24
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen mempunyai arti yang sangat luas, dapat berarti proses, seni, maupun ilmu. Dikatakan proses karena dalam manajemen terdapat beberapa tahapan untuk mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan. Dikatakan seni karena manajemen merupakan suatu cara atau alat untuk seorang manajer dalam mencapai tujuan. Dimana penerapan dan penggunanya tergantung pada masing-masing manajer yang mempunyai cara dan gaya tersendiri, dalam mencapai tujuan perusahaan yang sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi dan pembawaan manajer. Dikatakan ilmu karena manajemen dapat dipelajari dan dikaji kebenarannya. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urusan dan fungsi- fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. Untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan perlu dilakukan proses pengaturan semua unsur-unsur manajemen yang terdiri dari man, money, method, materials, machines dan market (6M). Dalam hal ini yang dapat mengatur adalah pemimpin dengan wewenang kepemimpinannya melalui intruksi atau persuasi sehingga 6M dan semua proses manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang optimal. Dan pengaturan

15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

  • Upload
    voanh

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen mempunyai arti yang sangat luas, dapat berarti proses, seni,

maupun ilmu. Dikatakan proses karena dalam manajemen terdapat beberapa

tahapan untuk mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan

dan pengawasan. Dikatakan seni karena manajemen merupakan suatu cara atau

alat untuk seorang manajer dalam mencapai tujuan. Dimana penerapan dan

penggunanya tergantung pada masing-masing manajer yang mempunyai cara dan

gaya tersendiri, dalam mencapai tujuan perusahaan yang sebagian besar

dipengaruhi oleh kondisi dan pembawaan manajer. Dikatakan ilmu karena

manajemen dapat dipelajari dan dikaji kebenarannya.

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.

Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urusan dan fungsi-

fungsi manajemen itu. Jadi manajemen itu merupakan suatu proses untuk

mewujudkan tujuan yang diinginkan. Untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan

perlu dilakukan proses pengaturan semua unsur-unsur manajemen yang terdiri

dari man, money, method, materials, machines dan market (6M).

Dalam hal ini yang dapat mengatur adalah pemimpin dengan wewenang

kepemimpinannya melalui intruksi atau persuasi sehingga 6M dan semua proses

manajemen tertuju serta terarah kepada tujuan yang optimal. Dan pengaturan

Page 2: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

16

tersebut hanya dapat dilakukan dalam suatu organisasi (wadah/tempat) karena

dalam wadah inilah tempat kerjasama, proses manajemen, pembagian kerja,

pendelegasian wewenang, koordinasi, integrasi dilakukan untuk mencapai tujuan

yang ingin dicapai.

Manajemen dan organisasi hanya merupakan “alat/wadah” yang perlu

diatur sebaik-baiknya. Karena jika manajemen dan organisasi ini baik, maka

tujuan optimal dapat diwujudkan, pemborosan terhindar dari semua potensi yang

dimiliki akan lebih bermanfaat. Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian

manajemen, penulis menguntip beberapa definisi yang terdapat pada salah satu

buku sebagai berikut:

Daft (2002 : 8), menyatakan bahwa :

“Manajemen adalah pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara

efektif dan efisien melalui perencanaan pengorganisasian, kepemimpinan

dan pengendalian sumber daya organisasi.”

Hasibuan (2000 : 2), menyatakan bahwa :

“Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai suatu tujuan.”

Plunket dkk. (2005 : 5), menyatakan bahwa :

“Manajemen merupakan satu atau lebih manajer yg secara individu

maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dgn

melakukan fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorganisasian

penyusunan staf pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi

berbagai sumber daya (informasi material uang dan orang).”

Page 3: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

17

Dari berbagai definisi tentang manajemen di atas maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan

sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan tertentu.

2.1.2 Bidang-Bidang Manajemen

Unsur-unsur manajemen (tools of management) yang terdiri dari man,

money, method, materials, machines dan market (6M) telah berkembang menjadi

bidang manajemen yang mempelajari lebih mendalam perannya dalam mencapai

tujuan yang diinginkan.

Bidang-bidang manajemen dikenal atas:

1. Manajemen Sumber Daya Manusia (unsur Man)

2. Manajemen Keuangan (unsur Money)

3. Manajemen Operasional (unsur Materials dan Machines)

4. Manajemen Pemasaran (unsur Market)

5. Manajemen Strategi (unsur Method)

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia

2.2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Unsur Man (manusia) ini berkembang menjadi suatu bidang ilmu

manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia yang merupakan

terjemahan dari man power management.

Manusia selalu berperan aktif dalam setiap organisasi, karena manusia

menjadi perancang pelaku dan penentu terwujudnya tujuan organisasi. Tujuan ini

Page 4: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

18

tidak mungkin tanpa peran aktif karyawan karena bagaimanpun canggihnya alat-

alat yang dimiliki tidak ada artinya bagi perusahaan.

Dalam mengatur karyawan sangat kuat dan kompleks karena mereka

mempunyai pikiran, perasaan, status, keinginan, latar belakangnya heterogen yang

dibawa kedalam organisasi. Karyawan tidak dapat diatur dan dikuasai sepenuhnya

seperti halnya mengatur mesin-mesin, modal dan lainnya. Agar pengertian

manajemen sumber daya manusia ini lebih jelas, diawah ini dirumuskan dan

dikutip definisi yang dikembangkan oleh beberapa ahli manajemen.

Menurut Hasibuan (2001 : 10) :

“Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur

hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu

terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.”

Kemudian menurut Mangkunegara (2002:2) memberikan definisi bahwa :

“Manajemen sumber daya manusia merupaka suatu perencanaan,

pengorganisasian, pengkoordinasian, pelaksanaan dan pengawasan

terhadap pengaduan, pengembangan, pemberian balas jasa,

pengintregasian, pemeliharaan dan pemisahan tenaga kerja dalam rangka

mencapai tujuan organisasi.”

2.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2007 : 21) fungsi-fungsi manajemen sumber daya

manusia meliputi fungsi manajerial, yaitu:

1. Perencanaan

Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien

agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya

tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian

meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan,

Page 5: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

19

pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisplinan

dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan

membantu tercapainya tujuan perusahaan.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasikan semua

karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi

wewenang, integrasi dan koordinasi dalam bagan organisasi. Organisasi

hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dengan organisasi yang

baik akan membantu terwujudnya secara efektif.

3. Pengarahan

Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan,

agar mau bekerjasama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam

membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.

Pengarahan diakukan pemimpin dengan menugaskan bawahan agar

mengerjakan tugasnya dengan baik.

4. Pengendalian

Pengendalian adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar

mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai rencana.

Apabila terdapat kesalahan atau penyimpangan, diadakan tindakan

perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi

kehadiran, kedisplinan, perilaku, kerjasama, pelaksanaan pekerjaan dan

menjaga situasi lingkungan pekerjaan.

Page 6: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

20

2.3 Kepemimpinan

2.3.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan kemampuan menggerakkan atau memotivasi

anggota organisasi agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan

terarah pada pencapaian tujuannya. Tujuan itu mungkin saja sesuatu yang

dirumuskan dan disepakati bersama, tetapi tidak mustahil pula merupakan

kehendak pemimpin yang terintegrasi atau bersifat implisit di dalamnya. Hal ini

merupakan faktor manusiawi yang mengikat sebagai suatu kelompok bersama dan

memotivasi mereka dalam pencapaian tujuan. Kegiatan-kegiatan manajemen

seperti perencanaan, pengorganisasian, dan pengambilan keputusan merupakan

sebuah kepompong yang tidur (tidak aktif) sampai pimpinan bertindak untuk

menghidupkan motivasi dalam setiap orang dan mengarahkan mereka mencapai

tujuan.

Menurut Wahjosumidjo (2005 : 17) kepemimpinan di terjemahkan

kedalam istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-

pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan

administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi

pengaruh. Menurut Miftah Thoha (2010 : 9) kepemimpinan adalah kegiatan

untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia

baik perorangan maupun kelompok.

Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap

usaha-usaha semua orang yang dipimpin dalam pencapaian tujuan organisasi.

Pemimpin yang efektif akan selalu berusaha agar kehendaknya diterima dan

Page 7: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

21

dirasakan oleh seluruh anggota kelompok sebagai kehendaknya juga. Tanpa

kepemimpinan atau bimbingan, maka hubungan antara tujuan perseorangan dan

tujuan organisasi menjadi renggang (lemah). Keadaan ini menimbulkan situasi

dimana perseorangan bekerja untuk mencapai tujuan pribadinya, sementara itu

keseluruhan organisasi menjadi tidak efisien dalam pencapaian sasaran-

sasarannya. Diantara pendapat-pendapat tentang pengertian kepemimpinan adalah

sebagai berikut :

Menurut Kartini Kartono (2003 : 48) mengemukakan kepemimpinan

sebagai berikut:

“Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi situasi khusus.

Sebab dalam satu kelompok yang melakukan aktivitas aktivitas tertentu,

dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri-

ciri karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi khusus tadi. Jelasnya

sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya harus sesuai dan

bisa diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan, serta cocok-pas

dengan situasi dan zamannya.”

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara

seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu

sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang

pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan

dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya

timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata

lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana

kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai

dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.

Page 8: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

22

Kepemimpinan merupakan bagian penting dalam organisasi maupun

perusahaan dimana organisasi tersebut tersusun atas dasar pembagian fungsifungsi

yang berbeda yang harus dilaksanakan. Adanya perbedaan peranan atau tugas bagi

tiap individu dalam organisasi merupakan penentu adanya kepemimpinan.

Adanya berbagai peranan dan tugas mengakibatkan perlunya pengaturan dan

koordinasi yang dilakukan oleh pemimpin.

Perkataan pemimpin atau leader memiliki berbagai pengertian. Oleh

karena itu, pemimpin merupakan dampak interaktif dari faktor individu atau

pribadi dengan faktor situasi.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa pemimpin adalah

pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khusus dengan atau tanpa

pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk

melakukan usaha bersama mengarah pada pencapaian sasaran-sasaran tujuan.

2.3.2 Gaya Kepemimpinan

Seorang pemimpin organisasi dapat melakukan berbagai cara dalam

kegiatan mempengaruhi atau memberi motivasi orang lain atau bawahan agar

melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan

organisasi. Cara ini mencerminkan sikap dan pandangan pemimpin terhadap

orang yang dipimpinnya, dan merupakan gambaran gaya kepemimpinannya.

Kebanyakan orang menganggap gaya kepemimpinan merupakan tipe

kepemimpinan. Hal ini antara lain dinyatakan oleh Siagian (2003) bahwa gaya

kepemimpinan seseorang adalah identik dengan tipe kepemimpinan orang yang

Page 9: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

23

bersangkutan. Artinya, untuk kepentingan pembahasan, istilah tipe dan gaya

kepemimpinan dipandang sebagai sinonim. Secara relatif ada tiga macam gaya

kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis, demokratis dan laissezfaire, yang

semuanya mempunyai kelemahan-kelemahan dan kelebihan.

Ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu otokratis,

demokratis, laissez-faire. Kebanyakan manajer menggunakan ketiganya pada

suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat dipakai untuk

membedakan seorang manajer sebagai pemimpin yang otokratis, demokratis, atau

laissez-faire. Menurut White dan Lippit yang dikutip oleh Reksohadiprodjo dan

Handoko (2003 : 298), mengemukakan tiga tipe kepemimpinan, antara lain:

1. Gaya Kepemimpinan Otokratis

Dalam gaya otokratis, pengambilan keputusan adalah hak prerogatif dari

pemimpin. Semuanya langsung dilakukan ditentukan oleh pemimpin itu

sendiri, tanpa masukan dari siapapun.

a. Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin.

b. Teknik-teknik dan langkah-langkah diatur oleh atasan setiap waktu,

sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk

tingkat yang luas.

c. Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerja bersama

setiap anggota.

d. Pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam pujian dan kecamannya

terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi

kelompok aktif kecuali bila menunjukan keahliannya.

Page 10: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

24

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya demokratis mengarah ke pengembangan kepercayaan dan loyalitas

para bawahan kepada pimpinan, karena pemimpin membawa mereka ke

dalam pertimbangan penuh, menggunakan keterampilan dan pengetahuan

mereka dan mengambil masukan mereka, sebelum tiba pada suatu

keputusan. Gaya demokratis bekerja dengan sangat baik dimana pemimpin

baru saja bergabung dalam organisasi.

a. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan

diambil dengan dorongan dan bantuan dari kelompok.

b. Kegiatan-kegiatan didiskusikan, langkah-langkah umum untuk tujuan

kelompok dibuat dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis,

pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif produser yang dapat

dipilih.

c. Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan

pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.

d. Pemimpin yang obyektif atau “fack-mainded” dalam pujian dan

kecamannya dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok biasa

dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan.

3. Gaya Kepemimpinan Laissez-Faire

Dalam hal ini, para bawahan diberikan kebebasan mutlak oleh pemimpin

untuk menentukan tujuan mereka sendiri dan cara-cara untuk

mencapainya. Gaya ini sedikit didasarkan pada prinsip interfensi. Hal ini

Page 11: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

25

dapat menjadi sukses besar jika bawahan berpengalaman dan terampil,

namun bisa menjadi boomerang jika mereka tidak dapat percaya.

a. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan

partisipasi dari pemimpin.

b. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang

membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan informasi pada

saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.

c. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan

tugas. Penerapan gaya kepemimpinan laissez-faire dapat

mendatangkan keuntungan antara lain para anggota atau bawahan akan

dapat mengembangkan kemampuan dirinya. Tetapi kepemimpinan

jenis ini membawa kerugian bagi organisasi antara lain berupa

kekacuan karena setiap pegawai bekerja menurut selera masing-

masing.

Dalam situasi tenang dan dalam menghadapi masalah-masalah yang

memerlukan pemikiran bersama antara pimpinan dan bawahan, dengan sendirinya

akan dipergunakan tipe kepemimpinan demokrasi. Sebaliknya dalam situasi

darurat dimana diperlukan langkah-langkah yang cepat dengan sendirinya akan

menuntut dilaksanakannya kepemimpinan otokrasi. Jadi kadang-kadang suatu saat

pemimpin memberikan pengarahan atau perintah yang kokoh. Tetapi pada saat

yang lain memberikan saran. Oleh karena itu tidak ada tipe atau gaya

kepemimpinan yang lebih baik, semua tergantung pada situasi dan lingkungannya.

Page 12: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

26

Rozenweig menyatakan bahwa: Tidak ada satu jalan terbaik untuk pemimpin, itu

semua tergantung pada pemimpin, pengikut dan dinamika kelompok.

Menurut Rivai (2008), untuk menentukan gaya kepemimpinan yang

efektif dalam menghadapi keadaan tertentu, maka perlu mempertimbangkan

kekuatan yang ada dalam tiga unsur, yaitu: diri pemimpin, bawahan dan situasi

secara menyeluruh. Mengenai tiga faktor yang perlu diperhatikan dalam

merealisasikan kepemimpinan yang efektif adalah:

1. Kekuatan diri pemimpin adalah kondisi diri seorang pemimpin yang

mendukung dalam melaksanakan kepemimpinannya, seperti latar belakang

pendidikan, pribadi, pengalaman dan nilai-nilai dalam pandangan hidup yang

dihayati dan diamalkannya (dipedomani dalam berfikir, merasakan, bersikap

dan berperilaku).

2. Kekuatan anggota organisasi sebagai bawahan adalah kondisi diri anggota

organisasi sebagai bawahan yang pada umumnya mendukung pelaksanaan

kepemimpinan seorang pemimpin sebagai atasan, seperti pendidikan atau

pengalaman, motivasi kerja atau berprestasi dan tanggung jawab dalam

bekerja.

3. Kekuatan situasi adalah situasi dalam interaksi antara pemimpin dengan

anggota organisasi sebagai bawahan seperti suasana atau iklim kerja, suasana,

organisasi secara keseluruhan.

Page 13: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

27

2.3.3 Sifat-sifat Kepemimpinan

Menurut George R. Terry yang dikutip pada Kartini Kartono

menuliskan sepuluh sifat pemimpin yang unggul, yaitu:

1. Kekuatan

Kekuatan badaniah dan alamiah merupakan syarat pokok bagi pemimpin

yang harus bekerja lama dan berat pada waktu-waktu yang lama serta tidak

teratur, dan di tengah-tengah situasi yang sering tidak menentu.

2. Stabilitas Emosi

Pemimpin yang baik itu memiliki emosi yang stabil. Artinya dia tidak

mudah marah, tersinggung perasaan, dan tidak meledak-ledak secara

emosional.

3. Kejujuran

Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur

ada diri sendiri dan pada orang lain (terutama bawahannya). Dia selalu

menepati janji, tidak munafik, dapat dipercaya, dan berlaku adil terhadap

semua orang.

4. Obyektif

Pertimbangan pemimpin itu harus berdasarkan hati nurani yang bersih,

supaya obyektif (tidak subyektif, berdasar prasangka sendiri). Dia akan

mencari bukti-bukti nyata sebab setiap kejadian, dan memberikan alasan

yang rasional atas penolakannya.

Page 14: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

28

5. Keterampilan Berkomunikasi

Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara, mudah menangkap

maksud orang lain, cepat menangkap esensi pernyataan orang lain, mudah

memahami maksud para anggotanya.

6. Kecakapan Teknis atau Kecakapan Manajerial

Pemimpin harus superior dalam satu atau beberapa kemahiran teknis

tertentu. Juga memiliki kemahiran manajerial untuk membuar rencana,

mengelola, menganalisa keadaan, membuat keputusan, mengarahkan,

mengontrol, dan memperbaiki situasi yang tidak mapan. Tujuan semua ini

ialah tercapainya efektivitas kerja, keuntungan maksimal, dan kebahagiaan

anggota sebanyak-banyaknya.

2.4 Produktivitas

Filosofi dan spirit tentang produktivitas sudah ada sejak peradaban umat

manusia karena makna produktivitas adalah keinginan (the will) dan upaya (effort)

manusia untuk selalu meningkatkan kualitas kehidupan dan penghidupan di segala

bidang. Menurut Encyclopedia Britanika yang dikutip Dr. Sedarmayanti, M.Pd.

dalam buku Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (2001:56),

disebutkan bahwa “Produktivitas dalam ekonomi berarti rasio dari hasil yang

dicapai dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan sesuatu.”

Page 15: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

29

Menurut Mali, yang dikutip Sedarmayanti, dalam bukunya Sumber

Daya Manusia dan Produktivitas Kerja (2001 : 57), menyatakan bahwa:

“Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang

dan jasa setinggi-tinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara

efisien.”

Dengan kata lain dikatakan bahwa pengertian produktivitas memiliki dua

dimensi yakni, efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama dikaitkan dengan

penempatan untuk kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang

berkaitan dengan upaya kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi kedua

berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi

penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Penjelasan tersebut menjelaskan produktivitas secara total atau secara

keseluruhan, artinya keluaran yang dihasilkan dan diperoleh dari keseluruhan

masukan yang ada dalam organisasi. Masukan tersebut lazim dinamakan sebagai

faktor produksi. Keluaran yang dihasilkan dan diperoleh dari masukan yang

melakukan proses kegiatan yang bentuknya dapat produk atau jasa. Masukan atau

faktor produksi dapat berupa tenaga kerja, kapital bahkan teknologi dan energi.

Salah satu masukan seperti tenaga kerja, dapat menghasilkan keluaran yang

dikenal dengan produktivitas individu, yang dapat juga disebut sebagai

produktivitas parsial.

Efisiensi, merupakan suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan

masukan (input) yang direncanakan dengan penggunaan masukan yang

sebenarnya terlaksana. Apabila masukan sebenarnya digunakan semakin besar

Page 16: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

30

penghematannya, maka tingkat efisiensi semakin tinggi, tetapi semakin kecil

masukan yang dihemat, sehingga semakin rendah tingkat efisiensi. Pengertian

efisiensi disini lebih berorientasi kepada masukan, sedangkan masalah keluaran

(output) kurang menjadi perhatian utama.

Efektivitas, merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa

jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi kepada

keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan kurang menjadi perhatian

utama. Apabila efisiensi dikaitkan dengan efektivitas maka walaupun terjadi

peningkatan efektivitas belum tentu efisiensi meningkat.

Kualitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh telah

dipenuhi berbagai persyaratan, spesifikasi dan harapan. Konsep ini hanya dapat

berorientasi kepada masukan, keluaran atau keduanya. Disamping kualitas juga

berkaitan dengan proses produksi yang akan berpengaruh pada kualitas hasil yang

dicapai serta keseluruhan.

Produktivitas individu merupakan perbandingan dari efektivitas keluaran

(pencapaian untuk kerja yang maksimal) dengan efisiensi salah satu masukan

(tenaga kerja) yang mencakup kuantitas, kualitas dalam satuan waktu tertentu.

Manfaat peningkatan produktivitas pada tingkat individu dapat dilihat dari :

1. Meningkatnya pendapatan (income) dan jaminan sosial lainnya. Hal

tersebut akan memperbesar kemampuan (daya) untuk membeli barang atau

jasa ataupun keperluan sehari-hari, sehingga kesejahteraan akan lebih baik.

Dari segi lain, meningkatnya pendapatan tersebut dapat disimpan yang

nantinya bermanfaat untuk berinvestasi.

Page 17: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

31

2. Meningkatnya hasrat dan martabat serta pengakuan terhadap potensi

individu.

3. Meningkatnya motivasi kerja dan keinginan berprestasi.

Masalah peningkatan produktivitas merupakan tujuan dan perhatian utama

dari setiap organisasi, baik organisasi sosial maupun lembaga pendidikan.

Oleh karena itu, salah satu usaha yang konkrit dan terarah serta terpadu

yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan untuk

mendorong peningkatan produktivitas kerja adalah peningkatan

pendidikan dan pelatihan agar mampu mengembangkan tugas / pekerjaan

dengan sebaik-baiknya.

2.4.1 Pengertian Produktivitas Kerja

Sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan

ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Hal ini dapat diwujudkan dengan cara kerja yang lebih baik atau adanya suatu

peningkatan. Pandangan demikian akan membuat orang berusaha mencari

perbaikan-perbaikan dan peningkatan kehidupan-kehidupannya, sehingga ia akan

menjadi kreatif, dinamis dan kritis terhadap ide-ide baru dan perubahan-

perubahan.

Produktivitas kerja bukan semata-mata ditujukan untuk mendapatkan hasil

kerja sebanyak-banyaknya, melainkan kualitas untuk kerja juga penting

diperhatikan. Produktivitas individu adalah bagaimana seseorang melaksanakan

pekerjaannya. Beberapa pengertian produktivitas kerja akan dibahas sebagai

berikut :

Page 18: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

32

Menurut Revianto J. (2003 : 3), mengemukakan bahwa:

“Produktivitas kerja pada dasarnya mengandung pengertian sikap moral

yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus

lebih baik dari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini.”

Menurut Siagian (2002), mengemukakan bahwa:

“Produktivitas kerja adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai

pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin

dan esok harus lebih baik dari hari ini.”

Dilihat dari segi psikologi menurut Sedarmayanti (2001 : 66)

produktivitas adalah suatu tingkah laku memang bisa lain kalau dilihat dari sudut

pandang ilmu lain karena perbedaan ilmu juga bisa didasarkan atas perbedaan

objek kajian.

Itu berarti kalau kita berbicara tentang produkivitas tidak lain berbicara

mengenai tingkah laku manusia atau individu, yaitu tingkah laku produktivitasnya

lebih khusus lagi di bidang kerja atau organisasi kerja. Kalau makna pekerjaan

adalah posesif, diharapkan seorang karyawan akan produktif. Untuk

meningkatkan tenaga kerja karyawan yang penting adalah adanya kecocokan

makna kerja karyawan dengan perlakuan perusahaan terhadapnya.

2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja.

Dalam upaya meningkatkan produktivitas kerja karyawan di suatu

perusahaan perlu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas

kerja karyawan tersebut. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas

kerja karyawan baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri maupun

faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijakan

pemerintah secara keseluruhan.

Page 19: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

33

Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah yang dikutip

Sedarmayanti (2001 : 71) dalam bukunya “Sumber Daya Manusia dan

Produktivitas Kerja”. Ada enam faktor utama yang menentukan produktivitas

kerja adalah:

1. Sikap kerja, seperti kesediaan untuk bekerja secara bergiliran, dapat

menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim.

2. Tingkat keterampilan, yang di tentukan oleh pendidikan, latihan dalam

manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri.

3. Hubungan tenaga kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam

usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk

meningkatkan produktivitas, untuk meningkatkan pengawasan mutu

(quality control circles) dan panitia mengenai kinerja unggul.

4. Manajemen produktivitas, yaitu manajemen yang efisien mengenai sumber

dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.

5. Efisien tenaga kerja, seperti perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.

6. Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas

dalam berusaha dan berada pada jalur yang benar dalam berusaha.

Disamping hal tersebut, terdapat pula berbagai faktor yang mempengaruhi

produktivitas kerja, diantaranya adalah:

1. Sikap mental, berupa:

a. Motivasi kerja

b. Disiplin kerja

c. Etika kerja

Page 20: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

34

2. Pendidikan

Pada umumnya orang yang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan

mempunyai wawasan yang lebih luas terutama penghayatan akan arti

penting produktivitas. Pendidikan disini dapat berarti pendidikan

formal maupun non formal. Tingginya kesadaran akan pentingnya

produktivitas dapat pegawai yang bersangkutan melakukan tindakan

yang produktif.

3. Keterampilan

Pada aspek tertentu apabila pegawai semakin terampil, maka akan

lebih mampu bekerja serta menggunakan fasilitas kerja dengan baik,

pegawai akan menjadi lebih terampil apabila mempunyai kecakapan

dan pengalaman yang cukup.

4. Manajemen

Pengertian manajemen disini dapat berkaitkan dengan sistem yang

diterapkan oleh pemimpin untuk mengelola ataupun memimpin serta

mengendalikan bawahannya. Apabila manajemennya tepat maka akan

menimbulkan semangat yang lebih tinggi sehingga akan mendorong

pegawai untuk melakukan tindakan yang produktif.

5. Tingkat penghasilan

Apabila tingkat penghasilan memadai maka dapat menimbulkan

konsentrasi kerja dan kemampuan yang dimiliki dapat dimanfaatkan

untuk meningkatkan produktivitas.

Page 21: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

35

6. Gizi dan kesehatan

Apabila pegawai dapat dipenuhi kebutuhan gizinya dan berbadan sehat

maka akan lebih kuat bekerja, apalagi bila mempunyai semangat yang

tinggi maka akan dapat meningkatkan produktivitas kerjanya.

7. Jaminan sosial

Jaminan sosial yang diberikan oleh suatu organisasi kepala

pegawainya dimaksudkan untuk meningkatkan pengabdian dan

semangat kerja. Apabila jaminan sosial pegawai mencukupi maka akan

menimbulkan kesenangan kerja, sehingga mendorong pemanfaatan

kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas kerja.

8. Lingkungan dan iklim kerja

Lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar

senang bekerja dan meningkatkan rasa tanggung jawab untuk

melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju ke arah peningkatan

produktivitas.

9. Kesempatan berprestasi

Pegawai yang bekerja tentu mengharapkan peningkatan karir atau

pengembangan potensi pribadi yang nantinya akan bermanfaat baik

bagi dirinya maupun bagi organisasi. Apabila terbuka kesempatan

untuk berprestasi, maka akan menimbulkan dorongan psikologis untuk

meningkatkan dedikasi serta pemanfaatan potensi yang dimiliki untuk

meningkatkan produktivitas kerja.

Page 22: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

36

10. Sarana produksi

Mutu sarana produksi sangat berpengaruh terhadap peningkatan

produktivitas. Apabila sarana produksi yang digunakan tidak baik

kadang-kadang dapat menimbulkan pemborosan bahan yang dipakai.

11. Teknologi

Apabila teknologi yang dipakai tepat dan tingkatannya maka akan

memungkinkan:

1. Tepat waktu dalam penyelesaian produksi

2. Jumlah produksi yang dihasilkan lebih banyak dan bermutu

3. Memperkecil terjadinya pemborosan bahan sisa

Dengan memperhatikan hal termaksud, maka penerapan teknologi

dapat mendukung peningkatan produktivitas.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa faktor manajemen sangat

berperan dalam meningkatkan produktivitas kerja baik secara langsung melalui

perbaikan organisasi dan tata prosedur untuk memperkecil pemborosan, maupun

secara tidak langsung melalui penciptaan jaminan kesempatan bagi pegawai untuk

berkembang, penyediaan fasilitas dan perbaikan penghasilan serta pemberian

jaminan sosial.

Page 23: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

37

2.4.3 Indikator-indikator Produktivitas Kerja

Indikator-indikator prduktivitas menurut Prof. Dr. Sondang P. Siagian,

M.P.A (2009), dalam bukunya “Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja” adalah:

1. Kedisplinan Kerja Karyawan

Dimana karyawan secara sadar dan rela mau mentaati dan melaksanakan

seluruh norma-norma moral dan etika, keberadaan di tempat tugas sesuai

dengan jam kerja yang berlaku, kesediaan bekerja lembur apabila diminta,

kewajiban lapor pada atasan apabila seorang terpaksa mangkir atau sakit,

termasuk kedisplinan dalam berpakaian.

2. Peningkatan Prestasi Karyawan

Dalam hal ini karyawan selalu berusaha untuk meningkatkan prestasinya,

baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

3. Tanggung Jawab Karyawan

Dalam melaksanakan tugasnya, karyawan tidak menunda-nunda pekerjaan

melainkan termotivasi untuk dapat bekerja dengan lebih baik.

2.5 Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Produktivitas Kerja

Karyawan

Seperti kita ketahui bahwa gaya kepemimpinan merupakan suatu prinsip

dimana seseorang mempengaruhi orang lain atau suatu kelompok dalam usaha

untuk mencapai tujuan tertentu. Setiap pemimpin mempunyai gaya kepemimpinan

sendiri, seorang pemimpin yang baik, sangat bergantung pada kemampuan

pemimpin tersebut dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya pada situasi

kerja yang dihadapinya.

Page 24: 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian

38

Tannanbaum dan Schimdt yang dikutip Gibson (2001 : 285),

mengatakan bahwa:

“Manajer yang baik adalah orang yang dapat memelihara keseimbangan

yang tinggi dalam menilai secara tepat kekuatan yang menentukan

perilakunya paling cocok bagi waktu tertentu dan benar-benar mampu

bertindak demikian.”

Keberhasilan perusahaan pada dasarnya ditopang oleh kepemimpinan

yang efektif, dimana dengan kepemimpinannya itu dapat mempengaruhi

bawahannya untuk membangkitkan motivasi kerja mereka agar berprestasi

terhadap tujuan bersama.

Dengan mengerti dan mengetahui hal-hal yang dapat membangkitkan

motivasi dalam diri seseorang yang merupakan kunci untuk mengatur orang lain.

Tugas pemimpin adalah mengidentifikasikan dan memotivasi karyawan agar

dapat berprestasi dengan baik yang pada akhirnya akan meningkatkan

produktivitas perusahaan.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh gaya

kepemimpinan terhadap peningkatan produktivitas kerja menurut persepsi

karyawan, dengan hipotesa:

“Apabila gaya kepemimpinan diterapkan sesuai dengan harapan

karyawan, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat”.