33

Click here to load reader

englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah presiden, menteri kabinet, dan para

ketua partai politik. Presiden, menteri-menteri kabinet, dan ketua partai politik itu adalah

sebagian dari individu-individu yang dalam istilah Erickson disebut dengan "penjaga

gerbang" (gatekeepers), yaitu individu-individu yang sudah diberikan autoritas untuk

membuat keputusan-keputusan atas nama lembaga atau institusi yang akan mempengaruhi

mobilitas orang lain atau masyarakat pada umumnya (Scollon dan Scollon, 1983: 157).

Autoritas yang dimiliki oleh para penjaga gerbang tersebut diperoleh secara resmi melalui

prosedur formal dalam institusi yang bersangkutan. Presiden yang dibantu oleh sejumlah

menteri kabinet sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif memperoleh autoritas dan

pemegang kedaultan rakyat tertinggi, yakni Majelis Permusyawaratan Rakyat berdasarkan

mufakat atau voting suara terbanyak. Ketua partai politik memperoleh autoritasnya dan

anggota partai politik yang bersangkutan melalui prosedur pemilihan tertentu.

Para "penjaga gerbang" itu memegang jabatan politik. Dengan demikian, segala

perilakunya, baik verbal maupun nonverbal, sengaja maupun tidak sengaja, akan selalu

diarahkan untuk kepentingan-kepentingan politiknya. Dalam penelitian ini, yang menjadi

fokus amatan adalah perilaku verbal, yaitu penggunaan bahasa lisan para "penjaga ger-

bang" itu. Ketiga penjaga gerbang tersebut adalah penghasil wacana "resmi" kekuasaan

Page 2: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

174

yang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika

suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam terhadap bentuk-bentuk wacana

resmi yang menjadi produk kekuasaan itu (Sudibyo, 1999:32). Untuk tahap selanjutnya,

istilah "penjaga gerbang" yang kurang begitu lazim diganti dengan istilah "elit politik"

yang sudah lebih lazim digunakan dalam kamus-kamus ilmu sosial politik.

3.2 Pendekatan dan Jenis Penelitian

3.2.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut. Pertama, penelitian

ini sangat memanfaatkan konteks secara keseluruhan, baik konteks situasi maupun kon-

teks sosial dan budaya. Data linguistis yang tertangkap haruslah menyertakan konteks-

konteks tersebut. Penyertaan konteks-konteks tersebut ke dalam data linguistis sebaiknya

dilakukan waktu pengumpulan data di lapangan. Untuk menggali sejumlah konteks yang

bersifat segera itu diperlukan peranan peneliti yang bersifat adaptif dan responsif dalam

menggali dan menganalisis data itu. Oleh karena itu, ciri pertama dari penelitian ini ialah

bahwa "peneliti sebagai instrumen kunci", baik dalam pengumpulan data maupun peng-

analisisan data.

Kedua, penelitian ini berusaha menggali sejumlah karakteristik penggunaan bahasa

dalam wacana politik bahasa Indonesia. Data linguistis yang dianalisis lebih berupa gejala

atau fenomena penggunaan atau pilihan bahasa. Hasil analisis linguistisnya juga berbentuk

fenomena penggunaan bahasa, yakni bagaimana kosakata, gramatika, dan struktur tekstual

didayagunakan dalam wacana politik bahasa Indonesia. Secara lebih soesifik, hasil

analisisnya berupa deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi terhadap pendayagunaan

kosakata, gramatika, dan struktur tekstual dalam wacana politik. Oleh karena itu, ciri ke-

Page 3: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

175dua dari penelitian ini ialah "data yang dianalisis dan hasil analisisnya berbentuk

deskripsi fenomena", bukan berupa angka atau koefisien hubungan antarvariabel.

Keberadaan angka dalam penelitian ini lebih merupakan pelengkap analisis.

Ketiga, dalam penelitian ini peneliti tidak mencari data untuk memperkuat atau me-

nolak hipotesis yang sudah dirumuskan peneliti sebelum memulai penelitian, tetapi pene-

liti melakukan abstraksi setelah rekaman fenomena-fenomena tertentu dikelompokkan

menjadi satu. Teori yang dikembangkan berasal dari bawah, yakni dari data di lapangan.

Dari data yang berserakan itu kemudian diklasifikasikan berdasarkan kesamaan datanya.

Dari data yang saling berhubungan itu kemudian dirumuskan ke dalam suatu pernyataan

umum yang disebut dengan teori substantif Dari berbagai teori substantif yang saling

berhubungan kemudian dirumuskan sebuah abstraksi yang disebut dengan teori formal.

Oleh karena itu, ciri ketiga penelitian ini ialah "data dianalisis secara induktif'.

Keempat, penelitian ini bertujuan menggali nilai ideologi yang tersembunyi di

balik struktur linguistis dan mengkritisi pemanfaatan struktur-struktur linguistis yang

dihasilkan oleh para elit politik. Penelitian ini memandang bahwa tidak ada wacana yang

dihasilkan oleh para elit politik itu yang netral dari politik. Tujuan akhir dari penelitian

ini ialah memberikan pencerahan melalui pengondisian kesadaran berbahasa kritis agar

masyarakat awam dapat mengkritisi setiap wacana politik yang ada di depan dirinya.

Oleh karena itu, ciri keempat dari penelitian ini ialah bahwa "penelitian ini dibangun dari

asumsi-asumsi: ideologis secara tcrus terang, kritis secara social, politis pada hakikatnya,

dan pembebasan dalam orientasi nya"

Kelima, penelitian ini berangkat dari pandangan bahwa (a) masyarakat sebagai

konstruksi manusia yang dapat diubah melalui pemahaman progresif tentang proses-pro-

Page 4: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

176

ses dan struktur-struktur tertentu secara historis, (b) pengetahuan mampu memunculkan

"persoalan" penyimpangan sistematis (problematic and capable of systematic distortion),

(c) pengetahuan itu tidak pernah dapat bebas nilai, tetapi selalu mengacu kepada kepen-

tingan-kepentingan kelompok atau institusi tertentu dalam masyarakat, dan (d) ilmu

pengetahuan memiliki sejumlah potensi untuk menindas (oppressive) atau membebaskan

(emancipatory). Oleh karena itu, ciri kelima dari penelitian ini ialah bahwa " penelitian ini

bersumber dan paradigma ilmu sosial kritis".

Keenam, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan penya-

daran kritis kepada masyarakat awam yang menjadi objek politik. Dengan pemahaman

terhadap pendayagunaan bahasa dalam wacana politik tersebut, masyarakat banyak dapat

memunculkan emansipasi dirinya melalui (1) cara berpikir kritis terhadap konsepsi yang

beku secara ideologis, (2) pengembangan proses pencerahan diri, serta (3) tindakan politis

penyadaran diri. Dengan kesadaran berbahasa kritis, masyarakat awam tidak lagi men-

jadi "objek politik yang terjajah secara linguistis", tetapi lebih menjadi "subjek yang

merdeka secara linguistis". Oleh karena itu, ciri keenam dari penelitian ini ialah bahwa

"hasil penelitian yang diharapkan adalah tindakan sosial yang memperbaiki kualitas

kehidupan manusia".

Atas dasar keenam karaktetistik di atas, penelitian ini menggunakan pendekatan

penelitian "kualitatif-kritis", atau menggunakan istilah Connote, Smith, dan Wiseman

(1993) penelitian ini menggunakan "penelitian kritis" (critical research), atau

penelitian dengan menggunakan "pendekatan kritis" (critical approach). Penelitian

kualitatif kritis dibedakan dari penelitian "kualitatif-interpretif'. Yang pertama

bersumber dari ilmu sosial kritis, yang kedua bersumber dari ilmu sosial positif.

Page 5: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

177

3.2.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini berorientasi pada pemberdayaan dalam bentuk munculnya suatu ke-

sadaran pribadi atau politis dalam bidang kebahasaan dari masyarakat Indonesia penggu-

na bahasa Indonesia. Mengadaptasi pendapat Donmall tentang kesadaran bahasa (langu-

age awareness) (James dan Garret (1991:4) dan Fairclough (1995) tentang kesadaran

bahasa kritis (critical language awareness) secara konkret pemberdayaan dalam peneli-

tian ini berupa munculnya sensitivitas dan kesadaran pribadi terhadap hakikat bahasa-

dalam hal ini bahasa Indonesia—dan peranannya dalam kehidupan berbangsa, bernegara,

dan bermasyarakat manusia Indonesia. Jenis atau desain penelitian berupa pemerian, pe-

nafsiran, dan penjelasan tuturan-tuturan para "elit politik" di atas dan cara menyampaikan

tuturan-tuturan itu yang penuh dengan muatan ideologis-politis yang akan selalu

diperjuangkannya dengan mengandalkan kekuasaan yang dimilikinya.

Penelitian ini berjenis analisis wacana kritis (critical discourse analysis). Penja-

baran analisis wacana kritis secara lengkap sudah dipaparkan pada bagian sebelumnya.

Dan perspektif ini, tidak ada teks atau wacana yang dihasilkan oleh para elit politik di atas

yang netral secara politis. Analisis wacana kritis percaya bahwa bahasa tidak hanya

dikonstruksi secara sosial, tetapi secara esensial dikonstruksi oleh bagian-bagian dari ma-

syarakat yang tidak bersifat linguistis. Wacana adalah sebuah konstruksi sosial dan hasil

dari kondisi-kondisi historis serta politis. Tidak ada wacana yang vakum secara sosial.

Wacana adalah kreasi sosial yang merefleksikan kepentingan kelompok-kelompok sosial

tertentu. Dalam aplikasinya, analisis wacana kritis berupa analisis terhadap tiga dimensi

wacana secara simultan, yaitu (1) analisis teks-teks politik, (2) analisis praksis wacana

politik, dan (3) analisis praksis sosio-kultural.

Page 6: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

ses produksi

Teks __

Proses interpretasi

Praksis Wacana

Deskripsi (anslisis teks)

brdespretasi(analisis pemrosesan)

Praksis Sosiokultural (situasi, institusi, masyarakat)

Eksplanasi (analisis sosial)

178

Analisis teks-teks politik berupa kegiatan pemerian linguistis dari bahasa teks.

Analisis praksis wacana berupa kegiatan penafsiran dari hubungan antara proses-proses

diskursif (produktif atau interpretatif) dari teks. Analisis praksis sosiokultural berupa

kegiatan penjelasan dari hubungan antara proses-proses diskursif dan proses-proses

sosial. Dengan demikian, analisis wacana kritis bukan semata-mata memandang

fenomena linguistis di atas kalimat atau klausa dengan mendasarkan pada intepretasi

lokal dalam teks, tetapi lebih merupakan suatu eksplorasi tentang bagaimana teks pada

semua tingkatan bekerja dalam performansi sosiobudaya yang melatarbelakangi subjek

dan kejadian-kejadian yang terdapat dalam teks.

Model analisis wacana kritis dari Fairclough (1995) seperti ini selanjutirya dapat

diperhatikan pada gambar 3.1 berikut.

Dimensi Wacana Dimensi Analisis Wacana

Gambar 3.1 Model Analisis Wacana Kritis Fairclough (Sumber: Fairclough, 1995:98)

Dari gambar 3.1 di atas diperoleh pemahaman bahwa tiga langkah analisis dalam

analisis wacana kritis (deskripsi, interpretasi, dan eksplanasi) bersifat simultan sesuai

dengan asumsi dasar hubungan antara struktur mikro (teks) dan struktur makro

(institusi sosial dan masyarakat) yang bersifat dialektis_

Page 7: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 7 9

3.3 Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen sekaligus sebagai pe-

ngumpul data. Dalam proses pengumpulan data, peneliti berlaku sebagai pengamat,

baik dalam latar secara langsung maupun tidak langsung. Dalam latar yang bersifat

langsung, peneliti berada di tengah-tengah para partisipan komunikasi, sebaliknya

dalam latar yang tidak langsung, peneliti berada di luar peristiwa komunikatif itu.

Sesuai dengan desain penelitian yang non-participatory, peneliti tidak terlibat secara

aktif dalam peristiwa komunikatif. Peneliti berdiri sebagai orang ketiga yang secara

objektif mengamati dan menganalisis data yang muncul. Peneliti tidak ikut campur

dalam pemunculan sebuah data. Peneliti tidak memberikan teknik elisitasi agar data

tertentu yang dikehendaki dapat muncul. Peneliti menanti data yang "diberikan" oleh

subjek penelitian dengan jalan "merekam" tuturan-tuturan para "elit politik" itu

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian

Untuk menjawab masalah penelitian, seperti sudah dipaparkan dalam 12.1, diperlukan data

penelitian. Data penelitian berupa data-data: kosakata, gramatika, dan struktur tekstual diambil dari

teks-teks tuturan lisan yang dihasilkan oleh "elit politik" yang sudah dipaparkan pada subjek

penelitian. Setiap data penelitian tersebut selanjutnya dijabarkan secara lebih spesifik ke dalam sub-

subdata.

Data penelitian tersebut bersumber dari teks-teks tuturan yang bersifat alamiah.

Tuturan-tuturan itu berupa: (1) komentar langsung terhadap suatu peristiwa, (2) pidato,

wawancara dengan para wartawan, (4) dialog politik, (5) pemberian informasi tentang

kebijakan yang diambilnya, dan (6) kampanye politik. Data dan sumber data tersebut secara

lengkap ditampilkan dalam tabel 3.1 berikut.

Page 8: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 8 0

Tabel 3.1 Data dan Sumber Data Penelitian

N o . D a t a

Kosakata

Subdata Sumber Data Penelitian

a pola klasifikasib.kata-kata yang diperjuangkanc.proses-proses leksikald relasi maknae. metafora nominatif £ metafora predikatif

g.metafora kalimath.ekspresi eufemistisi.kata-kata formal

j.kata-kata informalk.evaluasi positif 1. evaluasi negatif

Sejumlah teks politik para elit dari berbagai peristiwa komunikasi:a kampanye politikb. dialog politikc. pidatod. wawancara

2. Gramatika a.ketransitifanb.nominalisasic.kalimat aktif-pasifd.kalimat positif-negatife.kalimat deklaratiff.kalimat pertanyaang. kalimat perintah

modalitas relasionali.pronornina personaj.modalitas ekspresif

I d e m

3. Struktur Teks a. sistem gilir tutur Idemb. pengurutan teks

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan metode observasi, baik langsung

maupun tidak langsung. Data penelitian diperoleh dari teks-teks tuturan para elit politik

yang muncul, baik yang langsung disampaikan kepada masyarakat banyak maupun yang

muncul melalui media elektronik. Pada tahap pertama pengumpulan data dilakukan de-

ngan kegiatan merekam dengan alat bantu tape recorder terhadap tuturan-tuturan para

elit politik itu dari berbagai peristiwa komunikatif. Peneliti juga memerikan konteks

situasi peristiwa tuturan. Dalam merekam ini peneliti mencatat hal-hal penting yang re-

Page 9: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 8 1

levan dengan data yang muncul yang dikehendaki. Catatan ini terdiri atas dua macam,

yaitu (1) catatan faktual yang berkaitan aspek-aspek social yang tidak dapat direkam

oleh alat perekam, dan (2) catatan reflektif peneliti, yaitu ulasan dan komentar peneliti

terhadap data-data yang muncul.

Pada tahap kedua, pengumpulan data berupa kegiatan mentranskripsikan data yang

ada di dalam pita rekaman ke dalam data tulisan sesuai dengan kaidah pentranskripsian

dalam bidang linguistik, sosiolinguistik, dan analisis wacana. Pentranskripsian data di-

lakukan segera sesudah proses pengambilan data dengan perekaman selesai dilakukan

agar nuansa-nuansa konteks situasi dan sosialnya masih dapat diperikan dan dijelaskan.

Data penelitian ini juga diambil dari transkripsi wawancara para elit politik yang

dimuat di dalam media cetak, baik surat kabar, majalah, atau tabloid. Data penelitian

seperti ini pada hakikatnya adalah data lisan yang sudah ditranskripsikan oleh

wartawan ke dalam bentuk tulisan.

3.6 Analisis Data

3.6.1 Tahapan Analisis

Analisis data dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan

data Mengikuti pendapat Miles & Huberman (1992:15), analisis data dalam penelitian

ini menggunakan "model alir" yang terdiri atas tiga tahap, yakni (1) reduksi data, (2)

penyajian data, dan (3) verifikasi dan penarikan kesimpulan.

Tahap reduksi data mencakup langkah-langkah pemerian aspek-aspek linguistik

teks politik, penatSiran praksis wacana, dan penjelasan praksis sosickultural. Tahap per-

tama berupa analisis teks-teks bahasa yang mengikuti langlcah-langkahr (1) mentransfor-

masikan dan mengintegrasikan data "kasar" dari catatan lapangan ke dalam data tulisan

Page 10: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 8 2

hasil transkripsi, (2) mengidentifikasi data-data tersebut serta mengaitkannya dengan

rumusan masalah penelitian, dan (3) mengklasifikasi data-data tersebut ke dalam masa-

lah-masalah: (a) kosakata, (b) gramatika, dan (c) struktur tekstual sesuai dengan panduan

analisis data yang akan dipaparkan pada 3.6.2. Pada tahap (3) data diklasifikasi dengan

menggunakan kode tertentu. Misalnya, kode [Data 49.A.1.(1)] mengandung arti sebagai

berikut. Angka 49 adalah elit politik dari pihak pemerintah yang berkuasa, termasuk di

dalamnya dari TNI/ABRI. Angka 1 sampai 48 angka untuk elit politik sesuai dengan no-

mor partai politik dalam pemilihan umum 1999. Huruf A menunjukkan data kosakata.

Dua huruf yang lain, yakni B menunjukkan data gramatika dan C menunjukkan data

struktur tekstual. Angka 1 menunjukkan bahwa data itu berupa nilai pengalaman. Dua

angka lain, yakni 2 menunjukkan nilai relasional dan angka 3 menunjukkan nilai ekspre-

sif Angka dalam kurung, yakni (1) menunjukkan nomor urut data.. Tahap kedua berupa

analisis praksis wacana, yaitu menafsirkan hubungan konteks situasi dengan praksis wa-

cana politik. Tahap ketiga berupa analisis praksis sosial, yaitu memberikan penjelasan

tentang hubungan praksis wacana politik dengan praksis sosiokultural.

Tahap penyajian data mencakup langkah-langkah sebagai berikut. Pertama,

menyajikan kembali hasil klasifikasi ke dalam bentuk tabel, diagram, matriks, dan

grafik. Kedua, menyajikan "contoh" data yang representatif yang nantinya dituangkan

di dalam laporan penelitian dengan menggunakan urutan penomoran tertentu.

Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi mencakup langkah-langkah sebagai be-

rikut. Pertama, merumuskan generalisasi awal dari data-data awal yang memiliki ketera-

turan. Kedua, mencari data-data tambahan untuk menguji generalisasi itu—terdapat dua

kemungkinan: (a) jika data-data itu menentang generalisasi awal, generalisasi awal itu

Page 11: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

183

perlu direvisi, dan (b) jika data itu mendukung generalisasi awal, generalisasi itu

diangkat menjadi teori substantif & teori formal yang nantinya dipaparkan pada

simpulan akhir

Analisis data dilakukan secara induktif. Temuan-temuan penelitian akan beranjak

dari data penelitian. Penganalisisan data dilakukan dengan mengikuti pandangan Kibtik

(1977) yang dimodifikasi dari pandangan Glaser & Straus (1967). Mengikuti pandangan

Kibrik (1977) yang dimodifikasi, analisis data dilakukan seperti gambar 3.2 berikut.

Data (1)--> Hipotesis (1) —> Data (2) —> Hipotesis (2) —> (Data [n])--> Pengetahuan yang Diperoleh

Gambar 3.2 Alur Analisis Data Model Kibrik yang Dimodifikasi (Sumber: Kibrik, 1977)

Kibrik (1977:51) merumuskan tahapan analisis yang diawali dengan hipotesis-1, selan-

jutnya diikuti oleh data-1, begitu seterusnya sampai pada tahap pemerolehan "pengetahu-

an yang diperoleh". Pertanyaan kritis yang dapat dimunculkan adalah "darimana kita da-

pat memunculkan hipotesis-1 tersebut". Dalam analisis data yang bersifat induktif, lebih

tepat merumuskan hipotesis-1 setelah kehadiran data-1, seperti yang dianut dalam peneli-

tian ini. Hal itu senada dengan pandangan Glaser & Straus (1967) yang melahirkan kon-

sep teori substantif, teori formal, dan grand theory seperti gambar 3.3 berikut.

Data (1) —> Teori Substantif —> Data (2) —> Teori Formal —> (Data [n]) —> Teori Aping

Gambar 3.3 Alur Analisis Data Model Glaser & Straus (Sumber: Glaser & Straus, 1967)

Dalam gambar 3.3 terdapat tiga istilah penting. Pertama, "teori substantif', yakni teori

yang langsung diturunkan dari data lapangan, sejajar dengan konsep hipotesis-1. Kedua,

"teori formal", yakni teori yang diturunkan dari beberapa teori substantif, sejajar dengan

hipotesis-2. Ketiga, "teori agung" sejajar dengan "pengetahuan yang diperoleh".

Page 12: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 8 4

3.6.2 Panduan Analisis

Untuk memudahkan analisis, dalam penelitian ini digunakan tiga panduan

analisis data, yakni (1) panduan pemerian teks politik, (2) panduan penafsiran praksis

wacana politik, dan (3) panduan penjelasan praksis sosiokultural.

3.6.2.1 Pemerian Teks Politik

NO TOPIK JENIS (SUB) DATA CONTOH KETERANGAN

1 Kosakata n. pengalaman pola klasifikasi

kata yang diperjuangkan secara ideologic

leksika- lisasi

kelebihan leksikalikelcurangan leksikal

sinonimi

antonimi

hiponimi

metafora nominatit7predikatit7kalimat

n. relasional ekspresi eufemistik

kata-kata formal yang mencolok

kata-kata informal yang mencolok

n. ekspresif evaluasi positif

evaluasi negatif

2 Gramatika ii. pengalaman tipe proses & partisipan yang menonjol

jenis dan cars kehadnan agen

jenis proses yang tampak

pilihan nominalisasi

pilihan kalimat aktif-pasif

pilihan kalimat positif-negatif

n. relasional modus kalimat deklaratif

modus kalimat pertanyaan

modus kalimat imperatif

modalitas relasional

penggimaan pronomina persona

n. ekspresif modalitas ekspresif

Page 13: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1853 Strulctur Tekstual konvensi inter-

aksi yang digu-nakan

pengelolaan gilir tutu/

pengontrolan antarpartisipan

pengurutan teks dari penting ke yang tidak penting

dari keseluruhan ke bagian

dari besar ke kecil

dari melibatkan ke yang terlibat

dari pemilik ke yang dimiliki

dari umum ke khusus

dari luar ke yang di dalam

3.6.2.2 Penafsiran Praksis Wacana

NO TOPIK JENIS (SUB) DATA CONTOH KETERANGAN

1 Hubungan konteks situasi dengan tipe wacana

apa yang sedang terjadi

tipe-tipe aktivitas

topik

tujuan

siapa saja yang terlibat

pewawancara-terwawancarai

fungsinya dalam identitas sosial

posisi penutur dikaitkan dengan perbedaan situasi

dalam hubungan apa mereka terlibat

pemimpin x rakyat

ketua partai x kader partai

antarelit politik

atasan x bawahan

peran apa saja yang dimainkan bahasa

wadah informasi

pengontrol

penonjol identitas

pecan Iainnya

2 Hubungan konteks antarteks dengan presuposisi

hubungan teks satu dengan teks lainnya

artikel tertentu

klausa subordinasi

pertmayaan SW + 1H

klausa "bah a" sesudah vcrba dan adjektiva tertcntu

fungsi presuposisi sungguh-sunggub sebagai presuposisi

manipulatif

ideologis

Page 14: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 8 6

3 Tinclak ujaran jenis tindak ujaran representalif

direktif

ekspresif

komisif

deklarasi

tindak ujaran dan pecan sosial

tindak ujaran personal

tindak ujaran kolektif

3.6.23 Penjelasan Praksis Sosiokultural

NO TOPIK JENIS (SUB) DATA CONTOH KETERANGAN

I Determinan sosial

jenis hubungan kekuasa-an yang membantu membentuk wacana

level situasi

level institusi

level masyarakat

2 Ideologi jenis elemen-elemen somber partisipan yang dibangkitkan

pengetahuan bahasa

representasi dunia alamiah dan sosial

nilai-nilai

kepercayaan

asumsi-asumsi

dan sebagainya

3 Penganth pengaruh wacana pada perebutan sosial

posisi wacana pada perjuangan dalam berbagai level

jelas tidaknya sebuah perjuangan sosial

keberadaan wacana normatif x wacana Icreatif

kedudukan wacana dalam kekuaasaan (penopang atau pen-transformasi

3.63 Contoh Analisis Data

Berikut ini ditampilkan salah satu contoh analisis kosakata dalam wacana politik

bahasa Indonesia, terutama analisis proses leksikal. Pertanyaannya adalah bagaimana

sebuah kosakata didayagunakan oleh institusi tertentu untuk merefleksikan dan

mengekpresikan kepentingan institusi tersebut. Perhatikan kutipan (a) berikut.

Page 15: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 8 7

Kutipan (a):

KMI: Nomor peserta "5" bagi KAMI memiliki makna yang amat dalam. Pertama, angka "5" adalah simbol kemenangan bagi bangsa Indonesia, yakni ideologi negara Pancasila. Kedua, angka "5" adalah manifestasi rukun Islam yang jurnlahnya juga "5". Ketiga, angka "5" juga merupakan jumlah salat wajib bagi kaum muslimin setiap hari.

Tahap pertama yang dilakukan adalah memerikan kepemilikan aspek-aspek

linguistis kosakata dari teks politik tersebut pada tahap deskripsi, misalnya:

Terdapat ciri yang menonjol dalam kutipan (a) di atas, yakni pendayagunaan angka atau bilangan "5" sebagai kata yang memiliki signifikansi tertentu. Bilangan "5" bukan semata-mata angka sesudah empat, tetapi memiliki makna yang khusus. Bi-langan "5" memiliki tiga makna. Dengan demikian, bilangan "5" dalam perspektif politik ini termasuk ke dalam fenomena kekurangan leksikal (underlexicalization).

Tahap kedua adalah menafsirkan hubungan konteks situasi dengan tipe

wacana, antara konteks antartekstual dan praanggapan, dan tindak ujaran pada

tahap interpretasi, misalnya:

Yang terjadi dalam kutipan itu adalah proses kegiatan kampanye politik dalam rangka pemilihan umum. Dalam kampanye tersebut topik yang diangkat adalah pe-nawaran program perjuangan jika partai KAMI memenangkan pemilu. Untuk itu, elit politik yang berkampanye mengharapkan para pendengamya, yakni masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam untuk dapat memilih partai dengan no-mor urut "5" tersebut. Angka "5" yang dipilih dapat dirumuskan sebagai penonjol identitas keislaman (rukun Islam dan jumlah salat wajib dalam sehari) dan keindo-nesiaan (ideologi Pancasila), selain sekedar sebagai informasi tentang nomor urut pemilu. Angka "5" mengandung fungsi direktif yang "mengarahkan" pendengar untuk memilih nomor tertentu dalam pemilu.

Tahap ketiga adalah menjelaskan determinan social, ideologi, dan

pengaruhnya pada tahap eksplanasi, misalnya:

Jenis elemen-elemen sumber partisipan yang dibangkitkan adalah kepercayaan ma-syarakat Indonesia yang berpancasila dan beragama Islam. Terutama dalam level institusi keislaman, angka "5" memiliki makna ideologis tertentu. Bahkan, lebih dari itu, angka "5" sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam. Pada level masyarakat Indonesia yang lebih luas, angka "5" memiliki keku-atan yang cukup signifikan dengan dirumuskan angka "5" dalam ideologi negara.

Page 16: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

1 8 8

3.7 Pengecekan Keabsahan Temuan

Agar hasil penelitian ini memiliki nilai kredibilitas atau absah sebagai temuan se-

buah penelitian perlu dilakukan beberapa teknik pemeriksaaan keabsahan, yakni (1)

ketekunan pengamatan untuk menemukan kedalaman, (2) pemeriksaan teman sejawat

melalui pengadaan diskusi dan konsultasi, baik secara formal maupun informal dengan

para pakar yang berkaitan dengan bahasa atau wacana politik, yaitu bidang

sosiolinguistik, pragmatik, linguistik fungsional dan kritis, analisis wacana, dan ilmu-

ilmu sosial politik, serta (3) triangulasi.

Mengikuti pendapat Cohen & Manion (1986:254-270), dalam penelitian ini tria-

ngulasi yang dipilih adalah triangulasi teoretis, ruang, dan waktu. Triangulasi teoretis di-

lakukan dengan mengkonfirmasikan hasil analisis data dengan beberapa teori yang terkait

seperti yang sudah diuraikan dalam bab II Tujuannya adalah untuk mendapatkan pengu-

kuhan akan kredibilitas temuan penelitian. Triangulasi ruang dilakukan dengan cara me-

nentukan subjek penelitian dengan memperhatikan latar belakang budaya yang beragam.

Sementara itu, triangulasi waktu dilakukan dengan dua cara, yakni (1) mengamati subjek

yang sama dalam sampel waktu yang berbeda, dan (2) mengamati kecenderungan dengan

melihat proses-proses seleksi secara berkelanjutan sepanjang waktu.

3.8 Alur Kerja Penelitian

Alur kerja penelitian secara sistematik mulai dari pengumpulan data sampai

dengan tindak lanjut penelitian dapat divisualkan pada gambar 3.4 berikut.

Page 17: englishuwks.files.wordpress.com file · Web viewyang dianggap sebagai wacana kebenaran dari suatu institusi. Untuk melihat dinamika suatu kekuasaan diperlukan kajian yang mendalam

_____ r B1 I-

A Hp_EL ji2_1_L B3

2

189

F3Analis is Data

Gambar 3.4 Alur Kerja Penelitian

Keterangan Gambar:

A = Pengumpulan dataB = Reduksi dataB1 = Deskripsi teks-teks politikB2 = 1ntetpretasi praksis wacanaB3 = Eksplanasi praksis sosiokulturalC = Penyajian dataD = Penarikan simpulan sementaraE = Simpulan akhirF (1,2,3)= Tindak lanjut penelitianG = Triangulasi