56

download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat
Page 2: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

FILSAFAT PANCASILA

Page 3: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

Dr. Suryo Ediyono, M.Hum.

Page 4: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

FILSAFAT PANCASILA

Penulis : Dr. Suryo Ediyono, M.Hum.

Editor : Endah Choiriyah, SIP., M.Si.

Agustus 2014

ISBN : 978-979-1131-17-9-a

Penerbit : KALIWANGI OFFSET

J1. Monumen Yogya Kembali No. 93 Yogyakarta Telp. (0274) 566307

Page 5: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

Kata Pengantar

Buku Pengantar Filsafat ini, awalnya merupakan catatan-catatan lepas perkuliahan, kemudian di tahun berikutnya dibuat dalam bentuk diktat. Tahun 2008, muncul gagasan untuk dibentuk dalam buku ilmiah dengan judul "Paradigma Baru Pendidikan Pancasila & Kewarganegaraan" dengan penyempurnaan literatur pendukung. Pada tahun 2014, buku tersebut dipisah menjadi 2 buku yaitu "Filsafat Pancasila" dan "Pendidikan Kewarga-negaraan"

Buku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat sebagai tahap awal. Garis besar pemikiran filsafat perlu disebarluaskan bagi mahasiswa-mahasiswa di luar Fakultas Filsafat, khususnya Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Perkembangan bidang dasar-dasar filsafat merupakan dasar untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain, seperti ilmu sejarah, pancasila dan kewarganegaraan yang memerlukan pemahaman filsafat dengan benar. Akhirnya tegur sapa dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan dimasa mendatang. Semoga buku ini memberi manfaat bagi mahasiswa dan masyarakat yang tertarik dalam bidang filsafat.

Surakarta, Agustus 2014

Suryo Ediyono

Page 6: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................... iDaftar Isi................................................................................... ii

Bab. I Pengantar Filsafat ....................................................1Bab. II Filsafat Pancasila.................................................. 25Bab. III Ontologi Pancasila.................................................. 35Bab. IV Epistemologi Pancasila.......................................... 51Bab. V Aksiologi Pancasila.............................................. 69Bab. VI Ideologi Nasional.................................................... 88Bab. VII Etika Pancasila........................................................101Bab. VIII Etika Politik............................................................108Daftar Pustaka........................................................................ 116

Page 7: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

1

BAB I PENGANTAR FILSAFAT

A. Pendahuluan

Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati dunia beserta isinya. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah filsafat, ilmu pengetahuan, seni dan agama. Filsafat adalah usaha untuk memahami atau mengerti dunia dalam hal makna dan nilai-nilainya. Bidang filsafat sangat luas dan mencakup segala keseluruhan sejauh dapat dij angkau oleh pikiran. Filsafat berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang asal mula dan sifat dasar alam semesta tempat manusia hidup serta apa yang merupakan tujuan hidupnya. Filsafat juga menggunakan bahan-bahan deskriptif yang disajikan bidang-bidang studi khusus dan melampaui diskripsi tersebut dengan menyelidiki sifat dasarnya, nilai-nilainya dan kemungkinannya. Tujuannya pemahaman (understanding) dan kebijaksanaan (wisdom) filsafat merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap kehidupan dan dunia. Suatu bidang yang berhubungan erat dengan bidang-bidang pengalaman manusia. Filsafat berusaha untuk menyatukan hasil-hasil ilmu dengan pemahaman tentang moral, estetik, dan agama. Para filsuf telah mencari suatu pandangan tentang hidup secara terpadu, menemukan maknanya, serta mencoba memberikan suatu konsepsi yang beralasan tentang alam semesta dan tempat manusia di dalamnya.

B. Arti filsafat

Filsafat termasuk ilmu pengetahuan yang paling luas cakupannya, karena itu titik tolak untuk memahami dan mengerti filsafat adalah meninjau dari segi etimologi. Tinjauan dari segi etimologi adalah membahas suatu istlah atau kata dari segi asal-usul kata itu.

Page 8: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

2

1.Dari segi etimologiIstilah filsafat dalambahasa Indonesia memiliki padam kata

falsafah (Arab), philosophy (Inggris), philosophia (Latin). Semua istilah bersumber pada istilah Yunani philosophia, yaitu philein berarti bijaksana, sedangkan philos berarti teman. Selanjutnya istilah sophos berarti bijaksana, sedangkan sophia berarti kebijaksanaan. Ada dua arti secara etimologi dari filsafat yang sedikit berbeda. Pertama bila istilahfilsafat mengacu pada kata philein dan sophos, artinya mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana (bijaksana dimaksudkan sebagai kata sifat). Kedua bila filsafat mengacu pada asal kata philos dan sophia artinya adalah teman kebijaksanaan (kebijaksanaan dimaksudkan sebagai kata benda). Menurut sejarah Phitagoras adalah orang pertama kali memakai istilahphilosophia.

2.Filsafat sebagai suatu sikapFilsafat adalah suatu sikap terhadap alam kehidupan dan

alam semesta apabila seseorang dalam keadaan krisis atau menghadapi problem yang kepadanya dapat diajukan pertanyaan bagaimana anda menanggapi hal semacam itu? Bentuk semacam itu membutuhkan bagaimana jawaban secara kefilsafatan. Problem-problem ditinjau secara luas, tenang, dan mendalam. Tanggapan semacam itu membutuhkan sikap ketenangan, keseimbangan pribadi, mengendalikan , dan tidak emosional. Sikap dewasa secara filsafat adalah sikap menyelidiki secara kritis, terbuka, toleran, dan selalu bersedia meninjau suatu problem dari sudut pandang.

3.Filsafat sebagai suatu metodeFilsafat sebagai metode artinya sebagai cara berpikir refleksi

(mendalam), penyelidikan menggunakan alasan, serta berpikir secara hati-hati. Filsafat berusaha untuk memikirkan seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. Metode berpikir semacam ini bersifat inklusif (mencalcup secara luas) dan sinoptik

Page 9: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

3

(secara garis besar). Oleh karena itu, hal itu berbeda dengan metode pemikiran yang dilakukan oleh ilmu-ilmu khusus.

4. Filsafat sebagai kelompok persoalanBanyak persoalan abadi yang dihadapi manusia dan para

filsuf berusaha memikirkan dan menjawabnya. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada masa lampau telah dijawab secara memuaskan. Namun, masih banyak problem-problem yang jawabannya masih diperdebatkan atau diseminarkan sampai hari ini. Bahkan ada yang belum terpecahkan.

5. Filsafat sebagal kelompo teori atau sistem pemikiranSejarah filsafat ditandai dengan pemunculan teori-teori atau

sistem-sistem pernikiran yang melekat pada nama-nama filsuf besar, seperti Socrates, Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinosa, Eagle, Karl Mark, August Comte dan lainnya. Teori atau pemikiran filsafati itu dimunculkan oleh masing-masing filsuf untuk menjawab masalah seperti yang telah dikemukakan di atas. Besarnya kadar subjektifitas seorang filsuf dalam menjawab masalah-masalah itu menjadikan kita sulit untuk menentukan teori atau sistem pemikiran yang baku dalam filsafat.

6. Filsafat sebagai analisa logis dan penjelasan makna istilah

Kebanyakan filsuf memakai metode analisis untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analisis tentang arti bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis konsep sebagai satu-satunya fungsi fil safat.

7. Filsafat merupakan usaha untuk memperoleh pandangan yang menyeluruh

Filsafat mencoba menggabungkan kesimpulan-kesimpulan berbagai ilmu dan pengalaman manusia menjad i pandangan dunia

Page 10: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

4

yang konsisten. Para filsuf berhasrat meninjau kehidupan tidak dengan sudut pandang yang khusus seperti yang dilakukan seorang ilmuwan. Para filsuf memakai pandangan yang menyeluruh terhadap kehidupan sebagai suatu totalitas.

C.Objek Material dan Formal Filsafat

Ilmu adalah kumpulan dari pengetahuan. Namun tidak dapat dibalik bahwa ilmu pengetahuan itu adalah ilmu. Kumpulan pengetahuan untuk dapat disebut sebagai ilmu harus memiliki syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat yang dimaksud adalah objek meterial dan objek formal. Setiap bidang ilmu, baik ilmu khusus maupun ilmu filsafat, harus memiliki dua macam objek tersebut.

Objek Material adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu yang diselidiki, atau sesuatu yang dipelajari. Objek material mencakup apa saja baik hal-hal konkrit misalnya manusia, tumbuhan dan batu maupun hal-hal yang abstrak misalnya ide-ide dan kerohanian. Objek formal adalah cara memandang atau meninjau yang dilakukan seorang peneliti terhadap objek materialnya, serta prinsip-prinsip yang digunakannya. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan suatu ilmu, tetapi pada saat yang sama dibedakannya dari bidang-bidang lain. Suatu objek meterial dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah manusia dan manusia ini ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia diantaranya psikologi, antropologi dan sosiologi.

D.Hubungan Ilmu sebagai Filsafat

Pada mulanya ilmu yang pertama kali muncul adalah filsafat dan ilmu-ilmu khusus menjadi bagian dari filsafat. Dengan demikian ada yang mengatakan filsafat sebagai induk atau ibu ilmu pengetahuan. Karena objek material filsafat sangat umum, yaitu

Page 11: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

5

seluruh kenyataan, padahal ilmu-ilmu membutuhkan objek material yang khusus, hal ini berakibat berpisahnya ilmu dari filsafat. Meskipun dalam perkembangannya masing-masing ilmu memisahkan diri dari filsafat, hal ini tidak berarti hubungan filsafat dengan ilmu-ilmu menjadi terputus.

Dengan ciri kekhususan yang dimiliki setiap ilmu, hal ini menimbulkan batas-batas yang tegas diantara masing-masing ilmu. Dengan kata lain, tidak ada bidang pengetahuan yang menjadi penghubung ilmu-ilmu yang terpisah. Disinilah filsafat berusaha untuk menyatupadukan masing-masing ilmu. Tugas filsafat adalah mengatasi spesialisasi dan merumuskan suatu pandangan hidup yang didasarkan atas pengalaman kemanusiaan yang luas. Oleh karena itu, filsafat merupakan salah satu bagian dari proses pendidikan secara alami dari makhluk yang berpikir. Adapun hubungan timbal balik antara ilmu dengan filsafat, adalah banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta-fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide filsafati yang tepat sehingga sej alan dengan pengetahuan ilmiah.

Setiap ilmu memiliki konsep-konsep dan asumsi-asumsi yang tidak perlu dipersoalkan lagi. Konsep dan ilmu itu diterima dengan begitu saja tanpa dinilai dan dikritik. Terhadap ilmu-ilmu khususnya filsafat ilmu, secara kritis menganalisis konsep-konsep dasar dan memeriksa asumsi-asumsi dari ilmu-ilmu untuk memperoleh arti dan validitasnya. Apabila konsep-konsep dari ilmu tidak dijelaskan dan asumsi-asumsi tidak dikuatkan, hasil-hasil yang dicapai ilmu tersebut tidak memperoleh landasan yang kuat.

Interaksi antara filsafat dan ilmu-ilmu khusus juga menyangkaut suatu tujuan yang lebih jauh dari filsafat. Fisafat berusaha untuk mengatur hasil-hasil dari berbagai ilmu-ilmu khusus ke dalam suatu pandangan hidup yaitu pandangan dunia yang tersatupadukan, komprehensif dan konsisten. Secara

Page 12: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

6

komprehensif artinya tidak ada sesuatu bidang yang berada di luar jangkauan filsafat. Secara konsisten artinya uraian kefilsafatan tidak menyusun pendapat-pendapat yang saling kontradiksi.

E. Persoalan Filsafat

Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman dan keheranan itu terarah pada gejala-gejala alam. Misalnya melihat gempa bumi, hujan, banjir, atau melihat laut yang sangat luas. Orang yang heran berati ia tidak mengetahuinya atau dia menghadapi persoalan. Persoalan inilah yang ingin diperoleh jawabannya oleh para filsuf. Dari mana jawaban itu dapat diperoleh? Jawaban diperoleh dengan melakukan refleksi, yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dalam hal ini tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat. Persoalan filsafat berbeda dengan persoalan non filsafat. Perbedaannya terletak pada materi dan ruang lingkupnya. Ciri-ciri persoalan filsafat adalah sebagai berikut:1.Bersifat sangat umum, artinya persoalan kefilsafatan tidak

bersangkutan dengan objek-objek khusus tetapi berkaitan dengan ide-ide besar.

2.Tidak menyangkut fakta dengan kata lain persoalan filsafat lebih bersifat spekulatif. Persoalan-persoalan yang dihadapi melampaui batas-batas pengetahuan ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang menyangkut fakta.

3.Bersangkutan dengan nilai-nilai (values), artinya persoalan-persoalan kefilsafatan bertalian dengan penilaian baik moral, estetis, agama maupun nilai sosial. Nilai dalam pengertian adalah suatu kualitas abstrak yang ada pada sesuatu hal. Nilai-nilai dapat dimengerti dan dihayati.

4.Bersifat kritis, artinya filsafat merupakan analisis secara kritis terhadap konsep-konsep dan arti-arti yang biasanya diterima dengan begitu saja oleh suatu ilmu tanpa pemeriksaan secara kritis.

Page 13: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

7

5.Bersifat sinoptik, atinya persoalan filsafat mencakup struktur kenyataan secara keseluruhan. Filsafat merupakan ilmu yang membuat susunan kenyataan sebagai keseluruhan.

6.Bersifat implikatif, artinya jika sesuatu kefilsafatan sudah dijawab, dari jawaban tersebut akan memunculkan persoalan baru yang saling berhubungan. Jawaban yang dikemukakan mengandung akibat-akibat lebih jauh yang menyentuh kepentingan-kepentingan manusia.

F. Berpikir secara Kefilsafatan

Berfilsafat adalah berpikir. Hal ini tidak berarti berpikir adalah berfilsafat. Apabila dikatakan berfilsafat adalah berpikir, hal ini dimaksudkan bahwa berfilsafat adalah termasuk kegiatan berpikir. Kata dalam berfilsafat adalah berpikir mengandung pengertian bahwa berfilsafat itu tidak identik dengan berpikir. Akan tetapi, berfilsafat termasuk dalam berpikir. Dengan demikian, tidak semua orang yang berpikir itu harus berfilsafat. Akan tetapi, dapat dipastikan bahwa orang yang berfilsafat itu pasti berpikir. Hanya saja berfilsafat itu berpikir dengan ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri berpikir secara kefilsafat adalah sebagai berikut:1 Berpikir secara kefilsafatan dicirikan secara radikal artinya

berpikir sampai ke akar-akarnya. Berpikir sampai ke hakikat, esensi, atau sampai ke substansi yang dipikirkan.

2.Bersifat umum (universal), artinya berpikir tentang hal-hal serta proses-proses yang bersifat umum. Filsafat bersangkutan dengan pengalaman umum dari umat manusia.

3.Bersifat konseptual, artinya hasil generalisasi dan abstraksi dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual.

4.Bersifat koheren dan konsisten, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir dan tidak mengandung kontradiksi, baik koheren maupun konsisten keduanya dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia runtut artinya bagan konseptual yang disusun terjadi terdiri atas pendapat-pendapat yang saling

Page 14: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

8

kontradiksi didalamnya.5.Bersifat sistematik, artinya kebulatan dari sejumlah unsur-

unsur yang saling berhubungan menurut tata pengaturan untuk mencapai sesuatu maksud atau menunaikan suatu peran tertentu.

6.Dicirikan secara komprehensif, artinya mencakup secara menyeluruh.

7.Dicirikan secara bebas, artinya pemikiran bebas dari prasangka-prasangka sosial, historis, kultural, atau religius.

8. D i c i r i k a n s e c a r a b e r t a n g g u n g j a w a b , y a i t u pertanggungjawaban yang pertama adalah terhadap hati nuraninya.

G. Cabang-cabang Filsafat

Persoalan-persoalan filsafat selain dapat dideskripsikan ciri-cirinya, juga dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Jenis-jenis persoalan filsafat ini sesuai dengan cabang-cabang filsafat. Ada tiga jenis persoalan filsafat yang utama, yaitu persoalan tentang keberadaan, persoalan tentang pengetahuan, dan persoalan tentang nilai-nilai.1.Persoalan keberadaan (being) atau eksistensi (existence) ini

bersangkutan dengan cabang filsafat metafisika.2.Persoalan pengetahuan (knowledge) atau kebenaran (truth).

Hal ini bersangkutan dengan cabang filsafat epistemologi. Sedangkan kebenaran ditinjau dari segi bentuknya berkaitan dengan cabang filsafat logika.

3.Persoalan yaitu nilai kebaikan tingkah laku berkaitan dengan cabang filsafat etika dan nilai keindahan berkaitan dengan cabang filsafat estetika

Hal-hal yang berkaitan dengan cabang filsafat akan diuraikan secara sekilas berikut ini.1. Metafisika

Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta physika yang dapat diartikan sesuatu yang ada dibalik atau di belakang

Page 15: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

9

benda-benda fisik. Aristoteles tidak memakai istilah metafisika, tetapiprotophilosophia (filsafat pertama). Filsafat pertama ini memuat uraian tentang sesuatu yang ada di belakang gejala-gejala fisik seperti bergerak, berubah, hidup atau mati. Metafisika dapat didefinisikan sebagai studi atau pemikiran tentang sifat yang terdalam dari kenyataan atau keberadaan. Persoalan metafisika dibedakan menjadi tiga, yaitu persoalan ontologi, kosmologi dan antropologi.Aritoteles menyebut beberapa istilah yang maknanya dapat dikatakan setara dengan metafisika, yaitu: filsafat pertama, pengetahuan tentang sebab, studi tentang ada sebagai ada, studi tentang ousia (Being), studi tentang hal-hal abadi yang tidak dapat digerakkan, dan theology. C. Wolff mengldasifikasikan metafisika sebagai berikut:Metafisika umum (ontologi), membicarakan tentang hal "ada" (being).Metafisika khusus: (a) Psikologi; membicarakan tentang hakikat manusia (b)Kosmologi; membicarakan tentang hakikat atau asal-usul alam semesta. (c) Theologi; membicarakan tentang halcikat keberadaan Tuhan.Metafisika berusaha memfokuskan diri pada prinsip dasar yang terletak pada berbagai pertanyaan atau yang diasumsikan melalui berbagai pendekatan intelektual. Setiap prinsip dinamakan "pertama", sebab prinsip-prinsip itu tidak dapat dirumuskan ke dalam istilah lain atau melalui hal lain yang mendahuluinya. Persoalan yang timbul di seputar metafisika terutama dikalangan ilmuwan yaitu; dapatkah metafisika dikategorikan sebagai sebuah disiplin ilmu? Pertanyaan inilah yang paling banyak menghantuai benak para pemula di dalam mempelajari ilmu filsafat. Kebanyakan mereka menyangsikan sifat keilmiahan metafisika ini, karena sedemikian abstraknya objek yang d.ipelajari. Oleh karena itu kalau ada pertanyaan: apakah metafisika itu ilmu? Maka minimal ada dua jawaban yang akan diperoleh. Pertama, metafisika tidak dapat dikatakan sebagai ilmu, manakala yang dimaksud dengan ilmu

Page 16: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

10

itu sendiri adalah sesuatu yang bersifat pasti dan final. Kedua, metafisika dapat dikatakan sebuah ilmu, manakala yang dimaksud dengan ilmu itu adalah suatu penyelidikan yang dikaitkan dengan sikap dan metode tertentu. Suatu kegiatan baru dapat dikatakan sebuah ilmu manakala mencakup enam karakteristik:1)Problem (problems), dalam arti bahwa suatu kegiatan ilmiah

haruslah bertitik tolak dari persoalan-persoalan tertentu yang menarik perhatian seseorang. Tanpa suatu problem tak kan ada ilmu. Sikap ilmiah melibatkan rasa ingin tahu, keinginan pada keyakinan yang tertunda sampai seluruh bukti diperoleh, dan terus menerus berhadapan dengan rintangan yang tak dapat begitu saja diatasi.

2)Sikap (attitude), dalam arti orang yang tertarik pada persoalan tertentu harus memiliki sikap tertentu pula dalam menghadapi persoalan itu tadi.

3)Metode (method), dalam arti bahwa persoalan yang menarik perhatian itu akan diselesaikan menurut cara-cara tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.

4)Akivitas (Activity), artinya seluruh proses yang terjadi dalam menghadapi persoalan itu tadi merupakan suatu kegiatan yang jelas dan terencana. Karena aktivitas ilmuwan merupakan dasar untuk membangun dan kemajuan pengetahuan ilmiah sangat tergantung pada kemampuan, ketrampilan, usaha, dan kesadaran moral sang ilmuwan itu sendiri.

5)Pemecahan (solutions), berangkat dari hipotesis atau teori yang dibentuk sebagai prinsip umum atau hulaun-hukum. Ketika hipotesis tidak terbukti secara langsung, maka jalan hitotesis atau pemecahan tentatif merupakan sesuatu yang dipostulasikan dan diujikan.

6)Pengaruh (effect), pada akhirnya ini merupakan suatu bagian dari suatu rangkaian ilmiah yang memperlihatkan sejauhmana pengaruh ilmu terhadap kehidupan masyarakat, dan jika tindakan masyarakat berbeda dari biasanya, karena

Page 17: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

11

mereka percaya dan bertindak atas dasar kesimpulan yang dikemukakan oleh para ilmuwan, maka setiap perbedaan sikap itu merupakan konsekuensi praktis dari masing-masing ilmu.

Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa metafisika itu termasuk ke dalam rumpun ilmu. Seorang metafisikus dapat membantu ilmuwan untuk menunjukkan asumsi-asumsi metafisis yang diperlukan bagi pengembangan dan pembentukan teori atau paradigma ilmu pengetahuan. Beberapa peran metafisika dalam Ilmu pengetahuan yaitu:a) Metafisika mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak

kenal lelah dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Sebab seorang metafisikus selalu mengembangkan pikirannya untuk menjawab persoalan-persoalan yang bersifat enigmatik (teka-teki). Persoalan-persoalan semacam itu menuntut alur berpikir yang serius dan sungguh-sungguh.I. Metafisika menuntut orisinalitas berpikir yang sangat

diperlukan bagi ihnu pengetahuan. Artinya, seorang metafisikus senantiasa berupaya menemukan hal-hal baru yang belum pemah diungkap sebelumnya. Sikap semacam ini menuntut kreativitas dan rasa ingin tahu yang besar terhadap suatu permasalahan. Pematangan sikap semacam ini akan mendidik seseorang untuk selalu berkiprah pada lingkup penemuan, bukan lingkup pembenaran semata.

2.Metafisika memberi bahan pertimbangan yang matang bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada wilayah praanggapan-praanggapan, sehingga persoalan yang diajukan memilild landasanberpijak yang kuat.

3. Metafisika juga membuka peluang bagi terjadinya perbedaan visi di dalam melihat realitas, karena tidak ada kebenaran yang benar-benar absolut. Hal ini akan menjadikan visi ilmu pengetahuan berkembang menurut ramifikasi (percabangan) yang sangat kaya dan beraneka ragam, sebagaimana yang terlihat dalam perkembangan

Page 18: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

12

ilmu pengetahuan dewasa ini.

2. EpistemologiSecara etimologi, istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme yang artinya pengetahuan dan logos yang artinya teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur, metode dan sahnya (validitas)pengetahuan.

Istilah-istilah lain yang setara dengan epistemologi adalah:1)Kriteriologi, yaitu cabang filsafat yang membicarakan ulcuran

benar atau tidaknya pengetahuan.2)Kritik pengetahuan, yaitu pembahasan mengenai

pengetahuan secara kritis.3)Gnosiology, yaitu perbincangan mengenai pengetahuan yang

bersifat ilmiah.4)Logika material, yaitu pembahasan logis dari segi isinya,

sedangkan logika formal lebih menekankan pada segi bentuknya.

Objek material epistemologi adalah pengetahuan, sedangkan objek formalnya adalah hakikat pengetahuan. Persoalanpersoalan penting yang dikaji dalam epistemologi berkisar pada masalah: asal-usul pengetahuan, peran pengalaman dan akal dalam pengetahuan, hubungan antara pengetahuan dengan kebenaran, kemungkinan skeptisisme universal, dan bentukbentuk perubahan pengetahuan yang berasal dari konseptualisasi baru mengenai dunia. Semua persoalan tersebut diatas terkait dengan persoalan-persoalan penting filsafat lainnya seperti: kodrat kebenaran, kodrat pengalaman dan malcna.Semua pengetahuan hanya dikenal dan ada dalam pikiran manusia, tanpa pikiran pengetahuan tak akan eksis. Oleh karena itu keterikatan antara pengetahuan dengan pikiran merupakan sesuatu yang kodrati. Ada delapan hal penting yang berfungsi membentuk struktur pildran manusia, yaitu:1. mengamati (observes), pikiran berperan dalam mengamati objek-

objek. Dalam melaksanakan pengamatan terhadap objek

Page 19: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

13

itu maka pildran haruslah mengandung kesadaran. Oleh karena itu di sini pikiran merupakan suatu bentuk kesadaran.

2. Menyelidiki (inquires), ketertarikan pada objek dikondisikan oleh jenis-jenis objek yang tampil. Objek-objek secara kodrati merupakan suatu cara penampakan, cara mereka dipersepsi, dikonsepsi, diingat, diantisipasi baik secara sederhana maupun secara kompleks, dinamika atau statikanya, perubahan atau ketetapannya, keterhubungan pada antesedennya, konsekuennya, atau cara berkorelasi atau berinterelasi dengan obj ek-objek yang lain.

3. Percaya (believes), manakala suatu objek muncul dalam kesadaran, biasanya objek-objek itu diterima sebagai objek yang menampak. Kata percaya biasanya dilawankan dengan keraguan. Sikap menerima sesuatu yang nampak sebagai pengerian yang memadai setelah keraguan, dinamakan kepercayaan. Orang.

yang mengembangkan rasa keraguan dalam menerima kebenaran suatu objek dinamakan skeptikus.

4. Hasrat (desires), kodrat hasrat ini mencakup kondisi-kondisi biologis danpsikologis dan interaksi dialektik antara tubuh dan jiwa. Karena pikiran dibutuhkan untuk aktualisasi hasrat, maka kita dapat mengatakannya sebagai hasrat pikiran. Tanpa pikiran tak mungkin ada hasrat. Hasrat biasanya melibatkan beberapa perasaan puas dan frustrasi dan berbagai respons terhadap perasaan tersebut.

5. Maksud (intends), kendatipun seseorang memiliki maksud ketika akan mengobservasi, menyelidiki, mempercayai dan berhasrat, namun sekaligus perasaannya tidak berbeda atau bahkan terdorong ketika melakukannya. Perubahan kehendak dari intensitas minimal ke maksimal, dari keinginan menerima hal-hal yang menampakkan akan menimbulkanpengaruh juga.

6. Mengatur (organizes), setiap pikiran adalah organisme yang teratur dalam diri seseorang. Pikiran mengatur melalui kesadaran yang sudah menjadi. Kesadaran adalah suatu kondisi dan fungsi mengetahui secara bersama. Pikiran mengatur

Page 20: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

14

melalui intuisi yakni melalui kesadaran penampakan dalam setiap kehadiran.

7. Menyesuaikan (adapts), menyesuaikan pikiran-pikiran sekaligus melakukan pembatasan-pembatasan yang dibebankan pada pikiran melalui kondisi keberadaan yang tercakup dalam otak dan tubuh di dalam fisik, biologis, lingktmgan sosial dan kultural dan keuntungan yang terlihat pada tindakan, hasrat dan kepuasan.

8. Menilcmati (enjoys), pikiran-pikiran mendatangkan keasikan. Orang yang asik dalam menekuni suatu persoalan, maka ia akan menikmati itu dalam pikirannya. Jenis kesenangan (juga kesusahan) bermacam-macam dan sangat rumit, sehingga tidak mungkin diuraikan secara rinci.

Perbincangan penting dalam epistemologi juga terkait dengan jenis-jenis pengetahuan. Paling tidak ada dua jenis pengetahuan, yaitu pengetahuan ilmiah dan nir-ilmiah. Pengetahuan ilmiah memiliki beberapa ciri pengenal sebagai berikut:1. Berlaku umum, artinya jawaban atas pertanyaan apakah sesuatu hal itu

lyak atau tidk layak, tergantung pada faktor-faktor subjektif.2. Mempunyai kedudukan mandiri (otonomi), artinya meskipun faktor-

faktor di luar ilmu juga ikut berpengaruh, tetapi harus diupayakan agar tidak menghentikan pengembangan ilmu secara mandiri.

3. Mempunyai dasar pembenaran, artinya cara kerja ilmiah diarahkan untuk memperoleh derajat kepastian yang sebesar mungkin.

4. Sistematik, artinya ada sistem dalam susunan pengetahuan dan dalam cara memperolehnya.

5. Intersubjektif, artinya kepastian pengetahuan ilmiah tidaklahdidasarkan atas intuisi-intuisi serta pemahaman-pemahaman

secara subj ektif, melainkan dijamin oleh sistemnya itu sendiri. Pengetahuan dipandang darijenis pengetahuan yang dibangun dapat dibedakan sebagai berikut:

Page 21: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

15

I . Pengetahuan biasa, pengetahuan ini bersifat subjektif, artinya amat terikat pada subjek yang mengenal. Pengetahuan ini memiliki sifat selalu benar, sejauh sarana untuk memperoleh pengetahuan itu bersifat normal atau tidak ada penyimpangan.

2. Pengetahuan ilmiah, yaitupengetahuan yang telah menetapkan objek yang khas atau spesifik dengan menerapkan pendekatan metodologis yang khas pula, artinya metodologi yang telah mendapatkan kesepakatan di antara para ahli yang sejenis. Kebenaran yang terkandung dalam pengetahuan ilmiah bersifat relatif, karena kandungan kebenaran jenis pengetahuan ilmiah bersifat relatif, karena kandungan kebenaran jenis pengetahuan ilmiah selalu mendapat revisi dan diperkaya oleh hasil penemuan yang paling mutakhir.

3. Pengetahuan filsafati, yaitu jenis pengetahuan yang pendekatannya melalui metodologi pemikiran filsafati. Sifat pengetahuan ini mendasar dan menyeluruh dengan model

4. Pemikiran yang analitis, kritis, dan spekulatif. S ifat kebenarannya absolut-intersubjektif, yaitu nilai kebenaran yang terkandung pada jenis pengetahuan filsafat selalu merupakan pendapat yang selalu melekat pada pandangan dari seorang filsuf serta selalu mendapat pembenaran dari filsuf kemudian yang menggunakan metodologi pemikiran yang sama.

5. Pengetahuan agama, yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan pada keyakinan dan ajaran agama tertentu. Pengetahuan agama ini mempunyai sifat dogmatis, artinya pernyataan dalam suatu agama selalu didasarkan pada keyakinan yang telah tertentu, sehingga pemyataan-pemyataan dalam ayat-ayat kitab suci agama memiliki nilai kebenaran sesuai dengan keyakinan yang digunakan untuk memahaminya.

Pengetahuan dipandang atas dasar kriteria karakteristiknya dapat dibedakan sebagai berikut:1 . Pengetahuan indrawi, yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan atas

sense (indera) atau pengalaman manusia sehari-hari.

Page 22: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

16

2.Pengetahuan akal budi, yaitu jenis pengetahuan yang didasarkan atas kekuatan rasio.

3.Pengetahuan intuitif, yaitu jenis pengetahuan yang memuat pemahaman secara cepat. Yaitu cara pemahaman kesadaran ketika pemahaman itu berwujudpenampakan langsung.

4.Pengetahuan kepercayaan atau pengetahuan otoritatif, yaitu jenis pengetahuan yang dibangun atas dasar kredibilitas seorang tokoh atau sekelompok orang yang dianggap profesional dalam bidangnya.

3. Aksiologi.

Aksiologi artinya teori nilai, penyelidikan mengenai kodrat, kriteria, dan status metafisik dari nilai. Problem utama aksiologis berkaitan dengan empat faktorpenting sebagai berikut:1)Kodrat nilai berupa problem mengenai: apakah nilai itu berasal dari

keinginan, kesenangan, kepentingan, preferensi, keinginan rasio murni, pemahaman mengenai kualitas tersier, pengalaman sinoptik kesatuan kepribadian, berbagai pengalaman yang mendorong semangat hidup, relasi bendabenda sebagai sarana untuk mencapai tujuan atau konsekuensi yang sungguh-sungguh dapat dijangkau.

2) Jenis nilai menyangkut perbedaan pandangan antara nilai intrinsik, ukuran untuk kebijaksanaan nilai itu sendiri, nilainilai instrumental yang menjadi penyebab (baik barang-barang ekonomis atau peristiwa-peristiwa alamiah) mengenai nilainilai intrinsik.

3)Kriteria nilai artinya ukuran untuk menguji nilai yang dipengaruhi sekaligus oleh teori psikologi dan logika. Penganut hedonis menemukan bahwa ukuran nilai terletak pada sejumlah kenikmatan yang dilakukan oleh seseorang atau masyarakat.

4)Status metafisik nilai mempersoalkan tentang bagaimana hubungan antara nilai terhadap fakta-fakta yang diselidiki melalui ilmu-ilmu kealaman, kenyataan terhadap keharusan

Page 23: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

17

pengalaman manusia tentang nilai pada realitas kebebasan manusia. Ada tiga jawaban penting yang diajukan dalam persoalan status metafisika nilai ini, yaitu:I) Subjektivisme, menganggap bahwa nilai merupakan sesuatu yang

terikat pada pengalaman manusia, seperti halnya: hedonisme, naturalisme, positivisme.

2)Objektivisme logis, menganggap bahwa nilai merupakan hakikat atau substansi logis yang bebas dari keberadaannya yang diketahui, tanpa status eksistensial atau tindakan dalam realitas.

3)Objektivismemetafisik menganggap bahwa nilai atau norma adalah integral, objektif dan unsur-unsur aktif kenyataan metafisik.

Salah satu cabang aksiologi yang banyak membahas masalah nilai baik atau buruk adalah bida.ng etika.

4.LogikaLogika sebagai cabang filsafat bersangkutan dengan kegiatan berpikir. Secara etimologi,kata logika berasal dari kata Yunani logos yang berarti kata, nalar, teori atau uraian. Logika dapat didefinisikan sebagai ilmu, kecakapan, atau alat untuk berpikir secara lurus. Dengan demikian, yang menjadi objek material logika adalah pemikiran, sedangkan objek formalnya adalah kelurusanberpikir.

5.EtikaEtika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat moral. Secara etimologi etika berasal dari kata Yunani ethos yang artinya 'wataki. Sedangkan kata moral berasal dari kata latin mos yang merupakan bentuk tunggal, sedangkan bentuk jamak mores artinya 'kebiasaanl. Istilah etika atau moral dalam bahasa Indonesia dapat diatikan kesusilaan. Objek meterial etika adalah tingkah laku perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar dan bebas. Objek formal adalah kebaikan dan keburukan atau bermoral dan tidak bermoral dari tingkah laku tersebut.

Page 24: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

18

Dengan demikian, perbuatan yang dilakukan secara fidak sadar dan tidak bebas tidak dapat dikenai penilaian bermoral dan tidak bermoral.

6. EstetikaEstetika sebagai cabang filsafat juga disebut filsafat keindahan. Secara etimologi kata estetika berasal dari kata Yunani aisthetika yang artinya hal-hal yang dapat diserap dengan indra atau aisthetis yang artinya cerapan indra. Apabila etika digambarkan sebagai teori tentang baik dan jahat, estetika digambarkan sebagai kajian filsafati tentang keindahan dan kejelekan. Baik etika maupun estetika, bertalian dengan nilainilai . Etika bertalian dengan moral sedangkan estetika bertalian dengan nilai bukan moral.

H.Aliran-Aliran Filsafat

1. Aliran-aliran dalam persoalan keberadaanPersoalan dalam keberadaan menimbulkan 3 segi pandangan.

1. Keberadaan dipandang dari segi jumlah atau banyak (kuatitas). Artinya, berapa banyak kenyataan yang paling dalam itu. Segi masalah kuantitas ini melahirkan beberapa aliran filsafat sebagai jawabannya. Adapun aliran tersebut adalah:a.Monisme, aliran yang menyatakan bahwa hanya ada satu

kenyataan fundamental. Kenyataan tersebut bisa berupa jiwa, materi, Tuhan, atau substansi lainnya yang tidak dapat diketahui.

b.Dualisme (serba dua), adalah aliran yang menganggap adanya 2 substansi yang masing-masing berdiri sendiri.

c.Pluralisme (serba banyak), aliran ini tidak mengakui adanya satu substansi atau 2 substansi, tetapi banyak substansi.

2. Keberadaan dipandang dari segi sifat (kualitas) menimbulkan beberapa aliran sebagai berikut.

Page 25: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

19

1)Spiritualisme yang mengandung beberapa arti yaitu ajaran yang menyatakan bahwa kenyataan yang terdalam adalah roh, yaitu roh yang mengisi dan mendasari seluruh alam. Dikenal juga pandangan idealistik yang menyatakan adanya roh mutlak. Dunia indra dalam pengertian dipandang sebagai dunia ide. Juga dikenal dalam istilah keagamaan untuk menekankan pengaruh langsung roh suci dalam bidang agama. Spiritualisme juga berarti kepercayaan bahwa roh-roh orang mati berkomunikasi dengan roh yang masih hidup melalui orang-orang tertentu dan lewat ujud yang lain. Istilah spiritualisme lebih tepat dikenakan bagi kepercayaan seperti ini.

2)Materialisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesdaan adalah merupakan penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada unsur-unsur fisik. Materi adalah sesuatu hal yang kelihatan, dapat diraba, berbentuk dan menempati ruang. Hal-hal yang bersifat kerohanian seperti jiwa, keyakinan, serta rasa sedih dan rasa senang tidak lain adalah merupakanproses kebendaan.

2. Aliran-aliran dalam Persoalan pengetahuanPersoalan pengetahuan yang bertalian dengan sumber-

sumber pengetahuan dijawab oleh aliran-aliran sebagai berikut:1. Rasionalisme, berpandangan bahwa semua pengetahuan

bersumber pada akal. Akal memperoleh bahan lewat indra, kemudian diolah oleh akal sehingga menjadi pengetahuan. Rasionalisme mendasarkan pada metode deduksi, yaitu cara memperoleh kepastian melalui langkah-langkah metodis yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat khusus.

2. Empirisme, berpendirian bahwa semua pengetahuan diperoleh lewat indra. Indra memperoleh kesan-kesan dari alam nyata. Kemudian, kesan-kesan tersebut berkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman. Pengetahuan yang

Page 26: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

20

berupa pengalaman terdiri atas penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam-macam.

3.Realisme, adalah aliran yang menyatakan bahwa objek-objek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya sendiri. Objek-objek tersebut tidak tergantung adanya pada yang mengetahui, yang menyerap atau tidak bergantung pada pikiran. Pikiran dan dunia luar saling berinteraksi, akan tetapi interaksi ini tidak mempengaruhi sifat dasar dunia. Dunia tetap ada sebelum pikiran menyadarinya dan akan tetap ada setelah pikiran berhenti menyadarinya.

4.Kritisme, adalah aliran yang berusaha menjawab persoalan pengetahuan dengan tokohnya Kant. Titik tolak Kant adalah waktu dan ruang sebagai bentuk pengamatan. Akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri. Bahan-bahan yang berupa empiri tersebut masih kacau. Kemudian, akal mengatur dan menertibkan dalam bentuk pengamatan, yaitu ruang dan waktu. Bahan-bahan empiri tersebut ditempatkan yang satu sesudah yang lainnya. Pengamatan merupakan permulaan pengetahuan, sedangkan pengolahan oleh akal merupakan bentukannya.

Persoalan pengetahuan yang menekankan pada hakikat pengetahuan dijawab oleh aliran berikut ini.1. Idealisme berpendirian bahwa pengetahuan adalah prosesproses

mental atau proses-proses psikologis yang bersifat subjektif. Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang kenyataan. Pengetahuan tidak menggambarkan kebenaran yang sesungguhnya atau pengetahuan tidak memberikan gambaran yang tepat tentang hakikat sesuatu yang berada diluar pikiran.

2. Empirisme berpendirian bahwa pengetahuan adalah berupa pengalaman.

3. Positivisme berpendirian bahwa kepercayaan yang dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan faktawi. Apapun yang berada diluar dunia pengalaman fidak periu diperhatikan.

Page 27: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

21

4. Pragmatisme tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan, tetapi menanyakan apa guna pengetahuan tersebut. Daya pengetahuan hendaknya dipandang sebagai sarana bagi perbuatan.

3. Aliran-Aliran dalam Persoalan Nilai-Nilai (Etika)

1. Idealisme Etis adalah aliran meyakini hal-hal yang berikut: adanya suatu sekala nilai-nilai, asas-asas moral, atau aturanaturan untuk bertindak; Lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat spiritual (kerohanian) ataupun mental dari pada yang bersifat inderawi atau kebendaan. Lebih mengutamakan kebebasan moral dari pada ketentuan kejiwaan atau alami. Lebih mengutamakan hal yang umum daripada hal yang khusus.

2. Deontologisme etis berpendirian bahwa sesuatu tindakan dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai kebaikan sesuatu hal. Yang menjadi dasar moralitas adalah kewaj iban.

3. Etika Teleogis merupakan bagian dari etika aksiologis yang membuat ketentuan bahwa kebaikan atau kebenaran suatu tindakan sepenuhnya bergantung pada sesuatu tujuan atau sesuatu hasil.

4. Hedonisme mengajurkan manusia untuk mencapai kebahagiaan yang didasarkan pada kenikmatan, kesenangan.

5. Utilitarisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menimbulkan kenikmatan atau kebahagiaan yang sebesar-besamya bagi manusia yang sebanyak-banyaknya.

I. Asas-Asas Filsafat

Berfilsafat selalu terkait dengan pengalaman umum manusia. Oleh karena itu tidak tepat kalau dikatakan orang yang berfilsafat itu melamun, tidak berpijak pada pengalaman, atau tidak menginjak bumi. Memang kadangkala aktivitas filsafat itu

Page 28: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

22

melampaui pengalaman-pengalaman konkret, tetapi itu tidak berarti berfilsafat itu menjauhi kenyataan-kenyataan yang ada di sekitar kita. Cara berfilsafat yang baik justm bermula dari hal-hal yang dialami sendiri oleh calon filsuf. Filsafat itu dimulai dari suatu thauma (rasa kagum) yang timbul dari suatu aporia, yakni problem yang sulit dicarikan jalan keluamya. Di sinilah dibutuhkan beberapa prinsip atau asas-asas dalam berfilsafat. Ada lima prinsip penting dalarn berfilsafat agar calon filsuf itu mendapatkan hasil yang optimal.

Pertama, meniadakan kecongkakan maha tahu sendiri. Seseorang yang ingin mulai berfilsafat harus mampu mengendalikan dirinya, terutama sikap merasa diri sudah tahu tentang hal yang akan dipelajari. Sikap yang demikian hanya akan melahirkan sohpisme, yakni hanya menganggap pendapatnyalah yang paling benar. Kesulitan besar akan muncul di saat dialog dengan orang lain. Komunikasi yang diharapkan dapat menumbIllikan tukar-menukar pandangan, akan berubah menjadi debat kusir, bertele-tele tanpa ada ujung pangkalnya, Iantaran masing-masing menganggap hanya pendapatnya yang paling benar.

Kedua, perlunya sikap mental berupa kesetiaan pada kebenaran. Kesetiaan pada kebenaran akan melahirkan keberanian untuk mempertahankan kebenaran yang diperjuangkannya. Sebagai contoh ketika Socrates dipenjara lantaran dituduh menghasut generasi muda, ada beberapa muridnya yang bersedia melepaskannya dari penjara, namun Socrates menolak, karena tidak berani menanggung resiko atas perbuatannya sendiri yang dianggap sebagai sikap pengecut dan tidak memiliki kesetiaan pada kebenaran. Kesetiaan pada kebenaran ini juga akan melahirkan kejujuran.

Ketiga, memahami secara sungguh-sungguh persoalan-persoalan filsafat serta berusaha memikirkan jawabannya. Dengan demikian ada upaya untuk melatih pemikiran secara serius. Melalui latihan intelektual inilah akan diperoleh pengertian sejati tentang realitas.

Page 29: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

23

Keempat, latihan intelektual itu dilakukan secara aktif dari waktu ke waktu dan diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis. Proses mempelajari filsafat itu mencakup belajar memecahkan persoalan-persoalan filsafati oleh diri kita sendiri. Misalnya: bagaimana pemahaman kita tentang keadilan? Apakah pengertian keadilan yang dipahami secara hukum itu sudah cukup memuaskan pemikiran kita? Kalau belum, bagaimana pengertian sej ati tentang keadilan itu sesungguhnya?

Kelima, sikap keterbukaan diri, artinya orang yang mempelajari filsafat seyogyanya tidak dihinggapi oleh prasangka tertentu atau pandangan sempit yang tertuju ke suatu arah saja, atau sudah lebih dahulu memihak pada suatu pandangan tertentu. Sebab filsafat itu menyangkut seluruh pengalaman dan menyangkut semua aspek kehidupan manusia.

J. KesimpulanFilsafat berusaha memperoleh pandangan tentang segala

sesuatu yang ada secara menyeluruh. Pendekatan ilmu adalah lebih bersifat analitik dan deskriptif, sedangkan pendekatan filsafat lebih bersifat sintetik atau sinoptik yang menyangkut sifatsifat alam semesta dan hakikat keh.idupan sebagai keseluruhan. Iimu-ilmu khusus membatasi tinjauannya pada bidang tertentu dr kenyataan atau hanya terarah pada satu aspek kenyataan.Sifat berfikir komprehensif pada hakikatnya mengandung aspek tujuan. Aspek teleologis mengandung arti bahwa pemikiran secara filsafat dimaksudkan untuk menyusun suatu pandangan dunia (world view). Perenungan kefilsafatan berusaha untuk memahami semua kenyataan dan kemudian berusaha menyusun suatu pandangan dunia. Manusia dengan memiliki hasil pemikiran filsafat, dapat menentukan sikap atau pendirian sesuai dengan keyakinannya untuk selanjutnya dipakai untuk menanggapi dan memecahkanpersoalan yang dihadapinya.

Ketiga bidang utama filsafat, metafisika ontologi, epistemologi, dan aksiologis merupakan landasan pengembangan ilmu

Page 30: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

24

pengetahuan. Landasan ontologi ihnu berkaitan dengan hakikat ilmu, sebab secara ontologis, ilmu mengkaji realitas sebagaimana adanya. Landasan epistemologis ilmu berkaitan dengan aspekaspek metodologis ilmu dan sarana berpikir ilmiah lainnya seperti: bahasa, logika, matematika, statistika. Landasan aksiologis ilmu berkaitan dengan dampak ilmu bagi umat manusia. Persoalan utama yaitu; apakah manfaat ilmu bagi umat manusia? Untuk apa ilmu digunakan? Apakah ilmu pengetahuan itu bebas nilai atau tidak? Dalam hal ini nilai kegunaan ilmu menempati posisi yang sangat penting. Dapatkah ilmu membantu manusia memecahkan masalah yang dihadapinya sehari-hari, atau justru sebaliknya? Pengembangan ketiga landasan ilmu pengetahuan ini akan melahirkan sifat kebijaksanaan ilmuwan dalam menerapkan ilmunya di masyarakat. Sebab apapun halnya, sulit bagi masyarkat luas untuk menerima kenyataan bahwa produk ilmiah malah merugikan mereka. Masalah inilah yang perlu menjadi bahan renungan kita bersama.

Page 31: download.archizone.orgdownload.archizone.org/wp-content/uploads/2018/02/... · Web viewBuku Pengantar Filsafat ini, mempunyai keterkaitan dengan mahasiswa yang belajar ilmu filsafat

BABII FILSAFAT PANCASILA

A. PengantarFilsafat pancasila objek materinya adalah pancasila sebagai

pandangan hidup bangsa Indonesia. Pancasila merupakan perwujudan dari keyakinan ontologik metafisik bangsa Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia telah dimiliki dan dihayati sejak berabad-abad sebelum masuk pemikiran-pemikiran India, cina, dan barat. Pancasila mengandung keyakinan ontologik metafisik tentang kebenaran, kebaikan, keindahan dan kenyataan mutlak. Pancasila bertitik tolak dari pandangan ontologik metafisik yang disebut monodualisme dan monopluralisme. Bangsa Indonesia yang menganut pandangan hidup pancasila tidak mengikuti aliran spiritualisme maupun materialisme. Unsur terdalam dari setiap perwujudan adalah spirit dan materi bukan unsur-unsur yang bersifat altemative satu sama lain, tetapi unsur-unsur bersifat kumulatif satu sama Iain, berkembang secara dinamik dan simultan.

Objek formalnya Filsafat pancasila adalah filsafat. Filsafat mencari unsur hakikat atau esensi dari obyek materinya. Sesuatu hal dapat disebut hakikat atau essensi apabila hal tersebut dapat dikenakan kepada hal yang. lainnya. Essensi bersifat abstrak, karena hal tersebut tidak dapat ditangkap dengan indra, tetapi hanya dapat ditangkap dengan akal budi. Essensi bersifat mutlak karena hal tersebut harus terdapat pada halnya, sehingga halnya dapat menjadi ada. Dengan demikian menj adi jelas, bahwa filsafat pancasila adalah analisis kefilsafatan terhadap pancasila, sehingga akan diperolehpengertian tentang isi arti pancasila yang essensial. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara dan pandangan filosofis bangsa Indonesia. Oleh karena itu sudah merupakan suatu keharusan moral untuk secara konsisten merealisasikanya dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

25