66
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang DNA fingerprinting atau DNA profiling pertama kali dikemukakan pada tahun 1985 oleh seorang ahli genetika asal Inggris bernama Alec Jeffreys.(1) Ia menemukan bahwa daerah tertentu dari DNA mengandung pengulangan rangkaian DNA. Ditemukan bahwa jumlah pngulangan rangkaian DNA berbeda pada masing-masing individu. Dengan mengembangkan teknik untuk memeriksa variasi panjang pengulangan rangkaian DNA, Dr. Jeffreys mampu melakukan tes identifikasi manusia.(1-2) Selama dua setengah dekade terakhir penggunaan DNA telah berkembang pesat dalam penyidikan. Kini sekitar 200 laboratorium forensik mampu mengerjakan ratusan ribu tes DNA per tahun di Amerika Utara. Selain itu, mayoritas negara Eropa, Amerika Selatan, Asia, serta Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara di Afrika, telah memiliki program DNA forensik. Jumlah laboratorium di seluruh dunia yang dapat melakukan tes DNA akan terus bertambah seiring pengakuan komunitas hukum terhadap teknik pemeriksaan DNA. Sejak pertengahan tahun 1990-an, database komputer yang memuat profil DNA yang didapat dari sampel TKP, terdakwa kasus pidana, telah memberi penegak hukum kemampuan untuk menghubungkan pelaku kejahatan dengan kejahatannya. Penerapan teknologi ini memungkinkan puluhan ribu kasus kejahatan (khususnya 1

2 ISI - Pemeriksaan DNA Untuk Kepentingan Forensik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gOOD

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

DNA fingerprinting atau DNA profiling pertama kali dikemukakan pada tahun 1985 oleh seorang ahli genetika asal Inggris bernama Alec Jeffreys.(1) Ia menemukan bahwa daerah tertentu dari DNA mengandung pengulangan rangkaian DNA. Ditemukan bahwa jumlah pngulangan rangkaian DNA berbeda pada masing-masing individu. Dengan mengembangkan teknik untuk memeriksa variasi panjang pengulangan rangkaian DNA, Dr. Jeffreys mampu melakukan tes identifikasi manusia.(1-2)Selama dua setengah dekade terakhir penggunaan DNA telah berkembang pesat dalam penyidikan. Kini sekitar 200 laboratorium forensik mampu mengerjakan ratusan ribu tes DNA per tahun di Amerika Utara. Selain itu, mayoritas negara Eropa, Amerika Selatan, Asia, serta Australia, Selandia Baru, dan beberapa negara di Afrika, telah memiliki program DNA forensik. Jumlah laboratorium di seluruh dunia yang dapat melakukan tes DNA akan terus bertambah seiring pengakuan komunitas hukum terhadap teknik pemeriksaan DNA. Sejak pertengahan tahun 1990-an, database komputer yang memuat profil DNA yang didapat dari sampel TKP, terdakwa kasus pidana, telah memberi penegak hukum kemampuan untuk menghubungkan pelaku kejahatan dengan kejahatannya. Penerapan teknologi ini memungkinkan puluhan ribu kasus kejahatan (khususnya kejahatan serial dengan pelaku yang sama) dapat terpecahkan di seluruh dunia.(1)

Teknologi DNA semakin penting dalam penegakan hukum. DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi pelaku kejahatan dengan akurasi yang menakjubkan jika bukti biologis didapatkan. DNA juga dapat digunakan untuk membebaskan tersangka maupun orang yang terpidana tetapi sebenarnya tidak melakukan tindak pidana.(3)

Hanya 0,1% dari DNA (berjumlah sekitar 3 juta basa) yang membedakan satu orang dengan orang lain. Ilmuwan dapat menggunakan variabel-variabel tersebut untuk menyusun profil DNA dari seorang individu dengan menggunakan sampel dari darah, tulang, rambut, dan jaringan atau produk tubuh lainnya.(3)

Permintaan akan tes DNA semakin meningkat karena masyarakat lebih sadar akan potensi barang bukti DNA untuk membantu memecahkan kasus. Peningkatan ini datang berdasarkan dua sumber: (1) meningkatnya jumlah bukti DNA yang dikumpulkan pada kasus-kasus kriminal dan (2) usaha yang lebih giat dalam mengumpulkan sampel-sampel DNA dari tersangka yang melakukan kejahatan dan orang terpidana.(4) Selain itu, banyak kasus kriminal properti (hak kepemilikan serta warisan) dan kejadian kejahatan dengan kekerasan dapat diselesaikan dengan pemeriksaan DNA. Banyak kasus-kasus lama dan tidak terpecahkan dari era pre-DNA yang kembali dibuka dan dilakukan uji DNA dengan harapan kasus tersebut terpecahkan.

Pekembangan ilmu juga memungkinkan dilakukannya uji sampel DNA dengan sampel yang lebih sedikit daripada sebelumnya, seperti sampel touch DNA, yang terjadi ketika DNA ditransfer saat perabaan sebuah objek. Hal ini menyebabkan banyaknya permintaan untuk sampel DNA yang ditemukan pada senjata api (untuk menentukan siapa yang memegang senjata) dan sidik dari setir mobil yang dicuri untuk mengidentifikasi pengendara terakhir dari mobil.

Combined DNA Index System (CODIS), menggabungkan kecanggihan komputer dan teknologi tes DNA menjadi alat melawan kejahatan. Versi terkini dari CODIS menggunakan dua indeks untuk menciptakan petunjuk investigasi pada kejahatan di mana bukti biologis ditemukan dari TKP. Seluruh profil DNA disimpan dalam CODIS yang diciptakan menggunakan analisis STR (Short Tandem Repeat).(5) CODIS menggunakan software komputer untuk mencari secara otomatis dua profil yang sama. Jika ditemukan adanya persamaan antara sampel dan profil DNA yang terekam, CODIS dapat mengidentifikasi pelaku.(5) Pada akhir tahun 2004, CODIS FBI memiliki lebih dari 2 juta profil pelaku. Pada akhir Juni 2009, CODIS memiliki lebih dari 7 juta profil pelaku. FBI memperkirakan bahwa di akhir tahun 2004, terdapat 19.000 kecocokan dari CODIS yang membantu dalam investigasi. Juni 2009, terdapat lebih dari 93.000 kecocokan dari CODIS yang membantu investigasi.(6)

Kegunaan pemeriksaan DNA, antara lain:(5)a. Mengidentifikasi orang yang berpotensi menjadi tersangka di mana DNA-nya dapat cocok dengan bukti yang tertinggal pada TKP

b. Membebaskan seseorang dari tuduhan bersalah atas tindakan kejahatan

c. Mengidentifikasi kejahatan dan korban-korban bencana alam

d. Menentukan paternitas dan hubungan keluarga lainnya

e. Mengidentifikasi spesies yang terancam punah dan dilindungi

f. Mendeteksi bakteri dan organisme lain yang dapat mencemari udara, air, tanah, dan makanan

Gambar 1: Grafik jumlah pemecahan kasus dengan menggunakan pemeriksaan DNA1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan DNA?1.2.2 Dari material apa saja kita dapat menemukan DNA?1.2.3 Bagaimana cara pengambilan sampel DNA?1.2.4 Bagaimana cara pemeriksaan DNA?1.2.5 Bagaimana aplikasi pemeriksaan DNA dalam kepentingan forensik?1.3 Tujuan 1.3.1 Mengetahui apakah yang dimaksud dengan DNA1.3.2 Mengetahui dari produk apa saja DNA dapat ditemukan1.3.3 Mengetahui proses pemeriksaan DNA1.3.4 Mengetahui aplikasi pemeriksaan DNA dalam kepentingannya dalam bidang forensik1.4 Manfaat

1.4.1 Memberikan gambaran kepada pembaca mengenai DNA dan peran dari DNA dalam kepentingan forensik.1.4.2 Sebagai bahan untuk penelitian yang lebih lanjut tentang penggunaan DNA di kemudian hari.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi DNA

Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah DNA adalah polimer asam nukleat yang tersusun secara sistematis dan merupakan pembawa informasi genetik yang diturunkan kepada jasad kteturunannya. Informasi genetik disusun dalam bentuk kodon yang berupa tiga pasang basa nukleotida dan menentukan bentuk,struktur, maupun fisiologi suatu jasad. DNA dapat diisolasi dari inti sel dan mitokondria.(1)Tabel 1: Perbedaan DNA Inti dengan DNA Mitokondria (2)DNA IntiDNA Mitokondria

Ukuran genom3 juta bp16.569 bp

Kopi per sel2 (1 dari tiap induk)Bisa lebih dari 1000

StrukturLinier, terbungkus kromosomSirkuler

Diturunkan dariAyah dan Ibu (kecuali Y)Ibu

KeunikanUnik untuk tiap individu (kecuali saudara kembar identik)Tidak sepenuhnya unik/khas

Tingkat mutasiRendah5-10 kali DNA inti

Secara struktural, DNA merupakan polimer nukleotida, di mana untuk setiap nukleotida tersusun atas gula deoksiribosa, pospat, dan basa. Polimer tersebut membentuk struktur double heliks, di mana kedua heliks disatukan oleh ikatan hidrogen yang terjadi antara basa-basa yang ada. Ada empat macam basa yang terdapat di dalam DNA, yaitu Adenin, Sitosin, Guanin, dan Timin. Adenin akan membentuk dua ikatan hidrogen dengan Timin, sedangkan Guanin akan membentuk tiga ikatan hidrogen dengan Sitosin. Kombinasi jumlah dan susunan yang terjadi antara ikatan-ikatan basa ini memungkinkan setiap organisme memilik cetak biru genetik yang spesifik (khas) yang membedakannya dari cetak biru milik organisme lainnya.

Gambar 2: Struktur DNA

DNA pada makhluk hidup dapat ditemukan di inti sel (nukleus), mitokondria, dan klorofil. Namun pada manusia, DNA hanya ditemukan di nukleus dan mitokondria. Jumlah pasang basa pada DNA nukleus adalah sekitar tiga milyar. Pengorganisasian DNA di nukleus diawali oleh perikatan DNA dengan oktamer histon membentuk nukleosom Nukleosom-nukleosom akan berpolimerisasi membentuk polinukleosom yang kemudian disimpan di dalam kromosom. Kromosom-kromosom inilah yang berada di dalam DNA, yang akan menggandakan dirinya pada saat pembelahan sel. Sedangkan DNA yang berada di mitokondria (atau lebih dikenal dengan nama mtDNA) berbentuk sirkuler (melingkar). Jumlah pasang basa pada mtDNA lebih sedikit daripada jumlah pasang basa pada DNA nukleus, yaitu sekitar 160.000. Namun apabila terjadi mutasi pada mtDNA akan mengakibatkan kerusakan pada sistem yang peka terhadap kebutuhan energi seperti sistem saraf dan otot.

Gambar 3: Genom Manusia

Struktur DNA ada 3 macam yaitu : 1. Struktur Primer

DNA tersusun dari monomer-monomer nukleotida. Setiap nukleotida terdiri dari satu basa nitrogen berupa senyawa purin atau pirimidin, satu gula pentosa berupa 2-deoksi-D-ribosa dalam bentuk furanosa, dan satu molekul fosfat. Penulisan urutan basa dimulai dari kiri yaitu ujung 5 bebas (tidak terikat nukleotida lain) menuju ujung dengan gugus 3hidroksil bebas atau dengan arah 5 32. Struktur SekunderSalah satu sifat biokimia DNA yang menentukan fungsinya sebagai pembawa informasi genetik adalah komposisi basa penyusun.3. Struktur Tertier

Kebanyakan DNA virus dan DNA mitokondria merupakan molekul lingkar. Konformasi ini terjadi karena kedua untai polinukleotida membentuk struktur tertutup yang tidak berujung. Molekul DNA lingkar tertutup yang diisolasi dari bakteri, virus dan mitokondria seringkali berbentuk superkoil, selain itu DNA dapat berbentuk molekul linier dengan ujung-ujung rantai yang bebas.2.2 Pemeriksaan DNADalam pelayanan identifikasi forensik berbagai macam pemeriksaan dapat digunakan sebagai sarana identifikasi. Berdasarkan penyelenggaraan penanganan pemeriksaannya, sarana-sarana identifikasi dapat dikelompokkan menjadi:1. Sarana identifikasi konvensionalYaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang biasanya sudah dapat diselenggarakan penanganannya oleh pihak polisi penyidik, antara lain:

a. Pemeriksaan secara visual dan fotografi mengenali ciri-ciri muka atau tubuh lainnya.

b. Pemeriksaan benda-benda milik pribadi seperti pakaian, perhiasan, sepatu dan sebagainya.

c. Pemeriksaan kartu-kartu pengenal seperti KTP,SIM, Karpeg, kartu mahasiswa dan sebagainya, surat-surat seperti surat tugas/ jalan atau dokumen-dokumen dsb.

d. Pemeriksaan sidik jari dan lain-lain.2. Sarana identifikasi medisYaitu berbagai macam pemeriksaan identifikasi yang diselenggarakan penanganannya oleh pihak medis, yaitu apabila pihak polisi penyidik tidak dapat menggunakan sarana identifikasi konvensional atau kurang memperoleh hasil identifikasi yang meyakinkan, antara lain:

a. Pemeriksaan ciri-ciri tubuh yang spesifik maupun yang non-spesifik secara medis melalui pemeriksaan luar dan atau dalam.

b. Pemeriksaan odontologis untuk mencari ciri-ciri gigi.

c. Pemeriksaan antropologis dan antropometri untuk menentukan ciri-ciri badan atau rangka seseorang.

d. Pemeriksaan golongan darah berbagai sistem: ABO, Rhesus, MN, Keel, Duffy, HLA, dan sebagainya.

e. Pemeriksaan ciri-ciri biologi molekuler sidik DNA dan lain-lain.Beberapa kelebihan tes DNA dibandingkan dengan pemeriksaan konvensional lainnya adalah sebagai berikut.(3) 1. Ketepatan yang tinggi

Dalam pemeriksaan suatu bercak darah sebelum ditemukannya pemeriksaan DNA dilakukan pemeriksaan golongan darah.

2. Kestabilan yang tinggi

Pada kasus di mana bukti sebagai sampel sudah membusuk, hanya tes DNA yang masih dapat dilakukan karena DNA bersifat tahan pembusukan dibandingkan dengan protein.3. Pemilihan sampel yang luas

DNA terdapat pada seluruh sel tubuh yang bernukleus sehingga pengambilan sampel untuk pemeriksaan DNA dapat diambil dari berbagai bagian tubuh kecuali sel darah merah.

4. Dapat mengungkap kasus-kasus seperti penentuan keayahan, kasus incest, kasus paternitas dengan bayi dalam kandungan, kasus paternitas dengan bayi yang sudah meninggal, dan kasus paternitas dengan bayi tanpa ayah.

5. Dapat mengungkap kasus perkosaan dengan banyak pelaku; pemeriksaan DNA dapat memastikan berapa orang pelaku dan siapa saja pelakunya

6. Sensitivitas yang amat tinggiTahap pemeriksaan DNA meliputi lima langkah :

Gambar 4: Tahap pemeriksaan DNA2.2.1 Pengumpulan sampel untuk pemeriksaan DNA

Dalam hal pengumpulan sampel DNA yang paling penting adalah pengawetan dan pemeliharaan karena sebagai barang bukti, integritas sampel harus dipertahankan agar hasil pemeriksaannya dapat digunakan dalam pengadilan. Pengumpulan sampel DNA yang buruk dapat menyebabkan DNA terdegradasi atau fragmen DNA yang terlalu pendek yang menyebabkan sulit untuk dianalisis.(4) Aspek lain yang penting adalah tidak terkontaminasi. Berbagai bagian tubuh manusia dapat digunakan sebagai sampel untuk pemeriksaan DNA. Material pemeriksaan DNA dapat dilihat dalam tabel 2.Tabel 2: Material pemeriksaan DNA(3)Material biologisKeterangan

Darah Darah dapat ditemukan dalam bentuk genangan, tetesan, percikan, atau noda. Darah diisolasi bisa dalam bentuk cair atau kering.

TulangSampel tulang dari tubuh yang telah membusuk dapat digunakan untuk analisis DNA

KetombeKeluhan kulit tertentu akan menghasilkan jaringan kulit kepala yang berlebihan yang dapat digunakan untuk analisis DNA

RambutDNA terdapat pada akar rambut dan kulit kepala yang mengelilingi akar rambut. Satu helai rambut yang ditarik sampai ke akarnya cukup untuk bahan analisis DNA. Sedangkan helaian rambut yang biasa ditemukan di pakaian biasanya tidak memiliki materi DNA inti yang cukup untuk analisis sehingga hanya bisa dilakukan analisis terhadap DNA mitokondria. Sulit untuk menilai kualitas dari sebuah rambut tanpa diperiksa di bawah mikroskop, oleh karena itu seluruh rambut harus dikumpulkan

Feses Standar pemeriksaan DNA tidak dapat dilakukan pada sampel feses kecuali pada feses yang bercampur darah. Tetapi dapat digunakan analisis mitokondria DNA

KukuProfil DNA untuk kepentingan analisis DNA dapat diperoleh dari sel-sel kulit dan darah yang terkumpul di bawah kuku.

Sidik jariDapat dilakukan pmeriksaan analisis DNA dari swab sidik jari

Bagian tubuhPotongan tubuh seseorang akan berisi sejumlah besar DNA yang cukup untuk pemeriksaan analisis DNA

Sekret hidung dan telingaDigunakan kasa atau kapas untuk mengambil sekret hidung atau telinga yang dapat menjadi sumber yang baik untuk pemeriksaan DNA.

SalivaTidak terdapat DNA pada air liur. Tetapi DNA dapat ditemukan pada sel-sel epitel mukosa mulut yang kadang-kadang ditumpahkan bersama saliva

SemenSemen atau air mani biasanya mengandung sperma yang banyak mengandung DNA

KeringatKeringat tidak mengandung material DNA

UrinUrin mungkin mengandung sel-sel epitel yang berasal dari saluran kemih tetapi mungkin masih belum cukup untuk analisis DNA

Cairan VaginaCairan vagina mengandung sel-sel dinding vagina yang cukup untuk analisis DNA

DNA terdapat dalam setiap sel berinti, maka dari itu DNA juga terdapat pada materi organik yang ada di TKP. Sebagian besar barang bukti biologis tersebut paling baik disimpan dalam keadaan dingin dan kering. Kondisi ini menurunkan laju pertumbuhan bakteri dan degradasi DNA..

Secara Umum

Prosedur terhadap tiap bercak(3)1. Sampel Cair

Jika darah, semen, atau saliva ditemukan sebagai bercak cair atau masih basah, sampel tersebut harus dikumpulkan dengan pulasan kering atau pipet bila tersedia. Pulasan dari kapas wol yang steril cocok untuk pegambilan sampel jenis ini. Sampel tersebut harus diambil dengan satu area pulasan dan tidak mengenai seluruh permukaan kepala pulasan

2. Bercak Kering

Bercak yang terlihat dapat diambil dengan beberapa cara. Sedapat mungkin dilakukan dengan mengambil bercak secara keseluruhan. Apabila hal ini tidak memungkinkan, bercak dapat diambil dengan beberapa cara:

Swabbing: lembabkan pulasan dengan sejumlah kecil air steril (tidak sampai basah) dan gunakan pulasan untuk menggosok material DNA dari area yang sekecil mungkin Scraping: kerok bercak kering dari permukaan dengan pisau scalpel sekali pakai dan simpan hasil kerokan ke dalam kontainer steril atau amplop kering Cutting: gunakan pisau steril yang tajam untuk memotong permukaan yang mengandung material DNA, misalnya kayu atau wallpaper Lifting: dengan menggunakan plester lengket, bercak diangkat dengan permukaan plester yang lengket, kemudian permukaaan plester yang lengket itu di ditempelkan pada permukaan steril misalnya pada acetate sheet. Cara ini dapat digunakan untuk mengambil bercak dengan bersih dan kemudian mengamankannya dalam plester.Petugas harus melakukan kontrol terhadap setiap sampel. Petugas yang mengambil sampel harus mengenakan sarung tangan. Masker seharusnya digunakan, khususnya apabila diperlukan pemeriksaan jarak dekat pada bercak.

Setelah sampel telah diambil dengan salah satu metode di atas, letakkan sampel pada kontainer apusan dan atau small breathable tamper-evident bag. Segel kantong dan catatan detail tempat kejadian perkara sesuai dengan label yang urut (gunakan segel atau kode khusus atau sesuai petunjuk polisi). Sangat penting bahwa setiap sampel dikemas sendiri-sendiri sehingga mencegah kemungkinan kontaminasi antarsampel.(8)Apabila sampel jatuh atau mengalami kontak dengan permukaan lain saat pengambilan sampel (misalnya apusan), idealnya prosedur pengambilan sampel dihentikan, peralatan mengambil sampel dibuang, dan sampel diambil lagi dengan menggunakan peralatan mengambil sampel yang baru. Namun biasanya bercak yang ditemukan sedikit jumlahnya sehingga semua sampel harus dicatat dan disimpan dengan alat pengambilan sampel. Sekali sampel berhasil diambil, masukkan sampel ke dalam large tamper evidence bag, simpan, dan kirimkan ke laboratorium sesuai instruksi polisi yang sah. Kumpulkan pembungkus dan sarung tangan lalu buanglah dengan wadah khusus.(8)Pada Kejahatan SeksualAlat pemeriksaan medis pada kejahatan seksual setidaknya terdiri atas: Buku petunjuk Breathable tamper-evident bags/containers dan atau kotak kemasan, yang memiliki angka atau barcode khusus

Selembar kertas besar dalam sebuah polythene bag Sepasang sarung tangan sekali pakai

Swab katun steril yang polos

Cocktail sticks dalam polythene bag kecil yang disegel terpisah untuk kerokan kuku

Sisir dalam polythene bag untuk menyisir rambut

Kantong tersegel terpisah (untuk apusan, sampel rambut, darah, dan botol saliva)

Formulir berisi informasi yang relevan pada korban atau tersangka

Bahan pembungkus pakaian sebaiknya disediakan oleh polisi.Isi alat pemeriksaan medis pada kejahatan seksual hanya boleh digunakan oleh polisi ahli bedah atau petugas medis,

Barang bukti yang mungkin ditemukan dari tubuh korban termasuk: Referensi sampel DNA dari korban: digunakan untuk identifikasi dan tujuan eliminasi

Apusan genital: dapat mengandung DNA yang berasal dari pelaku kejahatan seksual (contohnya sel-sel sperma atau sel-sel epitel penis)

Apusan payudara dan area genitalia eksterna: DNA dari sel-sel sperma dan DNA dari sel-sel epitel yang ditransfer melalui mulut atau tangan

Apusan permukaan tubuh lainnya yang mungkin telah disentuh atau dipegang, mencari sel-sel epitel yang ditransfer melalui kontak kulit ke kulit dari pelaku kejahatan seksual ke korban termasuk saliva

Guntingan atau kerokan kuku: dapat mengandung sel-sel kulit atau darah dari pelaku kejahatan seksual yang ditransfer saat serangan

Sisiran rambut pubis: transfer rambut pubis orang lain

Pakaian korban

Pakaian dalam: DNA dari cairan semen atau sel-sel epitel

Pakaian luar: DNA dari cairan tubuh yang mungkin ditemukan dan barang bukti lain misalnya serat kain

Barang-barang pribadi: dapat relevan untuk identifikasi atau investigasi kriminal

Alat pemeriksaan medis terpisah harus digunakan untuk masing-masing individu. Pemeriksaan medis lebih baik tidak dilakukan bersamaan tetapi dipisahkan, baik ruang maupun waktu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi silang oleh pihak ketiga atau oleh pemakaian fasilitas pemeriksaan bersama-sama. Alat pemeriksaan medis memuat instruksi pemeriksaan yang eksplisit dan sebuah formulir pemeriksaan medis yang harus dilengkapi pada setiap pemeriksaan.

Deskripsi dari korban hidup tentang rangkaian kejadian sangatlah penting untuk menjadi petunjuk dari mana DNA dapat didapatkan. Sebagai contoh, bila korban mengatakan bahwa pelakunya menciumnya di leher, perlu dilakukan pemeriksaan dan apusan di area tersebut untuk menemukan DNA pelaku.

Apusan yang didapat dari korban atau tersangka sebaiknya tidak disimpan pada media transfer (seperti pada analisis mikrobiologi) karena akan merusak DNA. Selembar kertas yang lebar dapat digunakan untuk mengumpulkan barang bukti yang mungkin jatuh dari tubuh korban atau pakaian selama pemeriksaan. Kertas lebar tersebut harus dilipat dengan hati-hati dan dikumpulkan bersama barang bukti yang lain.(8)2.2.3 Karakterisasi SampelKetika barang bukti dari TKP diterima di laboratorium, benda tersebut biasanya diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya materi organik. Beberapa laboratorium melakukan tes presumtif dan tes konfirmatif sebelum dilakukan DNA profiling. Tes presumtif dilakukan untuk memeriksa apakah benar terdapat cairan biologis seperti darah atau semen pada barang bukti.

Tes presumtif lebih baik apabila sederhana, murah, aman, dan mudah dilakukan. Tes tersebut sebaiknya hanya menggunakan sedikit bahan dan tidak memiliki efek buruk terhadap tes-tes DNA yang akan dikerjakan selanjutnya pada bahan tersebut.

1. Sampel bercak darah

Kebanyakan tes presumtif untuk darah berfokus untuk mendeteksi adanya molekul hemoglobin yang ditemukan dalam eritrosit. Tes yang biasa dilakukan adalah tes imunokromatografi sederhana. Tes ini memiliki batas deteksi Hb 0,07 g/mL dan memiliki spesivisitas untuk darah manusia dan primata lain.

Tes presumtif lainnya adalah tes luminol. Pada tes ini reagen luminol disemprotkan ke barang bukti yang diperiksa lalu barang tersebut diiluminasi di ruang yang gelap.2. Sampel saliva

Untuk sampel saliva dapat digunakan tes amilase. Dua metode umum untuk memeriksa adanya amilase antara lain: tes phadebas dan starch iodine radial diffusion test.

3. Sampel semen

Sampel semen dapat dikarakterisasi melalui visualisasi sel sperma, tes asam fosfatase, atau tes antigen spesifik prostat.Di laboratorium, sampel DNA diekstraksi dan disimpan dalam refrigerator pada suhu -4C atau freezer pada suhu -20C. untuk penyimpanan jangka panjang, sampel DNA bahkan dapat disimpan pada suhu -70C. Suhu optimal untuk penyimpanan sampel DNA adalah -190oC (disimpan dalam nitrogen cair). Molekul DNA bertahan paling baik pada keadaan kering (untuk mencegah hidrolisis basa) dan terlindung dari enzim pencerna DNA yang disebut DNA-se.

2.2.4 Ekstraksi DNA

Sampel biologis yang didapat dari TKP dalam bentuk darah, semen, atau jaringan mengandung beberapa substansi selain DNA. Molekul DNA harus dipisahkan dari materi seluler lainnya sebelum dapat diperiksa karena dapat mengurangi kemampuan analisis DNA. Jumlah dan kualitas DNA harus diukur lagi setelah proses ekstraksi untuk memastikan hasil yang optimal. Prosedur tatalaksana ekstraksi atau isolasi DNA bergantung pada jenis barang bukti yang diperiksa. Berikut ini cara ekstraksi DNA dari bagian-bagian tubuh tertentu:

1. Darah dan Bercak Darah (10-11)

Darah yang diambil adalah darah vena. Darah diambil minimal 1 ml dengan menggunakan antikoagulan EDTA. EDTA akan menjaga agar DNA tidak terjadi degradasi karena DNA-se akan dinon-aktifkan. Bila tidak secara langsung dilakukan ekstraksi, darah dapat disimpan dalam suhu -20oC (freezer).Tahap isolasi DNA:a. Cairkan sampel beku, dan untuk setiap sampel 1 ml, tambahkan 0,8 ml buffer 1X SSC, dan campurkan. Pusingkan selama 1 menit pada 12.000 rpm.b. Buang 1 ml supernatan.c. Tambahkan 1 ml SSC buffer lalu dipusingkan selama 1 menit dan buang semua supernatan.d. Masukkan 375 L NaOAc sebanyak 0.2M pada setiap pellet dan dipusingkan. Lalu tambahkan 25 L 10% SDS dan 5 L proteinase K (20 mg/ml H2O), pusingkan sebentar, lalu inkubasi selama 1 jam pada suhu 55oC.e. Masukkan 120 L phenol/chloroform/isoamyl alcohol dan pusingkan selama 30 detik, pusingkan sampel selama 2 menit pada kecepatan 12.000 rpmf. Pindahkan lapisan yang cair pada tabung sentrifuge yang baru, tambahkan 1 ml etanol 100% yang dingin, campurkan, dan inkubasi selama 10 menit.g. Pusingkan selama 2 menit pada 12.000 rpm.

h. Masukkan 180 L 10:1 buffer TE, vorteks, dan inkubasi pada suhu 55o C selama 10 menit.

i. Masukkan 20 L 2 M sodium acetate dan campurkan. Tambahkan 500 L dari ethanol 100% dingin, campurkan, dan pusingkan selama 1 menit pada 12.000 rpm.

j. Pisahkan supernatan dan cuci pellet dengan etanol 80% sebanyak 1cc, sentrifuge selama 1 menit.dengan 12.000 rpm

k. Pisahkan supernatan, keringkan pellet pada Speedy-Vac selama 10 menit

l. Resuspensi pellet dengan menambahkan 200 L 10:1 buffer TE. Inkubasi selama 1 malam dengan suhu 55o C, simpan sampel pada suhu -20o C.2. Jaringan (tissue)(12)a. Nyalakan air sampai suhu 55C.b. Ambil sedikit jaringan (=1.0-mm persegi), lalu hancurkan dengan scalpel.c. Pindahkan ke sentrifuge, masukkan 600 ml buffer TNES dan 35 ml Proteinase K (20 mg/ml). Campur sampel.d. Inkubasi selama 1 hari pada suhu 50oC. Tambahkan 166 ml NaCl 6M. Kocok selama 20 detik. Lalu, mikrofuge sampel 14.000 rpm selama 10 menit pada suhu ruangan. Pindahkan ke tabung baru.e. Masukkan Etanol 100% dingin. Pusingkan selama 20 menit dengan 12.000 rpm, pada suhu 4 oC.f. Pisahkan supernatan, cuci pellet DNA dalam 200-700 ml etanol 100%. Buang etanol, lalu campur pellet dengan Etanol 70%. Buang sisa etanol, lalu keringkan sediaan. Jika sudah kering, campurkan dengan air steril sebanyak 200 l.3. Sampel dari Mukosa Rongga Mulut

a. Berkumurlah dengan kuat dengan 8 ml air selama 2 menit dan tuangkan air kumur ke dalam tabung plastik (tabung Falcon).

b. Pindahkan 2 ml cairan ini ke dalam tabung Eppi dengan pipet dan pusingkan selama 2 menit pada kecepatan 3.200 rpm.

c. Buanglah cairannya (supernatan). Ulangi langkah a) sampai c) paling sedikit sebanyak 2 kali.

d. Untuk isolasi DNA, tambahkan 500 l buffer lysis pada pellet dengan tips biru.

e. Jentikkan tabung Eppi dengan jari Anda sampai pelet menghilang (larut)

f. Tambahkan 100 l precipitation buffer, kocoklah tabung Eppi dan letakkan di dalam es selama 5 menit. Amati, apa yang terjadi pada larutan tersebut.

g. Tabung Eppi dipusingkan selama 15 menit pada kecepatan maksimum untuk mengendapkan protein.

h. Pindahkan sekitar 400 l supernatan ke dalam tabung Eppi baru yang telah berlabel. Tambahkan 360 l isopropanol. Jika Anda sanggup memindahkan lebih dari 400 l supernatan, Anda harus menambahkan isopropanol. Kemudian letakkan kembali tabung Eppi ke dalam es selama beberapa menit.

i. Kocoklah tabung dengan baik dan pusingkan kembali pada kecepatan maksimum selama 15 menit.

j. Dengan hati-hati buanglah supernatan dan tambahkan 500 l 70% etanol dingin dan letakkan sentrifugasi kembali pada kecepatan maksimum selama 5 menit.

k. Setelah supernatan dibuang, Anda mungkin dapat melihat pellet putih kecil pada dasar tabung. Keringkan Eppi pada 60C pada balok pemanas (biarkan terbuka) dan tambahkan 30 l air.

4. Sperma dan Bercak Sperma(13)Prosedur penarikan sel-sel spermaa. Memasukkan sampel ke dalam tabung ekstraksi dan menambahkan 500 l BufferStain Ekstraksi dan 5 l Proteinase K (20 ug/ul). Campur hingga homogen dan inkubasi selama 2 jam pada suhu 37oC.b. Pusingkan selama 5 menit pada kecepatan 16.000 rpm.c. Membagi sampel menjadi 3 fraksi : F1, F2, F3. F3 adalah cairan yang tumpah, ditempatkan pada tabung ekstraksi baru, untuk selanjutnya diproses sesuai kebijaksanaan analis, F1: Pisahkan cairan supernatan pada tabung mikrosentrifus, F2: Pellet sel sperma dibiarkan pada tabung ekstraksi awal.d. Fraksi F2:1) Menambahkan 500 l Buffer Stain Ekstraksi dan 5 l Proteinase K (20 ug/ul).Campur hingga homogen dan inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC2) Pusingkan selama 5 menit pada kecepatan 16.000 rpm.

3) Pisahkan dan singkirkan supernatan.4) Memurnikan pellet sel sperma dengan 1 ml TNE, pusingkan pada kecepatan maksimum selama 10 menit. Pisahkan dan buang buffer TNE. Setelah dimurnikan,1 l pellet dapat diambil untuk KPIC.e. Campur hingga homogen dan inkubasi selama 2 jam pada suhu 37oC.f. Letakkan sampel F3 pada tabung ekstraksi dan pusingkan selama 5 menit pada kecepatan 16.000 rpm

g. Ektraksi organik : tambahkan 500 l phenol/kloroform/isoamyl alcohol pada cairan. Kocok selama 1 menit hingga diperoleh emulsi keruh. Pusingkan selama 2 menit dengan kecepatan maksimum

h.Menempatkan cairan jernih dari ekstraksi organik ke dalam tabung Microcon 100. Pusingkan, lalu keringkan.

i.Menambahkan 50-100 l TE lagi untuk membersihkan komponen residu ektraksi dari DNA. Pusingkan hingga kering.

j. Menambahkan TE secukupnya, saring, lalu mencampur hingga homogen.

k. Inkubasi sampel minimal selama 1 jam pada suhu 56oC.5. Tulang (A)Isolasi DNA untuk tulang dilakukan melalui beberapa tahapan:

a. Hancurkan tulang sampai berupa bubukan halus sehingga diperoleh bubukan tulang berukuran 100 m. Campur 1 gr bubuk tulang dengan 10 ml EDTA 0,5 M (pH 7,5), Lalu dipusingkan, diinkubasi pada suhu 6oC dalam alat ultrasonik selama 2 jam. Proses tersebut dipantau denganmenambahkan larutan amonium oksalat pH 3,0 jenuh dan proses dihentikan setelah larutan jernih.b. DNA diisolasi dari tulang yang didekalsifikasi menggunakan 4 metode, yaitu metode Maxim (Silika/guanidium tiosianat), peranti DNAZol, piranti Ready AMP, dan ekstraksi menggunakan garam dapur NaCl.

c. DNA yang dihasilkan diukur menggunakan piranti DNA DipStick.d. Dan ketiga, dilakukan visualisasi DNA pada gel agarosa konvensional menggunakan metode pengecatan perak dan perancangan primer menggunakan perangkat lunakdatabase the Human Gene bank dengan sekuen: 5-CTGATGGTTGGCCTCAAGCCTGTG-3 (Indrasex1) dan 5-TAAAGAGA-TTCATTAACTTGACTG-3 (Indrasex2) yang dapat menghasilkan produk PCR X-spesifik dan Y-spesifik menggunakan gel agarosa biasa.

e. DNA siap digunakan.6. Gigi (14)Isolasi DNA untuk gigi dapat dilakukan melalui beberapa tahapan.

a. Gigi dibuat menjadi bubukan halus dengan cara dibor dengan mesin yang telah dimodifikasi sehingga kecepatannya dapat diatur (dirangkai serial dengan alat dimmeruntuk lampu). Hilangnya bubukan tulang dapat diperkecil dengan menampung bubukan tersebut dalam tabung polypropylene 50 ml.b. Hasil bubukan tulang berukuran 100 micron sebanyak 1 gram yang tertampung dalam tabung steril nunc tersebut didekalsifikasi dengan 10 ml 0,5 M EDTA (pH 7,5).c. Setelah divortex, diinkubasi pada suhu 56C dalam alat ultrasonik selama 2 jam. Bubukan tulang akan langsung menyebar saat ditambah larutan EDTA. Proses dekalsifikasi dimonitor dengan penambahan larutan ammonium oxalate pH 3,0 jenuh.

d. Jika larutan tetap jernih, proses dekalsifikasi dihentikan.

e. Jumlah DNA yang dihasilkan ditentukan dengan menggunakan "DNA Dip-Stick Kit

f. DNA siap digunakan.Teknik-teknik utama untuk ekstraksi DNA yang sekarang banyak digunakan dalam laboratorium DNA adalah ekstraksi organik, ekstraksi Chelex, dan FTA atau ekstraksi fase-solid.1. Ekstraksi OrganikEkstraksi organik, juga disebut ekstraksi fenol-kloroform, telah digunakan paling lama dan dapat digunakan untuk situasi di mana RFLP dan atau PCR digunakan. DNA dengan berat molekul tinggi yang penting untuk metode RFLP dapat diperoleh paling efektif melalui cara ini namun metode ini memakan waktu lama, melibatkan bahan kimia berbahaya dan memerlukan pemindahan bahan melalui beberapa tabung sehingga menaikkan risiko kontaminasi.

2. Metode Chelex Metode ini dapat mengekstraksi DNA lebih cepat dari metode organik. Selain itu, ekstraksi Chelex melibatkan lebih sedikit langkah sehingga kontaminasi bisa diminimalisisasi. Namun, metode ini menghasilkan DNA untai tunggal sehingga hanya berguna untuk prosedur berbasis PCR. Selain itu, tes ini juga menghilangkan inhibitor PCR sehingga dapat menjadi suatu keuntungan untuk PCR.

3. FTA paper FTA paper adalah kertas serap berbasis selulosa. Metode ini memiliki keuntungan karena menghasilkan data konsisten dan dapat diautomatisasi.

4. Ekstrasi fase-solid Merupakan ekstraksi di mana DNA diikat secara selektif pada sebuah substrat seperti silica dan dilepaskan pada pencucian yang memisahkan DNA dari protein dan komponen seluler lainnya. Metode yang paling banyak digunakan adalah Qiagen columns, DNA IQ, dan PrepFiler.5. Differential ekstraksiModifikasi ekstraksi organik yang memisahkan sel epitel dan sel sperma. Metode ini umum digunakan untuk mengisolasi DNA pria dan wanita pada barang bukti kasus-kasus perkosaan yang mengandung campuran kedua jenis DNA tersebut.

Gambar 6: Proses ekstraksi DNA

Sebelum dilakukan analisis tertentu, penting untuk menentukan berapa banyak DNA yang tersedia, dan juga apakah DNA tersebut berasal dari manusia, serta telah terdegradasi atau belum. DNA yang tersedia dalam bagian yang relatif besar disebut height molecular weight (HMW).(15)2.2.5 Pemeriksaan Elektroforesis(1)Produk PCR dari short tandem repeat DNA harus dipisahkan dalam bentuk yang memungkinkan setiap alel dapat dibedakan dari alel lain. Alel heterozigot diuraikan dengan cara ini melalui suatu metode pemisahan ukuran yang dikenal sebagai elektroforesis. Media pemisahan dapat dalam bentuk gel slab atau kapiler.

Kata elektroforesis berasal dari bahasa Yunani elektron (muatan) dan bahasa Latin phore (pembawa). Dengan demikian, proses elektroforesis mengacu pada muatan listrik yang dibawa oleh molekul. Di bawah pengaruh medan listrik, molekul DNA dalam buffer akan bermigrasi jauh dari elektrode negatif (katoda), dan bergerak menuju elektroda positif (anoda). Semakin tinggi tegangan, semakin besar gaya yang diterima oleh molekul DNA dan semakin cepat DNA bergerak. Pergerakan ion dalam medan listrik akan menghasilkan panas. Panas ini harus dihamburkan atau akan diserap oleh sistem. Panas berlebih dapat menyebabkan gel slab menghasilkan the smiling band atau dalam kasus yang sangat parah gel dapat benar-benar mencair dan rusak. Elektroforesis kapiler memberikan keuntungan karena panas bisa lebih mudah dihamburkan dari kapiler yang memiliki rasio permukaan-volume yang tinggi. 1. Slab gel

Slab gel terdiri dari matriks mikroporus yang akan dilewati molekul DNA selama elektroforesis. Material gel dicampur bersama dan dituangkan ke dalam cetakan untuk menyusun struktur gel slab. 'Sisir' dari sampel ditempatkan ke dalam sehingga gigi-gigi dari sisir tersebut tertanam dalam matriks gel. Setelah gel dipadatkan, sisir dilepas, yang akan meninggalkan sumur yang digunakan untuk memuat sampel DNA. Format dasar untuk sistem elektroforesis gel ditunjukkan pada gambar 7.

Gambar 7: Skema dari sistem elektroforesis gel. Horizontal gel terendam dalam tangki penuh buffer elektroforesis. Sampel DNA dimuat ke sumur di bagian atas gel. Ketika tegangan diterapkan di dua elektroda, molekul DNA bergerak menuju anoda dan terpisah berdasarkan ukuran. Jumlah jalur yang tersedia pada gel tergantung pada jumlah gigi pada sisir yang digunakan untuk defi ne sumur loading. Setidaknya satu lajur pada gel masing-masing diambil oleh standar ukuran massa molekul relatif yang digunakan untuk memperkirakan ukuran band sampel di jalur lain.

Jenis-jenis gel untuk pemeriksaan elektroforesis:

Dua jenis gel biasa digunakan dalam biologi molekular dan laboratorium DNA forensik hari ini untuk memisahkan DNA. Gel agarosa memiliki ukuran pori yang cukup besar dan digunakan untuk memisahkan molekul DNA yang lebih besar, sementara gel poliakrilamida digunakan untuk mendapatkan pemisahab resolusi tinggi untuk molekul DNA yang lebih kecil, biasanya di bawah 500 atau 1000 pb. Selama bertahun-tahun, metode typing DNA forensik telah menggunakan kedua jenis gel. Metode Restriction fragment length polymorphism (RFLP) yang menggunakan gel agarosa untuk memisahkan fragmen DNA mulai dari ukuran 600 ke ~23.000 bp. Molekul DNA dengan massa molekul relatif yang rendah tidak dapat dipisahkan dengan gel slab agarose. Di sisi lain, alel STR PCR-amplified, yang memiliki ukuran dari ~100 sampai 400 bp, lebih baik menggunakan gel polyacrylamide.

Apabila beberapa lokus STR yang mengandung mikrovarian, kemampuan resolusi tinggi dari gel poliakrilamida sangat penting untuk memisahkan molekul DNA berukuran mirip yang mungkin hanya dibedakan satu nukleotida.

a. Gel Agarosa

Agarosa pada dasarnya adalah jenis rumput laut dan memiliki pori-pori dengan diameter 2000 angstrom () (200 nm). Gel agarosa mudah disiapkan oleh menimbang jumlah bubuk agarosa yang diinginkan dan mencampurnya dengan buffer elektroforesis. Campuran ini dapat cepat dibuat mendidih dengan microwave sampai larutan bubuk agarosa dapat larut. Setelah larutan tidak terlalu panas, larutan dituangkan ke kotak gel untuk menentukan bentuk gel dan ketebalan.

Sisir dimasukkan ke cairan agarosa sebelum dingin untuk membentuk sumur dengan gigi-gigi sisir itu. Setelah agarosa menjadi gel, sisir dilepas, yang akan meninggalkan sumur-sumur kecil yang dapat menampung 5 sampai 10 uL sampel atau lebih, tergantung pada ukuran gigi dan kedalaman di mana mereka ditempatkan pada gel agarosa. Gigi-gigi sisir menentukan jumlah sampel yang dapat dimuat ke gel serta jalur akan ditempatkan. Ada dua jenis sisir: persegi dan gigi hiu.

Buffer elektroforesis dituangkan ke atas gel sampai sepenuhnya terendam. Dua buffer biasanya digunakan pada elektroforesis, Tris-asetat-EDTA (TAE) dan Tris-borate-EDTA (TBE). Sampel dicampur dengan loading dye dan dimasukkan dengan pipet ke masing-masing sumur gel yang terendam. Loading dye berisi campuran bromofenol biru, pewarna biru tua yang membantu analis melihat sampel, dan sukrosa untuk meningkatkan viskositas sampel dan mengakibatkan sampel tertinggal di sumur sebelum tegangan dinyalakan dan elektroforesis dimulai. Jumlah sampel yang dapat dijalankan secara paralel pada gel ditentukan oleh jumlah gigi pada sisir dan jumlah sumur. Biasanya antara 8 dan 24 sampel yang dijalankan pada waktu yang sama pada gel agarosa. Sampel dengan massa molekul relatif standar dijalankan dalam beberapa jalur yang sebagai pembanding untuk memungkinkan estimasi ukuran masing-masing sampel DNA.

Setelah sampel tersebut ditempatkan, kover penutup ditempatkan di atas kotak gel yang mengandung gel terendam dan elektroda pada kedua ujung gel dihubungan ke sumber listrik. Anoda (elektroda positif) ditempatkan pada ujung gel terjauh dari sumur untuk menarik molekul-molekul DNA melalui bahan gel. Biasanya listrik 100-600 volt (V) ditempatkan di gel agarosa, yang panjangnya 10 sampai 40 cm, untuk menghasilkan medan listrik sekitar 1 sampai 10 V/cm.

Ketika molekul DNA yang bergerak melalui gel, mereka akan dipisahkan sesuai ukuran (yang lebih kecil bergerak lebih cepat dan mudah melalui pori-pori gel). Sebagai ilustrasi, molekul DNA dapat diumpamakan sebagai pelari maraton dengan kemampuan yang berbeda. Mereka semua mulai bersama di awal dan kemudian terpisah selama 'ras' melalui gel. Molekul-molekul DNA yang lebih kecil bergerak lebih cepat daripada yang lebih. Ketika pemisahan selesai, gel di-scan atau difoto untuk mencatat hasil pemeriksaan dan perbandingan. Dalam hal elektroforesis kapiler seperti akan dijelaskan di bawah ini, deteksi DNA dilakukan pada fixed point dan dengan demikian bahkan lebih mirip dengan lomba maraton karena setiap molekul akhirnya akan melewati 'garis finish' dan masing-masing memiliki waktu tempuh dari awal selesai direkam.b. Polyacrylamide Gel

Polyacrylamide gel memiliki ukuran pori-pori jauh lebih kecil ( 100 sampai 200 ) dibandingkan gel agarosa (1500-2000 ). Rata-rata ukuran pori-pori gel merupakan faktor penting untuk menentukan kemampuan gel slab dalam membedakan atau menguraikan dua fragmen DNA yang berukuran sama. Gel PA dapat dijalankan dalam format horizontal maupun vertikal. Jenis kotak gel akan menentukan format tersebut. Deteksi pita DNA dalam gel polyacrylamide dapat dilakukan dengan pewarna fluoresens atau pewarnaan perak.

2. Capillary Electrophoresis

Capillary Electrophoresis (CE) adalah metode baru dalam elektroforesis. Pemisahan molekul DNA dengan CE pertama kali dilakukan pada akhir tahun 1980-an. Sejak diperkenalkannya instrumentasi CE yang baru di pertengahan 1990-an, teknik ini semakin disukai untuk analisis forensik rutin. Dibandingkan teknik elektroforesis menggunakan gel slab yang telah digunakan selama lebih dari 40 tahun, ada sejumlah keuntungan dalam menganalisis DNA dengan metode elektroforesis kapiler. Gambar di bawah ini menunjukkan skema instrumen elektroforesis kapiler yang digunakan untuk analisis DNA.

Gambar 7: Skema elektroforesis kapiler

Kelebihan Capillary Electrophoresis daripada gel slab

Pertama dan terutama, langkah-langkah injeksi, pemisahan, dan deteksi dapat sepenuhnya dilakukan secara otomatis, yang memungkinkan beberapa sampel dijalankan tanpa pengawasan. Selain itu, hanya sejumlah kecil dari sampel yang dikonsumsi dalam proses injeksi, sehingga menyisakan banyak sampel yang mudah diuji ulang jika diperlukan. Hal ini merupakan keuntungan yang penting terutama pada spesimen forensik berharga yang sering tidak dapat dengan mudah diganti.

Pemisahan dalam kapiler dapat dilakukan dalam beberapa menit bukan jam karena tegangan tinggi yang diizinkan dengan pembuangan panas yang lebih baik dari kapiler. Keuntungan lain adalah bahwa instrumen CE dirancang sedemikian rupa sehingga informasi kuantitatif sudah tersedia dalam format elektronik setelah selesai proses. Tidak ada langkah tambahan yang diperlukan seperti pemindaian gel atau mengambil gambar. Pelacakan Lane tidak perlu karena sampel sudah terkandung dalam kapiler, juga tidak ada risiko kontaminasi silang oleh kebocoran sampel dari saluran yang berdekatan dengan metode CE. Kekurangan Capillary ElectrophoresisSampai saat ini kelemahan utama instrumen CE adalah waktu yang diperlukan untuk menjalankan beberapa sampel dalam waktu yang ditentukan. Nilai di mana sampel dapat diproses disebut throughput. Karena sampel dianalisis secara berurutan, satu per satu, instrumen kapiler tunggal tidak dapat dengan mudah memproses sampel dalam jumlah banyak dibandingkan dengan gel yang dapat memproses beberapa sampel sekaligus. Keterbatasan CE ini diatasi dengan pengembangan capillary array system yang dapat memproses sampel secara bersamaan, sehingga meningkatkan throughput sampel.

Kekurangan CE yang lain adalah instrumennya memerlukan start up cost yang lebih tinggi (saat ini lebih dari $ 50.000) dari sistem elektroforesis gel slab, dan hal ini menjadikan beberapa laboratorium tidak menggunakan CE. Namun demikian, karena otomatisasi dan kemudahan penggunaan, instrumen CE sekarang menjadi yang utama di hampir semua laboratorium typing DNA forensik.

2.2.6 Southern Blot(16)Prosedurnya yaitu:1. DNA (dari genom atau sumber lain) dicerna dengan enzim restriksi dan dipisahkan oleh gel elektroforesis, biasanya gel agarosa. Karena ada banyak fragmen restriksi di gel, tampilannya menjadi mirip hasil smear daripada pita. DNA tersebut didenaturasi menjadi untai tunggal dengan NaOH.

2. DNA dipindahkan ke membran yang merupakan secarik kertas khusus blotting. Fragmen DNA mempertahankan pola pemisahannya di gel.

3. Blot diinkubasi dengan banyak salinan probe yang merupakan DNA untai tunggal. Probe tersebut akan membentuk hubungan basa dengan sekuen DNA komplemennya dan berikatan membentuk molekul DNA untai ganda. Probe tersebut ditempelkan dengan bahan radioaktif atau enzim.

4. Lokasi probe diungkapkan dengan menginkubasinya dengan substrat tanpa warna yang akan diubah enzim menjadi produk berwarna yang dapat dilihat atau mengeluarkan cahaya yang terlihat pada film sinar-X. Jika probe diberi label dengan zat radioaktif, lalu dapat langsung dilihat dengan film X-ray.

Gambar 8: Southern Blot. Setelah DNA dipisahkan dalam berbagai ukuran dalam gel Agarose, mereka didenaturasi menjadi rantai tunggal dan ditransfer ke membran nylon. Membran lalu dipaparkan ke probe DNA. Setelah itu divisualisasikan lewat film X-ray.

2.2.7 Jenis-jenis Pemeriksaan DNA1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)

Teknik pertama yang digunakan untuk pemeriksaan DNA dalam bidang forensik adalah RFLP. RFLP yaitu suatu polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNA setelah dipotong sengan enzim restriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number of Tandem Repeats (VNTR). Teknik ini dilakukan dengan memanfaatkan suatu enzim restriksi yang mampu mengenal urutan basa tertentu dan memotong DNA. Urutan basa tersebut disebut sebagai recognition sequence.

Teknik RFLP diawali dengan proses pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi segmen-segmen yang berbeda. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan electrophoresis, dan prinsip pada proses ini adalah potongan DNA yang lebih pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang.

Untuk mendeteksi adanya segmen yang bersifat polimorfik maka dilakukan suatu prosedur yang disebut sebagai Southern Blooting. Dalam prosedur ini pada gel ditambahkan suatu zat kimia yang berfungsi untuk memisahkan rantai ganda menjadi rantai tunggal kemudian membran nilon diletakkan diatas gel dan bahan penyerap diatas membran nilon. Cairan akan bergerak ke dalam bahan penyerap bersama potongan DNA rantai tunggal. Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada nilon. DNA probe yang tidak berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-Ray. Pada proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola inilah yang dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari sumber yang sama. Pada teknik RFLP tidak hanya digunakan satu DNA probe, di mana DNA probe yang berbeda menandai lokus yang berbeda.

Gambar 9: Autoradiografi RFLP. Setiap garis vertikal mempunyai sampel DNA yang berbeda. Sampel di kolom ke 5-7 dan 9 mencerminkan profil genetik.

2. Polymerase Chain Reaction (PCR)

Metode PCR adalah suatu metode untuk memperbanyak DNA tempelate tertentu dengan enzim polymerase DNA. Reaksi teknik ini didesain seperti meniru penggandaan atau replikasi DNA yang terjadi dalam mahluk hidup akan tetapi hanya pada segmen tertentu dengan bantuan enzim DNA polymerase sebanyak 20 s.d. 40 siklus (umumnya 30 siklus), dengan tingkat akurasi yang tinggi. Proses ini berlangsung secara in vitro dalam tabung reaksi sebesar 200 l. Walaupun digunakan sampel DNA yang sedikit, PCR mampu menggandakan atau mengkopi DNA tempelate hingga milyaran kali jumlah semula sehingga dapat diperoleh informasi genetik.

Sampel DNA yang disiapkan untuk metode PCR dapat dianalisis menggunakan beberapa cara. Secara umum variasi per lokus sampel DNA yang disiapkan melalui PCR lebih rendah daripada variasi RFLP. Dengan demikian hasil dapat diperoleh dari sampel yang kurang secara kualitas maupun kuantitas namun kekuatan diskriminasinya lebih rendah dengan jumlah lokus yang sama. Kekuatan metode analisa PCR adalah kemampuan untuk menganalisa beberapa lokus secara bersamaan dengan proses yang otomatis.

PCR dilakukan dengan menggunakan mesin Thermall Cycler yang dapat menaikkan dan menurunkan suhu dalam waktu cepat sesuai kebutuhan siklus PCR.

Proses yang terjadi pada tenik ini serupa dengan cara DNA memperbanyak jumlahnya dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di laboratorium, yaitu :

a. Proses Denaturasi, yaitu memanaskan segmen atau urutan DNA rantai ganda pada suhu 960C, sehingga DNA rantai ganda akan memisah menjadi rantai tunggal.

b. Proses Annealing atau Hybridiztion. Pada proses ini setiap rantai tunggal tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer. Tahap ini dilakukan dengan menurunkan suhu hingga kisaran 40 60oC selama 20 s.d. 40 detik.

c. Proses Extention atau Elongation. Pada tahap ini DNA polymerase ditambahkan dan dilakukan peningkatan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA polymerase, yaitu suhu 70 oC s.d. 72 oC. Kemudian DNA polymerase akan memasangkan dNTP yang sesuai dengan pasangannya dilanjutkan dengan proses replikasi. Enzim akan memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung dan lamanya waktu ektensi bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi.

Selain ketiga proses tersebut, biasanya PCR didahului dan diakhiri oleh tahap Pre-Denaturasi. Tahapan ini dilakukan selama 1 s.d. 9 menit di awal reaksi untuk memastikan kesempurnaan denaturasi dan mengaktivasi DNA polymerase. Tahap terakhir yang dilakukan seletah siklus PCR terakhir disebut tahap Final Elongasi. Biasanya dilakukan pada suhu optimum enzim 700C s.d. 720C selama 5 s.d. 15 menit untuk memastikan bahwa setiap rantai tunggal yang tersisa sudah diperpanjang secara sempurna.

Gambar 10: Polymerase Chain Reaction (PCR). PCR memungkinkan fragment DNA tertentu direplikasi dengan peningkatan ekponensial.3. PCR STR (PCR Short Tandem Repeats)

Metode ini adalah salah satu metode analisis yang berdasarkan pada metode Polymerase Chain Reaction (PCR). STR adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk menggambaran urutan DNA pendek (2 s.d. 5 pasangan basa) yang diulang. Genom setiap manusia mengandung ratusan STR. Metode ini paling banyak dikembangkan karena cepat, otomatis, dan memiliki kekuatan diskriminasi tinggi. Dengan metode STR dapat dilakukan pemeriksaan sampel DNA yang rusak atau di bawah standar karena ukuran fragmen DNA yang diperanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 s.d. 500 pasangan basa. Selain itu, pada metode ini dilakukan pemerksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme dengan memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung. Cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STR dan perbedaan panjang atau pengulangan basa STR. Metode STR mempunyai kelemahan yaitu mensyaratkan penggunaan tiga belas lokus, sedangkan DNA inti hanya memiliki dua salinan molekul dalam setiap sel. Hal ini menyulitkan utuk menganalisis ketigabelas lokus tersebut, terutama pada laboratorium prasarana sederhana. Ketigabelas lokus yang diperiksa:(1) CSF1PO

FGA

TH01

TPOX

VWA

D3S1358

D5S818

D7S820

D8S1179

D13S317

D16S539

D18S51

D21S11

Gambar 11: PCR

4. Y Short Tandem Repeats

Y STR adalah STR yang sitemukan pada kromosom Y. Y STR dapat diperiksa dengan menggunakan jumlah sampel kecil dan rusak dengan metode dan alat yang sama dengan pemeriksaan STR kromosom autosomal. Karena kromosom Y hanya terdapat pada pria maka Y STR dapat berguna untuk menyaring informasi genetik yang spesifik dari pria yang menjadi sampel.

Pemeriksaan Y STR dapat digunakan untuk memeriksa sampel tanpa sperma yang bercampur antara laki-laki dan perempuan, seperti sampel darah atau air liur yang diambil dari korban kasus perkosaan. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi profil pria ketika hanya profil wanita yang tampak jelas saat menggunakan STR. Karena kromosom Y tidak mempunyai homolog pada genom manusia, maka disebut hemyzygous. Kromosom Y tidak mempunyai partner yang sama seperti pada kromosom autosomal. Walaupun ia berpasangan selama pembelahan sel, rekombinasi genetik yang terjadi hanya sedikit atau tidak ada sama sekali, hal ini diwariskan kepada keturunannya Y, karena kromosom Y diturunkan oleh ayah kepada anak laki-laki.5. Mitochondrial DNA (mt DNA)

Mitokondria adalah partikel intraseluler yang terdapat di luar nukleus dalam sitoplasma sel. Mitokondria mengandung DNA kecil berupa molekul berbentuk sirkular yang terdiri dari 16.569 padangan basa yang dapat diidentifikasi. Setiap sel mengandung 100 s.d. 1000 mitokondria.

Ciri khas mt-DNA adalah pola penurunannya. Tidak seperti DNA inti yang tersusun dari kombinasi separuh DNA orang tua, mt-DNA hanya mengandung DNA ibu. Mitokondria diturunkan melalui sel telur tidak melalui sperma walaupun sperma secara struktural megandung mitokondria dalam jumlah kecil Hal ini disebabkan karena bagian mitokondria sperma tidak masuk ke dalam sel telur sehingga hanya mitokondria ibu yang secara normal diturunkan pada anaknya.

Mt-DNA bersifat seperti kromosom Y yang tidak punya homolog pada genom manusia sehingga disebut hemyzigous. Hal ini menyebabkan mt-DNA dan kromosom Y diturunkan secara spesifik. Jika dari pemeriksaan mt-DNA dapat mengetahui garis ibu, dari pemeriksaan kromosom Y dapat diketahui garis ayah pada anak laki-laki. Perbedaan yang terlihat bahwa mt-DNA adalah marker sitoplasmik yang diturunkan ibu kepada semua anaknya sedangkan kromosom Y adalah marker nuklear yang hanya diturunkan seorang ayah pada anak laki-lakinya.

2.2.8 Faktor Kontaminan yang Dapat Mengganggu Proses Pemeriksaan DNAProses amplifikasi PCR dapat dipengaruhi oleh zat-zat yang disebut inhibitor yang mengganggu atau mencegah jalannya proses tersebut. Zat inhibitor dapat: (1) mengganggu lisis sel untuk ekstraksi DNA, (2) mendegradasi asam nukleat, dan (3) menghambat aktivitas polymerase untuk replikasi DNA. Dua contoh inhibitor PCR yang umum ditemukan pada kasus-kasus forensik adalah hemoglobin dan pewarna indigo dari jeans. Melanin dari sampel rambut dapat menjadi inhibitor ketika hendak memperbanyak DNA mitokondria.(1)Tabel 3: Faktor Kontaminan yang dapat menghambat PCR

2.2.9 Interpretasi Hasil Pemeriksaan DNA

Tujuan dari pemeriksaan DNA adalah untuk membuktikan apakah sampel yang diperiksa benar-benar berasal dari orang tertentu. Setelah hasil pemeriksaan dibandingkan dengan data yang ada ataupun dari reference sample, dapat ditarik kesimpulan berupa:(15)1. Eksklusi

Tipe DNA berbeda sehingga dapat dipastikan bahwa DNA berasal dari sumber yang berbeda. Kesimpulan ini mutlak dan tidak memerlukan analisis ataupun diskusi lebih lanjut.

2. Inkonklusif

Dari hasil pemeriksaan, tidak dapat dipastikan apakah tipe DNA yang dibandingkan bersesuaian. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti degradasi, kontaminasi, atau adanya kegagalan dalam tahap tertentu (misalnya penghambatan enzim restriksi). Berbagai bagian dalam analisis mungkin dapat diulang terhadap beberapa sampel untuk memperoleh hasil yang lebih jelas.

3. Inklusi

Tipe DNA bersesuaian dan dapat berasal dari orang yang sama.

Tabel 4: Informasi pada autosomal loci yang sering digunakan. Bagian yang dicetak tebal merupakan 13 loci CODIS.

2.3 Aplikasi Teknologi Identifikasi DNA dalam Bidang Forensik2.3.1 Pemeriksaan Barang Bukti

Ketika seorang individu meninggalkan sel nukleus, orang tersebut juga meninggalkan sidik DNA dirinya. Ilmu forensik menggunakan informasi tersebut untuk mengaitkan antara tersangka suatu kasus pidana dengan barang bukti biologis yang tertinggal di tempat kejadian perkara.(15)

DNA typing cocok digunakan pada barang bukti yang ditinggalkan oleh kejahatan yang terdapat tindakan kekerasan maupun adanya pertukaran cairan tubuh antara pelaku dan korban, seperti kasus perkosaan, sodomi, pembunuhan. Dari bahan yang dapat digunakan antara lain: darah, semen, rambut, kulit.(9,15) Eksklusi yang dilakukan oleh DNA adalah mutlak dan banyak narapidana yang sebelumnya bersalah dibebaskan karena barang bukti yang lama di tes kembali dengan teknik DNA.(15)2.3.2 PaternitasKarena DNA mengandung informasi herediter yang diwariskan dari ayah ke anak, teknik DNA ini merupakan teknik terpilih untuk tes paternitas. Masalah paternitas merupakan kali pertama di mana DNA typing digunakan.(15)Hukum segregasi dari Mendel mengatakan bahwa molekul DNA yang merepresentasikan salah satu bentuk dari gen (sebuah alel) diwariskan dari salah satu orang tua berupa 1 salinan dari gen. Alel yang kita dapatkan dapat identik dan kita sebut dengan homozigot maupun berbeda dan disebut heterozigot. Dari hukum Mendel ini maka kita dapat menentukan frekuensi suatu progeni dari kombinasi gen tersebut.(1)Paternitas ditentukan dari ada atau tidaknya alel yang sama antara anak dan ayah yang diduga. Jadi, hasil dari tes paternitas adalah eksklusi maupun inklusi. Tes paternitas memanfaatkan short tandem repeat (STR). Akan tetapi, dalam tes paternitas kita tidak mencari kecocokan secara komplet dalam profil DNA, tetapi kita hanya mencari alel yang non-maternal. Hal di atas didasarkan atas: Bila tidak ada mutasi, seorang anak akan menerima 1 alel dari masing-masing orang tua pada setiap lokus genetik yang diperiksa.

Gambar 12: Pola Mendel. Pola Mendelian menunjukkan bahwa sang ibu yang memiliki alel A dan B, mewariskan salah satu alelnya kepada anaknya, begitu juga dengan dari ayah.Contoh: bila ayah dengan genotype 11, 14 dan ibu dengan genotype: 8, 12, akan menghasilkan genotype antara lain: 8,11; 8,14; dan 11,12; serta 12,14. Jadi, bila genotype dari ibu diketahui adalah 8, dan 12; dan alel pada anak adalah: 8, 11, 12, dan 14, maka kita dapat mengatakan bahwa alel dari sang ayah adalah: 11 dan 14.(1)

Gambar 13: Contoh keluarga di mana ke-2 orang tua memiliki alel yang berbeda, memungkinkan identifikasi alel obligat pada setiap anak mereka.

Tes paternitas menjadi lebih rumit bila ayah dan ibu mempunyai alel yang sama. Bila demikian, perlu digunakan indeks paternitas. Indeks paternitas dengan formula X/Y, di mana X adalah kemungkinan ayah dapat mewariskan alel dan Y adalah kemungkinan laki-laki lain dari ras yang sama dapat mewariskan alel tersebut. Umumnya Y didapatkan dari tabel statistik yang menunjukkan distribusi frekuensi dari berbagai macam alel.

Indeks paternitas dihitung untuk beberapa lokus lalu indeks paternitas dikalikan untuk mendapatkan indeks paternitas gabungan. Standar minimum supaya suatu indeks paternitas bisa digunakan adalah 100 atau lebih. Indeks paternitas yang lebih dari 100 mempunyai akurasi 99%.

Bila ada satu DNA yang tidak tersedia, contoh: ayah atau ibu, dibutuhkan pemeriksaan lokus genetik tambahan, contoh: DNA mitokondria, kromosom Y, atau kromosom X.(1)Tes paternitas terbalik

Dalam identifikasi pada kejadian bencana besar, mencari orang hilang, maupun dalam mengidentifikasi bagian tubuh seseorang, pertanyaan yang muncul bukan apakah seorang anak adalah anak seseorang atau bukan, tetapi kebalikan dari tes paternitas, yaitu: siapakah orang tua dari anak ini.(1)Sampel DNA yang diperiksa sama dengan tes paternitas yaitu dari ibu, ayah, maupun anak. Umumnya akan lebih baik bila didapatkan sampel dari kedua orang tua. Namun kadang hanya didapatkan satu sampel, baik ayah atau ibu, sehingga membuat tes paternitas terbalik tersebut semakin sulit dilakukan.(1)

Gambar 14: Tes Paternitas. Bentuk paling umum dari tes paternitas, menggunakan sampel dari ibu dan anak untuk memastikan seseorang yang diduga ayah, merupakan ayah yang sebenarnya atau bukan.2.3.3 Identifikasi Korban Bencana

Sistem DNA typing juga digunakan pada bencana yang besar untuk identifikasi dari tubuh dan bagian tubuh.(15) Bencana, baik karena manusia maupun karena alam dapat menyebabkan hilangnya nyawa banyak orang. Adanya usaha untuk mengidentifikasi korban-korban ini disebut disaster victim identification (DVI).(1)Tes DNA mempunyai keunggulan dibanding tes forensik yang lain (odontologi dan sidik jari) karena dapat mengidentifikasi setiap bagian tubuh yang didapat dari suatu tempat bencana, dengan syarat:

1. Ada sampel DNA yang cukup.

2. Harus ada sampel DNA dari anggota keluarga yang dapat dibandingkan.

Barang-barang pribadi dari orang yang meninggal seperti sikat gigi, sisir, atau baju kotor dapat digunakan sebagai DNA referensi.(1) DVI selalu membandingkan antara data post-mortem dan ante-mortem. Data post-mortem didapatkan dari sisa tubuh manusia yang sudah meninggal. Sedangkan data ante-mortem didapatkan dari sampel referensi, contoh: sikat gigi korban atau saudara sedarah.(1)2.3.4 Investigasi Orang Hilang

Tes DNA dapat digunakan untuk mengetahui identitas orang hilang dengan cara membandingkan DNA dari orang hilang dengan saudara yang masih hidup.(15)Ada 3 kategori sampel yang digunakan pada kasus orang hilang, yaitu sampel referensi langsung, sampel referensi keluarga, dan sisa tubuh manusia yang tidak teridentifikasi. Contoh dari tubuh manusia yang tidak teridentifikasi antara lain tulang, gigi, atau jaringan yang lain. Untuk sampel yang terdegradasi dapat digunakan sekuens DNA mitokondrial. Sedangkan untuk sampel langsung dapat digunakan sikat gigi, sisir, dan lain-lain. Referensi dari keluarga dapat berupa buccal swab dari keluarga dekat, seperti: orang tua, anak-anak, maupun adik atau kakak dari orang hilang tersebut. Sedangkan untuk keluarga derajat 2, seperti paman, bibi maupun sepupu, biasa digunakan bila tes DNA mitokondria ataupun tes kromosom Y digunakan.(1)2.4 DNA DatabaseDNA database dibuat berdasarkan prinsip bahwa DNA yang diperoleh dari materi genetik individu ataupun dari barang bukti biologis yang tertinggal di TKP dikumpulkan datanya untuk kepentingan penyidikan. Dengan demikian, DNA database memuat informasi genetik dalam bentuk profil/sidik DNA. Untuk kepentingan identifikasi, DNA database dapat juga memuat indeks yang berbeda untuk tersangka, pelaku kejahatan, relawan, polisi, korban, petugas laboratorium, tubuh yang tidak teridentifikasi, orang hilang meupun keluarganya, dan sebagainya.(8)

Gambar 15: Peta dunia menunjukkan negara yang mempraktikkan DNA profiling. Negara yang tidak melakukan DNA profiling berwarna putih. Negara yang melakukan DNA profiling berwarna oranye. Negara yang tidak diketahui status DNA profiling berwarna kuning.

Gambar 16:Peta dunia menunjukkan database dunia. Negara dengan database DNA nasional berwarna ungu. Negara yang tidak mempunyai database DNA nasional berwarna putih. Sedangkan Negara yang status database DNA tidak diketahui berwarna kuning.Berdasarkan data survei Interpol tahun 2008 diketahui secara global bahwa :

120 negara menggunakan profil DNA untuk investigasi kasus kriminal

54 negara memiliki data base DNA nasional negaranya

26 negara berencana untuk mengaplikasikan database DNA nasional(17)Keuntungan dan Kerugian dari adanya database DNA dari para kriminal: (18)Keuntungan:a. Sebagian besar tindakan kriminal sering melibatkan orang-orang yang telah melakukan tindakan kriminal sebelumnya. Penggunaan DNA database berpotensi mempermudah identifikasi tersangka.

b. Orang-orang yang tidak bersalah seringkali ditahan atas kejahatan yang tidak mereka lakukan. Jika sampel DNA diambil saat penangkapan, orang-orang tersebut dapat dibuktikan tidak bersalah sehingga terhindar dari hukuman tahanan.c. Hanya menyimpan DNA orang-orang pelaku kejahatan yang tertangkap dan tidak tertangkang sehingga dapat menghemat biaya penyidikan, penuntutan, dan penahanan.

Kerugian:a. Tahananseringkaliditemukantidak bersalah atas kejahatan yang dituduhkan. PengambilanDNAorang yang tidak bersalahitu dapatmenimbulkanisu-isuetikadansosial yangsignifikan.b. JikaDNAtersimpandalamdatabasepolisi,mereka mungkin teridentifikasi penuh (matches) atau sebagian (partial matches) dengan DNA yang ditemukan di TKP.c. Informasigenetik yang spesifik seperti hubungan keluarga dan kerentananpenyakit dapat diperoleh dari sampel DNA. Polisi, petugas laboratoriumforensik,danpenelitiyang menggunakan database memiliki akseskeDNAorangtanpapersetujuan mereka. Hal ini dapat dipandang sebagai pelanggaran privasi dan pelanggaran kebebasan sipil.d. StudidatabasekriminalInggris,yangmengambilsampelDNAdari semua tersangkamenunjukkanbahwaetnis minoritas lebih banyak ditemukan dalam populasi tahanansehingga juga lebih banyak tercantum dalam database DNA kriminal.Hal ini menimbulkankeprihatinanterhadapbiasetnis dalam sistem peradilan pidana.e. Database yang palingamansekalipun memilikikesempatan untuk diubah.BAB III

KESIMPULAN, SARAN, DAN IMAJINASI KREATIF3.1 Kesimpulan1. Deoxyribonucleic acid (DNA) adalah materi genetik yang merupakan blue print sifat karena DNA menyimpan informasi genetik yang penting untuk pewarisan sifat kepada generasi berikutnya.

2. DNA dapat ditemukan dari semua sel tubuh yang berinti.

3. Alur pemeriksaan DNA meliputi identifikasi cairan tubuh, ekstraksi DNA, memperbanyak DNA yang telah diekstraksi menggunakan PCR, pemisahan dan visualisasi DNA, dan terakhir membandingkan dan interpretasi profil DNA4. Manfaat pemeriksaan DNA antara lain untuk mempermudah penyelesaian kasus-kasus yang terjadi di masyarakat seperti kasus kriminal properti (hak kepemilikan, warisan) dan kejadian kejahatan dengan kekerasan (mempermudah identifikasi tersangka).3.2 SaranTinjauan tentang identifikasi forensik dan kasus medikolegal bisa menjadi lebih menarik bila disertai dengan contoh konkret hasil-hasil analisis yang dilakukan atas kasus yang menarik perhatian masyarakat. Data seperti ini biasanya disimpan oleh pihak rumah sakit atau Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) di lingkup Kepolisian RI. Kerja sama antara Universitas, Rumah Sakit dan Puslabfor mungkin perlu dirintis untuk memberi akses kepada dokter muda maupun dokter dan peneliti mendapatkan informasi forensik yang diperlukan.

3.3 Imajinasi kreatif

Dengan diintegrasikannya teknik pemeriksaan DNA ke dalam prosedur penyelidikan kasus peradilan pidana, pemerintah dari berbagai negara berusaha membuat database yang berisi informasi profil DNA dari penduduknya. Menurut data dari NIJ (National Institute of Justice), Amerika yang saat ini merupakan negara yang paling banyak memiliki profil DNA sesungguhnya hanya mampu memiliki profil DNA 1,5% dari populasi dari penduduknya. Dapat dibayangkan sulitnya mengaplikasikan database profil DNA di Indonesia yang penduduknya masih belum terdata dengan baik. Selain itu, kekurangan lain yang terlihat dari prosedur tes DNA saat ini adalah banyaknya alat yang terlibat dalam proses tersebut. Dengan melihat dari laju perkembangan tekhnologi bukan tidak mungkin di masa depan seluruh proses pemeriksaan DNA dapat dilakukan dengan satu alat yang praktis, mudah, cepat, dan portable (dapat dibawa ke TKP) serta dapat mengakses database DNA secara online sehingga Indonesia pada akhirnya dapat mengaplikasikan penggunaan database profil DNA untuk penduduknya. Dengan adanya alat tersebut pemeriksaan DNA dapat dilakukan di mana pun dengan cepat dan mudah sehingga dapat membantu tugas penyidik.DAFTAR PUSTAKA

1.Butler JM. Fundamentals of forensic DNA typing. USA: Elsevier; 2010.2.Bagian kedokteran forensik FKUI. Ilmu kedokteran forensik edisi I. Jakarta1997.3.About the DNA Initiative: Advancing Criminal Justice Through DNA Technology. Available from: http://www.dna.gov/info/.4.National Institute of Justice. The future of forensic DNA testing: predictions of the research and development working group. 2000.5.Human Genome Project Information. DNA Forensics. [updated 2009 June 16; cited 2011 March 25]; Available from: www.ornl.gov/sci/techresources/Human_Genome/elsi/forensics.shtml.6.Forensic DNA Evidence Backlog Information. Available from: www.all-about-forensic-science.com/forensic-dna-evidence.html.7.Kreeger LR, Weiss DM. Forensic DNA fundamentals for the prosecutor - be not afraid: American Prosecutors Research Institute; 2003.8.Interpol. Interpol handbook on DNA data exchange and practice: recommendations from the Interpol DNA monitoring expert groups 2nd edition2009.9.Turner R, Kosa R, Kubu B. DNA forensic evidence. Washington2002.10.National institute of Health. DNA Preparation from Blood2004.11.Roe A. Methods for DNA isolation.12.Extraction of DNA from Tissue. High Salt Method. .13.Forensik DNA sample collecting. Available from: www.clarku.edu/faculty/dhibbett/Protocols.../Forensic_DNA(ii).PDF.14.Sweet DJ, Hildebrand DP. Recovery of DNA from human teeth by cryogenic grinding. J Forensic Sci. 1998;43(6):1199-202.5.Inman K, Rudin N. DNA based identification. Boca Raton, Florida: CRC Press; 2002.16.Southern blot [cited 2011 April 5]; Available from: www.bio.davidson.edu/courses/genomics/method/Southernblot.html.17.Interpol. INTERPOL Global DNA Profiling Survey 20082008.18.U.S. Department of Energy Genome Programs. DNA forensics. [updated 2009 June 16; cited 2011 March 23]; Available from: http://genomics.energy.gov.

Identifikasi sampel

Membandingkan dan Interpretasi profil DNA

Pemisahan dan visualisasi profil DNA

Memperbanyak DNA yang telah diekstraksi menggunakan PCR

Ekstraksi DNA

C,D

Ibu

Ayah

Anak

A,C

A,B

Ibu (diketahui)

Ayah yang diduga

Laki-laki lain

?

Anak

PAGE 44