Upload
thauffig-exjerk
View
73
Download
11
Tags:
Embed Size (px)
Citation preview
1FMD #01
f r e e ! m u s i c e d i t i o n
april-Juni# 0 1
PoP Mondial de L’IndonésIe
White Shoes & the Couples Company
2 3FMD #01
Features
content
SERINGAI10hal
14hal
4hal
16hal
hal 22
18hal
MOST PLAYED ON FMD tHe 2nd music GALLerY 10
mAret 2012 @upper room Annex BuiLdinG, JAkArtA
romAn foot soLdiers At 7tH BeAtfest
toY instrumentmenJAdi senJAtA musik BottLesmoker
Yacko ft Lawrence - fiLthY richosvaLdo nugroho - escapade 002
in remixes
BehInd The scene:sara WIjayanTo WITh MIke’s -never Gonna sTop (acousTIc versIon)
jamming
MJoLnir - ep
hal 24
hal 25hal 26
hal 26
Techno Militia8hal
free music edition
Managing Editor: Gadis IndahAssociate Editor: Prita Reporter & Writer: Diaksa, VinodiiContibutor: KkDesign by John Van Der Mijl
Photographer: Michael Timothy, Arislan SitohangPromotion: ImbankProduction: David, Takbir
Printed By :Suburmitra Grafistama Jaringan Cetak TerpaduIsi Diluar Tanggung Jawab Percetakan
Free! Magazine mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terbitnya edisi ini. Sirkulasi diedarkan secara cuma-cuma setiap 3 bulan. Free! Magazine dikeluarkan oleh PT. Nata Sarana Adhika Cipta. Majalah ini dibagikan gratis atau tidak diperjualbelikan. Dilarang mengutip, menyadur, menyalahgunakan isi dan gambar, memperbanyak, merusak dan membagikan serta menyimpan dalam jumlah banyak tanpa izin free! Magazine. Bagi yang menemukan, melihat atau mengetahui bahwa free! Magazine diperjualbelikan harap segera menghubungi kantor redaksi.
FREE! publIShER, pT. naTa SaRana aDhIka cIpTa | jl. R.p. SoERoSo no.32 lT.2, jakaRTa 10330 - InDonESIa | TEl. 310 1677, 392 4278, Fax. 310 6657 | e-mail: [email protected] | www.natamedia.com
4 5FMD #01
White Shoes & the Couples
Company
pop MondIaL de L’IndonésIeOkay, kalau tidak mengerti arti judul di atas bukan berarti harus memaksakan untuk tahu apa maksudnya. Arti judul di atas itu ‘Pop Indonesia yang Mendunia’, dan kenapa dipilih judul seperti itu karena genre musik White Shoes and the Couples Company adalah Pop Indonesia yang terinspirasi dari 1970 - 1980an (masa keemasan genre Pop Indonesia). Apalagi dilengkapi dengan dandanan mereka yang terkesan jadul tapi cukup fashionable di atas panggung. Saya sengaja memberi judul di atas dengan bahasa Perancis karena mereka baru saja perform di Perancis. Prestasi band ini sangat membanggakan, 8 tahun berkarir dan konsisten dengan idealis genre musik mereka yang nggak terpengaruh musik pop Indonesia saat ini yang terkesan mengikuti Amerika. Sudah seharusnya mereka mendunia.
(Interviewed by Vinodii – Text by Diaksa – Photos by Aris)
Features
W
6 7FMD #01
Pada dasarnya, semua musisi Indonesia (atau musisi dari belahan kota lain di berbagai negara) ingin sekali karyanya didengarkan semua orang. Sebagian besar masyarakat lokal pastinya akan mendengarkan karya musisi itu dan kebanyakan akan menyukainya. Tapi, impian karya musik seorang musisi atau sebuah band untuk didengarkan semua orang di seluruh dunia sudah terpatri di otak para musisi atau band. obsesi, semua cara, sampai pengorbanan dilakukan untuk mencapai tujuan go international. Seperti band yang beranggotakan Sari (vokal, finger snaps), Rio (guitar akustik, vokal), Saleh (electric guitar, vokal), Ricky (kontra bass, cello, bass, vokal). Mela (piano, viola, keyboard, vokal), dan John (drum, vibes) ini bisa melalui jalan itu dengan baik. Tanpa harus muluk-muluk untuk langsung bisa mendunia, awalnya mereka nggak pernah memikirkan untuk mendapatkan apresiasi yang lebih meriah di mancanegara selain di Indonesia sendiri.
Mereka sudah berkeliling dunia seperti Bangkok bahkan sampai ke Amerika untuk menghibur penikmat musik di sana, dan apalagi sudah menembus Eropa untuk menunjukkan kebolehan mereka. Menceritakan awalnya kenapa bisa terbang ke Perancis, mereka bekerja sama dengan Music Service Asia lewat Figure Eight Agency di Singapura. Agensi itu punya hubungan baik dengan koneksi di Eropa khususnya Perancis, dan melakukan tur Asia Tenggara seperti di Hong Kong, Malaysia, dan juga
Indonesia sendiri. Akhirnya mereka berangkat ke Perancis untuk perform di Midem Music Festival sewaktu after party-nya di Paris, dan lanjut ke Amsterdam untuk perform atas dasar rekomendasi teman mereka di sana. Rasa gugup untuk perform di negeri orang pastinya khawatir atas tanggapan audiens di sana, “Karena biasanya mereka melihat sisi tradisional dari Indonesia itu sendiri seperti tari Bali, bukan musisi indie seperti kita,” kata Sari sang vokalis, “ternyata tanggapannya luar biasa, dan kita juga kaget mereka suka sekali dengan musik kita.”
Menurut pengakuan mereka, ternyata waktu di Amsterdam bukan hanya orang lokal saja yang datang melihat mereka perform, apalagi banyak mahasiswa dari Indonesia juga yang kuliah di sana. Kebanyakan yang datang berasal dari Rotterdam dan kota-kota lainnya. Dengan apresiasi dari audiens yang menghargai musik mereka, rasanya tak perlu untuk ragu lagi untuk melestarikan musik mereka sampai di ajang Internasional.
Bicara lagi tentang audiens, orang di Perancis terkenal dengan ‘mahal’ tepuk tangan. “Karena di sana orang yang punya profesi menyanyi di kafé itu sudah biasa menurut mereka, tapi syukur sekali ternyata mereka ‘murah’ tepuk tangan untuk kita,” tambah Sari dengan bangga.
stay in BahasaUntuk menjadi musisi yang mendunia, banyak musisi lain yang berlomba-lomba membuat lirik lagu mereka dalam bahasa Inggris supaya bisa dinikmati semua orang dari berbagai negara, karena merupakan bahasa universal. Hal itu nggak berlaku untuk White Shoes and the Couples Company, kendala bahasa nggak jadi masalah besar untuk mereka yang nggak tahu liriknya dalam bahasa Indonesia (kita berbicara dengan penikmat musik mereka di mancanegara). “Waktu di Bangkok, kita melihat banyak penonton kita yang asli orang Thailand menyanyikan lagu kita yang berbahasa Indonesia. Itu saja sudah bikin kita amazed, dan ngapain juga kita harus bikin lirik bahasa Inggris,” kata mereka dengan senyum puas. Terbukti, bahasa tanah air kita masih bisa diminati oleh orang luar yang nggak peduli dengan artinya tapi masih menyukai kualitas musiknya. Sepertinya, musisi Indonesia lain pun yang mungkin sudah punya nama di mancanegara tapi liriknya berbahasa Inggris, rasanya harus mencontoh band ini karena dengan lirik bahasa Indonesia saja sudah bisa dinikmati oleh orang mancanegara. Salute to WSATCC!!!
(music) evolution Become revolutionMimpi seorang musisi juga pastinya akan berkolaborasi dengan musisi lain yang akan menambah warna musik mereka sendiri. Untuk WSATCC sendiri, waktu ditanya soal mimpi untuk berkolaborasi dengan siapa, mereka justru ingin berkolaborasi dengan nuansa musik tradisional (bukan musisi) seperti gambang kromong dari Jawa, bahkan mencoba dengan dangdut. Ide yang jarang sekali dilakukan oleh musisi lain mencampurkan tradisional dengan musik modern. Berbicara soal evolusi musik mereka, ternyata mereka tidak stagnan di melodi tapi juga berubah seiring berjalannya waktu. “Awalnya memang dulu akustik, tapi lama-lama ada drum, brass section, sampai yang sedikit disko pun ada di musik kita,” jawab mereka. Tapi, walaupun berevolusi menjadi musik yang seru, idealis mereka tetap dipertahankan dengan genre pop Indonesia yang konsisten. Evolusi musik memang semakin berkembang, apalagi sudah menjamurnya musisi bar, genre baru, dan juga…….boyband (salah satunya). “Justru bagus lho kalau ada boyband sekarang, menambah variasi,” jawab mereka, “Kalau kita lihat tahun 1990-an
Indonesia juga banyak boyband yang bagus, jadi nggak masalah kalau era itu ada lagi.” Sayangnya, musik saat ini juga masih terkesan latah sekedar ikut-ikutan apa yang lagi hype, itu yang membuat WSATCC menyayangkan hal itu.
“Sayang sekali evolusi musik yang semakin pesat di Indonesia juga banyak yang masih ikut-ikutan. Padahal masih banyak yang bisa diexplore lho untuk membuat musik. Bahannya banyak sekali, inspirasi pasti banyak tapi bukan harus mencontek,” tambah mereka. Benar sekali, seperti halnya kalau menjual produk yang lagi hype saat ini, kalau mau menjual lagi yang lebih bagus pastinya harus ada inovasi baru, bukan yang sama saja produknya.
Illegal download??? so What??Evolusi musik juga bisa dilihat dari macam cara kita mendengarkan musik. Melihat kembali ke masa sejarah, awalnya musik didengarkan lewat piringan hitam atau yang biasa disebut vinyl. Seiring berjalannya waktu, musik berevolusi menjadi lebih praktis macamnya dalam bentuk CD dan juga digital. RBT menjadi salah satu bentuk digital yang efektif untuk menikmati musik. Sayangnya, RBT menjadi down gara-gara penipuan lewat SMS sehingga mematikan layanan ini. Illegal download semakin merajalela dan meningkatkan pembajakan, tapi ketika ditanya soal illegal download di internet WSATCC cuma santai tanggapannya. “Aduh…itu sih sudah basi banget ya issue-nya,” kata Sari, “sekarang sudah banyak file sharing yang menjamur juga, kita santai saja. Tujuan file sharing itu kan menunjukkan ke semua orang tentang hasil karya kita. Kalau orang lain senang kita juga ikut senang juga pastinya. Tapi yang bikin malas kalau yang nerima file sharing terus ngejualin secara ilegal atas keuntungan sendiri. Tapi kita tetap santai aja.”
Sekarang walaupun memang banyak download ilegal dan banyak yang selalu menyimpan lagu lewat iPod, WSATCC ingin sekali merilis album menggunakan format kaset yang pernah hip tahun 1970an. Selain itu, mereka juga berencana untuk merilis dalam bentuk vinyl. “Setiap pecinta musik yang sudah fanatik apalagi kolektor, walaupun yang sudah punya lagunya dalam bentuk digital, pasti akan membeli rilisan dalm bentuk yang udah disebutkan tadi,” tambah mereka. Vinyl memang mahal dan nggak banyak jumlah produksinya, tapi kalau kolektor pasti juga akan
nggak mau ketinggalan buat memilikinya. Ibarat yang suka mainan, pasti kalau sampai umur 40 tahun masih suka koleksi pasti akan membeli semahal apapun kalau barang itu limited.
artwork InspirationMembuat album untuk sebuah band atau musisi harus diperhatikan juga mulai dari pemilihan track dan terlebihnya….artwork. Yup, kalau musiknya seru tapi artwork albumnya biasa saja, pasti orang akan malas membeli fisiknya pastinya akan memilih download. WSATCC sendiri menggunakan inspirasi di sekitarnya untuk membuat artwork yang menarik. Seperti contohnya di album “Skenario Masa Muda” mereka terinspirasi dari film-film jadul tahun 1970 – 1980an dan juga berisikan postcard foto-foto mereka yang lokasinya di gedung yang berhubungan dengan sejarah perfilman. Kesan vintage seperti membeli album musik waktu orang tua kita masih pacaran membuat kita menjadi bernostalgia ke masa itu. “Di ‘Senja Menggila’ yang harusnya kita bagikan single gratis didownload, kita mencoba mengajak fans untuk membuat artwork-nya, Dan akhirnya kita mengumpulkan artwork itu untuk dijual dan bonusnya single itu,” tambah mereka. Cara mereka cukup keren, mengingat kalau hanya single hanya didengarkan saja, tapi dengan ini single terasa lebih ‘hidup’.
about They’re next happeningPerjuangan 8 tahun dan sukses go International seperti sekarang, bukan berarti membuat WSATCC menjadi cranky atau berhenti membuat musik dalam jangka waktu yang panjang. Tapi, mereka juga sudah membicarakan tentang rencana kedepannya. Seperti ditanya kalau membuat soundtrack (lagi), mereka nggak mau asal membuat lagu kalau tidak sesuai untuk soundtrack. “Kalau ada adegan ciuman terus kita bikin lagu agak disko, pastinya ya nggak cocok,” kata mereka sambil tertawa. “Semua harus pas dari setiap adegan untuk membuat soundtrack.” Mereka juga pernah membicarakan proyek dengan salah satu band asal Bangkok dan membuat kolaborasi, mereka belum bisa memastikan tapi harus diakui mereka sudah hebat dan mendapatkan standing applause. Tunggu saja karya-karya keren lainnya dari mereka yang sangat fresh tentunya.
Features
pop MondIaL de L’IndonésIe pop IndonesIa yanG MendunIa
The French road To Fame
8 9FMD #01
dari tahun ke tahun perkembangan dunia semakin maju dan pesat, begitu juga dengan perkembangan dunia musik dengan munculnya genre-genre musik yang beraneka ragam dari hasil kreatifitas generasi muda maupun eksperimen dari musisi-musisi yang merasa bosan dengan genre yang mereka mainkan. di Indonesia sendiri musik komersil masih sangat menjual meskipun tidak sedikit juga yang mengkritik lagu-lagu komersil. dua pioneer techno di Indonesia Indra7 dan remy Irwan tetap setia menyebarkan musik yang bisa dibilang idealis di Indonesia. dimulai dari bikin event kecil sendiri dengan teman-temannya yang juga penikmat musik techno, mereka mulai dikenal dan sekarang mereka sudah mempunyai agenda bulanan untuk main di event-event regular ataupun festival musik di jakarta. perjalanan mereka dalam dunia musik yang awalnya adalah pecinta musik metal dan rock sampai akhirnya menjadi salah satu pioneer dj Techno mewajibkan free! untuk interview mereka dalam edisi pertama FMd ini.
Techno MilitiaPhoto by aris, Moty & Danny. Interviewed by vinodii
FeaturesInDRa7 >> Mungkin salah satu orang yang berjasa mengenalkan saya ke genre electronic dance music itu Agus Sasongko. Tahun 1997 dia baru pulang dari Melbourne. Saat itu saya sudah tahu dia baru aja merilis album electronika judulnya “My Self”. Oleh seorang teman, saya akhirnya dikenalkan ke Agus yang saat itu memang dia sedang mencari personil untuk bikin band electronika. Awalnya agak aneh ya, biasa dengerin lagu dengan karakter analog, tiba-tiba disuruh dengerin “The Prodigy - Experience” buat referensi saya waktu itu. Tapi untungnya Agus waktu itu kasih referensinya nggak salah. The Prodigy, electronic music with rock attitude. By the way, saya masih tetap menyimak musik rock kok sampai sekarang :p
Dulu belajar Dj dimana? dan apa yang membuat kamu tertarik buat belajar Dj?
REMY IRWan >> Saya belajar sendiri dengan banyak tanya sama teman-teman. Jadi pada waktu SMP kelas 1 pas acara tahun baru, sebuah klub di Bali yang main pada saat itu Peter Maulana (nantinya Zanzibar) kayaknya seru saja memainkan dua turntable dan bisa memuaskan orang banyak. Inilah awal yang menjadi trigger.
InDRa7 >> Dulu sempat belajar DJ di IDJS Jakarta tahun 1998. Kenapa tertarik? Karena saat itu saya merasa permainan gitar saya monoton. Nggak jago-jago hahaha.
So many DJs nowadays, buat kamu Dj as a hobby atau Dj as a main job? kenapa?
REMY IRWan >> Sejak tahun 2000 industri EDM berkembang pesat, dimana mulai banyaknya consumer goods melihat wadah scene ini sebagai media mereka untuk branding. Ditambah banyak klub baru mulai buka dan event organizer yang berkaitan dengan industri ini. Dimana peran DJ ini sangat besar sekali jika bisa memanfaatkan peluang serta belajar dari industri tersebut. Kenapa? DJ as a main job artinya dia bisa menguasai marketing, promotion, networking, operational dan finance juga. Jadi DJ itu bisa multi-tasking kalau ada kemauan untuk exploring.
InDRa7 >> Kalau sekarang saya ditanya seperti itu, saya akan jawab sebagai hobi, tapi hobi yang mendatangkan uang tentunya. Mungkin kalau 14 tahun lalu dimana DJ belum sebanyak seperti sekarang dan saya nggak kelamaan main DJ di kamar, kemungkinan untuk jadi main job saya bisa saja terwujud.
Sekarang banyak juga Dj-Dj muda yang mulai aktif producing juga. nah kalau kamu prosesnya lebih baik
producing dulu baru DJ-ing atau DJ-ing dulu baru producing? Dan kenapa?
REMY IRWan >> Menurut saya DJ-ing baru producing, karena akan lebih menjiwai flow musiknya. Tapi ada beberapa yang sudah ada ‘sense’ dari awal sebagai producer dulu baru DJ-ing.
InDRa7 >> Sama saja sih kalau menurut saya. Nggak ada kata terlambat buat belajar. Skill bisa dipelajari kapan pun. Taste yang nggak bisa dipelajarin. It comes from your heart.
Hardware dan software apa saja yang biasanya kamu gunakan untuk membuat lagu?
REMY IRWan >> Saya belum sampai tahap advance, masih exploring dengan Ableton saja.
InDRa7 >> Reason Propellerhead dan Ableton. Sudah cocok banget pakai itu.
Gimana caranya kamu menemukan sebuah ide untuk membuat sebuah lagu baru?
REMY IRWan >> Mengingat momen menyenangkan atau bisa juga hal-hal sekitar kita. Apa saja yang memberikan inspirasi.
InDRa7 >> Saya nggak pernah spesifik melakukan suatu ritual untuk membuat sebuah lagu. Kadang-kadang mood datang saja sendiri. Contohnya waktu itu saya sempat diminta untuk meremix salah satu tracknya Goodnight Electric. Mereka ngirim raw materialnya ke saya via email. Besoknya saat lagi di kantor, tiba-tiba pengen saja bikin lagu. Akhirnya saya nyalain Ableton dan mulai mengerjakan remix untuk Goodnight Electric, sampai kerjaan kantor saya tinggalin.
kalau pas produce lagu, apakah penting lagu tersebut mengandung pesan-pesan buat pendengar atau cuma buat having fun saja?
REMY IRWan >> Baiknya ada pesan, positive vibration. Karena menurut saya musik itu adalah media penyampaian komunikasi antar manusia, dimana unsur ceria dan semangatnya itu memegang peranan agar musik tadi diterima baik oleh audiens-nya. Dan juga memberikan influence yang baik.
InDRa7 >> Pesan dalam lagu-lagu yang pernah saya buat, bersama dengan Media Distorsi atau pun sendiri, rata-rata mengandung makna yang subjektif dari pandangan saya sendiri atau Agus. Buat saya, bikin lagu itu seperti kita menyampaikan sebuah cerita tentang apa yang kita rasakan ke orang lain. Pesan yang coba kita sampaikan ke
audiens tentunya juga akan direspon oleh audiens dengan persepektif mereka sendiri. Saya mau bilang A tapi audiens menanggapinya dengan B, ya sah-sah saja. Bebas.
Untuk scene musik Techno itu sendiri di Indonesia mulai dikenal oleh penikmat musik dari kapan? lalu apa yang bikin kamu bertahan di genre tersebut? Any particular reason?
REMY IRWan >> Mulai familiar sekitar ’98 – ‘00 cuma belum banyak banget yang main tekno secara full set. Menurut saya techno itu bukan hanya genre tapi adalah tentang passion dan penjiwaan akan musik tersebut. Buat saya pribadi adalah kilas balik kebelakang soal journey itu sendiri. Genre house, progressive, tech trance & drum ‘n bass itulah yang memperkaya wawasan dan berperan besar membentuk style techno saya sampai saat ini.
InDRa7 >> Untuk di Jakarta sendiri, German Techno kayaknya baru familiar sekitar tahun 2005. Lalu di tahun 2006 (correct me if I’m wrong), seingat saya baru ada dua event yang khusus muterin lagu-lagu Techno (Minimal); “RVLX Minimalica” dan “Minimal Maximal”. Dan pada tahun 2007, saya dan Alvin K bikin label Microchip, dari situ kita mulai rutin bikin acara yang khusus muterin musik-musik techno di setiap bulannya. Dan respon teman-teman yang datang ke acara pertama kita cukup bagus. Ini jadi pembuktian juga kalau ternyata pangsa pasar techno tuh ada di Jakarta.Yang membuat saya bertahan di genre ini karena saya mengerjakan semua ini pakai passion dan hati.
Ada nggak orang yang berjasa dalam karir kamu sebagai Dj? Siapa dan gimana ceritanya?
REMY IRWan >> The Lamandau’s : Achdiyat, Romy, Pite, Bonzo, (alm) Donny, DJ RIM, Embassy dan pastinya tim dari Dafkaf Inc. Karena kita punya visi dan passion yang sama untuk memberikan kontribusi positif dalam pengembangan dance scene.
InDRa7 >> Ibu saya, dia selalu punya keyakinan kalau saya bisa berhasil dalam segala bidang yang saya lakukan. Ramon Tommybens, dia salah satu mentor saya waktu belajar di IDJS. Nggak cuma ngajarin soal DJ-ing, tapi banyak pelajaran soal hidup yang saya dapat dari dia. Teman-teman saya dari scene musik dansa lokal, lalu yang terpenting dukungan dari anak dan istri saya.
pernah punya pengalaman yang paling berkesan saat nge-Dj?
REMY IRWan >> Terakhir yang lucu waktu main di club Distillery Leipzig di
Jerman. Lagi main di ruang basement, pas seru-serunya ada 2 orang bule yang nyamperin dan negur pake bahasa Jawa Indonesia. Kebayang nggak tuh??!! Ternyata mereka lama sekolah di Jogja. Manggilnya MAS! Hahahaha, kocak abis!
InDRa7 >> Pengalaman saya yang nggak akan terlupakan waktu gig pertama kali saya main DJ di tahun 1998. Saat itu saya baru aja lulus belajar dari IDJS, lalu mentor saya waktu itu, DJ Jaya, memberikan saya job untuk main di Balemang Cafe di Wijaya. Sekalian ujian katanya. Saat itu Classic Disco lagi booming banget. Dan pas saya main di Balemang, bukannya main Classic Disco, saya malah mainin track-track Breakbeat. Cuma main lima lagu habis itu disuruh turun sama manajer kafenya hahaha! Pengalaman berkesan lainnya mungkin saat menjadi closing set-nya Richie Hawtin di Ancol tahun 2009 kemarin. Priceless!
Sebutkan 3 nama artis di seluruh dunia yang menurut kamu ‘nggak banget’.
REMY IRWan >> David Guetta, Skrillex trus siapa lagi ya...
InDRa7 >> Wah ini susah banget pertanyaannya. Nggak harus DJ kan? Saya anggap ini pertanyaan joke ya, jangan dimasukkin ke hati. Fred Durst, Nicki Minaj, LMFAO :p
Sebutkan 3 lagu yang paling sering kamu putar di ipod.
REMY IRWan >> Satie 1 by EndorphinBalearica Incarnation by Dolle JolleShe’s in Fashion by Suede
InDRa7 >> Head Over Heels - Tears For FearsPure Shores - All SaintsXpander - Sashav
Deskripsikan diri kamu sendiri dalam 3 kata
REMY IRWan >> Foodie, Footish, Fufuy.
InDRa7 >> Metal Tapi Disko.
kapan kamu mulai jatuh cinta dengan musik-musik Techno? Dan lagu Techno apa yang paling kamu suka pada waktu itu?
REMY IRWan >> Sekitar tahun 1994 - 1995 pas awal-awal dengan movement B1. Wake Up - Laurent Garnier, Throw - Paperclip People, Mind Warriors II – Sax 4 Two, Viva House – Me & Jack dan banyak lagi. Termasuk track-track Underworld pastinya :-)
InDRa7 >> Kalau mulai suka, mungkin eranya Underworld merilis Born Slippy di tahun 1995. Tapi saya benar-benar mulai mendalami Techno (khususnya German Techno) itu sekitar 2004. Awalnya saya belajar ngeDJ tahun 1998 itu mulai dengan genre Breakbeat. Karena era itu, Breakbeat lagi hip banget. The Prodigy, Crystal Method, Orbital, Fluke, Keoki, you name it. Tapi makin kesini, justru nyangkutnya ke Techno.
Gimana proses kamu bisa suka sama
electronic dance music padahal kan kamu tadinya rocker?
REMY IRWan >> Pada masa-masa sekolah saya suka dengerin musik rock, dan suka nonton setiap pentas kesenian. Juga beberapa temen nongkrong ada yang ngebentuk band. Era 80’s - 90’s itu kan era musik-musik new wave, punk, progressive rock & grunge yang soundnya itu sendiri justru banyak memberikan andil dalam perkembangan dance music juga.
10 11FMD #01
Features
Berseringai Bersama
SERINGAI
12 13FMD #01
semua cerita ada di album baruMusik rock (kadang) selalu identik dengan personil-personil bermuka garang yang membuat kita takut untuk melihatnya. Sepertinya hal ini nggak berlaku buat band yang terkenal dengan music rock cadas ini. Begitu bertemu dengan mereka, bukan ketakutan yang dirasakan, tapi justru membuat ‘PECAH’ suasana. Bagaimana nggak ‘pecah’ karena mereka semua hobi ketawa dan bercanda (ditambah lagi ramah), terbukti kalau music cadas itu nggak harus punya personil dengan tampang galak, tapi hobi menyeringai seperti nama mereka.
Mereka sekarang lagi disibukkan dengan pengerjaan album barunya. Dengan santai sambil berbicara dengan F.M.D, mereka sekarang sudah sampai tahap mixing album. Berbagai macam kendala mereka hadapi untuk membuat album ini. “Proses take instrument sudah setahun lebih, lama juga ya,” kata mereka semangat, “Kalau menurut matematika saja, sudah lebih dari 365 hari (tertawa) dan kendala jadi bikin kita tambah semangat.”
Berbicara tentang albumnya, mereka juga menceritakan tentang temanya, arah musik mereka. “Kita sih sekarang mau kedaerahan gitu, jadi kita akan membahas soal batik,” kata mereka lalu kemudian hening…………..Dan akhirnya tawa pecah langsung memenuhi studio Cerahati. Jujur pada saat itu F.M.D mengira itu ide baru bermusik mereka, tapi kita rela dibikin tertawa oleh mereka karena itu bercanda. “Kalau tema seputar fun, politik, pokoknya juga menyangkut cerita sehari-hari di sekitar kita. Sebentar….album sebelumnya tentang itu juga, berarti cerita di Indonesia sampai sekarang masih sama,” kata
mereka sambil tertawa. Yang penting nggak ada soal cinta menye-menye di album mereka. Berbicara soal konsep dan inspirasi dalam membuat lagu, mereka mengaku lebih nge-jam alias spontan untuk menciptakan lagu. “Kadang juga kita kumpul di studio terus mencoba genjreng-genjreng gitar terus jadi bikin lagu. Kadang mencoba sesuatu yang baru cuma dengan satu gitar. Tapi memungkinkan nanti akan kita buat dengan instrumen seperti………kecapi mungkin,” canda Arian sang vokalis.
Mereka berani jamin kalau pendengar nggak akan pernah bosan menyimak musik mereka. “Kita nggak mau kalau begitu-begitu saja alias konsep sama, ya walaupun kita masih tetap di jalur rock, kita ingin musik kita dinamis. Jadi yang nge-fans berat sama kita pun merasa tambah suka,” tambah mereka. Benar juga kata mereka, rock juga bisa dibikin lebih dinamis, bisa dicampur ballad, hardrock atau punk.
The Meaning of LyricsLirik di sebuah lagu itu adalah elemen penting untuk menikmati musik, apapun genrenya pasti harus ada makna di balik lagu itu. Seringai bercerita kepada F.M.D tentang pentingnya arti dibalik lirik. “Lirik itu harus diperhatikan, walaupun musik kita rock, harus ada arti yang bermakna. Misalnya, kalau ada band rock yang bagus tapi lagunya tentang sandal jepit, jadinya kan meaningless. Karena akan lebih bagus waktu mendengarkan musik dengan arti yang ‘ngena’ jadi lebih asyik.” Di album mereka yang terbaru nanti, tidak akan ada kolaborasi dari musisi lain, “Kita lebih menambahkan instrumen dari musisi tamu, bukan
kolaborasi,” kata mereka menambahkan. Artwork album juga diperhatikan oleh Seringai. Tanpa packaging yang menarik akan membuat Seringai tidak (secara utuh) menarik secara fisik (album). “Inspirasi gampang banget sih karena aku ini orangnya kreatif…”, kata Arian bercanda dan diselingi tertawa berseringai. “Kita nggak pernah minta bantuan orang lain untuk mengerjakan artwork album kita, semuanya sendiri. Untuk album baru ini sudah 3 kali ganti artwork.”
Kreatifitas mereka ternyata nggak cuma dalam membuat musik, tapi diperhatikan juga dalam bentuk visual seperti artwork album.
Metal Lovers alwaysSedikit flashback ke masa lalu, F.M.D penasaran kenapa semua personil Seringai yang hobi sekali menyeringai ini suka dengan musik rock dan metal. “Dulu aku suka sekali sama KISS waktu TK, dan waktu TK muka aku suka minta digambar ala-ala KISS gitu,” kata Ricky dan yang lainnya pun kaget baru tahu dan tertawa semuanya. “Jujur, aku memang di keluarga cuma satu-satunya anak cowok, saudara-saudaraku cewek semua. Pernah dipaksa les piano juga (tertawa). Tapi seiiring berjalannya waktu, aku langsung explore apa yang aku suka dan ternyata aku suka musik jenis ini.”
Tak cuma Arian saja yang nggak langsung suka sama musik rock atau metal, personil lainnya juga explore dulu musik mana yang mereka sukai. Nasib mempertemukan mereka dan semuanya punya visi yang sama untuk membentuk musik metal yang cadas tapi masih bisa dinikmati, nggak asal cadas saja tapi nggak punya konsep. Mereka juga bangga, karena mereka pernah tampil di Jakarta Movement pertama kali. Bayangkan saja, mereka diminta untuk manggung karena permintaan banyak orang. Sedikit aneh juga, karena semuanya bergenre electronik tapi cuma Seringai yang bergenre metal. SALUTE!
penantian selama 20 TahunJangan tertipu sama sub judul di atas, bukan penantian sukses selama 20 tahun terbentuk, bahkan mereka belum ada sampai 20 tahun terbentuk (kita doakan akan langgeng selama itu). Maksudnya, waktu menanyakan konser terbaik yang mereka tonton selama ini adalah, “SLAYERS!!!!!” ,kata mereka serempak. “Kita sudah menunggu 20 tahun buat mereka datang ke Indonesia, saat ini bisa dibilang konser sudah banyak ya ada yang suka terus voting langsung setahun
kemudian datang. Tapi ini benar-benar konser TERBAIK!” Sudah seperti anak ABG yang senang karena baru jadian, mereka juga senang sekali idola mereka bisa hadir di Indonesia untuk konser. Waktu itu memang konser jarang sekali ada, dan bisa setahun 3 kali saja ada konser artis dari mancanegara. Siapa tahu juga nantinya Seringai akan konser tunggal di mancanegara.
Idealis vs. komersilPerkembangan musik saat ini memang semakin pesat dan selalu menonjolkan sisi ‘jualan’ untuk industrinya. Tapi, semakin pesat dan banyaknya musisi lokal yang mengambil jalur komersil membuat kehilangan idealis mereka dalam mengerjakan musik. Waktu bertanya soal ini kepada Seringai, mereka tetap idealis tapi mendukung semua musisi yang memilih jalur komersil. “Kita tidak masalah, asal karyanya bagus dan bisa dinikmati,” kata mereka. “Asal mereka senang melakukannya, kalau memilih komersil tapi nggak suka melakukannya sama saja bohong.”Mereka juga berpendapat kalau idealis tetap dipertahankan, semua orang bisa senang melakukannya. Alasan mereka memilih jalur idealis sampai sekarang karena mereka senang melakukannya dan mereka juga ingin membuat semua orang yang menikmatinya juga ikut bersenang-senang. Musik adalah elemen yang penting di kehidupan semua orang, jadi penting untuk memertahankan idealis seperti Seringai. Good luck for the album guys!
Features
Fun Questions:
Siapa artis luar atau lokal yang kalian berfantasi ingin ajak kencan?
Rooney Mara, Agnes Monica, dan Dave Grohl (lho)
Musisi lokal favorit?
Bagus ‘Netral’ bagus sih menurut kita (tertawa)
Film yang terakhir ditonton?
‘Dr. Seuss’ The Lorax’. Ini film animasi lho. Cadas tapi suka kartun.
Deskripsikan Seringai menurut kalian?
Musikku Tidak Masalah, kau mau kemana? (benar-benar bercanda). Yang
penting fun saja deh!!! (tertawa menyeringai)
Selasa malam (13/03) F.M.D mendatangi sebuah kantor production house yang bernama Cerahati di kawasan Cipete Raya untuk berjumpa dan berbincang-bincang dengan Seringai membahas seputar forthcoming album mereka yang judulnya masih belum dapat dipublikasikan. Band yang dimotori oleh Ricky (guitars), Arian13 (vocals), Khemod (drum) dan Sammy (bass) ini membocorkan sedikit tentang perkembangan dari pembuatan album terbaru mereka yang direncanakan akan dirilis selambat-lambatnya…..tahun ini juga.
(Interviewed by Vinodii – Text by Diaksa & Vinodii – Photos: Aris)
14 15FMD #01
baik. Itu dari segala aspek sih yang kita lihat, ya mungkin memang ada beberapa yang terlihat progresnya, tapi sedikit banget dan lebih banyak yang rusaknya, jadi kita mengambil dari tema itu dan berkaitan ke nama DGNR8 (The Generate) itu kalau dalam bahasa Indonesia Generasi. Dari situ kita mengambil nama DGNR8 itu diaplikasikan ke metafora keadaan Jakarta atau di Indonesia saat ini.
ada rencana bikin album baru tahun ini atau mungkin tahun depan? Trus rencananya itu mau dibikin kayak apa? ada perubahan atau perkembangan seperti apa nantinya?Rencana pasti ada dong, tapi kalau mau dibikin seperti apa sih kita masih belum kepikiran, yang penting kita sih tetap terus berkarya aja. Rajin kumpul-kumpulin materi saja buat next albumnya meskipun kita belum tau nanti eksekusinya seperti apa, ya seperti halnya kita mengerjakan DGNR8 ini yang sebenarnya kita sendiri nggak tahu hasilnya akan seperti itu. Tapi yang jelas nggak akan terjadi pengulangan, yang pasti kita selalu pengen ada perubahan atau progres.
kalau kalian bikin lagu penting nggak sih buat kalian menyampaikan pesan-pesan buat pendengar atau kalian cuma having fun saja mengerjakannya?Wah buat kita penting banget tuh, krusial itu, harus ada pesan-pesannya karena buat apa kalau cuma fun doang, sudah ada ribuan band kayak gitu di Indonesia. Tapi kalau bikin lagu atau bikin album kita harus punya tema, konsep dan konten atau isi yang bisa related atau bisa dihubungkan sama pendengarnya itu harus memberikan semacam kayak input gitu atau bisa dibilang memberikan cermin ke mereka bahwa kondisi kita itu kayak begini, kondisi sekeliling kalian kayak begini, jadi mungkin bukan solusi tapi lebih ke ajakan untuk berpikir bareng-bareng.
berbicara tentang tur nih, The brandals kan sering melakukan tur-tur di Indonesia, ada nggak sih pengalaman-pengalaman yang paling seru menurut kalian yang terjadi selama tur?Paling gila di daerah Kalimantan tuh, baru pertama kali kita manggung di sebuah acara di Kalimantan itu, kita di brief sama dukun atau kayak kepala sukunya sana gitu. Jadi disitu itu keamanannya itu bukan aparat lagi tapi lebih pakai mistis gitu, disamping panggung kita dikasih kayak kendi gitu. Dan kita disana itu nggak boleh ngomongin tentang rasis, ngomong jorok atau apapun semacamnya gitu. Pokoknya kita main aman saja deh. Terus dibilangin jangan macam-macam atau ngelakuin segala hal apapun yang negatif, dan katanya kalau sampai kendi itu pecah berarti ada jin yang lebih kuat dan katanya kalau sampai pecah itu nanti bubar acaranya, wah gila deh itu pokoknya. Bahkan di Kalimantan itu kita nggak tidur di hotel karena disana ternyata nggak ada hotel, jadi kita tidur di penginapan yang katanya itu adalah Puskesmas, orang LO-nya bilang kalau itu sudah yang paling bagus katanya. Perjalanan dari bandara ke kota dimana kita manggung itu saja memakan waktu 6 jam.
banyak orang berasumsi after party band rock itu kan biasanya heboh, kalau The brandals after party-nya seperti apa?Dulu iya heboh hahaha. Kalau sekarang sih dengan bertambahnya umur jadi ya paling diskusi sih buat selanjutnya apa, ya paling dzikiran sih hahahaa.
pas tur gitu fasilitas apa saja yang kalian wajibkan ada di dalam hotel?Standar lah ya, setidaknya hotel bintang lima lah hahaha. Nggak aneh-aneh sih maksudnya di riders gitu ya? ya kalau dulu sih iya harus ada ganjalah, harus ada bir, harus ada botol JackD, cuma ya itu dulu karena sekarang ya udah bertambahnya umur dan sudah nggak kuat juga fisik jadi normal-normal saja lah, tapi kalau di riders kita paling suka minta ada satu kotak dus wafer coklat terus minuman
energi dan bir pasti ada tapi dibelakangnya ada ‘brand’ nya jadi ‘birbrand’ (bearbrand) hahaha.
Trus persiapan kalian kalau sebelum manggung gitu The brandals biasanya ngapain, ada ritual-ritual khusus?Paling ya stretching, waktu itu kita juga sempet ketemu Ki Joko Bodo hahaha, becanda itu. Paling ya stretching sama berdoa.
katanya Eka pernah cedera dan pernah dioperasi dilutut ya? pengaruh nggak ke performance di panggung?Wah sering kalau itu, tapi ya nggak ngaruh sih. Maksudnya kalau sudah melalui operasi dan proses-proses pemulihan ya sudah nggak ngaruh, tapi saya sering banget yang namanya keseleo, tulang retak juga pernah, gigi patah pernah, bocor pun pernah, jadi memang sudah totalitas, memang nggak bisa dihindari di penampilan musik rock yang emang sudah menjadi bagian dari stage act. Sudah sewajarnya numpahin semua passion dan semangat dan apapun yang kita punya di panggung 100% atau 200% malah kalau bisa, jadi memang ya kadang saya sendiri sadar akan akibatnya.
Ada nggak band-band luar atau lokal yang penampilan panggungnya itu kalian suka banget?Eka: Kalau saya sih pengen banget lihat Hightime Rebelion karena belum pernah lihat penampilan mereka, tapi tanggal 24 Maret kita manggung bareng mereka, jadi itu pertama kalinya saya lihat mereka. Penasaran juga sih katanya mereka kalau di panggung itu atraktif banget.Tony: Kalau saya suka New York Dolls, itu dari performance sama fashionnya dan apa lagi sosok Johnny Thunder-nya itu. Dia biasanya suka bikin drama-drama yang orang nggak pernah nyangka.
kalau kalian punya kesempatan buat kolaborasi sama musisi lokal atau luar pengennya sama siapa dan pengen dibikin seperti apa kolaborasi itu?Dari pertama kali kebentuk The Brandals sampai sekarang yang belum kesampaian sih kolaborasi sama Fariz RM dan sudah keduluan banyak band sebenarnya. Tapi kita nggak mau cuma kolaborasi dengan lagu sudah jadi terus dia nimbrung diatasnya dan cuma nyanyi doang, kita maunya benar-benar songwriting sebagai partnership. Dari scratch dan dari awal kita udah kolaborasi nulis lagu dan bikin musik baru, isi kepala dia sama isi kepala kita disatukan.
kegiatan diluar ngeband kalian itu biasanya ngapain saja? Terus cara kalian manage waktu antara ngeband dan kerja itu gimana?Kerja paling, semuanya masing-masing kerja. Ya ngalir saja lah, ngeband juga paling weekend dan untuk time management-nya itu biasanya juga terjadi dengan sendirinya. Dan sampai saat ini hal itu nggak pernah jadi suatu masalah buat kita. Masalahnya gini, musik yang kita mainin kan boleh dibilang musik yang segmented, jadi bukan yang memaksa kita untuk menjadikan ngeband sebagai profesi utama. Buat kita waktu utama kita kan sudah habis buat kerja dan kumpulin duit istilahnya dan waktu buat ngeband ini adalah waktu have fun kita, waktu dimana kita bisa lepas, makanya dilakukan diluar jam kerja.
Deskripsikan The brandals dalam tiga kata..Eka: Electric, Dynamite, Futuristic.Tony: Sodakoh, Infaq dan Radikal hahaha.
Sebenarnya nama sutradaranya Pras, tapi kalo ide ya bareng-bareng sih soalnya kita kalo ngomongin ide selalu bareng-bareng. Nama lengkap sutradaranya itu Prasetyo Satoto, pokoknya namanya Jawa banget deh hehe. Dan kurang lebih juga ada masukan dari label, kalau hubungannya sama label sih lebih ke budget ya. Tapi sebenernya ide dasarnya kita pengennya nggak bersubjek tentang polizei itu sendiri. Tapi brief-nya kita dari awal ke sutradara sih bikin yang absurd atau aneh gitu deh, mungkin justru yang nggak ada hubungannya sama polisi sama sekali, ya jadinya begitu.
album terakhir kalian itu kan dirilisnya tahun kemarin, yang DGnR8, itu temanya tentang apa dan mendapat ide pembuatan album itu darimana?Kalo tema sebenernya masih berkutat di lingkungan sosial yang ada di Jakarta, sebenernya ya di Indonesia juga tapi karena kita kan band yang berkutat di Ibukota jadi mau nggak mau kita sebagai musisi/seniman kan selalu neriakin apa yang terjadi di sekitar aja. Kita melihat kok Jakarta atau Indonesia makin kesini makin ancur saja, bukannya makin
Features
Kamis malam setelah hujan deras menerjang Ibukota, tim reporter free! jalan ke sebuah studio yang berlokasi di Jalan Wijaya 16 bernama Rooftop Studio. Disitu free! bertemu dengan grup band Rock’n Roll yang berbasis di Jakarta dibawah naungan label Sinjitos Records. Meskipun malam itu cuma ada Eka dan Tony, tapi free! mendapatkan beberapa cerita seru tentang The Brandals. Penasaran seperti apa obrolan kita sama mereka? Simak interview dibawah ini.
lagu terakhir yang dirilis adalah aWaS polIZEI ya, inspirasinya dari mana sih?Inspirasinya pengalaman pribadi sih yang dialami sama jutaan
umat di Jakarta juga, misalnya pemakai jalan atau pengendara, dari situ sih berangkatnya. Jadi kalau liat polizei kayak liat apaan gitu kayak orang punya dosa gitu. Tapi di lagu ini kita ngambilnya dari kacamata si pelaku kriminalnya bukan sebuah statement anti polizei atau gimana gitu tapi buat kita sih kayak warning. Contohnya si pelaku kejahatan atau kita lagi bawa kendaraan dan nggak punya SIM atau nggak bawa STNK reaksi instan sih pasti ‘aWaS polIZEI’ atau kayak maling, rampok atau apalah pasti ngerasain kayak gitu jadi ini lebih ambil dari kacamata si pelaku kriminalnya itu.
kalau video klip aWaS polIZEI itu dapet ide ceritanya darimana? dan siapa sutradaranya?
from DGNR8 to AWAS POLIZEI!BRNDLS
Interviewed by Vinodii Photos by Moty
16 17FMD #01
Features
Kalau kita flashback, sejak kapan sih musik Drum ‘n’ Bass itu benar-benar masuk ke Indonesia dan mulai memengaruhi dunia musik generasi masa itu?
BIMA G >> kira-kira tahun 1997-1998 sound seperti jungle (Drum ‘n’ Bass) itu masuk di indonesia dan dibawa sama beberapa DJ lokal pada masa itu. Dan mungkin mulai berpengaruh di tahun 1999-2000.
JEROME >> Sepengetahuan saya itu tahun 1994-1995, dan saat itu masih dikenal dengan nama Jungle, pertama kali datang ke sebuah acara, dimainkan oleh DJ Alan & DJ Wiwiz di Chill Room Parkit Club dan juga ada beberapa kaset compilation mix yang masuk di Toko Aquarius.
Lalu lagu Drum ‘n’ Bass yang sedang meledak di Indonesia pada masa itu apa dan lagu siapa?
BIMA G >> Yang saya tahu baru mulai di tahun 2000 itu lagu yang paling gila adalah Messiah by Konflict. Dan pada masa itu saya sedang tergila-gila dengan label Renegade Hardware pada tahun 2000 dengan albumnya Aftermath Essential Rewindz.JEROME >> Banyak, mulai dari Flytronik, Adam F, Atlantis-nya LTJ Bukem, Albumnya Goldie & Roni Size, Dom & Roland, 4 heroes… too many to mention.
Ketika pertama kali kamu mulai suka mendengarkan musik itu umur berapa? Dan musik seperti apa yang sedang hits pada masa itu?BIMA G >> Sebenarnya saya mendengarkan musik dari genre apa saja, cuma pada masa itu saya lebih sering mendengar lagu-lagu hip hop dan breaks. Tapi musik yang hits pada masa itu adalah house dan breakbeat
JEROME >> Berdasarkan cerita dari orang tua saya, waktu umur 3 tahun
saya sudah tergila-gila mendengarkan albumnya James Brown, kalau secara sadar mulai mendengarkan dan suka musik mungkin waktu kelas 2 - 3 SD dimana saya suka Beatles dan Queen karena ketularan nyokap yang memang penggemar mereka. Kelas 4 mulai terkena breakdance, Zoolook-nya Jean Michel Jarre was my fave. SMP saya mulai tertarik dengan drum dan saya mulai ngeband dengan teman-teman, jadi anak metal dari Iron Maiden sampai Slayer dan Primus. I like them all !
Untuk mendengarkan musik Drum ‘n’ Bass itu sendiri pertama kali kapan? Dan lagu Drum ‘n’ Bass siapa yang pertama kali kamu dengar?
BIMA G >> Pertama dengar lagu Drum ‘n’ Bass dari Adymas (Mr Dymz) dia yang memberikan kaset mixtape judulnya Crime Scene (beat non stop) mixed by Usual Suspect yang isinya lagu-lagu dari album-album Renegade Hardware. Kaset itulah yang bikin saya cari tahu tentang Drum ‘n’ Bass.
JEROME >> Tahun 94an, saya sudah punya beberapa CD yang saya peroleh dengan cara titip nyokap atau teman yang sedang pergi ke Eropa, karena masa itu masih susah mendapatkannya, belum ada CD EDM di toko-toko musik di sini. Waktu tahu di Parkit ada DJ yang memainkannya, saya jadi lebih suka nongkrong di sana, karena ketemu dengan orang yang “seiman” hehehe. Kalau lagu siapa yang pertama didengar sudah nggak inget, tapi lagu apa yang bikin enlightment adalah Goldie’s Inner City Life, SHY FX ‘s Original Nuttah dan Lagu-lagunya LTJ Bukem.
Pada waktu itu langsung cinta mati sama Drum ‘n’ Bass atau cuma sekedar suka saja?
BIMA G >> Cinta mati sih nggak juga, cuma penasaran banget sama Drum ‘n’ Bass pada masa itu.
JEROME >> Nggak langsung suka, malah agak bingung karena beat-nya beda banget dengan genre lain yang ada saat itu seperti acid house atau breakbeat, tapi setelah mendengarkan beberapa kali jadi suka banget, karena keunikan beat-nya itu sih, selain itu elemen musik di dalamnya banyak banget, dari techno sampai ragga atau jazz ada semua.
Mulai menjadikan lagu-lagu Drum ‘n’ Bass sebagai playlist wajib sehari-hari itu sejak kapan?
BIMA G >> Seinget saya, sejak tahun 2000 saya mulai mencari-cari record Drum ‘n’ Bass yang pada masa itu susah banget untuk mencarinya.
JEROME >> Sejak memutuskan untuk menjadi DJ di tahun 1996 apalagi sejak konsen memainkan full Drum ‘n’ Bass.
Membahas scene Drum ‘n’ Bass itu sendiri mulai benar-benar terbentuk itu sejak kapan tepatnya? Terus proses kamu masuk kedalam scene Drum ‘n’ Bass itu sendiri bagaimana?
BIMA G >> Saya sendiri kurang begitu tahu kapan scene Drum ‘n’ Bass pertama terbentuk di Indonesia, yang pasti saya gabung di label STEREOWERK itu pada tahun 2001 dan saya belajar banyak dari situ.
JEROME >> Kalau kapan scenenya mulai terbentuk, mungkin di tahun 1999 - 2000 an ya, setelah acaranya mulai dibikin reguler, orang mulai rutin dateng ke acara khusus Drum ‘n’ Bass. Kalau prosesnya, di akhir tahun 1999 kita membentuk Javababass Soundsystem yang memang tujuan dari label ini untuk mengenalkan dan memajukan Drum ‘n’ Bass di Indonesia, dimana sebelumnya kita lebih banyak main sendiri-sendiri di one of parties dan itu juga lebih ke second room-nya. Selain itu juga
bermunculan label Drum ‘n’ Bass lain jadi semakin ramai scene nya .
Perkembangan Drum ‘n’ Bass sendiri di Indonesia sampai saat ini sebenarnya sudah sejauh mana? Gambarannya sudah seperti apa sekarang?
BIMA G >> Perkembangannya sih stabil saja ya. Yang lebih berkembang adalah dari segi production-nya yang saya lihat, banyak produser Indonesia yang memproduksi musik-musik yang sudah bertaraf internasional.
JEROME >> Untuk sekarang ya internally sudah jauh lebih baik dari pada waktu dulu pertama kali, sekarang para junglist itu memang sudah datang khusus untuk menikmati Drum ‘n’ Bass, nggak yang lain. Karena teknologi internet semakin maju jadi musical knowledge-nya pun jauh lebih advance, they already know what tunes, which producer…kadang sudah ada yang request lagu tertentu padahal saya belum punya hahaha. DJ-nya juga sudah keren-keren lah. Sekarang juga banyak produser berbakat yang bermunculan dan niat banget untuk bikin Drum ‘n’ Bass tunes. Selain itu label Drum ‘n’ Bass mulai bermunculan baik di Jakarta atau kota besar lainya, sudah ada clothing, podcast, international release dll. Terakhir muncul Jakarta DnB Radio, radio online yang khusus untuk Drum ‘n’ Bass & Dubstep. It’s getting exciting, ditambah lagi DJ-DJ internasional dari UK, AUS dll juga sudah mulai berdatangan untuk main disini. Sudah menjadi tujuan mereka.Kalau secara externaly, struggling-nya scene ini untuk jadi lebih besar, masih sama beratnya dari dulu, hehehe.
Kalau membandingkan nih, scene Drum ‘n’ Bass masa lalu sama sekarang apa saja perbedaan yang signifikan?
BIMA G >> Perbedaannya lebih ke
variasi genrenya sih. Variasi genrenya lebih banyak dibanding dulu ya mungkin karena perkembangannya juga seperti drumstep, clownstep, jump up dll.
JEROME >> Kalau masa lalu ya struggling nya sangat berat, musical knowledge-nya belum seperti sekarang, jadi orang-orang yang datang itu masih bingung “what kind of music is this?”, paling sering adalah “ini jogetnya gimana?”. Jumlah & skill DJ-nya juga masih sangat terbatas. Bikin party-nya masih susah banget, karena klub-klub waktu itu belum pernah mengadakan acara Drum ‘n’ Bass jadi seperti tidak percaya dengan kita. Producer juga belum ada, jadi karya-karya orisinil dari Indonesia masih tidak ada sama sekali. Mengumpulkan vinyl nya juga perjuangan banget saat itu.
Di negara lain mungkin perkembangan Drum ‘n’ Bass lebih cepat dari pada di Indonesia, menurut kamu apa yang menyebabkan perkembangan Drum ‘n’ Bass di Indonesia itu lamban?
BIMA G >> Kalau dibanding negara lain di Asia kita tidak lamban kok. Kita itu cuma kurang ada promotor yang berani mengundang DJ atau Artis Drum ‘n’ Bass mancanegara untuk main di Indonesia.
JEROME >> Kalau dari negara asalnya UK ya jelas sangat beda. Contohnya disana kamu makin aneh itu makin keren, disini susah banget untuk jadi seperti itu, aneh sedikit sudah dikucilkan atau lebih dikenal dengan “tidak mainstream alias tidak gaul”. Variasi dan perbedaan adalah hal yang cukup langka untuk scene EDM disini.Sebenarnya nggak harus begitu, cuma mungkin jika scene ini diberi kesempatan yang sama oleh klub atau promotor atau sponsor yang besar mungkin keadaanya akan lebih bagus, meskipun masih di jalur “Underground”,
Kita butuh exposure yang lebih besar sehingga bisa menarik lebih banyak crowd untuk bisa jadi industri yang lebih sustainable & profitable.
Drum ‘n’ Bass itu apa sih buat hidup kamu?BIMA G >> It’s my first line of music.
JEROME >> Sekarang? Sudah menjadi way of life kayaknya hahaha. Drum ‘n’ Bass for life! kalau kata teman-teman hahahaha.
Apa harapan kamu untuk scene Drum ‘n’ Bass di Indonesia?
BIMA G >> Standarlah semoga semakin maju saja dan banyak generasi-generasi selanjutnya yang bisa memertahankan scene ini agar tetap ada.
JEROME >> Pastinya tambah maju, bisa sustainable & profitable, bisa jadi wadah buat orang untuk berekspresi dan mencari nafkah dengan musik yang mereka suka, makin banyak klub yang “siap & berani” bikin musik Drum ‘n’ Bass, jadi bisa semakin besar scene-nya, jadi semakin bisa undang DJ-DJ luar yang berkualitas atau ada festival yang lebih besar buat Bass Music jadi scene-nya makin seru. Tentunya juga ultimate goal-nya kalau scene Drum ‘n’ Bass Indonesia harus semakin dikenal di luar, DJnya bisa go International, Producer-nya bisa di rilis di label-label top.
Akan seperti apa Drum ‘n’ Bass di Indonesia 10 tahun lagi?
BIMA G >> Mudah-mudahan beberapa artis DnB dari indonesia bisa move to UK for DJ’ing or create some Indonesian drumnbass professionally.
JEROME >> 10 tahun lagi… well I guess we still roll the heavy bassline and people still dancing like nobody watching … the
roots already planted.. it’s time to grow.Ada nggak perbedaan khusus yang membedakan Drum ‘n’ Bass dengan genre musik yang lainnya?
BIMA G >> Yang paling membedakan adalah bpm kalau sound atau element-element lain banyak mengadopsi dari genre musik lain juga.
JEROME >> Secara teori musik adalah bpm nya, lebih banyak berada di 165 - 175 bpm tapi cara menikmatinya adalah “listen to the Half of the Beat” which is around 85 bpm , well it’s fast soul music but in slowmotion, tapi kalau buat saya yang membedakan adalah energy dan excitement-nya, lebih gila.
Menurut kamu, apa sih yang disukai orang-orang dari musik Drum ‘n’ Bass?
BIMA G >> Yang pasti energy-nya.
JEROME >> Saya rasa tetap nomer 1 adalah the heavybassline dan beat-nya yang bikin energy-nya gokil banget, kalau dipasang dengan sound yang pantas, nggak perlu taking any drugs, just the sound itself dijamin “Bouncing” hahaha. Selain itu, variasi elemen musik yang banyak, mau ada unsur Techno, House, Trance, Reagge, Dub, Soul, Jazz, bahkan rock atau industrial sekalipun bisa. There is no limit, Sebagai DJ kita bisa bawa journey set kita kemana saja, nggak gampang bosan. Selalu menjadi musik yang cutting edge, tapi mungkin orang-orang mempunyai alasan lain.
Perlu nggak di Indonesia ada sebuah club yang khusus untuk lagu-lagu Drum ‘n’ Bass? dan kira-kira akan bertahan atau ditelan masa?
BIMA G >> Nggak juga. Tapi ada klub khusus pasti lebih bagus untuk membesarkan scene itu sendiri. Yang penting adalah regenerasi supaya
scene ini akan terus ada dan nggak lenyap ditelan masa.
JEROME >> Kalau melihat keadaan sekarang disini perlu banget, jangan cuma satu tapi banyak. Dan nggak cuma klub, festival atau rave-nya juga dan menurut saya bukan cuma untuk scene Drum ‘n’ Bass, karena masih banyak jenis musik “Underground” lain yang kurang dapat tempat untuk berkembang, padahal potensi massanya ada banget and it’s all good music. Sebenarnya sudah lama banget rindu dengan klub yang menjadikan musik sebagai tujuan utama untuk menarik massa, bukan karena social status ya. Mungkin juga masalahnya adalah banyak klub yang memasang the same “trendy” music everywhere, jadi nggak ada variasi demi kenyamanan bisnis, tapi setelah “tren” nya habis ya sudah, basi. Kalau masalah bertahan, balik lagi ke owner nya, disini banyak klub dibangun hanya untuk cari untung, 2 tahun balik modal plus profit lalu tutup, makanya musik policy-nya tidak bisa berkembang. Saya rasa sebuah klub mungkin tidak bertahan terus sepanjang masa, namaya sebuah space pasti ada saatnya bosan, tapi yang penting adalah scene yang menghidupkannya itu, scene yang kuat pasti akan bertahan lama.
Pasangan musik Drum ‘n’ Bass menurut kamu yang paling cocok apa? Beer atau Liqueur ? atau mungkin yang lainnya?
BIMA G >> Beer would be great.
JEROME >> Pasangannya adalah 20 buah 21 Inch subwoofer with 30.000 watt soundsystem, earthshaking bass, hahaha with a litle bit of “God Herbs” pasti gokil. Let’s roll!!!
photo by robbytext by vinodii
18 19FMD #01
Dunia boleh terpesona oleh kilau keemasan vokal Adele. Atau lantunan Sara Bareilles yang mengacak-acak suasana hati.
Bersiaplah menyambut seorang pendatang baru berbakat yang telah mengawali karirnya di dunia musik sejak usia 12 tahun saat ia memenangkan Open Mic UK, sebuah kompetisi musik di Inggris.
Jasmine van den Bogaerde lahir di Inggris, 15 Mei 1996, dari seorang ibu yang berprofesi sebagai pemain piano. Sejak kecil ia mendapat nama panggilan Birdy dari orang tuanya, mulai belajar bermain piano sejak usia lima tahun dan menulis lagu sendiri di usia delapan tahun. Tahun lalu pengamat musik dikejutkan oleh versi daur ulang Skinny Love milik Bon Iver yang dibawakan oleh penyanyi muda yang masih sering kali gelisah menjelang naik ke atas panggung ini.
Versi yang dinyanyikan ulang olehnya ini begitu sukses dan menjadi bahan pembicaraan media di seluruh dunia, kemudian sejak itu Birdy menyanyikan ulang lagu-lagu milik artis lainnya, seperti The A- Team (Ed Sheeran) dan Shelter (The XX).
Ia kemudian mendapatkan kontrak rekaman dengan Atlantic yang menghasilkan sebuah album perdana di bulan November 2011, dengan lagu-lagu cover di antaranya 1901 (Phoenix), The District Sleeps Alone Tonight (The Postal Service), Young Blood (The Naked & Famous), Skinny Love tentunya, dan lagu yang ia ciptakan sendiri berjudul Without A Word.
Dalam proses rekaman album ini Birdy membaca trilogi The Hunger Games karya Suzanne Collins yang difilmkan bulan Maret 2012, ia begitu terinspirasi dari novel ini sehingga ia menulis lagu berjudul Just A Game, yang akhirnya dipakai sebagai salah satu soundtrack film The Hunger Games, bersama Arcade Fire, The Decemberists dan Glen Hansard.
Ia bekerja sama dengan beberapa produser handal seperti Rich Costey (Muse, TV On The Radio), James Ford (Arctic Monkeys, Klaxons) dan Jim Abbiss (Adele), untuk album perdananya ini.
Album ini telah mendapatkan sertifikat silver di Inggris dan gold di Belanda.
Birdy menyukai band dan musisi yang juga menjadi inspirasinya seperti Phoenix, Bon Iver, sampai Avril Lavigne, yang diakuinya menjadi salah satu pengaruh terbesarnya dalam bermusik, meski pun musik mereka sangat jauh berbeda.
Di usianya yang ke 16, selain bersekolah seperti layaknya remaja lain, ia sesekali traveling mengunjungi berbagai negara di waktu luangnya dan tampil dalam pertunjukan-pertunjukan serta menghadiri wawancara di sana sini, ditemani sang ayah.
Namanya mulai melejit dan banyak orang ingin tahu tentang siapa dirinya setelah menyimak lagu-lagunya dan menyaksikan video klipnya yang bertebaran di youtube, baik yang ia buat sendiri maupun video klip resminya.
Dengan rendah hati ia mengatakan, ia tertarik dengan orang-orang yang dapat menikmati lagu-lagu yang ia suguhkan, dan ia ingin saling berbagi pengalaman tentang pandangannya mengenai musik.
Follow her on twitter : @officialbirdy
BIRDY “Birdy is my nickname from when i was baby and when my parents used to feed me my mouth flew wide open like a little bird. nobody really calls me Jasmine.”Text by prita photo courtesy of Warner Music Indonesia
20 21FMD #01
Sebuah nama panggung yang unik dipilih oleh Wouter “Wally” De Backer, seorang musisi asal Belgia, berdomisili di Melbourne, Australia, yang albumnya, Making Mirrors, telah duduk di peringkat atas album chart berbagai negara, dan mendapatkan sertifikat platinum dan gold di Australia dan Belgia.
Gotye (dilafalkan sebagai ‘Go-te-yae’) diambil dari nama Gaultier dalam bahasa Perancis, yang versi Inggrisnya adalah Walter. Hanya media yang memanggilnya dengan nama Gotye, sementara ia akrab dengan panggilan Wally di antara keluarga, teman dan orang-orang terdekatnya.
Sebenarnya ia bukanlah musisi pendatang baru. Gotye telah merilis tiga album, berawal dengan album Boardface di tahun 2003. Sebelum ia bersolo karir, Gotye juga aktif sebagai salah satu personil trio indie pop di Melbourne, The Basics. Di usianya yang ke 31, ia telah dekat dengan dunia musik selama 13 tahun, dimulai dengan drum yang dipelajarinya sebagai instrumen pertama, yang dilanjutkan dengan menulis lagu.
Menulis lirik dan memproduksi sendiri lagu-lagunya adalah hal yang ia pelajari secara otodidak, dengan grup favorit seperti The KLF dan Depeche Mode yang digilainya saat remaja, ia mengaku terobsesi dengan album Songs of Faith And Devotion milik Depeche Mode. Ia juga menyukai album Actually milik Pet Shop Boys dan mengatakan bahwa duo Pet Shop Boys juga salah satu referensi musik yang didengarkannya dari era ‘80an.
Tidak menutup mata terhadap musik komersil, pria kelahiran 21 Mei 1980 ini juga menyebutkan Lady Gaga sebagai salah satu inspirasinya. Ia mengagumi Gaga yang dekat dengan para penggemar yang disebutnya Little
Monsters, dan menjalin komunikasi yang baik dengan lebih dari sembilan belas juta followernya di twitter.
Gotye menyebutkan konser terbaik yang pernah didatanginya adalah The Quarrelman, band yang menyanyikan lagu-lagu The Beatles, yang membawakan keseluruhan album Abbey Road milik The Beatles dalam sebuah pertunjukan.Seperti yang dialami banyak musisi di masa kecil, Gotye juga mengakui ia adalah geek yang tidak populer di sekolahnya, ia beruntung tidak di bully oleh teman-temannya.
Selain hidup untuk musik, ia selalu meluangkan waktu untuk bersepeda dan berenang di laut saat musim panas tiba.Gotye juga memiliki selera yang bagus dalam menonton film, Edward Scissorhands adalah salah satu film favoritnya.Berbicara tentang album terbarunya, Making Mirrors, Gotye menghadirkan sisi lain dari genre pop dan meraciknya dengan nada-nada yang menggabungkan bunyi-bunyian retro dan eksperimental.
Somebody That I Used To Know adalah hits andalan yang dibawakannya bersama Kimbra, solois asal New Zealand. Lagu inilah yang membuat Gotye mulai menarik perhatian media di seluruh dunia dan juga penikmat musik.
Sebagian besar isi album Making Mirrors diambil dari pengalaman pribadi Gotye dan juga kisah-kisah fiksi yang dirangkainya.
Get to know him on twitter : @gotye
“maybe my speciality is trying to be a strong pop vocalist with a reasonably wide range and trying to use my voice in a variety of different
ranges. that’s one of the positives about what i do.” - Gotye
Text by prita photo courtesy of universal Music Indonesia
22 23FMD #01
Sesosok wanita cantik yang memilih nama panggung Lana Del Rey ini tiba-tiba melejit di penghujung tahun 2011 dan dibicarakan begitu banyak kalangan yang merajai semua industri, baik musik, film maupun fashion.
Apa yang membuat dirinya terdengar begitu istimewa?
Terlahir dengan nama Elizabeth Woolridge Grant, 21 Juni 1986 di Lake Placid, New York, Del Rey adalah putri seorang investor, Robert Grant. Datang dari keluarga berada, ia sempat dipandang sebelah mata oleh kalangan penikmat musik independen karena dianggap mengandalkan kekayaan ayahnya untuk melejitkan karirnya.
Tak banyak yang tahu Del Rey telah merintis karirnya di industri musik sejak tahun 2008, dengan mini album berjudul Kill Kill, disusul albumnya di tahun 2010 dengan judul Lana Del Ray aka Lizzy Grant.
Pada awal karirnya, Del Rey memakai nama panggung Lizzy Grant.
Tahun 2011 adalah awal kejayaan baginya ketika ia mengubah nama panggungnya menjadi Lana Del Rey dan menanda tangani kontrak rekaman dengan Interscope Records dan Polydor, kemudian merilis album Born To Die, yang sedang hangat dibicarakan penikmat musik dan media.
Del Rey mendeskripsikan musiknya sebagai Hollywood Sadcore, didukung oleh video klip yang membangkitkan nostalgia akan hal-hal yang menjadi kebanggaan Amerika seperti Marylin Monroe, Frank Sinatra, dan olah raga selancar.
Deretan musisi dan band legendaris yang menjadi inspirasi Del Rey di antaranya Nirvana, Leonard Cohen, The Beach Boys, Bob Dylan dan Nina Simone.
Namun jangan heran ketika ia juga memasukkan nama Britney Spears ke dalam deretan artis yang menjadi referensinya.
Dengan sound retro tahun ‘60an dan video klip yang membuat publik Amerika mulai mengagung-agungkan dirinya, Del Rey yakin melangkah dengan deretan hits seperti Video Games, Born To Die dan Blue Jeans.
Sebagai artis pendatang baru, boleh dikatakan ia cukup rendah hati. Ia mengaku dekat dengan para penggemarnya, dan tak keberatan menjadi teman mereka yang sesekali mau meluangkan waktu untuk jamuan makan malam bersama.
Mungkin saja jika anda suatu hari berada di tengah lalu lalang orang di jalanan New York, anda akan berpapasan dengan Lana Del Rey yang masih merasa nyaman melakukan segala sesuatunya seorang diri tanpa dikawal bodyguard atau asisten.
Terhadap komentar publik mengenai peran sang ayah dalam karirnya, Del Rey menekankan bahwa banyak orang berasumsi keluarganya sedemikian berada sehingga ia tidak perlu bersusah payah meraih kesuksesan di dunia musik. Banyak hal telah ia lalui dalam perjalanannya mencapai sukses tanpa bantuan ayahnya.
Ketika ditanya seperti apa lagu-lagu lainnya dalam album Born To Die, Del Rey mengatakan, “The concept of almost every song on the record is a dark love story seen through hopeful eyes. It’s also about my troubled love affairs.”
catch her on twitter : @lanadelrey
“You have to understand, record labels don’t invest in people who are unknown. do you know what A&r guys say to people now? ‘come back to me when you’ve sold 1 million units.’ “
Text by prita photo courtesy of universal Music Indonesia
24 25FMD #01
Mjolnir adalah disco-funk trio asal Jakarta yang mulai aktif pada
tahun 2010 akhir. Mereka adalah Virdie, Nara dan Catra. Dalam
satu setengah tahun perjalanannya Mjolnir telah merilis single
Yeah It’s You dan just a boy. Mereka juga telah menyelesaikan
beberapa versi remix dan bootleg dari lagu-lagu electronik seperti
hot Mess (chromeo) dan Swoon (The chemical brothers).
Pada awal tahun 2012 Mjolnir melakukan proses rekaman EP
yang ditargetkan selesai pada bulan Maret. Dalam EP tersebut
Mjolnir menggunakan original sound pada bass, drum, DX7 dan
Jupiter 8. Pengerjaan EP yang masih belum disebutkan judulnya
ini tidak luput dari bantuan beberapa teman seperti Adam dan
Bayu sebagai additional player, Rund Nidji yang turut membantu
dalam proses rekaman dan juga memberikan guide ke Virdie pada
vokal, Ranggi dan Tantri yang membantu dalam proses recording.
Mjolnir juga akan melakukan proses mastering EP mereka yang
rencananya dikerjakan di Studio 301 Sydney, Australia.
Saat ini Mjolnir sedang menjalani tahap negosiasi dengan 2
record label dari Australia dan Perancis.
Tidak sedikit musisi yang mengambil inspirasi dari
kehidupan sehari-hari mereka, apalagi seorang
rapper yang sering membuat lirik dan rima
berdasarkan pengalaman hidup pribadinya. Belum
lama ini Yacko merilis single terbarunya yang
berkolaborasi dengan lawrence (EGRV), Filthy
Rich.
Again, lirik dalam lagu Filthy Rich terinspirasi oleh
pengalaman hidup dimana setiap orang pasti
mempunyai haters. Setelah menemukan sebuah
quotation dari Coretta Scott King (istri dari Martin
Luther King, Jr) “Hate is too great a burden to bear.
It injures the hater more than it injures the hated”
insting Yacko langsung bergerak dan saat itu juga
terciptalah lirik “All i wanna say is do yourself a
huge favor, and don’t listen to the public” dengan
menggunakan metafora Filthy Rich itu.
“Kata-kata I’m a millionaire I’m a billionaire itu bukan
sesungguhnya saya seorang milyarder, but it’s more
toward just act like a millionaire dimana kamu nggak
akan peduli sama haters, so it’s like representing the
i-dont-care-about-haters attitude,” jelas Yacko.
Dengan bantuan dari Lawrence, lirik yang sangat
kuat tersebut akhirnya digabungkan dengan musik
electronic yang sangat berbeda dengan suara-suara
anthem hip hop masa kini. “Saya pada intinya
pingin bikin sesuatu yang unexpected. Akhirnya
saya coba bikin beat hiphop yang dirty and so
electronic at the same time,” ungkap Lawrence.
Menggunakan instrumen yang didominasi oleh
soft synth seperti Massive dan Predator, kemudian
diresample menggunakan Akai MPC1000 lalu
diproses menggunakan distorsi gitar dan effects
lainnya sehingga suara yang dihasilkan bernuansa
hard, dirty and nasty. Basically, lots of distortion.
MJoLnir - ep
Belum lama ini seorang Electronic Dance
Music Producer yang sempat aktif sebagai DJ
di Beijing, osvaldo nugroho, telah merilis
album terakhirnya yang diberi nama It’s
on dalam format digital download melalui
Beatport.com.
Dan saat ini Osvaldo sedang dalam proses
penggarapan album baru yang rencananya
akan dirilis bulan Mei 2012 dibawah record
label Cats Records (Disctarra). Konsep dari
Escapade 002 akan berisi 1 CD dan 1 DVD.
Dalam format CD nanti akan berisi lagu-
lagu baru Osvaldo termasuk lagu-lagu yang
berkolaborasi dengan beberapa pelaku
musik Indonesia seperti Imela kei Ten2Five
dalam lagu berjudul Mine dan dengan Ernest
cokelat dalam lagu berjudul Diskord. Osvaldo
juga menggandeng seorang vokalis trance asal
Boston yang berdiri dibawah label Armada
bernama Marcie dalam sebuah lagu berjudul
Silent night. Lagu Erase una Vez yang telah
mendapatkan penghargaan Best Track Of
The Year Paranoia Awards 2011 juga akan
dimasukan dalam album Escapade 002.
Dan sebuah DVD yang juga dipersembahkan
dalam Escapade 002 nanti akan berisi video klip
dari lagu-lagu dalam album tersebut dan Osvaldo
juga memersembahkan short biography movie
yang saat ini sedang dalam proses pengerjaan
berjudul It’s all about passion.
osvaLdo nugroho - escapade 002
romAn foot soLdiers At 7tH BeAtfest
Setelah melihat penampilannya di
Love Garage bulan Februari lalu,
free! kembali melihat penampilan
atraktif dari band indie lokal yang
membawakan musik-musik britpop
dengan sentuhan-sentuhan suara
synthesizer. Roman Foot Soldiers
adalah Tim (vokal), Reza (bass),
Gogor (gitar), Pria (gitar), Josh
(keys) dan Luky (drum). Dan mereka
merupakan salah satu band lokal
yang tampil dalam gelaran festival
BeatFest ketujuh yang digelar pada
tahun ini. Band yang terbentuk
di Vancouver, Kanada, ini tampil
sangat atraktif dan mampu membius
penonton dengan lagu-lagu dari
EP perdananya Kitsilano yang
dirilis pertengahan tahun 2011
lalu. Sebelum memainkan lagu
terakhirnya Roman Foot Soldiers
juga sempat bagi-bagi CD ke
penonton.
Penasaran dengan Roman Foot
Soldiers? cek musik mereka di
sinjitosstudio.blogspot.com
Electronic bedroom musicians asal Bandung, bottlesmoker,
menjadi salah satu band pembuka untuk konser Architecture
In Helsinki yang diadakan pada Sabtu, 10 Maret 2012 lalu di
Fairgrounds, SCBD, Jakarta.
Penampilan mereka malam itu sangat menarik perhatian,
dimana orang mungkin sebelumnya berpikir bahwa band
pembuka akan tampil seperti biasa Say hello, rock the stage
then say goodbye. Hal tersebut tidak terjadi ketika Angkuy
dari Bottlesmoker muncul dengan mengenakan kostum ala
astronot dan Nobie mengenakan headband berbulu ala suku
India. Bottlesmoker terkenal dengan eksperimennya dalam
toy instruments. Bahkan tidak sedikit mainan-mainan yang
kita lihat waktu itu yang juga mendukung musik mereka
untuk menghasilkan suara-suara uniknya. Apa yang sudah
dikerjakan oleh Bottlesmoker mungkin dapat menginspirasi
young generation di Indonesia untuk berkarya. Penampilan
Bottlesmoker malam itu dibantu oleh Suatel seorang visual artist
asal Perancis yang menghipnotis penonton dengan visual art
screening-nya.
Sekedar informasi, pada bulan Maret 2012 lalu, Bottlesmoker
juga melakukan tur ke Vietnam dan Thailand. Untuk Vietnam
mereka akan konser di Yoko Bar dan RFC Bar di Ho Chi Minh
City, masing-masing pada tanggal 14 dan 15 Maret 2012. Lalu
mereka melanjutkan tur ke Thailand dan tampil di Motorcycle
Emptiness Bar, Bangkok, pada 16 Maret 2012 dan Delicate (JJ
Market) di Chiang Mai pada 18 Maret 2012.
toY instrumentmenJAdi senJAtA musik BottLesmoker
Acara yang mengaku sebagai “The Biggest Indie
Music Festival in Jakarta” ini rencananya dimulai
dari sore hari sebelum Magrib, namun karena
hambatan teknikal, band-band yang ditampilkan
olehnya terpaksa agak terlambat untuk memulai
performance mereka. Sound system di venue
memang dikenal kekurangannya diantara para
musisi lokal, dari pengalaman mereka manggung
disana, jadi memang setiap kali band yang baru
masuk on-stage penonton harus agak lama
menunggu supaya mereka bisa mengutak atik
peralatan untuk mendapatkan the best sound.
Untungnya hal ini tidaklah menjadi persoalan
ketika tiap band memulai set list mereka masing-
masing, karena penantian dan kesabaran para
penonton terbayarkan dengan penampilan-
penampilan menakjubkan dari band-band
indie lokal tersebut, yang diantaranya adalah:
The Upstairs, The Adams, White Shoes & The
Couples Company dengan set semi-akustik, Pure
Saturday, Backwood Sun, Dried Cassava, The
Trees & The Wild, Gugun Blue Shelter, dan masih
banyak lagi.
Music Gallery merupakan salah satu festival
musik indie baru yang digelar tiap tahun di
Jakarta. Pada 10 Maret 2012, acara yang
bertempat di Upper Room – Annex Building
tersebut merupakan yang kedua kalinya Music
Gallery diadakan. Dengan mengusung tema
Discography, festival Music Gallery tahun ini
memberikan kesempatan kepada para musisi
dan band indie yang mereka tampilkan untuk
menceritakan sejarah perjalanan mereka di dunia
musik melalui set-list yang mereka bawakan,
ditambah pertolongan kedua screen di kanan-
kiri panggung yang menampilkan biography dan
foto-foto masing-masing band yang sedang
perform. Memasuki wilayah festival, bisa terlihat
bahwa ada panggung yang ditempatkan di area
depan pintu masuk Upper Room, jadi ternyata
memang ada dua panggung yang tersedia untuk
band-band malam itu. Banyak stand-stand
merchandise seperti T-Shirt dan sebagainya, juga
stand-stand food and beverages bagi pengunjung
yang ingin makan dan minum. Suasana terasa
asik dan penuh dengan musik menawan.
Sepertinya festival Music Gallery malam itu
juga sedikit terasa bagaikan reunian bagi para
pengunjung dengan beberapa band yang tampil
di penghujung acara, seperti The Upstairs, The
Adams, Pure Saturday, dan White Shoes & The
Couples Company. Betapa tidak, kebanyakan dari
penonton pernah mengalami suasana festival
yang menampilkan band-band tersebut di saat
mereka masih duduk di bangku SMA, di masa-
masa berjayanya Pensi (Pentas Seni) bertahun-
tahun yang lalu. Jadi, malam itu di Upper Room
- Annex Building, bernostalgialah para penonton
dengan menyambut band-band secara seru.
Mereka bertepuk tangan meriah dan ikut sing-a-
long tiap lagu-lagu ‘familiar’ seperti “Konservatif”
dari The Adams, “Modern Bob” dari The Upstairs,
“Kosong” dari Pure Saturday, dan “Aksi Kucing”
dari White Shoes & The Couples Company
dibawakan. Sayangnya, akibat sangat molornya
rundown acara, maka White Shoes & The Couples
Company harus lebih cepat meninggalkan
panggung biarpun penonton masih berteriak “We
want more!” (dan biarpun seharusnya ada dua
buah lagu lagi dalam set list mereka malam itu).
Suasana reuni yang hangat sewaktu band-band
yang disebut tadi tampil secara cepat sirna ketika
band terakhir, Gugun Blues Shelter, memulai
penampilan mereka. Memang, diantara band-
band indie dengan musik kontemporer dan
inovatif yang tampil sebelumnya, band terakhir
itu terasa bagaikan the odd one out, dari style
musik sampai bahasa panggung. Maka tidaklah
heran banyak penonton yang pulang sebelum
penampilan mereka berakhir. Overall, festival
tersebut sangatlah berkesan dan sukses besar!
Pelajaran yang bisa diambil dari tahun ini
mungkin adalah: lebih hati-hati memilih headliner
yang tepat.
(Text: kK / photo: Agung Hartamurti -
IRockumentary)
in remixes
Yacko ft Lawrence - fiLthY rich
tHe 2nd music GALLerY 10 mAret 2012 @ upper room Annex BuiLdinG, JAkArtA
jamming
all Text by Vinodii
phot
o do
c. M
joln
ir
phot
o do
c. Y
acko
phot
o M
oty
phot
o a
ris
phot
o V
inod
ii
phot
o M
oty
phot
o V
inod
ii
26 27FMD #01
Kedekatan Sara Wijayanto dengan grup musik akustik Mike’s telah membawa mereka kedalam sebuah kolaborasi yang menghasilkan versi akustik dari lagu Never Gonna Stop tersebut. Dan di awal tahun 2012 ini mereka memulai proses pengerjaan video klip untuk lagu tersebut yang dikerjakan oleh tim visual artis dari groovyL@nd, Ican Agoesdjam dan Tommy.
NEVER GoNNA SToP ADAlAh lAGu SARA WIJAyANTo yANG DIbuAT bERSAMA ANDREy ChIlING DAN MoRI VE-bRANI PADA TAhuN 1997, NAMuN bARu DIRIlIS SECARA oNlINE PADA TAhuN 2009 lAlu.
Proses pembuatan video klip tersebut memakan waktu selama kira-kira hampir satu bulan. Video klip ini mempunyai konsep yang dipikirkan oleh Sara Wijayanto dengan groovyL@nd. Menceritakan tentang seorang perempuan yang sedang menyukai temannya namun mereka berdua menyadari bahwa mereka tidak bisa menjalani sebuah hubungan cinta.
Dalam proses pembuatan video klip ini groovyL@nd menggunakan kamera DSLR dan standar lampu studio. Untuk editing dan mixing mereka menggunakan software Adobe Premier dan After Effect.
Kavinsky feat. lovefoxxx –Nightc all(breakbot remix)
bombay bicycle Club – lights out, Words
Gone
Apparat organ Quartet –123 Forever (Robotaki remix)
Gotye feat. Kimbra – Somebody That I usedTo Know
M83 –Midnight City
Mr little Jeans –The Suburbs
birdy –Skinny love
hightime Rebellion – Crest of Mind
Chilly Gonzales –you Can Dance
(Edwin Van Cleef Instrumental)
Foster The People –I Would Do
Anything For you
MOST PLAYED ON FMD
1
98
7
6
5
4
3
2
10 Mo
NA
PRIl
calen
dar e
vent
WED
FRI
TuE
Thu
SAT
8 15 22 29
21
287 14
20
27
2 9
3 10
16 23 30
4
17 24
5 12
1811 25
13
19 26
SuN G
eekF
est
1
WE A
RE T
HE IN
CR
OW
D The
Iron
Mai
den
s
Dre
am T
hea
ter
Wor
ld T
our
2012
Sacr
ifice
For
Rev
olt
#4 W
ith
Supe
rman
Is D
ead &
Shag
gy D
og
Ham
mer
sonic
- J
akart
a In
tern
atio
nal
Met
al F
esti
val
Se
condhan
d S
eren
ade
Indon
esia
Tou
r 2012
The
Iron
Mai
den
s
Seco
ndhan
d S
eren
ade
Indon
esia
Tou
r 2012
Scre
amin
g Blo
ody
Murd
er F
esti
val
Seco
ndhan
dSe
renad
e In
don
esia
Tou
r 2012
Mak
assar
ZekE k
ha
SelI
“Fe
ll IN
lo
vE w
ITH
TH
E W
Ro
nG
Pla
NET
”
SaYF
eST
VIl
lE
SaYFe
STVIl
lE J
akart
a In
tern
a-ti
onal
Musi
c &
Art
s Fe
stiv
al M
aG
ICa
l FU
TUR
E “
Free
! 10th
Ye
ars A
nniv
ersa
ry”
Mo
N
MEI
WED
FRI
TuE
Thu
SAT
63 20 28
19 2712
18 25
78
910
1
14 21 29
2
15 22 30
5
16 23 31
11
17 24
SuN
AvengedSeven
fold
20thLar
’cenCiel
WorldTou
r
MorrisseyLiveinJak
arta
ISlankU
,TheJourneyofTheBlue
Island
BehInd The scene:sara WIjayanTo WITh MIke’s -never Gonna sTop (acousTIc versIon)
Text & photo by Vinodii
1
Gee
kFes
t | Sa
sana
Buday
a
Gan
esha, Ban
dung
5
WE A
RE T
HE IN
CR
OW
D |
Dag
o Te
a H
ouse
Ban
dung
5
The
Iron
Mai
den
s | R
olli
ng
Sto
ne
live
ven
ue
Jakart
a
7
The
Iron
Mai
den
s |
Bos
he
vVIP
Clu
b Bal
i
10
Scre
amin
g Blo
ody
Murd
er
Fest
ival
wit
h SU
M41 | k
ar
nav
al A
nco
l Ja
kart
a
13
Zek
e khas
eli “F
ell in
lov
e
wit
h th
e W
rong
Pla
net
”
launch
Alb
um
|
G
oeth
e In
stit
ut, J
akart
a
13-1
4
SaYFe
STVIl
lE
Ja
kart
a In
tern
atio
nal
Musi
c
&
Art
s Fe
stiv
al | S
wim
min
g
Sta
diu
m S
enay
an
14
Ma
GIC
al
FUTUR
E “
Free
! 10th
Year
s A
nniv
ersa
ry”
|
Fai
rgro
unds (e
x-B
engk
el)
SCBD, Su
dir
man
, Ja
kart
a
21
Dre
am T
hea
ter
Wor
ld T
our
2012 | M
EIS
, A
nco
l
21
Sacr
ifice
For
Rev
olt
#4 W
ith
Supe
rman
Is D
ead &
Shag
gy
D
og | J
atim
Exp
o Su
raba
ya
27
Seco
ndhan
d S
eren
ade
Indon
e
sia
Tou
r 2012
Ban
dung
Con
venti
on C
ente
r
28
Ham
mer
sonic
- J
akart
a
Inte
rnat
ional
Met
al F
esti
val
F
ield
D S
enay
an
28
Seco
ndhan
d S
eren
ade
In
don
esia
Tou
r 2012 | T
ennis
Indoo
r Se
nay
an
29
Seco
ndhan
d S
eren
ade
In
don
esia
Tou
r 2012 |
Mak
assa
r
1
Ave
nge
d S
even
fold
| a
t Pan
tai kar
nav
al A
nco
l
2
20th
lar
’c e
n C
iel
Wor
ld T
our
| at
Fie
ld D
Sen
ayan
10
Mor
riss
ey l
ive
in J
akart
a | at
Ten
nis
Indoo
r Se
nay
an
12
I Sl
ank
U, The
Journ
ey of
The
Blu
e Isla
nd |
M
ata
Ela
ng
Inte
rnat
ional
Sta
diu
m, A
nco
l Bea
ch C
ity,
Jak
arta
28