Author
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 194
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA1
Di Dalam Perekonomian modern dewasa ini diperlukan suatu
sistem penyangga ekonomi yang kokoh sehingga dapat
menumbuhkan kepercayaan para pelaku ekonomi yang
bertarung di bawahnya. Salah satu tiang penyangganya adalah
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Hal ini tercermin dari
salah satu fungsi dari LPS yakni menjamin simpanan nasabah.
Tulisan ini akan menguraikan tentang beberapa pokok bahasan
yang berkenaan dengan pelaksanaan LPS Syariah, mulai dari
pengertian, tupoksi, obyek dan struktur LPS hingga premi
penjaminan, kekayaan, pembiayaan dan pengelolaan serta
pandangan Islam mengenai LPS.
Kata Kunci: LPS, Bank Syariah
A. PENDAHULUAN Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang
menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank,
mengakibatkan menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat pada
sistem perbankan. Untuk mengatasi krisis yang terjadi, pemerintah
mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya memberikan jaminan atas
seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat
(blanket guarantee). Hal ini ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor
26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank
Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan
Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.
Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat
menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri
perbankan, namun ruang lingkup penjaminan yang terlalu luas
1 Penulis adalah Dosen Fak. Syariah Dan Hukum UIN Jakarta
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 195
menyebabkan timbulnya moral hazard baik dari sisi pengelola bank
maupun masyarakat.
Seiring dengan berkembangnya jumlah bank syariah di
Indonesia, maka sebagai salah satu lembaga keuangan yang beroperasi di
Indonesia, maka simpanan di Bank Syariah juga dijamin keamanannya
oleh pemerintah. Berdasarkan UU No. 24 tahun 2004 dan PP No. 39 tahun
2005, maka semua bentuk simpanan nasabah di bank syariah menjadi
obyek penjaminan simpanan oleh pemerintah sebagaimana pada bank
konvensional.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian, Fungsi, Tugas dan Wewenang LPS
Lembaga Penjamin Simpanan adalah lembaga yang independen,
transparan dan akuntabel dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
dalam menjamin simpanan nasabah bank dan bertanggung jawab kepada
presiden.2 LPS adalah badan hukum independen yang dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga
Penjamin Simpanan (UU LPS). UU LPS diundangkan tanggal 22
September 2004 dan mulai berlaku efektif 12 bulan setelah diundangkan
yaitu tanggal 22 September 2005. Dengan berlaku efektifnya UU LPS,
maka LPS mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal 22 September
2005. LPS merupakan penyempurnaan dari program penjaminan
pemerintah terhadap seluruh kewajiban bank (blanket guarantee) yang
berlaku di masa lalu (tahun 1998 s/d 2005).
Kebijakan blanket guarantee di satu sisi dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, namun di sisi lain
kebijakan tersebut telah membebani keuangan negara dan dapat
menimbulkan moral hazard bagi pelaku perbankan dan nasabah. Dengan
mempertimbangkan dampak negatif tersebut serta memperhatikan
membaiknya kondisi perbankan, kebijakan blanket guarantee telah
diputuskan untuk diakhiri (pada tahun 2005). Namun pemerintah menilai
bahwa suatu bentuk penjaminan simpanan masih tetap diperlukan untuk
memelihara kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan dan
dapat meminimumkan risiko yang membebani anggaran negara atau
2 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 2
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 196
risiko yang menimbulkan moral hazard. Berdasarkan UU LPS,
penjaminan simpanan nasabah tersebut dilaksanakan oleh LPS.
Berdasarkan Undang No 24 tahun 2004 fungsi LPS adalah
menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam
memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai kewenangannya. Dalam
melaksanakan fungsinya ini maka LPS bertugas sebagai berikut :3
1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut
aktif memelihara stabilitas sistem perbankan
2. Merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan
penyelesaiaan Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik,
dan
3. Melaksanakan penanganan Bank Gagal yang berdampak
sistemik
Berdasarkan UU Lembaga Penjamin Simpanan, fungsi
penjaminan simpanan meliputi juga simpanan di bank syariah (BS), baik
bank umum, unit usaha syariah maupun bank perkreditan rakyat syariah
(BPRS).
Dalam rangka melaksanakan tugasnya LPS mempunyai
wewenang sebagai berikut :4
a. Menetapkan dan memungut premi penjaminan
b. Menetapkan dan memungut kontribusi pada saat bank
pertama kali menjadi peserta
c. Melakukan pengelolaan kekayaan dan kewajiban LPS
d. Mendapatkan data simpanan nasabah, data kesehatan bank,
laporan keuangan bank, dan laporan hasil pemeriksaan bank
sepanjang tidak melanggar kerahasiaan bank
e. Melaksanakan rekonsiliasi, verifikasi, dan/atau konfirmasi
atas data sebagai mana dimaksud pada huruf d
f. Menetapkan syarat, tata cara, dan ketentuan pembayaran
klaim
g. Menunjuk, menguaskan dan/atau menugaskan pihak lain
untuk bertindak bagi kepentingan dan/atau atas nama LPS,
guna melaksanakan tugas tertentu
3 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab III Pasal 4 dan Pasal 5
4 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab III Pasal 6
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 197
h. Melaksanakan penyuluhan kepada bank dan masyarakat
tentang penjamin simpanan dan
i. Menjatuhkan sanksi administratif
Dalam melakukan penyelesaian bank gagal maka LPS
mempunyai kewenangan antara lain:
a. Mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang
pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS,
b. Menguasai dan mengelola aset dan kewajiban Bank Gagal
yang diselamatkan
c. Meninjau ulang, membatalkan, mengakhiri, dan/atau
mengubah setiap kontrak yang mengikat Bank Gagal yang
diselamatkan dengan pihak ketiga yang merugikan bank; dan
d. Menjual dan/atau mengalihkan aset bank tanpa persetujuan
debitur dan/atau kewajiban tanpa persetujuan kreditur
A. Obyek LPS
Pengertian bank dalam LPS adalah sesuai dengan UU tentang
Perbankan yaitu Bank Umum dan BPR. Setiap Bank yang melakukan
kegiatan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia wajib menjadi
peserta penjaminan, kecuali Badan Kredit Desa. Setiap bank wajib
menyampaikan persyaratan dan laporan yang ditetapkan oleh LPS
termasuk membayar kontribusi kepesertaan dan premi penjaminan.
Apabila tidak dipenuhi, tidak menggugurkan kepesertaannya namun
dikenakan sanksi administratif, denda dan pidana.
LPS Untuk Bank Konvensional meliputi meliputi giro, deposito,
sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan
dengan itu.
LPS Untuk Bank Syariah meliputi:5
a. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah;
b. Tabungan berdasarkan Prinsip Wadiah;
c. Tabungan berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau
Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung
oleh bank;
5 Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2005 Tentang Penjaminan
Simapan Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah, pasal 3
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 198
d. Deposito berdasarkan Prinsip Mudharabah muthlaqah atau
Prinsip Mudharabah muqayyadah yang risikonya ditanggung
oleh bank; dan/atau
e. Simpanan berdasarkan Prinsip Syariah lainnya yang ditetapkan
oleh LPS setelah mendapat pertimbangan LPP.
Simpanan yang dijamin merupakan simpanan yang berasal dari
masyarakat, termasuk yang berasal dari bank lain. Nilai Simpanan yang
dijamin LPS mencakup saldo pada tanggal pencabutan izin usaha Bank.
Saldo tersebut berupa:
a. Pokok ditambah bagi hasil yang telah menjadi hak nasabah,
untuk Simpanan yang memiliki komponen bagi hasil yang timbul
dari transaksi dengan prinsip syariah;
b. Pokok ditambah bunga yang telah menjadi hak nasabah, untuk
Simpanan yang memiliki komponen bunga;
c. Nilai sekarang per tanggal pencabutan izin usaha dengan
menggunakan tingkat diskonto yang tercatat pada bilyet, untuk
Simpanan yang memiliki komponen diskonto
Berdasarkan UU No 24 tahun 2004 nilai Simpanan yg Dijamin
LPS antara lain :
1. Simpanan yang dijamin adalah seluruh tabungan dan deposito
yang tercatat di Bank tanpa membedakan kepemilikan, kecuali :6
a. Data simpanan tidak tercatat pada bank.
b. Milik pihak yang mendapat keuntungan tidak wajar
(misalnya memperoleh hasil bunga jauh diatas tingkat
pasar)
c. Milik pihak yang menyebabkan keadaan bank menjadi tidak
sehat (kolaps)
2. Nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu bank
paling banyak Rp.100.000.000,- (seratus juta rupiah). Pemberlakuan
nilai sampanan yang dijamin tersebut adalah secara bertahap yaitu :
a. Periode 22-09-2005 s/d 21-03-2006, seluruh simpanan dijamin.
6 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 19
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 199
b. Periode 22-03-2006 s/d 21-09-2006, simpanan yang dijamin
paling tinggi Rp.5 Milyar.
c. Periode 22-09-2006 s/d 21-03-2007, simpanan yang dijamin
paling tinggi Rp.1 Milyar
d. Periode 21-03-2007 dan seterusnya, simpanan yang dijamin
paling tinggi Rp.100 juta.
Saldo yang dijamin untuk setiap nasabah pada satu Bank adalah
hasil penjumlahan saldo seluruh rekening Simpanan nasabah pada Bank
tersebut, baik rekening tunggal maupun rekening gabungan (joint
account); Untuk rekening gabungan (joint account), saldo rekening yang
diperhitungkan bagi satu nasabah adalah saldo rekening gabungan
tersebut yang dibagi secara prorata dengan jumlah pemilik rekening
Dalam hal nasabah memiliki rekening tunggal dan rekening
gabungan (joint account), saldo rekening yang terlebih dahulu
diperhitungkan adalah saldo rekening tunggal Dalam hal nasabah
memiliki rekening yang dinyatakan secara tertulis diperuntukkan bagi
kepentingan pihak lain (beneficiary), maka saldo rekening tersebut
diperhitungkan sebagai saldo rekening pihak lain (beneficiary) yang
bersangkutan Sejak 13 Oktober 2008, saldo yang dijamin untuk setiap
nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar.
kepesertaan nasabah perbankan syariah di LPS hukumnya sama
dengan kepesertaan nasabah perbankan konvensional. Setiap nasabah
juga dijamin maksimal sebesar Rp 2 miliar oleh LPS. LPS sendiri telah
melakukan penjaminan nasabah perbankan syariah sejak tahun 2005 lalu.
Dalam peraturan pemerintah nomor 39 tahun 2005 diketahui bahwa
simpanan di bank syariah yang dijamin oleh LPS adalah bentuk simpanan
dengan jenis giro wadiah, tabungan wadiah, tabungan mudharabah
muthlaqah atau mudharabah muqqayadah yang resikonya ditanggung
oleh bank, deposito mudharabah muthlaqah atau mudharabah
muqqayadah yang resikonya ditanggung bank serta simpanan
berdasarkan prinsip syariah lainnya yang ditetapkan oleh LPS setelah
memperoleh pertimbangan BI.
B. Premi Penjaminan
Untuk memperoleh penjaminan, maka bank harus membayar
sejumlah premi kepada LPS. Besarnya premi penjaminan adalah sama
untuk setiap bank yaitu sebesar 0,1 % (satu perseribu) dari rata-rata saldo
bulanan total simpanan dalam setiap periode. Premi penjaminan tersebut
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 200
dibayarkan dimuka 2 kali dalam 1 tahun yaitu periode 1 Januari sampai
30 Juni dibayarkan paling lambat tanggal 31 Januari dan periode 1 Juli
sampai 31 Desember dibayarkan paling lambat 31 Juli.7
Besarnya premi penjaminan tersebut dapat diubah apabila
dipenuhi sekurang-kurangnya satu kriteria berikut:
a. Terjadi perubahan nilai simpanan yang dijamin untuk setiap
nasabah pada satu bank.
b. Akumulasi cadangan penjaminan telah melampaui tingkat
sasaran sebesar 2,5 % dari total simpanan di setiap bank.
c. Terjadi perubahan tingkat risiko kegagalan pada industri
perbankan.
Cara penetapan premi yang sama untuk setiap bank tersebut
dapat diubah sehingga tingkat premi menjadi berbeda antara satu bank
dan bank yang lain berdasarkan skala risiko kegagalan bank. Namun
perbedaan tingkat premi yang terendah dan yang tertinggi tidak melebihi
0,5 %.
Selain membayar premi penjaminan, bank juga diwajibkan
membayar kontribusi kepesertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) dari
modal sendiri (equitas) BPR pada akhir tahun fiskal sebelumnya atau dari
modal disetor bagi bank baru.
Ketentuan dan proses penjaminan serta pembayaran premi sama
dengan perbankan konvensional pada umumnya. Hingga akhir tahun
2009 kemarin, total premi yang masuk ke LPS dari seluruh perbankan di
Indonesia mencapai Rp 3,779 trilyun yang terdiri atas Rp 3.665 trilyun
dari perbankan umum konvensional, Rp 65,645 miliar perbankan umum
syariah, Rp 46,45 miliar dari Bank Perkreditan Rakyat (BPR) umum dan
Rp 2,277 miliar dari BPS Syariah. Jumlah tersebut naik dibandingkan
tahun 2008 yang mencapai Rp 3,160 trilyun yang berasal dari premi
perbankan umum konvensional Rp 3,006 trilyun, perbankan umum
syariah Rp 50,358 milyar, BPR konvensional Rp 42,131 miliar dan BPR
Syariah Rp 1,834 miliar. Total premi yang masuk ke LPS dari tahun 2005
hingga tahun 2009 mencapai Rp 12,599 trilyun.8
Asset LPS hingga tahun 2010 ini telah mencapai Rp 18 Trilyun,
Sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, LPS telah melakukan pencabutan ijin
pada 20 perbankan bermasalah di seluruh Indonesia. Dari 20 perbankan
7 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 12 dan Pasal 13
8 Vivanews.com
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 201
tersebut ada dua perbankan yang menerapkan sistem syariah yang juga
dicabut. Perbankan yang dicabut ijinnya itu adalah, BPR Tripillar
Arthajaya Yogyakarta, BPT Cimahi Bandung, BPR Mitra Banjaran
Bandung, BPR Mranggen Mitraniaga, Demak, BPR Samadhana
Sukabumi, BPR Gununghalu Bandung, BPR Bekasi Istnana Artha Bekasi,
BPR Era Aneka Rezeki Cibinong, BPR Bangunkarya Arthasejahtera
Bandung, BPR Bangbulong Garut,BPR Anugrah Arta Niaga Pati, BPR
Citraloka dana Mandiri Bandung, BPR Kencana Artha Mandiri Solo, BPR
Sumber Hiobaja Sukoharjo, BPR Handayani Ciptasehati Makasar, BPR
Tripanca Septiadana Lampung, Bank IFI termasuk usaha syariahnya di
Jakarta, BPR Syariah Babussalam Garut, BPR Sri Utama Tabanan Bali dan
BPR Margot Arta Utama Depok.
C. Struktur Organisasi LPS
LPS adalah sebuah lembaga independen bentukan pemerintah
yang bertanggung jawab langsung kepada presiden. Dalam UU No 24
tahun 2004 disebutkan bagan organisasi LPS terdiri dari Dewan
Komisioner dan Kepala Eksekutif.9
Dewan Komisioner bertugas merumuskan dan menetapkan
kebijakan serta melakukan pengawasan dalam rangka pelaksanaan tugas
dan wewenang LPS sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Dewan
komisioner ini dipimpin oleh seorang ketua dewan komisioner. Adapun
jumlah dewan komisioner berjumlah 6 orang yang terdiri atas:10
a. 1 orang pejabat setingkat eselon satu Departemen keuangan
yang ditunjuk oleh MenKeu
b. 1 orang unsur pimpinan LPP yang ditunjuk pimpinan LPP
c. 1 orang dari unsur pimpinan Bank Indonesia yang ditunjuk
pimpinan BI
d. 3 orang anggota yang berasal dari dalam dan/atau luar LPS
Semua anggota Dewan komisioner ini diangkat oleh presiden atas
usul menteri Keuangan.
D. Kekayaan, Pembiayaan dan Pengelolaan
9 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 62-Pasal 80
10 Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 65
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 202
Sebagai sebuah lembaga yang menjamin simpanan nasabah bank,
maka LPS harus memiliki modal yang cukup besar dalam pendiriannya.
Berdasarkan UU No 24 tahun 2004 pasal 81 dinyatakan bahwa Modal
awal LPS sekurang-kurangnya Rp. 4.000. 000.000.000,- (Empat Triliun
Rupiah) dan sebesar-besarnya Rp. 8.000.000.000.000,- (Delapan Triliun
Rupiah). Modal pendirian ini berasal dari dana Negara yang dipisahkan
dari asset Negara yang lain.
Dengan asset yang mencapai 10 triliun maka LPS dituntut untuk
bisa mengelola dana penjaminan tersebut dengan baik. Dana premi
penjaminan ini akan diinvestasikan oleh LPS dalam invesatsi surat
berharga pemerintah sehingga tidak menjadi modal yang mengendap
(idle fund). Atas pengelolaan dana ini maka LPS berkewajiban menjamin
semua tabungan nasabah dari bank yang dianggap Gagal operasional dan
ditutup oleh pemerintah. Hasil invesatsi LPS akan dimasukkan dalam
cadangan tujuan (20%) dan cadangan penjaminan (80%). Apabila jumlah
cadangan penjaminan mencapai lebih dari 2.5% dari seluruh tabungan
nasabah penyimpan, maka kelebihan dananya akan masuk dalam
pendapatan Negara Bukan Pajak.11
E. Lembaga PenJamin Simpanan Dalam Prespektif Hukum Islam
Walaupun sudah ada PP No 39 tahun 2005 tentang Penjamin
Simpanan Bagi Nasabah tabungan Bank Syariah, namun sampai saat ini
belum ada satu pun Fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN) mengenai
LPS Syariah. Hal ini memunculkan masalah apakah dana premi bank
syariah yang disetor ke LPS akan di investasikan pada surat berharga
yang berprinsip syariah? Atau akad apakah yang membentuk hubungan
antara Bank Syariah dengan Lembaga Penjamin Simpanan?
Walaupun belum ada fatwa DSN tentang kewajiban bank syariah
menjadi peserta LPS namun sesuai hukum yang berlaku di Indonesia
yang mengatur bahwa semua bank wajib menjadi peserta LPS demi
kemananan dana nasabah yang disimpan di Bank. Sehingga bank syariah
mau tidak mau harus ikut menjadi peserta LPS dan harus membayar
premi penyertaan sebesar 0,1% (satu perseribu) setiap 6 bulan sekali.
Kepala Lembaga Penjamin Simpanan Firdaus Djaelani
mengatakan, LPS menjamin aman tingkat kehalalan uang jaminan dalam
perbankan syariah. Sebagai lembaga penjamin, LPS telah memisahkan
11
Undang-Undang No. 24 tahun 2004 Bab II Pasal 83
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 203
antara aliran uang jaminan bank syariah dan bank konvensional. "Uang
jaminan perbankan syariah di LPS pasti halal. Kami jamin itu," ujar
Firdaus dalam Rapat Kerja Nasional dan Forum Pakar Masyarakat
Ekonomi Syariah di Plaza Bank Mandiri, Jalan Gatot Subroto, Jakarta,
Sabtu 24 Januari 2009.
Firdaus mengatakan, premi penjaminan pada 2008 mencapai Rp
3,2 triliun, Rp 50 miliar di antaranya premi perbankan syariah. Dana itu,
menurut Firdaus memang kecil, karena pangsa pasar bank syariah hanya
2,7 persen. "Tapi keamanan ini kami jamin, karena kami telah
membelikan sukuk Rp 500 miliar," katanya. Dana ini diperlukan jika
sewaktu-waktu ada kejadian mendesak pada bank syariah. "Suku bisa
dicairkan kapan saja."12
LPS syariah di Indonesia saat ini dianggap belum dibutuhkan
karena pangsa pasar bank syariah baru mencapai 2,7 persen dari pangsa
pasar bank secara nasional. Sehingga kalau dibuat lembaga Penjamin
simpanan Syariah yang tersendiri dikhawatirkan dana premi peserta
tidak akan mencukup apabila terjadi kebangkrutan atau kegagalan pada
salah satu bank peserta. LPS Syariah bisa diadakan apabila pangsa pasar
bank syariah minimal 15 persen dari perbankan nasional.
Dengan melihat mekanisme operasional Lembaga Penjamin
Simpanan, maka dalam perspektif hukum Islam sebenarnya penjaminan
simpanan dapat dilakukan melalui akad ta’min, atau kafalah dengan
prinsip saling tolong menolong dan saling menanggung diantara peserta
jaminan dan pemerintah sebagai pengelola dana melalui Lembaga
Penjamin Simpanan sebagaimana dilakukan oleh asuransi syariah.
At Ta’min merupakan salah satu akad yang bersifat tabarru’ yaitu
jaminan yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk memenuhi
kewajibannya atas tagihan hutang-piutang maupun jaminan melakukan
pekerjaan.
Kafalah juga merupakan akad tabarru’ yaitu jaminan yang
diberikan kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pada pihak
kedua atau yang ditanggung.13
Kafalah secara etimologi berarti menggabungkan (al-dhammu),
menanggung (hamalah), dan menjamin (za’amah). Kafalah adalah
mempersatukan tanggungjawab dengan tanggungjawab lainnya dalam
12
. Vivanews.com 13
DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN MUI, (Jakarta: DSN MUI, 2003), ed. Ke-2, h. 73
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 204
hal tuntutan secara mutlak, baik berkaitan dengan jiwa, hutang, materi,
maupun pekerjaan.
Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung (makful’anhu, ashil)
Secara terminologi Kafalah yaitu jaminan yang diberikan oleh
penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua atau yang ditanggung (makful’anhu, ashil).(DSN Fatwa DSN
No: 11/DSN-MUI/IV/2000)
kafalah adalah akad pemberian jaminan (makful alaih) yang
diberikan satu pihak kepada pihak lain dimanan pemberi jaminan (kafiil)
bertanggungjawab atas pembayaran kembali suatu hutang yang menjadi
hak penerima jaminan (makful).
Menurut sebagain besar ulama, obyek tanggungan adalah harta.
Didasarkan kepada Hadits Nabi SAW : ‚Az Za’îmu Ghârimun‛
(Penanggung itu menanggung kerugian).
Namun kewajiban penanggung berupa harta, dapat
dikategorikan menjadi tiga hal, yaitu sbb:
Tanggungan dengan hutang, yaitu kewajiban membayar
hutang yang menjadi tanggungan orang lain.
Tanggungan dengan materi, yaitu kewajiban menyerahkan
materi tertentu yang berada di tangan orang lain. Jika
berbentuk bukan jaminan seperti ‘ariyah (pinjaman) atau
wadi’ah (titipan), maka kafalah tidak sah.
Kafalah dengan harta, yaitu jaminan yang diberikan oleh
seorang penjual kepada pembeli karena adanya risiko yang
mungkin timbul dari barang yang dijual belikan
Jenis-Jenis Kafalah antara lain :
a) Kafalah bil Mal, jaminan pembayaran barang atau perlunasan
utang.
b) Kafalah bin Nafs, adalah jaminan diri dari si penjamin.
c) Kafalah bit Taslim, adalah jaminan yang diberikan untuk
menjamin pengembalian barang sewaan pada saat masa
sewanya berakhir. Misal jaminan dengan deposito/tabungan
asabah.
al Mizan, Vol. III, No. 2 Hlm. 194-205, Desember 2011, ISSN: 2085-6792
LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SYARIAH
M. Mujibur Rohman, MA | 205
d) Kafalah al Munjazah, adalah jaminan yang tidak dibatasi oleh
kurun waktu tertentu dan untuk tujuan/kepentingan tertentu.
Misal, performance bond, “jaminan prestasi”.
e) Kafalah al Muallaqah. Bentuk kafalah ini merupakan
penyederhanaan dari kafalah al Munjazah, di mana jaminan
dibatasi oleh kurun waktu tertentu dan tujuan tertentu pula
Sedangkan bagi hasil atas investasi yang dilakukan oleh LPS dari
dana premi bank bisa dibagi antara LPS dan dana peserta Penjaminan.
Pihak LPS bisa mengambil bagian dari hasil investasi karena LPS
menanggung simpanan nasabah bank apabila suatu saat dinyatakan
sebagai Bank Gagal atau dilikuidasi oleh otoritas moneter.
Penutup
Lembaga Penjamin simpanan merupakan suatu bentuk apresiasi
pemerintah dalam mendukung pertumbuhan perbankan di Indonesia
dan memberiakan kenyamanan bagi masyarakat dalam menabung di
bank. Dengan semakin berkembangnya bank syariah di Indonesia, sudah
selayaknya pemerintah membuat Lembaga Penjamin Simpanan khusus
bagi Bank Syariah karena adanya karakteristik yang berbeda secara
mendasar antara bank syariah dengan bank konvensional. Namun
dengan pertimbangan aset perbankan syariah yang belum mencapai 15
persen dari total aset perbankan nasional maka pembentukan LPS Syariah
masih menunggu proses yang cukup lama sehingga mencapai tingkat
keamanan dan kenyamanan dalam bertransaksi keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
DSN MUI, Himpunan Fatwa DSN MUI, (Jakarta: DSN MUI, 2003), Cet. II
Peraturan Pemerintah No 39 tahun 2005 Tentang Penjaminan Simapan
Nasabah Bank Berdasarkan Prinsip Syariah,
Perpu No 8 Tahun 2008 Tentang Perubahan UU No. 24 tahun 2004
Mengenai Lembaga Penjamin Simpanan
Undang-Undang No. 24 tahun 2004
Vivanews.com