112
PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE SKRIPSI Oleh: Sartini Pawe NIM: 02160029 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG 2007

02160029 Sartini Pawe

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 02160029 Sartini Pawe

PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE

SKRIPSI

Oleh:

Sartini Pawe NIM: 02160029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MALANG 2007

Page 2: 02160029 Sartini Pawe

HALAMAN PENGAJUAN

PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT

DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN KABUPATEN ENDE

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi (S.Pd)

Oleh:

Sartini Pawe NIM: 02160029/S-1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

MALANG 2007

Page 3: 02160029 Sartini Pawe

HALAMAN PERSETUJUAN

PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN

KABUPATEN ENDE

SKRIPSI

Oleh:

Sartini Pawe NIM: 02160029

Pada Tanggal:

Disetujui Untuk Diujikan

Pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh:

Dosen Pembimbing

Ni’matuz Zuhroh, M.Si NIP.150 377 251

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Wahid Murni, M. Pd. Ak. NIP.150 303 049

Page 4: 02160029 Sartini Pawe

HALAMAN PENGESAHAN

PERANAN INDUSTRI RUMAH TANGGA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT DI DESA ROWORENA KECAMATAN ENDE SELATAN

KABUPATEN ENDE

SKRIPSI

Di Persiapkan dan Di Susun Oleh Sartini Pawe (02160029)

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 7 Januari 2007

Dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratanuntuk memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Ekonomi (S. Pd)

Pada tanggal 16 Januari 2007

Ketua Sidang Sekretaris Sidang Ni'matuz Zuhroh, M. Si

Page 5: 02160029 Sartini Pawe

MOTTO

☺ ☺

Artinya:

Katakanlah :”Hai kaumku, bekerjalah sesuai dengan keadaanmu, sesungguhnya Aku akan bekerja (pula), maka kelak kamu mengetahui”. (Surat Az-Zumar: 39)

Page 6: 02160029 Sartini Pawe

PERSEMBAHAN

Ku-Persembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang aku cintai dan aku sayangi serta

aku hormati dan berarti dalam hidupku.

Buat Ayahanda (Muhammad Yunus) dan Ibunda (Masina Kara) yang selalu memberikan

bimbingan, arahan, serta do’a yang selalu terpanjatkan untukku. Karya ini tidak berarti bila

dibandingkan dengan apa yang Ayahanda dan Ibunda berikan, tapi aku harap karya ini

mampu Ayahanda dan Ibunda bangga.

Buat Adik-adikku tersayang (Tati, Ida, Nisa, Irlan dan Ilham) yang selalu memberikan

semangat dan dukungan untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

Special thanks to:

Semua Guru-guruku sejak aku belum tahu apa-apa sehingga sekarang ini yang telah

memberikan ilmunya sehingga menjadikan aku orang yang berilmu, semoga Rahmat Allah

senantiasa bersama beliau. Amin. . . .,

Seseorang yang berarti dalam hidupku, makasih ya atas dukungan, perhatian, dan kesabaran

dalam menghadapi aku.

Sahabat-sahabat terbaikku (Inang, Sally, Sri, Nafi dan Lastri) yang selalu kujadikan tempat

berlabuh segala keluh kesahku serta yang memberi semangat dan dukungan dikala aku sedang

fulling down terimah kasih ya!!. . .Ayo semangat . . . .

Teman-temanku IPS angkatan 2002 makasih ya atas segala bantuannya dan dukungannya.

To Apartemen 611 KK

Saudara-saudaraku di 611 KK (Mba Ani, Mba Ciwi’,Mba Mida, Ambon, Inang, Menur,

Nuri, Ros, kak Umi, Luluk, Lilik).

Dan adik-adikku (Irma, Rasyid, Deni, dan Arif).

Kalian semua memberikan warna dalam hidupku dengan kalian semua hari-hari ini terasa

indah.

Page 7: 02160029 Sartini Pawe

Nota Dinas Pembimbing

Ni’matuz Zuhroh, M. Si

Dosen Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING

Hal : Skripsi Sartini Pawe Malang, 11 Desember 2006

Lamp : 5 (lima) Eksemplar

:

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

di

Malang

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun

teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini:

Nama : Sartini Pawe

NIM : 02160029

Jurusan : Pendidikan IPS

Judul Skripsi : Peranan Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Desa Roworena

Maka selaku pembimbing, kami berpendapatan bahwa skripsi tersebut sudah

layak diajukan. Demikian, mohon dimaklumi adanya.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb

Pembimbing

Ni’matuz Zuhroh, M. Si

NIP: 150 377 251

Page 8: 02160029 Sartini Pawe

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau

hasil penelitian orang lain, kecuali yang secara tertulis diacukan dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 11 Desember 2006

Sartini Pawe

Page 9: 02160029 Sartini Pawe

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah dengan segenap jiwa dan raga penulis panjatkan puji

syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir skripsi yang

berjudul “ Peranan Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan

Masyarakat di Desa Roworena Kecamatan Ende Selatan Kabupaten Ende”.

Sholawat serta salam semoga abadi selalu tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil membimbing dan menuntun

ummat-Nya ke jalan yang benar dan diridhoi Allah SWT, begitu pula bagi

segenap keluarga, para sahabat serta orang-orang yang meneladani dan

mengikutinya.

Suatu kebanggaan tersendiri bagi penulis karena dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak dapat terlepas dari

uluran tangan berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Ayahanda Muhammad Yunus Dan Ibunda Masina Kara yang membimbing

dan mendidik penulis dengan tulus dan sabar serta selalu mendoakan

kesuksesan sehingga menjadikan hidupku lebih bermakna.

Page 10: 02160029 Sartini Pawe

2. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang

beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan kepada

penulis untuk menyelesaikan studi di kampus UIN Malang.

3. Bapak. Prof. Dr. H.M. Djunaidy Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

4. Bapak Dr. Wahid Murni, M. Pd. Ak, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS

5. Ibu Nimatuz Zahroh selaku Dosen pembimbing yang telah tulus ikhlas dan

penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan nasehat kepada penulis

sehingga terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen yang budiman, yang telah banyak membantu dan

mengukir penulis dengan ilmu selama menyelesaikan srudi di UIN Malang.

7. Bapak Drs. Bernadus Bae selaku kepala Kelurahan Roworena, yang telah

memberikan izin dan kerja samanya pada kami dalam menyelesaikan skripsi

ini.

8. Sahabat-sahabatku seperjuangan Tarbiayah / IPS ‘02 dan PKLI ’06 yang telah

banyak membantu penulis baik materiil maupun spiritual demi

terselesaikannya penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segalanya. Terima

kasih atas segalanya.

9. Teman-temanku yang tercinta “Lastri, Inang, Sri, Sally, Menur dan Nafi” yang

telah banyak membantu dan memotivasi sehingga penyusunan skripsi ini

dapat terselesaikan.

10. Semua pihak yang ikut membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam

rangka menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

Page 11: 02160029 Sartini Pawe

Semoga bantuan yang telah diberikan kepada penulis, mendapatkan

imbalan yang lebih besar dari Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh, Amin.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari

kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari

pembaca yang budiman sangat penulis harapan demi mendapatkan hasil yang

lebih baik di masa-masa yang akan datang.

Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

pembaca pada umumnya. Sekaligus dapat menambah khazanah pengetahuan

untuk mengembangkan cakrawala berfikir terutama dalam dunia pendidikan.

Penulis

Page 12: 02160029 Sartini Pawe

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN.............................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii

HALAMAN MOTTO ....................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ....................................................................... v

KATA PENGANTAR....................................................................................... viii

DAFTAR ISI...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii

ABSTRAK ......................................................................................................... xiv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 6

E. Ruang Lingkup......................................................................... 7

F. Defenisi istilah ......................................................................... 8

G. Sistematika Pembahasan .......................................................... 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

A. Industri Kecil............................................................................ 11

1. Pengertian Industri Kecil ..................................................... 12

2. Macam-macam Industri ....................................................... 14

3. Ciri-ciri Industri Kecil.......................................................... 17

4. Beberapa Sarana, Bantuan Serta Pembinaan Bagi

Usaha Kecil .......................................................................... 19

5. Manfaat Industri Kecil ......................................................... 23

B. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil................................... 24

1. Keunggulan Usaha Kecil ..................................................... 25

2. Kelemahan Dalam Mengelola Usaha Kecil ......................... 28

Page 13: 02160029 Sartini Pawe

C. Pendapatan Rumah Tangga...................................................... 30

1. Peranan Usaha Kecil dalam Meningkatkan Pendapatan...... 31

2. Konsep Peningkatan Pendapatan Pendapatan...................... 38

3. Sumber-sumber Pendapatan................................................. 39

D. Perekonomian Rumah Tangga

dalam Perspektif Islam............................................................. 41

E. Pengertian Desa ....................................................................... 45

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian....................................................................... 52

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................ 53

C. Instrumen Penelitian.................................................................. 53

D. Sumber Data.............................................................................. 54

E. Prosedur Penelitian .................................................................... 55

F. Analisis Data.............................................................................. 59

G. Pengecekan Keabsahan Temuan ............................................... 61

H. Tahap-tahap Penelitian.............................................................. 62

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian ............................................ 64

B. Kondisi Umum Industri Tenun.................................................. 73

BAB V : PEMBAHASAN

A. Peranan Industri Teunun dalam Peningkatan

Pendapatan Masyarakat Desa/Kelurahan Roworena ............... 82

B. Faktor-faktor Yang Mendorong Masyarakat

Desa/Kelurahan Roworena Mendirikan Indsutri Tenun .......... 84

C. Upaya-upaya yang Dilakukan Pelaku Kelomp Industri

Tenun Ikat dalam Peningkatan Pendapatan Mereka ................ 87

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 90

B. Saran......................................................................................... 92

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: 02160029 Sartini Pawe

DAFTAR TABEL

TABEL I : Rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia .................................... 4

TABEL II : Tenaga kerja dan nilai tambah pada perusahaan industri besar

/sedang, kecil, dan rumah tangga .................................................. 15

TABEL III : Komposisi perusahaan industri, sedang, dan rumah

tangga (HomeIndustry) .................................................................. 32

TABEL IV : Distribusi luas lahan wilayah menurut penggunaannya

dan batas-batas wilayah.................................................................. 59

TABEL V : Distribusi penduduk menurut tingkat umur ................................... 60

TABEL VI : Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan.......................... 61

TABEL VII : Jumlah prasarana Air bersih .......................................................... 63

TABEL VIII : Distribusi pekerjaan penduduk...................................................... 64

TABEL IX : Jumlah penduduk menurut agama dan tempat ibadah. ................. 65

TABEL X : Barang-barang inventaris desa/kelurahan Roworena.................... 65

TABEL XI : Jumlah industri tenun di desa/kelurahan Roworena ..................... 69

Page 15: 02160029 Sartini Pawe

ABSTRAK

Pawe, Sartini. 2006. Peranan Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Roworena. Skripsi. Jurusan Pendidikan IPS. Fakultas Tarbiyah. Universitas Islam Negeri (UIN) Malang. Dosen Pembimbing : Ni’matuz Zahroh, M. Si Kata Kunci : Industri Rumah Tangga, Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Usaha kecil mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Karena sektor ini dilakukan oleh 56% tenaga kerja Indonesia, yang otomatis berimplikasi pada pendapatan mereka. Salah satu industri kecil atau industri rumah tangga yang masih mampu mendatangkan pendapatan sebesar Rp300,000-600,000 adalah industri tenun di Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende.

Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan:(1). Faktor-faktor yang mendorong masyarakat Desa/Kelurahan membentuk kelompok tenun. (2). Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pendapatan para pengerajin tenun ikat. (3). Peran industri tenun dalam peningkatan pendapatan masyarakat Desa/Kelurahan Roworena.

Untuk mencapai tujuan penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Berusaha untuk mendeskripsikan dan pemahaman yang mendalam tentang peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan dilokasi Desa Roworena Kab Ende. Sumber data penelitian ini adalah pengerajin tenun (Ibu-ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengerajin tenun). Penentuan informan penelitian menggunakan snow ball sampling technique. Untuk mengecek keabsahan data digunakan empat criteria yaitu:(1) Creadibility (derajat kepercayaan). (2). Transferability (keteralihan). (3). Dependability (ketergantungan). (4). Confirmability (kepastian). Teknik pengumpulan data menggunakan analisis model interaktif, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, menarik kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian ini adalah : Pertama. Faktor-faktor yang mendorong masyarakat Desa/Kelurahan Roworena mendirikan kelompok industri tenun, yaitu (1)Karena kebutuhan keluarga harus segera dipenuhi,(2)Kalau menenun sendiri membutuhkan banyak waktu, setelah terbentuknya kelompok tenun ikat hanya membutuhkan waktu dua minggu saja,(3)Mudahnya memperoleh bahan baku untuk produk tenun ikat tidak memerlukan modal yang begitu besar,(4) Mudahnya mencari tenaga kerja cukup dari keluarga dan kerabat,(5)Memerlukan teknologi yang sederhana. Kedua. Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pendapatan industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena, yaitu (1)Memperluas segmen dan wilayah pemasaran,(2)Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk.Ketiga. Peran industri tenun ikut dalam peningkatan pendapatan masyarakat Desa/Kelurahan Roworena Kecamatan Ende Selatan Kabipaten Ende. Jenis pekerjaan dan pendapatan mereka sebelum bekerja di industri/pengerajin

Page 16: 02160029 Sartini Pawe

tenun ikat masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Akan tetapi setelah mereka bekerja dan berusaha pada industri tenun ikat ini pendapatan mereka sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Mereka merasa adanya peningkatan seiring dengan tercukupnya kebutuhan mereka. Pendapatan mereka yang mencapai Rp 600.000,-/perbulan sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Peran industri ini terasa sekali, ketika Dinas Perindustrian dan Perdagangan kota Ende dan Bank BRI serta LPM Universitas Flores bersinggugan dengan mereka. Bahwa keinginan mereka untuk lebih mengembangkan industri ini menjadi lebih besar. Kenyataan dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak bisa lepas dari industri ini.

Saran-saran: perlu peningkatan produk secara kualitas maupun kuantitas, serta variasi atau motif produk untuk industri tenun, dengan melihat dan membandingkan produk yang dihasilkan daerah lain yang sudah terkenal. Perlu perluasan segmentasi pasar, disamping lokal hendaknya ditingkatkan sampai keluar negeri, yaitu dengan membuka cabang ataupun agen-agen pada setiap kota. Perlu adanya promosi produk, melalui pameran-pameran, tentunya dengan mencari informasi baik dari Dinas Perindustrian dan Perdangangan maupun ikatan pengusaha kecil dan menengah. Perlunya akses tambahan modal melalui Founding Father.

Page 17: 02160029 Sartini Pawe

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan

umumnya bekerja di sektor pertanian. Pada hal kontribusi sektor pertanian

terhadap Produk Domestik Bruto dan penyerapan tenaga kerja semakin menurun;

kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto pada tahun 1992

mencapai 34% akan tetapi pada tahun 1993 turun menjadi 19%, akan tetapi sektor

pertanian masih dibebani lebih dari 0 tenaga kerja. Sebaliknya pada sektor industri

hanya menampung 20 tenaga kerja, padahal sumbangan terhadap Produk

Domestik Bruto meningkat dari 9,2% menjadi 21%.1

Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian

utama sebagian besar penduduk. Sampai dengan tahun 1990 sektor pertanian

masih merupakan penyumbang utama dalam membentuk Produk Domestik Bruto.

Namun sesudah itu posisi tersebut diambil alih oleh sektor industri. Hal ini

sesungguhnya memprihatinkan, bukan karena sektor pertanian tidak berkembang,

melainkan mengingat masih demikian besarnya proporsi tenaga kerja yang

bekerja disektor tersebut. Tambahan pula kualitas sehingga produktivitasnya

rendah. Pada gilirannya pendapatan mereka juga rendah.2

Lahan pertanian merupakan faktor produksi utama dalam menyerapkan

tenaga kerja dan sumber pendapatan petani tersebut, ternyata kondisinya terus

1 Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi (Yogyakarta: BPFE, 1993), hal. 21. 2 Dumairy, perekonomian Indonesia, (Yograkarta: Erlangga, 1997), hal. 206-207.

1

Page 18: 02160029 Sartini Pawe

2

menurun dengan cepat (terutama di pulau Jawa). Pada tahun 2001 bahwa luas

lahan yang dikuasai rumah tangga petani pengguna lahan berkurang dari 18,35

juta hektar sedangkan pada tahun 2002 menjadi 17,5 juta hektar. Pada tanun 2001

luas lahan yang dikuasai rumah tangga petani berkurang 0,48 juta hektar dari 5,72

hektar menjadi 5,24 juta hektar.3

Berdasarkan uraian mengenai pentingnya lahan pertanian bagi

penyerapan tenaga kerja dan pendapatan petani serta kondisi menurunnya lahan

pertanian seperti yang telah dipaparkan dimuka, maka dengan demikian

sempitnya penguasa lahan pertanian oleh rumah tangga petani berarti semakin

terbatasnya kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga petani di pedesaan.

Dan makin meningkatnya jumlah rumah tangga gurem (luas lahan kurang dari 0,5

hektar) berarti semakin bertambah pula jumlah rumah tangga petani yang terbatas

dalam memperoleh kesempatan kerja dan pendapatannya. Atau dengan kata lain

terjadi pengguna tenaga kerja tidak penuh yaitu tenaga kerja yang bekerja kurang

dari potensi kerjanya atau yang disebut dengan pengangguran kentara (Visible

Underemployment).

Pengertian miskin ditinjau dari aspek ekonomi dicirikan sebagai, 1.

luas lahan garapan sempit, 2. produktifitas tenaga kerja rendah, 3. modal relatif

kecil atau tidak memiliki sama sekali, 4. tingkat keterampilan rendah, dan 5.

pendapatan rumah tangga petani rendah.4 Menghadapi masalah kurangnya

kesempatan kerja di daerah pedesaan pada umumnya, upaya yang ditempuh oleh

petani antara lain, adalah meningkatkan desanya untuk mengadu nasib yaitu 3 Mubyarto, Pengantar Ekonomi Petani (Jakarta: LP3ES,2001), hal, 105 4Arsyad, Lincolin, Ekonomi Pembangunan (Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, 2004), hal. 236.

Page 19: 02160029 Sartini Pawe

3

melakukan migrasi ke kota baik secara bolak-balik, sirkuler maupun menetap.

Dimana migrasi ini bukannya tanpa masalah baik bagi daerah asal, daerah tujuan

maupun bagi migrant sendiri lebih-lebih yang tidak memiliki keterampilan.

Langkah-langkah untuk mengatasinya dimana salah satu cara adalah dengan

pengembangan industri kecil atau rumah tangga yang ada di pedesaan.

Peran industri rumah tangga akan semakin penting apabila di sektor

pertanian terjadi pergeseran dan mekanisme di bidang usaha tani, keadaan ini

akan memungkinkan sebagai alternatif yang dapat diambil adalah memasuki

industri kecil atau industri rumah tangga. Pilihan tersebut sesuai dengan kenyataan

yang ada bahwa industri kecil tidak membutuhkan pendidikan dan keterampilan

tinggi serta modal yang dibutuhkan relatif kecil.5

Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terencana, menyeluruh,

terarah dan terpaduh dalam upaya untuk mencapai masyarakat adil dan makmur

serta mensejajarkan dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Pembangunan ekonomi

di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ditunjukkan oleh kegiatan ekonomi

mayarakat yang semakin dinamis. Kemajuan diberbagai bidang dan kegiatan

saling berkaitan telah memberikan dampak terhadap peningkatan produksi,

pendapatan, serta perluasan kerja.6

Sampai saat ini, pembangunan pertanian di Indonesia tampaknya

mengikuti pola pembangunan pertanian pada Negara-negara berkembang pada

umumnya. Peran sektor pertanian dalam proses transformasi struktur dapat

diamati dalam berbagai hal. Misalnya, sumbangannya terhadap pendapatan

5 Ibid., hlm. 355 6 Sukirno Sadono, Ekonomi Pembangunan (Medan: Borta Gorat, 1999), hal. 60.

Page 20: 02160029 Sartini Pawe

4

nasional (GDP), terdapat nilai ekspor dalam menyediakan kesempatan kerja dan

pangan bagi masyarakat.

Tabel 1.1 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Periode Pertanian Industri Semua Sektor

Pelita I 2,59 11,83 8,46

Pelita II 4,92 23,74 7,22

Pelita III 6,84 9,72 6,10

Pelita IV 3,61 13,02 5,22

Pelita V 2,16 7,37 7,23

Pertumbuhan sektor pertanian sejak pelita I mengalami penurunan,

dimana pertumbuhan terendah terjadi pada pelita V yaitu 2,16% dan tertinggi

pada pelita pelita III yaitu 6,86%. Dari tabel 1.1 terlihat bahwa rata-rata laju

pertumbuhan ekonomi dan sektor pertanian tertinggi terjadi pada pelita III.

Namun, pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertanian selama lima periode

pelita tersebut masih berada dibawah pertumbuhan yang terjadi pada sektor

industri.7

Berdasarkan dari latar belakang diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “ Peranan Industri Rumah Tangga dalam

Peningkatkan Pendapatan Masyarakat di Desa Roworena Kecamatan Ende

Selatan Kabupaten Ende)”.

7 Kuncoro Mudrajad, Ekonomi Pembangunan Teori masalah dan kebijakan (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003), hal. 10.

Page 21: 02160029 Sartini Pawe

5

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam

penelitian ini adalah:

• Bagaimana peranan industri tenun dalam peningkatkan pendapatan

masyarakat di desa Roworena?

• Faktor-faktor apa saja yang mendorong masyarakat di desa Roworena

untuk membentuk kelompok industri?

• Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan oleh pengerajin tenun dalam

peningkatan pendapatan?

3. Tujuan Penelitian

Penelitian kualitatif berusaha melihat kenyataan dari sudut pandang pelaku

(emic), maka penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban atas permasalahan

penelitian yang telah dirumuskan disamping untuk mendeskripsikan, menganalisis

dan menginterprestasikan fokus penelitian. Sehingga tujuan penelitian ini sebagai

berikut :

• Untuk mengetahui peranan industri tenun dalam peningkatkan

pendapatan masyarakat desa Roworena

• Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mendorong masyarakat di desa

Roworena untuk membentuk kelompok industri

• Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh pengerajin tenun

dalam peningkatan pendapatan

Page 22: 02160029 Sartini Pawe

6

4. Kegunaan penelitian

Penelitian tentu mengharapkan hasil dan tujuan yang telah ditetapkan,

sehingga dapat memberikan sumbangan setelah dilakukan penelitian secara

sempurna di lapangan, baik untuk perkembangan ilmu pengetahuan maupun

kebutuhan praktis baik pemerintah maupun upaya untuk menangani

pemberdayaan masyarakat, termasuk kebijakan terhadap usaha kecil. Adapun

kegunaan tersebut adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat pedesaan khususnya petani,

bahwa usaha industri rumah tangga merupakan salah satu lapangan usaha

yang tidak hanya mampu mengurangi tingkat pengangguran di pedesaan,

tetapi juga dapat memberikan pendapatan yang layak bagi rumah tangga

petani di daerah pedesaan.

2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan baik dalam

menentukan kebijaksaan maupun pembinaan ketenagakerjaan khususnya.

3. Manfaat bagi peneliti, bahwa penelitian ini akan memberikan tambahan

ilmu pengetahuan tentang usaha kecil di Indonesia umumnya di

Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende Selatan, Kab. Ende.

4. Bagi pengerajin, bahwa dengan penelitian ini mampu diketahui

kelemahan-kelemahan yang nantinya digunakan dalam menganalisis solusi

penyelesaian, sehingga bisa bertahan dan berkembang.

5. Bagi Universitas, bahwa penelitian ini adalah salah satu wujud kepedulian

terhadap ekonomi kerakyatan sebagai aplikasi Tri Dharma perguruan

tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat.

Page 23: 02160029 Sartini Pawe

7

5. Ruang Lingkup

Adapun penelitian ini menfokuskan pada peranan home-industry tenun

dalam peningkatkan pendapatan masyarakat di Desa/Kelurahan Roworena, Kec.

Ende Selatan, Kab. Ende. Ruang lingkup atau pembatasan penelitian sangat

penting, karena dengan ditetapkan, maka penelitian bisa dilakukan secara

mendalam dan tidak melebar. Secara rinci ruang lingkup dan batasan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Gambaran umum home-industry tenun di Desa/Kelurahan Roworena,

Kec. Ende Selatan, Kab. Ende.

2. Faktor-faktor apa saja yang mendorong masyarakat Desa/Kelurahan

Roworena mendirikan home-industry tenun.

3. Upaya-upaya yang dilakukan home-industry tenun untuk peningkatan

pendapatan masyarakat di Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende

Selatan, Kab. Ende.

4. Peran home-industry tenun dalam peningakatan pendapatan masyarakat

di Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende Selatan, Kab. Ende.

5. Keberadaan home-industry tenun dalam peningkatan pendapatan

masyarakat di Desa/Kelurahan Roworena, Kec. Ende Selatan, Kab.

Ende.

Page 24: 02160029 Sartini Pawe

8

6. Definisi Istilah

1. Rumah tangga adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami

sebagian atau seluruh bangunan fisik yang biasanya tinggal serta makan

dari satu dapur.

2. Rumah tangga petani adalah mereka yang sekurang-kurangnya satu

anggota rumah tangga melakukan kegiatan bertani atau berkebun,

memanen kayuan, menjadi nelayan, melakukan pemburuan satwa liar, atau

berusaha dalam jasa pertanian.8

3. Pendapatan usaha tani adalah semua pendapatan yang diperoleh dari usaha

tani yang diukur dalam Rupiah per jam.

4. Pendapatan di sektor industri rumah tangga adalah semua pendapatan yang

diperoleh dari kegiatan di sektor industri rumah tangga yang diukur dalam

Rupiah per jam.

7. Sistematika Pembahasan

Pembahasan skripsi ini disajikan dalam satu kesatuan yang terdiri dari

beberapa sub. Dan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh

dalam pembahasan tersebut, maka penulis kemukakan secara globalisasi yang

terkandung dalam skripsi ini.

Bab I : Bab ini merupakan permulaan dari pembahasan skripsi ini yaitu

meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

8 BPS, informasi usaha kecil di Indonesia kerja sama direktur jenderal Pembina usaha kecil departemen dan PPK dengan BPS, 1994.

Page 25: 02160029 Sartini Pawe

9

penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup, defenisi istilah,

serta sistematika pembahasan.

Bab II : Pemaparan tentang kajian pustaka yang merupakan kajian teori

tentang pembahasan Industri Kecil, Pengertian Industri Kecil,

Macam-macam Industri, Karakteristik Industri Kecil, Kelebihan

dan Kelemahan Usaha Kecil, Beberapa Sarana, Bantuan Serta

Bentuk Pembinaan Bagi Usaha Kecil Sebagai Upaya

Meningkatkan pendapatan masyarakat, Pendapatan Rumah

Tangga, Peran Usaha Kecil dalam Meningkatkan Pendapatan,

Konsep Peningkatan Pendapatan, , dan Pengertian Desa.

Bab III : Dalam bab ini memaparkan tentang metode penelitian yang

meliputi lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian,

instrument penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data,

analisa data, pengecekan keabsahan temuan,dan tahap-tahap

penelitian.

Bab IV : Laporan hasil penelitian yang terdiri dari kondisi umum daerah

penelitian meliputi sejarah Desa/Kelurahan, letak geografis dan

demografi Desa/Kelurahan, dan kondisi penduduk. Kondisi umum

industri tenun meliputi: sejarah industri tenun, proses pembuatan

sarung tenun, jumlah industri dan tenaga kerja, sistem pemasaran,

faktor-faktor yang mendorong masyarakat untuk membentuk

kelompok industri tenun, Upaya-upaya yang dilakukan oleh

pengerajin tenun ikat dalam meningkatan pendapatan, peran

Page 26: 02160029 Sartini Pawe

10

industri dalam peningkatan pendapatan masyarakat

Desa/Kelurahan Roworena.

Bab V : Bab pembahasan ini menjelaskan Faktor-faktor yang mendorong

masyarakat Desa/kelurahan untuk mendirikan Industri tenun,

Upaya-upaya yang dilakukan pelaku kelompok industri tenun

dalam meningkatkan pendapatan, peranan industri tenun dalam

peningkatan pendapatan masyarakat.

Bab VI : Kesimpulan dan saran. Pada bagian ini merupakan bab yang

terakhir dari skripsi ini, oleh karena itu penulis akan memberikan

kesimpulan dari pembahasan yang bersifat empiris, kemudian yang

dilanjutkan dengan pemberian saran.

Page 27: 02160029 Sartini Pawe

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Industri Kecil

Masyarakat industri merupakan suatu lingkungan atau kondisi yang

perlu diciptakan dan dibangun agar landasan perubahan yang lebih kokoh dapat

diwujudkan antara lain melakukan upaya-upaya proses pengembangan sumber

daya manusia. Didalam era industrialisasi masyarakatnya digambarkan akan

terdiri atas masyarakat yang produktif yang dilandasi oleh sikap mental dan

motivasi yang kuat untuk maju berdisiplin, berdedikasi tinggi pada dirinya,

keluarganya dan Negara.9

Pembangunan industri diarahkan pada pengembangan industri kecil

dan sedang yang sifatnya padat karya demi terciptanya kesempatan kerja serta

terciptanya suatu landasan pembangunan sektor industri yang lebih luas bagi

pertumbuhan selanjutnya. Di samping itu perlu diusahakan agar perkembangan

industri besar dan menengah hendaknya dapat merangsang pertumbuhan industri

kecil dan saling mengisi.

Dalam melaksanakan pembangunan industri perlu ditingkatkan

langkah-langkah untuk mengembangkan usaha swasta nasional, untuk itu

pemerintah perlu memberikan perhatian kepada pembangunan prasarana dan

penciptaan iklim sehat yang menunjang pertumbuhan industri itu dalam hubungan

ini perlu diusahakan pengembangan pendidikan, keterampilan guna meningkatkan

9 Maryatno dan Y. Sri Susilo, Tulisan dari masalah usaha kecil sampai masalah ekonomi makro (Yogyakarta: Universitas Atma Jaya, 1996), hal. 31

11

Page 28: 02160029 Sartini Pawe

12

produktifitas tenaga kerja serta pengembangan kecakapan manajemen para

pengusaha nasional terutama pengusaha kecil.

Tingkat pertumbuhan ekonomi pada akhir-akhir ini mengalami

peningkatan yang pesat, terutama di Negara-negara berkembang masih belum

mampu menyediakan lapangan pekerjaan yang layak bagi angkatan kerja pada

umumnya. Pertumbuhan yang pesat ini terutama pada sektor industri diharapkan

mampu mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran yang ada.

Industri kecil dalam formatnya bisa disertai dengan home industry

atau cottage industry karena kegiatannya dilakukan secara bersahaja, dan pada

umumnya masih menggunakan cara-cara tradisional. Dengan kata lain

pengelolaan organisasi atau manajemen yang dterapkannya masih sederhana,

dilakukan dengan kekeluargaan. Sedangkan kegiatan tersebut terpusat di rumah

tangga atau dalam suatu wilayah di tempat kediamannya sendiri yang dilakukan

secara musiman, pesanan terbatas (lokal) dan sebagian kecil secara kontinyu

terjangkau pemasarannya dan sebagaian kecil di ekspor.

1. Pengertian Industri Kecil

Pengertian pada industri kecil memiliki arti yang berbeda dalam berbagai

konteks dan lembaga yang menggunakannya, dan hal ini seringkali menimbulkan

kekeliruan interpretasi bagi yang mencoba mengadopsi kebijakan atau

pengalaman negara lain dalam pengembangan industri kecil.

Kriteria perusahaan di Indonesia dengan jumlah tenaga kerja 1-4 orang

sebagai industri kerajinan dan rumah tangga, perusahaan dengan tenaga kerja 5-19

Page 29: 02160029 Sartini Pawe

13

orang sebagai industri kecil, perusahaan dengan jumlah tenaga kerja 20-99 orang

sebagai industri sedang atau menengah, dan perusahaan dengan tenaga kerja lebih

dari 100 orang sebagai industri besar.

Menurut SK Menteri Keuangan No. 316/KMK.016/1994 tanggal 5 juni 1994

adalah “perorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha dengan nilai

penjualan atau omzet setinggi-tingginya Rp 66 juta atau aset setinggi-tingginya

Rp 600 juta di luar tanah dan bangunan yang ditempati”. Apabila kita mengacu

dari UU N0. 9 tahun 1995 yang digunakan oleh Departemen Koperasi

menetapkan kriteria “usaha kecil sebagai usaha yang memiliki kekayaan bersih

maksimum Rp 200 juta di luar tanah dan bangunan dan memiliki hasil penjualan

tahunan paling banyak Rp 1 milyar dan dimiliki oleh warga Indonesia” tentang

usaha kecil. Lebih lanjut UU No. 9 tahun 1995 di dalamnya juga menjelaskan

tentang pengertian industri kecil “ industri kecil adalah industri yang memiliki

kekayaan bersih maksimal Rp 200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan usaha.

Hasil penjualan tahunan kurang lebih Rp 4 milyar. Usaha sendiri, bukan anak

perusahaan dari bentuk usaha perseorangan. Usaha kecil merupakan usaha

informal oleh individu seperti usaha rumah tangga, pedagang kecil, kaki lima,

maupun asongan”.

Istilah pengusaha kecil diartikan sebagai suatu segmen pengusaha dengan

usahanya dari kacamata permasalahan ekonomi domestik.10 Melihat berbagai

defenisi diatas pada penetapan jumlah pendapatan atau pada penjualan terdapat

bermacam-macam perbedaan dalam memberikan defenisi oleh beberapa tokoh,

10 Faisal Basri, Perekonomian Indonesia (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2002), hal. 206

Page 30: 02160029 Sartini Pawe

14

namun dalam hal ini penulis memberikan kesimpulan hanya pada faktor jumlah

tenaga kerja, karena melihat terdapat persamaan beberapa tokoh dalam

mendefenisikan industri dalam jumlah tenaga kerjanya. Apabila disimpulkan yaitu

industri kecil adalah usaha yang berdiri sendiri dalam bentuk usaha perorangan

dengan jumlah tenaga kerja antara 5 sampai 19 orang yang memproduksi barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.

2. Macam-macam Industri

Untuk mengetahui macam-macam industri ini bisa dilihat dari

beberapa sudut pandang. Pertama, pengelompokkan industri yang dilakukan oleh

Departemen Perindustrian (DP). Menurut DP, industri nasional Indonesia

dikelompokkan menjadi 3 kelompok besar yaitu:11

1. Industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dan

kelompok kimia dasar. Yang termasuk dalam industri mesin dan logam

dasar; industri mesin pertania, elektronika kereta api, pesawat terbang,

kendaraan bermotor, besi baja, aluminium, tembaga, dan sebagainya.

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok kimia dasar antara lain;

industri pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri

pupuk, industri batu bara, industri silikat, dan sebagainya.

Ditinjau dari misinya industri dasar mempunyai misi untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonom, membantu penjualan struktur

industri, dan bersifat padat modal. Teknologi tepat guna yang

11 Arsyad, Lincolin, loc. Cit, hal 365-366

Page 31: 02160029 Sartini Pawe

15

digunakan adalah teknologi maju, teruji dan tidak padat karya, namun

dapat mendorong terciptanya lapangan kerja baru secara besar sejajar

dengan tumbuhnya industri hilir dan kegiatan ekonomi lainnya.

2. Industri kecil yang meliputi antara lain industri pangan (makanan,

minuman, tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi,

serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri

kertas, percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastik, dan lain-

lain).

Kelompok industri kecil ini mempunyai misi melaksanakan pemerataa.

Teknologi yang digunakan menengah atau sederhana, dan padat karya.

Pengembangan industri kecil ini diharapkan dapat menambah

kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan rumah tangga, dan

meningkatkan nilai tambah dengan manfaatkan pasar dalam negeri dan

pasar luar negeri.

3. Industri hilir yaitu kelompok aneka industri yang meliputi antara lain

industri yang mengelolah sumberdaya hutan, industri yang mengelola

hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian

secara luas, dan lain-lain. Kelompok aneka industri ini mempunyai misi

meningkatkan pertumbuhan ekonomi atau pemerataan, memperluas

kesempatan kerja, tidak padat modal, dan teknologi yang digunakan

adalah teknologi menengah atau teknologi maju.

Page 32: 02160029 Sartini Pawe

16

Kedua pengelompokkan industri menurut jumlah tenaga kerja yang

dipekerjakan. Menurut Biro Pusat Statistik (BPS), pengelompokkan industri

dengan cara ini dibedakan menjadi 4 yaitu:

1. Perusahaan/industri besar jika mempekerjakan 100 orang atau lebih

2. Perusahaan/industri sedang jika mempekerjakan 20 sampai 99 orang

3. Perusahaan/industri kecil jika mempekerjakan 5 sampai 19 orang

4. Industri kerajinan Rumah Tangga jika mempekerjakan kurang dari 3 orang

(termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar).

Dari segi kesempatan kerja yang diciptakan, maka industri kerajinan

rumah tangga adalah yang paling penting. Sedangkan dari segi nilai tambah yang

dihasilkan maka perusahaan-perusahaan industri besar/sedang yang paling

menonjol.

Tabel 2.1 Tenaga kerja dan nilai tambah pada Perusahaan Industri

Besar/Sedang, Kecil, dan Rumah Tangga, 1998/1999, 2000, 2001.

Tenaga Kerja Nilai Tambah Menurut Harga yang berlaku

(milyar Rp)

Tahun

Besar/sedang Kecil Rumah

Tangga

Besar/sedang Kecil Rumah

Tangga

1998/1999

2000

2001

661,7 (13)

870,0 (19)

3,574,8 (42)

343,2 (7)

827,0 )18)

952,0 (11)

3,899,9 (80)

2,794,8 (63)

3,888,3 (47)

476,9 (78)

1,660,4 (78)

49,821 (92)

53,0 (9)

187,3 (9)

1,508,5 (3)

82,5 (13)

291,4 (13)

2,518,7 (5)

Page 33: 02160029 Sartini Pawe

17

Keragaman sektor industri di Indonesia telah menghadapkan para

perencana ekonomi Indonesia pada dilema. Bila tujuan yang diutamakan adalah

penciptaan lapangan kerja dan penghapusan kemiskinan, maka sumber-sumber

ekonomi yang tersedia harus disalurkan pada usaha-usaha yang membantu sektor

kerajinan rumah tangga yang tidak produktif dan tidak banyak diketahui ini. Bila

tujuan yang diutamakan adalah pertumbuhan ekonomi maka sumber-sumber

tersebut haruslah diarahkan kepada usaha-usaha pengembangan perusahaan-

perusahaan industri besar.12

3. Ciri-ciri Industri Kecil

Ciri-ciri industri kecil menurut beberapa ahli sama dengan sektor informal.

Ciri-ciri industri kecil adalah sebagai berikut: (1) pendidikan formal yang rendah,

(2) modal usaha kecil, (3) miskin, (4) upah rendah dan (5) kegiatan dalam skala

kecil.13

Dengan melihat ciri-ciri diatas merupakan bukti bahwa industri kecil

memperoleh pembinaan-pembinaan demi meningkatkan produktivitas dan

kualitas sehingga mampu bersaing dengan industri besar.

Berikut ini uraian tentang karakteristik industri kecil yang sering ditemui dalam

masyarakat:

12 Djojohadikusumo, Sumatri, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Yayasan Obor , 2002), hal. 377. 13 Martin Perry, Mengembangkan Usaha Kecil, (Jakarta: Murai Kencana PT Raja Grafindo Persada, 2000), hal 54.

Page 34: 02160029 Sartini Pawe

18

a. Rendahnya pendidikan

Rendahnya pendidikan pengusaha akan mempengaruhi pada kualitasnya,

sebab sumber daya manusia dalam industri kecil memiliki dasar yang kuat

maka sumber daya manusia sangat perlu dibenahi terlebih dahulu, baru

kemudian membenahi faktor yang lain misalnya modal dan lokasi usaha.

Bahwa strategi suatu Negara sering tidak bisa untuk menghasilkan sumber

daya manusia yang terampil dan berkualitas.

b. Keterbatasan modal

Keterbatasan modal usaha merupakan suatu masalah yang sering dihadapi

oleh para pengusaha kecil. Masalah permodalan telah menjadi suatu dilemma

yang berkepanjangan. Keterbatasan akses bagi industri kecil pada dasarnya

dapatlah dikatakan sebagai iklim diskriminatif yang bersumber dari sektor

swasta.

Memang apabila kita melihat telah banyak berdiri lembaga-lembaga keuangan

yang dapat mempermudah sektor industri kecil dengan berbagai program yang

mereka canangkan, meskipun demikian, berbagai kenyataan memperlihatkan

relatif langkanya kredit-kredit institusional dari lembaga tersebut untuk sektor

industri kecil, sehingga mayoritas pengusaha kecil yang bersangkutan

cenderung menggantungkan pembiayaan perusahaannya kepada modal

sendiri, ataupun yang lainnya misalnya keluarga, sahabat, dan lain-lain.

c. Lemahnya penggunaan teknologi

Penggunaan teknologi berkaitan erat dengan tinggi rendahnya tingkat

produktivitas usaha. Karakteristik yang dimiliki oleh industri kecil dalam

Page 35: 02160029 Sartini Pawe

19

bidang teknologi pada umumnya masih sederhana dan tradisional. Sehingga

akibatnya tingkat produktivitas oleh industri kecil rendah dan kualitasnya

kurang dapat memenuhi selera pasar terutama pasar ekspor.

4. Beberapa Sarana, Bantuan serta Bentuk Pembinaan Bagi Usaha Kecil

Sebagai Upaya Meningkatkan Pendapatan Masyarakat

Sebagai sarana, bantuan serta bentuk nyata pembinaan usaha kecil

yang tercatat selama ini diantaranya adalah14 :

a. Sistem Kemitraan Usaha

Dalam bentuk ini dibangun usaha antara pengusaha besar dan kecil yang

saling menguntungkan dengan berbagai pola. Beberapa bentuk atau pola

kemitraan yang dijalankan antara pengusaha besar dengan pengusaha kecil ini

diantaranya adalah; pemilikan saham, bapak angkat, sistem vendor (dagang

umum), hubungan dagang biasa, usaha patungan, subkontaktor, waralaba

(franchise), dan lain-lain.

b. Dana Pembinaan BUMN 1-5 Persen dari keuntungan bersih program ini

didasari oleh SK Menteri Keungan No. 316 / KMK. 016 / 1994 yang

mengharuskan perusahaan-perusahaan BUMN untuk mengisikan keuntungan

bersih 1-5 persen untuk membantu pengusaha kecil dengan bunga rendah.

Pada tahun 1994, misalnya telah tercatat 40 milyar dana keuntungan BUMN

telah terserap olah pengusaha kecil diseluruh Indonesia. Dana yang terserap

sebetulnya masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan dana yang telah

14 Suara Pembaharuan, Problematika Pengangguran, (28 September : 1995), hal. 4.

Page 36: 02160029 Sartini Pawe

20

disediakan oleh BUMN yaitu 268 milyar. Agar dana yang tersedia mudah

terserap maka Departemen Koperasi telah melibatkan seluruh kantor wilayah

dan Kantor Departemen, sehingga memudahkan pengusaha kecil untuk

memperolehnya.

c. Pembentukan Lembaga Pejamin Kredit Usaha Kecil

Lembaga penjamin kredit usaha kecil ini baru dibentuk bulan oktobr 1995 dan

merupakan kerjasama badan hokum PT antara KADIN dan Golkar. Pada

prosesnya, lembaga penjamin ini akan memberi jaminan kredit sebesar Rp 50-

Rp 250 juta.

d. Fasilitas Kredit Perbankan Khususnya untuk Pengusaha Kecil

Berbagai jenis perkreditan untuk para pengusaha kecil pernah atau sedang

diberlakukan oleh pemerintah melalui perbankan, baik bank pemerintah

maupun bank swasta. Diantara jenis kredit tersebut diantaranya adalah :

1) Kredit KUT dan Bisnis (Khusus Petani)

2) Kredit Canduk Kulak, (untuk petani, nelayan, dan usaha kecil lainnya)

3) Kredit Usaha Kecil (KUK)

Kredit usaha kecil diberikan pada semua jenis usaha dengan plafon

tertinggi Rp 250 juta. Kredit usaha kecil disalurkan oleh bank-bank

pemerintah dan swasta. Sebelum deregulasi 29 Mei 1993. plafon kredit

usaha kecil ditentukan Rp 200juta. Kredit usaha kecil yang telah berhasil

disalurkan kepada para pengusaha kecil sampai bulan Juli 1995 adalah

berjumlah Rp 37-50 Trilyun.

Page 37: 02160029 Sartini Pawe

21

e. Kredit Tanpa Agunan (Kredit Kelayakan Usaha)

Kredit kelayakan usaha pada dasarnya adalah salah satu bentuk

penyederhanaan dari kredit usaha kecil (KUK). Beberapa ciri kredit kelayakan

usaha adalah sebagai berikut :

1) Batas maksimal kredit sebanyak Rp 50 juta

2) Diberikan tanpa colateral (agunan fisik), yang menjadi agunan hanyalah

proyek yang dibiayai oleh pinjaman tersebut, atau hak tagih dari kegiatan

yang dibiayai oleh pinjaman tersebut, misalnya, jika seorang pengusaha

mendapatkan order pembelian produknya, maka surat pesanan tersebut

bias diagunkan kebank untuk memperoleh kredit sehingga pengusaha

tersebut mendapat dana untuk membuat produk yang telah dipesan

tersebut. Contoh lain, jika seorang kontraktor mendapat SPK (Surat

Perintah Kerja), SPK tersebut dapat diagunkan ke bank untuk memperoleh

dana tambahan.

3) Kredit kelayakan usaha hanya diwajibkan kepada bank-bank pemerintah.

Meskipun demikian, sudah banyak bank-bank swasta yang ternyata telah

ikut serta menjalankan program ini. Misalnya bank Bukopin telah lama

menerapkan kredit pedesaan. Bank BII telah lama pula memberikan kredit

tanpa agunan kepada para pemulung untuk mengembangkan usahanya,

yang jumlahnya menmcapai Rp 601 milyar (29% dari total kreditnya)

sampai Juli 1995.

4) Proses permohonan dan analisis kredit kelayakan usaha yang lebih

sedernaha. Beberapa formulir permohonan data serta dokumen pendukung

Page 38: 02160029 Sartini Pawe

22

yang menjadi prasyarat telah dikurangi sehingga lebih menyederhanakan

prosedur peminjaman. Selang waktu keputusan diterima/ ditolak juga

maksimal hanya dua minggu.

Pada tahun 1995 bank pemerintah menyediakan dana Rp 50 milyar untuk

disalurkan kepada pengusaha kecil melalui program kredit kelayakan usaha ini.

Jika setiap nasabah mendapatkan maksimal Rp 50 juta, maka terdapat sedikitnya

1000 usaha kecil yang mendapatkan kredit kelayakan usaha pada tahun 1995.

f. Pembentukan Proyek Pengembangan Usaha Kecil

Pembentukan proyek pengembangan usaha kecil terutama ditujukan untuk

membantu bank dalam mencari nasabah / proyek yang dapat dibiayai dengan

kredit usaha kecil. Peningkatan peranan pembentukan proyek pengembangan

usaha kecil terhadap usaha kecil juga dilakukan dengan pendekatan

kelembagaan usaha kecil dan kelompok koperasi.

g. Pembentukan proyek pengembangan hubungan bank dengan kelopok swadaya

masyarakat

Dengan bantuan kelompok swadaya masyarakat, perbankan menyalurkan dana

ke pengusaha kecil di daerah. Tujuan proyek ini diantaranya adalah

meningkatkan akses kelompok usaha masyarakat pedesaan pada pelayanan

keuangan bank.

h. Pembentukan forum komunikasi perbankan untuk pengembangan usaha kecil

Forum ini dibentuk pada bulan Juni 1995 sebagai upaya untuk meningkatkan

peran perbankan dalam pengembangan usaha kecil. Melalui ketentuan

pemerintah dalam menyalurkan kredit usaha kecil bisa belajar dari bank lain,

Page 39: 02160029 Sartini Pawe

23

sehingga ketentuan penyaluran kredit usaha kecil sebanyak 20% (dari total

kredit yang disalurkan) bisa dipenuhi oleh masing-masing bank.

5. Manfaat Industri Kecil

Terlepas dari adanya berbagai perbedaan definisi, industri kecil tetap

mempunyai kedudukan yang penting dalam perekonomian negara, selain dari segi

ekonomi peran industri kecil juga berperan atau memberi manfaat dari segi sosial

yang juga sangat berperan aktif dalam perekonomian.

Kontribusi industri kecil dalam perekonomian secara makro cukup

berarti. Sumbangan tersebut terutama dari segi penyerapan tenaga kerja. Di

samping itu, mereka juga memberikan kontribusi dalam penciptakan nilai tambah

dan devisa ekspor non migas meskipun nilainya relatif kecil.15

Kesimpulan tentang manfaat adanya industri kecil yaitu16:

a. Industri kecil dapat menciptakan peluang berusaha yang luasnya dengan

pembiayaan yang relatif murah

b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi

tabungan domestik

c. Industri kecil mempunyai kedudukan komplementer terhadap industri besar

dan sedang,

Usaha kecil dianggap sebagai kegiatan ekonomi yang tepat dalam

pembangunan di Negara yang sedang berkembang, karena17:

15 Maryatno dan Y. Sri Susilo, op.cit.,hal. 4 16 Drs. Harimurti Subanar, manajemen usaha kecil, (Yogyakarta: Fakultas ekonomi UGM, 2001), hal 5 17 Ibid., hal. 20-22

Page 40: 02160029 Sartini Pawe

24

1) Usaha kecil mendorong munculnya kewirausahaan domestik dan sekaligus

menghemat sumber daya negara

2) Usaha kecil menggunakan teknologi padat karya, sehingga dapat

menciptakan lebih banyak kesempatan kerja dibandingkan yang

disediakan oleh perusahaan berskala besar

3) Usaha kecil dapat didirikan, dioperasikan dan memberi hasil dengan cepat

4) Pengembangan usaha kecil dapat mendorong proses desentralisasi inter-

regional dan intra-regional, karena usaha kecil dapat berlokasi di kota-kota

kecil dan pedesaan

5) Usaha kecil memungkinkan tercapainya obyektif ekonomi dan sosial

politik.

B. Kelebihan dan Kelemahan Usaha Kecil

Pemerintah melalui Departemen Perindustrian, Departemen

Perdagangan, Departemen Tenaga kerja, serta pihak Perbankan telah melakukan

upaya yang maksimal mungkin dalam membantu pengusaha kecil, industi kecil,

maupun sektor informal. Melalui strategi pengembangan industri kecil, pada akhir

pelita III telah mencapai jumlah unit usaha kecil yang tersebar di Pulau Jawa

(74,54%) serta propinsi lainnya (23,46%).

Page 41: 02160029 Sartini Pawe

25

1. Keunggulan Usaha Kecil

Pada kenyataannya, usaha kecil mampu tetap bertahan dan

mengantisipasi kelesuan perekonomian yang mengakibatkan inflasi maupun

berbagai faktor penyebab lainnya. Tanpa subsidi dan proteksi, industri kecil di

Indonesia mampu menambah nilai devisa bagi negara. Sedangkan sektor informal

mampu berperan sebagai buffer (penyangga) dalam perkonomian masyarakat

lapisan bawah. Secara umum perusahaan skala kecil baik perorangan maupun

kerja sama memiliki keunggulan dan daya tarik seperti18:

a. Pemilik merangkap manajer perusahaan yang bekerja sendiri dan

memiliki gaya manajemen sendiri (merangkap semua fungsi manajerial

seperti marketing, finance, dan administrasi).

b. Perusahaan keluarga, dimana pengelolanya mungkin tidak memiliki

keahlian manajerial yang handal.

c. Sebagian besar membuat lapangan pekerjaan baru, inovasi, sumber

daya baru serta barang dan jasa-jasa baru.

d. Resiko usaha menjadi beban pemilik.

e. Pertumbuhan yang lambat, tidak teratur, terkadang cepat dan prematur

(Premature High-Growth).

18 Drs. Harimurti Subanar. Manajemen usaha kecil, (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UGM, 2001), hal. 6-10.

Page 42: 02160029 Sartini Pawe

26

f. Fleksibel terhadap bentuk fluktuasi jengka pendek, namun tidak

memiliki rencana jangka panjang (Corporate-Plan).

g. Independen dalam penentuan harga produksi atas barang atau jasa-

jasanya.

h. Prosedur hukumnya sederhana.

i. Pajak relatif ringan, karena yang dikenakan pajak adalah

pribadi/pengusaha, bukan perusahaannya.

j. Komunikasi dengan pihak luar bersifat pribadi.

k. Mudah dalam proses pendiriannya.

l. Mudah dibubarkan setiap saat jika dikehendaki.

m. Pemilik mengelola secara mandiri dan bebas waktu

n. Pemilik menerima seluruh laba.

o. Umumnya mempunyai kecenderungan mampu untuk survive.

p. Merupakan tipe usaha yang paling cocok untuk mengelola produk, jasa

atau proyek perintisan, yang sama sekali baru atau belum pernah ada

yang mencobanya, sehingga memiliki sedikit pesaing.

q. Terbukanya peluang dengan adanya berbagai kemudahan dalam

peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung berkembangnya

usaha kecil di Indonesia.

Page 43: 02160029 Sartini Pawe

27

r. Diversifikasi usaha terbuka luas sepanjang waktu dan pasar konsumen

senantiasa tergali melalui kreativitas pengelola.

s. Realitif tidak membutuhkan investasi yang terlalu besar, tenaga kerja

yang tidak berpendidikan tinggi, serta sarana produksi lainnya yang

tidak terlalu mahal.

t. Meskipun tidak terlihat nyata, masing-masing usaha kecil dengan usaha

kecil yang lain saling ketergantungan secara moril dan semangat

berusaha.

Disamping kelebihan secara umum seperti diatas, usaha kecil memiliki

arti strategi secara khusus bagi suatu perekonomian, di antaranya:

1) Dalam banyak pengerjaan produk tertentu, perusahaan besar

banyak bergantung kepada perusahaan-perusahaan kecil, karena

jika dikerjakan sendiri oleh mereka (perusahaan besar) maka

margin-nya menjadi tidak ekonomis.

2) Merupakan pemerataan konsentrasi dan kekuatan-kekuatan

ekonomi dalam masyarakat

Page 44: 02160029 Sartini Pawe

28

2. Kelemahan dalam Pengelola Usaha Kecil

Berbagai kendala yang menyebabkan kelemahan serta hambatan bagi

pengelola suatu usaha kecil diantaranya masih menyangkut faktor intern dari

usaha kecil itu sendiri serta beberapa faktor ekstern, seperti:19

a. Umumnya pengelola small-business merasa tidak memerlukan ataupun

tidak pernah melakukan studi kelayakan, penelitian pasar, analisa

perputaran uang tunai/kas, serta berbagai penelitian ini yang diperlukan

suatu aktivitas bisnis.

b. Tidak memiliki perencanaan sistem jangka panjang, sistem akuntasi

yang memadai, anggaran kebutuhan, modal, struktur organisasi dan

pendegasian wewenang. Serta alat-alat kegiatan manajerial lainnya

(perencanaan, pelaksanaan serta pengendalian usaha) yang umumnya

diperlukan oleh suatu perusahaan bisnis.

c. Kekurangan informasi bisnis, hanya mengacu pada intuisi dan ambisi

pengelola, lemah dalam promosi.

d. Kurangnya petunjuk pelaksanaan teknis operasional kegiatan dan

pengawasan mutu hasil kerja dan produk, serta sering tidak konsisten

dengan ketentuan order/pesanan, yang mengakibatkan klaim atau

produk yang ditolak.

19 M. Tohar, Membuka Usaha Kecil,(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hal. 29.

Page 45: 02160029 Sartini Pawe

29

e. Terlalu banyak biaya-biaya yang di luar pengendalian serta utang yang

tidak bermanfaat, juga tidak dipatuhinya ketentuan-ketentuan

pembukuan standar.

f. Pembagian kerja tidak proporsional, sering terjadi pengelola memiliki

pekerjaan yang melimpah atau karyawan yang bekerja di luar batas jam

kerja standar.

g. Kesulitan modal kerja atau tidak mengetahui secara tepat beberapa

kebutuhan modal kerja, sebagai akibat tidak adanya perencanaan kas.

h. Persediaan yang terlalu banyak, khususnya jenis barang-barang yang

salah (kurang laku).

i. Risiko dan utang-utang kepada pihak ketiga ditanggung oleh kekayaan

pribadi pemilik.

j. Perkembangan usaha tergantung pada pengusaha yang setiap waktu

dapat berhalangan karena sakit atau meninggal.

k. Sumber modal terbatas pada kemampuan pemilik.

l. Perencanaan dan program pengendalian tidak ada atau belum perna

merumuskannya.

Meskipun demikian, pemerintah tetap mendorong agar industri/usaha

kecil mampu lebih berkembang dan mandiri dengan melaksanakan berbagai

Page 46: 02160029 Sartini Pawe

30

program pengembangan usaha kecil yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun

pihak-pihak atau lembaga swadaya masyarakat, di antaranya:20

1) Program peningkatan kemampuan usaha.

2) Program pengembangan industri kecil untuk menunjang ekspor.

3) Program pengembangan keterkaitan sistem bapak angkat dengan

mitra usaha.

4) Program pengembangan wiraswasta dan tenaga profesi.

5) Program penelitian dan pengembangn industri kecil.

6) Program menciptakan /pengaturan iklim dan kerja sama.

7) Program pengembangan usaha kecil dari berbagai perguruan tinggi

negeri maupun swasta.

8) Seminar dan pameran produk-produk industri kecil tingkat

nasional maupun internasional.

C. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan rumah tangga adalah penghasilan dari seluruh anggota

keluarga yang disambungkan untuk memenuhi kebutuhan bersama ataupun

perorangan dalam rumah tangga.

20 Ibid., hal. 10.

Page 47: 02160029 Sartini Pawe

31

Pendapatan rumah tangga dapat berasal dari satu macam sumber

pendapatan, sumber pendapatan yang beragam tersebut dapat terjadi karena

anggota rumah tangga yang bekerja melakukan lebih dari satu jenis kegiatan yang

berbeda satu sama lain, faktor lain yang mempengaruhi terhadap keragaman

sumber pendapatan adalah penguasa faktor produksi, pendapatan ini sendiri

diperoleh sebagai hasil bekerja atau jasa dan asset-aset sumbangan dari pihak lain.

Kumpulan dan pendapatan dari berbagai sumber pendapatan tersebut merupakan

total pendapatan rumah tangga.

Selain dari sektor sumber pendapatan rumah tangga petani mungkin

pula berasal dari sektor pertanian. Pendapatan sektor pertanian sebagai sumber

pendapatan utama diperoleh rumah tangga dengan melakukan kegiatan usaha tani

atau berburu tani, kegiatan diluar sektor pertanian dapat berupa kegiatan usaha

berburu atau usaha sendiri. Kegiatan ini pada umumnya membutuhkan sejumlah

modal dan keterampilan seperti dagang, jasa, dan usaha lain yang biasanya

dilakukan apabila kegiatan pertanian sedang sepi ataupun mengisi waktu luang.

1. Peran Usaha Kecil dalam Meningkatkan Pendapatan

Upaya untuk meningkatkan wirausaha, khususnya pengembangan

usaha kecil di Indonesia telah lama dilakukan berbagai pihak, baik pemerintah

maupun swasta. Berbagai kebijakan maupun bantuan telah dikeluarkan oleh

pemerintah untuk mendorong perkembangan usaha-usaha kecil ini. Keseriusan

pemerintah untuk menangani usaha kecil ini terlihat dengan dibentuknya Menteri

Page 48: 02160029 Sartini Pawe

32

Koperasi dan Pengembangan Usaha kecil dalam Kabinet Pembangunan VI.21

Bahkan saat ini pemerintah sedang menggodok Rancangan Undang-Undang

(RUU) mengenai pembinaan usaha menengah dan kecil, yang terdiri dari 8 bab 35

pasal.

Pihak swasta pun tidak mau ketinggalan. Mereka (khususnya

pengusaha besar) telah beberapa kali melontarkan kesepakatan untuk ikut

memberi andil dalam pengembangan usaha kecil. Pertama tahun 1980, yang

diantaranya diwujudkan dalam Yayasan Prasetya Mulya, sehingga wadah untuk

membantu kaum pengusaha kecil. Kemudian pada tahun 1984 yang menghasilkan

deklarasi Hilton. Pada tahun 1991, puluhan pengusaha besar membuat komitmen

untuk membentuk perusahan modal ventura guna bersama-sama membangkitkan

pengusaha menengah dan kecil. Terakhir, kesempatan yang mendapat sambutan

pro dan kontra adalah bulan Agustus yang menghasilkan deklarasi Jimbaran/Bali.

Pada deklarasi Jimbaran tersebut, diantaranya diambil kesepakatan bahwa 96

pengusaha besar di Indonesia akan menyisikan 2% keuntungan yang mereka

peroleh guna disalurkan pada kaum pengusaha kecil. Hal ini menunjukkan

kepedulian para pengusaha besar terhadap pengembangan usaha kecil.

Peranan usaha kecil terhadap pembangunan ekonomi sebuah Negara

memang tidaklah kecil. Di AS, Jerman, Jepang serta beberapa Negara maju

lainnya, sejumlah usaha besar tumbuh melalui pembagian kerja dengan ribuan

jenis usaha kecil, yang memproduksi bagian-bagian produksi yang dibutuhkan

oleh pengusaha besar tersebut. Peranan usaha-usaha kecil di Indonesia juga

21 Purnomo, Kebijakan Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil dalam Repelita VI, (Yogyakarta: Kanwil Departemen Koperasi dan PPK Propinsi DIY, 1994), hal 5

Page 49: 02160029 Sartini Pawe

33

tidaklah kecil. Bagi Indonesia, secara politis usaha kecil berperan dalam

pemerataan pendapatan ekonomi masyarakat. Serta mampu menjadi katup

pengaman bagi masalah pengangguran yang kian merebak. Dari data tercacat

bahwa sejumlah usaha kecil pada saat ini kurang lebih 33,4 juta yang bergerak

diberbagai sektor (Industri, perdagangan dan lain-lain). Dari sejumlah tersebut,

sebanyak 15,635 juta merupakan pengusaha kecil mandiri. Sekitar 1,27 juta

merupakan pengusaha kecil yang menggunakan tenaga kerja dari anggota

keluarga. Sebanyak 454. 000 merupakan pengusaha kecil yang memiliki tenaga

kerja tetap. Diperkirakan tenaga kerja yang terserap adalah sekitar 56% dari total

tenaga kerja (suara pembaruan 28 september 1995). Tidak dapat dipungkiri bahwa

problematika pengangguran yang selama ini telah menjadi isu Nasional sedikitnya

telah terbantu dengan semakin berkembangnya unit-unit usaha kecil ini.

Industri kecil dan rumah tangga mempunyai peran yang besar terhadap

pemerataan pendapatan tenaga kerja di Indonesia, yang secara otomatis mampu

menyerap tenaga kerja.22 Sebagai gambaran, berikut ini adalah tabel jumlah

industri kecil, menengah, dan rumah tangga dari berbagai propinsi. 23

22 Koencoro, Mudrajat, Ekonomi Pembangunan, (Yogya: UGM Pres, 1999), hal 150. 23 BPS, Informasi Usaha Kecil di Indonesia Kerja sama Direktur Jenderal Pembina Usaha Kecil, Departemen Koperasi dan PPK dengan BPS, 1993

Page 50: 02160029 Sartini Pawe

34

Tabel 2.3 Komposisi Perusahaan Industri, Sedang, dan Rumah Tangga

(Home-Industry)

Komposisi Perusahaan/ Industri di Berbagai Propinsi

Propinsi Besar Sedang Kecil Home-

Industry

Aceh 23 81 1,536 113,801

Sumatra Utara 342 786 7.072 52.893

Sumatra Barat 31 109 1.081 70.019

Riau 122 153 396 10.841

Jambi 38 81 - -

Sumatra

Selatan

95 181 2.688 48.516

Bangkulu 6 12 - -

Lampung 66 146 2.673 41.566

DIK Jakarta 810 1.614 6.488 11.676

Jawa Barat 3.324 2.953 31.185 582.748

Jawa Tengah 692 2.413 31.152 582.748

Yogyakarta 63 203 3.410 75.819

Jawa Timur 1,161 3,191 21,318 409,240

Bali 66 291 4,433 72,191

Page 51: 02160029 Sartini Pawe

35

NTB 15 103 3.410 41.632

NTT 2 31 1.007 63.826

Timtim 1 18 - -

Kalimatan

Barat

64 116 690 70.248

Kalimatan

Tengah

35 35 - -

Kalimatan

Selatan

96 85 1.058 61.472

Kalimatan

Timur

63 67 - -

Sulawesi Utara 29 125 1.380 100.532

Sulawesi

Tengah

12 53 845 33.716

Sulawesi

Selatan

60 225 4.590 82.040

Sulawesi

Tenggara

8 44 138 19.822

Maluku 12 28 - -

Irian Jaya 16 23 - -

Jumlah 6.135 13.167 124.990 2.353.559

Page 52: 02160029 Sartini Pawe

36

Sementara itu secara ekonomi peranan usaha kecil tidaklah sedikit.

Sumbangan usaha kecil terhadap sektor non migas terus meningkat. Dari data,

misalnya tercatat bahwa sumbangan sektor ini terhadap sektor non migas pada

tahun 1983 adalah 136,8 juta dolar AS. Sementara pada tahun 1991

sumbangannya mengalami peningkatan sekitar 146,7 persen, yaitu menjadi

1,66660,3 juta dolar AS. Peningkatan ini menunjukkan bahwa kegairahan

masyarakat untuk menjalankan usaha kecil terus meningkat.

Namun demikian, usaha kecil di Indonesia juga mengalami beberapa

hambatan baik secara internal maupun eksternal. Beberapa hambatan tersebut

diantaranya adalah24 :

a. Lemahnya Manajemen

Para usaha umumnya tidak atau kurang mempunyai keahlian dibidang

manajemen yang sangat dibutuhkan dalam mengelolah usaha. Sebagai contoh

dalam mendirikan dan menjalankan usahanya, banyak para pengusaha tidak

membuat perencanaan secara matang, namun lebih banyak menggunakan

naluri dan kebiasaan, misalnya dengan catatan-catatan keuangan atau

pembukuan, sehingga agak sulit memperoleh akses ke perbankan.

b. Keterbatasan Kemampuan dalam Penetrasi pasar, baik didalam negeri maupun

luar negeri.

Mereka cenderung sangat pasif, karena kecilnya skala produksi dan

keterbatasan dalam memperoleh informasi pasar.

24 Elisabeth Dianawati dan Prasetiantoka, Pengembangan Industri Kecil sebagai langkah pemantapan struktur ekonomi menghadapi pasar bebas, (Jakarta: UI Press, 1995), hal. 80-81

Page 53: 02160029 Sartini Pawe

37

c. Kurangnya akses keteknologi modern

Sebagian besar pengusaha kecil masih menggunakan teknologi konvensional

dan tradisional. Akibatnya cukup banyak usaha atau industri kecil yang

menghadapi kendala dalam meningkatkan kualitas maupun kuantitas

produknya, sehingga terbusur oleh pengusaha besar.

d. Kurangnya akses ke bahan baku

Sering terjadi bahan baku sulit untuk mereka peroleh dan sangat tidak

ekonomis jika dipesan dalam jumlah kecil.

e. Kurangnya akses untuk memperoleh modal

Sebagian besar usaha kecil merasa segan apabila berhubungan dengan pihak

bank (salah satu sumber dana mereka), karena mereka harus dihadapkan

dengan birokrasi yang rumit banyaknya formulir yang harus diisi, lamanya

realisasi pinjaman, dan sebagainya. Mereka yang bersedia pergi ke bank juga

sering mengalami kendala ditolak karena kurangnya data keuangan yang

mereka miliki. Akibatnya mereka, lebih senang meminjam pada saudara atau

rentenir.

Semua hambatan ini baik internal maupun eksternal, tentunya sangat

mempengaruhi perkembangan usaha kecil di Indonesia. Tidak sedikit usaha kecil

yang gulung tikar ditengah jalan, atau tetap mempertahankan usahanya tanpa

mengalami perkembangan yang berarti.

Page 54: 02160029 Sartini Pawe

38

2. Konsep Peningkatan Pendapatan

Dalam ilmu ekonomi ada beberapa konsep tentang pendapatan antara

lain sebagai berikut:25

a. Produk Nasional Bruto (Gross National Product-GNP)

Produk Nasional Bruto adalah jumlah total barang dan jasa yang

dihasilkan oleh masyarakat dalam jangka waktu tertentu yang dihitung

dalam bentuk uang dalam suatu Negara.

b. Produk Nasional Netto (Net National Product-NNP)

Produk Nasional Netto adalah produk Nasional Bruto (GNP) dikurang

dengan penyusutan dan penggantian modal.

c. Pendapatan Nasional Netto (Net National Income-NNI)

Pendapatan Nasional Netto adalah jumlah nilai yang diterima oleh pemilik

produksi sebagai balas jasa.

d. Pendapatan Perseorangan (Perseorangan Income-PPI)

Pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima setiap

orang dalam masyarakat. Jadi, misalnya si A sebagai penjaga malam R.S.

“Sarjito” menerima upah per bulan Rp 250.00,00 dan berjualan makanan

kecil di rumahnya dengan pendapatan rata-rata per bulan Rp 150.000,00,

maka pendapatan si A per bulan adalah Rp 400.000,00.pendapatan

perseorangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

25 M. Tohar, , Membuka Usaha Kecil,(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), hal. 16-18

Page 55: 02160029 Sartini Pawe

39

1) Pendapatan asli, yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang

yang langsung ikut serta dalam produksi barang.

2) Pendapatan turunan (sekunder), yaitu pendapatan dari golongan

penduduk lain yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang

seperti dokter, ahli hukum, dan pengawai negeri.

e. Pendapatan Bebas (Disposible Income-DI)

Pendapatan bebas adalah pendapatan perseorangan setelah dikurangi

dengan jumlah pajak langsung seperti pajak pendapatan, pajak rumah

tangga, pajak kendaraan, dan lain-lain.

3. Sumber-sumber Pendapatan

Salah satu cara untuk mengetahui sumber pendapatan adalah dengan

melihat sumber angka pendapatan nasional. Sumber angka pendapatan nasional

dapat dibagi ke dalam beberapa sektor. Sektor-sektor pendapatan ini antara lain

sebagai berikut:

1. Pertanian, misalnya buah-buahan, susu sapi, perikanan, dan lainnya.

2. Industri, misalnya batik, keramik, garment, marmer, dan lainnya.

3. Pertambangan, misalnya biji besi, gas bumi, minyak tanah, dan lainnya.

4. Pariwisata, seni, dan budaya, misalnya obyek wisata dan hasil seni.

Page 56: 02160029 Sartini Pawe

40

5. Transportasi, misalnya travel, taxi, angkutan laut, dan angkutan udara.

6. Telekomunikasi, misalnya jasa telpon.

7. Perdagangan, misalnya eksportir, importer, pedagang besar, dan pedagang

eceran.

8. Jasa-jasa, misalnya konsultasi hukum, perbengkelan, dan restoran

9. Jasa kontruksi, misalnya kelistrikan, jembata, dan kontraktor bangunan.26

Pendapatan sebagai sejumlah uang yang telah diterima pada pelanggan

dari perusahaan sebagai hasil penjualan barang dan jasa. Untuk memudahkan

dalam mengartikan, maka pendapatan dibagi dalam beberapa bagian:

a) Pendapatan berupa uang, yaitu segala penghasilan berupa uang yang

biasanya diterima sebagai balasan jasa atau kontra prestasi. Sumber-

sumber yang utama adalah gaji atau upah serta lain-lain balas jasa yang

berupa, pendapatan dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas.

b) Pendapatan berupa barang, yaitu segala penghasilan, yang sifatnya reguler

dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diserah

terimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang yang diperoleh dinilai

dengan harga sekali pun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh

yang meninkmati barang secara bercuma-cuma, pembelian barang dan

harga yang disubsidi oleh majikan.

26 Ibid. 18

Page 57: 02160029 Sartini Pawe

41

c) Lain-lain penerimaan barang, merupakan barang yang dipakai sebagai

pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat redistribusi dan biasanya

membawa perubahan keuangan rumah tangga, misalnya penjualan barang-

barang yang dipakai warisan.

Berdasarkan pengertian diatas, maka yang dimaksud dengan

pendapatan adalah jumlah penghasilan baik dari keluarga maupun perorangan

dalam bentuk uang, yang diperolehnya dari jasa setiap bulan yang baik dari

sebelumnya, atau dapat juga diartikan sebagai suatu hasil yang sedikit

keberhasilan usaha, maka jumlah tersbut akan menjadi besar dan meningkat.

D. Perekonomian Rumah Tangga dalam Perspektif Islam

Al-Qur'an merupakan sumber hukum utama bagi kaum muslimin dalam

segala urusan, dan As-sunnah merupakan penafsir, penjelas, serta memberi

petunjuk atas Al-Qur'an. Al-Qur'an mencakup segala bidang kehidupan manusia

yang saling berkaitan, di antaranya bidang perekonomian. Dalam perspektif Islam

sistem perekonomian mengandung aturan-aturan syara' yang dapat mengatur

kehidupan perekonomian suatu rumah tangga, masyarakat, dan umat Islam secara

keseluruhan.

Suatu keharusan bagi seorang muslim untuk mengetahui prinsip-

prinsip dasar perekonomian dalam perspektif Islam agar dia dapat tetap

menempuh jalan lurus yang didasarkan pada hidaya Allah. Ketentuan

Page 58: 02160029 Sartini Pawe

42

perekonomian Islam mencakup pengaturan tentang pendapatan, pengeluaran,

penyimpanan, penabungan, dan pemilikan.

Yang dimaksud dengan ketentuan-ketentuan perekonomian Islam

adalah seperangkat aturan umum yang diambil dari sumber-sumber hukum Islam.

Ketentuan-ketentuan itu mengatur perekonomian rumah tangga muslim agar dapat

mewujudkan tujuan-tujuan umum hukum Islam, yaitu memelihara akal, agama,

keturunan, kehormatan, dan harta di samping agar dapat mewujudkan pemenuhan

kebutuhan spritual dan pemenuhan kebutuhan material.

Perekonomian Islam menyangkut masalah rumah tangga muslim yang

bersifat reabilitas dan fleksibilitas, yaitu tetap dan tepat di dalam aturan-aturan

umum, dan luwes didalam teknik dan pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi

dan kondisi. Ketentuan-ketentuan perekonomian Islam bagi rumah tangga muslim

terdiri atas empat buah aturan pokok, yaitu:27

a. Aturan-aturan dalam berusaha dan bekerja

b. Aturan-aturan dalam pengeluaran

c. Aturan-aturan penyimpanan dan menabung

d. Aturan-aturan pemilikan.

27 DR. Husein Syahatah, Ekonomi Rumah Tangga Muslim,(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), hal 61-68

Page 59: 02160029 Sartini Pawe

43

Di dalam Islam, bekerja merupakan suatu kewajiban kemanusiaan.

Banyak ayat Al-Qur'an yang mengupas tentang kewajiban manusia untuk bekerja

dan berusaha mencari nafkah, di antaranya Allah berfirman:

Artinya:

"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di

segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya

kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan" (Al-Mulk: 15)

Syariat Islam memuat ajaran-ajaran yang mengatur manusia untuk

bekerja dan mencari nafkah dengan jalan halal. Aturan-aturan yang berlaku bagi

rumah tangga muslim di dalam bekerja dan berusaha adalah sebagai berikut:

1. Tanggung Jawab Laki-laki untuk Bekerja dan Wanita untuk Mengatur Rumah

Tangga

Suami sebagai kepala keluarga berkewajiban untuk bekerja dengan baik

melalui usaha yang baik dan halal. Karena itulah, seorang laki-laki menjadi

pemimpin bagi wanita, sebagaiman firman Allah sebagai berikut:

☺ ⌧

Page 60: 02160029 Sartini Pawe

44

☺ ⌧

⌧ ⌧

Artinya:

"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah

Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain

(wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka". (An-Nisaa' : 34)

Islam telah menjamin hak wanita untuk bekerja sesuai dengan

tabiat nya dan aturan-aturan syariat dengan tujuan untuk menjaga kepribadian dan

kehormatan wanita. Meskipun demikian istri harus memiliki keyakinan bahwa

yang utama dalam kehidupannya adalah mengatur urusan rumah tangga.

Bagaimanapun juga pekerjaan yang dibolehkan bagi wanita adalah

pekerjaan yang berhubungan dengan kerumah-tanggaan, yaitu yang dapat

memenuhi hak-hak suami dan anak-anaknya. Dia harus berpegang kepada aturan-

aturan syara' yang mengaturnya.

Sungguh Allah telah menegaskan bahwa bekerja itu hendaknya

sesuai dengan batas-batas kemampuan manusia, sebagaimana firman Allah

berikut ini:

Page 61: 02160029 Sartini Pawe

45

☺⌧ ☺

Artinya:

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya

dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya". (Al-Baqarah:

286)

Ayat diatas menerangkan bahwa Allah tidak membebankan

pekerjaan kepada para hambanya kecuali yang sesuai dengan kemampuannya dan

tuntutan kebutuhannya.

E. Pengertian Desa

Dari aspek morfologi, desa ialah pemanfaatan lahan atau tanah oleh

penduduk atau masyarakat yang bersifat agraris, serta bangunan rumah tinggal

Page 62: 02160029 Sartini Pawe

46

yang terpancar (jarang). Dari aspek jumlah penduduk, maka desa didiami oleh

sejumlah kecil penduduk dengan kepadatan yang rendah. Sedangkan dari aspek

ekonomi, desa ialah wilayah yang penduduk atau masyarakatnya bermata

pencaharian pokok di bidang pertanian, bercocok tanam atau agraria, atau

nelayan.28

Istilah desa seperti yang dikemukakan diatas dengan di keluarkannya

Undang-undang Nomor 5 tahun 1979, yakni Undang –Undang tentang

pemerintahan desa, maka istilah desa menjadi seragam untuk seluruh wilayah

tanah air Indonesia. Jadi desa telah menjadi istilah Nasional, untuk menunjukkan

kesatuan wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan

masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung

di bawah Camat, dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam

ikatan Negara Republik Indonesia (Pasal I Huruf a, UU No, 5 Tahun 1979).

Desa sendiri berasal dari bahasa India yakni Swadesi yang berarti

tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur atau merujuk pada satu kesatuan

hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas. Melihat dari

defenisi ini maka kita dapat menemui banyak istilah di Negara kita tentang

masyarakat tersebut seperti dusun bagi masyarakat Sumatra Selatan, dati bagi

Maluku, Kutu untuk Batak. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa memiliki

berbagai istilah kemilaan sendiri baik mata pencaharian maupun adat

istiadatnya.29

28 Drs. Sapari Imam Asy’ari, Sosiologi Kota dan Desa, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal. 93. 29 Soekanto Soerjono, Sosiologi suatu Pengantar, (Jakarta: Penerbit CV. Rajawali, 1996), hal 56.

Page 63: 02160029 Sartini Pawe

47

Desa-desa di Indonesia pada umumnya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:30

a. Tepi desa ada pintu dari kayu yang merupakan pintu gerbang untuk

masuk desa.

b. Tepi desa biasanya dikelilingi dengan tataman bambu.

c. Terdapat makam dengan tanaman kamboja.

d. Terdapat balai desa, tempat mengantor seorang kepala desa beserta

perangkatnya.

e. Ditandai adanya lumbung desa.

f. Ditandai dengan kehidupan yang tenang dan damai serta keakraban

diantara penduduknya

g. Biasanya ditandai dengan model perkampungan yang memanjang

sepanjang jalan-jalan yang ada di desa dan pola perkampungan yang

saling berhadapan satu sama lain. Pola perkampungan yang terakhir ini

biasanya dihuni oleh beberapa rumah / keluarga yang masih memiliki

hubungan keluarga

h. Dipimpin oleh seorang kepala desa dengan beberapa perangkat desa

30 Ibid., hal. 21.

Page 64: 02160029 Sartini Pawe

48

i. Masyarakatnya sebagian besar hidup dari tanah pertanian dan

memelihara ternak

Wilayah pedesaan merupakan sebuah interaksi dinamis antara

sistem yang secara srtuktural terdiri dari lima komponen (substansi) yang

menyusun desa. Perilaku interaktif dari setiap subsistem ini dapat memberikan

output tertentu sebagai tujuan dan sasaran pembinaan pedesaan.

Sistem pedesaan maju terdiri dari lima komponen berupa

komponen fisik, manusia dan interaksinya, serta kelembagaan sosial. Secara rinci

komponen tersebut adalah:

1. Komponen sumber daya pertanian dan lingkungan hidup

Dalam sistem pertanian dan lingkungan hidup pedesaan mempunyai

peranan ganda yaitu sebagai sumber input bagi subsistem

perekonomian (jasmani juga sebagai pelepasan penataan jiwa). Peran

ganda lingkungan bagi masyarakat desa ini kerap kali menjadi

hambatan dalam pengembangan pertanian akan tetapi kearifan

pandangan terhadap alam dewasa ini disadari sangat penting bagi

kelestarian alam.

2. Komponen perekonomian wilayah pedesaan.

Wilayah pedesaan, kegiatan ekonomi di sektor berbasis pertanian yang

menghasilkan produk untuk memenuhi kebutuhan pasar di luar daerah

sehingga barang dominan yang dihasilkan berupa komoditi primer dan

Page 65: 02160029 Sartini Pawe

49

komoditi sekunder. Keterkaitan pola produksi ini menyebabakan

pedesaan mempunyai integrasi yang kuat dengan daerah sekitarnya.

Dukungan yang kuat antara desa dengan perkotaan sebagai basis

industri menjadi sebuah model pengembangan pedesaan.

Akan tetapi perkembangan terakhir hal ini ternyata semakin

menambah ketimpangan sosial pada saat pembagian keuntungan tidak terjadi.

Ciri-ciri penting kegiatan ekonomi pedesaan adalah:31

1) Kegiatan pertanian yang maju dan pengelolaan memerlukan

perlengkapan relatif rumit dan biaya mahal.

2) Pengelolaan perlu dilakukan intensif sebelum dan sesudah paskah

panen dengan tenaga kerja relatif banyak.

3) Hasil pertanian harus cepat dipasarkan ke luar daerah dalam bentuk

dan olahan segar untuk memancing konsumen.

Tipologi desa sesuai dengan mata pencariannya adalah sebagai berikut :

a. Desa pertanian.

Desa pertanian biasanya dilandasi oleh mayoritas pekerjaan dari

penduduknya adalah pertanian tanaman budi daya. Desa ini bisa

pertanian lahan sawah pengairan dan dengan karakteristik masing-

masing. Sementra itu desa pertanian terbagi dalam dua pengertian

31Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, (UMM: Press, 2004) hal, 46.

Page 66: 02160029 Sartini Pawe

50

dalam arti luas dan sempit. Dalam arti sempit dilandasi oleh ada

tidaknya sarana pengairan sementara, dalam arti luas pada moyoritas

penduduknya. Kedua pembagian tersebut ditunjukkan dalam uraian

berikut yaitu :

2) Desa pertanian (dalam arti sempit).

(1). Desa pertanian berlahan basah, irigasi baik.

(2). Desa pertanian berlahan kering, sawah lading hujan lading

3) Desa pertanian (arti luas).

Desa pertanian sendiri terbagi dalam beberapa macam :

(1). Desa perkebunan (memiliki masyarakat dikelola secara

konvensional).

(2). Desa perkebunan (milik swasta dikelola professional, sistem

bagi hasil).

(3). Desa nelayan (petani tambak perikanan darat)

(4). Desa nelayan (perikanan pantai dan laut).

b. Desa Industri

Desa industri dibagi dalam dua macam :

1. Desa industri (memproduksi alat pertanian secara tradisional

maupun moderen system upah sesuai dengan manajemen masing-

Page 67: 02160029 Sartini Pawe

51

masing. Juga memproduksi komponen suku cadang unit sumur

pompa maupun buatan tiang lampu dan lain-lain).

2. Desa industri (masyarakat memproduksi barang-barang kerajinan,

seperti perabot rumah tangga yang terbuat dari kulit, rotan, bambu,

maupun ukiran. Disamping itu, memproduksi bahan pakaian jadi

dan lain-lain).

Page 68: 02160029 Sartini Pawe

52

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian sangat penting karena berhubungan dengan

data- data yang harus dicari sesuai dengan fokus yang ditentukan lokasi penelitian

juga menentukan apakah data bisa diambil dan memenuhi syarat baik volumenya

maupun karakter data yang dibutuhkan dalam penelitian. Pertimbangan geografis

serta sisi praktis seperti waktu, biaya, tenaga akan menentukan lokasi penelitian.

“… Cara terbaik yang perlu ditempuh dalam menentukan lapangan penelitian ialah dengan jalan mempertahanakan teori substantif, pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat apakah dapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu biaya dan tenaga, perlu juga dijadikan pertimbangan dalam menentukan lokasi penelitian “.32

Mempertimbangkan acuan tersebut peneliti melakukan penelitian di

Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. Pemilihan

ini sengaja dengan maksud menemukan sebuah desa yang relevan dengan tujuan

penelitian. Pilihan terhadap Desa/ Kelurahan Roworena didasarkan pada

pertimbangan sebagai berikut:

32 Moleong. Lexy, Metodologi Penelitian kuantitatif, (Bandung: Remaja Pasdakarya, 1990), hal. 86.

Page 69: 02160029 Sartini Pawe

53

1. Desa ini merupakan desa dimana sebagian masyarakatnya

menggantungkan penghasilan hidup mereka dengan bertani dan menenun.

2. Pada umumnya mata pencaharian masyarakat yang bertani dan dan

pengrajin tenun dengan penghasilan yang tidak memadai sehingga

menciptakan kesenjangan ekonomi yang cukup tajam.

52

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan Taylor

mendefinisikan penelitian kualitatif “sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati”.33

Sedangkan penggunaan pada penelitian ini, karena merujuk pada ciri-ciri

yang dikemukakan oleh Black Champion, yakni penelitian terhadap kesatuan

social yang dipilih sebagai bahan kajian trhadap agregat yang lebih luas tetapi

hubungan antara kesatuan tersebut dengan total populasi yang tidak dapat ditaksir.

Dalam penelitian ini yang berlokasi di Desa / Kelurahan Roworena, Kecamatan

Ende Selatan, Kabupaten Ende, peneliti menggunakan kajian pustaka sehingga

penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

C. Instrumen Penelitian

33 Ibid…

Page 70: 02160029 Sartini Pawe

54

Instrument pertama pada penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri.

Peneliti sebagai instrument penelitian bukan berarti menghilangkan esensi

manusiawi dari peneliti sendiri, tetapi kapasitas jiwa dan raganya dalam

mengamati, bertanya, melacak dan mengabstrasikan merupakan alat terpenting.34

Karena itu kemampuan peneliti diuji betul dalam penelitian ini. Penelitian ini

disamping menggunakan instrumen utama juga menggunakan alat bantu seperti

wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Peneliti sebagai instrumen, memiliki konsekuensi psikologis bagi peneliti

untuk memasuki latar yang memiliki norma, nilai, aturan dan budaya yang harus

dipelajari dan dipahami peneliti. Interaksi peneliti dan subyek penelitian

memungkinkan timbulnya suatu hal yang tidak diinginkan. Sehingga, peneliti

mengikuti saran Spradley tentang penggunaan prinsip-prinsip etika penelitian

seperti memperhatikan, menghargai, menjujung tinggi hak asasi informan,

mengkomunikasi maksud penelitian kepada informan, tidak melanggar kebebasan

dan tetap menjaga rahasia pribadi informan, tidak mengeksploitasi informan,

mengkomunikasikan hasil penelitian jika diperlukan, memperhatiakndan

menghargai informan, dan peneliti akan dilakukan secara cermat sehingga tidak

mengganggu aktifitas sehari-hari informan.

D. Sumber Data

34 Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif, (Jakarta : UI Press, 1992), hal. 102.

Page 71: 02160029 Sartini Pawe

55

Menurut Lofland, mengatakan, “sumber data utama dalam penelitian

kualitatif adalah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti

dokumen dan lain-lain”. Sesuai dengan masalah dan fokus penelitian, maka

penelitian menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

Adapun perincian sebagai berikut:35

a. Kelompok Industri dan pekerja Home-Industry tenun dilokasi penelitian,

masyarakat di Desa/ Kelurahan Roworena bermata pencaharian bertani dan

memiliki home-industry tenun, maka jumlah informan yang peneliti ambil

secara terus-menerus dari informan satu ke informan lainnya, sehingga data

yang diperoleh seluas-luasnya dan mendalam, sampai memenuhi kriteria

representatif dan tidak ada pembedaan informasi antar informan (data yang

diperoleh sudah kosisten), yaitu dikenal dengan “teknik sample bola salju “

atau disebut “snow-ball sampling tekhnique”.36

b. Kepala Desa dan Sekdes setempat dan kepala dusun masuk wilayah desa

penelitian. Beberapa organisasi yang sekiranya mengetahui terhadap masalah

penelitian, sesuai dengan informasi yang diperoleh dari informan awal.

D. Prosedur Pengumpulan Data

35 Moleong, op.cit., hal. 112. 36 Miles, Matthew B. dan A Michael Huberman, op.cit., hal. 122.

Page 72: 02160029 Sartini Pawe

56

Pengumpulan data merupakan langkah yang penting dalam penelitian

ilmiah. Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk

memperoleh data yang diperlukan.37

Teknik pengumpulan data dalam penelitian kuatitatif berjalan dari medan

empiris dalam membangun teori dan data. Prosedur pengumpulan data ini

meliputi tahap-tahap sebagai berikut:

1. Proses Memasuki Lokasi Penelitian (Getting In)

Dalam tahap ini sebelum memasuki lokasi penelitian Desa/Kelurahan

Roworena agar terjadi ketidak curigaan dan kesalahpahaman peneliti

memperkenalkan diri dan memberikan surat izin sebagai langkah formal bahwa

peneliti akan melakukan penelitian di wilayah yang dipimpin dan menjadi

tanggung jawabnya.

Pendekatan terhadap pelaku home-industry juga tidak kalah penting.

Namun hal tersebut tidak begitu sulit karena peneliti sudah pernah melakukan

pendekatan sebelum penelitian ini dilakukan.

2. Saat Berada di Lokasi Penelitian (Getting A Long)

Peneliti melakukan hubungan dengan hati-hati dan berusaha untuk

menjadi bagian dari mereka, dengan membaur dan mengajak komunikasi tentang

pekerjaan mereka sehari-hari.

37 Nazir dan Kusrianto, Prosedur Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 115.

Page 73: 02160029 Sartini Pawe

57

3. Penggumpulan Data (Logging The Data)

Pada tahap ini teknik yang dipakai peneliti menggunakan teknik

wawancara, observasi, dan dokumentasi. Untuk lebih detailnya bisa meneliti

jelaskan sebagai berikut

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

bertanya langsung (berkomunikasi langsung) dengan responden.

Dengan berwawancara terdapat proses interaksi antara pewawancara

dengan respon. Karena bersifat yang “berhadap-hadapan”, maka

pemberian kesan baik terhadap responden mutlak diperlukan. Kalau

sejak semula responden sudah tidak menaruh respek terhadap

pewawancara, proses berikutnya pastilah akan terhambat. Responden

dikehendaki dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jelas,

terbuka dan jujur. Hal itu dapat terjadi kalau sejak semula “respek”

sudah didapatkan peneliti. Wawancara merupakan proses interaksi

antara peneliti atau petugas lapangan dengan responden atau informan

guna memperoleh data atau informasi untuk kepentingan tertentu.38

Wawancara sebagai percakapan dengan maksud tertentu yang

dilakukan oelh dua pihak yaitu, pewawancara dan yang di wawancara.

Senada dengan itu bahwa yang dimaksud dengan wawancara adalah

proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya 38 Rofi’uddin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta : UI Press, 1995), hal. 55.

Page 74: 02160029 Sartini Pawe

58

jawab sambil tatap muka antara pewawancara dan yang diwawancarai

dengan menggunakan alat yaitu pedoman wawancara (interview

guide).39

Alasan pokok dipilihnya teknik wawancara adalah karena

dengan menggunakan wawancara peneliti dapat menggali sesuatu yang

diketahui, dirasakan dan dialami oleh subyek termasuk hal-hal yang

tersembunyi, dapat menggali data yang komprehensif. 40

Dalam penelitian ini wawancara terpimpin akan dilakukan

kepada informan yang sudah ditentukan oleh peneliti dengan

membawa pedoman wawancara yang sudah disusun sebelumnya sesuai

dengan fokus penelitian.

b. Observasi

Secara mudah observasi sering disebut juga sebagai

pengamatan. Ringkasnya metode observasi adalah cara pengumpulan

data dengan cara melakukan pencatatan dan sistematik. Kalau

pengamatan dilakukan dengan sambil lalu dan tidak memenuhi

prosedur dan aturan yang jelas tidak bisa disebut observasi.

Observasi bisa dilakukan dengan melibatkan langsung

informan maupun tidak langsung. Observasi langsung dilakukan

dengan melibatkan diri penelitian terhadap obyek yang diteliti, tetapi

39 Nazir dan Kusrianto, Prosedur Penelitian Sosial, (Yogyakarta : Rineka Cipta, 1998), hal. 80. 40 Rofi’uddin, op.cit., hal. 6.

Page 75: 02160029 Sartini Pawe

59

juga tidak mengakibatkan perubahan pada kegiatan-kegiatan yang

diamatinya.41 Sedangkan observasi tidak langsung dilakukan dengan

menggunakan alat Bantu observasi, misalnya foto, tape-recorder dan

laboratorium. Adapun dalam penelitian yang berkaitan dengan maslah

dan fokus penelitian, seperti kondisi fisik, pendapatan industri dan

pendapatan petani serta proses pembuatan sarung tenun.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah data sekunder yang sudah ada ditempat-

tempat yang berkaitan dengan hal-hal yang diperlukan dalam

penelitian yang biasanya tertulis dengan rapi. Penggunaan

dokumentasi sebagai teknik pengambilan data karena data di

dokumentasi berfungsi melengkapi dari data-data yang diperoleh dari

wawancara dan observasi.

Pengumpulan data dengan dokumentasi akan dilakukan peneliti

dengan mendatangi kantor Desa/Kelurahan, dan membawa forum

dokumen yang berkaitan dengan masalah dan fokus penelitian.

E. Analisis Data

Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan

secara sistematis transkip-transkip catatan lapangan dan bahan lain yang

41 Konjaraningrat, Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta : UI Press, 1997), hal. 120.

Page 76: 02160029 Sartini Pawe

60

mendukung peneliti dalam mengungkap penemuannya. Analisis data ini

melibatkan pekerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan penentuan apa yang

dilaporkan.

Maka penelitian ini menggunkan analisis interaktif, dalam analisis

interaktif data dilakukan melalui tiga alur kegiatan, yaitu reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau versifikasi, secara detail sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh (data lapangan) dituangkan dalam uraian atau laporan

lengkap dan terinci. Laporan lapangan akan dirangkum, dipilih hal-hal yang

pokok, penting, kemudian dicari tema dan polanya. Reduksi data langsung

terus-menerus selama penelitian berlangsung. Selama pengumpulan data

berlangsung, diadakan reduksi data dengan membuat ringkasan, mengkode,

menentukan tema, membuat gugus dan membuat memo.

b. Penyajian Data

Penyajian data atau display data dilakukan dengan menyederhanakan

informasi yang kompleks kedalam satuan bentuk (Gestalt) yang

disederhanakan dan selektif serta konfikurasi yang mudah dipahami.dengan

demikian nantinya akan memudahkan dalam menarik kesimpulan.

c. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi

Page 77: 02160029 Sartini Pawe

61

Menarik kesimpulan dilakukan selama penelitian berlangsung dan selalu dicek

ulang untuk mendapatkan verifikasi yang valid. Dengan mencari arti benda-

benda, mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan, konfigurasi-konfigurasi

yang mungkin, serta alur sebab akibat dan preposisi.

Bagan Komponen Analisis Model Interaktif.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan

F. Pengecekan Keabsahan Temuan

Paling sedikit ada empat standar atau kriteria utama guna menjamin

keabsahan hasil penelitian kualitatif:

a. Kredibilitas, agar hasil penelitian ini memiliki tingkat kepercayaan yang

tinggi sesuai dengan fakta di lapangan, upaya-upaya yang dilakukan antara

lain, (1). memperpanjang keikut sertaan peneliti dalam proses

pengumpulan data di lapangan karena peneliti merupakan instrument

utama penelitian. Masalah waktu pengumpulan data ini tidak terlalu sulit

Page 78: 02160029 Sartini Pawe

62

dilakukan, (2). Melakukan observasi secara terus menerus dan sungguh-

sungguh sehingga semakin mengetahui peranan industri rumah tangga di

daerah pedesaan. Hal ini terutama dilakukan umtuk memahami pendapatan

yang diperoleh dari hasil industri rumah tangga dan pendapatan petani di

Desa/Kelurahan Roworena, (3). Melakukan triangulasi, untuk memperoleh

variasi informasi seluas-luasnya dan selengkap-lengkapnya maka dalam

triangulasi dilakukan baik terhadap metode maupun sumber data, dan (4).

Melacak kelengkapan hasil analisa data.

b. Transferabilitas, dilakukan dengan cara meminta bantuan orang lain

termasuk yang diteliti untuk membaca laporan hasil penelitian atau

abstraksinya. Dari tanggapan mereka dapat diperoleh masukan sejauh

mana hasil penelitian ini mampu dipahami oleh pembaca terutama tentang

konteks dan fokus penelitian.

c. Dependabilitas, agar temuan penelitian dapat dipertahankan dan

dipertanggung jawabkan secara ilmiah, auditor independent seperti dosen

pembimbing sangat diperlukan dalam mereviuw seluruh hasil penelitian.

Pada dependabilitas terutama untuk melihat proses

penelitian.Confirmabilitas, dimaksudkan untuk memeriksa keterkaitan

data hasil penelitian dan informasi serta interprestasi dalam organisasi

pelaporan yang didukung materi-materi yang digunakan dalam auditrial.

Konfirmabilitas terutama untuk melihat hasil penelitiannya.

Page 79: 02160029 Sartini Pawe

63

G. Tahap-Tahap Penelitian

Secara umum tahap penelitian ini melalui tiga tahapan yakni: pada tahap

persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. Pada tahap persiapan peneliti

menentukan fokus penelitian, teori yang mendukung, konsultasi dengan

pembimbing, menyusun proposal penelitian. Tahap pelaksanan data penelitian di

lapangan meliputi pengumpulan data, analisis data dan pengecekan keabsahan

data. Sedangkan pada tahap pelaporan, peneliti menyusun hasil penelitian,

konsultasi hasil penelitian dan presentasi hasil penelitian.

Page 80: 02160029 Sartini Pawe

64

Page 81: 02160029 Sartini Pawe

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Kondisi Umum Daerah Penelitian

1. Sejarah Desa/Kelurahan Roworena

Alkisah pada zaman dahulu kala telah turun dua orang dari langit yaitu

Ambu Roru (lelaki) dan Ambu Mo’do (wanita). Mereka menikah dan

mendapatkan lima orang anak, tiga orang wanita dan dua orang lelaki. Salah satu

anak wanitanya hilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan

turunan Ambu Roru dan Ambu Mo’do.

Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madangge, Keto Kuwa bersampan dari

pulau Ende ke pulau Besar, karena mereka memasang bubuk disana untuk

menangkap ikan. Mereka mendapat banyak ikan yang sebagiannya dimakan

ditempat dan yang sisanya dibawa ke rumah. Selagi makan, datanglah seorang

tuan tanah Ambu Nggo’be dan kemudian diajak makan oleh mereka. Pada

pertemuan itu, terjadilah jalinan persahabatan dan suatu kerjasama diantara

mereka.

Kemudian, Ambu Nggo’be mengajak orang-orang itu meninggalkan

pulau Ende supaya berdiam di pulau besar. Anak istri dan harta milik mereka

dapat dibawa kemudian. Ambu Anggo’be memberikan tanah dengan syarat

mereka harus menggantinya dengan satu gading dan seutas rantai emas. Bahan

warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Anggo’be.

Ketika semua syarat telah dipenuhi dan diselesaikan mereka menebang pohon

64

Page 82: 02160029 Sartini Pawe

66

dan semak dan mulai membuka satu kampung yang disebut Nua Roja (kampung

Roja) yang kemudian berganti nama menjadi Nua Ende (Kampung Ende).

Suatu ketika, seorang puteri tonggo hamil dengan kerbau putih. Ketika

ayahnya hendak membunuh kerbau itu, ia halang-halanginya karena kerbau putih

itu adalah suaminya. Ayahnya marah dan mengusir dia dari gunung ke lembah.

Dan perisriwa itu di sebut Ambu Kora. Dari hasil perkawinannya dengan kerbau

putih ia melahirkan seorang putra yang diberi nama Raro.. Mereka berpindah ke

pulau Ende lalu tinggal dengan Sugi Mbo, Mosa Pio. Dalam perang dengan

Numbah mereka membantu Barai melawan Numbah. Ketika Numbah dan Barai

bersatu lagi, mereka terpaksa meminta tanah tempat untuk berdiam kepada Embe

Nggo’be dari Detu Kou. Tanah pemberian itu kemudian dibagi oleh Mosa Pio

yang disebut Kora dan Raro serta Sugi Mbo dan Mosa Pio mendapat yang sisa

yang mana mereka mendirikan suatu desa yang disebut Roworena hingga

sekarang ini.

2. Letak Geografis dan Demografi Desa/Kelurahan Roworena

Desa/Kelurahan Roworena berada pada ketinggian kurang lebih 36 m

diatas permukaan laut. Tepatnya terletak sekitar 15 km, jarak dari Kecamatan ke

Kabupaten 3 Km dan waktu tempuh 30 menit, dan jarak Desa/Kelurahan ke Ibu

Kota Propinsi waktu tempuh satu hari 24 jam.

Batas wilayah Roworena sebelah selatan Desa/ Kelurahan Kota Ratu yang

terkenal dengan Nelayan, sebelah Utara Dusun Ndetindora I dan II yang juga

terkenal dengan Home-Industri Pandai Besi dan Batu Merah, sedangkan sebelah

Page 83: 02160029 Sartini Pawe

67

Timur Kelurahan Onekore dan Kewarangga sementara untuk batas desa sebelah

Barat adalah Gunung Wongge. Distribusi luas wilayah menurut penggunaannya

dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi luas lahan wilayah menurut penggunaannya

1. Luas wilayah kelurahan Roworena 24 km² / 2200 hektar

No Penggunaannya Luas

1 Pemukiman 0,26 km²

2 Kuburan 0,03 km² 3 Pekarangan 0,15 km² 4 Perkantoran 0,01 km² 5 Prasarana umum

lainnya -

6 Luas taman - Jumlah Total luas 24 km²

2. Jumlah RT kelurahan Roworena 27 RT sedangkan RW, 10 RT

3. Batas wilayah Kelurahan Roworena

Letak Berbatasan dengan

Sebelah Utara Dusun Ndetindora I dan II Sebelah Selatan Kelurahan Kota Ratu Sebelah Timur Kelurahan Onekore dan Kewarangga

Sebelah Barat Dusun Gheoghoma Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

Page 84: 02160029 Sartini Pawe

68

Page 85: 02160029 Sartini Pawe

67

67

Usia 0-6 Thn

Usia 7-12 Thn

Usia 13-15 Thn

Usia 16-18 Thn

Usia 19-24 Thn

Usia 25-40 Thn

Usia 40-an ke atas Thn Thn

L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh L P Jmh

Jumlah

2004 110 206 316 250 329 579 116 580 681 1261 140 256 123 180 303 225 364 589 565 559 1124 3848

2005 120 210 330 260 350 610 120 582 683 1265 180 300 130 200 330 230 366 596 570 560 1130 3979

2006 130 250 380 280 370 650 125 585 685 1270 185 310 145 220 365 250 375 625 575 565 1140 4155

Jmh 360 666 1026 790 1029 1839 361 1747 2049 3796 505 866 398 600 998 705 1105 1810 1710 1684 3394 11982

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk menurut tingkat umur

a. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Umur.

Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

3. Kondisi Penduduk

Page 86: 02160029 Sartini Pawe

68

Penduduk Desa/Kelurahan Roworena pada tahun 2004 berjumlah 3848

jiwa, pada tahun 2005 berjumlah 3979 jiwa, sedang pada tahun 2006 berjumlah

4155 jiwa. Disbanding dengan luas Desa/ Kelurahan (24 km² / 2200 hektar). Desa

ini dapat diklasifikasikan sebagai desa/kelurahan yang penduduk padat kurang

lebih 11982 jiwa dan rata-rata pertumbuhan kurang lebih Jiwa/pertahun.

b. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Desa/Kelurahan Roworena termasuk Desa yang kurang

begitu menghargai pentingnya pendidikan, karena penduduk tidak pernah

merasakan bangku sekolah atau hanya sekolah dasar saja, paling banyak

jumlahnya bila dibandingkan dengan yang sekolah. Untuk lebih jelas lihat tabel

4.3

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Keadaan Tingkat Pendidikan Jumlah

1 Belum sekolah 425 orang

2 Tidak pernah sekolah 1525 orang

3 Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 435 Orang

4 Tamat SD/Sederajat 1.403 Orang

5 SLTP/Sederajat 330 Orang

6 SLTA/Sederajat 352 Orang

7 D-1 9 Orang

8 D-2 12 Orang

10 D-3 5 Orang

11 S-1 24 Orang

12 S-2 -

13 S-3 -

Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

Page 87: 02160029 Sartini Pawe

69

Sebagaimana lazimnya ditiap-tiap Desa pasti ada pendopo (balai desa),

yang berfungsi sebagai pusat pengembangan Desa/Kelurahan dan Kantor BPD.

Walaupun demikian letak kantor Desa/Kelurahan cukup strategis karena

dikelilingi oleh pemukiman penduduk, puskesmas, sekolah, dan pusat lalu lintas

umum, menjadikan lokasi ini mudah dijangkau dan cocok untuk kegiatan sosial

masyarakat Desa setempat.

Di Desa/Kelurahan ini terdapat satu buah masjid, dua buah gereja dan

beberapa fasilitas pendidikan yaitu satu buah gedung Taman Kanak-Kanak (TK),

lima buah gedung Sekolah Dasar (SD), satu buah gedung Sekolah Lanjut Tingkat

Pertama (SLTP), dua buah gedung Sekolah Lnjut Tingkat Atas (SLTA), dan Satu

buah gedung Perguruan Tinggi.

Pemuda dan Orang Tua khususnya kaum wanita di Desa/Kelurahan

Roworena belum begitu mementingkan pendidikan formal. Kebanyakan para

pemudi setelah lulus sekolah lebih senang dengan bekerja sebagai pengerajin

tenun dari pada melanjutkan sekolah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh

keterbatasan biaya pendidikan yang mahal dan kurang adanya kesadaran terhadap

pentingnya pendidikan, bagi mereka yang penting hanyalah mampu mandiri

secara ekonomi dan membantu ekonomi kedua orang tuanya.

Kondisi rumah penduduk bervariasi, hal inilah yang menjadi patokan

awal adanya kesenjangan ekonomi di Desa/Kelurahan Roworena. Rumah gedung

berjumlah 35, dan rumah terbuat dari bambu berjumlah 98. Pada umumnya rumah

penduduk saling berdekatan walaupun tidak merata jarak rumah satu dengan yang

Page 88: 02160029 Sartini Pawe

70

lainnya, hal ini disebabkan topografi tenah yang berbeda, ada yang dataran

rendah, sedang dan dataran tinggi.

Di Desa/Kelurahan ini sudah terdapat aliran listrik, dan sudah di

manfaatkan oleh semua penduduk. Penggunaan telephon sebagai alat komunikasi

masih sedikit. Tentang penyediaan air sudah tidak ada masalah karena, penduduk

langsung mendapatkan aliran air dari sumber air lihat tabel 4.4 berikut ini

Tabel 4.4 Jumlah Prasarana Air Bersih

Jumlah Sumur Pompa -

Jumlah Sumur Gali -

Jumlah Mata Air 13 Unit

Jumlah Hidran Umum 16 Unit

Jumlah PAM 58 Unit

Jumlah MCK 7 Unit

Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

c. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaanya

Mata pencaharian penduduk Desa/Kelurahan Roworena bermacam-

macam. Ada yang bertani, pengerajin, buruh tani. Yang menjadi pengerajin tenun

adalah pekerjaan pemudi/ ibu-ibu rumah tangga Desa/Kelurahan Roworena.

Untuk lebih jelasnya sebagaimana Table 4.5 berikut :

Page 89: 02160029 Sartini Pawe

71

Tabel 4.5 Distribusi Pekerjaan Penduduk

Pengrajin Bertani Pedagang Buruh Pegawai Pengusaha

Tenun

Ikat

Pandai

Besi

Anyaman

Gedek

Thn

KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh KK Jmh

2004 528 528 36 36 25 25 17 17 16 16 110 110 12 12 6 6

2005 525 525 40 40 27 27 20 20 20 20 112 112 18 18 7 7

2006 510 510 45 45 30 39 24 24 25 25 114 114 20 20 9 9

Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata penduduk bermata

pencaharian sebagai petani dan pengerajin tenun ikat (sarung), desa ini juga

terdapat pengerajin Besi dan Gedek. Petani, juga salah satu pekerjaan yang tidak

bisa ditinggalkan oleh penduduk, karena terdapat tanah yang subur. Pedagang dan

buruh tani juga menjadi pekerjaan yang mau tidak mau harus dilakukan, karena

mendukung tercapainya pendapatan para petani di Desa/Keluran setempat.

d. Jumlah Penduduk Menurut Agama dan Tempat Ibadah

Bila kita perhatikan di Desa/Kelurahan Roworena telah tersedia

fasilitas pendidikan non formal dan menjamurnya tempat-tempat ibadah. Desa ini

mempunyai sebuah seminari dan tiga buah gereja. Secara riil masyarakat

Desa/Kelurahan Roworena beragama Kristen Katolik. Hal ini bisa dilihat pada

Tabel 4.6 sebagai berikut:

Page 90: 02160029 Sartini Pawe

72

Tabel 4.6 Jumlah penduduk menurut agama dan tempat ibadah

Pemeluk Agama Tempat Ibadah

Islam

Kristen Katolik

Kristen Protestan

Hindu

Budha

732 Orang

3655 Orang

5 Orang

-

-

Masjid

Gereja Katolik

Gereja Protestan

Wihara

Pura

2 Buah

3 buah

-

-

1

Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

Apabila kita perhatikan table di atas dapat diketahui bahwa agama

Kristen Katolik adalah agama yang paling banyak diyakini oleh Desa/Kelurahan

Roworena yaitu berjumlah 3655 orang. Agama Islam 723 orang, agama Kristen

Protestan berjumlah 5 orang, sedangkan Budha dan Hindu tidak mempunyai

pengikut sama sekali.

e. Barang Investaris Desa/Kelurahan

Tabel 4.7 Barang-barang Inventaris Desa/Kelurahan Roworena

Barang-barang Inventris Desa Jumlah

Kantor Desa/Kelurahan 1

PAM Air 15

Gedung Puskesmas 1

Posyandu 2

Kantor Pos Pembantu 1

TK 1

SD 5

SLTP 1

SLTA 2

Perguruan Tinggi 1

Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

Page 91: 02160029 Sartini Pawe

73

Barang Inventaris Desa/Kelurahan Roworena, sebagaimana digambarkan

dalam tabel 4.6 terdiri dari kantor Desa 1 buah, PAM Air sebayak 15 buah,

gedung puskesmas 2 buah, posyandu 1 buah, kantor pembantu pos 1 buah dan

fasilitas pendidikan keseluruhan berjumlah 10 buah. Sebuah inventaris tersebut

selalu diupayakan untuk dijaga oleh semua pihak khusnya pemerintah

Desa/Kelurahan sendiri maupun masyarakat Desa setempat. Sarana yang dimiliki

pemerintahan tersebut juga dimanfaatkan untuk pertemuan-pertemuan baik untuk

orang dewasa, remaja mapun penduduk secara umum, yang berkepentingan untuk

keperluan-keperluan Desa/Kelurahan.

B. Kondisi Umum Industri Tenun

1. Sejarah Industri Tenun

Dalam sejarah, melanglang buana mengikuti jejak tapak kaki manusia,

menembus lintas batas, akhirnya sampai ke Nusantara. Kebudayaan Nusantara

begitu heterogen yang terbentang dari Sabang sampai Merauke dan pada satu

pulau kecil dibumi Nusa Tenggara Timur ada satu kebudayaan yang

keberadaannya perlu dilestarikan karena merupakan budaya suatu budaya yang

akan memperkaya khazanah budaya bangsa.

Dari marga Salvi sebuah suku di India tenun ikat ini berawal, melalui jalur

sutera, terus menyelusuri Asia Tenggara, hingga Indonesia. Di Nusa Tenggara

Timur penyebaran tenun ikat hampir merata, hingga Nusa Tenggara Timur dapat

dijuluki pula dengan sebutan “Nusa Tenun Tangan”.

Pesona keindahan motif dan ragam hiasnya, menjadikan tenun ikat cendra

mata bagi setiap orang yang datang dan berkunjung ke bumi Flobamora ini, bumi

Page 92: 02160029 Sartini Pawe

74

dimana wanitanya memiliki daya cipta dan kreasi seni yang sangat tinggi. Setiap

daerah yang ada di NTT menampilkan corak dan ragam hias serta warna yang

berbeda-beda. Perbedaan ini menjadikan tenun ikat semakin menarik untuk di

diteliti dan dikaji.

2. Proses Pembuatan Sarung Tenun Ikat

Dalam proses penciptaannya, melalui berbagai pertimbangan diantaranya

sebagai simbol status sosial, keagamaan, budaya dan ekonomi. Dapatlah

dikatakan bahwa dalam pembuat sehelai kain tenun ikat tidaklah mudah dan

membutuhkan waktu yang paling lama. Para wanita dalam membuat sehelai kain

tenun selalu bekerja secara bersama, karena ini akan mempermudah proses

pembuatannya dan tidak semua wanita mampu membuat kain tenun ikat dari

tahap awal hingga akhir.. Tenun ikat dalam proses pembuatannya memiliki

beberapa tahap diantaranya:

a. Penataan benang pada alat pedangang

b. Pengikatan motif dan ragam hias

c. Pewarnaan

d. Penenunan.

Dalam pesona motif dan ragam hias tenun ikat, diciptakan melalui

perenungan dan konsentrasi tinggi. Motif dan ragam hiasnya mengandung nilai

filosofis dan penggunaannya diperuntukkan bagi hal-hal yang berkaitan dengan

adat dan budaya, dan menjadikan bahan tradisi yang terwaris sampai hari ini.

Inilah khasanah budaya kami yang terlihat dari beragam motif dan ragam hias

kain tenun ikat yang dihasilakn wanita dibumi Flobamora. Dari motif yang super

Page 93: 02160029 Sartini Pawe

75

sampai yang kecil, memperlihatkan bagaimana kehebatan wanita ditanah kami

dalam menciptakan sehelai tenun ikat. Puluhan bahkan ratusan jenis motif dan

ragam hias yang dihasilakan oleh wanita bumi Flobamora ini dapatlah dibagi

kedalam tiga jenis tenun ikat yaitu:

a) Kain tenun ikat yang motif dan ragam hiasnya mempunyai nama dan arti

b) Kain tenun ikat yang motif dan ragam hiasnya mempunyai nama dan

tidak mempunyai arti

c) Kain tenun ikat yang motif dan ragamnya hiasnya tidak ada nama dan

tidak ada arti.

Warna yang ada merupakan hasil racikan dari dedaunan dan tumbu-

tumbuhan yang tumbuh dan ada di bumi Flobamora. Diramu dengan sangat hati-

hati, proses pewarnaan dijalani dalam waktu yang cukup lama agar sari warna

benar-benar meresap.

Beberapa jenis tumbuhan yang biasa digunakan sebagai bahan

pewarnaan yaitu Mengkudu, Tarum, Zopha, Kemiri, Ndongu, buah Usuk dan lain-

lain, sehingga nuansa warna kain tenun ikat Desa/Kelurahan Roworena terdiri

dari: Merah. Yang menghasilakan dari akar mengkudu dan hitam nila yang

menghasilakan dari daunt arum.

Ditenun dengan alat tenun sangat tradisional, dililit dipinggang wanita

penenun, melekat tak terpisahkan, bermakna hidup wanita kami telah diembani

dengan tanggung jawab untuk terus mempertahankan warisan ini agar semua

orang dapat tahu bagaimana nenek moyang kami dimasa lalu telah mewariskan

sesuatu yang luar biasa. Dengan adanya tenun ikat ini dapat mempengaruhi

Page 94: 02160029 Sartini Pawe

76

peningkatan pendapatan Rumah Tangga di Desa/Kelurahan Roworena,

Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende.

3. Jumlah Industri dan Tenaga kerja

Industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena masing-masing

mempunyai lima industri tenun ikat (kelompok) Rumah tangga, dari setiap jumlah

lima industri tenun

(kelompok) berjumlah 10 sampai 30 orang karyawan.

Tabel 4.8 Jumlah Industri Tenun di Desa/Kelurahan Roworena

No Dusun (Setiap RT/RW) Industri Tenun

1 Wolonio 2 Kelompok

2 Puufeo 1 kelompok

3 Kilometer Dua 2 kelompok

4 Rhena 1 kelompok

5 Ndetukou I 2 kelompok

6 Ndetukou II 1 kelompok

7 Woloare 1 kelompok

8 Kopondopo 1 kelompok

9 Wolokaro 2 kelompok

10 Kalibari 1 kelompok

Sumber : Monografi Desa/Kelurahan Roworena 2006

Dari tabel 4.8 tersebut di atas kita dapat ketahui bahwa di Desa/Kelurahan

Roworena tenun ikat merupakan pekerjaan pokok bagi kaum wanita untuk

menambah penghasilan rumah tangga mereka.

Page 95: 02160029 Sartini Pawe

77

4. Sistem Pemasaran

Pemasaran produk tenun ikat masih tergantung pesanan. Artinya apabila

ada pesanan maka pihak yang bersangkutan mengirim barang sesuai dengan

pesanan. Menurut Bapak Yohanes Pemasaran Produk Tenun ikat disamping

menjangkau wilayah Ende Juga sudah sampai keseluruh daerah Nusa Tenggara

Timur. Dan juga Manca Negara.

5. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Untuk Membentuk

Kelompok Tenun Ikat

Pada awal mulanya masyarakat khususnya Ibu Rumah tangga di

Desa/Kelurahan Roworena masih berpatokan dengan penghasilan pertanian

dengan lambat laun hasil dari pertanian tidak mencukupi ekonomi mereka. Dan

proses menenun sangat membutuhkan waktu yang lama dalam setiap helai sarung

dan menempuh waktu yang cukup lama.

Mendirikan kelompok Informal adalah salah satu solusi terbaik dalam

mempertahankan kehidupan ekonomi, walaupun kelihatan sepeleh, namun

sebenarnya mendatangkan pendapatan yang cukup lumayan. Paling tidak masih

bias untuk menompang kehidupan keluarga dan biaya sekolah anak, seperti di

ungkapkan oleh ibu Yosefina Minda salah satu pengerajin tenun di kelompok

Harapan Bersama:

“I ya. . .Ine, usaha Ja’o ini kan pokoknya cukuplah untuk kehidupan sehari-hari dan biaya sekolah anak-anak Ja’o dan membantu menambah penghasilan suami, ine kalau dibandingkan dengan dulu saya hanya Ibu rumah tangga biasa yang mengharapkan penghasilan dari suami, itulah sebenarnya yang mendorong Ja’o untuk mengikuti kelompok tenun”. (Wawancara 12 Juli 2006)

Page 96: 02160029 Sartini Pawe

78

(Usaha saya ini cukup untuk kebutuhan sehari-hari, bisa biaya sekolah anak saya, dan menambah penghasilan suami. Dengan adanya usaha ini saya bisa membantu kebutuhan keluarga saya). Memang usaha pengerajian tenun yang sekarang oleh ibu-ibu rumah

tangga di Desa/Kelurahan Roworena didorong oleh jenis pekerjaan mereka

sebelumnya, dimana pendapatan mereka sebelumnya belum cukup untuk

memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Bapak Petrus suami dari Ibu Enes, salah satu pengerajian tenun.

Mengatakan bahwa:

“Sebelumnya ja'o ne'e fai ja'o kerja di kebun, setelah fai ja'o bekerja menenun lawo penghasilan kami lumayan ine, kami berdua bisa kasikan anak sekolah". (wawancara pada 12 juli 2006). (Sebelumnya saya dan istri saya bekerja di kebun, setelah istri saya ingin membuat sarung tenun penghasilan kami lumayan, bisa menyekolahkan anak kami ke perguruan tinggi). Jadi disamping jenis pekerjaan sebelumnya kurang mendatangkan

pendapatan yang cukup, yang mendorong masyarakat untuk membentuk sebuah

kelompok tenun adalah kemudahaan dalam faktor produksi, seperti skill, bahan

baku maupun modal.

6. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Pengerajin Tenun Dalam

Meningkatkan Pendapatan Mereka

Perusahaan dapat ditingkatkan dengan memperluas segmen pasar

konsumen baik secara sentral maupun eksternal. Secara sentral bahwa pemasaran

dilakukan oleh pelaku itu sendiri, secara eksternal pemasaran dilakukan oleh

orang diluar industri atau pengerajin tenun ikat.

“Produk tenun ja'o ini sudah sampai keluar daerah Kabupaten Ende Ine yang meliputi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, bahkan ke

Page 97: 02160029 Sartini Pawe

79

Manca Negara. Biasanya kalau di wisata Danau kelimutu itu dipakai oleh wisata-wisata manca Negara.” (kata Ibu Kristiana), (Wawancara pada 13 2006). (Produk tenun saya ini sudah keluar daerah kebupaten Ende meliputi Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, bahkan ke Manca Negara).

Pemasaran produk sarung tenun memang sudah sampai ke luar daerah

Flores para pelaku/pemilik industri tenun tetap mempertahankan pasar domistik.

Sehingga kita melihat produk tenun sarung di pusat pertokohan di kota Flores

khususnya di kota Ende.

Upaya meningkatkan pendapatan yang dilakukan oleh industri sarung

tenun selain melalui pemasaran juga dengan meletakkan tenaga kerja sesuai

dengan bidang keahlian. Karena dalam proses pembuatan sarung ikat mempunyai

tahapan-tahapan tertentu, yang harus dikuasai oleh karyawan yang

mengerjakannya, sehingga produk yang dihasilkan tidak cacat atau rusak dan

sesuai dengan permintaan pasar. Keahlian karyawan mempengaruhi terhadap

kualitas produk yang dihasilkan.

Bagi para pengerajin tenun ikat upaya yang dilakukan dalam

meningkatkan pendapatan mereka yakni dengan mengerjakan pekerjaan sebaik-

baiknya (secara kualitas), juga berupaya menghasilkan produk sebanyak mungkin

(secara kuantitas), karena semakin banyak produk yang dihasilkan semakin

banyak pula pendapatan yang diperoleh.

Peran usaha informal dalam meningkatkan pendapatan GDP (Gross

Domestic Produk) tidak diragukan lagi. Usaha informal setiap tahunnya telah

menyumbang lebih dari 57% pendapatan nsional dan menyumbang hamper 15%

dari total ekspor produk Indonesia. Karena merupakan usaha yang paling banyak

Page 98: 02160029 Sartini Pawe

80

dilakukan oleh masyarakat Indonesia yang secara otomatis menyerap tenaga kerja

paling banyak.

Usaha informal juga merupakan usaha yang menyerap tenaga kerja paling

banyak, sehingga mempunyai peran dalam pemerataan pendapatan.(Koencoro

2000:20).sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Sekretaris Desa/Kelurahan

Roworena:

“ Kelomopok tenun lawo di tempat ini banyak variasi ine, ada satu kelompok 10 orang, dan 20 orang, pendapatan mereka setiap lembar kain lawo sekitar Rp 300.000-400.000 perbulan".(wawancara pada 13 juli 2006). (Pengerajin tenun ikat disini memang bervariasi, ada yang satu kelompok 10 orang, ada juga yang 20 lebih, rata-rata pengerajin berpendapatan sekitar Rp 300.000-400,000 setiap lembaran kain tenun perbulan). Pendapatan sebesar itu bagi para ibu-ibu rumah tangga yang bekerja

sebagai pengerajin tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena sudah lebih dari

cukup, yang terpenting bagi mereka adalah bahwa pendapatan itu rutin mereka

dapatkan setiap bulan sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Agnes :

“Pokoknya ja'o mendapatkan pendapatan Rp300,000 per bulan ja'o sudah senang sekali Ine, yang penting bisa membantu untuk membayar sekolah anak ja'o, dari pada hanya tinggal di rumah dan berharap penghasilan suami”. (wawancara pada 14 juli 2006). (Pokoknya saya bisa mendapatkan pendapatan Rp 300.000 per bulan saya sudah senang, yang penting bisa membantu menyekolahkan anak dan menambah penghasilan suami). Desa/Kelurahan Roworena merupakan Desa yang mempunyai mata

pencaharian ciri khas dengan pengerajin tenun ikat. Banyak masyarakat

menggantungkan kehidupannya pada usaha ini. Sehingga tidak mengherankan

kalau pendapatan sebagian masyarakat Desa Roworena bersumber dari bertani

dan pengerajin tenun ikat.

Page 99: 02160029 Sartini Pawe

81

Pernyataan tersebut senada dengan disampaikan Ibu kepala Desa:

“Memang ine masyarakat kami di sini khususnya ibu-ibu sangat telaten sekali dalam menenun lawo, tenun lawo ini bisa menambah pendapatan mereka".(wawancara pada 14 juli 2006) (Memang masyarakat Desa ini khususnya ibu-ibu rumah tangga mempunyai ciri khas sebagai pengerajin tenun ikat. Ya jelas tenun ikat memberikan tambahan pendapatan yang cukup berarti sebagian masyarakat disini). Namun demikian pengembangan kerajinan tenun ikat di Desa/Kelurahan

Roworena ini dilakukan secara kelompok. Sudah terdapat suatu organisasi sentral

yang mewadahi keberadaan kerajinan ini.

Ibu Theresia mengatakan bahwa:

“Peran lawo kami ini sangat berarti dalam meningkatkan pendapatan kami terutama keluarga ja'o, tenun lawo ini adalah satu-satunya pekerjaan ja'o untuk meningkatkan pendapatan keluarga ja'o ine, ja'o iwa sombo ine, pendapatan ja'o lebih besar daripada pendapatan suami ja'o".(wawancara pada 15 juli 2006). (Peran industri tenun ikat ini memang sangat penting dalam meningkatkan pendapatan terutama bagi keluarga saya, kalau boleh saya sampaikan, tenun ikat saya ini adalah satu-satunya usaha yang mampu menompang kehidupan seluruh anak-anak saya, saya tidak sombong ine, pendapatan saya lebih besar dibandingkan dengan suami saya yang hanya bekerja sebagai buruh tani) Ibu Yuliana mempunyai empat anak yang salah satunya sudah menikah

dan telah telah menyelesaikan studinya di Universitas Flores (UNFLOR) salah

satu perguruan tinggi di kota Ende. Sedangkan yang lain masih menempuh

pendidikan di bangku SLTA, dengan penghasilan ini ibu bisa menyekolahkan

anaknya.

Page 100: 02160029 Sartini Pawe

82

BAB V

PEMBAHASAN

1. Peranan Industri Tenun Dalam Peningkatan Pendapatan Masyarakat

Desa/Kelurahan Roworena

Industri kecil di Indonesia masih tergatung pada pasar yang tidak menentu.

Hal ini disebabkan oleh permintaan konsumen yang tidak menentu baik dari

kuantitas maupun daerah sasaran pasar. Maka diperlukan segmen dan wilayah

konsumen yang jelas. Sehingga dalam peningkatan pendapatan mau tidak mau

industri kecil/industri rumah tangga harus mempunyai segmen konsumen dan

sasaran wilayah pemasaran yang jelas. Produk-produknya pun selain bersaing

dalam kualitas maupun bersaing dalam harga jual.

Sejalan dengan konsep peningkatan pendapatan tersebut diatas, industri

tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworna juga berupaya dalam peningkatan

pendapatan melalui pemasaran yang sudah sampai ke luar Pulau Flores. Artinya

untuk wilayah pemasaran sebenarnya sudah ada, namun masih perlu untuk

dikembangkan ke wilayah-wilayah lain bila perlu sampai ekspor.

Peningkatan kualitas dan kuantitas produk masih terus ditingkatkan oleh

industri tenun demi memenuhi permintaan konsumen dan mempertahankan

eksistensi usaha. Peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan

masyarakat di Desa/Kelurahan, kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende sudah

begitu terasa dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-

82

Page 101: 02160029 Sartini Pawe

83

hari. Pendapatan pada setiap bulannya sangat terasa dalam memenuhi kebutuhan

hidup.

Jenis industri tersebut menjadi salah satu mata pencaharian andalan bagi

Ibu-ibu di Desa/Kelurahan Roworena karena mampu menambah pendapatan

mereka. Dengan demikian maka industri tenun ikat ini sudah menjadi sumber

utama pendapatan sebagian masyarakat khususnya kaum hawa yang bekerja.

Pendapatan yang diperoleh kaum hawa di Desa/Kelurahan Roworena yang

bekerja pada industri tenun ikat tidak berhenti begitu saja, namun masih tetap

diupayakan untuk ditingkatkan menjadi industri menengah dan menjadi industri

besar kelak.

Sebagaimana disampaikan oleh Bapak Umar Al-Hadad(bapak Angkat):

“Sebenarnya kami ingin mengembangkan usaha ini menjadi usaha yang lebih besar, sehingga mampu menyerap tenaga kerja dan mendatangkan pendapatan yang lebih banyak yang pada akhirya kami juga membantu pemerintah dalam upaya penanggulangan kemiskinan dan pengangguran”.(wawancara 15 juli 2006).

Nampaknya apa yang disampaikan oleh bapak Umar tersebut sesuai

dengan keinginan Bangs, 2003. . .

“Bahwa usaha kecil yang kuat akan menjadi usaha menengah dan akhirnya besar dan menjadi produksi perekonomian Nasional”.

Industri kecil yang kuat dan mampu bersaing akan mampu menjadi

produksi perekonomian nasional. Ungkapan tersebut banyak direpon oleh

pemerintah maupun pihak Bank. Pemerintah melalui Menteri Pembinaan Usaha

Kecil dan Menengah telah melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan aspek-

aspek yang berkaitan dngan pengembangan usaha kecil ini. Baik melalui pinjaman

modal, pembinaan sumber daya manisia, maupun pemasarannya. Dari pihak Bank

Page 102: 02160029 Sartini Pawe

84

pun melirik untuk mencoba mengulurkan sebagian dananya dalam rangka ikut

membantu mengembangkan usaha kecil melalui berbagai pinjaman lunak.

Melihat sumbangan industri kecil terhadap pendapatan domestik yang

tidak sedikit dan kuatnya usaha ini dikala krisis, berbagai LSM pun turut

mendampingi dalam proses pengkreditan oleh usaha kecil ini. Tidak berhenti

begitu saja, industri yang sudah besar beramai-ramai mengajukan diri sebagai

induk dari industri kecil yang mempunyai kualitas dan harga yang relatif murah

dibandingkan dengan produk yang dihasilkan oleh perusahaan besar.

Industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena mempunyai kualitas yang

tidak kalahnya dengan tenun ikat yang dihasilkan daerah lain yang sudah terkenal.

Begitu juga sumbangan industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena, dalam

peningkatan pendapatan pada khususnya dan tingkat kesejahteraan masyarakat

pada umumnyaa. Begitu penting keberadaan industri ini ditengah-tengah

masyarakat setempat, sehingga menjadi sumber pendapatan yang mampu

diandalkan sekaligus dikembangkan menjadi pusat penghasil tenun ikat yang bisa

bersaing ditengah datangnya perdagangan bebas dunia

2. Faktor-Faktor Yang Mendorong Masyarakat Desa/Kelurahan Roworena

Mendirikan Industri Tenun

Usaha industri kecil merupakan usaha yang dilakukan sebagian besar

masyarakat di Indonesia. Begitu pesatnya pertumbuhan jumlah industri kecil dan

industri Rumah tangga di Indonesia. Ada beberapa hal yang menyebabkan

Page 103: 02160029 Sartini Pawe

85

masyarakat Indonesia terutama di Ende mendirikan Industri kecil dan industri

Rumah tangga. Antara lain:

1. Tidak memerlukan modal yang banyak

2. Tenaga kerja bisa dari keluarga sendiri maupun kerabat

3. Tidak membutuhkan lahan dan bangunan usaha yang luas

4. Tidak memerlukan teknologi yang maju

5. Menggunakan peralatan yang sederhana

6. Kesiapan, ketersediaan sarana dan bahan baku produksi mudah didapat.

Sesuai dengan hasil penelitian, bahwa masyarakat Desa/Kelurahan

Roworena mendirikan industri rumah tangga dalam hal ini adalah industri tenun

ikat di dorong oleh:

a. Terbatasnya modal yang mereka miliki

b. Adanya ketersediaan bahan baku di desa setempat untuk industri tenun

ikat

c. Tidak memerlukan teknologi yang maju

d. Alat yang dipakai dalam proses produksi cukup sederhana

e. Mereka menggunakan halaman sebagai tempat produksi

f. Mereka cukup menggunkan tenaga kerja dan keluarga dan keluarga

sendiri.

Selain dari beberapa hal di atas yang menyebabkan masyarakat

Desa/Kelurahan Roworena terdorong untuk membentuk kelompok industri tenun

ikat adalah agar lebih mudah menyelesaikannya mengingat dalam proses

Page 104: 02160029 Sartini Pawe

86

pembuatan tenun ikat dapat memakan waktu yang lumayan lama selain itu juga

dalam proses produksi tenun ikat memerlukan kesabaran dan keuletan.

Menurut masyarakat Desa/Kelurahan Roworena dalam membuat tenun

ikat tidak memerlukan kursus atau sekolah khusus karena dengan begitu

memperhatikan saja sudah bisa melakukannya. Hal itu dibuktikan dengan hasil

wawancara peneliti dengan para pekerja tenun ikat yang kebanyakan hanya

berpendidikan SD sederajat bahkan ada yang buta huruf serta beberapa yang

masih berusia 12 tahun dan mereka tidak sekolah tapi ada juga yang

berpendidikan SLTP dan SLTA.

Faktor tuntutan kemandirian yang ingin selalu dimiliki oleh seseorang juga

menjadi salah satu penyebab didirikannya industri tenun ikat ini, terutama

kemandirian secara ekonomi, masyarakat desa memang mengutamakan masalah

ekonomi karena yang penting bagi mereka adalah bekerja dan menghasilkan uang

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka tidak begitu mementingkan

factor pendidikan karena selain mahalnya biaya pendidikan menutur mereka

pendidikan belum tentu dapat menjamin kehidupan yang sejehtera dimasa yang

akan datang mengingat persaingan dalam mencari suatu pekerjaan

Kemandirian yang sejak dini itu telah membuat mereka semakin tangguh

dalam menghadapi kerasnya kehidupan ini, hal ini di ungkapkan oleh saudari

Elisabeth Mete salah satu pengerajin tenun ikat yang baru berusia 13 tahun:

“Saya bekerja disini hanya ingin menghasilkan pendapatan sendiri, sehingga saya tidak menggantungkan diri kepada orang lain terutama kepada orang tua.” (wawancara pada 15 juli 2006).

Page 105: 02160029 Sartini Pawe

87

3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Pelaku Kelompok Industri Tenun Ikat

Dalam Meningkatkan Pendapatan mereka

Setiap industri selalu mempunyai upaya untuk meningkatkan pendapatan.

Menurut Rachbini (2001) adalah :

“Industri kecil harus menmpunyai segmen pasar yang jelas. Artinya sasaran tingkat dan wilyah konsumen mana yang yang hendak didik selain itu untuk memenangkan persaingan, industri kecil harus mempunyai kualitas produk yang bagus dan harga jual yang bias dijangkau oleh konsumen”. Industri kecil dituntut untuk mampu bersaing, kalau masih mereka masih

ingin bertahan yaitu dengan melakukan pembinaan dari dua sisi. Pertama, dari sisi

demand approach artinya industri kecil harus melakukan perbaikan secara internal

baik dari permodalan, peralatan, manajemen dan tenaga kerja (peningkatan

sumber daya manusia). Kedua, melalui sisi supplay approach artinya upaya

peningkatan pendapatan dengan mengembangkan secara eksternal (diluar industri)

melalui pemerintah, sebagai policy maker, akademisi sebagai skill institution yang

mempunyai sumber daya berkompetemen terhadap masalah pemberdayaan

industri kecil dan perbankan sebagai Founding Father (bapak angkat) yang

memberikan bantuan permodalan. Ketiga komponen eksternal tersebut mutlak

dibutuhkan dalam pengembangan industri kecil dewasa ini, tampa ketiga

komponen tersebut nonsen industri mampu bertahan dan berkembang dengan

baik.

Sebenarnya kedua pendekatan tersebut tidak bias dipisahkan dalam

imploimentasinya sehingga dari pihak industri maupun pemerintah, perbankan

dan akademis pun pernah melakukan upaya-upaya sebagai berikut; dari sisi

demand approach industri tenun ikat di Desa/Kelurahan Roworena mulai

Page 106: 02160029 Sartini Pawe

88

mencoba, untuk permodalan sebagian mereka sudah pernah mendapat pinjaman

dari bank BRI, bahkan menurut Bapak Sekretaris Desa/Kelurahan Roworena:

“Ada yang mendapat bantuan pinjaman sampai Rp 600,000,00. akan tetapi pinjaman tersebut belum merata maksudnya tidak semua kelompok industri tenun ikat mendapatkan pinjaman hanya kelompok tertentu saja yang mendapatkannya”.

Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Flores di Ende (sebagai sisi

supplay approach) pada tahun 2002 juga memberikan pelatihan tentang

manajemen dan membantu dalam memasarkan produk yang dihasilkan industri

tenun ikat tersebut. Selain LPM Universitas Flores, Pemerintah Kabupaten Ende

(sebagai Supplay Approuch) juga membantu dengan membuka kerajinan batu hias

dan membuka stan-stan hasil kerajinan industri kecil dalam taman rekreasi kota

Ende, sebagai salah satu wujud upaya peningkatan pendapatan masyarakat

industri kecil atau industri rumah tangga di Ende Selatan Khususnya dan Ende

pada umumnya. Dari sentra kerajinan tersebut kita akan menemukan berbagai

hasil kerajinan dari masyarakat Ende dengan harga yang terjangkau untuk seluruh

masyarakat dari berbagai tingkat ekonomi.

Beberapa upaya tersebutlah yang dilakukan ketiga komponen eksternal

industri kecil di Ende. Namun demikian upaya tersebut memang hanya merupakan

stimulus bagi industri tenun ikat. Pengembangan yang sesungguhnya dalam

peningkatan pendapatan masyarakat adalah bersumber dari pelaku industri itu

sendiri (demand approach).

Secara internal dari demand approach industri tenun ikat sebagai usaha

unggulan dari Desa/Kelurahan Roworena pernah mendapat pelatihan dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ende untuk melakukan kerjasama antar

Page 107: 02160029 Sartini Pawe

89

pelaku industri satu dengan lainnya baik industri tenun ikat maupun pandai besi,

akan tetapi karena suatu masalah dan lain hal upaya untuk membuat wadah

bersama dalam ikatan industri masih belum bisa terwujud.

Page 108: 02160029 Sartini Pawe

90

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan dalam pembahasan penelitian tentang “Peranan

Industri Rumah Tangga dalam Peningkatan Pendapatan masyarakat di

Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende). Maka

dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:

1. Usaha kecil mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan

perekonomian Indonesia. Karena sektor ini dilakukan oleh 56% tenaga kerja

Indonesia, yang otomatis berimplikasi pada pendapatan mereka. Salah satu

industri kecil atau industri rumah tangga yang masih mampu mendatangkan

pendapatan sebesar Rp 300,000-600,000 adalah industri tenun di

Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende.

2. Peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan masyarakat

Desa/Kelurahan Roworena

Peranan industri tenun dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di

Desa/Kelurahan Roworena, dapat dilihat dari jenis pekerjaan dan pendapatan

sebelum mereka berkerja sebagai pengerajin tenun ikat masih belum cukup untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka merasa adanya peningkatan pendapatan

seiring dengan tercukupinya kebutuhan mereka.

Peranan industri ini terasa sekali, ketika Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kota Ende dan Bank BRI serta LPM (Lembaga Pengabdian

90

Page 109: 02160029 Sartini Pawe

91

Masyarakat) Unflor bersinggungan dengan mereka. Bahwa keinginan mereka

untuk lebih mengembangkan industri ini menjadi lebih besar. Kenyataan dalam

kehidupan sehari-hari mereka tidak bias dilepaskan dari industri tenun ini. Karena

memang disinilah mereka menggantungkanb hidup dan satu-satunya usaha yang

masih menjadi sumber pendapatan mereka selain bertani.

3. Faktor-faktor yang mendorong Ibu-Ibu rumah tangga di Desa/Kelurahan

Roworena mendirikan kelompok Industri tenun:

1) Tuntutan kebutuhan keluarga yang harus segera dipenuhi

2) Kalau menenun sendiri membutuhkan banyak waktu, setelah

terbentuknya kelompok tenun ikat hanya membutuhkan waktu dua

minggu saja

3) Mudahnya bahan baku untuk memproduksi industri tenun ikat

(dapat diperoleh di desa setempat)

4) Sudah mempunyai keterampilan untuk membuat tenun ikat

5) Tidak memerlukan modal yang begitu besar

6) Memerlukan teknologi yang sederhana.

4. Upaya-upaya yang dilakukan dalam peningkatan pendapatan industri tenun di

Desa/Kelurahan Roworena:

1) Memperluas segmen dan wilayah pemasaran

2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk

3) Mencari tambahan modal kepada Pemerintah maupun Bank.

Page 110: 02160029 Sartini Pawe

92

B. Saran

Setelah mengetahui peranan industri tenun dalam peningkatan pendapatan

di Desa/Kelurahan Roworena, Kecamatan Ende Selatan, Kabupaten Ende. Maka

saran-saran yang perlu menjadi perhatian ibu-ibu pekerja industriu tenun supaya

mendatangkan pendapatan yang lebih adalah sebagai berikut:

1. Perlu peningkatan produk secara kualitas maupun kuantitas, serta variasi

atau motif sarung tenun dengan melihat dan membandingkan produk yang

dihasilkan oleh daerah lain.

2. Perlu perluasan segmentasi pasar, disamping lokal hendaknya ditingkatkan

sampai keluar negeri, yaitu dengan membuka cabang ataupun agen-agen

pada setiap kota.

3. Perlu adanya promosi produk melalui pameran-pameran baik dalam negeri

maupun luar negeri, tentunya dengan mencari informasi baik dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan.

4. Perlunya akses tambahan modal melalui founding father (Bank-bank yang

mau memberikan kredit lunak). Karena bank-bank tidak memungut biaya,

akan tetapi sistem bagi hasil.

Page 111: 02160029 Sartini Pawe

DAFTAR PUSTAKA

Asy'ari, Sapari Iman, 1993, Sosiologi Kota dan Desa, Surabaya: Usaha Nasional.

Arsyad, Lincolin, 2004, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi.

Boediono, 1993, Teori Pertumbuhn Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.

BPS, 1994, Informasi Usaha Kecil di Indonesia Kerja Sama Direktur Jenderal Pembina Usaha Kecil Depertemen Koperasi dan PPK dengan BPS.

Basril, Faisal, 2002, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga.

Dianawati, Elisabeth, dan Prasetiatoka, 1995, Pengembangan Industri Kecil sebagai langkah pemantapan struktur ekonomi menghadapi pasar bebas, Jakarta: UI Press.

Dumairy, 1997, Perekonomian Indonesia, Yogyakarta: Erlangga.

Syahatah, Husein,1998, Ekonomi Rumah Tangga Muslim, Jakarta: Gema Insani Press

Kusrianto, Nazir, 1998, Prosedur Penelitian Sosial, Yogyakarta: Rineka Cipta.

Konjaraningrat, 1991, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: UI Press.

Lexy, Moleong, 1990, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Pasdakarya.

Matthew, Miles, dan Huberman A Michael, 1992, Analisis Data Kualitatif,

Jakarta: UI Press. Mudrajad, Kuncoro, 2003, Ekonomi Pembangunan Teori Masalah dan Kebijakan,

Yogyakarta: UPP AMP YKPN. ________________, 1999, Ekonomi Pembangunan, Yogyakarta: UGM Press.

Mubyarto, 2001, Pengantar Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES.

Perry, Martin, 2000, Mengembangkan Usaha Kecil, Jakarta: Murni Kencana PT Raja Grafindo Persada.

Purnomo, 1994, Kebijakan Pembinaan Koperasi dan Pengusaha Kecil dalam

Repelita VI, Yogyakarta: Kanwil Departeman Koperasi dan PPK Propinsi DIY

Page 112: 02160029 Sartini Pawe

Rifi'uddin, 1995, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: UI Press.

Sukirno, Sadono, 1999, Ekonomi Pembangunan, Medan: Borta Gorat.

Sumatri, Djojohadikusumo, 2002, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta: Yayasan Obor.

Soerjono, Soekanto, 1996, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Penerbit CV

Rajawali. Subanar, Harimurti, 2001, Manajemen Usaha Kecil, Yogyakarta: Fakultas

Ekonomi UGM. Suara Pembaharuan, 1995, Problematika Pengangguran, 28 September.

Tohar M, 2000, Membuka Usaha Kecil, Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Wisadirana, Darsono, 2004, Sosiologi Pedesaan, UMM Press.

Y Sri Susilo, Maryatno, 1996, Tulisan dari Masalah Usaha Sampai Masalah Ekonomi Makro, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.