Upload
vankiet
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSES ENCODING
MAKALAHUntuk memenuhi tugas matakuliah
Landasan Pendidikan dan PembelajaranYang dibina oleh Bapak Akbar Sutawidjaja
Oleh :Ratih Kusumawati 130311810695Senja Putri Merona 130311810678Siti Suaibah 130311810694Yulia Izza El Milla 130311810681
UNIVERSITAS NEGERI MALANGPASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKASeptember 2013
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persepsi dan perhatian sangat dipengaruhi oleh pengetahuan orang di
dunia. Pengetahuan-pengetahuan tersebut disimpan dalam memori baik jangka
pendek maupun jangka panjang. Bagaimana pengetahuan-pengetahuan atau
informasi-informasi itu dapat sampai ke memori manusia inilah yang disebut
proses encoding. Encoding mempunyai pengaruh yang kuat terhadap proses
kognitif lainnya, seperti storage, yaitu bagaimana informasi disimpan di memori,
dan retrieval, yaitu bagaimana informasi diambil dari memori.
Tidak semua informasi yang ingin kita pelajari adalah sama. Beberapa
merupakan informasi factual, berdasarkan fakta-fakta, namun sebagian
merupakan informasi kompleks. Mempelajari fakta dan mempelajari informasi
kompleks merupakan hal yang sangat berbeda. Psikolog pendidikan telah
memperkenalkan banyak cara yang digunakan pelajar untuk mempelajari tipe-tipe
informasi yang berbeda.
Banyak pelajar menggunakan taktik/strategi untuk mempelajari sesuatu.
Sebagian taktik/ strategi ini sangat mudah untuk digunakan walaupun pada
kenyataannya hanya beberapa siswa yang mampu menggunakan taktik yang lebih
luas. Mengatur strategi-strategi tersebut dalam suatu barisan yang terencana
dengan tingkat kesadaran atau dengan kata lain kemauan/ kesadaran seseorang
dalam mempelajari suatu informasi disebut metakognisi (metakognisi). Strategi
yang tepat dalam membangun informasi mengantarkan siswa kepada pemahaman
dan mengingat informasi tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses encoding?
2. Apa sajakah macam-macam encoding ditinjau dari segi informasinya serta
teori-teori apa yang mendukung?
3. Apa yang dimaksud dengan proses metakognisi?
4. Bagaimana implikasi dari penerapan strategi-strategi proses encoding
dalam proses pembelajaran?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam
makalah ini adalah
1. Mengetahui maksud dari proses encoding
2. Mengetahui macam-macam encoding ditinjau dari segi informasinya serta
teori-teori yang mendukung.
3. Mengetahui maksud dari proses metakognisi
4. Mengetahui implikasi dari penerapan strategi-strategi proses encoding
dalam proses pembelajaran
BAB IIPEMBAHASAN
A. Pengertian Encoding
Encoding adalah proses yang dilibatkan dalam meletakkan informasi ke
dalam memori. Encoding memberi pengaruh pada proses kognitif lainnya, seperti
storage dan retrieval. Storage adalah proses bagaimana informasi tersebut
disimpan dalam memori, sedangkan retrieval adalah proses bagaimana informasi
tersebut diperoleh kembali dari memori.
Informasi itu sendiri terbagi menjadi dua macam, yaitu: informasi faktual
dan informasi kompleks. Dalam pembelajarannya pun tentu saja berbeda,
dibutuhkan strategi yang berbeda dalam menempatkan informasi-informasi
tersebut dalam memori. Mengatur strategi-strategi tersebut dalam suatu barisan
yang terencana dengan tingkat kesadaran atau dengan kata lain
kemauan/kesadaran seseorang dalam mempelajari suatu informasi disebut
metakognisi (metakognisi). Strategi yang tepat dalam membangun informasi
mengantarkan siswa kepada pemahaman dan mengingat informasi tersebut.
B. Macam-macam Encoding dan Teori yang Mendukung
1. Encoding Informasi Faktual
Proses menempatkan informasi ke dalam memori mempengaruhi
bagaimana informasi itu diingat oleh seseorang, sehingga cara seseorang melatih
informasi berpengaruh pada kualitas memorinya. Cara melatih informasi sendiri
dibagi menjadi dua, yaitu: maintenance rehearsal dan elaborative rehearsal.
Maintenance rehearsal berhubungan dengan mengulang-ulang kembali
informasi yang didapatkan secara langsung dengan tujuan membuat informasi
tersebut aktif dalam memori jangka pendek. Secara umum, maintenance rehearsal
sangat efektif untuk menahan informasi jangka pendek tanpa membebani kognitif
seseorang. Terkadang hasil dari maintenance rehearsal ini dapat berupa memori
jangka panjang, namun hal tersebut butuh usaha yang lebih dan tidak efektif.
Berlawanan dengan maintenance rehearsal adalah elaborative rehearsal.
Elaborative rehearsal adalah bentuk rehearsal dimana informasi yang akan
ditempatkan ke dalam memori dihubungkan dengan informasi lain. Berdasarkan
level proses, elaborative rehearsal dipandang sebagai encoding yang dalam,
sedangkan maintenance rehearsal dipandang sebagai encoding yang dangkal.
Sehingga aktivitas encoding dengan cara elaborative rehearsal membawa pada
proses mengingat kembali pada level yang tinggi.
Para peneliti berpendapat bahwa elaborative rehearsal jauh lebih baik
disbanding maintenance rehearsal dalam memproses informasi untuk memori
jangka panjang, namun beban yang diberikan pada kognitif seseorang lebih
banyak daripada maintenance rehearsal. Sehingga disarankan untuk memandang
kedua bentuk rehearsal ini sebagai suatu rangkaian kesatuan yang digunakan
sesuai kebutuhan.
Ada banyak strategi dalam melakukan elaborative rehearsal, antara lain
adalah sebagai berikut.
1. Mediation (perantara)
Strategi encoding secara elaborasi yang paling sederhana adalah mediation
(perantara). Mediation melibatkan hal-hal yang sulit untuk diingat kepada sesuatu
yang lebih berarti. Sebagai contoh dalam menghafal kata yang tidak memiliki arti
seperti ris-kir, dihubungkan dengan kata yang memiliki arti seperti race car,
sehingga kata yang tidak memiliki arti dapat dihafal oleh memori dengan lebih
mudah. Mediation memberikan hasil lebih dalam daripada pengulangan sederhana
dari suatu hal yang baru.
2. Imagery (perumpamaan)
Pada umumnya, imagery membawa pada penggunaan memori yang lebih
baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan imagery. Yang
pertama adalah perumpamaan yang digunakan pada materi yang akan dipelajari,
dimana materi tersebut bermacam-macam. Sebagai contoh, mempelajari kata yang
dapat dihubungkan dengan suatu gambar akan lebih mudah daripada mempelajari
kata yang tidak dapat dihubungkan dengan gambar meskipun pada instruksinya,
guru tidak meminta siswa untuk menggunakan imagery dalam mempelajari kata
tersebut. Namun, meskipun sulit, penggunaan imagery dalam mempelajari kata
yang sulit untuk dihubungkan dengan gambar dapat membantu dalam menambah
pengetahuan.
Penggunaan imagery tidak hanya terbatas pada kosakata saja, namun juga
dapat diperluas pada gambaran dari suatu konsep, tokoh, dan keseluruhan
informasi. Secara sederhana, beberapa informasi lebih mudah digambarkan
daripada yang lainnya.
Hal kedua yang perlu diperhatikan dalam penggunaan imagery adalah
kemungkinan dimana penggambaran yang dilakukan oleh setiap individu berbeda-
beda bergantung pada kemampuan setiap individu dalam menggambarkan
informasi yang mereka dapatkan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
didapat bahwa siswa yang mempunyai kemampuan baik dalam menggambarkan
suatu informasi dapat memperoleh kembali informasi yang ada dalam memorinya
dengan lebih baik. Akan tetapi, belum ada penelitian yang mendukung bahwa
kemampuan untuk menggambarkan informasi dapat diperoleh atau dapat
ditingkatkan dengan latihan. Bagi siswa yang mempunyai kemampuan
menggambarkan informasi kurang baik juga tetap mengalami peningkatan dalam
memperoleh kembali informasi yang ada dalam memorinya saat mereka
menggunakan imagery.
Hal ketiga yang perlu diperhatikan dalam penggunaan imagery adalah sifat
gambar yang muncul dalam pikiran. Para ahli menyatakan bahwa gambaran yang
paling baik adalah gambar yang aneh, berwarna-warni, dan asing. Namun
penelitian mengenai gambar yang aneh tersebut tidak membawa pada kejelasan.
Berdasarkan penelitian dan kajian yang telah dilakukan, terkadang penggunaan
gambar yang aneh tidak terlalu bermanfaat dibandingkan menggunakan gambar
yang biasa, dan terkadang penggunaan gambar biasa juga bisa lebih bermakna.
Imagery adalah komponen yang penting dari berbagai strategi mnemonic
dalam memperoleh kembali informasi yang ada dalam memori. Imagery juga
merupakan hal yang penting dalam menambah pengetahuan. Dalam hubungan
dengan beberapa teknik mnemonic, imagery dapat menjadi alat yang sangat
berguna untuk meningkatkan penggunaan memori.
3. Mnemonics (membantu ingatan/menghafal)
Mnemonics adalah strategi yang membantu seseorang dalam mengingat
atau menghafal informasi. Cirinya, mnemonics melibatkan informasi yang akan
dipelajari dengan informasi yang telah dipelajari dengan baik dengan tujuan
menjadikan informasi yang akan dipelajari menjadi bermakna sehingga tidak
terlupakan. Mnemonics membantu seseorang dalam mempelajari informasi
dengan membuatnya menjadi lebih mudah untuk dikaji atau diperoleh kembali
dari memori (retrieval).
Teknik mnemonic melibatkan penggunaan rima, isyarat gerak (gesture),
dan imagery. Guru seringkali menggunakan mnemonics sebagai bagian dari
instruksinya. Siswa juga banyak yang sering menggunakan mnemonics tanpa
diminta untuk menggunakannya. Seperti yang diharapkan, beberapa mnemonics
lebih efektif dari yang lainnya, dan tiap mnemonics hanya cocok jika digunakan
pada suatu bentuk pembelajaran tertentu.
Ada beberapa teknik mnemonic yang akan dibahas dalam makalah ini.
Antara lain adalah sebagai berikut.
a. The Peg Method (Metode Pasak)
Dalam metode peg, siswa mengingat rangkaian “pasak” dimana informasi
yang akan dipelajari dapat di”gantung”kan. “Pasak” tersebut dapat berupa apapun
yang telah dipelajari dengan baik dari suatu kumpulan sesuatu, namun yang paling
populer adalah melibatkan penggunaan rima yang sederhana. Dalam penggunaan
rima tersebut digunakan penggambaran dari informasi yang akan dipelajari. Pada
saat proses memperoleh kembali informasi yang ada pada memori (retrieval),
siswa cukup membawakan rima tersebut yang telah dihubungkan dengan
informasi baru yang dipelajari.
Metode peg lebih efektif jika dipelajari dengan baik. Menariknya, metode
peg dapat digunakan berulang kali tanpa kehilangan keefektifannya. Metode peg
efektif dalam pembelajaran secara tertulis, pembelajaran secara lisan, dan
pembelajaran langkah-langkah dengan prosedur yang kompleks.
b. The Method of Loci (Metode Tempat)
Salah satu prosedur mnemonic yang paling terkenal berasal dari jaman
Yunani kuno. Menurut Bower dan Yates, metode loci berasal dari nama suatu
peristiwa dimana seorang penyair bernama Simonides menghadiri suatu
perjamuan kemudian dipanggil keluar. Saat Simonides berada di luar, atap dari
tempat perjamuan tersebut roboh, membunuh setiap orang yang berada di
dalamnya. Bencana tersebut sangat sadis karena setiap tubuh korban terkoyak-
koyak sehingga korban tidak dapat dikenali. Namun, Simonides dapat mengingat
setiap korban berdasarkan lokasi duduk dalam perjamuan mereka. Oleh karena
itu, nama “metode loci” muncul berdasarkan penggunaan lokasi yang digunakan
oleh Simonides untuk mengingat kembali informasi.
Meskipun metode loci ini sudah lama ditemukan, namun penelitian
mengenai metode ini masih sedikit dilakukan. Neisser mengatakan bahwa metode
ini masih banyak digunakan oleh para ahli memori. Dalam menggunakan metode
loci ini, seseorang harus menguasai dengan baik setting tempat yang akan
digunakan. Kemudian pada setting tersebut akan disisipkan hal-hal yang nantinya
akan dikaitkan dengan hal-hal yang akan dipelajari.
Pada saat proses retrieval, maka pikiran dibawa kembali melewati lokasi,
dan setiap hal yang disisipkan dalam lokasi akan membawa kepada gambaran
tentang hal-hal yang akan dipelajari. Sama halnya dengan metode peg, metode
loci juga dapat digunakan secara berulang-ulang tanpa kehilangan keefektifannya.
Sebagai tambahan, metode loci dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
mengingat bermacam-macam informasi yang luas.
Metode loci memiliki kemiripan dengan metode peg. Yang pertama, rima
dan lokasi harus dikuasai terlebih dahulu hingga sempurna. Penggunaan kedua
teknik mnemonic ini memerlukan dasar yang sempurna agar efektif. Yang kedua,
setiap hal yang akan dipelajari harus digambarkan secara jelas berhubungan
dengan “pasangan” yang sesuai, baik dalam rima maupun lokasi. Untuk beberapa
macam informasi, kedua metode tersebut dapat bekerja dengan baik; metode-
metode tersebut dapat menambah pengetahuan dengan sangat baik dan dapat
mengurangi upaya yang dibutuhkan dalam menambah informasi ke memori
seseorang. Sebagai tambahan, kedua metode tersebut dapat digunakan berulang
kali dengan materi yang luas. Bagaimanapun juga, upaya yang dibutuhkan kedua
metode tersebut hampir sama, yaitu upaya untuk mempelajari dasar (rima atau
lokasi) dimana informasi baru yang akan dipelajari “bergantung”. Kilpatrick
menyatakan bahwa kadang siswa menolak untuk berusaha menggunakan
mnemonics ini, tetapi setelah mereka mencoba menggunakannya, mereka hampir
selalu melaporkan bahwa mnemonic ini efektif.
c. The Link Method (Metode Hubungan)
Berdasarkan Bellezza, masih sedikit penelitian yang dilakukan pada
metode link. Bagaimana pun juga, metode link dilaporkan banyak digunakan oleh
para ahli, dan metode link memiliki kelebihan dibanding metode peg maupun
metode loci karena metode link tidak memerlukan sistem dari luar atau materi
yang sebelumnya telah dipelajari.
Metode link paling cocok digunakan untuk mempelajari suatu daftar
benda. Dalam metode ini, siswa diminta untuk menyusun gambaran untuk setiap
benda yang ada dalam daftar yang akan dipelajari. Setiap gambaran digambarkan
saling berkaitan dengan benda yang selanjutnya, sehingga seluruh benda yang ada
di dalam daftar tersebut terhubung dalam suatu imajinasi. Pada saat proses
retrieval, gambaran yang interaktif tersebut dibayangkan kembali sehingga siswa
dapat mengingat benda-benda yang ada dalam daftar. Gambaran secara interaktif
ini membuat siswa mungkin untuk mengingat kembali informasi yang ada dalam
memori mereka.
d. Stories (Cerita)
Teknik mnemonic lain yang sederhana adalah penggunaan cerita yang
disusun dari hal-hal yang akan dipelajari. Untuk menggunakan metode ini, hal-hal
yang akan dipelajari diletakkan dalam suatu cerita yang mana hal-hal yang akan
dipelajari tersebut disorot dalam cerita tersebut. Sehingga pada saat proses
retrieval, cerita yang telah disusun tersebut diingat dan hal-hal yang dipelajari
dapat diperoleh kembali dari cerita tersebut.
Metode story adalah metode yang sederhana, namun efektif. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan oleh Bower dan Clark pada tahun 1969 membawa
pada kesimpulan bahwa teknik mnemonic dengan metode story ini sangat
memfasilitasi siswa dalam mengingat kembali informasi yang dipelajarinya.
e. First-Letter Method (Metode Huruf Pertama)
Menurut Boltwood dan Blick, di antara semua teknik mnemonic, metode
yang dilaporkan paling sering digunakan oleh siswa secara spontan adalah metode
first-letter. Metode first-letter melibatkan penggunaan huruf pertama dari hal-hal
yang akan dipelajari untuk membentuk suatu singkatan atau kata. Singkatan atau
kata inilah yang nantinya akan membantu seseorang untuk mengingat atau
menghafal informasi yang baru.
Hasil penelitian pada metode first-letter masih kurang jelas. Namun, siswa
yang sudah familiar dengan penggunaan metode first-letter memperoleh
keuntungan dari metode ini, sedangkan siswa yang belum pernah menggunakan
metode ini hanya memperoleh sedikit keuntungan. Karena penelitian yang terus
berkembang pada metode ini, sehingga masih sulit untuk menarik kesimpulan dari
metode ini. Siswa yang menggunakan prosedur metode first-letter dianjurkan
untuk tetap melanjutkan penggunaannya, namun guru tidak dipaksa untuk
mengajarkannya.
f. The Keyword Method (Metode Kata Kunci)
Diantara teknik mnemonic yang ada, mungkin yang paling fleksibel dan
paling kuat adalah metode keyword. Seperti pada metode-metode sebelumnya,
imagery menjadi hal yang penting yang mempengaruhi keefektifan metode ini.
Metode keyword terdiri dari dua tahap: yaitu acoustic link dan imagery
link. Pada tahap pertama, dibutuhkan pengidentifikasian “kata kunci (keyword)”.
Kata kunci yang diambil adalah yang mirip dengan hal yang akan dipelajari.
Kemudian masuk pada tahap kedua, yaitu imagery link. Pada tahap ini,
dibutuhkan gambaran atau imajinasi dari kata kunci yang telah ditentukan yang
berinteraksi dengan hal yang akan dipelajari. Pada proses retrieval, hal yang akan
diperoleh kembali dari ingatan dipanggil kembali melalui gambar yang telah
dibuat secara interaktif sebelumnya, yang kemudian memungkinkan untuk
mengingat kembali maksud dari hal tersebut. Pada dasarnya, metode keyword
dikembangkan untuk mempelajari kosakata bahasa asing.
Sejak tahun 1975, banyak penelitian dilakukan pada metode ini. Hasilnya,
penggunaan metode keyword memberi dampak positif pada siswa di segala umur,
dalam berbagai bahasa, dan sangat efektif dalam meningkatkan pembelajaran bagi
siswa yang cukup lambat dan siswa yang memiliki ketidakmampuan belajar.
Selain untuk mempelajari kosakata dan fakta, metode keyword juga berguna untuk
meningkatkan pembelajaran dari teks.
Meskipun menurut penelitian yang telah dilakukan metode ini memberi
banyak kegunaan, namun belum ada rekomendasi untuk menggunakan metode ini
dalam pembelajaran. Metode ini mudah untuk diajarkan dan siap untuk dipelajari
baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Karena siswa membangun sendiri
kata kunci dan imajinasinya sendiri, sehingga usaha yang dibutuhkan guru sedikit,
kecuali usaha untuk mengajarkan bagaimana menggunakan metode keyword dan
bagaimana mengingatkan siswa untuk menggunakannya. Menurut J. R. Levin,
Pressley, et al, kata kunci dan imajinasi dapat dibuat oleh guru, namun terdapat
pendekatan yang lebih efektif jika siswa membentuk kata kunci dan gambarannya
sendiri.
g. Yodai Mnemonic
Metode ini dikembangkan oleh Masachika Nakane pada tahun 1920-an
dan baru diperhatikan oleh para psikolog barat pada tahun 1980-an. Namun
penelitian akhir-akhir ini masih kurang di negara-negara barat, padahal di Jepang
metode ini sudah digunakan secara luas.
Menurut Higbee dan Kunihira, istilah yodai berarti “intisari dari struktur”
dan dinamakan yodai mnemonic karena didesain sebagai mediator verbal yang
mencoba menerangkan intisari dari aturan untuk menyelesaikan masalah.
Pengunaan yodai mnemonic melibatkan metafora yang familiar dengan
siswa. Salah satu contohnya dijelaskan oleh Higbee dan Kunihira, yaitu pada
operasi pecahan yang diajarkan pada siswa taman kanak-kanak. Digunakan
binatang kecil yang mempunyai kepala dan sayap. Kepala melambangkan
pembilang dan sayap melambangkan penyebut. Namun istilah pecahan,
pembilang, dan penyebut tidak dikenalkan. Sehingga hal utama yang dikritisi dari
teknik yodai yang telah dikemukakan oleh Higbee dan Kunihira adalah siswa
memperoleh kemampuan untuk menghitung, namun tidak mengerti apa yang
mereka kerjakan karena pembelajaran konsep diabaikan. Di satu sisi, tidak ada
gunanya mengajarkan keterampilan tanpa pemahaman. Di sisi lain, yodai
mnemonic dapat digabungkan dengan metode lain sebagai tambahan untuk
pendekatan tradisional. Penelitian masih banyak dibutuhkan untuk menunjukkan
nilai-nilai dari teknik yodai pada setting kultur yang berbeda jika digabungkan
dengan metode pengajaran yang lain.
2. Encoding Informasi Kompleks
Meskipun mnemonic mempunyai cakupan aplikasi yang luas, tetapi
mnemonic ini terbatas pada sekumpulan fakta, daftar kata, ide-ide, atau langkah-
langkah suatu keahlian. Untuk informasi-informasi yang lebih kompleks, seperti
hukum newton dalam fisika atau kebijakan-kebijakan politik Amerika di tahun
1970-an, diperlukan metode yang lebih luas cakupannya. Mempelajari informasi
yang kompleks merupakan proses konstruktif yang membutuhkan fokus terhadap
hal yang paling penting untuk dapat membuat kesimpulan dari ide-ide pokok dan
merepresentasikan informasi tersebut dalam memori jangka panjang.
Berikut empat pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan
pembelajaran yang aktif: advance organizers, schema activation, answering
question and selective attention, dan level of processing.
a. Advance Organizers
Advance organizer merupakan gambaran umum dari informasi baru yang
diberikan pada pelajar sebelum mereka benar-benar diarahkan ke informasi
tersebut. Ausubel (1960, 1968), orang yang pertama kali menemukan advance
organizers, berargumentasi bahwa cara mempelajari informasi baru yang paling
mudah adalah dengan menghubungkannya dengan informasi yang sudah ada di
memori. Dengan advance organizer, materi-materi yang lebih detail dapat
dihubungkan.
Namun konsep ini telah dikritik, terutama dalam hal dasar teori advance
organizer (Derry, 1984) dan kesulitan alam menetapkan advance organizer. Para
teoritikus memberikan saran untuk mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan
menyatakan bahwa fungsi advance organizer adalah: (1) mengaktifkan skema
yang sesuai untuk materi yang akan dipelajari, (2) mengoreksi skema yang telah
dibuat sehingga materi baru dapat dimasukkan ke dalam skema tersebut.
Secara umum, organizer menggunakan contoh-contoh, terutama contoh
konkret dari benda yang akan dihadapi siswa kemudian, akan lebih efektif
daripada organizer yang abstrak. Organizer seharusnya terpelajar dan familiar
bagi pelajar. Di samping itu advance organizer dapat berbentuk diskusi, teks
singkat, diagram skematik, gambar-gambar, dan sebagainya.
b. Schema Activation
Schema activation berkenaan dengan bermacam-macam metode yang
dirancang untuk mengaktifkan skema yang berkaitan sebelum kegiatan
pembelajaran. Contohnya, sebelum belajar tentang pembakaran internal mesin,
siswa kelas tujuh dapat diminta untuk menjelaskan bagaimana sifat dari mesin
pemotong rumput atau mobil orang tua mereka, model pesawat terbang, atau bus
kota untuk membangun skema yang relevan.
Perlu digarisbawahi bahwa siswa pada semua usia akan memiliki
pengetahuan yang relevan dimana informasi baru dapat dikaitkan. Sebagai contoh,
untuk mengajarkan tentang konduksi panas dan hubungannya dengan berat jenis
zat kepada siswa kelas empat dapat dimulai dengan memikirkan benda yang
menghantarkan panas (pegangan penggorengan baja, permukaan luar dinding saat
cuaca dingin, ujung korek api yang dibakar). Siswa kemudian melakukan
percobaan yang diawasi dengan hati-hati dengan menggunakan benda yang
berbeda-beda (besi, kaca, kayu) tapi dengan ukuran yang sama. Setelah itu, siswa
berdiskusi, mengapa ada benda yang menjadi panas secara cepat dan ada benda
yang tetap dingin. Dengan begitu skema mereka tentang konduksi panas telah
dibangun. Guru kemudian memberi penjelasan singkat mengenai berat jenis,
konduksi panas, dan hubungan keduanya.
Pengaktifan skema merupakan prosedur umum untuk meningkatkan
encoding siswa. Dengan prosedur ini, siswa diminta membuat contoh dari
pengalaman mereka, melakukan percobaan, me-review pelajaran sebelumnya,
atau menggunakan konteks materi baru yang akan dipelajari (Pearson, 1984).
Secara keseluruhan, semua prosedur mengajar yang membantu siswa membangun
jembatan konsep antara materi yang sudah mereka ketahui dengan materi yang
akan mereka pelajari dapat dipandang sebagai schema activation.
c. Answering Question and Selective Attention
Menjawab pertanyaan tentang suatu teks sebelum, selama, dan setelah
membaca dapat meningkatkan pemahaman untuk informasi yang relevan dengan
pertanyaan. Pemahaman meningkat dengan pesat karena pembaca memfokuskan
perhatian mereka secara selektif hanya pada informasi yang relevan dengan
pertanyaan. Konsekuensi yang menarik dari strategi ini adalah bahwa siswa
belajar dengan waktu yang lebih sedikit. Hal ini dikarenakan siswa sering
meningkatkan intensitas perhatian mereka ketika membaca informasi yang
relevan dengan pertanyaan, sehingga konsentrasi mereka juga meningkat.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa terjadi peningkatan yang
menguntungkan ketika siswa dapat membangun sendiri pertanyaan mereka
sebelum atau sesudah membaca. Akan lebih baik jika siswa dapat membuat
pertanyaan yang dapat dijawab hanya dengan menarik kesimpulan dari teks atau
menggunakan pengetahuan sebelumnya. Pertanyaan teks-eksplisit dapat dijawab
dari informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam satu kalimat pada teks.
Pertanyaan teks-implisit dapat dijawab dari informasi pada teks yang terletak pada
dua kalimat atau lebih, dengan kata lain, dibutuhkan penarikan kesimpulan dari
dua kalimat atau lebih. Sedangkan pertanyaan naskah-implisit membutuhkan
jawaban dari teks secara implisit ditambah dengan informasi sebelumnya yang
tidak tercakup dalam teks. Membuat dan menjawab pertanyaan implisit dan
naskah dapat memudahkan dalam memahami materi secara signifikan.
Bertanya dan menjawab pertanyaan saat belajar dapat meningkatkan
pembelajaran karena hal tersebut dapat membantu siswa untuk memusatkan
perhatian. Keuntungan lainnya adalah pertanyaan membantu dalam pengambilan
kesimpulan. Yang terakhir, membuat pertanyaan dapat meningkatkan kegiatan
pembelajaran dari konstruktivis menuju elaborasi dan dapat meningkatkan
ketertarikan siswa.
d. Levels of Processing
Craik dan Lockhart (1972) mengembangkan kerangka berfikir tentang
bagaimana jenis kegiatan encoding yang berbeda dapat mempengaruhi memori.
Berdasarkan memori manusia yang dimodelkan dari sifat mekanik komputer,
Craik dan Lockhart berpendapat bahwa memori itu tergantung pada apa yang
dilakukan pelajar selama encoding.
Dalam sudut pandang levels of processing, memori untuk informasi-
informasi baru dipandang sebagai hasil dari analisis kognitif dan persepsi yang
dilakukan dalam menerima informasi. Jika suatu informasi baru itu memfokuskan
kepada proses, maka informasi tersebut akan disimpan dalam kode memori
semantik dan akan diingat dengan baik. Sedangkan jika informasi baru itu hanya
menganalisa permukaan luar atau aspek-aspek luar saja, informasi tersebut akan
kurang diingat. Menurut Craik dan Lockhart, memori tergantung pada kedalaman
proses, dibagi menjadi dua, deep processing dan shallow processing. Disebut
deep processing jika proses lebih menekankan pada pengertian/makna. Shallow
processing hanya membahas suatu materi baru dari aspek-aspek luaran saja.
Levels of processing ini secara intuitif sangat menarik dan membawa ke
penelitian-penelitian yang menekankan aplikasi yang relevan secara edukasi.
Meskipun demikian, posisi level telah dikritisi secara ekstensif. Kritik ini berpusat
pada tidak adanya pengukuran yang independen terhadap “kedalaman” proses.
Suatu informasi yang diingat dengan baik tidak bisa begitu saja dikatakan bahwa
informasi itu telah diproses secara mendalam. Dengan kata lain, tidak ada yang
dapat menjamin bahwa siswa telah melakukan proses secara mendalam.
Menanggapi kritik ini, Craik mengembangkan dua jenis perspektif level:
distinctiveness of encoding dan elaboration of encoding. Bransford menawarkan
satu alternatif lagi yaitu transfer appropriate processing.
Distinctiveness of Encoding
Distinctiveness of encoding menyatakan bahwa memorabilitas suatu
informasi ditentukan dari kekhususannya (Jacoby & Craik, 1979; Jacoby et al.,
1979). Dalam rangkaian percobaan dimana kekhususan didefinisikan sebagai
kesulitan keputusan, yang diminta dari siswa dari bermacam-macam episode
pembelajaran, Jacoby et al (1979) menemukan bahwa materi yang membutuhkan
keputusan yang lebih sulit saat encoding akan diingat lebih baik daripada lainnya.
Secara umum, meminta siswa untuk membuat keputusan tentang apa yang mereka
baca membuat mereka mengingat dengan lebih baik. Sebagai tambahan, ketika
Taksonomi Bloom digunakan sebagai alat untuk menyesuaikan tingkat-tingkat
kesulitan yang berbeda (karena kekhususan), hasilnya menunjukkan peningkatan
mengingat karena siswa berpindah dari tingkat terendah ke tingkat yang tinggi
dari taksonomi tersebut.
Dengan kata lain, semakin kompleks, semakin sulit, keputusan selama
encoding, semakin baik siswa dalam mengingat isinya. Dalam Taksonomi Bloom,
materi yang membutuhkan sintesis dan analisis diingat dengan lebih baik daripada
materi yang diproses di tingkat pengetahuan atau pemahaman.
Elaboration of Encoding
Andersen dan Reder (h. 388) menyatakan:
The basic idea is that memory episode is encoded as a set of proposition. This set can vary in its richness and redundancy. At the time of recall, only subset of these propositions will be activated. The richer the original set, the richer will be the subset. Memory for any particular proposition will depend on the subjects’ ability to reconstruct it from those propositions that are active. This ability will in turn depend on the richness of the original set and hence the amount of elaboration made at study.
Beberapa penelitian pada materi-materi tambahan yang relevan telah
dilakukan (McDaniel, Einstein, Dunay, & Cobb, 1986; Palmere et al., 1983;
Phifer et al.,1983). Secara umum, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kemampuan encoding elaborasi siswa meningkat dan ingatan siswa tentang isi
materi juga meningkat. Proses elaborasi tidak hanya memproses kembali
informasi yang sama, tetapi lebih kepada men-encoding isi yang sama dengan
cara yang berbeda tetapi berhubungan. Sebagai contoh, dalam penjelasan tentang
bagaimana menyelesaikan suatu masalah tipe khusus, siswa kemungkinan besar
akan mengingat jika diberikan contoh yang berbeda, daripada diberikan contoh
yang sama.
Transfer Appropriate Processing
Morris, Bransford, dan Franks (1977) memberikan alternatif tentang
perspektif level. Menurut mereka, perbedaan memori adalah hasil dari apa yang
terkandung dalam kode-kode memori semantik. Menurut Morris et al, hal utama
yang membedakan deep processing dengan shallow processing adalah karena
memori semantik yang terbentuk pada deep processing memuat pengertian/makna
dari isi yang ditemukan oleh siswa.
C. Metakognisi: Berpikir Tentang Pemikiran
Metakognisi merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang
proses berpikir mereka sendiri. Metamemory merupakan pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang tentang memori mereka sendiri (Brown, Bransford,
Ferraa, & Campione 1983). Contoh metamemory dapat dilihat pada guru tahu
bahwa dia tidak dapat mengingat nama-nama dengan baik, sehingga siswa baru
diminta untuk menggunakan name tag selam beberapa hari.
Menurut Brown(1980,1987), metakognisi melibatkan 2 dimensi yang
saling berkaitan yaitu knowledge cognition dan regulation cognition. Knowledge
cognition menyatakan apa yang kita ketahui tentang kognisi sedangkan regulation
cognition menyatakan bagaimana kita mengatur kognisi. Knowledge cognition
memuat 3 komponen yaitu (1) Declarative knowledge yang merupakan
pengetahuan tentang diri kita sendiri sebagai pelajar dan faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi performa kita, contohnya orang dewasa mengetahui batasan
dari sistem memori mereka dan dapat menyusun tugas berdasarkan pengetahuan
ini. (2) Procedural knowledge merupakan pengetahuan tentang strategi, contoh
sebagian besar siswa menggunakan strategi dalam mengingat diantaranya dengan
membuat catatan, menekankan pada informasi yang penting dan membaca sekilas
informasi yang kurang penting, hafalan, meringkas ide pokok, dan self-testing
secara berkala. (3) Conditional knowledge mengarah pada kapan atau bagaimana
seseorang menggunakan strategi tertentu, contohnya kita akan menggunakan
strategi yang berbeda ketika kita akan mengikuti tes dalam bentuk essay atau
pilihan ganda.
Regulation cognition memiliki 3 komponen yaitu (1) Planning
(perencanaan), melibatkan pemilihan strategi yang tepat dan sumber-sumber yang
digunakan, (2) Regulation (pengaturan), melibatkan pemantauan dan keterampilan
self-testing yang diperlukan untuk mengontrol pembelajaran, (3) Evaluation,
melibatkan penilaian hasil dan proses pengaturan terhadap pembelajaran
seseorang.
Penelitian pada Proses Metakognitif
Penelitian yang menyelidiki tentang metakognisi baru terjadi akhir-akhir
ini, meskipun begitu banyak penemuan-penemuan yang penting yang muncul. Di
berbagai penelitian, anak-anak usia TK sampai kelas enam menunjukkan
ketidakmampuan untuk memantau pemahaman secara akurat dan konsisten yang
berperan penting dalam menggambarkan kognisi mereka (Baker 1989). Pada
penelitian yang lain, Markman (1979) menemukan bahwa pembaca yang terampil
pun tidak dapat mengidentifikasi informasi yang tidak konsisten dengan makna
bacaan. Bagaimanapun juga siswa tingkat atas dan orang dewasa lebih baik dalam
menggambarkan proses kognitif mereka sendiri.
Pengenalan kebutuhan mengingat berkembang dengan lambat pada masa
kanak-kanak (Johnson& Wellman, 1984). Padahal anak-anak usia dini
memerlukan petunjuk untuk mengingat hal-hal tertentu, pada anak-anak usia
selanjutnya telah mempelajari bahwa beberapa informasi perlu untuk diingat
(contoh, dimana mereka bertemu dengan temannya, tips dalam merakit
bersepeda). Pada anak–anak SMA mereka mengetahui informasi mana yang perlu
diingat dan mana yang tidak perlu diingat.
Anak-anak hanya mempunyai pengetahuan sangat sederhana, menjadi
faktor yang mempengaruhi tingkat kesulitan tugas. Kemampuannya dalam
mendiagnosa sesuatu masih sangat kurang dan berkembang lambat (Brained&
Prssley, 1985; Flavell, Friedrichs& Hoyt, 1970; kail, 1984 Yussen & Levy, 1975)
guru dapat membuat perbedaan yang penting pada kemampuan diagnostik anak
dengan menyediakan petunjuk bagaimana membuat perkiraan tingkat kesulitan
tugas, mendorong anak untuk membuat suatu perkiraan, dan menyediakan latihan
dalam membuat diagnosis.
Beberapa penelitian pembelajaran menyarankan bahwa metakognisi dapat
ditingkatkan dengan petunjuk langsung dan aktivitas pemodelan metakognitif.
Sebagai contoh, Paris and colleagues Informal Strategies For Learning Programe
(ISLP) (Paris et al, 1984) melatih siswa untuk mengetahui kegunaan strategi
membaca metakognitif dengan beberapa cara. Delclos dan Harrington (1991)
menguji kemampuan siswa kelas 5 dan 6 untuk menyelesaikan masalah komputer
setelah penugasan pada salah satu dari tiga kondisi. Kelompok pertama menerima
pelatihan problem solving yang khusus, kelompok kedua menerima pelatihan
problem solving dan self monitoring, kelompok ketiga tidak diberi pelatihan
apapun. Kelompok kedua dapat menyelesaikan masalah yang lebih sulit dari pada
kelompok yang lain dengan waktu yang lebih cepat.
Menjadi Pengguna Strategi yang Baik
Ketertarikan pada strategi dan metakognisi telah menciptakan suatu
konsep a good strategy user. Seperti apa seharusnya siswa itu? Pressley,
Borkowski, and Schneider (1987) mempunyai lima strategi: (1) a broad repertoir
strategies, (2) pengetahuan metacognitif tentang mengapa, kapan, dan dimana kita
menggunakan strategi tertentu, (3) kemampuan dasar, (4) kemampuan untuk
mengabaikan gangguan, dan (5) automatisasi pada keempat komponen yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Berdasarkan kriteria yang pertama, Pressley et al. (1987) membedakan dua
tipe strategi. Yang pertama adalah a domain-specific strategy (contoh: penerapan
rumus kuadrat) yang tidak dapat digunakan di luar domain tersebut. Strategi yang
kedua adalah Higher-order strategy yang digunakan untuk mengontrol strategi
yang lain. Sebagai contoh bagaimana pembaca yang telah terampil mengurutkan
beberapa strategi ketika mereka membaca – kemungkinan melakukan skimming
(membaca cepat/sekilas) sebelum dia mulai membaca, maka secara selektif
memperhatikan informasi yang penting, kemudian memantau dan yang terakhir
memeriksa. Memiliki kemampuan tentang bagaimana untuk mengatur beberapa
strategi yang saling berkaitan memungkinkan good strategy user untuk mengatur
pembelajaran mereka secara efisien.
Kriteria kedua yang digambarkan oleh Pressley et al (1987) yang disebut
dengan Conditional knowledge ini penting karena dengan mengetahui bagaimana
melakukan sesuatu dengan sedikit pelaksanaan yang baik tetapi kita tidak
mengetahui kapan atau dimana strategi tersebut digunakan. Contohnya ketika
siswa belajar selama tiga jam untuk persiapan tes ada kemungkinan untuk gagal
jika mereka tidak fokus pada hal-hal yang penting yang akan muncul pada tes.
Kriteria yang ketiga a board knowledge base merupakan salah satu
komponen yang penting dalam pembelajaran. Pressley et al (1987) berpendapat
bahwa memasukkan dan merepresentasikan informasi baru dalam memori tanpa
adanya pengetahuan dasar yang berkaitan dengan informasi tersebut
mengakibatkan pembelajaran yang efektif sulit terwujud.
Kriteria yang keempat dari good strategy user adalah action control yang
berarti bahwa siswa dapat memotivasi dirinya sendiri, mengabaikan gangguan,
dan dapat menghubungkan peningkatan yang ia capai dengan usaha yang ia
lakukan daripada menghubungkannya dengan kemampuan yang ia miliki.
Kriteria kelima, bahwa a good strategy user menggunakan keempat
kriteria di atas secara otomatis. Otomatisasi adalah kemampuan untuk
mengaktifkan pengetahuan atau menjalankan tugas dengan memanfaatkan secara
maksimal sumber terbatas.
Implikasi dalam Pembelajaran
1. Menyesuaikan strategi encoding dengan materi yang akan dipelajari
Bab ini menggambarkan berbagai macam strategi untuk encoding informasi
faktual dan kompleks. Siswa sebaiknya menyesuaikan strategi yang digunakan
dengan materi, tujuan pembelajaran dan jenis evaluasi yang akan
dilaksanakan.
2. Mendorong siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran
Salah satu penelitian menemukan bahwa semakin dalam proses pembelajaran
yang dilaksanakan maka semakin baik ingatan siswa terhadap materi yang
dipelajari. Salah satu cara agar siswa dapat menyerap informasi lebih dalam
adalah dengan menghubungkan materi tersebut dengan pengetahuan yang
telah mereka ketahui sebelumnya.
3. Menggunakan strategi pembelajaran yang meningkatkan elaborasi
Guru dapat melakukan banyak hal di kelas untuk mengenalkan elaborative
encoding. Yang terpenting adalah guru harus mendorong siswa untuk
membangun pemahaman berdasarkan pengetahuan mereka sendiri, tujuan, dan
informasi yang digunakan. Membuat siswa lebih aktif dan membantu mereka
untuk berlatih bertanggungjawab terhadap pembelajaran mereka akan
meningkatkan ingatan mereka terhadap materi tersebut lebih baik dari metode
yang lain.
4. Membantu siswa menjadi lebih sadar akan pentingnya kesadaran
metakognitif.
Psikolog pendidikan tertarik pada metakognisi karena membuat pembelajar
mengetahui secara detail tentang bagaimana pikiran dan ingatan mereka dan
menggunakan informasi ini untuk mengatur pembelajaran. Langkah pertama
untuk membuat siswa menyadari bahwa metakognisi sangat penting dalam
pembelajaran, metacognitive skill sebaiknya diajarkan dan didiskusikan di
setiap kelas. Diskusi ini dilakukan oleh satu siswa dengan siswa yang lain,
begitu pula guru. Tutor sebaya atau kelompok kecil belajar kooperatif adalah
salah satu cara khusus untuk melatih siswa tentang metacognitive knowledge
dan strateginya.
5. Membuat strategi pembelajaran sebagai suatu prioritas
Strategi pembelajaran merupakan bagian yang utuh di setiap kelas. Mengajari
siswa tentang strategi pembelajaran tidak hanya meningkatkan hasil belajar
tetapi juga memberikan kekuatan kepada siswa secara psikologis.
Guru harus mempertimbangkan bagaimana cara untuk mengurutkan petunjuk
untuk sebuah strategi dengan baik. Berikut adalah urutan langkah-langkahnya.
Langkah 1: Mendiskusikan dan menjelaskan strategi pembelajaran.
Mendiskusikan dan menerangkan nilai dari strategi-strategi, mengapa mereka
mempelajari strategi tersebut.
Langkah 2. Mengenalkan sedikit strategi pada satu waktu.
Langkah 3. Mempraktekkan strategi tersebut secara terus-menerus
Langkah 4. Memodelkan strategi secara luas.
Pemodelan harus mencakup dua komponen: (1). Bagaimana strategi tersebut
digunakan dalam berbagai objek pembelajaran yang berbeda, (2). Mengapa
guru menggunakan strategi tersebut.
Langkah 5. Menyediakan umpan balik bagi siswa tentang strategi tersebut.
6. Mencari kesempatan untuk menyalurkan strategi
Banyak guru mengeluhkan bahwa siswa tidak menggunakan strategi yang
telah dipelajari untuk keadaan yang baru. Salah satu cara untuk mengatasi
masalah tersebut adalah mengadakan praktek lintas kurikulum untuk masing-
masing strategi.
7. Mendorong adanya refleksi dari setiap penggunaan strategi
Salah satu cara agar siswa sadar tentang pentingnya metakognisi dalam hal
pengaturan diri sendiri adalah dengan berfikir dan berbicara tentang
pembelajaran mereka.
Ringkasan
Pada bab ini berfokus pada strategi encoding dan bagaimana pembelajar
dapat menyerap strategi-strategi yang berhubungan dengan informasi yang sedang
mereka pelajari secara efektif. Perbedaan yang telah dibuat antara strategi
encoding yang paling sesuai dengan informasi faktual dan informasi kompleks.
Rehearsal, mediation, mnemonics, dan imaginery sangat membantu dalam belajar
tentang informasi faktual.
Sebuah perbedaan telah dibuat antara maintenance rehearsal dan
elaborative rehearsal. Maintenance rehearsal merupakan latihan mengingat
kembali informasi untuk waktu yang singkat untuk mejaga agar selalu siap untuk
digunakan. Seperti contoh seseorang mengulangi nomor telepon berkali-kali
ketika menekan digi-digit telepon saat melakukan panggilan. Elaborative
rehearsal adalah mengingat kembali informasi dengan cara mengaitkan/
menghubungkannya dengan informasi/pengetahuan yang telah diketahui
sebelumnya. Kedua tipe ini memiliki manfaat yang berbeda. Salah satu bentuk
dari elaborative reherasal adalah mediation, yang mana hal-hal yang sulit diingat
akan di ubah menjadi sesuatu yang lebih berarti dan dapat diingat dengan mudah.
Mnemonics adalah alat bantu memori yang dirancang untuk membantu
orang mengingat informasi. Yang termasuk dalam mnemonics adalah : the peg
method, the method of loci, metode keterkaitan, penggunaan cerita, hafalan huruf
pertama, metode kata kunci, dan hafalan yodai. Jenis-jenis Mnemonics memang
berbeda, namun semuanya menghubungkan informasi yang umum untuk
membantu mengingat unformasi yang khusus. Siswa suka menggunakan hafalan,
dan hafalan pada umumnya mudah untuk diajarkan. Dalam pandangan kami,
hafalan adalah cara terbaik sebagai sarana penyaluran informasi pada metode
kelas reguler.
Kami memperkenalkan kerangka umum untun pengertian tentang
informasi kompleks - tingkatan dalan proses berpendapat. Perspektif ini
berpegang pada apa yang siswa lakukan ketika proses encoding akan menentukan
kualitas daya ingat mereka terhadap informasi yang sedang mereka serap. Pada
umumnya, kegiatan yang mendorong siswa untuk lebih memfokuskan pada arti
dari informasi yang akan dipelajari akan mengahasilkan ingatan yang lebih baik
daripada kegiatan yang terpusat pada permukaan/awal dari materi yang akan
dipelajari.
Sumber materi yang digunakan siswa juga mempengaruhi daya ingat
siswa terhadap materi tersebut. Materi yang sudah dirancang secara baik dan
teratur akan lebih mudah diingat daripada materi yang kurang siap untuk
disampaikan ke siswa. Cara terbaik untuk mengingat materi kompleks adalah
dengan memasukkan materi itu ke dalam memori melalui petunjuk-petunjuk yang
membantu siswa menghubungkan informasi baru dengan apa yang telah mereka
ketahui. Dua pendekatan umum untuk memfasilitasi proses encoding pada
informasi kompleks adalah pengaturan yang baik, dan penggunaan skema.
Kami juga mempertimbangkan aturan metakognisi pada proses
pembelajaran dan melihat bahwa siswa yang terampil dapat memahami
pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.
Pengetahuan metakognitif dapat membantu siswa untuk mengganti pengetahuan
yang lemah dan strategi pengulangan yang terbatas. Metakognisi muncul untuk
meningkatkan daya ingat siswa pada pembelajaran.
Yang terakhir, kami mengeksplorasi apa arti dari menjadi good strategy
user dan bagaimana strategi pembelajaran dapat ditingkatkan. Kami mengamati
bahwa pembelajar yang baik dapat memahami materi dengan strategi yang lebih
bervariasi. Dapat menggunakan strategi itu dengan lebih fleksibel, secara
otomatis dapat menyesuaikan diri terhadap strategi pembelajaran yang sedang
diterapkan dan dapat mengatur motivasi mereka untuk belajar. Karena semua
keterampilan ini dapat diajarkan dan ditingkatkan dengan praktik/latihan, maka
semua siswa sesungguhnya memiliki potensi untuk menjadi good strategy user.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Encoding adalah proses penyampaian informasi ke dalam memori.
2. Macam-macam encoding berdasarkan jenis informasi dan teori
pendukung:
3. Metakognisi merupakan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang tentang
proses berpikir mereka.
4. Implikasi dari penerapan strategi-strategi dari proses encoding :
a. Menyesuaikan strategi encoding dengan materi yang akan dipelajari
b. Mendorong siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang meningkatkan elaborasi
d. Membantu siswa menjadi lebh sadar akan pentingnya metacognitive.
e. Membuat strategi pembelajaran sebagai suatu prioritas
f. Mencari kesempatan untuk menyalurkan strategi
g. Mendorong adanya refleksi dari setiap penggunaan strategi
Encoding
Informasi faktual
Maintenance rehearsal
Elaborative rehearsal
mediation
imagery
mnemonics
peg method
The method of Loci
The Link Method
Stories
First-Letter Method
Keyword Method
Yodai Mnemonics
informasi kompleks
Advance Organizer
Schema Activation
Answering Question and Selective Attention
Levels of Procession
B. Saran
1. Pembaca yang akan menggunakan strategi encoding sebaiknya
memperhatikan hal-hal berikut:
a. Kemampuan masing-masing individu,
b. Kesesuaian strategi dengan materi yang akan dipelajari,
c. Kesesuaian antara strategi dengan kultur budaya di wilayah tertentu.
2. Setiap individu sebaiknya mengembangkan kemampuan metakognisi
untuk mendukung pembelajaran yang efektif.