Upload
lecong
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri farmasi di Indonesia mulai bertumbuh pesat sejak pemerintah
Indonesia pada tahun 1967 mengeluarkan Undang-Undang Penanaman Modal
Asing (PMA) dan diikuti dengan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN) pada tahun 1968. Pesatnya pertumbuhan ini tidak lepas dari
potensi pasar yang dimiliki oleh Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar
yang menjadi magnet kuat bagi banyak pelaku bisnis.
Menurut data dari Kementrian Kesehatan, pada tahun 2013 tercatat
sebanyak 239 perusahaan farmasi yang beroperasi di Indonesia. Dengan
banyaknya jumlah perusahaan dan perubahan yang terjadi di industri, persaingan
yang ada semakin ketat. Setiap perusahaan berlomba guna memperoleh pangsa
pasar yang lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.
Persaingan yang ada pada suatu industri secara umum dipengaruhi oleh
faktor internal perusahaan dan faktor eksternal / faktor lingkungan makro dimana
bisnis berada. Faktor internal akan dipengaruhi kuat oleh sumber daya dan
kompetensi yang dimiliki oleh perusahaan, misalnya dalam hal penguasaan
teknologi, proses produksi, logistik, pemasaran dan kemampuan distribusi
perusahaan tersebut. Faktor lingkungan makro merupakan faktor di luar
perusahaan yang terus berubah dan memberi dampak bagi perusahaan dan
industri. Manajemen perusahaan harus dapat melihat dan memahami perubahan
2
tersebut dan beradaptasi dengan perubahan dengan penyesuaian strategi
perusahaan.
Untuk kondisi yang ada di Indonesia, beberapa faktor lingkungan yang
mendorong pesatnya pertumbuhan industri farmasi ini antara lain:
1. Pertumbuhan penduduk dan pasar farmasi Indonesia terus meningkat.
Semakin besar jumlah penduduk berarti pula semakin banyak potensi
pasar yang ada. Dengan jumlah penduduk yang mencapai 256 juta jiwa di
tahun 2015 dan diperkirakan naik menjadi 268 juta jiwa pada tahun 2019
(Kemenkes, 2015a), seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1. Sehingga
Indonesia merupakan salah satu dari negara yang memiliki potensi
pertumbuhan pasar industri farmasi terbesar di asia.
Gambar 1.1: Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Indonesia
Sumber: Jones (2014)
Pada tahun 2008 pasar farmasi Indonesia mencapai nilai USD 3,2 milyar dan
diprediksi akan terus tumbuh sebesar 10% hingga 13% per tahun hingga
mencapai USD 11,5 milyar pada tahun 2018 (Standard Chartered, 2014).
0
50
100
150
200
250
300
350
2010 2015* 2020* 2025* 2030* 2035*
Juta
3
2. Peningkatan angka pembelanjaan kesehatan perkapita.
Angka belanja kesehatan per kapita di Indonesia terus bertumbuh dengan
pesat dan hal ini secara langsung mempengaruhi pertumbuhan pasar farmasi.
Standard Chartered dalam Equity research - Indonesia Healthcare 8
April 2014 memberikan proyeksi pertumbuhan belanja kesehatan per kapita
di Indonesia seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2: Nilai Belanja Kesehatan per Kapita di Indonesia
Sumber: Standard Chartered (2014)
Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa sejak tahun 2008 nilai belanja
kesehatan per kapita terus mengalami peningkatan dari USD 61 per kapita
hingga mencapai USD 107 per kapita dan diperkirakan akan terus bertumbuh
hingga mencapai USD 229 per kapita pada tahun 2018 nanti. Sejalan dengan
itu, persentase belanja kesehatan juga diperkirakan terus bertambah hingga
mencapai 3,4% dari GDP pada tahun 2018.
3. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh BPJS
Mulai tahun 2004 pemerintah Indonesia mulai menjalankan SJSN
(Sistem Jaminan Sosial Nasional) yang telah memperbaiki akses rakyat
miskin ataupun hampir miskin terhadap pelayanan kesehatan. Pada tahun
4
2005 pemerintah mulai menjalankan program Askeskin yang telah dapat
menjangkau hampir 40 juta rakyat miskin di Indonesia. Program ini terus
berkembang dan mulai tahun 2014 pemerintah Indonesia menjalankan
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan. Program ini diharapkan akan dapat terus menjangkau masyarakat
luas dan ditargetkan akan dapat memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh
masyarakat Indonesia pada awal tahun 2019. Terus meningkat nya jumlah
peserta JKN ini yang tentunya memberi dampak langsung terhadap
pertumbuhan pasar farmasi.
Dengan semakin bertambahnya jumlah peserta JKN dari tahun ke tahun,
maka permintaan obat dari program JKN akan menjadi penopang kuat
peningkatan kebutuhan pasar khususnya akan obat generik. Hal ini juga
mungkin dapat menyebabkan pergeseran permintaan pasar dari obat paten
menuju obat generik. Luthfi Mardiansyah, Ketua Umum International
Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG) bahwa industri farmasi obat
resep dokter di Indonesia akan mengalami penurunan tahun 2015 karena
semakin banyak orang beralih ke obat generik di bawah skema Jaminan
Kesehatan Nasional (Pharma Community Indonesia, 2015). Hal ini tentunya
akan mengubah persaingan sekaligus juga strategi yang diterapkan oleh
pelaku di industri farmasi.
Faktor-faktor di atas merupakan sebagian dari faktor lingkungan makro
yang mempengaruhi pertumbuhan pasar farmasi di Indonesia. Dengan tingginya
pertumbuhan tersebut maka industri ini memiliki daya tarik yang besar bagi
investor dan tentunya akan sangat mempengaruhi tingkat persaingan dari
5
perusahaan-perusahaan farmasi yang ada.
Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menyebutkan bahwa
sampai dengan awal September 2014 jumlah peserta JKN di bawah pengelolaan
BPJS kesehatan telah mencapai 127.763.851 orang atau sekitar 105,1% dari target
yang semula ditetapkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa BPJS kesehatan melalui
Program Jaminan Kesehatan Nasional telah memberikan banyak dampak positif
kepada masyarakat dengan semakin mudahnya memperoleh akses pengobatan.
Hal ini secara langsung memberikan dampak pada meningkatnya kebutuhan obat-
obatan, khususnya obat generik. Dengan demikian perusahaan produsen obat
generik akan terus berupaya memperoleh pangsa pasar yang lebih besar melalui
pasar obat JKN.
Persaingan yang ada kemungkinan besar akan mengalami perubahan
sehingga perusahaan akan dituntut menganalisis perubahan tersebut dengan baik
guna mengambil langkah strategis yang tepat untuk terus mempertahankan
kelangsungan bisnisnya dan bahkan dapat terus unggul dalam persaingan.
Mekanisme pengadaan obat untuk BPJS kesehatan diatur secara khusus dan
tidak sama dengan sistem yang dilakukan sebelumnya melalui PT Askes. Bila
semula perusahaan produsen obat mengadakan perjanjian kerjasama secara
langsung, maka pada era BPJS pengadaannya akan dilakukan melalui sistem
tender. Untuk ikut berkompetisi dalam pasar obat BPJS, tentunya setiap
perusahaan yang berminat harus mengikuti semua ketentuan yang dibuat
pemerintah sehubungan dengan program JKN ini. Ketentuan yang memiliki
pengaruh secara signifikan bagi industri farmasi sehubungan dengan tender BPJS
kesehatan adalah dalam hal harga yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan dapat
6
lebih rendah dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS) untuk tiap jenis obat yang masuk
dalam tender. HPS merupakan harga yang ditetapkan pemerintah di mana harga
ini sudah termasuk keuntungan dan pajak sesuai ketentuan yang berlaku, serta
termasuk biaya distribusi dan asuransi hingga obat tersebut sampai ke lokasi.
Dengan demikian perusahaan yang akan ikut serta dalam tender akan
memperhitungkan biaya-biaya tersebut dan berupaya keras untuk dapat menekan
biaya-biaya tersebut apabila ingin menang dalam persaingan di pasar obat JKN.
Sebagaimana telah dibahas di atas, pasar obat dalam tender BPJS kesehatan
memiliki potensi yang besar, tetapi di lain pihak perusahaan akan dituntut tidak
hanya untuk menekan biaya produksi obat, tetapi juga harus dapat memiliki
system distribusi seefisien mungkin sehingga memberikan nilai tambah yang
mendukung upaya menjadi pemenang tender. Dengan demikian, menarik untuk
diteliti bagaimana perkembangan yang sedang terjadi seperti disebutkan di atas
akan mempengaruhi persaingan dalam industri farmasi di Indonesia dan
bagaimana industri farmasi khususnya produsen obat akan menerapkan strategi
terbaiknya untuk unggul dalam persaingan obat pada era JKN yang akan
menjangkau seluruh masyarakat Indonesia pada awal tahun 2019 nanti.
1.2. Rumusan Masalah
Di Indonesia terdapat lebih dari 200 perusahaan farmasi baik perusahaan
lokal (PMDN) maupun perusahaan asing yang meramaikan persaingan di industri
ini. Dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta jiwa serta
perekonomian yang semakin membaik, maka pasar yang ada terus bertumbuh dan
menjadi daya tarik bagi banyak produsen maupun perusahaan pemasok produk
obat-obatan untuk terus berupaya memperbesar pangsa pasarnya di industri ini.
7
Faktor kebijakan pemerintah Indonesia melalui program JKN yang
diselenggarakan oleh BPJS kesehatan sejak tahun 2014 diharapkan akan
menjangkau seluruh penduduk Indonesia di awal tahun 2019. Hal ini merupakan
salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi persaingan industri farmasi di
Indonesia. Jumlah peserta program ini terus bertambah dan memiliki potensi pasar
yang sangat besar sehingga wajar bila banyak perusahaan farmasi berlomba-
lomba memperebutkannya.
Untuk memenuhi kebutuhan obat dalam program JKN, pemerintah
Indonesia menjalankan sistim tender pengadaan obat dengan ketentuan-ketentuan
khusus yang harus dipenuhi oleh perusahaan farmasi yang akan masuk menjadi
pemasok. Dalam tender ini pemerintah menetapkan jenis obat yang diikutsertakan
dan juga menerapkan harga yang lebih rendah sekitar 15% hingga 40% dari harga
pasar. Sebagai contoh adalah produk obat Amoksisilin 50mg di mana pada tahun
2013 HPS Rp 370,- dan pada tahun 2014 menjadi Rp. 280,- (Stefanus, 2014).
Dengan demikian perusahaan farmasi akan berusaha memproduksi obat dengan
biaya se-efisien mungkin sehingga perusahaan harus betul-betul memiliki strategi
yang tepat dengan memperhitungkan faktor-faktor penentu apa saja yang dapat
menghambat atau faktor-faktor penentu apa saja yang dapat mendukung
kemampuan perusahaan dalam merebut pasar obat JKN.
Pasar obat JKN akan terus bertumbuh sejalan dengan bertambahnya jumlah
peserta dan hal ini tentunya dapat secara langsung mempengaruhi intensitas
persaingan di industri farmasi. Dampak apa yang mungkin timbul dan
mempengaruhi industri farmasi di Indonesia menghadapi era JKN pada tahun
8
2019 nanti merupakan permasalahan yang relevan dan menarik untuk diteliti lebih
mendalam.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat disusun menjadi beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Seperti apa struktur industri farmasi di Indonesia pada saat ini?
2. Apa faktor yang menjadi driving forces dalam industri farmasi Indonesia
menjelang berlakunya JKN secara penuh pada tahun 2019?
3. Apa faktor sukses kunci industri farmasi di Indonesia dalam mengatasi
ancaman dan merebut peluang yang ada dalam era JKN?
1.4. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis struktur industri farmasi di Indonesia yang ada saat ini.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menjadi driving
forces dalam industri farmasi Indonesia menjelang berlakunya JKN secara
penuh pada tahun 2019.
3. Mengidentifikasi faktor sukses kunci industri farmasi di Indonesia dalam
mengatasi ancaman dan merebut peluang yang ada dalam era JKN.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan maupun praktisi di industri farmasi, hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan analisis
industri khususnya dalam menghadapi JKN yang akan berlaku penuh di
9
tahun 2019. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi referensi bagi
perusahaan dalam mempertimbangkan langkah strategis untuk merebut
peluang di era JKN.
2. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya
riset atau penelitian dalam bidang manajemen strategi, khususnya mengenai
analisis industri farmasi serta dampak yang ditimbulkan dari adanya
perubahan lingkungan bisnis. Penelitian ini diharapkan juga dapat
bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
1.6. Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis dampak yang ditimbulkan dari perubahan faktor-
faktor lingkungan bisnis khususnya dengan akan berlakunya JKN di tahun 2019
yang menjangkau seluruh masyarakat Indonesia.
Penelitian ini dibatasi hanya pada lingkup perusahaan/group perusahaan
manufaktur obat yang ada di industri farmasi Indonesia. Penelitian ini tidak
membahas bagaimana strategi dan persaingan yang terjadi sepanjang rantai pasok
dalam industri farmasi, seperti persaingan antar pemasok dan antar perusahaan
distribusi obat.
Unit analisis dalam penelitian ini adalah lingkup industri farmasi di
Indonesia. Beberapa perusahaan terbuka produsen farmasi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia juga menjadi referensi melalui laporan tahunan yang ada untuk
memperkaya analisis faktor driving forces dan identifikasi key success factors.
1.7. Sistematika Penulisan
Penulisan tesis ini dilakukan dengan sistematika sebagai berikut:
10
Bab I: Pendahuluan
Bab ini memberikan gambaran informasi kepada pembaca untuk
mengetahui hal yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Berisi latar
belakang mengapa penelitian ini penting, rumusan masalah, pertanyaan penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, lingkup penelitian dan sistematika
penulisan.
Bab II: Landasan Teori
Bab ini berisi uraian sistematis dari teori tentang analisis industri khususnya
yang berhubungan dengan industri farmasi di Indonesia. Teori yang dibahas
antara lain:
1. Faktor lingkungan makro yang mempengaruhi industri.
2. Analisis five forces di industri.
3. Driving forces perubahan industri.
4. Key success factors di industri farmasi Indonesia.
Bab ini juga membahas beberapa informasi tentang program JKN yang
diselenggarakan oleh pemerintah Indonesia melalui BPJS kesehatan dan
peraturan tentang JKN yang mengatur mekanisme pengadaan obat yang akan
mempengaruhi perusahaan dalam memilih strategi bersaing menyongsong
berlakunya JKN secara penuh pada tahun 2019.
Bab III: Metode Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang jenis penelitian yang dilakukan beserta
deskripsi data dan sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini. Bab ini
juga menjelaskan instrumen penelitian dan alat analisis yang dipakai untuk
menjawab ketiga pertanyaan penelitian yang ada.
11
Bab IV: Analisis dan Pembahasan
Bab ini terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama memberikan gambaran
industri farmasi Indonesia saat ini. Bagaimana penyebaran perusahaan farmasi
dan pertumbuhan pasar yang terjadi. Diberikan juga data pertumbuhan pasar
farmasi berdasarkan kategori obat yang beredar. Bagaimana pembagian pangsa
pasar dari 23 perusahaan farmasi terbesar yang menguasai hingga 80% pasar
farmasi Indonesia. Bagian pertama ini diakhiri dengan analisis karakteristik
industri farmasi berdasarkan perhitungan concentration ratio dan Herfindahl
index.
Bagian kedua dari bab ini membahas analisis lingkungan makro yang
mempengaruhi industri farmasi pada saat ini dimana program JKN mulai
dijalankan secara bertahap. Analisis yang dibahas menggunakan analisis PESTEL
dan analisis untuk melihat intensitas persaingan yang terjadi menggunakan model
five forces.
Bagian kedua bab ini menganalisis dampak yang timbul dari berlakunya
JKN dengan melihat prospek pasar obat generik sehubungan dengan semakin
bertambahnya jumlah peserta program JKN. Pembahasan juga melihat ada /
tidaknya kemungkinan perubahan persaingan dalam industri farmasi yang telah
ada.
Pada bagian terakhir bab ini dilakukan analisis deskriptif mengenai faktor
kekuatan penggerak (driving forces) dan faktor sukses kunci (key success factors)
industri farmasi dalam bersaing di pasar farmasi Indonesia khususnya dalam
menghadapi era JKN tahun 2019. Analisis dilakukan berdasarkan hasil analisis
lingkungan makro yang telah dilakukan sebelumnya serta diperkaya dengan
12
pengamatan penulis terhadap kecenderungan pasar serta strategi yang umum
dilakukan perusahaan farmasi berdasarkan studi literatur terhadap laporan tahunan
tahun 2014 dan 2015 dari perusahaan-perusahaan farmasi terbuka yang terdaftar
di bursa efek Indonesia, antara lain: PT. Kalbe Farma Tbk., PT. Darya-Varia
Laboratoria Tbk., PT. Kimia Farma (Persero) Tbk., PT. Indofarma (Persero) Tbk.
dan PT. Tempo Scan Pacific Tbk. Pada akhirnya penulis juga memberikan
gambaran strategi yang sesuai berdasarkan hasil identifikasi driving forces dan
key success factors.
Bab V: Simpulan dan Saran
Bab ini menjelaskan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian secara
relefan terhadap tiga tujuan penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya. Bab ini
juga memberikan uraian saran-saran bagi industri farmasi di Indonesia khususnya
perusahaan manufaktur obat mengenai alternatif strategi yang cocok dalam
menghadapi persaingan pada era JKN tahun 2019 nanti.