15
Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60. 46 PRODUKSI UDANG GALAH H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa, S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga Abstrak Dalam rangka meningkatkan produktivitas udang galah di kolam budidaya, dilakukan pembentukan populasi dasar sintetis, dengan harapan pada generasi tertentu akan diperoleh benih yang menunjukkan kinerja pertumbuhan yang jauh lebih baik. Produksi benih sebar dilakukan melalui pemijahan induk Mahakam- Mahakam dan Mahakam-Bone. Sedangkan sistem teknologi budidaya yang diterapkan adalah budidaya terintegrasi udang galah bersama padi di sawah atau UGADI. Kegiatan pembentukan populasi dasar sintetis menghasilkan calon induk dasar sintetis sebanyak 1.000 pasang dengan ukuran dan bobot calon induk jantan dan betina masing-masing 14,1cm dan 39,1 g serta 11,9 cm dan 18,5 g. Kegiatan budidaya udang galah di sawah bersama padi menghasilkan kelangsungan hidup antara 34,2-72,5% dan FCR antara 1.1-1.9. PENDAHULUAN Latar Belakang Udang galah (Macrobrachium rosenbergii) merupakan spesies penting secara komersil khususnya di Asia Tenggara untuk konsumsi lokal maupun sebagai produk ekspor yang bernilai tinggi. Selain pangsa pasarnya yang masih terbuka luas, udang galah relatif mudah dibudidayakan karena makanannya tidak tergantung pada pakan buatan dan dapat dibesarkan secara polikultur dengan ikan tawar lain (Asaduzzaman et al., 2009). Menurut Weidenbach (1982) M. rosenbergii di alam memiliki kebiasaan makan yang bersifat omnivor, makan dengan frekuensi sering dan rakus terhadap cacing air, serangga air, larva serangga, moluska kecil, krustase (udang jenis lain), daging dan organ dalam ikan dan binatang lain, padi-padian, biji-bijian, kacang-kacangan, buah-buahan, alga, serta daun dan batang lunak tanaman air. Bahkan dapat memanfaatkan bakteri heterotrof dalam bentuk biofloc (Rohmana, 2009). Pengembangan udang galah terkendala dengan ketidakberhasilan produksi benih di hatchery akibat infeksi penyakit yang beragam dan tidak terpungkiri bahwa saat ini banyak hatchery udang galah yang berhenti beroperasi. Kerentanan larva terhadap penyakit sebagai dampak dari manajemen induk yang salah. Pada umumnya hatchery menggunakan induk dari hasil pembesaran sendiri tanpa memperhatikan kaidah memproduksi induk yang seharusnya. Kegiatan sebelumnya memperlihatkan bahwa hibridisasi udang galah Mahakam-Bone

090202 Produksi Udang Galah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tentang udang galah

Citation preview

Page 1: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

46

PRODUKSI UDANG GALAH

H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga

Abstrak

Dalam rangka meningkatkan produktivitas udang galah di kolam budidaya, dilakukan pembentukan

populasi dasar sintetis, dengan harapan pada generasi tertentu akan diperoleh benih yang menunjukkan

kinerja pertumbuhan yang jauh lebih baik. Produksi benih sebar dilakukan melalui pemijahan induk Mahakam-

Mahakam dan Mahakam-Bone. Sedangkan sistem teknologi budidaya yang diterapkan adalah budidaya

terintegrasi udang galah bersama padi di sawah atau UGADI. Kegiatan pembentukan populasi dasar sintetis

menghasilkan calon induk dasar sintetis sebanyak 1.000 pasang dengan ukuran dan bobot calon induk jantan

dan betina masing-masing 14,1cm dan 39,1 g serta 11,9 cm dan 18,5 g. Kegiatan budidaya udang galah di

sawah bersama padi menghasilkan kelangsungan hidup antara 34,2-72,5% dan FCR antara 1.1-1.9.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang galah (Macrobrachium

rosenbergii) merupakan spesies penting

secara komersil khususnya di Asia

Tenggara untuk konsumsi lokal maupun

sebagai produk ekspor yang bernilai

tinggi. Selain pangsa pasarnya yang masih

terbuka luas, udang galah relatif mudah

dibudidayakan karena makanannya tidak

tergantung pada pakan buatan dan dapat

dibesarkan secara polikultur dengan ikan

tawar lain (Asaduzzaman et al., 2009).

Menurut Weidenbach (1982) M.

rosenbergii di alam memiliki kebiasaan

makan yang bersifat omnivor, makan

dengan frekuensi sering dan rakus

terhadap cacing air, serangga air, larva

serangga, moluska kecil, krustase (udang

jenis lain), daging dan organ dalam ikan

dan binatang lain, padi-padian, biji-bijian,

kacang-kacangan, buah-buahan, alga,

serta daun dan batang lunak tanaman air.

Bahkan dapat memanfaatkan bakteri

heterotrof dalam bentuk biofloc

(Rohmana, 2009).

Pengembangan udang galah

terkendala dengan ketidakberhasilan

produksi benih di hatchery akibat infeksi

penyakit yang beragam dan tidak

terpungkiri bahwa saat ini banyak

hatchery udang galah yang berhenti

beroperasi. Kerentanan larva terhadap

penyakit sebagai dampak dari

manajemen induk yang salah. Pada

umumnya hatchery menggunakan induk

dari hasil pembesaran sendiri tanpa

memperhatikan kaidah memproduksi

induk yang seharusnya. Kegiatan

sebelumnya memperlihatkan bahwa

hibridisasi udang galah Mahakam-Bone

Page 2: 090202 Produksi Udang Galah

PRODUKSI UDANG GALAH

(H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)

47

dan pemijahan Mahakam-Mahakam

mampu meningkatkan kelangsungan

hidup larva yang jauh lebih baik sehingga

produktivitas benih di hatchery

meningkat. Oleh karena itu produksi

benih sebar pada tahun 2011 pun akan

menggunakan kedua kombinasi

pemijahan tersebut.

Sementara itu produktivitas udang

galah di kolam pembesaran mengalami

permasalahan dengan pertumbuhan yang

lambat. Peningkatan performa udang

galah dapat dilakukan melalui upaya

perbaikan mutu genetik benih

diantaranya dengan hibridisasi,

penggunaan induk hasil seleksi dan

pembentukan populasi dasar sintetis.

Penggunaan benih hibrida untuk

meningkatkan kinerja pertumbuhan telah

dilakukan. Namun demikian upaya

tersebut belum menunjukkan hasil yang

memuaskan. Untuk mendukung

produktivitas udang konsumsi di kolam

budidaya, pada tahun 2011 ini akan

dilakukan pembentukan populasi dasar

sintetis, dengan harapan pada generasi

tertentu akan diperoleh benih yang

menunjukkan kinerja pertumbuhan yang

jauh lebih baik. Pada saat ini BBPBAT

Sukabumi memiliki induk udang galah F3

terseleksi yang berasal dari Sungai

Mahakam (Kalimantan Timur), Sungai

Cenranae-Bone (Sulawesi Selatan) dan

Citanduy (Jawa Barat). Induk F3 dari ketiga

sumber tersebut akan dijadikan sebagai

bahan dasar pembentukan populasi

sintetis udang galah.

Mina padi atau UGADI (Udang Galah

dan Padi) belum lama dikenal di

masyarakat tetapi belum berkembang

secara intensif dan berkelanjutan.

Gerakan ugadi merupakan sinergi antara

pertanian dan perikanan sekaligus

menambah pendapatan petani. Budidaya

ugadi adalah budidaya terpadu yang

dapat meningkatkan produktivitas lahan

sawah, yaitu selain tidak mengurangi hasil

padi, juga dapat menghasilkan udang.

Selain menyediakan pangan sumber

karbohidrat, sistem ini juga menyediakan

protein, sehingga cukup baik untuk

meningkatkan kebutuhan gizi

masayarakat. Dengan teknologi yang

tepat, ugadi dapat memberikan

keuntungan bagi petani. Keuntungan yang

didapat dari usaha tani ugadi berupa

peningkatan produksi padi dan udang,

mengurangi penggunaan pestisida, pupuk

organik dan penyiangan. Pada saat harga

gabah turun atau bahkan gagal panen,

petani tetap mendapatkan pendapatan

dari pemeliharaan udang galah konsumsi.

Page 3: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

48

Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk

memperoleh calon induk udang galah

unggul melalui pembentukan populasi

dasar sintetis dan benih udang galah

berkualitas baik hasil hibridisasi dan

pemijahan induk terseleksi.

Target

Memperoleh benih sebar udang

galah berkualitas baik sebanyak 2.000.000

ekor dan calon induk dasar sintetis

sebanyak 1.000 ekor.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Kegiatan perbanyakan calon induk

dasar sintetis dan produksi benih udang

galah dilakukan pada bulan Januari-

Desember 2011. Tempat kegiatan adalah

Sub Unit Pembenihan Udang Galah

Palabuhan Ratu dan BBPBAT Sukabumi di

Selabintana.

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan adalah induk

F3 Mahakam, Cenranae-Bone dan

Citanduy, pakan induk, pakan larva,

artemia, pakan benih, pakan pembesaran,

obat-obatan, kapur, pupuk dan benih padi

INPARI 13.

Alat

Alat digunakan adalah kolam

pemeliharaan induk, kolam pemijahan,

bak penetasan, bak pemeliharaan larva,

bak pemeliharaan juvenil, kolam

pentokolan, kolam pembesaran, sawah,

bak penampungan air laut, bak

penampungan air tawar, bak

pencampuran air laut-air tawar, instalasi

aerasi, instalasi ait tawar, instalasi air laut,

genset, ember, baskom, gayung, alat

sifon, alat packing, dan peralatan

perikanan lainnya.

Prosedur Kerja

Produksi Benih Sebar

Kegiatan produksi benih mengikuti

Standar Prosedur Operasional (SPO)

Pembenihan Udang Galah (BBPBATS,

2009).

a. Persiapan kolam

• Pengeringan kolam

- Menguras air

- Menjemur tanah dasar untuk

menguapkan gas-gas sisa metabolit

sampai kadar air mencapai 15 - 20%

• Perbaikan konstruksi

• Menambal bocoran

- Merapikan pematang dan saluran

- Memperbaiki pintu air

Page 4: 090202 Produksi Udang Galah

PRODUKSI UDANG GALAH

(H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)

49

• Pengolahan tanah dasar

- Pembalikan tanah dasar untuk

menyempurnakan proses oksidasi

dalam tanah

- Pengapuran bila pH tanah < 6,7

dengan bahan CaCO3 (ton/ha)

- Pemupukan menggunakan pupuk

organik (kompos) dengan dosis 1 – 3

ton/ha

• Pengisian air dan penumbuhan

plankton

- Menutup pintu pengeluaran air

sampai tidak ada kebocoran

- Air dimasukkan melalui pintu

pemasukan yang dilengkapi saringan

dengan mesh size 1 mm untuk

mencegah masuknya ikan liar dan

sampah dari saluran air

- Pemupukan anorganik awal 5 ppm

dengan rasio N : P = 3 : 1 hingga 5 : 1

- Pemupukan anorganik susulan 2 ppm

dengan rasio yang sama

Tabel 1. Kebutuhan Kapur Bakar (CaO) pada

Berbagai pH pan Tekstur Tanah

pH TANAH TANAH

LIAT

LIAT

BERPASIR BERPASIR

< 4,0 14,32 7,16 4,48

4,0 – 4,5 10,74 5,37 4,48

4,6 – 5,0 8,95 4,48 3,58

5,1 – 5,5 5,37 3,58 1,79

5,6 – 6,0 3,58 1,79 0,90

6,1 – 6,5 1,79 1,79 Nihil

>6,5 Nihil Nihil Nihil

b. Persiapan sarana dan prasarana

• Bangunan hatchery dibersihkan dengan

sapu, lantainya didesinfeksi dengan

kalsium hipoklorit 10%

• Mencuci kotoran yang menempel pada

permukaan bak dengan memakai

detergen selanjutnya diseka dengan

kalsium hipoklorit 10%

• Pipa saluran air didesinfeksi dengan

cara memasukkan larutan kalium

permanganat dengan dosis 100 g/ton

ke dalamnya dan ditahan selama

minimal 24 jam

• Perlengkapan aerasi dan perlengkapan

lapang lainnya dicuci dengan detergen

selanjutnya direndam pada larutan

iodin dengan dosis 100 ml/ton selama

minimal 24 jam, lalu dibilas dan

dikeringkan (dijemur) di tempat yang

bersih

• Bangunan dan bak pemeliharaan

dibiarkan terjemur selama minimal 1

minggu selanjutnya dicuci ulang

dengan menggunakan natrium

thiosulfat 5% sampai residu kaporit

hilang

Page 5: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

50

• Pemasangan perlengkapan aerasi dan

pipa outlet/dop di setiap wadah

pemeliharaan

c. Pengelolaan air sumber

• Air tawar berasal dari sumur dalam,

dipompa dan diendapkan di bak

reservoir air tawar

• Air laut diambil pada saat kondisi jernih

di hamparan karang dengan

menggunakan pompa dan diendapkan

di bak reservoir air laut

• Air tawar dialirkan melalui send filter

dan air laut disaring dengan filter bag

ke dalam bak pencampuran

Pada kegiatan pembenihan

dibutuhkan air bersalinitas 5‰ untuk

penetasan telur dan 12‰ untuk

pemeliharaan larva, dan untuk membuat

air dengan salinitas tersebut digunakan

perhitungan dengan rumus:

ScVc = StVt + SlVl

St: salinitas air tawar, Vt: volume air tawar

Sl: salinitas air laut, Vl: volume air laut

Sc: salinitas air campuran, Vc: volume air campuran

Desinfeksi air dilakukan dengan cara

berikut:

• Mengisi air pada bak pencampuran

dengan salinitas yang dikehendaki

• Menimbang kalsium hipoklorit

sebanyak 30 g/m3, ditempatkan di

ember 10 liter, lalu diencerkan dengan

air, diaduk dan disebar merata pada air

yang didesinfeksi

- Pengaerasian dilakukan selama 1 jam

untuk menghomogenkan kalsium

hipoklorit

- Air dibiarkan selama minimal 24 jam

hingga semua mikroba mati, lalu

dinetralkan dengan natrium

thiosulfat 15 g/m3 dengan cara

seperti memberikan kalsium

hipoklorit

- Pemberian EDTA sebanyak 5-10 g/m3

dapat dilakukan 2 jam setelah

pemberian natrium thiosulfat

- Pengaerasian dilakukan terus

menerus minimal 12 jam hingga air

siap pakai

d. Pengelolaan induk

• Pemeliharaan induk dilakukan di kolam

dengan kepadatan 5 ekor/m2, selama

pemeliharaan induk diberi pakan pellet

3% dengan frekuensi 3 kali sehari serta

untuk melengkapi kebutuhan

nutrisinya ditumbuhkan pakan alami

Page 6: 090202 Produksi Udang Galah

PRODUKSI UDANG GALAH

(H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)

51

• Pemijahan dilakukan di bak pemijahan

berukuran 15 m2secara masal dengan

kepadatan 2-3 ekor/m2 serta

perbandingan jantan dan betina adalah

1 : 3. Model pemijahan yang akan

dilakukan adalah persilangan induk

betina Mahakam F3 Mahakam dengan

induk jantan Bone F3 dan pemijahan

sesama induk Mahakam F3

• Pemilahan induk yang bertelur

dilakukan setelah 3 minggu pemijahan.

e. Penetasan telur

• Wadah penetasan berupa bak volume

2 m3 dan diisi dengan air bersalinitas 5

ppt yang telah didesinfeksi

• Induk yang bertelur dikelompokkan

berdasarkan tingkat kematangan telur.

• Selama pengeraman induk diberi pakan

pellet sebanyak 3 %/BB dengan

frekuensi 2 kali yaitu pagi dan sore hari

• Telur akan menetas setelah kira-kira 21

hari sejak diovulasikan; telur yang telah

berwarna kecoklatan akan segera

menetas, biasanya tidak lebih dari dua

hari

• Induk yang telah menetaskan telur

dipindahkan ke bak pemeliharaan

induk dan larva dipanen dengan

scoopnet dan ditampung di baskom 10

liter

f. Pengelolaan larva

• Wadah pemeliharaan larva berupa bak

fiber glass volume 1,5 m3 dan diisi

dengan air bersalinitas 12 ppt sebanyak

1 m3 yang telah didesinfeksi

• Manajemen pemberian pakan larva

disajikan pada Tabel 2

• Mulai stadia hari ke-31, benih diberi

pakan cramble sebanyak 2 g/m3

bersamaan dengan pemberian pakan

egg custard

• Penambahan air dilakukan pada hari

ke-7 dan 10 sebanyak 0,25 m3 hingga

mencapai volume maksimal (1,5 m3)

selanjutnya dilakukan pergantian air

sebanyak 10-25% setiap tiga hari

bertepatan dengan waktu penyifonan

kotoran

• Monitoring kesehatan dan lingkungan

dilakukan secara rutin dan apabila

terjadi gejala penyakit dan penurunan

kualitas air dilakukan tindakan berupa

pemberian probiotik dan pergantian air

• Penurunan salinitas dimulai pada saat

stadia D-28 secara gradual dan

mencapai salinitas 0 promil pada saat

stadi juvenil D-5.

Page 7: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

52

Tabel 2. Manajemen Pemberian Pakan Larva Udang Galah

STADIA

(hari ke-)

07.00 09.00 11.00 13.00 15.00 17.00

ARTEMIA

(ekor/ml)

EGG CUSTARD

(g/m3)

ARTEMIA

(ekor/ml)

EGG CUSTARD

(g/m3)

ARTEMIA

(ekor/ml)

EGG CUSTARD

(g/m3)

D1

D2-5

D6-10

D11-15

D16-20

D21-25

D26-30

D31-35

D36-40

-

1

1

1-2

1-2

2

2

2

2

-

-

2

4

6

8

6

4

2

-

-

1

1-2

1-2

2

2

2

2

-

-

2

4

6

8

6

4

2

-

1

1

1-2

1-2

2

2

2

2

-

-

2

4

6

8

6

4

2

g. Penyediaan pakan buatan larva

• Menimbang bahan-bahan pakan yang

terdiri dari tepung terigu 250 g, tepung

kanji 10 g, udang kering 15 g, cumi-

cumi segar 10 g, udang segar 10 g, ragi

roti 10 g, minyak ikan 5 g, telur ayam

10 butir, vit mix 2 g

• Bahan yang masih kasar diiris dengan

pisau sehingga mudah diblender

• Semua bahan dibender hingga hancur

dan tercampur merata

• Adonan ditempatkan pada wadah

plastik tahan panas dan dikukus hingga

matang

• Pakan buatan yang sudah matang

dicetak dengan kain kasa yang

mempunyai mata lubang 1 mm

sehingga menghasilkan butiran pakan

berukuran 0,5-1 mm

• Pengawetan pakan dapat dilakukan

dengan cara menyimpannya dalam

kulkas

h. Penyediaan pakan alami-artemia

• Dekapsulasi artemia dengan tahapan

proses sebagai berikut:

- Menimbang siste artemia sebanyak

75 gram dan memasukkan dalam

kantong mesh 200 selanjutnya

direndam dalam air tawar selama ½

jam

- Membuat larutan dekapsulasi yang

terdiri dari kaporit 30 gram dan soda

api 15 gram dalam 1 liter air tawar

- Membuat larutan penetral natrium

thiosulfat 15 gram dalam 1 liter air

tawar

- Siste dalam kantong yang telah

direhidari direndam dalam larutan

dekapsulasi selama 5 menit

selanjutnya diremas-remas hingga

cangkang terkelupas yang dicirikan

dengan terjadinya perubahan warna

menjadi oranye

- Siste dicuci dengan air tawar sampai

bersih untuk membuang larutan

Page 8: 090202 Produksi Udang Galah

PRODUKSI UDANG GALAH

(H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)

53

dekapsulasi lalu direndam dalam

larutan penetral selama 5 menit dan

dibilas lagi dengan air tawar

- Siste siap ditetaskan dan untuk

pengawetan dapat disimpan dalam

kulkas

• Wadah penetasan berupa fiber glass

berbentuk kerucut dan diisi dengan air

bersalinitas 12‰ yang telah

didesinfeksi

• Menimbang siste hasil dekapsulasi

sesuai kebutuhan lalu dimasukkan ke

dalam corong penetasan yang telah

berisi air dan diberi aerasi kuat

• Panen dilakukan setelah 24 jam dengan

cara menyifon menggunakan selang ½

inchi yang bagian ujungnya dilengkapi

kantong mesh 200

• Siste dibilas dengan air steril lalu

diberikan pada larva udang.

i. Pengelolaan juvenil

• Wadah pemeliharaan juvenil berupa

bak outdoor volume 20 m3 dengan air

tawar (0 ‰) sebanyak 15 m3 yang

telah didesinfeksi. Aerasi diberikan

sangat kuat supaya terjadi pengadukan

bahan organik.

• Penebaran juvenil muda sebaiknya

dilakukan pada pagi hari dengan

kepadatan 1000-2000 ekor/m3

• Pemberian pakan alami artemia

dilakukan hanya pada saat penebaran

selanjutnya diberikan pakan buatan

yang mengandung protein 40%

sebanyak 40% BB/hari dengan

frekuensi 3 kali yaitu jam 07.00, 12.00

dan 17.00

• Pemeliharaan juvenil dilakukan selama

15 hari dan benih siap ditebar di kolam

untuk ditokolkan atau langsung

dibesarkan.

j. Pengelolaan biosekuritas

• Pengaturan tata letak

- Pengaturan tata letak berdasarkan

alur produksi secara berurutan mulai

dari sub unit pengelolaan air sumber,

karantina, pemijahan, penetasan

telur, pemeliharaan larva,

penyediaan pakan hidup artemia,

penyediaan pakan buatan larva,

pemeliharaan juvenil, dan

pemanenan benih

- Pemagaran areal hatchery dan

penyekatan antara area sub unit

produksi

- Penyimpanan pakan, bahan kimia dan

obat-obatan dilakukan secara

Page 9: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

54

terpisah, bersih dan siap pakan sesuai

peruntukannya

• Pengaturan akses masuk lokasi

• Sterilisasi wadah, peralatan dan

ruangan

• Sanitasi lingkungan pembenihan

• Pengelolaan limbah buangan hatchery

• Pengaturan personil:

- Pakaian dan perlengkapan kerja

personil harus bersih

- Sterilisasi alas kaki dan tangan

k. Pembesaran udang galah bersama

padi di sawah

• Dalam pemeliharaan ugadi, benih padi

yang digunakan yaitu dari jenis INPARI

13 dan benih udang galah

(Macrobrachium rosenbergii).

• Pupuk yang digunakan pada awal

pemeliharaan padi dengan NPK.

• Pakan buatan (pellet) dengan protein

30%. Pemberian pakan pada awal

penebaran sebanyak 4% bobot biomass

dan berkurang pada 1 bulan terakhir

masa pemeliharaan, sebanyak 2%

bobot biomass.

• Ukuran benih yang ditebar yaitu ukuran

3-5 gram/ekor dengan masa

pemeliharaan 3 bulan (90 hari) dan

ukuran 6-8 gram/ekor selama 2 bulan

(60 hari) pemeliharaan, dengan

kepadatan yang sama yaitu 5 ekor/m2.

Pembentukan Populasi Dasar Sintetis

Calon Induk Udang Galah

Prosedur pembentukan populasi

dasar sintetis mengacu pada protokol P4

Pemuliaan Udang Galah (LRPTBPAT

Sukamandi, 2010) dan Teknis pembesaran

udang galah mengikuti Standar Prosedur

Operasional (SPO) Pembesaran Udang

Galah di Kolam (BBPBATS, 2007).

a. Penyediaan induk dari populasi/strain

yang berbeda

• Populasi/strain bersumber dari tiga

populasi budidaya generasi ke-3 (F3)

asal Mahakam (M), Cenranae-Bone (B)

dan Citanduy (C)

• Kriteria induk jantan dan betina adalah

yang secara visual tampak normal dan

sehat dan berukuran masingmasing 50

dan 40 gram.

b. Pemijahan, penetasan telur dan

pemeliharaan larva

• Pemijahan untuk menghasilkan

populasi dasar sintetik dilakukan secara

resiprokal, yaitu induk jantan dari

populasi A dikawinkan dengan induk

betina dari populasi B dan sebaliknya.

Selain itu, pemijahan pada masing-

Page 10: 090202 Produksi Udang Galah

PRODUKSI UDANG GALAH

(H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)

55

masing populasi/strain juga dilakukan.

Jumlah kombinasi persilangan adalah

N2; dimana N adalah jumlah populasi.

Sehingga terdapat 32 (=9) kombinasi

persilangan yaitu MM, MB, MC, BM,

BB, BC, CM, CB dan CC.

• Pemijahan antara suatu kombinasi

populasi dengan kombinasi populasi

lainnya dilakukan secara terpisah. Hal

ini untuk memastikan bahwa setiap

kombinasi populasi memiliki

representasi (turunan) yang dapat

dikontribusikan kepada populasi dasar.

Sementara pemijahan pada masing-

masing kombinasi populasi dapat

menerapkan salah satu dari dua cara,

yaitu pemijahan secara berpasangan

atau pemijahan secara komunal. Dalam

hal ini di BBPBAT Sukabumi dilakukan

pemijahan secara komunal.

• Pemijahan secara komunal dilakukan

dengan menebar dan memelihara

calon-calon induk jantan dan betina

secara bersama-sama dalam satu

kolam dan membiarkan perkawinan

terjadi di kolam.

• Mengecek induk-induk yang telah

memijah dengan cara memanen dan

mengamati secara visual setelah 15

hari masa pemijahan.

• Memindahkan induk induk betina yang

telah memijah dan mengerami telur

berwarna kecoklatan ke wadah

penetasan sampai telur dilepaskan dari

kantung pengeraman (brood chamber).

• Memindahkan induk betina setelah

semua telur menjadi larva.

• Memelihara larva secara terpisah antar

famili dalam bak pemeliharaan larva.

Metoda pemeliharaan larva mengikuti

SOP produksi benih (BBPBATS, 2009).

c. Pendederan (pentokolan)

Tahap pendederan bertujuan

menyediakan benih udang galah dengan

ukuran yang siap ditebar ke kolam

pembesaran. Bergantung pada ukuran

tokolan yang dikehendaki untuk tujuan

pembesaran, dikenal istilah tokolan I dan

tokolan 2. Tokolan satu adalah tokolan

berukuran panjang total 3-5 cm yang

didapat dari pemeliharaan PL selama satu

bulan sedangkan tokolan 2 berkuran 5-7

cm yang didapatkan dari pemeliharaan PL

selama 2 bulan. Pendederan dapat

dilakukan di kolam tanah atau waring

dengan kelebihan dan kekurangannya

masing-masing. Pendederan dalam kolam

tanah dapat menghasilkan pertumbuhan

yang lebih baik, namun biasanya memiilki

kelangsungan hidup yang rendah.

Page 11: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

56

Sebaliknya, pendederan dalam waring

umumnya menghasilkan kelangsungan

hidup yang lebih tinggi, walapun

pertumbuhan sedikit lebih rendah. Uraian

dalam protokol ini adalah untuk

pendederan yang dilakukan dalam waring

yang dipasang di kolam tanah untuk masa

pemeliharaan selama 1 bulan.

• Mempersiapkan kolam, meliputi

mengolah tanah dasar, mengangkat

sisa-sisa bahan organik, dan menabur

kapur bila pH tanah rendah.

• Mengisi kolam melalui sistem

penyaringan hingga ketinggian air 30

cm, memupuk kolam dengan kotoran

ayam 250-500 kg/ha, 15 kg/ha urea

dan 10 kg/ha TSP

• Memasang waring ukuran 2x2 m

dengan ukuran mata waring 1 mm

beserta perangkat pendukungnya, yaitu

shelter dan aerasi.

- Memasukkan air hingga ketinggian 80

cm, dengan penetrasi cahaya 25-40

cm

- Menebar juvenil yang telah siap dari

masing-masing kombinasi pemijahan

dengan kepadatan 250 ekor/m2

- Memberi pakan benih dengan pakan

berprotein 38-40%, sebanyak 20%

dari bobot biomass dengan frekwensi

4 kali per hari, untuk kontrol pakan

menggunakan anco

- Memonitor parameter kualitas air

(kuantitas dan kualitas) secara

periodik dan kondisi waring.

Diupayakan agar sirkulasi air dalam

waring terjaga dengan menggosok

sisi-sisi waring secara rutin terutama

apabila populasi organisme penempel

pada waring telah rata

- Memasukkan air sebayak 10%

volume per hari guna

mempertahankan kualitas air kolam

- Pada saat pemanenan, mengambil

50% populasi terbaik dari masing-

masing kombinasi pemijahan dan

dilakukan pembesaran secara

komunal.

d. Pembesaran

Tahap pembesaran ditujukan untuk

mendapatkan udang galah calon induk

dengan ukuran >30 gram/ekor.

• Persiapan wadah pemeliharaan

Persiapan kolam untuk kegiatan

pembesaran sama seperti persiapan

kolam untuk produksi benih

(pemeliharaan induk).

Page 12: 090202 Produksi Udang Galah

PRODUKSI UDANG GALAH

(H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)

57

• Penebaran benih

- Padat tebar :

o tahap pentokolan II

(ukuran 10 – 15 ekor/m2)

o tahap pembesaran

(ukuran 5 – 10 ekor/m2)

- Waktu tebar benih/tokolan dilakukan

pada pagi atau sore hari

- Aklimatisasi dilakukan hingga ada

kesuaian dengan air kolam

- Benih yang sehat dengan sendirinya

akan keluar dari wadah aklimatisasi

• Pemberian pakan

- Menimbang pakan sesuai kebutuhan

o Pentokolan II : 10 – 6% biomass

dengan frekuensi 3 – 4 x per hari

o Pembesaran : 5 – 3% biomass

dengan frekuensi 3-4 kali per hari

- Ukuran butiran pakan disesuaikan

dengan ukuran udang

- Pemberian pakan disebar merata ke

seluruh kolam

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembentukan Populasi Dasar Sintetis

Hasil pemijahan dan pemeliharaan

larva udang galah dari sembilan kombinasi

pemijahan pada kegiatan pembentukan

populasi dasar sintetis disajikan pada

Tabel 3.

Induk betina F3 Citanduy paling baik

dalam hal pemijahan, lebih dari 75%

berhasil bertelur selama 15 hari

pemijahan. Kelangsungan hidup larva

tertinggi diperoleh dari hasil pemijahan

Bone-Ciamis, diikuti Bone-Bone dan

Mahakam-Mahakam. Sedangkan pada

kegitan pentokolan, kelangsungan hidup

tertinggi diperoleh dari hasil pemijahan

Mahakam-Bone diikuti Mahakam-Ciamis

dan dan Bone-Bone (Tabel 4).

Setiap kombinasi pemijahan diambil

tokolan yang paling besar sebanyak 1000

ekor sehingga terdapat 9000 tokolan hasil

pencampuran 9 kombinasi pemijahan.

Tokolan tersebut dipelihara sampai

mencapai ukuran calon induk. Pada akhir

pemeliharaan diseleksi calon induk yang

ukurannya paling besar sebanyak 1000

ekor jantan dan 1000 ekor betina dengan

ukuran dan bobot jantan 14,1 cm dan

39,1 g serta betina 11,9 cm dan 18,5 g.

Hasil kegiatan pendederan juvenil

udang galah dengan teknologi bioflok

disajikan pada Tabel 5.

Page 13: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

58

Tabel 3. Keberhasilan Pemijahan dan Kelangsungan Hidup Larva pada

Pembentukan Populasi Dasar Sintetis

KOMBINASI JUMLAH BETINA

(EKOR)

JUMLAH JANTAN

(EKOR)

JUMLAH BETINA

BERTELUR

(EKOR)

KEBERHASILAN

PEMIJAHAN

(%)

SR LARVA-JUVENIL

(%)

CC 30 15 26 89,7 13,31

CM 30 15 22 81,5 17,91

CB 30 15 21 77,8 27,27

MC 30 15 15 55,6 18,97

MM 30 15 12 46,2 29,00

MB 30 15 19 73,1 19,90

BC 30 15 17 73,9 35,44

BM 30 15 21 72,4 13,44

BB 30 15 16 57,1 32,76

Tabel 4. Bobot Benih Udang Galah pada Pemeliharaan Tokolan Bulan Pertama dan Kedua

serta Kelangsungan Hidup selama Pemeliharaan

KOMBINASI BOBOT 1 BLN BOBOT 2 BLN SR JUVENIL-TOKOLAN

(g) (g) (%)

CC 0,10±0,05 1,53±0,64 75,0

CM 0,06±0,02 2,05±0,72 85,0

CB 0,06±0,02 1,81±0,56 85,0

MC 0,20±0,10 1,97±0,70 92,3

MM 0,09±0,08 1,08±0,43 77,6

MB 0,23±0,23 1,02±0,71 98,9

BC 0,05±0,02 1,32±0,43 69,9

BM 0,12±0,07 1,07±0,42 81,0

BB 0,10±0,05 1,27±0,38 89,1

Tabel 5. Laju Pertumbuhan Harian, Kelangsungan Hidup, FCR dan Retensi Nitrogen

PERLAKUAN ULANGAN LPH

(%)

SR

(%) FCR

RETENSI

NITROGEN (%)

Biofloc

1 12.18 92.00 0.76 58.93

2 11.29 98.00 0.90 49.82

3 10.95 89.11 1.10 41.08

Rataan±STDV 11.47±0.64 93.04±4.53 1.10±0.9 49.49±8.92

Kontrol

1 11.29 53.78 1.72 26.13

2 8.57 77.78 1.79 25.1

3 7.87 93.78 1.46 30.81

Rataan±STDV 9.24±1.8 75.11±20.1 1.66±0.2 27.35±3.05

Page 14: 090202 Produksi Udang Galah

PRODUKSI UDANG GALAH

(H. Sutomo, D. Rohmana, S. Rosellia, K. Tisna Wibowo, A. Djadjanurdjasa,

S. Hastuti, Sudiana, L. Rahmi, T. Bastian, Nendih, Bunga)

59

Tabel 6. Data Kegiatan Sistem Budidaya Terintegrasi Udang Galah-Padi (UGADI)

Laju pertumbuhan harian dan

kelangsungan hidup benih udang galah

pada perlakuan bioflok lebih tinggi

daripada kontrol sebagai akibat dari selalu

tersedianya pakan dalam bentuk bioflok.

Udang galah dapat meretensi protein

sebanyak 17,3-25% (Rohmana dkk., 2010).

Udang windu hanya meretensi nitrogen

sebesar 16,3-17,1% (Hari et al.. 2004).

Benih sebar udang galah pada tahun

2011 telah didistribusikan ke wilayah Jawa

Barat (Sukabumi, Garut, Karawang),

Banten (Pandeglang), Kalimantan Timur,

DI Yogyakarta (Sleman), dan Riau

(Kampar). Sedangkan induk/calon induk

pada tahun 2011 mulai didistribusikan ke

Loka Riset Pemuliaan Sukamandi, Balai

Udang Galah Pamarican, Balai Udang

Galah Karawang dan VEDCA Cianjur.

Hasil kegiatan sistem budidaya

terintregasi antara udang galah dan padi

(Ugadi) disajikan pada Tabel 6. Kegiatan

budidaya udang galah di sawah bersama

padi menghasilkan kelangsungan hidup

antara 34,2-72,5%, lebih rendah dari

budidaya udang di kolam yang

menghasilkan kelangsungan hidup antara

60-80%. Namun demikian FCR pada

budidaya ugadi lebih baik daripada

budidaya monokultur di kolam yaitu

antara 1.1-1.9. FCR budidaya monokultur

udang galah umumnya di atas 2.

PARAMETER NOMOR SAWAH

SAWAH 1 SAWAH 2 SAWAH 3 SAWAH 4 SAWAH 5

Luas (m2) 1,126 1,028 875 666 849

Jumlah Tebar (ekor) 5,750 5,180 4,377 2,544 4,425

Padat Tebar (ekor/m2) 5 5 5 4 5

Pakan (% BBM) 4 4 4 4 4

Tebar

Tanggal 07 Jun 07 Jun 31 Mei 31 Mei 31 Mei

Panjang (cm) 7.31 10.42 7.61 7.92 7.61

Berat (g) 3.31 10.47 3.64 3.98 3.64

Pakan (g/hari) 305 868 255 162 258

Panen

Tanggal 22 Aug 09 Aug 22 Aug 22 Aug 22 Aug

Ukuran Besar (kg) 61.0 97.0 61.5 52.5 65.0

Ukuran Kecil (kg) 9.0 6.0 9.0 4.0 4.0

Total (kg) 70.0 103.0 70.5 56.5 69.0

Total (ekor) 1,965.0 3,037.0 2,226.0 1,845.0 2,270.0

FCR 1.58 1.51 1.40 1.11 1.94

SR (%) 34.2 58.6 50.9 72.5 51.3

Page 15: 090202 Produksi Udang Galah

Jurnal Budidaya Air Tawar Vol. 9 No. 2 Nopember 2013, hal 46-60.

60

KESIMPULAN DAN SARAN

Kegiatan pembentukan populasi

dasar sintetis menghasilkan calon induk

dasar sintetis sebanyak 1.000 pasang.

Benih sebar udang galah didistribusikan ke

wilayah Jawa Barat (Sukabumi, Garut,

Karawang), Banten (Pandeglang),

Kalimantan Timur, DI Yogyakarta

(Sleman), dan Riau (Kampar). Sedangkan

induk/calon induk didistribusikan ke Loka

Riset Pemuliaan Sukamandi, Balai Udang

Galah Pamarican, Balai Pengembangan

Budidaya Air Payau dan Laut Karawang

dan VEDCA Cianjur. Kelangsungan hidup

pada kegiatan budidaya udang galah

bersama padi lebih rendah daripada

budidaya udang di kolam. Namun

demikian FCR pada budidaya ugadi lebih

baik daripada budidaya monokultur di

kolam.

DAFTAR PUSTAKA

Asaduzzaman M, Wahab MA, Verdegem MCJ,

Benerjee S, Akter T, Hasan MM, Azim ME.

2009. Effect of addition of tilapia Oreochromis

niloticus and substrates for periphyton

developments on pond ecology and

production in C/N-controlled freshwater

prawn Macrobrachium rosenbergii farming

systems. Aquaculture 287: 371-380.

[BBPBATS] Balai Besar Pengembangan Budidaya

Air Tawar Sukabumi. 2007. Standar Prosedur

Operasional (SPO) Pembesaran Udang Galah

di Kolam. Sukabumi: BBPBATS, DJPB-DKP.

[BBPBATS] Balai Besar Pengembangan Budidaya

Air Tawar Sukabumi.2009. Standar Prosedur

Operasional (SPO) Pembenihan Udang Galah.

Sukabumi: BBPBATS, DJPB-DKP.

[LRPTBPAT] Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi

Budidaya Perikanan Air Tawar

Sukamandi.2010. Protokol Pemuliaan Udang

Galah. Sukamandi: LRPTBPAT, PRPB-BRKP.

New MB. 2002. Farming Freshwater Prawns: A

Manual for Cultureof The Gaint River Prawn

(Macrobrachium rosenbergii). Roma: Food

and Agriculture Organization of The United

Nations.

Rohmana, D. 2009. Konversi limbah budidaya ikan

lele, Clarias sp., menjadi bakteri heterotrof

untuk perbaikan kualitas air dan makanan

udang galah, Macrobrachium rosenbergii

[Tesis]. Bogor: Mayor Ilmu Akuakultur,

Sekolah Pascasarjana, IPB.

Weidenbach RP. 1982. Dietary components of

freshwater prawns reared in Hawaiian ponds.

Di dalam: New MB, Editor. Giant Prawn

Farming. ‘Giant Prawn 1980’, An International

Conference on Freshwater Prawn Farming;

Bangkok, 15-21 June 1980. Amsterdam:

Elseiver. hlm 257-267.