Upload
arifa-rahmi
View
213
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Model Pembelajaran kooperatif
Citation preview
0
Tugas Mandiri
Model Pembelajaran Kooperatif dan Model Pembelajaran Koolaboratif serta
Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan
Strategi Pembelajaran Matematika
Oleh:
Arifa Rahmi
NIM. 15205061
Dosen Pembimbing:
Dr. Edwin Musdi, M.Pd.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
1437 H/2015 M
1
Resume Model Pembelajaran Kooperatif dan Model Pembelajaran Koolaboratif
serta Implementasinya dalam Pembelajaran Matematika
A. Model Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Istilah kooperatif hanya berlaku di sekolah dengan fokus di kelas-kelas
menurut satuan pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan menengah atas.
Menurut Kauchak dan Eggen, pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk belajar secara kolaborasi
dalam mencapai tujuan.
Menurut Scot, pembelajaran kooperatif merupakan suatu proses
penciptaan lingkungan pembelajaran kelas yang memungkinkan peserta didik
bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Sedangkan
menurut Benner menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif menyangkut
teknik pengelompokkan yang didalamnya peserta didik bekerja secara terarah
pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang pada umumnya terdiri
dari 4-5 orang.1
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah suatu strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik didik bekerja
sama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tingkat kemampuan berbeda
untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pokok bahasan, dimana
masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar apa yang
diajarkan dan membantu temannya untuk belajar, sehingga tercapailah hasil
belajar yang tinggi.
2. Tujuan, Prinsip, Ciri-ciri dan Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif
Ada empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yaitu
adanya peserta dalam kelompok, adanya aturan kelompok, adanya upaya
belajar setiap anggota kelompok dan adanya tujuan yang harus dicapai. Tujuan
model pembelajaran kooperatif adalah hasil belajar akademik peserta didik
1Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran., Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2014, h.159-160.
2
meningkat dan peserta didik dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya serta mengembangkan keterampilan sosial.
Prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Muslimin adalah
sebagai berikut:2
a. Setiap anggota kelompok (peserta didik) bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus mengetahui bahwa semua
anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (peserta didik) harus membagi tugas dan
tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (peserta didik) akan dievaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (peserta didik) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (peserta didik) akan diminta untuk
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Pembelajaran kooperatif ada lima unsur dasar dengan ciri-ciri sebagai
berikut: (1) saling ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan,
(3) tatap muka, (4) komunikasi antar anggota dan (5) evaluasi proses
kelompok.3 Sedangkan menurut Th. Widyantini ciri-ciri pembelajaran
kooperatif sebagai berikut:4
a. Peserta didik dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi
belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari peserta didik yang memiliki kemampuan yang
berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Jika
mungkin, anggota kelompok berasal dari suku atau agama yang berbeda
serta memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masingmasing
individu.
Menurut Muslimin, hasil penelitian yang menunjukkan manfaat
pembelajaran kooperatif bagi peserta didik dengan hasil belajar yang rendah
antara lain:5
a. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas
b. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
2Th. Widyantini, Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran Matematika SMP,
Yogyakarta: Pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan matematika,
2008, h.5. 3Ali Hamzah dan Muhlisrarini, op.cit, h.161.
4Th. Widyantini, op.cit, h.5.
5Ibid., h.6.
3
c. Memperbaiki kehadiran
d. Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar
e. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
f. Konflik antar pribadi berkurang;
g. Sikap apatis berkurang;
h. Motivasi lebih besar atau meningkat;
i. Hasil belajar lebih tinggi;
j. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.
3. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam sintaks/langkah dalam pembelajaran kooperatif yaitu:6
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru
1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi
peserta didik
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan mengomunikasikan
kompetensi dasar yang akan dicapai
serta memotivasi peserta didik.
2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada
peserta didik dengan cara
demonstrasikan atau melalui bahan
bacaan.
3 Mengorganisasikan
peserta didik ke dalam
kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada peserta
didik bagaimana caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu
setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
4 Membimbing
kelompok belajar
Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja peserta didik untuk materi
pembelajaran dalam kelompok-
kelompok belajar.
5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
6 Memberikan
penghargaan
Guru memberi penghargaan hasil
belajar individual dan kelompok.
4. Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif terbagi menjadi dua bagian yaitu kelompok
jangka pendek dan kelompok jangka panjang. Kelompok jangka pendek jangka
waktunya bekerja di dalam kelompok hanya itu saja, sehingga peserta didik
mempunyai banyak kesempatan berinteraksi dengan temannya. Kelompok
jangka panjang waktu bekerjanya lama karena periode bekerja dalam
kelompok untuk kegiatan lainnya, dimana antar anggota kelompok akan lebih
6Th. Widyantini, log.cit.,
4
banyak lagi saling mengenal dengan baik dan terbiasa dengan cara belajar
teman-temannya. Beberapa model pembelajaran kooperatif yang telah
dikembangkan oleh para ahli diantaranya adalah:
a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Selain itu, dapat digunakan untuk
memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada peserta didik
dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja
atau perangkat pembelajaran yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe
STAD dikembangkan oleh Slavin dkk.7 Dimana pada pembelajaran ini
peserta didik dikelompokkan secara heterogen, kemudian peserta didik
yang pandai menjelaskan anggota lain sampai mengerti.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu:
1 Langkah
1
Guru menyampaikan materi pembelajaran ke peserta
didik secara klasikal (paling sering menggunakan model
pembelajaran langsung)
2 Langkah
2
Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa
kelompok (setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 peserta
didik yang heterogen, baik dari segi kemampuan,
agama, jenis kelamin atau lainnya).
3 Langkah
3
Dilanjutkan diskusi kelompok untuk penguatan materi
(saling bantu membantu untuk memperdalam materi
yang sudah diberikan)
4 Langkah
4
Guru memberikan tes individual, masing-masing
mengerjakan tes tanpa boleh saling bantu membantu
diantara anggota kelompok.
5 Langkah
5
Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan individual dari skor dasar
ke skor kuis.
b. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw mengkondisikan peserta didik untuk beraktifitas secara
kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli.
Aktifitas tersebut meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah,
memberikan umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas
tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana peserta didik secara
aktif melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna.
7Ibid., h.7.
5
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu:8
1) Guru membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok (disebut
dengan kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 4–6 peserta didik
dengan kemampuan yang heterogen). Setiap anggota kelompok
nantinya diberi tugas untuk memilih dan mempelajari materi yang
telah disiapkan oleh guru (misal ada 5 materi/topik).
2) Di kelompok asal, setelah masing-masing peserta didik menentukan
pilihannya , mereka langsung membentuk kelompok ahli berdasarkan
materi yang dipilih. Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
3) Setelah setiap kelompok ahli mempelajari (berdiskusi) tentang
materinya masing-masing, setiap anggota dalam kelompok ahli
kembali lagi ke kelompok asal untuk menjelaskan/menularkan apa-
apa yang telah mereka pelajari/diskusikan di kelompok ahli.
Ilustrasinya adalah sebagai berikut:
8Sofan Amri, Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013, Jakarta: PT. Prestasi
Pustakaraya, 2013, h.10-11.
Kelompok Asal
- Misal 1 kelas: 40 anak
- Ada 5 topik yang akan
dipelajari
- Kelompok asal ( 40:5 = 8 kel.)
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E
Kelompok Asal
Kelompok Ahli
Materi A Materi B Materi C Materi D Materi E
6
4) Dalam tipe ini peran guru lebih banyak sebagai fasilitator, yaitu
memfasilitasi agar pelaksanaan kegiatan diskusi dalam kelompok ahli
maupun penularan dalam kelompok asal berjalan secara efektif dan
optimal.
5) Setelah masing-masing anggota dalam kelompok asal selesai
menyampaikan apa yang dipelajari sewaktu dalam kelompok ahli,
guru memberikan soal/kuis pada seluruh peserta didik. Soal harus
dikerjakan secara individual.
6) Nilai dari pengerjaan kuis individual digunakan sebagai dasar
pemberian nilai penghargaan untuk masing-masing kelompok. Teknik
penilaian/penghargaan akan dijelaskan tersendiri di akhir bab
pembelajaran kooperatif ini.
c. Pembelajaran kooperatif tipe TGT
Pembelajaran kooperatif tipe TGT atau Team Games Tournament
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang melibatkan
aktivitas seluruh peserta didik tanpa ada perbedaan status, melibatkan
peserta didik sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan
reinforcement.9 Aktivitas ini memungkinkan peserta didik dapat belajar
lebih rileks, menumbuh tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu:
1) Beri informasi secara klasikal
2) Bentuk kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik (kemampuan
peserta didik heterogen)
3) Diskusi kelompok untuk penguatan pemahaman materi yang dikaitkan
dengan kuis/latihan yang telah diberikan (mempelajari kembali)
4) Permainan/turnamen (dalam setiap kelompok diwakili satu orang)
5) Beri soal untuk dilombakan
6) Beri penghargaan pada kelompok yang wakilnya dapat maju terus
sampai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Pembelajaran kooperatif tipe ETH
Pembelajaran kooperatif tipe ETH atau Everyone is a Teacher Here
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang tepat untuk
mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual,
9Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2011, h.92.
7
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan sebagai guru
atau pengajar bagi kawan-kawannya.10
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe ETH yaitu:11
1) Bagikan kertas kepada setiap peserta didik dan mintalah mereka
menuliskan sebuah pertanyaan tentang materi pokok yang telah atau
sedang dipelajari, atau topik khusus yang ingin mereka diskusikan
dalam kelas.
2) Kumpulkan kertas-kertsa tersebut, dikocok dan dibagikan kembali
secara acak kepada masing-masing peserta didik dan diusakan
pertayaan tidak kembali kepada yang bersangkutan.
3) Mintalah mereka membaca dan memahami pertanyaan di kertas
masing-masing, sambil memikirkan jawabannya.
4) Undang sukarelawan (volunter) untuk membacakan pertanyaan yang
ada di tangannya (untuk menciptakan budaya bertanya, upayakan
memotivasi peserta didik untuk angkat tangan bagi yang siap
membaca tanpa langsung menunjuknya).
5) Mintalah dia memberikan respon (jawaban/penjelasan) atas
pertanyaan atau permasalahn tersebut, kemudian mintalah kepada
teman sekelasnya untuk memberikan pendapat atau melengkapi
jawabannya.
6) Berikan apresiasi (pujian/ tidak menyepelekan) terhadap setiap
jawaban/ tanggapan peserta didik agar termotivasi dan tidak takut
salah.
7) Kembangkan diskusi secara lebih lanjut dengan cara peserta didik
bergantian membacakan pertanyaan di tangan masing-masing sesuai
waktu yang tersedia.
8) Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.
e. Pembelajaran kooperatif tipe NHT
Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau Numbered Heads Together
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif dengan cara setiap
peserta didik diberi nomor dan dibuat suatu kelompok, kemudian secara
acak, guru memanggil nomor dari peserta didik.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT yaitu:
1) Peserta didik dibagi dalam kelompok dan setiap peserta didik
mendapat nomor.
2) Guru memberikan tugas dan tiap-tiap kelompok disuruh untuk
mengerjakannya.
10
Kriswadani dan Novisita R., Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Everyone is a
Teacher Here terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar siswa, 2014, Prodi Pendidikan matematika,
Universitas Kristen Satya Wacana. 11
Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Semarang: RaSAIL Media
Group, 2009, h.74.
8
3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
bahwa setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor peserta didik dan peserta didik
yang nomornya dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
5) Peserta didik yang lain diminta untuk menanggapi, kemudian guru
menunjuk nomor lain.
6) Kesimpulan.
Kelebihan pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah setiap peserta
didik menjadi siap semua, peserta didik dapat melakukan diskusi dengan
sungguh-sungguh dan peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta
didik yang kurang pandai. Akan tetapi terdapat juga kelemahan
pembelajaran ini yaitu kemungkinan nomor yang dipanggil, akan
dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh
guru.12
B. Model Pembelajaran Kolaboratif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kolaboratif
Dua orang atau lebih bekerja sama memecahkan masalah bersama untuk
mencapai tujuan tertentu dikatakan model belajar kolaboratif. Ada beberapa
unsur terpenting dalam belajar kolaboratif yaitu tujuan yang sama: tujuan yang
sama ada pada anggota-anggota dalam proses pembelajaran secara efektif
mengarah kepada tujuan yang direncanakan. Dalam mencapai tujuan tertentu
peserta didik bekerja sama untuk memecahkan masalah yang ditugaskan oleh
guru. Ketergantungan positif: setiap anggota kelompok hanya dapat berhasil
mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja sama.
2. Prinsip, Tujuan dan Manfaat Model Pembelajaran Kolaboratif
Prinsip-prinsip belajar kolaboratif antara lain: (1) mengajarkan
keterampilan kerja sama mempraktikkan dan seberapa baik keterampilan-
keterampilan digunakan. (2) membangun kelompok yang kohesif, maka
kegiatan kelas dapat meningkat. (3) Kegiatan belajar yang mengarahkan
perilaku masing-masing. Untuk dapat melaksanakan ketiga prinsip tersebut,
diperlukan strategi-strategi seperti siklus, menunjukkan keterampilan
12
Hamdani, op.cit, h.90.
9
kooperatif, sekaligus melaksanakan kegiatan kekohesifan dan tanggung
jawab.13
Tujuan konteks pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang
berasaskan koperatif. Sehingga untuk mewujudkan pembelajaran kolaboratif
diawali dengan membiasakan peserta didik dengan pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif yang didesain oleh guru, akan menjadi awal
perubahan di kelas. Jika peserta didik terbiasa bekerjasama, saling tergantung
satu dengan yang lain untuk memperoleh pengetahuan, maka peserta didik
akan berkembang menjadi peserta didik yang kolaboratif.
Manfaat model pembelajaran kolaboratif yaitu:14
a. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok, karena interaksi anggota
kelompok berpengaruh terhadap penguasaan konsep.
b. Peserta didik belajar memecahkan masalah dalam kelompok.
c. Memupuk rasa kebersamaan antara peserta didik, mampu mengenali sifat,
mampu bependapat yang berbeda dan mampu mengelolanya.
d. Meningkatkan keberanian, memunculkan ide atau pendapat untuk
pemecahan bersama, setiap individu diarahkan untuk mengajarkan atau
memberi tahu temannya jika mengetahui dan menguasai permasalahannya.
e. Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan
bersama.
f. Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa
memiliki tanggung jawab yang terwujud pada kebersamaan dalam belajar.
3. Macam-macam Model Pembelajaran Kolaboratif
Ada banyak macam pembelajaran kolaboratif yang pernah dikembangkan
oleh para ahli maupun praktisi pendidikan, teristimewa oleh para ahli Student
Team Learning pada John Hopkins University antara lain:
1. Learning Together. Dalam metode ini kelompok-kelompok sekelas
beranggotakan peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Satu
kelompok hanya menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian
didasarkan pada hasil kerja kelompok.
2. Group Investigation (GI). Semua anggota kelompok dituntut untuk
merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang
dihadapi. Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa
saja yang akan melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan
penyajiannya di depan forum kelas. Penilaian didasarkan pada proses dan
hasil kerja kelompok.
13
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Ibid., h.156-157. 14
Ibid., h.157.
10
3. Academic-Constructive Controversy (AC). Setiap anggota kelompok dituntut
kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang
dikembangkan berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama
anggota sekelompok maupun dengan anggota kelompok lain. Kegiatan
pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan pengembangan kualitas
pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan antarpribadi,
kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan
setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.
4. Complex Instruction (CI). Metode pembelajaran ini menekankan pelaksanaan
suatu proyek yang berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang
sains, matematika dan pengetahuan sosial. Fokusnya adalah
menumbuhkembangkan ketertarikan semua anggota kelompok terhadap
pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan dalam pembelajaran yang
bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para peserta didik
yang sangat heterogen. Penilaian didasarkan pada proses dan hasil kerja
kelompok.
5. Team Accelerated Instruction (TAI). Bentuk pembelajaran ini merupakan
kombinasi antara pembelajaran kooperatif/ kolaboratif dengan pembelajaran
individual. Secara bertahap, setiap anggota kelompok diberi soal-soal yang
harus mereka kerjakan sendiri terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan
penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika soal tahap pertama telah
diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik mengerjakan soal-soal tahap
berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat menyelesaikan
soal tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan soal lain pada tahap
yang sama. Setiap tahapan soal disusun berdasarkan tingkat kesukaran soal.
Penilaian didasarkan pada hasil belajar individual maupun kelompok.
6. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Model
pembelajaran ini mirip dengan TAI. Sesuai namanya, model pembelajaran ini
menekankan pembelajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Dalam
pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca,
menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam
kelompoknya.
Kesimpulan
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan peserta didik didik bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dengan
tingkat kemampuan berbeda untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pokok
bahasan, dimana masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar
apa yang diajarkan dan membantu temannya untuk belajar, sehingga tercapailah hasil
belajar yang tinggi.
Model pembelajaran kolaboratif adalah suatu strategi pembelajaran dimana dua
orang atau lebih bekerja sama memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan
tertentu. Ada beberapa unsur terpenting dalam belajar kolaboratif yaitu tujuan yang
11
sama: tujuan yang sama ada pada anggota-anggota dalam proses pembelajaran secara
efektif mengarah kepada tujuan yang direncanakan. Dalam mencapai tujuan tertentu
peserta didik bekerja sama untuk memecahkan masalah yang ditugaskan oleh guru.
Ketergantungan positif: setiap anggota kelompok hanya dapat berhasil mencapai tujuan
apabila seluruh anggota bekerja sama.
Referensi
Ali Hamzah dan Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran.. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Ismail. 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM. Semarang:
RaSAIL Media Group.
Kriswadani dan Novisita R. 2014. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
Everyone is a Teacher Here terhadap keaktifan belajar dan hasil belajar siswa.
Prodi Pendidikan matematika. Universitas Kristen Satya Wacana dapat diakses
pada http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5632/3/T1_202010091_Full
%20text.pdf.
Sofan Amri. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Th. Widyantini. 2008. Penerapan Pendekatan Kooperatif STAD dalam Pembelajaran
Matematika SMP. Yogyakarta: Pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik
dan tenaga kependidikan matematika.