2. Isi Praktikum I-III

Embed Size (px)

Citation preview

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    1

    PRAKTIKUM I

    PENGUKURAN DEBU DI LINGKUNGAN KERJA

    1.1 Tujuan Praktikum

    1. Mempraktikkan cara pengukuran partikel debu di lingkungan kerja;

    2. Mengukur kadar pertikel debu indoor di laboratorium Kesehatan Lingkungan dan

    outdoor di lantai 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

    1.2 Waktu dan Tempat

    Tanggal pelaksanaan praktikum : Senin, 2 Juni 2014 Pk. 14.00

    Tempat praktikum : Laboratorium K3 FKM UA

    1.3 Alat dan Bahan

    Timbangan analitik

    Filter selulosa ukuran besar 2 buah

    Filter selulosa ukuran kecil 2 buah

    High Volume Dust Sampler

    Low Volume Dust Sampler

    Stopwatch

    Pinset

    Alat tulis

    1.4 Langkah Kerja

    1.4.1 Pengukuran LVDS (Low Volume Dust Sampler)

    1. Menyiapkan 2 buah filter selulosa ukuran kecil, lalu timbang dan catat beratnya.

    Pengambilan filter selulosa dilakukan menggunakan pinset.

    2. Menyimpan 1 buah filter selulosa dalam lembaran kertas dan gunakan sebagai

    kontrol.

    3. Memasang 1 buah filter selulosa pada filter holder yang digunakan sebagai filter

    yang mendapat perlakuan/treatment.

    4. Menghubungkan filter holder dengan suction pump melalui pipa-pipa

    penghubung.

    5. Menyalakan LVDS dengan menekan tombol ON.

    6. Mencatat flow rate setiap 10 menit selama 30 menit.

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    2

    7. Mematikan alat setelah 30 menit, lalu lepas filter selulosa dengan hati-hati agar

    debu tidak tumpah.

    8. Menimbang filter selulosa baik treatment maupun kontrol.

    1.4.2 Pengukuran HVDS (High Volume Dust Sampler)

    1. Mengambil 2 filter selulosa dengan menggunakan pinset (jangan menggunakan

    tangan), timbang keduanya baik untuk sampel / treatment maupun untuk kontrol

    dengan menggunakan elektronic balance dan catat hasilnya.

    2. Untuk filter kontrol di masukkan dalam buku yang telah disiapkan.

    3. Untuk filter sampel / treatment dipasang pada filter holder.

    4. Cara pemasangan pada filter holder yaitu dengan membuka kunci holder,

    kemudian dimasukkan dan dipasang filter selulosa ke filter holder dengan posisi

    filter selulosa bagian kasar di depan dan bagian halus dibelakang, lalu dipasang

    kembali kunci holder sampai filter selulosa kemungkinan tidak lepas.

    5. Filter holder dipasang pada komponen HVDS.

    6. Mengatur tinggi HVDS sedemikian rupa sehingga dapat setinggi breathing zone.

    7. Menekan tombol power dan nyalakan stopwatch.

    8. Memaparkan filter kontrol bersama dengan filter sampler selama 30 menit.

    9. Setiap 10 menit dilihat angka yang ditunjuk pada flow rate meter (bola pada

    skala) kemudian catat. Lakukan selama 30 menit.

    10. Mematikan alat setelah 30 menit, lalu lepas filter selulosa dengan hati-hati agar

    debu tidak tumpah dan timbang filter treatment maupun kontrol.

    11. Menentukan kadar debu total di luar ruangan dengan menggunakan rumus.

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    3

    1.5 Hasil Praktikum

    1.5.1 Pengukuran LVDS (Low Volume Dust Sampler)

    Tabel 1. Hasil Pengukuran LVDS

    Filter

    Berat Filter (gram) Nilai LPM AIR

    Sebelum

    Paparan

    (A)

    Setelah

    Paparan

    (B)

    10 menit (1) 10 menit (2) 10 menit (3)

    Kontrol 0,0972 0,0979

    Treatment 0,0973 0,0972

    Volume menghisap

    udara I: 30

    liter/menit

    Volume menghisap

    udara II: 30

    liter/menit

    Volume menghisapu

    dara III: 30

    liter/menit

    Diketahui : - Q = 30 Liter/menit

    - t = 30 menit

    - Berat B = 0,0972 gr = 97,2 mg

    - Berat A = 0,0973 gr = 97,3 mg

    Keterangan : - Q : Volume udara yang terhisap (Liter/menit) - t : Waktu sampling (menit) - Berat B : Berat treatment kertas saring dalam mg sesudah pengambilan sampel

    udara (mg)

    - Berat A : Berat treatment kertas saring dalam mg sebelum pengambilan sampel udara (mg)

    Hasil Perhitungan :

    1) Konsentrasi Debu=

    Konsentrasi Debu= 97,297,3

    30

    30

    Konsentrasi Debu= 0,1

    900

    Konsentrasi Debu= 0,0001

    Konsentrasi Debu= 0,1

    dalam waktu 30 menit

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    4

    1.5.2 Pengukuran HVDS (High Volume Dust Sampler)

    Tabel 2. Hasil Pengukuran HVDS

    Filter

    Berat Filter (gram) Nilai Flow Rate

    Sebelum

    Paparan

    (A)

    Setelah

    Paparan

    (B)

    10 menit (1) 10 menit

    (2)

    10 menit

    (3)

    Kontrol 0,5107 0,5201

    Treatment 0,5175 0,5106 Nilai Flow Rate I: 15

    Volume menghisap

    udara I: 680

    liter/menit

    Nilai Flow Rate II: 15

    Volume menghisap

    udara II:

    680

    liter/menit

    Nilai Flow Rate III: 15

    Volume menghisap

    udara III:

    680

    liter/menit

    Diketahui : - Q1 = 680 liter/menit - Q2 = 680 liter/menit - Q3 = 680 liter/menit

    - t = 30 menit

    - x1 = 0,5175gr

    - x2 = 0,5106 gr

    - y1 = 0,5107gr

    - y2 = 0,5201gr

    - Flow rate I,II,III = 680 liter/menit

    Keterangan : - Q : volume menghisapudara

    - t : Waktu sampling (menit)

    - x1 : berat filter sebelum terpapar

    - x2 : berat filter sesudah terpapar

    - y1 : berat filter control sebelum terpapar

    - y2 : berat filter control setelah terpapar

    Hasil Perhitungan :

    1) Rata-rata nilai flow rate = Nilai 1+ 2+ 3

    30

    Rata-rata nilai flow rate = 15+15+15

    30

    Rata-rata nilai flow rate = 45

    30

    Rata-rata nilai flow rate = 1,5

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    5

    2) Volume Udara=Nilai x t (menit )

    1000

    Volume Udara=1,5x 30

    1000

    Volume Udara=45

    1000

    Volume Udara= 0,045 m3

    3) Konsentrasi Debu= 21 (21)

    ()/1000

    Konsentrasi Debu= 510,6517,5 (520,1510,7)

    0,045

    Konsentrasi Debu= 6,9 (9,4)

    0,045

    Konsentrasi Debu=16,3

    0,045

    Konsentrasi Debu= 362,2 mg/m3 dalam waktu 30 menit

    1.6 Kesimpulan dan Saran

    1.6.1 Kesimpulan

    Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 dapat diketahui bahwa kadar debu total LVDS

    (total dust) di Ruang Praktikum Kesehatan Lingkungan (indoor) sebesar -0,1 mg/m3

    dan

    kadar debu total HVDS (total dust) di Teras Lantai 3 sebesar -362,2 mg/m3

    yang berarti

    bahwa kedua ruangan tersebut memiliki kadar debu yang dapat ditoleransi sesuai

    dengan Kepmenkes Nomor 1405/Menkes/SK/XV/2002 tanggal 19 November 2002

    yakni kandungan debu maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran debu tidak

    lebih dari 0,15 mg/m3.

    1.6.2 Saran

    a. Diharapkan supaya lingkungan Laboratorium Kesehatan Lingkungan dan di sekitar

    lantai 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dapat

    mempertahankan kondisi debu yang masih berada dibawah NAB debu.

    b. Saat pemeriksaan debu lebih baik tidak pada saat mendung atau hujan supaya hasil

    yang diperoleh pada saat pengukuran valid.

    c. Diharapkan pada saat selesainya kegiatan yang dilakukan di lingkungan

    Laboratorium Kesehatan Lingkungan hendaknya langsung dibersihkan, agar debu

    yang dihasilkan tidak menumpuk.

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    6

    PRAKTIKUM II

    PEMERIKSAAN FAAL PARU (SPIROMETRI)

    2.1 Tujuan Praktikum

    1. Untuk mengetahui profil atau kondisi faal (fungsi kerja) organ paru pada manusia.

    2.2 Waktu dan Tempat

    Tanggal pelaksanaan praktikum : Senin, 2 Juni 2014 Pk. 14.00

    Tempat praktikum : Laboratorium K3 FKM UA

    2.3 Alat dan Bahan

    a. Spirometer

    b. Mouth piece disposable

    c. Penjepit hidung (clip on nose)

    d. Tisu

    2.4 Langkah Kerja

    1. Menyiapkan alat dan bahan;

    2. Mengkalibrasi Spirometer sebelumnya sebelum dipakai;

    3. Menghubungkan Transducer dengan spirometer;

    4. Memasang Mouth piece pada transducer;

    5. Menekan Tombol ON;

    6. Menulis identitas pasien/mahasiswa coba diisi pada alat spirometer, meliputi:

    a. Umur < 5 th tidak diijinkan

    b. Jenis Kelamin (Sex)

    c. Tinggi (Height)

    d. Berat Badan (Weight)

    e. Ras (Race : 0 untuk kulit putih/01 untuk kulit hitam/02 untuk kulit

    Mexico/atau US)

    f. Merokok/tidak

    g. Jika ya, berapa tahun lama merokok

    h. Berapa batang / hari

    i. Jenis rokok yang dihisap, dan seterusnya.

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    7

    7. Menekan tombol MENU dan memilih test yang dikehendaki, meliputi:

    a. VC (Vital Capacity/kapasitas vital) : jumlah udara yang diekspirasi maksimal

    setelah inspirasi maksimal. Tarik nafas dan dihembuskan secara pelan-pelan

    hingga habis.

    b. FVC (Forced Vital Capacity/ kapasitas vital paksa) : volume udara yang

    dapat dihembuskan dengan ekspirasi sekuat-kuatnya dan secepatnya;

    c. MVV (Maximal Voluntary Volume): volume udara yang dapat dihembuskan

    sedalam-dalamnya dan dikeluarkan secepat-cepatnya selama 12 detik.

    8. Menutup hidung mahasiswa coba/pasien dengan penjepit hidung dan

    mengarahkan untuk bernafas dengan mulut melalui mouth piece;

    9. Memulai pengukuran dan mencatat hasil yang tertera pada lembar data;

    10. Membandingkan hasil pemeriksaan dengan kriteria gangguan fungsional menurut

    American Thoracic Society (ATS).

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    8

    2.5 Hasil Praktikum

    Nama Mahasiswa yang Diperiksa : Azhar Kadar Taruna

    Umur : 21 tahun

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Berat Badan (BB) : 70 kg

    Tinggi Badan (TB) : 180 cm

    Keterangan lain : Merokok

    Lama merokok : 5 tahun

    Rokok yang dihisap : 8 batang/hari

    Jenis rokok : Mild

    *belum ada keterangan dari yang diperiksa dan belum dicatat

    Tabel 3. Hasil Praktikum Faal Paru Mahasiswa Coba

    Yang Diukur Aktual Prediksi %

    Keterangan (Penentuan

    Menurut American Thoracic

    Society)

    Forced Vital

    Capacity (FVC)

    6,82 L 5,64 L 120,9 % Normal, karena lebih dari 80%

    dan melebihi kapasitas paru

    pria dewasa yaitu >4,80L

    Forced

    Expiratory

    Volume (FEV)1.0

    6,51 L 4,69 L 138,8 % Normal, karena lebih dari 80%

    FEV1/ FVC 95,45% 83,2% 114,7 % Normal, karena lebih dari 75%

    Maximal

    Voluntary Volume

    (MVV)

    276,4

    L/m

    191,3

    L/m

    144,4 % Normal

    Vital Capacity

    (VC)

    9,18 L 5,30 L 173,2 % Normal, melebihi kapasitas

    vital paru dewasa laki-laki

    yaitu >4,8L

    Berdasarkan tabel 3 diketahui semua nilai aktual dari pemeriksaan faal paru

    melalui spirometri adalah normal dan melebihi nilai prediksi dari setiap pengukuran.

    2.6 Pembahasan dan Kesimpulan Praktikum

    Faal paru berarti kerja atau fungsi paru. Tujuan dari pemeriksaan faal paru adalah

    mempelajari adanya gangguan faal paru bagi pekerja yang terpapar debu dan polutan

    lain di tempat kerja. Fungsi lain dari pemeriksaan faal paru ini adalah mempelajari

    gangguan yang mungkin ada di paru, mengevaluasi pengaruh dari penyakit tertentu dan

    mengevaluasi kemajuan penderita dari pengobatan. Untuk mengetahui kondisi faal paru

    pekerja, yang harus diukur adalah VC (kapasitas vital), FVC (kapasitas vital paksa),

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    9

    FEV dan MVV (volume udara yang dapat dihembuskan dan dikeluarkan secepatnya).

    Keempat hasil pemeriksaan faal paru tersebut kemudian dibandingkan dengan standar

    menurut American Thoracic Society (ATS) dan dibandingkan dengan nilai prediksi

    pada masing-masing parameter, untuk nilai FVC dan FEV1 dikatakan normal apabila

    melebihi 80% dan apabila perbandingan FVC/ FEV1 melebihi 75%. Oleh karena

    pengukuran FVC, FEV1 melebihi 80% dan perbandingan FVC/ FEV1 melebihi 75%

    maka mahasiswa yang diperiksa tidak mengalami gangguan faal paru karena

    dipengaruhi faktor:

    1. Umur, normal disebabkan fungsi ventilasi pada pria akan terus meningkat

    sampai usia 25 tahun dan 20 tahun pada wanita. setelah melalui usia tersebut,

    semua indeks bertahap turun. Hal ini bisa disebabkan karena kondisi organ

    dalam tubuh dan peningkatan berat badan.

    2. Jenis kelamin, laki-laki memiliki kemampuan ventilasi dan faal paru yang

    lebih besar dari wanita. Dalam hal ini kapasitas vital paru pada pria juga lebih

    besar dari wanita yakni 4.800 cc.

    3. Posisi tubuh dan postur bagus

    4. Otot pernafasan masih berfungsi dengan baik dan bebas dari penyakit yang

    mempengaruhi kekuatan otot pernapasan seperti asma, TBC, bronkhitis, dan

    lain sebagainya.

    Yang dimaksud dengan normal adalah bebas dari gangguan faal paru yang

    meliputi dua hal, yakni gangguan obstruksi dan gangguan restriksi. Yang dimaksud

    dengan gangguan restriksi (FVC, FEV1 kurang dari 80% dan perbandingan FVC/ FEV1

    kurang dari 75%) adalah gangguan pengembangan paru oleh sebab apapun. Misalnya

    paru menjadi kaku, daya tarik ke dalam lebih kuat sehingga dinding dada mengecil, iga

    menyempit dan lain sebagainya dan dijumpai pada keadaan kelainan parenkim paru

    (TB, pneumokoniosis, penyakit kolagen paru), kelainan pleura, kelainan dinding dada,

    dan kelainan diafragma. Sedangkan kelainan obstruksi adalah gangguan saluran nafas

    baik struktural (anatomis) maupun fungsional yang menyebabkan perlambatan aliran

    udara respirasi. Contoh dari gangguan obstruksi adalah kelainan intra luminer pada

    paru, lumen bronki yang menebal (asma, bronchitis kronis, dan perokok) serta

    emfisema (karena emfisema menyebabkan jaringan penyangga berkurang dan saluran

    napas menjadi mudah kolaps).

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    10

    Namun demikian, kondisi faal paru yang normal dan baik harus tetap

    dipertahankan melalui upaya sebagai berikut:

    1. Tidak merokok dengan jenis apapun

    2. Melakukan olahraga rutin

    Semakin sering seseorang melakukan olahraga akan meningkatkan kapasitas

    dan suplai oksigen pada setiap organ, terutama paru-paru.

    3. Memakan makanan sumber antioksidan seperti buah-buahan dan sayuran.

    Tujuan dari memperhatikan asupan makanan kaya antioksidan adalah

    melindungi paru dari substansi yang merusak fungsi paru tersebut.

    4. Menggunakan alat pelindung pernafasan saat berada di lingkungan yang

    terpapar polutan seperti di jalan raya.

    2.7 Saran

    a. Dari praktikum yang telah dilakukan, seharusnya tersedia alat yang lebih banyak.

    Karena sebagai pembanding dengan mahasiswa yang diperiksa.

    b. Seharusnya mahasiswa yang diperiksa memiliki jenis kelamin yang berbeda, guna

    membandingkan faal paru antara laki-laki dan perempuan

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    11

    PRAKTIKUM III

    PEMERIKSAAN PENDENGARAN (AUDIOMETRI TEST)

    3.1 Tujuan Praktikum

    1. Mempraktikkan pemeriksaan pendengaran dengan menggunakan alat audiometri

    kepada 3 mahasiswa coba kelompok 1 IKMB 2011;

    2. Menggambarkan audiogram telinga kanan dan kiri 3 mahasiswa coba kelompok 1

    IKMB 2011;

    3. Menentukan 3 mahasiswa coba Kelompok 1 IKMB 2011 kurang pendengaran

    (tidak normal) atau tidak (normal) dengan menghitung nilai rerata frekuensi

    pendengaran telinga kanan dan kiri kemudian dibandingkan dengan NAB.

    3.2 Waktu dan Tempat Praktikum

    Tanggal pelaksanaan praktikum : Senin, 2 Juni 2014 Pk. 15.00

    Tempat praktikum : Laboratorium K3 FKM UA

    3.3 Alat dan Bahan

    Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pemeriksaan pendengaran adalah:

    1. Audiometer Rio AA-67

    2. Data sheet pengukuran

    3. Alat tulis

    3.4 Langkah Kerja

    1. Menyiapkan alat yang akan di gunakan terlebih dahulu (Audiometer Rio AA-67).

    2. Memasang air phone pada orang yang akan diperiksa sesuai dengan tanda

    (merah untuk telinga kanan dan kiri).

    3. Menekan power ke posisi ON pada alat, (kalibrasi alat sebelum dipakai), lihat

    skala benar-benar pada posisi 0.

    4. Menanyakan pada orang yang akan diperiksa telinga mana yang lebih peka atau

    dominan mendengar (kanan atau kiri), apabila kanan maka telinga kiri diperiksa

    terlebih dahulu,

    5. Mengarahkan orang yang diperiksa, jika mendengar suara diminta untuk menekan

    tombol yang dipegang.

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    12

    6. Memulai pemeriksaan dari frekuensi 1000 Hz, 2000 hz, 3000 Hz, 4000 Hz, 8000

    Hz kemudian kembali ke 500 Hz,

    7. Pasien dirangsang dengan suara yangg intensitasnya 40 dB, jika masih

    mendengar bunyi, diturunkan menjadi 35 dB dan seterusnya, tetapi jika tidak

    mendengar menaikkan ke 45 dB dan seterusnya.

    8. Mencatat dengan baik hasil yang didapat pada data sheet pengukuran.

    9. Menghitung rerata ambang pendengaran pada frekuensi pembicaraan (500 Hz,

    1000 Hz, dan 2000 Hz).

    10. Membandingkan dengan nilai standar untuk mengetahui hasil pemeriksaan

    normal atau tidak.

    3.5 Hasil Praktikum Pemeriksaan Pendengaran (Audiometri)

    Tabel 4. Hasil Pemeriksaan Mahasiswa Coba 1 (Clairine Budi Utami)

    Bagian Telinga

    (dBA)

    Frekuensi (Hz)

    1000 2000 3000 500

    Telinga Kiri 25 20 15 0

    Telinga Kanan 40 35 15 5

    Gambar 1. Audiogram Telinga Kiri dan Kanan Mahasiswa Coba 1

    (Clairine Budi Utami)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    45

    1 2 3 4

    Audiogram Mahasiswa coba 1

    Telinga Kiri Telinga Kanan

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    13

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 25+20+15+0

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 60

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 15 dBA (NAB 25)

    Nilai rerata frekuensi pendengaran telinga kiri mahasiswa coba 1 adalah 15 dBA

    atau kurang dari 25 dBA. Jadi, hasil pemeriksaan pendengaran telinga kiri mahasiswa

    coba 1 (Clairine Budi Utami) adalah Normal.

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 40+35+15+5

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 95

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 23,75 dBA (NAB 25).

    Nilai rerata frekuensi pendengaran telinga kanan mahasiswa coba 1 adalah 23,75

    dBA atau kurang dari 25 dBA. Jadi, hasil pemeriksaan pendengaran telinga kanan

    mahasiswa coba 1 (Clairine Budi Utami) adalah Normal.

    Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Mahasiswa Coba 2 (Nur Lathifah Syakbanah)

    Bagian

    Telinga (dBA)

    Frekuensi (Hz)

    1000 2000 3000 500

    Telinga Kiri 20 15 10 0

    Telinga Kanan 35 30 10 10

    Gambar 2. Audiogram Telinga Kiri dan Kanan Mahasiswa Coba 2

    (Nur Lathifah Syakbanah)

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    35

    40

    1 2 3 4

    Audiogram mahasiswa coba 2

    Telinga Kiri Telinga Kanan

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    14

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 20+15+10+0

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 45

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 11,25 dBA (NAB 25)

    Nilai rerata frekuensi pendengaran telinga kiri mahasiswa coba 2 adalah 11,25

    dBA atau kurang dari 25 dBA. Jadi, hasil pemeriksaan pendengaran telinga kiri

    mahasiswa coba 2 (Nur Lathifah Syakbanah) adalah Normal.

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 35+30+10+10

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 85

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 21,25 dBA (NAB 25)

    Nilai rerata frekuensi pendengaran telinga kanan mahasiswa coba 2 adalah 21,25

    dBA atau kurang dari 25 dBA. Jadi, hasil pemeriksaan pendengaran telinga kanan

    mahasiswa coba 2 (Nur Lathifah Syakbanah) adalah Normal.

    Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Mahasiswa Coba 3 (Aditya Kurnia Pratama)

    Bagian Telinga

    (dBA)

    Frekuensi (Hz)

    1000 2000 3000 500

    Telinga Kiri 30 25 20 10

    Telinga Kanan 40 25 15 5

    Gambar 3. Audiogram Telinga Kiri dan Kanan Mahasiswa Coba 3

    (Aditya Kurnia Pratama)

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    1 2 3 4

    Audiogram mahasiswa Coba 3

    Telinga Kiri Telinga Kanan

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    15

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 30+25+20+10

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 85

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kiri) = 21,25 dBA (NAB 25)

    Nilai rerata frekuensi pendengaran telinga kiri mahasiswa coba 3 adalah 21,25

    dBA atau kurang dari 25 dBA. Jadi, hasil pemeriksaan pendengaran telinga kiri

    mahasiswa coba 3 (Aditya Kurnia Pratama) adalah Normal.

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 40+25+15+5

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 85

    4

    Rerata frekuensi pendengaran (telinga kanan) = 21,25 dBA (NAB 25).

    Nilai rerata frekuensi pendengaran telinga kanan mahasiswa coba 3 adalah 21,25

    dBA atau kurang dari 25 dBA. Jadi, hasil pemeriksaan pendengaran telinga kanan

    mahasiswa coba 3 (Aditya Kurnia Pratama) adalah Normal.

    3.6 Pembahasan dari Hasil Pemeriksaan Pendengaran

    Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar dan

    mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan untuk mengukur

    ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat dipergunakan untuk menentukan lokalisasi

    kerusakan anatomis yang menimbulkan gangguan pendengaran. Prinsip

    pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer

    melalui headset atau bone conducter ke telinga atau mastoid dan batasan intensitas

    suara (dB) yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program computer atau diplot

    secara manual pada kertas grafik.

    Tujuan pemeriksaan adalah menentukan tingkat intensitas terendah dalam dB dari

    tiap frekuensi yang masih dapat terdengar pada telinga seseorang, dengan kata lain

    ambang pendengaran seseorang terhadap bunyi.

    Pada praktikum ini melakukan pemeriksaan audiometri nada murni. Audiometri

    nada murni adalah suatu sisitem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang

    dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-

    2000, 4000-8000 dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    16

    dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang yang

    diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk mengukur ketajaman pendengaran

    melalui hantaran udara dan hantaran tulang pada tingkat intensitas nilai ambang,

    sehingga akan didapatkankurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca

    audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang.

    Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekwuensi 20-20.000

    Hz. Frekwensi dari 500-2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan

    sehari-hari.

    Gambar 4. Derajat Ketulian Berdasarkan ISO

    Gambar 5. Grafik Normal Hasil Pemeriksaan Audiometri

    Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan pada ketiga mahasiswa yaitu Clairine

    Budi Utami, Nur Lathifah Syakbanah dan Aditya Kurnia Pratama didapatkan bahwa

    rata-rata frekuensi pendengaran ketiga mahasiswa tersebut adalah normal karena

    hasilnya 25. Hasil rata-rata frekuensi pendengaran Clairine Budi Utami untuk telinga

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    17

    kiri adalah 15 dBA dan telinga kanan 23,75 dBA. Sedangkan hasil rata-rata frekuensi

    pendengaran mahasiswa kedua yaitu Nur Lathifah Syakbanah hasilnya adalah 11,25

    dBA untuk telingan kiri dan 21,25 dBA untuk telinga kanan. Untuk mahasiswa ketiga

    yaitu Aditya Kurnia Pratama untuk telinga kiri dan telinga kanan sebesar 21,25 dBA.

    3.7 Kesimpulan dan Saran Praktikum Pemeriksaan Pendengaran

    3.7.1 Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pemeriksaan pendengaran yang dilakukan pada ketiga

    mahasiswa coba tersebut menghasilkan hasil bahwa hasil keseluruhan pemeriksaan

    pendengaran dnegan menggunakan audiometri dinyatakan normal. Hal ini dikarenakan

    hasil dari keseluruhan yang didapat dari ketiga mahasiswa coba tidak melebihi ambang

    batas (NAB) yang telah ditetapkan yakni pada kondisi normal = 25 dBA.

    3.7.2 Saran

    1. Ruangan tempat tes pendengaran seharusnya dalam keadaan kondusif sehingga

    mahasiswa coba dapat konsentrasi dalam melakukan tes pendengaran

    2. Ruangan tempat tes pendengaran harus terbuat dari bahan yang dapat meredam

    suara agar uji tes pendengaran dapat sesuai dengan apa yang kita inginkan.

    3. Sebaiknya dalam ruangan tes hanya ada tiga orang, satu mahasiswa coba, satu

    mahasiswa yang melakukan tes, dan satu sebagai saksi hasil dari percobaan.

  • Hasil Praktikum Hiperkes dan Keselamatan Kerja Pengukuran Debu, Audiometri dan Spirometri

    18

    Daftar Pustaka