17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Hemianopia adalah defek penglihatan atau kebutaan pada separuh lapang pandang pada satu atau kedua mata. Pada penglihatan hemianopsia bitemporal terjadi kehilangan pada sebagian luar (temporal atau lateral) dari kedua lapang pandang kanan dan kiri. Informasi dari lapang pandang temporal yang jatuh pada retina (medial) nasal. Retina nasal bertanggung jawab untuk membawa informasi melalui syaraf optik, dan melintasi ke sisi lain di kiasma optikum. Ketika ada kompresi pada kiasma optikum dorongan visual dari kedua retina nasal yang terkena, menyebabkan ketidakmampuan untuk melihat sisi temporal, atau perifer. Fenomena ini dikenal sebagai hemianopsia bitemporal. Mengetahui aliran jaras penglihatan melalui saluran optik sangat penting dalam memahami hemianopsia bitemporal. Hemianopia bitemporal merupakan salah satu gejala dari sindrom kiasma optik. Penyebab yang paling umum dari sindrom kiasma optik adalah adenoma pituitari, meningioma suprasellar, kraniofaringioma, dan aneurisma yang berasal dari arteri karotis internal. 2.3 Anatomi Jaras Penglihatan

146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hemianopia adalah defek penglihatan atau kebutaan pada separuh lapang pandang pada

satu atau kedua mata. Pada penglihatan hemianopsia bitemporal terjadi kehilangan pada

sebagian luar (temporal atau lateral) dari kedua lapang pandang kanan dan kiri. Informasi dari

lapang pandang temporal yang jatuh pada retina (medial) nasal. Retina nasal bertanggung

jawab untuk membawa informasi melalui syaraf optik, dan melintasi ke sisi lain di kiasma

optikum. Ketika ada kompresi pada kiasma optikum dorongan visual dari kedua retina nasal

yang terkena, menyebabkan ketidakmampuan untuk melihat sisi temporal, atau perifer.

Fenomena ini dikenal sebagai hemianopsia bitemporal. Mengetahui aliran jaras penglihatan

melalui saluran optik sangat penting dalam memahami hemianopsia bitemporal.

Hemianopia bitemporal merupakan salah satu gejala dari sindrom kiasma optik.

Penyebab yang paling umum dari sindrom kiasma optik adalah adenoma pituitari,

meningioma suprasellar, kraniofaringioma, dan aneurisma yang berasal dari arteri karotis

internal.

2.3 Anatomi Jaras Penglihatan

Nervus kranialis II merupakan indera khusus untuk penglihatan. Cahaya dideteksi oleh

sel-sel batang dan sel kerucut di retina, (dapat dianggap sebagai end-organ sensoris khusus

penglihatan). badan sel dari reseptor-reseptor ini mengeluarkan tonjolan (prosesus) yang

bersinap dengan sel bipolar (neuron kedua dijaras penglihatan).sel – sel bipolar kemudian

bersinap dengan sel-sel ganglion retina.akson-akson sel ganglion membentuk lapisan serat

saraf pada retina dan menyatu membentuk nervus optikus.

Dalam tengkorak, 2 nervus optikus menyatu membentuk kiasma optikus. Di kiasma lebih

dari separuh serabut (yang berasal dari separuh retina) mengalami dekusasi dan menyatu

dengan serabut-serabut temporal yang tidak menyilang dari nervus optikus kontralateral

untuk membentuk traktus optikus. Masing-masing traktus optikus berjalan mengelilingi

Page 2: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

pedunkulus cerebri menuju kenukleus genikulatus lateralis, tempat traktus tersebut akan

bersinaps.

Semua serabut yang menerima impuls dari separuh kanan lapangan pandang tiap-tiap

mata membentuk traktus optikus kiri dan berproyeksi pada hemisfer serebrum kiri.demikian

juga, separuh kiri lapangan pandang berproyeksi pada hemisfer serebrum kanan. Kira-kira 20

% serabut di traktus menjalankan fungsi pupil. Serabut-serabut ini meninggalkan traktus tepat

di sebelah anterior nucleus dan melewati brachium coliculli superioris menuju ke nukleus

pretectalis otak tengah.

Serat-serat lainnya bersinaps di nukleus genikulatus lateralis. Badan-badan sel struktur

ini membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus genikulokalkarina berjalan melalui crus

posterius capsula interna dan kemudian menyebar seperti kipas dalam radiation optica yang

melintasi lobus temporalis dan parietalis dalam perjalanan kekorteks oksipitalis (korteks

kalkarina, striata, atau korteks penglihatan primer).

Kiasma Optikum

Kiasma optikum kira-kira memiliki lebar 12 mm, panjang 8 mm (anteroposterior), dan

tebal 4 mm. Ia membentuk sudut hampir 450 dan mendapat suplai darah dari cabang arteri

serebral anterior proksimal dan arteri komunikans anterior. Kiasma terletak di bagian anterior

dari hipotalamus dan bagian anterior dari ventrikel ketiga. Kiasma terletak 10 mm di atas

sella.

Di dalam kiasma, serat yang berasal dari bagian nasal retina menyilang ke sisi

berlawanan dan bergabung dengan serat kontralateral yang sama. Serat inferior (yang

menyajikan lapangan pandang superior adalah yang pertama menyilang. serat makula

cenderung untuk menyilang di dalam kiasma secara posterior,

Page 3: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

Gambar 2.1 Tampilan basal dari otak, memperlihatkan jalur visual anterior dan posterior

Page 4: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

Gambar 2.2 Diseksi anatomi kiasma optikuma dan struktur yang mengelilinginya

A. Dilihat dari Sagital, B. Dilihat dari Superior

2.4 Etipatogenesis

Hemianopsia bitemporal paling sering terjadi sebagai akibat dari tumor yang terletak di

kiasma optikum. Karena struktur yang berdekatan adalah kelenjar hipofisis, beberapa tumor

umum yang menyebabkan kompresi adalah adenoma hipofisis dan kraniofaringioma. Juga

etiologi neoplastik lainnya yang relatif umum adalah meningioma. Etiologi yang berasal dari

vaskular adalah aneurisma arteri karotis interna, arteri serebral anterior, dan arteri

komunikans arterior yang menyebabkan kompresi vaskular pada kiasma optikum.

Secara umum, lesi pada kiasma optikum menyebabkan defek lapangan pandang

hemianopia bitemporal. Pada awalnya, defek ini biasanya tidak lengkap dan sering asimetrik.

Namun, seiring dengan berjalannya penyakit, hemianopia bitemporal menjadi komplit,

lapangan pandang nasal inferior dan superior kemudian terkena, dan ketajaman penglihatan

sentral akan berkurang.

Lesi pada kiasma menyebabkan terjadinya pemisahan antara serat retina nasal dan

temporal di kiasma. Terjadinya kehilangan lapangan pandang pada akibat lesi pada kiasma

dan retrokiasma yang menyebabkan gangguan di sepanjang garis sejajar meridian vertikal.

Pada umumnya gangguan pada kiasma dikenal dengan istilah bitemporal hemianopia.

Page 5: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

Berikut ini adalah klasifikasi defek lapangan pandang brdasarkan letak lsi pada kiasma :

a. Sudut anterior kiasma

Page 6: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

Lesi yang mencederai 1 saraf optik di bagian kiasma, menyebabkan terjadinya

sindrom kiasma anterior. Penurunan ketajaman visual dan hilangnya penglihatan

sentral pada 1 mata akan mengakibatkan kelainan superotemporal pada mata yang

berlawanan sebagai akibat dari kerusakan 1 saraf optik ditambah dengan terjadinya

kompresi awal di kiasma optik (sindrom junctional; pada persimpangan saraf optik

dan kiasma). Berdasarkan klinisnya dikenal sebagai sindrom WIlbrad Knee ( terdapat

serat yang bersilangan ke dalam saraf optik kontralateral) yang tidak pasti. Dalam

kasus yang jarang terjadi, adanya massa dapat menekan kiasma (di bagian nasal) serat

saraf optik intrakranial pada kiasma anterior yang menyebabkan hemianopia

sementara yang pada garis tengah vertikal tanpa melibatkan lapangan penglihatan

mata sebelahnya.

b. Badan kiasma

Lesi yang mencederai badan kiasma akan menyebabkan hemianopia bitemporal relatif

atau absolut. Ketajaman visual mungkin tidak akan terpengaruh.

c. Sudut posterior kiasma

Lesi pada kiasma bagian belakang dapat menekan serat yang menyilang di daerah

makula, mengakibatkan hemianopia bitemporal pusat melibatkan garis meridian

vertikal

Berikut ini penyebab dari lesi pada kiasma optikum :

1. Tumor hipofifis

Lobus anterior kelenjar hipofisis adalah lokasi awal tumor hipofisis, yang

bermanifestasi dalam bentuk penglihatan, kelumpuhan nervus kranialis termasuk kelumpuhan

otot ekstraokular, dan sebuah massa lesi pada CT Scan atau MRI, yang berasal sella hipofisis

dan meluas ke regio suprasela dan / atau parasella.

Pemeriksaan penglihatan, khususnya dokumentasi lapangan pandang, serta

pemeriksaan endokrin, penting dalam penentuan tatalaksana tumor ini. Prolaktinoma

umumnya diterapi awal secara medis dengan agonis dopamine, seperti cabergoline,

bromocriptine, atau pergolide. Makroadenoma hipofifis lain umumnya menjalani

hipofisektomi transfenoid. Radioterapi dapat diberikan sebagai adjuvant pembedahan atau

Page 7: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

pada penyakit kembuhan. Ketajaman penglihatan dan lapangan pandang dapat pulih secara

dramatis setelah tekanan pada kiasma dihilangkan. Gambaran awal caput nervi optik tidak

memperkirakan hasil akhir penglihatan, tetapi atrofik optik merupakan tanda prognosis yang

buruk.

2. Kraniofaringioma

Kraniofaringioma adalah sekelompok tumor yang jarang ditemukan dan berasal dari

sisa epitel kantung Rathke (80% dari populasi normal yang memiliki sisa tersebut) dan

khasnya mulai menimbulkan gejala antara usia 10 sampai 25 tahun, walaupun terkadang baru

terjadi saat usia 60 atau 70an. Tumor – tumor ini biasanya terletak suprasella, tetapi kadang –

kadang juga dapat terdapat di intersella. Gejala dan tanda bervariasi sesuai usia pasien dan

letak pasti serta kecepatan pertumbuhan tumor. Bila tumor terletak di suprasella akan tampak

jelas defek lapangan pandang traktus atau kiasma yang asimetrik. Papiledema lebih sering

dibandingkan pada tumor hipofisis. Pada tumor yang telah ada sejak bayi, dapat dijumpai

hipoplasia nervus optikus. Dapat timbul defisiensi hipofisis, dan keterlibatan hipotalamus

dapat menyebabkan pertumbuhan terhenti. Klasifikasi bagian – bagian tumor menimbulkan

gambaran radiologik yang khas, terutama pada anak – anak.

3. Meningioma suprasela

Meningioma suprasela berasal dari meningens yang menutupi tuberculum sellae dan

planum sfenoidale, pasien lebih banyak pada wanita. Tampilan yang ada sering kali berupa

hilangnya penglihatan akibat terkenanya kiasma optikum dan nervus optikus. Diagnosis

biasanya dimungkinkan dengan adanya gambaran neuroimaging.

4. Glioma nervus optikus & kiasmatik

Glioma jaras penglihatan anterior lebih sering berasal dari nervus optikus tetapi

terkadang dapat juga dari kiasma optikum tetapi jarang dijumpai., biasanya berupa kelainan

indolen pada anak – anak, terutama berkaitan dengan neurofibromatosis. Sekitar 70% kasus

muncul sebelum usia 7 tahun dengan penurunan penglihatan, proptosis, strabismus atau

nistagmus. Kadang – kadang munculnya mendadak dengan penurunan penglihatan secara

cepat. Mungkin terdapat edema diskus optikus, tetapi lebih sering atrofi optik. Defek

lapangan pandang memperlihatkan suatu sindrom nervus optikus atau kiasmatik.

Neuroimaging dapat memperlihatkan pembesaran nervus optikus atau suatu massa di daerah

kiasma optikum dan hipotalamus.

Page 8: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

Glioma maligna jaras penglihatan anterior adalah penyakit pada pria usia tua yang

jarang ditemukan. Penyakit ini berkembang dengan cepat menuju kebutaan bilateral dan

kematian akibat invasi dasar otak. Tidak ada terapi yang efektif pada kasus ini.

5. Aneurisma

6. Tumor ventrikel III

Hemianopia bitemporal dapat terjadi akibat penonjolan dari dasar ventrikel III pada

pasien dengan

2.5 Patofisiologi

Page 9: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

2.7 Diagnosis

1) Anamnesis

Page 10: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

2) Pemeriksaan Lapang Pandangan

a. Uji Konfrontasi

Mata pasien dan mata kanan pemeriksa dibebat. Penderita diperiksa dengan duduk

berhadapan terhadap pemeriksa pada jarak kira-kira 1 meter. Mata kanan pasien dengan

mata kiri pemeriksa saling berhadapan. Sebuah benda dengan jarak yang sama digeser

perlahan-lahan dari perifer lapang pandangan ke tengah. Bila pasien sudah melihtanya ia

diminta memberi tahu. Pada keadaan ini bila pasien melihta pada saat yang bersamaan

dengan pemeriksa berarti lapang pandangan pasien adalah normal. Syarat pada

pemeriksaan ini adalah lapang pandangan pemeriksa adalah normal.

b. Kampimeter dan Perimeter

Keduanya merupakan alat pengukur atau pemetaan lapang pandangan terutama

daerah sentral atau parasentral. Lapang pandangan, bagian ruangan yang terlihat oleh satu

mata dalam sikap diam memandang lurus ke depan. Pemeriksaan lapang pandangan

diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit tertentu ataupun untuk menilai

progresifitas penyakit tertentu. Lapang pandangan normal adalah 90 derajat temporal, 50

derajat atas, 50 derajat nasal, dan 65 derajat ke bawah.

1) Kampimeter

Alat pengukur atau pemetaan lapang pandangan terutama daerah sentral atau

parasentral. Disebut juga sebagai uji tangent screen. Pertama-tama, pasien duduk 2 meter

dari layar tagent screen Bjerrum (suatu tabir kain berwarna hitam) dengan fiksasi satu

mata pada titik tengahnya. Objek digeser perlahan-lahan dari tepi ke arah titik tengah.

Dicari batas-batas pada seluruh lapangan pada saat mmana benda mulai terlihat. Pada

akhirnya didapatkan pemetaan lapang pandangan pasien. Dengan ini dapat ditemukan

defek lapang pandangan dan adanya skotoma.

2) Perimeter

Perimeter berbentuk setengah bola dengan jari-jari 30 cm, dan pada pusat parabola

ini mata penderita diletakkan untuk diperiksa. Mata berfiksasi pada bagian sentral

Page 11: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

parabola perimeter. Objek digeser perlahan-lahan dari tepi ke arah titik tengah. Dicari

batas-batas pada seluruh lapang pandangan pada saaat mana benda mulai terlihat.

Dikenal perimeter kinetik dan statik. Pada perimeter kinetik (perimeter isoptik dan

topografik), pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakkan dari daerah tidak terlihat

menjadi terlihat oleh pasien. Pada perimeter statik (perimeter profil dan perimeter curve

differensial threshold), pemeriksaa dilakukan dengan tia\dak menggerakkan objek akan

tetapi dengan menaikkan intensitas objek sehingga terlihat oleh pasien.

2.8 Penatalaksanaan

Tatalaksana dari hemianopia bitemporal dilakukan dengan menyingkirkan atau

mengatasi penyebab lesi pada kiasma optikum.

Untuk kraniofaringioma, tatalaksana terdiri atas pengangkatan secara bedah selengkap

mungkin pada tindakan pertama karena operasi ulang cenderung mengenai hipotalamus, dan

prognosis pasien menjadi kurang baik. Sering digunakan radioterapi adjuvant, terutama bila

pengangkatan secara bedah tidak sempurna.

Page 12: 146853385 BAB II Hemianopsia Bitemporal

Pada meningioma suprasela, terapi terdiri atas pengangkatan secara bedah, sering

dikombinasikan dengan radioterapi adjuvant bila eksisinya tidak sempurna atau bila

gambaran histopatologinya menunjukan suatu tumor yang agresif.

Pada glioma nervus optikus & kiasmatik, terapi tergantung pada letak tumor dan

perjalanan klinisnya. Radiasi dapat diberikan selama fase pertumbuhan cepat pada tumor, dan

kadang – kadang dilakukan reseksi nervus optikus bila tumor nervus optikus mulai meluas

secara agresif ke dalam intrakranial menuju kiasma.

2.9 Prognosis

BAB III

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Ophthalmology; Basic and Clinical Science Course Section 5:

Neuro-Ophtalmology. 2011-2012.

2. Ilyas, Prof. Dr. H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006.

3. Eva PR,Whitcher JP. Vaughan and Ashbury Oftalmologi Umum edisi 17.

USA:McGraw-Hill. 2007

4.