84
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya yang sangat mendasar dalam pengembangan sumber daya manusia. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, pendidikan diharapkan melahirkan sumber daya manusia unggul sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab II pasal 3 dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Mencermati dari rumusan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 ini, maka disadari benar oleh pemerintah akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas. Meskipun peningkatan sumber daya manusia bukan hanya dilakukan melalui pendidikan di sekolah, tetapi sampai saat ini dipercaya bahwa pendidikan merupakan sarana utama dalam pencapaian peningkatan sumber daya manusia yang dilakukan secara sistematis, terprogram, berjenjang dan berkesinambungan. Dalam konteks ini, maka disadari bahwa pendidikan akan dituntut peranannya untuk dapat menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya 1

2. FILE KEDUA BAB I SAMPAI BAB V DAN DAFTAR PUSTAKA.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya yang sangat

mendasar dalam pengembangan sumber daya manusia. Dalam konteks

pendidikan di Indonesia, pendidikan diharapkan melahirkan sumber daya

manusia unggul sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pada Bab II

pasal 3 dinyatakan bahwa: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman

dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab”.

Mencermati dari rumusan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003

ini, maka disadari benar oleh pemerintah akan pentingnya sumber daya

manusia yang berkualitas. Meskipun peningkatan sumber daya manusia

bukan hanya dilakukan melalui pendidikan di sekolah, tetapi sampai saat ini

dipercaya bahwa pendidikan merupakan sarana utama dalam pencapaian

peningkatan sumber daya manusia yang dilakukan secara sistematis,

terprogram, berjenjang dan berkesinambungan. Dalam konteks ini, maka

disadari bahwa pendidikan akan dituntut peranannya untuk dapat

menghasilkan manusia Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya

1

pendidikan itu merupakan usaha sadar untuk memajukan dan

mengembangkan kecerdasan, kepribadian, dan fisik peserta didik. Tinggi

rendahnya perkembangan dan pertumbuhan ketiga hal tersebut sangat

menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran

yang dapat membentuk diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural,

bahasa, usia, untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan

berkarakter yang dilandasi oleh UUD 1945.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas (2005: 34)

bahwa: ‟Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga

negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan

kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi

secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan

mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka

seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional,

sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai.

Proses pendidikan dan mutu pendidikan di sekolah dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terkait satu dengan lainnya. Faktor-

faktor yang menentukan proses pendidikan di sekolah adalah unsur-unsur

dinamis yang ada dalam sekolah itu beserta lingkungannya sebagai suatu

kesatuan sistem.

2

Kualitas hasil belajar sebagai indikator kualitas pendidikan ditentkan

oleh kualitas perilaku belajar siswa yang terwujud melalui proses interaksi

pengajaran yang dikreasikan oleh kinerja mengajar guru. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa keefektifan pendidikan diawali dengan kualitas

kinerja mengajar para guru. Karena itu perhatian semua pihak pada

peningkatan keterampilan interaksi belajar-mengajar guru yang selanjutnya

berpengaruh pada kinerja guru sangat penting dalam peningkatan mutu

pendidikan di sekolah.

Kegiatan belajar mengajar adalah satu kesatuan dari dua kegiatan

yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang

optimal adalah suatu situasi di mana siswa dapat berinteraksi dengan guru.

Komponen-komponen yang membentuk kegiatan belajar mengajar tersebut

adalah siswa, guru, tujuan, isi pelajaran, metode, media, dan evaluasi hasil

belajar. Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling

berinteraksi satu dengan yang lainnya dan bermula serta bermuara pada

tujuan. Semakin tersusun dan terencana sistem pembelajaran yang

ditetapkan guru sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai serta relevan

dengan materi pelajaran yang akan disajikan, maka langkah-langkah yang

ditempuh dalam menerapkan sistem pembelajaran tersebut akan efektif.

Metode mengajar sebagai komponen kegiatan belajar mengajar

merupakan upaya mengaktifkan siswa belajar melalui langkah-langkah yang

tersusun dan terencana melalui penalaran dan pengalaman sesuai dengan

kemampuan, karakteristik siswa, maupun ruang lingkup materi

pembelajaran.

3

Menurut Rusyan (2001 :86) metode mengajar ialah teknik penyajian

yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada

siswa di dalam kelas, baik secara individual atau secara kelompok/klasikal,

agar pelajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh siswa

dengan baik. Makin baik metode mengajar, makin efektif pula pencapaian

tujuan.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada proses belaar

mengajar PKn di kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan dalam meningkatkan

aktivitas dan hasil belajar siswa masih belum maksimal. Banyak faktor yang

menyebabkan rendahnya interaksi belajar siswa, seperti faktor internal yang

meliputi kepribadian dan kecakapan intelektual serta faktor eksternal seperti

lingkungan belajar siswa. Salah satu komponen lingkungan belajar adalah

penetapan metode mengajar. Kurang efektifnya penggunaan metode

mengajar oleh guru dapat menyebabkan kemampuan siswa menguasai

materi pelajaran yang disajikan tidak optimal. Siswa cenderung pasif dan

kurang berminat melakukan aktivitas sehingga nilai hasil belajar pun

menjadi rendah. Nilai sumatif mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

pada semester 1 tahun pelajaran 2013/2014 adalah rata-rata 6,2 di bawah

indikator ketuntasan belajar 65 sebagaimana ditetapkan dalam standar

ketuntasan belajar minimal.

Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk memperbaiki pembelajaran,

diantaranya menggunakan alat/media pembelajaran, membaca buku,

mengadakan remedial, mengadakan tanya jawab dengan siswa, memberi

tugas individu, dan memberi pekerjaan rumah. Akan tetapi cara-cara seperti

4

ini belum dapat memperbaiki proses pembelajaran siswa. Jadi kesulitan di

dalam belajar diduga berpangkal dari kelemahan guru dalam proses

pembelajaran. Kelemahan di dalam proses pembelajaran akan berdampak

pada hasil belajar siswa. Jadi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran

maka dicari pendekatan pembelajaran yang sesuai.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu

metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara

menyeluruh sehingga kegiatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh

siswa-siswa tertentu saja. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan

peran serta siswa adalah metode pembelajaran kooperatif. Dalam metode

pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada

kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses

belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan

membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak

dapat ditemui pada metode konvensional. Dalam penelitian ini peneliti

mencoba mengkaji penerapan metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) dalam proses pembalajaran. Group Investigation adalah

metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam

menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi.

Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan

yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses

kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik yang ingin

dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang

5

telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di

depan kelas secara keseluruhan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut: “Meningkatkan Aktivitas dan hasil Belajar PKn

dengan Model Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Pada

Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan Tahun Ajaran 2013/2014”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan , maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas guru dalam meningkatkan hasil belajar PKn

dengan menggunakan` metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan

tahun ajaran 2013/2014.

2. Bagaimana aktivitas siswa dalam meningkatkan hasil belajar PKn

dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan

tahun ajaran 2013/2014.

3. Bagaimana hasil belajar PKn dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.

C. Tujuan Penelitian

Melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

6

1. Meningkatkan aktivitas guru dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan aktivitas siswa dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.

3. Meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) pada siswa Kelas XI SMA Negeri 1

Marabahan tahun ajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini di harapkan memberikan mannfaat, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis ini di harapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dalam rangka untuk mengembangkan wawasan ilmu-ilmu

pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi belajar

siswa, peran serta siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan

mutu pendidikan, serta pengelolaan pembelajaran secara teoritis dan

implikasinya dilapangan. Dengan demikian pembelajaran PKn

diupayakan Lebih Meningkat, dengan sasaran hasil belajar siswa

semakin menigkat pula.

7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah

Sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan

dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran

serta perbaikan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan

potensi belajar siswa.

b. Bagi Guru

1) Secara bertahap guru dapat meningkatkan dan

mengembangkan kualitas dan strategi yang lebih bervariatif

dalam pembelajaran yang tepat dalam upaya meningkatkan

hasil belajar siswa khususnya di SMA Negeri 1 Marabahan.

2) Memacu guru untuk selalu mengikuti perkembangan Ilmu

Tekhnologi, lingkungan sekolah dan masyarakat..

3) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam

memilih model yang bervariasi sehingga dapat memperbaiki

sistem pembelajaran.

c. Bagi siswa

1) Untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan

perbaikan pembelajaran dan peningkatan mutu proses

pembelajaran.

2) Meningkatkan keterampilan berpikir dan keterampilan

memecahkan masalah melalui interaksi antar siswa.

8

3) Seswa diharapkan lebih tertarik belajar karena materi

pembelajaran dikaitkan dengan keadaan nyata dalam

kehidupan sehari-hari siswa.

d. Bagi Peneliti lain

Secara berlanjut menambah keilmuan khususnya penggunaan

metode pembelajaran sebagai prasyarat seorang guru dalam

menyalurkan ilmunya kepada anak didiknya.

e. Bagi Prodi PKn

Manfaat untuk Prodi PKn sebagai prodi tempat saya belajar,

dilakukannya penelitian ini adalah sebagai inovasi agar dapat

mencetak dan membekali guru mata pelajaran PKn yang lebih

kreatif dalam bereksperimen untuk membuat/ memanfaatkan media

pembelajaran, sehingga disamping mengembangkan nilai seni

pembelajaran juga akan lebih aktif, interaktif dan efektif guna

meningkatkan mutu atau kualitas kelulusan.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang

teratur sehingga ketergantungan pembelajaran pada struktur sosial

pertukaran informasi antara anggota dalam kelompok dan tiap anggota

bertanggungjawab untuk kelompoknya dan dirinya sendiri dan dimotivasi

untuk meningkatkan pembelajar lainnya. Belajar kooperatif merupakan

satu strategi pengajaran dan pembelajaran yang menggunakan kumpulan-

kumpulan kecil yaitu kelompok pelajar dengan memberi peluang untuk

berinteraksi sesama mereka di dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi

pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses

pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah

percakapan antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas

yang baru tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain,

guna menuntaskan bahan ajar pada akademiknya (Abdul Kadir, 2002:56).

Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan

yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain,

dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin

membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar

merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan

dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan

10

balik, atau bekerja sama dalam melatih ketrampilan-ketrampilan tertentu

(Suparno, 2001).

Belajar kelompok dalam pembelajaran kooperatif berbeda dengan

belajar kelompok biasa. Model pembelajaran kooperatif mempunyai

karakteristik tertentu, yaitu:

a. Tujuan kelompok, Sebagian besar model belajar kelompok ini

mempunyai beberapa bentuk tujuan kelompok.

b. Pertanggung jawaban individu, Pertanggung jawaban individu dicapai

dengan dua cara, pertama memperoleh skor kelompok. Cara yang

kedua dengan memberikan tugas khusus yaitu setiap siswa diberi

tanggung jawab untuk setiap bagian dari tugas kelompok.

c. Kesempatan untuk sukses, Keunikan dalam metode belajar kelompok

ini yaitu menggunakan model scoring yang menjamin setiap siswa

memiliki kesempatan untuk berperan aktif dalam kelompok mereka.

d. Kompetisi antar kelompok, Adanya kompetisi antar kelompok berarti

memotivasi siswa untuk ikut aktif dan berperan dalam pembentukan

konsep suatu materi. (Slavin, 1995: 12).

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar,

mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan sacara bersama.

b. Kelompok siswa terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah.

c. Jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras,

suku, agama, budaya dan jenis kelamin yang berbeda, maka

11

12

diupayakan agar dalam setiap kelompokpun terdapat ras, suku,

agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula.

d. Penghargaan lebih mengutamakan pada kerja kelompok dari pada

kerja perorangan (http://www.naskahakademik.net, 23 April 2006).

2. Prinsip Dasar Pembelajaran PKn

Prinsip dasar pembelajaran PKn mengacu pada sejumlah prinsip

dasar pembelajaran. Menurut pendapat Budimansyah (2002:8) prinsip-

prinsip pembelajaran tersebut adalah prinsip belajar siswa aktif (student

active learning), kelomok belajar kooperatif (cooperative learning),

pembelajaran partisipatorik, dan mengajar yag reaktif (reactive learning).

Selanjutnya keempat prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut

(Budimansyah, 2002:8-13).

a. Prinsip Belajar Siswa Aktif

Model ini menganut prinsip belajar siswa aktif. Aktivitas siswa

hampir di seluruh proses pembelajaran, mulai dari fase perencanaan di

kelas, kegiatan lapangan, dan pelaporan. Dalam fase perencanaan

aktivitas siswa terlihat pada saat mengidentifikasi masalah dengan

menggunakan teknik bursa ide (brain- storming). Setiap siswa boleh

menyampaikan masalah yang menarik baginya, disamping tentu saja

yang berkaitan dengan materi pelajaran. Setelah masalah terkumpul,

siswa melakukan voting untuk memilih salah satu masalah untuk

kajian kelas. Dalam fase kegiatan lapangan, aktivitas siswa lebih

tampak dengan berbagai teknik (misalnya dengan wawancara,

pengamatan, kuesioner, dan lain-lain) mereka mengumpulkan data

dan informasi yang diperlukan untuk menjawab permasalahan yang

menjadi kajian kelas mereka. Untuk melengkapi data dan informasi

tersebut, mereka mengambil foto, membuat sketsa, membuat kliping,

bahkan adakalanya mengabadikan pristiwa penting dalam video.

b. Kelompok Belajar Koopertif

Proses pembelajaran PKn juga menerapkan prinsip belajar

kooperatif, yaitu proses pembelajaran yang berbasis kerjasama.

Kerjasama yang dimaksud adalah kerjasama antar siswa dan antar

komponen-komponen lain di sekolah, termasuk kerjasama sekolah

dengan orang tua siswa dan lembaga terkait. Kerjasama antar siswa

jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan

kajian bersama. Dengan komponen-komponen sekolah lainnya juga

seringkali harus dilakukan kerjasama. Misalnya pada saat para siswa

hendaknya mengumpulkan data dan informasi lapangan sepulang dari

sekolah, bersamaan waktunya dengan jadwal latihan olah raga yang

diundur atau kunjungan lapangan yang diubah. Kasus seperti itu

memerlukan kerjasama, walaupun dalam lingkup kecil dan sederhana.

Hal serupa juga seringkali terjadi dengan pihak keluarga. Orang tua

perlu juga diberi pemahaman, manakala anaknya pulang agak

terlambat. Dari sekolah karena melakukan kunjungan lapangan

terlebih dahulu. Sekali lagi, dari peristiwa ini pun tampak perlunya

kerjasama antara sekolah dengan orang tua dalam upaya membangun

kesepahaman.

13

Kerjasama dengan lembaga terkait diperlukan pada saat para

siswa merencanakan mengunjungi lembaga tertentu atau meninjau

suatu kawasan yang menjadi tangung jawab lambaga tertentu.

Misalnya mengunjungi dinas perhubungan, kantor walikota untuk

mengetahui kebijakan mengenai penertiban pedagang kaki lima.

Mengamati dampak pembagunan jalan layang, dan sebagainya.

Kegiatan para siswa tentunya perlu dibekali surat pengantar dari

kepala sekolah selaku penanggungjawab kegiatan sekolah.

Prinsip pembelajaran di atas PKn juga menganut prinsip dasar

pembelajaran Partisipatorik, sebab melalui model ini siswa belajar

sambil melakukan (learning by doing). Salah satu bentuk melakukan

itu adalah siswa belajar hidup berdemokrasi. Sebab dalam tiap

langkah model ini memiliki makna yang ada hubungannya dengan

praktik hidup berdemokrasi. Sebagai contoh pada saat memilih

masalah untuk kajian kelas memilih makna bahwa siswa dapat

menghargai dan menarima pendapat yang didukung suara terbanyak.

Pada saat berlangsungnya perdebatan, siswa belajar mengemukakan

pendapat, mendengarkan pendapat orang lain, menyampaikan kritik

dan sebaliknya belajar menerima keritik dengan tetap berkepala

dingin. Proses ini mendukung pendapat yang menyatakan bahwa

“democracy is not in heredity but learning” (demokrasi itu tidak

diwariskan, tetapi dielajari dan dialami). Oleh karena itu, mengajarkan

demokrasi itu harus dalam suasana yang demokratis (teaching

democracy in and for democracy). Tujuan ini hanya dapat dicpai

14

dengan belajar sambil melakukan/melakoni atau dengan kata lain

harus menggunakan prinsip belajar partisipatorik.

Prinsip ini lebih menekankan bagaimana guru menciptakan

strategi agar murid mempunyai motivasi belajar. Oleh, karena itu,

guru harus kreatif sehingga materi pembelajaran menarik, tidak

membosankan. Guru harus mempunyai sensitivitas yang tinggi untuk

segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah

membosankan siswa jika hal ini terjadi, guru harus segera mencari

cara untuk menanggulanginya, dan dapat dikatakan bahwa ini lah guru

yang rektif.

Ciri guru yang reaktif itu diantaranya sebagai berikut :

1) Menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar.

2) Pembelajaran dimulai dengan hal-hal yang sudah diketahui dan

dipahami siswa.

3) Selalu berupaya membangkitkan motivasi belajar siswa dengan

membuat materi pelajaran sebagai suatu hal yang menarik dan

berguna bagi kehidupan.

4) Segera mengenali materi atu metode pembelajaran yang membuat

siswa bosan. Bila hal ini ditemui, ia segera menanggulanginya.

(Sutikno, 2007:19-20).

3. Pembelajaran PKn

Pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

guru sedemikian rupa, sehingga terjadinya perubahan pada siswa ke arah

15

16

yang lebih baik. Menurut Darsono (2000:78), pembelajaran merupakan

proses yang direncanakan dan dilakukan sebagai suatu sistem dengan

menggunakan metode dan teknik tertentu dalammemacu interaksi siswa

dengan lingkungan belajar yang sudah diatur sehingga memperlihatkan

hasil proses yang seimbang.

Pembelajaran yang efektif ditandai oleh siftnya yang menekankan

pada pemberdayaan peserta didik secara aktif. Pembelajaran bukan

sekedar memorasi, bukan pula sekedar penekanan pada penguasaan

pengetahuan tentang apa yang di ajarkan sehingga tertanam dan berfungsi

sebagai muatan nurani dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan

oleh peserta didik (Mulyasa, 2002). Pendidikan kewarganegaran

merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat membentuk diri yang

beragam dari segi agama, sosial kultural, bahasa, usia, untuk menjadi

warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasai oleh

UUD 1945. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Depdiknas

(2005:34) bahwa ”Pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu

warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan

keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan memungkinkan untuk

berpartisipasi secara cerdas dan bertangung jawab dalam berbagai

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.

Berdasarkan pendapat diatas jelas bagi kita bahwa PKn bertujuan

mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka

seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang berkualitas dan profesional,

17

sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak

tercapai. Secara garis besar mata pelajaran Kewarganegaraan memiliki 3

dimensi yaitu:

a. Dimensi Pengetahuan Kewarganegaraan (Civics Knowledge) yang

mencakup bidang politik, hukum dan moral.

b. Dimensi Keterampilan Kewarganegaraan (Civics Skills) meliputi

keterampilan partisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

c. Dimensi Nilai-nilai Kewarganegaraan (Civics Values) mencakup

antara lain percaya diri, penguasaan atas nilai religius, norma dan

moral luhur (depdiknas, 2003:4)

Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam mata pelajaran

Kewarganegaraan seseorang siswa bukan saja menerima pelajaran berupa

pengetahuan, tetapi pada diri siswa juga harus berkembang sikap,

keterampilan dan nilai-nilai. Sesuai dengan Depdiknas (2005:33) yang

menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap jenjang pendidikan yaitu

mengembangkan kecerdasan warga Negara yang diwujudkan melalui

pemahaman keterampilan social dan intelektual, serta berprestasi dalam

memecahkan masalah di lingkungan. Untuk mencapai tujuan Pendidikan

Kewarganegaraan tersebut maka guru berupaya melalui kualitas

pembelajaran yang dikelolanya supaya ini bias dicapai jika siswa mau

belajar. Dalam belajar inilah guru berusaha mengarahkan dan membentuk

sikap serta perilaku siswa sebagai mana yang dikehendaki dalam

pembelajaran PKn.

Panduan pengajaran Pendidkan Kewarganegaraan Departemen

pendidikan dan kebudayaan tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan

Kewarganegaran adalah wahana untuk mengembangkan dan melestarikan

nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia. Nilai

luhur dan moral tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku

kehidupan sehari-hari siswa. Baik sebagai individu maupun sebagai

anggota masyarakat dan makhluk ciptaan Tuhan Yang maha Esa Perilaku

perilaku yang dimaksud diatas adalah seperti yang tercantum dalam

penjelasan Undang – Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang system

Pendidikan Nasional pasal 37 ayat (1): Pendidikan kewarganegaraan yang

dimaksud untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Pembelajaran PKn juga merupakan usaha untuk membekali siswa

dengan budi pekerti, pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan

dengan hubungan dengan Negara dengan nehgara serta peserta didik

pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan.

Pembelajaran PKn merupakan proses komunikasi antara sumber

belajar, guru, dan siswa yaitu saling tukar informasi. Tenggap terhadap

permasalahan yang diharapkan dari sudut pandang karakter, bentuk,

system dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terdapat unsur

kreatifitas, keuletan mengubah kegagalan menjadi keberhasilan adversity)

serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan tuntas dimana

mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-

18 18

lembaga demokrasi, rul of law, HAM, hak dan kewajiban warga Negara

serta proses demokrasi.

4. Belajar PKn

Belajar merupakan suatu aktivitas yag menimbulkan perubahan yang

relative permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya

menurut Depdiknas (2002b), kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif

yang ditujukkan siswa baik menyangkut aspek kognitif, skil, maupun

pematangan sikap, kepribadian serta budi pekerti seperti rasa tanggung

jawab, jujur, menghargai pendapatan atau karya orang lain. Ibrahim

(2000:89) menyebutkan belajar berdasarkan pengalaman, dimana

pengalaman memberikan sumbangan berupa wawasan, pemahaman dan

teknik-teknik yang sulit untuk dipaparkan kepada seseorang yang tidak

memiliki pengalamn serupa.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran Pkn dalam

ranggka “national and character bulding”

a. PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang

berbagai disiplin ilmu yang relevan, yaitu ilmu politik, hokum,

sosiologi, antropologi, pisikologi dan disiplin ilmu lainnya.

b. PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta

didik. Pengembngan karakter bangsa merupakan proses pengembangn

warga Negara yang cerdas dan berdaya nilai tinggi.

c. PKn sebagai suatu proses pencerdasan, mak pendekatan pembelajaran

yang digunakan adalah yang lebih unspiratif dan partisipatif dengan

menekankan pelatihan penggunaan logika dan penalaran.

20

19

d. Kelas PKn sebagai laboratoryum demokrasi. Melalui Pkn,

pemahaman sikap dan perilaku demokrasi dikembangkan bukan

semata-mata melalui “menajar demokrasi” (teaching democracy),

tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan

cara hidup secara demokrasi.

5. Kompetensi dan Hasil Belajar Siswa

a. Kompetensi

Kata kompetensi biasanya diartikan sebagai kecakapan yang

memadai untuk melakukan suatu tugas atau memiliki ketrampilan dan

kecakapan yang disyaratkan. Johnson menyatakan bahwa pengajaran

yang berdasarkan pada kompetensi merupakan suatu sistem bahwa

siswa baru dianggap menyelesaikan pelajaran apabila telah

melaksanakan tugas yang harus dia pelajari (A. Suhaenah Suparno,

2001).

Pendidikan berdasarkan kompetensi dibandingkan dengan

pendidikan secara konvensional menunjukkan perbedaan-perbedaan

yang esensial sebagai berikut:

1) Pendidikan berdasarkan kompetensi dilakukan dengan pendekatan

sistem. Berbeda dengan pendidikan konvensional bercirikan

transformasi informasi, pendidikan berdasar kompetensi ini

berusaha mengembangkan kemampuan dengan pendekatan sistem.

2) Pendidikan berdasar kompetensi tujuannya diarahkan pada perilaku

yang dapat didemonstrasikan. Pendidikan konvensional tujuan

21

pengajarannya tidak dinyatakan dalam bentuk perilaku yang dapat

didemonstrasikan.

3) Konsekuensi dari pendidikan kompetensi ialah penilaian acuan

patokan atau PAP. Berbeda dengan penilaian acuan norma atau

PAN, penilaian pada pendidikan berdasarkan kompetensi

didasarkan tingkat kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan

(kriteria) yang harus dikuasai oleh siswa.

4) Pendidikan berdasarkan kompetensi mementingkan balikan, baik

balikan formatif maupun balikan sumatif. Pada pendidikan

konvensional hanya balikan sumatif yang dipentingkan, balikan

formatif walaupun ada tetapi fungsinya kurang mendapat perhatian

yang penting.

5) Penyajian pengajaran pada pendidikan yang berdasarkan

kompetensi dilaksanakan dengan menerapkan belajar tuntas

(mastery learning). Dalam hubungan ini orientasi siswa adalah on

the task dan bukan off the task. Maksudnya, bahwa siswa tidak

suka menghindari tugas-tugas, sebaliknya ia mencari tugas-tugas

yang terkait dengan pelajarannya, baik tugas yang diberikan oleh

guru maupun tugas yang diciptakan sendiri.

6) Pendidikan berdasar kompetensi memberi tekanan pada

penguasaan secara individual. Pendidikan konvensional lebih

bersifat klasikal. (W.Gulo,2002:89).

Kompetensi dapat dipahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang

tampak dan aspek yang tidak tampak. Kompetensi dalam aspek yang

22

tampak disebut dengan performance (penampilan) yang tercermin

dalam bentuk tingkah laku yang dapat didemonstrasikan sehingga dapat

diamati, dilihat, dan dirasakan. Kompetensi dalam aspek yang tidak

tampak disebut juga dengan kompetensi dalam aspek rasional yang

diamati karena tidak tampil dalam bentuk perilaku empiris.

Kemampuan dalam aspek rasional ini umumnya dikenal dalam

taksonomi Bloom sebagai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (W.

Gulo, 2002).

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah

pengembangan kurikulum yang bertitik tolak dari kompetensi yang

seharusnya dimiliki siswa setelah menyelesaikan pendidikan. Tidak saja

pengetahuan, tetapi juga ketrampilan, nilai serta pola berfikir dan

bertindak sebagai refleksi dari pemahaman dan penghayatan dari yang

sudah dipelajari.

Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis

kompetensi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa;

b) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan perbedaan

individual siswa;

c) Menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi dalam

penyampaian dan pembelajaran;

d) Menggunakan sumber belajar yang meluas (guru, siswa, nara

sumber, dan multi media);

23

e) Menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan

atau pencapaian kompetensi.

Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah suatu konsep kurikulum

yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-

tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya dapat

dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

kompetensi tertentu. Implementasi kurikulum dapat menumbuhkan

tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik untuk belajar menilai dan

mempengaruhi kebijakan umum, serta memberanikan diri berperan

serta dalam berbagai kegiatan (Mulyasa, 2003:27).

b. Hasil Belajar

Menurut Oemar Hamalik (2001: 155), menyatakan bahwa hasil

belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan

terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik

dibandingkan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi rahu,

sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Menurut Sudjana dan suwaria (1991: 26) pada dasarnya hasil

belajar atau pengalaman belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.

Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek

1. Ranah Pengetahuan (Kognitif)

24

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek

yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analitis, sintesis, dan

penilaian.

2. Ranah Sikap(Afektif)

Berdasarkan dengan sikap dan nilai. Ranah Sikap afektif meliputi

lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi,

menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau

kompleks nilai.

3. Ranah Keterampilan (Psikomotor)

Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi

menghubungkan dan mengamati.

Slameto (2003: 2) menyatakan bahwa perubahan yang terjadi

dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena

itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan

perubahan dalam arti belajar. Cirri-ciri perubahan tingkahlaku dalam

pengertian belajar adalah :

1. Perubahan terjadi secara sadar.

2. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.

3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dam aktif.

4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Agus Suprijon (2011:5) hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan

ketrampilan.

Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5) menyatakan bahwa hasil

belajar berupa :

1. Informasi verbal

2. Ketrampilan intelektual

3. Strategi kognitif

4. Keterampilan motorik

5. Sikap.

Sementara menurut Lindgren dan Agus Suprijono (2011:7) hasil

pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.

Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa setelah

mengikuti kegiatan proses belajar mengajar berdasarkan kriteria

tertentu dalam pengukuran pencapaian tujuan pembelajaran itu sendiri.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan

tidak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar. Dari siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya

pengalamana dari puncak proses belajar.

Indikator hasil belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat

diobservasi (observable). Artinya, apa hasil yang diperoleh siswa

setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.

Dimyati dan Mujiono dalam Aunurrohman mengemukakan

bahwa hal penting yang harus diketahui guru adalah bahwa secara

25

umum evaluasi mencaku evaluasi hasil belajar dan evaluasi

pembelajaran, evaluasi belajar menekankan kepada diperolehnya

informasi tenang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan

perngajaran yang ditetapkan. Sedangkan evaluasi pembelajaran

merupakan proses sistematik untuk memperoleh informasi tentang

tingkat keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan

secara optimal.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan yang dialami oleh seseorang setelah

mengalami kegiatan belajar, untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan siswa, diperlukan tes yang akan dinyatakan dalam bentuk

angka atau nilai tertentu. Hasil belajar sangat tergantung dari proses

pembelajaran yang dialami oleh siswa, dalam hal ini siswa tidak bisa

dipisahkan dari peranan guru selama proses belajar mengajar

berlangsung.

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil

tes yang berupa angka. Nilai tertinggi yang dapat dicapai oleh siswa

adalah 100 dan nilai terendah adalah 0 setelah siswa mengukuti tiga kali

pertemuan maka diadakan ujian untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah disampaikan.

a. Ciri-Ciri Hasil Belajar

Selain guru harus memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar, guru juga harus mengetahui ciri-ciri

26

hasil belajar siswa yang diperoleh siswa setelah melakukan proses

belajar mengajar. Berikut dalam ciri-ciri hasil belajar yang

dikemukakan oleh Nana Sudjana :

a. Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah

dipelajarinya dalam kurum waktu yang cukup lama.

b. Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang

telah dipelajarinya.

c. Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep, prinsip

yang telah dipelajarnya baik dalam bahan pelajaran maupun

dalam praktek kehidupan sehari-hari.

d. Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan

pelajaran lanjut dan mampu mempelajari sendiri dengan

menggunakan prinsip dan konsep yang dikuasai.

e. Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerjasama

dengan siswa lain.

f. Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai

kemampuan dan kesanggupan dalam melakukan tugas belajar.

g. Siswa dapat menguasai bahan pelajaran yang telah dipelajarinya

minimal 80% dari yang seharusnya dicapai sesuai dengan tujuan

instruksional khusus yang dipertunjukkan baginya.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat diasumsikan bahwa

ciri-ciri hasil belajar siswa setelah melakukan proses belajar adalah

siswa mampu mengingat materi yang telah dipelajarinya, siswa dapat

mengerti dan mampu menguasai materi pelajaran serta dapat

27 27

mengaplikasikan dalam praktek sehari-hari sehingga siswa memiliki

keterampilan dan kemampuan dalam dirinya.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar.

Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni :

1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau

kondisi jasmani dan rohani siswa.

2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi

lingkungan disekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-

materi pelajaran.

Prestasi belajar merupakan kebutuhan setiap orang sebab dengan

belajar seseorang dapat memahami dan mengerti tentang suatu

kemampuan sehingga kecakapan dan kepandaian yang dimiliki dapat

ditingkatkan. Sebagai individu yang sedang belajar mempunyai

kepentingan agar berhasil dalam belajar. Prestasi dapat berupa

pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sosial.

Berhasil atau tidaknya suatu proses belajar mengajar dapat

dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar seseorang dapat dilihat

ditunjukkan dari prestasi yang dicapainya. Kata prestasi berasal dari

bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia

menjadi „prestasi‟ yang berarti hasil usaha (Arifin, 1990). Dengan

28

demikian prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil usaha yang

telah dicapai dalam belajar.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diasumsikan, bahwa

prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaaraan adalah hasil yang

dicapai pada taraf terakhir setelah melakukan kegiatan belajar

Pendidikan Kewarganegaaraan. Prestasi ini dapat dilihat dari

kemampuan mengingat dan kemampuan intelektual siswa di bidang

studi Pendidikan Kewarganegaaraan, perolehan nilai dan sikap

positif siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan

Kewarganegaaraan dan terbentuknya keterampilan siswa yang

semakin meningkat dalam mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya.

Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan,

karena mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas

pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.

2) Prestasi belajar sebagai pemuasan hasrat ingin tahu.

3) Para ahli psikologi biasa menyebut hal ini sebagai tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum

pada manusia, termasuk kebutuhan anak didik dalam suatu

program pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan

pendorong bagi anak didik dalam meningkatkan ilmu

29

pengetahuan dan teknologi dan berperan sebagai umpan balik

(feed back) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

5) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

6) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) anak didik. (Zainal Arifin, 1990: 3).

Dalam proses pembelajaran, terdapat beberapa faktor yang

berkaitan dengan kesulitan belajar yang dapat berpengaruh bagi

perstasi belajar siswa. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1) Faktor-faktor yang berasal dari dalam (internal) yaitu:

a) Siswa merasa sukar mencerna materi karena menganggap

materi tersebut sulit.

b) Siswa kehilangan gairah belajar karena mendapatkan nilai

yang rendah.

c) Siswa meyakini bahwa sulit untuk menerapkan disiplin diri

dalam belajar.

d) Siswa mengeluh tidak bisa berkonsentrasi.

e) Siswa tidak cukup tekun untuk mengerjakan sesuatu

khususnya belajar.

f) Konsep diri yang rendah.

g) Gangguan emosi.

2) Faktor-faktor yang berasal dari luar (eksternal), yaitu:

a) Kemampuan atau keadaan sosial ekonomi.

30

b) Kekurangmampuan guru dalam materi dan strategi

pembelajaran.

c) Tugas-tugas non akademik.

d) Kurang adanya dukungan dari orang-orang di sekitarnya.

e) Lingkungan fisik. (A. Suhaenah Suparno, 2001: 52-57).

6. Model Pembelajaran GI (Group Investigation)

Investigasi kelompok adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif,

guru dan siswa bekerja sama membangun pembelajaran. Proses dalam

perencanaan bersama didasarkan pada pengalaman masing-masing siswa,

kapasitas, dan kebutuhan. Siswa aktif berpartisipasi dalam semua aspek,

membuat keputusan untuk menetapkan arah tujuan yang mereka kerjakan.

Dalam hal ini kelompok merupakan wahana sosial yang tepat untuk proses

ini. Perencanaan kelompok merupakan salah satu model untuk menjamin

keterlibatan siswa secara maksimal.

Pada model investigasi kelompok ini siswa dilibatkan dalam

perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya

penyelidikan mereka. Model pembelajaran ini memerlukan cara yang

mengajarkan siswa keterampilan komunikasi dan proses kelompok yang

baik, serta norma dan struktur kelas yang lebih rumit.

Slavin (2009: 218-219) mengemukakan bahwa dalam group

investigation, para murid bekerja melalui enam tahap yaitu:

1) Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid ke dalam kelompok.

2) Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

3) Melaksanakan investigasi.

31

32

4) Menyiapkan laporan akhir.

5) Mempresentasikan laporan akhir.

6) Evaluasi.

Jadi investigasi kelompok adalah suatu proses penyelidikan yang

dilakukan oleh kelompok yang terdiri dari beberapa orang, dan selanjutnya

kelompok tersebut mengkomunikasikan hasil perolehan anggotanya, dapat

membandingkannya dengan perolehan orang atau kelompok lain, karena

dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil.

Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas

berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi pada berbagai alternative

jawaban dan argumentasi berdasar pengalaman siswa. Akibatnya di

antaranya ialah jawaban siswa tidak selalu tepat benar atau bahkan salah

karena prakonsepsi yang mendasari pemikiran siswa tidak benar. Namun

dari kesalahan jawaban siswa tersebut, dengan adanya komunikasi yang

dikembangkan dapat memberikan arah kesadaran siswa akan kesalahan

mereka, khususnya dimana terjadi sumber kesalahan tersebut. Mereka

akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain

memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya. Dengan sikap

keterbukaan yang memang harus dikembangkan dalam sikap invetigatif

tersebut, siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban

permasalahan itu, tetapi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal

sehat dan aktivitas mental mereka sendiri.

Dengan demikian akan dapat dibiasakan untuk mengembangkan rasa

ingin tahu. Hal ini akan dapat membuat siswa lebih aktif berpikir dan

33

mencetuskan ide-ide atau gagasan-gagasan positif dalam mencari jalan

keluar dari permasalahan. Selanjutnya, guru bukanlah hakim yang dapat

memutuskan kebenaran yang tertanam di benak siswa, akan tetapi guru

lebih berperan sebagai dokter yang membantu proses kelahiran ide

tersebut.

Diterapkannya investigasi kelompok dalam cooperative learning

diharapkan dapat memotivasi siswa agar lebih percaya diri dan agar siswa

mampu menolong satu sama lain untuk mengerjakan yang telah diberikan

oleh guru. Jika siswa menginginkan kelompoknya mendapatkan

penghargaan atau hadiah dari guru, mereka harus dapat bekerjasama dalam

kelompok untuk menginvestigasi suatu permasalahan yang telah mereka

pilih untuk diselidiki.

7. Hasil Belajar PKn

Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa

melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan

mengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupan

sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka

mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri

sendiri, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada

Tuhan Yang Maha Esa.

Hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi

PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti

pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses

belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan

34

belajr atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutamakompetisi

dasar hakikat negara yang diberikanoleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan

dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk

nilai atau angka.

Hasil belajar pendidikan Kewarganegaraan merupakan hasil yang

dapat dicapai siswa atas proses pembelajaran yang telah berlangsung

baikitu aspek afektif (kerajinan), kognitif (kemampuan hasil ulangan

harian) maupun psikomotorik (keterampilan). Sehingga bukan hanya nilai

akademik ketuntasan belajar yang dapat dicapai, tetapii juga nilai-nilai

yang terkadang dalam materi yang disampaikan dapat diterapkan dalam

pola kehidupan sehari-hari agar tercipta masyarakat yng bermoral, berbudi

pekerti dan berjiwa sosial yang tinggi.

Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah

mengikuti proses pembelajaran PKn berupa seperangkat pengetahuan,

sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan

sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang

meliputi : keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman

keyakinan (agama dan golongan) srta keragaman tingkat kemampuan

intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik hasil tes (formatif,

subsubatif, dan sumatif), unjuk rasa (performance), penugasan (proyek),

hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.

B. Kerangka Pemikiran

Pendidikan Kewarganegaraan menuntut siswa menunjukkan sikap yang

baik, kreatif, dan bertanggungjawab. Tapi kenyataan di lapangan

35

menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran PKn belum tercapai sebagaimana

yang diharapkan. Seringkali guru menemukan siswa tidak berani

mengemukakan pendapat maupun bertanya.

Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(PKn) ialah model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran

secara tepat, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat

diinternalisasikan pada diri mahasiswa serta mengimplementasikan hakekat

pendidikan nilai dalam kehidupan sehari-hari-belum memenuhi harapan

seperti yang diinginkan.

Kesiapan guru tidak banyak berarti jika tidak diimbangi dengan

kesiapan siswa dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan berbagai

permasalahan yang telah disiapkan oleh guru, akan memaksa siswa untuk ikut

serta secara aktif dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat secara aktif

dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran, maka setiap siswa dituntut

untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan yang dimaksud adalah

berbagai sumber yang dapat mendukung pemecahan masalah yang sedang

dibahas, maupun persiapan diri atau mental dari setiap anggota kelompok

untuk dapat melakukan presentasi di depan kelas.

Peningkatan partisipasi yang disertai dengan persiapan diri siswa

sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran, maka dapat dikatan bahwa

motivasi belajar siswa juga semakin meningkat. Dengan motivasi yang

semakin tinggi, akan membuat siswa selalu siap dalam mengikuti kegiatan

belajar mengajar. Apabila kegiatan belajar mengajar selalu diikuti dengan

baik, diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan

36

konsep materi pelajaran. Peningkatan kemampuan penguasaan konsep atau

prestasi belajar ditandai dengan meningkatnya jumlah nilai yang diperoleh

oleh siswa pada saat dilakukan evaluasi.

Pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan model GI seperti

diuraikan di atas, salah satu model memvariasikan metode-metode

pembelajaran yang lain dalam menyampaikan materi pelajaran terutama

untuk materi-materi yang lebih sulit untuk di simak dan dipahami oleh siswa.

Padahal dalam proses pembelajaran, keaktifan dan motivasi siswa sangat

diperlukan agar terjadi kerjasama yang baik antara guru dan siswa dalam

proses pembelajaran untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang optimal.

Pembelajaran kooperatif mengutamakan kerjasama antara siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan model pemebelajaran kooperatif

ini teradapat tipe atau pendekatan pembelajaran GI. Dimana pendekatan ini

digunakan, agar siswa lebih aktif karena siswa selalu dilibatkan mulai dari

awal pembelajaran seperti memilih materi yang ingin diteliti sampai pada

penarikan kesimpulan dilakukan secara interaksi antara guru dan siswa,

sehingga sisiwa selalu aktif dalam proses belajara mengajar.

Model pembelajaran kooperatif yang dikombinasikan model GI dengan

diskusi secara kelompok, memberi kesempatan kepada anak untuk dapat

berpikir secara aktif dan kreatif dalam memecahkan setiap permasalahan.

Pemahaman yang semakin baik terhadap materi pelajaran, ditunjang dengan

aktifitas anak yang semakin baik dalam mengikuti proses belajar mengajar,

maka peserta didik juga akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam

37

menguasai konsep materi pelajaran yang diajarkan, sesuai dengan kerangka

pemikiran yang dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah : Hipotesis

yang melalui penerapan model pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif

Group Investigation (GI), maka hasil belajar siswa kelas XI SMA Negeri 1

Marabahan.

Aktivitas dan

hasil belajar

siswa

menurun

Aktivitas dan

hasil belajar

siswa

meningkat

Guru Menerapkan

Model

Pembelajaran

Group Investigation

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi : tempat penelitian penelitian dan

waktu penelitian sebagai berikut :

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 1

Marabahan yang beralamat di jalan Aes Nasution No. 66 Marabahan

Kode Pos : 70511 tahun ajaran 2013/2014. Pemilihan sekolah ini bertujuan

untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran di SMA

Negeri 1 Marabahan dengan model pembelajaran Pembelajaran Kooperatif

Group Investigation (GI) serta hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas XI SMA Negeri 1

Marabahan. Kelas yang menjadi subyek penelitian ini adalah kelas yang

hasil belajaran paling rendah dibandingkan kelas lainnya dan keaktifan

siswanya belum optimal selama proses pembelajaran berlangsung.

Siswanya yang aktif dalam proses pembelajaran hanya 14,71 %. Penelitian

ini dilakukan pada semester I tahun ajaran 2013/2014.

Subjek dalam penelitiaan ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1

Marabahan tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 30 orang. Objek penelitain

adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas XI SMA

Negeri 1 Marabahan tahun ajaran 2013/2014.

2. Waktu Penelitian

38

39

Penelitian ini akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014.

Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah,

karena PTK memerlukan bebrapa siklus yang membutuhkan proses belajar

mengajar yang efktif di kelas.

B. Variabel yang Diteliti

Variabel yang diteliti dalam PTK ini meliputi :

1. Guru.

Kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran Group

Investigation (GI). Langkah - langkah model pembelajaran Group

Investigation (GI), yaitu : Slavin (2009: 218-219) mengemukakan bahwa

dalam group investigation, para murid bekerja melalui enam tahap yaitu:

a. Mengidentifikasikan topik dan mengatur murid atau membagi ke dalam

kelompok.

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari.

c. Melaksanakan investigasi.

d. Menyiapkan laporan akhir.

e. Mempresentasikan laporan akhir.

f. Evaluasi.

2. Siswa

Hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar yang meliputi : mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan,

mengemukakan pendapat, dan melakukan kegiatan untuk mencari

pemecahan masalah melalui diskusi dan tinjauan lapangan, membuat

laporan serta mempersentasikan hasil kegiatan. Hasil belajar siswa

meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang diambil dari nilai

tes, kegiatan, dan pembuatan laporan atau makalah.

3. Proses

Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan dengan menggunakan

penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas adalah sebuah

penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan

merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif

dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkatkan (Rustam dan Mudilarto.

2004).

Suharsimi (2009:3) menegaskan PTK merupakan suatu pencermatan

terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadinya dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan

tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan

oleh siswa.

C. Instrumen

Pada penelitian ini pengumpulan data pelaksanaan dan hasil tindakan

yang telah dilaksanakan akan menggunakan beberapa instrumen, yaitu :

1. Instrumen aktivitas siswa berisi tentang keaktifan yang dilakukan oleh

siswa, dengan indikator aspek yang dinilai :

a. Persiapan kelompok

b. Partisipasi aktif anggota kelompok

c. Kerjasama kelompok

d. Ketepatan waktu

40

41

e. Kedisiplinan

f. Ketuntasan tugas

2. Lembaran Observasi Guru

Lembaran observasi ini digunakan untuk mengetahui kemampuan

guru dalam melaksanakan model pembelajaran Group Investigation (GI)

siswa dalam memberikan jawaban dan argumen tentang materi yang

diajarkan.

3. Lembar Observasi Siswa

Lembar observasi ini digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam memberikan jawaban dan argumen tentang materi yang diajarkan.

2. Tes hasil belajar digunakan sebagai instrumen untuk mengambil data

pada siklus I dan siklus II yaitu untuk mendapatkan data tentang hasil

belajar yang dicapai siswa Kelas XI SMAN 1 Marabahan yang dicapai

selama proses pembelajaran Group Investigation (GI). Baik kognitif

maupun afektif.

3. Angket, Intrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang

tanggapan atau respon siswa Kelas Kelas XI SMAN 1 Marabahan

terhadap metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI).

D. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini tertindih dari tahap persiapan dan tahap

pelaksanaan penelitian.

1. Persiapan Tindakan

Persiapan adalah suatu awal kegiatan yang dilakukan agar dapat

tercapai suatu tujuan pembelajaran. Tindakan yang dipersiapkan dapat

42

membantu memperbaiki pembelajaran seperti mengatasi kendala

pembelajaran kelas dan meningkatkan keberhasilan pembelajaran kelas.

Selain itu membantu pengajar menyadari potensi baru untuk melakukan

tindakan guna meningkatkan kualitas kerja. Beberapa kegiatan yang

dilakukan untuk membuat persiapan tindakan seperti:

a. Melakukan observasi awal untuk mengidentifikasikan masalah dan

analisi akar penyebab masalah melalui observasi terhadap proes

pembelajaran PKn.

b. Bersama dengan guru bidang studi menentukan bentuk solusi

pemecahan masalah menggunakan model pembelajaran Group

Investigation (GI) pada pelajaran PKn.

c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LTS dan

artikel). Pemberian artikel dimaksudkan sebagai bahan apersepsi untuk

memotivasi siswa pada awal topik pembelajaran.

d. Menyiapkan lembar observasi yang digunakan untuk mengamati

jalannya proses pembelajaran. Lembar observasi terdiri dari lembar

observasi kegiatan guru, keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Menyiapkan lembar penelitian yang meliputi : lembar penelitian kinerja

siswa dalam diskusi, dan lembar penelitian pembuatan laporan atau

makalah.

e. Menyiapkan alat evaluasi.

2. Pelaksanaan Tindakan.

Pelaksanaan Tindakan Kelas (akting) Kegiatan yang dilakukan dalam

tahap ini adalah melaksanakan RPP pembelajaran dengan menggunakan

43

pendekatan kontekstual sesuai dengan perencanaan sebelumnya meliputi

siklus I dan siklus II, langkah-langkah yang dilakun:

a. Guru mengadakan presensi terhadap kehadiran siswa.

b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

c. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan

sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk

terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

d. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan maslah tersebut (menetap topik,

tugas, jadwal, dll)

e. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

eksperimen untuk mendapat penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

f. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang

sesuai laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

g. Guru membnatu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

3. Pementauan dan Evaluasi

Observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan dengan

menggunakan lembar observasi yang telah dibuat terhadap kegiatan yang

telah dilaksanakan. berbagai kegiatan yang terjadi di dalam kelas selama

berlangsungnya proses pembelajaran yang terdiri dari:

a. Pengamatan terhadap siswa dilaksanakan pada saat proses belajar

mengajar. Aspek yang diamati meliputi:

44

1) Perhatian terhadap penjelasan guru.

2) Keantusiasan dalam mengerjakan tugas.

3) Hubungan kerjasama antar siswa.

4) Keberanian mengerjakan soal di depan kelas.

5) Keberanian bertanya.

b. Pengamatan terhadap guru:

Aspek yang diamati adalah:

1) Persiapan (secara keseluruhan)

2) Pelaksanaan

a) Pendahuluan

(1) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

(2) Memotivasi siswa.

(3) Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal

siswa/prasarat.

b) Kegiatan inti

(1) Menerangkan secara singkat materi pokok dengan jelas.

(2) Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar.

(3) Membimbing siswa mengerjakan LTS dengan benar.

(4) Mendorong dan membimbing dilakukan keterampilan

kooperatif oleh siswa:

(a) Mengajukan pertanyaan.

(b) Menjawab pertanyaan.

(c) Menyampaikan ide/pendapat.

(d) Mendengarkan secara aktif.

45

(5) Memberi latihan pendalaman.

(6) Memberikan umpan balik/kuis

c) Penutupan dengan memberikan pekerjaan rumah.

4. Analisi dan Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta

dianalisis dalam tahap ini. Dari hasil tersebut, guru akan merefleksi diri

dengan melihat data hasil observasi apakah kegiatan yang telah dilakukan

telah dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami dan menguasai

konsep serta terampil dalam menyelesaikan soal-soal materi

pembelajaran. Kegiatan refleksi ini melakukan evaluasi terhadap proses

pembelajaran pada siklus 1 dan menjadikan pertimbangan untuk memasuki

siklus 2 dan merefleksi sejauh mana kegiatan belajar dengan metode

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dapat meningkatkan

prestasi belajar baik dari segi pemahaman dan tingkat respon siswa pada

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, serta hal yang perlu di

perhatikan adalah :

a. Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta

menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

b. Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

c. Mengadakan refleksi 1 dengan meneliti kembali tindakan yang telah

dilakukan.

d. Memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih

giat.

46

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindak kelas

(action research), yang terdiri dari 3 siklus. Apabila pada siklus ke- 1

indikator yang ditentukan belum tercapai maka dilakukan siklus ke- 2.

Apabila pada siklus ke- 2 indikator yang ditentuakn belum juga tercapai

maka dilakukan siklus ke- 3. Masing-masing siklus terdiri dari 4 (empat)

tahapan yaitu: 1). Perencanaan (planning), 2). Pelaksanaan tindakan

(acting), 3). Observasi (observating), dan 4) refleksi (reflecting). Hasil

reflleksi pada siklus 1 digunakan untuk menyempurnakan tindakan pada

siklus 2, dan hasil refleksi siklus2 digunakan untuk menyempurnakan

tindakan siklus 3. Rancangn kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini di

tunjukkan dengan gmbar 3.1.

E. Data dan Cara Pengumpulannya

Teknik yang diigunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian

tindakan kelas ini terdiri dari:

1. Sumber data: sumber data penelitian ini adalah guru, siswa, dan proses

pemeblajaran.

2. Jenis data: jenis data yang didapatkan adalah data kualitatif terdiri dari:

a. Kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran.

b. Keaktifan dan kinerja siswa selama proses pembelajaran.

c. Hasil belajar siswa.

3. Cara pengambilan data:

a. Data tentang kegiatan guru diambil menggunakan lembar observasi

dengan mencatat kegiatan yang dulakukan siswa dan guru tiap satuan

waktu.

b. Data tentang keaktifan siswa proses pembelajaran diambil mengunakan

lembar observasi keaktifan siswa. Keaktifan yang diamati meliputi

47

menjawab pertanyan, mengemukakan pendapat, melakukan kegiatan

untuk mencari pemecahan maslah melalui diskusi, membuat laporan

dan mempersentasikan hasil kegiatan.

c. Data hasil belajar siswa diambil dari nilai diskusi, tugas dan tes. Nilai

tes diambil menggunakan tes evaluasi pada tiap akhir siklus. Nilai tes

digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dari aspek kognitif. Nilai

tugas diambil berdasarkan lembar kerja siswa. Aspek yang dinilai dari

diskusi kelompok yang dibuat siswa meliputi aspek kognitif dan afektif.

Nilai kinerja siswa diambil menggunakan lembar penilaian kinerja

siswa dalam diskusi. Aspek yang dinilai dalam penelitan kinerja

meliputi aspek afektif dan pisikomotorik.

F. Analisis dan Interprestasi Data

Teknik analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Data yang diperoleh dianalisis melalui:

1. Data tentang kegiatan guru dianalisi secara deskriptif kualitatif.

2. Data tentang keaktifan siswa dalam pembelajaran dianalisis secara

deskriptif kualitatif.

3. Data tentang hasil belajar siswa

Penelitian ini bisa dianggap berhasil dalam meningkatkan

kompetensi para siswa, maka indikator keberhasilan penelitian dapat

ditentukan dengan menghitung ketuntasan individual dan klasikal.

Hasil belajar siswa dianalisis secara deskriptif kualitatif. Secara individu,

siswa yang tuntas belajar adalah siswa yang mempunyai nilai hasil belajar

48

minimal 65. Menurut ali (1993), ketuntasan belajar siswa secara klasikal

dihitung dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Tercapai Ketuntasan Individual: Jika siswa mencapai ketuntasan > 60%

b. Tercapainya Ketuntasan Klasikal : Jika > 80% dari seluruh siswa yang

mencapai ketuntasan > 60%

Untuk mencari ketuntasan belajar siswa baik secara indivisual dan

klasikal dapat menggunakan rumus persentase sebagai berikut :

% 100 x

SkorJumlah

MaksimalSkorJumlahIndividualKetuntasan

% 100 x nKeseluruha Siswa Jumlah

Tuntas yang SiswaJumlah lasikalK Ketuntasan

G. Indikator Keberhasilan

Inikator yang menjadi keberhasilan penelitian tindakan ini adalah:

a. Guru mampu menerapkan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) denagn baik dan benar.

b. Meningkatnya keaktifan siswa selama proses pembelajaran, yang

ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah siswa yang aktif mengajukan

pertanyaan, menjawab pertanyaan, mengemukakan pendapat, dan

melakukan kegiatan untuk mencari pemecahan masalah melalui diskusi,

membuat laporan dan mempersentasikan hasil kegiatan.

c. Terpenuhinya tugas-tugas siswa mulai dari mengerjakan LTS, diskusi

kelompok, membuat laporan dan smpai pada mempersentasikan hasil

kegiatan diskusi, serta pada pemberian PR.

d. Secara individual siswa menguasai kompetensi atau tujuan pembelajaran

minimal 65%. Keberhasilan dilihat dari jumlah siswa yang mempu

mencapai kompetensi tersebut sekurang-kurangnya 85% dari seluruh.

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas

49

Perencanaan

SIKLUS 1

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS 2

Pengamatan

Pelaksanaan Refleksi

Pelaksanaan

Refleksi

4

1

2 3

5

6 7

Nilai Akhir yang diperoleh siswa berdasarkan rumus ketuntasan belajar

klasikal di atas kemudian diinterprestasikan menggunakan kriteria pada tabel

berikut :

Interprestasi Predikat Prestasi Belajar Siswa

No. Nilai Keterangan

1

2

3

4

5

6

≥ 95,00

80,00 – 94,90

65,00 – 79,90

55,00 – 64,90

40,10 – 54,90

≤ 40,00

Istimewa

Amat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Amat Kurang

Tabel 3.1

(Adaptasi dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan,

2004)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran umum sekolah

Kegiatan penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 1 Marabahan

yang beralamat di Jalan Jalan AES Nasution No. 66 Marabahan Kode Pos

: 70511.

a. Keadaan Sekolah

1) Kondisi Lingkungan dan Geografi Sekolah

a) Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan SMA Negeri 1 Marabahan sangat

mendukung untuk pengembangan sekolah secara keseluruhan.

Hal itu dapat dilihat dari karakteristik dan budaya masyarakat

sekitar sekolah yang masih memiliki tingkat kepedulian yang

tinggi terhadap dunia pendidikan, misalnya masih tingginya rasa

kebersamaan melalui kegiatan gotong royong di dalam setiap

kegiatan kemasyarakatan. Demikian juga dengan halnya

kepedulian pemerintahan, baik mulai tingkat kecamatan, kota

maupun propinsi. Komite sekolah sangat komitmen dalam

membantu semua program sekolah.

b) Kondisi Geografi

SMA Negeri 1 Marabahan terletak di lingkungan

perumahan di tepi jalan raya, sebelah barat kampung, sebalah

selatan Jalan AES. Nasution dan kampong, seblah utara Jalan

50

Pahlawan sebagian kantor pemerintah dan kampung, sebelah

timur lapangan 5 desember.

2) Kondisi Lingkungan dan Geografi Sekolah

SMA Negeri 1 Marabahan didirikan pada tanggal 21

Oktober 1981, NSS : 301150301001, Lokasi sekolah terletek di

jalan AES Nasution No. 66 Marabahan Kode Pos : 70511. Jumlah

seluruh personil sekolah terdiri atas guru 47 orang dan 5 tenaga

Administrasi.

3) Keadaan Peserta Didik

Jumlah peserta didik pada tahun pelajaran 2013/2014

seluruhnya berjumlah 380 orang. Persebaran jumlah peserta didik

antar kelas sama. Peserta didik di kelas XI ada sebanayak 19

rombongan belajar.

B. Hasil Penelitian

1. Tindakan Kelas Siklus 1

Siklus 1 dilaksanakan empat kali pertemuan yaitu tanggal 13 – 27

Agustus 2014 dan 3 September 2014. Pada pertemuan pertama, dan kedua

materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI). Materi yang disajikan pada pertemuan pertama dan

kedua yaitu tentang Kasus pelanggaran hak asasi manusia. Siklus 1 terdiri

dari empat tahapan tindakan dan tahapan-tahapannya adalah sebagai

berikut :

a. Perencanaan

Rencana tindakan yang dilakukn pada siklus 1 yaitu :

51

1) Membagi siswa menjadi 7 kelompok sesuai dengan absen kelas.

2) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) dan lembar tugas siswa (LTS), serta media

pembelajaran yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan,

di mana seluruh perangkat pembelajaran ini dikonsultasikan terlebih

dahulu dengan guru mata pelajaran yang bersangkutan.

3) Menyiapkan instrument penelitian yaitu post test sebagai evaluasi

dari siklus 1, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi

aktivitas siswa dan skor kelompok siswa.

4) Mengadakan pembagian tugas antara pengajar dan pengamat

(observer).

b. Pelaksanaan

1) Menginformasikan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) kepada siswa (menginformasikan tata kerja pada

setiap langkah pembelajaran), menyampaikan tujuan pembelajaran,

menuliskan judul materi yang akan dipelajari di papan tulis,

mengingatkan kembali materi yang relevan (apersepsi) dengan

metode tanya jawab, setelah apersepsi, guru mengajukan suatu

permasalahan terkait materi pembelajaran dan meminta siswa

mengajukan pendapatnya mengenai pemecahan masalah tersebut.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan

pendapatnya mengenai penyelesaian permasalahan tersebut,

membagi siswa menjadi 7 kelompok, masing-masing kelompok

terdiri dari 4 orang siswa yang heterogen. Setelah siswa bergabung

52

dengan anggota kelompoknya, guru memberikan LTS kepada

masing-masing kelompok guna membagi siswa untuk menemukan

jawaban dari permasalahan yang ada, menjelaskan kegiatan yang

harus dilakukan masing-masing kelompok untuk dapat

menyelesaikan LTS.

3) Membimbing siswa untuk menemukan informasi yang sesuai untuk

memecahkan masalah yang diberikan. Setelah seluruh kelompok

mengumpulkan tugasnya, guru kemudian meminta salah satu

kelompok untuk mempersentasikan hasil jawaban merek dan

meminta kelompok lain untuk memperhatikan dan menanggapinya

pertama-tama, salah seorang anggota kelompok menuliskan

jawaban di papan tulis, setelah jawaban dituliskan, maka seluruh

anggota kelompok akan mempersentasikan jawban yang mereka

ajukan dan kelompok lain diminta untuk mendengarkan dan

memberikan tanggapan.

4) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi

pembelajaran. Bukan hanya mengenali hasil yang didapatkan siswa

bersama kelompok, namun juga mengenai proses-proses yang

mereka gunakan.

5) Melaksnakan post test sebagai hasil evaluasi dari siklus 1.

c. Pengamatan

Selama kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung diadakan

pengamatan dan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Pengamatan dan

penilaian terhadap hasil belajar siswa meliputi aktifitas guru dan

53

aktifitas siswa yaitu dengan mengisi lembar observasi hasil belajar

siswa serta pada akhir siklus diadakan evaluasi.

1) Observasi Aktivitas Guru

Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru adalah

untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI). Data yang dioeroleh dari siklus 1 dapat dilihat

pada tabel.

Table 4.1

Hasil Observasi Aktifitas guru dengan menggunakan model kooperatif

Group Investigation (GI) siswa kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan.

No Aspek Yang Dinilai

Penilaian

1 2 3 4

1. Bahan pembelajaran yang digunakan √

2. Perumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan

indikator.

3. Pemilihan materi sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation

(GI)

4 Rencana dan strategi pembelajara kooperatif

Group Investigation (GI)

a. Pengalokasian waktu √

b. Memberikan motivasi √

c. Memberikan informasi materi √

54

d. Membrikan contoh masalh yang autentik √

e. Meminta dan mengarahkan siswa untuk

merumuskan masalah

f. Mengelompokkan siswa √

g. Membantu merencanakan tugas belajar

siswa.

h. Membimbing siswa untukberbagi tugas

dengan teman sekelompoknya.

i. Membimbing siswa berdiskusi mngerjakan

LTS.

j. Membimbing siswa menyajikan/

memperentasikan hasil kegiatan dalam

diskusi.

5. Pengelolaan kelas pada saat pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI)

6.

Prosedur pelaksanaan evaluasi

a. Penilaian individu √

b. Penilaian kelompok. √

(Sumber data diolah, 2014)

Guru belum dapat memotivasi dan mengorganisasi siswa

dengan baik karena guru berperan lebih banyak dalam kegiatan ini

dibandingkan siswa. Pada kegiatan inti, guru masih belum

maksimal membimbing siswa dalam melakukan diskusi. Menurut

Arends (1997), guru memang perlu memberikan bantuan pada

siswa saat mereka akan membutuhkan, namun harus mengenali

seberapa panting bantuan itu bagi siswa agar mereka saling

bergantung satu sama salin, daripada bergantung pada guru.

55

Tujuannya adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi

untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan dikatakan bahwa

secara umum guru melakukan langkah-langkah pembelajaran

menggunakan model pembelajaran kooperatif Group Investigation

(GI)

2) Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa

Kektifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di

kelas berdasarkan hasil pengamatan saat observasi pada siklus 1

dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Table 4.2

Aktivitas Belajar Siswa Menggunakan Model Pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI)

No Aspek Yang Dinilai Penilaian

1 2 3 4

1. Menghargai pendapat orang lain √

2. Mengemukakan pendapat dan berbagi tugas √

3. Memancing orang lain untuk berbicara √

4. Mendengarkan dengan aktif √

5. Mempunyai keberanian untuk bertanya √

6. Aktif dalam mengerjakan tugas √

7. Mendorong orang lain untuk berprestasi √

8. Menunjukkan penghargaan dan simpati √

9. Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara

yang tepat dan sopan √

56

10. Menanyakan kebenaran dan memeriksa

ketepatan jawaban dalam kelompok √

11. Melakukan kegiatan untuk mecari pemecahan

masalah √

12. Membuat laporan √

13. Mempresentasikan hasil kegiatan √

(Sumber data diolah, 2014)

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas

siswa di atas diperoleh data bahwa tidak semua siswa antusias

mengikuti pelajaran terutama pada aspek aktif dalam mengerjakan

tugas melakukan kegiatan utuk mencari pemecahan masalah.

Hanya siswa yang tergolong pandai saja yang aktif mengerjakan

tugas, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan berkelompok siswa

belum sepenuhnya berhasil dal ini karena sebagaimana kelompok

belum memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI) secara menyeluruh dan mereka juga

kurang bekerja sama dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.

Keaktifan ini hanya dilakukan oleh sekelompok siswa tentunya.

Siswa lain terlihat lebih pasrah, kurang bergaiarah, bingung, dan

kurang perhatian. Sebagian besarsiswa lebih memilih diam

meskipun mereka mengalami kesulitan dalam memahami dan

memecahkan masalah yang diberikan. Selain itu, penggunaan

waktu yang tersedia masih belum efektif. Secara keseluruhan

aktifitas siswa di kelas selama pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) berlangsung

belum tercapai sesuai yang diharapkan karena belum dilakukan

oleh seluruh siswa dengan benar.

3) Data Hasil Evaluasi Siklus 1

Data nilai post test yang dlakukan dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) yang

dilakukan pada siswa kelas XI Negeri 5 Marabahan. Kegiatan post

test dilaksanakan pada hari 3 September 2014. Presentasi belajar

siswa pada siklus 1 belum memenuhi indicator keberhasilan

penelitian yang telah ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara

klasikal hanya sebanyak 32,14% atau orang siswa dari

keseluruhan jumlah siswa tidak tuntas dan termasuk dalam

kualisifikasi cukup baik dengan nilai rata-rata siswa adalah 57,50 .

Hasil belajar siswa pada siklus 1 bisa dilihat dari table berikut.

Table 4.3

Daftar Nilai Siswa Hasil Evaluasi pada Siklus 1

No Nama Siswa Nilai Keterangan

1. Ahmad Gazali R. 60 Tidak Tuntas

2. Ahmad Madani 30 Tidak Tuntas

3. Ali Akbar 60 Tidak Tuntas

4. Cindy Adelia Devi 70 Tuntas

5. Darmayanti 30 Tidak Tuntas

6. Devi Fitriana 70 Tuntas

7. Dicky Hermawan 60 Tidak Tuntas

8. Dody Anwar 60 Tidak Tuntas

9. Ema Afrida 30 Tidak Tuntas

57

58

10. Fadillah Pratama 60 Tidak Tuntas

11. Fitriani 70 Tuntas

12. Irvana Maulana 50 Tidak Tuntas

13. Jamilan 30 Tidak Tuntas

14. Khairur Rizal R. 40 Tidak Tuntas

15. Kresna Aji Saputra 60 Tidak Tuntas

16. M. Ardiannor 50 Tidak Tuntas

17. M. Faisal Saputra 60 Tidak Tuntas

18. M. Jayadi Abdi 50 Tidak Tuntas

19. Muhammad Murjani 60 Tidak Tuntas

20. M. Rizky Adam 60 Tidak Tuntas

21. Muhammad Miqo 80 Tuntas

22. Phia Permata Sari 80 Tuntas

23. Rhema Monica 60 Tidak Tuntas

24. Siti Kamariah 70 Tuntas

25. Siti Faridah 70 Tuntas

26. Suzuas Mais Akbar 80 Tuntas

27. Taufikkurrahman 40 Tidak Tuntas

28 Zaitun 70 Tuntas

Jumlah Nilai 1610

Rata-rata 57,50

(Sumber data diolah, 2014)

Tabel 4.4

Persentase Kualifikasi Presentasi Belajar Siswa Siklus 1

Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase (%)

59

≥ 95,00

80,00 – 94,90

65,00 – 79,90

55,00 – 64,90

40,10 – 54,90

≤ 40,00

Istimewa

Amat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Amat Kurang

0

3

6

10

5

4

0

10,71

21,43

35,71

17,86

14,29

Jumlah 28 100

(Sumber data diolah, 2014)

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama peleksanaan siklus

1, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dan diperbaiki

untuk rencana tindakan pada siklus berikutnya. Untuk mengatasi

permasalahan-permasalahan yang terjadi pada siklus 1 penelitian

berdiskusi dan saling member masukan dengan para observer agar

pada siklus berikutnya pembelajaran PKn dengan model pembelejaran

kooperatif Group Investigation (GI) dapat berlangsung lebih baik.

Diantara hasil diskusi tersebut yaitu membantu kelompok yang belum

memahami langkah-langkah model pembelejaran kooperatif Group

Investigation (GI) dan memberi pengertian kepada siswa kondisi dalam

berkelompok, kerjasama kelompok, serta keikut sertaan siswa dalam

kelompok. Untuk pengelolaan waktu pembelajaran diusahakan

seefektif mengikuti dan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

Berdasarkan hasil evaluasi siklus 1 masih terdapat 67,86% siswa

belum memenuhi kriteria keberhasilan, sebaliknya hanya 32,14% siswa

yang telah memenuhi kriteria keberhasilan dengan nilai rata-rata siswa

57,50. Mengacu pada kriteria yang telah ditetapkan maka dapat

dinyatakan bahwa pembelajaran siklus 1 belum berhasil secara optimal

baik dari segi kesiapan guru dan siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model pembelejaran kooperatif Group Investigation (GI)

maupun hasil belajarnya. Dengan demikian, penelitian akan dilanjutkan

hingga indicator keberhasilan tercapai.

2. Pelaksanaan Tindakan Kelas Siklus 2

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi pada siklus 1, maka

pada siklus 2 ini direncanakan kembali tindakan perbaikan terhadap

hal-hal yang dianggap masih kurang pada siklus 1, antara lain:

1) Pemberian motivasi belajar kepada siswa perlu ditingkatkan agar

siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

2) Penggunaan waktu pada siklus 1 belum efektif sehingga pada

siklus 2 waktu pembelajaran harus diatur sebaik mungkin.

3) Penekanan bahwa dalam pembelajaran yang akan dilakukan, setiap

siswa harus turut berpartisipasi agar dapat memperoleh hasil belajar

yang maksimal dan bahwa setiap siswa mamiliki tanggung jawab

membantu teman satu kelompok yang mengalami kesulitan belajar.

4) Pengawasan terhadap kelompok siswa perlu ditingkatkan shingga

tindakan ada lagi siswa yang tidak aktif dalam kegiatan kelompok.

5) Guru lebih intensif dalam membersihkan bimbingan kepada setiap

kelompok.

60

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini guru kembali melakukan kegiatan pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) sesuai dengan rencana yang telah dibuat. Pada siklus

2 prosedur pelaksanaannya sama seperti siklus1 dengan materi

selanjutnya yaitu : Upaya penegakan Hak asasi manusia dengan

tindakan perbaikan terhadap hal-hal yang dianggap masih kurang pada

siklus1. Untuk lebih jelas dilihat rencana pelaksanaan pebelajaran

(RPP) dan lembar tugas siswa (LTS) pada (lampiran) serta soal dan

kunci jawban post test sebagai hasil evaluasi siklus 2 dapat dilihat

pada (lampiran).

c. Pengmatan

Pengamatan dan penelitian terhadap hasil belajar siswa meliputi

aktivitas guru dan aktivitas siswa dilakukan dengan mengisi lembar

observasi hasil belajar siswa.

1) Observasi Kativitas Guru

Data yang diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru pada

siklus 2 adalah untuk mengetahui kesiapan guru dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI) . data yang diperoleh dapat dilihat pada

table di bawah ini.

Tabel 4.5

61

Hasil Observasi Aktivitas Guru dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatid Group Investigation (GI). Siswa Kelas XI

SMA Negeri 1 Marabahan.

No Aspek Yang Dinilai

Penilaian

1 2 3 4

1. Bahan pembelajaran yang digunakan √

2. Perumusan tujuan pembelajaran sesuai dengan

indikator. √

3.

Pemilihan materi sesuai dengan model

pembelajaran kooperatif Group Investigation

(GI)

4 Rencana dan strategi pembelajara kooperatif

Group Investigation (GI)

a. Pengalokasian waktu √

b. Memberikan motivasi √

c. Memberikan informasi materi √

d. Membrikan contoh masalh yang autentik √

e. Meminta dan mengarahkan siswa untuk

merumuskan masalah

f. Mengelompokkan siswa √

g. Membantu merencanakan tugas belajar

siswa.

h. Membimbing siswa untukberbagi tugas

dengan teman sekelompoknya.

i. Membimbing siswa berdiskusi mngerjakan √

62

63

LTS.

j. Membimbing siswa menyajikan/

memperentasikan hasil kegiatan dalam

diskusi.

5. Pengelolaan kelas pada saat pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) √

6.

Prosedur pelaksanaan evaluasi

c. Penilaian individu √

d. Penilaian kelompok. √

(Sumber data diolah, 2014)

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi siklus 2, diketahui

bahwa guru telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI) dalam pembelajaran PKn. Hasil

pengamatan dan penelitian terhadap aktivitas guru dalam

mengelola pembelajaran PKn menggunakan pembelajaran

kooperatif Group Investigation (GI) juga termasuk dalam

kualifikasi sangat baik. Guru bias dikatakan sudah mempu

melaksanakan semau rencana tindakan yang telah dibuat.

2) Data hasil Observasi Aktivitas Siswa

Keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di

kelas berasarkan hasil pengamatan saat observasi pada siklus 2

dapat dilihat pada table sebagai berikut :

Tabel 4.6

63

Aktifitas Belajar Siswa Menggunakan pembelajaran kooperatif Group

Investigation (GI) .

No Aspek Yang Dinilai Penilaian

1 2 3 4

1. Menghargai pendapat orang lain √

2. Mengemukakan pendapat dan berbagi tugas √

3. Memancing orang lain untuk berbicara √

4. Mendengarkan dengan aktif √

5. Mempunyai keberanian untuk bertanya √

6. Aktif dalam mengerjakan tugas √

7. Mendorong orang lain untuk berprestasi √

8. Menunjukkan penghargaan dan simpati √

9. Mengungkapkan ketidak setujuan dengan cara

yang tepat dan sopan √

10. Menanyakan kebenaran dan memeriksa

ketepatan jawaban dalam kelompok √

11. Melakukan kegiatan untuk mecari pemecahan

masalah

12. Membuat laporan √

13. Mempresentasikan hasil kegiatan √

(Sumber data diolah, 2014)

3) Data Hasil Evaluasi dari Siklus 2

Ketntasn belajar siswa secara klasikal dan nilai rata-rata

siswa pada siklus 2 meningkatkan dari siklus 1, dengan

peningkatan sebesar 60,72% untuk ketentuan klasikal dan 16,78

64

untuk nilai rata-rata. Hasil post test sebagai evaluasi dari siklus 2

dapat dilihat pada table berikut:

Table 4.7

Daftar Nilai Siswa Hasil Evaluasi pada Siklus 2

No Nama Siswa

Siklus II

Nilai Keterangan

1. Ahmad Gazali R. 75 Tuntas

2. Ahmad Madani 85 Tuntas

3. Ali Akbar 80 Tuntas

4. Cindy Adelia Devi 85 Tuntas

5. Darmayanti 80 Tuntas

6. Devi Fitriana 80 Tuntas

7. Dicky Hermawan 75 Tuntas

8. Dody Anwar 70 Tuntas

9. Ema Afrida 80 Tuntas

10. Fadillah Pratama 75 Tuntas

11. Fitriani 85 Tuntas

12. Irvana Maulana 75 Tuntas

13. Jamilan 85 Tuntas

14. Khairur Rizal R. 60 Tidak Tuntas

15. Kresna Aji Saputra 70 Tuntas

16. M. Ardiannor 70 Tuntas

17. M. Faisal Saputra 75 Tuntas

18. M. Jayadi Abdi 80 Tuntas

19. Muhammad Murjani 80 Tuntas

65

20. M. Rizky Adam 80 Tuntas

21. Muhammad Miqo 90 Tuntas

22. Phia Permata Sari 90 Tuntas

23. Rhema Monica 85 Tuntas

24. Siti Kamariah 85 Tuntas

25. Siti Faridah 90 Tuntas

26. Suzuas Mais Akbar 80 Tuntas

27. Taufikkurrahman 60 Tidak Tuntas

28 Zaitun 85 Tuntas

Jumlah Nilai 2.210

Rata-rata 78,92

(Sumber data diolah, 2014)

Table 4.7

Persentase Kualifikasi Prestasi BelajR Siswa Siklus 2

Nilai Kualifikasi Frekuensi Persentase(%)

≥ 95,00

80,00 – 94,90

65,00 – 79,90

55,00 – 64,90

40,10 – 54,90

≥ 40,00

Istimewa

Amat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Amat Kurang

0

18

8

2

0

0

0

64,28

28,57

7,14

0

0

Jumlah 28 100

(Sumber data diolah, 2014)

Berdasarkan table 4.7 presentasi belajar siswa pada siklus 2

sudah memenuhi indicator keberhasilan dari penelitian yang telah

ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah sebesar

92,86 % atau 26 orang siswa dari jumlah siswa keseluruhan tuntas

dan termasuk dalam kualifikasi baik dengan nilai rata-rata siswa

78,92.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi siklus 2, diketahui

bahwa guru telah berhasil menerpkan model pembelajaran kooperatif

Group Investigation (GI). Pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas

siswa yang dilakukan oleh pengmat diperoleh data bahwa semua siswa

antusias mengikuti pelajaran, semua aspek aktivitas siswa dalam

pembelajaran kooperatif Group Investigation sudah terpenuhi dan

termasuk dalam kualifikasi baik. Hasil Belajar siswa pun pada siklus 2

meningkatkan dan memenuhi indicator keberhasilan, karena ketuntasan

belajar siswa sudah memenuhi indicator keberhasilan, karena

ketuntasan belajar siswa sudah memenuhi indicator keberhasilan

penelitian, maka tim peneliti sepakat untuk menghentikan penelitian

dan tidak melanjutkan ke siklus berikutnya.

66

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Aktivitas Guru dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Group Investigation

Kondisi peserta didik sangat berpengaruh pada hasil belajar yang

dicapainya, misalnya keadaan fisik sakit, minat dan kesiapan serta kondisi

perasaan anak dalam belajar sangatlah berpengaruh, hal ini sesuai dengan

pendapat yang di kemukakan oleh Hamalik (1991: 43) bahwa terjadinya

proses pembelajaran pada hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya :

1. Peserta didik

2. Pengajar

3. Sarana dan prasarana

4. Penilaian.

Kualitas proses belajar yang dilaksanakan oleh pengajar (guru) juga

sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Setelah peneliti melakukan

penelitian dan berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, maka dapat

diketahui hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

1. Siklus 1

Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara

keseluruhan telah berlangsung dengan cukup lancar, hanya saja pada

aspek pengelolaan waktu pengamat menilai bahwa guru masih belum

sepenuhnya berhasil melaksanakannya. Selain itu, menurut pengamatan

pada aspek pemberian motivasi belajar kepada siswa juga dirasakan masih

67

kurang, hal ini dikarenakan guru masih banyak ceramah pada model

pembelajaran kooperatif (GI), yang seharusnya guru tidak banyak

menjelaskan materi akan tetapi guru memberikan bimbingan kepada

siswa dalam menggali suatu masalah untuk memperoleh suatu

pengetahuan yang luas dan siswa menjadi aktif dalam proses

pembelajaran di kelas hal ini selaras dengan pendapat yang di sampaiakan

oleh Mukhtar dan Martinis yamin dalam Sutikno (2007) menjelelaskan

bahwa, untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil (efektif), seorang

guru harus melaksanakan beberapa peran berikut:

a. Guru sebagai model

Anak dan remaja berkembang kearah idealis dan kritis. Mereka

membutuhkan guru sebagai model yang dapat dicontoh dan dijadikan

teladan, baik pengetahuan, keterampilan maupun kepribadian.

Kelebihan ini tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam

bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan-kebiasaan yang sehat,

sikap yang demokratis, terbaik dan sebagainya.

b. Guru sebagai perencanaan

Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan

menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu

diterjemahkan menjadi tujuan-tujuan secara spesifik dan operasional.

Dalam perencanaan ini, peserta didik perlu dilibatkan, sehingga

menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan, dan tingkat

pengalaman mereka. Peranan ini menuntun agar perencanaan

senantiasa direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan

68

belajar peserta didik, pengalaman dan pengetahuan peserta didik,

metode belajar yang serasi, serta materi yang sesuai dengan minatnya.

c. Guru sebagai pendiagnosa kemajuan belajar peserta didik.

Peranan ini erat kaitannya dengan tugas megevaluasi kemajuan belajar

peserta didik. Penilaian memiliki arti yang penting bagi peserta

didik,Orang tua dan bagi guru sendiri. Bagi peserta didik, agar mereka

mengatahui seberapa jauh mereka telah berhasil dalam studi. Bagi

orang tua, agar mengetahui kemajuan belajar anaknya. Bagi guru,

pentingnya untuk menilai dirinya sendiri dan keefektifan

pembelajaran yang telah diberikannya. Dalam menjalankan peran ini,

seharusnya guru mampu melaksanakan dan mempergunakan tes-tes

yang telah dilakukan, melaksanakan tes formatif, sumatif, serta

memperkirakan perkembangn peserta didiknya.

d. Guru sebagai pemimpin.

Guru adalah pemimpin dalam kelas, sekaligus sebagai anggota

kelompok dari peserta didik. Banyak tugas yang sifatnya manajerial

yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara ketertiban kelas,

mengatur rauangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas,

serta menyusun laporan bagi pihak yang memerlukannya.

e. Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber.

Guru berkewajiban menyediakan sebagai sumber yang

memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang kaya.

Lingkungan sumber itu perlu ditunjukkan, kendatipun pada

hakikatnya anak sendiri yang berusaha menemukannya.

69

Perhitungan yang dilakukan oleh peneliti, secara keseluruhan

pengelolaan pembelajaran telah dilakukan oleh guru selaku pelaksana

tindakan termasuk dalam kualifikasi cukup baik, lebih lengkapnya (lihat

lampiran 11da 12).

2. Siklus 2

Pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam

mengajar secara keseluruhan penyampaian bahan ajarnya berlangsung

dengan lancar, hal ini selaras dengan pendapat yang di kemukkan oleh

Hamalik (2003) mengajar adalah mnyampaikan pengetahuan kepada

siswa atau murid di sekolah. Didalam pengertian ini scara eksplisit

disebutkan bahwa :

a. Pengajaran di pandang sebagai persiapan hidup

b. Pengajaran adalah suatu proses penyampaian

c. Penguasaan penyampaian adalah tujuan utama

d. Guru dianggap sebagai paling berkuasa

e. Murid selalu bertindak sebagai penerima

f. Pengajaran hanya berlangsung di ruangan kelas.

Guru yang di observasi sudah mempu melaksanakan semua

rencana tindakan yang telah dibuat dengan tepat sehingga interaksi

belajar berjalan dengan sesuai yang diharapkan dan pengalokasian waktu

yang sesuai dalam proses pembelajaran pun sudah baik. Perhatian guru

kepada semua kelompok siswa merata sehingga semua kelompok

bersemangat dalam kegiatan berkelompok, serta interaksi siswa dalam

kelompok berjalan dengan aktif, hal ini sesuai dengan pendapat Abdul

70

Kadir, (2002) belajar kooperatif merupakan satu strategi pengajaran dan

pembelajaran yang menggunakan kumpulan-kumpulan kecil yaitu

kelompok pelajar dengan memberi peluang untuk berinteraksi sesama

mereka di dalam proses pembelajaran. Dengan aktifnya siswa dalam

setiap kelompok mendiskusikan materi yag diberikan oleh guru maka

siswa dapat lebih memahami dan pendalaman materi lebih luas.

Setelah dilakukan perhitungan oleh peneliti pengelola

pembelajran yang dilakukan oleh guru juga termasuk dalam kualifikasi

sangat baik hal ini terlihat pada keaktifan siswa yang meningkat sehingga

guru hanya membimbing siswanya dalam diskusi kelompok untuk

memecahkan suatu maslah pada proses pembelajaran PKn, sesuai dengan

Depdiknas (2005:33) yang menyatakan bahwa tujuan PKn untuk setiap

jenjang pendidikan yaitu mengembangkan kecerdasan warga Negara

yang diwujudkan melalui pemahaman keterampilan social dan

intelektual, serta berprestasi dalam memecahkan masalah di lingkungan.

Hasil pembelajaran berlangsung lebih lengkap ada di lampiran 13 dan 14.

Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan :

a. Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat

mengingat materi pelajaran , akan tetapi menguasai dan

memahaminya secara penuh.

b. Apabila guru bermasksud untuk mengembangkan keterampilan

keterangn berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis

situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi

baru, mengenal adanya perbedaan anyata fakta dan pendapat, serta

71

mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment seara

objektif.

c. Manakala guru mengingnkan kemampuan siswa untuk memecahkan

maslah serta membuat tantangan intelektual siswa.

d. Jika guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertangug jawab dalam

belajarnya.

e. Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang

dipelajarai dengan kenyataan dalam kehidupannya (hubungan antara

teori dengan kenyataan).

B. Aktivitas Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Group

Investigation

1. Siklus 1

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas

siswa diperoleh data bahwa tidak semua siswa antusias mengikuti

pelajaran terutama pada aspek aktif dalam mengerjakan tugas. Hanya

siswa yang tergolong pandai saja yang aktif mengerjakan tugas, hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan berkelompok siswa belum sepenuhnya

berhasil.

Secara keseluruhan aktivitas siswa di kelas selama pembelajaran

dengan menggunkan model pembelajaran Group Investigation

berlangsung termasuk dalm kualifikasi belum terpenuhi dengan baik,

lebih lengkapnya ada di lampiran.

2. Siklus 2

72

73

Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap aktivitas

siswa diperoleh data bahwa semua siswa terlihat antusias mengikuti

pelajaran, keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas terutama dalam

mengerjakan tugas LTS sudah terlihat, hal ini menunjukkan bahwa

kegiatan berkelompok siswa sudah berhasil. Secara keseluruhan aktifitas

siswa di kelas selama pembelajaran PKn berlangsung termasuk dalam

kualifikasi baik, lebih lengkapnya ada di lamiran.

Sikap dan minat siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh

terhadap keterlibatan siswa secara efwktif dalam belajar. Menurut

MeLeod dan Rayes, (Ratumanan dan Laurens, 2003) sikap merupakan

persepsi tentang diri sendiri, orang lain, objek atau ide-ide. Sikap positif

terhadap sesuatu menyebabkan perasaan mampu dan diri bermanfaat serta

keyakinan akan kamampuan untuk berhasil jika bertanggung jawab dan

berusaha keras. Sedang minat berkaitan dengan kecendrungan hati

(keinginan) terhadap sesuatu. Minat terhadap pelajaran tertentu akan

mendorong tindakan positif siswa untuk menekuni dan meningkatkan

intensitas belajar pada pelajaran.

Jika dilihat dari afektif siswa pada siklus 2 sudah memiliki

beberapa kecakapan yaitu:

a. Kecakapan mengenal diri yang meliputi kesadaran sebagai makhluk

Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri dan kesadaran akan potensi

dirinya.

b. Kecakapan berpikir meliputi kecakapan menggali informasi,

mengolah informasi, mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

73

c. Kecakapan social meliputi komunikasi lisan, komunikasi tertulis dan

kecakapan bekerjasama.

d. Kecakapan akademis meliputi kecakapan melaksanakan penelitian,

mengidentifikasi variable dan menghubungkan variable. (Depdiknas,

2003).

C. Hasil Belajar PKn dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Group Investigation.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif

Group investigation dapat meningkatkan hasil belajar PKn di kelas XI SMA

Negeri 1 Marabahan. Ini terbukti dengan dilaksanakannya selama 2 siklus,

hasil belajar yang meningkat dari sebelumnya ,prestasi belajar siswa pada

siklus 1 belum memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang telah

ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal hanya sebanyak 42,85 %

atau 12 orang siswa dari keseluruhan jumlah siswa dan termasuk dalam

kualifikasi cukup baik dengan nilai rata-rata siswa adalah 62,35. Meningkat

pada siklus 2 Prestasi belajar siswa memenuhi indikator keberhasil dari

penelitian yang telah ditetapkan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal

adalah sebesar 92,86 % atau 26 orang siswa dari jumlah siswa keseluruhan

dan termasuk dalam kualifikaasi baik dengan nilai rata-rata siswa 78,92. Hal

ini selaras dengan pendapat yang di kemukakan oleh (Abdul Kadir, 2002)

bahwa model pembelajaran kooperatif menciptakan sebuah revolusi

pembelajaran di kelas. Tidak ada kelas yang sunyi selama proses

pembelajaran, karena pembelajaran dapat dicapai ditengah-tengah percakapan

antara siswa. Guru dapat menciptakan suatu lingkungan kelas yang baru

tempat siswa secara rutin dapat saling membantu satu sama lain, guna

menuntaskan bahan ajar pada akademiknya.

Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah

pada siklus 2 telah mencapai indikikator keberhasilan lebih baik

dibandingkan dengan pada siklus 1 untuk materi Menapaki Jalan Terjal

Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia, dimana nilai yang diperoleh

siswa yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah baik untuk

diterapkan dalam proses pembelajaran. Perbedaan ketuntasan hasil belajar

dapat dilihat pada gambar berikut :

Siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Group

Investigation (GI) pada siklus 2 mendapatkan hasil yang lebih tinggi Karen

dalam pembelajaran Group Investigation (GI) siswa dilatih untuk

menghadapi masalah dan memecahkannya secara terampil. Pembelajaran ini

juga merangsang siswa untuk berfikir secara kreatif dan menyeluruh. Mereka

juga tidak merasa tegang dan bosan pada saat pembelajaran ini dibuktikan

75

dengan meningkatnya hasil belajar dan kerja kelompok yang semakin baik

dan mereka merasa senang dengan pembelajaran ini.

76

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah lakukan pada

bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif Tipe GI dapat meningkatkan prestasi belajar pada

siswa kelas XI SMA Negeri 1 Marabahan Tahun Ajaran 2013/2014. Indikator

peningkatan prestasi belajar siswa antara lain :

a. Siswa antusias dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran PKn,

keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran menunjukkan

peningkatan.

c. Siswa menyadari bahwa kerjasama dalam kelompok penting untuk

menyelesaikan suatu tugas bersama. Dengan kerjasama dalam kelompok

mereka dapat memberikan pengalaman, menemukan dan menjelaskan

segala hal yang mereka pikirkan dan membuka diri terhadap yang

dipikirkan oleh teman mereka. Hal ini menyebabkan interaksi antar siswa

dalam kelompok kooperatif meningkat.

d. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat

meningkatkan hasil belajar pada siswa kelas XI SMA Negeri 1

Marabahan Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini bisa dilihat dari hasil

evaluasi yang menunjukkan peningkatan pencapaian Hasil belajar siswa

dari awalnya 42,85 % atau 12 Orang (pada siklus I) meningkat menjadi

92,86 % atau 26 Orang (pada siklus II).

77

B. Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan, maka

dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut :

1. Kepada Siswa disarankan

a. Siswa hendaknya mempunyai kesadaran akan pentingnya prestasi

belajar dan berusaha untuk meningkatkannya dengan cara

meningkatkan minat belajar dan keaktifannya dalam proses

pembelajaran.

b. Siswa hendaknya mampu memiliki ketrampilan berkomunikasi yang

baik dimana hal ini pada akhirnya akan sangat bermanfaat bagi siswa.

c. Siswa diharapkan tidak mudah putus asa ketika mengalami hambatan

dalam belajar dan dapat bekerjasama dalam arti yang positif, baik

dengan guru maupun dengan siswa yang lain dalam proses belajar

mengajar.

2. Kepada guru PKn

a. Guru diharapkan senantiasa meningkatkan kemampuannya dalam

mengembangkan dan menyampaikan materi serta dalam mengelola

kelas, sehingga kualitas pembelajaran dapat terus meningkat seiring

dengan peningkatan kemampuan yang dimilikinya.

b. Kepada guru yang belum menerapkan model pembelajaran

kooperatif Tipe Group Investigation dapat menerapkan model

tersebut dalam kegiatan belajar mengajar yang tentunya disesuaikan

dengan materi dan kondisi siswa.

78

c. Guru diharapkan mampu memberikan motivasi pada siswa untuk

belajar dengan menimbulkan minat yang ada dalam diri siswa,

sehingga siswa akan belajar dengan rasa senang tanpa harus dipaksa.

3. Kepada sekolah disarankan agar dapat lebih memperhatikan fasilitas-

fasilitas yang menunjang dalam kegiatan pembelajaran. Hendaknya

mendorong dan memotivasi guru untuk selalu berusaha mengembangkan

model dan metode pembelajaran yeng merangsang siswa untuk aktif dan

lebih mudah dalam memahami materi pembelajaran.

4. Bagi peneliti lain disarankan agar dapat menambah keilmuan khususnya

pada penggunaan model pembelajaran Kooperatif Group Investigation

dalam penelitian.

5. Bagi Prodi PKn adalah agar dapat memberikan arahan tentang model-

model pembelajaran khususnya model pembelajaran Kooperatif Group

Investigation, sehingga dapat menciptakan lulusan yang cerdas, kreatif

dan inovatif serta berkualitas.

79

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, 2008. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Departemen

Pendidikan Nasional, Jakarta.

Arikunto, 2002. Metodelogi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Grafindo Persada.

Depdiknas, 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyati & Mujiono, 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Djamarah, 1994. Prestasi Belajar dan Prestasi Guru. Surabaya. Usaha Nasional.

Hamalik Oemar, 1989. Media Pendidikan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

Hamid Darmadi, 2013. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di

perguruan tinggi. Bandug: Alfabeta.

Harsoyo, 2002. Teknologi Pengajaran. Banjarmasin: Media Kampus Press

Jihad, Asep. Haris, Abdul, 2012 Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Presindo

Presiden RI, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Cemerlang.

Rohani Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta. PT Rineka Cipta.

Sadiman, dkk, 2002. Media Pendidikan. Jakarta: Pustekkom dikbud dan PT Raja

Grafindo.

Sardiman, 2001. Interaksi& Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.

Setyobroto sudinyo, 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Slameto 1995. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineke Cipta.

Sobry,Sutikno, 2014. Metode dan Model-model Pembelajaran. Lombok:

Holistica.

Sudijono, 2003. Pengantar Statistika Pendidikan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

User Usman, 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdekarya.

Wahyu, 1996. Bimbingan Penulisan Skripsi. Bandung :Tarsito.

............, 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: UNLAM Banjarmasin.

Yuyus,Kardiman dkk, 2014. Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan untuk

SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlagga.

80