01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    1/27

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    2/27

    1

    Prakata

    Pedoman Perencanaan Transportasi Jalan untuk Kota Sedang dengan metode empat tahapini dipersiapkan oleh Sub Panitia Teknik Bidang Prasarana Transportasi, melalui Gugus

    Kerja Bidang Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan. Pedoman ini diprakarsai oleh Pusat

    Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum.

    Pedoman ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam

    melakukan perhitungan dalam rangka perencanaan transportasi jalan untuk kota Sedang.

    Dengan demikian, Perencanaan Transportasi Perkotaaan Untuk Kota Sedang telah melalui

    proses yang sesuai dengan tata perundangan yang berlaku.

    Tata cara penulisan pedoman ini mengacu pada pedoman dari Badan Standardisasi

    Nasional No. 8 Tahun 2000.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    3/27

    2

    Daftar Isi

    Prakata..................................................................................................................................1

    Daftar Isi ...............................................................................................................................2

    Pendahuluan ........................................................................................................................ 3

    1. Ruang lingkup............................................................................................................... 5

    2. Acuan normatif ............................................................................................................. 5

    3. Istilah dan definisi ........................................................................................................ 5

    3.1 Bangkitan Perjalanan............................................................................................... 63.2 Data Sekunder......................................................................................................... 6

    3.3 Jalan........................................................................................................................ 7

    3.4 Kota.......................................................................... Error! Bookmark not defined.

    3.5 Sistem Jaringan Jalan .............................................. Error! Bookmark not defined.

    3.6 Tarikan Perjalanan................................................................................................... 9

    3.7 Perkotaan ................................................................................................................ 8

    3.8 Kawasan Perkotaan................................................................................................. 7

    3.9 Sebaran Perjalanan................................................................................................. 9

    3.10 Pemilihan Moda ....................................................................................................... 8

    3.11 Waktu Tempuh Perjalanan ...................................................................................... 9

    4. Ketentuan Umum........................................................................................................ 10

    4.1 Kriteria Kota Sedang................................................. Error! Bookmark not defined.

    4.2 Tujuan dan Kebutuhan Perencanaan Transportasi Kota........................................ 10

    4.3 Pendekatan Analisis Perencanaan Lalu lintas .......... Error! Bookmark not defined.

    5. Ketentuan Teknis........................................................................................................ 18

    5.1 Pembagian Zona ...................................................... Error! Bookmark not defined.

    5.2 Kebutuhan Data Analisis........................................................................................ 19

    6. Tahap Perencanaan Transportasi..................................... Error! Bookmark not defined.

    6.1 Bangkitan/Tarikan Perjalanan................................... Error! Bookmark not defined.

    6.2 Distribusi Perjalanan Perjalanan............................... Error! Bookmark not defined.

    6.3 Pemilihan moda Transportasi ................................... Error! Bookmark not defined.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    4/27

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    5/27

    4

    Pendahuluan

    Perencanaan transportasi penting untuk dilakukan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan

    perjalanan yang terus berkembang, khususnya dalam hal penyiapan prasarana jalan.

    Tujuan Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan lokasi

    kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik untuk angkutan umum ataupun

    angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan

    kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi. Sedangkan tujuan utama dari

    perencanaan transportasi adalah agar transportasi efektif dan efisien. Adapun tujuan secara

    spesifik dari perencanaan transportasi diantaranya :a) Mencegah masalah yang tidak diinginkan yang diduga akan terjadi pada masa yang

    akan datang;

    b) Mencari jalan keluar untuk berbagai masalah yang ada;

    c) Melayani kebutuhan tranportasi seoptimum mungkin;

    d) Mempersiapkan tindakan/kebijakan untuk permasalahan pada masa akan datang;

    e) Mengoptimalkan penggunaan daya dukung (daya guna dan hasil guna yang tinggi).

    Adakalanya, keterbatasan data menjadi kendala dalam melakukan perencanaan transportasikhususnya data primer. Untuk itu dibutuhkan suatu model perencanaan transportasi yang

    sederhana, sehingga hanya dengan data sekunder, perencanaan transportasi dapat

    dilakukan.

    Dengan pedoman ini, perencanaan transportasi dapat dilakukan secara sederhana karena

    menjadi salah satu alternatif dengan menggunakan data sekunder dan data primer

    seminimal mungkin.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    6/27

    5

    Pedoman Perencanaan Lalu Lintas Dengan Metode Empat Tahap

    1. Ruang lingkup

    Pedoman ini menetapkan model perencanaan transportasi untuk kota sedang, khususnya

    model empat tahap yang meliputi bangkitan dan tarikan perjalanan, sebaran perjalanan,

    pemilihan moda, dan pemilihan rute dengan menggunakan data sekunder dan data primer

    seminimal mungkin.

    2. Acuan normatif

    UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

    UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

    PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan

    PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

    Permendagri No. 2 tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota

    Permendagri No. 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan

    3. Istilah dan definisi

    3.1 Aksesibilitas

    Suatu ukuran kenyamanan atau kemudahan mengenai cara lokasi tata guna lahan

    berinteraksi satu sama lain dan mudah dan sulitnya lokasi tersebut dicapai melalui sistem

    jaringan transportasi

    3.2 Angkutan Umum

    Setiap kendaraan yang disediakan untuk digunakan oleh umum dengan dipungut bayaran.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    7/27

    6

    3.3 Arus Lalu lintas

    Banyaknya kendaraan yang melintas pada satu titik pengamatan di suatu ruas jalan dalam

    satu satuan waktu.

    3.4 Bangkitan Perjalanan

    Jumlah perjalanan yang berasal dari suatu tata guna lahan atau zona pada suatu waktu.

    3.5 Batas Daerah Kajian

    Garis kordon atau cordon line

    3.6 Daerah Kajian

    Suatu daerah geografis yang di dalamnya terletak semua zona asal dan zona tujuan yang

    diperhitungkan dalam model kebutuhan akan transportasi.

    3.7 Data

    Keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian

    3.8 Data Sekunder

    Merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara

    (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain).

    3.9 Indeks Tingkat Pelayanan (ITP)

    Suatu nilai yang digunakan untuk menyatakan kualitas kondisi lalu lintas jalan yang dapat

    dilihat berdasarkan arus dan fasilitas.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    8/27

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    9/27

    8

    3.15 Matriks Asal Tujuan (MAT)

    Matriks asal tujuan merupakan salah satu bentuk informasi pola perjalanan yang mempunyai

    peranan yang sangat penting dalam melakukan perencanaan dan pemodelan transportasi

    pada suatu wilayah studi.

    3.16 Mobilitas

    Perjalanan dalam berlalu lintas yang biasanya dikaitkan dengan kecepatan dan hambatan.

    3.17 ModaJenis-jenis sarana yang tersedia untuk melakukan perjalanan.

    3.18 Pemilihan Moda

    Alokasi berbagai perjalanan dalam sistem transportasi yang ada, seperti angkutan umum,

    mobil pribadi dan sebagainya.

    3.19 Pemilihan rute

    Tahap pemodelan transportasi, dimana setiap perjalanan diprediksi pilihan akses jalur

    transportasinya.

    3.20 Perkotaan

    Suatu pemukiman bukan pedesaan yang berperan di dalam suatu wilayah pengembangandan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa, menurut pengamatan tertentu.

    3.21 Perjalanan

    Perjalanan seseorang dari satu tempat ke tempat lain

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    10/27

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    11/27

    10

    hambatan.

    3.29 Zona

    Sebidang tanah yang memiliki satu kegiatan.

    4. Ketentuan Umum

    4.1 Terminologi Umum

    Pedoman perencanaan transportasi kota sedang dapat diartikan untuk menentukan dan

    melaksanakan proses memodelkan transportasi kota sedang dengan menggunakan datasekunder. Ditinjau dari karakteristik perjalanan barang, jasa atau orang dari satu wilayah ke

    wilayah yang lainnya melalui suatu jaringan transportasi jalan. Berdasarkan pedoman

    standar pelayanan perkotaan, 2010 diklasifikasikan bahwa yang dimaksud dengan kota

    sedang adalah kota dengan jumlah penduduk 100.000 500.000 jiwa.

    Misi yang diemban oleh sektor transportasi yakni terwujudnya Sistem Transportasi Nasional

    (SISTRANAS) yang andal, berkemampuan tinggi dan diselenggarakan secara terpadu,

    tertib, lancar, aman, nyaman dan efisien.

    Terkait dengan misi dari sektor transportasi dan peranan kota sedang itu sendiri maka

    dibutuhkan suatu model perencanaan transportasi kota sedang yang handal, efektif dan

    efisien untuk kemudian dapat digunakan di seluruh kota kecil yang ada di Indonesia.

    4.2 Kebutuhan Perencanaan Transportasi Kota

    Perencanaan transportasi adalah suatu perencanaan kebutuhan prasarana transportasi

    seperti jalan, terminal, pelabuhan, pengaturan serta sarana untuk mendukung sistem

    transportasi yang efisien, aman dan lancar serta berwawasan lingkungan.

    Perencanaan transportasi sangat diperlukan dalam rangka mengantisipasi kebutuhan

    perjalanan yang terus berkembang. Akan tetapi Perencanaan transportasi membutuhkan

    biaya yang tidak sedikit. Dengan pedoman ini dapat meminimalisasi biaya survei primer

    untuk perencanaan transportasi kota sedang.

    Kebutuhan perencanaan transportasi ini dilakukan untuk :

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    12/27

    11

    1. Membantu dalam perencanaan penyiapan prasarana.

    2. Memprediksi arus lalu lintas tiap ruas.

    3. Memprediksi kebutuhan perjalan dan transportasi tiap wilayah

    4. Manajemen Lalu Lintas mengatasi kemacetan

    4.3 Konsep Perencanaan Transportasi

    Konsep perencanaan transportasi yang digunakan pada penetapan model transportasi untuk

    kota sedang ini adalah Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap yang terdiri atas

    beberapa submodel yang dilakukan secara terpisah namun harus berurutan. Adapun

    submodel tersebut adalah :

    1. Aksesibiltas;

    2. Bangkitan dan tarikan perjalanan;

    3. Sebaran perjalanan;

    4. Pemilihan moda;

    5. Pemilihan rute;

    6. Arus lalu lintas dinamis.

    4.3.1 Penetapan Zona

    Membagi daerah kajian menjadi Zona Analisis Transportasi untuk mengelompokkan asal

    tujuan perjalanan yang diperlukan oleh pelaku perjalanan mewakili relasi antara kegiatan,

    perjalanan, dan transportasi dengan lokasi fisik di daerah kajian. Variasi dari ukuran Zona

    analisis tergantung dari kepadatan, lingkup pengembangan atau sistem administrasi.

    Pada daerah perkotaan Zona analisis memiliki luas 10 km2 dimana diusahakan dalam

    zona tersebut memiliki keseragaman terdiri dari zona perumahan, zona perdagangan, zonaperkantoran dan zona industri dan sebagainya. Zona direncanakan mempunyai pembangkit

    perjalanan yang relatif homogen.

    Dalam melakukan penetapan detail sistem zona dan sistem jaringan transportasi dilakukan

    kompromi antara tingkat akurasi, biaya, ketersediaan data, dan aplikabilitas model. Pada

    kota sedang, penetapan zona berdasarkan pada :

    1. Batas daerah kajian berupa batas wilayah administrasi kecamatan dan wilayah yang

    berada di sekitarnya diasumsikan sebagai zona eksternal;

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    13/27

    12

    2. Agregasi zona di dalam wilayah adalah desa, yang selanjutnya disebut sebagai zona

    internal;

    3. Model jaringan diutamakan untuk jaringan jalan, titik simpul dan titik transfer multimoda,

    diintegrasikan melalui simpul stasiun, pelabuhan dan bandara.

    4.3.2 Bangkitan dan Tarikan Perjalanan

    Bangkitan perjalanan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah perjalanan

    yang berasal dari satu zona atau tata guna lahan dan jumlah perjalanan yang tertarik ke

    suatu tata guna lahan atau zona. Perjalanan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan

    yang menghasilkan perjalanan lalu lintas. Bangkitan lalu lintas ini mencakup:

    1) Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi atau zona i

    2) Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi atau zona j

    Pada Error! Reference source not found. secara diagram diperlihatkan bangkitan dan

    tarikan perjalanan

    Sumber : Wells, 1975

    Gambar 1 Bangkitan dan Tarikan Perjalanan

    Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan,

    orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Bangkitan dan

    tarikan lalu lintas tersebut tergantung pada dua aspek tata guna lahan:

    Jenis tata guna lahan dan

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    14/27

    13

    Jumlah aktivitas (dan intensitas) pada tata guna lahan tersebut

    Jenis tata guna lahan yang berbeda (permukiman, pendidikan, dan komersial) mempunyai

    ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda:

    jumlah arus lalu lintas;

    jenis lalu lintas (pejalan kaki, truk, mobil);

    lalu lintas pada waktu tertentu (kantor menghasilkan arus lalu lintas pada pagi dan sore

    hari, sedangkan pertokoan menghasilkan arus lalu lintas di sepanjang hari).

    Intensitas aktivitas tata guna lahan Bangkitan perjalanan bukan saja beragam dalam jenistata guna lahan, tetapi juga tingkat aktivitasnya. Semakin tinggi tingkat penggunaan

    sebidang tanah, semakin tinggi perjalanan arus lalu lintas yang dihasilkannya. Salah satu

    ukuran intensitas aktivitas sebidang tanah adalah kepadatannya.

    Pada tahapan bangkitan dan tarikan perjalanan ini menggunakan data berbasis zona yaitu

    jumlah penduduk.

    Klasifikasi perjalanan dibagi menjadi tiga, diantaranya:

    1. berdasarkan tujuan perjalanan

    Lima kategori tujuan perjalanan yang digunakan dalam model bangkitan dan tarikan

    perjalanan ini adalah :

    perjalanan ke tempat kerja

    perjalanan ke sekolah atau universitas (perjalanan dengan tujuan pendidikan)

    perjalanan ke tempat belanja

    perjalanan untuk kepentingan sosial dan rekreasi

    dimana dua tujuan perjalanan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan

    perjalanan utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang

    setiap hari, sedangkan tujuan perjalanan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin

    dilakukan. Perjalanan berbasis bukan rumah tidak selalu harus dipisahkan karena

    jumlahnya kecil, hanya sekitar 1520% dari total perjalanan yang terjadi.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    15/27

    14

    2. Berdasarkan waktu

    Perjalanan dikelompokkan menjadi perjalanan pada jam sibuk dan pada jam tidak

    sibuk

    3. Berdasarkan jenis orang

    tingkat pendapatan: biasanya terdapat tiga tingkat pendapatan di Indonesia:

    tinggi, menengah, dan rendah;

    tingkat pemilikan kendaraan: biasanya terdapat empat tingkat: 0, 1, 2, atau lebih

    dari dua (2+) kendaraan per rumah tangga;

    ukuran dan struktur rumah tangga.

    Faktor faktor yang mempengaruhi bangkitan dan tarikan perjalanan diantaranya adalah :

    1. Bangkitan perjalanan untuk manusia

    a. pendapatan

    b. pemilikan kendaraan

    c. struktur rumah tangga

    d. ukuran rumah tangga

    e. nilai lahan

    f. kepadatan daerah permukiman

    g. aksesibilitas

    2. Tarikan perjalanan untuk manusia

    Faktor yang paling sering digunakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri,

    komersial, perkantoran, pertokoan, dan pelayanan lainnya. Faktor lain yang dapat

    digunakan adalah lapangan kerja. Akhir-akhir ini beberapa kajian mulai berusaha

    memasukkan ukuran aksesibilitas.

    3. Bangkitan dan tarikan perjalanan untuk barang

    Perjalanan ini hanya merupakan bagian kecil dari seluruh perjalanan (20%) yang

    biasanya terjadi di wilayah industri. Peubah penting yang mempengaruhi adalah

    jumlah lapangan kerja, jumlah tempat pemasaran, luas atap industri tersebut, dan

    total seluruh daerah yang ada.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    16/27

    15

    Informasi tersebut di atas diperlukan sebagai acuan dalam menentukan data terkait untuk

    melakukan prediksi jumlah bangkitan dan tarikan perjalanan dengan menggunakan model

    bangkitan dan tarikan pada pedoman ini.

    4.3.3 Sebaran Perjalanan

    Pada tahap sebaran perjalanan ini diperlukan MAT (Matriks asal tujuan) yang memberikan

    informasi mengenai besarnya perjalanan antar lokasi (zona) di dalam daerah tertentu. Baris

    menyatakan zona asal dan kolom menyatakan zona tujuan, sehingga sel matriks-nya

    menyatakan besarnya arus dari zona asal ke zona tujuan. Dalam hal ini, notasi T id

    menyatakan besarnya arus perjalanan (kendaraan, penumpang, atau barang) yang bergerak

    dari zona asal i ke zona tujuan d selama selang waktu tertentu.

    Setiap sel matriks berisi informasi perjalanan antarzona. Sel dari setiap baris i berisi

    informasi mengenai perjalanan yang berasal dari zona i tersebut ke setiap zona tujuan j. Sel

    pada diagonal berisi informasi mengenai perjalanan intrazona (i = j).

    Tij = perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan j

    O i = jumlah perjalanan yang berasal dari zona asal i

    D j = jumlah perjalanan yang menuju ke zona tujuan j

    {Tij} atau T = total matriks

    Tabel 1 Bentuk Umum dari Matriks Asal Tujuan (MAT)

    Zona 1 2 3 .. N O i

    1 T11 T12 T13 .. T1N O1

    2 T21 T22 T23 .. T2N O2

    3 T31 T32 T33..

    T3N O3

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .

    .. .

    .

    .

    .

    .

    .

    N TN1 TN2 TN3 .. TNN ON

    D j D1 D2 D3 .. DN T

    Sumber : Tamin (2008)

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    17/27

    16

    4.3.4 Pemilihan Moda Transportasi

    Pada tahap pemilihan moda ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pelaku perjalanan

    (orang atau barang) yang menggunakan setiap moda transportasi dalam wilayah kajian.

    Faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan moda adalah :

    1. Ciri pengguna jalan: kepemilikan kendaraan pribadi, pemilikan sim, pendapatan,

    struktur rumah tangga

    2. Ciri pergerakan: tujuan pergerakan, waktu melakukan pergerakan

    3. Ciri kota atau zona

    4. Ciri fasilitas moda transportasi:

    Faktor kuantitatif: waktu, biaya

    Faktor kualitatif: keamanan, kenyamanan

    4.3.5 Pemilihan Rute

    Dalam proses pemilihan rute, terdapat prosedur pemilihan rute, dimana pada prosedur ini

    memiliki tujuan untuk memodelkan perilaku perjalanan dalam memilih rute yang menurut

    mereka merupakan rute yang terbaik. Dengan kata lain, setiap perjalanan antara dua zona

    untuk moda tertentu dibebankan pada moda tertentu yang terdiri dari ruas jaringan jalan

    tertentu. Sehingga pemodelan pemilihan rute ini dapat diidentifikasi rute yang akan

    digunakan oleh setiap pengendara sehingga akhirnya didapat jumlah perjalanan pada setiap

    ruas jalan.

    Yang diutamakan dalam proses pemilihan rute adalah asumsi pengguna jalan dalam memilih

    rute, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengguna jalan dalam memilih

    rutediantaranya adalah waktu tempuh, jarak, biaya (bahan bakar dan lainnya), kemacetan

    dan antrian, jenis manuver yang dibutuhkan, jenis jalan raya (jalan tol, arteri), pemandangan,kelengkapan rambu dan marka jalan, serta kebiasaan.

    Analisis pemilihan rute tersebut terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu:

    Alasan pemakai jalan memilih suatu rute dibandingkan dengan rute lainnya;

    Pengembangan model yang menggabungkan sistem transportasi dengan alasan

    pemakai jalan memilih rute tertentu;

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    18/27

    17

    Kemungkinan pengendara berbeda persepsinya mengenai rute yang terbaik. beberapa

    pengendara mungkin mengasumsikannya sebagai rute dengan jarak tempuh terpendek,

    rute dengan waktu tempuh tersingkat, atau mungkin juga kombinasi keduanya;

    Kemacetan dan ciri fisik ruas jalan membatasi jumlah arus lalu lintas di jalan tersebut.

    Beberapa model pemilihan rute sudah dikembangkan dan Tabel 2 memperlihatkan klasifikasi

    model sesuai dengan asumsi yang melatarbelakanginya. Rincian dan ciri setiap model

    dijelaskan.

    Tabel 2 Klasifikasi model pemilihan rute

    Kriteria Efek stokastik dipertimbangkan ?Tidak Ya

    Efek batasan kapasitasdipertimbangkan?

    Tidak All or nothing Stokastik murni (dial,burrel)

    Ya Keseimbangan wardropKeseimbangan

    pengguna stokastik(KPS)

    Sumber : Ortuzar and Willumsen (1994)

    Seperti pemilihan moda, pemilihan rute dipengaruhi oleh alternatif terpendek, tercepat, dan

    termurah, dan juga diasumsikan bahwa pemakai jalan mempunyai informasi yang cukup

    (tentang kemacetan jalan) sehingga mereka dapat menentukan rute yang terbaik.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    19/27

    18

    5. Ketentuan Teknis

    5.1 Struktur Umum Model Perencanaan Transportasi

    Struktur umum konsep model perencanaan transportasi empat tahap ini disajikan pada

    Gambar 5-1.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    20/27

    19

    Gambar 5-1 Bagan Alir Pemodelan Transportasi Empat Tahap

    5.2 Kebutuhan Data Analisis

    Data yang diperlukan dalam melakukan perencanaan Lalu lintas adalah :

    a) Data sistem wilayah studi yang terdiri dari data tiap zona terkecil yaitu kecamatan

    dengan karakteristik populasi dan tata ruang zona yang sesuai dengan kebutuhan

    model persamaan bangkitan/tarikan perjalanan.

    b) Data hasil perhitungan waktu perjalanan antar zona untuk keperluan perhitungan

    sebaran perjalanan.

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    21/27

    20

    c) Data jarak tempuh, waktu tempuh, dan Biaya Perjalanan berdasarkan hasil survei

    yang dilakukan untuk perhitungan pemilihan moda transportasi yang digunakan pada

    wilayah studi.

    d) Data jaringan jalan (zona, data ruas, simpul, centroid connector ) dan karakteristik

    jaringan (Kapasitas ruas jalan, Kecepatan ruas jalan, Fungsi biaya perjalanan per

    ruas/rute).

    e) Data demografi daerah kajian (jumlah penduduk dan jumlah anggota keluarga)

    Dalam menentukan ukuran sampel yang digunakan dalam survey primer (bila dibutuhkan),

    digunakan teori Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) berdasarkan jumlahpopulasi pada wilayah kajian seperti yang dijabarkan Tabel 3.

    Tabel 3 Ukuran sampel survey primer

    Populasi (N) Sampel (n) Populasi(N) Sampel (n) Populasi

    (N) Sampel (n)

    10 10 220 140 1200 29115 14 230 144 1300 29720 19 240 148 1400 30225 24 250 152 1500 30630 28 260 155 1600 31035 32 270 159 1700 31340 36 280 162 1800 31745 40 290 165 1900 32050 44 300 169 2000 32255 48 320 175 2200 32760 52 340 181 2400 33165 56 360 186 2600 33570 59 380 191 2800 33875 63 400 196 3000 34180 66 420 201 3500 34685 70 440 205 4000 35190 73 460 210 4500 35495 76 480 214 5000 357

    100 80 500 217 6000 361110 86 550 226 7000 364120 92 600 234 8000 367130 97 650 242 9000 368140 103 700 248 10000 370150 108 750 254 15000 375160 113 800 260 20000 377170 118 850 265 30000 379180 123 900 269 40000 380

    190 127 950 274 50000 381

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    22/27

    21

    Populasi (N) Sampel (n) Populasi(N) Sampel (n) Populasi

    (N) Sampel (n)

    200 132 1000 278 75000 382210 136 1100 285 100000 384

    Sumber : Krejcie dan Morgan (1970)

    5.3 Bangkitan/Tarikan Perjalanan

    Bentuk model bangkitan perjalanan untuk kota Sedang adalah model linier, dimana data

    sosio ekonomi (sebagai variabel bebas) dengan bangkitan (sebagai variabel tak bebas),

    sehingga model bangkitan berupa model matematis berbentuk persamaan sebagai berikut:

    O = 0,1P + 0,281 Ln( K) +0,463 Persamaan 5-1

    Dengan :

    O = Total Perjalanan (kendaraan)

    P = Pengeluaran tinggi (Dummy dari pengeluaran) diisi dengan 0 atau 1, dengan

    Rentang dummy pengeluaran tinggi adalah Rp.5.5juta keatas

    o 0 jika pengeluaran dibawah Rp.5.5juta

    o 1 jika pengeluaran diatas Rp.5.5juta

    K = Jumlah Anggota Keluarga (orang)

    Sedangkan untuk bentuk model Tarikan perjalanan untuk kota Sedang adalah model ln,

    dimana data tataguna lahan dan fasilitas umum (sebagai variabel bebas) dengan tarikan

    (sebagai variabel tak bebas), sehingga model tarikan berupa model matematis berbentukpersamaan sebagai berikut:

    D = 0.154 P 19.282 .. Persamaan 5-2

    Dengan :

    D = Total Perjalanan Tarikan (kendaraan)

    P = Jumlah Pertokoan (bangunan)

    Dari persamaan diatas didapatkan bangkitan/tarikan perjalanan antar zona. Yang

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    23/27

    22

    selanjutnya data tersebut untuk keperluan perhitungan sebaran perjalanan antar zona.

    5.4 Sebaran PerjalananPada tahap ini, jumlah perjalanan yang dibangkitkan dari suatu zona asal atau yang tertarik

    ke suatu zona tujuan akan didistribusikan pada masing-masing zona asal dan zona tujuan

    yang ada. Tahapan ini menghasilkan Matriks Asal Tujuan Perjalanan .

    Model dasar dari model persamaan distribusi perjalanan adalah Model Gravity yang

    menganalogikan bahwa fenomena sebaran perjalanan dengan hukum Gravitasi Newton

    yang berasumsi distribusi perjalanan antara zona asal i dan zona tujuan d berbanding lurusdengan jumlah bangkitan O i dan tarikan D d dan berbanding terbalik kuadratis terhadap waktu

    tempuh perjalanan( C id ) atau diekspesikan dengan fungsi hambatan f (C id ) antara kedua zona

    tersebut, atau dalam fungsi matematika untuk perkotaan motropolitan adalah sebagai

    berikut:

    Tij = Ai . Oi . B j . D j . exp(Cij*-0,1303) .. Persamaan 5-3

    Dengan :

    iid ii

    j f O A B

    1untuk semua d dan . Persamaan 5-4

    iid d d

    j f D B A

    1untuk semua I Persamaan 5-5

    Dimana :

    Tij = Perjalanan dari zona asal i ke zona tujuan d (kendaraan)

    O i = jumlah perjalanan yang berasal dari zona asal I (kendaraan)

    D j = jumlah perjalanan yang menuju ke zona tujuan d (kendaraan)

    C ij = Waktu tempuh perjalanan (jam)

    Ai = Faktor penyeimbang

    Bj = Faktor penyeimbang

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    24/27

    23

    5.5 Pemilihan Moda Transportasi

    Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan setiap

    moda. Moda sebagai pilihan dalam perhitungan ini hanya diperuntukan untuk angkutan

    pribadi dan angkutan Umum.

    Adapun model yang digunakan untuk perhitungan pemilihan moda pada kota Sedang adalah

    sebagai berikut :

    M = 0.456 - 0.314 d + 0,0023 b Persamaan 5-6

    Dimana :

    d = Jarak tempuh (km)

    b = Biaya Perjalanan (Rp)

    Jika model persamaan M mendekati angka probabilitas 0 (nol), maka hasilnya cenderung

    pada pemilihan moda Kendaraan Pribadi, sebaliknya jika hasil model persamaan M

    mendekati angka probabilitas 1 (satu), maka hasilnya cenderung pada pemilihan moda

    Angkutan umum.

    5.6 Pemilihan Rute

    model pemilihan rute yang digunakan adalah Stokastik murni (dial, burrel), dimana efek

    batasan kapasitas tidak dipertimbangkan begitu pula dengan efek stokastik tidak

    dipertimbangkan. Batasan analisis penentuan rute adalah volume dan waktu yang

    menggunakan asumsi hukum davidson (persamaan 5-7).

    . Persamaan 5-7

    Dengan :

    TQ = Waktu tempuh pada kondisi volume = Q (jam);

    To = Waktu tempuh pada kondisi Q=0 (jam);

    = [ ( )

    ]

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    25/27

    24

    Q = Arus (kend/jam);

    C = Kapasitas (kend/jam);

    a = Indeks tingkat pelayanan (ITP)

    a = 0,4 0,6

    hubungan antara demand function dengan supply fungsi pada masing masing rute sebagai

    berikut :

    Persamaan 5-8

    Dengan :

    TQ1, TQ2, TQ3,.., T Qx = waktu tempuh pada kondisi volume Q untuk rute 1, 2, 3 hingga rute x

    (x=banyaknya rute yang akan dipilih)

    5.7 Peramalan Transportasi Jalan Kota Sedang

    Dalam melakukan perencanaan transportasi, dibutuhkan peramalan (perkiraan) transportasi,

    karena rencana disusun berdasarkan ramalan yang memungkinkan terjadi di masa yang

    akan datang. Peramalan dilakukan dengan angka pertumbuhan penduduk kota sedang yaitu

    1,58 % pada setiap variabel model perencanaan transportasi jalan di kota sedang

    menggunakan persamaan 5-9.

    ... Persamaan 5-9

    dimana:

    F = Prediksi data yang akan datang

    P = Data saat kini

    i = Tingkat pertumbuhan

    n = Jumlah tahun prediksi

    + + + + = ,

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    26/27

    25

    6. Tahap Perencanaan Transportasi

    6.1 Pengumpulan Data

    6.2 Tahap Bangkitan/Tarikan Perjalanan

    6.3 Tahap Sebaran Perjalanan

    6.4 Tahap Pemilihan Moda Transportasi

    6.5 Tahap Pemilihan Rute

  • 8/10/2019 01. Draft Pedoman Perencanaan Transportasi.pdf

    27/27

    Lampiran 1

    Contoh Perhitungan Perencanaan Transportasi

    Data yang dibutuhkan :