10
PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PARU Gejala umum yang perlu diperhatikan : Nyeri dada Sesak nafas Mengi Batuk Sputum mengandung darah (hemoptisis) 1. INSPEKSI 1. Bentuk dada Normal : diameter Anterior Posterior transversal = 1:2 Pigeont Chest / dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior Posterior > transversal Barrel Chest / dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1 Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam 1. Ekspansi : simestris / tidak 2. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut 3. Frekuensi pernafasan : 16 18 x/menit 18 20 x/menit >20x/menit : tachypnea <16x/menit : bradipnea Apnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik) 1. Ritme pernafasan Eupnea : irama normal Kusmaul : cepat dan dalam Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf) Cheyne stoke : bertahap dangkal lebih cepat dan dalam lambat apnea (kerusakan saraf) 1. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas 2. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring 3. Suara batuk : produktif / tidak 4. PALPASI 1. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga 2. Kesimetrisan ekspansi dada Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar Bisa pada anterior, sisi dan posterior Anjurkan tarik nafas Amati : normal bila gerakan tangan simetris 1. Taktil fremitus Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada -anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam -rasakan getaran Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks -lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang) 1. PERKUSI Suara perkusi o Paru normal : sonor/resonan o Pneumothoraks : hipersonor o Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar o Daerah yang berongga : tympani o Batas organ Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS 7/8 (Paru-lambung) Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati) Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru -Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru

124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

  • Upload
    kurbul

  • View
    53

  • Download
    5

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PARU

Gejala umum yang perlu diperhatikan :

Nyeri dada

Sesak nafas

Mengi

Batuk

Sputum mengandung darah (hemoptisis) 1. INSPEKSI

1. Bentuk dada

Normal : diameter Anterior Posterior – transversal = 1:2

Pigeont Chest / dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior Posterior >

transversal

Barrel Chest / dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1

Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam

1. Ekspansi : simestris / tidak

2. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut

3. Frekuensi pernafasan : 16 – 18 x/menit

18 – 20 x/menit

>20x/menit : tachypnea

<16x/menit : bradipnea

Apnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik)

1. Ritme pernafasan

Eupnea : irama normal

Kusmaul : cepat dan dalam

Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal

Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf)

Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan saraf)

1. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas

2. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring

3. Suara batuk : produktif / tidak

4. PALPASI

1. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga

2. Kesimetrisan ekspansi dada

Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar

Bisa pada anterior, sisi dan posterior

Anjurkan tarik nafas

Amati : normal bila gerakan tangan simetris

1. Taktil fremitus

Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada

-anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam

-rasakan getaran

Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks

-lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan, depan,belakang)

1. PERKUSI

Suara perkusi

o Paru normal : sonor/resonan

o Pneumothoraks : hipersonor

o Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/datar

o Daerah yang berongga : tympani

o Batas organ

Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS

7/8 (Paru-lambung)

Sisi dada kanan : ICS 4/5 (paru-Hati)

Dinding posterior :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru

-Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah paru

Page 2: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

1. AUSKULTASI

Suara / bunyi nafas vesikuler

o Terdengar disemua lapang paru normal

o Bersifat halus, nada rendah

o Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi

o Bronchovesikuler

Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula

Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler

Inspirasi sama dengan ekspirasi

Bronchial

Terdengar di atas manubarium,

Bersifat kasar, nada tinggi

Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi

Suara ucapan

Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2

secara berisik sesudah inspirasi

Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil

mendengarkan secara sistematik disemua lapang paru dengan

menggunakan stetoskop

Bandingkan bagian kiri dan kanan

Suara tambahan

o Ronchi (ronchi kering)

Suara yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran pernafasan karena penyempitan

: ada sekret kental/lengket

Rales (ronchi basah)

Suara yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan dan terdengar pada saat inspirasi

Wheezes – wheezing

Suara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyempitan sehingga ekspirasi dan inspirasi

terganggu, sangat jelas terdengar saat ekspirasi

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG

Gejala umum yang perlu diperhatikan :

Nyeri dada

Palpitasi

Napas pendek, dispnea, ortopnea,

Edema

1. 1. INSPEKSI Ø Bentuk dada

o Normal : simetris

o Menonjol : pembesaran jantung, efusi pleura, tumor

o Ø Denyut jantung

Kekuatan denyutan : amati Apeks atau PMI (ICS 5 Midklavikula kiri)

Denyutan susah nampak bila payudara besar, dinding torak tebal, gemuk

1. 2. PALPASI Denyut apeks ( letak dan kekuatan ), meningkat bila curah jantung besar, hipertrofi jantung

1. 3. PERKUSI untuk menegtahui ukuran bentuk jantung secara kasar (foto rontgen), lokasi jantung akan terdengar

redup

1. 4. AUSKULTASI Ø BJ I (S1) : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB

Ø BJ II (S2) : penutupan katub Aorta dan Pulmonal = DUB

Jarak S1 – S2 : 1 detik atau kurang, S1 lebih keras dari S2 Ø Tempat mendengarkan BJ :

o Mitral : linea midklavikula kiri ICS 5

Page 3: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

o Trikuspidalis : linea sternal kiri ICS 4

o Aorta : linea sternal kanan ICS 2

o Pulmonalis : linea sternal kiri ICS 2

o Ø BJ Tambahan

o Murmur :getaran yang terjadi dalam jantung atau pembuluh darah besar yang

diakibatkan oleh bertambahnya turbulensi darah / cairan

o BJ3 &BJ4 Berikut Lima Langkah Sederhana Pemeriksaan Payudara ‘Sendiri’ beserta Gambar cara

pemeriksaan payudara:

Langkah 1: Mulailah dengan melihat payudara anda di cermin dengan bahu lurus dan lengan di

pinggang.

Inilah yang mesti dicari:

* Apakah payudara anda memiliki ukuran, bentuk, dan warna seperti biasanya, kita harus curiga

apabila payudara memiliki besar yang tidak sama atau asimetris

* Penampakan payudara rata tanpa terlihat bengkak.

Jika Anda melihat perubahan berikut, bawalah ke dokter untuk diperiksa:

* Dimpling (permukaan tertarik/cekung), puckering (kerutan), atau bengkak pada kulit

* Puting susu berubah posisi atau tertarik (terdorong dan tertarik ke dalam)

* Kemerahan, rasa nyeri, ruam, atau pembengkakan.

Langkah 2: Angkat lengan dan cari perubahan yang sama.

Langkah 3: Ketika di depan cermin cari tanda-tanda apapun cairan yang keluar/berasal dari salah

satu atau kedua putting susu (ini bisa jadi cairan seperti susu, kuning atau darah).

Langkah 4: Selanjutnya, periksa payudara anda sementara berbaring, gunakan tangan kanan untuk

memeriksa payudara kiri dan gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.

Palpasi dilakukan dengan perlahan, sentuhan lembut dengan ujung jari tangan secara bersamaan.

Lakukan melingkar setiap bagian payudara.

Tekan seluruh payudara dari atas ke bawah, dari satu sisi ke sisi lain – dari bagian atas ke arah perut,

dan dari ketiak ke tengah.

Mengikuti pola tersebut. Anda dapat mulai memeriksa puting susu, bergerak ke bagian yang lebih

besar dan lebih besar hingga mencapai tepi luar dari payudara. Anda juga dapat memindahkan jari-jari

anda secara vertikal ke atas dan ke bawah. Pastikan untuk merasakan semua jaringan dari depan

sampai belakang payudara: untuk kulit dan jaringan di bawahnya, gunakan tekanan ringan. Sedangkan

untuk jaringan yang lebih dalam gunakan tekanan yang kuat.

Langkah 5: Rasakan payudara anda sambil berdiri atau duduk. Banyak wanita yang menemukan cara

yang mudah untuk memeriksa payudara mereka yaitu ketika kulit mereka basah dan licin dengan

melakukan langkah ini di shower (sementara mandi). Menekan seluruh payudara melakukan gerakan

tangan yang sama seperti dijelaskan pada Langkah 4.

Page 4: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Pemeriksaan Fisik Abdomen

Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan abdomen pada pasien.

Pemeriksaan fisik abdomen prosedurnya diawali. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan

tujuan pemeriksaan. Penderita dipersiklahkan untuk membuka baju seperlunya dan meminta berbaring

dengan posisi pemeriksa disebelah kanan pasien. Penderita dibuat rileks dengan menekuk lutut dan

mengajak berbicara. Penderita diminta untuk memberikan respon terhadap pemeriksaan (rasa sakit)

dll.

Prinsip pemeriksaan abdomen yakni: Inspeksi-Auskultasi-Perkusi-Palpasi. Inspeksi dengan posisi

berdiri (kulit tidak tampak vena melebar (melebar sindroma Cushing/ Cirhosiss hepatis), umbilikus

tidak hernia, contour abdimen datar (membelendung kantung kencing penuh/hamil belendung

ascites), dinding abdomen simetri. Perut kembung menandakan adanya gangguan intraluminal. Pasien

diminta bernafas lalu inspeksi tidak tampak adanya pembesaran organ atau masa. Inspeksi juga

dilakukan terhadap peristaltik dengan membungkuk atau duduk.

Auskultasi dilanjutkan dengan diafragma stetoskop adanya bising usus (normalnya 5-12 kali/menit),

juga di epigastrium mendengar suara aorta (gangguan pada aneurisma aorta), pada arteri inguinal

tidak ada bising. Bising usus bisa disertai bising tambahan yakni borborygmi/suara panjang atau

metalic sound (klinkend, oleh adanya resonansi akibat obstruksi).

Perkusi dilakukan sebagai orientasi pada keempat kuadran abdomen dominan suara timpani (ada

feses/ cairan redup), di kandung kemih (timpani/redup). Perkusi dilakukan pada dada bagian bawah

antara paru dan arkus costa (suara redup dikanan karena ada hepar, suara timpani di kiri karena

adanya fleksura splenikus kolon) kalo keduanya redup asites (ditandai). Normalnya suara hepar

adalah pekak karena adanya tekanan intrabdominal yang hampir negatif yang mengakibatkan organ

menempel pada perioteneum, sehingga bila ada udara pekaknya menghilang.

Palpasi superficial dilakukan untuk melihat ada ketegangan otot, nyeri tekan lepas atau tidak

(prinsipnya dilakukan pada area yang diduga tidak nyeri/normal dulu), masa dengan ujung jari

bersamaan dengan lembut semua kuadran. Nyeri pada abdomen ada yang sifatnya visceral (hilang

timbul, tidak bisa ditunjuk dengan jelas), ada yang somatik (bisa ditunjuk dengan jelas). Kelainan

pada dinding ditandai dengan hilangnya nyeri apabila ada ketegangan perut jika masih nyeri berarti

ada kelainan dari dalam dinding perut.

Palpasi adanya masa, dilihat konsistensinya apakah padat keras (seperti tulang), padat kenyal (seperti

meraba hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan telunjuk), atau kista (ditekan mudah

berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan). Adanya tumor pada abdomen diperkirakan dari 9

regio anatominya. Ukuran massa ditentukan dengan pasti yakni dengan meteran/jangka sorong

mengenai panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita).

Pada palpasi selain memikirkan organ didalam, dipikirkan pula pembuluh darah di abdomen.

Abdomen ditekan kuat-kuat bagian atas sedikit ke sebelah kiri untuk merasakan pulsasi aorta (tumor

abdomen bisa keliru dengan aneurisma aorta). Aneurisma aorta ditandai ada pulsasi ke segala arah

sedangkan tumor hanya pada 1 arah. Palpasi organ intraperitoneal sifatnya mobile, sedangkan organ

retroperitoneal sifatnya fixed (seperti ginjal yang kalau ternyata mobile pada wandering kidney).

Untuk pemeriksaan ascites abdomen prosedur tambahannya: (1) Melakukan perkusi dengan Tes suara

redup berpindah: Setelah menandai batas suara timpani dan redup, minta penderita miring ke salah

satu sisi tubuh dilakukan perkusi lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah); (2) Melakukan palpasi

dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada midline abdomennya (kanan kiri).

Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan yang lain,

adanya getaran yang diteruskan cairan asites.

Untuk pemeriksaan hepar prosedur tambahannya yaitu dengan perkusi batas bawah hepar: Mulai dari

Page 5: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

bawah umbilikus di mcl kanan perkusi dari bawah ke atas sampai suara redup (tidak ada pergeseran

ke bawah/ Obstruksi paru kronik). Dilanjutkan perkusi batas atas hepar: daerah paru ke bawah sampai

suara redup. Tinggi antara daerah redup (tidak ada pembesaran hepar) diukur.

Palpasi hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri dibelang penderita menyangga costa ke-11/12

sejajar, minta penderita rileks. Hepar didorong ke depan, diraba dari depan dengan tangan kanan

(bimanual palpasi). Tangan kanan ditempatkan pada lateral otot rektus kanan, jari di batas bawah

hepar dan tekan lembut ke arah atas. Pasien diminta bernafas dalam sehingga terasa sentuhan hepar

bergerak ke bawah (tangan dikendorkan agar hepar meluncur dibawah jari sehingga meraba

permukaan yang lunak tidak berbenjol, tepi tegas/tajam, tidak ada pembesaran).

Untuk pemeriksaan lien prosedur tambahannya dengan perkusi daerah ics terbawa di linea axillaris

anterior kiri (timpani). Pasien diminta menarik nafas panjang lakukan perkusi lagi (kalau redup berarti

pembesaran limfe atau bisa normal false positive splenic percussion sign). Perkusi dilakukan pada

daerah redup dari berbagai arah (redup meluas berarti pembesaran limpa) perlu dilakukan palpasi

untuk memastikan

Palpasi lien dilakukan dengan meletakkan tangan kiri menyangga dan mengangkat costa bagian

bawah kiri sebelah penderita. Tangan kanan diletakkan di bawah arcus aorta kemudian tekan ke arah

lien. Penderita diminta bernafas dalam-dalam merasakan lien dengan ujung jari (lien membesar atau

tidak). Pemeriksaan (palpasi dan perkusi) diulangi pada posisi pasien miring ke kanan dengan tungkai

paha dan lutut flexi agar lien mudah teraba. Jarak letak lien diperkirakan dengan costa kiri terbawah

Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan palpasi Ginjal Kanan:

Posisi di sebelah kanan pasien. Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12,

ujung cari menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan). Tangan kanan

diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas

dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap

ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan ga). Pasien diminta membuang nafas dan

berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi.

Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk

menyangga dan mengangkat dari belakan. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri

atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri

dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang

teraba)

Untuk pemeriksaan ketok ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan penderita untuk

duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di belakang penderita. Satu tangan

diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul

dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan). Satu tangan diletakkan pada sudut

kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar

dengan kepalan tangan (ginjal kiri). Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap

pemeriksaan bila ada rasa sakit.

Pemeriksaan abdomen dapat diakhiri dengan colok dubur (sifatnya kurang menyenangkan sehingga

ditaruh paling akhir). Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dalam posisi miring (symposisi),

lithotomi, maupun knee-chest. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan satu tangan maupun dua tangan

(bimanual, satu tangannya di atas pelvis). Colok dubur perlu hati-hati karena sifat anus yang sensitif,

mudah kontraksi. Oleh karena itu colok dubur dilakukan serileks mungkin menggunakan lubrikasi.

Sebaiknya penderita kencing terlebih dahulu. Pada posisi lithotomi diagnosis letak kelainan

menggunakan posisi jam yakni jam 3 sebelah kanan, jam 9 sebelah kiri, jam 6 ke arah sacrum dan jam

12 ke arah pubis.

Page 6: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

A. Prosedur Pemeriksaan Fisik Persarafan

1. Persiapan

- Siapkan peralatan yang diperlukan: a. Refleks hammer

b. Garputala

c. Kapas dan lidi

d. Penlight atau senter kecil

e. Opthalmoskop

f. Jarum steril

g. Spatel tongue

h. 2 tabung berisi air hangat dan air dingin

i. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh

j. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfum

k. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka

l. Baju periksa

m. Sarung tangan

- Cuci tangan

- Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien

- Pastikan ruang periksa hangat dan cukup penerangan

2. Langkah-langkah Pemeriksaan

- Status mental: atur posisi klien, Observasi kebersihan klien, cara berpakaian, postur tubuh,

bahasa tubuh, cara berjalan, expresi wajah, kemampuan berbicara, dan kemampuan untuk

mengikuti petunjuk. Kemampuan berbicara klien meliputi: kecepatan, kemampuan

mengucapkan kata-kata yang keras-lembut, jelaas, dan benar. Kaji pula kemampuan

pemilihan kata-kata, kemampuan dan kemudahan merespon pertanyaan.

- Tingkat Kesadaran klien: dikaji menggunakan Glasgow koma skale

a. Respon membuka mata:

# Spontan………………………..4

# Terhadap stimulus verbal……...3

# Terhadap stimulus nyeri………2

# Tidak ada respon………………1

Respon motorik terbaik:

# Mengikuti perintah……………6

# Dapat melokalisasi nyeri………5

# Fleksi (menarik)……………….4

# Fleksi abnormal……………….3

# Extensi………………………..2

# Tidak ada respon……………..1

b. Respon Verbal:

# Orientasi waktu, tempat, dan orang baik…………………..5

# Berbicara dengan bingung………………………………...4

# Berkata-kata dengan tidak jelas…………………………...3

# Berguman………………………………………………....2

# Tidak ada respon………………………………………… 1

Jika klien menggunakan ETT atau tracheostomi maka tulis E untuk ETT dan T untuk

tracheostomy.

c. Tanyakan waktu, tanggal, tempat, dan alas an berkunjung ke rumah sakit

d. Tanyakan nama klien, nama anggota keluarga, tanggal lahir, riwayat pekerjaan untuk

mengkaji memori klien

e. Kaji kemampuan berhitung klien dari yang mudah dan meningkat ke yang lebih sulit secara

bertahap, sesuaikan dengan tingkat pendidikan, tahap perkembangan , dan tingkat

intelektualitas klien.

f. Kaji kemampuan klien berpikir abstrak

Page 7: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

- Pemeriksaan saraf kranial

a. N I Olfactorius

Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan pemeriksaan

dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata

tertutup klien diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.

b. N II Optikus

Catat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa ketajaman

dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh.

Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta untuk menutup

sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan mata yang berlawanan dengan

mata klien. Gunakan benda yang berasal dari arah luar klien dank lien diminta ,mengucapkan ya

bila pertama melihat benda tersebut. Ulangi pemeriksaan yang sama dengan mata yang

sebelahnya. Ukur berapa derajat kemampuan klien saat pertama kali melihat objek. Gunakan

opthalmoskop untuk melihat fundus dan optic disk (warna dan bentuk)

c. N III , N IV, dan N VI (occulomotorius, trochlear, dan abducen):

Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan ptosis kelopak

mata

Pada pu[il diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupil

Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi cardinal) yaitu lateral,

lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk

pemeriksa dengan bolamatanya

d. N V Trigeminus

Fungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal

dengan mengguanakan kapas. Minta klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan, lakukan

kanan dan kiri.

Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah

tadi dan minta membedakan benda tajam dan tumpul.

Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapat dilakukan diketiga area wajah tersebut.

Minta klien menyebutkan area mana yang merasakan sentuhan. Jangan lupa mata klien ditutup

sebelum pemeriksaan.

Dengan rasa getar dapat pukla dilakukan dengan menggunakan garputala yang digetarkan dan

disentuhkan ke ketiga daerah wajah tadi dan minta klien mengatakan getaran tersebut terasa atau

tidak

Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klien melihat lurus ke depan, dekatkan

gulungan kapas kecil dari samping kea rah mata dan lihat refleks menutup mata.

Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa otot maseter dan

temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien melakukan gerakan mengunyah

dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.

e. N VII Facialis:

Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung lidah, minta

klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam

Fungsi mootorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua al;is berbarengan,

menggembungkan pipi. Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas dan

bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan coba untuk membukanya, minta pula klien

utnuk menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.

f. N VIII Vestibulotrochlear

cabang vestibulo dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan weber test dan rhinne

test

Cabang choclear dengan rombreng test dengan cara meminta klien berdiri tegak, kedua kaki rapat,

kedua lengan disisi tubuh, lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta klien menutup mata tanpa

mengubah posisi, lihat apakah klien dapat mempertahankan posisi

g. NIX dan NX Glossofaringeus dan Vagus

Minta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan palatum, normal bila uvula terletak di

tengan dan palatum sedikit terangkat.

Page 8: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring menggunakan aplikator

dan observasi gerakan faring.

Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit, observasi gerakan

meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.

h. N XI Assesorius:

Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan kedua bahu secara bersamaan dan

observasi kesimetrisan gerakan.

Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke kanan dank e kiri,

minta klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat bahu lalu

observasi rentang pergerakan sendi

Periksa kekuatanotottrapezius dengan menahan kedua bahu klien dengan kedua telapak tangan

danminta klien mendorong telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke atas, perhatikan kekuatan

daya dorong.

Periksa kekuatan otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh kesatu sisi

melawan tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan daya dorong

i. N XII Hipoglosus

Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan, observasi kesimetrisan

gerakan lidah

Periksa kekuatan lidah dengan meminta klien mendorong salah satu pipi dengan ujung lidah,

dorong bagian luar pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi

kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain

- Pemeriksaan Motorik.

Kaji cara berjalan dan keseimbangan dengan mengobservasi cara berjalan, kemudahan berjalan,

dan koordinasi gerakan tangan dan kaki. Minta klien berjalan dengan menyentuhkan ibujari pada

tumit kaki yang lain (heel to toe), minta klien jalan jinjit dan minta klien berjalan dengan

bertumpu pada tumit.

Lakukan romberg test

Lakukan pemeriksaan jari hidung dengan mata terbuka dan tertutup, evaluasi perbedaan yang

terjadi.

Tes pronasi dan supinasi dengan meminta klien duduk dan meletakan telapak tangan di paha,

minta untuk melakukan pronasi dan supinasi bergantian dengan cepat. Observasi kecepatan,

irama, dan kehalusan gerakan.

Melakukan pemeriksaan heel to shin test dengan meminta klien tidur pada posisi supine, minta

klien menggesekkan tuimit telapak kaki kiri sepanjang tulang tibia tungkai kanan dari bawah lutut

sampai ke pergelangan kaki. Ulangi pada kaki kanan. Observasi kemudahan klien menggerakkan

tumit pada garis lurus

- Pemeriksaan sensorik

Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak pada bagian tubuh klien dan

dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam, suhu, getaran, identifikasi objek

tanpa melihat objek (stereognosis test), merasakan tulisan di tangan (graphesthesia test),

kemampuan membedakan dua titik, kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi

sentuhan dengan menutup mata (topognosis test)

- Reflex

Biseps: Klien diminta duduk dengan rilekx dan meletakkan kedua lengan diatas paha,

dukung lengan bawah klien dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan non dominan

diatas tendon bisep, pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot biseps

(fleksi siku)

Triseps: Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan non dominan, pukulkan refleks

hammer pada prosesus olekranon, observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku)

Brachioradialis: Minta klien duduk dan meletakkan kedua tangan di atas paha dengan posisi

pronasi, pukulkan hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan tangan), observasi fleksi

dan supinasi telapak tangan.

Page 9: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Patelar: Minta klien duduk dengan lulut digantung fleksi, palpasi lokasi patella (interior dari

patella), pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot quadriceps

Tendon archiles: Pegang telapak kaki klien dengan tangan non dominant, pukul tendon

archiles dengan mengguanakan bagian lebar refleks hammer, obsvasi plantar leksi telapak

kaki

Plantar: Minta klien tidur terlentang dengan kedua tungkai sedikit eksternal rotasi, stimulasi

telapak kaki klien dengan ujung tajam refleks hammer mulai dari tumit kearah bagain sisi luar

telapak kaki, observasi gerakan telapak kaki (normal jika gerakan plantar fleksi dan jari-jari

kaki fleksi).

abdomen: minta klien tidur terlentang, sentuhkan ujung aplikator ke kulit di bagian abdomen mulai

dari arah lateral ke umbilical, observasi kontraksi otot abdomen, lakuakan prosedur tersebut pada

keempat area abdomen.

Sistem Perkemihan

1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen

2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi saluran

kemih

3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih)

4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra

pubik kateter

5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem perkemihan

Pemeriksaan Fisik sistem perkemihaan 1. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi

2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh

3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihan

Teknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yang

ditemukan

1. Inspeksi

a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.

b. Mulut

c. Wajah

d. Abdomen

Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung,

Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak

ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi

dehidrasi.

Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.

Stomatitis, napas bau amonia

Moon face

Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi

disfungsi

renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.

e. Meatus urinary

Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan untuk

membuka meatus urinary.

Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan. Perhatikan meatus

urinary

2. Palpasi

a. Ginjal

1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk

mengetahui ukuran dan sensasi.

Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

Page 10: 124073240 Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.

3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan

dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung kemih,

pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki

biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.

Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius.

Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.

Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik.

Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.

4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke atas.

5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan

b. Kandung kemih

Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi

dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.

3. Perkusi

a. Ginjal

1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.

2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi atau

tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.

3) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan

Jika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.

Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau

glomerulonefrosis.

b. Kandung kemih

1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika

terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.

2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung

kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.

Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness

(redup) di atas simphysis pubis.

4. Auskultasi

Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atas

abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi

adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)