6
1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DENGAN PELARUT AQUADES TERHADAP BAKTERI Streptococcus agalactiae DAN Salmonella PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH Ahmad Azmi Khoirul Umam 1 , Puguh Surjowardojo 2 , dan Tri Eko Susilorini 2 1 Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang 2 Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) terhadap pertumbuhan Bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella penyebab mastitis pada sapi perah. Materi yang di gunakan meliputi bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella dari hasil isolasi pada susu mastitis subklinis skor CMT +3 yang berasal dari perternakan sapi perah di daerah Jabung, ekstrak daun beluntas dan iodips 10% (kontrol). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Tersarang (Nested Design) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Konsentrasi ekstrak daun beluntas divariasikan mulai dari 20%, 40%, 60%, 80% dan iodip 10% sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap Streptococcus agalactiae dan Salmonella. Ekstrak daun beluntas konsentrasi 80% lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella dibandingkan dengan kemampuan daya hambat iodips 10%. Ekstrak daun beluntas menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae lebih baik daripada bakteri gram negatif Salmonella. Kata Kunci : Ekstrak daun beluntas, Antibakteri, Streptococcus agalactiae, Salmonella dan mastitis. ABSTRACT This research aims to determine the antibacterial activity of beluntas leaf extract and determine effective concentration of beluntas leaf extract against Streptococcus agalactiae and Salmonella bacteria. Materials was Streptococcus agalactiae and Salmonella bacteria which isolated from mastitis milk, beluntas leaves were extracted using water and Iodips was used as control The method was design by experiment research using Nested Design with 5 treatments and 4 replications. Concentration of treatments were P 1 (20%), P 2 (40%), P 3 (60%) and P 4 (80%) and positive control (iodips 10%). Collected data were analyzed using the analysis of variance indicated significant effects, least significant difference test (LSD) was then employed. Result of this research showed that concentration of beluntas leaf extract height significantly effect (P<0.01) on growth of Streptococcus agalactiae and Salmonella. Based on research, it can be concluded that beluntas leaf extract 80% showed the effective concentration. The concentration of beluntas leaf extract against Streptococcus agalactiae was better than Salmonella. Keywords: Antibacterial, Pluchea indica L., Streptococcus agalactiae, Salmonella, Mastitis

1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea

1

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L.) DENGAN PELARUT AQUADES TERHADAP BAKTERI Streptococcus agalactiae DAN Salmonella PENYEBAB MASTITIS PADA SAPI PERAH

Ahmad Azmi Khoirul Umam1, Puguh Surjowardojo2, dan Tri Eko Susilorini2

1Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang2Lecturer of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya University, Malang

[email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan antibakteri ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) terhadap pertumbuhan Bakteri Streptococcus agalactiaedan Salmonella penyebab mastitis pada sapi perah. Materi yang di gunakan meliputi bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella dari hasil isolasi pada susu mastitis subklinis skor CMT +3 yang berasal dari perternakan sapi perah di daerah Jabung, ekstrak daun beluntas dan iodips 10% (kontrol). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Tersarang (Nested Design) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. Konsentrasi ekstrak daun beluntas divariasikan mulai dari 20%, 40%, 60%, 80% dan iodip 10% sebagai kontrol. Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap Streptococcus agalactiae dan Salmonella. Ekstrak daun beluntas konsentrasi 80% lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella dibandingkan dengan kemampuan daya hambat iodips 10%. Ekstrak daun beluntas menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiaelebih baik daripada bakteri gram negatif Salmonella.

Kata Kunci : Ekstrak daun beluntas, Antibakteri, Streptococcus agalactiae, Salmonelladan mastitis.

ABSTRACT

This research aims to determine the antibacterial activity of beluntas leaf extract and determine effective concentration of beluntas leaf extract against Streptococcus agalactiae and Salmonella bacteria. Materials was Streptococcus agalactiae and Salmonella bacteria which isolated from mastitis milk, beluntas leaves were extracted using water and Iodips was used as control The method was design by experiment research using Nested Design with 5 treatments and 4 replications. Concentration of treatments were P1 (20%), P2 (40%), P3 (60%) and P4 (80%) and positive control (iodips 10%). Collected data were analyzed using the analysis of variance indicated significant effects, least significant difference test (LSD) was then employed. Result of this research showed that concentration of beluntas leaf extract height significantly effect (P<0.01) on growth of Streptococcus agalactiae and Salmonella. Based on research, it can be concluded that beluntas leaf extract 80% showed the effective concentration. The concentration of beluntas leaf extract against Streptococcus agalactiae was better than Salmonella.

Keywords: Antibacterial, Pluchea indica L., Streptococcus agalactiae, Salmonella, Mastitis

Page 2: 1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea

2

PENDAHULUAN

Mastitis adalah suatu peradangan jaringan interna kelenjar ambing yang disebabkan oleh infeksi dua golongan bakteri yaitu bakteri gram positif dan gram negatif. Peradangan ini menimbulkan perubahan fisik, kimia, mikrobiologis dan bertambahnya sel somatik dalam susu dan dapat disertai dengan perubahan patologi jaringan ambing sapi perah. Mastitis merupakan masalah utama dalam peternakan sapi perah karena menyebabkan kerugian yang cukup besar yang berhubungan dengan penurunan produksi susu hingga 15%, penurunan kualitas susu, biaya perawatan dan pengobatan yang cukup tinggi. Prevalensi mastitis di daerah pengembangan ternak perah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur yaitu antara 37 sampai 67% disebabkan oleh mastitis sub klinis dan antara 5 sampai 30% disebabkan oleh mastitis klinis.

Kejadian mastitis disebabkan oleh Bakteri Streptococcus agalactiae yaitu 14.1%, bakteri Salmonella(2,17%), Staphylococcus epidermidis(10,9%), Staphylococcus aureus(22,8%) E.coli (9,78%), Corynebacterium (15,2%) (Junaidu, Salihu, Tambuwal, Magaji dan Jaafaru2011). Secara klinis terdapat dua macam mastitis yaitu mastitis klinis dan mastitis subklinis. Mastitis klinis merupakan kondisi abnormal ambing yang dapat dideteksi secara langsung dan mastitis subklinis merupakan perubahan yang nyata dan terjadi secara tidak nampak pada ambing.

Pencegahan mastitis sapi perah salah satunya dengan antiseptik dalam teat dipping. Pemberian antiseptik kimia yang dilakukan pada pencegahan mastitis ini dapat menyebabkan resistensi pada mikroba dan juga menyababkan kontaminasi atau residu

pada susu. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran akan dampak buruk produk-produk kimiawi, maka tumbuh pula kesadaran akan pentingnya produk-produk alami termasuk dalam kesehatan, karena produk alam ini diharapkan lebih alami dan tidak menimbulkan resistensi. Salah satu tumbuhan yang mengandung antibakteri alami yaitu tumbuhan beluntas (Pluchea indica L.).

Daun beluntas memiliki kandungan kimia antara lain alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin, monoterpen, sterol dan kuinon. Kandungan flavonoid di dalam daun beluntas membuat daun ini memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri gram positif. Kandungan senyawa fenolnya berguna untuk mengganggu pertumbuhan bakteri bakteri gram negatif (Widyawati, Budianta, Kusuma dan Wijaya. 2014). Sehingga kandungan antibakteri daun beluntas sangat efektif digunakan sebagai antiseeptik alami untuk mencegah mastitis. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian pengaruh ekstrak daun beluntas dengan pelarut aquades terhadap daya hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella penyebab mastitis pada sapi perah.

MATERI DAN METODE

Alat dan BahanPeralatan yang digunakan adalah

timbangan analitik, pipet mikro 1 ml, magnetic stirrer, erlenmeyer 1000 mL, gelas ukur 1 L, rotary evaporator, corong buchner, vacum pump, shaker incubator, grinder, oven, cawan petri, gelas ukur 500 mL, tabung reaksi , lampu spirtus/bunsen, erlenmeyer 500 mL, autoklaf, jangka sorong, inkubator, stik L glass, cawan paddle, labu erlenmeyer 250 mL dan alat lubang

Page 3: 1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea

3

sumuran Cork borer. Bahan yang digunakan adalah Serbuk daun beluntas, media nutrient agar (NA), aquades pH 7, alkohol 70%, Bakteri Streptococcus agalactiae, Iodips 10%, Bakteri Salmonella, ekstrak daun beluntas, Mannitol Rhogasa Sharpe Agar (MRSA), Salmonella Shigella Agar (SSA) dan Reagen CMT.

Materi yang digunakan yaitu :1. Bakteri Streptococcus agalactiae

dan Salmonella yang diisolasi dari susu sapi perah yang terjangkit mastitis subklinis skor CMT +3.

2. Ekstrak daun beluntas (Pluchea indica L.) dengan pelarut aquades. Daun beluntas yang digunakan yaitu pada ruas daun 1-3.

3. Larutan iodips 10% yang digunakan sebagai kontrol positif.

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola Tersarang (Nested Design) dengan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah:P0 = 1 mL iodips + aquades sebanyak

10 mLP1 = 2 g ekstrak daun beluntas +

aquades sebanyak 10 mLP2 = 4 g ekstrak daun beluntas +

aquades sebanyak 10 mLP3 = 6 g ekstrak daun beluntas +

aquades sebanyak 10 mLP4 = 8 g ekstrak daun beluntas +

aquades sebanyak 10 mL

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Tersarang (Nested Design). Jika diperoleh perbedaan diantara perlakuan, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

Proses Ekstraksi Daun BeluntasEkstraksi daun beluntas

dilakukan dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut aquades. Proses ekstraksi menurut Manu (2013) sebagai berikut :

1. Ditimbang serbuk daun beluntas sebanyak 150 gram

2. Dimasukan serbuk daun beluntas dalam erlenmeyer ukuran 1 liter

3. Dilakukan meserasi dengan menambahkan aquades sebanyak 350 mL atau sampai terendam seluruhnya, kemudian dihomogenkan dengan alat shaker inkubator selama 24 jam.

4. Disaring larutan daun beluntas menggunakan vaccum pump, sampai residu tidak menetes dan diperoleh filtrat.

5. Diuapkan filtrat menggunakan Rotary evaporator dengan suhu 45o-50o C sampai pelarut menguap seluruhnya, sehingga diperoleh ekstrak daun beluntas.

6. Diencerkan ekstrak pekat menjadi beberapa konsentrasi sesuai perlakuan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Daun BeluntasPenelitian ini menggunakan

sampel daun beluntas (Pluchea indica L.) yang mempunyai ruas 1-3 atau daun muda. Menurut Widyawati (2010) menjelaskan daun beluntas yang lebih muda mempunyai kandungan senyawa antibakteri paling tinggi. Pemilihan teknik ekstraksi dengan metode maserasi dilakukan karena maserasi merupakan metode yang paling sederhana dan merupakan langkah awal yang umumnya dilakukan pada penelitian bahan alam. Penggunaan pelarut aquades karena pelarut aquades merupakan senyawa yang paling polar dibandingkan pelarut lainya.

Page 4: 1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea

4

Uji Antibakteri Ekstrak Daun Beluntas Terhadap Bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella

Pengukuran daya hambat antibakteri ekstrak daun beluntas terhadap bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella dilakukan dengan cara mengukur diameter zona bening (clear zone) yang terbentuk disekitar daerah sumuran. Hasil zona bening yang ada di sekitar lubang sumuran merupakan adanya aktivitas penghambat bakteri oleh senyawa aktif yang terdapat dalam daun beluntas. Darsono dan Artemisia (2003) mengungkapkan bahwa zona hambat yang terbentuk di sekitar lubang sumuran menunjukkan terdapat aktivitas senyawa antibakteri.

Hasil dari analisis ragam pada penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan ekstrak daun beluntas dengan pelarut aquades berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap daya hambat bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella. Berikut merupakan hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun beluntas dengan pelarut aquades terhadap daya hambat Streptococcus agalactiae dan Salmonella dapat dilihat pada Tabel 1. sebagai berikut:

Tabel 1. Rata-Rata Diameter ZonaHambat Bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella

Perlakuan

Rata-Rata Diameter Zona Hambat (mm)

Streptococcus agalactiae

Salmonella

P0 3,65 ± 0,42 b 1,60 ± 0,67b

P1 2,50 ± 0,43 a 0,74 ± 0,04a

P2 4,13 ± 0,49 b 0,98 ± 0,08ab

P3 6,37 ± 0,35 c 1,26 ± 0,05ab

P4 6,85 ± 0,54 c 1,70 ± 0,04b

Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom di atas menunjukkan hasil yang berbeda nyata (α 1%, 4).

Berikut merupakan perbandingan daya hambat bakteri Streptococcus agalactiae danSalmonella disajikan pada grafik dibawah ini

Ekstrak daun beluntas (EDB) pada konsentrasi 20% telah memberikan efek penghambatan terhadap Streptococcus agalactiae danSalmonella dan cenderung meningkat sebanding peningkatan konsentrasi hingga taraf EDB 80%. Diameter zonahambat tertinggi terhadap Streptococcus agalactiae didapatkan pada taraf EDB 80%, diikuti taraf EDB 60%, 40% dan 20% yaitu 6,85; 6,37; 4,13 dan 2,50mm. Sedangakan Diameter zona hambat tertinggi terhadap Salmonelladidapatkan pada taraf EDB 80%, diikuti taraf EDB 60%, 40% dan 20% yaitu 1,70; 1,26; 0,98 dan 0,74 mm. Pada hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak daun beluntas dengan pelarut aquades konsentrasi 40% merupakan konsentrasi yang setara dengan kemampuan iodips 10% sebagai kontrol pembanding.

Selain penentuan konsentrasi yang setara dengan kemampuan iodip 10%, dilakukan pula perbandingan zona hambat Streptococcus agalactiae danSalmonella. Berikut merupakan nilai rata-rata daya hambat masing-masing bakteri:

01234567

P0+ (iodip 10%)

P1 (20%)

P2 (40%)

P3 (60%)

P4 (80%)D

iam

eter

Zon

a H

amb

at

(mm

)Perlakuan

Page 5: 1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea

5

Tabel 2. Perbandingan rata-rata Diameter Zona Hambat Terhadap Bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella

Bakteri Rata-Rata Diameter Zona Hambat (mm)

Salmonella 1,25a

Streptococus agalatiae 4,70b

Keterangan: Notasi yang berbeda pada kolom di atas menunjukkan hasil yang berbeda nyata (α 1%, 4).

Dari data yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa ekstrak daun beluntas mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram positif lebih baik daripada bakteri gram negatifdengan rata-rata daya hambat sebesar 4,70 mm sedangkan bakteri Salmonella hanya memiliki rata-rata daya hambat sebesar 1,25 mm. Hal ini terjadi karena perbedaan sensitifitas pada bakteri dan adanya perbedaan susunan pada dinding selnya. Dinding sel bakteri gram positif berlapis tunggal dengan kandungan lipid 1-4%, sedangkan pada bakteri gram negatif memiliki 3 lapis pada dinding selnya (lipoprotein, membran luar fosfolipid dan lipopolisakarida) dan kandungan lipid berkisar 11-22%. Membran luar fosfolipid tersebut menyebabkan komponen kimia yang bersifat antibakteri sulit menembus dinding sel bakteri gram negatif, sehingga dinding sel bakteri Streptococcus agalactiae lebih mudah ditembus daripada dinding sel bakteri Salmonella (Sutrisna, Ekowati dan Rahmawati, 2013).

Kemampuan Zat Antibakteri Daun Beluntas

Adanya senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam daun beluntas berupa tanin, alkaloid dan flavonoid.

Senyawa aktif tersebut berperan utama dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella. Menurut Rafael, Miranda, Bellei, Brito dan Teixeira (2004) flavonoid mampu menghambat fungsi membran sitoplasma, menghambat sintesis asam nukleat dan menghambat aktifitas antibakteri.

Senyawa tanin dapat mengganggu permeabilitas sel karena kemampuannya dapat mengkerutkan dinding sel atau membran sel. Pada dinding sel yang tidak selektif permeabel, penetrasi senyawa-senyawa tersebut mudah menembus dinding sel yang akan menimbulkan terganggunya integritas dinding sel bakteri (Pambayun, 2007).

Alkaloid termasuk dalam kelompok antibakteri yang dapat mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel mikroba yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Ajizah, 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian ini,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. Ekstrak daun beluntas (Pluchea

indica L.) dengan pelarut aquades memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Streptococcus agalactiae dan Salmonella.

2. Ekstrak daun beluntas menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae lebih baik daripada bakteri gram negatif Salmonella.

3. Ekstrak daun beluntas konsentrasi 80% lebih efektif dibandingkan dengan kemampuan daya hambat iodips 10%.

Page 6: 1 AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea

6

DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella typhirium Terhadap Ekstrak Daun Psidium guava L. Bioscientiae, Vol 1(1) : 31-38.

Darsono, F.L dan S.D. Artemisia. 2003. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Jambu Biji Dari Beberapa Kultivar Terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 Dengan "Hole-Plate Diffusion Method". Jurnal Penelitian Hayati 9(2): 49-51.

Junaidu, A.U, Salihu, M.D. Tambuwal, F.M. Magaji and Jaafaru. 2011. Prevalence of Mastitis in Lactating Cows in some selected Commercial Dairy Farms in Sokoto Metropolis. Advances in Applied Science Research, 2011, 2(2): 290-294.

Manu, R. 2013. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica.) Terhadap Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis, Dan Pseudomonas aeruginosa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 2(1): 1-10.

Pambayun, R., M. Gardjito, S.Sudarmadji dan K. R. Kuswanto. 2007. Kandungan Fenol dan Sifat Antibakteri dari Berbagai Jenis Ekstrak Produk Gambir (Uncaria gambir Roxb). Jurnal Farmasi Indonesia 18(3): 1-6.

Rafael, S.D., Miranda, B.C.Bellei, M.A.Brito, and L.M.Teixeira.2004. Phenotypic and Molecular Characteristics of Streptococcus agalactiae

Isolates Recovered from Milk of Dairy Cows in Brazil. Journal of Clinical Microbiology. 42(9) : 4214–4222.

Sutrisna, R., N. Ekowati dan D. Rahmawati.2013. Uji Daya Hambat Isolat Bakteri Asam Laktat Usus Itik (Anas Domestica) Pada Bakteri Gram Positif Dan Pola Pertumbuhan Isolat Bakteri Usus Itik. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan.13 (1): 52-59.

Widyawati,P.S, Wijaya, C.H, Harjosworo dan Sajuthi. 2010. Pengaruh Ekstraksi Dan Fraksinasi Terhadap Kemampuan Menangkap Radikal Bebas DPPH (1,1-Difenil-2- Pikrilhidrazil) Ekstrak dan Fraksi Daun Beluntas (Pluchea indica Less). Seminar Rekayasa Kimia dan ProsesFakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang.

Widyawati, ,P.S, Budianta T.D, Kusuma F.A dan Wijaya. 2014. Difference of Solvent Polarity To Phytochemical Content and Antioxidant Activity of Pluchea indicia Less Leaves Extracts. International Journal of Pharmacognosy and Phytochemical Research (IJJPR).Vol 6(4): 850-855.