diakomodasi dalam model sebab

menunjukkan kinerja guru yang sudah diakui oleh pihak luar.

Berdasarkan uraian di atas, komponen-komponen yang dapat

diakomodasi dalam model instrumen penilaian kinerja guru dapat diringkas dalam

bentuk tabel 3.2. Komponen-komponen tersebut sudah memiliki skor/poin

maksimum sesuai dengan naskah panduan Penyusunan Perangkat Portofolio

Sertifikasi Guru Dalam Jabatan (Dirjen Dikti, 2007).

Tabel 3.2 Komponen portofolio yang dapat diakomodasi dalam model instrumen penilain kinerja

guru brbasis luaran ilmiah

No Komponen (Luaran ilmiah) Tingkat/bidang

Skor

ilmiah

max

Page 15: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

13

1 Karya Monumental Pendidikan 60

2 Juara lomba Akademik Internasional 60

3 Keikutsertaan Forum Ilmiah -Pemakalah-Relevan Internasional 50

4 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Relevan Nasional 50

5 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Relevan Propinsi 40

6

Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah-Pemakalah-

Relevan Nasional 40

7 Juara lomba Akademik-Relevan Nasional 40

8 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Tidak Relevan Nasional 35

9 Penghargaan –Relevan Internasional 30

10 Sertifikat ketrampilan/keahlian-Relevan Internasional 30

11 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Relevan Kabupaten/kota 30

12 Keikutsertaan Forum lmiah -Pemakalah-Relevan Propinsi 30

13 Juara lomba Akademik -Relevan Propinsi 30

14

Keikutsertaan dalam ForumI lmiah -Pemakalah-

Tidak Relevan Internasional 25

15 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Tidak Relevan Propinsi 25

16 Karya Pengembangan Profesi-Artikel-Relevan Jurnal Terakreditasi 25

17 Penghargaan -Relevan Nasional 20

18

Keikutsertaan dalam forum ilmiah-pemakalah-Tidak

Relevan Nasional 20

19 Sertifikat ketrampilan/keahlian-Relevan Nasional 20

20

Keikutsertaan dalam forum ilmiah-Pemakalah-

Relevan Kabupaten 20

21 Juara lomba Akademik -Relevan Kabupaten 20

22 Karya Pengenbangan profesi-Artikel-Tidak Relevan Jurnal Terakreditasi 20

23 Karya Pengembangan profesi-Modul-Relevan 20

24 Karya teknologi tepat guna dan karya seni-Relevan 15

25 Laporan penelitian dibidang pendidikan-Relevan 15

26 Karya Pengembangan profesi-buku-Tidak Relevan kabupaten 15

27

Keikutsertaan dalam forum ilmiah Pemakalah-Tidak

Relevan Propinsi 15

28 Karya menumental-Relevan Non Pendidikan 10

29

Karya pengembangan profesi artikel makalah/koran –

Relevan Nasional 10

30 Karya pengembangan profesi artikel-Relevan Jurnal Tak terakreditasi 10

31 juara lomba akademik-Relevan Kecamatan 10

32 Sertifikat ketrampilan keahlian-Relevan Regional 10

33 Penghargaan-Relevan Propinsi 10

34

Keikutsertaan dalam forum ilmiah-Pemakalah-Tidak

Relevan Kabupaten 10

35 Penghargaan-Relevan Kabupaten 5

Total 875

Page 16: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

14

Asumsi 2: berbasis evaluasi tahunan per tahun anggaran dengan melihat seluruh

luaran ilmiah pada tahun anggaran terakhir

Dalam menghasilkan suatu luaran ilmiah, seorang guru acapkali

memerlukan waktu lebih dari 1 bulan kinerja. Misalkan untuk menghasilkan

sebuah makalah yang dipresentasikan dalam forum ilmiah, seorang guru

memerlukan waktu untuk pengambilan data di lapangan, penelusuran pustaka,

analisis data dan kemudian memberikan kajian pembahasan atas analisis data

yang sudah dilakukan. Kegiatan-kegiatan semacam ini jelas memerlukan waktu

yang tidak sedikit.

Selain itu, evaluasi per tahun anggaran merupakan sistem evaluasi yang

sudah lazim digunakan dalam banyak kepentingan lembaga-lembaga. Dengan

dilakukannya evaluasi per tahun anggaran maka penilaian kinerja juga akan lebih

mudah dan lebih sederhana.

Jumlah anggaran yang digunakan dalam perhitungan model ini bergantung

pada jumlah tunjangan profesi pendidik (TPP) yang diterima masing-masing guru.

Oleh karena itu, jumlah anggaran per tahun yang dimaksud model ini untuk setiap

guru tidak akan sama. Misalnya, seorang guru dengan golongan IIIa MKG 10,

menurut PP No 8 Tahun 2009, gaji pokok yang akan diterima tiap bulan adalah

sebesar Rp 1.869.300. Dengan demikian, selama 1 tahun, guru tersebut akan

menerima tunjangan profesi sebesar 12 x Rp 1.869.300 = Rp 22.431.600. Jumlah

22.431.600 rupiah inilah yang akan digunakan dalam model sebagai jumlah total

anggaran untuk guru tersebut. Ini mengandung arti bahwa negara telah

memberikan anggaran kepada guru tersebut untuk meningkatkan kinerjanya

dalam tahun itu dengan mengucurkan dana sebesar Rp 22.431.600.

Asumsi 3: setiap luaran ilmiah diurutkan berdasarkan tingkat kesulitan

pencapaiannya serta diberi poin (skor) berdasar muatan ilmiahnya

Nomor urut (selanjutnya akan disimbolkan No ) seluruh luaran ilmiah

yang relevan harus berurutan, tidak boleh melompat dan ganda. Hal ini berbeda

Page 17: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

15

dengan poin/skor ilmiah (selanjutnya akan disimbolkan PS ). Skor ilmiah yang

dimiliki oleh masing-masing luaran ilmiah dapat memiliki nilai yang sama. Daftar

luaran ilmiah yang ada kemudian diurutkan berdasarkan peringkat skor ilmiahnya.

Luaran ilmiah yang memiliki skor ilmiah paling tinggi diberi nomor urut ( No )

sama dengan 1, kemudian diikuti oleh luaran-luaran ilmiah yang skornya

dibawahnya. Apabila ada luaran ilmiah yang memiliki skor ilmiah yang sama,

maka luaran ilmiah yang tingkat pencapaiannya lebih sulit ditempatkan pada

nomor urut ( No ) yang lebih kecil. Skor ilmiah dari luaran ilmiah komponen

portofolio menggunakan skor yang ditetapkan oleh Dirjen Dikti dalam Naskah

Panduan Penyusunan Perangkat Portofolio Sertifikasi Guru Dalam Jabatan.

Daftar urutan luaran ilmiah berdasarkan skor dan nomor urutnya dapat dilihat

dalam tabel 3.1 di muka.

Tiga asumsi ini merupakan asumsi-asumsi yang utama dalam

penyusunan model. Selain itu, masih diperlukan asumsi tambahan agar model

dapat berjalan dengan sempurna.

Asumsi 4: batas skor ilmiah total yng dapat dicapai oleh setiap guru ( TP ) dapat

ditetapkan dengan melihat realita yang ada di lapangan

Dalam satu tahun anggaran, seorang guru tidak mungkin dapat mencapai

hampir semua luaran ilmiah yang ada. Wajarnya, seorang guru hanya mungkin

menghasilkan beberapa luaran ilmiah saja selama rentang waktu satu tahun

anggaran. Di sini, perlu disusun asumsi berapa nilai skor ilmiah maksimum yang

mungkin dicapai oleh seorang guru dalam satu tahun. Dengan melihat kenyataan

di lapangan, pihak pemangku kebijakan dapat menetapkan asumsi ini, misalnya

adalah TP = 40. Skor ini dapat terdiri atas 1 makalah relevan tingkat yang

dipresentasikan di forum nasional (nomor urut 6) atau makalah relevan yang

dipresentasikan di forum ilmiah kabupaten (nomor urut 20) dan modul yang

relevan (nomor urut 23).

Page 18: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

16

Skor TP dapat dimaknai sebagai skor ilmiah total yang mungkin dicapai

oleh guru atau skor ilmiah total yang diidealkan untuk dicapai oleh guru.

Asumsi 5: untuk mengkonversi luaran ilmiah yang dihasilkan guru sehingga

menjadi kinerja finansial maka perlu ditetapkan parameter koefisien ekonomi

(EC )

Parameter koefisien ekonomi ini (EC ) cukup ditentukan di awal dan bisa

dibuat berubah mengikuti dengan keadaan makro ekonomi misalnya inflasi,

pertumbuhan ekonomi atau nilai tukar rupiah. Untuk memudahkan hubungan

yang tersembunyi antara tunjangan profesi yang diberikan dengan luaran ilmiah

yang dihasilkan guru, maka sebaiknya parameter koefsien ekonomi (EC )

ditetapkan menurut tunjangan profesi yang diterima guru setiap bulannya.

Misalnya untuk guru golongan IIIa MKG 10, menurut PP No 8 Tahun 2009 akan

menerima tunjangan profesi sebesar Rp 1.869.300 maka koefisien ekonomi (EC )

adalah sebesar 1.869.300.

Dengan demikian berdasarkan 3 asumsi utama dan 2 asumsi tambahan di

muka, maka rasio dari Kinerja Ilmiah dan Kinerja Finansial untuk guru-guru

pascasertifikasi dengan menggunakan model SFPM sebagaimana dinyatakan

dalam persamaan (2.1) dan (2.2) dapat dirumuskan menjadi

on

i

oiP

Tp

iQxSxPn

SP1

)()(1

(3.1)

on

i i

iiP

T

E

No

QxS

B

CFP

1

0

)(

)()(

(3.2)

Keterangan:

SP : kinerja ilmiah guru

0n : jumlah luaran ilmiah yang dihasilkan untuk suatu komponen

PS : skor ilmiah untuk suatu luaran ilmiah

Page 19: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

17

pn : jumlah guru pelaksana yang terlibat(untuk menghasilkan satu luaran

ilmiah)

TP : batas poin ilmiah total untuk satu guru

0Q : jumlah luaran ilmiah yang dihasilkan guru

FP : kinerja finansial guru

BT : total tunjangan profesi pada satu tahun anggaran

CE : koefisien ekonomi (finansial), tunjangan profesi per bulan

No : nomor urut suatu luaran ilmiah

Kinerja Finansial ( FP ) merupakan konversi kinerja ilmiah yang

dilakukan guru ke dalam aspek ekonomi. FP merupakan ukuran kinerja finansial

secara tak langsung. Kinerja finansial secara langsung dapat dihitung berdasarkan

rasio jumlah pengeluaran guru untuk menghasilkan sejumlah luaran ilmiah selama

satu tahun anggaran terhadap jumlah tunjangan profesi selama setahun.

setahunprofesitunjanganjumlah

ilmiahluaran an menghasilkuntuk n pengeluarajumlah langsungfinansialKinerja (3.3)

Dengan demikian, total kinerja finansial merupakan jumlahan dari kinerja

finansial langsung dan kinerja finansial tak langsung ( FP ).

B. Instrumen Penilaian Guru Pascasertifikasi

Berdasarkan model yang telah disusun dimuka, untuk memudahkan

teknis pelaksanaan penilaian kinerja guru-guru pascasertifikasi, maka perlu

disusun sebuah instrumen sederhana yang dapat menunjukkan kinerja seorang

guru dilihat dari luaran ilmiah yang dihasilkannya setelah guru tersebut menerima

tunjangan profesi pendidik.

Page 20: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

18

Instrumen ini memuat komponen-komponen portofolio yang berbasis

capaian luaran ilmiah, skor maksimum untuk masing-masing luaran ilmiah,

jumlah guru yang terlibat, skor penilaian masing-masing luaran ilmiah yang

dilakukan oleh pihak penilai. Secara utuh, instrumen yang telah disusun disajikan

dalam tabel 3.3.

Page 21: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

19

Tabel 3.3 Instrumen Penilaian Kinerja Guru Pascasertifikasi

INSTRUMEN PENILAIAN KINERJA GURU PASCASERTIFIKASI

Nama Guru :

Tahun penilaian :

Tunjangan profesi per bulan

(koefisien ekonomi, EC )

:

Total tunjangan profesi setahun

(TB )

:

Pengeluaran uang untuk

menghasilkan luaran ilmiah

selama setahun

:

Parameter (TP )

: 60

No Komponen

(Luaran ilmiah) Tingkat/bidang

Skor

ilmiah

maks

Jml

luaran

ilmiah

( 0Q )

Jml guru

yang

terlibat

( pn )

Skor

penilaian

( PS )

Kinerja

Ilmiah

( SP )

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1 Karya Monumental Pendidikan 60

2 Juara lomba Akademik Internasional 60

3 Keikutsertaan Forum Ilmiah -Pemakalah-Relevan Internasional 50

4 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Relevan Nasional 50

5 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Relevan Propinsi 40

6 Keikutsertaan dalam Forum Ilmiah-Pemakalah-Relevan Nasional 40

Page 22: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

20

7 Juara lomba Akademik-Relevan Nasional 40

8 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Tidak Relevan Nasional 35

9 Penghargaan –Relevan Internasional 30

10 Sertifikat ketrampilan/keahlian-Relevan Internasional 30

11 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Relevan Kabupaten/kota 30

12 Keikutsertaan Forum lmiah -Pemakalah-Relevan Propinsi 30

13 Juara lomba Akademik -Relevan Propinsi 30

14 Keikutsertaan dalam ForumI lmiah -Pemakalah- Tidak Relevan Internasional 25

15 Karya Pengembangan Profesi-Buku-Tidak Relevan Propinsi 25

16 Karya Pengembangan Profesi-Artikel-Relevan Jurnal Terakreditasi 25

17 Penghargaan -Relevan Nasional 20

18 Keikutsertaan dalam forum ilmiah-pemakalah-Tidak Relevan Nasional 20

19 Sertifikat ketrampilan/keahlian-Relevan Nasional 20

20 Keikutsertaan dalam forum ilmiah-Pemakalah-Relevan Kabupaten 20

21 Juara lomba Akademik -Relevan Kabupaten 20

22 Karya Pengenbangan profesi-Artikel-Tidak Relevan Jurnal Terakreditasi 20

23 Karya Pengembangan profesi-Modul-Relevan 20

24 Karya teknologi tepat guna dan karya seni-Relevan 15

25 Laporan penelitian dibidang pendidikan-Relevan 15

26 Karya Pengembangan profesi-buku-Tidak Relevan kabupaten 15

27 Keikutsertaan dalam forum ilmiah Pemakalah-Tidak Relevan Propinsi 15

28 Karya menumental-Relevan Non Pendidikan 10

29 Karya pengembangan profesi artikel makalah/koran –Relevan Nasional 10

30 Karya pengembangan profesi artikel-Relevan Jurnal Tak terakreditasi 10

31 juara lomba akademik-Relevan Kecamatan 10

Page 23: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

21

32 Sertifikat ketrampilan keahlian-Relevan Regional 10

33 Penghargaan-Relevan Propinsi 10

34 Keikutsertaan dalam forum ilmiah-Pemakalah-Tidak Relevan Kabupaten 10

35 Penghargaan-Relevan Kabupaten 5

Total 875

Total Kinerja Ilmiah

Kinerja Finansial langsung

Kinerja Finansial Tak langsung

Total kinerja finansial

Instrumen ini mudah sekali pengoperasionalnnya. Dengan membuat instrumen ini di lembar kerja seperti Microsoft Excel,

maka proses penghitungannya menjadi sangat mudah dan cepat.

Page 24: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

22

C. Simulasi Penilaian

Untuk mengetahui bagaimana bekerjanya model tersebut maka perlu

dilakukan simulasi. Dengan simulasi maka variabel-variabel yang terlibat dalam

model akan dapat diketahui pengaruhnya.

Dalam simulasi ini, akan dilakukan penilaian terhadap 6 orang guru

yang telah lolos sertifikasi dan memiliki golongan sama yaitu IIIa MKG 10.

Keenam guru ini, yaitu guru A, guru B, guru C, guru D, guru E dan guru F

memiliki hasil luaran ilmiah yang tidak sama selama setahun penilaian. Di sini

diandaikan bahwa luaran-luaran ilmiah yang dihasilkan guru semuanya

mendapatkan skor maksimum setelah dinilai oleh tim penilai. Secara lebih

lengkap, informasi tentang keenam guru yang akan disimulasikan ini ditampilkan

dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4 Simulasi penilaian guru pascasertifikasi untuk 6 guru bergolongan IIIa

Aspek Guru A Guru B Guru C Guru D Guru E Guru F

Tunjangan profesi per bulan

1.869.300 1.869.300 1.869.300 1.869.300 1.869.300 1.869.300

Tunjangan profesi setahun

22.431.600 22.431.600 22.431.600 22.431.600 22.431.600 22.431.600

Pengeluaran

uang untuk

menghasilkan luaran ilmiah

0 500.000 2.000.000 2.000.000 5.000.000 0

Luaran ilmiah - Makalah relevan yang

dipresentasika

n di forum ilmiah tingkat

kabupaten

Makalah relevan yang

dipresentasikan di

forum ilmiah tingkat kabupaten

Laporan penelitian

dibidang

pendidikan-Relevan

Juara lomba Akademik –

Relevan tingkat

Kabupaten

Makalah relevan yang

dipresentasika

n di forum ilmiah tingkat

kabupaten

Makalah relevan yang diprsentasikan di

forum ilmiah nasional

Karya Pengembangan

Profesi-Artikel-

Relevan Jurnal

Terakreditasi

Karya Pengembangan

profesi-Modul-

Relevan

Makalah relevan yang

diprsentasikan

di forum ilmiah nasional

Page 25: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

23

Berdasarkan penilaian kinerja keenam guru tersebut dengan

menggunakan instrumen seperti dalam tabel 3.3 maka hasil penilaian kinerja

ilmiah dan finansial untuk masing-masing guru ditampilkan dalam tabel

Tabel 3.5 Hasil penilaian guru pascasertifikasi untuk 5 guru bergolongan IIIa

Kinerja Guru A Guru B Guru C Guru D Guru E Guru F

Total Kinerja Ilmiah 0 33,33 % 91,67 % 33,33 % 175,00 % 66,67%

Kinerja finansial langsung 0 2,23 % 8,92 % 8,92 % 8,92 % 0,00%

Kinerja finansial tak langsung 0 8,33 % 21,27 % 8,33 % 84,16 % 55,56%

Total kinerja finansial 0 10,56 % 30,19 % 17,25 % 93,07 % 55,56%

Dengan membaca tabel 3.4 dan tabel 3.5 dapat diketahui adanya

perbedaan kinerja yang ditunjukkan oleh guru-guru tersebut. Guru yang tidak

menghasilkan satupun luaran ilmiah akan memiliki indeks kinerja nol. Ini

menunjukkan bahwa anggaran negara yang diperuntukkan bagi peningkatan

kinerja guru tersebut sama sekali tidak bermanfaat bagi peningkatan kinerjanya.

Bagi guru-guru yang menghasilkan luaran ilmiah yang sama tetapi

berbeda dalam jumlah pengeluaran uang untuk menghasilkan luaran ilmiah

tersebut akan memiliki indeks kinerja ilmiah yang sama tetapi indeks kinerja

finansialnya berbeda. Ini nampak dalam kinerja ilmiah guru B dan D yang

memiliki nilai sama, tetapi kinerja finansial keduanya berbeda.

Bagi guru-guru yang telah mengeluarkan sejumlah uang dengan nominal

sama tetapi menghasilkan luaran ilmiah yang berbeda keduanya akan memiliki

indeks kinerja ilmiah yang berbeda, bergantung pada luaran ilmiah yang

dihasilkan. Indeks kinerja finansialnya juga berbeda dan berbanding lurus dengan

jenis luaran ilmiah yang dihasilkan. Kasus ini bisa dilihat dari guru C dan D.

Keduanya memiliki nilai kinerja finansial langsung yang sama, tetapi karena

kinerja ilmiahnya berbeda maka kinerja finansial total akhirnya juga berbeda.

Page 26: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

24

Bagi guru yang bisa menghasilkan luaran ilmiah dengan jumlah skornya

melebihi parameter TP maka kinerja ilmiahnya akan mencapai nilai di atas 100%.

Ini dengan syarat bahwa luaran ilmiah tersebut dikerjakan sendiri dan tidak

bermitra dengan guru lain. Nilai kinerja ilmiah yang tingi akan menyebabkan total

kinerja fnansial juga kian tinggi.

Bagi guru yang menghasilkan luaran ilmiah tanpa mengeluarkan uang

satu rupiah pun, guru seperti ini tetap memiliki total kinerja finansial yang tinggi,

sebanding dengan kinerja ilmiah yang dicapainya. Ini terlihat dari kinerja guru F.

Ini menunjukkan bahwa kinerja ilmiah yang dilakukan oleh guru akan sangat

menentukan total kinerja finansialnya. Ini juga menunjukan bahwa besarnya

nominal uang yang digunakan untuk menghasilkan luaran ilmiah tidak terlalu

besar pengaruhnya. Artinya, untuk meningkatkan kinerja pascasertifikasi, guru

tidak harus menghabiskan tunjangan profesinya demi peningkatan kinerja. Yang

paling penting bagi guru adalah dapat menghasilkan luaran ilmiah secara

produktif. Semakin tinggi nilai skor ilmiah luaran ilmiah tersebut, maka indeks

kinerja (baik ilmiah maupun finansial) guru juga akan semakin tinggi.

Dengan simulasi-simulasi tersebut, dapat ditunjukkan bahwa model ini

dapat bekerja untuk melihat unjuk kinerja guru-guru pascasertifikasi.Unjuk

kinerja guru yang ditampilkan dalam model ini adalah kinerja ilmiah dan kinerja

finansial berdasarkan capaian luaran ilmiah. Kinerja finansial dapat juga

dipandang sebagai konversi ekonomi dari kinerja ilmiah. Dengan demikian,

tunjangan profesi yang diberikan kepada guru-guru yang telah lolos sertifikasi

dapat benar-benar dikawal, apakah guru-guru pascasertifikasi akan tetap

menunjukan kinerja yang baik atu tidak.

D. Penentuan Ambang Kinerja

Untuk dapat menyatakan seorang guru apakah memiliki kinerja yang

baik atau tidak, diperlukan sebuah batas atau ambang kinerja dalam penilaian.

Penentuan ambang kinerja dalam model ini bergantung pada penetapan beberapa

parameter yaitu parameter TP dan EC . Parameter TP merupakan batas skor ilmiah

Page 27: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

25

yang diidealkan untuk dicapai oleh seorang guru. Parameter ini memiliki

pengaruh dalam penghitungan kinerja ilmiah guru. Misalnya, jka parameter TP

ditetapkan 60, maka seorang guru baru akan mencapai kinerja ilmiah 100% ketika

guru tersebut menghasilkan satu atau beberapa luaran ilmiah yang skor ilmiahnya

mencapai kumulatif 60.

Para pemangku kebijakan perlu menetapkan pada angka berapa kinerja

ilmiah seorang guru sudah dianggap baik.

Parameter EC terkait dengan kinerja finansial. Karena model ini

digunakan untuk penilaian kinerja guru pascasertifikasi, maka parameter EC

dapat dipilih dari tunjangan profesi per bulan atau dapat jga dengan menetapkan

suatu angka tertentu setelah memperhatian keadaan ekonomi kawasan.

Pilihan TP dan

EC pada nilai berapapun tidak terlalu nampak

perbedaannya sebab hasil penilaian kinerja ilmiah dan finansial selalu akan

proporsional asalkan tetapan itu digunakan bersama-sama untuk penilaian kinerja

semua guru.

Page 28: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

26

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Model SFPM (Scientific and Financial Performance Measure) yang

berbasis capaian luaran ilmiah dapat digunakan untuk mendukung program

sertifikasi guru. Karena untuk dapat lolos sertifikasi seorang guru harus memenuhi

10 komponen portofolio maka pascasertifikasi komponen-komponen tersebut

dapat digunakan kembali untuk melihat kinerja guru. Dari 10 komponen

portofolio, tidak semua komponen digunakan untuk menilai kinerja guru

pascasertifikasi. Hanya komponen-komponen yang berupa luaran ilmiah saja yang

digunakan dalam model penilaian kinerja guru ini. Karena hanya berbasis laran

ilmiah saja, maka objektivitas dan transparansi pengukuran bisa dijamin.

Penilain kinerja yang dilakukan per tahun anggaran mempermudah

proses evaluasi kinerja guru dan manajemen pengambilan keputusan untuk tahun

anggaran ke depan sebab hasil penilaian kinerja mencerminkan kondisi riil saat

ini. Hasil penilaian kinerja ini dapat dijadikan pedoman kebijakan apakah

tunjangan profesi bagi guru yang bersangkutan masih layak untuk diteruskan atau

tidak

Hasil pengukuran kinerja finansial yang merupakan konversi kinerja

ilmiah dapat digunakan sebagai ukuran keuntungan pemerintah yang telah

menginvestasikan dana dalam bentuk tunjangan profesi bagi guru.

Penerapan model ini secara berkelanjutan dalam program sertifikasi guru

dapat menunjukkan indikator kinerja para guru pascasertifikasi. Apabila tunjangan

profesi guru dianggap sebagai kompensasi kinerja, maka model ini dapat

mendorong peningkatan kinerja para guru pascasertifikasi.

Page 29: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

27

Parameter TP dan

EC yang digunakan dalam model bukan merupakan

parameter-parameter yang bersifat mutlak. Parameter tersebut hanya sekedar

menunjukkan skala.

B. Saran

1. Pemangku kebijakan sebaiknya menentukan nilai parameter TP dan

EC

sehingga bisa dipergunakan secara luas

2. diperlukan suatu nilai kinerja minimum yang harus dipenuhi oleh guru-guru

pascasertifikasi. Ini penting agar memacu para guru untuk terus berkarya dan

berprestasi

3. dengan ditetapkannya nilai kinerja minimum maka pemerintah dapat

melakukan tindakan tegas dan bijak terhadap guru-guru yang tidak bisa

memenuhi batas kinerja tersebut.

4. Model ini dapat digunakan bersamaan dengan model pengukuran lainnya.

Penggunaan model ini secara konsisten dapat digunakan untuk melakukan

pemetaaan kinerja guru sehingga pemerintah dapat mengambil kebijakan-

kebijakan berdasar temuan hasil kinerja guru.

Page 30: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

28

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Dikti, 2007, Naskah Panduan Penyusunan Perangkat Portofolio Sertifikasi

Guru Dalam Jabatan, http://sertifikasiguru.org [Januari 2009]

Dirjen Dikti, 2008. Panduan Penyusunan Portofolio, dapat diunduh di

http://sertifikasiguru.org/uploads/File/sertif08/buku3a.pdf [Januari 2009]

Dirjen Dikti, 2008. Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Direktorat Jenderal

Perguruan Tinggi. Jakarta, dapat diunduh di

http://sertifikasiguru.org/uploads/File/sertif08/buku3_Pedoman_Penyusun

an_Portofolio.pdf [Januari 2009]

L.T. Handoko, 2005a. A Simultaneous Model to Measure Academic and Financial

Performances of Scientific Activities, Proceesing of the 7th

ASEAN

Science and Technology Infrastructure and Resources Development,

Jakarta dapat diunduh di

http://arxiv.org/ftp/physics/papers/0508/0508059.pdf [Januari 2009]

L.T. Handoko, 2005b. Scientific and Financial Performance Meansure: A

Simultaneous Model to Evaluate Scientific Activities, dapat diunduh

arXiv:physics/0508052v3 [Januari 2009]

L.T. Handoko, 2005c. Scientific and Financial Performance Meansure: A

Simultaneous Model to Evaluate Scientific Activities, Journal of

Theoretical and Computational Studies dapat diunduh [Januari 2009]

Nulhakim, T. Rusman. 2007. Kinerja Guru dan Implikasinya pada tunjangan

dalam Jabatan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Edisi Khusus I

(Tahun ke-13) Agustus 2007

OCSP - Online Kalkulator Ilmiah untuk Kinerja, dapat diunduh di

http://www.koki.lipi.go.id (2005) [16 Februari 2009]

Pers Depdiknas, 2009. Disusun, kriteria Kinerja Guru, dapat diunduh di

http://www.depdiknas.go.id/content.php?content=file_detailberita&KD=6

07 [19 Februari 2009]

Setiawan, Ngadirin. 2008. Pengembangan Model Audit Kinerja Guru dalam mendukung

Program Sertifikasi Pendidik. Simposium Tahunan Penelitian Pendidikan 2008

Puslitjaknov Balitbang Depdiknas, dapat diunduh di

http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah_peserta/45_Ngadirin_PENGEMB

ANGAN%20MODEL%20AUDIT%20KINERJA%20GURU%20.pdf [21

Februari 2009]

Yusrizal, 2008. Alternatif Penilaian Kinerja Guru. NAD: Serambi Online, dapat

diunduh di

Page 31: 225 Rachmad Resmiyanto Model Instrumen Pengukuran Kinerja

http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacaopini&opinid=158

0 [25 Februari 2009]