10
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dan klien, keluarga, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat,2005). Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu perawat dalam melakukan praktik keperawtan, menyelesaikan masalah keperawatan klien atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis dan terorganisasi. Pada dasarnya proses keperawtan merupakan salah satu teknik penyelesaian masalah (problem solving) (Keliat, 2005). Menurut Keliat (2005) proses keperawatan bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisi, dan tidak unik bagi indiividu klien. Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam-macam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan umum Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan jiwa. 1.2.2 Tujuan khusus a. Untuk mengetahui pengakajian pada keperawatan jiwa b. Untuk mengetahui diagnose pada keperawatan jiwa c. Untuk mengetahui intervensi pada keperawatan jiwa d. Untuk mengetahui implementasi pada keperawatan jiwa e. Untuk mengetahui evaluasi pada keperawatan jiwa

150800511-Bab-1

  • Upload
    farizrr

  • View
    214

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nursing

Citation preview

  • 1

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

    melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dan klien, keluarga, dan masyarakat

    untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Keliat,2005).

    Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses terapeutik

    tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan membantu

    perawat dalam melakukan praktik keperawtan, menyelesaikan masalah keperawatan

    klien atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis, sistematis dan

    terorganisasi. Pada dasarnya proses keperawtan merupakan salah satu teknik

    penyelesaian masalah (problem solving) (Keliat, 2005).

    Menurut Keliat (2005) proses keperawatan bertujuan untuk memberikan

    asuhan keperawatan sesuai kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan

    keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan masalah klien dapat diidentifikasi,

    diprioritaskan untuk dipenuhi, serta diselesaikan. Dengan menggunakan proses

    keperawatan, perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin,

    intuisi, dan tidak unik bagi indiividu klien.

    Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan

    tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat

    langsung, seperti masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam-macam

    gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian

    saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda.

    1.2 Tujuan

    1.2.1 Tujuan umum

    Untuk mengetahui dan memahami proses keperawatan jiwa.

    1.2.2 Tujuan khusus

    a. Untuk mengetahui pengakajian pada keperawatan jiwa

    b. Untuk mengetahui diagnose pada keperawatan jiwa

    c. Untuk mengetahui intervensi pada keperawatan jiwa

    d. Untuk mengetahui implementasi pada keperawatan jiwa

    e. Untuk mengetahui evaluasi pada keperawatan jiwa

  • 2

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Proses Keperawatan

    Proses keperawatan merupakan suatu metode sistematis dan ilmiah yang

    digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai dan

    memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal ada

    pasien (Kusumawati, 2011)

    Proses keperawatan merupakan sarana/wahana kerjasama perawat dan klien

    (Keliat, 2005).

    2.2 Manfaat Proses Keperawatan

    Menurut Keliat (2005) manfaat proses keperawatan antara lain:

    a. Bagi perawat

    1. Peningkatan otonomi, percaya diri dalam meberikan asuhan keperawatan.

    2. Tersedia pola pikir/kerja yang logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.

    3. Pendokumentasian dalam proses keperawatan memperlihatkan bahwa

    perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat.

    4. Peningkatan kepuasan kerja.

    5. Sarana/wahana desiminasi IPTEK keperawatan.

    6. Pengembangan karier, melalui pola piker penelitian.

    b. Bagi pasien

    1. Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

    2. Partisipasi meningkat dalam menuju keperawatan mandiri/independent care

    3. Terhindar dari malpraktik.

    (Direja, 2011).

    2.3 Tahapan Proses Keperawatan Jiwa

    Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung,

    luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan klien berubah.

    Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan

    tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada (Nancy, R, 2008).

    2.3.1 Pengkajian

    Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

    keperawatan (Kusumawati, 2011). Data yang dikumpulkan meliputi data

  • 3

    biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Pengelompokan data pada

    pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor predisposisi, faktor

    presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan

    koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).

    Cara lain dapat berfokus pada lima dimensi yaitu fisik, emosional,

    intelektual, social dan spiritual. Untuk dapat menjaring data dikembangkan

    formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar mudah dalam

    pengkajian (Direja, 2011) (lihat lampiran).

    Adapun isi pengkajian meliputi: identitas klien, keluhan utama/alasan

    masuk, faktor predisposisi, asfek fisik/biologis, aspek psikologis, status

    mental, kebutuhan persiapan pulang, mdan lingkungan, mekanisme koping,

    masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan dan aspek medik (Keliat,

    2005).

    Cara yang paling sering dilakukan dalam mengkaji pasien adalah

    dengan anamnesis, anamnesis dapat dilakukan pada pasien (autoanamnesis)

    atau pada keluarga pasien (alloanamnesis). Keluhan utama adalah yang

    dikemukakan secara spontan oleh pasien atau pengantarnya yang merupakan

    alasan datang untuk berobat ke RSJ, yang meliputi :

    a. Keluhan fisik (F), yaitu keluhan yang bersifat fisik dan tidak jelas

    berlatar belakang mental, emosional, misalnya : panas, batuk, pilek,

    mencret,borok dan lain lain.

    b. Keluhan psikosomatis (PS) yaitu keluhan fisik/jasmani yang diduga

    berkaitan dengan masalah-masalah kejiwaan (mental emosional), contoh:

    berdebar-debar, tengkuk pegal, tekanan darah naik (gejala

    kardiovaskuler), ulu hati perih, kembung, gangguan pencernaan (gejala

    gastrointestinal). Sesak nafas, mengik (gejala respoiratorius). Ecok,

    pagal-pegal, sakit kepala (uskulus kletal). Gangguan haid, keringat dingin

    disertai berdebar-debar (gejala hormonal-endokrine).

    c. Keluhan mental emosional (ME) dalah keluhan yang berkaitan dengan

    masalah kejiwaan (alam perasaan, fikiran dan prilaku). Contoh : gejala

    psikotik (mengamuk, bicara ngelantur, mendengar bisikanmelihat

    bayangan iblis, telanjang didepan umum), gejala neurotic (cemas, takut

    tanpa sebab yang jelas, gelisah, panik, fikiran dan atau perilaku yang

    berulang), gejala depresi (murung, tidak bergairah, putus asa, ide

  • 4

    kematian), gangguan penggunaan psikoaktif (menyalah gunaan obat, atau

    ketergantungan terhadap NAPZA, epilepsi (ayan, bengong, kejang-

    kejang), retardasi mental (gejala kesulitan belajar pada anak-anak, tidak

    bisa mengikuti pelajaran disekolah), gangguan perkembangan atau gejala

    psikotik pada anak seperti autisme, hiperaktifitas, gangguan konsentrasi

    (Keliat, 2005).

    Dari data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam,

    yaitu data objektif dan subyektif. Selanjutnya perawat dapat menyimpulkan

    kebutuhan atau masalah klien, sebagai berikut (Kusumawati, 2011):

    a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan :

    1. Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, klien hanya

    memerlukanpemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up

    secara priodik karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai

    pengetahuan untuk antisipasi masalah.

    2. Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa prevensi dan

    promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah

    b. Ada masalah dengan kemungkinan :

    1. Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat

    menimbulkan masalah.

    2. Aktual terjadi masalah disertai data pendukung.

    Agar penentuan pohon masalah dapat dipahami dengan jelas,

    penting untuk diperhatikan tiga komponen yang dapat pada pohon

    masalah yaitu : prioritas masalah keperawatan adalah masalah utama

    klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien, penyebab adalah

    salah satu masalah keperawatan yang menyebabkan munculnya masalah

    utama, effect (akibat) adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang

    merupakan efek/akibat dari masalah utama. Contoh pohon masalah:

    Risiko perilaku kekerasan terhadap

    diri sendiri

    Akibat

    Perubahan sensori/persepsi:

    halusinasi pendengaran

    Isolasi sosial: menarik diri

    Duka cita : maladiktif Gangguan konsep diri: harga

    diri rendah: kronis

    Masalah utama

    Keluhan utama

    dengar suara tanpa stimlus

    Penyebab

  • 5

    2.3.2 Diagnosa

    Pengertian diagnosa keperawatan yang dikemukakan oleh beberapa ahli

    sebagai berikut :

    Diagnosa merupakan dasar menentukan intervensi keperawatan untuk

    mencapai hasil yang diharapkan dan dapat dipertanggung jawabkan oleh

    perawat (NANDA, 2001).

    Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah

    keperawatan klien mencakup baik respon sehat adaftif atau maladaptive serta

    stressor yang menunjang (Kusumawati, 2011).

    Rumuskan diagnose keperawatan adalah PE (Problem, Etiologi) dan

    keduanya ini salaing berhubungan sebab akibat secara ilmiah. Diagnosa ini juga

    bisa PES (Problem, Etiologi, Symptom atau gejala sebagai data penunjang).

    Adapun tipe-tipe diagnosanya yaitu : Diagnosa aktual, diagnosa resiko tinggi,

    diagnosa kemungkinan dan masalah kolaboratif (Kelliat, 2006). Perbedaannya

    dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

    Pernyataan Daignostik Tujuan Keperawatan atau

    Hasil yang Berhubugan Fokus Intervensi

    Diagnosa aktual

    Pernyataan tiga bagian

    meliputi label diagnosa

    kepeerawatan, etiologi

    dan tanda/gejala.

    Perubahan perilaku klien

    beralih kearah resolusi

    diagnose dan pebaikan

    status.

    Mengurangi atau

    menghilangkan masalah.

    Diagnosa Risiko-Tinggi

    Pernyatan dua bagian

    meliputi label diagnosa

    keperawatan dan etiologi.

    Pemeliharaan kondisi yang

    ada.

    Mengurangi faktor risiko

    unutk mencegah terjadinya

    masalah aktual.

    Diagnosa-Kemungkinan

    Penyataan dua bagian

    meliputi label diagnose

    keperawatan dan etiologi

    yang tidak dikuatkan.

    Tidak ditentukan kecuali

    masalah divalidasi.

    Mengumpulkan data

    tambahan untuk

    menguatkan atau

    menetapkan tanda/gejala

    atau faktor risiko.

    Masalah oratif

    Komplikasi fisiologis

    actual dan potensial.

    Tujuan keperawatan. Menentukan awitan atau

    status masalah.

    Penatalaksanaan perubahan

    status.

  • 6

    Penggolongan diagnosis gangguan jiwa dipelayanan kesehatan (Rumah

    Sakit Jiwa) berdasarkan rujukan ke ICD-10 WHO, 1992 Internasional

    Classification diseases-10 yaitu :

    1. Gangguan Psikotik

    2. Gangguan neurotic

    3. Retardasi mental

    4. Gangguan kesehatan jiwa anak dan remaja, serta gangguan perkembangan

    5. Epilepsi, dan

    6. Gangguan jiwa lainnya

    Contoh : diagnosis dalam keperawatan jiwa berikut ini :

    a. Resiko prilaku kekerasan terhadap diri sendiri dengan bagaimana halusinasi

    pendengaran

    b. Perubahan sensori/persepsi : Halusinasi pendengaran bagaimana dengan

    menarik diri

    c. Isolasi Sosial : menarik diri dengan bagaimana harga diri rendah kronis.

    2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

    Rencana tindakan keperawatan terdiri dari tiga aspek yaitu tujuan umum,

    tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan memfokuskan kepada

    penyelesaian masalah (P) dari diagnosa tertentu, tujuan umum dapat dicapai jika

    serangkaian tujuan khusus telah dicapai. Tujuan khusus berfokus pada

    penyelesaian etiologi (E) dari diagnose tertentu. Tujuan khusus merupakan

    rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Umumnya

    kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu

    kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari

    diagnose keperawatan, kemampuan psikomotor efektif agar klien percaya akan

    kemampuan menyelesaikan masalah (Kusumawati, 2011). Kata kerja yang

    digunakan untuk menuliskan tujuan ini harus berfokus pada prilaku (Kelliat,

    2006).

    Tabel 2.1 Kata Kerja untuk Tujuan

    Aspek/Domain Kata Kerja yang dipakai

    Kognitif Jelaskan, hubungkan, uraikan, identifikasikan, badingkan,

    diskusikan, membuat daftar, menyebut.

    Afektif Menerima,mengakui, menyadari, menilai, mengungkapkan,

    mempercayai.

    Psikomotor Menempatkan, meniru, menyiapkan, mengulang, mengubah.

    mendemonstrasikan, menampilkan, member.

  • 7

    Ketiga aspek tersebut dapat dikaitkan dengan berbagai kemampuan

    klien yaitu kemampuan klien terhadap diri sendiri, kemampuan klien dalam

    menggunakan sumber daya yang tersedia, dank lien yang terkait dengan terapi

    medic atau terapi yang diperlukan (tabel 2.2).

    Tabel 2.2 Kemampuan Klien Terkait dengan Tujuan

    Kemampuan Klien Tujuan Contoh

    Kemampuan

    mengendalikan diri

    Pengetahuan/kognitif

    Psikomotor

    Afektif

    Klien dapat menyebutkan

    kenapa dia marah.

    Klien dapat mendemostrasikan

    satu cara marah yang kontruktif.

    Klien dapat mengungkapkan

    perasaan setelah terapi aktivitas

    kelompok: latihan asertif.

    Kemampuan

    menggunakan

    sumber daya alam

    Pengetahuan/kognitif

    Psikomotor

    Afektif

    Klien dapat mengidentifikasi

    teman terdekat.

    Klien mampu menirukan cara

    berbicara yhang dicontohkan

    perawat.

    Klien dapat menyadiri manfaat

    membuka diri pada orang lain.

    Kemampuan

    menggunakan

    terapi

    Pengetahuan/kognitif

    Psikomotor

    Afektif

    Klien dapat menyebutkan jam

    makan obat.

    Klien dapat meminta obat pada

    jam yang repat.

    Klien dapat mengungkapkan

    perasaan setelah makan obat.

    Rencana tindakan disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan

    jiwa Indonesia yaitu berupa tindakan konseling/psikoterapeutik, pendidikan

    kesehatan, perawatan mandiri (self care) atau aktivitas hidup sehari-hari, serta

    tindakan kolaborasi somatik dan psikofarma (Kusumawati, 2011).

    2.3.4 Implementasi Tindakan Keperawatan

    Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana

    tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah

    direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana

    tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya saat ini

    (here and now).

    Perawat juga menilai diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan

    interpersonal, intelektual, teknikel, sesuai dengan tindakan yang akan

    dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien. Lakukan kontrak dengan

  • 8

    klien yang diharapkan. Dokumentasikan semua tindakan yang dikerjakan dan

    respon klien (Kelliat, 2005).

    2.3.5 Evaluasi Tindakan Keperawatan

    Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari

    tindakan keperawatan kepada klien. Evaluasi dibagi menjadi 2 yaitu

    (Kusumawati, 2011):

    a. Evaluasi proses (formatif) yang dilakukan pada setiap selesai melaksanakan

    tindakan keperawatan.

    b. Evaluasi hasil (sumatif) dilakukan dengan cara membandingkan respon klien

    dengan tujuan yang hasil ditentukan.

    Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP,

    sebagai pola piker (Direja, 2011) :

    S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

    dilaksanakan.

    O : Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang

    telah dilaksanakan.

    A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif atau muncul

    untuk menyimpulkan apakah masalah baru atau ada dua

    data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.

    P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa

    pada respon klien.

    Rencana tindakan lanjut berupa :

    1. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.

    2. Rencana dimodifikasi jika masalah tetap, semua tindakan susdah dijalankan

    tetapi hasil belum memuaskan.

    3. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang

    dengan masalah yang ada serta diagnose lama dibatalkan.

    4. Rencana atau diagnose selesai jika tujuan telah tercapai dan yang diperlukan

    adalah memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

    Klien dan keluarga perlu dilibatkan evaluasi agar dapat melihat

    perubahan dan berupaya mempertahankan dan memelihara.Pada evaluasi sangat

    diperlukan reinforcement untuk menguatkan perubahan yang positif. Klien dan

    keluarga juga dimotivasi untuk melakukan self reinforcement (Nurjannah,

    2005).

  • 9

    BAB 3

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Proses keperawatan merupakan suatu metode sistematis dan ilmiah yang

    digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai dan

    memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal ada

    pasien.

    Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan

    tantangan yang unik karena masalah kesehatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat

    langsung, seperti masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam-macam

    gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian

    saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda.

    Adapun tahapan-tahapan proses keperawatan jiwa meliputi pengkajian,

    diagnose, intervensi, implementasi dan evaluasi.

    3.2 Saran

    Bagi mahasiswa keperawatan untuk membaca makalah ini supaya lebih mengerti

    tentang bagaimana melakukan asuhan keperawatan jiwa.

  • 10

    DAFTAR PUSTAKA

    Keliat, B, A., Panjaitan, R, U., Helena, N. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa

    Edisi 2. Jakarta: EGC

    Kusumawati., Hartono, Y. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba

    Medika

    Direja, A, H, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika