79
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN SENTRA PENGEMBANGAN SENGON DI KECAMATAN WAJAK & PONCOKUSUMO I. PENDAHULUAN Pembangunan perekonomian nasional diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok, yaitu (1) memenuhi kebutuhan dasar penduduk dan (2) mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut ialah melalui "Trilogi Pembangunan" yang terdiri atas tiga unsur yang terpadu dalam suatu kesatuan, yaitu (1) pertumbuhan yang tinggi, (2) pemerataan hasil-hasil pertanian, dan (3) stabilitas yang tinggi. Sesuai dengan kebijakan ini maka pembangunan sektor pertanian menjadi prioritas utama . Pembangunan sektor pertanian diarahkan pada sasaran pokok, yaitu (1) mencapai dan mempertahankan swasembada pangan khususnya beras, (2) menyediakan kebutuhan pangan secara beragam untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, (3) menyediakan bahan baku industri dalam negeri, (4) meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan pengu rangan impor, (5) menciptakan lapangan kerja, (6) meningkatkan kesejahteraan petani, (7) membantu pemeliharaan stabilitas ekonomi nasional melalui pengendalian harga komoditas pertanian dan men dorong pertumbuhan produksi sektor pertanian. Dalam kerangka pelaksanaan pembangunan pertanian telah dicanangkan strategi "Tri Matra Pembangunan Pertanian" yang terdiri atas tiga wahana pembangunan terpadu, yaitu (1) usahatani terpadu, (2) komoditas terpadu, dan (3) wilayah terpadu. Usaha-usaha pokok yang ditempuh untuk melaksanakan pembangunan pertanian ialah (1) intensifikasi usahatani, (2) ekstensifikasi usahatani, (3) diversivikasi produksi dan konsumsi komoditas pertanian, dan (4) rehabilitasi dan konservasi sumberdaya pertanian. Pembangunan pertanian lebih difokuskan pada pencapaian pertumbuhan sasaran agregat yang 0

MODEL SENTRA PENGEMBANGAN AGRIBISNISmarno.lecture.ub.ac.id/files/2012/01/ANALISIS-KESESUAIAN... · Web viewyang terdiri atas tiga unsur yang terpadu dalam suatu kesatuan, yaitu (1)

  • Upload
    lammien

  • View
    227

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN SENTRA PENGEMBANGAN SENGON

DI KECAMATAN WAJAK & PONCOKUSUMO

I. PENDAHULUAN

Pembangunan perekonomian nasional diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok, yaitu (1) memenuhi kebutuhan dasar penduduk dan (2) mencapai struktur ekonomi yang seimbang. Strategi yang ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut ialah melalui "Trilogi Pembangunan" yang terdiri atas tiga unsur yang terpadu dalam suatu kesatuan, yaitu (1) pertumbuhan yang tinggi, (2) pemerataan hasil-hasil pertanian, dan (3) stabilitas yang tinggi. Sesuai dengan kebijakan ini maka pembangunan sektor pertanian menjadi prioritas utama .

Pembangunan sektor pertanian diarahkan pada sasaran pokok, yaitu (1) mencapai dan mempertahankan swasembada pangan khususnya beras, (2) menyediakan kebutuhan pangan secara beragam untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, (3) menyediakan bahan baku industri dalam negeri, (4) meningkatkan penerimaan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan pengu rangan impor, (5) menciptakan lapangan kerja, (6) meningkatkan kesejahteraan petani, (7) membantu pemeliharaan stabilitas ekonomi nasional melalui pengendalian harga komoditas pertanian dan men dorong pertumbuhan produksi sektor pertanian.

Dalam kerangka pelaksanaan pembangunan pertanian telah dicanangkan strategi "Tri Matra Pembangunan Pertanian" yang terdiri atas tiga wahana pembangunan terpadu, yaitu (1) usahatani terpadu, (2) komoditas terpadu, dan (3) wilayah terpadu. Usaha-usaha pokok yang ditempuh untuk melaksanakan pembangunan pertanian ialah (1) intensifikasi usahatani, (2) ekstensifikasi usahatani, (3) diversivikasi produksi dan konsumsi komoditas pertanian, dan (4) rehabilitasi dan konservasi sumberdaya pertanian. Pembangunan pertanian lebih difokuskan pada pencapaian pertumbuhan sasaran agregat yang tinggi seperti pening katan produksi (khususnya produksi pangan), peningkatan penyerapan tenagakerja, peningkatan ekspor dan peningkatan Produk Domestik Bruto. Pembangunan pertanian telah berhasil mencapai sasaran pertumbuhan agregatif . Namun demikian ternyata pola pembangunan seperti itu mempunyai kelemah an-kelemahan seperti (1) kurang memperhatikan aspek peningkatan pendapatan petani, (2) kurang memperhatikan dampak lingkungan, dan (3) kurang memperhatikan keterkaitan pembangunan lintas sektoral.

Beberapa masalah dan kendala yang dipandang masih harus diperhatikan dalam pembangunan pertanian adalah seperti berikut.

0

(1). Sumberdaya ManusiaSalah satu kendala utama yang masih perlu ditanggulangi adalah kualitas sumberdaya manusia masyarakat agribisnis, khususnya petani kecil. Rumahtangga tani masih banyak yang miskin dan belum cukup memperoleh pendidikan. Perbaikan kualitas sumber daya masyarakat tani merupakan tujuan utama sekaligus menjadi wahana pendorong pembangunan pertanian yang paling tepat.

(2). Pengentasan KemiskinanJumlah penduduk miskin diperkirakan masih cukup banyak, sebagian besar dari mereka ini tinggal di wilayah pedesaan dan menggantungkan hidupnya terutama pada usahatani.

(3). Diversifikasi UsahataniPembangunan pertanian masih terfokus pada komoditas pangan, khususnya padi. Sumberdaya lahan dan sarana penunjang yang banyak dicurahkan untuk mendorong produksi padi telah menyebabkan lambannya pertumbuhan usahatani lainnya. Oleh karena itu diversifikasi produksi komoditas pertanian berjalan lebih lamban. Hal ini dapat mengakibatkan ketidak-efisienan alokasi sumber daya yang pada akhirnya dapat memperlambat pembangunan pertani an secara agregat. Diversifikasi produk komoditas pertanian harus lebih digalakkan dengan tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan pangan.

(4). Pemusatan Pembangunan PertanianPembangunan pertanian masih terlalu terpusat di P. Jawa, sebagian besar komoditas pangan dan peternkaan dihasilkan di Pulau Jawa. Pembangunan prasarana pengairan dan penyuluhan juga dipusatkan di P. Jawa. embangunan pertanian haruslah dialihkan ke luar P. Jawa, program-program pembangunan harus dirancang sedemikian rupa untuk dapat mencapai suatu struktur produksi regional yang optimal. Dalam kaitan inilah perlu disusun suatu Peta Wilayah Potensi Komoditas.

(5). Deregulasi dan Peran SuastaPeran dukungan dan subsidi pemerintah dalam mencapai keber hasilan pembangunan pertanian sangatlah besar. Pada masa yang akan datang kondisi seperti ini tidak akan dapat dipertahankan lagi. Suasana agribisnis di masa mendatang dicirikan oleh persiangan yang sangat ketat, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional. Agribisnis akan lebih banyak diserahkan kepada suasta secara bebas. Persaingan bebas ini tentu dapat menimbulkan tekanan berat bagi usahatani kecil.

(6). Pengembangan AgroindustriPembangunan pertanian dipandang belum terlalu berhasil mendorong pembangunan agroindustri yang terkait erat dengan sektor pertanian domestik. Mengingat keterbatasan sumber daya lahan yang ada, maka usapa peningkatan pendapatan petani dan penduduk pedesaan secara umum haruslah dengan mengembangkan usaha-usaha non pertanian. Oleh karena itu pengembangan agro industri yang terkait dengan sektor pertanian dan berlokasi di pedesaan merupakan tantangan yang harus diprioritaskan.

(7). Konservasi Sumberdaya Alam dan LingkunganPembangunan pertanian yang dilaksanakan terutama berfokus pada upaya intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensi fikasi melalui penggunaan pupuk kimia dan

1

pestisida ternyata dapat berdampak pada kualitas lingkungan. Kebutuhan akan konservasi dan perlindungan lingkungan sudah merupakan keharusan.

(8). Luasan UsahataniAgribisnis komoditas tanaman bebasis pada sumberdaya lahan. Sebagian besar petani menguasai lahan kurang dari setengah hektar, sehingga kegiatan usahataninya kurang memadai untuk menopang kehidupan yang layak bagi rumah tangga tani.

Penjabaran pembangunan pertanian dilandasi oleh pemikiran-pemikiran yang secara simultan memadukan kepen tingan mikro dan makro. Dalam kerangka pemikiran makro, pemba ngunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangun an nasional secara keseluruhan, yang dalam pelaksanaannya tidak dapat dilepaskan keterkaitannya dengan perkembangan kehidupan politik kenegaraan maupun perkembangan keadaan secara global. Keter kaitan antara pembangunan pertanian dengan pembangunan wilayah pedesaan adalah salah satu bentuk nyata integrasi pembangunan pertanian dengan pembangunan secara keseluruhan. Perkembagan teknologi komunikasi dan transportasi yang terjadi selama ini memperkuat berkembangnya isu globalisasi yang memang tidak dapat terelakkan adanya. Dalam sekala mikro, pembangunan pertanian pada akhirnya berhubungan dengan kegiatan agribisnis di tingkat usahatani, yang pada gilirannya tidak dapat dipisahkan dari individu-individu atau keluarga petani sebagai pengelola usahatani. Aspek-aspek yang berkaitan dengan pendapatan dan keejahteraan petani dengan demi kian menjadi penting untuk mendapatkan pemahaman terendiri dalam kegiatan pembangunan pertanian. Undang-undang sistem budidaya tanaman secara tegas menekankan orientasi pada pendapatan atau kesejahtaraan petani, melebihi orientasi kepada produksi.

Faktor lain yang juga perlu diperhatikan dalam kegiatan pembangunan pertanian adalah faktor-faktor yang terkait dengan perubahan-perubahan dalam perekonomian Indonesia. Hal ini berkaitan dengan prinsip dasar pembangunan yang berkisar pada kegiatan untuk mengantisipasi adanya perubahan, serta upaya untuk mengintegrasikan perubahan-perubahan itu dalam program-program pembangunan. Dari sudut pandang permintaan, empat perubahan utama yang perlu dipertimbangkan ialah (1) perubahan kependudukan, baik yang menyangkut komposisi penduduk, distribusi penduduk, maupun adanya kecenderungan urbanisasi penduduk, (2) perubahan tingkat pendapatana masyarakat, (3) perubahan harga komoditas pertanian, komoditas non epertanian dan jasa, (4) perubah an tuntutan tentang kualitas produk pertanian. Dari sudut penawaran, terdapat faktor-faktor yang tidak dapat diubah (atau perubahannya memerlukan biaya tinggi), serta faktor-faktor yang dapat diubah atau memang berubah menhurut waktu. Termasuk kategori pertama ialah investasi fisik, lokasi/areal pertanaman dalam sekala regional. Sedang kan kategori ke dua meliputi teknologi budidaya pertanian, dan inter vensi pemerintah. Apabila pembangunan pertanian dipandang sebagai suatu proses yang produktif untuk menghasilkan sejumlah output tertentu, maka potensi pembangunan pertanian adalah faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai input bagi proses pembangunan itu sendiri. Beberapa potensi penting dapat diperkirakan dapat ikut menjadi penentu keberhasilan pembangunan pertanian adalah (1) sumberdaya alam, (2) sumberdaya manusia, (3) potensi pasar, (4) potensi IPTEK dan (5) potensi kelembagaan.

2

Sumberdaya alam dominan adalah lahan, air, kelautan dan perairan umum serta sumberdaya fosil bumi dalam bentuk minyak dan gas. Lahan yang masih etersedia untuk perluasan kegiatan pertanian tidak kurang dari 20 juta ha. Lahan ini mempunyai kemiringan 0-15 persen dan berupa hutan, semak belukar dan padang rumput atau alang-alang. Tantangan yang dihadapi ialah cukup tingginya biaya yang diperlukan untuk membuka lahan pertanian baru, demikian juga biaya untuk melakukan reklamasi lahan pertanian yang ada.

Sumberdaya manusia Indonesia secara kuantitatif merupakan potensi yang tidak dapat diabaikan. Meskipun proporsi yang terlibat dalam sektor pertanian cenderung menurun, tetapi secara absolut jumlahnya meningkat. Dengan keragaman ini maka peluang pasar bagi produk-produk pertanian dan industri cukup besar. Keterbatasan jumlah angkatan kerja yang dapat digolongkan sebagai tenaga teram pil atau tenaga terlatih membuka peluang untuk upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam kaitannya dengan pembangunan pertanian.

Potensi kelembagaan penunjang pembangunan pertanian cukup besar di Indonesia, dalam banyak hal kelembagaan epenunjang pembangunan ini bukan dinilai terlalu berlebihan. Kelompok tani, P3A, KUD, Kelompencapir, Kelompok peternak, Wanita Tani, dan kelemba gaan lainnya membuka peluang untuk menunjang keber hasilan pembangunan pertanian. Peluang itu dapat diwujudkan dalam bentuk keterkaitan/koordinasi kegiatan kelompok atau kelembagaan. Penyempurnaan tata kerja hubungan-hubungan tersebut membuka peluang untuk lebih mengaktifkan lembaga-lemba ga tersebut dalam mendorong pembangunan pertanian.

Peluang-peluang ekonomi lain yang memerlukan penanganan lebih mendalam adalah peluang ekspor beberapa komoditas andalan, peluang peningkatan kualtas produk pertanian dan olahannya, peluang pengembangan agroindustri, serta peluang diversifikasi agribisnis komoditas yang diperlukan untuk megisi permintaan domestik dan pasar internasional. Secara khusus peluang pengembangan kegiatan produksi bidang perikanan dan peternakan masih memerlukan pena nganan tersendiri.

Dengan mengacu pada tujuan, wawasan dan pendekatan epembangunan pertanian yang ada selama ini, sektor pertanian mencakup lima aspek penting, yaitu (1). Meningkatkan kualitas, cakupan dan kemantapan swasembada pangan dalam

rangka meningkatkan gizi masyarakat(2). Meningkatkan pendapatanm dan kesejahteraan petani, terutama dalam rangka

penanggulangan kemiskinan dan ketimpangan distri busi pendapatan(3). Perluasan kesempatan kerja dan peningkatan produktivitas tenaga kerja di sektor

pertanian(4). Pengembangan sumberdaya pertanian, untuk meningkatkan peng hasilan devisa,

melalui upaya diversivikasi komoditas pertanian secara horisontal maupun vertikal(5). Peningkatakan peran serta dan kemampuan masyarakat tani dalam kelembagaan

ekonomi dan sosial di sektor pertanian dan di wilayah pedesaan.Dalam rangka untuk mencapai keberhasilan pembangunan pertanian tersebut,

ada lima wawasan pembangunan pertanian, yaitu (1) Wawasan Agribisnis, (2) Wawasan industrialisasi pertanian, (3) Wawasan pendapatan dan kesejahteraan petani, (4) Wawasan keter paduan dan keterkaiotan, dan (5) Wawasan kelestarian ling-kungan.

Kebijaksanaan pembangunan berdasarkan wawasan sistem agribisnis, orientasi pengembangan komoditas diper luas untuk mencakup keseluruhan sistem agribisnis,

3

bukan sekedar peningkatan produksi. Wawasan sistem agribisnis ini menunjuk pada keserasian kegiatan sistem usaha pertanian sejak dari penyediaan sarana produksi, teknologi produksi dan sistem usahatani, kegiatan panen dan pasca panen, sistem pemasaran dan perdagangan, sampai dengan kegiatan-kegiatan agro industri. Wawasan ini erat kaitannya dengan perlunya integrasi kegiatan- kegiatan tersebut dalam suatu sistem, sehingga masalah-masalah yang dihadapi dalam pemba ngunan pertanian dapat diupayakan pemecahannya secara sistematik, terarah dan beterpadu.

Wawasan industrialisasi pedesaan menunjuk pada suatu proses transformasi pertanian ke arah proses produksi yang lebih bersifat padat ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan pertanian. Termasuk dalam wawas an industrialisasi pertanian ini pengertian tentang masalisasi produksi epertanian, dan aspek-aspek kehidupan masya rakat seperti persepsi, tata nilai, kelembagaan, organisasi dan lainnya. Wawasan industri alisasi epertanian ini pada gilirannya akan menuntut adanya restruk turisasi sistem produksi pertanian, sehingga kendala-kendala yang bersuber dari keterbatasan yang dihadapi petani pedesaan dapat diatasi.

Wawasan pendapatan dan kesejahteraan petani menunjuk pada perlunya selalu mempertimbangkan kepentingan petani dalam meramu ekebijaksanaan pembangunan epertanian. Hal ini diperlukan untuk mencegah adanya program-program pembangunan pertanian yang berdampak positif bagi pembangunan pertanian secara kese luruhan, tetapi dalam pelaksanaannya justru merugikan kepentingan petani.

Wawasan keterpaduan dan keterkaitan berhubungan dengan perlunya integrasi kegiatan, program, maupun institusi yang menjadi bagian dari proses pembangunan epertanian. Pada PJPT I wawasan ini dirasa masih belum dapat dilaksanakan dengan baik. Mengingat epembangunan pertanian pada PJPT II semakin tinggi komplek sitasnya, maka wawasan keterpaduan dan eketerkaitan ini perlu terus diupayakan pelaksanaannya. Keterpaduan kegiatan antar instansi lingkup Departemen Pertanian serta keterpaduan kegiatan Depar temen Pertanian dengan Departemen dan Lembaga lainnya yang berkaitan dengan pertanian.

Wawasan pelestarian lingkungan, yang dpaat diperluas menjadi wawasan pelestarian lingkungan dan sumberdaya alam, mengacu pada semakin tingginya kepentingan untuk mempertahankan dan memper baiki keadaan lingkungan yang dalam banyak ahl menjadi eterpengaruh keadaannya dengan pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian. Keseimbangan antara ketersediaan sumber daya yang ada dengan tingkat penggunaannya perlu terus dijaga, sehingga dampak negatif pembangunan pertanian terhadap keles tarian lingkungan dan sumberdaya alam dapat ditekan sekecil mungkin.

Strategi pembangunan pertanian diartikan sebagai perakitan antara tujuan, sasaran, dan isntrumen kebijaksa naan sehingga secara keseluruhan menjadi sesuatu yang utuh.

(1). Pembangunan Pertanian yang BerkelanjutanPembangunan jangka panjang harus dipandang sebagai suatu proses

pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, penekanan strategi pembangunan pertanian adalah pembangunan yang berkelnajutan dengan periodisasi 25 tahun. Hal ini mengisyaratkan bahwa pembangunan pertanian merupakan suatu proses manajemen pemba ngunan dengan tujuan, sasaran, instrumen dan hal-hal lain yang

4

berhubungna dengna proses tersebut. Elemen-elemen yang saling berhubungan dikelola melalui suatu proses yang berkesinambungan yang dikoordinasikan melalui mekanisme adminsitratif dan mekanisme pasar dalam arti luas. Oleh karena itu proses pembangunan pertanian merupakan suatu medium yang sangat strategis untuk dipahami dan snagat penting untuk ditangani dengan baik mengingat peccapaian tujuan atau sasaran yang dikehendaki terganting dari keberhasilan kita dalam mengelola proses pembangunan.

Proses pembangunan harus dipandang sebagai proses yang dinamik, yang berarti bahwa dalam prosesnya senantiasa terkandung unsur resiko dan ketidak-pastian. Peningkatan IPTEK pertanian dalam arti seluas-luasnya merupakan asset dan modal dasar untuk menu runkan derajat ketidak-tahuan dalam menangani proses pembangunan, sehingga diharapkan kegagalan atau kekurang-berhasilan dapat dikurangi. Peranan pemerintah dalam menumbuhkan partisipasi petani sangat menonjol dan dampaknyapun sangat dirasakan. Hal seperti ini dipandang sangat tepat, terutama kalau dikaitkan dengan kondisi petani dan pertanian serta kondisi pangan nasional.

Pembangunan pertanian harus dilakukan secara berkelanjutan, dimana sumberdaya pembangunan pertanian yang tersedia sangat terbatas dan harus dapat digunakan dlaam jangka panjang dengan memberi manfaat yang semakin besar. Oleh karena itu teknologi yang dihasilkan harus memperhatikan aspek keberlanjutan pembangunan pertanian dan aspek lainnya yang terkait, yaitu aspek produktivitas, stabilitas dan pemerataan pembangunan pertanian.

(2). Instrumen Strategis dalam Kebijaksanaan Pembangunan PertanianIndustrialisasi pertanian dalam arti yang seluas-luasnya harus dijadikan suatu

proses adaptasi dan inovasi masyarakat indonesia dalam menghadapi prubahan dunia. Instrumen strategis berikut ini dianggap sangat relevan untuk mendorong tumbuhnya industrialisasi pertanian di Indonesia dengan cepat tetapi terarah pada sasaran yang telah ditetapkan.

(a). Pengembangan sumberdaya manusiaCitra tentang pertanian sebagai aktivitas "mencangkul" perlu segera ditinggalkan. Pertanian sebagai suatu proses produksi yang kompleks perlu ditangani oleh manusia dengan kemampuan intelektual dan mentalitas yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan sumber daya manusia perlu diartikan dalam arti luas, termasuk membina sikap mental dan kemampuan intelektual aparat epemerintah, pendidik, pedagang komoditas pertanian, pengusaha industri pengolahan hasil pertanian, penyuluh dan petani. Corak, gaya dan esensi pengem bangan sumberdaya manusia ini perlu ditata disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi yang ada.

(b). InvestasiInvestasi diarahkan pada komoditas strategis termasuk sarana dan prasarana penunjangnya dilihat dari segi ekepentingan untuk emningkatkan pendapatan petani dan eperluasan kesempatan kerja di pedesaan. Dengan kata lain, investasi yang perlu dikembangkan adalah bentuk-bentuk investasi yang mampu memberikan pengganda pendapatan dan tenaga kerja yang tinggi. Investasi ini tidak terbatas pada investasi pada produksi primer dan pengembangan

5

sumberdaya, tetapi lebih penting lagi investasi pada bidang industri pengolahan dan pemasaran. Dalam bidang pengembangan sumberdaya, pada masa mendatang investasi di bidang perikanan tangkap, lahan kering, rawa dan pasnag surut perlu ditingkatkan.

(c). Inovasi kelembagaanKepastian siapa yang menanggung beaya dan siapa yang memperoleh manfaat adalah ditentukan oleh kelembagaan. Oleh karena itu, distribusi pendapatan atau insentif tergantung pada bentuk kelembagaan yang diberlakukan. Untuk menjamin pembangunan pertanian yang berkelanjutan, inovasi kelembagaan perlu diarahkan pada perekayasaan kelembagaan yang dapat menjamin petani mem peroleh nilai tambah dari jasa produksinya yang cukup tinggi dan fair.Inovasi kelembagaan dapat diartikan sebagai penataan kelem bagaan pada tingkat nasional atau tingkat daerah dengan pengertian dapat berupa deregulasi atau regulasi demi tercapainya suatu tujuan tertentu seperti efisiensi alokasi sumberdaya. Oleh karena kepen- tingan petani senantiasa berada di atas kepentingan lain, maka dalam setiap deregulasi atau regulasi harus didahulukan kepentingan petani, termausk kompensasi yang perlu diberikan kepadanya. Integrasi antara kelompok tani dengan koperasi pada tingkat desa dan tingkat yang lebih tinggi masih memerlukan penyempurnaan untuk lebih meningkatkan pendapatan petani dan ekonomi pedesaan.

(d). Kebijaksanaan HargaNilai riil komoditas pertanian terhadap komoditas non pertanian pada umumnya terus menurun. Harga komoditas pertanian umumnya juga berfluktuasi menurut musim dan memiliki marjin yang cukup besar antara harga pada tingkat petani dengan harga pada tingkat konsu men. Disamping itu, harga komoditas pertanian, termausk inputnya, pada umumnya tidak terlepas dari intervensi pemerintah. Dengan adanya sistem perdagangan global, maka kebijaksanaan harga komo ditas pertanian di Indonesia akan menjadi isu yang sangat penting khususnya apabila tujuan untuk meningkatkan pendapatan petani dijadikan tujuan pokok. OLeh karena itu, kebijaksanaan harga perlu dijadikan instrumen untuk mendorong alokasi sumberdaya yang lebih efisien tetapi tidak terlepas dari azas keadilan, kemerataan dan fairness.

(e). Peranan Suasta dan PemerintahPeranan pemerintah akan bergeser intensitasnya dari :"aktor langsung" ke arah 'dinamisator, stabilisator, dan kepastian hukum" bagi para pelaku ekonomi. Dengan demikian porsi ekonomi dimana kope rasi petani dan suasta memiliki keunggulan, dapat diberikan kepada pelaku-pelaku ekonomi ini. Peranan pemerintah diarahkan pada upaya-upaya strategis seperti penanggulangan kemiskinan dan pencip taan distribusi pendapatan yang semakin merata.

(f). Perdagangan luar negeri dan dalam negeriPerdagangan luar negeri lebih diarahkan untuk emningkatkan devisa dan penciptaan pengganda pendapatan dan kesempatan kerja yang besar pada perekonomian daerah dan petani. Salah satu implikasinya ialah komoditas yang diperdagangkan di pasar luar negeri seyogyanya merupakan komoditas hasil olahan. Dengan demikian nilai tambah dari proses pengolahan dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia.

6

Tujuan pembangunan pertanian di masa mendatang ialah mem-bangun pertanian tangguh yang efisien dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Dengan demikian pertanian mampu secara optimal meningkatkan pendapatan epetani, meningkatkan gizi masya rakat, mening katkan devisa negara dan mendorong pertumbuhan kesem-patan berusaha dan kesempatan kerja di pedesaan.

Upaya-upaya ini perlu dilakukan dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian sumberdaya dan lingkungan hidup. Sektor pertanian dihadapkan pada semakin terbatasnya ketersediaan sumberdaya dan resiko kemerosotan kualitas sumberdaya alam sehingga menuntut pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam secara tepat. Sektor pertanian diharapkan juga mampu menjamin berkelanjutan pemba ngunan pertanian yang memberikan peningkatan kesejahteraan para pelakunya.

Konversi lahan pertanian di Jawa untuk kegiatan non pertanian menyebabkan produksi pertanian harus bergeser ke areal di luar P. Jawa yang memiliki kualitas relatif lebih rendah. Produktivitas lahan tersebut diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas lahan di Jawa. Wilayah tersebut ditandai oleh keterbatasan sarana/ prasarana dan kurnagnya insentif ekonomi. Pemanfataan secara optimal potensi sumberdaya pertanian dan keunggulan kompetitif komoditas pertanian, dikembangkan usaha pertanian dalam sutau sistem agribisnis yang utuh dan dalam kerangkia pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan pertanian sangat jelas memerlukan suatu peningkatan kualitas sumberdaya manusia, baik melalui pening katan gizi maupun melalui peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian dan pengembangan pertanian mempunyai pelu -ang yang sangat besar dalam mengarahkan dan mendorong keber hasilan proses industrialisasi pertanian. Sumber daya yang tersedia bagi penelitian dan pengembangan pertanian adalah terbatas, sehingga perlu dialokasikan secara optimal kepada berbagai program penelitian. Sektor pertanian harus dibangun menjadi suatu industri pertanian yang tangguh dan efisien. Industri pertanian berarti adanya "kesat-uan terpadu" antara industri hulu, sistem usaha perta nian, agroindustri dan pemasraan dalam suatu sistem agribisnis. Melalui industri pertanian yang tangguh dan efisien sumberdaya pertanian memberikan nilai tambah lebih besar sesuai dengan potensi optimal yang ada.

Penelitian dan pengembangan pertanian diharapkan mampu menghasilkan inovasi, baik yang berupa inovasi teknis, ekonomi, dan inovasi sosial yang relevan dengan keperluan pembangunan. Inovasi yang dihasilkan berorien-tasi kepada kebutuhan konsumen yang dapat diklasifikasikan berdasarkan sasaran komoditas, wilayah dan kelom pok masyarakat. Suatu analisis antisipasi keperluan dan permintaan konsumen harus selalu mendasari penyusunan program penelitian dan pengembangan pertanian. Kemampuan di bidang ini telah ada, namun perlu lebih dikembangkan di masa yang akan datang.

Pembangunan pertanian mempunyai multi tujuan yang harus dicapai dimana peningkatan produksi merupakan sasaran antara atau dengan kata lain peningkatan produksi merupakan alat untuk menca pai tujuan yang mencakup peningkatan kesejahteraan pelaku produksi pertanian, peningkatan gizi masyarakat, peningkatan devisa, dan peningkatan kesempatan kerja. Pencapaian tujuan ini harus memper hatikan keberlanjutan sumberdaya alam dan kelestarian lingkungan hidup.

7

Penelitian dan pengembangan pertanian harus mampu membe rikan alternatif cara dimana "melalui suatu sistem usaha pertanian dapat dicapai suatu kondisi yang lebih baik bagi para pelaku usaha pertanian dan bagi masyarakat secara keseluruhan". Sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor produksi lahan, tenagakerja, modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang mencakup bio-fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir, pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen. Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan sektor pertanian tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya, kelembagaan, dan kebijaksanaan pembangunan pertanian. Dari keseluruhan sistem agribisnis seperti yang diabstraksikan di atas, dapat diambil beberapa aspek atau bidang kajian penting, yaitu:

(a). Sistem Agribisnis dan Perdagangan/pemasaranPenelitian ini diarahkan untuk melihat keterkaitan antara berbagai subsistem

dalam agribisnis untuk lebih mendorong pengem bangan sistem budidaya pertanian. Penelitian juga mencakup prospek pengembangan berbagai komoditas dikaitkan dengan prospek permin taan dan penawarannya baik di dalam maupun di luar negeri.

Penelitian pengembangan sistem agribisnis termasuk upaya untuk memantap-kan sentra-sentra produksi pertanian yang memung kinkan adanya keterkaitan yang efisien dengan agroindustri (industri hilir) dan juga penyediaan sarana produksi (industri hulu). Dalam rangka agribisnis ini sangat penting diketahui adalah analisis biaya dari berbagai sistem usaha pertanian dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing komoditas. Penelitian lembaga keuangan pedesaan menjadi sangat strate gis untuk membantu mendorong mobilisasi sumber ana yang tersedia di pedesaan secara lebih efisien dan efektif.

(b). Sumberdaya manusia dan kelembagaanSumberdaya manusia merupakan subyek pembangunan. Penelitian mengenai

perilaku sumberdaya manusia menjadi sangat penting baik sebagai individu, anggota kelompok maupun dalam rangka mengkaitkan antara usahatani keluarga, perusahaan pertanian dan agroindustri untuk meningkatkan "responsivitas" terhadap perubah an pasar. Penelitian mengenai gender dalam rangka mendorong peningkatan nilai tambah sumberdaya manusia mendapat perhatian yang lebih besar. Termasuk dalam bidang ini ialah penelitian kelembagaan untuk menmdorong pembangunan pertanian. Penelitian di bidang kelembagaan ini a.l. mencakup: (1) sistem penyuluhan pertanian yang berkaitand engna otonomi daerah, (2) sistem komuni kasi dengan dunia usaha, (3). sistem nilai masyarakat pedesaan untuk mendorong pembangunan pertanian, (4) sistem kerjasama petani untuk meningkatkan skala ekonomi, (5) pengembangan "contract farming" dan kajian "demokratisasi" pengambilan keputusan dan sistem budaya pertanian.

(c). Pengelolaan sumberdaya alam dan Lingkungan HidupSumberdaya lahan semakin terbatas dan adanya kecende rungan pemanfaatan

harus semakin bergeser ke lahan yang berma salah. Penelitian diarahakan semakin lebih banyak kepada upaya pemanfaatan wilayah tersebut, termasuk wilayah lahan kering. Penelitian sumberdaya harus mampu memberikan indikasi potensi dan peluang

8

bagi pengembangan sistem usaha pertanian pada suatu wilayah tertentu. Penelitian perlu dapat memberikan informasi menge nai karakteristik sumberdaya alam tersebut dan memberikan perkiraan mengenai arah pengelolaan dimasa mendatang.

(d). Sistem usaha pertanian (atau usahatani)Kebijaksanaan pembangunan pertanian berdasarkan sistem agribnisnis.

Orientasi pengembangan komoditas yang saat ini lebih diarahkan pada peningkatan produksi, diperluas sehingga mencakup keseluruhan sistem agribisnis. Penelitian diarahkan untuk menghasil kan berbagai alternatif sistem usaha pertanian dengan sekala ekono mi yang efisien, yang spesifik untuk berbagai kondisi agroekologi. Pengem bangan sistem usaha pertanian dilakukan dengan memper hatikan prinsip keunggulan wilayah. Penelitian juga meliputi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk meningkatkan nilai tambah .

Penelitian komoditas dan komponennya diarahkan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas suatu komoditas, dimana komoditas tersebut selanjutnya dirang kum dalam suatu sistem usaha pertanian. Penelitian prapanen, panen dan pasca panen tetap diper lukan untuk emningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi. Penelitian sekala ekonomi usaha dan cara pengusaha annya semakin penting mengingat semakin terbatasnya sumberdaya perta nian, sedangkan bentuk pengelolaan tersebut harus dapat memberi kan pendapatan yang layak bagi para pelakunya. Pola-pola keterkait an antara usahatani keluarga dan perusahaan pertanian masih perlu dikem bangkan lebih lanjut dengan prinsip saling mendukung dan menguntungkan.

(e). Pengembangan agroindustriKondisi sistem budidaya tanaman sangat tergantung pada perkembangan

agroindustri. Penelitian agroindustri diarahkan untuk memperbaiki pola pengembangan agro-industri yang dapat memper baiki distribusi pendapatan, termasuk perbaikan pola keterkaitan antara usahatani keluarga dan perusahaan agroindustri serta bentuk agro industri yang sesuai di pedesaan. Penelitian agroindustri yang perlu diselenggarakan adalah dalam rangka penentuan lokasi agroindustri dikaitkan dengan sentra pengembangan komoditas, penelitian sekala ekonomi agroindustri, penelitian keterkaitan antar sektor dalam agroindustri, penelitian pengembangan produk dan dampak kebijak sanaan makro terhadap perkembangan agroindustri (a.l perkreditan, perpajakan dan nilai tukar).

(f). Rintisan dan pengembangan produkPenelitian bioteknologi merupakan salah satu peneli tian rintisan yang perlu

mendapat perhatian. Bioteknologi merupakan alternatif baru yang dapat memban tu mengatasi berbagai masalah yang melalui cara konven sional sulit atau tidak dapat dilakukan. Melalui penelitian biuoteknologi ditujukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman, ternak dan ikan melalui biak sel/jaringan, hibridisasi sel somatik.

II. KONSEPSI PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN SENGON

9

Sengon adalah tanaman yang telah lazim dikenal masyarakat di Jawa Timur. Oleh karean itu sengon dapat dipelihara oleh setiap anggota masyarakat, tidak memerlukan teknologi tinggi dan dengan cara sederhana dapat berkembang biak dengan baik. Dengan demikian untuk meningkatkan populasi, dan produksi buah sengon, akan dilaksanakan Sentra Pengembangan Agibisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Sengon.

1. Konsepsi.Pengembangan komoditas sengon dapat dilakukan dengan sistem usahatani

berkelompok dan terpusat pada sentra unggulan sengon dengan kegiatan peningkatan produksi secara terpadu, berskala ekonomi, berkelanjutan dengan kemandirian dan beroreantasi agribisnis.

2. ArahSPAKU- Sengon diarahkan dalam mengembangkan sentra-sentra produksi dan

pembibitan yang berorientasi Agribisnis/ Agroindustri.

3. Dasar Penentuan Lokasi.Penentuan lokasi komoditi unggulan ini dengan persyaratan sebagai berikut:

(1) Bahwa SPAKU Sengon merupakan kegiatan ekonomi produktif.(2) Mempunyai sumberdaya wilayah yang relatif siap dimanfaatkan dan potensinya

memadai.(3) Adanya partisipasi aktif dari masyarakat yang telah familier dengan komoditas

unggulan dan teknologinya telah dikuasai.(4) Memberikan hasil dengan nilai tambah yang memadai. (5) Merupakan substitusi import dan apabila mungkin diekspor.

4. Tujuan dan Sasaran.Berdasarkan konsepsi tersebut di atas, maka tujuan dan sasaran dari sentra

pengembangan agribisnis komoditi unggulan ini adalah sebagai berikut:

(1) Tujuan.a. Meningkatkan populasi tanaman yang telah ada, produksi primer kayu sengon dan

hasil sampingan (tanaman sela), serta produk-produk ikutannya, secara lokal dan regional, bahkan kalau memungkinkan secara nasional.

b. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (dan pengelola SPAKU) melalui peningkatan skala usaha kecil menuju ke arah komersial dengan pendekatan Agribisnis.

c. Menciptakan sentra-sentra pembibitan sengon dan pusat pelayanan inovasi teknologi serta informasi pasar.

d. Menciptakan Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) Sengon yang dijiwai oleh semangat kemitraan dan koperatif

e. Mendorong berkembangnya koperasi pedesaan dengan kegiatan produktifnya agribisnis komoditas sengon dan mampu bermitra-usaha dengan pihak luar/suasta yang terkait.

10

(2) Sasaran.

a. Sasaran KualitatifSasaran dari SPAKU sengon ini adalah berkembangnya kelompok- kelompok

petani sengon yang dapat dibina menuju usaha kelompok agribisnis yang mandiri dan kemudian berkembang ke arah terbentuknya koperasi agribisnis/agroindustri berbasis sengon.

b. Sasaran KuantitatifSasaran kuantitatif SPAKU sengon ini adalah:

(a) Membangun Pusat Pembibitan dan Pelayanan Informasi Teknologi (PPPIT) yang meliputi, pembangunan pos petugas pengendali 2 unit, kebun koleksi satu unit, kebun pembibitan dua unit, rumah kaca 5 unit, yang dilengkapi dengan genset, instalasi air dan listrik, alat pengolahan tanah dan alsintan, dan beberapa perlengkapan kebun; serta ruang data dan pengolahan informasi agro-teknologi, dan ruang pertemuan komunikasi agribisnis.

(b) Pengadaan bibit sengon unggul dengan jumlah tertentu, misalnya sebanyak 500-1000 batang untuk setiap kultivar unggul yang akan dikoleksi.

(c) Selanjutnya bibit sengon tersebut dikembangkan di PPPIT dengan menggunakan metode perbanyakan vegetatif dan generatif secara berkesinambungan di lokasi kebun bibit, dan bibit yang dihasilkan disebarkan kepada petani.

(d) Sasaran petani anggota KUBA sengon ditetapkan secara bertahap, misalnya setiap tahapan 200 RTP, masing-masing memiliki lahan tegalan 0.25-1.0 ha, menerima bibit sengon 500-1000 batang terdiri dari beberapa macam kultivar unggul.

(e). Sasaran areal pembangunan SPAKU sengon adalah 1000 ha kebun inti dan 500 ha areal dampak milik rakyat.

5. Tahapan Kemandirian SPAKU Sengon

Dalam rangka pembinaan terhadap kelompok tani (KUBA) sengon sehingga dapat mencapai kemandirian, maka bantuan fisik dan keuangan dari pemerintah diharapkan dapat berakhir pada akhir tahun ke-3 atau ke-4. Selanjutnya pemerintah hanya akan membina secara fungsional (melalui FORKA Sengon) agar KUBA tersebut mencapai kemandirian bahkan dapat dikembangkan ke arah terbentuknya koperasi agribisnis/agroindustri berbasis komoditas sengon, yang selanjutnya mampu melakukan kemitraan dengan mitra-usaha Swasta setempat.

Tahapan kemandirian tersebut dimaksud seperti diuraikan pada bagan berikut .

III. OPERASIONALISASI PENYEBARAN DAN PENGEMBANGAN

KOMODITAS SENGON

11

3.1. Pola Penyebaran

Penyebaran komoditas sengon dapat dilaksanakan melalui dua pola, yaitu :(1) Gerakan pembangunan rumah dan tanaman (Gerbang Rutan) yaitu penyebaran

dan pengembangan tanaman sengon dengan sistem pemeliharaan berada dalam lokasi/lahan pemukiman penduduk (lahan pekarangan).

(2) Gerakan pembangunan wilayah pertanaman (Gerbang Wiltan) yaitu penyebaran dan pengembangan tanaman dimana lokasi pemeliharaannya terpisah dengan pemukiman penduduk yang tergabung dalam suatu hamparan.

Secara skematis kedua model tersebut digambarkan dalam bagan berikut .

3.2. Penyebaran Bibit SengonPenyebaran sengon dapat ditempuh melalui dua tahap, yaitu :

(1) Operasional Penyebaran Bibit Tanaman

a. Tahap produksi bibit dengan bibit induk kultivar terpilih pada kebun koleksi dan kebun bibit melalui pembangunan PPPIT. Adapun fungsi PPPIT ini adalah :(a) Aklimatisasi atau penyesuaian kondisi dan lingkungan dalam upaya memperkecil

tingkat kematian tanaman sebelum disebarkan kepada anggota KUBA Sengon.(b) Pembesaran bibit sampai umur tertentu untuk disebarkan ke petani annggota

KUBA Sengon.(c) Pelayanan informasi (agro-teknologi dan pasar) dan percontohan bagi masyarakat

dan sekaligus sebagai tempat latihan kerja.(d) Melaksanakan penyebaran bibit tanaman ke petani yang akan menerima paket

Agribisnis.(e) Membina petani anggota KUBA Sengon menjadi spesialis-spesialis produksi bibit

sengon dan produksi buah konsumsi.(f) Meningkatkan pendapatan wilayah non pajak melalui penjualan hasil produksi

sengon.

b. Tahap Penyebaran dan Pembinaan

Tahap penyebaran dan pembinaan, yaitu penyebaran tanaman kepada petani yang bergabung dalam kelompok KUBA Sengon. Petani anggota KUBA ini dibina sehingga mampu menumbuhkan sentra produksi dan pembibitan sengon kultivar unggul. Apabila telah tercipta sentra-sentra pembibitan di pedesaan, maka peranan PPPIT akan dapat dialihkan kepada pelayanan informasi teknologi dan informasi pasar. Adapun mekanisme dalam pelaksanaannya penyebaran tanaman dapat diabstraksikan dalam bagan berikut .

(2) Komponen Komoditi Unggulan SengonUntuk meningkatkan produksi sengon melalui sentra pengembangan agribisnis

komoditi tanaman ini dipersyaratakan tersedianya beberapa komponen penting.

12

a. PPPITPusat pelayanan ini merupakan tempat pusat pembibitan, pembesaran dan

perbanyakan bibit, serta informasi teknologi dan pasar hasil produksi, maka diperlukan sarana antara lain :(a) Kebun Induk Koleksi Kultivar Unggul(b) Kebun pembibitan sengon(c) Rumah kaca permanen dengan instalasi air bersih dan listrik(d) Ruang / gudang peralatan dan Saprodi(e) Komoditas penunjang: tanaman sela jagung, kacang-kacangan(f) Tanaman Induk: beberapa macam kultivar(g) Alsintan, termasuk hand tractor(h) Instalasi air dan listrik(i) Ruang data dan pengolahan informasi yang dilengkapi dengan fasilitas komunikasi

yang memadai.

b. Intensifikasi Teknologi/SAPRODIUpaya perbaikan produktivitas tanaman dilakukan dengan memberikan saprodi

sesuai dengan rekomendasi teknis sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman .

c. Program Inovasi Teknologi Budidaya TanamanUpaya menekan gangguan hama dan penyakit tanaman sengon dilakukan

dengan cara pemantauan epidemiologi, pelayanan diagnosa penyakit secara teratur dan terpadu.

d. Distribusi dan redistribusiUntuk mempercepat terwujudnya sentra pengembangan agribisnis komoditas

sengon, maka upaya penyebaran tanaman maupun redistribusinya akan dilaksanakan secara berke-sinambungan.

e. DiversifikasiGuna meningkatkan produktifitas lahan di lokasi sentra pengembangan

agribisnis komoditi sengon, harus dilakukan intensifikasi sistem pengelolaan usahatani tanaman dengan melibatkan tanaman penunjang seperti palawija (sebagai tanaman sela ketika sengon masih muda), tanaman sela ini lazimnya jagung atau kacang-kacangan sewaktu tanaman sengon masih muda. Melalui deversifikasi yang intensif ini diharapkan dapat diperoleh peningkatan produktifitas maupun skala pemilikan.

f. Pelatihan SDMGuna meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan petugas lapangan maupun

petani anggota KUBA Sengon, harus dilakukan pelatihan-pelatihan, baik yang menyangkut teknologi budidaya, manajemen usahatani, maupun manajemen pemasaran hasil.

g. Pembinaan kelompok KUBA SengonUntuk meningkatkan transformasi teknologi kepada petani, pembinaan anggota

KUBA harus dilakukan secara kontinyu dan intensif. Pembentukan kelompok KUBA

13

dan recruitmen anggota harus melibatkan tokoh masyarakat setempat dan memperhatikan ikatan-ikatan sosial-tradisional yang telah ada.

(3) Sistem Distribusi Bibit

a. Distribusi bibitDistribusi bibit tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

(a) Penyebaran melalui KUBA untuk selanjutnya kelompok ini menyebarkan kepada kelompok lain yang terdiri dari 25-30 RTP.

(b) Penyebaran langsung ke petani yang bergabung dalam KUBA.

b. Paket AgribisnisSetiap petani menerima satu paket, komponen paket tersebut terdiri dari bibit

sengon siap tanam sebanyak 150-500 batang sesuai dengan luas lahan yang dimilikinya (Populasi yang disarankan 500 tanaman setiap hektar) dan pupuk sesuai dengan anjuran. Selama dua tahun pertama dapat subsidi benih dan saprodi untuk tanaman sela jagung atau kacang-kacangan. Disamping itu petani mendapat latihan terlebih dahulu sebelum menerima paket, penyuluhan dan pembinaan serta bantuan alat olah tanah.

c. Pola pengembalianPetani penerima paket berkewajiban mengembalikan 150-500 bibit sengon siap

tanam. Jangka waktu pengembalian dua tahun setelah tanaman berproduksi/dapat dipanen dan dilakukan melalui penandatanganan surat perjanjian.

d. Mekanisme PengembalianKayu sengon dapata dipanen umur 8-10 tahun, sebagian hasil panen ini (senilai

dengan harga 150-500 bibit sengon) disetor ke PPPIT dengan dikoordinir oleh ketua kelompok.

3.3. Lokasi

Lokasi sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan tanaman ini adalah wilayah kecamatan tertentu yang memenuhi syarat. Penetapan lokasi proyek (Kecamatan) ditetapkan oleh Dinas /Instansi yang berwenang.

3.4. Petani dan KUBA Sengon

Petani peserta proyek ditetapkan oleh Kepala Dinas /Instansi terkait dengan mengakomodasikan saran/masukan-masukan dari tokoh masyarakat setempat.

(1) Syarat-syarat petani peserta :a. Bertempat tinggal tetap di lokasi proyek disertai surat keterangan domisili Kepala

Desa.b. Diutamakan belum mendapat /menjadi peserta proyek sejenis.

14

c. Bersedia menjadi anggota kelompok KUBA. Sengond. Mempunyai pengalaman dan ketrampilan memelihara tanaman sengon dan

sannggup melakukan usahatani secara serius.e. Sanggup menyediakan lahan, tenagakerja dan memelihara tanaman dengan baik.f. Bersedia mengikuti petunjuk, bimbingan dan latihan dari Dinas dan instansi terkait.g. Mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas /Instansi Dati II untuk menjadi

peserta SPAKU dan menjadi anggota KUBA Sengon.h. Bersedia menandatangani Surat Perjanjian Kerja dengan Dinas /Instansi

berwenang.

(2) Adapun tugas dan syarat anggota KUBA Sengon sebagai berikut a. Petani peserta dikelompokkan dalam kelompok usaha bersama agribisnis (KUBA)

yang terdiri dari 25 -30 RTP.b. Setiap KUBA Sengon membentuk pengurus yang terdiri dari Ketua, Sekretaris dan

Bendahara.c. Pengurus berkewajiban ikut membina dan mengaktifkan anggota kelompok serta

mengkoordinasikan kegiatan pengembangan usahatani sengon dari anggotanya.d. Pengurus berkewajiban menyampaikan laporan perkembangan tanaman dari

anggotanya kepada petugas setempat.e. Setiap anggota kelompok wajib mencatat perkembangan kebunnya pada kartu

kebun dan data keadaan tanaman melalui kartu tanaman.

(3) Petani yang telah memenuhi persyaratan ditetapkan oleh Surat Keputusan Kepala Dinas /Instansi berwenang Kabupaten Dati II.

3.5. Forum Komunikasi Agribisnis (FORKA) Sengon

Forum ini berfungsi untuk memantau dan mengendalikan perkembangan SPAKU Sengon sehingga mampu mencapai hasil yang diinginkan. Forum ini beranggotakan para ketua KUBA Sengon, perwakilan instansi pemerintah yang terkait, suasta dan tokoh masyarakat.

IV. PELAKSANAAN KEGIATAN MENURUT TAHAPAN

Anggaran Sentra Pengembangan Agribisnis Unggulan Komoditi Sengon pada T.A tertentu dapat dimasukkan dalam DIP dengan besaran tertentu.

Pelaksanaan dan Penggunaan Dana

1. Peralatan/perlengkapan dan Alsintan

(1) Komponen PPPIT

a. Rumah kaca

15

Biaya yang tersedia dipergunakan untuk pembangunan rumah kaca sebanyak 2-3 unit dengan disain baku yang bisa memuat 500-1000 bibit setiap unit , ini digunakan pada waktu bibit masih muda sebelum dipindahkan ke lapangan.

b. Pengadaan Wadah PembibitanBiaya yang tersedia digunakan untuk membeli pot atau polibag yang akan

digunakan untuk memelihara bibit.

c. Peralatan kebun bibit dan kebun koleksiBiaya yang tersedia dengan besaran tertentu dapat dipergunakan untuk

pembelian peralatan kebun yang dibutuhkan antara lain adalah : alat olah tanah, sprayer, alat pemupukan dan lain-lain. Peralatan kebun ini sebanyak beberapa unit untuk kebutuhan PPPIT.

d. Perlengkapan Pos TerpaduBiaya pengadaan perlengkapan pos terpadu dipergunakan untuk membeli

peralatan yang membantu petugas dalam melaksanakan administrasi antara lain : meja kerja, kursi, meja dan kursi tamu, lemari arsip, papan tulis dll disesuaikan dengan kebutuhan pos terpadu.

e. Pengadaan GensetGenset digunakan untuk penerangan PPPIT dan inkubator buah sengon

sebelum instalasi listrik PLN masuk atau selama aliran listrik PLN padam.

f. Pengadaan MixerBiaya pengadaan mixer yang digunakan untuk mencampur tanah, dan rabuk

kandang serta media pembibitan lainnya.

g. Pengadaan hand tractorBiaya pengadaan alat ini disesuaikan dengan harga berlaku, kegunaannya

dipakai sebagai percontohasn dan peragaan untuk mengolah tanah kebun sengon di PPPIT.

h. Perlengkapan PetugasBiaya perlengkapan petugas disesuaikan dengan jumlah eptugas dan satuan

harga yang berlaku, dipergunakan untuk membeli perlengkapan petugas yang terdiri antara lain : sepatu lapangan, jas hujan, senter, topi, baju lapangan dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan petugas lapangan.

(1) Pengadaan kendaraan roda 2Kendaraan roda 2 untuk petugas lapangan digunakan dalam rangka pembinaan sentra pegnembangan agribisnis komoditas unggulan sengon di lapangan dan di PPPIT.

(2). Fasilitas ruang data dan informasiPengadaan fasilitas komputer dan tilpun serta perlengkapan penunjangnya diperuntukkan untuk kelancaran administrasi dan pembuatan laporan serta

16

penyampaian informasi dalam rangka kegiatan sentra pengembangan agribisnis komoditi sengon.

(3) Perlengkapan Ruang Pertemuan AgribisnisBiaya pengadaan perlengkapan-perlengkapan ruang pertemuan agribisnis dipergunakan untuk membeli peralatan antara lain : meja kerja, kursi, meja dan kursi tamu, lemari arsip, papan tulis dll disesuaikan dengan kebutuhan ruang pertemuan.

2. Gedung dan Bangunan

Komponen PPPIT :

(1) Pembangunan pos petugas 1 unit.Pembangunan pos petugas yang dimaksud adalah bangunan untuk pos penjagaan dan rumah penjaga/kantor. Dana yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan, misalnya seluas bangunan 50 M2.

(2) Ruang / gudang.Gudang makanan digunakan untuk menyimpan makanan tanaman sengon maupun perlengkapan lainnya.

(3) Ruang GensetRuang genset digunakan untuk tempat genset dengan luas 4 M2, dana yang diperlukan disesuaikan dengan disain teknis.

(4) Instalasi air dan listrikDana ini digunakan untuk memasang instalasi air dan listrik, yang kegunaannya untuk memenuhi kebutuhan fasilitas air dan listrik di PPPIT.

(5) PemagaranBiaya pemagaran bangunan PPPIT disesuaikan dengan luas areal dan disain teknis pagar. Pemagaran bangunan kandang di PPPIT dapat menggunakan bahan pagar bisa dari kawat berduri, tiang besi, sehingga dapat melindungi/sebagai pengaman bangunan kandang, atau menggunakan disain pagar hidup.

(6) Kebun bibit /kebun koleksi sengonBiaya pembuatan kebun sengon ini dengan luas tertentu disesuaikan dengan disain teknis. Kebun ini digunakan untuk pemeliharaan bibit, pemeliharaan tanaman koleksi, dan pohon produksi sebagai percontohan.

(7) Rumah kaca untuk Penampungan Bibit Biaya pembuatan rumah kaca disesuaikan dengan disain teknis. Rumah kaca ini digunakan untuk pembesaran bibit sementara waktu sampai berumur tertentu baru disebar ke patani, dengan lantai dari semen atau tanah yang dipadatkan.

3. Agroinput

(1) Komponen PPPIT

a. Pengadaan Bibit Sengon

17

Pengadaan bibit sengon sebanyak 500-1000 bibit yang terdiri dari 50-100 bibit setiap kultivar unggul. Pengadaan sengon dengan umur minimal 6 bulan. Dalam pengadaan tanaman ini diusahakan memilih bibit yang produktif dengan memperhatikan karakteristik visualnya. Jenis sengon yang diadakan adalah jenis unggul dimana sumber bibit dapat berasal dari Kabupaten setempat atau dari sumber bibit yang bisa dipertanggung jawabkan.

BIBIT DAN PEMBIBITAN SENGON (Sumber: http://jualbibitkayu.files.wordpress.com/)PT. BUMN Hijau Lestari II dibentuk untuk melestarikan lahan dan air melalui suatu kegiatan usaha berbasis lingkungan sehingga diperoleh manfaat yang berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan ekologi, tanpa mengabaikan kemungkinan memupuk keuntungan dari usaha tersebut.Tujuan dari pembentukan badan usaha ini adalah menciptakan suatu ikatan usaha BUMN di bidang agroindustri, perkebunan, kehutanan dan jasa penunjang lain yang secara bersama-sama melakukan kegiatan kemitraan dalam pelestarian dan kegiatan usaha yang bersifat melestarikan tanah dan air (eco-business).Selain untuk tujuan penghijauan, PT. BUMN Hijau Lestari II juga melayani penyedian bibit kayu (Sengon, Sengon Salomon, dan Jabon) untuk instansi dan masyarakat umum.Harga Bibit per tanggal 27 Oktober 2010 :

Sengon Rp. 1.500,- *Sengon Solomon Rp.2.500,- *Jabon Rp.2.000,- ** Minimal order 10.000 bibit (Negosiasi)

Keterangan :

18

Sengon Solomon adalah Sengon kualitas unggul dimana kecepatan tumbuhnya jauh lebih cepat daripada sengon biasa/laut.INFO LEBIH LANJUT HUBUNGI :

CP : Bpk. Hariyono (081336669759) Website: http://www.bumnhijaulestari.com E-mail: [email protected]

b. SaprodiBiaya saprodi untuk pembelian pupuk, pestisida rabuk kandang/kompos, benih

palawija dan bibit sengon. Pupuk dan pestisida digunakan untuk memelihara tanaman di PPPIT (kebun koleksi dan kebun bibit) , dan diberikan kepada petani untuk membesarkan sengon selama setahun bulan dan memelihara tanaman sela.

(2). Program Perlindungan Tanaman

a. PeralatanBiaya untuk peralatan ini dpaat digunakan untuk pembelian sprayer beberapa

unit dan kelengkapannya , dan lain-lain peralatan gudang disesuaikan dengan kebutuhan.

b. Obat-obatan, PestisidaObat-obatan tersebut digunakan pada pengobatan/ pencegahan gangguan

hama dan penyakit sengon di PPPIT maupun pada petani anggota KUBA Sengon.

V. RANCANGAN KEGIATAN

Untuk mewujudkan Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Sengon di wilayah Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, maka berbagai kegiatan dalam seluruh subsistem-subsistem agribisnis termasuk subsistem penunjangnya perlu direnca-nakan. Perwujudan Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang sebagai sentra pengembangan agribisnis komoditas Sengon akan memerlukan waktu sekitar 5 sampai dengan 10 tahun, dimana 5 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pembangunan kebun (penanaman) dan 10 tahun adalah kebutuhan waktu untuk pembinaan KUBA.

Berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan yang ditargetkan untuk dapat dilaksanakan dalam kurun waktu 5 - 10 tahun. Rancangan kegiatan ini difokuskan pada pengembangan 1000 Ha kebun Sengon monokultur sebagai inti dan sekitar 500 ha Sengon pekarangan sebagai plasma dari SPAKU Sengon.

Rancangan kegiatan ini memberikan gambaran kegiatan-kegiatan pokok yang akan ditangani melalui proyek sejak penanaman sampai dengan pemeliharaan tahun ke 4 karena tanaman Sengon baru dapat di panen pada tahun ke 5.

5.1. Pengadaan dan Penyaluran Agroinput

19

5.1.1. Pengadaan dan Penyaluran Bibit SengonSesuai target/sasaran, dalam kurun waktu lima tahun akan dikembangkan 1000

Ha tanaman Sengon, pada lima kecamatan terpilih. Untuk itu dibutuhkan bibit Sengon klon 21 sebanyak minimal 250.000 bibit ditambah 5 - 10 % perkiraan kebutuhan cadangan bibit untuk sulaman tanaman yang mati.

Pengadaan bibit untuk kebutuhan pengembangan sentra Sengon tersebut diharapkan dapat dipenuhi dari penangkar-penangkar setempat.

5.1.2. Pengadaan dan Penyaluran Saprodi

1. PupukSesuai dengan agroekosistem/kondisi lahan ke lima Kecamatan terpilih sebagai

lokasi sentra agribisnis Sengon, maka rencana pengadaan pupuk yang dibutuhkan untuk tanaman Sengon mulai tanam sampai dengan pemeliharaan tanaman menjelang panen adalah sebagaimana disajikan dalam Tabel 5.1.

Tabel 1. Rencana Pengadaan Pupuk Sentra Agribisnis Sengon Kabupaten Malang

Jenis Kebutuhan, kg/ha PengadaanPupuk Pena- Pemeliharaan untuk naman Th.I Th.II Th.III Th.IV 1000 Ha Urea

62.5 125

125

250 250 812500

ZA 62.5 125 125 250 250 812500TSP 62.5 125 125 125 200 637500KCl 62.5 125 125 125 200 637500

Pengadaan pupuk ini diusulkan disalurkan melalui/oleh KUD.

2. Pestisida

Beberapa hama dan penyakit yang umumnya menyerang tanaman Sengon adalah wereng Sengon atau sikada, penggerek batang dan buah, lalat buah dan antrakaose. Untuk mencegah dan memberantas hama penyakit yang mungkin dapat menyerang tanaman Sengon, maka dalam kurun waktu berlangsungnya pembangunan sentra (1000 Ha) diperlukan pengadaan pestisida sebesar 125000 liter dengan rincian sebagaimana tabel berikut :

Jumlah kebutuhan pengadaan agroinput (pupuk dan pestisida) untuk tanaman Sengon s/d tanaman berproduksi optimal (tahun ke 25) dapat dilihat pada paket budidaya tanaman.

Tabel 2. Pengadaan Pestisida Sentra Agribisnis Sengon Kabupaten Malang

Jenis Kebutuhan, kg/ha Pengadaan

Saat Pemeliharaan untuk

20

tanam P1 P2 P3 P4 1000 haBasudin 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Azodrin 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Metil Cugero 0.0 5.0 5.0 5.0 10.0 25000Benlate/ Dithare M-45 0.0 10.0 10.0 15.0 15.0 50000

3. Pengadaan benih tanaman sela

Sebagaimana diuraikan pada Bab IV, bahwa sebagai penghasilan tambahan bagi petani sebelum Sengon berproduksi, maka akan dibudidayakan tanaman kedele dan jagung sebagai tanaman sela. Dengan memperhitungkan pergiliran tanaman, maka kebutuhan benih jagung dan kedelai untuk tanaman sela pada areal seluas 1000 Ha dapat dihitung berdasarkan paket usahatani yang berlaku.

5.2. Pengadaan Sarana, Prasarana dan Alsintan

Alsintan yang dibutuhkan pada saat tanaman diproduksi sampai dengan panen adalah alat pengolah tanah dan penyiangan.

Perkiraan kebutuhan pengadaan alsintan untuk pengembangan SPAKU Sengon di Kabupaten Malang adalah satu unit per rumahtangga.

Sarana yang sangat diperlukan dalam pengembangan komoditas Sengon ini yaitu pengairan yang diupayakan melalui pembuatan sumur galian sebanyak 2 unit/ha kebun.

Prasarana utama yang perlu dibangun adalah jalan kebun sepanjang 100 m/ha kebun dalam waktu 5 tahun.

5.3. Pemantapan Kelembagaan

Kelembagaan yang harus ada di lokasi SPAKU meliputi kelembagaan petani, kelembagaan ekonomi dan kelembagaan aparatur.

5.3.1. Kelembagaan Pengelola SPAKU Sengona. Setiap petani menjadi anggota KUBA Sengon.b. Setiap KUBA Sengon tani beranggotakan 20 petani.c. Setiap petani menguasai sekitar 1 Ha lahan untuk Sengon.d. Setiap 15 KUBA Sengon oleh 1 PPL.e. Setiap PPL mengelola 5 Ha kebun inti yang berfungsi sebagai kebun produksi,

pusat informasi teknologi budidaya Sengon, yang dilengkapi dengan SAUNG (gubuk tempat pertemuan kelompok tani).

f. Setiap petani juga menjadi anggota Koperasi Petani Sengon/KUD.g. Setiap KUD menjadi mitra sumber dana yang terdiri dari BRI, BPD, BUMN, BUMS.

21

(A) Kondisi Pada Saat Ini

1. Sosial Ekonomia. Rataan pendapatan per kapita per tahun para pemilik Sengon (petani lahan kering)

di wilayah Malang masih harus ditingkatkan untuk mencapai tingkat kesejah teraan yang lebih baik

b. Fluktuasi pendapatan bersifat musiman dan sangat tergantung pada dinamika pa-sar/harga Sengon di pasaran serta fluktuasi pasar/harga saprodi, terutama pupuk dan pestisida;

c. Rataan anggota keluarga 4 - 5 orang, dengan 2 - 3 orang anak.

2. Teknologi Pemeliharaan Tanaman Sengon (Produksi)a. Jumlah dan kualitas pohon sangat beragam dan kualitasnya umumnya rendah b. Populasi pohon Sengon 5 - 10 pohon c. Luas pekarangan 500-1000 m persegi untuk menanam tanaman Sengon dan

ditanami dengan aneka tanaman tahunan lainnyad. Sasaran produksi : buah Sengon ;e. Tenaga kerja keluarga: suami-istri, dan anak-anak .

3. Kelembagaan Produksi Primer: Petani lahan kering

a. Hubungan antara anggota kelompok tani yang ada sekarang bersifat tradisional b. Usaha pemeliharaan tanaman dengan sistem kebun campuran kurang intensif;c. Setiap kelompok tani beranggotakan 20-30 RTP dan dipimpin oleh seorang ketua

dan seorang sekretaris dan seorang bendahara; namun demikian aktivitas kelompok ini masih sederhana

d. Kelompok tani yang ada sekarang belum membentuk Koperasi formal yang beranggotakan semua RTP (Rumah Tangga Petani)

(B) Permasalahan dan Peluang Pengembangan

1. Keterbatasan penguasaan informasi, modal dan tek-nologi mengakibatkan operasi pemeliharaan tanaman sangat terbatas dan hasil buah Sengonnya juga masih relatif rendah. Peluang inovasi teknologi dapat dilakukan melalui pembinaan kelompok tani (KUBA =kelompok Usaha Bersama Agribisnis) secara intensif sehingga mempunyai akses yang lebih besar terhadap kemudahan-kemudahan yang disediakan oleh peme rintah atau investor swasta.

2. Fluktuasi harga buah Sengon pada tingkat petani masih cukup besar dan "bargaining power" dalam mekanisme pasar relatif sangat lemah , karena informasi pasar yang dikuasai sangat terbatas dan daerah pemasarannya sangat terbatas. Informasi pasar yang memadai diharapkan dapat memperbaiki situasi ini. Rintisan kemitraan dengan kelembagaan suasta yang bergerak dalam bidang pemasaran buah Sengon diharapkan dapat membantu petani memasarkan hasil buahnya. Dalam kaitan ini perlu adanya lembaga pengumpul (pengepul) di desa sebagai "perwakilan" dari perusahaan suasta tersebut yang berperan sebagai pedagang desa. Lembaga pengepul inilah yang berhubungan langsung dengan KUBA.

22

3. Salah satu kendala serius yang masih dihadapi para petani ialah dalam pengadaan saprodi, terutama bibit Sengon yang unggul, sedangkan pupuk dan pestisida telah dapat tersedia secara lokal dengan harga yang layak. Jalinan kemitraan juga perlu dikembangkan dengan melibatkan agen-agen dari produsen bibit/penangkar bibit yang bersertifikat, serta kios-kios/toko pertanian yang merupakan perwakilan dari produsen saprodi, seperti pupuk daun, hormon /zat trumbuh dan pestisida.

4. Khusus dalam kaitannya dengan pembinaan dan pengembangan KUBA Sengon diperlukan suatu "Forum Komunikasi Agribisnis Sengon (FORKA Sengon)" yang beranggotakan wakil-wakil dan dinas/instansi terkait, koperasi/KUD, Suasta, ketua-ketua KUBA dan tokoh masyarakat. Fungsi dan tugas FORKA ini adalah membahas segenap permasalahan pengembangan KUBA Sengon dan mencari alternatif penanganannya.

(C). Hopotesis Disain Agro-Teknologi

Usaha pemeliharaan Sengon dengan sistem KUBA disarankan dengan perbaikan paket agrtoteknologi alternatif sebagai berikut :1. Sistem perkebunan Sengon permanen dengan peme-liharaan tanaman secara

intensif 2. Menggunakan bibit Sengon jenis unggul, misalnya Gadung atau Arumanis 3. Kebun monokultur lebih disarankan apabila memung kinkan. 4. Pengawasan kesehatan dan kesuburan tanaman dila-kukan dengan menerapkan

praktek budidaya tanaman secara intensif.5. Recording buku harian individu tanaman Sengon dan pengawasan periode

pembungaan dan pembuahan kalau memungkinkan.6. Menerapkan teknologi penanaganan pasca panen buah untuk menyeragamkan

pematangan buah atau me-nangguhkan proses pematangan melalui manipulasi teknologi kemasan.

(D). Kelayakan Disain Kebun Sengon

1. Kelayakan Teknis Kebun monokultur digunakan secara khusus untuk memproduksi buah-buah

Sengon yang kualitasnya bagus dan seragam; sedangkan pengelolaan kebun dapat mengikuti rekomendasi yang ada. Tanaman selama selama lima tahun pertama adalah kedelai atau jagung yang dikelola secara intensif.

2. Kelayakan EkonomiSekala ekonomi minimum bagi rumah tangga petani adalah 0.5-1.0 ha dengan

jumlah pohon produktif 100-200 pohon.Peningkatan produksi dan pendapatan usahatani Sengon mulai tahun ke V

diharapkan telah cukup tinggi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga secara memadai (telah melampaui batas ambang kemiskinan); Fluktuasi pendapatan dan produksi hampir merata dari tahun ke tahun tahun. Penyerapan tenaga kerja memungkinkan mempekerjakan tenagakerja luar keluarga ; Secara ekonomi layak;

23

Beberapa faktor penunjang kelayakan ekonomi tersebut adalah :a. Menambah sasaran produksi, yaitu grading buah-buah Sengon untuk pasar lokal,

regional dan kota-kota besar.b. Meningkatkan hasil buah Sengon secara bertahap setiap tahun hingga sasaran

akhir tahun ke X dengan sekala usaha 100-200 pohon produktif setiap rumahtangga yang memiliki lahan kering 0.5 -1.0 ha.

c. Mengurangi fluktuasi produksi dan pendapatan dengan jalan disiplin usaha dan pemantauan/pemeliharaan tanaman produktif secara intensif.

d. Menciptakan adanya pola usaha bersama (KUBA) secara berkelompok dengan pangsa yang relatif sama.

3. Kelayakan SosialUsaha pemeliharaan Sengon secara berkelompok telah lazim dilakukan dengan

kerjasama yang serasi; dengan demikian proyek SPAKU Sengon ini tidak akan menimbulkan konflik sosial dan mengganggu sistem kelompok yang telah serasi.

(E). Rekayasa Kelembagaan

1. Petani yang terikat pinjaman dengan pedagang/pelepas uang harus melunasi untuk melepaskan ikatan tersebut;

2. Respon terhadap inovasi teknologi masih harus ditingkatkan, karena keterbatasan akses individu petani terhadap sumber informasi inovasi, peluang- peluang bisnis dan informasi pasar yang ada;

3. Respon terhadap KUD umumnya rendah dan terkesan bahwa peran KUD dalam membantu pemasaran hasil buah serta penyediaan modal belum banyak dirasakan oleh masyarakat petani ;

4. Respon terhadap perkreditan formal rendah, hal ini disebab- kan pengalaman sebelumnya dimana penyaluran kredit kurang aspiratif, terlalu birokratif, bunga tinggi dan tidak sesuai dengan kebutuhan petani .

Berdasarkan atas beberapa kendala tersebut, maka strategi rekayasa kelembagaan yang perlu disarankan adalah sebagai berikut :1. Menciptakan usaha berkelompok dari RTP yang memungkinkan berkongsi dengan

pangsa yang relatif seimbang; 2. Meningkatkan peran serta PTL, PPL, dan tokoh masyarakat dalam pembinaan

KUBA Sengon; 3. Mengurangi secara bertahap ketergantungan petani pada pedagang/ lembaga

pemasaran sehingga meningkatkan posisi tawar- menawar dalam pemasaran hasil ;

4. KUBA-KUBA Sengon perlu membentuk koperasi petani Sengon yang berfungsi sebagai jembatan penghubung antara kelompoktani Sengon dengan dunia luar, baik dunia bisnis, birokrasi dan perbankan, maupoun sumber inovasi teknologi

5. Memperkenalkan kredit yang ditempuh dengan sistem bagi hasil, serta mengatur sistem bagi hasil yang lebih seimbang dengan melibatkan lembaga antara , yaitu Koperasi petani Sengon atau KUD.

(F). Justifikasi Kelembagaan

24

Ikatan antara sesama petani dan antara petani dalam lembaga tradisional yang ada, serta antara petani dengan tokoh masyarakat sangat kuat. Pada sisi lain keterbatasan penguasaan modal dan informasi teknologi dirasakaan sebagai kendala pokok bagi pengembangan agribisnis Sengon. Oleh karena itu usaha yang sekarang dilakukan masih terkesan tradisional dengan sekala usaha yang relatif rendah.

Sistem kredit bagi hasil dengan lembaga antara KUBA dan Koperasi Petani Sengon dimaksudkan untuk mengurangi keterbatasan modal usaha.

Dengan demikian perbankan formal, seperti Bank Jatim, sebagai penyedia fasilitas kredit diharapkan mampu menjalin kerjasama kemitraan dengan para petani .

G. Pranata

Tugas dan tanggung masing-masing komponen organisasi yang diusulkan tersebut diuraikan sebagai berikut :a. Investor PEMERINTAH:- Menyediakan fasilitas kredit bagi hasil dalam bentuk paket agribisnis Sengon

intensif untuk KUBA melalui koperasi petani Sengon;- Menjalin kerjasama kemitraan dalam permodalan dengan koperasi petani dengan

jalan menyediakan kemudahan-kemudahan birokrasi dan administrasi;- Menjalin kerjasama konsultatif dengan Koperasi petani Sengon, khususnya dalam

pelatihan manajemen permodalan bagi usaha agribisnis Sengon.

b. Suasta: Pedagang buah/Produsen Saprodi :- Diharapkan bersedia sebagai mitra kerja Koperasi Petani Sengon atau KUBA

Sengon, dengan jalan menunjuk perwakilannya di desa ;- Menjalin kerjasama kemitraan dengan jalan menyediakan informasi-informasi pasar

dan transfer teknologi inovatif .

c. Petugas Penyuluhan/Teknis Lapangan (PPL/PTL) :- Bertanggung jawab terhadap pelatihan dan penyuluhan untuk lebih meningkatkan

akses petani kecil terhadap peluang-peluang ekonomi yang ada dan penguasaan teknologi;

- Menjalin kerjasama konsultatif dan kemitraan dengan instansi terkait dan tokoh masyarakat setempat dalam pelaksanaan transfer teknologi dan pembinaan pengelolaan usaha

d. Koperasi Petani Sengon- Mengawasi, mengkoordinasikan dan membina pelak sanaan sistem usaha

agribisnis yang dilakukan oleh KUBA Sengon ; - Membantu KUBA dalam operasionalisasi kegiatan pembinaan agribisnis Sengon ;- Membina mekanisme kerja pengembalian kredit sehingga dapat memenuhi aspirasi

petani dan sumber kredit ;- Menjalin kerjasama kemitraan dengan suasta pedagang telur dan

produsen/pedagang SAPRODI ;- Membina dan mengembangkan mekanisme tabungan sukarela dari para petani.

e. Petani Sengon

25

- Melaksanakan usaha agribisnis Sengon melalui KUBA- Menjalin kerjasama kemitraan dengan instansi/ investor melalui mekanisme

"kerjasama yang saling meng-untungkan";- Mengikuti pelatihan teknologi sebelum/selama opera-sionalisasi kegiatan;- Memasarkan hasil produksinya kepada lembaga pe-masaran yang bermitra dengan

KUBA- Pengelolaan pemilikan alat produksi (jika kredit telah lunas), tetap berusaha secara

kongsi di bawah pengawasan dan pembinaan KUBA dan Koperasi;- Menjalin kerjasama dengan Koperasi Petani Sengon melalui program tabungan

bebas sebagai dana untuk perawatan alat-alat produksi.

(H). Strategi Implementasi

1. Aspek Kelembagaan a. Pengaturan adanya usaha agribisnis Sengon secara berkelompok (KUBA)

dilakukan dengan sistem kredit bagi hasil ;b. Sarana alat produksi dan SAPRODI menjadi milik RTP yang berkelompok menjadi

KUBA c. Pembagian hasil diatur sedemikian rupa, sehingga saling menguntungkan semua

pihak secara proporsionald. Pada tahap awal, pemilihan kelompok sasaran perlu diarahkan pada pribadi-pribadi

yang memiliki status sosial hampir sama/merata dan respon terhadap mekanisme pembinaan ;

e. Perlu dijalin kerjasama kemitraan yang harmunis antara instansi pemerintah, investor suasta, pedagang/ pengolah/produsen SAPRODI, Koperasi dan tokoh masyarakat desa melalui forum komunikasi agribisnis (FORKA). Kunci keberhasilan pembinaan sangat tergantung pada peran serta semua pihat terkait, termasuk petani.

2. Operasionalisasi TeknisRekapitulasi pengaturan teknis yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan

kredit bagi hasil adalah sebagai berikut :a. Jumlah Jumlah tanaman produktif yang dipelihara minimum 100 pohon setiap

RTP ; b. Jumlah RTP dalam usaha kelompok ± 25-30 RTP;c. Ketentuan bagi hasil dalam pengembalian kredit dan perguliran berdasarkan asas

saling menguntungkan;d. Nilai kredit/modal yang diinvestasikan disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Operasionalisasi Pengorganisasian.Pengorganisasian yang perlu diakukan untuk menunjang program ini adalah :

No.

Tahapan kegiatan Pelaksana

1 Pengaturan kerjasama investor dengan Petani Investor dan Di nas/Instansi 2. Penentuan pedagang sebagai komponen FORKA pembinaan 3. Pengaturan kerjasama antar kelembagaan FORKA

26

yang terkait 4. Pelatihan PPL tentang teknologi yang akan Dinas/BLPP diintroduksikan. 5. Penentuan/seleksi RTP untuk usaha kelom- Instansi/Tokoh pok dalam KUBA Sengon masy/Desa 6. Pelatihan Petani PPL/FORKA 7. Operasionalisasi kegiatan usaha agribisnis secara berkelompok/berkongsi : a. Pemeliharaan ayam RTP b. Pembeli hasil produksi telur Pengepul c. Pengatur dan pengawas bagi hasil Ketua KUB d. Pengawasan harga Koperasi e. Pembelian Saprodi Koperasi; RTP f. Penanggung jawab bagi hasil Koperasi, KUB g. Penambahan modal usaha Koperasi, KUB 8. Pengaturan usaha bersama petani setelah Koperasi+KUB kredit lunas

(I). Enforcement dan Pemantauan

Dalam rangka untuk mengamankan dan membantu kelancaran kredit bagi hasil untuk petani kecil tersebut perlu dikembangkan pola insentif dan penalti yang melibatkan Koperasi, KUBA, aparat pemerintahan desa, dan kelembagaan lain yang terkait. Dalam hubungan ini pendekatan persuasif sangat diperlukan.

5.3.2. Kelembagaan Ekonomi/KeuanganKelembagaan ekonomi yang diperlukan adalah : BRI, BPD, BUMN, Swasta,

KUD, Pedagang dan Arisan/pengajian.

5.3.3. Kelembagaan AparaturKelembagaan aparatur, berdasarkan fungsinya dapat dibagi menjadi :a. Lintas sektoral Misalnya : LKMD, Forum Musyawarah LKMD.b. Struktural sektoral - Mantri Tani, berfungsi untuk administrasi tanaman sengon atau SIMKM (Sistem Informasi Manajemen Kebun Sengon) - Kepala Dinas Tk. II - Kepala Dinas Tk. I - Kakanwil Dep. Pertanian Propinsi Jawa Timurc. Struktural fungsional - PPL Sengon, dibekali ketrampilan teknis dan manajerial dan dengan modal kredit usahatani. - PPS di tingkat BIPP Kabupaten.d. Balai Latihan Kerja dan Diklat Petani - Sekolah Lapangan (SL) Agribisnis Sengon di lokasi sentra. - BLPP di Tingkat Kabupaten

27

5.4. Peningkatan Pengolahan dan PemasaranSalah satu aspek sangat penting dalam pemba-ngunan sentra agribisnis

adalah pengolahan/pemasaran hasil. Memasuki perdagangan bebas, aspek-aspek penting dari produk usahatani atau produk agroindustri yang akan dipasarkan adalah :

a. Kuantitas (volume produksi) yang berskala ekonomib. Kontinuitas (ketersediaan sepanjang waktu)c. Kualitas/mutu yang tinggid. Harga (efisiensi) yang kompetitif

5.4.1. Peningkatan pengolahan meliputi :a. Pengadaan alat pengolahan hasil (Cold storage)b. Pelatihan pengolahan hasil bagi petani (pe-makaian bahan kimia untuk

penyeragaman pemasakan)c. Pelatihan peningkatan mutu hasil (SLAM/ Sekolah Lapang Agribisnis

Sengon)d. Magang petani di perusahaan agroindustrie. Magang di BLPP

5.4.2. Peningkatan pemasaran meliputi :

a. Pengembangan sistem informasi pasar Melalui Radio Komunikasi Informasi Pertanian (RKIP) Wonocolo Surabaya.

b. Temu Usahac. Magang di perusahaan agribisnisd. Studi banding ke daerah pemasaran

5.5. Dukungan Sektor Terkait

Pembangunan Sentra Agribisnis Komoditas Unggulan memerlukan dukungan sektor lain yang terkait seperti :a. Pembangunan jalan kebun (Dep. PU)b. Pembangunan Irigasi /sumur (Dep. PU)c. Pengembangan Koperasi/KUD (Dep. Koperasi dan PPK)d. Pembangunan Pasar Lelang, pasar induk (Dep. Perda gangan)e. Pembangunan Industri Pengolahan Hasil (Dep. Perin-dustrian)

5.6. Analisis Faktor Pendorong dan Penghambat Dalam rangka pembangunan sentra pengembangan komoditi unggulan Sengon

di Kabupaten Malang, perlu dianalisis faktor pendorong dan penghambat.

1. Faktor pendorongMeliputi sosioteknologi, agroekosistem cacah, infra struktur memadai, kelembagaan agro-support mendukung, supra struktur politis kondusif.

2. Faktor penarik

28

Meliputi pemasaran prospektif, trend kenaikan pendapatan, kesadaran gizi masyarakat, GKD, perkembangan struktur ekonomi.

3. Faktor penghambatMeliputi pemilihan lahan sempit, kesulitan air, orientasi subsistensi, keragaman poliklonal, musiman dan binial bearing (pembuahan tidak teratur), volume besar dan berat serta mudah rusak.

5.7. Pengorganisasian Proyek

5.7.1. Koordinasi Perencanaan Proyek

1. KegiatanTahapan kegiatan-kegiatan tahunan seperti dijabarkan pada Bab VI merupakan

rencana kegiatan untuk pengembangan sentra agribisnis Sengon di Kabupaten Malang yang perlu disepakati oleh fungsi perencanaan pada Kanwil Departemen Pertanian Propinsi Jawa Timur, Bappeda Tingkat I Propinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. I dan Tk. II serta Bappeda Kabupaten Malang, dan disetujui oleh Departemen Pertanian dan Pemda Kabupaten Malang serta Dinas-dinas sektor terkait lainnya.

2. PendanaanBiaya pembangunan sentra produksi Sengon selama 5 - 10 tahun diusulkan

untuk dapat dialokasikan tidak saja dari dana APBN tetapi juga dari dana APBD Tk. I atau APBD Tk. II. Dengan sistem/pola pendanaan :

- Pemeliharaan th. I = APBN- P II - P III - P IV = APBD I dan II

5.7.2. PelaksanaanPengembangan sentra agribisnis Sengon di Kabu-paten Malang ini

dilaksanakan oleh Unit Pelayanan Pengembangan (UPP) sentra agribisnis Sengon yang berada di bawah tanggung jawab Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. II Kabupaten Malang.

5.7.3. Pengendalian Pengendalian kegiatan pengembangan sentra agri bisnis Sengon (selama masa

konstruksi proyek) di Kabupaten Malang dilaksanakan oleh Tim Teknis Pembangunan Pertanian Propinsi Jawa Timur. FORKA Sengon (Forum Komunikasi Agribisnis Sengon) dibentuk dan diharapkan dapat berfungsi penuh selama pasca proyek.

5.7.4. Monitoring dan EvaluasiEvaluasi pelaksanaan kegiatan tahunan (on going) dilaksanakan secara terpadu

oleh Kanwil Deptan Propinsi Jawa Timur, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk. I dan Tk. II Kabupaten Malang, Bappeda Kabupaten Malang serta Dinas- dinas sektor terkait di Kabupaten Malang.

29

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan tahunan bertujuan memantau kegiatan tahunan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan merekomendasi penyesuaian-penyesuaian yang perlu dilaksanakan seandainya demi tercapainya tujuan pengembangan sentra agribisnis Sengon. Evaluasi dampak (ex post) akan dilaksanakan setelah 5 - 10 tahun berjalan yang melibatkan Instansi Pertanian tingkat Pusat.

Evaluasi dampak bertujuan melihat/menganalisa dampak yang timbul akibat adanya kegiatan pembangunan sentra agribisnis Sengon. Diharapkan dampak yang timbul adalah dampak positif yaitu antara lain : meningkatnya pendapatan petani khususnya dan perekonomian desa pada umumnya.

VI. PENGORGANISASIAN

Kegiatan Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditi Unggulan Sengon merupakan salah satu upaya terobosan baru dari Pemerintah, sehingga penanganannya diperlukan secara terpadu dari berbagai instansi terkait. Agar program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan target dan sasaran yang diinginkan, maka dipandang perlu untuk dibentuk suatu Tim Pelaksanaan Koordinasi Tingkat Daerah, yaitu FORKA Sengon.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini terlibat berbagai unsur baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah sesuai dengan fungsinya masing-masing. Untuk itu perlu dilakukan koordinasi sejak perencanaan/persiapan, pelaksanaan dan pengawasan.

VII. PENGAWASAN DAN PELAPORAN

Pengawasan dan Pengendalian Sentra Pengembangan Agribisnis Komoditas Unggulan (SPAKU) Sengon ini dilaksanakan dengan 2 cara, yaitu :

7.1. PengawasanPengawasan dan pengendalian yang insidentil, yang dilaksanakan dengan

supervisi/kunjungan ke lapangan. Hal ini dapat dilakukan oleh :(1) Direktorat Jenderal Perkebunan(2) Kantor Wilayah Departemen Pertanian propinsi.(3) Dinas Perkebunan Propinsi Dati I.(4) Dinas Peerkebunan Dati II.(5) Tim Pembina Profesional dan Tim Teknis Komoditi Unggulan.(6). FORKA Sengon.

7.2. PelaporanPengawasan dan pengendalian berkala yang dilaksanakan dengan

penyampaian laporan. Seperti disebutkan dalam Petunjuk Pelaksanaan/Juklak, maka bentuk sistem pelaporan untuk memonitor keberhasilan proyek ditetapkan oleh Dinas/Instansi Tingkat I. Sedangkan arus penyampaian pelaporan dilaksanakan sebagai berikut :

30

(1) Petugas Pertanian Kecamatan menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas Perkebunan Dati II setiap bulan.

(2) Kepala Dinas Perkebunan Dati II menyampaikan laporan kepada Kepala Dinas Perkebunan Dati I, Kepala Kantor Wilayah Departemen Pertanian , dan Bupati Kepala Daerah setiap bulan.

(3) Kepala Dinas Perkebunan Dati I menyampaikan laporan kepada Gubernur.

VIII. AGRO-EKO-TEKNOLOGI SENGON

Botani Sengon

Sengon dalam bahasa latin disebut Albazia Falcataria, termasuk famili Mimosaceae, keluarga petai – petaian. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti berikut : Jawa : jeunjing, jeunjing laut (sunda), kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon sabrang (jawa). Maluku : seja (Ambon), sikat (Banda), tawa (Ternate), dan gosui (Tidore). Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm.

Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V. Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.

Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.

Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.

Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.

Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.

Habitat Sengon: Tanah

31

Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.

Iklim Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl.

Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.

Curah Hujan Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai

pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.

KelembabanKelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman

terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.

Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengonPohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga

perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.

DaunDaun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan

ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dan kambing menyukai daun sengon tersebut.

PerakaranSistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil

simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.

KayuBagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah

batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.

32

Pembibitan Sengon

a). Benih

Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut:

• Kulit bersih berwarna coklat tua• Ukuran benih maksimum• Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan• Bentuk benih masih utuh.Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan

daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.

b) Kebutuhan BenihJumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami

dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :• Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)• Jarak tanam 3 x 2 meter• Satu lubang satu bibit sengon• Satu kilogram benih berisi 40.000 butir• Daya tumbuh 60 %• Tingkat kematian selama di persemaian 15 %Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun

dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.

c) Perlakuan benihSehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera

berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin yang telah diberi pupuk untuk merangsang kecambah agar lebih cepat muncul, rendam kurang lebih 24 jam , lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.

d) Pemilihan Lokasi PersemaianKeberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam

pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :

33

• Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %.

• Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).

• Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.

• Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.

Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.

Langkah-Langkah Penyemaian Benih SengonTerlepas dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana

pendukung maka langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan sebagai berikut:

a) PenaburanKegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase

kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.

Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :

• Benih• Bedeng tabur/bedeng kecambah• Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1• Peralatan penyiraman• Tersedianya air yang cukup.Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap

rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah. Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.

Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.

Penyapihan BibitLangkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :

34

• Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.

• Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.

• Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasik setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.

. Kemudian tanam kecambah. Ulangi setiap 10 – 14 hari sekali sampai tanaman siap untuk di tanam di lahan (pada usia 6 bulan).

• Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.

• Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.

c) PemeliharaanPemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai

berikut :Penyiraman, penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang

optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.

Pemupukan, pemupukan dilakukan dengan mengIKUTI REKOMENDASI YANG ADA.

PenyulamanPenyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan

segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.

PenyianganPenyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila

perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.

Pengendalian Hama dan PenyakitBeberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan

cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.

Seleksi bibitKegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit

dimutasikan ke lapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu

35

pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.

Penyiapan LahanPenyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan

pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyipan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;

• Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman.

• Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).

Penanaman bibit sengon

Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :• Pembuatan dan pemasangan ajir tanam• Ajir dapa dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1

m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan

• Pembuatan lobang tanam, lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.

• Pengangkutan bibit, ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.

• Penanaman bibit, pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.

Pemeliharaan tanaman sengon muda

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan: • Penyulaman, yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan

tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.

• Penyiangan, Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara

36

optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya. Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.

• Pendangiran, pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanman.

• Pemangkasan, melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).

• Penjarangan , penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur. Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem "untu walang" (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.

Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.

 

37

(Sumber: http://nihon-kiseki.blogspot.com/2010/11/pengelolaan-hama-terpadu-tanaman-sengon_07.html)

Kayu sengon siap diolah (Sumber: http://1.bp.blogspot.com/_LTFtTbIQoLc/TOJz2N1A73I/AAAAAAAAAc0/

5eyeviR9CaU/s1600/pemotongan%2Bkayu%2Bsengon.jpg)

Banyak orang mengatakan budidaya sengon atau albasia tidak ubahnya seperti berkebun emas. Keuntungan dari investasi tersebut sangat tinggi pada usia panen 5 th s/d 7 th yang akan datang. Tak heran banyak investor yang bergerak di luar bidang non agrobisnis saat ini mulai banyak menggarap ceruk bisnis yang satu ini.

38

Kebutuhan Dana Investasi Kayu Sengon/Hektar (+/- 4000 Batang)

Estimasi Perhitungan Biaya : Pembelian Bibit Rp. 8.000.000 Ongkos Tanam Rp. 4.000.000 Biaya Perawatan Rp. 9.000.000 Biaya Penyulaman 20% estimasi Rp. 5.250.000 Lain-lain Rp. 2.000.000 Total Biaya Rp. 28.250.000Catatan : Perhitungan ini tanpa menghitung biaya sewa lahan. Estimasi tersebut di atas bisa berbeda untuk satu daerah dengan

daerah yang lain. Perhitungan estimasi hanya dibuat secara garis besar.

Biaya PerawatanBiaya Perawatan meliputi biaya pembersihan lahan dan pemberian pupuk serta pengendalian hama setiap 6 bulan sekali. Pekerjaan akan melibatkan tenaga kerja sebanyak 5 orang. Terdiri 1 (satu orang) pengawas dan 4 (empat) orang pekerja. Diperkirakan akan memakan waktu 7 hari kerja untuk setiap 1 hektar lahan.

Proyeksi biaya perawatan selama 5 tahun adalah sebesar Rp. 9.000.000.

Perhitungan Biaya Perawatan : Upah tenaga kerja per orang : Rp. 20.000/hari Jumlah tenaga kerja : 5 orang Jumlah hari kerja : 7 hari Jumlah biaya per 6 bulan : Rp. 700.000 Jumlah biaya 5 Tahun : Rp. 7.000.000 Kebutuhan Pupuk : Rp. 2.000.000 Jumlah Biaya Perawatan : Rp. 9.000.000

Biaya PenyulamanBiaya penyulaman adalah estimasi atas kemungkinan tanaman yang kurang

sehat atau mati. Apabila perkiraan tanaman yang mati sebesar 25% dari total 4000 batang. Maka jumlah penyulaman sebanyak 1000 tanaman. Apabila biaya perawatan dan biaya bibit per batang adalah sebesar Rp. 5.250 [Rp. 12.000.000 + Rp. 9.000.000) : 4.000 batang], maka biaya penyulaman diperkirakan akan menyerap dana sekitar Rp. 5.250.000.

PemasaranPemasaran kayu sengon relatif lebih mudah, karena kayu sengon merupakan

jenis kayu yang tingkat konsumsinya tinggi. Kebutuhan kayu sengon di samping untuk dijual sebagai kayu papan dapat pula digunakan sebagai kayu kaso, palet, bahan pembuat peti dan lain sebagainya. Ranting kayu sengon dapat pula dijual sebagai kayu bakar dan bahan baku pembuatan kertas (pulp).

39

Pemasaran sengon di beberapa wilayah biasanya dilakukan oleh tengkulak atau langsung dijual ke pabrik pemotongan kayu (sawmill). Harga pasar kayu sangat beragam dan berbeda antara daerah satu dengan lainnya. Saat ini harga satu batang pohon sengon usia tanam 5 tahun dapat dijual seharga Rp. 300.000 s/d Rp. 500.000. Sedangkan jika sudah dibuat papan atau balok dapat dijual seharga Rp. 1.000.000 s/d 1.200.000 per m3.

Perhitungan Hasil InvestasiJumlah tanaman per hektar lahan adalah berkisar 4000 batang dan prediksi

susut sebesar 25% atau sejumlah 1.000 batang. Maka setiap hektar lahan akan menghasilkan kayu yang dapat dipanen sebanyak 3000 batang. Apabila dijual kepada tengkulak (tebang ditempat) tanpa mengeluarkan ongkos tebang dan ongkos angkut sebatang pohon dapat dijual seharga Rp. 500.000 (harga umum rata-rata saat ini th 2010).

Maka perhitungannya menjadi sebagai berikut :

3.000 batang x Rp. 300.000 = Rp. 900.000.000 (Jadi selama 5 tahun masa tanam akan menghasilkan 3.000 batang kayu sengon per hektar lahan).

Apabila diambil harga jual termurah yaitu sebesar Rp. 300.000 per m3, maka hasil investasi kayu sengon selama 5 tahun adalah sebesar Rp. 900.000.000. Hasil perhitungan tersebut berdasarkan estimasi terendah.

Sebagai informasi, harga pasaran kayu sengon saat ini per batang dengan usia tanam 4 tahun adalah sebesar Rp. 500.000. Di samping itu investor dapat memilih untuk menjual kayu dengan cara jual di tempat, yaitu dijual gelondongan tanpa biaya angkut dengan harga jual sebesar Rp. 300.000 atau menjual kayu olahan dengan tambahan biaya angkut dan biaya pengolahan.

Kayu sengon olahan dapat dipasarkan dengan harga Rp. 1.000.000 s/d Rp. 1.200.000 per m3.

Prediksi Hasil Produksi PanenDengan penentuan umur tebang habis per tahun pada umur daur 5 tahun, maka

jumlah produksi kayu yang akan diperoleh baik dari hasil penjarangan maupun tebangan akhir dengan perhitungan sebagai berikut :

1. Hasil Penjarangan I (25 %) = 332 x 0,03 m ³ x 1000 Ha = 9.960 m ³

2.  Hasil Penjarangan II (40 %) = 400 x 0,15 m ³ x 1000 Ha = 60.000 m ³

Hasil Tebangan Akhir= 600 x 0,3 m ³ x 1000 Ha = 180.000 m ³

40

Hasil kayu sengon (Sumber: http://embundaun.wordpress.com/category/tanaman-industri/)

41

IX. Agroteknologi tanaman sela sayuran pada perkebunan sengon muda (umur 0-3 tahun)

1. BAWANG MERAH (Allium sp.)

1.1. PendahuluanTanaman bawang merah dapat tumbuh baik pada tanah-tanah yang subur,

banyak mengandung bahan organik, tidak tergenang air, aerasinya cukup baik, dan pH 5.5-6.5. Jika pH tanah kurang dari 5.5 biasanya pertumbuhan tanaman kerdil akibat gangguan oleh Al-dd. Sedangkan kalau pH tanah lebih dari 6.5, biasanya umbinya kecil-kecil karena defisien Mn. Saat tanam yang baik adalah akhir musim hujan (Maret/April) dan musim kemarau (Juni/Mei). Penanaman pada musim penghujan menghendaki drainase tanah yang bagus dan pengendalian hama dan penyakit yang intensif. Bawang merah yang dikenal dengan nama "Brambang" adalah Allium ascalonicum L. yang umumnya ditanam di dataran rendah pada musim kemarau. Sedangkan "bawang Bombay" adalah Allium cepa L, yang biasanya ditanam di dataran tinggi yang beriklim sejuk (Doorenbos dan Kassam, 1978; SP2UK, 1992).

1.2. Budidaya Tanaman

(1). Perbanyakan tanamanTanaman diperbanyak dengan umbi lapisnya, di Indonesia tidak pernah

diperbanyak dengan biji.

(2). BertanamPengolahan tanah dilakukan sedalam 40 cm, diberi pupuk kandang atau

kompos sekitar 10-20 ton/ha. Bedengan dibuat dengan lebar sekitar 60 cm dengan lebar parit 20-40 cm.

(3). Perlakuan benih/bibitUmbi bibit dipilih yang berukuran kecil hingga medium, bulat normal, dan telah

diistirahatkan 1-2 bulan dalam gudang. Umbi basah tidak baik untuk bibit. Umbi bibit ini dipotong ujungnya sebanyak 1/3 hingga 1/2, bagian bawah atau pangkalnya untuk bibit. Setelah pemotongan segera bibit ditanam dalam posisi berdiri tegak dengan jarak 20 x20 cm. Setiap bvedengan memuat 3-4 baris tanaman, penanaman tidak terlalu dalam, permukaan irisan umbi bibit cukup tertutup lapisan tanah gembur yang tipis. Bibit muali tumbuh seminggu kemudian. Kebutuhan bibit brambang sekitar 200 000 umbi bibit atau 1200 kg setiap hektar.

(4). PemupukanSetelah tanaman berumur tiga minggu semenjak tanam, mulai diberi pupuk

buatan N, P, dan K dengan kisaran dosis: 75-180 kg N/ha, 0-90 kg P/ha dan 0-100 kg K/ha. Jenis pupuk yang digunakan biasanya urea, ZA, DS, TSP, KCl atau pupuk lengkap NPK 15:15:15. Pemberian pupuk dilakukan pada saat mendangir atau menyiang, ditempatkan di sekitar tiap tanaman sejauh 5-10 cm.

42

(5). Pengendalian hama dan penyakita. Ulat daun yang sering memotong ujung-ujung daun dan hama bodas yang

menyeran daun hingga kering. Hama ini dapat dikendalikan dengan Bayrusil 0.2% atau jenis insektisida lainnya.

b. Cendawan busuk umbi menyerang umbi, baik di lapangan maupun setelah di gudang, hingga umbi menjadi busuk. Hal ini sering terjadi kalau kondisi lahan terlalu basah dan kudang kurang kering. Gangguan penyakit dikendalikan dengan Bubur Bordeaux (BB) atau KOC 1-2% atau Dithane M.45 0.2% yang disiramkan pada setiap tanaman atau disemprotkan.

c. Penyakit mati pucuk (Phytophtora porri) yang menyebabkan ujung daun tanaman berwarna kuning, kemudian berubah menjadi putih dan kering. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan BB 2% atau Dithane M.45 0.2%.

d. Penyakit becak daun (Alternaria porri) dikendalikan dengan semprotan Dithae M.45 atau Antracol 0.2%.

1.3. Hasil Tanaman Tanaman dapat dipanen setelah batangnya lemas dan daun-daunnya kering,

biasanya setelah umur 2.5-3.5 bulan setelah tanam. Panen dila-kukan dengan mencabut tanaman. Setiap umbi bibit dapat menghasilkan 4-6 umbi anakan. Tanaman yang baik dapat mencapai hasil 100-120 kuintal umbi basah/ha.

2. BAWANG PUTIH (Allium cepa)

2.1. PendahuluanPada kondisi normal tanaman ini membentuk umbi pada musim pertumbuhan

pertama dan berbunga pada musim ke dua. Hasil umbi dikendalikan oleh panjang hari dan panjang hari yang kritis berkisar antara 11 - 16 jam tergantung pada varietas tanaman. Tanaman tumbuh baik pada kondisi iklim yang medium, tanpa kondisi ekstrim suhu dan tanpa hujan yang berlebihan. Untuk periode pertumbuhan initialnya diperlukan cuaca dingin dan cukup air, sedangkan selama fase pemasakan diperlukan cuara hangat dan kering untuk mendapatkan hasil yang banyak dengan kualitas yang baik. Rataan suhu harian yang optimum berkisar antara 15 dan 20 oC. Seleksi varietas tanaman yang sesuai sangat penting, terutama dalam hubungannya dengan persyaratan panjang hari. Misalnya varietas dari daerah iklim sedang yang long-day, kalau ditanam di daerah tropis dengan short day akan menghasilkan pertum buhan vegetatif saja tanpa menghasilkan umbi. Panjangnya musim pertumbuhan beragam dengan kondisi iklim, tetapi umumnya antara 130-175 hari mulai dari tabur benih hingga panen.

Tanaman ini dapat disemaikan dulu dan dipindahkan setelah umur 30-35 hari, penanaman benih langsung di lapangan juga dapat dilakukan. Tanaman biasanya ditanam dalam barisan atau pada bedengan dengan dua baris atau lebih dalam setiap bedengan dan jarak tanamnya 0.3-0.5 x 0.05-0.1 m. Suhu tanah yang optimum untuk perkecambahan adalah 15-25oC. Untuk produksi umbi yang bagus, tanaman tidak boleh berbunga karena hasil umbinya jelek. Umbi dapat dipanen kalau daun-daunnya telah mengering. Untuk inisiasi pembungaan diperlukan suhu rendah (kurang dari

43

14oC - 16oC) dan kelembaban yang rendah. Akan tetapi pembungaan hanya sedikit terpengaruhi oleh panjang hari.

Tanaman ini dapat ditanam pada banyak tipe tanah tetapi yang terbaik adalah tekstur tanah medium. pH optimum berkisar antara 6 dan 7. Kebutuhan pupuk biasanya 60-100 kg N/ha, 25-45 kg P/ha dan 45-80 kg K/ha. Tanaman sangat peka terhadap salinitas tanah, dan penurunan hasil pada berbagai tingkat salnitas tanah adalah: 0% pada ECe=1.2 mmhos/cm; 10% pada ECe=1.8; 25% pada ECe=2.8; 50% pada ECe=4.3 dan 100% pada ECe=7.5 mmhos/cm (Doorenbos dan Pruitt, 1977; Doorenbos dan Kassam, 1978).

2.2. Kebutuhan airUntuk mencapai hasuil optimum tanaman onion memerlukan 350-550 mm air.

Koefisien tanaman (kc) yang menghubungkan evapotranspirasi referensi dengan kebutuhan air (ETm) untuk berbagai fase pertumbuhannya adalah:

Fase initial, 15-20 hari 0.40-0.6Fase perkembangan tanaman, 25-35 hari 0.70-0.8Fase pertengahan musim , 25-45 hari 0.95-1.1Fase akhir musim tumbuhan, 35-45 hari 0.85-0.9Fase panen tanaman, 0.75-0.85.

2.3. Suplai air dan hasil tanamanTanaman sangat peka terhadap kondisi defisit air tanah. Untuk mencapai hasil

yang tinggi, penurunan kandungan air tanah tidak boleh melebihi 25% air tanah tersedia. Kalau tatan tetap relatiuf basah, pertumbuhan akar direduksi dan ini sangat cocok untuk pembentukan umbi. Irigasi harus diskontinyu kalau tanaman telah mendekati masak untuk membiarkan tajuknya mengering dan juga untuk mencegah terjadinya flush ke dua pertumbuhan akar.

Periode pertumbuhan onion yang total musim tumbuhnya 100-140 hari adalah:Periode 0: Periode kecambahan mulai dari tabur hingga transplanting, 30-35

hariPeriode 1: Pertumbuhan vegetatif, 25-30 hariPeriode 3: Pembentukan hasil, pembesaran umbi, 50-80 hariPeriode 4: Pemasakan, 25-30 hari

Tanaman paling peka terhadap defisit air selama periode pembentukan hasil, terutama selama periode pertumbuhan umbi yang cepat yang terjadi sekitar 60 hari setelah transplanting. Tanaman juga sangat peka kekeringan selama masa transplantasi. Untuk tanaman penghasil biji, ternyata periode pembungaan juga sangat peka terhadap defisit air. Selama periode pertumbuhan vegetatif (periode 1) tanaman agak kurang peka terhadap defisit air tanah. Untuk mendapatkan hasil yang banyak dan kualitas yang baik, tanaman memerlukan suplai air yang terkendali dan sering selama musim pertumbuhannya; akan tetapi irigasi yang berlebihan mengakibatkan pertumbuhan terhambat.

Untuk mendapatkan ukuran umbi yang besar dan bobot yang tinggi, defisit air tanah terutama selama periode pembentukan hasil (Periode pembesaran umbi) tidak boleh terjadi. Kalau supali air terbatas, maka penghematan air dapat dilakukan selama periode pertumbuhan vegetatif dan periode pemasakan. Akan tetapi pada

44

kondisi eketerbatasan air seperti ini maka strategi pertanaman harus diarahkan untuk memaksimumkan produksi per hektar lahan.

2.4. Penyerapan airTanaman mempunyai sistem perakraan yang dangkal dan akar-akar

terkonsentrasi pada tanah klapisan atas sedalam 0.3 m. Pada umumnya 100% penyerapan air terjadi dari lapisan tanah atas sedalam 0.3-0.5 m (D=0.3-0.5 m ). Untuk memenuhi seluruh kebutuhan air tanaman (ETm) tanah harus dijaga tetap lembab; pada laju evapotranspirasi 5-6 mm/hari ternyata laju penyerapan air mulai menurun kalau 25% dari air tanah tersedia telah habis (p = 0.25).

2.5. Jadwal irigasiTanaman ini menghendaki irigasi ringan dan sering yang dimulai kalau sekitar

25% air tanah tersedia dalam lapisan tanah atas 0.3 m telah dihabiskan oleh tanaman. Irigasi setiap 2-4 hari lazim dipraktekkan. Irigasi yang berlebihan seringkali mengaki-batkan gangguan penyakit seperti mildew dan busuk putih. Irigasi dapat dihentikan 15-25 hari sebelum panen. Metode irigasi yang sering dilakukan adalah furrow dan basin.

2.6. Hasil dan KualitasnyaIrigasi yang sering diperlukan untuk mencegah pecahnya umbi dan

pembentukan 'doubles'. Demikian juga suplai air yang cukup sangat diperlukan untuk mencapai kualitas hasil yang tinggi. Hasil umbi yang baik pada kondisi irigasi adalah 35-45 ton/ha. Efisiensi penggunaan air untuk hasil panen (Ey) umbi dengan kadar air 85-90% adalah sekitar 8-10 kg/m3.

2.7. Budidaya Tanaman

(a). Syarat tumbuh tanamanTanaman ini menghendaki tanah-tanah yang gembur, tipe iklim B, C, dan D

(Schmidt & Ferguson)

(b). Bibit TanamanPerbanyakan tanaman dengan siung, siung ini siap tanam kalau tunas telah

mencapai lebih dari tiga per empat siung yaitu setelah disimpan 6-8 bulan. Lahan satu hektar memerlukan bibit umbi 600-700 kg.

Kultivar yang dianjurkan adalah sbb:Daerah dengan ketinggian hingga 500 m dpl adalah Lumbu PutihDaerah dengan ketinggian tempat 500-1000 m dpl, adalah Lumbu Putih, Lumbu

Kuning, Lumbu Hijau, Filipina dan Shantung.Daerah dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl, adalah Lumbu hijau, Lumbu kayu,

Shantung dan Tawangmangu.

(c). Penanaman bibitPengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul atau dibajak, dibiarkan 1-2

minggu, kemudian dibuat bedengan dengan lebar 100- 120 cm, lebar parit 30-40 cm. Umbi bibit dipisahkan menjadi siung, dipisahkan antara siung besar dan kecil, agar

45

pertanaman seragam masing-masing ukuran dikelom pokkan sendiri-sendiri. Disarankan hanya digunakan bibit siung yang besar-besar saja.

Penananam bibit siung dengan jarak tanam 10x10 cm atau 10 x 15 cm. Setelah siung ditanam ditutup dengan jerami mulsa setebal 5 cm. Waktu penanaman pada akhir musim hujan pada lahan sawah dan awal musim hujan pada alahan tegalan.

(d). Pemupukan dilakukan sbb:

Umur tanaman ZA TSP KCl Rabuk kandang Cara aplikasiSaat tanam - 90 90 10-20 ton/ha Dicampur tanah15 HST 300 30 - - Disebar merata30 HST 300 - - - Disebar merata45 HST 300 - - - Disebar merataKeterangan: Dosis pupuk kg/ha (SP2UK-P2LK Jatim, 1991)

(e). PemeliharaanPenyiraman dilakukan setiap hari hingga umur dua bulan; penyiangan dilakukan

pada umur 30, 45 dan 60 HST; parit dibersihkan dan diperbaiki dengan cangkul.

(f). Hama dan penyakit1. Trips, dapat dikendalikan dengan Azodrin, Lebaycid dengan dosis 2-4 ml per liter

air.2. Ulat daun, dapat dikendalikan dengan Azodrin, Tamaron atau Curacron dengan

dosis 2-4 ml per liter air.3. Alternaria dan Phytophthora, dapat dikendalikan dengan Dithane M-45 atau

Anthracol dengan dosis 2-4 g/liter air.

(g). Panen dan pascapanenPanen bawang putih dilakukan setelah daun mulai mengering dan menguning,

pada kultivar Lumbu Hijau berkisar 110-125 hari setelah tanam. Hasil panenan dijemur, setelah kering tanah yang melekat pada umbi dibersihkan, akar dan beberapa helai daun dibuang. Pengelompokkan umbi menurut ukuran besar, sedang dan kecil. Masing- masing kelompok umbi diikat menjadi ikatan seberat 1 kg, selanjutnya setiap ikatan dijadikan satu untuk mempermudah penyimpanan dalam sigiran. Untuk keperluan bibit, umbi disimpan di sigiran dan disemprot dengan pestisida. Umbi untuk konsumsi dapat dilakukan pengasapan selama 34 jam hingga kulit berwarna kecoklatan (suhu di bawah 65oC).

3. KUBIS (Brassica oleracea )

3.1. PendahuluanTanaman kubis diperkirakan berasal dari daerah pantai selatan dan barat

Eropa. Untuk produksi yang tinggi tanaman ini mensyaratkan ilkim dingin dan humid. Total panjangnya musim poertumbuhan beragam antara 90 hingga 200 hari, tergantung pada kondisi iklim, varietas dan saat tanam, tetapi utnuk produksi yang baik ternyata periode pertumbuhannya sekitar 120-140 hari. Kebanyakan varietas kubis tahan terhadap kondisi dingin selama waktu yang singkat, tetapi kondisi dingin pada

46

waktu yang lama sangat berbahaya. Tanaman dengan daun-daun yang lebih kecil kurang dari 3 cm mampu bertahan pada kondisi suhu rendah dalam waktu lama, tetapi kalau daun-daunnya besar 5-7 cm maka tanaman akan mulai tumbuh generatif dan ini menghasilkan kualitas yang jelek. Pertum buhan yang optimum dapat terjadi pada rataan suhu harian sekitar 17oC dengan rataan suhu maksimum harian 24oC dan rataan suhu minimum 10oC. Rataan lembab relatif udara jharus dalam kisaran 60-90%. Umumnya tanah-tanah lempung atau yang lebih berat sesuai bagi tanaman kubis. Pada kondisi curah hujan yang tinggi, tanah- tanah lempung berpasir dan tanah-tanah berpasir lebih sesuai karena drainagenya bagus. Kebutuhan pupuk sangat tinggi: 100- 150 kg/ha N, 50-65 kg/ha P dan 100-130 kg/ha K.

Kubis agak peka terhadap salinitas tanah. Hasil tanaman menurun pada berbagai tingkat salinitas tanah: penurunan 0% pada ECe = 1.8; 10% pada ECe=2,8; 25% pada ECe=4.4; 50% pada ECe=7.0 dan 100% pada ECe=12 mmhos/cm.

Jarak tanam tergantung pada ukuran kole yang diperlukan untuk pasar, biasanya antara 0.3-0.5 m untuk ukuran kole 1-1.5 kg dan 0.5-0.9 m untuk ukuran kole 3 kg. Produksi optimum dapat dicapai dengan kepadatan tanaman 30 000 hingga 40 000 tanaman/ha. Penanaman dapat dilakukan dengan penaburan benih secraa langsung dengan populasi 3 kg/ha, atau dengan transplanting bibit dari pesemaian.

Kubis dicirikan oleh pertumbuhan yang lambat selama separuh pertama periode pertumbuhannya, yang bisanya memerlukan waktu 50 hari untuk jenis genjah dan 100 hariuntuk varietas yang umurnya panjang. Selama periode pertumbuhan selanjutnya (pembentukan hasil dan pemasakan) tanaman melipat-duakan bobotnya selama periode 50 hari. Pada awal eperiode pembentukan hasil( periode 3), pembentukan kole mulai terjadi yang diikuti oleh penurunan peranan daun-daun. Kole yang masak penuh dihasilkan selama periode pemasakan 10-20 hari (periode 4). Tergantung pada varietasnya, kole dapat berbentuk bundar atau meruncing, hijau atau kemerahan, halus atau bergelombang. Rotasi tanaman disarankan tiga tahunan untuk mengendalikan gangguan penyakit dari tanah.

3.2. Kebutuhan airKebutuhan air beragam antara 380 - 500 mm tergantung pada kondisi iklim dan

lamanya musi pertumbuhan tanaman. Transpirasi tanaman meningkat selama musim perutmbuhan tanaman dengan puncaknya terjadi pada akhir musim. Dalam hubungannya dengan evapotranspirasi referensi (ETo), koefisien tanaman (kc) untuk kubis adalah sbb:Fase initial, selama 20-30 hari 0.40-0.5 Fase perkembangan tanaman, 30-35 hari 0.70-0.8Fase pertengahan musim , 20-30 hari 0.95-1.1Fase akhir musim tanaman, 10-20 hari 0.90-1.0Fase panen tanaman , 0.80-0.95.

3.3. Suplai air dan Hasil TanamanRespon terhadap suplai air meningkat dengan musim perkembangan tanaman.

Selama perkembangan tanaman lambat pada periode vegetatif (1), hasil tanaman hanya sedikit terpengaruhi oleh defisit air. Kalau pertumbuhan yang cepat terjadi selama periode pembentukan (periode 3) maka pengaruh ekekurangan air sangat besar hingga mendekati akhir musim pertumbuhan. Pada kondisi suplai air yang

47

terbatas, total produksi yang tinggi dapat dicapai dengan jalan memperluas areal dan memenuhi kebutuhan air tanaman sebagian saja.

3.4. Penyerapan airTanaman kubis mempunyai sistem perakaran yang sangat ekstensif. Sebagian

besar akar ditemukan pada lapisan tanah atas sedalam 0.4-0.5 m dan kepadatan akar menurun dengan cepat semakin ke arah dalam. Biasanya 100% air diekstraks dari lapisan tanah permukaan ini (D=0.4-0.5 m) . Pada kondisi ETm=5-6 mm/hari, laju penyerapan air oleh tanaman mulai menurun kalau air tanah tersedia telah berkurang sekitar 35% (p= 0.35).

3.5. Jadwal irigasiFrekuensi irigasi beragam antara 3 dan 12 hari tergantung pada kondisi iklim,

perkembangan tanaman, dan tipe tanah. Kalau suplai air terbatas, irigasi awal tidak perlu dilakukan kecuali jika hal ini dapat diteruskan hingga akhir periode pertumbuhan tanaman. Penghematan air sebaiknya dilakukan pada awal musim pertum-buhan tanaman.

3.6. Metode IrigasiMetode irigasi yang dapat digunakan adalah furrow, sprinkler, dan trickle.

Tampaknya di negara-negara maju se-makin banyak dilakukan "subsoil irrigation". Dengan cara ini, kedalaman water table dipertahankan pada 0.3 - 0.7 m pada tanah-tanah lempung berpasir halus, dan kedalaman 0.7 - 1,1 m pada tanah- tanah lempung.

3.7. Hasil dan Kualitas Hasil Pada kondisi tadah hujan, hasil tanaman yang normal sekitar 25- 35 ton/ha kole

segar, dan maksimumnya sekitar 50 ton/ha kalau dipupuk dan disemprot pestisida dengan baik. Pada kondisi iklim yang ideal dan irigasi yang bagus, serta perawatan tanaman yang memadai, hasil dapat mencapai 85 ton/ha. Efisiensi penaggunaan air untuk produksi kole (Ey) sekitar 12-20 kg/m3.

Rataan kandungan air pada kole kubis adalah 90%, dengan vitamin B, C dan Ca dan P cukup banyak. Kalau tanaman meng-alami kekurangan air terutama selama akhir musim tumbuhnya, akan dihasilkan kole yang kecil-kecil dan kualitasnya jelek.

4. KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris)

4.1. Persyaratan UmumHasil tanaman ini dapat dikonsumsi sebagai buah polong segar sebagai

sayuran atau biji keringnya. Tanaman dapat tumbuh tumbuh dengan baik pada daerah-daerah dengan curah hujan medium, tetapi kurang cocok di daerah yang beriklim basah (humid dan wet tropics). Hujan yang berlebihan dan cuaca panas menyebabkan bunga dan polong rontok dan merangsang /meningkatkan gangguan penyakit. Rataan suhu harian optimum adalah 15-20oC, rataan suhu harian tidak boleh kurang dari 10oC dan tidak lebih dari 27oC. Suhu yang tinggi meningkatkan kandungan serat pada polong. Perkecambahan benih memerluikan suhu tanah 15oC atau lebih, dan pada suhu tanah 18oC perkecambahan benih berlangsung sekitar 12 hari, dan

48

pada 25oC sekitar 7 hari. Kebanyakan varietas kacang ini tidak terpengaruh oleh panjang hari. Total panjang periode pertumbuhan beragam dengan penggunaan hasil panen, untuk sayuran hijau dapat dipanen pada 60-90 hari dan untuk biji kering sekitar 90-120 hari.

Tanaman ini tidak menghendaki persyaratan tanah yang spesifik, tetapi tanah yang gembur, solum dalam, pH 5.5 - 6.0 sangat sesuai. Kebutuhan pupuk untuk produksi buah yang baik adalah 20-40 kg N/ha, 40-60 kg P/ha, dan 50-120 kg K/ha. Tanaman ini mampu memfiksasi nitrogen dari udara guna memenuhi kebutuhannya, namun demikian pupuk starter nitrogen sangat diperlukan untuk pertumbuhan awalnya. Tanaman sangat peka terhadap gangguan penyakit dari tanah dan harus ditanam dalam sistem pergiliran (rotasi).

Penugalan benih dapat dilakukan 5-7 cm, jarak tanamnya tergantung varietas. Tipe varietas yang tegak biasanya jarak tanamnya 5-10 x 50-75 cm, sedangkan tipe merambat 10-15 x 90-150 cm.

Tanaman ini sangat peka terhadap kondisi salinitas tanah. Penurunan hasil akibat salinitas adalah: 0% pada ECe 1.0; 10% pada ECe 1.5; 25% pada ECe 2.3; 50% pada ECe 3.6 dan 100% pada ECe 6.5 mmhos/cm.

4.2. Kebutuhan AirKebutuhan air bagi tanaman dengan periode tumbuh 60-120 hari berkisar

antara 300 dan 500 mm tergantung pada kondisi iklim dan cuaca. Kebutuhan air selama periode pemasakan ditentukan oleh tujuan panen, yaitu polong hijau segar atau biji keringnya. Kalau ditanam untuk konsumsi sayuiran hijau segar, total periode pertumbuhan tanaman relatif pendek dan selama periode pemasakan, yang berlangsung sekitar 10 hari, evapotranspirasinya relatif kecil karena daun-daun sudah mulai mengering. Kalau tanaman ditanam untuk dipanen biji keringnya, maka periode pemasakannya lebih lama dan penurunan evapotranspirasi tanaman relatif lebih besar. Periode pertumbuhan juga tergantung pada jumlah petik, kalau dilakukan 3 atau 4 kali petik maka periode panen sekitar 20-30 hari.

Koefisien tanaman (kc) yang menghubungkan evapo-transpirasi referensi (ETo) dengan kebutuhan air (ETm) untuk berbagai fase pertum buhan tanaman (untuk panen sayuran hijau) adalah:

a. Selama fase initial selama 15-20 hari: 0.30-0.40b. Fase perkembangan selama 15-20 hari: 0.65-0.75c. Fase pertengahan musim tumbuh selama 20-30 hari: 0.95-1.05d. Fase akhir musim tumbuh selama 5-20 hari: 0.90-0.95e. Fase panen: 0.85-0.90.

Untuk tanaman yang dipanen biji keringnya adalah:a. Selama fase initial selama 15-20 hari: 0.30-0.40b. Fase perkembangan selama 15-20 hari: 0.70-0.80c. Fase pertengahan musim tumbuh selama 35-45 hari: 1.05-1.20d. Fase akhir musim tumbuh selama 20-25 hari: 0.65-0.75e. Fase panen: 0.25-0.30

4.3. Suplai air dan hasil tanaman

49

Suplai air yang diperlukan untuk mencapai hasil maksimum (polong segar dan biji kering) adalah serupa selama periode pertumbuhan tetapi beragam selama periode pemasakan. Untuk hasil polong hijau, suplai air diteruskan hingga menjelang panen akhir, tetapi untuk hasil biji kering suplai air harus dihentikann sekitar 20-25 hari sebelum panen hasil. Kalau ingin dipanen sekaligus satu kali maka pemberian air dikonsentrasikan pada periode panen, ini dapat dicapai dengan jalan pengaturan waktu pemberian air sedemikian rupa sehingga terjadi defisit air ringan selama periode pemasakan dan air tanah dibiarkan menurun hingga 50% dari total air tersedia, perlakuan ini dapat mempercepat pemasakan.

Periode pertumbuhan untuk tanaman kacang ini adalah: Polong hijau Biji kering0 Perkecambahan 10-15 hari 10-15 hari1 Vegetatif hingga bunga pertama 20-25 20-252 Pembungaan, termasuk pembentukan polong 15-25 15-253 Pembentukan hasil (Perkembangan polong dan pengisian biji) 15-20 25-304 Pemasakan 0-5 20-25 -------------- ------------- 60-90 90-120 hari

Defisit air yang parah selama periode vegetatif (1) umumnya akan menghambat pertumbuhan tanaman dan menyebabkan pertumbuhan tidak seragam. Selama periode pembungaan (2) dan pembentukan hasil (3) irigasi yang sering dapat megakibatkan respon tertinggi terhadap produksi, walaupun kelebihan air akan meningkatkan gangguan penyakit dan terutama busuk akar. Kalau pupuk nitrogen diberikan dalam bentuk pupuk mineral, maka irigasi harus diikuti dengan dosis pupuk yang cukup untuk memaksimumkan hasil.

Kalau suplai air terbatas, penghematan air dapat dilakukan selama periode vegetatif (1) dan untuk produksi biji kering penghematan air juga dapat dilakukan selama periode pemasakan tanpa mempengaruhi hasiln asalkan defisit air masih pada tingkat moderat.

4.4. Penyerapan airAkar tunggang tanaman kacang ini dapat mencapai kedalaman 1-1.5 m. Sistem

perakaran lateral sangat ekstensif dan terutama terkonsentrasi pada lapisan tanah permukaan 0.3 m. Pada fase perkecambahan perakarannya mencapai kedalaman sekitar 0.07 m, pada awal pembungaan sekitar 0.3 - 0.4 m, dan pada saat pemasakan 1 - 1,5 m. Penyerapan air terjadi terutama pada kedalaman lapisan tanah atas 0.5-0.7 m (D=0.5-0.7 m). Pada kondisi dimana ETm sebesar 5 - 6 mm/hari, 40-50% dari total air tanah tersedia dapat lenyap sebelum penyerapan air terpengaruh (p = 0.4-0.5).

4.5. Jadwal irigasiKalau tanaman kacang ditanam dengan tambahan air irigasi, maka suplai air

harus diarahkan untuk memenuhi kebutuhan air selama periode perkecambahan (0) dan awal fase periode pembungaan (2). Kalau tanaman ditanam dengan sistem irigasi

50

penuh, penurunan kandungan air tanah selama periode pembungaan (2) dan periode pembentukan hasil (3) tidak boleh melebihi 40-50% dari total air tanah tersedia (p = 0.4-0.5). Kalau tanaman untuk produksi biji kering maka penurunan kandungan air tanah selama periode pemasakan (4) tidak boleh melebihi 60-70%. Stress air dalam tanaman dapat terdeteksi dengan mata karena daun menjadi hijau tua kebiruan.

4.6. Hasil dan KualitasDefisit air selama periode pembentukan hasil (3) mengakibatkan polong kecil,

pendek, tidak berwarna dengan bentuk biji yang tidak teratur. Juga kandungan serat pada polong lebih tinggi dan biji kehilangan ketegarannya. Hasil komersial yang baik dalam lingkungan irigasi yang baik adalah 6 - 8 ton/ha polong segar dan 1.5 - 2 ton/ha biji kering. Efisiensi penggunaan air untuk hasil panen (Ey) biji segar yang mengandung 80-90% air adalah 1.5 - 2.0 kg/m3 dan untuk biji kering yang mengandung sekitar 10% air adalah 0.3-0.6 kg/m3.

5. KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

5.1. PendahuluanTanaman ini menghendaki iklim panas selama musim pertumbuhannya, namun

masih dapat tumbuh di berbagai daerah di Indonesia. Di daerah yang curah hujannya tinggi, problem seriusnya adalah gangguan hama dan penyakit. Biasanya ditanam pada musim kemarau. Tanaman dapat tumbuh pada berbagai tipe tanha, namun tanah yang idela adalah tanah lempung yang kaya bahan organik dan drainasenya bagus, pH tanah 5.8-6.5 (SP2UK, 1992).

5.2. Budidaya Tanaman(a). Varietas: No. 129, Betet, Merak, Walet, Gelatik, Parkit, dan Merpati.(b). Penyiapan lahan: Tanah berat harus diolah hingga gembur; tanah tegalan bekas

tanaman jagung, kedelai atau gogo perlu pengolahan minimal.(c). Penanaman benih: Ditugal dengan jarak tanam 40 x 15 cm dan diisi dua benih

setiap lubang tanam (d). Pemupukan:

Pada tanah yang kurus diberi pupuk 45 kg Urea, 45-90 kg TSP, 50 kg KCl/ha. pupuk diberikan pada saat tanam, disebar merata atau larikan di samping lubang tanam.

(e). Penyiangan: dilakukan dua kali yaitu pada umur 2 dan empat minggu setelah tanam dengan tangan atau cangkul. Herbisida pratumbuh yang dapat digunakan adalah Lasso, Roundup, dan Goal pada daerah yang mahal tenagakerja.

(f). Pengendalian hama dan penyakit:Lalat bibit dapat dikendalikan dengan Azodrin pada umur tujuh hari setelah tanam. Ulat daun dan penggerek polong, dapat dikendalikan dengan menyemprot Thiodan, Dursban, Decis, dan Basudin.Penyakit busuk batang, puru dan embun tepung dapat disemprot dengan Benlate, Dithane M.45, Baycor, Belsene MX 200.

5.3. Produksi

51

Tanda-tanda kacang hijau siap dipanen adalah kalau polongnya telah berwarna coklat hingga hitam. Panen polong kemudian dikeringkan dan bijinya dirontokkan, kemudian dijemur 2-3 hari. Biji kering matahatri yang mengandung air 12-14% dapat disimpan.

Beberapa varitas unggul adalah Arta Ijo, Siwalik, Bhakti, dan No. 129. Rataan varitas unggul dapat menbghasilkanbiji 10 kw/ha, sedangkan varitas lokal sekitar 5 kw/ha.

6. LOMBOK (Capsicum annum dan Capsicum frutescens)

6.1. PendahuluanTanaman cabai (lombok) diperkirakan berasal dari daerah tropika Amerika.

Tanaman ini tumbuh baik pada kondisi iklim dengan musim tumbuhnya mempunyai suhu 18-27oC selama siang hari dan 15- 18oC selama malam hari. Suhu malam yang rendah mengakibatkan lebih banyaknya percabangan dan lebih banyak bunga; suhu malam yang hangat mempercepat pembungaan dan efek ini lebih jelas kalau intensitas cahaya meningkat.

Lombok banyak ditanam pada kondisi lahan tadah hujan dan hasil yang tinggi diperoleh dengan curah hujan 600-1250 mm, tersebar merata sepanjang musim pertumbuhannya. Curah hujan yang tinggi selama periode pembungaan menyebabkan kerontokam bunga dan fruit-set yang buruk, dan selama periode pemasakan terjadi pembusukan buah.

Tanah-tanah yang teksturnya ringan dengan kapasitas penahanan air yang mencukupi dan drainage yang baik sangat disenangi lombok. pH optimum adalah 5.5 - 7.0 dan tanah masam memerlukan pengapuran. Penggenangan, meskipun hanya sebentar, dapat menyebabkan kerontokan daun. Kebutuhan pupuk adalah 100-170 kg N/ha, 25-50 kg P/ha dan 50-100 kg K/ha.

Tanaman agak peka terhadap slainitas tanah, kecuali pada fase perkecambahan sangat peka. Penurunan hasil pada berbagai kondisi salinitas tanah adalah: 0% pada ECe=1.5 mmhos/cm; 10% pada ECe=2.2; 25% pada ECe = 3.3; 50% pada ECe = 5.1 dan 100% pada ECe = 8.5 mmhos/cm. Biji yang ditabur di bedengan pesemaian menghendaki suhu tanah optimum 20-24oC. Kecambah bibit yang tingginya 10-20 cm dipindahkan ke lapangan setelah umur 25-35 hari. Panjangnya total musim pertumbuhan beragam dengan kondisi iklim dan varietas, tetapi pada umumnya berlangsung 120-150 hari dari saat tabuh benih hingga panen. Bibit kadangkala dipangkas 10 hari sebelum transplanting untuk merangsang percabangan. Jarak tanam 0.4- 0.6 x 0.6-0.9 m. Untuk produksi buah lombok konsumsi kalengan seringkali digunakan jarak tanam yang lebih rapat. Pembungaan mulai terjadi pada umur 1-2 bulan setelah transplanting dengan petik buah hijau pertama satu bulan kemudian. Setelah itu buah lombok merah yang masak dipanen dengan interval 1-2 minggu hingga umur tiga bulan.

6.2. Kebutuhan airTotal kebutuhan air (ETm) adalah 600-900 mm, bahkan hingga 1250 mm untuk

musim pertumbuhan yang panjang dan beberapa kali petik. Koefieisn tanaman (kc)

52

adalah 0.4 setelah transplanting, 0.95- 1.1 selama pertumbuhan penuh, dan untuk produksi lombok segar 0.8-0.9 saat panen.

6.3. Suplai air dan Hasil TanamanUntuk mendapatkan hasil yang banyak, suplai air yang cukup dan tanah yang

relatif lembab diupersyaratkan selama total periode pertum buhan tanaman. Reduksi suplai air selama periode pertumbuhan pada umumnya mempunyai efek buruk terhadap hasil dan reduksi terbesar terjadi kalau ada kekurangan air secara kontinyu hingga saat petik buah pertama,. Masa awal periode pembungaan sangat peka terhadap keku rangan air dan penurunan kadar air tanah dalam zone perakaran selama periode ini tidak boleh melebihi 25%. Kekurangan air sebelum dan selama awal pembungaan mereduksi jumlah buah. Efek defisit air terhadap hasil selama periode ini lebih besar pada kondisi suhu tinggi dan kelembaban rendah. Irigasi yang terkendali sangat penting untuk mencapai produksi yang tinggi karena tanaman peka terhadap kelebihan dan kekurangan irigasi

Kalau kualitas air irigasinya buruk (saline) maka hsil petik buah pertama berkurang tetapi efek ini kurang tampak jelas pada hasil petik selanjutnya. Sprinkling dengan air irigasi saline mengakibatkan daun terbakar dan busuk buah. Defisit air selama periode pembentukan hasil mengakibatkan hasil buah yang keriput dan bentuknya jelek. Kualitas kepedasan buah hingga batas-batas tertentu dipengaruhi oleh suplai air. Pada kondisi suplai air yang terbatas, total produksi ditingkatkan oleh pemenuhan kebutuhan air tanaman secara penuh pada areal lahan yang terbatas.

6.4. Penyerapan airTanaman lombok mempunyai akar utama yang patah pada saat transplanting

dan kemudian menumbuhkan banyak akar-akar lateral. Kedalaman akar dapat meluas hingga 1m tetapi pada kondisi irigasi ternyata akar terkonsentrasi pada lapisan tanah atas sedalam 0.3 m. Biasanya 100% penyerapan air terjadi dalam keda;laman lapisan tanah 0.5 - 1.0 m (D = 0.5-1.0 m). Pada kondisi evapoytranspirasi maksimum 5-6 mm/hari, 25-30% total air tersedia dapat dihabiskan sebelum terjadi reduksi penyerapan air (p=0.25-0.30).

6.5. Jadwal IrigasiUntuk mendapatkan hasil yang optimum penurunan air tanah tidak boleh

melebihi 30-40% total air tersedia. Frekuensi irigasi 4- 7 hari lazim dilakukan. Kalau suplai air terbatas, irigasi harus mencukupi hingga panen buah pertama dan setelah itu air dapat dihemat.

6.6. Metode IrigasiMetode irigasi pada pertanaman lombok adalah irigasi permukaan, sprinkler dan

drip. Pada sistem irigasi sprinkler ternyata hasil buah cenderung lebih banyak pada aplikasi ringan dibandingkan dengan aplikasi berat. Akan tetapi, kalau kualitas air irigasi jelek, intensitas berat dan jumlah yang banyak umumnya lebih disenangi dengan irigasi sprinkler karena dapat mereduksi kebakaran daun. Untuk mendapatkan hasil yang banyak biasanya lebih sesuai dengan drip irrigation.

6.7. Hasil dan kualitas hasil

53

Hasil buah sangat beragam dengan kondisi iklim dan panjangnya musim pertumbuhan, yaitu jumlah petik buah. Pada kondisi irigasi komersial dapat diperoleh ahsil buah 10-15 ton/ha buah segar dan 20-25 ton/ha dapat diperoleh pada kondisi iklim yang sesuai. Akan tetapi persentase hasil buah yang dapat dipasarkan sangat beragam. Efisiensi penggunaan air (Ey) untuk buah lombok segar yang mengandung 90% air beragam antara 1.5 - 3.0 kg/m3.

6.8. Budidaya Tanaman(a). Syarat tumbuh:Tanaman lombok dapat tumbuh di dataran rendah hingga pada ketinggian 1500

m dpl. Tanaman ini menghendaki iklim kering, akan tetapi dapat ditanam pada musim hujan di lahan tegalan dan tidak becek; membutuhkan cahaya matahari yang cukup, sehingga sebaiknya ditanam tanpa naungan. Lombok menghendaki tanah yang subur, gembur dengan drainase yang baik dan pH tanah antara 5-6 (SP2UK, 1992).

(b). Bibit tanamanBibit lombok yang dibutuhkan sebanyak 250-500 g benih per hektar. Benih

disemaikan dengan luas 0.5 x 2 meter setiap 3 gram benih (1 sendok teh). Bibit yang telah berumur 30-35 hari atau tanaman muda telah berduan 3-4 helai siap untuk dipindah dan ditanam di kebun.

(c). Penanaman bibitTanah diolah hingga strukturnya gembur dan tidak menahan air, yaitu dengan

cangkul sedalam 30 cm sebanyak dua kali atau lebih. Selang waktu pengolahan tanah pertama dengan penanaman adalah 7- 14 hari. Kemudian dibuat lubang tanam dengan cangkul sedalam 15 cm, panjang 20-25 cm, lebar 20-25 cm, jarak antar lubang tanam 60 x 80 cm. Setiap lubang diisi rabuk kandang sebanyak 0.5-1 kg yang dicampur dengan tanah, kemudian disiram dengan air sekitar satu liter.

Pada setiap lubang tanam ditanam bibit 2-3 batang, 2-3 minggu setelah tanam dilakukan penjarangan dan disisakan satu tanaman yang paling sehat/baik, sedangkan tanaman lainnya dicabut.

(d). Pemeliharaan tanaman:Pupuk yang diberikan adalah rabuk kandang 0.5 kg sebagai pupuk dasar, Urea

4 g, TSP 4 g dan KCl 2 g setiap tanaman yang diberikan pada umur satu bulan. Pemupukan berikutnya dilakukan dua minggu kemudian dengan jumlah dan cara seperti pada pemupukan yang pertama.

Penyiangan dilakukan 2-3 kali tergantung keadaan rumput, dimulai sejak 20 hari setelah tanam. Kegiatan penyiangan dapat juga dilakukan sekaligus dengan penggemburan tanah lapisan atas dan pembumbunan.

(e). Pengendalian hama dan penyakit

54

Ulat dapat dikendalikan dengan Dursban 20 EC, Bayrusil 25 EC dan Hostation 40 EC dengan dosis 2 ml per liter air. Trips dapat dikendalikan dengan Phosvel 300 EC, Bayrusil dan Lebaycid dengan dosis 2 ml per liter air. Lalat buah menyerang buah, dapat dikendalikan dengan pergiliran tanaman atau dikendalikan dengan Diazinon 10 EC, Decis dengan dosis 0.15 ml per liter air. Busuk daun, dapat dikendalikan dengan Dithane M-45 2 g/l air. Antraknose yang disebabkan oleh Gloesponia sp. dapat dikendalikan dengan Dithane M-45 atau Antracol 70 WP dengan dosis 2 g/l air. Penyakit layu, dapat dikendalikan dengan rotasi tanaman . Penyakit virus dapat dikendalikan dengan memberantas vektornya.

(f). Panen dan pascapanenPemungutan hasil pertama dapat dilakukan setelah tanaman berumur 3-4

bulan; pemetikan dilakukan setelah buah 60% berwarna merah.

7. BAYAM (Amaranthus sp.)

7.1. PendahuluanBayam mengandung vitamin A, C dan sedikit vitamin B, banyak kalsium, P, dan

Fe. Tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Pada tanah-tanah yang pH nya kurang dari 6.0 biasanya pertumbuhannya kerdil, sedangkan pada atanah yang pH nya lebih dari 7.0 akan terjadi khlorosis. Saat tanam yang terbaik adalah awal musim hujan (Oktober/Nopember) atau awal musim kemarau (Maret/April).

Dua jenis bayam yang lasim dibudidayakan adalah:1. Bayam cabutan yang juga disebut bayam sekul (Amaranthus tricolor L.). Jenis ini

ada yang batangnya berwarna kemerahan (bayam merah) dan ada yang hijau keputihan (bayam putih). Bayam putih lebih enak.

2. Bayam tahun atau bayam sekop atau kakap (Amaranthus hybridus L.) daunnya lebar-lebar. Dua varietas yang sangat dikenal adalah A. paniculatus dan A. caudatus. Varietas caudatus mempunyai daun agak panjang dengan ujungnya runcing dan hijau atau merah tua. Bunganya dalam rangkaian panjang dan terkumpul pada ujung batang. Varietas paniculatus daunnya lebih lebar, hijau, dengan rangkaian bunga panjang dan lebih teratur, bunganya tersebar di setiap ketiak daun atau cabang.

7.2. Budidaya tanaman

(1). Perbanyakan tanamanBayam diperbanyak dengan biji, disebar di pesemaian atau ditanam langsung di

lapangan.

(2). BertanamPengolahan tanah sedalam 20-30 cm, diberi pupuk kandang atau kompos

sebanyak 10 ton/ha atau 1 kg setiap meter persegi. Bedengan dibuat dengan lebar satu meter. Biji ditaburkan menurut barisan yang membujur dari tumur ke barat dengan

55

jarak barisan 20 cm. Setiap bedengan memuat lima barisan tanaman dan setelah 3-5 hari biji bayam mulai tumbuh.

Setelah berumur dua minggu setiap pagi tanaman digoyang kekiri dan ke kanan dengan sapu lidi sampai tampak lemas. Dengan cara ini tanaman tumbuh kuat dan cepat dan hama berlarian. Setelah tanaman setinggi 15 cm (berumur sebulan) dapat dijarangkan dengan mencabut tanaman yang sudah besar dan terlalu rapat. Setelah umur 1.5 bulan dan tinggi tanaman 20 cm dapat dicabut seluruhnya.

Pada lahan pekarangan biasanya ditanam A. hybridus, penanaman dengan memindahkan tanaman muda yang tingginya 10 cm dari pesemaian ke tempat yang telah disiapkan dengan jarak tanam 20 x 40 cm. Panen dilakukan dengan memetik daun atau memotong ujung batang/cabang sebelum berbunga. Dengan cara ini tanaman dapat bertahan hingga umur setahun.

(3). Perlakuan benih/bibitPesemaian A. hybridus ditempatkan di lokasi yang teduh, kebutuhan benis

sekitar 5-10 kg/ha.

(4). PemeliharaanPerawatan yang perlu diperhatikan adalah menggem burkan tanah sekitar

tanaman sambil membuang gulma. Pestisida tidak harus digunakan untuk mengendalikan ulat daun.

(5). ProduksiRataan tanaman bayam dapat menghasilkan 10-25 ku/ha tergantung tingkat

kesuburan tanah.

8. KACANG PANJANG (Vigna sinensis)

8.1. PendahuluanTanaman ini banyak digemari masyarakat karena rasanya enak, gurih, banyak

mengandung vitamin A, B dan C. Syarat pokok bagi pertumbuhannya ialah tanah gembur dan porus, cukup mampu menahan air tersedia, pH 5.5-6.5, kaya bahan organik. Waktu tanam yang sesuai adalah awal dan akhir musim hujan (SP2UK, 1992).

Ada dua golongan kacang panjang yang dikenal masya-rakat, yaitu:a. Kacang lanjaran, batangnya membelit lanjaran dari kayu atau bambi.

a.1. Kacang lanjaran biasa, batangnya membelit dan panjang, buahnya panjang hingga 40 cm, hijau ketika masih muda dan menjadi putih kalau tua. Bijinya bulat panjang, ada kalanya melengkung agak pipih, warnanya ada yang kuning, coklat, hitam, putih dan kemerahan, ukuran bijinya 5-6 mm x 5-9 mm.

a.2. Kacang usus, batangnya seperti kacang lanjaran, hanya buahnya panjang selaki hingga lebih 80 cm. BUah muda keputihan dan buah tua kekuningan. Bijinya bulat panjang, ada kalanya melengkung agak pipih, warnanya putih atau blorok atau putih bernoda merah, besartnya biji 5-6 mm x 8-9 mm.

b. Kacang panjang yang bukan lanjaran dan tidak membelit b.1. Kacang tunggak, kacang tolo (Vigna unguigulata) atau kacang dadap.

Batangnya pendek dan tidak membelit, hanya ujungnya yang membelit dan

56

tidak diberi lanjaran, buahnya pendek (10 cm), hijau dan kaku, bijinya bulat panjang agak pipih dengan ujung yang agak lonjong, besarnya antara 4-6 mm x 7-8 mm, warna bijinya kuning kecoklatan.

b.2. Kacang uci atau kacang endel (Gigna umbellata), setengah membelit, bijinya kecil berbentuk bulat panjang dengan warna macam-macam merah, hijau, hitam dll. Besarnya biji 1.5 - 2mm x 5-6 mm. Daunnya agak kasar dan kaku.

b.3. Kacang hibrida atau kacang harapan, hasil perkawinan antara kacang lanjaran dengan kacang tunggak. Tanaman tidak membelit, buahnya panjang-panjang (mencapai 25 cm) dan bentuknya menyerup.

8.2. Budidaya tanaman

(1). PerbanyakanTanaman diperbanyak dengan biji dan ditanam langsung ke lahan tanpa pesemaian.

(2). BertanamPengolahan tanah dengan cangkul dan kemudian diratakan. Lubang tanam dibuat dengan tugal pada jarak 30x 60 cm untuk kacang lanjaran, 20 x 30 cm untuk kacang lainnya. Setiap lubang diisi dua butir benih dan ditutup dengan tanah gembur . Benih akan tumbuh dalam waktu lima hari. Setelah tinggi tanaman 25 cm segera diberi lanjaran bambu setinggi dua meter.

(3). Perlakuan benihKebutuhan benih setiap hektar lahan sekitar 15-20 kg untuk kacang lanjaran dan 20-25 kg untuk kacang tunggak, 12 kg biji untuk kacang uci dan 30 kg biji untuk kacang harapan.

(4). PemupukanDosis pupuk yang dianjurkan urea 1-2 kuintal setiap hektar, 240 kg DS atau TSP, dan 160 kg ZK atau KCl. Pupuk ditugalkan disamping tanaman berajark 5 cm dari batang.

(5). PemeliharaanPerawatan yang diperlukan adalah membelitkan batang pada lanjaran, Hama tungau dan kutu daun bila perlu dikendalikan dengan pestisida.

8.3. ProduksiBuah muda dapat dipanen setelah tanaman berumur dua bulan, panen

selanjutnay dilakukan setiap minggu berlangsung hingga 3.5 atau 4 bulan. Kacang tunggak dan kacang uci dipanen setelah buahnya kering. Kacang lanjaran dapat menghasilkan 30 kuintal buah muda setiap hektar, sedangkan kacang tunggak dan kacang uci dapat menghasilkan 15 kuintal biji kering setiap hektar.

57

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Budidaya Sengon (Albazzia falcataria). www.lablink.or.id. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010.

Anonim. 2008. Pengendalian hama dan penyakit tanaman kehutanan. http://elqodar.multiply.com/journal/item/17/Pengendalian_Hama_Dan_Penyakit_Tanaman_Kehutanan. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010.

Jumali. 2009. Penyakit Karat Tumor/Karat Puru Pada Sengon Laut (Uromycladium  spp.). http://pertahanan.slemankab.go.id/index. php/artikel/214-penyakit-karat-tumorkarat-puru-pada-sengon-laut uromycladium-spp. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010.

Prasetyo, Eko. 2010. Cara Praktis Menanggulangi Hama dan Penyakit Sengon. http://www.ekopras.com/2010/03/04/cara-praktis-menanggulangi-hama-dan-penyakit-sengon/. Diakses pada tanggal 4 Oktober 2010.

58