Upload
ari-wibowo
View
33
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Executive Summary 2013
Executive Summary
PELUANG INVESTASI DI KABUPATEN BANJAR: PEMBANGUNAN
INDUSTRI FILLET IKAN PATIN
Pengenalan Kabupaten Banjar
Kabupaten Banjar merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan.
Ibukota Kabupaten Banjar adalah Martapura yang secara geografis terletak antara
2°49’55 – 3°43’38 Lintang Selatan (LS) dan 114°30’20" – 115°35’37" Bujur Timur
(BT). Kabupaten Banjar memiliki luas wilayah 4.668 km2 mencakup 19 kecamatan,
290 desa / kelurahan yang didiami oleh sekitar 516.663 jiwa. Kabupaten Banjar
merupakan kabupaten terluas ketiga di Provinsi Kalimantan Selatan setelah
Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu.
Peluang Investasi Pembangunan Industri Fillet Ikan Patin
Sebagai suatu kawasan yang dikembangkan ke arah wilayah minapolitan,
Kabupaten Banjar mempunyai sumberdaya perikanan dan kelautan yang sangat
potensial. Kabupaten ini mempunyai potensi perairan yang lengkap, yaitu perairan
umum dan perairan laut (kawasan pesisir). Potensi tersebut telah dimanfaatkan
oleh masyarakat untuk kegiatan penangkapan dan budidaya perikanan. Kegiatan
penangkapan yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan penangkapan di
perairan laut dan perairan umum (waduk, sungai, dan rawa), sedangkan kegiatan
budidaya yang dilakukan masyarakat meliputi kegiatan budidaya kolam, jaring
apung, keramba, dan tambak.
Pengembangan perikanan budidaya dan tangkap dalam mewujudkan terbentuknya
Kawasan Minapolitan diatur oleh Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Pemerintah Daerah Kabupaten Banjar. Sebagai wujud komitmen Pemerintah
Daerah atas penetapan Kabupaten Banjar sebagai salah satu pengembangan
Kawasan Minapolitan, maka sejak tahun 2008 telah dikeluarkan SK Bupati Banjar
No: 241 tentang Penetapan Kawasan Perikanan Budidaya/Minapolitan Kabupaten
Banjar. Kawasan Minapolitan yang ditetapkan meliputi 2 kawasan yaitu “Kawasan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
1
Executive Summary 2013
Minapolitan Cindai Alus” dan “Kawasan Riam Kanan”. Luas areal budidaya yang
dapat dimanfaatkan di Sungai Martapura sekitar 427.133 ha, di Sungai Riam
Kanan seluas 161.132 ha, dan di Sungai Riam Kiri luas seluas 191.132 ha.
Beberapa aspek penunjang pengembangan Kawasan Minapolitan, adalah:
1. Berada di suatu kawasan lahan basah yang telah memiliki saluran irigasi
teknis (adanya saluran irigasi yang membentang sepanjang 40 km dari
Waduk Riam Kanan ke desa Sungai Tabuk di mana pasokan air irigasi
tersebut relatif stabil),
2. Berada di tengah-tengah pengembangan kawasan metropolitan Banjarmasin
dan kawasan pengembangan lainnya,
3. Berdekatan dengan Pelabuhan Udara Syamsodin Noor, Pelabuhan Laut
Trisakti, dan rencana terminal regional,
4. Berdekatan langsung dengan Jalur Trans Kalimantan dan Jalan Lingkar Utara
Kota Banjar Baru,
5. SDM dan kelembagaan cukup tersedia (dekat dengan Diskanlut Propinsi,
Balai Benih Ikan Air Tawar (BBAT), dan Fakultas Perikanan Universitas
Lambung Mangkurat (UNLAM) Banjar Baru).
6. Kualitas air yang relatif stabil dan baik yaitu dengan kondisi keasaman 7,5 ph
serta tidak adanya kandungan pencemaran yang membahayakan pasokan
kualitas air.
Produksi Ikan Patin di Kabupaten Banjar menunjukkan kenaikan yang sangat
signifikan. Oleh karena itu, peluang investasi di Kabupaten Banjar yang ditawarkan
kepada calon investor berdasarkan potensi yang tersedia adalah pembangunan
industri pengolahan ikan khususnya industri fillet Ikan Patin. Kapasitas produksi
yang direncanakan adalah sekitar 144 ton fillet Ikan Patin per-tahun yang diperoleh
dari bahan baku dari Kabupaten Banjar sendiri sekitar 221.540 kg Ikan Patin per-
tahun.
Lokasi pendirian pabrik ditentukan di “Kawasan Minapolitan Cindai Alus” dan
“Kawasan Riam Kanan” dengan luas lahan sebesar 1000 m2. Dana investasi yang
dibutuhkan untuk mendirikan industri ini adalah Rp. 2.8 milyar untuk kapasitas
produksi 150.000 kg/tahun. Melihat kapasitas produksi Ikan Patin di Kabupaten
2
Executive Summary 2013
Banjar per-tahun yang bisa mencapai 11,593.96 ton per-tahun, maka investasi
pembangunan industri fillet Ikan Patin ini sangat potensial menguntungkan dan baik
dalam rangka peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat
Kabupaten Banjar.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
3
Executive Summary 2013
A. GAMBARAN WILAYAH
A.1 Aspek Geografis dan Administrasi
Kabupaten Banjar merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yang
beribukota di Martapura, secara geografis terletak antara 2°49’55 – 3°43’38 Lintang
Selatan dan 114°30’20" – 115°35’37" Bujur Timur, memiliki 19 kecamatan, dan 290
desa / kelurahan. Dengan luas wilayah sebesar 4.668 km2 dan didiami oleh sekitar
516.663 jiwa, maka kabupaten ini menjadi yang terluas ketiga di Kalimantan
Selatan setelah Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu. Kabupaten
Banjar tepat berbatasan dengan;
Sebelah Utara dengan HSS & Tapin
Sebelah Selatan dengan Banjarbaru & Tanah Laut
Sebelah Timur dengan Kotabaru & Tanah Bumbu
Sebelah Barat dengan Batola & Banjarmasin
Kecamatan dengan areal terluas terdapat di Kecamatan Aranio dengan luas
1.166,35 km2 atau 24,98% dari luas keseluruhan Kabupaten, sedangkan area
terkecil terdapat di Kecamatan Martapura Timur dengan luas 29,99 km2 atau 0,64%.
Pembagian wilayah administrasi Kabupaten Banjar tersaji pada tabel berikut;
Tabel A-1 Pembagian Wilayah Administrasi Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Banjar
No KecamatanLuas Area
(Km2)
Jumlah Desa /
Kelurahan
PersentaseLuas Wilayah
1 Aluh-aluh 84.48 19 1.77
2 Beruntung Baru 61.42 12 1.32
3 Gambut 129.3 14 2.77
4 Kertak Hanyar 45.83 13 0.98
5 Tatah Makmur 35.47 13 0.76
6 Sungai Tabuk 147.3 21 3.16
7 Martapura 42.03 26 0.9
8 Martapura Timur 29.99 20 0.64
9 Martapura Barat 149.38 13 3.2
4
Peluang Investasi 2013
10 Astambul 216.5 22 4.64
11 Karang Intan 215.35 26 4.61
12 Aranio 1166.35 12 24.98
13 Sungai Pinang 458.65 11 9.82
14 Paramasan 560.85 4 12.01
15 Pengaron 433.25 12 9.28
16 Sambung Makmur 134.65 7 2.88
17 Matraman 148.4 15 3.18
18 Simpang Empat 453.3 26 9.71
19 Telaga Bauntung 158 4 3.38
Banjar 4.668 290 100
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2013
A.2 Kondisi Fisik
A.2.1 Morfologi, Iklim, dan Curah Hujan
Pulau Kalimantan yang lokasinya terletak di luar jalur vulkanik menyebabkan
sebagian besar desa / kelurahan yang ada di Kabupaten Banjar berlokasi di lahan
yang berbentuk hamparan pada sekitar 81,03 % atau 235 desa / kelurahan yang
tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjar. Sedangkan sisanya
14,83% (43 desa / kelurahan) berlokasi di lahan lereng yang berada di Kecamatan
Karang Intan, Aranio, Sungai Pinang, Pengaron, Sambung Makmur, Simpang
Empat, dan Telaga Bauntung. Selanjutnya sekitar 4,14% (12 desa / kelurahan)
berlokasi di lahan lembah yang tersebar di Kecamatan Karang Intan, Sungai
Pinang dan Pengaron.
Kabupaten Banjar memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan hujan. Pada Bulan
Juni sampai dengan Bulan September arus angin yang berasal dari Australia tidak
mengandung banyak uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau di
Indonesia. Sebaliknya, pada Bulan Desember sampai dengan Bulan Maret arus
angin yang banyak mengandung uap air bertiup dari Asia dan Samudra Pasifik
biasanya terjadi di musim penghujan. Suhu udara di suatu tempat ditentukan
oleh tinggi rendahnya tempat terhadap permukaan laut dan jaraknya dari
pantai. Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi dan Geofsika Banjarbaru
pada tahun 2011, suhu udara di Kabupaten Banjar rata-rata berkisar antara 18,1º
C sampai 33,3º C. Suhu udara maksimum terjadi pada Bulan Mei (33,3º C) dan
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
5
Executive Summary 2013
suhu minimum terjadi pada Bulan November (18,1º C). Selain itu, sebagai daerah
tropis maka kelembaban udara relatif tinggi dengan rata-rata berkisar antara
72,0% sampai 94,0%, dengan kelembaban maksimum pada Bulan Februari dan
kelembaban minimum terjadi pada Bulan April.
Rata-rata curah hujan selama tahun 2011 tercatat rata-rata 207,8 mm, dengan
jumlah terendah terjadi pada Bulan Agustus (14,9 mm) dan tertinggi terjadi pada
Bulan Desember (570,3 mm).
A.2.2 Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kabupaten Banjar dapat diklasifikasikan ke dalam kawasan
lindung dan kawasan budidaya. Untuk kawasan lindung yang ada di Kabupaten
Banjar, terdiri atas:
a) Kawasan Hutan Lindung
b) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
c) Kawasan Perlindungan Setempat
d) Suaka Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya, dan
e) Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan Hutan Lindung Kabupaten Banjar memiliki luas kurang lebih 45.481 ha,
yang tersebar di beberapa kecamatan, seperti: Kecamatan Gambut, Kecamatan
Telaga Bauntung, Kecamatan Sungai Pinang, Kecamatan Sambung Makmur,
Kecamatan Aranio, Kecamatan Karang Intan, Kecamatan Paramasan, dan
Kecamatan Beruntung Baru.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya meliputi
Taman Hutan Raya (TAHURA), kawasan lindung di Pegunungan Meratus termasuk
kawasan lindung geologi sekitar kawasan mata air dengan luas kurang lebih 91.621
ha.
Kawasan Perlindungan Setempat meliputi kawasan sempadan pantai (terdapat
disekitar tepian pantai Kecamatan Aluh-aluh), kawasan sempadan sungai seluas
8.222 hektar (terdapat di Kecamatan Aranio dan Kecamatan Pengaron sepanjang
6
Peluang Investasi 2013
Sungai Martapura, Sungai Alalak, Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiwa),
kawasan sekitar danau/waduk (terdapat di Kecamatan Karang Intan dan Kecamatan
Aranio), kawasan sekitar mata air (tersebar di berbagai kecamatan), kawasan
sempadan bendungan (terdapat di Kecamatan Karang Intan dan Kecamatan
Aranio), kawasan ruang terbuka hijau, jalur hijau sepanjang sungai dan pantai
(terdapat di seluruh ibukota kabupaten dan pusat kecamatan dengan ketentuan
memberikan manfaat penting bagi kelestarian fungsi penghijauan sepanjang pantai
dan sungai), kawasan lindung keagamaan (terdapat di ibukota kabupaten dan
kecamatan yang memiliki sifat khas dan bermanfaat bagi pengembangan
pendidikan agama maupun tempat ibadah).
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yang terdiri atas Kawasan
Pelestarian Alam (KPA) yang berupa Taman Hutan Raya (TAHURA) Sultan Adam
yang terdapat di Kecamatan Aranio dan Kecamatan Karang Intan dengan luas
91.621 hektar, Kawasan Pantai Berhutan Bakau (Mangrove) di Kecamatan Aluh-aluh
dengan luas 234 hektar, serta Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan.
Kawasan Rawan Bencana Alam terdiri atas kawasan rawan tanah longsor, kawasan
rawan banjir, kawasan rawan kebakaran, dan kawasan angin puting beliung.
Sedangkan untuk klasifikasi kawasan untuk budidaya, terdiri atas kawasan
peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan
perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri dan
pergudangan, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan pemukiman,
dan kawasan peruntukan lainnya.
Tabel A-2 Penggunaan Lahan Kawasan Budidaya Kabupaten Banjar Tahun 2013
No Kawasan Peruntukan Lokasi Luas [ha] Keterangan
1Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
a. Hutan Produksi Terbatas
Kec. Paramasan, Telaga Bauntung, Pengaron, Sungai Pinang, Sambung Makmur dan Aranio
25,313
b. Hutan Produksi TetapKec. Paramasan, Telaga Bauntung, Pengaron, Mataraman, Sungai
85,028
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
7
Executive Summary 2013
Pinang, Sambung Makmur, dan Aranio
c. Hutan Produksi KonversiKec. Pengaron, Mataraman, dan Karang Intan
2,100
2Kawasan Peruntukan Pertaniana. Budidaya Tanaman Pangan
Seluruh kecamatan 14,216
b. Budidaya Hortikultura
- Tanaman Sayuran
Kec. Mataraman, Simpang Empat, Astambul, Martapura Barat, Sungai Tabuk, Martapura Timur dan Martapura
- Tanaman Buah-buahan
Kec. Astambul, Karang Intan, Mataraman, Pengaron, Simpang Empat, Sungai Tabuk, dan Sambung Makmur
c. Budidaya Perkebunan
Kec. Karang Intan, Astambul, Mataraman, Simpang Empat, Pengaron, Sambung Makmur, Martapura Barat
104,739
Komoditas utama dari perkebunan adalah perkebunan karet dan sawit.
d. Budidaya Peternakan
Kec. Sungai Pinang, Pengaron, Martapura, Pengaron, Karang Intan, Simpang Empat, Astambul, Sambung Makmur
Komoditas ternak unggulan meliputi: ternak besar (sapi, kerbau), ternak kecil (kambing dan domba), ternak unggas (ayam pedaging, ayam petelur, itik pedaging).
e. Daerah Lindung Pertanian Pangan Berkelanjutan
Kec. Aluh-aluh, Gambut, Kertak Hanyar, Beruntung Baru, Sungai Tabuk, Martapura Barat, Astambul, Karang Intan, Simpang Empat, Martapura Timur dan Tatah Makmur
17,326
3Kawasan Peruntukan Perikanan
380
a. Perikanan Tangkap
Kec. Aranio, Martapura, Martapura Timur, Martapura Barat, Sungai Tabuk, Astambul, Simpang Empat dan Pengembangan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Kec. Aluh-aluh
8
Peluang Investasi 2013
b. Perikanan Budidaya
- Perikanan KolamKec. Karang Intan, Martapura, Sungai Tabuk, dan Astambul
- Perikanan Keramba dan Jaring Apung
Kec. Aranio, Karang Intan, Martapura Barat, Sungai Tabuk, dan Astambul
- Perikanan Tambak Kec. Aluh-Aluh
- Perikanan Mina Padi
Kec. Gambut, Sungai Tabuk, Martapura Barat, Beruntung Baru, dan Tatah Makmur
c. Industri Pengolahan Hasil Perikanan
Kec. Martapura, dan Martapura Barat
4,200Merupakan Kawasan Minapolitan.
d. Konversi Sumber Daya Perikanan
Seluruh kecamatan
4Kawasan Peruntukan Pertambangan
a. Mineral Logam
Kec. Karang Intan, Pengaron, Sungai Pinang, Cintapuri Darusalam, Simpang Empat, Mataraman, dan Aranio,
b. Mineral Bukan Logam
Kec. Simpang Empat, Cintapuri Darusalam, Mataraman, Astambul, Pengaron, Aranio dan Sungai Pinang
c. Minyak dan Gas Bumi
Kec. Beruntung Baru, Sungai Tabuk, Gambut, Astambul, Mataraman, Kertak Hanyar, Martapura Barat, Cintapuri Darusalam dan Simpang Empat
d. Batubara
Kec. Karang Intan, Pengaron, Simpang Empat, Cintapuri Darusalam, Astambul, Paramasan, dan Sungai Pinang
5Kawasan Peruntukan Industri dan Pergudangan
Seluruh kecamatan 2.932
6Kawasan Peruntukan Pariwisata
a. Wisata Alam
Kec. Aranio, Pengaron, Sungai pinang, Paramasan, Karang Intan, Aluh-Aluh, Astambul dan Gunung Pamaton,
b. Wisata BelanjaPasar Wadai Tradisional dan penggosokan intan di Kec. Martapura
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
9
Executive Summary 2013
c. Wisata Budaya dan Cagar Budaya
Kec. Martapura, Martapura Timur, Sungai Tabuk, Gambut, Astambul, dan Karang Intan
7Kawasan Peruntukan Pemukiman
a. Pemukiman Perkotaan
Kec. Martapura, Martapura Barat, Martapura Timur, Karang Intan, Simpang Empat, Kertak Hanyar, Gambut, Sungai Tabuk, Beruntung Baru
8,050
b. Pemukiman Pedesaan
Kec. Aluh-aluh, Martapura Barat, Astambul, Aranio, Sungai Tabuk, Sungai Pinang, Paramasan, Pengaron, Sambung Makmur, dan Mataraman
17,338Memiliki kegiatan utama di sub-sektor pertanian.
8Kawasan Peruntukan Lainnya
a. Peruntukan Persisir Kec. Aluh-aluh 380Merupakan Zona Konversi dan Zona Budidaya.
b. Peruntukan Pertahanan dan Keamanan
Seluruh kecamatan
Sumber: RTRW Kabupaten Banjar 2013 – 2032
A.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
A.3.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Bila dilihat dari data umum Kependudukan Kabupaten Banjar pada pertengahan
tahun 2011 adalah jumlah penduduk Kabupaten Banjar mencapai 516,663 jiwa
yang terdiri atas 262,270 pria dan 254,393 perempuan dengan sex ratio mencapai
103. Jumlah ini meningkat sebesar 7,74% dibandingkan tahun 2008 (peningkatan
sebesar 37,160 jiwa), dengan rincian jumlah pria meningkat sebesar 9,46%, wanita
6,03%. Hal ini menunjukan angka pertumbuhan penduduk pria lebih besar
dibanding angka pertumbuhan penduduk wanita.
Jumlah penduduk Banjar pada 2010 berdasarkan hasil sensus penduduk sebanyak
304.548 jiwa sehingga penduduk Banjar diperkirakan tumbuh sebesar 1,97% pada
tahun 2011.
10
Peluang Investasi 2013
Gambar A-1 Grafik Distribusi Penduduk Kabupaten Banjar per-Kecamatan Tahun 2011
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2012
Dilihat keadaan masing-masing kecamatan, maka Kecamatan Martapura
merupakan yang terpadat, diikuti Martapura Timur, Kertak Hanyar, dan
Kecamatan Aranio merupakan daerah dengan tingkat kepadatan terendah.
Tabel A-3 Jumlah Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjar Tahun 2011
No KecamatanJumlah
Pria(Jiwa)
Jumlah Wanita(Jiwa)
Sex Ratio
Populasi Penduduk
(Jiwa)
Luas Area (Km2)
Kepadatan
Penduduk
(Jiwa/Km2)
1 Aluh-aluh 13 750 13 696 100,39 27 446 82,48 333
2 Beruntung Baru 6 511 6 683 97,43 13 194 61,42 215
3 Gambut 18 432 18 451 99,89 36 883 129,30 285
4 Kertak Hanyar 20 339 20 020 101,59 40 359 45,83 881
5 Tatah Makmur 5 589 5 487 101,86 11 076 35,47 312
6 Sungai Tabuk 29 407 28 820 102,04 58 227 147,30 395
7 Martapura 53 669 51 304 104,61 104 973 42,03 2 498
8Martapura Timur 15 911 13 712 116,
0429 623 29,99 988
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
11
Executive Summary 2013
9 Martapura Barat 8 748 8 345 104,83 17 093 149,38 114
10 Astambul 16 565 16 569 99,98 33 134 216,50 153
11 Karang Intan 15 632 15 435 101,28 31 067 215,35 144
12 Aranio 4 291 4 095 104,79 8 386 1 166,35 7
13 Sungai Pinang 7 687 6 978 110,16 14 665 458,65 32
14 Peramasan 2 241 2 072 108,16 4 313 560,85 8
15 Pengaron 7 998 7 906 101,16 15 904 433,25 37
16 Sambung Makmur 5 467 5 346 102,26 10 813 134,65 80
17 Mataraman 11 971 11 896 100,63 23 867 148,40 161
18 Simpang Empat 16 472 16 032 102,74 32 504 453,30 72
19 Telaga Bauntung 1 590 1 546 102,85 3 163 158,00 20
Total 262 270 254 393 103,096
516,663 4 668,50 111
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2012
A.3.1 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Data tingkat partisipasi angkatan kerja Kabupaten Banjar sangat variatif. Dari
tahun 2006 sebesar 74,05% meningkat menjadi 78,99% tahun 2007, namun
menurun pada tahun 2008 sebesar 75,65%, sedang tahun 2009 tingkat
partisipasi angkatan kerja kembali mengalami peningkatan menjadi 79,69%,
dan turun dalam 2 tahun terakhir menjadi 76,75% dan 74,26%. Gambaran
tingkat partisipasi angkatan kerja tersebut sebagaimana pada gambar berikut:
12
Peluang Investasi 2013
Gambar A-2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja di Kabupaten Banjar Periode 2006 – 2011
Sumber: Dinas Ketenaga Kerjaan dan Transmigrasi Kabupaten Banjar
2012
Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011 tercatat jumlah kesempatan kerja dari
seluruh sektor ekonomi dapat menyerap sebesar 95,33% dari angkatan kerja
yang ada. Persentase penduduk yang bekerja di setiap lapangan usaha biasa
dipakai sebagai salah satu ukuran untuk melihat potensi sektor perekonomian
dalam menyerap tenaga kerja.
Pada tahun 2011 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Banjar secara
umum sekitar 4,67%. Jika dilihat menurut jenis kelamin, tingkat penggangguran
laki-laki lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran
perempuan. Di mana pada tahun 2011 tingkat pengangguran laki-laki hanya
sekitar 3,23% sedangkan tingkat pengangguran perempuan mencapai 6,78%.
Tabel A-8 Persentase TPAK, TKK dan TPT Kabupaten Banjar Tahun 2011
UraianJenis Kelamin
TotalLaki-laki
Perempuan
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%)
62,87 37,12 84,72
2. Tingkat Bukan Angkatan Kerja (%) 65,51 34,48 15,28
3. Tingkat Kesempatan Kerja (%) 96,77 93,22 95,33
4. Tingkat Pengangguran Terbuka (%)
3,23 6,78 4,67
Sumber: BPS Kabupaten Banjar Tahun 2012
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
13
Executive Summary 2013
A.4 Kondisi Sarana dan Prasarana
A.4.1 Transportasi Darat
Pembangunan infrastruktur jalan terus dilakukan Pemerintah Kabupaten Banjar
untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat dan mobilitas barang dari
tempat produksi ke tempat konsumen. Pembangunan jalan ini pada akhirnya
berperan juga sebagai satu salah roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Hingga saat ini, pembangunan jalan di kabupaten terus diarahkan pada
pembukaan isolasi daerah dan peningkatan kualitas jalan. Berikut data dari
Dinas Pekerjaan Umum menyangkut keadaan infrastruktur jalan di Kabupaten
Banjar:
Tabel A-10 Panjang Jalan di Kabupaten Banjar Menurut Jenis Permukaan,
Kondisi Jalan, dan Klasifikasi Tahun 2011
Panjang Jalan Menurut Jenis
Permukaan
Jenis Permukaan
NegaraPropin
siKabupate
nJumlah
(1) (2) (3) (4) (5)
Aspal 69,48 93,52 462,41 625,41
Kerikil 210,22 210,22
Tanah 54,70 70,70
Jumlah 69,48 93,52 727,33 906.33
Panjang Jalan Menurut
Kondisi Jalan
(1) (2) (3) (4) (5)
Baik 69,48 93,52 248,27 411,27
Sedang 16,00 55,69 71,69
Rusak 281,99 281,99
Rusak Berat 141,38 141,38
Jumlah 69,48 109,52 727,33 906,33
Panjang Jalan Menurut
Klasifikasi
(1) (2) (3) (4) (5)
I
II 69,48 69,48
III
III a
III b 109,52 109,52
III c 727,33 727,33
Tidak dirinci
Jumlah 69,48 109,52 727,33 906,33
Sumber: Kabupaten Dalam Angka Tahun 2012
14
Peluang Investasi 2013
A.4.2 Listrik
Seiring pertumbuhan ekonomi dan jumlah populasi penduduk di Kabupaten
Banjar maka akan selalu diikuti oleh peningkatan permintaan terhadap listrik.
Oleh karena itu, pemerintah kabupaten terus berusaha meningkatkan jumlah
pasokan listrik agar dapat melayani kebutuhan listrik masyarakat. Sebagaimana
yang terlihat pada tabel di bawah menunjukan bahwa jumlah rumah tangga
yang menggunakan energi listrik pada tahun 2006 adalah 35.556 rumah tangga,
meningkat pada tahun 2007 menjadi 36.581 rumah tangga, tahun 2008 sebesar
37.450 rumah tangga, hingga data terakhir pada tahun 2011 meningkat menjadi
41.501 rumah tangga dan daya terpasang adalah sebesar 48.496.675 VA dan
Kwh.
Tabel A-11 Distribusi Jumlah Pelanggan Listrik di Kabupaten Banjar
No TahunJumlah
Pelanggan (RT)
1 2006 35,556
2 2007 36,581
3 2008 37,450
4 2009 40,820
5 2010 39,700
6 2011 41,501
Sumber: Kabupaten Banjar dalam Angka 2007 – 2012
A.5 Kebijakan Pembangunan Daerah
A.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Banjar
Visi dan Misi Kabupaten Banjar yang menjadi landasan pembangunan jangka
menengah tahun 2009 – 2014 adalah:
VISI:
“Terwujudnya Kehidupan Masyarakat Kabupaten Banjar Yang Sejahtera Dan
Islami”.
MISI:
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
15
Executive Summary 2013
Misi pembangunan daerah Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2014 adalah sebagai
berikut:
a) Mewujudkan suasana kehidupan yang Islami sebagai modal dasar
penyelenggaraan pemerintahan pembangunan dan kegiatan
kemasyarakatan;
b) Mewujudkan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat;
c) Mewujudkan pembangunan sumber daya manusia;
d) Mewujudkan pembangunan ekonomi yang berkeadilan;
e) Memantapkan penyelenggaraan otonomi daerah menuju peningkatan
kesejahteraan rakyat.
A.5.2 Draft Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Banjar
Tahun 2013 – 2032
Tujuan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjar 2013 – 2032
adalah sebagai berikut:
“Penataan ruang Kabupaten Banjar bertujuan untuk mewujudkan tata ruang
yang aman, nyaman, produktif, efektif, efesien, terpadu, berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan, serta religius berbasis pada pengembangan potensi
unggulan daerah sebagai kawasan agropolitan, perikanan, pariwisata,
kehutanan, pertambangan, energi, melalui pengembangan sistem perkotaan,
pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan internasional
dalam rangka peningkatan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat”.
Dengan rangka pencapaian tujuan penataan ruang wilayah kabupaten, maka
rumusan kebijakan penataan ruang Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan pariwisata yang berbasis alam dan lingkungan binaan;
b) Pengembangan sektor pertanian yang dapat merangsang ke arah
berkembangnya agropolitan dan perluasan areal pertanian;
c) Pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional, dan
internasional;
d) Strategi untuk mengembangkan kawasan perikanan budidaya dan
tangkap dalam mewujudkan terbentuknya Kawasan Minapolitan;
16
Peluang Investasi 2013
e) Pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya alam
dan komoditas unggulan;
f) Strategi perlindungan dan konservasi kawasan lindung pesisir berupa
ekosistem mangrove dan pengembangan potensi perikanan pesisir;
g) Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana secara terpadu yang
berwawasan lingkungan.
Strategi penataan ruang Kabupaten Banjar adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan pariwisata yang berbasis alam dan lingkungan binaan,
meliputi:
1) Meningkatkan dan mengembangkan objek wisata religius, wisata budaya
industri, wisata alam dan agrowisata agar semakin representatif;
2) Mengembangkan seni dan budaya tradisional warisan leluhur;
3) Memberlakukan muatan lokal tentang sejarah serta budaya kerajinan
Banjar melalui pendidikan, pariwisata, penelitian dan kerjasama
pengelolaan kawasan; dan
4) Melindungi kawasan di sekitar bangunan dan kawasan yang mempunyai
nilai sejarah dan budaya.
b) Pengembangan sektor pertanian yang dapat merangsang ke arah
berkembangnya agropolitan dan perluasan areal pertanian, meliputi:
1) Mengamankan ketahanan pangan melalui peningkatan efisiensi,
produktivitas, produksi, daya saing dan nilai tambah produk pertanian
serta peningkatan kemampuan petani serta pelaku pertanian beserta
penguatan lembaga pendukungnya;
2) Mengembangkan ekonomi berbasis kerakyatan dengan memberdayakan
pengusaha kecil, menengah dan koperasi bermitra usaha dalam
kesempatan kerja dan iklim usaha yang kondusif dan terbuka;
3) Membangun industri pengolah hasil budi daya pertanian, perkebunan,
hortikultura yang diarahkan untuk ekspor dan kebutuhan dalam negeri,
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
17
Executive Summary 2013
serta kesempatan kerja dan kesempatan berusaha melalui peningkatan
teknologi yang ramah lingkungan;
4) Mempertahankan luasan pertanian lahan basah secara keseluruhan agar
tidak berkurang dan saluran irigasi tidak boleh diputus; dan
5) Meningkatkan daya saing produk pertanian melalui dorongan untuk
peningkatan pasca panen dan pengolahan hasil pertanian, peningkatan
standar mutu komoditas pertanian dan keamanan pangan.
c) Pengembangan jaringan perdagangan lokal, regional, nasional dan
internasional, meliputi:
1) Mengembangkan kawasan perdagangan sebagai pemasaran hasil
industri kerajinan dan industri pengolah hasil pertanian;
2) Meningkatkan fungsi, nilai, dan ciri khas kualitas barang yang akan
dipasarkan;
3) Mengembangkan pasar pusat komoditi untuk skala lokal, regional, dan
nasional berupa Pasar Induk di Kecamatan Simpang Empat dan
Kecamatan Gambut; dan
4) Meningkatkan, mengembangkan dan mempercepat arus pergerakan
orang, barang dan jasa melalui sistem jaringan prasarana wilayah
beserta simpul-simpulnya.
d) Strategi untuk mengembangkan kawasan perikanan budidaya dan tangkap
dalam mewujudkan terbentuknya Kawasan Minapolitan, meliputi:
1) Meningkatkan kualitas, kuantitas, efisiensi, produktivitas, produksi, daya
saing dan nilai tambah produk perikanan budidaya dengan membentuk
sentra pengolah hasil ikan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan
dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan;
2) Mengembangkan sektor unggulan di kawasan pesisir dan laut yang
diprioritaskan pada sektor yang mempunyai skenario pengembangan
optimis dan mempunyai potensi dan prospek pengembangan di masa
mendatang;
3) Memantapkan sentra-sentra perikanan tangkap dan budidaya perikanan
sebagai salah satu penunjang Kawasan Minapolitan;
18
Peluang Investasi 2013
4) Mengembangkan industri kecil dan rumah tangga berbasis minapolitan
pada sentra-sentra produksi; dan
5) Meminimalkan dampak negatif pengelolaan perikanan melalui
pelarangan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan,
pengolahan limbah hasil perikanan dan menjaga kelestarian lingkungan
perikanan.
e) Pengembangan ekonomi lokal daerah berbasis potensi sumber daya alam dan
komoditas unggulan, meliputi:
1) Menetapkan kawasan strategis kabupaten yang berfungsi meningkatkan,
memperkuat dan mengembangkan perekonomian daerah;
2) Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam
dan kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama
pengembangan wilayah;
3) Mengembangkan pusat-pusat industri yang terhubung secara terpadu
dan terintegrasi dengan daerah-daerah sumber bahan baku, sumber
produksi yang didukung dengan pengembangan sarana dan prasarana
penunjang ekonomi lainnya;
4) Mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya
dukung dan daya tampung kawasan.
f) Strategi perlindungan dan konservasi kawasan lindung pesisir berupa
ekosistem mangrove dan pengembangan potensi perikanan pesisir, meliputi:
1) Memantapkan konservasi meliputi kawasan konservasi perairan, mitigasi
bencana alam dan sempadan sungai;
2) Mengembangkan kawasan pemanfaatan umum, permukiman, perikanan
tangkap, pariwisata dan zona industri dan pengolahan hasil; dan
3) Mengamankan alur pelayaran regional dan lokal.
g) Peningkatan penyediaan prasarana dan sarana secara terpadu yang
berwawasan lingkungan, meliputi:
1) Meningkatkan kualitas jaringan eksisting, pengembangan jalan baru yang
menghubungkan dengan jaringan jalan yang mengelilingi, membagi
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
19
Executive Summary 2013
pergerakan kendaraan di pusat kota ke wilayah sekitarnya serta
pengembangan sistem terminal;
2) Membangun sistem transportasi massal yang terstruktur mulai dari
pelayanan regional, metropolitan, antar kabupaten, antar bagian wilayah
kota hingga lingkungan;
3) Mengembangkan sistem transportasi perkotaan menggunakan sistem
Transit Oriented Development (TOD) serta penyediaan Bus Rapid Transit
(BRT) yang berimplikasi pada penyediaan fasilitas bagi pejalan kaki;
4) Mengembangkan konsep pembangunan ramah lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan; dan
5) Mengembangkan energi kelistrikan, telekomunikasi dan prasarana
wilayah lainnya secara terpadu yang dapat memenuhi kebutuhan
penduduk serta aktivitas pembangunan.
B. PROFIL PEREKONOMIAN WILAYAH
B.1. Struktur Perekonomian
Identifikasi potensi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan
sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa dengan segala aspeknya.
Secara umum, struktur ekonomi menggambarkan besarnya peranan masing-
masing sektor ekonomi dalam penciptaan PDRB suatu daerah. Di samping itu,
struktur ekonomi juga dapat menggambarkan seberapa besar ketergantungan
suatu daerah terhadap suatu sektor. Kontribusi sektor ekonomi pembentuk
PDRB di Kabupaten Banjar digambarkan pada Grafik B-1:
20
Peluang Investasi 2013
Gambar B-3 Distribusi Struktur Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Banjar 2012
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2012
Besarnya dominasi sektor ekonomi yang menjadi motor penggerak
perekonomian Kabupaten Banjar tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada struktur
perekonomian regional Kabupaten Banjar seperti tercantum pada tabel berikut:
Tabel B-4 Struktur Perekonomian Kabupaten Banjar Menurut Harga Berlaku Tahun 2010 – 2012
No SektorTahun
2010 2011* 2012**
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
22,15 21,71 22,15
2 Pertambangan dan Galian 21,09 21,51 20,55
3 Industri & Pengolahan 5,75 5,72 5,78
4 Listrik dan Air Bersih 0,78 0,78 0,80
5 Bangunan dan Konstruksi 6,22 5,99 5,90
6 Perdagangan, Restoran, dan Hotel 23,47 23,70 23,99
7 Pengangkutan dan Komunikasi 5,64 5,46 5,46
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
3,99 4,09 4,90
9 Jasa-Jasa 10,91 11,05 11,29
TOTAL 100,00 100,00 100,00
*Angka Sementara; ** Angka Perkiraan
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar Tahun 2012
Kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dalam PDRB
Kabupaten Banjar yang sebelumnya selalu menempati peringkat pertama, sejak
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
21
Executive Summary 2013
2010 tergeser posisinya oleh sektor perdagangan. Pada tahun 2011, sektor
perdagangan memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 23,70% dengan
nominal sebesar Rp. 1,86 triliun. Angka ini sedikit lebih tinggi dibanding tahun
2010 yang share-nya mencapai 23,47% dengan nominal Rp. 1,63 triliun.
Sedangkan untuk tahun 2012 diperkirakan akan memberikan kontribusi sebesar
23,99% dengan nominal sebesar Rp. 2,07 triliun.
Sektor pertanian yang menempati posisi kedua dalam kontribusinya terhadap
penciptaan nilai tambah PDRB Kabupaten Banjar 2011, memberikan share
sebesar 21,71% dengan nominal Rp. 1,71 triliun. Kontribusi yang diberikan
sektor pertanian ini sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang
mencapai 22,15%. Sektor pertanian diperkirakan akan memberikan share
sebesar 22,15%.
Kontribusi terbesar ketiga terhadap total PDRB tahun 2011 masih ditempati oleh
sektor pertambangan dan penggalian yaitu sekitar 21,51% dengan sumbangan
sub-sektor pertambangan non-migas sebesar 16,12 % dan sub sektor
penggalian sekitar 5,39 %. Sektor jasa-jasa berada pada peringkat ke empat
dengan peranan sekitar 11,05%. Peranan yang paling dominan ditunjang oleh
sub-sektor pemerintahan umum yaitu 10,00%, sedangkan peranan sub-sektor
swasta berkisar 1,05% saja.
B.2. Kegiatan Perekonomian
B.2.2 Potensi Peternakan
Produksi peternakan sebagai salah satu komoditas yang memberikan
sumbangan dalam menjamin ketersediaan pangan khususnya sumber protein
hewani sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan manusia. Data
yang diperoleh dari Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten
Banjar menunjukkan bahwa populasi ternak besar meliputi: sapi, kerbau, dan
kuda mengalami penurunan. Sedangkan populasi unggas seperti: ayam
pedaging, ayam petelur, ayam buras, dan itik mengalami peningkatan.
22
Peluang Investasi 2013
Tabel B-3 Populasi Ternak di Kabupaten Banjar Periode 2007 – 2011
Jenis Ternak 2007 2008 2009 2010 2011
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Ternak Besar
Sapi 17.212 17.340 17.072 19.122 17.533
Kerbau 1.397 1.435 1.342 1.450 3.955
Kuda 578 435 192 103 44
Ternak Kecil
Kambing 10.384 10415 12.969 14.622 15.415
Domba 11 12 12 - -
Unggas
Ayam Petelur 227.254 273.000 34.3276 365.737 379.269
Ayam Pedaging3.949.9
983.789.3
886.379.54
212.053.
16413.450.506
Ayam Buras1.486.7
18837.552 652.245
1.493.583
1.557.327
Itik 384.584 204.316 244.983 286.753 305.963
Sumber: Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kabupaten Banjar
B.2.3 Potensi Perikanan
Sebagai suatu kawasan pengembangan minapolitan, Kabupaten Banjar
mempunyai sumber daya perikanan dan kelautan yang sangat potensial.
Kabupaten Banjar juga termasuk salah satu kabupaten di Kalimantan Selatan
yang mempunyai potensi perairan yang lengkap, yaitu perairan umum dan
perairan laut (kawasan pesisir). Potensi ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat
untuk kegiatan penangkapan dan budidaya. Kegiatan penangkapan yang
dilakukan masyarakat meliputi kegiatan penangkapan di perairan laut dan
perairan umum (waduk, sungai dan rawa). Sedangkan kegiatan budidaya yang
dilakukan masyarakat meliputi kegiatan budidaya kolam, jaring apung, keramba
dan tambak. Data yang berasal dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Banjar mengenai produksi penangkapan ikan dan nilainya dapat dilihat pada
tabel berikut:
B-4 Perkembangan Produksi Perikanan Kabupaten Banjar Tahun 2006-2011
Usaha PerikananProduksi (Ton)
2006 2007 2008 2009 2010 2011
PERIKANAN BUDIDAYA 3,875.5 9,591.8 12,498.1 13,385.5
32,688
39,689
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
23
Executive Summary 2013
Tambak 6.3 6.5 8.5 11.6 31.4 101.25
Kolam 2,419 6,897.5 8,962 9,012.1 24,692
25,092.23
Karamba 1,115.4 505 678.5 1,153 4,695 7,952.97
Jaring Apung 321.2 2,189.3 2,846 3,208.8 3,031 6,542.55
Mina Padi 13.6 9.4 11.6 0 0
PERIKANAN TANGKAP 17,035.8
18,095.37 18,095.37 19,598 1,1451
10,329.46
Perairan Laut 7,048.4 8,105.65 8,105.65 14,213 6,732 7,547.46
Perairan Umum 9,987.4 9,989.72 9,989.72 5,385 4,719 2,782
Total 20,911.3
27,687.17 30,593.47 32,983.5
44,139
50,018.46
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar
Dari tabel di atas, terlihat bahwa untuk budidaya ikan air tawar mengalami
kenaikan secara signifikan yaitu ±200,80%, hal ini disebabkan oleh
meningkatnya minat masyarakat untuk melakukan budidaya ikan, penempatan
program dana penguatan modal (DPM) secara bergulir yang langsung diterima
oleh pembudidaya ikan di jala apung, karamba, dan kolam mulai sejak tahun
2002. Peningkatan yang signifikan terjadi pada sistem budidaya kolam yang
antara lain dilaksanakan di sepanjang pinggiran saluran irigasi Riam Kanan.
Sedangkan Produksi Perikanan Budidaya terbanyak adalah dari komoditas Ikan
Patin dan Ikan Nila dengan total produksi 37,348 ton pada tahun 2011 dengan
nilai rupiah mencapai Rp. 568,910,626.
Tabel B-5 Produksi Perikanan Budidaya Menurut Jenis Ikan Kabupaten Banjar
Tahun 2011
Jenis IkanProduksi (Ton)
Tambak KolamKaramb
aJaring Apung
Jumlah
Nila13,185.8
56,027.04 6,542.55
25,755.44
Patin11,593.9
611,593.9
6
Bawal Tawar 312.42 312.42
Mas 1,925.93 1,959.93
Bandeng 101.25 101.25
Jumlah 101.2525,092.2
37,952.97 6,542.55
39,689.00
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Banjar
B.2.3Potensi Pariwisata
24
Peluang Investasi 2013
Kabupaten Banjar memiliki potensi wisata yang cukup beragam, setidaknya
terdapat 6 kategori wisata yang cukup berkembang, seperti wisata religius,
wisata alam, wisata sejarah, wisata buatan, cagar budaya serta kerajinan
tradisional yang dapat menjadi daya tarik bagi para wisatawan lokal, nasional
maupun macanegara. Data objek wisata andalan yang terdapat di Kabupaten
Banjar:
Pasar Terapung Lok Baintan
Pasar Terapung Lok Baintan yang terletak di Kecamatan Sungai Tabuk,
Kabupaten Banjar. Pelaku pasarnya berasal dari Desa Pemangkuan Sungai
Tapang, Lok Baintan, dan Sungai Tabuk sendiri. Pasar tersebut dimulai selepas
subuh (jam 5.30) hingga pukul 10 pagi. Para pedagang
menggunakan topi yang disebut Tanggui (topi besar dari
daun rumbia buatan khas Kalimantan Selatan). Karena
transaksinya sambil melaju, pasar terapung semakin
siang semakin jauh ke hilir.
Danau Riam kanan
Danau Riam Kanan merupakan bagian dari Taman
Hutan Raya Sultan Adam yang berlokasi di Desa Aranio, Kecamatan Aranio.
Berjarak sekitar 65 km dari Kota Banjarmasin. Berupa Danau seluas 8000 hektar
dengan fungsi utama sebagai PLTA satu-satunya di provinsi Kalimantan Selatan
dan berperan penting sebagai pengatur tata air,
mencegah erosi dan banjir. Sebagai objek wisata alam,
danau ini memiliki bentar alam yang menarik dengan
panorama danau, lembah dan bukit di sekelilingnya
serta untuk kegiatan olaharaga air. Pegunungan
Meratus yang indah dan hijau mengelilingi Danau Riam
Kanan.
Lembah Kahung
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
25
Executive Summary 2013
Lembah Kahung yang merupakan bagian dari Pegunungan Meratus Kalsel
selama ini masih mengandung segudang misteri, lantaran jarang dijangkau
manusia. Untuk menuju ke Lembah Kahung, ditempuh delapan jam perjalanan
dari Martapura. Untuk menuju ke sini, di perjalanan dengan kelotok (perahu
bermotor) selama 1,5 jam anda sudah disuguhi beningnya Bendungan Riam
Kanan yang di kanan-kirinya dipagari gunung-gunung (rentetan Pegunungan
Meratus) yang menjulang biru maupun pulau-pulau kecil nan bertebaran di sana-
sini.
26
Peluang Investasi 2013
C. PELUANG INVESTASI
C.1 Sektor Unggulan
Berdasarkan hasil perhitungan LQ Kabupaten Banjar terhadap Provinsi Kalimantan
Selatan, bahwa sektor unggulan adalah keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
(2,23) diikuti dengan sektor perdagangan, restoran & hotel (1,51), pengangkutan &
komunikasi (1,39), listrik, gas, dan air minum (1,27), beserta pertanian, peternakan,
kehutanan & perikanan (1,15). Sektor-sektor tersebut memiliki LQ > 1 yang
merupakan syarat utama menjadi sektor unggulan.
Tabel C-1 Perhitungan LQ Terhadap PDRB Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Banjar Tahun 2011
Sektor Ekonomi
Nilai PDRB (Juta Rupiah)
LQKab.
Banjar
Prov.
Kalimantan
Selatan
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan
Perikanan
928.595 7.534.324.55 1,15
2. Pertambangan dan Galian 606.224 7.256.241.35 0,77
3. Industri dan Pengolahan 235.151 3.351.184.86 0,65
4. Listrik, Gas, dan Air Minum 22.676 166.337.95 1,27
5. Bangunan dan Konstruksi 220.850 1.838.543.18 0,11
6. Perdagangan, Restoran, dan Hotel 834.441 5.129.508.89 1,51
7. Pengangkutan dan Komunikasi 429.532 2.872.516.05 1,39
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 322.039 1.342.551.05 2,23
9. Jasa-Jasa 869.360 3.061.388.96 0,26
PDRB 4.468.86
8
32.552.596.84 1
Sumber: Kabupaten Banjar Dalam Angka 2012, Provinsi Kalimantan Dalam Angka 2012,
dan Hasil Analisis 2013
C.2 Laju Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang berhasil
diciptakan pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB tahun sebelumnya.
Nilai PDRB yang dibandingkan untuk melihat pertumbuhan adalah nilai PDRB atas
dasar harga konstan.
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
27
Executive Summary 2013
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar periode 2010 – 2012, secara umum semua
sektor tumbuh positif yaitu berkisar antara 1,75% sampai 8,85%, kecuali sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang tumbuh negatif di tahun 2010.
Secara lebih rinci, data mengenai pertumbuhan ini dapat dilihat pada Tabel C-2.
Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar mencapai 6,20%. Dari
sembilan sektor, ada lima sektor yang pertumbuhannya berada di atas
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Banjar, yaitu: sektor listrik dan air bersih;
perdagangan, restoran dan hotel, pengangkutan dan komunikasi, keuangan,
persewaan, jasa perusahaan, dan sektor jas-jasa.
Tabel C-5 Laju Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Kabupaten Banjar Tahun 2009 – 2011
No SektorTahun
2010 2011 2012
1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 4,73 4,81 6,29
2 Pertambangan dan Galian 1,75 5,83 4,45
3 Industri dan Pengolahan 6,43 5,34 5,08
4 Listrik dan Air Bersih 6,53 6,26 6,18
5 Bangunan dan Konstruksi 6,50 5,39 5,84
6 Perdagangan, Restoran, dan Hotel 4,88 7,09 7,45
7 Pengangkutan dan Komunikasi 7,87 6,33 4,64
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan -2,23 8,11 6,37
9 Jasa-Jasa 8,69 8,64 8,85
PDRB tanpa pertambangan 5,45 6,35 6,61
PDRB dengan pertambangan 4,72 6,20 6,32
Sumber: PDRB Kabupaten Banjar 2012
C.3 Peluang Investasi Industri Pengolahan Ikan Patin
Kabupaten Banjar dipilih sebagai Kawasan Minapolitan karena kawasan ini memiliki
akses entry point dari semua penjuru, berdekatan langsung dengan pelabuhan
udara dan laut, serta berdekatan dengan Jalur Trans Kalimantan. Pengembangan
minapolitan di Kalimantan Selatan dilakukan di Kabupaten Banjar yang memiliki
potensi dengan 3 sungai utama yaitu: Sungai Martapura, Sungai Riam Kanan, dan
Sungai Riam Kiri. Luas areal budidaya yang dapat dimanfaatkan di Sungai
Martapura sekitar 427.133 ha, di Sungai Riam Kanan seluas 161.132 ha, dan di
28
Peluang Investasi 2013
Sungai Riam Kiri luas seluas 191.132 ha. Selain sungai, juga terdapat Waduk Riam
Kanan seluas 9.200 ha dan Waduk Mandikapau seluas 530 ha.
Kawasan Minapolitan
Cindai Alus merupakan Kawasan Minapolitan patin yang meliputi Kecamatan
Martapura Kota dan Kecamatan Martapura Barat. Sedangkan Kawasan Riam Kanan
merupakan kawasan perikanan budidaya air tawar yang meliputi Kecamatan Aranio
dan Kecamatan Karang Intan dengan komoditas unggulan budidaya Ikan Nila dan
Ikan Mas.
C.3.1 Peluang Pasar
Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar merupakan
pasar potensial untuk produk perikanan. Apalagi fakta saat ini menunjukkan
konsumsi ikan per-kapita Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan
konsumsi penduduk negara berkembang lainnya. Sebagai perbandingan tingkat
konsumsi ikan per-kapita masyarakat Indonesia tahun 2008 tercatat 28
Kg/kapita/tahun, tahun 2009 meningkat menjadi 29,08 kg/kapita/tahun, tahun 2010
meningkat menjadi 30.47 kg/kapita/tahun, dan tahun 2011 menurut Kementerian
Kelautan Indonesia berada di angka 31,5 kg/kapita/tahun. Namun peningkatan yang
terjadi per-tahun ini masih kalah jauh dengan Malaysia 55,4 kg/kapita/tahun. Hanya
saja yang menjanjikan adalah pertumbuhan rata-rata jumlah konsumsi ikan di
Indonesia naik 16,7% per-tahun. Jauh di atas Malaysia yang hanya naik 1,26% per-
tahunnya. Meningkatnya konsumsi ikan dari tahun ke tahun menjadi salah satu
indikator bahwa kebutuhan masyarakat terhadap kesediaan ikan terus
mengalami peningkatan, terlebih lagi melihat program “Gemar Makan Ikan” dari
Kementerian Kelautan RI akan semakin membuat naik angka konsumsi terhadap
ikan.
Selain itu, perkembangan konsumsi ikan masyarakat di Kabupaten Banjar tahun
2001 – 2010 mengalami kenaikan, dengan tingkat konsumsi 166.505,86 ton/tahun.
Sementara perkembangan produksi perikanan (penangkapan dan budidaya
perikanan) Kabupaten Banjar tahun 2001 – 2010 juga mengalami kenaikan, tetapi
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
29
Executive Summary 2013
produksinya baru mencapai 24.127,69 ton/tahun. Dengan demikian, peningkatan
produksi perikanan, terutama dari budidaya perikanan sebagai kegiatan usaha
perikanan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan daerah,
masih memiliki peluang pasar yang cukup besar.
C.3.2 Bahan Baku
Keempat kecamatan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan memiliki
volume produksi budidaya yang sangat tinggi dibanding kecamatan lainnya.
Sebagai gambaran, produksi budidaya di Karang Intan mencapai 4.018 ton atau
30% dari total produksi budidaya Kabupaten Banjar, Kota Martapura 3.465 ton
(25,9%), Martapura Barat 2.769 ton (20,7%), dan Aranio 2.382 ton (17,8%) (lihat
Grafik 2). Secara total, produksi Ikan Patin memberi kontribusi sekitar 46,5%
terhadap total produksi budidaya, sedangkan Ikan Nila memberi kontribusi lebih
dari 26,8%. Jika dicermati lebih lanjut per-wilayah minapolitan, produksi Ikan Patin
di Kota Martapura dan Martapura Barat sangat dominan dibandingkan dengan
komoditas budidaya lainnya. Kontribusi Ikan Patin mencapai 77,8% untuk Kota
Martapura dan 63,5% untuk Martapura Barat.
Demikian pula untuk Kecamatan Karang Intan dan Aranio, yang ditetapkan sebagai
wilayah minapolitan Ikan Nila, memiliki produksi Ikan Nila yang cukup dominan
dibanding komoditas budidaya lainnya. Kontribusi produksi Ikan Nila terhadap total
produksi budidaya mencapai 47,6% untuk Kecamatan Aranio dan 31,7% untuk
Kecamatan Karang Intan. (lihat Grafik 3). Jumlah rumah tangga budidaya mencapai
1.154 orang. Sedangkan jumlah kelompok pembudidaya secara keseluruhan
berjumlah 41 kelompok yang terdiri dari Karang Intan 17 kelompok, Martapura
Barat 5 kelompok, Martapura Kota 7 kelompok, Sungai Tabuk 2 kelompok, Aranio 8
kelompok, dan Kertak Hanyar 2 kelompok.
C.3.3 Lahan/lokasi
Melihat sebagian besar kawasan di Kabupaten Banjar adalah daratan maka
pengembangan usaha perikanan budidaya merupakan usaha yang telah lama
menopang pengembangan ekonomi di kabupaten Banjar. Pengembangan budidaya
30
Peluang Investasi 2013
air tawar banyak dilakukan di tambak, waduk, jaring apung, mina padi, keramba
dengan komoditas unggulan adalah Ikan Patin.
Kawasan pengembangan minapolitan diharapkan memenuhi beberapa aspek
penunjang lainnya, seperti:
1. Berada di suatu kawasan lahan basah yang telah memiliki saluran irigasi
teknis (adanya saluran irigasi yang membentang sepanjang 40 km dari
Waduk Riam Kanan ke Desa Sungai Tabuk di mana pasokan air irigasi
tersebut relatif stabil).
2. Berada di tengah-tengah pengembangan kawasan metropolitan Banjarmasin
dan kawasan pengembangan lainnya,
3. Berdekatan dengan Pelabuhan Udara Syamsodin Noor, Pelabuhan Laut
Trisakti, dan rencana terminal regional,
4. Berdekatan langsung dengan Jalur Trans Kalimantan dan Jalan Lingkar Utara
Kota Banjar Baru,
5. SDM dan kelembagaan cukup tersedia, yaitu lokasi dekat dengan Diskanlut
Propinsi, Balai Benih Ikan Air Tawar (BBAT), dan Fakultas Perikanan UNLAM
Banjar Baru.
6. Kualitas air yang relatif stabil dan baik yaitu dengan kondisi keasaman 7,5 ph
serta tidak adanya kandungan pencemaran yang membahayakan pasokan
kualitas air.
Oleh karena itu, Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Banjar
berdasarkan surat keputusan Bupati Nomor 241 Tahun 2008 adalah berada pada
kawasan perikanan budidaya Riam Kanan dan Kawasan Cindai Alus dengan luas
potensi yang dapat dikembangkan kurang lebih 1.671 ha.
C.3.4 Kelayakan Investasi
Dalam menghitung kelayakan investasi digunakan beberapa assumsi, seperti
kapasitas produksi. Kapasitas produksi yang dapat dibangun, sebenarnya jauh di
atas asumsi perhitungan kelayakan investasi (150.000 kg/tahun) mengingat
pasokan sumber bahan baku yang melimpah di Kabupaten Banjar. Sehingga
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
31
Executive Summary 2013
peluang pembanguan industri pengolahan Ikan Patin menjadi fillet sangat terbuka
bagi banyak investor.
Berikut adalah asumsi yang dipergunakan:
1. Umur proyek 5 tahun
2. Kapasitas produksi 150.000 kg/ tahun
3. Margin keuntungan 35%
4. Harga Jual 19.300/kg
A. Biaya Investasi:
Biaya investasi digunakan untuk keperluan pembelian tanah dan perijinannya,
pembangunan gedung dan bangunan lainnya, penyediaan peralatan dan
perlengkapan untuk proses produksi, alat transportasi, fasilitas kantor, serta
biaya pra-operasi.
1. Pengadaan lahan dan bangunan 1000 m2
2. Pengadaan mesin dan peralatan serta fasilitas kantor
3. Biaya pra-operasional
B. Biaya Operasional terdiri dari:
1. Biaya Tetap (Tahunan)
2. Biaya Variabel (Tahunan)
Dana investasi yang dibutuhkan untuk mendirikan industri ini adalah Rp. 2.8 Milyar.
Modal kerja awal untuk tiga bulan produksi adalah Rp. 450.113.137,50.
Dari hasil perhitungan analisa kelayakan investasi diperoleh nilai sebagai
berikut:
Kriteria Investasi Nilai
NPV 219.008.659,99Net B/C 1.24
IRR 27.02 %PBP 1.87 tahun
32
Peluang Investasi 2013
Pemetaan Potensi dan Peluang Investasi DaerahBadan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia
33