2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    1/50

    BAB 4

    PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS

    DATA

    4.1 Data umum perusahaan

    4.1.1 Sejarah perusahaan

    PT Sempana Jaya Agung yang beralamat di Jl. Tole Iskandardinata

    no.9 Sukamaju-Sukmajaya Depok, mulai berdiri pada tahun 1982 dan mulai

    produksi secara komersial pada tahun 1984. PT Sempana Jaya Agung

    bergerak di bidang High Pressure Die Casting (HPDC) dan Zinc Alloy.

    Produk-produk yang diproduksi PT Sempana Jaya Agung sebagian besar

    merupakan komponen dari kendaraan mermotor roda dua. Saat ini, PT

    Sempana Jaya Agung menyuplai ke beberapa perusahaan antara lain : PT Toa

    Galva Industries, PT Astra Honda Motor, PT HiLex Indonesia, PT Kawasaki

    Motor Indonesia, PT AST Indonesia, dan lain-lain.

    4.1.2 Visi dan misi Perusahaan

    Visi perusahaan adalah sebagai berikut :

    Kami Perusahaan Manufactur yang bergerak di bidang Die Casting memiliki

    visi memberi kontribusi kepada Bangsa dan Negara dalam bidang Die

    Casting.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    2/50

    62

    Misi perusahaan adalah sebagai berikut :

    Menjadi Perusahaan Produksi Casting yang produknya di terima di semua

    Industri Automotif dengan peduli Lingkungan, menciptakan Lapangan kerja,

    memberikan Kesejahteraan Kaaryawan

    4.1.3 Jam Kerja Karyawan

    Pada PT Sempana Jaya Agung jam kerja karyawan kantor terdapat

    hanya satu shift saja, namun untuk karyawan pabrik (produksi) tersedia dua

    shift dengan ketentuan tergantung dari jumlah order dan target pengiriman,

    karena PT Pancaprima Ekabrothers adalah perusahaan yang produksinya job

    order dari customer. Adapun rincian jam kerja adalah sebagai berikut :

    a. SHIFT 1

    Hari senin kamis : 07.00 - 16.00 WIB

    Istirahat : 12.00 - 13.00 WIB

    Hari jumat : 07.00 - 16.30 WIB

    Istirahat : 11.30 - 13.00 WIB

    b. SHIFT 2

    Hari senin kamis : 16.00 - 01.00 WIB

    Istirahat : 20.00 - 21.00 WIB

    Hari jumat : 16.30 - 01.30 WIB

    Istirahat : 20.00 - 21.00 WIB

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    3/50

    63

    4.2. Alumunium Die Casting

    4.2.1 Aliran Proses Produksi

    Pada umumnya suatu perusahaan injcetion casting, memiliki aliran

    proses kerja yang secara garis besar hampir sama. Berikut akan diuraikan

    secara singkat dari tahapan proses produksi injcetion castingdi PT Sempana

    Jaya Agung.

    Gambar 4.1 Diagram alur proses produksi

    Sumber : PT Sempana Jaya Agung

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    4/50

    64

    Berikut adalah secara garis besar penjelaskan dari gambar 4.1 diagram

    alur proses produksi pada PT Pancaprima Ekabrothers :

    1. Penerimaan barang

    Setiap bahan baku yang dikirim oleh supplier diterima oleh bagian

    gudang dan diperiksa kelengkapan dokumennya, seperti surat jalan atau

    invoice.

    2. Incoming inspection

    Pada tahap ini fungsi Incoming inspection adalah untuk mengontrol dan

    memeriksa kondisi bahan baku/meterial yang datang dari supplier

    sebelum disimpan di warehouse/gudang. Ada dua jenis bahan

    baku/material yaitu :

    Alumunium jenis ADC 12

    Besi

    3. Warehouse/Gudang

    Warehouse/gudang adalah tempat penampungan bahan baku yang akan

    digunakan untuk proses produksi. Warehouse/gudang dipimpin oleh

    seorang supervisor yang secara garis besar membawahi beberapa grup,

    seperti :

    Grup Penerimaan.

    Pada grup ini, akan dilakukan penerimaan material, bukan hanya dari luar

    pabrik (supplier), tetapi juga dari dalam pabrik (sisa material setelah

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    5/50

    65

    proses produksi). Untuk material yang berasal dari luar pabrik (supplier),

    akan dilakukan pemeriksaan antara material yang diterima dengan surat

    jalan yang kemudian material tersebut akan dialokasikan dan tercatat

    secara administrasi. Untuk material yang berasal dari dalam pabrik

    (material sisa proses produksi) akan dilakukan pemeriksaan material

    terhadap dokumen pengembalian untuk kemudian dialokasikan terpisah

    dan tercatat secara administrasi.

    Grup Pengeluaran.

    Pada grup ini, akan dilakukan pengeluaran material, baik untuk internal

    (produksi) ataupun eksternal sesuai dengan dokumen permintaan yang

    telah dibuat.

    Grup Administrasi.

    Pada proses ini, akan dilakukan pencatatan secara administrasi untuk

    material yang ada maupun stock dan grup ini bertanggung jawab dalam

    memastikan bahwa pendataan yang ada harus terupdate dan actual.

    4. Melting

    Melting adalah proses peleburan material yang berupa ingot dan material

    scrappada dapur peleburan (molten furnace) untuk menghasilkan cairan

    alumunium (molten) dengan suhu 750 - 850. Sebelum material diproses

    di dapur peleburan harus dipastikan bahwa kondisi material tersebut

    dalam keadaan kering dan bersih.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    6/50

    66

    5. Casting

    Casting adalah proses pengecoran cairan alumunium ke dalam cetakan

    (dies) dengan sistem injeksi pada tekenan tinggi. Pada proses ini cairan

    Alumunium tersebut diperiksa kembali komposisi materialnya apakah

    sesuai dengan spesifikasi material ADC 12.

    6.

    Trimming

    Trimming adalah proses pemisahan part dengan gate. Pada proses ini

    dilakukan pemeriksaan secara visual padaparttersebut.

    7. Finishing

    Finishing adalah proses akhir yang betujuan untuk menghilangkan sisa-

    sisa material (scrap) yang masih menempel diparttersebut.

    8. Final inspection dan Packing

    Proses pemeriksaan akhir pada part yang betujuan memastikan bahwa

    kondisi part tersebut sudah benar-benar baik secara visualdan dimensi.

    Dan selanjutnya dilakukan proses packaging sebelum dikirim ke

    customer

    9. Storage finish good

    Penyimpanan terakhir sebelum dilakukan pengiriman. Pada gudang ini

    dilakukan proses administrasi dan kelengkapan dokumen untuk

    pengiriman.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    7/50

    67

    4.2.2 AlumuniumDie Casting Brake Shoe

    Injection die casting adalah proses pengecoran logam dengan cara

    memasukkan logam cair kedalam die (cetakan logam) dengan menggunakan

    tekanan. Material yang dapat digunakan seperti aluminium, magnesium dan

    tembaga. Cara kerjanya diawali dengan peleburan cairan logam menggunakan

    tungku terpisah, kemudian cairan alumunium tersebut disalurkan dan dituang

    kedalam mesin die castingmelalui tabung injeksi (shot sleeve). setelah cairan

    logam tersebut berada pada tabung injeksi, ditekan dengan plunyer tenaga

    hidrolik kedalam rongga cetakan (die cavity), tekanan injeksi ini dijaga selama

    proses solidifikasi. Setelah coran membeku, die dibuka dan produk akan

    keluar secara otomatis melalui mekanisme ejektor.

    Gambar 4.2 Alumunium die casting

    Sumber : PT Sempana Jaya Agung

    Jenis proses casting yang ada pada PT. Sempana Jaya Agung adalah

    High Pressure Die Casting (HPDC) yaitu suatu proses casting dimana

    Housing

    Cavity

    DiesMoveDies Fix

    PinEjector

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    8/50

    68

    dilakukan injeksi logam cair dengan tekanan yang tinggi. Keuntungan dari

    HPDC adalah antara lain (Bustanul, 2006, p8) :

    a. Ketepatan dimensinya sangat tinggi sehingga dapat mengurangi proses

    lebih lanjut (finishing).

    b. Cocok untuk part yang tipis dan rumit

    c. Dapat berproduksi secara masal sehingga menghemat biaya produksi.

    Salah satu produk yang dihasilkan PT Sempana Jaya Agung adalah brake

    shoe yang merupakan komponen dari sistem pengereman kendaraan bermotor

    roda dua.

    Gambar 4.3 Gambar produk Brake ShoeSumber : PT Sempana Jaya Agung

    4.2.3 PenangananMaintenance Pada AlumuniumDie Casting Brake Shoe

    Pemeliharaan dan perbaikan AlumuniumDie Casting Brake Shoepada

    PT Sempana Jaya Agung menjadi tanggung jawab bagian maintenance dies.

    Bagian maintenance ini bekerja sama dengan bagian produksi dan departemen

    Metal Slipper

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    9/50

    69

    quality & Engineering dalam hal mengkoordinasikan pelaksanaan

    pemeliharaan. Adapun jenis perawatan yang dilakukan pada mesin boiler

    weishi adalah secara garis besar terbagi dua yaitu :

    1. Preventive maintenance

    Perawatanpreventive dibagi menjadi dua, yaitu :

    a. Perawatan harian (daily maintenance)

    Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan pembersihan,

    pemeriksaan, menghidupkan/mematikan mesin dan lain sebagainya.

    b. Perawatan periodik (periodic maintenance)

    Pada periode ini untuk memperpanjang umur ekonomis mesin,

    dilakukan kegiatan pembongkaran (overhaul) guna membersihkan

    bagian dalam dari mesin.

    2. Corrective maintenance

    Perawatan ini dilakukan bila mesin mengalami kerusakan (breakdown)

    saat digunakan dalam proses produksi dan harus segera diadakan

    perbaikan/repair. Kerusakan-kerusakan ini sangat sering terjadi dalam

    proses produksi.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    10/50

    70

    4.3 Perhitungan Keefektifan Alumunium Die casting Brake shoe

    Menggunakan Metode Total Production Ratio (TPR)

    Dibawah ini disajikan data jam kerja tersedia yang diperlukan untuk

    perhitungan keefektifan penggunaan alumunium diecasting brake shoe :

    Tabel 4.1 Jam kerja tersedia periode bulan Januari 2011 s/d bulan Juni 2011

    BulanHari

    Kerja

    Jam

    Kerja/Hari

    Total Jam Kerja/Hari

    (Working Time)

    Jam Detik

    (a) (b) (c = a x b) (c x 3600)

    Januari 21 16 336 1209600

    Pebruari 18 16 288 1036800

    Maret 22 16 352 1267200

    April 20 16 320 1152000

    Mei 21 16 336 1209600

    Juni 20 16 320 1152000

    Sumber : PT Sempana Jaya Agung

    4.3.1 Perhitungan Total Production Ratio (TPR) Alumunium Die casting Brake

    shoe line 1

    Untuk mengaplikasikan perhitungan yang telah dijelaskan sebelumnya

    mengenai Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan Total Production Ratio

    (TPR), sebagai perbandingan dibawah ini disajikan perhitungan keefektifan

    penggunaan alumunium die casting brake shoe line 1 dengan menggunakan

    metode Overall Equipment Effectiveness (OEE) dan metode Total Production

    Ratio (TPR).

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    11/50

    71

    1. Perhitungan menggunakan Overall Equipment Effectiveness (OEE)

    Untuk mengetahui perhitungan mengenai nilai Overall Equipment

    Effectiveness (OEE) alumunium diecasting brake shoe line 1, langkah-

    langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

    a. Availability ratio

    Contoh perhitungan availability ratiobulan Januari 2011

    Menghitung working time

    = 21 hari/bulanx 16 jam/harix 3.600 detik/jam

    = 1.209.600 detik/bulan

    Menghitung loading time

    Untuk periode bulan Januari 2011 tidak ada schedule maintenance

    atau downtime yang direncanakan, maka loading time dianggap sama

    dengan working time yaitu sebesar 1.209.600 detik/bulan.

    Menghitung waktu set up

    - Memanaskan dies = 15 menit/shift

    - Memasukan cairan alumunium 4 kali pershift = 20 menit/shift

    = 35 menit/shiftx 2 shift/harix 21 hari/bulanx 60 detik/menit

    = 88.200 detik/bulan

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    12/50

    72

    Menghitung waktu adjustment

    Setiap 1 bulan sekali dies diturunkan dari mesin injection untuk

    diperiksa dan diperbaiki bila diperlukan selama 30 menit.

    Diasumsikan kegiatan ini termasuk waktu adjustment.

    = 30 menit/bulanx 60 detik/menit

    = 1.800 detik/bulan

    Menghitung waktu kerusakan/breakdown mesin

    Waktu kerusakan alumunium die casting brake shoe line 1, bulan

    Januari 2011 adalah sebesar 840 menit.

    = 840 menit/bulanx 60 detik/menit

    = 50.400 detik/bulan

    Menghitung waktu operasi/operation time

    =Loading time ( set up + adjustment + breakdown)

    = 1.209.600 (88.200 + 1.800 + 50.400)

    = 1.069.200 detik/bulan

    Menghitung nilai availability ratio

    Availability rate =

    x100%

    1.069.2001209.600

    100 %

    = 88,38%

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    13/50

    73

    Tabel 4.2 Perhitungan availability ratealumunium diecasting brake shoe line 1 periode bulan Januaris/d bulan Juni 2011

    Bulan

    Loadingtime

    (dtk/bln)

    Set up(dtk/bln)

    Adjus-ment

    (dtk/bln)

    Breakdown

    (dtk/bln)

    Downtime(dtk/bln)

    Operationtime

    (dtk/bln)

    Availabilityrate (%)

    (a) (b) (c) (d) (e=b+c+d) (f=a-e) (f/a)x100%

    Januari 1.209.600 88.200 1.800 50.400 140.400 1.069.200 88,4

    Pebruari 1.036.800 75.600 1.800 45.600 123.000 913.800 88,1

    Maret 1.267.200 92.400 1.800 52.200 146.400 1.120.800 88,4

    April 1.152.000 84.000 1.800 47.400 133.200 1.018.800 88,4

    Mei 1.209.600 88.200 1.800 49.200 139.200 1.070.400 88,5

    Juni 1.152.000 84.000 1.800 48.000 133.800 1.018.200 88,4

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    b. Performance Efficiency

    Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:

    Operating speed rate

    Die casting ini pada bulan Januari 2011 memproduksi part brake

    shoe dengan actual cyle time sebesar 69 detik/unit dan 65 detik,

    maka perhitungannya adalah sebagai berikut :

    100%

    /

    / 100%

    = 94,2 %

    Menghitung net operating rate

    Pada bulan Januari 2011 Die casting memproduksi part brake

    shoe dengan total produksi sebesar 14.389 unit/bulan, maka

    perhitungannya adalah sebagai berikut :

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    14/50

    74

    100%

    . / /

    .. /

    = 92,86%

    Menghitung nilaiperformance efficiency

    Performance efficiency = Net operating rate x Operating speed rate

    100%

    100%

    14.389 / 65 /

    1.069.200 / 100%

    87,48%

    Untuk lebih jelasnya perhitunganperformance efficiency die

    casting

    brake shoe line 1, dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

    Tabel 4.3 Perhitunganperformance efficiencyalumunium diecasting brake shoe line 1

    periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011

    Bulan

    Totalproduksi

    (unit/bln)

    Ideal cycletime

    (dtk/unit)

    Operationtime

    (dtk/bln)

    Net operationtime

    (dtk/bln)

    Performanceefficiency

    (%)

    (a) (b) (c) (d = a x b) (d/c) x100%

    Januari 14.389 65 1.069.200 935.285 87,48

    Februari12.058 65 913.800 783.770

    85,77

    Maret 14.643 65 1.120.800 951.795 84,92

    April 13.743 65 1.018.800 893.295 87,68

    Mei 14.187 65 1.070.400 922.155 86,15

    Juni 13.064 65 1.018.200 849.160 83,40

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    15/50

    75

    c. Menghitung nilai rate of quality

    Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :

    Menghitung rate of quality

    100%

    14.352

    65

    14.389

    65

    100%

    99,74%

    Untuk lebih jelasnya perhitungan rate of quality alumunium die

    casting brake shoe line 1 dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah

    ini :

    Tabel 4.4 Perhitungan rate of qualityalumunium diecasting brake shoe line 1 periode bulan Januari

    s/d bulan Juni 2011

    Bulan

    Total

    produksi

    (unit/bln)

    Defect(unit/bln)

    Total

    qualityproduction

    (unit/bln)

    Ideal

    cycletime

    (dtk/unit)

    Net

    operationtime

    (dtk/bln)

    Valuable

    operation

    time

    (dtk/bln)

    Rateof

    quality

    (%)

    (a) (b) (c = a - b) (d) (e = a x d) (f=cxd) (f/e)x100%

    Januari 14.389 37 14.352 65 935.285 932.880 99,74

    Februari 12.058 43 12.015 65 783.770 780.975 99,64

    Maret 14.643 69 14.574 65 951.795 947.310 99,53

    April

    13.743 67 13.676

    65 893.295 888.940

    99,51

    Mei 14.187 35 14.152 65 922.155 919.880 99,75

    Juni 13.064 35 13.029 65 849.160 846.885 99,73

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    16/50

    76

    d. Menghitung nilai Overall Equipment Effectiveness (OEE) alumunium

    diecasting brake shoe line 1

    Setelah nilai-nilai dari availability, performance, dan rate of quality

    diketahui, selanjutnya adalah menghitung nilai Overall Equipment

    Effectiveness (OEE). Perhitungan nilai OEE dari dies casting

    alumunium brake shoe line 1 periode bulan Januari 2011 adalah

    sebagai berikut :

    OEE =Availability rate x Performance efficiency xRate of quality

    = 88,4 x 87,48 x 99,74

    = 77,12 %

    Tabel 4.5 Perhitungan overall equipment effectivenessalumunium diecasting brake

    shoe line 1 periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011

    Bulan

    Availability

    rate

    (%)

    Performance

    efficiency

    (%)

    Rate of

    quality

    (%)

    OEE (%)

    (a) (b) (c) (d=axbxc)

    Januari 88,4 87,5 99,7 77,12

    Februari 88,1 85,8 99,6 75,33

    Maret 88,4 84,9 99,5 74,76

    April 88,4 87,7 99,5 77,16

    Mei 88,5 86,2 99,8 76,05

    Juni 88,4 83,4 99,7 73,51Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    2. Perhitungan menggunakan Total Production Ratio (TPR)

    Sebagai perbandingan dibawah ini akan diuraikan perhitungan

    keefektifan penggunaan peralatan dengan menggunakan metode Total

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    17/50

    77

    Production Ratio (TPR). Perhitungan nilai Total Production Ratio (TPR)

    memerlukan data-data seperti total jam kerja mesin, total produksi yang

    tidak cacat (good)/total quality production, dan ideal cycle time. Contoh

    perhitungannya adalah sebagai berikut :

    100%

    14.352 / 65 /

    1.209.600 / 100%

    = 77,12 %

    Dari perhitungan TPR diatas didapatkan keefektifan penggunaan

    alumunium diecasting brake shoesebesar 77,12 %, hasilnya sama seperti

    perhitungan OEE, ini dikarenakan pada periode ini tidak ada schedule

    maintenance ataupun downtime yang direncanakan sehingga total jam

    kerja efektif/working time dianggap sama dengan loading time. Hasil

    selengkapnya nilai TPR alumunium diecasting brake shoe line 1 untuk

    bulan lainnya disajikan pada tabel 4.6 di bawah ini :

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    18/50

    78

    Tabel 4.6 Perhitungan total production ratioalumunium diecasting brake shoe line 1periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011

    Bulan

    Total

    qualityproduction

    (unit/bln)

    Idealcycle time

    (dtk/unit)

    Workingtime

    (dtk/bln)

    TPR (%)

    (a) (b) (c) (a x b)/c

    Januari 14.352 65 1.209.600 77,12

    Februari 12.015 65 1.036.800 75,33

    Maret 14.574 65 1.267.200 74,76

    April 13.676 65 1.152.000 77,16

    Mei 14.152 65 1.209.600 76,05

    Juni 13.029 65 1.152.000 73,51

    Rata-Rata 13633 65 1171200 75,66Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    4.3.2 Perhitungan Total Production Ratio (TPR) Alumunium Die casting Brake

    shoe line 2

    Contoh perhitungan TPR periode bulan Pebruari 2011 alumunium die

    casting brake shoe line 2 adalah sebagai berikut :

    100%

    11.451 /65 /

    1.036.800 / 100%

    = 71,79 %

    Hasil selengkapnya nilai TPR alumunium diecasting brake shoe line 2

    untuk bulan lainnya disajikan pada tabel 4.7 di bawah ini :

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    19/50

    79

    Tabel 4.7 Perhitungan total production ratioalumunium diecasting brake shoe line 2periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011

    Bulan

    Total

    quality

    production

    (unit/bln)

    Ideal

    cycle time

    (dtk/unit)

    Working

    time

    (dtk/bln)

    TPR (%)

    (a) (b) (c) (a x b)/c

    Januari 14.357 65 1.209.600 77,15

    Pebruari 11.451 65 1.036.800 71,79

    Maret 15.208 65 1.267.200 78,01

    April 13.585 65 1.152.000 76,65

    Mei 14.420 65 1.209.600 77,49Juni 13.263 65 1.152.000 74,83

    Rata-Rata 13.714 65 1.171.200 75,99Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    4.3.3 Perhitungan Total Production Ratio (TPR) Alumunium Die casting Brake

    shoe line 3

    Contoh perhitungan TPR periode bulan Maret 2011 alumunium die

    casting brake shoe line 3 adalah sebagai berikut :

    100%

    . / /

    .. / 100%

    = 77,35 %

    Hasil selengkapnya nilai TPR alumunium diecasting brake

    shoe line 3 untuk bulan lainnya disajikan pada tabel 4.8 di bawah ini :

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    20/50

    80

    Tabel 4.8 Perhitungan total production ratioalumunium diecasting brake shoe line 3

    periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011

    Bulan

    Totalquality

    production

    (unit/bln)

    Ideal

    cycle time(dtk/unit)

    Working

    time(dtk/bln)

    TPR (%)

    (a) (b) (c) (a x b)/c

    Januari 13.888 65 1.209.600 74,63

    Februari 11.176 65 1.036.800 70,07

    Maret 15.079 65 1.267.200 77,35

    April 13.288 65 1.152.000 74,98

    Mei 14.213 65 1.209.600 76,38

    Juni 12.372 65 1.152.000 69,81Rata-Rata 13.336 65 1.171.200 73,87

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    4.4 Perhitungan Mean Time Between Failure (MTBF) Alumunium Die

    casting Brake shoe

    Data-data yang dibutuhkan untuk perhitungan nilai MTBF adalah data

    waktu operasi mesin/operation time dan data frekuensi kerusakan/breakdown

    setiap bulannya.

    Tabel 4.9 Data operation time dan frekuensi breakdown alumunium diecasting brake shoe

    line 1 periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011

    BulanOperation Time

    (detik/bulan)

    Frekuensi

    Breakdown

    Januari 1.069.200 6

    Februari 913.800 9Maret 1.120.800 7

    April 1.018.800 6

    Mei 1.070.400 5

    Juni 1.018.200 7

    Total 6.211.200 40

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    21/50

    81

    Contoh perhitungan nilai MTBF alumunium die casting brake shoe

    line 1 periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011 adalah sebagai berikut :

    6.211.200

    40

    155.280 43

    Hasil selengkapnya di bawah ini disajikan rekapitulasi nilai MTBF

    alumunium diecasting brake shoeperiode bulan Januari s/d bulan Juni 2011:

    Tabel 4.10 Rekapitulasi nilai MTBF alumuniumdie

    casting brake shoe

    periode bulan Januaris/d bulan Juni 2011

    Die Brake

    shoe

    Total Operation

    Time

    (detik/bulan)

    Total

    Frekuensi

    Kerusakan

    MTBF

    (detik/bulan)MTBF

    (jam)

    (a) (b) (c = a/b)

    Line 1 6.211.200 40 155.280 43

    Line 2 6.216.300 42 148.007 41

    Line 3 6.221.700 40 155.543 43

    Rata-rata 42,5Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    4.5 Perhitungan Mean Time To Repair (MTTR) Alumunium Diecasting

    Brake shoe

    Data yang dibutuhkan untuk perhitungan nilai MTTR adalah data

    waktu kerusakan/breakdown mesin dan data frekuensi kerusakan/breakdown

    setiap bulannya.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    22/50

    82

    Tabel 4.11 Data waktu breakdown dan frekuensi breakdown alumunium diecasting brake

    shoeline 1 periode bulan Januari s/d bulan Juni 2011

    Bulan WaktuBreakdown

    (detik/bulan)

    FrekuensiBreakdown

    Januari 50.400 6

    Februari 45.600 9

    Maret 52.200 7

    April 47.400 6

    Mei 49.200 5

    Juni 48.000 7

    Total 292800 40

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Berikut adalah contoh perhitungan MTTR alumunium die casting

    brake shoeperiode bulan Januari s/d bulan Juni 2011:

    292.800

    40

    7.320 122

    Hasil selengkapnya, di bawah ini disajikan rekapitulasi nilai MTTR

    alumunium diecasting brake shoeperiode bulan Januari s/d bulan Juni 2011:

    Tabel 4.12 Rekapitulasi nilai MTTR alumunium diecasting brake shoeperiode bulan Januaris/d bulan Juni 2011

    Die

    Brake

    shoe

    Total Waktu

    Breakdown (detik)

    Total

    Frekuensi

    Kerusakan

    MTTR

    (detik/bulan) MTTR

    (menit)

    (a) (b) (c)

    Line 1 292.800 40 7.320 122

    Line 2 287.700 42 6.850 114

    Line 3 282.300 40 7.058 118

    Rata-rata 118Sumber : Data perusahaan setelah diolah

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    23/50

    83

    4.6 Analisa Total Productif Maintenance (TPM)

    Setelah sebelumnya dilakukan pengumpulan dan pengolahan data, maka dari

    hasil pengumpulan dan pengolahan data tersebut akan dianalisa sebagai upaya

    perbaikan die casting brake shoe. Agar proses analisa yang dilakukan tidak melebar

    dari tujuan penulisan yang hendak dicapai, maka pada sub bab ini analisa yang

    dilakukan berdasarkan pada tujuan dan sasaran penerapan TPM. Analisa dilakukan

    terhadap nilai TPR yang didapat dari masing-masing alumunium die casting brake

    shoe.Nilai TPR digunakan karena dalam pengukurannya lebih sederhana dan efektif,

    sehingga bisa dilaksanakan oleh perusahaan secara berkesinambungan.

    4.6.1 Total Effectiveness

    4.6.1.1 Analisa Nilai Total Production Ratio (TPR)

    Analisa perhitungan nilai Total Production Ratio (TPR) yang

    dimaksud adalah analisa yang berhubungan dengan pengukuran keefektifan

    penggunaan peralatan die casting brake shoe. Berikut ini disajikan analisa

    alumunium die casting brake shoe di setiap linenya :

    1. Analisa perhitungan Total Production Ratio (TPR) alumuniumdiecasting

    brake shoe line 1

    Dari hasil perhitungan nilai TPR yang telah dilakukan, berikut ini adalah

    gambar grafiknya :

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    24/50

    84

    Grafik 4.1 Grafik nilai TPR alumunium diecasting brake shoe line 1 periode bulan Januari

    s/d bulan Juni 2011

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Dari gambar grafik diatas, dapat dianalisa hal-hal sebagai berikut :

    Rata-rata nilai TPR Alumunium die casting brake shoe ini sebesar

    75,66% masih kurang 9,34% dari kondisi ideal yang diinginkan oleh

    perusahaan yaitu sebesar 85%.

    Nilai TPR tertinggi terjadi pada bulan April sebesar 77,16% setelah itu

    pada bulan selanjutnya mengalami penurunan dan pada bulan Juni

    mencapai nilai TPR terendah sebesar 73,51%.

    Grafik nilai TPR pada mesin ini cenderung mengalami penurunan, ini

    menunjukkan adanya peningkatan waktu kerusakan/breakdown die

    castingselama periode tesebut.

    77.12

    75.3374.76

    77.16

    76.05

    73.51

    Januari Februari Maret April Mei Juni

    RATA

    RATA

    75,66

    Nilai TPRDie Casting Brake Shoe line 1 periode Januari s/d Juni

    2011

    Persen(%)

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    25/50

    1.

    Gra

    Sumber : D

    J

    Persen(%)

    nalisa perh

    rake shoe li

    ari hasil p

    ambar grafi

    fik 4.2 Grafik

    ta perusahaan

    ari gambar

    Rata-rata

    9,01%

    sebesar 8

    Nilai TP

    itu pada

    bulan P

    71,79%.

    77.15

    anuari Pe

    ilai TPRD

    itungan Tot

    ne 2

    rhitungan n

    knya :

    ilai TPR alu

    setelah diolah

    grafik diata

    nilai TPR

    ari kondisi

    5%.

    tertinggi

    bulan-bula

    bruari nila

    71.79

    ruari Ma

    ie Casting

    s/

    l Producti

    ilai TPR ya

    unium dieca

    s/d bulan J

    s, dapat dia

    ada die cas

    ideal yan

    erjadi pada

    n selanjutn

    i TPR me

    78.01

    et Apri

    rake Shoe l

    Juni 2011

    n Ratio (T

    ng telah dil

    ting brake sh

    ni 2011

    alisa hal-ha

    tingini seb

    diinginka

    bulan Mar

    ya mengal

    ncapai titi

    76.657

    Mei

    ine 2 period

    R) alumuni

    akukan, ber

    e line 2 perio

    l sebagai be

    sar 75,99%

    n oleh per

    t sebesar 7

    mi penuru

    yang ter

    .49

    74.8

    Juni

    75,9

    e Januari

    mdiecasti

    kut ini adal

    e bulan Janua

    rikut :

    masih kura

    sahaan ya

    ,01%, setel

    an dan pa

    ndah sebe

    3

    RATA

    RATA

    9

    85

    ng

    ah

    ri

    ng

    itu

    ah

    da

    ar

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    26/50

    86

    Grafik nilai TPR pada die casting ini cenderung mengalami

    peningkatan, ini menunjukkan adanya penurunan waktu

    kerusakan/breakdown mesin selama periode tersebut.

    2. Analisa perhitungan Total Production Ratio (TPR) alumuniumdiecasting

    brake shoe line 3

    Dari hasil perhitungan nilai TPR yang telah dilakukan, berikut ini adalah

    gambar grafiknya :

    Grafik 4.3 Grafik nilai TPR alumunium diecasting brake shoe line 3 periode bulan Januari

    s/d bulan Juni 2011

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Dari gambar grafik diatas, dapat dianalisa hal-hal sebagai berikut :

    Rata-rata nilai TPR die casting ini sebesar 73,87% masih kurang

    11,13% dari kondisi ideal yang diinginkan oleh perusahaan yaitu

    sebesar 85%.

    Bulan Juni nilai TPR mencapai titik terendah sebesar 69,82%,

    sedangkan nilai TPR tertinggi sebesar 77,35% pada bulan Maret.

    74.63

    70.07

    77.35

    74.98

    76.38

    69.81

    Januari Pebruari Maret A ril Mei Juni

    RATARATA

    TPR

    Persen(%) 73,87

    Nilai TPRDie Casting Brake Shoe line 3 periode Januari 2011

    s/d Juni 2011

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    27/50

    87

    Grafik nilai TPR pada mesin ini cenderung mengalami penurunan, ini

    menunjukkan adanya peningkatan waktu kerusakan/breakdown die

    castingselama periode tersebut.

    Berikut ini adalah grafik hasil rekapitulasi nilai TPR Alumunium Die

    Casting Brake Shoeperiode Januari 2011 s/d Juni 2011:

    Grafik 4.4 Grafik rekapitulasi nilai TPRDie Casting Brake Shoeperiode Januari 2011 s/d Juni 2011

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Dari grafik rekapitulasi nilai TPR AlumuniumDie Casting Brake Shoe di atas

    dapat dianalisa hal-hal sebagai berikut:

    Secara rata-rata nilai TPR Alumunium Die Casting Brake Shoe hanya

    mencapai 75,17% masih kurang 9,83% dari kondisi ideal yang diinginkan

    oleh perusahaan yaitu sebesar 85 %.

    75.6675.99

    73.87

    Line 1 Line 2 Line 3

    TPRRata-

    Rekapitulasi Nilai TPRDie Casting Brake Shoeperiode Januari 2011 s/dJuni 2011

    75,17

    Persen

    (%)

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    28/50

    88

    Alumunium Die Casting Brake Shoe line 2 memiliki nilai TPR rata-rata

    tertinggi yaitu sebesar 75,99% ini menunjukkan bahwa pada Die Casting

    Brake Shoe ini memiliki waktu kerusakan/breakdown mesin paling rendah

    bila dibandingkan dengan yang lainnya.

    Sedangkan AlumuniumDie Casting Brake Shoe line3 memiliki nilai TPR

    terendah yaitu sebesar 73,87% hal ini menunjukkan Die Casting Brake

    Shoe ini memiliki waktu kerusakan/breakdown mesin yang paling tinggi

    diantara dengan yang lainnya.

    Dari hasil perhitungan dan analisa nilai TPR yang telah dilakukan,

    secara keseluruhan rata-rata nilai TPR tidak ada yang mencapai kondisi ideal

    yang diinginkan perusahaan. Untuk memudahkan pengukuran dalam hal

    pencapaian tingkat efektifitas penggunaaan die casting tersebut, maka untuk

    kondisi sebenarnya di lantai produksi perusahaan harus mempunyai target

    produksi yang dihasilkan oleh setiap Die Casting Brake Shoe dan menjadi

    acuan oleh operatornya. Misalnya padaDie Casting Brake Shoe line 1 selama

    periode bulan Januari 2011 s/d bulan Juni 2011 dengan kondisi aktual sebagai

    berikut:

    Rata-rata menghasilkan produk sebesar 13.633 unit/bulan.

    Ideal cycle time untuk produk yang dihasilkan sebesar 65 detik/unit.

    Jam kerja efektif/working time yang tersedia selama periode tersebut rata-

    rata sebesar 1.171.200 detik/bulan.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    29/50

    89

    Rata-rata nilai TPR yang dicapai sebesar 75,66 %.

    Untuk mencapai nilai TPR 85 %, maka minimal target

    produksi yang harus dipenuhi oleh Die Casting Brake Shoe line 1 adalah

    sebagai berikut :

    85% 65

    1.171.200

    0,85 1.171.200

    65

    15315 unit/bulan

    Berikut ini adalah hasil perhitungan selengkapnya untuk target

    produksi yang idealnya dicapai AlumuniumDie Casting Brake Shoe :

    Tabel 4.13 Target produksi ideal AlumuniumDie Casting Brake Shoe

    Die Brakeshoe

    Total qualityproduction

    (unit/bulan)

    Total qualityproduction

    (unit/bulan)

    Net Total qualityproduction

    (unit/bulan)

    actual ideal ideal-actual

    Line 1 13.633 15.315 1.682

    Line 2 13.714 15.315 1.601

    Line 3 13.336 15.315 1.979

    Rata-rata 13.561 15.315 1.754

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Jadi secara keseluruhan untuk mencapai tingkat kefektifan penggunaan Die

    Casting Brake Shoepada kondisi yang diinginkan 85 %, target produksi yang harus

    dicapai dengan kualitas produk yang baik/good rata-rata sebesar 15.315 unit/bulan

    aktualnya hanya sebesar 13.561 unit/bulan masih kurang 1.754 unit lagi.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    30/50

    90

    4.6.1.2 Analisa Enam Jenis Kerugian (Six Big Losses)

    Analisa enam jenis kerugian (six big losses) dilakukan untuk

    mengetahui dan mengidentifikasi kerugian-kerugian apa saja yang

    menyebabkan nilai TPR tidak mencapai kondisi ideal. Mengacu pada enam

    jenis kerugian berikut ini adalah identifikasi kegiatan-kegiatan pada proses die

    casting :

    1. Kehilangan waktu (dowm time)

    Kegagalan (breakdown)

    Meliputi kerusakan die casting yang sering terjadi, gangguan tidak

    terduga

    Set up and adjustment Meliputi waktu pemanasan die casting pada

    pagi hari sehingga mesin siap digunakan, pengisian cairan

    Alumunium.

    2. Kehilangan kecepatan (speed losses)

    Idle dan minor stoppages operasi

    Meliputi waktu menganggur operator menunggu material yang datang

    dari proses sebelumnya yaitu kegiatan melting, kegiatan

    mengantarkan hasil proses trimmingke stock WIP dan sebagainya.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    31/50

    91

    Reduced speed/Pengurangan kecepatan.

    Meliputi perbedaan antara ideal cycle time yang direncanakan dengan

    actual cycle time kerja operator.

    3. Cacat (defect)

    Produk cacat, cacat atau rusak yang memerlukan perbaikan

    Penurunan yield selama start-up, karena ada penyetelan-penyetelan

    sampai kondisi stabil misalnya adanya pengaturan tekanan injeksi.

    Berikut ini adalah persentase enam jenis kerugian utama yang

    menyebabkan nilai TPR tidak mencapai kondisi ideal selama periode bulan

    Januari 2011 s/d bulan Juni 2011 :

    Tabel 4.14 Persentase enam kerugian utamaDie Casting Brake Shoe

    Enam Kerugian Utama Waktu

    (detik)

    Persentase

    ( % )

    Kumulatif

    ( % )

    a.Kehilangan kecepatan/speed losses- Idling, minor stoppages operasi

    dan pengurangan kecepatan

    142.858 50,82 50,82

    b. Kehilangan waktu/downtime- Set up mesin

    - Kerusakan mesin

    -Adjusment mesin

    85.400

    47.950

    1.800

    30,38

    17,06

    0,64

    81,2

    98,26

    98,90

    c. Produk cacat 3.098 1,1 100

    Total 281.106 100Sumber : Data perusahaan setelah diolah

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    32/50

    92

    Berikut ini adalah diagram pareto dari enam kerugian utama tersebut :

    Grafik 4.5 Diagram pareto enam kerugian utamaDie Casting Brake Shoe

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Dari diagram pareto diatas dapat di analisa hal-hal sebagai berikut :

    Kehilangan kecepatan/speed losses adalah faktor dominan yang

    menyebabkan rendahnya nilai TPR yaitu sebesar 50,82% kemudian yang

    kedua waktu set up mesin sebesar 30,38% dan yang ketiga kerusakan

    mesin sebesar 17,06%.

    Waktu menunggu, pemberhentian-pemberhentian kecil dan adanya change

    over, aktivitas kegiatan-kegiatan ini tidak dapat dihindarkan. Akibat

    kegiatan tersebut waktu mesin beroperasi banyak menganggur dan kurang

    maksimal dioperasikan untuk produksi serta mengurangi waktu produktif

    operator untuk bekerja. Adanya perbedaan ideal cycle time dengan actual

    cycle time kerja operator berpengaruh pada jumlah output yang dihasilkan,

    ini disebabkan faktor dari operator sendiri. Karena pada proses triming,

    50.82 30.38 17.06 0.64 1.10

    50.82

    81.20

    98.26 98.90 100.00

    Speedlosses Set up Kerusakanmesin Adjusment Cacat

    Waktu

    Kumulatif

    Persen(%)

    Diagram Pareto Enam Kerugian Utama

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    33/50

    93

    cycle time tergantung dari proses kerja atau aktivitas yang dilakukan oleh

    operator bukan oleh mesin. Walaupun sudah ada bagian-bagian apa saja

    yang harus dipatahkan tetapi pada prakteknya faktor manusia seperti

    konsistensi, skill dan pengalaman operator sangat menentukan. Untuk itu

    dengan adanya nilai TPR seperti yang telah dijelaskan diatas perusahaan

    bisa mengetahui target produksi yang idealnya harus dicapai oleh

    operator, sehingga jenis kerugian ini bisa dikurangi dan dihilangkan.

    Waktu set up disini menyangkut waktu yang diperlukan die casting

    mempunyai suhu yang ideal untuk dapat melakukan proses injeksi

    sehingga layak digunakan. Biasanya mesin dinyalakan mulai jam 07.00

    pagi oleh operator. Pihak maintenance masuk kerja setengah jam lebih

    awal, untuk itu sebaiknya pihak perusahaan menyerahkan tugas

    menyalakan mesin diserahkan ke pihak maintenance, sehingga ketika jam

    kerja dimulai mesin sudah siap digunakan untuk produksi.

    Kerusakan die casting yang sering kali terjadi sangat mengganggu

    kelancaran proses produksi. Karena pada saat tindakan perbaikan yang

    dilakukan oleh pihak maintenance, die casting harus diturunkan terlebih

    dahulu sehingga mengurangi waktu kerja die casting.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    34/50

    94

    4.7 Total Maintenance System

    4.7.1 Maintenance Prevention

    4.7.1 Analisa KomponenDie CastingSecara Umum

    Analisa kerusakan secara umum dilakukan pada komponen-komponen

    Die Casting Brake Shoe yang sering bermasalah. Tujuannya adalah untuk

    mengetahui sebab dan akibat dari permasalahan yang terjadi, agar dapat

    diambil tindakan perawatan dan perbaikan (preventive maintenance dan

    corrective maintenance) yang harus dilakukan secara cepat dan tepat.

    Sehingga terjadinya kerusakan/breakdown mesin dapat dihilangkan atau

    berkurang. Dibawah ini disajikan analisa kerusakan/breakdown Die Casting

    Brake Shoedengan menggunakan diagram pareto :

    Tabel 4.15 Data kerusakanDie Casting Brake Shoeperiode bulan Januari 2011 s/d Juni 2011

    Jenis Kerusakan Frekuensi

    Kerusakan

    Persentase

    (%)

    Kumulatif

    (%)

    Metal Sliper Ketarik 66 40,89 40,89

    Metal Sliper Miring 31 19,21 60,1

    Ex Ejector Pin Over 22 13,78 73,88

    Insert 8 ketarik 15 9,25 83,13

    Scrap Tebal 12 7,38 90,51

    Die Crack 11 6,85 97,36

    Dudukan Kanvas Miring / Cekung 4 2,64 100

    Total 162 100Sumber : Data perusahaan setelah diolah

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    35/50

    95

    Berikut ini adalah diagram pareto dari persentase kerusakan/breakdown yang

    terjadiDie Casting Brake Shoe :

    Grafik 4.6 Diagram pareto kerusakanDie Casting Brake Shoeperiode bulan Januari 2011 s/d Juni

    2011

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Dari diagram pareto diatas, yang dapat dianalisa adalah sebagai berikut :

    Jenis kerusakan yang paling dominan untuk seluruh Die Casting Brake

    Shoe adalah metal sliperketariksebesar 40,89%, kemudian kedua metal

    slipermiring sebesar 19,21% dan yang ketiga ex ejector pin over sebesar

    13,78% sedangkan masalah kerusakan lainnya pada Die Casting Brake

    Shoe ini persentasenya kecil, walaupun persentasenya kecil bukannya

    diabaikan tetapi harus tetap dicari solusi pencegahannya.

    Dengan demikian prioritas penanganan yang harus dilakukan adalah

    mengurangi atau menghilangkan frekuensi kerusakan yang memiliki

    persentase paling tinggi yaitu metal sliperketarik, metal slipermiring dan

    exejector pin over.

    40.89 19.21 13.78 9.25 7.38 6.85 2.64

    40.89

    60.173.88

    83.13 90.51

    97.36 100

    Metal

    Sliper

    Ketarik

    Metal

    Sliper

    Miring

    Ex

    Ejector

    PinOver

    Insert

    8

    ketarik

    Scrap

    Tebal

    Die

    Crack

    Dudukan

    Kanvas

    Miring

    Frekuensi

    Kerusakan

    Kumulatif

    Persen

    (%)

    Diagram Pareto Frekuensi Jenis Kerusakan Die Casting Brake

    Shoe Periode Januari s/d Juni 2011

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    36/50

    96

    Berikut ini adalah analisa komponen secara umum untuk setiap jenis

    kerusakan pada alumunium die casting brake shoe :

    1. Metal sliperketarik

    Penyebabnya adalah rumah dari metal sliper tersebut cacat atau tidak

    standar sehingga pada posisi metal tersebut pada produk tidak standar.

    Tindakan perbaikannya adalah dengan cara memperbaiki rumah metal

    slipertersebut atau menggantinya dengan yang baru.

    2. Metal slipermiring

    Penyebabnya adalah adanya sisa material yang tersisa pada rumah metal

    sliper. Kondisi tersebut dapat menyebabkan metal yang diletakkan pada

    rumah metal sliper miring sehingga pada saat dilakukan injeksi posisi

    metal pada produk brake shoe miring. Tindakan perbaikannya adalah

    dengan membuang sisa material yang tertinggal di rumah metal sliper.

    Sedangkan untuk tindakan pencegahan adalah dengan cara memperbaiki

    cara penyemprotan sebelum proses injeksi agar tidak ada lagi material

    yang tersisa.

    3. Exejector pin over

    Penyebabnya adalah pin ejector pada dies sudah aus dan berkurang

    dimensinya. Hal ini menyebabkan dimensi pada produk over. Tindakan

    perbaikannya adalah dengan cara mengganti pin ejector yang telah aus.

    Untuk pencegahannya perlu adanya periodical check untuk memeriksa

    dimensi daripin ejectortersebut.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    37/50

    .7.2 Mai

    .7.2.1 Anal

    Beri

    Gra

    Sumber : Data

    Dari

    r

    (

    r

    r

    Jam

    Nilai

    tainability

    isaMean Ti

    ut ini adala

    ik 4.7 Grafik

    perusahaan se

    grafik diata

    ecara umu

    ata setiap 4

    dengan jam

    ie Casting

    endah sebe

    asting pali

    ata-rata die

    engan 2,7 h

    4

    Line 1

    MTBFDie

    mprovemen

    me Between

    h grafik nil

    ilai MTBFDi

    telah diolah

    s dapat dian

    Die Casti

    2,5 jam an

    kerja efekti

    Brake Sh

    ar 41 jam

    g tinggi se

    casting ini

    ari kerja.

    Casting Bra

    t

    Failure (M

    i MTBFDi

    e Casting Bra

    Juni 2

    alisa hal-hal

    g Brake Sh

    tar kerusak

    16 jam/har

    e line 2

    antar kerus

    esar 42 kal

    mengalami

    41

    ine 2

    ke Shoeper

    TBF)

    e Casting B

    e Shoeperiod

    011

    sebagai be

    oe mempu

    n atau set

    i).

    empunyai

    kan denga

    i kerusakan

    kerusakan

    Line

    iode Januari

    ake Shoe :

    e bulan Januar

    ikut :

    yai waktu

    ra dengan

    nilai MTB

    frekuensi

    . Ini berarti

    setiap 42 j

    43

    42,5

    2011 s/d J

    i 2011 s/d bul

    erusakan ra

    2,7 hari ke

    yang pali

    kerusakan

    menunjuk

    m atau set

    MTBF

    Rata-rata

    ni 2011

    97

    n

    ta-

    rja

    ng

    ie

    an

    ra

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    38/50

    98

    Die Casting Brake Shoe line 1 dan 3 mempunyai nilai MTBF paling tinggi

    sebesar 43 jam setiap antar kerusakan dengan frekuensi kerusakan mesin

    paling rendah sebesar 40 kali kerusakan. Ini berarti menunjukkan mesin

    tersebut rata-rata mengalami kerusakan setiap 43 jam atau setara dengan

    2,75 hari kerja.

    Analisa MTBF ini digunakan untuk memperkirakan kecenderungan kapan

    Dies akan mengalami kerusakan, sehingga bisa dilakukan kegiatan

    preventive maintenance misalnya penggantian komponen, servis ringan

    dan sebagainya, serta memprioritaskan perbaikan pada mesin yang

    memiliki nilai MTBF yang paling rendah dalam hal iniDie Casting Brake

    Shoe 2, yang tujuannya agar frekuensi kerusakan dapat berkurang.

    4.7.2.2 AnalisaMean Time To Repair (MTTR)

    Rata-rata lamanya downtime akibat kerusakan mesin yang terjadi,

    sangat dipengaruhi oleh waktu tunggu kedatangan maintenance dan waktu

    perbaikan yang dilakukan. Waktu tunggu kedatangan maintenance sulit untuk

    mengukurnya, jadi diasumsikan downtime mesin yang terjadi adalah lamanya

    waktu perbaikan mesin yang dilakukan oleh pihak maintenance. Berikut ini

    adalah grafik hasil rekapitulasi perhitungan nilai MTTR Die Casting Brake

    Shoeperiode bulanJanuari 2011 s/d bulan Juni 2011 :

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    39/50

    99

    Gambar 4.8 Grafik nilai MTTRDie Casting Brake Shoeperiode bulan Januari 2011 s/d bulan Juni2011

    Sumber : Data perusahaan setelah diolah

    Dari grafik diatas dapat dianalisa hal-hal sebagai berikut :

    Secara umumDie Casting Brake Shoememiliki waktu rata-rata perbaikan

    yaitu sebesar 118 menit setiap terjadinya kerusakan.

    Die Casting Brake Shoe line 2 memiliki nilai MTTR paling rendah sebesar

    114 menit setiap kerusakan dengan frekuensi kerusakan mesin paling

    tinggi sebesar 42 kali kerusakan. Artinya adalah setiap kerusakan yang

    terjadi pada mesin ini, rata-rata waktu perbaikan/repair yang dilakukan

    oleh bagian maintenance sebesar 114 menit setiap kerusakan.

    Die Casting Brake Shoeline 1 memiliki nilai MTTR paling tinggi sebesar

    122 menit setiap kerusakan dengan frekuensi kerusakan mesin paling

    rendah sebesar 40 kali kerusakan. Artinya adalah rata-rata kemampuan

    bagian maintenance dalam tindakan perbaikan/repair yang dilakukan pada

    mesin tersebut yaitu sebesar 122 menit setiap kerusakan.

    Semakin lamanya rata-rata waktu perbaikan tersebut menunjukkan bahwa

    mesin mengalami kerusakan yang cukup berat. Peristiwa ini dapat terjadi

    122

    114

    118

    Line 1 Line 2 Line 3

    MTTR

    Rata-rata118

    Menit

    Nilai MTTRDie Casting Brake Shoeperiode Januari 2011 s/d Juni 2011

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    40/50

    100

    karena kurangnya antisipasi perawatan yang lebih intensif baik dari pihak

    maintenance maupun dari operator. Tindakan yang dapat dilakukan yaitu

    dengan mengidentifikasi jenis kerusakan yang terjadi serta dengan

    melakukan perubahan kebijakan perawatan preventif.

    Secara keseluruhan nilai MTTR menunjukkan kecenderungan meningkat,

    ini berarti pihak maintenance belum bisa mengatasi dengan baik setiap

    jenis kerusakan yang terjadi, frekuensi kerusakan yang rendah dan waktu

    perbaikan yang tinggi, seharusnya menjadi perhatian bagi pihak

    maintenance

    Untuk mengatasi hal tersebut perbaikan dalam metode kerja, penguasaan

    terhadap proses kerja mesin dan pengalaman pihak maintenance menjadi

    hal sangat penting untuk mempersingkat waktu MTTR.

    4.7.2.3 Analisa Aktivitas Perawatan

    Analisa aktivitas perawatan tidak bisa dipisahkan dengan Mean Time

    To Repair (MTTR) dan maintenance support, karena tinggi atau rendahnya

    nilai MTTR tergantung dari aktivitas kegiatan perbaikan yang dilakukan pada

    saat terjadi kerusakan/breakdown mesin dan elemen-elemen pendukungnya.

    Dari analisa MTTR yang telah dibahas, diketahui nilai MTTR secara

    keseluruhan Die Casting Brake Shoe yaitu sebesar 118 menit tiap terjadi

    kerusakan. Untuk mempermudah proses analisa aktivitas perawatan yang

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    41/50

    101

    dilakukan pada saat terjadinya kerusakan/breakdown mesin, berikut ini akan

    dilakukan pembagian elemen waktu dari aktivitas kerja perawatan yang

    dilakukan :

    1. Waktu pemberitahuan dan kedatangan

    2. Waktu diagnostik

    3. Waktu penyediaanpart/komponen

    4. Waktu pembongkaran dan perbaikan/repair

    5. Waktu penyetelan dan percobaan

    Dengan membagi waktu perawatan perbaikan mesin rusak menjadi 5

    bagian, maka akan memudahkan dalam efisiensi waktu yang digunakan.

    Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengurangi total waktu perbaikan

    mesin/MTTR yang dilakukan. Dari 5 elemen diatas akan dianalisa dengan

    menggunakan kondisi yang ada pada sistem nyata.

    1. Waktu pemberitahuan dan kedatangan

    Bagian maintenance yang bertanggung menangani seluruh perawatan die

    casting, ruangannya terletak berada diluar lantai produksi tepatnya

    dibelakang pabrik. Komunikasi yang dilakukan bila terjadi kerusakan

    mesin adalah langsung dengan menggunakan telepon. Meskipun dapat

    merespon dengan baik, tetapi karena letaknya diluar lantai produksi

    memerlukan waktu kurang lebih 3 menit untuk menempuhnya. Terkadang

    pihak maintenance yang hanya 2 personil seringkali tidak berada

    ditempatnya. Untuk mengantisipasinya setiap personil maintenance yang

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    42/50

    102

    sedang bertugas dilengkapi dengan alat komunikasi genggam (handphone)

    untuk memberitahukan jika terjadi kerusakan.

    2. Waktu diagnostik

    Untuk pencarian penyebab kerusakan, pihak maintenance langsung

    melihat kondisi die casting dengan memeriksa gejala atau akibat yang

    ditimbulkan berdasarkan laporan operator. Pihak perusahaan juga

    melengkapi bagian maintenance dengan peralatan yang mencukupi dan

    sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan.

    3. Waktu penyediaan komponen/part

    Jika persediaanpart/komponen diruangan maintenance habis, maka waktu

    perbaikan akan lebih lama lagi. Sehingga seharusnya pihak maintenance

    sudah mengantisipasi komponen-komponen apa saja yang sering

    mengalami penggantian dan mengambil komponen tersebut digudang

    apabila memang persediaannya telah habis. Pihak maintenance juga telah

    memiliki bagian yang mengurusi persediaan komponen, yaitu bagian

    administrasi mekanik. Analisa disini tidak dilakukan karena menyangkut

    masalah persediaan, tetapi dengan adanya bagian yang secara khusus

    menangani komponen mesin untuk penggantian secara tidak langsung

    telah mengefektifkan kerja perawatan.

    4. Waktu pembongkaran dan perbaikan/repair

    Waktu pembongkaran dan perbaikan tergantung pada skill tenaga

    maintenance, semakin berpengalaman semakin baik kualitas kerjanya. Di

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    43/50

    103

    PT Sempana Jaya Agung total personil departemen maintenance hanya

    berjumlah 3 orang dan itupun karyawan angkatan pertama. Sampai saat ini

    belum ada karyawan baru atau dari departemen lainnya yang

    diperbantukan sehingga apabila karyawan tersebut cuti kerja atau

    mengalami sakit tidak ada karyawan penggantinya. Seharusnya pihak

    perusahaan mengantisipasi untuk mencari regenerasi mengingat

    terbatasnya personil yang dimiliki, jangan menunggu sampai karyawan

    senior tersebut pensiun. Dengan adanya karyawan yang diperbantukan

    untuk membantu tugas pihak maintenance, setidaknya karyawan tersebut

    dapat belajar dengan cara melihat dan praktek langsung dilapangan

    bersama-sama dengan karyawan senior yang mempunyai pengalaman dan

    kemampuan yang lebih tinggi.

    5.

    Waktu penyetelan dan percobaan

    Dalam penyetelan dan percobaan die casting setelah dilakukan tindakan

    perbaikan, pihak maintenance memeriksa kondisi mesin tersebut apakah

    kerusakan yang terjadi telah dapat diatasi atau tidak. Apabila kondisi

    mesin sudah cukup baik maka pengoperasian die casting dapat

    dilanjutkan, tetapi apabila hasil dari perbaikan kondisi die castingbelum

    cukup baik maka dilakukan perbaikan ulang. Ketepatan dalam melakukan

    perbaikan sangat diperlukan sehingga hasil perbaikan bisa optimal tanpa

    melakukan perbaikan kembali sehingga waktu perbaikan lebih efektif. Jadi

    untuk meningkatkan availability performance dari die casting harus

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    44/50

    104

    dimungkinkan untuk meningkatkan MTBF mesin dengan melakukan

    pemeliharaan yang optimal dan menurunkan waktu perbaikan/MTTR serta

    waktu dari elemen-elemen pendukungnya.

    4.7.2.4 Analisa Sistem Pendokumentasian Data HistorisDie Casting

    Sistem dokumentasi pada bagian maintenance tentang kegiatan

    pemeliharaan dan riwayat die casting kurang baik. Data kegiatan

    pemeliharaan dan pemeriksaan sehari-harinya dicatat dalam buku tulis yang

    diisi setiap akhir waktu kerja (ketika hendak pulang) dan setiap akhir bulan

    koordinator maintenance menyalinnya ke dalam dokumen/form yang telah

    disediakan oleh pihak perusahaan. Data-data rekaman/record tentang kegiatan

    pemeliharaan dan kerusakan mesin tersebut hanya dijadikan formalitas saja

    oleh bagian maintenance untuk sekedar bukti rutinitas pekerjaan dan guna

    keperluan audit internal ISO perusahaan. Banyak kegiatan pemeliharaan yang

    diisi berdasarkan asumsi personel maintenance sendiri, sehingga banyak data

    yang tidak diisi, dan kurang lengkap sehingga tidak menggambarkan kondisi

    die castingsebenarnya. Oleh karena itu diperlukan kedisiplinan dalam segala

    hal terutama dalam pencatatan dokumen yang berhubungan dengan die

    casting, sebab hal ini sangat penting untuk menganalisa dan merencanakan

    kegiatan-kegiatan pemeliharaan, misalnya rekayasa pencegahan dan

    pemeliharaan terencana.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    45/50

    105

    4.8 Total Participation All of Employee

    4.8.1 Analisa Terhadap Manajemen PelaksanaanAutonomous Maintenance (AM)

    Aktivitas yang diprioritaskan untuk kegiatan autonomous maintenance

    adalah aktivitas dasar dari perawatan yang ditujukan untuk mencegah

    peralatan atau die castingdari kondisi yang memburuk. Aktivitas utama pada

    mesin boiler adalah membersihkan dan pemolesan die casting. Untuk

    mengatur kualitas dari hasil aktivitas dasar tersebut maka diperlukan satu

    aktivitas lagi yaitu pengecekan/inspection. Penyesuaian aktivitas dan objek

    yang berdasarkan skill operator termasuk salah satu usaha agar seluruh

    aktivitas yang diinstruksikan untuk kegiatan autonomous maintenance dapat

    terlaksana dengan baik dan benar. Karena dengan seimbangnya antara

    pengetahuan dan ketrampilan akan membuat efisien dan efektifnya kerja yang

    dilakukan operator, sehingga semua instruksi yang telah diprogramkan akan

    dapat dilaksanakan tanpa adanya keluhan maupun kesalahpahaman dalam

    pelaksanaannya. penyebab kelemahan atau kegagalan pelaksanaan

    autonomous maintenance adalah sebagai berikut :

    1. Analisa operator

    Keadaan yang terjadi dilapangan adalah kurangnya kerjasama dari

    departemen produksi baik itu supervisor maupun operator. Bagian

    produksi hanya memikirkan target produksi harus tercapai. Operator

    masih menganggap kegiatan perawatan dan pemeliharaan die casting

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    46/50

    106

    adalah tanggung jawab pihak maintenance bukan tanggung jawabnya.

    Apabila dilihat dari jumlah die castingyang ada di lantai produksi dengan

    jumlah personil maintenance yang sangat terbatas, tidaklah bijaksana

    menjadi tanggung jawab pihak maintenance sepenuhnya dalam hal

    perawatan dan perbaikan. Sehingga pelaksanaan autonomous maintenance

    ini sangat tepat untuk dilaksanakan. Dengan tidak adanya keikutsertaan

    operator dalam hal menjaga, merawat dan memelihara mesin, maka

    pelaksanaan TPM yang mencerminkan keikutsertaan karyawan tidak dapat

    berjalan sebagaimana mestinya.

    Dalam analisa ini kurangnya motivasi, pengetahuan dan disiplin

    dari para operator untuk melakukan perawatan dalam pelaksanaan

    autonomous maintenance adalah penyebabnya. Keadaan tersebut

    menunjukkan kurangnya pihak manajemen atas dalam melakukan

    sosialisasi dan pemahaman tentang penerapan TPM kepada operator,

    sehingga operator kurang dapat merasakan apa peran mereka di dalam

    pelaksanaan TPM (khususnya AM). Pengenalan TPM pada operator hanya

    sebatas pelaksanaan AM saja sehingga operator tidak mempunyai

    pandangan yang luas mengenai kontribusi AM terhadap keberhasilan

    pelaksanaan TPM.

    2. Analisa terhadap mesin

    Struktur dari die casting yang tidak besar dan sederhana

    sebenarnya mempermudah operator untuk melakukan kegiatan perawatan

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    47/50

    107

    dasar seperti pembersihan dan pemeriksaan yang dapat dijangkau di

    semua bagian die casting (terkecuali dibagian dalam die casting karena

    harus dilakukan pembongkaran). Kerusakan yang sering terjadi juga

    dikarenakan faktor dari komponen die castingitu sendiri yang tidak bagus

    atau tidak awet.

    4.9 Faktor-Faktor Penghambat Pelaksanaan TPM

    Faktor-faktor penghambat pelaksanaan TPM ini merupakan titik tolak

    untuk perbaikan sistem TPM. Dari hasil analisa-analisa yang telah dilakukan

    sebelumnya dan berdasarkan pada kondisi yang ada pada bagian produksi dan

    bagian maintenance, maka dapat diketahui bahwa ada beberapa faktor

    penghambat dalam pelaksanaan TPM yaitu sebagai berikut :

    1.

    Faktor sumber daya manusia

    Hambatan yang terjadi pada faktor ini adalah sebagai berikut :

    a. Kurangnya pengetahuan pihak maintenance dan operator tentang

    pelaksanaan TPM yang diterapkan oleh perusahaan.

    b. Bagian maintenance sendiri masih sulit untuk menerima hal-hal yang

    sifatnya baru, karena mereka terbiasa bekerja dengan kebiasaaan mereka

    sehingga dengan adanya TPM membuat beban kerja jadi bertambah dan

    membuat repot.

    c.

    Bagian maintenance dirasakan masih kurang, sehingga pihak perawatan

    merasa kerepotan bila dalam waktu yang bersamaan ada beberapa die

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    48/50

    108

    casting yang mengalami kerusakan, yang berarti membutuhkan

    perawatan untuk menganalisa dan memecahkan permasalahan terjadi.

    d. Pengetahuan operator mengenai peralatan produksi masih kurang.

    Operator hanya memahami cara mengoperasikannya saja tanpa tahu

    kondisi maupun karakterisitik dari peralatan tersebut.

    e. Manajemen level menengah (produksi) masih meragukan manfaat TPM,

    sehingga sulit untuk diajak berpartisipasi dalam pelaksanaan dilapangan.

    Hal ini disebabkan karena mereka kurang mengenal konsep TPM dan

    sudah merasa bahwa sistem yang ada sekarang ini sudah bagus dan

    optimal.

    2. Faktor metode kerja

    Hambatan yang terjadi pada faktor ini adalah sebagai berikut :

    a.

    Pelaksanaanpreventive maintenance yang kurang berjalan dengan baik,

    karena tindakan perawatan dan perbaikan yang dilakukan pada saat

    terjadinya kerusakan saja.

    b. Kurangnya pemahaman metode kerja karena tidak adanya revisi standar

    kerja yang didokumentasikan untuk menjadi standar kerja yang baru,

    sehingga personil maintenance maupun operator (AM) melakukan

    prosedur kerja menurut implementasinya masing-masing.

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    49/50

    109

    3. Faktor peralatan atau mesin

    Hambatan yang terjadi pada faktor ini adalah sebagai berikut :

    a. Banyak komponen-komponen yang mengalami kerusakan juga

    dikarenakan faktor dari bahan yang digunakannya memang kurang

    bagus/awet.

    b. Struktur dan desain dari die casting yang kurang melindungi bagian-

    bagian dari die casting itu sendiri.

    4. Faktor informasi data dan administrasi

    Hambatan yang terjadi pada faktor ini adalah sebagai berikut :

    a. Pendokumentasian tentang laporan kerusakan die casting atau daily

    report maintenance masih dilakukan masih secara manual dan kurang

    baik, tidak diisi setiap harinya dan kurang lengkap.

    b.

    Pendokumentasian yang dilakukan sifatnya hanya formalitas, hanya

    untuk kelengkapan dokumen untuk sertifikasi audit ISO.

    c. Tidak adanya sistem komputer untuk pendokumentasiannya, sehingga

    sangat sulit untuk pencarian data yang dibutuhkan dan guna penelusuran

    mengukur keefektifan peralatan.

    d. Tidak adanya suatu gambaran output mengenai kondisi peralatan

    sebagai akibat dari pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pihak

    maintenance maupun operator.

    e.

    Informasi data yang diberikan oleh operator sering terlambat apabila

    terjadi kerusakan die casting. Operator sering tidak melaporkan bila ada

  • 5/19/2018 2011-2-00701-TIAS Bab 4 OEE.pdf

    50/50

    110

    gejala-gejala tidak normal pada mesin, apabila kerusakan sudah berat

    baru dilaporkan.

    5. Faktor moral dan motivasi

    Hambatan yang terjadi pada faktor ini adalah sebagai berikut :

    a. Operator beranggapan bahwa hanya pemakai die casting untuk

    mencapai target produksi, sedangkan pihak maintenance menganggap

    perawatan mesin adalah wewenangnya.

    b. Kurangnya motivasi kerjasama pihak operator dengan pihak

    maintenance hal ini dikarenakan operator kurang dapat merasakan hasil

    kerja sama tersebut.

    c. Perlunya penyesuaian kondisi dalam menerima suatu kebijakan baru dari

    pihak atasan

    6.

    Faktor teknologi

    Hambatan yang terjadi pada faktor ini adalah sebagai berikut :

    a. Tidak adanya teknologi komputer yang disediakan oleh pihak

    manajemen untuk pihak maintenance. Dengan adanya sistem komputer,

    maka akan sangat mendukung pelaksanaan TPM yang sedang berjalan

    agar lebih terpadu dan terarah.