of 15 /15

repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44319... · 2019-02-22 · oleh bank, deposito mudharabah muthlaqah atau mudharabah muqqayadah yang resikonya

  • Author
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Text of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44319... ·...

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 194

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA1

    Di Dalam Perekonomian modern dewasa ini diperlukan suatu

    sistem penyangga ekonomi yang kokoh sehingga dapat

    menumbuhkan kepercayaan para pelaku ekonomi yang

    bertarung di bawahnya. Salah satu tiang penyangganya adalah

    Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hal ini tercermin dari

    salah satu fungsi dari LPS yakni menjamin simpanan nasabah.

    Tulisan ini akan menguraikan tentang beberapa pokok bahasan

    yang berkenaan dengan pelaksanaan LPS Syariah, mulai dari

    pengertian, tupoksi, obyek dan struktur LPS hingga premi

    penjaminan, kekayaan, pembiayaan dan pengelolaan serta

    pandangan Islam mengenai LPS.

    Kata Kunci: LPS, Bank Syariah

    A. PENDAHULUAN Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang

    menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank,

    mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada

    sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah

    mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas

    seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat

    (blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor

    26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank

    Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan

    Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.

    Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat

    menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri

    perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas

    1 Penulis adalah Dosen Fak. Syariah Dan Hukum UIN Jakarta

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 195

    menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank

    maupun masyarakat.

    Seiring dengan berkembangnya jumlah bank syariah di

    Indonesia, maka sebagai salah satu lembaga keuangan yang beroperasi di

    Indonesia, maka simpanan di Bank Syariah juga dijamin keamanannya

    oleh pemerintah. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2004 dan PP No. 39 tahun

    2005, maka semua bentuk simpanan nasabah di bank syariah menjadi

    obyek penjaminan simpanan oleh pemerintah sebagaimana pada bank

    konvensional.

    B. PEMBAHASAN

    1. Pengertian, Fungsi, Tugas dan Wewenang LPS

    Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga yang independen,

    transparan dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

    dalam menjamin simpanan nasabah bank dan bertanggung jawab kepada

    presiden.2 LPS adalah badan hukum independen yang dibentuk

    berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga

    Penjamin Simpanan (UU LPS). UU LPS diundangkan tanggal 22

    September 2004 dan mulai berlaku efektif 12 bulan setelah diundangkan

    yaitu tanggal 22 September 2005. Dengan berlaku efektifnya UU LPS,

    maka LPS mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal 22 September

    2005. LPS merupakan penyempurnaan dari program penjaminan

    pemerintah terhadap seluruh kewajiban bank (blanket guarantee) yang

    berlaku di masa lalu (tahun 1998 s/d 2005).

    Kebijakan blanket guarantee di satu sisi dapat meningkatkan

    kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, namun di sisi lain

    kebijakan tersebut telah membebani keuangan negara dan dapat

    menimbulkan moral hazard bagi pelaku perbankan dan nasabah. Dengan

    mempertimbangkan dampak negatif tersebut serta memperhatikan

    membaiknya kondisi perbankan, kebijakan blanket guarantee telah

    diputuskan untuk diakhiri (pada tahun 2005). Namun pemerintah menilai

    bahwa suatu bentuk penjaminan simpanan masih tetap diperlukan untuk

    memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan

    dapat meminimumkan risiko yang membebani anggaran negara atau

    2 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 2

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 196

    risiko yang menimbulkan moral hazard. Berdasarkan UU LPS,

    penjaminan simpanan nasabah tersebut dilaksanakan oleh LPS.

    Berdasarkan Undang No 24 tahun 2004 fungsi LPS adalah

    menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam

    memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya. Dalam

    melaksanakan fungsinya ini maka LPS bertugas sebagai berikut :3

    1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut

    aktif memelihara stabilitas sistem perbankan

    2. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan

    penyelesaiaan Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik,

    dan

    3. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak

    sistemik

    Berdasarkan UU Lembaga Penjamin Simpanan, fungsi

    penjaminan simpanan meliputi juga simpanan di bank syariah (BS), baik

    bank umum, unit usaha syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah

    (BPRS).

    Dalam rangka melaksanakan tugasnya LPS mempunyai

    wewenang sebagai berikut :4

    a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan

    b. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank

    pertama kali menjadi peserta

    c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS

    d. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank,

    laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank

    sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank

    e. Melaksanakan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi

    atas data sebagai mana dimaksud pada huruf d

    f. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran

    klaim

    g. Menunjuk, menguaskan dan/atau menugaskan pihak lain

    untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS,

    guna melaksanakan tugas tertentu

    3 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab III Pasal 4 dan Pasal 5

    4 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab III Pasal 6

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 197

    h. Melaksanakan penyuluhan kepada bank dan masyarakat

    tentang penjamin simpanan dan

    i. Menjatuhkan sanksi administratif

    Dalam melakukan penyelesaian bank gagal maka LPS

    mempunyai kewenangan antara lain:

    a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang

    pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS,

    b. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal

    yang diselamatkan

    c. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau

    mengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagal yang

    diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan bank; dan

    d. Menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan

    debitur dan/atau kewajiban tanpa persetujuan kreditur

    A. Obyek LPS

    Pengertian bank dalam LPS adalah sesuai dengan UU tentang

    Perbankan yaitu Bank Umum dan BPR. Setiap Bank yang melakukan

    kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi

    peserta penjaminan, kecuali Badan Kredit Desa. Setiap bank wajib

    menyampaikan persyaratan dan laporan yang ditetapkan oleh LPS

    termasuk membayar kontribusi kepesertaan dan premi penjaminan.

    Apabila tidak dipenuhi, tidak menggugurkan kepesertaannya namun

    dikenakan sanksi administratif, denda dan pidana.

    LPS Untuk Bank Konvensional meliputi meliputi giro, deposito,

    sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan

    dengan itu.

    LPS Untuk Bank Syariah meliputi:5

    a. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah;

    b. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah;

    c. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau

    Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung

    oleh bank;

    5 Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2005 Tentang Penjaminan

    Simapan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, pasal 3

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 198

    d. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau

    Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung

    oleh bank; dan/atau

    e. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan

    oleh LPS setelah mendapat pertimbangan LPP.

    Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari

    masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain. Nilai Simpanan yang

    dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha Bank.

    Saldo tersebut berupa:

    a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah,

    untuk Simpanan yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul

    dari transaksi dengan prinsip syariah;

    b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk

    Simpanan yang memiliki komponen bunga;

    c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan

    menggunakan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk

    Simpanan yang memiliki komponen diskonto

    Berdasarkan UU No 24 tahun 2004 nilai Simpanan yg Dijamin

    LPS antara lain :

    1. Simpanan yang dijamin adalah seluruh tabungan dan deposito

    yang tercatat di Bank tanpa membedakan kepemilikan, kecuali :6

    a. Data simpanan tidak tercatat pada bank.

    b. Milik pihak yang mendapat keuntungan tidak wajar

    (misalnya memperoleh hasil bunga jauh diatas tingkat

    pasar)

    c. Milik pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak

    sehat (kolaps)

    2. Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank

    paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah). Pemberlakuan

    nilai sampanan yang dijamin tersebut adalah secara bertahap yaitu :

    a. Periode 22-09-2005 s/d 21-03-2006, seluruh simpanan dijamin.

    6 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 19

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 199

    b. Periode 22-03-2006 s/d 21-09-2006, simpanan yang dijamin

    paling tinggi Rp.5 Milyar.

    c. Periode 22-09-2006 s/d 21-03-2007, simpanan yang dijamin

    paling tinggi Rp.1 Milyar

    d. Periode 21-03-2007 dan seterusnya, simpanan yang dijamin

    paling tinggi Rp.100 juta.

    Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah

    hasil penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank

    tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint

    account); Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang

    diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan

    tersebut yang dibagi secara prorata dengan jumlah pemilik rekening

    Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening

    gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu

    diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal Dalam hal nasabah

    memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis diperuntukkan bagi

    kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut

    diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang

    bersangkutan Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap

    nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar.

    kepesertaan nasabah perbankan syariah di LPS hukumnya sama

    dengan kepesertaan nasabah perbankan konvensional. Setiap nasabah

    juga dijamin maksimal sebesar Rp 2 miliar oleh LPS. LPS sendiri telah

    melakukan penjaminan nasabah perbankan syariah sejak tahun 2005 lalu.

    Dalam peraturan pemerintah nomor 39 tahun 2005 diketahui bahwa

    simpanan di bank syariah yang dijamin oleh LPS adalah bentuk simpanan

    dengan jenis giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah

    muthlaqah atau mudharabah muqqayadah yang resikonya ditanggung

    oleh bank, deposito mudharabah muthlaqah atau mudharabah

    muqqayadah yang resikonya ditanggung bank serta simpanan

    berdasarkan prinsip syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah

    memperoleh pertimbangan BI.

    B. Premi Penjaminan

    Untuk memperoleh penjaminan, maka bank harus membayar

    sejumlah premi kepada LPS. Besarnya premi penjaminan adalah sama

    untuk setiap bank yaitu sebesar 0,1 % (satu perseribu) dari rata-rata saldo

    bulanan total simpanan dalam setiap periode. Premi penjaminan tersebut

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 200

    dibayarkan dimuka 2 kali dalam 1 tahun yaitu periode 1 Januari sampai

    30 Juni dibayarkan paling lambat tanggal 31 Januari dan periode 1 Juli

    sampai 31 Desember dibayarkan paling lambat 31 Juli.7

    Besarnya premi penjaminan tersebut dapat diubah apabila

    dipenuhi sekurang-kurangnya satu kriteria berikut:

    a. Terjadi perubahan nilai simpanan yang dijamin untuk setiap

    nasabah pada satu bank.

    b. Akumulasi cadangan penjaminan telah melampaui tingkat

    sasaran sebesar 2,5 % dari total simpanan di setiap bank.

    c. Terjadi perubahan tingkat risiko kegagalan pada industri

    perbankan.

    Cara penetapan premi yang sama untuk setiap bank tersebut

    dapat diubah sehingga tingkat premi menjadi berbeda antara satu bank

    dan bank yang lain berdasarkan skala risiko kegagalan bank. Namun

    perbedaan tingkat premi yang terendah dan yang tertinggi tidak melebihi

    0,5 %.

    Selain membayar premi penjaminan, bank juga diwajibkan

    membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) dari

    modal sendiri (equitas) BPR pada akhir tahun fiskal sebelumnya atau dari

    modal disetor bagi bank baru.

    Ketentuan dan proses penjaminan serta pembayaran premi sama

    dengan perbankan konvensional pada umumnya. Hingga akhir tahun

    2009 kemarin, total premi yang masuk ke LPS dari seluruh perbankan di

    Indonesia mencapai Rp 3,779 trilyun yang terdiri atas Rp 3.665 trilyun

    dari perbankan umum konvensional, Rp 65,645 miliar perbankan umum

    syariah, Rp 46,45 miliar dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) umum dan

    Rp 2,277 miliar dari BPS Syariah. Jumlah tersebut naik dibandingkan

    tahun 2008 yang mencapai Rp 3,160 trilyun yang berasal dari premi

    perbankan umum konvensional Rp 3,006 trilyun, perbankan umum

    syariah Rp 50,358 milyar, BPR konvensional Rp 42,131 miliar dan BPR

    Syariah Rp 1,834 miliar. Total premi yang masuk ke LPS dari tahun 2005

    hingga tahun 2009 mencapai Rp 12,599 trilyun.8

    Asset LPS hingga tahun 2010 ini telah mencapai Rp 18 Trilyun,

    Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, LPS telah melakukan pencabutan ijin

    pada 20 perbankan bermasalah di seluruh Indonesia. Dari 20 perbankan

    7 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 12 dan Pasal 13

    8 Vivanews.com

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 201

    tersebut ada dua perbankan yang menerapkan sistem syariah yang juga

    dicabut. Perbankan yang dicabut ijinnya itu adalah, BPR Tripillar

    Arthajaya Yogyakarta, BPT Cimahi Bandung, BPR Mitra Banjaran

    Bandung, BPR Mranggen Mitraniaga, Demak, BPR Samadhana

    Sukabumi, BPR Gununghalu Bandung, BPR Bekasi Istnana Artha Bekasi,

    BPR Era Aneka Rezeki Cibinong, BPR Bangunkarya Arthasejahtera

    Bandung, BPR Bangbulong Garut,BPR Anugrah Arta Niaga Pati, BPR

    Citraloka dana Mandiri Bandung, BPR Kencana Artha Mandiri Solo, BPR

    Sumber Hiobaja Sukoharjo, BPR Handayani Ciptasehati Makasar, BPR

    Tripanca Septiadana Lampung, Bank IFI termasuk usaha syariahnya di

    Jakarta, BPR Syariah Babussalam Garut, BPR Sri Utama Tabanan Bali dan

    BPR Margot Arta Utama Depok.

    C. Struktur Organisasi LPS

    LPS adalah sebuah lembaga independen bentukan pemerintah

    yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dalam UU No 24

    tahun 2004 disebutkan bagan organisasi LPS terdiri dari Dewan

    Komisioner dan Kepala Eksekutif.9

    Dewan Komisioner bertugas merumuskan dan menetapkan

    kebijakan serta melakukan pengawasan dalam rangka pelaksanaan tugas

    dan wewenang LPS sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Dewan

    komisioner ini dipimpin oleh seorang ketua dewan komisioner. Adapun

    jumlah dewan komisioner berjumlah 6 orang yang terdiri atas:10

    a. 1 orang pejabat setingkat eselon satu Departemen keuangan

    yang ditunjuk oleh MenKeu

    b. 1 orang unsur pimpinan LPP yang ditunjuk pimpinan LPP

    c. 1 orang dari unsur pimpinan Bank Indonesia yang ditunjuk

    pimpinan BI

    d. 3 orang anggota yang berasal dari dalam dan/atau luar LPS

    Semua anggota Dewan komisioner ini diangkat oleh presiden atas

    usul menteri Keuangan.

    D. Kekayaan, Pembiayaan dan Pengelolaan

    9 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 62-Pasal 80

    10 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 65

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 202

    Sebagai sebuah lembaga yang menjamin simpanan nasabah bank,

    maka LPS harus memiliki modal yang cukup besar dalam pendiriannya.

    Berdasarkan UU No 24 tahun 2004 pasal 81 dinyatakan bahwa Modal

    awal LPS sekurang-kurangnya Rp. 4.000. 000.000.000,- (Empat Triliun

    Rupiah) dan sebesar-besarnya Rp. 8.000.000.000.000,- (Delapan Triliun

    Rupiah). Modal pendirian ini berasal dari dana Negara yang dipisahkan

    dari asset Negara yang lain.

    Dengan asset yang mencapai 10 triliun maka LPS dituntut untuk

    bisa mengelola dana penjaminan tersebut dengan baik. Dana premi

    penjaminan ini akan diinvestasikan oleh LPS dalam invesatsi surat

    berharga pemerintah sehingga tidak menjadi modal yang mengendap

    (idle fund). Atas pengelolaan dana ini maka LPS berkewajiban menjamin

    semua tabungan nasabah dari bank yang dianggap Gagal operasional dan

    ditutup oleh pemerintah. Hasil invesatsi LPS akan dimasukkan dalam

    cadangan tujuan (20%) dan cadangan penjaminan (80%). Apabila jumlah

    cadangan penjaminan mencapai lebih dari 2.5% dari seluruh tabungan

    nasabah penyimpan, maka kelebihan dananya akan masuk dalam

    pendapatan Negara Bukan Pajak.11

    E. Lembaga PenJamin Simpanan Dalam Prespektif Hukum Islam

    Walaupun sudah ada PP No 39 tahun 2005 tentang Penjamin

    Simpanan Bagi Nasabah tabungan Bank Syariah, namun sampai saat ini

    belum ada satu pun Fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN) mengenai

    LPS Syariah. Hal ini memunculkan masalah apakah dana premi bank

    syariah yang disetor ke LPS akan di investasikan pada surat berharga

    yang berprinsip syariah? Atau akad apakah yang membentuk hubungan

    antara Bank Syariah dengan Lembaga Penjamin Simpanan?

    Walaupun belum ada fatwa DSN tentang kewajiban bank syariah

    menjadi peserta LPS namun sesuai hukum yang berlaku di Indonesia

    yang mengatur bahwa semua bank wajib menjadi peserta LPS demi

    kemananan dana nasabah yang disimpan di Bank. Sehingga bank syariah

    mau tidak mau harus ikut menjadi peserta LPS dan harus membayar

    premi penyertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) setiap 6 bulan sekali.

    Kepala Lembaga Penjamin Simpanan Firdaus Djaelani

    mengatakan, LPS menjamin aman tingkat kehalalan uang jaminan dalam

    perbankan syariah. Sebagai lembaga penjamin, LPS telah memisahkan

    11

    Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 83

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 203

    antara aliran uang jaminan bank syariah dan bank konvensional. "Uang

    jaminan perbankan syariah di LPS pasti halal. Kami jamin itu," ujar

    Firdaus dalam Rapat Kerja Nasional dan Forum Pakar Masyarakat

    Ekonomi Syariah di Plaza Bank Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta,

    Sabtu 24 Januari 2009.

    Firdaus mengatakan, premi penjaminan pada 2008 mencapai Rp

    3,2 triliun, Rp 50 miliar di antaranya premi perbankan syariah. Dana itu,

    menurut Firdaus memang kecil, karena pangsa pasar bank syariah hanya

    2,7 persen. "Tapi keamanan ini kami jamin, karena kami telah

    membelikan sukuk Rp 500 miliar," katanya. Dana ini diperlukan jika

    sewaktu-waktu ada kejadian mendesak pada bank syariah. "Suku bisa

    dicairkan kapan saja."12

    LPS syariah di Indonesia saat ini dianggap belum dibutuhkan

    karena pangsa pasar bank syariah baru mencapai 2,7 persen dari pangsa

    pasar bank secara nasional. Sehingga kalau dibuat lembaga Penjamin

    simpanan Syariah yang tersendiri dikhawatirkan dana premi peserta

    tidak akan mencukup apabila terjadi kebangkrutan atau kegagalan pada

    salah satu bank peserta. LPS Syariah bisa diadakan apabila pangsa pasar

    bank syariah minimal 15 persen dari perbankan nasional.

    Dengan melihat mekanisme operasional Lembaga Penjamin

    Simpanan, maka dalam perspektif hukum Islam sebenarnya penjaminan

    simpanan dapat dilakukan melalui akad ta’min, atau kafalah dengan

    prinsip saling tolong menolong dan saling menanggung diantara peserta

    jaminan dan pemerintah sebagai pengelola dana melalui Lembaga

    Penjamin Simpanan sebagaimana dilakukan oleh asuransi syariah.

    At Ta’min merupakan salah satu akad yang bersifat tabarru’ yaitu

    jaminan yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk memenuhi

    kewajibannya atas tagihan hutang-piutang maupun jaminan melakukan

    pekerjaan.

    Kafalah juga merupakan akad tabarru’ yaitu jaminan yang

    diberikan kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pada pihak

    kedua atau yang ditanggung.13

    Kafalah secara etimologi berarti menggabungkan (al-dhammu),

    menanggung (hamalah), dan menjamin (za’amah). Kafalah adalah

    mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab lainnya dalam

    12

    . Vivanews.com 13

    DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN MUI, (Jakarta: DSN MUI, 2003), ed. Ke-2, h. 73

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 204

    hal tuntutan secara mutlak, baik berkaitan dengan jiwa, hutang, materi,

    maupun pekerjaan.

    Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)

    kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang

    ditanggung (makful’anhu, ashil)

    Secara terminologi Kafalah yaitu jaminan yang diberikan oleh

    penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban

    pihak kedua atau yang ditanggung (makful’anhu, ashil).(DSN Fatwa DSN

    No: 11/DSN-MUI/IV/2000)

    kafalah adalah akad pemberian jaminan (makful alaih) yang

    diberikan satu pihak kepada pihak lain dimanan pemberi jaminan (kafiil)

    bertanggungjawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi

    hak penerima jaminan (makful).

    Menurut sebagain besar ulama, obyek tanggungan adalah harta.

    Didasarkan kepada Hadits Nabi SAW : ‚Az Za’îmu Ghârimun‛

    (Penanggung itu menanggung kerugian).

    Namun kewajiban penanggung berupa harta, dapat

    dikategorikan menjadi tiga hal, yaitu sbb:

    Tanggungan dengan hutang, yaitu kewajiban membayar

    hutang yang menjadi tanggungan orang lain.

    Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan

    materi tertentu yang berada di tangan orang lain. Jika

    berbentuk bukan jaminan seperti ‘ariyah (pinjaman) atau

    wadi’ah (titipan), maka kafalah tidak sah.

    Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang diberikan oleh

    seorang penjual kepada pembeli karena adanya risiko yang

    mungkin timbul dari barang yang dijual belikan

    Jenis-Jenis Kafalah antara lain :

    a) Kafalah bil Mal, jaminan pembayaran barang atau perlunasan

    utang.

    b) Kafalah bin Nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin.

    c) Kafalah bit Taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk

    menjamin pengembalian barang sewaan pada saat masa

    sewanya berakhir. Misal jaminan dengan deposito/tabungan

    asabah.

  • al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792

    LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH

    M. Mujibur Rohman, MA | 205

    d) Kafalah al Munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh

    kurun waktu tertentu dan untuk tujuan/kepentingan tertentu.

    Misal, performance bond, “jaminan prestasi”.

    e) Kafalah al Muallaqah. Bentuk kafalah ini merupakan

    penyederhanaan dari kafalah al Munjazah, di mana jaminan

    dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula

    Sedangkan bagi hasil atas investasi yang dilakukan oleh LPS dari

    dana premi bank bisa dibagi antara LPS dan dana peserta Penjaminan.

    Pihak LPS bisa mengambil bagian dari hasil investasi karena LPS

    menanggung simpanan nasabah bank apabila suatu saat dinyatakan

    sebagai Bank Gagal atau dilikuidasi oleh otoritas moneter.

    Penutup

    Lembaga Penjamin simpanan merupakan suatu bentuk apresiasi

    pemerintah dalam mendukung pertumbuhan perbankan di Indonesia

    dan memberiakan kenyamanan bagi masyarakat dalam menabung di

    bank. Dengan semakin berkembangnya bank syariah di Indonesia, sudah

    selayaknya pemerintah membuat Lembaga Penjamin Simpanan khusus

    bagi Bank Syariah karena adanya karakteristik yang berbeda secara

    mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional. Namun

    dengan pertimbangan aset perbankan syariah yang belum mencapai 15

    persen dari total aset perbankan nasional maka pembentukan LPS Syariah

    masih menunggu proses yang cukup lama sehingga mencapai tingkat

    keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi keuangan.

    DAFTAR PUSTAKA

    DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN MUI, (Jakarta: DSN MUI, 2003), Cet. II

    Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2005 Tentang Penjaminan Simapan

    Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah,

    Perpu No 8 Tahun 2008 Tentang Perubahan UU No. 24 tahun 2004

    Mengenai Lembaga Penjamin Simpanan

    Undang-Undang No. 24 tahun 2004

    Vivanews.com