Upload
others
View
43
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3
Universitas Kristen Petra
2. TEORI DASAR
2.1. Bahan Kimia dan Jenis-jenisnya
Bahan kimia adalah suatu bahan yang didapat atau dibuat berdasarkan
proses kimia dan dapat bereaksi dengan bahan kimia lainnya. Bahan kimia
memiliki berbgai macam jenis ada yang merupakan unsur tunggal dan ada yang
berupa campuran. Bahan kimia secara umum berdasarkan sifanya dibedakan
menjadi dua yaitu, bahan kimia bersifat asam dan bahan kimia bersifat basa.
Berikut di bawah ini akan dibahas lebih detail mengenai beberapa contoh jenis-
jenis bahan kimia asam dan basa beserta dengan sifatnya.
2.1.1. Asam Klorida (HCl)
Asam klorida adalah larutan akuatik dari gas hidrogen klorida (HCl).
Asam ini adalah asam kuat yang digunakan secara luas dalam industri. Asam
klorida harus ditangani dengan hati-hati karena HCl merupakan cairan yang
sangat korosif. Namun dibandingkan dengan asam kuat lainnya, asam klorida
merupakan asam kuat yang paling tidak berbahaya untuk ditangani. Asam klorida
dalam konsentrasi menengah cukup stabil untuk disimpan dan dapat terus
mempertahankan konsentrasinya. Asam klorida pekat melarutkan banyak jenis
logam dan menghasilkan logam klorida dan gas hidrogen. (Greenwood, Norman,
and Earnshaw, 1997)
2.1.2. Asam Nitrat (HNO3)
Asam nitrat (HNO3) adalah sejenis cairan korosif yang tak berwarna, dan
merupakan asam beracun yang dapat menyebabkan luka bakar. Di dalam air, asam
ini terdisosiasi menjadi ion-ionnya, yaitu ion nitrat NO3− dan ion hidronium
(H3O+). Asam nitrat juga digunakan di bagian metalurgi dan pengilangan karena
dapat bereaksi dengan metal. Ketika dicampurkan dengan asam klorida, maka
campuran ini akan membentuk aqua regia, satu dari sedikit reagen yang dapat
melarutkan emas dan platinum. Selain itu juga untuk proses transmutasi basah
4
Universitas Kristen Petra
pada perak sebagai campuran emas. Au(s) + 3HNO₃(aq) + 4HCl(aq) →
HAuCl₄(aq) + 3H₂O(l) + 3NO₂(g).
Asam nitrat membeku pada suhu -42°C dengan membentuk kristal-kristal
putih dan mendidih pada suhu 83°C. Ketika mendidih, dapat terurai menjadi :
4HNO3 → 2H2O + 4NO2 + O2 (72 °C). Asam nitrat yang bercampur dengan
nitrogen oksida akan mengalami perubahan semua sifat fisik asam nitrat seperti
tekanan uap di atas cair, suhu didih, dan warna. (Greenwood, Norman, and
Earnshaw, 1997)
2.1.3. Asam Sulfat (H2SO4)
Asam sulfat merupakan asam mineral anorganik yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat berberntuk cairan bening seperti
minyak. Reaksi asam sulfat dengan air harus dilakukan secara khusus, yaitu selalu
dengan menambahkan asam ke dalam air bukan air ke dalam asam. Air memiliki
massa jenis yang lebih rendah dari asam sulfat dan cenderung mengapung di
atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, maka akan
dapat mendidih dan bereaksi dengan keras. Selain itu reaksi asam sulfat dengan
kertas juga akan menghasilkan karbon pada efek pembakaran kertas. Reaksi yang
lebih unik terjadi apabila asam sulfat ditambahkan ke dalam satu sendok teh gula.
Seketika ditambahkan, gula tersebut akan menjadi karbon berpori-pori yang
mengembang dan mengeluarkan aroma seperti karamel. Asam sulfat bersifat
korosif dan dapat mengakibatkan luka bakar. (Martel and Cassidy, 2004)
2.1.4. Hidrogen peroksida (H2O2)
Hidrogen peroksida berbentuk cairan yang sedikit lebih kental dari air,
berbau khas agak keasaman, dan larut dengan baik dalam air. Hidrogen peroksida
sering digunakan sebagai pemutih atau pembersih. Hidrogen peroksida harus
disimpan dalam daerah yang kering, berventilasi baik dan jauh dari zat-zat yang
mudah terbakar. Menumpahkan hidrogen peroksida yang pada suatu zat yang
mudah terbakar dapat menyebabkan kebakaran langsung, yang kemudian dipicu
oleh oksigen yang dilepaskan oleh hidrogen peroksida ketika terurai. (Greenwood,
Norman, and Earnshaw, 1997)
5
Universitas Kristen Petra
2.1.5. Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida juga dikenal sebagai kaustik soda. Natrium hidroksida
secara umum berifat basa. Natrium hidroksida yang murni berbentuk padatan
berwarna putih. NaOH bersifat higroskopis dan mudah menyerap karbondioksida
dari udara. NaOH juga memiliki sifat yang mudah larut dalam etanol, metanol dan
air dengan pembebasan panas. Natrium hidroksida bereaksi secara perlahan-lahan
dengan kaca untuk membentuk natrium silikat. Bila dalam jangka waktu panjang
dibiarkan dapat mengakibatkan kaca menjadi buram. Natrium hidroksida tidak
berbahaya bila didekatkan dengan besi karena besi memiliki sifat hanya larut
dalam asam dan tidak larut dalam basa. Natrium hidroksida dapat menjadi perusak
bila bereaksi dengan Aluminium karena akan menghasilkan tekanan yang besar.
Natrium hidroksida padat atau larutan natrium hidroksida dapat mengakibatkan
luka bakar kimia. (Martel and Cassidy, 2004)
2.1.6. Natrium karbonat
Natrium karbonat sering dikenal dengan sebutan soda cuci, soda abu, soda
ash atau Na2CO3. Natrium karbonat adalah natrium garam dari asam karbonat.
Bentuknya yang paling umum adalah sebagai kristal heptahidrat, yang dapat
diubah bentuk menjadi serbuk putih atau monohidrat. Natrium karbonat dapat
digunakan dengan aman untuk membersihkan perak. Caranya adalah pertama,
aluminium foil dimasukkan ke gelas atau tempat keramik lalu ditambahkan
dengan air yang sangat panas dan beberapa natrium karbonat. Setelah itu, perak
dapat dicelupkan ke dalam campuran tersebut untuk dibersihkan. Natrium
karbonat di sini bertugas untuk memastikan terjadinya kontak antara perak dengan
aluminium foil. Setelah selesai perak dibilas dalam air dan dibiarkan kering.
(Greenwood, Norman, and Earnshaw, 1997)
2.1.7. Natrium Metabisulfit
Natrium Metabisulfit atau natrium pyrosulfite dalam bahasa Inggris
disebut dengan Sodium Metabisulfit dengan rumus kimia Na2S2O5. Natrium
metabisulfit berbentuk bubuk kristal putih berwarna kuning. Natrium metabisulfit
akan rusak bila terkena udara. Natrium metabisulfit biasa digunakan sebagai
6
Universitas Kristen Petra
penetral sianida dalam pertambangan emas. Ketika dicampur dengan asam kuat,
natrium metabisulfit akan melepaskan sulfur dioksida (SO2) yang merupakan gas
pedas berbau tidak menyenangkan yang juga dapat menyebabkan kesulitan
bernapas pada beberapa orang, contohnya : Na 2 S 2 O 5 + 2 HCl → NaCl + H 2 O
2 + 2 SO 2 (Martel and Cassidy, 2004)
2.1.8. Boraks
Boraks juga dikenal sebagai sodium borate, natrium tetraborate, atau
dinatrium tetraborate. Boraks biasanya berbentuk serbuk putih seperti kristal
berwarna lembut yang mudah larut dalam air. Boraks dapat digunakan sebagai
penghambat api. Boraks juga digunakan sebagai campuran ketika menyolder
perhiasan logam seperti emas atau perak. Hal ini membuat cairan solder mengalir
merata pada bagian-bagian yang dituju. Boraks bertugas memastikan cairan
mengalir dengan merata. (Greenwood, Norman, and Earnshaw, 1997)
2.1.9. Kalsium Klorida
Kalsium Klorida (CaCl2) merupakan garam dari kalsium dan klorin dan
berbentuk padat pada suhu kamar. Kalsium Klorida bersifat higroskopis. Kalsium
Klorida sering digunakan untuk pengeringan tabung karena dengan menambah
kalsium klorida padat ke cairan akan dapat menghapus air terlarut. Selain itu
Kalsium Klorida juga dapat berfungsi sebagai penyerap kelembaban udara dan
sebagai alat bantu kemasan untuk memastikan kekeringan. (Greenwood, Norman,
and Earnshaw, 1997)
2.1.10. Natrium Sianida
Natrium Sianida atau Sodium Cyanide adalah senyawa anorganik dengan
rumus NaCN. Zat kimia ini berbentuk padat dan sangat beracun. NaCN
merupakan garam berwarna yang sering digunakan pada pertambangan emas.
NaCN akan menginduksi logam emas untuk mengoksidasi sehingga emas tersebut
akan larut dalam keberadaan udara dan air dan menghasilkan emas garam natrium
sianida atau emas sodium sianida dan natrium hidroksida seperti di bawah ini :
4 Au + 8 NaCN + O 2 + 2 H 2 O → Na 4 [Au(CN)2] + 4 NaOH
7
Universitas Kristen Petra
Sodium sianida adalah racun yang paling cepat bertindak dari semua racun
yang dikenal. Sodium Sianida dapat menghambat proses respirasi sehingga dapat
menyebabkan penurunan metabolisme oksidatif dan pemanfaatan oksigen. Bila
hal ini dibiarkan maka akan dapat menyebabkan kelelahan, sesak napas, sakit
pada perut, kehilangan berat badan, dan kegagalan pernapasan pada tingkat tinggi.
Selain itu Sodium Sianida juga sangat sensitive terhadap api. (Martel and Cassidy,
2004).
2.1.11. Kalium Sianida
Kalium sianida (KCN) juga disebut dengan Potassium Cyanide. Senyawa
ini berbentuk kristal dan tidak berwarna, bentuknya mirip dengan gula dan sangat
larut dalam air. KCN banyak digunakan dalam pertambangan emas. KCN
memiliki sifat yang hampir sama dengan NaCN. Sebuah proses serupa dengan
Sodium Sianida dilakukan dalam peratambangan yaitu dengan menggunakan
potasium sianida untuk menghasilkan emas potasium sianida (KAU(CN2)).
Berikut adalah hasil reaksinya :
4 Au + 8 KCN + O2 + 2 H2O → 4 K [Au (CN) 2] + 4 KOH.
KCN dapat diuraikan paling efisien dengan hidorgen peroksida, dan hasilnya
adalah : KCN + H2O2 → KOCN + H2O. (Greenwood, Norman, and Earnshaw,
1997)
2.2. Bahan Berbahaya Beracun (B3)
Bahan kimia ada yang berbahaya ada juga yang tidak berbahaya. Bahan
kimia yang berbahaya lebih sering disebut dengan Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3). Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2001 telah menjelaskan klasifikasi B3
untuk mengetahui apakah suatu bahan kimia termasuk dalam jenis B3 atau tidak.
Berikut adalah klasifikasi B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2001
(Peraturan Pemerintah no 74 tahun 2001 pasal 5):
a. Mudah meledak (explosive)
Mudah meledak (explosive), adalah bahan yang pada suhu dan tekanan
standar 25oC, 760 mmHg) dapat meledak atau melalui reaksi kimia dan atau fisika
dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat
8
Universitas Kristen Petra
merusak lingkungan di sekitarnya. Pengujiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan Differential Scanning Calorymetry (DSC) atau Differential
Thermal Analysis (DTA), 2,4-dinitrotoluena atau Dibenzoilperoksida sebagai
senyawa acuan. Dari hasil pengujian tersebut akan diperoleh nilai temperature
pemanasan. Apabila nilai temperatur pemanasan suatu bahan lebih besar dari
senyawa acuan, maka bahan tersebut diklasifikasikan mudah meledak.
b. Pengoksidasi (oxidizing)
Pengujian bahan padat yang termasuk dalam kriteria B3 pengoksidasi
dapat dilakukan dengan metoda uji pembakaran menggunakan ammonium
persulfat sebagai senyawa standar. Sedangkan untuk bahan berupa cairan,
senyawa standar yang digunakan adalah larutan asam nitrat. Dengan pengujian
tersebut, suatu bahan dinyatakan sebagai B3 pengoksidasi apabila waktu
pembakaran bahan tersebut sama atau lebih pendek dari waktu pembakaran
senyawa standar.
c. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable)
Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable) adalah B3 baik
berupa padatan maupun cairan yang memiliki titik nyala dibawah 0oC dan titik
didih lebih rendah atau sama dengan 35oC.
d. Sangat mudah menyala (highly flammable)
Sangat mudah menyala (highly flammable) adalah B3 baik berupa padatan
maupun cairan yang memiliki titik nyala 0oC - 21
oC.
e. Mudah menyala (flammable)
Mudah menyala (flammable) mempunyai salah satu sifat sebagai berikut :
Berupa cairan
Bahan berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume
dan atau pada titik nyala (flash point) tidak lebih dari 60oC (140
oF) akan menyala
apabila terjadi kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada
tekanan udara 760 mmHg. Pengujiannya dapat dilakukan dengan metode Closed-
Up Test.
9
Universitas Kristen Petra
Berupa padatan
B3 yang bukan berupa cairan, pada temperature dan tekanan standar
(25oC, 760 mmHg) dengan mudah menyebabkan terjadinya kebakaran melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan dan apabila
terbakar dapat menyebabkan kebakaran yang terus menerus dalam 10 detik. Selain
itu, suatu bahan padatan diklasifikasikan B3 mudah terbakar apabila dalam
pengujian dengan metode Seta Closed-Cup Flash Point Test diperoleh titik nyala
kurang dari 40oC.
f. Amat sangat beracun (extremely toxic)
g. Sangat beracun (highly toxic)
h. Beracun (moderately toxic)
B3 yang bersifat racun bagi manusia akan menyebabkan kematian atau
sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau
mulut.
i. Berbahaya (harmful)
Berbahaya (harmful) adalah bahan baik padatan maupun cairan ataupun
gas yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu.
j. Korosif (corrosive)
B3 yang bersifat korosif mempunyai sifat antara lain :
Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperature pengujian 55 0C
Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk B3 bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
k. Bersifat iritasi (irritant)
Bahan baik padatan maupun cairan yang jika terjadi kontak secara
langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau selaput
lendir dapat menyebabkan peradangan.
l. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
10
Universitas Kristen Petra
Bahaya yang ditimbulkan oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon
(misalnya CFC), persisten di lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut
dapat merusak lingkungan.
m. Karsinogenik (carcinogenic)
Karsinogenik (carcinogenic) adalah sifat bahan penyebab sel kanker,
yakni sel liar yang dapat merusak jaringan tubuh.
n. Teratogenik (teratogenic)
Teratogenik (teratogenic) adalah sifat bahan yang dapat mempengaruhi
pembentukan dan pertumbuhan embrio.
o. Mutagenik (mutagenic).
Mutagenik (mutagenic) adalah sifat bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom yang berarti dapat merubah genetika.
2.3. Pelabelan Bahan Kimia
Berdasarkan (http://www.labelmaster.com, n.d.), Penanganan dan
penyimpanan B3 harus dilakukan secara khusus. Seperti tertera dalam Peraturan
Pemerintah no 74 tahun 2001 pasal 18 berbunyi bahwa setiap tempat
penyimpanan B3 wajib diberikan simbol dan label. Simbol dan label yang
diberikan sebaiknya dapat mengikuti standart yang sudah umum yang juga
digunakan dalam Material Safety Data Sheet (MSDS) yaitu National Fire
Protection Association (NFPA). NFPA telah mengembangkan simbol untuk
pelabelan dengan menggunakan warna dan kode untuk mengindikasikan bahaya
bahan kimia terhadap kesehatan, flammabilitas, dan reaktivitas. Simbol NFPA
berbentuk belah ketupat yang dibagi menjadi empat bagian dengan warna berbeda
pada masing-masing kotak yang memiliki arti tersendiri. Warna-warna yang
digunakan berserta artinya adalah :
Warna biru : menunjukkan bahaya terhadap kesehatan
Warna merah : menunjukkan bahaya terhadap kebakaran
Warna kuning : menunjukkan bahaya terhadap reaktivitas
Warna putih : menunjukkan bahaya khsusus
11
Universitas Kristen Petra
Selain warna, NFPA juga menggunakan angka pada setiap kotak untuk
menunjukkan tingkat bahaya setiap bahan kimia. Berikut adalah penjelasan angka
yang digunakan pada setiap jenis bahaya yang dapat ditimbulkan.
Bahaya terhadap kesehatan:
0 = minimal, artinya tidak terdapat bahaya toksisitas.
1 = ringan, artinya mempunyai sifat yang dapat menyebabkan iritasi, tetapi
hanya berakibat kecil bahkan tidak membutuhkan perawatan, dan tidak
berbahaya bila digunakan secara hati-hati dan bertanggung jawab.
2 = cukup, artinya mempunyai sifat yang dapat menyebabkan bahaya pada
penggunaan jangka panjang dan mungkin menyebabkan luka atau
kerusakan kecuali dilakukan pengobatan.
3 = serius, artinya mempunyai sifat yang dapat menyebabkan luka atau
kerusakan pada penggunaan jangka pendek walau dilakukan pengobatan.
Selain itu juga telah diketahui mempunyai efek karsinogen, mutagen
atau teratogen pada binatang.
4 = ekstrim, merupakan bahan yang sangat toksik, yang dapat menyebabkan
kematian atau kerusakan pada penggunaan yang sangat singkat, walau
telah dilakukan pengobatan.
Bahaya terhadap timbulnya kebakaran:
0 = minimal, artinya tidak mudah menyebabkan kebakaran, tidak
menyebabkan titik nyala api dan tidak terbakar di udara bila dibiarkan
pada suhu 815,5oC selama 5 menit.
1 = ringan, artinya dapat terbakar bila dipanaskan terlebih dahulu, atau akan
terbakar di udara terbuka bila dibiarkan pada suhu 815,5oC selama 5
menit, dan mempunyai titik nyala api di bawah 93,4oC.
2 = cukup, artinya bahan tidak mudah terbakar yang mempunyai sifat dapat
terbakar bila dibiarkan panas terlebih dahulu atau perlu dibiarkan pada
temperature tinggi agar kebakaran terjadi, atau bahan padat yang
menghasilkan uap mudah terbakar, atau mempunyai titik nyala api di
atas 37,8oC tetapi lebih kecil dari 93,4
oC.
3 = serius, artinya bahan mudah terbakar yang mempunyai sifat dapat
menghasilkan uap yang mudah terbakar dalam kondisi biasa, atau dapat
12
Universitas Kristen Petra
membentuk ledakan yang terbakar dengan cepat di udara, atau siap
terbakar dengan sendirinya akibat kandungan oksigen di dalamnya, atau
mempunyai titik nyala api di atas 22,8oC, tetapi di bawah 37,8
oC.
4 = ekstrim, merupakan bahan yang mudah terbakar dengan titik nyala api di
bawah 22,8oC.
Bahaya terhadap reaktifitas :
0 = minimal, artinya bahan yang stabil, dan tidak reaktif terhadap air.
1 = ringan, artinya bahan yang stabil dan bisa menjadi tidak stabil bila
terbuka pada temperatur tekanan tinggi.
2 = cukup, artinya bahan yang tidak stabil dan akan cepat berubah tetapi
tidak menimbulkan ledakan, atau bahan yang akan berubah kompisisi
kimianya dengan melepaskan energi yang dikandungnya pada
temperatur dan tekanan normal, atau akan bereaksi dengan keras bila
terdapat air, atau akan menghasilkan ledakan bila bercampur dengan air.
3 = serius, artinya bahan yang dapat meledak namun membutuhkan penyulut
yang kuat agar terjadi, atau dapat menyimpan panas sebelum terjadi
kebakaran, atau bahan yang sensitive terhadap panas, atau terhadap
kejutan mekanis pada temperatur tinggi, atau bahan yang bereaksi secara
sendirinya dengan air tanpa membutuhkan panas terlebih dahulu.
4 = ekstrim, bahan yang dapat meledak dan terdekomposisi secara keras
pada temperatur dan tekanan normal, atau bahan yang dapat
menghasilkan reaksi eksotermis dengan sendirinya bila berkontak
dengan bahan biasa, atau bahan yang sensitive terhadap perubahan
kejutan mekanis atau panas pada temperatur dan tekanan normal.
Bahaya special :
W = reaktif terahadap air.
Ox = merupakan bahan oksidator
Tanda radioaktif = merupakan bahan radioaktif.
Tanda beracun = merupakan bahan beracun.
13
Universitas Kristen Petra
Contoh:
Dari simbol di atas menunjukkan :
4: jenis bahaya flammabilitas (merah) = ekstrim
4: jenis bahaya terhadap kesehatan (biru) = ekstrim
2: jenis bahaya terhadap reaktivitas (kuning) = cukup
W: jenis bahaya yang spesifik yaitu reaktif terhadap air
2.4. Penyimpanan Bahan Kimia
Selain label dan simbol yang paling penting yang harus diperhatikan pada
bahan kimia adalah tempat penyimpanan dan cara penyimpanannya. Tempat
penyimpanan yang sesuai dengan persyaratan adalah suatu tempat tersendiri yang
dirancang sesuai dengan karakteristik B3 yang disimpan misalnya B3 yang reaktif
tidak dapat dicampur dengan asam mineral pengoksidasi karena dapat
menimbulkan panas, gas beracun dan api. Juga tempat penyimpanan B3 harus
dapat menampung jumlah B3 yang akan disimpan. Misalnya suatu kegiatan
industri yang menghasilkan B3 harus menyimpan B3 ditempat penyimpanan B3
yang mempunyai kapasitas yang sesuai dengan B3 yang akan disimpan dan
memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan perlindungan lingkungan. (Martel and
Cassidy, 2004).
Selain reaksi antar kimia, hal lain yang perlu diketahui pula adalah bahwa
bahan kimia dibedakan menjadi 3 bentuk yaitu padat, cair dan gas. Ketiga bentuk
tersebut memiliki sifat yang berbeda sehingga perlakuan terhadap ketiga jenis
bahan kimia juga harus berbeda. Bahan kimia padat atau kering memiliki
kecepatan reaksi dengan bahan lain yang rendah sehingga bahan kimia padat lebih
sulit bereaksi dibandingkan dengan bahan kimia cair atau basah. Oleh karena itu
14
Universitas Kristen Petra
penyusunan bahan kimia padat tidak memiliki banyak aturan. Namun ada pula
peraturan yang tetap harus diperhatikan yaitu :
a. Senyawa sianida harus dipisahkan terhadap asam, terutama bentuk larutan
asam karena apabila sampai terjadi reaksi antara asam dan sianida maka akan
menjadi racun, dan apabila menghirup asapnya akan langsung mengakibatkan
kematian.
b. Bentuk kristal penol harus dipisahkan terhadap oksidator.
c. Dalam gudang sebaiknya diberikan jarak yang dapat dilewati satu orang antar
bahan kimia yang berbeda jenis untuk mempermudah pengontrolan bahan
kimia.
Bahan kimia cair (basah) lebih mudah bereaksi dengan bahan lain, oleh
karena itu bahan kimia cair memiliki peraturan yang lebih banyak dalam hal
penataan dan pengelolaan. Berikut adalah peraturan yang perlu diperhatikan
dalam hal penataan dan pengelolaaan bahan kimia cair :
a. Bahan kimia cair harus diletakkan dalam gudang tersendiri.
b. Bahan kimia cair harus disimpan di rak dengan maksimum ketinggian ukuran
bahu orang dewasa.
c. Untuk larutan asam pisahkan antara asam organik dengan asam anorganik
seperti asam asetat dengan asam nitrat.
d. Pisahkan secara tersendiri asam perklorat (perchloric acid), karena cairan ini
termasuk ke dalam jenis cairan yang mudah terbakar. Jika cairan asam
perklorat lebih dari 10 galon maka cairan ini harus disimpan di dalam lemari
safety atau dalam drum safety.
e. Khusus untuk bahan-bahan yang termasuk oksidator, pengelolaan yang
sebaiknya dilakukan adalah menjauhkan dari asam, basa, organik dan logam,
dan sebaiknya disimpan di tempat yang dingin.
Bahan yang termasuk dalam kategori logam juga memiliki penanganan
yang khusus, yaitu dibedakan menjadi dua penangan yaitu :
a. Logam reaktif, contohnya potasium, sodium, dan semua logam dalam bentuk
serbuk harus disimpan dalam lemari khusus anti menyala (flamable cabinet).
b. Logam air raksa (mercury) harus disimpan di kontainer yang tidak mudah
pecah dan diletakkan didalam almari khusus. (Martel and Cassidy, 2004).