Upload
dirgasurya
View
16
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jurnal
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON FILM
KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI TELEVISI
DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK
SKRIPSI
ANNA MARIA BLANDINA OSOK
05.40.0057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2010
HUBUNGAN ANTARA PERILAKU MENONTON FILM
KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI TELEVISI
DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA ANAK
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Disusun oleh :
ANNA MARIA BLANDINA OSOK
05.40.0057
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2010
PENGESAHAN
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
Dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Pada Tanggal :
28 Januari 2010
Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan,
(Th. Dewi Setyorini, S.Psi, MSi)
Dewan Penguji Tanda tangan
1. Drs. Sumbodo Prabowo, M.Si (……………….)
2. Esthi Rahayu, S.Psi., M.Si (………………..)
3. Dra. Sri Sumijati, M.Si (………………..)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Semua jerih payah dalam sebuah karya yang sangat sederhana ini
kupersembahkan kepada Tuhan YME yang selalu memberi waktu,
pertunjuk dalam berpikir dan berkembang,
Bagi mama, papa, adik dan kekasihku yang tiada hentinya selalu
setia memberi kasih sayang, kebahagiaan, pengobanan, dorongan,
semangat dan doa,
Juga bagi teman dan sahabat dimanapun mereka berada yang telah
memberi semangat, pengarahan dan dorongan yang begitu luar biasa,
Serta semua pihak yang memberi dukungan dan kasih sayang tanpa
sanggup terbalaskan dalam menyelesaikan karya ini.
MOTTO
Detik demi detik menghasilkan menit
Menit demi menit menghasilkan jam
Jam demi jam manghasilkan hari
Hari demi hari menghasilkan minggu
Minggu demi minggu menghasilkan bulan
Bulan demi bulan menghasilkan tahun
Mulailah dari kita menghargai DETIK!!
Onggy Hianata
UCAPAN TERIMA KASIH
Hormat dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas karunia yang diberikan sehingga penelitian skripsi ini pada akhirnya
dapat terselesaikan. Dengan menulis dan menyusun skripsi ini, peneliti
mendapatkan banyak pengalaman yang nantinya dapat menjadi bekal dan
pelajaran bagi kehidupan peneliti. Peneliti menyadari bahwa masih banyak
kekurangan pada skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati peneliti
mengharapkan saran dan kritik demi terwujudnya hasil skripsi yang baik.
Dalam proses pembuatan skripsi ini, peneliti telah mendapat bantuan
dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada :
1. Ibu Th. Dewi Setyorini, S.Psi, MSi selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Ibu Dra. V. Sri Sumijati, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, perhatian,
dukungan dan saran yang sangat berguna selama penyusunan skripsi ini
hingga skripsi ini selesai. “Terima Kasih Sekali, Ibu”.
3. Bapak Drs. DP. Budi Susetyo, MSi selaku dosen wali pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dengan penuh kebijaksanaan dan
menuntun peneliti selama menempuh studi.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang yang dengan rela memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi
peneliti selama studi.
5. Seluruh staf tata usaha dan non-edukatif Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang yang telah memberikan bantuan dan
kemudahan selama proses administrasi selama peneliti menempuh
pendidikan.
6. Kepala Sekolah dan Guru Bimbingan Konseling SD Mataram. Terima
kasih untuk ijin penelitian dan masukan-masukan yang telah diberikan
kepada peneliti.
7. Seluruh subjek penelitian ini yang telah meluangkan waktu untuk
mengisi skala penelitian.
8. Mama dan Papa yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang
yang tiada hentinya, berdoa dan mendukung serta selalu memberikan
semangat kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Peneliti memohon maaf jika selama ini banyak mengecewakan
Mama dan Papa. “Aku sayang Mama dan Papa”.
9. Adik peneliti Anton, terima kasih untuk semua “gesekan” yang
membuat kita berdua semakin banyak belajar dan menjadi lebih dewasa.
“I Love You…”
10. “My Lovely Ndut2”. Terima kasih untuk segala cinta dan
pendampinganmu selama ini. Banyak pelajaran hidup yang bisa aku
dapatkan darimu.
11. Keluarga besar Freedom Faithnet Global (FFG), Pak Onggy Hianata, Bu
Ai Ling, Pak Daniel Chang, Pak Joseph, Ibu Ira, Pak Iwan, Cik Santi &
Ko Hary, Cik Yin2 & Ko Calvin, Cik Bing2. Terima kasih banyak untuk
semua support dan cinta kalian yang begitu besar untukku. Mari
bersama-sama kita lakukan yang terbaik untuk Indonesia!!!Dahsyat….
12. Teman-teman seperjuangan selama kuliah, Vivin, Dian, Ganish,
Marshella, Mag. Kenangan bersama kalian tidak akan terlupakan.
Kepada semua pihak yang telah membantu terwujudnya skripsi ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, peneliti menyampaikan rasa
terima kasih sebesar-besarnya.
Semarang, Januari 2010
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................ iii
HALAMAN MOTTO ........................................................................ iv
HALAMAN UCAPAN TERIMAKASIH ........................................ v
DAFTAR ISI ...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ….................................................................. 11
C. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ..................................................... 12
A. Perilaku Agresif Pada Anak ...……….……………..…………12
1. Pengertian Perilaku Agresif Anak ……………………….. 12
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif
Pada Anak …...…………………………………………... 13
3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif........................................... 19
B. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung
Kekerasan di Televisi …………………....………………………. 20
1. Pengertian Perilaku Menonton Film Kartun Yang
Mengandung Kekerasan di Televisi…...…………..………20
2. Aspek-aspek perilaku menonton tayangan kekerasan
di televisi ………………………………………….……... 23
C. Hubungan Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung
Kekerasan di Televisi Dengan Perilaku Agresif Pada Anak… 24
D. Hipotesis ……….……………………………………………. 28
BAB III : METODE PENELITIAN ……………………………... 29
A. Identifikasi Variabel Penelitian …………………...………... 29
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ………...………… 29
1. Perilaku Agresif Pada Anak-anak……..……...…………. 30
2. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung
Kekerasan di Televisi......................................................... 30
C. Subjek Penelitian ....................................…………………… 31
D. Metode Pengumpulan Data …………….………………..…. 32
1. Skala Perilaku Agresif Anak ……………………………. 33
2. Skala Menonton Film Kartun Yang Mengandung
Kekerasan di Televisi ……………….…………………… 34
E. Validitas dan Reliabilitas ……………..……………..………. 35
1. Validitas Alat Ukur ………………………………..….…. 35
2. Reliabilitas ……………………………………..……..…. 35
F. Metode Analisis Data ……………………………………….. 36
BAB IV : LAPORAN PENELITIAN ............................................... 38
A. Orientasi Kancah Penelitian ……………………………….… 38
B. Persiapan Penelitian …………………………………….…… 39
1. Penyusunan Alat Ukur ………………………………….... 39
2. Perijinan Penelitian…………………………………..…... 42
C. Pelaksanaan Pengambilan Data …..….......…………....……...… 43
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur …………………..… 44
1. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung
Kekerasan di Televisi …..………………………………… 45
2. Perilaku Agresi Anak …………………………….......…... 46
BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN…………..…………........ 48
A. Hasil Penelitian………………………………………….…… 48
1. Uji Asumsi …….………….…………………………... 48
2. Uji Hipotesis …………………………………..…....…. 50
B. Pembahasan …………………………………………………. 51
BAB VI : PENUTUP …………………………………..………...… 55
A. Kesimpulan …………………………………….…………….. 55
B. Saran ................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 57
LAMPIRAN ...................... ................................................................ 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Rancangan Skala Perilaku Agresif Pada Anak ....................... 33
Tabel 2 Rancangan Skala Perilaku Menonton ..................................... 34
Tabel 3 Sebaran Nomer Item Skala Perilaku Agresi Anak ……….......42
Tabel 4 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Menonton Film
Kartun yang Mengandung Kekerasan di Televisi .................. 46
Tabel 5 Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresi Anak ...47
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Skala Penelitian …………...…………………….... 62
Lampiran A-1 Perilaku Agresif Anak …………………….………. 63
Lampiran A-2 Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung
Kekerasan di Televisi ……………………………... 67
Lampiran A-2-1 Intensitas ………………………………………..… 68
Lampiran A-2-2 Frekwensi ………………………………..………... 71
Lampiran B Data Skala Penelitian …………………………...… 74
Lampiran B-1 Perilaku Agresif Anak ……………………….……. 75
Lampiran B-2 Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung
Kekerasan di Televisi ………………………….….. 79
Lampiran C Uji Validitas dan Reliabilitas …………………….... 83
Lampiran C-1 Perilaku Agresif Anak ………………………….…. 84
Lampiran C-2 Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung
Kekerasan di Televisi …………………………….. 86
Lampiran D Uji Asumsi …………………………………….….. 89
Lampiran D-1 Uji Normalitas ……………………………………. 90
Lampiran D-2 Uji Linearitas ……………………………………... 93
Lampiran E Uji Hipotesis ……………………………………… 95
Lampiran F Surat Penelitian …………………………………… 97
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekarang ini bagi masyarakat, aksi-aksi kekerasan baik yang
dilakukan secara individual maupun masal sudah menjadi berita harian.
Bahkan beberapa televisi membuat program-program khusus yang
menyiarkan berita tentang aksi kekerasan. Aksi-aksi kekerasan dapat
terjadi dimana saja, seperti di jalanan, di sekolah, bahkan di dalam
rumah. Aksi-aksi kekerasan tersebut dapat berupa kekerasan verbal
maupun kekerasan fisik. Pelaku aksi-aksi kekerasan ini bukan hanya
orang dewasa dan remaja, tapi juga anak-anak (Mu’tadin, 2002).
Akhir – akhir ini, kekerasan yang lebih ringan dan tidak begitu
ekstrim banyak muncul. Sebagai contoh, telah dilaporkan bahwa pada
setiap sampel pembunuhan disekolah, dilaporkan 44.000 terlibat
perkelahian fisik dan 500.000 adalah kasus bullying (Yahudi & Sesma,
2003).
Sebenarnya perilaku agresif sudah tampak sejak individu
memasuki masa kanak-kanak. Teori belajar mengungkapkan bahwa
perilaku agresif merupakan perilaku yang dilakukan seseorang serta
memiliki tujuan untuk melukai korban, dan hal itu didahului oleh
observasi terhadap model (contoh) agresif, diperkuat oleh adanya
reinforcement positif dan terdapat generalisasi. Buss (dalam Friedman,
1987, h.294) mengatakan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku
yang disengaja dan merugikan atau melukai orang lain. Buss kemudian
menegaskan pula bahwa tingkah laku agresif dapat dilakukan secara
langsung atau tidak langsung, aktif maupun pasif, dan fisik maupun
verbal.
Perilaku agresif dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku yang
memiliki maksud dan tujuan untuk melukai orang atau objek lain. Hal
tersebut dilakukan dengan adanya unsur kesengajaan. Bentuk-bentuk
nyata perilaku agresif pada anak antara lain berkelahi, membuat onar di
lingkungan sekolah maupun rumah, mengabaikan perintah dan
melanggar aturan seperti berbohong untuk mempertahankan diri,
pendendam, membangkang perintah, dan sebagainya (Sears, dkk, 1994).
Bukti-bukti bahwa perilaku agresif juga dilakukan oleh anak-anak
ditunjukkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh tokoh-
tokoh psikologi seperti Kelly&Hake, Musafer&Sherif dan
Poznanski&Zrull. Hasil penelitian Kelly&Hake (dikutip Berkowitz,
2003, h.38) menyatakan bahwa anak-anak yang tidak mendapatkan
imbalan uang setelah melaksanakan perilaku tertentu memperlihatkan
peningkatan perilaku memukul benda. Hasil penelitian lain tentang
agresif anak adalah penelitian Musafer&Sherif (dikutip Berkowitz,
2003, h. 55-56) tentang persaingan pada anak laki-laki yang terisolasi
yaitu persaingan yang mondorong permusuhan dan agresif. Penelitian
Poznanski&Zrull (dikutip Berkowitz, 2003, h. 85) menemukan bahwa
anak-anak yang depresi cenderung sangat mudah menyerang, berkelahi,
menggigit dan melakukan tindakan destruktif.
Perilaku kekerasan tersebut dipengaruhi oleh pengalaman mereka.
Mereka belajar kekerasan dan agresif dalam berbagai cara. Salah satu
cara mereka belajar untuk menjadi agresif adalah melalui televisi
(Carlsson & von Feilitzen, 1998; Huston & Wright, 1998; Parke &
Slaby, 1983).
Anak-anak dengan perilaku agresif yang tinggi akan mengalami
hambatan dalam penyesuaian pribadi dan sosial, bahkan anak-anak
tersebut akan mengalami penolakan dari lingkungannya (Hurlock, 1995,
h.244), hal ini didukung dengan pendapat Berkowitz (2003, h.xix) yang
menyatakan bahwa perilaku agresif akan menyebabkan rusaknya
hubungan dengan orang lain, mengurangi kepercayaan dan menurunkan
kemampuan kerja sama yang efektif, dan mendorong meningkatkan
kriminalitas. Selain itu, perilaku agresif anak akan terbawa sampai
dewasa. Perilaku ini ditemukan juga oleh Olweus (dikutip Berkowitz,
2003, h. 174-175) dalam studi longitudinal pada anak-anak usia 2-18
tahun, yaitu anak-anak yang menunjukkan tingkat agresif yang relatif
tinggi pada waktu kecil akan tetap relatif agresif (dibandingkan dengan
anak-anak yang kurang agresif yang diamatinya bersama) dari tahun ke
tahun.
Banyak faktor yang berpengaruh terhadap munculnya perilaku
agresif pada anak, seperti pengalaman masa kecil, pola asuh orang tua,
perasaan balas dendam, kemiskinan dan kesenjangan sosial, proses
belajar respons agresif (modeling) dan media, termasuk televisi
(Berkowitz, 2003, h.178).
Media massa, cetak maupun elektronik, akhir-akhir ini banyak
memaparkan mengenai agresifvitas yang terjadi pada anak-anak.
Dengan adanya kebebasan pada berbagai media, tayangan-tayangan
yang hadir pada setiap harinya pun semakin bebas dan tidak terkontrol.
Contohnya tayangan kekerasan yang menjadi konsumsi masyarakat
setiap hari. Diluar sadar, tayangan-tayangan yang ditonton sebagian
besar berisi kekerasan. Mulai dari siaran berita, sinetron, iklan, bahkan
sampai pada film kartun yang banyak dikonsumsi oleh anak-anak.
Tayangan film kartun yang disiarkan stasiun televisi swasta di
Indonesia, harus diwaspadai karena dapat membahayakan
perkembangan mental, interaksi sosial anak dan meningkatkan
agresifitas pada anak (Kompas, 22 November 2008).
Kehadiran televisi dan media lain dalam kehidupan anak
merupakan bagian dari sistem sosial, di mana anak tumbuh dan
berkembang didalamnya. Seperti juga media dalam berbagai bentuk,
televisi mengandung potensi yang cukup besar dalam mempengaruhi
perkembangan anak sehingga sering digambarkan seperti powerful
educator.
Hasil penelitian Barry (1993) di Amerika menunjukkan betapa
seriusnya anak-anak dipengaruhi oleh kekerasan yang dipertontonkan
televisi. Anak-anak usia 2-11 tahun rata-rata menghabiskan waktu 28
jam per minggu. Jika dalam satu hari melihat 15 adegan kekerasan,
maka dalam seminggu dapat dihitung, dan jika anak melihat sejak umur
5 tahun, maka 10 tahun kemudian sudah ribuan kali adegan kekerasan
itu terekam dalam benak mereka secara kuat. Dari hasil penelitian ini
ditemukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara
perilaku anak-anak menonton kekerasan pada di televisi dengan perilaku
agresif anak (Wawasan, 18 Oktober 2008).
Berdasarkan penelitian Yayasan Pengembangan Anak tahun 2006,
jumlah jam menonton TV pada anak-anak usia sekolah dasar di
Indonesia antara 30 jam dan 35 jam seminggu, atau 4-5 jam per hari.
Jika dikalkulasi, maka jumlah jam menonton TV mencapai lebih dari
1.600 jam dalam satu tahun. Dibandingkan dengan jumlah jam belajar di
sekolah dasar negeri yang hanya sekitar 740 jam setahun. Padahal,
menurut para ahli, anak menonton televisi maksimal 2 jam dalam sehari
(Kompas, 19 Juli 2008).
Tingkat kekerasan di televisi, terutama pada anak-anak telah
didokumentasikan untuk hampir empat dekade (Gerbner, Gross, &
Morgan, 1994). Televisi sering menggambarkan agresif sebagai cara
yang baik untuk memecahkan masalah, bahkan memberi status yang
menyenangkan dan baik pada orang yang melakukan agresif (Groebel,
2001). Hasil dari penggambaran yang menarik mengenai perilaku
agresif adalah banyak pemirsa muda yang belajar yang menerima dan
bahkan meniru kekerasan (National Association for the education of
Young Childern [NAEYC], 1993).
Televisi sendiri merupakan salah satu faktor yang berada di luar
diri anak yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang cukup besar
bagi perkembangan anak. Kehadiran televisi benar-benar layak
diperhitungkan, televisi kini menjadi bagian terhormat semua keluarga
tidak peduli miskin atau kaya. Televisi bisa menjadi pusat perhatian,
tanpa kenal lelah dia akan terus menjelaskan program-programnya
kepada orang tanpa pilih kasih. Tidak dapat dihindari lagi kini kita
hidup di era media televisi yang tidak bisa dipisahkan dari bagian hidup
kita terutama anak-anak.
Sebenarnya, televisi sebagai pembawa pesan bersifat “netral”,
artinya dapat berpengaruh positif maupun negatif terhadap khalayak
penonton, khususnya anak-anak, bukan bersumber pada medianya,
melainkan bagaimana memanfaatkan media tersebut. Dengan demikian,
peran orang tua sangat dominan terhadap adanya pengaruh positif
maupun negatif terhadap anak-anak itu. Hal tersebut diungkapkan oleh
Patricia Mark dan Greenfield (dalam Subroto, 1992) sebagai berikut:
menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan,
apabila orang tuanya tidak mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh
anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk
menonton secara kritis serta untuk belajar dari apa yang mereka tonton.
Dari berbagai tayangan televisi yang ditonton anak, televisi dapat
juga memberikan efek yang besar bagi para pecandunya, efek ini bisa
berdampak positif dan juga negatif. Efek positif jelas dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan dunia, seperti kita
dapat melihat secara langsung olahraga, piala dunia, olympiade,
pelantikan presiden dan peristiwa penting lainnya. Banyak pula
tayangan-tayangan yang menambah ilmu pengetahuan seperti Bolang
(Bocah Petualang) yang menceritakan petualangan di berbagai daerah
yang ada di Indonesia, Masa Kalah Sama Anak-anak, dan berbagai
acara lain yang merangsang dan manambah pengetahuan anak.
Sisi positif lain dari televisi menurut Bunata (Kompas, 21 Mei
2009), sebenarnya media televisi dapat digunakan sebagai alat
pemotivasi orang untuk membaca. Seperti film yang ditayangkan di
televisi dan layar lebar yang diangkat dari beberapa buku, misalnya
tetralogi Laskar Pelangi, Harry Potter, Naga Bonar, dan lain sebagainya.
Belakangan ini banyak bermunculan stasiun televisi swasta dan
lokal yang saling berkompetisi menayangkan acara yang beragam,
tujuannya untuk menarik perhatian banyak pemirsa terutama anak-anak.
Acara yang mereka tayangkan juga beragam, mulai dari tayangan
komedi, sinetron, kartun, misteri, iklan dan masih banyak lagi tayangan
yang lainnya.
Banyaknya acara pada televisi membuat sebagian besar
masyarakat mulai kecanduan pada televisi, tidak terkecuali anak-anak.
Bagi anak-anak tentu akibatnya akan semakin parah jika proses
pertumbuhan pemikiran anak hanya diisi hal-hal yang ada dalam
televisi. Banyak siaran film kartun yang bertemakan kekerasan yang
dapat dikonsumsi anak-anak seperti Naruto, Crayon Sinchan, One Piece,
Tom & Jerry, Popeye dan Dragon Ball. Film-film kartun ini harus
diwaspadai karena dapat membahayakan perkembangan mental,
interaksi sosial anak dan meningkatkan agresifitas pada anak (Kompas,
22 November 2008). Sayangnya, film-film inilah yang mengundang
minat anak untuk menonton. Secara tidak langsung, film-film tersebut
telah mempangaruhi agresifvitas anak. Perilaku agresif yang dilakukan
oleh tokoh dalam film seringkali ditiru oleh anak-anak karena mereka
beranggapan perilaku agresif yang dilakukan oleh tokoh-tokoh
pahlawan mereka itu boleh ditiru.
Pada media Kidia edisi Juni-Juli yang dikeluarkan Yayasan
Pengembangan Media Anak (YPMA), disebutkan daftar acara yang
masuk dalam kategori aman, hati-hati dan bahaya. Tayangan televisi
yang aman bukan hanya tayangan yang menghibur, melainkan juga
memberikan manfaat lebih. Manfaat tersebut misalnya pendidikan,
memberikan motivasi, mengembangkan sikap percaya diri anak dan
penanaman nilai-nilai positif dalam kehidupan. Sementara itu yang
masuk dalam kategori hati-hati adalah tayangan anak yang dinilai relatif
seimbang antara muatan positif dan negatif. Seringkali tayangan yang
masuk kategori ini memberikan nilai hiburan serta pendidikan dan nilai
positif, namun juga dinilai mengandung muatan negatif seperti
kekerasan, mistis, seks,dan bahasa kasar yang tidak mencolok.
Sedangkakn yang masuk dalam kategori berbahaya merupakan tayangan
yang mengandung lebih banyak muatan negatif, seperti kekerasan,
mistis, seks dan bahasa kasar. Kekerasan dan mistis dalam tayangan
yang masuk dalam kategori ini dinilai cukup intens sehingga bukan lagi
menjadi bentuk pengembangan cerita, tapi sudah menjadi inti cerita
(Kompas, 14 Juli 2008).
Kekerasan dalam kartun adalah bagian integral dari isi dari film
kartun. Bahkan, frekuensi kekerasan dalam kartun lebih tinggi daripada
di film action, drama atau komedi (Potter & Warren, 1998). Akibatnya,
anak-anak lebih mungkin untuk melihat gambaran kekerasan selama
acara kartun daripada selama prime time televisi. Namun, ada perbedaan
kualitatif antara tindak kekerasan yang digambarkan oleh film action
dan drama dengan yang digambarkan dalam kartun. Kekerasan dalam
film kartun yang dimaksudkan untuk pemirsa muda cenderung
melibatkan tindakan kekerasan yang lebih kecil: secara nyata, gambaran
kematian dan tindak kekerasan jarang ditampilkan dalam bentuk grafis.
Sebaliknya, film action dan drama secara teratur lebih sering melibatkan
tindak kekerasan (misalnya, pemerkosaan dan pembunuhan), dan rasa
sakit dan penderitaan korban lebih sering disorot (Potter & Warren,
1998).
Berdasarkan sebuah survey yang dilakukan oleh peneliti di
Semarang terhadap 75 anak di sebuah sekolah dasar swasta, 58% siswa
memilih film kartun sebagai acara favorit mereka, 29% siswa memilih
sinetron sebagai acara favorit mereka sedangkan 13% lainnya memilih
acara bebas, seperti berita, reality show, gosip, dan lain sebagainya.
Meskipun banyak bentuk kekerasan kartun yang dikonsumsi anak
muda mengandung unsur–unsur komedi (misalnya, Woody
Woodpecker, Scooby Doo), tetapi ada beberapa film kartun ini yang
hanya memerankan kekerasan misalnya, Samurai X, X-Men Evolution,
dan Batman: The Animated Series yang melukis animasi kekerasan
dengan sedikit elemen komedi. Selain itu, untuk jenis animasi ini,
kekerasan dapat ditemukan di awal dan akhir cerita. Ada atau tidaknya
kekerasan dalam komedi selama ini menjadi pertimbangan penting
ketika mengevaluasi dampak dari melihat kartun pada remaja, oleh
karena itu ada teori dan penelitian untuk mendukung anggapan bahwa
elemen komedi dapat mengkamuflasekan dan menyamarkan kekerasan
(King, 2000; Potter & Warren , 1998).
Bandura (dalam Crider, dkk, 1983) berdasarkan penelitian yang
dilakukannya menyimpulkan bahwa anak-anak ternyata melakukan
peniruan terhadap semua tingkah laku modelnya, termasuk tingkah laku
agresif yang dilihat baik dalam kehidupan nyata maupun dalam televisi.
Seiring dengan kemajuan jaman, televisi menjadi candu bagi sebagian
besar anak di seluruh muka bumi ini.
Menurut Bee (Martani dan Adiyanti, 1992, h.1-4) film-film yang
mengandung kekerasan menampilkan ciri-ciri sebagai berikut : agresif
fisik, yaitu pembuatan permusuhan yang bersifat penyerangan secara
fisik terhadap pihak lain, adanya lalim dan alim. Lalim yaitu seseorang
yang berperangai bengis, kejam, tidak mempunyai belas kasihan, suka
menganiaya. Sedangkan alim yaitu seseorang yang pandai, berilmu,
berpengetahuan, saleh, dan tidak nakal. Selain itu film yang
mengandung kekerasan juga menampilkan keberhasilan melalui usaha
kekerasan, memperlihatkan luka dan darah, adanya unsur-unsur
pengrusakan, yaitu adegan yang menampilkan proses atau cara
merusakkan suatu objek maupun benda.
Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti ingin mengetahui
apakah ada hubungan antara perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pada anak.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui hubungan secara
empirik antara perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pada anak.
C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan
acuan bagi penelitian-penelitian sejenis selanjutnya khususnya dalam
bidang psikologi perkembangan dan psikologi sosial.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana
bagi para orangtua dan guru untuk mengintervensi pengaruh film
kartun yang mengandung kekerasan dengan perilaku agresif pada
anak.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Perilaku Agresif Pada Anak
1. Pengertian Perilaku Agresif Anak
Perilaku adalah tindakan manusia atau hewan yang dapat
dilihat (Kartono & Gulo, 1987, h.45). Perilaku merupakan
reaksi total, motor, dan kelenjar yang diberikan suatu organisme
terhadap suatu situasi yang dihadapi (Drever, 1986, h.38).
Selanjutnya Adler (dalam Chaplin, 1999, h.150)
menegaskan bahwa agresif adalah menifestasi dari kekuatan
yang lebih dari yang lain, yang disebabkan oleh adanya
kompensasi terhadap keinginan yang tidak terpenuhi dan rasa
rendah diri yang dialami oleh individu. Moore dan Fine
(Koeswara, 1988, h.5) mendefinisikan agresif sebagai tingkah
laku kekerasan secara fisik maupun secara verbal terhadap
individu lain atau objek-objek lain. Breakwell (1988, h.17)
mengatakan perilaku agresif adalah seiap bentuk perilaku yang
dimaksudkan untuk menyakiti atau merugikan seseorang yang
bertenangan dengan kemauan orang itu.
Menurut Bolman (Dayakisni & Hudaniah, 2003, h.213)
perilaku agresif yang timbul pada usia 6-14 tahun adalah
kemarahan, kejengkelan, rasa iri, tamak, cemburu, suka
mengkritik, berkelahi secara fisik, dan perang mulut. Dan pada
masa kanak-kanak akhir ini anak akan memasuki dunia sekolah
atau biasa disebut dengan school aged, dimana dalam masa ini
akan terjadi perubahan besar pada pola kehidupan anak
(Hurlock, 1995, h.146)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa perilaku agresif pada anak adalah suatu
perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh anak yang berusia
6-12 tahun baik secara verbal maupun fisik sehingga akan
menyebabkan rasa sakit baik secara fisik ataupun psikis bagi
individu yang tidak menginginkan timbulnya perilaku tersebut.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Agresif Pada
Anak
Albert Bandura menyatakan bahwa di dalam teori
pembelajaran sosial dijelaskan bahwa perilaku seseorang
merupakan hasil interaksi timbal balik secara terus menerus
antara proses kognisi, emosi dan pengalaman perilaku individu
dengan lingkungan.
Individu tidak bersifat pasif menerima pengaruh sosial,
tetapi juga tidak bisa langsung berpengaruh, semua ada proses
kognitif.
Secara garis besar beberapa ahli memandang bahwa
faktor-faktor penyebab timbulnya perilaku agresif ada dua
faktor, yaitu :
a. Faktor internal
1) Hormon
Ketika bahaya atau ancaman dirasakan, kelenjar-
kelenjar adrenal dipicu oleh hypothalamus dalam otak
untuk memasukkan suatu bahan kimia yang disebut
adrenalin kedalam aliran darah (Breakwell, 1998, h.73).
menurut teori biologi, hormone testoteron pada laki-laki
dipercaya sebagai pembawa sifat agresif. Hal tersebut
juga dinyatakan oleh tim American Psychological
Association (Sarwono, 2002, h.303), bahwa kenakalan
remaja seperti tawuran lebih banyak terdapat pada
remaja laki-laki.
2) Frustrasi
Frustrasi adalah gangguan atau kegagalan dalam
mencapai tujuan sehingga menyebabkan individu marah
dan akibatnya menjadi frustrasi (Sears, dkk, 1994, h.6).
3) Stress
Stress dapat memicu munculnya sikap agresif
antara lain arena kepadatan pendudukan,
ketidakbebasab irama kehidupan rutin atau monoton
(Koeswara, 1988, h.87)
b. Faktor eksternal
1) Interaksi teman sebaya
Berkowitz (2002, h.220) menyatakan bahwa anak
yang tumbuh di lingkungan di mana tindakan-tindakan
agresif dilakukan oleh teman sebayanya, maka
cenderung akan melakukan hal yang sama dengan
teman-temanya, karena mereka ingin diterima dan
dihargai oleh teman sebayanya.
2) Pengaruh media televisi
Televisi sebagai media pembawa informasi yang
besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pengetahuan, sikap dan perilaku anggota masyarakat,
serta perubahan system maupun tata nilai yang ada.
Tayangan televisi yang bersifat petualangan,
kepahlawanan, dan semacamnya yang terdapat unsur
kekerasan merupakan tontonan yang menarik bagi
remaja dan anak-anak. Akibat penayangan Kekerasan
tersebut menurut Bandura (De Clerg, 1994, h.195)
menimbulkan tipe-tipe agresif bahwa konflik / masalah-
masalah yang ada bisa diatasi dengan perilaku yang
agresif dimana dengan menyaksikan kekerasan bisa
mematahkan rintangn dan perilkau agresif nampaknya
umum dan bida diterima. Berdasarkan hasil evaluasi
dari Lembaga Kesehatan Mental Nasional tentang
kekerasan di televisi mengemukakan bahwa kekerasan
di televisi menimbulkan perilaku agresif dikalangan
anak-anak dan remaja yang menyaksikan acara televisi
tersebut (Sears, dkk, 1994, .31)
Menurut Sears, dkk (1994, h.43) faktor-faktor penentu
utama yang mendorong perilaku agresif adalah :
a. Rasa marah
Serangan dan frustrasi cenderung membuat orang
marah, dan kemarahan ini merupakan salah satu faktor
penentu perilaku agresif yang penting (Sears, 1994, h.10).
Rasa marah adalah ekspresi yang lebih sering diungkapkan
anak-anak daripada rasa takut (Hurlock, 1978, h.222). Reaksi
marah dapat dibagi dua yaitu impulsive dan ditekan. Reaksi
impulsive menimbulkan perilaku agresif yang dapat ditujukan
untuk diri sendiri maupu orang lain. Reaksi yang ditekan akan
menimbulkan anak menjadi menyalahkan diri sendiri atau
akan mengintrospeksi.
b. Proses belajar respons agresif (modeling)
Semua orang, dan anak khususnya mempunyai
kecenderungan yang kuat untuk meniru orang lain. Anak
mempelajari reaksi negatif tertentu melalui pengamatan
terhadap apa yang dilakukan orang lain (Sears, 1994, h.13).
perilaku agresif merupakan suatu pola hubungan yang
dipelajari anak dalam berhubungan dengan orang tuanya.
Jadi, perilaku agresif anak anak dibentuk dan ditentukan oleh
pengamatannya terhadap perilaku orang lain.
Berkowitz (2003) menjelaskan faktor-faktor yang
mendorong munculnya perilaku agresif pada anak, yaitu:
a. Pengalaman masa kecil
Hasil penelitian dari Straus, Gelles dan Steinmetz
(dikutip Berkowitz, 2003. h.2) menemukan bahwa anak-anak
yang dibesarkan dalam lingkungan dimana orang tua sering
bertengkar ataupun melakukan kekerasan pada keluarganya
(baik pada pasangan maupun anak-anak) maka anak-anak
tersebut mempunyai kecenderungan untuk berperilaku agresif
yang tinggi.
b. Pola asuh orang tua
Dalam pandangan Diana Baumrind (1971) yakin bahwa
para orang tua tidak boleh menghukum atau mengucilkan
anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus
mengembangkan aturan-aturan bagi anak-anak dan
mencurahkan kasih sayang kepada mereka (Santrock, 1995,
h.257). Dalam suatu studi awal baru-baru ini, penerapan pola
asuh yang kasar diasosiasikan sebagai perilaku agresif oleh
anak.
c. Perasaan balas dendam
Beberapa ahli ilmu sosial menyatakan bahwa
meningkatkan kecenderungan kearah agresi disebabkan
karena semakin banyak orang yang merasa berhak membalas
dendam epada orang lain yang mereka anggap telah berbuat
salah kepada mereka (Berkowitz, 2003, h.2).
d. Kemiskinan dan kesejangan sosial
Tidak sedikit orang yang marah menimbulkan perilaku
agresfi atas ketidakmampuan mereka untuk menikmati hidup
enak dan bertahan hidup sementara yang lain bisa.
e. Media
Meluasnya agresi antara lain disebabkan oleh
banyaknya adegan kekerasan yang ditayangkan dalam film-
film dan televisi termasuk juga dalam surat kabar dan internet.
Adegan-adegan ini menjadi contoh yang sangat mudah ditiru
oleh anak-anak.
Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku agresif adalah interaksi teman sebaya, pola asuh orang tua,
perasaan marah dan balas dendam, proses modeling dan media.
3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif
Bentuk-bentuk perilaku agresif menurut Mulyono (1990,
h.267) adalah perilaku agresif yang dapat dilakukan secara :
a. Langsung atau tidak langsung
Agresi langsung ditujukan oleh perilaku dan ekspresi
wajah, sedangkan tidak langsung dilakukan dengan tenang-
tenang untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Aktif atau pasif
Agresi pasif ditujukan untuk melukai diri sendiri,
sedang agresi aktif ditujukan pada orang lain.
c. Fisik atau verbal
Agresi verbal dilakukan dengan menggunakan kata-kata
kasar, suka berdebat, menggunjingkan orang lain dan agresi
fisik ditujukan dengan perilaku menyerang secara fisik dan
menggunakan benda.
Sedangkan bentuk-bentuk agresif lainnya dikemukakan
oleh Medinus dan Johnson (Sarwono, 2002, h.297) yang
mengelompokan perilaku agresif menjadi 4 kategori, yaitu :
a. Perilaku fisik, seperti memukul, mendorong, meludah,
menggigit, meninju, memarahi dan merampas.
b. Menyerang suatu objek yang dimaksudkan disini adalah
menyerang benda mati atau binatang.
c. Perilaku verbal yaitu menyerang secara verbal atau simbolis
seperti mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang
lain, sikap menuntut.
d. Melanggar hak milik orang lain.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bentuk-bentuk
perilaku agresi pada anak adalah perilaku fisik (seperti memukul,
mendorong, meludah, menggigit, meninju, memarahi, merampas dan
menyerang suatu objek), perilaku verbal (seperti mengancam secara
verbal, memburuk-burukkan orang lain, sikap menuntut) dan
melanggar hak milik orang lain.
B. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung Kekerasan
di Televisi
1. Pengertian Perilaku Menonton Film Kartun Yang
Mengandung Kekerasan di Televisi
Perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan masalahnya yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoadmojo dikutip
Pambudi, 2006, h.10). McLeish (dikutip Pambudi, 2006, h.10)
menambahkan bahwa perilaku adalah sesuatu yang konkrit dan
dapat diobservasi atau diamati.
Sedangkan menonton adalah suatu tindakan melihat suatu
tayangan atau pertunjukan (Poerwadarminta, 1990, h.781). Dan
televisi merupakan media komunikasi massa yang dikategorikan
sebagai media elektronik dan memindahkan peristiwa (Mutman,
1996, h.79).
Menurut Sidharta ( dalam Sulaean, 1995, h.6) mengutip
pandapat Soesilo, kekerasan diartikan sebagai mempergunakan
tenaga atau kekuatan jasmani yang tidak kecil, serta tidak sah,
misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala macam
senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya. Selanjutnya
Sidjarta menyatakan secara umum bahkan yang dianut oleh
banyak Negara termasuk para ahli PBB (Perserikatan Bangsa-
Bangsa), bahwa yang dimaksudkan dengan kekerasan adalah
kejahatan-kejahatan dalam bentuk pembunuhan, penganiayaan
berat, pemerkosaan, dan pencurian dengan kekerasan
(perampokan). Sedangkan Susanto (1982, h.62) yang mengutip
pendapat beberapa sosiolog hukum mendefinisikan kekerasan
adalah perbuatan yang menimbulkan luka-luka pada fisik
seseorang, keadaan pingsan maupun kematian. Perbuatan
tersebut juga dilakukan secara fisik, mungkin dengan alat
tertentu mungkin juga tidak mempergunakan alat apapun.
Kekerasan dapat dilakukan oleh pribadi, misalnya pembunuhan,
perkosaan, perampokan, penculikan, dan seterusnya. Kecuali
dari itu, perbuatan tersebut mungkin dilakukan oleh kelompok
menusia, misalnya pengeroyokan,dan lain sebagainya.
Film yang mengandung unsur kekerasan dalam penelitian
ini adalah suatu teknik audio visual yang dapat mempengaruhi
penontonnya dan dapat dinikmati dengan menggunakan mata,
telinga dan juga merupakan cerita bergambar yang dapat
bergerak dan bersuara yang didalamnya terdapat adegan-adegan
kekerasan didalam layer televisi. Sani menambahkan (Noraida,
1994, h.55) film kekerasan dapat dilihat dari tingkah laku para
pelakunya seperti perkelahian, pengejaran, perang tanding atau
pertempuran besar yang biasanya diidentifikasikan dengan
menggunakan senjata atau senjata tajam dari para pelakunya.
Adegan kekerasan lain dapat juga berupa perkelahian
(biasanya dalam bentuk gulat, perang antar musuh),
pembunuhan, peganiayaan, penyiksaan dengan tangan kosong
maupun dengan alat tertentu, adegan perampokan, perkosaan,
adegan kebrutalan massa atau demonstrasi dan lain sebagainya
(dikutip dari Fidela, 2007, h.23).
Film kartun sendiri adalah film yang dibuat dengan
memotret lukisan tangan yang berseri (Salim, 1991, h.667).
Depdiknas menemukakan bahwa film kartun adalah film yang
menciptakan kayalan gerak sebagai hasil pemotretan rangkaian
gambar yang melukiskan perubahan posisi. Menurut Sani (di
kutip Pudjodarmodjo, 1995, h.19) film kartun adalah film yang
pembuatannya dari gambar hingga gambar-gambar tersebut bisa
bergerak dan berbicara.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
perilaku menonton tayangan kekerasan pada film kartun adalah
tindakan konkret dan dapat diamati dari melihat suatu tayangan
atau pertunjukan gambar yang berupa film kartun.
2. Aspek-aspek Perilaku Menonton Film Kartun Yang
Mengandung Tayangan Kekerasan di televisi
Perilaku dibentuk dari tiga aspek, yaitu:
a. frekuensi adalah seberapa sering suatu perilaku muncul atau
berulang, dan pengulangan ini terjadi secara teratur.
b. lamanya berlangsung adalah berapa banyak waktu yang
diperlukan oleh seseorang untuk melakukan suatu perilaku.
c. intensitas adalah berapa kuat atau lemahnya kedalaman
seseorang untuk terlibat dengan perilaku yang dilakukannya
(Twiford, dikutip Indarsih, 2003, h.25).
Collins, dkk (2004) dalam penelitian berjudul “Watching
Sex on Television Predicts Adolescent Initiation of Sexual
Behavior” menggunakan beberapa aspek untuk mengukur
perilaku menonton televisi. Aspek-aspek tersebut adalah jumlah
jam yang digunakan untuk menonton televisi setiap harinya,
lamanya waktu yang dibutukan untuk menonton setiap
tayangan, isi tontonan, keterlibatan emosi antara individu dan
tayangan yang ditonton, dan kejelasan bahasa atau gambar yang
digunakan untuk mengungkap suatu tayangan di televisi
sehingga kelihatan nyata.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
dari perilaku menonton televisi adalah frekuensi, lamanya
berlangsung (durasi) dan intensitas.
C. Hubungan Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung
Kekerasan di Televisi dengan Perilaku Agresif Pada Anak
Sehubungan dengan adanya perkembangan jaman dan
teknologi serta pengaruh globalisasi, manusia seakan dipaksa untuk
terus mengikuti perkembangan tentang berbagai hal yang terdapat
dibelahan dunia lain melalui berbagai media. Televisi merupakan
salah satu media elektronik yang paling mudah dinikmati oleh semua
kalangan masyarakat. Disamping mudah, televisi juga menampilkan
berbagai tayangan, seperti : film, musik, sandiwara, sinetron, film
kartun, siaran berita, dan lain sebagainya. Tidak dapat disangkal
peminat televisi saat ini bukan hanya orang dewasa, namun sudah
merambah sampai ke anak-anak.
Tayang televisi dapat mempengaruhi kondisi psikologis para
penontonnya, terutama anak-anak yang masih tergolong dibawah usia.
Pengaruhnya tidak langsung, namun pelan tapi pasti. Perubahan-
perubahan tersebut dapat berupa perubahan persepsi, nilai-nilai hidup
bahkan karakter lambat laun akan berubah, misalnya pola pikir anak
yang belum dapat membedakan mana yang salah dan benar.
Walaupun ada juga dampak positif dari televisi, namun tidak dapat
dipungkiri, dampak negatif dari televisi pun sangat banyak. Terlebih
lagi saat ini sebagian besar tayangan televisi menunjukkan tindakan
kekerasan. Film kartun yang menjadi konsumsi anak-anak pun banyak
diisi dengan tindakan-tindakan kekerasan seperti menendang,
memukul, mencaci, membanting, perkelahian, perang dan lain-lain.
Tindakan-tindakan ini dengan sangat cepat ditiru oleh anak-anak.
Anak-anak yang menonton film kekerasan dapat mengamati
model dan menokohkan idola atau tokoh imajinasinya dalam film
yang dilihatnya. Apabila hal ini terus berlanjut, maka proses imitasi
terhadap kekerasan akan terbentuk. Anak kemudian akan mengalami
proses belajar sosial dan mereka terapkan dalam perilaku
kehidupannya. Imitasi tindakan tersebut akan termanifestasi dalam
perilaku agresif, apabila anak sudah menyenangi idolanya, maka akan
berusaha mengikuti alur ceritanya (Herscel, 1995, h.267). Padahal
banyak program televisi yang penayangannya hampir setiap hari. Hal
ini tentunya meningkatkan frekuensi dalam menyaksikan tayangan
kekerasan. Albert Bandura berpendapat bahwa agresi pada anak-anak
dipengaruhi oleh penguatan anggota keluarga, media, dan lingkungan
hidup (Bandura, 1976: pp. 206-208). Selain itu mereka akan lupa
waktu bila sudah ada didepan televisi karena sangat asyik
menontonnya dan bila satu film sudah selesai, mereka akan mengganti
channel lain untuk mendapatkan film kartun lainnya. Anak-anak akan
mendapatkan banyak informasi yang bermanfaat dalam
perkembangannya, namun jika informasi tersebut berupa contoh
tindakan yang berisi kekerasan, maka kecenderungan mengimitasi
lebih tinggi. Hal ini memungkinan anak-anak yang mengidolakan film
kartun menjadikan tokoh idola mereka sebagai penutan dan sebagai
identitas mereka.
Semakin sering anak-anak menonton tayangan kekerasan,
tindakan-tindakan kekerasan yang adapun akan semakin mereka tiru.
Ini akan terbawa dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dalam dunia
bermain mereka, akan selalu diwarnai oleh tindakan-tindakan
kekerasan. Bila keinginan anak tidak terpenuhi ia akan melakukan
tindak agresif untuk memenuhi keinginannya itu untuk mendapat
pengakuan dari lingkungan.
Dengan frekuensi dan lamanya anak menonton televisi, anak
semakin masuk dalam tayangan-tayangan tersebut. Lama-kelamaan
akan terbentuk kebiasaan untuk menonton dan akan timbul rasa
bersalah pada anak jika mereka tidak menonton film-film tersebut.
Menurut teori observasional yang dikembangkan oleh Albert
Bandura dan kolega-koleganya, sebagian besar tingkah laku individu
diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku
yang ditampilkan oleh individu-individu lain. Menurut Bandura
terdapat empat proses yang berkaitan satu sama lain dalam proses ini,
yaitu proses atensional, proses retensi, proses reproduksi dan proses
motivasional dan penguatan. Proses atensional yakni proses di mana
individu tertarik untuk memperhatikan atau mengamati tingkah laku
model. Proses atensional ini dipengaruhi oleh frekuensi kehadiran
model dan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Model yang
sering tampil dan memiliki karakteristik-karakteristik yang menarik di
mata individu pengamat akan lebih mudah mengundang perhatian
individu pengamat. Dalam hal ini, tokoh-tokoh dalam film kartun
sangat menarik bagi anak-anak. Dengan seringnya anak-anak
menonton film kartun, figur-figur yang ada dalam film kartun pun
semakin menjadi idola bagi anak-anak. Dan anak-anak akan semakin
ingin meniru perilaku para tokoh untuk menunjukkan jati diri mereka.
Proses retensi yaitu proses dimana individu pengamatan
menyimpan tingkah laku model yang telah diamatinya di dalam
ingatannya, baik melalui kode verbal maupun kode imajinal atau
pembayangan gerak. Kedua kode penyimpanan itu memainkan
peranan penting dalam proses berikutnya yaitu proses reproduksi.
Proses reproduksi adalah proses di mana ivdividu pengamat
mencoba mengungkap ulang tingkah laku yang telah diamatinya.
Pengungkap ulangan atau reproduksi tingkah laku model ini pada
mulanya bersifat kaku dan kasar, tetapi dengan pengulangan yang
intensif lambat laun individu bisa mengungkapkan tingkah laku model
itu dengan sempurna atau setidaknya mendekati tingkah laku model.
Proses yang terakhir adalah motivasional dan penguatan.
Tingkah laku yang telah diamati tidak akan diungkapkan oleh
individu pengamat apabila individu pengamat tersebut kurang
termotivasi. Bandura percaya bahwa perkuatan positif bisa
memotivasi individu ke arah pengungkapan tingkah laku, dalam hal
ini tingkah laku yang telah diamati.
Teori ini pun didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bandura yang terkenal dengan “Bobo Dolls Experiment”. Dari hasil
eksperimen tersebut, ditemukan bahwa keluarga, lingkungan hidup
dan media sangat mempengaruhi agresifitas anak. Dalam penelitian
ini, anak-anak ditunjukan film yang mengandung kekerasan dan
model kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa. Dan anak-anak
dari kelompok eksperimen sangat menunjukan perilaku agresif,
seperti media dan model yang mereka lihat (Feshbach, S., & Singer,
R.D. 1971).
Dari uraian ini, dapat dilihat bahwa bila anak sering menonton
film kartun yang bertemakan kekerasan, secara tidak langsung anak
akan meniru tingkah laku tokoh pada film tersebut. Dengan seringnya
anak melihat perilaku-perilaku tersebut, anak akan menyimpannya
dalam ingatan mereka. Bila pada suatu saat ada kesempatan untuk
melakukan tindakan tersebut, anak akan mencoba melakukan tindak
agresi tersebut. Pada saat inilah pengaruh lingkungan sangat berperan.
Apabila lingkungan mendukung perilaku agresif pada anak, maka
perilaku ini akan semakin kuat dan anak akan menganggap perilaku
ini benar sehingga anak akan meneruskan perilaku ini. Bila
lingkungan tidak mendukung, perilaku agresif pun akan hilang.
Berdasarkan keterangan diatas terdapat hubungan antara
perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan di
televisi dengan perilaku agresif pada anak.
D. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku agresif pada anak.
Semakin tinggi perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan di televisi maka semakin tinggi perilaku agresif anak dan
sebaliknya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel penelitian yang digunakan dalam analisis data
guna pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Variabel Tergantung : Perilaku agresif pada anak
2. Variabel Bebas : Perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan di televisi
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional variabel penelitian adalah batasan atau
spesifikasi dari variabel-variabel penelitian yang secara konkrit
berhubungan dengan realitas yang akan diukur dan merupakan
manifestasi dari hal-hal yang akan diamati dalam penelitian. Definisi
operasional dari variable-variabel penelitian digunakan untuk
menghindari kesalah pahaman mengenai data yang akan dikumpulkan
dan untuk menghindari kesesatan dalam menentukan alat
pengumpulan data.
Adapun definisi operasional variabel-variabel penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Perilaku Agresif Pada Anak-anak
Perilaku agresif pada anak-anak adalah suatu perilaku
yang secara sengaja dilakukan oleh anak baik secara verbal
maupun fisik sehingga akan menyebabkan rasa sakit baik secara
fisik ataupun psikis bagi individu yang tidak menginginkan
timbulnya perilaku tersebut.
Perilaku agresif pada anak-anak ini akan diungkap melalui
skala yang bertujuan untuk mengukur perilaku agresif dengan
melihat aspek-aspek perilaku agresi yaitu : perilaku fisik (seperti
memukul, mendorong, meludah, menggigit, meninju, memarahi,
merampas dan menyerang suatu objek), perilaku verbal (seperti
mengancam secara verbal, memburuk-burukkan orang lain,
sikap menuntut) dan melanggar hak milik orang lain.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin
tinggi perilaku agresif pada anak dan sebaliknya.
2. Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung
Kekerasan di Televisi
Perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan adalah tindakan konkret dan dapat diamati dari
melihat suatu tayangan atau pertunjukan gambar yang berupa
film kartun.
Perilaku menonton film kartun ini akan diungkap melalui
skala yang bertujuan untuk mengukur perilaku seseorang
dengan melihat aspek-aspek perilaku yaitu : frekuensi dan
intensitas. Aspek durasi tidak digunakan karena dirasa sudah
dapat terwakilkan melalui aspek frekwensi. Selain itu karena
subjek yang digunakan adalah siswa Sekolah Dasar kelas III dan
IV, aspek durasi dirasa akan membuat subjek bingung
menjumlah jam menontonnya, sehingga aspek yang digunakan
hanya aspek frekwensi dan intensitas.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek, maka semakin
tinggi perilaku menonton tayangan kekerasan pada anak dan
sebaliknya.
C. Subjek Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto,
2002, h.108). Populasi menurut Hadi (2000, h.220) adalah sejumlah
penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat
yang sama. Istilah penduduk pada hakekatnya tidak saja
menunjukkan sejumlah individu yang berwujud menusia, akan tetapi
juga sejumlah kambing, kelinci, tikus, padi, barang-barang
dagangan, batu, dan sebagainya.
Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak sekolah dasar.
Kemudian peneliti mengambil Sekolah Dasar “X” karena sesuai
dengan observasi yang peneliti lakukan, disekolah tersebut banyak
terjadi perilaku agresif yang dilakukan oleh para siswa. Peneliti
mengambil siswa kelas III dan IV sebagai subjek penelitian. Alasan
yang mendasar digunakannya kriteria ini adalah :
1. Pertimbangan praktis dalam rangka kemudahan dalam
pelaksanaan penelitian. Siswa-siswi sekolah dasar kelas III dan
IV, sudah memiliki tingkat pengetahuan, penalaran dan
pemahaman yang lebih baik dibanding anak-anak yang berada
pada tahap perkembangan masa anak-anak awal sehingga
mereka bisa lebih memahami pertanyaan-pertanyaan atau
pernyataan-pernyataan yang ada diberikan oleh peneliti
melalui angket yang akan mereka isi.
2. Pada tahap perkembangan ini, tuntutan kepada anak-anak
untuk lebih mampu berhubungan dengan perilaku moral lebih
tinggi dibandingkan pada tahap perkembangan awal anak-
anak. Sehingga diharapkan anak mulai dapat membedakan
perilaku yang benar dan yang salah.
Penelitian ini merupakan studi populasi sehingga semua
anggota populasi menjadi subjek penelitian.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan suatu cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data penelitian. Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode skala. Skala
psikologi adalah suatu alat atau instrument yang mengungkapkan
tingkah laku serta aktivitas-aktivias sebagai manifestasi dari kejiwaan
seseorang (Azwar, 2000, h.3). Adapun skala yang akan digunakan
dalam penelitian ini adalah skala yang bersifat langsung, yaitu yang
dijawab atau diisi oleh subjek sendiri bukan orang lain.
Di dalam penelitian ini, skala yang digunakan adalah metode
skala tertutup, yaitu responen tidak mempunyai kesempatan lain
dalam memberikan jawaban selain jawaban yang telah disediakan
dalam dafar pertanyaan tersebut, responden tinggal memilih jawaban-
jawaban yang telah disajikan (Subagyo, 1991, h.27).
Penelitian ini menggunakan dua macam skala, yaitu :
1. Skala Perilaku Agresif Anak
Skala perilaku agresif pada anak ini terdiri dari satu
bentuk pertanyaan, yaitu pertanyaan yang mendukung
(favourable). Skala ini digunakan untuk mengungkap perilaku
agresif pada anak yang mencakup tiga aspek perilaku, yaitu :
a. Perilaku fisik
b. Perilaku verbal
c. Melanggar hak milik orang lain.
Tabel 1
Rancangan Skala Perilaku Agresif Pada Anak
Bentuk Perilaku Jumlah Item
Perilaku fisik 10
Perilaku verbal 10
Melanggar hak milik orang lain 10
Jumlah 30
Penyajian skala perilaku agresif pada anak menggunakan
2 kategori jawaban, yaitu Ya atau Tidak. Jawaban Ya mendapat
skor 1, sedangkan Tidak mendapat skor 0.
2. Skala Perilaku Menonton Film Kartun yang Mengandung
Kekerasan di Televisi
Skala perilaku menonton terdiri dari satu bentuk
pertanyaan, yaitu berupa pertanyaan yang mendukung
(favourable). Skala ini digunakan untuk mengungkap perilaku
menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi
yang mencakup dua aspek, yaitu : frekuensi, dan intensitas.
Tabel 2
Rancangan Skala Perilaku Menonton
Aspek Perilaku Jumlah Item
Frekuensi 9
Intensitas 10
Jumlah 19
Penyajian skala perilaku menonton ini terdiri dari dua
skala, yaitu skala frekwensi dan skala intensitas. Skala
frekwensi menggunakan 3 kategori jawaban, yaitu Selalu,
Kadang-kadang dan Tidak Pernah. Jawaban Selalu mendapat
skor 2, jawaban Kadang-kadang mendapat skor 1, sedangkan
jawaban Tidak Pernah mendapat skor 0. Skala intensitas
menggunakan 2 kategori jawaban, yaitu Ya atau Tidak. Jawaban
Ya mendapat skor 1, sedangkan Tidak mendapat skor 0.
E. Validitas dan Reliabilitas
Sejauh mana kepercayaan dapat memberikan hasil pada
kesimpulan tergantung antara lain pada akurasi dan kecermatan data
yang diperoleh. Akurasi dan kecermatan data hasil pengukuran
tergantung pada validitas dan reliabitilas alat ukurnya (Azwar, 1998,
h.105).
1. Validitas Alat Ukur
Instrumen penelitian dikatakan valid apabila instrumen itu
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur dan mampu
mengukur sejauh mana hal yang hendak diukur (Ancok, 1987,
h.13).
Uji validitas instrumen penelitian ini mengunakan uji
validitas konstruk, untuk mengukur kesahihan instrumen dengan
jalan mengkorelasikan skor yang diperoleh dari setiap butir item
dengan jumlah skor seluruh item. Rumus yang digunakan dalam
menguji validitas ini menggunakan dua macam, yaitu korelasi
Product Moment dari Karl Pearson untuk mengukur validitas
dari perilaku agresif sedangkan Point Biserial dari Rank
Spearman untuk perilaku menonton. Keduanya dioperasikan
dengan menggunakan program SPSS.
2. Reliabilitas
Setelah dilakukan uji validitas instrumen selanjutnya
dilakukan reliabilitas instrumen dengan tujuan agar data yang
diperoleh dapat mencerminkan variabel penelitian, maka alat
pengumpulan data yang akan digunakan harus reliabel.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
alat ukur dapat dipercaya atau diandalkan (Ancok, 1987, h.19).
dengan demikian reliabilitas (keterandalan) suatu instrumen
merupakan syarat dalam proses pengumpulan data, sehingga
dapat secara konsisten memberikan hasil yang sama meskipun
digunakan berulangkali pada waktu yang berbeda.
Uji reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan
rumus Alpha Cronbach yang dioperasikan dengan
menggunakan program SPSS. Alasan penggunaan Alpha
Cronbach karena koefisian alpha memberikan harga yang lebih
kecil atau sama besar dengan reliabilitas yang sebenarnya,
sehingga ada kemungkinan reliabilitas tes lebih tinggi daripada
koefisien alpha, koefisien alpha bersifat fleksibel karena dapat
digunakan untuk butir dikotomi maupun non dikotomi, hasil
yang diperoleh lebih murni dan hasil reliabilitas dengan
menggunakan teknik ini akan lebih cermat karena dapat
mendekati hasil yang sebenarnya (Azwar, 1998, h.28).
F. Metode Analisis Data
Analisis data adalah cara yang digunakan dalam mengoleh data
yang diperoleh, sehingga didapatkan suatu kesimpulan. Teknik
analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan dua macam, yaitu korelasi Rank
Spearman untuk mengukur perilaku menonton dan korelasi Product
Moment untuk mengukur perilaku agresif yang keduanya
dioperasikan dengan menggunakan program SPSS.
BAB IV
LAPORAN PENELITIAN
A. Orientasi Kancah Penelitian
Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti perlu memahami
kancah penelitian atau tempat penelitian dilakukan, setelah itu
menentukan subjek penelitian, serta mempersiapkan segala sesuatu
yang berkenaan dengan jalannya penelitian. Kancah penelitian dapat
diketahui dengan melakukan pengamatan pendahuluan yang
didasarkan pada ciri-ciri subjek yang diambil pada penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan,
peneliti memutuskan kancah penelitiannya di SD “X” Semarang.
SD “X” Semarang terletak di Jl. Mataram, Semarang. Sekolah
ini tepat berada ditepi jalan raya sehingga suasana sekolah pun
berisik dan terganggu dengan suara kendaraan yang ada diluar. SD
“X” memiliki lahan yang tidak terlalu luas. Ruang kelas pun tidak
terlalu banyak, hanya ruang kelas yang masing-masing 1 ruangan
untuk tiap tingkatan, ruang guru, ruang kepala sekolah dan tata usaha
serta ruang UKS. Jumlah siswanya pun tidak banyak, masing-masing
kelas hanya memiliki murid rata-rata 25-30 anak. Jumlah guru pun
tidak terlalu banyak, hanya ada 10 guru, sehingga ada beberapa guru
yang bertugas menjadi guru kelas sekaligus memegang mata
pelajaran tertentu.
Sesuai dengan ciri-ciri populasi penelitian, maka penelitian ini
mengambil tempat di SD “X” sebagai kencah penelitian atas dasar
beberapa alasan :
1. Adanya permasalahan yang menggambarkan penelitian yang
ingin dilakukan oleh peneliti, yaitu tingginya tingkat
agresivitas dan banyaknya permasalahan yang timbul karena
perilaku agresif yang dilakukan para siswa di Sekolah Dasar
“X” ini. Hal ini diketahui melalui wawancara singkat yang
dilakukan oleh peneliti kepada guru Bimbingan Konseling di
sekolah tersebut.
2. Kancah penelitian tersebut mudah dijangkau. Hal ini akan
memberikan kemudahan bagi peneliti untuk mengadakan
penelitian dengan menghemat waktu, tenaga dan biaya.
3. Pihak Kepala Sekolah SD “X” memberi ijin kepada peneliti
untuk mengadakan penelitian.
B. Persiapan Penelitian
1. Penyusunan Alat Ukur
Sebelum memasuki tahap penelitian, terlebih dahulu
peneliti mempersiapkan penyusunan skala yang akan digunakan
untuk mengungkapkan masalah yang akan diteliti dengan
menentukan aspek-aspek yang hendak diukur. Aspek-aspek
inilah yang kemudian akan dijabarkan dalam penyusunan item
pada skala. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
: skala perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan di televisi dan skala perilaku agresi anak. Penyajian
skala dalam bentuk tetap yaitu subjek penelitian diwajibkan
memilih jawaban dari alternatif-alternatif jawaban yang telah
disediakan.
a. Skala perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan di televisi
Penyusunan skala perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan ditelevisi disajikan dalam bentuk
item-item dengan dua dan tiga pilihan jawaban. Skala
perilaku menonton film kartun disusun berdasarkan
perpaduan dari faktor intensitas dan faktor frekwensi. Skala
tersebut memiliki jumlah item sebanyak 10 item untuk faktor
intensitas, dan 9 item untuk faktor frekwensi. Semua item
bersifat positif (favourable).
Adapun pilihan jawaban faktor intensitas disajikan
dalam 2 alternatif jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pilihan
jawaban tersebut kemudian diberi nilai skala. Adapun nilai
skala untuk jawaban Ya adalah 1, dan nilai skala untuk
jawaban Tidak adalah 0. Sedangkan untuk pilihan jawaban
faktor frekwensi disajikan dalam 3 alternatif jawaban, yaitu
Selalu, Kadang-kadang dan Tidak Pernah. Nilai skala untuk
jawaban Selalu adalah 2, untuk jawaban Kadang-kadang
adalah 1 dan untuk jawaban Tidak Pernah adalah 0.
b. Skala perilaku agresi anak
Skala perilaku agresi pada anak disusun berdasarkan
tiga aspek perilaku agresi, yaitu perilaku fisik, perilaku verbal
dan melanggar hak milik orang lain. Jumlah item pada skala
perilaku agresi anak ada 30 item. Aspek perilaku fisik terdiri
dari 10 item, perilaku verbal terdiri dari 10 item, dan
melanggar hak milik orang lain terdiri dari 10 item. Semua
item bersifat positif (favourable).
Adapun pilihan jawaban perilaku agresi anak disajikan
dalam 2 alternatif jawaban, yaitu Ya dan Tidak. Pilihan
jawaban tersebut kemudian diberi nilai skala. Adapun nilai
skala untuk jawaban Ya adalah 1, dan nilai skala untuk
jawaban Tidak adalah 0. Sebaran nomer item skala perilaku
agresi anak dapat dilihat dalam tabel 3.
TABEL 3
Sebaran Nomer Item Skala Perilaku Agresi Anak
No Aspek Jumlah Butir Jumlah1. Perilaku Fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
9, 10 10
2. Perilaku Verbal 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
10
3. Melanggar Hak Milik Orang Lain
21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30
10
Jumlah Item 30 30
2. Perijinan Penelitian
Salah satu syarat untuk mendapat ijin penelitian, yang
pertama dilakukan adalah meminta blanko permohonan ijin
penelitian pada TU Fakultas Psikologi Universitas Katolik
Soegijapranata. Ijin penelitian dari Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata bernomor :
101/B.7.3/FP/IX/2009, tanggal 30 September 2009. Setelah diisi
dan disahkan oleh dekan, blanko permohonan ijin penelitian
disampaikan kepada Kepala Sekolah SD “X” Semarang untuk
melakukan uji coba dan penelitian setelah memperoleh ijin dari
SD “X” Semarang, kemudian menentukan waktu baik untuk uji
coba maupun penelitian.
C. Pelaksanaan Pengambilan Data
Dalam penelitian ini hanya ada satu kali pengambilan data (try
out terpakai). Alasan penggunaan try out terpakai ini adalah karena
keterbatasan subjek yang terdapat pada SD “X”. Jumlah siswa di
sekolah ini sangat terbatas sehingga tidak dimungkinkan peneliti
melakukan dua kali pengambilan data. Penelitian dilakukan pada
tanggal 14 dan 16 November 2009, pada pukul 08.30 – 09.30 (pada
tanggal 14 November) dan pukul 07.00 – 08.00 (pada tanggal 16
November). Pembagian skala untuk penelitian dilakukan pada kelas 3
(tiga) dan 4 (empat), dengan seijin Kepala Sekolah SD “X”
Semarang. Dari SD “X” Semarang diperoleh subjek sebanyak 47
orang. Pembagian skala dilakukan oleh peneliti sendiri. Dari
eksemplar skala yang tersebar, semuanya memenuhi syarat karena
semua skala diisi dengan lengkap dan tidak ada yang kosong. Pada
saat peneliti membagikan skala kepada subjek, guru kelas
memberikan waktu sepenuhnya kapada peneliti. Pengisian skala rata-
rata memakan waktu 45 menit. Sebelumnya peneliti melakukan
perkenalan dan sedikit ice breaking agar anak-anak tidak tegang. Saat
mengisi skala, banyak anak-anak yang ribut dan mengganggu
temannya sehingga peneliti harus berulang kali menertibkan kelas
terlebih dahulu. Namun semua subjek mengisi skala secara mandiri,
tidak ada yang meniru jawaban temannya.
Sebelum peneliti menyebarkan angket kepada subjek
penelitian, terlebih dahulu guru kelas memberikan pengarahan
kepada para subjek. Namun yang menjadi perhatian peneliti, cara
penyampaian itu tidak seharusnya dilakukan oleh seorang guru.
Setiap berbicara dengan anak-anak, guru yang bersangkutan selalu
membentak dan memarahi anak-anak, bahkan sesekali melakukan
kekerasan fisik. Saat guru berada didalam kelas, suasana kelas masih
sedikit bisa dikontrol, namun begitu guru yang bersangkutan keluar
dari kelas, para siswa pun langsung tidak terkendali sehingga peneliti
agak kerepotan untuk mengatur mereka. Berdasarkan observasi yang
peneliti lakukan, rata-rata guru yang berada di Sekolah Dasar “X”
memiliki sikap yang agresif terhadap muridnya sehingga hal ini
menjadi salah satu keprihatinan bagi peneliti.
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur
Guna memenuhi persyaratan, alat ukur harus memiliki validitas
dan reliabilitas yang baik.. Uji validitas dan reliabilitas mengambil
subjek sebanyak 47 orang. Skala yang telah diisi kemudian di skor
dan ditabulasikan. Hasil tersebut akan menjadi data uji coba. Setelah
uji coba dan dihitung item-item yang valid dan yang gugur, maka skor
item yang gugur dihilangkan dan skor item yang valid ditabulasikan
ulang san dijadikan sebagai data penelitian.
1. Perilaku Menonton Film Kartun Yang Mengandung
Kekerasan di Televisi
Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap skala perilaku
menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi
menggunakan program SPSS. Berdasarkan uji validitas alat ukur
tersebut, diperoleh hasil dari 10 item intensitas, 1 item gugur, 9
item valid. Item valid memiliki koefisien validitas antara 0,330
sampai dengan 0,829.
Untuk melakukan uji reliabilitas dari alat ukur, digunakan
teknik Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan dilakukan
terhadap item yang valid saja. Hasil uji reliabilitas aspek intensitas
adalah 0,858.
Uji validitas dari alat ukur aspek frekwensi, diperoleh dari
hasil 9 item frekwensi, semua item valid. Item valid memiliki
koefisien validitas antara 0,381 sampai dengan 0,757. Adapun
rincian item valid pada skala perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan di televisi dapat dilihat pada tabel 4.
TABEL 4
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Menonton
Film Kartun yang Mengandung Kekerasan di Televisi
Jumlah Item Aspek Perilaku Favorable
Jumlah
Intensitas 1, 2*, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10 Frekwensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9
Jumlah 19 19 Keterangan :
Tanda * : item yang gugur
Untuk melakukan uji reliabilitas dari alat ukur, digunakan
teknik Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan dilakukan
terhadap item yang valid saja. Hasil uji reliabilitas aspek frekwensi
adalah 0,847.
2. Perilaku Agresi Anak
Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap skala Perilaku
Agresi Anak menggunakan SPSS. Uji validitas alat ukur tersebut
diperoleh dari 30 item, 1 item gugur, 29 item valid, item valid
memiliki koefisien antara 0,348 sampai dengan 0,851.
Adapun rincian item valid dan gugur pada skala Perilaku
Agresi Anak pada anak-anak SD “X” dapat dilihat pada tabel 5.
TABEL 5
Sebaran Item Valid dan Gugur Skala Perilaku Agresi
Anak
Jumlah Item Bentuk Perilaku Favorable
Jumlah
Perilaku Fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 10
Perilaku Verbal 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 10
Melanggar Hak Milik Orang Lain
21, 22, 23*, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30 10
Jumlah 30 30 Keterangan :
Tanda * : item yang gugur
Untuk melakukan uji reliabilitas dari alat ukur, dengan
teknik Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach. Perhitungan
dilakukan dengan menggunakan program SPSS dan dilakukan
terhadap item yang valid saja. Hasil uji reliabilitas pada skala
perilaku agresi anak adalah 0,950.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan skala perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan di televisi dan skala perilaku agresi anak,
dilakukan pengujian terhadap hipotesis penelitian dengan
menggunakan teknik analisis korelasi product moment untuk mencari
hubungan antara perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan di televisi dengan perilaku agresi anak.
Uji normalitas penelitian dan uji linearitas hubungan variabel
bebas dan variabel tergantung harus dilakukan terlebih dahulu
sebelum melakukan pengujian terhadap korelasi antar variabel.
1. Uji Asumsi
Setelah semua data skala yang dibagikan terkumpul
kembali, skala tersebut diperiksa satu persatu untuk melihat
serta meneliti hasilnya. Setelah semua data yang sesuai dengan
kriteria ditabulasikan, lalu diperhitungkan sesuai dengan aturan
yang telah dikemukakan dalam bab III.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan
komputer dengan program SPSS. Semua data yang masuk
diubah menjadi data kasar yang didapat dari data respon dari
masing-masing subjek terhadap item-item berdasarkan pilihan
kemudian data kasar tersebut dianalisa.
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas pada sebaran atas variabel pada
skala diuji normalitasnya dengan teknik Kolmogorov –
Smirnov (K-S Z). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
normal tidaknya sebaran skor variabel perilaku agresi anak
dan variabel perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan di televisi.
Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel
perilaku agresi anak memiliki nilai K-S Z sebesar 2,275,
dengan p<0,05 yang berarti sebaran skor tidak normal.
Sedangkan hasil uji normalitas variabel perilaku menonton
film kartun yang mengandung kekerasan memiliki nilai K-S Z
sebesar 0,997, dengan p>0,05 yang berarti sebaran skor
normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran.
Berdasarkan hasil uji normalitas ini dapat dilihat
bahwa sebaran skor pada variabel perilaku agresi tidak
normal. Skor yang tidak normal ini menyebabkan penggunaan
korelasi Product Moment tidak dapat digunakan lagi sehingga
perhitungan selanjutnya menggunakan parametrik.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas ini dilakukan untuk melihat hubungan
antar variabel yang ada. Uji liniearitas antara hubungan
perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan
di televisi dengan perilaku agresi anak dengan nilai FLin
sebesar 5,084 (p<0,05). Hal ini berarti hubungan antara
perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan
di televisi dengan perilaku agresi anak adalah linier.
2. Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan
uji hipotesis untuk menguji hubungan antara perilaku menonton
film kartun yang mengandung kekerasan di televisi dengan
perilaku agresi anak pada anak-anak di SD “X” dengan
menggunakan program SPSS. Hasil uji yang menguji hubungan
antara perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan di televisi dengan perilaku agresi anak menghasilkan
nilai rs sebesar 0,458 dengan p<0,01, artinya ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara perilaku menonton film
kartun yang mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku
agresi anak.
Hasil analisis tersebut menunjukan bahwa hipotesis yang
berbunyi “ada hubungan positif antara perilaku menonton film
kartun yang mengandung kekerasan di televisi dengan perilaku
agresif pada anak” dapat diterima dengan taraf signifikan 1%.
Semakin tinggi perilaku menonton film kartun yang
mengandung kekerasan di televisi maka semakin tinggi perilaku
agresi anak. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah perilaku
menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi,
semakin rendah pula perilaku agresi anak. Hal ini berarti
perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan di
televisi memberikan sumbangan efektif (SE) sebesar 20,98%
pada perilaku agresi anak. Hasil analisis selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data di atas, uji hipotesis
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan positif yang sangat
singnifikan antara perilaku menonton film kartun yang mengandung
kekerasan di televisi dengan perilaku agresi anak. Kesimpulan
tersebut diambil berdasarkan hasil koefisien korelasi antara variabel
perilaku menonton film kartun yang mengandung kekerasan di
televisi dengan perilaku agresi anak sebesar 0,458 dengan p<0,01.
Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Barry di Amerika yang
menemukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara perilaku anak-anak menonton kekerasan pada di televisi
dengan perilaku agresi anak (Wawasan, 18 Oktober 2008).
Adler (dalam Chaplin, 1999, h.150) menegaskan bahwa agresif
adalah menifestasi dari kekuatan yang lebih dari yang lain, yang
disebabkan oleh adanya kompensasi terhadap keinginan yang tidak
terpenuhi dan rasa rendah diri yang dialami oleh individu. Menurut
Bolman (Dayakisni & Hudaniah, 2003, h.213) perilaku agresif yang
timbul pada usia 6-14 tahun adalah kemarahan, kejengkelan, rasa iri,
tamak, cemburu, suka mengkritik, berkelahi secara fisik, dan perang
mulut. Dan pada masa kanak-kanak akhir ini anak akan memasuki
dunia sekolah atau biasa disebut dengan school aged, dimana dalam
masa ini akan terjadi perubahan besar pada pola kehidupan anak
(Hurlock, 1995, h.146)
Berkowitz (2003) menjelaskan faktor-faktor yang mendorong
munculnya perilaku agresif pada anak, yaitu interaksi teman sebaya,
pola asuh orang tua, perasaan marah dan balas dendam, proses
modeling dan media.
Proses modeling juga sangat berperan dalam hasil penelitian ini.
Rata-rata guru di sekolah ini melakukan tindakan kekerasan terhadap
siswanya. Setiap hari para siswa melihat hal ini dan inipun akan selalu
terekam dalam ingatan mereka. Perilaku agresif yang ditunjukan oleh
para guru terhadap siswanya juga secara tidak langsung
mempengaruhi perilaku agresif para siswa. Para siswa belajar dan
seakan mendapat penguatan dari para gurunya untuk melakukan
perilaku agresif. Hal ini pun mempengaruhi perilaku para siswa setiap
harinya, karena tokoh yang mereka panuti di sekolah pun melakukan
aksi kekerasan dihadapan dan terhadap mereka.
Selain proses modeling, perkembangan anak akan dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam diri maupun dari luar diri
individu. Televisi merupakan salah satu faktor yang berada diluar diri
anak, dan diperkirakan mempunyai pengaruh besar bagi
perkembangan anak, karena televisi merupakan sarana untuk belajar
masalah-masalah yang positif maupun negatif. Sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Dr. Leonard Eron dan Dr. Rowell
Hiesmann dari Universitas Michigan, menemukan bahwa anak-anak
yang berjam-jam menonton film kekerasan cenderung lebih agresif di
dalam kelas dan tempat bermain (Craig, 1983, dikutip Martani dan
Adiyanti, 1992, h.1).
Film yang mengandung unsur kekerasan dalam penelitian ini
adalah suatu teknik audio visual yang dapat mempengaruhi
penontonnya dan dapat dinikmati dengan menggunakan mata, telinga
dan juga merupakan cerita bergambar yang dapat bergerak dan
bersuara yang didalamnya terdapat adegan-adegan kekerasan didalam
layer televisi. Sani menambahkan (Noraida, 1994, h.55) film
kekerasan dapat dilihat dari tingkah laku para pelakunya seperti
perkelahian, pengejaran, perang tanding atau pertempuran besar yang
biasanya diidentifikasikan dengan menggunakan senjata atau senjata
tajam dari para pelakunya.
Studi-studi eksperimen mengenai berbagai program televisi
yang dipertontonkan kepada anak menunjukan bahwa penayangan
acara televisi yang berisi kekerasan, walaupun ditunjukan secara
singkat, namun dapat meningkatkan agresivitas pada permainan
berikutnya (Achenbah, 1987, h.195).
Kelemahan dan kekurangan dalam penelitian ini antara lain :
1. Digunakannya metode try out terpakai yang dapat mengakibatkan
pencemaran terhadap hasil penelitian. Hal tersebut dikarenakan
data uji coba sekaligus sebagai data hasil penelitian, sehingga
item-item yang tidak valid juga ikut dikerjakan oleh subjek.
2. Kemungkinan adanya pengaruh social desirability, yaitu
keinginan subjek penelitian memberikan jawaban yang sesuai
dengan norma-norma yang berlaku dan tidak sesuai dengan
keadaan diri yang sebenarnya. Kemungkinan ini sangat besar
terjadi karena sesuai dengan observasi yang peneliti lakukan,
anak-anak yang menjadi subjek sangat dibayang-bayangi oleh
perilaku para guru yang sering menekan mereka dengan kata-kata
maupun kekerasan fisik. Kecenderungan para guru untuk
memarahi anak-anak membuat mereka takut untuk mengisi angket
sesuai dengan keadaan mereka yang sebenarnya, sehingga
pengaruh social desirability ini yang menyebabkan tidak
normalnya hasil penelitian.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan peneliti
menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti diterima,
yaitu ada hubungan positif yang sangat signifikan antara perilaku
menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi
dengan perilaku agresi anak. Hal ini berarti semakin tinggi perilaku
menonton film kartun yang mengandung kekerasan di televisi, maka
semakin tinggi pula perilaku agresif pada anak. Demikian juga
sebaiknya. Sumbangan efektif variabel perilaku menonton tayangan
kekerasan pada film kartun di televisi terhadap perilaku agresi anak
sebesar 20,98%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan
maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Orang Tua
a. Para orang tua sebaiknya lebih selektif dan membantu anak
memilihkan film-film yang akan ditonton, sehingga konsumsi
anak terhadap film kekerasan bisa lebih diminimalkan.
b. Para orang tua sebaiknya lebih sering mendampingi anak-anak
saat menonton film kegemaran mereka sehingga para orang tua
dapat mengontrol film mana yang baik bagi anak-anak dan
anak-anak juga bisa mendapat persepsi yang positif tentang
adegan-adegan film yang sedang mereka lihat dari orang tua
mereka.
c. Sebaiknya orang tua memberikan batasan waktu bagi anak-anak
untuk menonton film kegemarannya dengan memperbanyak
waktu bermain dengan teman sebayanya dan malekukan
kegiatan positif lainnya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang disertakan
dalam penelitian ini seperti interaksi teman sebaya, pola asuh
orang tua, faktor internal dan eksternal, lingkungan, jenis
kelamin dan modeling sehingga benar-benar dapat menemukan
faktor yang dominan dalam pengaruhnya terhadap perilaku
agresi pada anak-anak.
b. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang perilaku
menonton tayangan kekerasan pada film kartun di televisi
dengan menggunakan metode kualitatif, sehingga dapat
terungkap pula bagaimana proses terjadinya sikap-sikap
perilaku agresi pada anak-anak masa kini.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pusat Pendidikan UGM
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Azwar, S. 1998. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_______. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Relajar
Bandura, A., & Ribes-Inesta, Emilio. (1976). Analysis of Delinquency and Aggression. Lawrence Erlbaum Associates, INC: New Jersey (Bandura, 1976: pp. 206-208).
Berkowitz, L. 2003. Emotional Behavior : Mengenali Perilaku dan Tindakan Kekerasan di Lingkungan Sekitar Kita dan Cara Penggulangannya. Buku Kesatu. Alih Bahasa : Hartini Woro Susianti. Jakarta : PPM.
Breakwell, G. 1988. Coping with Aggressive Behaviour : Mengatasi Perilaku Agresif. Yogyakarta : Kanisius.
Chaplin, J.P. 1999. Kamus Lengkap Psikologi. Alih Bahasa : Kartono, K. Jakarta : Rajawali Press.
Collinns, R.L, dkk. 2004. Watching Sex on Television Predicts Adolescent Initiation of Sexual Behavior. Pediatrics. Vol.114, no. 3 : 280-289 (September).
Dayakisni, T & Hudaniah. 2003. Psikologi Sosial. Buku Kesatu. Malang : UMM Press.
De Clerg, L. 1994. Tingkah Laku Abnormal Dari Sudut Pandang Perkembangan. Alih Bahasa : Joerban Walia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Drever, J. 1986. Kamus Psikologi. Alih Bahasa : Kartini Simanjuntak. Jakarta : PT. Bina Aksara.
_______. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Jakarta : Balai Pustaka.
Feshbach, S., & Singer, R.D. (1971). Television and Aggression, Jossey-Bass, San Franisco
Friedman, S dan Steward, A. C. 1987. Child Development : Infancy Through Adolescence. Canada : John Wiley and Sons Inc.
Gulo, D.,Kartini Kartono. 1987. Kamus Psikologi, cetakan 1. Bandung : Pionir Jaya.
Hadi, S. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.
Herviantini Fidela, 2007. Agresivitas Pada Remaja Ditinjau Dari Intensitas Menonton Film Kekerasan Di Televisi. Skripsi (Tidak diterbitkan). Semarang : Fakultas Psikologi Universitas Katolik Semarang.
Hurlock, E. B. 1995. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima. Alih Bahasa : Istiwidayanti. Jakarta : Erlangga.
Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia. Bandung : Eresco.
________. 2008. Kategori Tayangan TV Untuk Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 14 Juli 2008. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
________. 2008. Fakta Jumlah Jam Menonton Pada Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 19 Juli 2008. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
________. 2008. Bahaya Menonton Pada Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 22 November 2008. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
________. 2009. Dampak Menonton TV Bagi Anak. Dalam Kompas, Surat Kabar Harian. 21 Mei 2009. Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
Martani, W dan Adiyanti, M.G. 1990. Pengaruh Film TV Terhadap Perilaku Agresif. Laporan Psikologi. Fakultas Psikologi Yogyakarta. UGM.
Mulyono, Y. B. 1991. Mengatasi Kenakalan Remaja. Yogyakarta : Andi Offset.
Mu’tadin, Z. 2002. Faktor Penyebab Perilaku Agresif. www.e-psikologi.com (10 Juni 2002).
Mutman, M. 1996. Television as Cultural Form. Journal of American studies of Turkey, 4 :79-87.
Pambudi, N.T. 2006. Perilaku Agresif Pada Masa Kanak-kanak Akhir Ditinjau dari Komunikasi Orangtua dengan Anak dan Perilaku Menonton Film Kartun Heroic di Televisi. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang : fakultas psikologi Universitas Katolik Soegijapranata.
Poerwadarminta, W.J.S. 1990. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Santrock, J.W. 1995. Life-Span Develoment. Alih Bahasa : Juda Dumanik, Achmad Chusairi. Jakarta : Erlangga.
Sarwono, S. W. 2002. Psikologi Sosial : Individu dan Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.
Sears, D. O. Freedman, J. L. & Peplau, L. A. 1994. Psikologi Sosial. Jilid 2 (judul asli : Social Psychology). Jakarta : Erlangga.
Sulaeman, D. 1995. Psikologi Remaja : Dimensi-dimensi Perkembangan. Bandung : CV. Bandar Maju.
LAMPIRAN A
SKALA PENELITIAN
LAMPIRAN A-1
PERILAKU AGRESIF ANAK
Nama :
Kelas :
Tanggal pengisian :
PETUNJUK PENGISIAN
Pada lembaran-lembaran berikut terdapat pernyataan yang
membutuhkan jawaban dari adik-adik. Pilihlah salah satu jawaban yang adik-
adik anggap paling sesuai dengan keadaan adik-adik dan jangan terpengaruh
dengan pendapat teman lain.
Adik-adik diminta untuk membuat tanda ( X ) pada kolom yang
tersedia di samping pernyataan.
Beri tanda ( X ) pada jawaban “YA” bila pernyataan tersebut sesuai
dengan keadaan adik-adik, dan beri tanda ( X ) pada jawaban “ TIDAK “ bila
jawaban tersebut tidak sesuai dengan keadaan adik-adik.
Apabila ingin mengganti jawaban, adik-adik dapat melingkari jawaban
yang kurang tepat, kemudian berilah tanda ( X ) pada jawaban yang benar.
SELAMAT MENGERJAKAN
TERIMA KASIH
NO PERNYATAAN YA TIDAK 1 Saya memberikan pukulan bila ada teman yang tidak mau
memberikan contekan pada saya YA TIDAK
2 Bila ada yang membuat saya marah, saya tidak segan-segan memukulnya YA TIDAK
3 Saya memukul teman yang tidak mau meminjamkan barangnya pada saya YA TIDAK
4 Bila ada teman yang melawan perintah saya, saya langsung memukulnya YA TIDAK
5 Bila ada teman yang menantang saya berkelahi, saya langsung balas memukulnya YA TIDAK
6 Bila saya sedang marah, saya memukuli barang-barang yang ada di dekat saya YA TIDAK
7 Melempar barang adalah kebiasaan saya bila sedang marah YA TIDAK 8 Saya menendang pintu bila saya sedang jengkel YA TIDAK 9 Untuk melampiaskan kemarahan saya, saya membanting semua
barang yang ada di dekat saya YA TIDAK
10 Saya merusak barang-barang ketika saya sedang marah YA TIDAK 11 Bila ada teman yang memaki saya, saya langsung membalasnya YA TIDAK 12 Saya langsung memaki orang yang menghina saya YA TIDAK 13 Bila ada teman yang tidak menuruti perkataan saya, saya
langsung memarahinya YA TIDAK
14 Saya suka menceritakan keburukan teman saya yang tidak saya sukai YA TIDAK
15 Saya mengancam teman yang tidak mau patuh pada saya YA TIDAK 16 Saya tidak segan-segan membentak anak yang lebih besar dari
saya YA TIDAK
17 Bila saya sedang marah, saya langsung melampiaskannya dengan memarahi orang lain YA TIDAK
18 Bila tidak dapat mengerjakan tugas dengan baik, saya selalu menyalahkan orang lain YA TIDAK
19 Bila keinginan saya tidak tercapai, saya melampiaskannya dengan memarahi orang lain YA TIDAK
20 Saya marah bila orang tua saya tidak menuruti kemauan saya YA TIDAK 21 Saya mengambil barang yang saya inginkan walaupun itu bukan
milik saya YA TIDAK
22 Saya merampas mainan baru yang dibawa oleh teman saya bila ia tidak mau meminjamkannya pada saya YA TIDAK
23 Saya mencuri barang milik teman yang saya inginkan bila ia tidak YA TIDAK
meminjamkannya kepada saya 24 Saya merampas barang yang saya inginkan dari teman saya bila
ia tidak mau bermain bersama saya YA TIDAK
25 Saya merusak barang milik teman saya bila ia tidak mau meminjamkannya pada saya YA TIDAK
26 Bila teman saya tidak mau memberikan barang yang saya inginkan, saya mencuri barang itu dengan diam-diam YA TIDAK
27 Saya sering mencuri uang ibu saya bila ia tidak memberikan uang jajan pada saya YA TIDAK
28 Saya merusak pekerjaan teman saya bila ia tidak mau membantu pekerjaan saya YA TIDAK
29 Bila saya menginginkan sesuatu dan orang tua tidak mau membelikannya, saya mengambil uang mereka dengan diam-diam YA TIDAK
30 Saya merampas makanan yang dibawa oleh teman saya bila ia tidak mau membaginya dengan saya YA TIDAK
LAMPIRAN A-2
PERILAKU MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI
TELEVISI
LAMPIRAN A-2-1
INTENSITAS
Nama :
Kelas :
Tanggal pengisian :
PETUNJUK PENGISIAN
Pada lembaran-lembaran berikut terdapat pernyataan yang
membutuhkan jawaban dari adik-adik. Pilihlah salah satu jawaban yang adik-
adik anggap paling sesuai dengan keadaan adik-adik dan jangan terpengaruh
dengan pendapat teman lain.
Adik-adik diminta untuk membuat tanda ( X ) pada kolom yang
tersedia di samping pernyataan.
Beri tanda ( X ) pada jawaban “YA” bila pernyataan tersebut sesuai
dengan keadaan adik-adik, dan beri tanda ( X ) pada jawaban “ TIDAK “ bila
jawaban tersebut tidak sesuai dengan keadaan adik-adik.
Apabila ingin mengganti jawaban, adik-adik dapat melingkari jawaban
yang kurang tepat, kemudian berilah tanda ( X ) pada jawaban yang benar.
SELAMAT MENGERJAKAN
TERIMA KASIH
NO PERNYATAAN YA TIDAK 1 Saya senang menonton film kartun Naruto yang ada di TV YA TIDAK 2 Meskipun buru-buru berangkat sekolah, saya masih berusaha
untuk menonton film kartun Avatar YA TIDAK
3 Saya memilih menonton film kartun Tom & Jerry walaupun besok ada ulangan YA TIDAK
4 Waktu saya untuk menonton film kartun lebih lama dari waktu belajar saya YA TIDAK
5 Saya hafal semua jalan cerita film kartun Naruto YA TIDAK 6 Saya merasa sedih kalau tokoh Aang dalam film kartun Avatar
yang saya tonton kalah perang YA TIDAK
7 Adegan kekerasan yang ada dalam film kartun Naruto sangat bagus dan saya menyukainya YA TIDAK
8 Adegan kekerasan dalam film kartun Dragon Ball membuat saya semakin suka menonton film tersebut YA TIDAK
9 Saya merasa sedih bila dilarang menonton film kartun Shincan YA TIDAK 10 Saya menanti film kartun One Piece dengan tidak sabar YA TIDAK
LAMPIRAN A-2-2
FREKWENSI
Nama :
Kelas :
Tanggal pengisian :
PETUNJUK PENGISIAN
Pada lembaran-lembaran berikut terdapat pernyataan yang
membutuhkan jawaban dari adik-adik. Pilihlah salah satu jawaban yang adik-
adik anggap paling sesuai dengan keadaan adik-adik dan jangan terpengaruh
dengan pendapat teman lain.
Adik-adik diminta untuk membuat tanda ( X ) pada kolom yang
tersedia di samping pernyataan.
Beri tanda ( X ) pada jawaban “SELALU” bila adik-adik selalu menonton
film kartun yang tertera pada pernyatan tersebut.
Beri tanda ( X ) pada jawaban “KADANG-KADANG” bila adik-adik
kadang-kadang saja menonton film kartun yang tertera pada pernyatan
tersebut.
Beri tanda ( X ) pada jawaban “TIDAK PERNAH” bila adik-adik tidak
pernah menonton film kartun yang tertera pada pernyatan tersebut.
Apabila ingin mengganti jawaban, adik-adik dapat melingkari jawaban
yang kurang tepat, kemudian berilah tanda ( X ) pada jawaban yang benar.
SELAMAT MENGERJAKAN
TERIMA KASIH
NO PERNYATAAN Selalu Kadang-kadang
Tidak pernah
1 Setiap bangun tidur pagi, saya langsung menonton film kartun Avatar Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
2 Setiap hari saya menonton film kartun Naruto Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
3 Saya menonton film kartun Tom & Jerry setiap sore Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
4 Setiap hari Minggu menonton film kartun Dragon Ball Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
5 Setiap hari Sabtu dan Minggu saya menonton film kartun Inuyasha Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
6 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun Shincan Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
7 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun Doraemon Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
8 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun One Piece Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
9 Setiap hari Minggu saya menonton film kartun The Power Puff Girls Selalu Kadang-
kadang Tidak pernah
LAMPIRAN B
DATA SKALA PENELITIAN
LAMPIRAN B-1
PERILAKU AGRESIF ANAK
No. Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 5 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 10 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 15 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 16 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 19 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 20 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 21 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 24 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 26 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 38 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 46 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Y19 Y20 Y21 Y22 Y24 Y25 Y26 Y27 Y28 Y29 Y30 PAA 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 16 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 23 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 20 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 19 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 16 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Korelasi Point Biserial - Perilaku Agresif Anak
No. Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10
Mp 15,400 8,769 15,400 16,000 14,182 14,875 13,250 16,286 15,000 14,111
Mt 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581
St 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533
p 0,106 0,277 0,106 0,191 0,234 0,170 0,170 0,149 0,191 0,191
q 0,894 0,723 0,894 0,809 0,766 0,830 0,830 0,851 0,809 0,809 Vp/q
0,345 0,618 0,345 0,487 0,553 0,453 0,453 0,418 0,487 0,487
r-pbis 0,571 0,396 0,571 0,851 0,812 0,714 0,601 0,749 0,776 0,710
No. Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 Y16 Y17 Y18 Y19 Y20
Mp 12,231 11,231 18,400 9,250 16,833 11,333 17,667 14,500 15,000 17,833
Mt 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581
St 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533
p 0,277 0,277 0,106 0,255 0,128 0,128 0,128 0,128 0,149 0,128
q 0,723 0,723 0,894 0,745 0,872 0,872 0,872 0,872 0,851 0,872 Vp/q
0,618 0,618 0,345 0,586 0,383 0,383 0,383 0,383 0,418 0,383
r-pbis 0,724 0,629 0,730 0,418 0,717 0,395 0,766 0,581 0,667 0,776
No. Y21 Y22 Y23 Y24 Y25 Y26 Y27 Y28 Y29 Y30
Mp 19,000 15,000 11,500 15,750 15,750 15,500 17,000 19,000 20,000 18,500
Mt 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581 4,581
St 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533 6,533
p 0,064 0,128 0,043 0,085 0,170 0,043 0,043 0,064 0,021 0,043
q 0,936 0,872 0,957 0,915 0,830 0,957 0,957 0,936 0,979 0,957 Vp/q
0,261 0,383 0,211 0,305 0,453 0,211 0,211 0,261 0,147 0,211
r-pbis 0,576 0,610 0,223 0,521 0,774 0,352 0,401 0,576 0,348 0,449
LAMPIRAN B-2
PERILAKU MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI
TELEVISI
No. I1 I3 I4 I5 I6 I7 I8 I9 I10 INT 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 5 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0 0 1 1 1 1 0 0 5 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4 9 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 10 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 11 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 1 0 0 1 0 1 1 0 0 4 16 1 0 0 0 0 0 1 1 1 4 17 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 18 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 19 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 20 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 21 1 0 0 1 0 1 1 1 1 6 22 1 0 0 1 1 1 1 1 1 7 23 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 24 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 1 1 0 1 0 1 0 1 0 5 27 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 28 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 29 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 31 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 34 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 1 1 1 1 0 1 1 0 0 6 36 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 38 1 0 0 0 1 0 1 1 1 5 39 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 41 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 42 1 0 0 1 1 1 1 0 1 6 43 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 44 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 45 1 0 0 0 0 1 1 1 1 5 46 1 0 0 1 1 1 1 1 0 6 47 1 0 0 1 0 1 0 0 0 3
Korelasi Point Biserial - Intensitas
No. Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10
Mp 4,792 5,000 6,333 7,000 5,389 5,600 5,556 5,765 4,200 6,000
Mt 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837 2,837
St 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659 2,659
p 0,511 0,021 0,064 0,043 0,383 0,213 0,383 0,362 0,426 0,191
q 0,489 0,979 0,936 0,957 0,617 0,787 0,617 0,638 0,574 0,809 Vp/q
1,022 0,147 0,261 0,211 0,788 0,520 0,788 0,753 0,861 0,487
r-pbis 0,751 0,120 0,343 0,330 0,756 0,540 0,805 0,829 0,441 0,579
No. F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 FREK 1 1 2 1 0 0 1 2 0 0 7 2 0 0 0 0 0 1 2 0 0 3 3 0 0 1 0 0 2 2 0 0 5 4 0 1 1 0 0 1 1 1 0 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18 6 0 0 1 0 0 1 1 0 0 3 7 1 1 2 2 1 1 1 1 0 10 8 0 2 1 0 2 1 0 1 2 9 9 1 1 2 0 0 2 1 1 0 8 10 0 2 2 2 2 2 2 2 2 16 11 0 0 1 0 0 1 1 0 0 3 12 1 2 2 2 2 2 2 2 2 17 13 0 0 2 0 0 1 1 0 0 4 14 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15 1 2 0 2 2 0 0 1 0 8 16 0 1 2 0 0 0 2 0 2 7 17 1 0 2 0 0 2 2 0 2 9 18 2 2 1 1 2 0 1 2 2 13 19 0 0 2 0 2 2 2 0 0 8 20 1 2 2 1 2 2 2 2 0 14 21 2 2 2 1 0 0 2 0 2 11 22 1 2 2 2 2 2 2 2 2 17 23 0 1 2 0 2 2 2 0 0 9 24 1 2 1 0 2 1 2 2 0 11 25 0 0 2 1 0 1 0 1 2 7 26 2 2 1 1 2 2 2 1 2 15 27 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 28 0 0 0 0 0 1 1 0 0 2 29 0 0 0 0 0 0 1 0 1 2 30 1 2 1 2 2 1 2 1 1 13 31 0 0 1 0 0 1 1 0 1 4 32 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 33 1 2 2 2 2 1 2 0 1 13 34 0 0 1 0 0 1 1 0 1 4 35 1 2 2 2 2 2 2 0 1 14 36 1 1 2 0 0 1 1 0 2 8 37 0 2 2 0 2 0 2 0 0 8 38 1 1 2 0 0 1 2 0 0 7 39 0 0 2 0 0 2 0 0 0 4 40 0 1 1 0 0 0 0 0 1 3 41 1 1 1 1 1 1 1 2 1 10 42 0 2 2 2 2 0 1 2 2 13 43 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 44 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 45 0 2 2 2 2 2 2 0 0 12 46 0 1 2 2 1 1 2 2 1 12 47 0 1 2 1 2 1 2 1 0 10
LAMPIRAN C
UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
LAMPIRAN C-1
PERILAKU AGRESIF ANAK
Perilaku Agresif Anak Reliability
Case Processing Summary
47 100.00 .0
47 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.950 29
Cronbach'sAlpha N of Items
Scale Statistics
4.15 42.086 6.487 29Mean Variance Std. Deviation N of Items
LAMPIRAN C-2
PERILAKU MENONTON FILM KARTUN YANG MENGANDUNG KEKERASAN DI
TELEVISI
Intensitas Reliability
Case Processing Summary
47 100.00 .0
47 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.858 9
Cronbach'sAlpha N of Items
Scale Statistics
2.57 6.989 2.644 9Mean Variance Std. Deviation N of Items
Frekuensi Reliability
Case Processing Summary
47 100.00 .0
47 100.0
ValidExcludeda
Total
CasesN %
Listwise deletion based on allvariables in the procedure.
a.
Reliability Statistics
.847 9
Cronbach'sAlpha N of Items
Scale Statistics
8.09 24.558 4.956 9Mean Variance Std. Deviation N of Items
Item-Total Statistics
7.60 20.898 .539 .8357.09 18.080 .757 .8096.70 20.953 .478 .8407.40 18.855 .662 .8217.21 17.823 .708 .8157.06 21.278 .381 .8496.81 20.158 .524 .8367.47 19.472 .608 .8277.34 20.447 .425 .847
F1F2F3F4F5F6F7F8F9
Scale Mean ifItem Deleted
ScaleVariance if
Item Deleted
CorrectedItem-TotalCorrelation
Cronbach'sAlpha if Item
Deleted
LAMPIRAN D
UJI ASUMSI
LAMPIRAN D-1
UJI NORMALITAS
Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
47 474.15 10.66
6.487 7.209.332 .145.332 .145
-.261 -.1302.275 .997
.000 .273
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
PerilakuAgresif Anak
PerilakuMenontonTayanganKekerasanpada FilmKartun diTelevisi
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
2520151050
Perilaku Agresif Anak
40
30
20
10
0
Freq
uenc
y
1112320
31
33
Mean = 4.15Std. Dev. = 6.487N = 47
2520151050
Perilaku Menonton Tayangan Kekerasan pada FilmKartun di Televisi
10
8
6
4
2
0
Freq
uenc
y
2
55
3
2
8
4
3
9
6
Mean = 10.66Std. Dev. = 7.209N = 47
LAMPIRAN D-2
UJI LINEARITAS
Uji Linearitas
Case Processing Summary
47000
Total CasesExcluded Casesa
Forecasted CasesNewly Created Cases
N
Cases with a missing value in anyvariable are excluded from the analysis.
a.
Model Summary and Parameter Estimates
Dependent Variable: Perilaku Agresif Anak
.102 5.084 1 45 .029 1.093 .287
.126 3.163 2 44 .052 3.011 -.264 .024
.128 2.095 3 43 .115 2.363 .085 -.014 .001
EquationLinearQuadraticCubic
R Square F df1 df2 Sig.Model Summary
Constant b1 b2 b3Parameter Estimates
The independent variable is Perilaku Menonton Tayangan Kekerasan pada Film Kartun di Televisi.
25
20
15
10
5
0
2520151050
Perilaku Menonton Tayangan Kekerasan pada Film Kartundi Televisi
CubicQuadraticLinearObserved
Perilaku Agresif Anak
LAMPIRAN E
UJI HIPOTESIS
Nonparametric Correlations
Correlations
1.000 .458**
. .001
47 47.458** 1.000.001 .
47 47
Correlation Coefficient
Sig. (1-tailed)
N
Correlation CoefficientSig. (1-tailed)N
Perilaku MenontonTayangan Kekerasanpada Film Kartun diTelevisiPerilaku Agresif Anak
Spearman's rho
PerilakuMenontonTayanganKekerasanpada FilmKartun diTelevisi
PerilakuAgresif Anak
Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).**.
LAMPIRAN F
SURAT PENELITIAN