Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kejahatanadalah hasil dari berbagai faktor yang beraneka ragam dan selalu
berkembang seirama dengan perkembangan masyarakat. Kejahatan merupakan gejala sosial
yang tidak mungkin dapat diberantas atau dihilangkan sama sekali, melainkan hanya dapat
ditekan atau dikurangi jumlahnya.1 Dengan kata lain, kejahatan mungkin dapat ditekan
sekecil mungkin, namun kejahatan tidak dapat dimusnahkan dari kehidupan manusia. Untuk
menekan tingkat kejahatan agar menjadi sekecil mungkin, maka perlu diketahui faktor-faktor
yang menyebabkan timbulnya kejahatan tersebut. Secara teoritis, lingkungan sosial sangat
membawa pengaruh bagi individu dalam membentuk tingkah laku seseorang terutama tingkah
laku kriminal. Keberadaan dalam lingkungan sosial, pada umumnya bersifat saling
mempengaruhi bagi timbulnya perilaku kriminal.
Faktor-faktor lain yang dapat dikemukakan misalnya, standar hidup yang rendah,
mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan dapat
mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku kriminal.
Perkembangan yang terjadi akhir-akhir ini di kota Denpasar sebagai kota
metropolitan menunjukkan gejala kriminalitas baik secara kuantitas, kualitas, maupun
intensitasnya mengalami peningkatan walau tidak secara signifikan mempengaruhi
perkembangan yang lainnya. Seperti yang diungkapkan Mulyana W. Kusumah, bahwa data
yang disajikan dalam statistic kriminal Polri maupun sumber-sumber resmi lainnya
membenarkan secara kuantitatif perkembangan kriminalitas menunjukkan kecenderungan
kenaikan jumlah kejahatan.2
Salah satu kriminalitas yang terjadi di Denpasar Bali adalah kejahatan pencurian
kendaraan bermotor seperti yang terlihat di dalam tabel di bawah ini:
1 JE Sahetapy, 1983. Kejahatan kekerasan Suatu Pendekatan Interdisipliner Sinar Wijaya, cet. 1. hlm. 78
2 Mulyana W. Kusumah. 1983. Kejahatan, Penjahat, dan Reaksi Sosial, Alumni Bandung, hlm 7
2
Tabel.1. Jumlah Pencurian Kendaraan Bermotor dan pelaku yang Tertangkap
Tahun 2008-2012 di Denpasar
NO
TAHUN
CURNAMOR
PELAKU
DITANGKAP
1 2008 129 39
2 2009 271 71
3 2010 158 35
4 2011 198 43
5 2012 137 56
TOTAL 893 224
*Sumber: Satreskrim Polresta Denpasar
Data dalam tabel di atas menunjukkan perkembangan kejahatan pencurian kendaraan
bermotor dan pelaku yang ditangkap aparat keamanan mengalami peningkatan walau terjadi
angka penurunan pada akhir tahun 2012. Dari angka statistic kriminal tersebut sangat urgen
sekali diadakan penelitian mengenai apa yang menjadi motif, trend dan solusi yang bagaimana
digunakan ke depan dalam mencegah terjadinya kejahatan pencurian kendaraan bermotor.
Mencermati uraian di atas dapat ditarik permasalahan sebagai berikut (a). Apa yang menjadi
motif, dan trend terjadinya pencurian kendaraan bermotor di Denpasar Bali?; (b). Upaya apa
yang dijadikan solusi terhadap pencurian kendaraan bermotor di wilayah Denpasar ini?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Pencurian
Kejahatan terhadap harta benda adalah berupa perkosaan atau penyerangan terhadap
kepentingan hukum orang atas harta benda milik orang lain (bukan milik petindak) yang
seyogianya mendapat perhatian serius bagi aparat penegak hukum. Adapun jenis-jenis
kejahatan terhadap harta benda dimuat dalam buku II Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), yaitu :
1. Pencurian (diefstal), diatur dalam Bab XXII.
2. Pemerasan dan pengancaman (afpersing dan afdreiging), diatur dalam Bab XXIII.
3. Penggelapan (versduistering), diatur dalam Bab XXIV.
4. Penipuan (bedrog), diatur dalam Bab XXV.
5. Penghancuran dan perusakan benda (vemieling of beschadiging van goederen), diatur
dalam Bab XXVII.
6. Penadahan (heling), diatur dalam Bab XXX.3
Menurut sistematika Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, jenis-jenis kejahatan
yang termasuk dalam golongan ”kejahatan yang ditujukan terhadap hak milik dan lain-lain
hak yang timbul dari hak milik”, adalah kejahatan-kejahatan:
1. Pencurian.
2. Pemerasan.
3. Penggelapan.
3Adami Chazawi, 2006, Kejahatan Terhadap Harta Benda. Bayumedia, Malang, (selanjutnyadisingkat
Adami Chazawi II), hal. 1.
4
4. Penipuan.
5. Pengerusakan.”4
Pada umumnya kejahatan tersebut merupakan tindak pidana formil yang berarti
perbuatannya yang dilarang dan diancam hukuman oleh undang-undang. Diantara kejahatan-
kejahatan terhadap milik orang, yang paling marak terjadi di Indonesia adalah pencurian.
Tindak pidana pencurian pertama yang diatur dalam Bab XXII Buku II KUHP ialah
tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok, yang memuat semua unsur dari tindak pidana
pencurian. Tindak pidana pencurian dalam bentuk pokok itu diatur dalam pasal 362 KUHP
yang rumusan aslinya berbahasa Belanda. Kemudian beberapa sarjana meterjemahkan
rumusan tersebut dengan versinya masing-masing.
R. Sugandhi menerjemahkan pasal 362 KUHP sebagai beriku “Barang siapa
mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud
untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan pidana
penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah”.5
Menurut R. Soesilo, Pasal 362 KUHP diterjemahkan sebagai berikut: “Barang siapa
mengambil suatu barang, yang sama sekali atau sebagian termasuk kepunyaan orang lain
dengan maksud akan memiliki barang itu dengan melawan hak, dihukum, karena pencurian,
dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.
9000,-”.6
Pasal 362 KUHP diterjemahkan menurut Moch. Anwar adalah: ”Barang siapa
mengambil barang yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud
untuk memiliki barang itu secara melawan hukum, dihukum karena melakukan pencurian
4A. F. 1979, Lamintang dan Djisman Samosir, Delik-Delik Khusus Kejahatan YangDitujukan Terhadap Hak
Milik Dan Lain-Lain Hak Yang Timbul Dari Hak Milik. Tarsito, Bandung,hal. 7.
5 R. Sugandhi, op.cit., hal. 376
6R. Soesilo, 1990. KitabUndang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap
Pasal Demi Pasal. Politeia. Bogor. hal. 249.
5
dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau denda sebanyak-banyaknya 15 kali
enam puluh rupiah”.7
Terjemahan Pasal 362 KUHP menurut R. Sugandhi, R. Soesilo dan Moch. Anwar
memiliki kesamaan versi, namun ada beberapa sarjana memiliki pandangan tersendiri
walaupun pada prinsipnya menjelaskan tentang pencurian dalam bentuk pokok. Menurut P.
A. F. Lamintang dan Djisman Samosir Pasal 362 KUHP diterjemahkan sebagai berikut:
Barang siapa mengambil suatu benda, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang lain, dengan maksud untuk menguasai benda tersebut secara melawan hak, maka ia
dihukum karena salahnya melakukan pencurian, dengan hukuman penjara selama-lamanya
lima tahun atau denda setinggi-tingginya sembilan ratus rupiah.8
Dilihat dari rumusan tersebut, segera dapat kita ketahui bahwa pencurian itu
merupakan delik yang dirumuskan secara formil atau yang disebut juga delict met formele
omschrijving, dimana yang dilarang dan diancam dengan hukuman itu adalah suatu
perbuatan yang dalam hal ini adalah perbuatan mengambil atau wegnemen.
Berbeda dengan terjemahan Pasal 362 KUHP menurut R. Sugandhi, R. Soesilo dan
Moch. Anwar, dimana didalam terjemahannya diatas, P. A. F. Lamintang dan Djisman
Samosir dengan sengaja menerjemahkan ”zich toeeigenen” itu dengan “menguasai” yang
mana mempunyai pengertian berbeda dengan ”memiliki” yang ternyata sampai saat sekarang
banyak dipakai dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang telah diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia, walaupun benar bahwa perbuatan ”memiliki” itu sendiri termasuk didalam
pengertian ”zich toeeigenen” seperti yang dimaksudkan didalam Pasal 362 KUHP.9
2. Unsur-unsur pencurian.
Apa yang sebenarnya diatur didalam Pasal 362 KUHP itu, pertama-tama perlu
diketahui unsur-unsur dari perbuatan pencurian tersebut. Tindak pidana pencurian dalam
7Moch. Anwar. 1980, Hukum Pidana Bagian Khusus (KUI-IP Buku H). Alumni, Bandung, hal.17.
8P. A, F. Lamintang dan Djisman Samosir, op.cit., hal. 49
9Ibid
6
bentuk pokok seperti yang diatur dalam Pasal 362 KUHP itu terdiri dari unsur-unsur
subyektif dan unsur-unsur obyek1if.10
Menurut Pasal 362 KUHP, pencurian itu mengandung dua unsur pokok yaitu:
1. Unsur obyektif:
- Mengambil
- Barang
- Yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain
2. Unsur Subyektif
- Dengan maksud
- Untuk memiliki/untuk menguasai
- Secara melawan hukum
Mengambil merupakan unsur pertama dari tindak pidana pencurian ialah perbuatan
”mengambil” (wegnemen). Kata mengambil (wegnemen) dalam arti sempit terbatas pada
menggerakkan tangan dan jari-jari, memegang barangnya, dan mengalihkannya ke tempat
lain. Menurut P. A. F. Lamintang dan Djisman Samosir bahwa perbuatan mengambil
ditafsirkan sebagai setiap perbuatan untuk membawa sesuatu benda dibawah kekuasaanya
yang nyata dan mutlak. Noyon Langemeyer mengemukakan pandangannya yakni pengertian
mengambil tersebut adalah selalu merupakan suatu tindakan sepihak untuk membuat suatu
benda berada dalam penguasaannya (pelaku). Berikutnya, Simon memberikan pengertian
mengambil adalah membawa sesuatu benda menjadi berada dalam penguasaannya atau
membawa benda tersebut secara mutlak berada dibawah penguasaannya yang nyata.
Perbuatan mengambil sudah dimulai pada saat seseorang berusaha melepaskan
kekuasaan atas benda dari pemiliknya. Pada umumnya perbuatan mengambil dianggap
selesai, terlaksana apabila benda itu sudah berpindah dari tempat asalnya, tetapi dalam
praktek ditafsirkan secara luas dan mengalami perkembangan di dalam pengertiannya,
sehingga tidak sesuai lagi dengan pengertian dalam tata bahasa. Sebagai contoh:
mengendarai mobil orang lain yang sedang terparkir tanpa izin pemiliknya dan setelah
10
29Adami Chazawi II, loc.cit
7
mempergunakannya mobil dikembalikan pada tempatnya. Mempergunakan mobil itu adalah
perbuatan mengambil bensin karena bensin dalam tank mobil itu terpakai. Dengan demikian,
perbuatan mengambil harus dilihat dari kasusnya yang dihadapi sesuai dengan perkembangan
masyarakat.
Mengenai barang yang diambil itu harus berharga, baik secara keseluruhan maupun
sebagian. Tentang harga barang yang diambil itu tidak selalu harus bersifat ekonomis,
misalnya barang yang diambil itu tidak mungkin dapat terjual kepada orang lain, akan tetapi
bagi si korban barang tersebut berharga sebagai suatu kenang-kenangan. Van Bemmelen
memberi contoh, yaitu: berupa beberapa halaman yang disobek dari suatu buku catatan atau
Surat kabar; berupa beberapa helai rambut (hearlok) dari seseorang yang wafat yang
dicintai.11
Menurut MemorievanToelichting mengenai pembentukan Pasal 362 KUHP, dapat
diketahui bahwa ”benda” tersebut haruslah diartikan sebagai benda berwujud yang menurut
sifatnya dapat dipindahkan. Dalam prakteknya sekarang pengertian tentang benda ini juga
mengalami perkembangan, dimana yang dapat dijadikan obyek dari kejahatan pencurian itu
bukan lagi terbatas pada ”benda berwujud dan bergerak”, melainkan secara umum dapat
dikatakan bahwa menurut pengertian masa kini yang dapat dijadikan obyek pencurian adalah
setiap benda baik itu merupakan benda bergerak maupun tidak bergerak, baik itu merupakan
benda berwujud maupun tidak berwujud dan sampai batas-batas tertentu juga benda-benda
yang tergolong resnullius.
Mengenai perkembangan atau penyimpangan yang demikian jauh dari maksud
semula dari undang-undang tentang pengertian barang/benda di dalam pasal 362 KUHP itu
dapat dilihat dari putusan-putusan pengadilan seperti berikut:
a. ArrestHogeRaad tanggal 23 Mei 1921 (N. J. 1921 halaman 564, W. 10728), tentang
pencurian listrik (stroom). Arrest ini kemudian dikenal dengan apa yang disebut
“Electriciteits-arrest”;
11
Sudradjat Bassar, 1986, Tindak-Tindak Pidana Tertentu Di Dalam Kitab Undang-UndangHukum Pidana.
Remadja Katya, Bandung, hal. 64.
8
b. Arrest Hoge Raad tanggal 9 Nopember 1932 (N. J. 1932 W. 12409), tentang pencurian
gas;
c. Arrest Hoge Raad tanggal 23 Mei 1911 (N. J. 1911 W. 9205), tentang pencurian pohon
atau kayu.12
Dari beberapa contoh diatas dapat diketahui, bahwa benda-benda tidak berwujud
seperti tenaga listrik dan gas serta benda-benda tidak bergerak seperti pohon itu dapat
dijadikan obyek dari kejahatan, pencurian. Yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang
lain:
Barang yang dicuri tersebut tidak perlu seluruhnya milik orang lain, cukup sebagian
saja, sedangkan yang sebagian milik pelaku sendiri. Barang yang tidak ada pemiliknya tidak
dapat menjadi obyek pencurian, misalnya binatang liar yang hidup di alam, barang-barang
yang sudah di buang oleh pemiliknya dan sebagainya.
Perkataan dengan maksud dalam rumusan Pasal 362 KUHP itu mempunyai arti yang
sama dengan opzet atau kesengajaan, dimana harus ditafsirkan sebagai opzet dalam arti
sempit atau ”opzet als oogmerk” saja. Opzet atau maksud itu haruslah diartikan untuk
menguasai benda yang diambilnya itu bagi dirinya sendiri secara melawan hak. Ini berarti
bahwa harus dibuktikan:
a. Bahwa maksud orang itu adalah demikian atau bahwa orang itu mempunyai maksud
untuk menguasai barang yang dicurinya itu bagi dirinya sendiri.
b. Bahwa pada waktu orang tersebut mengambil barang itu, ia harus mengetahui bahwa
barang yang diambilnya adalah kepunyaan orang lain.
c. Bahwa dengan perbuatannya itu, ia tahu bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang
melawan hak atau bahwa ia tidak untuk berbuat demikian untuk memiliki/untuk
menguasai:
Secara umum para sarjana menggunakan istilah memiliki. Dalam kaitannya dengan
hal ini P. A. F. Lamintang dan Djisman Samosir menggunakan istilah menguasai, oleh
karena didalam kenyataannya diketahui bahwa pengertian menguasai adalah lebih luas dari
pengertian memiliki bagi dirinya sendiri. Bahkan lebih tepat jika diartikan sebagai menguasai
12
P. A. F. Lamintang dan Djisman Samosir, op.cit., hal. 54.
9
bagi dirinya sendiri, karena dengan kenyataan bahwa seseorang itu dapat menjual,
memberikan, menyembunyikan, menggadaikan, sampai pada merusak sesuatu benda
kepunyaan orang lain, tentulah orang tersebut perlu lebih dahulu menguasai benda itu.
Memiliki bagi diri sendiri adalah setiap perbuatan penguasaan atas barang tersebut,
melakukan tindakan atas barang itu seakan-akan pemiliknya, sedangkan ia bukan pemiliknya.
Setiap penggunaan atas barang yang dilakukan pelaku seakan-akan pemilik, sedangkan ia
bukan pemilik. Noyon-Langemeyer memberi definisi memiliki barang” adalah menjelmakan
menjadi perbuatan tertentu suatu niat untuk memanfaatkan suatu barang menurut kehendak
sendiri.13
Maksud untuk memiliki barang itu perlu terlaksana, cukup apabila maksud itu ada,
meskipun barang itu belum sempat dipergunakan, misalnya sudah tertangkap dulu, karena
kejahatan pencurian telah selesai terlaksana dengan selesainya perbuatan mengambil barang.
Secara melawan hukum:
Maksud memiliki dengan melawan hukum atau maksud memiliki itu ditujukan pada
melawan hukum, artinya ialah sebelum bertindak melakukan perbuatan mengambil barang, ia
sudah mengetahui, sudah sadar memiliki barang orang lain (dengan cara yang demikian) itu
adalah bertentangan dengan hukum. Pada dasarnya melawan hukum (wederrechtelyk) adalah
sifat tercelanya atau terlarangnya dari suatu perbuatan tertentu. Dalam doktrin dikenal ada
dua macam melawan hukum, yaitu pertama melawan hukum formil, dan kedua melawan
hukum materiil. Melawan hukum formil adalah bertentangan dengan hukum tertulis, artinya
sifat tercelanya atau terlarangnya suatu perbuatan itu terletak atau oleh sebab dari hukum
tertulis, sedangkan melawan hukum materiil ialah disamping bertentangan dengan hukum
tertulis, juga bertentangan dengan asas-asas hukum umum yang ada dalam kehidupan
masyarakat.
Sebagaimana diterangkan dalam Memorie van Toelichting, maksud dicantumkarmya
melawan hukum secara tegas dalam suatu tindak pidana, didasarkan pada suatu pertimbangan
pembentuk Undang-undang bahwa ada kekhawatiran orang-orang tertentu yang melakukan
perbuatan seperti yang dirumuskan itu yang tidak bersifat melawan hukum akan dapat juga
dipidana. Demikian juga halnya dengan memasukkan unsur melawan hukum kedalam
13
Sudraj at Bassar, op.cit, hal. 65
10
rumusan pencurian. Pembentuk undang-undang merasa khawatir adanya perbuatan-perbuatan
mengambil benda milik orang lain dengan maksud untuk memilikinya tanpa dengan
melawan hukum. Apabila unsur melawan hukum tidak dicantumkan dalam rumusan hukum,
maka orang seperti itu dapat dipidana. Keadaan ini bisa terjadi, misalnya seorang calon
pembeli di toko swalayan dengan mengambil sendiri barang yang akan dibelinya.14
3. Klasifikasi Tindak Pidana Pencurian dalam KUHP
Sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Tindak
pencurian dikualifikasikan / dibedakan atas:
a. Pencurian biasa (Pasal 362 KUHP).
b. Pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP).
c. Pencurian ringan (Pasal 364 KUHP).
d. Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365).
e. Pencurian dalam lingkungan keluarga (Pasal 367 KUHP).
Di dalam kaitannya dengan pembahasan karya tulis ini, penulis hanya akan
terjelaskan lebih jauh dua ketentuan pasal saja yakni Pasal 363 dan 365, karena kedua
ketentuan pasal tersebut memiliki spesifikasi atau kekhususan-kekhususah dalam kaitannya
dengan terjadinya tindak pidana pencurian sepeda motor. Pencurian dengan pemberatan
(Pasal 363 KUHP)
Bunyi Pasal 363 KUHP adalah:
(1) Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun:
1. Pencurian ternak.
2. Pencurian yang dilakukan pada waktu terjadi kebakaran, ledakan, bahaya banjir,
gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam, kapal terdampar,
kecelakaan kereta api, hura-hura, pemberontakan atau bahaya perang.
14
Adami Chazawi II, op.ciL, hal. 19.
11
3. Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau di pekarangan tertutup yang ada
rumahnya, dilakukan oleh orang yang ada di situ tiada dengan setahunya atau tiada
dengan kemauannya yang berhak.
4. Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.
5. Pencurian yang dilakukan, untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat
mengambil barang yang akan dicuri itu dengan jalan membongkar, memecah atau
memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian-pakaian palsu.
(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam No.3 disertai dengan salah satu hal tersebut dalam
No.4 dan 5, maka dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun.
Pencurian dalam Pasal 363 KUHP ini dinamakan pencurian dengan pemberatan.
Yang dimaksud dengan ”pencurian dengan pemberatan” (gequalificeerde diefstal) adalah
bentuk pencurian sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP bentuk pokoknya)
ditambah unsur-unsur lain, yang bersifat memberatkan pencurian itu, dan oleh karenanya
diancam dengan pidana yang lebih berat dari pencurian bentuk pokoknya.
Obyek pencuriannya adalah ternak, sebagai unsur obyektif tambahan. Pengertian
ternak dapat dilihat dari rumusan Pasal 101 KUHP, yakni semua jenis binatang yang
memamah biak (kerbau, lembu, kambing dan sebagainya), binatang yang berkuku satu (kuda,
keledai) dan babi. Pencurian ternak dianggap berat, karena ternak tersebut merupakan milik
petani ternak atau peternak yang terpenting.
Pencurian pada waktu:
Jika pencurian itu dilakukan pada waktu sedang terjadi bermacam-macam bencana,
seperti kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, peletusan gunung berapi,
kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hura, pemberontakan atau bahaya
perang, maka pencurian ini diancam hukuman lebih berat, karena pada waktu semacam itu
orang-orang semua ribut dan barang-barang dalam keadaan tidak terjaga, sedangkan orang
yang mempergunakan saat orang lain mendapat celaka ini berbuat jahat, adalah orang yang
rendah budinya. Sebenarnya para pelaku pencurian berkewajiban untuk menolong para
korban sesuai dengan rasa kemanusiaan.
12
Antara terjadinya malapetaka dengan pencurian itu harus ada hubungannya, artinya
pencuri betul-betul mempergunakan itu untuk mencuri. Tidak termasuk disini misalnya orang
yang mencuri dalam satu rumah dalam kota itu dan kebetulan saja pada saat itu di bagian
kota terjadi suatu kebakaran, karena disini pencuri tidak sengaja memakai kesempatan yang
ada karena kebakaran itu.
Pencurian pada waktu malam:
- dalam suatu rumah atau di pekarangan tertutup yang ada rumahnya;
- dilakukan oleh orang yang ada di situ tanpa sepengetahuan atau tanpa dikehendaki oleh
yang berhak.
Waktu malam sebagaimana dimaksud oleh Pasal 98 KUHP adalah waktu antara
matahari terbenam dan terbit kembali. Yang dimaksud rumah disini ialah bangunan yang
dipergunakan sebagai tempat tinggal siang dan malam. Gudang dan toko yang tidak didiami
pada waktu siang dan malam, tidak termasuk pengertian rumah. Sebaliknya gubug, gerbong
kereta api dan petak-petak kamar di dalam perahu, apabila didiami siang dan malam
termasuk dalam pengertian rumah.
Adapun yang dimaksud pekarangan tertutup adalah sebidang tanah yang mempunyai
tanda-tanda batas yang nyata, tanda-tanda mana menunjukkan bahwa tanah dapat dibedakan
dari bidang-bidang tanah sekelilingnya. Tertutup tidak selalu dikelilingi dengan tembok atau
pagar sebagai tanda-tanda batas. Tanda-tanda batas dapat juga terdiri atas salinan air,
tumpukan batu-batu, pagar tumbuh-tumbuhan, pagar bambu. Tidak perlu tertutupi rapat-
rapat, sehingga orang tidak dapat masuk sama sekali. Disini pencuri harus betul-betul masuk
ke dalam rumah dan sebagainya dan melakukan pencurian di situ.
Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih:
Dalam hal ini dua orang (atau lebih) itu harus bertindak bersama-sama sebagaimana
dimaksud oleh Pasal 55 KUHP, dan tidak seperti halnya yang dimaksud oleh Pasal 56
KUHP, yakni yang seorang bertindak, sedang yang lainnya hanya sebagai pembantu saja.
Pencurian dengan cara-cara tertentu :
13
Dalam hal ini untuk dapat masuk ke tempat kejahatan atau untuk dapat mengambil
barang yang akan dicuri itu, pencurian tersebut dilakukan dengan jalan membongkar,
memecah, memanjat, atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian palsu.
Yang diartikan membongkar ialah mengadakan perusakan yang agak besar, misalnya
membongkar tembok, pintu, jendela dan sebagainya. Yang diartikan memecah ialah
membuat kerusakan yang agak ringan, misalnya memecah kaca jendela dan sebagainya.
Tentang pemanjatan terdapat pada Pasal 99 KUHP. Menurut arti sesungguhnya,
memanjat ialah membawa diri ke suatu ketinggian tertentu (guna memperoleh sesuatu yang
dimaksud), dengan menggunakan atau tanpa sesuatu alat. Dalam ketentuan ini termasuk juga
dalam sebutan memanjat adalah :
a. ke dalam rumah melalui lubang yang telah ada yang sedianya tidak untuk jalan masuk
atau ke luar.
b. masuk ke dalam rumah melalui lubang dalam tanah yang sengaja digali (biasa disebut
dengan perbuatan menggangsir).
c. masuk ke dalam rumah melalui selokan atau parit yang gunanya sebagai penutup jalan.
Selanjutnya, mengenai penggunaan anak kunci palsu diatur dalam Pasal 100 KUHP,
yakni yang dimaksud dengan anak kunci palsu ialah segala macam anak kunci yang tidak
diperuntukkan membuka kunci dari sesuatu barang yang dapat dikunci, seperti almari, peti
dan sebagainya, oleh yang berhak atas barang itu. Anak kunci duplikat bila tidak
dipergunakan oleh yang berhak masuk pula dalam pengertian anak kunci palsu. Anak kunci
yang telah hilang dari tangan yang berhak, jika orang itu telah membuat atau memakai anak
kunci yang lain untuk membuka kunci itu, masuk pula menjadi anak kunci palsu. Selain
daripada itu menurut bunyi Pasal 100 KUHP, semua perkakas meskipun tidak berupa anak
kunci yang berupa apa saja, misalnya kawat atau paku yang kegunaannya bukan untuk
membuka kunci, apabila digunakan oleh pencuri membuka kunci, masuk pula dalam sebutan
anak kunci palsu.
Dalam ketentuan Pasal 363 ayat (1) sub ke 5 juga menyebutkan cara-cara pencurian
dengan perintah palsu dan pakaian jabatan palsu. Perintah palsu yaitu suatu perintah yang
kelihatannya seperti surat perintah asli yang dikeluarkan oleh orang yang berwajib sesuai
dengan undang-undang yang berlaku, tetapi sebenarnya bukan. Sedangkan pakaian jabatan
14
palsu merupakan pakaian yang dipakai oleh orang, akan tetapi ia tidak berhak untuk itu.
Misalnya, pencuri dengan memakai seragam polisi pura-pura sebagai seorang polisi dengan
membawa surat keterangan palsu agar dapat dengan mudah masuk ke rumah seseorang untuk
melakukan pencurian.
Pada Pasal 363 ayat (2) menetapkan, bahwa gabungan dari kejahatan tersebut dalam
No.3 dengan salah satu yang tersebut dalam No.4 dan 5 merupakan masalah yang
memperberat hukumannya.
Contoh: Dalam salah satu berita kriminal di harian Bali Post edisi hari Minggu, 15
April 2013 disebutkan bahwa satu unit sepeda motor Honda Grand milik Hadiman Baruh
dicuri di areal parkir Jalan Kamboja Denpasar. Pada saat memarkir, korban telah memastikan
bahwa sepeda motornya dalam kondisi terkunci stang. Pelaku dalam beraksi menggunakan
kunci palsu (kupal). Dalam hal ini, kasus pencurian sepeda motor tersebut termasuk dalam
jenis pencurian dengan pemberatan (Pasal 363 KUHP).15
Pencurian dengan kekerasan (Pasal 365 KUHP):
Pasal 365 KUHP menentukan bahwa:
(l) Dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana pencurian yang
didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang,
dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu, atau jika tertangkap
tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan
kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di
tangannya.
(2) Pidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan:
Ke-l. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam di dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau dijalan umum, atau di dalam kereta
api, atau tram yang sedang berjalan;
15
Seminggu Tujuh Motor Amblas”, Bali Post, Minggu Tanggal 15 April 2013
15
Ke-2. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih;
Ke-3. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan
pembongkaran atau memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau
pakaian jabatan palsu;
Ke-4. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat
(3) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima belas tahun jika perbuatan itu berakibat
ada orang mati.
(4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh
tahun dijatuhkan, jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat atau mati dan
perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan lagi pula disertai
salah satu hal yang diterangkan dalam No. 1 dan 3.
Pasal 365 ayat (1) KUHP memuat unsur-unsur sebagai berilcut:
1. Obyektif:
a. pencurian dengan didahului; disertai; diikuti.
b. oleh kekerasan atau ancaman kekerasan terhadap seseorang.
2. Subyektif:
a. dengan maksud untuk.
b. mempersiapkan atau mempermudah pencurian itu.
c. jika tertangkap tangan memberi kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lain dalam
kejahatan itu untuk melarikan diri, untuk mempertahankan kepemilikan atas barang
yang dicuri.
Yang diartikan dengan kekerasan adalah setiap perbuatan yang mempergunakan
tenaga badan yang tidak ringan. Tenaga badan adalah kekuatan fisik. Penggunaan kekerasan
terwujud dalam memukul dengan tangan saja, memukul dengan senjata, mengikat, menahan
dan sebagainya. Dalam ketentuan Pasal 89 KUHP yang disamakan dengan melakukan
kekerasan yaitu membuat orang pingsan atau tidak berdaya lagi. Sebagai perluasan dari
pengertian kekerasan ditetapkan oleh Pasal 89 KUHP. bahwa perbuatan yang mengakibatkan
orang pingsan, atau tidak sadarkan diri dan perbuatan yang menimbulkan orang tidak
16
berdaya lagi termasuk perbuatan kekerasan. Kekerasan itu harus ditujukan kepada orang.
Seseorang tidak perlu para pemilik barang, misalnya pelayan rumah yang sedang menjaga
rumah majikannya.
Lebih lanjut, untuk dapat dituntut menurut pasal ini, kekerasan atau ancaman
kekerasan tersebut harus dilakukan terhadap orang, bukan pada barang, dan dapat dilakukan
sebelumnya, bersamaan atau setelah pencurian itu dilakukan, asal maksudnya untuk
menyiapkan atau memudahkan pencurian itu, dan apabila tertangkap tangan supaya ada
kesempatan bagi diri atau kawannya yang turut melakukan pencurian tersebut untuk
melarikan diri atau supaya barang yang dicuri itu dapat dipertahankan berada di tangannya.
Pencuri yang masuk ke dalam rumah dengan merusak bagian rumah (pintu, jendela dan
sebagainya) tidak tergolong dalam pencurian ini, karena kekerasan yang dilakukan itu tidak
dikenakan pada orang.
Ancaman hukuman untuk pencurian ini diperberat (Pasal 365 ayat (2)), apabila
disertai salah satu hal seperti di bawah ini:
1. Apabila perbuatan itu dilakukan pada waktu malam di dalam sebuah rumah atau
pekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum, atau di dalam kereta api
atau tram yang sedang berjalan. Apabila pencurian tersebut dilakukan di dalam kereta api
atau tram yang sedang berhenti, tidak masuk disini. Yang dimakud jalan umum adalah
dataran tanah yang dipergunakan untuk lalu lintas umum, baik milik pemerintah atau
swasta, asal dipergunakan untuk umum (siapapun boleh berlalu lintas di situ).
2. Apabila perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih.
3. Apabila si pelaku masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan pembongkaran atau
memanjat atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu, atau pakaian jabatan palsu.
4. Apabila perbuatan itu mengakibatkan ada orang yang mendapat luka berat. Ancaman
hukuman untuk pencurian ini diperberat lagi, apabila perbuatan ini mengakibatkan
kematian seseorang. Hal ini dapat kita lihat dalam ketentuan Pasal 365 ayat (3) KUHP.
Kematian itu harus hanya sebagai akibat belaka dari pencurian ini, dan tidak merupakan
tujuan semula dari si pelaku.16
Sedangkan Pasal 365 ayat (4) KUHP menyatakan bahwa
16
R. Sugandhi, op.cit, hal. 384.
17
menjatuhan hukuman penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua
puluh tahun, apabila perbuatan itu:
1. Menimbulkan akibat luka berat pada seseorang atau akibat matinya seseorang.
2. Dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih.
3. Disertai salah satu masalah tersebut dalam No. 1 dan 3 (Ayat 2), yakni): N0.l: pada
waktu malam dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan tertutup dimana berdiri
sebuah rumah, di jalan umum, di dalam kereta atau tram yang sedang bergerak. No.2:
yang bersalah memasuki tempat kejahatan dengan Cara: membongkar, memanjat,
memakai anak kunci palsu, memakai perintah palsu atau memakai pakaian jabatan
palsu.
4. Pencurian Kendaraan Bermotor
Pencurian kendaraan bermotor atau sering dikenal dengan “curanmor” jelas ditujukan
pada situasi hilangnya unit kendaraan bermotor. Situasi kriminalitas terhadap pencurian
kendaraan motor jauh lebih luas dari sekedar hilangnya kendaraan bermotor. Adapun situasi
tersebut adalah:
a) kejahatan dengan mempergunakan alat bantu kendaraan bermotor;
b) kejahatan dalam kndaraan bermotor;
c) kejahatan terhadap perangkat atau bagian dari kendaraan bermotor
Mengapa dikatakan “kejahatan” dan bukan hanya pencurian saja, mengingat mungkin
dilakukan berbagai kejahatan lain selain pencurian unit kendaraan bermotor (theff of violence)
itu sendiri. Baik kejahatan terhadap unit kendaraan bermotor maupun tiga variasi kejahatan-
kejahatan yang terkait dengan kendaraan bermotor lainnya tersebut, memunculkan konsep
teknis yakni “semua kejahatan yang terkait dengan kendaraan bermotor” (vehicle-related
criminalities)
Selain itu, keterkaitan kejahatan dengan kendaraan bermotor pada khususnya maupu
kehidupan jalan raya pada umumnya, juga semakin menampilkan wajah yang kriminogenik.
Artinya, terjadi asosiasi yang semakin terlihat dan kuat antara faktor yang biasanya menjadi
penyebab timbulnya kejahatan dengan terjadinya kejahatan itu sendiri yang menimpa, yang
18
terjadi pada atau yang terkait dengan kendaraan bermotor. Inilah yang oleh kepolisian disebut
sebagai faktor-faktor korelatif kriminogenik.
Sebenarnya, wajah yang semakin kriminogenik tersebut bukan hanya terkait dengan
kendaraan bermotor saja. Situasi jalan raya pada khususnya, maupun situasi tempat-tempat
umum (public places) pada umumnya baik di Denpasar maupun di kota-kota lainnya, memang
mengkhawatirkan dan merupakan faktor kriminogenik paling besar.
Situasi seperti ketidakteraturan, ketidakbersihan, ketidakpastian maupun ketiadaan
dukungan sistem bagi orang-orang yang berada di tempat-tempat umum merupakan gambaran
yang biasa terjadi. Praktis disemua tempat kita tidak bisa mengandalkan bekerjanya sistem
bila kita mengalami musibah, terjatuh, tersesat, demikian juga kalau di begal. Dengan
demikian, ancaman kejahatan, adalah salah satu indikasi ikutan saja yang makin membuat
impresi kita tentang tempat-tempat tersebut terasa tidak nyaman.
Pencurian kendaraan bermotor, tidak selamanya merupakan keinginan murni pelaku
untuk memiliki kendaraan tersebut. Namun lebih dari itu, keinginan “memiliki” kendaraan
tergantung juga karena “pesanan”. Sang pemesan menginginkan kendaraan bermotor dengan
merek “A”, maka si pelaku pun mengincar pesanan tersebut baik yang berada di perparkiran
maupun yang sedang melaju di jalan raya.
Bagi pelaku modus operandinya berbagai macam peristiwa terjadi dalam pencurian
kendaraan bermotor seperti misal dengan menggunakan kunci palsu (kunci paksa dalam
bentuk T), kunci asli (karena si pemilik lupa mencabut kuncinya yang masih berada di
kendaraan bermotornya), atau mungkin dengan carabegal, merampas kendaraan tersebut yang
sedang melaju di jalan raya.
19
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah dimaksudkan untuk mengetahui,
menganalisis secara mendalam dan selanjutnya memaparkannya dalam laporan penelitian
tentang pencurian kendaraan bermotor dengan menemukam motif dan trend terjadinya
pencurian kendaraan bermotor tersebut.
Tujuan yang lain adalah untuk menganalisis apa yang menjadi motif, trend, dan upaya
(soulsi) pencegahan dan penanggulangan terhadap pencurian kendaraan bermotor melalui
perspektif pendekatan kriminologi.
2. Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah:
a) secara teoritis/akademis: manfaat penelitian ini diharapkan dapat menambah
yojanan pengetahuan yang terkait dengan faktor motif, trend pencurian
kendaraan bermotor di wilayah hukum Polresta Denpasar; di samping itu pula
dapat menambah wawasan pengetahuan tentang bagaimana upaya (solusi)
penanggulangan pencurian kendaraan bermotor di wilayah tersebut.
b) secara praktis: penelitian ini diharapkan memiliki manfaat pada penegak
hukum (praktisi) dalam masalah motif, trend dan solusi pencegahan maupun
penanggulangan terhadap pencurian kendaraan bermotor yang semakin marak
terjadi wilayah Polresta Denpasar.
c) secara sosiologis/masyarakat: manfaat penelitian ini diharapkan keterlibatan
peran serta masyarakat dalam upaya memahami motif, trend dan solusi
penanggulangan pencurian kendaraan bermotor di wilayah tersebut..
20
BAB IV
METODE PENELITIAN
a. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan nondoktrinal (socio-
legal approach). Pada prinsipnya studi sociolegal adalah studi hukum, yang menggunakan
pendekatan metodelogi ilmu sosial dalam arti luas.
Mengutip pendapat Wheeler dan Thomas , studi mengenai sociolegal adalah suatu
pendekatan alternative yang menguji studi doktrinal terhadap hukum. Kata “socio” dalam
sociolegalstudies merepresentasi keterkaitan antar konteks dimana hukum berada (an
interface with a context within which law exists). Itulah sebabnya mengapa ketika seorang
peneliti sociolegal menggunakan teori sosial untuk tujuan analisa, mereka sering tidak sedang
bertujuan untuk memberi perhatian pada sosiologi atau ilmu sosial yang lain, melainkan
hukum dan studi hukum.17
Operasional pendekatan socio-legal penelitian ini adalah untuk mendapat data empirik
dan non empirik yang dilakukan dengan studi kasus terhadap pencurian kendaraan bermotor
dalam perspektif kriminologi, dinamika motif, trend, dan solusi berupa penanggulangan
kejahatan pencurian kendaraan bermotor.
Upaya menjawab apa yang menjadi tujuan pengkajian penelitian ini, maka studi ini
menerapkan perspektif kriminologis18
. Suatu pendekatan yang di dalamnya terkandung
pengertian bahwa gejala hukum yang berupa kejahatan pencurian kendaraan bermotor dilihat
sebagai gejala yang tidak terlepas dari kondisi masyarakatnya. Sehingga upaya pemahaman
dan antisipasi terhadap gejala tersebut akan diperhatikan baik dari sudut hukum pidana
(pemahaman dan pengkajian sistem hukum pidana dengan segala unsur-unsurnya), maupun
dari sudut ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi kriminal (pemahaman krimininologi sekitar
17
Sulistyowati Irianto & Shidarta (Editor), 2011. Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi,
PenerbitYayasanObor Indonesia. hlm. 175.
18 Edwin H Sutherland (1995) mengklasifikasikan bagian-bagian pokok dari ilmu kriminologi adalah (a)
Penology, (b) Etiologi Kriminal, dan (c) Sosiologi Hukum Pidana, dalam PrincipleofCriminology, revised by
Donald R Creseey, Philadelphia; JB Lipincolt Co, 1995 : 80-83
21
upaya pengidentifikasian faktor-faktor korelasional, proses terjadinya kejahatan pencurian
kendaraan bermotor, baik terhadap gejala motif, trend dan soulsinya).
Kajian penelitian ini lebih mencerminkan suatu penelitian yang bersifat deskriptif-
analitis, suatu tipe penelitian yang tidak saja terhenti pada penggambaran semata melainkan
sampai pada upaya pengkajian bentuk motif, trend, dan solusi tentang kejahatan pencurian
kendaraan bermotor namun sampai pada analisis mendalam terhadap suatu masalah yang
hendak dikaji (suatu penelitian empirik konvensional yang bersifat kuantitatif, lazim
dilakukan dalam ranah sosiologi makro)19
. Selain itu pula dalam pengkajiannya digunakan
penelitian kualitatif.
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kepolisian Daerah Bali, Kepolisian Resort Kota (Polresta)
Denpasar, dan Lembaga Pemasyarakatan Denpasar
c. Data dan Sumber Data
Data adalah keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis
atau kesimpulan)20
. Fact is something that, actually exists; an aspect of reality21
. Jenis data
dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
digali secara langsung di lapangan yang meliputi perilaku kejahatan pencurian kendaraan
bermotor yakni tentang motif, dan trend kejahatan nya. Tradisi penelitian yang dipilih dalam
19
Soetandyo Wignyosoebroto (1994) mengemukakan, bahwa “Hukum manakala dikonsepsikan sebagai
norma-norma di dalam sistem perundang-undangan hukum nasional, maka metode penelitian yang diterapkan
adalah doktrinal, bersaranakan logika deduktif untuk membangun sistem hukum positif. Hukum yang dikonsepsikan
sebagai pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan eksis sebagai variable sosial yang empirik, metode penelitian
yang diterapkan adalah sosiologis struktural makro. Hukum yang dikonsepsikan sebagai manifestasi makna-makna
simbolik para pelaku sosial sebagaimana tampak dalam interaksi antar mereka metode penelitian yang diterapkan
adalah nondoktrinal atau sosiologi dengan pendekatan interaksionis mikro dengan analisis kualitatif”. Selanjutnya
dikemukakan pula, ciri-ciri dari tipe-tipe penelitian hukum, yaitu bila penelitian hukum itu hukum doktrinal,
lazimnya bertujuan untuk (a) menemukan hukum atau (b) menciptakan hukum, sedangkan penelitian hukum
nondoktrinal (sosiologis), lazimnya bertujuan untuk (a) melakukan pengujian (verifikasi) teori-teori makro
(structural) tentang hukum dan masyarakat yang bercirikan kuantitatif, atau (b) membangun teori mikro (simbolik
interaksionis) tentang hukum dan masyarakat yang bercirikan kualitatif. (Lihat Soetandyo Wignyosoebroto dalam
MasalahMetodologikdalamPenelitianHukumsehubungandenganMasalahKeragamanPendekatanKonseptualnya,
Makalah disajikan dalam Forum Komunikasi Hasil Penelitian Bidang Hukum, DirBinlitabmas, Dirjen Dikti,
Depdikbud, Bandungan, 5-6 Desember 1994. 20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Balai Pustaka, Jakarta,
2002, hlm. 239. 21
Bryan A Garner, Black's Law Dictionary, Eighth Edition, Editor in Chief, Thomson West, United State of
America, 2004, p. 628.
22
penelitian ini adalah penelitian kualitatif sehingga wujud data penelitian bukan berupa angka-
angka untuk keperluan analisis kuantitatif-statistik akan tetapi data tersebut adalah infomasi
yang berupa kata-kata atau disebut data kualitatif.22
.
Sampel sebagai inforrman ditentukan secara purposive. Sumber data sekunder dalam
penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan hukum berupa buku-buku literatur, peraturan
perundang-undangan, majalah ilmiah, jurnal dan laporan penelitian, koran serta kamus.
Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan,
dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat
"perspektif emic" artinya memperoleh data bukan "sebagai mana seharusnya, bukan
berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang
terjadi di lapangan yang dialami, dirasakan dan difikirkan oleh partisipan/sumber data”.23
Dalam hal instrumen penelitian kualitatif, Lincoln and Guba (1986) menyatakan bahwa:
"The instrument of choice in naturalistic inquiry is the human. We shall see that other
forms of instrumentation may be used in later phases of the inquiry, but the human is the
initial and continuing mainstay. But if the human instrument has been used extensively in
earlier stages of inquiry, so that an instrument can be constructed that is grounded in the
data that the human instrument has product"
Selanjutnya Nasution (1988) menyatakan:
"Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia
sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum
mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis
yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan
secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang
penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada
pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapainya "
Berdasarkan dua pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif
pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah
22
Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif,
Pustaka Jaya, Jakarta, 2002, him. 67. sedangkan mengenai sumber data kualitatif, menurut Heribertus Sutopo, dapat
berupa manusia --- dengan tingkah lakunya- peristiwa, dokumen, arsip, dan benda-benda lain. Baca Heribertus
Sutopo, Pengantar Penelitian Kualitatif: Dasar- dasar Teori dan Praktis, IMversitas Sebelas Maret, Surakarta,
1988,hlm.23.
23
Soegiyono, Opcit, hlm. 213
23
peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrumen.
Penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri namun selanjutnya
setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen
penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data
yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
d. Teknik Pengumpulan Data.
Teknik atau cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara yakni dengan
interview (wawancara), kuesioner (angket), obseravsi (pengamatan), dan triangulasi gabungan
ketiganya24
.
Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara
purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil
penelitian tidak akan digeneralisasikan ke populasi karena, pengambilan sampel tidak
diambil secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus
situasi sosial tersebut,
Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley
dinamakan "social situation" atau situasi sosial yaag terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat
(place) pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi sosial
tersebut, dapat di lihat berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut-sudut jalan
yang sedang ngobrol, atau di tempat kerja, di kota, desa atau wilayah suatu negara. Situasi
sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin diketahui "apa yang
terjadi" di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati
secara mendalam aktivitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place)
tertentu25
.
e. Teknik Penentuan Sampel Penelitian.
24
Sugiyono, Opcit, hlm. 137
25Sulistyowati Irianto & Shidarta (Editor), 2011. Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan Refleksi,
PenerbitYayasanObor Indonesia, hlm 215
24
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang
digunakan.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik
ini meliputi, simple random sampling, proportionate stratified random sampling,
disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling (sampling menurut
daerah).
2. Nonprobability Sampling
Non-probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi
sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive,
jenuh, snowball.
Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive
sampling, dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling
adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut yangdianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,
atau mungkin saja sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi
obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel
sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini
dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan
data yang memuaskan, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber
data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang
menggelinding, lama-lama menjadi besar.
25
Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi.26
Teknik penentuan
sampel yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif ini adalah:
Purposive sampling adalah penarikan sampel berdasarkan tujuan tertentu yang dipilih
sendiri oleh peneliti berdasarkan pertimbangan kriteria dan karakteristik tertentu. Teknik
ini digunakan dalam menentukan lokasi penelitian.
Data yang digunakan adalah data primer, yang diperoleh dari hasil wawancara dan
survey pengakuan diri (selfreport). Di atas sudah dikemukakan tentang teknik atau cara
pengumpulan data dapat dilakukan dengan tiga cara yakni dengan interview (wawancara),
kuesioner (angket), obseravsi (pengamatan), dan gabungan ketiganya27
.
f. Teknik Analisis Data.
Terhadap data primer, digunakan teknik analisis data tipe Strauss dan J. Corbin28
, yaitu
dengan menganalisis data sejak peneliti berada di lapangan (field). Oleh karena itu selama
dalam penelitian, peneliti menggunakan analisis interaktif dengan membuat fieldnote yang
terdiri atas deskripsi dan refleksi data.29
Selanjutnya peneliti melakukan penyusunan,
pengkatagorian data dalam pola/thema. Setelah data hasil penelitian dianggap valid dan liable,
langkah selanjutnya adalah merekonstruksi dan menganalisisnya secara induktif-kualitatif
untuk menjawab permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian ini.
Langkah-langkah teknik analisis data penelitian ini mengikuti model interatif analisis
data seperti yang dikemukakan oleh Mattew B. Miles and A. Michael Huberman30
, yang
bergerak dalam tiga siklus kegiatan, yaitu. reduksi data, penyajian data, dan penarikan
simpulan atau verifikasi. Simpulan di sini maksudnya bukanlah simpulan yang bersederajat
dengan generalisasi.
26
Bambang Sunggono, op.cit., hlm. 119.
27
Sugiyono, Opcit, him. 137
28
A. Strauss and J. Corbin Busir, Qualitative Research; Grounded Theory Procedure and Techniques,
Lindon Sage Publication, 1990, hlm. 19
29
H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif Bagian II, Universitas Negeri Sebelasmaret Press,
Surakarta, 1990, hlm. 11.
30
Mettew B. Miles and A. Michael Haberman, Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta, 1992, hlm. 22.
26
Model interaktif tersebut bila diragakan adalah sebagai berikut:31
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Sajian
Data
Penarikan
Kesimpulan
Verifikasi
Sumber : Adaptasi dari Mattew B. and A Michael Huberman (1992)
Terhadap data sekunder, dalam mencari kebenaran umum akan dilakukan dengan
menggunakan logika deduktif, khususnya pada saat analisis awal (penggunaan teori-teori),
namun tidak tertutup kemungkinan dilakukan analisis dengan menggunakan logika induktif
terhadap kejahatan pencurian kendaraan bermotor di Denpasar Bali.
31Ibid.Lihatpula:Agus Salim, Op. Cit,,hlm.70.
27
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan mengenai modus, trend, dan solusi pencegahan terhadap pencurian
kendaraan bermotor di kota Denpasar akan dibahas dan diuraikan berdasarkan hasil temuan di
lapangan.
Tabel 2. Jumlah Pencurian kendaraan bermotor Berdasarkan Modus
Operandi di Polresta Denpasar tahun 2008 - 2012
No Tahun Jumlah Modus Operandi
Kunci
Palsu
Kunci asli Rampas
1 2008 129 106 16 7
2 2009 271 255 12 4
3 2010 158 133 19 6
4 2011 198 176 21 1
5 2012 137 110 24 3
Total 893 780 92 21
Sumber : Sat. Reskrim Polresta Denpasar 2013
Dari data yang tercatat dalam tabel 1 diatas terlihat bahwa selama lima tahun terakhir ini
di wilayah Kota Denpasar, ternyata tindak pidana pencurian sepeda motor sangat marak terjadi,
meskipun jumlah tiap tahunnya mengalami peningkatan dan penurunan. Kondisi seperti ini tentu
cukup meresahkan masyarakat. Pada tahun 2008 terjadi 129 kasus pencurian sepeda motor,
kemudian tahun 2009 mengalami peningkatan lebih dari 100% dengan jumlah kasus yang terjadi
mencapai 271. Tahun 2010 kasus pencurian sepeda motor mongalami penurunan menjadi 158
kasus, dan di tahun berikutnya yakni tahun 2011 meningkat menjadi 198 kasus. Pada tahun 2012
tindak pidana pencurian sepeda motor di Kota Denpasar kembali menujukkan angka penurunan,
yakni dengan total jumlah 137 kasus. Naik turunnya angka kejadian pencurian Sepeda motor
seperti diatas terkait dengan hai-hal yang berhubungan dengan kinerja dan kesigapan aparat
keamanan, tingkat keamanan dan kewaspadaan masyarakat, serta kemampuan para pelakunya.
28
Mengenai modus operandi ataupun cara melakukan kejahatan yang dipakai para pencuri
sepeda motor sangatlah beraneka ragam. Dari data yang tercatat selama lima tahun terakhir
(tahun 2008 – 2012), modus operandinya antara lain dengan cara menggunakan kunci palsu
sebanyak 780 kasus (87% dari jumlah kasus pencurian sepeda motor tahun 2008-20l2), dengan
kunci asli atau nyantol sebanyak 92 kasus (10% dari jumlah kasus pencurian sepeda motor tahun
2008-2012), dan dengan cara merampas (Curas) langsung dari pemilik atau pengendara sepeda
motor sebanyak 21 kasus (3% dari jumlah kasus pencurian sepeda motor tahun 2008 – 2012).
Tabel 3. LAPORAN KEHILANGAN DAN PENANGANAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
PADA MASING2 POLRES/TA & POLDA DI BALITAHUN 2014
NO LAPORAN KE KEPOLISIAN
JAN PEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES JLH
1 DENPASAR 19 11 23 - - - 40 26 36 41 28 20 244
2 BADUNG 2 5 2 - - - 3 3 1 6 3 1 26
3 GIANYAR - 1 1 - - - 2 3 1 6 3 1 18
4 BANGLI - - - - - - - - 1 - - - 1
5 KLUNGKUNG - 3 - - - - 1 - - - - - 4
6 KARANGASEM - - - - - - - - - 2 1 3 6
7 BULELENG 1 5 2 - - - 4 4 8 6 7 1 38
8 JEMBRANA - - - - - - 3 - 1 1 - - 5
9 TABANAN 1 3 3 - - - - 2 1 2 1 3 16
10 POLDA BALI 2 - 3 - - - - - 1 - 1 - 7
TOTAL 25 28 34 - - - 54 38 50 62 44 30 365
* Sumber : Data Polda Bali telah diolah penulis
Kehilangandanpenanganan pencurian kendaraan bermotor pada tahun 2014 di masing-
masing kepolisian resort dan polda Bali yang ada di Bali menunjukkan angka pada Tabel 3 di
atas. Namun laporan kehilangan dan penanganan pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di
Bali sebanyak 365 kasus, pada masing-masing kepolisian resort menunjukkan bahwa kepolisian
resort kota Denpasar menunjukkan selama setahun telah terjadi 244 kasus ( 66,8 %), disusul
29
penanganan pencurian kendaraan bermotordi wilayah kepolisianBuleleng sebanyak 38 kasus (
10,4 %), Polres Badung 26 kasus ( 7,2 %), Polres Gianyar 18 kasus (4,9 %), Polres Tabanan 16
kasus (4,4 %), Polda Bali 7 kasus ( 1,9 %) yang ditangani mengenai pelaporan terjadinya
pencurian kendaraan bermotor, Polres Karangasem 6 kasus ( 1,6 %), Polres Jembrana 5 kasus
(1,4 %), Polres Klungkung 4 kasus (1,1 %), dan Polres Bangli 1 kasus (0,3 %).
Penanganan kasus pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di Bali sebanyak 365 kasus
bukanlah berarti jumlah yang disajikan dalam tabel tersebut merupakan kejadian yang
sebenarnya, berarti masih ada kasus yang tidak dilaporkan yang diakibatkan karena adanya
percobaan perbuatan pencurian kendaraan bermotor sehingga kendaraan bermotornya tidak jadi
hilang/ lenyap, atau juga beberapa hari kemudian kendaraan bermotornya sudah kembali yang
disebabkan ketika mengambil kendaraan tidak memberitahu pemiliknya. Oleh karenanya tidak
direkam di dalam laporan kejadian di masing-masing Polres/Polda Bali.
Maraknya pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Denpasar yang menunjukkan
tingkat tertinggi di masing-masing Polres ditengarai karena lalu lintas perekonomian dan pusat
kegiatan bisnis, perdagangan, perkantoran dan pariwisata dapat memicu terjadinya peristiwa
curanmor tersebut. Kemudahan memperoleh kredit kendaraan dan mobilitas kerja dapat
dipandang sebagai pemicu terjadinya pencurian kendaraan bermotor.
Menjadi trend dan motif dilakukannya perbuatan akan diuraikan pada uraian-uraian
berikutnya. Sehingga pada setiap peristiwa pencurian kendaraan bermotor selalu dilandasi oleh
motif pada modus operandi perisitwanya, sedangkan trend peristiwa dilihat pada kasuistis serta
perkembangan kasus pencurian kendaraan bermotor tersebut.
30
Tabel 4. LAPORAN KEHILANGAN DAN PENANGANAN PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
PADA MASING2 POLRES/TA & POLDA DI BALI S/D AGUSTUS TAHUN 2015
NO PELAPORAN KE KEPOLISIAN
JAN PEB MRT APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOP DES JLH
1 DENPASAR 20 47 19 12 9 17 19 18 - - - - 161
2 BADUNG 4 5 1 - 2 3 1 3 - - - - 19
3 GIANYAR 1 - 1 1 4 1 3 2 - - - - 13
4 BANGLI - - - - - - - 1 - - - - 1
5 KLUNGKUNG - 2 1 - - 1 - - - - - - 4
6 KARANGASEM 1 1 - - 1 - - 1 - - - - 4
7 BULELENG 1 3 1 - 2 2 1 4 - - - - 14
8 JEMBRANA - - 1 - 1 3 - - - - - - 5
9 TABANAN - 3 1 1 1 - - 1 - - - - 7
10 POLDA BALI 1 4 1 - - 2 - - - - - - 8
TOTAL 28 65 26 14 20 29 24 30 - - - - 236
* Sumber : Data Polda Bali telah diolah penulis
Di tahun 2015 sampai dengan bulan Agustus, terjadi pelaporan dan penanganan kasus
pencurian kendaraan bermotor yang agak berbeda dengan peristiwa di tahun 2014. Memang
terjadi penurunan yang sangat drastis pada masing-masing Polres/ta Polda se Bali. Suatu
kemajuan yang sangat berarti apabila terjadi penurunan peristiwa kejahatan pada suatu wilayah
kepolisian di Bali.
Kehilangandanpenanganan pencurian kendaraan bermotor pada tahun 2014 di masing-
masing kepolisian resort dan polda Bali yang ada di Bali menunjukkan angka pada Tabel 4 di
atas. Namun laporan kehilangan dan penanganan pencurian kendaraan bermotor yang terjadi di
Bali sebanyak 236 kasus yang berbeda dengan di tahun 2014 sebanyak 365 kasus, pada tahun
sampai dengan Agustus 2015 masing-masing kepolisian resort menunjukkan bahwa kepolisian
resort kota Denpasar masih menduduki tingkat teratas menunjukkan selama setahun telah terjadi
161 kasus ( 68,22 %), disusul penanganan pencurian kendaraan bermotordi wilayah
31
kepolisianPolres Badung 19 kasus (8,06 %), Buleleng sebanyak 14 kasus (5,94 %), Polres
Gianyar 13 kasus (5,52 %), Polda Bali 8 kasus (3,39 %) yang ditangani mengenai pelaporan
terjadinya pencurian kendaraan bermotor, Polres Tabanan 7 kasus (2,97 %), Polres Jembrana 5
kasus (2,12 %), Polres Karangasem 4 kasus (1,69 %) sama dengan Polres Klungkung 4 kasus (
1,69 %), , dan Polres Bangli 1 kasus (0,40 %).
Jika diperhatikan tabel di atas nampak terjadi penurunan pencurian kendaraan bermotor,
kemungkinan hal ini disebabkan karena menyadari bahwa kejahatan curnamor adalah kejahatan
yang sering pelakunya di ”hakimi massa”, dan pengawasan dalam patroli kepolisian juga
menyiutkan nyali pelaku kejahatan curanmor. Kesempatan untuk berbuat bisa dicegah oleh
warga masyarakat sebagai pemilik atau pengendara sepeda motor dengan cara semakin
mewaspadai perilaku kejahatan curanmor.
Tabel 5. Pencurian Kendaraan Bermotor di Polres/tadan Polda Bali Tahun 2014 s/d
Agustus 2015
NO POLRES / TA & POLDA BALI 2014 AGST 2015 JUMLAH PERSENTASE %
1 DENPASAR 244 161 405 67, 39
2 BADUNG 26 19 45 7, 49
3 GIANYAR 18 13 31 5, 16
4 BANGLI 1 1 2 6, 33
5 KLUNGKUNG 4 4 8 1, 33
6 KARANGASEM 6 4 10 1, 66
7 BULELENG 38 14 52 8, 65
8 JEMBRANA 5 5 10 1, 66
9 TABANAN 16 7 23 3, 83
10 POLDA BALI 7 8 15 2, 50
T O T A L 365 236 601 100 %
* Sumber : Data Polda Bali telah diolah penulis
32
Perkembangandata di atas menunjukkan bahwa tahun 2014 sampai dengan Agustus 2015
telah terjadi penurunan yang cukup signifikan. Selama dua tahun kurang total peristiwa yang
terjadi sebanyak 601 kasus dimana dibagi menjadi tahun 2014 sebanyak 365 kasus dan tahun
sampai dengan Agustus 2015 sebanyak 236 kasus. Paling tidak terjadi penurunan angka
kriminalitas sebesar 129 (130) kasus.
Jika diperhatikan jumlah totoal peristiwa curanmor selama 2 tahun terakhir nampaklah
bahwa di Kepolisian resort kota Denpasar masih menduduki tingkat teratas menunjukkan selama
setahun telah terjadi 405 kasus ( 67,39 %), disusul penanganan curanmordi wilayah kepolisian
resort Buleleng sebanyak 52 kasus (8,65 %), Polres Badung 45 kasus (7,49 %), Polres Gianyar
31 kasus (5,16 %), Polda Bali 15 kasus (2,50 %) yang ditangani mengenai pelaporan terjadinya
pencurian kendaraan bermotor, Polres Tabanan 23 kasus (3,83 %), Polres Jembrana 10 kasus
(1,66 %), Polres Karangasem 10 kasus (1,66 %) sama dengan Polres Klungkung 8 kasus (1,33
%), dan Polres Bangli 2 kasus (0,33 %).
Tabel 6. MODUS OPERANDI PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI POLRESTA
DENPASAR TAHUN 2014 S/D AGUSTUS 2015
NO MODUS OPERANDI 2014 AGUSTUS 2015 JUMLAH
1 Menggunakan Kunci Palsu 131 97 228
2 Kunci Nyantol di sepeda motor 53 31 84
3 Mengambil Paksa dari Korban 24 14 38
4 Mengambil Kunci di kamar korban 11 4 15
5 Mengambil kunci saat korban tertidur 17 9 26
6 Meminjam tetapi tidak mengembalikan 8 6 14
T O T A L 244 161 405
* Sumber : Data Polda Bali telah diolah penulis
Modus operandi penanganan pencurian kendaraan bermotor di Denpasar selama dua
tahun ini menunjukkan 405 kasus, yang dapat diperinci menjadi perbuatan curanmor dengan
modus operandi menggunakan kunci palsu sebanyak 228 kasus, meupakan modus yang paling
nge-trend dan juga tertinggi di bandingkan dengan modus yang lainnya. Kunci nyantol di sepeda
33
motor merupakan trend setelah penggunaan kunci palsu yakni sebnayak 84 kasus. Jelas disini
letak kesalahannya adalah juga pada korban yang kurang hati-hati atau lalai. Selanjutnya
perbuatan begal atau merampas sepeda motor secara paksa juga terjadi 38 kasus selama dua
tahun itu. Pertemanan sebagai kawan akrab kadang disadari bahwa kurang waspada terhadap
perilaku teman sehingga dengan mudah keluar masuk kamar (kost) sehingga kesempatan
digunakan untuk mengambil kunci sepeda motor saat korban tertidur dan terus menghilang.
Dalam kurun dua tahun telah terjadi peristiwa semacam itu berjumlah 26 kasus.demikian pula
mengambil kunci di kamar korban 15 kasus danmeminjam motor tetapi tidak mengembalikan
sebanyak 14 kasus. Perilaku semacam ini juga didasari atas pertemanan, demikian akrab, baik,
dan tidak bermasalah yang pada akhirnya kebaikan itu berbalas ketidakberuntungan.
Tabel 7. FREKUENSI PENURUNANMODUS OPERANDI PENCURIAN KENDARAAN
BERMOTOR DI POLRESTA DENPASAR TAHUN 2014 S/D AGUSTUS 2015
NO MODUS OPERANDI 2014 AGUSTUS 2015 PENURUNAN
1 Menggunakan Kunci Palsu 131 97 34
2 Kunci Nyantol di sepeda motor 53 31 22
3 Mengambil Paksa dari Korban 24 14 10
4 Mengambil Kunci di kamar korban 11 4 7
5 Mengambil kunci saat korban tertidur 17 9 8
6 Meminjam tetapi tidak mengembalikan 8 6 2
T O T A L 244 161 83
* Sumber : Data Polda Bali telah diolah penulis
Frekuensi penurunan modus operandi curanmor di Denpasar menunjukkan secara angka
83 kasus. Ini berarti selama tahun 2014 ke tahun di bulan agustus 2015 telah terjadi penurunan.
Dan ini kemungkinan disebabkan karena tingkat operasi di kepolisian cukup instensif dan juga
pengamanan terpadu antara warga masyarakat (pecalang) dengan aparat kepolisian berjalan
sangat sinergis. Menggunakan kunci palsu yang merupakan trend di dua tahun tersebut sebanyak
34 kasus merupakan penurunan dari kejadian selama dua tahun itu. Kelalaian korban dengan
tidak mencabut kunci motornya juga dimanfaatkan oleh pelaku curanmor untuk mencurinya.
Demikian begaljuga terjadi penurunan kasus sebanyak 10 kasus. Diikuti dengan penurunan kasus
34
mengambil kunci dalam kamar korban 7 kasus, dan 8 kasus merupakan penurunan curanmor saat
di mana korban sedang tertidur, dan meminjam sepeeda motor tanpa mengembalikan sebanyak 2
kasus.
TABEL 8. MOTIF PELAKU PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DI POLRESTA DENPASAR
TAHUN 2014 S/D AGUSTUS 2015
NO MOTIVASI PELAKU 2014 AGUSTUS 2015 JUMLAH
1 Ingin memiliki sepeda motor 49 21 70
2 Atas dasar pesanan pihak lain 42 37 79
3 Kebutuhan ekonomi hidup sehari-hari 67 56 123
4 Diajak teman 18 9 27
5 Biaya pulang kampoeng, perkawinan, dll 68 38 106
T O T A L 244 161 405
* Sumber : Data Polda Bali telah diolah penulis
Motif pelaku pencurian kendaraan bermotor di polresta Denpasar selama dua tahun
terakhir menunjukkan motif kejahatan dari 405 kasus sebagai berikut: alasan klasik di setiap
kejahatan konvensional adalah pelaku melakukan kejahatan dengan alasan ekonomi. Tak
terkecuali pada curanmor motif pelaku adalah kebutuhan ekonomi untuk mempertahankan
kehidupan sebanyak 123 kasus. Disusul dengan motif untuk mencari dana pulang kampong
dengan alasan mau menikah atau ada upacara adat, sebanyak 106 kasus. Juga motifnya
disebabkan karena atas dasar pesanan pihak lain, sehingga kasusnya sebanyak 79 kasus. Motif
pelaku untuk ingin memiliki sepeda motor sebanyak 70 kasus, dan juga karena diajak teman jadi
ikut-ikutan melakukan curanmor sebanyak 27 kasus.
35
TABEL 9. FREKUENSI PENURUNAN MOTIF PELAKU PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR
DI POLRESTA DENPASAR TAHUN 2014 S/D AGUSTUS 2015
NO MOTIVASI PELAKU 2014 AGUSTUS 2015 PENURUNAN
1 Ingin memiliki sepeda motor 49 21 28
2 Atas dasar pesanan pihak lain 42 37 5
3 Kebutuhan ekonomi hidup sehari-hari 67 56 11
4 Diajak teman 18 9 9
5 Biaya pulang kampoeng, perkawinan, dll 68 38 30
T O T A L 244 161 83
* Sumber : Data Polda Bali telah diolah penulis
Selama dua tahun terakhir telah terjadi penurunan motif curanmor yang terjadi di Polresta
Denpasar sebanyak 83 kasus. Telah terjadi trends penurunan motif pelaku melakukan kejahatan
curanmor terdiri dari untuk biaya pulang kampoeng biasanya alasannya adalah untuk
perkawinan, upacara lainnya sebanyak 30 kasus, ingin memiliki sepeda motor 28
kasus,kebutuhan ekonomi hidup sehari-hari, diajak teman 11 kasus. Bahkan untuk diajak teman
melakukan curanmor sebanyak 9 kasus. Dan terakhir melakukan kejahatan curanmor atas dasar
pesanan pihak lain terjadi 5 kasus.
Dari hasil wawancara di Polresta Denpasar, Reskrim Polresta Denapasar, bahwa secara
umum maraknya kasus curanmor di wilayah Kota Denpasar disebabkan karena dinamika
masyarakat sendiri yang meningkat dalam arti banyaknya warga yang telah memiliki kendaraan
bermotor dengan pertimbangan bahwa kendaraan bermotor sarana yang sangat diperlukan dalam
aktivitasnya sehari-hari atau daya beli masyarakat terhadap kendaraan bermotor semakin
meningkat. Dengan kata lain kendaraan bermotor di wilayah Kota Denpasar semakin meningkat
pesat, dengan beraneka ragamnya merk dan model kendaraan bermotor keluaran baru yang lebih
baik dan canggih yang mengundang konsumen untuk membeli. Selain itu karna masyarakat
sendiri yang kurang waspada, kurangnya sistem pengaman pada kendaraannya seperti kunci
36
ganda dan alarm, pengawasan parkir yang kurang baik tidak kalah pentingnya memang pelaku
curanmor itu sendiri semakin lihai menjalankan aksi kejahatannya.
Menurut catatan satuan Reskrim Polresta Denpasar, jika dibandingkan dengan jenis
curanmor yang lain, pencurian jenis kendaraan bermotor roda dua/sepeda motor ini memang jauh
lebih banyak. bahwa kasus pencurian sepeda motor memang jauh lebih banyak. Bahwa kasus
pencurian sepeda motor ini lebih banyak terjadi karena jumlah sepeda motor lebih banyak
dimiliki masyarakat, cara melakukannya pun lebih mudah dimana diperlukan waktu kurang lebih
1 menit dengan menggunakan kunci letter T untuk sepeda motor yang hanya menggunakan kunci
setang saja, serta dalam melakukan aksinya tidaklah terlalu mencurigakan. Disamping itu,
penjualannya cepat dengan kata lain konsumennya banyak, bila diantarpulaukan lebih mudah,
sepeda motor akan susah dikenali baik dari aparat kepolisian, korban maupun pihak ketiga dan
apabila dipecah dalam artian dijual rombeng (misalnya: spion saja) lebih mudah.
Tempat Kejadian Perkara (TKP) kasus pencurian sepeda motor di wilayah Kota Denpasar
selama lima tahun terakhir ini meliputi tempat-tempat seperti, pertokoan/pasar,
perumahan/pemukiman, sekolah, perkantoran, obyek wisata/rekreasi, lapangan umum, tempat
parkir, jalan umum, dan lain-lain. Dengan gambaran seperti ini, setiap tempat menunjukkan
kerawanan untuk terjadinya suatu tindak pidana pencurian sepeda motor. Tidak jarang para
pelaku sebelum beraksi biasanya terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap tempat-tempat
tersebut untuk mengetahui situasi dan kondisi keamanannya sehingga nanti dapat memperlancar
aksinya. Diantara tempat-tempat tersebut yang memiliki tingkat kerawanan yang paling tinggi
yakni, areal parkir (misalnya, areal parkir RS. Sanglah, areal parkir Pasar Badung, areal parkir
swalayan, dll) dan pemukiman (misalnya, kos-kosan). Menurut salah seorang pelaku pencurian
sepeda motor, yang bernama I Komang Sanjaya (Napi LP Kelas IIA Denpasar), mengungkapkan
bahwa daerah pemukiman khususnya tempat kos-kosan memiliki peluang yang besar
untukterjadinya pencurian sepeda motor karena biasanya di tempat tersebut banyak terdapat
sepeda motor yang diparkir yang rata-rata pemiliknya sudah merasa aman saehingga
pengamannya sendiri kurang diperhatikan.
Beberapa narapidana pelaku kejahatan pencurian kendaraan bermotor yang sempat
diwawancarai pada bulan Agustus 2015 di Lembaga Pemasyarakatan Kerobokan Denpasar
menceritakan kisahnya tentang perbuatan pencurian kendaraan bermotor. Haris K (27 tahun),
37
status bujangan, melakukan perbuatan baru satu kali dengan motif kebutuhan ekonomi.
Perbuatan yang dilakukannnya adalah dengan menggunakan kunci letter T (kunci palsu). Esbon
BBKillasadok, 31 tahun telah menikah dengan motif melakukan kejahatan pencurian bermotor
adalah untuk kepentingan sekolah anak-anaknya dengan cara menggandakan kuci duplikat.
Pelaku lainnya Maskur Hrm Dalu, 22 tahun belum menikah, melakukan curanmor atas dasar
kebutuhan ekonomi dengan cara mendatangi rumah kos temannya dan menggandakan kunci
sepeda motor temannya tersebut. Demikian juga Amur Rasyid, 26 tahun telah menikah, juga
mencuri sepeda motor temannya dengan cara menggunakan kunci letter T, dengan motif
kebutuhan ekonomi. Dan Nyoman Rerod, 21 tahun, menikah, motifnya untuk membayar biaya
kost, caranya karena kunci nyanol di sepeda motor ya tinggal melarikan saja.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pelaku pencurian sepeda motor dengan modus
operandi menggunakan kunci palsu paling banyak digunakan. Adapun mengenai penggunaan
anak kunci palsu diatur dalam Pasal 100 KUHP, yakni yang termasuk sebutan anak kunci palsu
adalah segala alat yang tidak diperlakukan untuk membuka kunci itu yang dinamakan anak kunci
palsu segala macam dari barang seperti lemari, rumah, peti, termasuk kendaraan bermotor. Anak
kunci duplikat bila tidak digunakan oleh yang berhak, masuk juga dalam pengertian anak kunci
palsu. Anak kunci yang telah hilang dari tangan yang berhak, jika orang itu telah membuat atau
memakai anak kunci yang lain untuk membuka kunci itu, masuk pula menjadi anak kunci palsu.
Selain itu, menurut ketentuan Pasal 100 KUHP, semua perkakas meskipun tidak berupa anak
kunci yang berupa apa saja, misalnya kawat atau paku.
B. Upaya-Upaya Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Sepeda Motor Di Kota
Denpasar
Kriminalitas merupakan masalah serius yang harus dihadapi manusia dalam kehidupan
bermasyarakat. Timbulnya berbagai macam kejahatan sebagai salah satu gejala sosial yang
keberadaannya senantiasa menyerang dan mengganggu ketertiban umum dan ketentraman
masyarakat, mengharuskan kita untuk memikirkan cara-cara penanggulangannya yang tepat.
Sesuai dengan hakekat sumber terjadinya kriminalitas, penanggulangan minimalitas
secara umum senantiasa dilakukan melalui upaya preventif dan represif. Berbicara tentang upaya
38
penauggulangan pencurian sepeda motor, maka hal tersebut diartikan sebagai usaha mencegah
dan mengurangi kasus pencurian sepeda motor, serta meningkatkan penyelesaian kasusnya.
Dalam rangka penanggulangan tersebut tantu memerlukan upaya-upaya yang bersifat terpadu,
yang tidak saja melibatkan unsur-unsur aparat penegak hukum di Negara kita tetapi juga
memerlukan peran serta anggota masyarakat.
Upaya Preventif
Usaha penanggulangan kriminalitas melalui upaya preventif atau pencegahan oleh pihak
kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya serta dengan dukungan dan menggerakkan Pam
swakarsa masyarakat, mengusahakan untuk memperkecil ruang gerak serta kesempatan
dilakukannya tindak pidana pencurian sepeda motor dan kejahatan secara umum. Upaya ini
meliputi kegiatan penjagaan, perondaan, pengawalan, pengembangan sistem penginderaan dan
peringatan lebih dini pada lingkungan pemukiman dan lingkungan kerja.
Terkait uraian diatas, pihak kepolisian sebagai aparat penegak hukum yang paling awal
berhadapan dengan kejahatan dan pelaku kejahatan memegang peranan penting dalam rangka
kegiatan penanggulangan kejahatan. Menurut Bawengan, tugas preventif Pori berupa patroli-
patroli yang dilakukan secara terarah dan teratur, mengadakan tanya jawab dengan orang lewat,
termasuk usaha pencegahan kejahatan atau pelaksanaan tugas preventif memelihara ketertiban
dan menjamin keamanan umum.
Bahwa upaya preventif dalam penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor di
Kota Denpasar yang telah dilakukan pihak Polresta Denpasar adalah :
a. Patroli
Kegiatan patroli pada hakekatnya adalah semua bentuk kegiatan yang mempunyai
tujuan utama pencegahan kejahatan, baik dilakukan dengan jalan kaki serta kendaraan.
Diantaranya dilaksanakan pada daerah-daerah atau jalur-jalur tertentu secara rutin atau
waktu-waktu tertentu guna meminimalisasi kasus pencurian sepeda motor khususnya di
wilayah Kota Denpasar.
b. Razia selektif
39
Yakni upaya penanggulangan dengan penghadangan dan pemeriksaan terhadap
kendaraan-kendaraan di jalan-jalan umum. Disini para petugas melakukan pemeriksaan
terhadap kelengkapan surat-surat kendaraan dan kendaraan itu sendiri serta pengendara dan
orang bersamanya termasuk barang-barang yang ada padanya.
c. Operasi khusus
Dalam hal ini dilakukan dengan mengadakan operasi yang diberi nama “Operasi
Jaran” (pengejaran kendaraan). Operasi ini dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun.
Adanya operasi oleh aparat kepolisian tersebut bertujuan mencapai situasi kamtibmas
terkendali dan menghilangkan keresahan masyarakat, dimana yang khusus menjadi sasaran
operasinya adalah pencurian kendaraan bermotor.
d. Bimbingan kepada masyarakat
Adalah petugas kepolisian memberikan bimbingan kepada masyarakat untuk turut
berpartisipasi dalam pencegahan dan penemggulangan kejahatan baik melalui program
pemerintah atau kegiatan yang diprakarsai oleh warga masyarakat sendiri. Dalam hal ini
melalui media massa ataupun bertatap muka langsung dengan masyarakat dalam ceramah
dan himbauannya kepada masyarakat terkait maraknya pencurian sepeda motor yaitu :
memarkir kendaraan bermotor di tempat yang aman, mengguuakan kunci pengaman ganda,
memasang alrm, saat memarkir kendaraan jangan sampai kunci tertinggal atau tidak terkunci
dan tidak meletakkan surat-surat kendaraan pada jok.
e. Mengaktifkan sistem kring (pengawasan daerah tertentu)
Sistem penangkalan kejahatan dengan cara pembentukan team yang ditempatkan di
daerah rawan, sesuai dengan kerawanan kamtibmas dan masing-masing team harus dapat
mengawasi dan menguasai situasi. Pada setiap kring ditentukan tempat pertemuan kembali
(TPK) atau tempat berkumpul, berpencar dan berkumpul kembali.
f. Mengefektifkan peran siskamling dan siskam swakarsa
Sistem keamanan yang diprakarsai oleh Polri ini meletakkan kekuatan daya
penangkalannya pada warga masyarakat. Hal ini penting untuk mengatasi kurangnya jumlah
petugas keamanan dengan besarnya jumlah yang harus diberi perlindungan. Terlebih lagi
mobilitas kepemilikan sepeda motor di pusat kota Propinsi Bali ini kian meningkat. Selain
40
pihak kepolisian diharapkan sistem keamanan lingkungan di masing-masing tempat perlu
ditingkatkan, begitu juga dengan sistem keamanan dari dan terhadap diri pribadi.
Selain upaya-upaya yang telah disebutkan diatas, dalam rangka penanggulangan
tindak pidana pencurian sepeda motor di wilayah Kota Denpasar dengan kita mengetahui
faktor-faktor penyebabnya sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka dapat dikemukakan
beberapa upaya preventif lainnya (Cara abolionistik). Hal-hal tersebut yakni :
1. Meningkatkan penjagaan dan pengawasan di kawasan-kawasan pintu masuk
pulau Bali pada umumnya dan kota Denpasar pada khususnya. Hal ini dilakukan
untuk mencegah keluar masuknya sepeda motor hasil curian serta mempersempit
ruang gerak jaringan komplotan pencuri sepeda motor;
2. Memperluas lapangan kerja serta meningkatkan tingkat pendidikan masyarakat,
Seperti kita ketahui bahwa Salah satu penyebab utama timbulnya permasalahan
kriminalitas di masyarakat adalah karena rendahnya tingkat pendidikan dan
kesulitan ekonomi yang dihadapi sebagian anggota masyarakat. Dalam hal ini
peranan pemerintah sangat diperlukan sehingga nantinya diharapkan dapat
meminimalisir terjadinya berbagai macam kejahatan termasuk pencurian sepeda
motor.
3. Memperketat sistem pengamanan areal-areal parkir umum di wilayah Kota
Denpasar. Hal ini perlu dilakukan mengingat kawasan tersebut rawan terjadi
pencurian sepeda motor, dan lain-lain.
Upaya Represif
Berbicara mengenai penanggulangan kejahatan, upaya represif disini diartikan sebagai
usaha aparat penegak hukum setelah terjadinya kejahatan, termasuk pencurian sepeda motor.
Dalam upaya penanggulangan bersifat represif ini melibatkan seluruh aparat penegak hukum
seperti: kepolisian, jaksa, hakim maupun petugas lembaga pemasyarakatan. Disini diharapkan
adanya penanganan atau tindakan yang tegas sesuai dengan aturan hukum yang berlaku terhadap
setiap hentuk kejahatan yang terjadi di masyarakat. Memang terkadang sangat sulit bagi petugas
kepolisian untuk melacak sepeda motor yang telah diantarpulaukan, terutama ke pulau Jawa dan
Lombok karena salah satunya sudah dimodifikasi.
41
Terkait uraian diatas, pihak kepolisian utamanya reserse dapat melakukan penyelidikan
dari laporan, pengaduan, diketahui langsung, tertangkap tangan maupun peringatan dini dari
fungsi opersional lain. Dari hasil penyelidikan ini dapat ditentukan tersangka, bukti awal dan
saksi. Tindak lanjut dari usaha ini adalah pemanggilan, penangkapan, penahanan,
penggeledahan, penyitaan serta pemeriksaan dan penyerahan perkara.
Bila ternyata kemudian tidak diperoleh cukup bukti atas kasus pencurian sepeda motor
tersebut, segera dilakukan penghentian penyidikan, sebaliknya terhadap kasus pencurian sepeda
motor yang dapat diungkap dapat segera dikirim ke kejaksaan.
Jadi disini secara umum dapat kita lihat upaya represif pihak kepolisian adalah
menghimpun bukti-bukti sehubungan dengan pengusutan perkara dan bahkan berusaha untuk
menemukan kembali barang-barang hasil curian pada kasus curanmor, melakukan penahanan
untuk kemudian diserahkan ke pihak kejaksaan yang kelak akan meneruskannya ke pengadilan.
Reskrim Polresta Denpasar menekankan bahwa dalam penanganan kasus pencurian
sepeda motor di wilayah Kota Denpasar, pihak Polresta Denpasar intensif melakukan pengejaran
terhadap para pelakunya baik yang ada di Bali maupun luar Bali terutama daerah Jawa. Upaya
tersebut dilakukan dengan tetap mengadakan koordinasi dengan aparat kepolisian di wilayah
hukum yang lain. Selain itu menurut beliau, hasil pemeriksaan kepada setiap pelaku pencurian
sepeda motor akan sangat membantu untuk mengetahui lebih jauh jaringan-jaringan komplotan
pencuri sepeda motor yang melakukan aksi di Kota Denpasar. Tentunya dalam proses
pemeriksaan tersebut tetap memperhatikan ketentuan- ketentuan hukum yang ada.
Berikutnya, peranan Lembaga Pemasyarakatan (LP) dalam penanggulangan masalah
tindak pidana pencurian sepeda motor tidak dapat kita abaikan. Hal tersebut akan terlihat ketika
para pelaku pencurian sepeda motor yang divonis bersalah oleh pengadilan menjalani hukuman
di lembaga pemasyarakatan sebagai narapidana. Perlu kita ingat pendapat Sutherland yang
mengatakan bahwa kegiatan penanggulangan kejahatan selain diarahkan kepada usaha
peucegahan terhadap kejahatan yang pertama kali akan dilakukan seseorang, juga ditujukan
untuk reformasi bagi narapidana dalam kaitannya dengan upaya pengurangan jumlah residivis
(kejahatan ulangan). Dalam kaitannya dengan hal ini, Bapak I Wayan Landriana (Kepala Seksi
Pembinaan LP Kelas IIA Denpasar), mengatakan bahwa upaya-upaya yang dapat dilakukan
42
pihak LP Kelas IIA Denpasar adalah dengan memberikan pembinaan kepada seluruh Napi
termasuk para pelaku pencurian sepeda motor yang menjadi warga binaannya sesuai dengan
sistem pemasyarakatan dan aturan hukum yang ada. Adapun upaya-upaya tersebut, meliputi:
pembinaan moral dan keagamaan (cara moralistik) pemberian keterampilan-keterampilan
(seperti: menjahit, membuat kerajinan kayu, montir), pembinaan disiplin, dll. Dengan adanya hal
ini diharapkan mampu memberikan efek jera, serta nantinya setelah para Napi tersebut keluar
dari lembaga pemasyarakatan, mereka dapat kembali ke lingkungan masyarakat dan tidak
mengulangi perbuatannya.
Lebih lanjut, Bapak I Made Suardana (Kasubsi Registrasi LP Kelas IIA Denpasar), dalam
wawancara tanggal 10 Agustus 2015, menyatakan bahwa sejauh ini tidak dapat dipungkiri bahwa
upaya-upaya yang telah dilakukan pihak LP Kelas IIA Denpasar belum sepenuhnya memberikan
efek jera kepada para Napi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan masih banyaknya pencurian-
pencurian sepeda motor di wilayah Denpasar dilakukan oleh residivis curanmor, sehingga
menurut beliau dibutuhkan usaha yang lebih intensif lagi serta masih perlu adanya perbaikan
terhadap kelemahan-kelamahan dalam sistem pemasyarakatan yang ada sekarang.
Secara keseluruhan upaya-upaya penanggulangan tindak pidana pencurian sepeda motor
di wilayah Kota Denpasar yang telah dilakukan aparat penegak hukum, khususnya dalam
pembahasan ini aparat kepolisian dan petugas Lembaga Pemasyarakatan sudah cukup maksimal.
Kedepan upaya-upaya penanggulangan tersebut harus ditingkatkan bukan saja terhadap upaya-
upaya yang bersifat preventif, tetapi juga yang bersifat represif (misalnya : menjatuhkan pidana
yang lebih berat kepada residivis curanmor), mengingat kasus pencurian sepeda motor dalam
kurun waktu lima tahun terakhir masih marak terjadi.
43
BAB VI
PENUTUP
a. Simpulan
(a). Yang menjadi motif kejahatan pencurian kendaraan bermotor disebabkan karena
faktor ingin memiliki kendaraan, karena kebutuhan ekonomi, juga atas dasar pesanan
kendaraan bermotor berbagai merek, faktor diajak teman untuk ikut merampok sepeda motor,
dan alasan yang dipakai adalah untuk pulang kampong atau biaya perkawinan.
Sedangkan trend terjadinya pencurian kendaraan bermotor di Denpasar Bali adalah
terjadi penurunan kejadian, tetapi kualitas kejahatannya sudah sangat sadis bahkan melukai
korban atau pemilik/pengemudi kendaraan yang sering disebut begal. Di samping itu pelaku
kejahatan kendaraan bermotor melakukan kejahatannya dengan modus menggunakan kunci
palsu, mengambil sepeda motor karena kunci sepedanya nyantol di kendaraannya, mengambil
secara paksa, mengambil kuci di kamar saat korban sedang tidur, menggandakan, mengambil
kunci di kamar, dan pura-pura meminjamnya tanpa mengembalikannya;
(b). Upaya apa yang dijadikan solusi terhadap pencurian kendaraan bermotor di wilayah
Denpasar dengan cara preventif maupun represif. Cara preventif ditempuh dengan cara
mengadakan patrol, rasia, operasi khusus, bimbingan kemasyarakatan, mengefektifkan sistem
kringpada daerah-daerah tertentu, dan mengefektidkan sistem keamanan lingkungan maupun
swakarsa. Sedangkan secara represif dengan memberikan hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya.
b. Saran
Sebaiknyapara pemilikatau pengendara sepeda motorbaik di rumah, di kantor, di tempat
parkiran agar lebih berhati-hati dan membuat kunci ganda/pengaman lainnya agar tidak
mengalami hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pencurian, pembuatan kunci ganda/palsu. Dan
berharap juga agar pemilik/ pengemudi sepeda motor untuk berhati-hati jangan meninggalkan
kunci di kendaraan atau menaruh barang berharga di jok sepeda motor atau terlalu percaya
kepada temah, sahabat, atau siapa saja yang mau meminjam motor anda.
44
Dalam hal penegakan hukumnya agar perlu diperhatikan pula bahwa para pelaku
kemungkinan bekerjasama dengan para penadah atau bahkan tukang parkir, sehingga
memudahkan terjadinya pencurian kendaraan bermotor. Modus pencurian yang terjadi akibat
pesanan kemungkinan motor tersebut “dipreteli” terlebih dahulu untuk memudahkan pengiriman
ke luar daerah sehingga tidak dikenal oleh pemiliknya secara utuh.
45
DAFTAR PUSTAKA
A. Strauss and J. Corbin Busir, 1990. Qualitative Research; Grounded Theory Procedure and
Techniques, Lindon Sage Publication
Bryan A Garner, 2004. Black's Law Dictionary, Eighth Edition, Editor in Chief, Thomson West,
United State of America.
Chaedar Alwasilah, 2001. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif, Pustaka Jaya, Jakarta.
Edwin H Sutherland (1995) PrincipleofCriminology, revised by Donald R Creseey, Philadelphia;
JB Lipincolt Co
Heribertus Sutopo, 1988. Pengantar Penelitian Kualitatif: Dasar- dasar Teori dan Praktis,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Mulyana W. Kusumah. 1983. Kejahatan, Penjahat, dan Reaksi Sosial, Alumni Bandung.
Mettew B. Miles and A. Michael Haberman,1992. Analisis Data Kualitatif, UI Press, Jakarta.
Sahetapy, JE, 1983. Kejahatan kekerasan Suatu Pendekatan Interdisipliner.Sinar Wijaya.Jkt
Sulistyowati Irianto & Shidarta (Editor), 2011. Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan
Refleksi, PenerbitYayasanObor Indonesia.
Soetandyo Wignyosoebroto dalam
MasalahMetodologikdalamPenelitianHukumsehubungandenganMasalahKeragamanPen
dekatanKonseptualnya, Makalah disajikan dalam Forum Komunikasi Hasil Penelitian
Bidang Hukum, DirBinlitabmas, Dirjen Dikti, Depdikbud, Bandungan, 5-6 Desember
1994.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, Balai Pustaka,
Jakarta, 2002.
Sutopo,HB. 1990. Metodologi Penelitian Kualitatif Bagian II, Universitas Negeri
Sebelasmaret Press, Surakarta.
46
FOTO KEGIATAN
47
LAMPIRAN
a. Perincian Biaya Penelitian
A. ATK DAN KONSUMSI
Biaya Foto Copy Proporsal dan Pelaporan hasil Penelitian dan
biaya konsumsi penelitian hasil/FGD (Focus Group Discussion) Rp. 1.180.000,-
B. Honor
1. Kordinator Peneliti : 420.000 x 6 bulan Rp. 2.520.000,-
2. Pembantu Peneliti : 40 hari x 2 jam x Rp. 25.000 Rp. 2.000.000,-
3. Pembantu Peneliti : 40 hari x 2 jam x Rp. 25.000 Rp. 2.000.000,-
4. Tenaga Lapangan/Mahasiswa s2: 20 hari x Rp. 50.000 Rp. 1.000.000,-
5. Sekretariat Peneliti Rp. 200.000 x 6 bulan Rp. 1.200.000,-
Total Rp. 9.9 00.000,-
b. JadualPelaksanaan
NO Bulan ke
Kegiatan
Mei
2015
Juni Juli Agust Sept Okt
2015
1 Persiapan & Penelitian xxxx xxxx
2 Pengumpulan Data xxxx xxxx
3 Pengolahan & Analisis data xxxx xxxx
4 Penulisan laporan xxxx
5 Pelaporan – FGD xxxx
c. Instrumen Penelitian
Istrumen penelitian adalah berupa kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan secara
terstruktur baik dengan jawaban terbuka maupun tertutup
48
d. Personalia Tenaga Penelitian
1. Ketua Tim :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Gde Made Swardhana, SH., MH
b. Tempat/ Tgl lahir : Singaraja, 25 Maret 1959
c. NIP : 19590325.198403.1.002
d. Pangkat/Golongan : Pembina Tk I / IVb
e. Jabatan : Lektor Kepala
f. Alamat : Jalan Kerta Dalem V/8 Denpasar
g. e-mail / HP : [email protected] / cell. 0818560828
2. Anggota Tim:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ida Bagus Surya Dharma Jaya, SH., MH
b. Tempat/ Tgl lahir : Denpasar, 5 Juni 1962
c. NIP : 19620605.1988.03.1.020
d. Pangkat/Golongan : Penata Muda / IIIb
e. Jabatan : Assisten ahli
f. Alamat : Jalan WR Supratman Gang I No. 10 Kertalangu Dps
g. e-mail / HP : [email protected]
3. Anggota Tim
a. Nama Lengkap dan Gelar : I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH
b. Tempat/ Tgl lahir : Denpasar, 9 Juli 1960
c. NIP : 19600706. 198601.1.001
d. Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I / IVb
e. Jabatan : Lektor Kepala
f. Alamat : Jalan Karangsari Gang V /1 Denpasar Barat
g. e-mail / HP : [email protected] / cell. 08123958176
4. Anggota Tim Mahasiswa
49
a. Nama Lengkap dan Gelar : I Wayan Jimat, SH.
b. Tempat/ Tgl lahir :
c. NIP :
d. Pangkat/Golongan :
e. Jabatan :
f. Alamat :
g. e-mail / HP :
5. Anggota Tim Pegawai S2:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Anak Agung Yuniana
b. Tempat/ Tgl lahir :
c. NIP :
d. Pangkat/Golongan :
e. Jabatan :
f. Alamat :
g. e-mail / HP :
50
e. CV PENELITI
1. CV. Gde Made Swardhana
CURRICULUM VITAE
1. Nama Lengkap Dr. GDE MADE SWARDHANA, SH., MH.
2. NIP 131414546 / 19590325 198403 1 002
3. Tempat/Tgl. Lahir Singaraja, 25 Maret 1959
4. Jenis Kelamin Laki-laki
5. Pekerjaan Dosen Fakultas Hukum Univ. Udayana
6. Pangkat / Golongan Pembina Tingkat I / IVb
7. Jabatan Fungsional Lektor Kepala
8. Alamat Kantor Jalan P. Bali No. 1 Denpasar
9. Alamat Rumah a. Jalan : Kertha Dalem V/8
b. Kelurahan/Desa : Sidakarya
c. Kecamatan : Denpasar Selatan
d. Kabupaten/Kodya: Denpasar
e. Propinsi : Bali
10. Email / HP [email protected] / 0818560828
51
II. PENDIDIKAN
NO TINGKAT NAMA
PENDIDIKAN
JURUSAN STTB/
IJASAH
TGL/BLN/T
HN
TEMPAT
1 S D SD 18 Singaraja - 1970 Singaraja
2 S L P SMP Bhaktiyasa
Sgr
- 1973 Singaraja
3 S L A SMEAN Singaraja - 1976 Singaraja
4 AKADEMI - - - -
5 PERGURUAN
TINGGI:
a. Sarjana (S1)
b. Magister (s2)
c. Doktor (S3)
Fak. Hukum Unud
Program Magister
Ilmu Hukum
UNUD
Program Doktor
Ilmu Hukum
UNDIP
Hk Pidana
Hk.Pid & SPP
Hukum
Pidana &
Kriminologi
1977 – 1983
1998 - 2001
2008 – 2013
Denpasar
Denpasar
Semarang
III. RIWAYAT JABATAN
PENGALAMAN JABATAN
No Tahun Jabatan Institusi
1 1998 - skrg Ketua Pusat Kajian HAM Fakultas Hukum UNUD
2 2002 - 2006 Pembantu Dekan III Fakultas Hukum UNUD
IV. MATA KULIAH YANG PERNAH DIASUH
PENGALAMAN MENGAJAR
No Mata Program Institusi/Jurusan/Program Tahun ... s.d. ...
52
Kuliah
Pendidikan Studi
1 Hukum
Pidana
S1 Fakultas Hukum
Universitas Udayana
1984-2014
2 Kriminologi S1 Fakultas Hukum
Universitas Udayana
1984-sekarang
Reguler & Ekstensi
3 Tindak
Pidana
Khusus
S1 Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2008-sekarang
Reguler & Ekstensi
4 viktimologi S1 Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2008 – Sekarang
Reguler & Ekstensi
5 Tindak
Pidana
Tertentu
S1 Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2010 – Sekarang
6 Kriminologi S! Program Studi Psikologi
Fak. Kedokteran Unud
2010 – 2011
7 Kriminologi S! Program Studi Ilmu Agama
UNHI
2012 – sekarang
8 Psikologi
Hukum
S2 Program Studi Magister
Ilmu Hukum (S2)
Universitas Udayana
2010 – 2013
9 Tindak
Pidana
Ekonomi
S2 Program Studi Magister
Ilmu Hukum (S2)
Universitas Udayana
2013 – Sekarang
10 Kriminologi
&
Viktimologi
S2 Program Studi Ilmu Hukum
(S2) Universitas Udayana
2013 – sekarang
11 Mata
Kuliah
Penunjang
Disertasi
(MKPD):
Tindak
Pidana
Korupsi
S3 Program Doktor Ilmu
Hukum (S3) Universitas
Udayana
2014
53
V. KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (2007 – sekarang)
NO PENGABDIAN TAHUN Ketua/Anggota
Tim
TEMPAT
1 Peranan Lembaga Pemasyarakatan
dalam Membina Narapidana di
Bali
2007 Ketua RRI –
Denpasar
2 Memberantas dan Memerangi
Narkoba
2 Peb 2008 Ketua RRI –
Denpasar
3 Upaya Masyarakat Dalam
Mencegah Praktek Mafia Peradilan
(Suatu Kajian dari Perspektif
Kriminologis)
29 April
2011
Ketua RRI -
Denpasar
4
Sosialisasi Undang Undang tentang
Upaya Perlindungan Anak di Desa
Kerambitan, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan
2012 Anggota Desa
Kerambitan,
Kec,
Kerambitan,
Kab. Tabanan
5 Upaya Masyarakat Dalam
Penanggulangan Perjudian
Sabungan Ayam Di Bali (Suatu
Kajian Dalam Perspektif
kriminologi).
2014 Ketua RRI –
Denpasar
6 Sosialisasi Undang Undang
Nomer 2 Tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang Undang
Nomer 30 Tahun 2004 Tentang
Jabatan Notaris
2014 Ketua INI/IPPAT
Badung
VI. KEGIATAN DALAM PENELITIAN / KARYA ILMIAH (2009 – sekarang)
A. KARYA ILMIAH
NO JUDUL KARYA ILMIAH MEDIA TGL/BLN/THN
TERBITAN
TEMPAT
1 Moral Relegi dalam Realitas Bali Post 25 Maret 2009 Denpasar
54
Sosial
2 Faktor Determinan Anak
Melakukan Kenakalan
Bali Post 24 September
2011
Denpasar
3 Pergulatan Hukum Positivistik
Menuju Paradigma Hukum
Progresif
Majalah
“Masalah-
Masalah
Hukum
Jilid 39 No. 4
Desember 2010
UNIV,
DIPNEGORO
SEMARANG
4 Hubungan Kunjungan
Wisatawan Asing dengan
Tingkat kejahatan Narkotika di
Bali
Majalah
Kertha
Aksara
Volume 36,
Nomor 2,
September 2011
Fak. Hukum
Univ.
Udayana
4 Lapas Rusuh Masyarakat Resah Bali Tribune 5 Maret 2012 DENPASAR
5 Meminimalisasi Konflik Jelang
Pilkada Buleleng
Bali Tribune 16 April 2012 DENPASAR
6 Lebih gencar Miskinkan
Koruptor dengan Pemberatan
Pidana dan Denda
Bali Post 2 Januari 2014 Denpasar
B. BUKU
NO JUDUL BUKU PENERBIT TGL/BLN/THN
TERBITAN
TEMPAT
1 Kenakalan Anak & Upaya
Penanggulangannya
Udayana
University
Press
Januari 2013 Denpasar
C. PENELITIAN
NO PENELITIAN TAHUN Ketua/
Anggota Tim
TEMPAT
1 Pengkajian Kekerasan Terhadap
Anak di Lingkungan Keluarga dan
Sekolah
2006 Peneliti Bali
2 Reformasi Kepolisian Polda Bali 2008 Peneliti Polda Bali
55
3 Penelitian Putusan Hakim di Bali –
Kerjasama Komisi Yudisial dengan
FH Unud
2009 Ketua Pengadilan
Negeri se Bali
4 Penelitian Putusan Hakim di Bali –
Kerjasama Komisi Yudisial
2010 Ketua Pengadilan
Negeri se Bali
5 Reformasi Polri Dalam Konteks
Potensi, Kompetensi, Dan
Performansi Kepolisian (Polda
Bali) Kerjasama Kompolnas
2010 Ketua Di wilayah
PoldaBali
6 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 126/PID/2010/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
April 2011 Ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
7 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 57/PID/2009/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
April 2011 Ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
8 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 97/PID/2009/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
April 2011 ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
9 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 8/PID/2009/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
April 2011 Ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
10 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 16/PDT/2010/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
Arpil 2011 Ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
11 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 65/PDT/2010/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
April 2011 Ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
56
12 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 8/PDT/2010/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
April 2011 Ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
13 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali Nomer
Perkara 138/PDT/2010/PT.DPS –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud .
April 2011 Ketua Pengadilan
Tinggi di Bali
14 Hubungan Kunjungan Wisatawan
Asing dengan Tingkat Kejahatan
Narkotika di Bali
10 Agst 2011 Ketua FH Unud –
NUFFIC
15 Impact of Tourism on Bali
Transnational Crime and Efforts to
Overcome
January,24.
2011
Ketua Fac of Law
UNUD
16 Penelitian Putusan Hakim
Pengadilan Tinggi di Bali –
Kerjasama Komisi Yudisial – FH
Unud
2012 Peneliti Pengadilan
Tinggi Bali
17 Riset Penelitian Putusan Hakim
Tahun 2012
13 Juni 2012 Peneliti Bandung –
Komisi
Yudisial RI
18 Kajian Terhadap Penghormatan,
Perlindungan, Penegakan, dan
Pemenuhan Hak Asasi Manusia
(Pemenuhan HAM Ekonomi dalam
bidang Hak Atas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Terhadap Para
Pekerja atau Karyawan di Kota
Denpasar)
25 Juni 2012 ketua Biro Hukum
Pemprov. Bali
dengan FH
Unud
18 Kajian Pemetaan Daerah Rawan
Bencana Sosial di Kabupaten
Karangasem, Buleleng, Bangli,
Gianyar Dan Tabanan Tahun 2013
Oktober
2013
Ketua Dinas Sosial
Propinsi Bali
19
Kajian Pemetaan Daerah Rawan
Bencana Sosial di Denpasar,
Badung, Klungkung dan Jembrana
Propinsi Bali Tahun 2014
Juli 2014 Ketua Dinas Sosial
Propinsi Bali
57
20
Kebijakan Kriminal dalam
penanggulangan Tindak Pidana dan
Kenakalan Anak SMA: Suatu
Kajian tentang Penerapan Teori
Kontrol Sosial dan kearifan Sosial
di Bali
Oktober
2014
Ketua Bali
21
Pertanggungjawaban Korporasi
Dalam Perspektif Pembaharuan
Hukum Pidana
2014 Anggota Bali
VII. KEGIATAN PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI (2006 – sekarang)
NO N A M A KEDUDUK
AN /
PERANAN
BLN/THN
PENYELEN
G-GARAAN
INSTANSI
PENYELENG
-GARA
TEMPAT
1 Bimbingan Teknis
Penyuluhan Hukum
Pelatih/Tutor 16-19 Juli
2006
Kanwil Hukum
&HAM Bali
Denpasar
2 Pelatihan Komputer Peserta 20-21 Okt
2006
Fak Hkm Unud Denpasar
3 Pendidikan dan
Latihan Manajemen
Mahasiswa
Pelatih/Tutor 17-19 Nop
2006
Univ.Udayana Kintamani
- Bangli
4 TOT. Pendidikan Anti
Korupsi
Peserta 9 – 11 Mei
2012
Dijen Dikti
Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan
RI
Sanur –
Denpasar
5 Pelatihan Hukum
Pidana dan
Kriminologi tema
“Asas-asas Hukum
Pidana dan
Kriminologi serta
Per-kembangannya
Dewasa ini”
Peserta 23 – 27
Februari 2014
Universitas
Gajah Mada
Jogjakarta
VIII. PERTEMUAN ILMIAH / SIMPOSIUM / SEMINAR YANG PERNAH DIIKUTI
(2007 – 2014) diurutkan menurut kejadian terakhir)
58
NO N A M A KEDUDUK-
AN /
PERANAN
BLN/THN
PENYELEN
G-GARAAN
INSTANSI
PENYELENG
-GARA
TEMPAT
1 Seminar Dampak
Pariwisata Pembicara 19 Juli 2007 Kanwil Hukum
& HAM Bali
Denpasar
2 Seminar Perbankan Moderator 2 Agustus
2007
BI – FH Unud Denpasar
3 FGD Pencegahan
Terorisme
Peserta 20-21 Ags
2007
LCKI – Jkt Denpasar
4 Seminar Konvensi
Internasional
Terorisme
Peserta 6 Juni 2007 Dept Hukum &
HAM Jkt
Denpasar
5 Westlaw Presenation Peserta 6 Mei 2007 NUFFIC Denpasar
6 Peran Penegak
Hukum & KDRT Pembicara 12 Sept 2006
7 Perlindungan
Perempuan Pembicara 1 Juli 2007 Kanwil Hukum
& HAM Bali
Denpasar
8 Tiga
Serangkai:Konflik,
Kekerasan dan …….
Pembicara 1-2 Sept 2007 FH Unud Denpasar
9 Perlindungan HAM
Pekerja Pembicara 6 Des 2007 Kanwil Hukum
& HAM Bali
Denpasar
10 Tindak Pidana
Sengketa Tanah Pembicara 13-15 Nop
2007
BPN – Pusat Denpasar
11 Penataran Bidang
Hukum PWI Bali Pembicara 30 Nop 2007 PWI Bali Denpasar
12 Manajemen Konflik Pembicara 17-19 Des
2007
Fak Sastra
Unud
Denpasar
13 Seminar Kriminologi Peserta 16-19 Maret
„08
Aspehupiki Bandung
14 Seminar Nasional:
Diskresi Kepolisian
dan Pembangunan
Profesionalisme Polri
Peserta
25 Nop 2008
Kerjasama FH
Undip dengan
Kapolda Jawa
Tengah
Semarang
59
15 Seminar : Sunset
Policy 2008 dalam
Perspektif Kepatuhan
Wajib Pajak
Peserta 26 Nop 2008 Fak. Hukum
Undip
Semarang
16 Seminar Nasional:
Penelitian dalam
Perspektif Socio-
Legal
Peserta 22 Des 2008 Bag Hukum
Masyarakat
Undip &
HuMa
Semarang
17 Pendekatan
Paradigma Kearifan
Lokal dalam
Menyelesaikan Delik
Adat di Bali
Pembicara 1 Sept 2009 Fak Hukum
Unud
Denpasar
18 Upaya Masyarakat
dalam Mencegah
Praktek Mafia
Peradilan (suatu
kajian perspektif
kriminologi)
Pembicara 29 Sept 2009 LBH Bali Denpasar
19 Seminar Nasional:
Strategi Peningkatan
Kinerja Kejaksaan RI
Peserta 29 Nop 2009 Fak Hukum
Undip
Semarang
20 Alternatif
Meminimalisasi
Pelanggaran HAM
Dalam Penegakan
Hukum Pidana
Pembicara 14 Peb 2011 POLDA BALI Denpasar
21 Tinjauan Hukum dan
HAM tentang
Kebebasan Berpolitik
TNI dan POLRI
Pembicara 14 April 2011 Litbang
Kementerian
Hukum dan
HAM
Denpasar
22 Progresivitas
Kejaksaan di
Indonesia
Pembicara 2011 Kejaksaan
Agung RI
Denpasar
23 Kebijakan Kriminal
Dalam Menghadapi
Perkembangan
Kejahatan Cyber
Adultery
PEMBICAR
A
16 Sept 2011 Fak Hukum
Unud
Denpasar
60
24 Good Governance
dalam Perspektif
HAM
Pembicara 28-29
Pebruari 2012
Kanwil Hukum
& HAM Prop
Bali
Denpasar
25 Permasalan Nelayan
Tradisional dan
Upaya Peningkatan
nTaraf Hidup (dalam
Perspektif HAM)
Pembicara 24 April 2012 Kanwil Hukum
& HAM Prop
Bali
Denpasar
26 International Seminar
On Tourism Law
Participant May, 18-19,
2012
Udayana
Univercity
Denpasar
27 Lokakarya
Perlindungan Saksi
dan Korban
Peserta 11 Oktober
2012
LPSK –
UNUD – Desa
Pakraman
Denpasar
28 Keputusan Hukum
Terhadap Para
Pengedar dan
Predaran Narkotika di
Indonesia
Pembicara 31 Okt 2012 GRANAT –
BNN BALI
Denpasar
29 TP Korupsi dan
Perlindungan Saksi
Korban
Moderator 24 Nop 2012 FH Unud Denpasar
30 Hak atas Kesamaan
Kesempatan Kerja
bagi Penyandang
Dishabilitas
Pembicara 3 Mei 2013 Kanwil Hukum
& HAM Bali
Denpasar
31 Seminar on
Cybernotary Law and
ADR
Peserta 17 Januari
2013
S2 Ilmu
Hukum Univ.
Udayana
Denpasar
32 Bimbingan Teknis
Peraturan Pemerintah
No. 82 Tahun 2012
tentang
penyelenggaraan
sistem dan Transaksi
Elektronik
Peserta 17 Maret
2014
Dirjen Aplikasi
Informatika
Kemkominfo
RI
Denpasar
33
Pemahaman Hukum
Kedokteran sebagai
Uoaya untuk meberi
Pelayanan yang
Berkualitas dan aman
Pembicara 28 Desember
2013
RSD
Waangaya
Pemkot
Denpasar
Denpasar
61
untuk Pasien serta
Perlindungan Hukum
bagi Dokter
34 2nd
International
Cyberlaw Seminar Moderator 18-19 Maret
2014
Lembaga
Kajian Hukum
Teknologi Fak
Hukum UI,
UNUD,
Magister Ilmu
Hukum,
Magister
Kenotariatan
UNUD
Denpasar
35 Kiat Mempersiapkan
Pasangan yang ingin
Hamil dan ANC yang
berkualitas untuk
keselamatan ibu dan
Anak
Pmbicara 12 April 2014 Showroom
TOYOTA
Giaanyar oleh
Ikatan Dokter
Indonesia
Cabang
Gianyar
Gianyar
36
Melalui pendidikan
Anti Korupsi kita
tingkatkan
Transparansi
Keharmonisan Kerja
Pembicara 17 Juni 2014 Fakultas
Pendidikan
Agama dan
Seni Univ.
Hindu
Indonesia
Denpasar
Denpasar
37
Pelatihan Ketrampilan
Tutor bagi Dosen Fak
Hukum Unud dalam
Proses Pembelajaran
Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Peserta 17-21 Juli
2014
FH Unud Denpasar
38
Presentasi Para
Doktor di lingkungan
FH Unud
Pembicara 18-20
September
FH Unud Denpasar
39
Clinical Legal
education Training
with Profesosor
Kimberly Ambrose
Peserta 3 September
2014
FH Unud Denpasar
62
40 Seminar nasional
Pelayanan Publik
sebagai penjabaran
asas negara
kesejahteraan
berdasarkan UUD RI
1945
Moderator 15 September
2014
FH Unud
kerjasama
dengan
Kementerian
PAN dan
Reformasi
Birokrasi RI
Sanur
Denpasar
Dr. GDE MADE SWARDHANA, SH., MH
63
2. CV Ida Bagus Surya Dharma Jaya
CURRICULUM VITAE
IDENTITAS DIRI
Nama : Dr. I.B. Surya Dharma Jaya, SH, MH.
NIP/NIK : 19620605 1988031020
Tempat dan Tanggal Lahir : Denpasar, 5 Juni 1962
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin Duda/Janda
Agama : Hindu
Golongan/Pangkat : IIIb/ Penata Muda Tk.I
Jabatan Fungsional Akademik : Asisten Ahli
Perguruan Tinggi : Fakultas Hukum Universitas Udayana
Alamat : Jln. P. Bali No.1 Denpasar 80114
Tlp/Fax : (0361) 222666/ Fax. 234888
Alamat Rumah : Jl. WR Supratman G I No. 10 Kesiman Kertalangu
Tlp./Fax : (0361) 462481, 281051
Alamat e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
Lulus
Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/ Bidang Studi
1986 S1 Universitas Brawijaya Hukum Pidana
1997 S2 Universitas Indonesia Sistem peradilan Pidana
2009
2012
Short Cours
S3
Maastricht University,
Netherlands
Universitas Brawijaya
Europen Human Rights
Ilmu Hukum
PELATIHAN PROFESIONAL
64
Tahun Pelatihan Penyelenggara
2006 Pelatihan HAM Sentra HAM FH UI
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
2010
Penelatihan Proses Pembelajaran
pada Kurikulum Berbasis
Kompetensi (P2KBK)
Legel Research for Faculty of Law
Udayana University Academic Staffs
Delivered by Prof. Dr. Michel Faure
Studium Generale Criminal Law and
Criminal Procedure
Workshop on Criminal Law and
Criminal Peocedure
Workhop on The Develovement of
Law and Human Rights by Prof.
Alphonsus Coomans
Studium Generale “Analysis of State
Obligations Relating to The Right to
Education”
Kuliah Umum Mahkamah Konstitusi
Federal German Oleh Prof. Dr.
Siegfried Bross
Workshop Legal Reasoning, Legal
Research, Legal Writing, and
Publication
Legel English Cours by Dr. Nicole
Kornet, BA, LLB (Hons) LLM
Fak. Hukum Universitas Udayana,
Denpasar
Faculty of Law, Udayana University-
Nuffic Project
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
Faculty of Law Udayana University –
Hanns Siedel Fondetion Indonesia
Fakultas Hukum Universitas Udayana
Faculty of Law Udayana University –
Nuffic Project
Unaited Nations (Offoce on Drug and
Crime), USA Departement of justice,
65
2010
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2011
2012
2012
Regional Workshop of Winess and
Victims of Crime Protection Activities
Southeast Asia and Other Areas
Probleme Base Learning Training
and Workshop Gender and Law For
FL Unud Academic Staffs
Pelatihan Metodelogi Penyusunan
Proposal Pengabdian Kepada
Masyara
General Studium “International
Environmental Law” by Prof Armin
Rosencranz
Training in E-Learning to Support
Legal Research
Workshop on Criminal Law, Deliver
by Dr. David Roef
Warkshop hukum lingkungan
Lokakarya Penyusunan Payung dan
Bank Proposal Penelitian dan
Pengabdian pada Masyarakat
Training PBL for FL UNUD Staff
Who Teach in Master Law Degree
(S2 Program) Udayana University
Workshop on Development of Course
Advanced Law and Human Rights
Toefl iBT Preparation Course
and LPSK
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
LPPM Universitas Udayana
Fakultas hukum Universitas Udayana
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
Fakultas hukum universitas Udayana
Fakultas hukum universitas Udayana
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
Fakulty of Law Udayana University-
Nuffic Project
IALF Education for Development, Bali
Sponsored by The Asian Foundation
PENGALAMAN JABATAN
Jabatan Institusi Tahum........s/d .......
Dosen Fakultas Hukum Universitas
Udayana
1989-
66
Dosen
Dosen
Pasca Sarjana S2 Universitas
Udayana
Pasca Sarjana S3 Universitas
Udayana
1998-
2012
PENGALAMAN MENGAJAR
Mata Kuliah Jenjang Institusi/Jurusan/Program Tahum....s/d .......
Hukum Pidana S1
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
1989-
Hukum Pidana
Ekonomi/Hukum
Pidana Khusus
Hukum Pidana
Lanjutan
Viktimologi
Kriminologi
Penitensier
Pembaharuan
Hukum Pidna
Tindak Pidana
S1
S1
S1
S1
S1
S1
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
1990-
1990-
1990-
1990-
2006-
67
Korupsi
Kapita Selekta
Hukum Pidana
Penologi
Bahasa Inggris
Hukum
Pembaharuan
Hukum Pidana
Hukum Pidana
Ekonomi
Kriminologi
Sistem Peradilan
Pidana
S1
S1
S1
S1
S2
S2
S2
S2
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayan
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Pasca Sarjan S2 Universitas
Udayana
Pasca Sarjan S2 Universitas
Udayana
Pasca Sarjan S2 Universitas
Udayaqna
Pasca Sarjan S2 Universitas
Udayana
2004-
2004-
2006-
2006-
2010-
2009-
2009
1998-
1998
PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA
68
Tahun Pembimbingan/Pembinaan
1999
2007-
Pembimbing Tesis S2 Pasca Sarjana Universitas Udayana
Pembimbing Akademik mahasiswa S1
2007-
2007-
Pembimbing Skripsi
Pembimbing Praktek Kerja Kemahiran Hukum (PKKH)
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
2000
2010
2011
2010
Perlindungan Saksi dalam Sistem
Peradilan Pidana
Fungsi Lembaga Perlindungan Saksi
dan Korban (LPSK) dalam Sistem
Peradilan Pidana
Perbandingan Prinsip-prinsip
Perlindungan Saksi dan Korban di
Amerika, Eropa, Afrika, Australias,
dan Asia
Pidana Pengawasan Sebagai
Alterbatif Pidana Penjara dalam
Pembaharuan Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP)
Anggota
Ketua
Ketua
Anggota
ICW
Pribadi
Pribadi
Dipa Unud
69
2011
2011
2011
2012
Travel Warning dalam Perspektif
Hukum dan HAM
PertanggungJawaban Korporasi
dalam Tindak Pidana Perusakan
Fisik Daya Tarik Wisata
Hubungan Kunjungan Wisatawan
Asing dengan Tingkat kejahatan
narkotika di Bali
Peralihan Sifat Melawan Hukum
Perdata ke Perbuatan Bersifat
Melawan hukum Pidana dalam
Proses Peradilan
Ketua
Anggota
Anggota
Ketua
Dikti
Nuffic (Belanda)
Nuffic (Belanda)
USAID dan Asian
Fondation
KARYA TULIS ILMIAH
A. Buku/Bab/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
1986 Delik Adat Lokika Sanggraha dalam
Pembaharuan Hukum Pidana Nasional
Skripasi FH Brawijaya
1997
Analisis Terhadap Pidana Ganti Kerugian
Sebagai Pelayanan Terhadap Korban Kejahatan
Kekerasan dalam Pembaharuan Hukum Pidana
Tesis Pasca Sarjana S2
Universitas Indonesia
70
1999
2011
2011
2012
Nasional
Sanksi Ganti Kerugian dalam Pembaharuan
Hukum Pidana Indonesia
Hubungan Kunjungan Wisatawan Asing dengan
Tingkat Kejahatan Narkotika di Bali
Pertanmggung Jawaban Pidana Korporasi dalam
Tindak Pidana Perusakan Fisik Daya Tarik
Wisata
Fungsi Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban
dalam Menunjang Sistem Peradilan Pidana
Indonesia
Majalah Kerta Patrika FH
Universitas Udayana (edisi
Khusus)
Kertha Patrika (Jurnal ilmiah
Fakultas Hukum Universitas
Udayana) Vol. 36 No. 2,
September 2011.
Kertha Patrika (Jurnal Ilmiah
Fakultas Hukum Universitas
Udayana) Vo. 36, No. 2,
September 2011.
Disertasi Program Pasca
Sarjana S3 Bidang Ilmu
Hukum Fakultas Hukum,
Universitas Brawijaya
B. Makalah/Peper
Tahun Judul Penyelenggara
2006 Kriminalisasi terhadap Kepentingan Pribadi dan
Kepentingan Umum
Komnas HAM dan FH Unud
2006
2010
2011
Implikasi Konvensi Anti Korupsi 2003 terhadap
Sistem Hukum Nasional
Kekerasan dalam Berbagai Perspektif
International Seminar on Tourism “The Ralation
Depkumham
Alumni KPMHD Malang
Universiteit Mastricht The
71
2012
Between Tourist’s Visit with The Level of
narcotics crime in Bali and Its Prevention”
Anand Krisnan Sang Penyuara Kebenaran
Mencari Keadilan (Eksaminasi atas Putusan
MA)
Nedertherlands
Yayasan Anand Krisna
PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
2010 Seminar Awig-Awig II Pemberdayaan Awig-
Awig Desa Pakraman Bali dalam Mewujudkan
Masyarakat yang Sejahtera
FH Unud
2010 Perlindungan Hak-hak Pribadi BPHN Depkumham
2010
2011
Regional Workshop on Witness and Victim
Protection Actvities Shout-east Asia and Other
Areas “Building Coorporation and
Strengthening Capacity”
International Seminar “Environmental Health
and Safety Risk in a Globalizing World”
United Nation on Drug and
Crime - LPSK
Nuffic, Mundo (The
netherlands), Fakultas
Hukum Universitas Udayana
KEGIATAN PROFESIONAL/PENGABDIAN KEPADA
MASYARAKAT
Tahun Kegiatan
2010
2011
Penyuluhan tentang Sistem Peradilan Pidana
Penyuluhan tentang Narkotika
2012 Konsultasi Hukum tentang Putusan MA atas terpidana Anand Krisna
72
3. CV Bela Siki Layang
Nama : I Wayan Bela Siki Layang, SH.MH.
NIP : 196007091986011001
Tempat.Tanggal lahir : Denapasar, 9 Juli 1960
Alamat : Jl. Karangsari 99 X Padangsambian Kaja, Denapasar Barat
Phone : 0361- 8444002/ 08133958176
PengalamananPenelitian :
1. Pelaksanaan Penerapan Sanksi Administrasi Dalam Kasus Lingkungan Hidup
(Study Kasus Dampak Pembangunan Industri Terhadap Sumber Daya Alam)
di Kota Administratif Denpasar (Tahun 2009).
2. Pemanfaatan Limbah Cair Hotel Bagi Kegiatan Perhotelan Di Kawasan Nusa
Dua. (Tahun 2009).
3. Penelitian Putusan Hakim (Dibiayai Proyek Komisi Yudisial Dengan Surat Per-
janjian Pelaksanaan Penelitian No. 175/SPK/PPK-LKY/IV/2009 Komisi Yudi-
sial (Tahun 2009).
4. Penelitian Putusan Hakim (Dibiayai Proyek Komisi Yudisial Dengan Surat Per-
janjian Pelaksanaan Penelitian No. 05/SPK/PPK-2 KY/II/2010 Komisi Yudisial
(Tahun 2010)
5. Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi Di Pengadilan Negeri Denpasar ( Di-
biayai Dipa Fakultas Hukum Universitas Udayana 2010.
6. Gugatan Perwakilan Kelompok Dalam Sengketa Perdata Di Indonesia (Di-
biayai Dari Dana DIPA BLU, Nomor Perjanjian : 623A/UN14.1.11/KU/2014.
73
7. Peranan Hakim Dalam Menggali Nilai Keadilan Dan Kepatutan Dalam Masya-
rakat ( Kajian Putusan Pengadilan) ( Dibiayai Dari Dana DIPA BLU UNUD No-
mor Perjanjian : 1318A/ UN14.1.11/KU/2014.