210
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 9 ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG MERAPI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : Mudmainah Vitasari K5407003 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 9

ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT

DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA

DI KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG MERAPI KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

Mudmainah Vitasari

K5407003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT

DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA

DI KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG MERAPI KABUPATEN MAGELANG

TAHUN 2011

Oleh :

Mudmainah Vitasari

K5407003

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Mudmainah Vitasari, ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNG MERAPI KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011.Skripsi.Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Desember 2011.

Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengetahui kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang tahun 2011, (2) Mengidentifikasi prioritas kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang tahun 2011, (3) Mengetahui kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang tahun 2011, (4) Mengidentifikasi tindakan/aksi pengurangan risiko bencana yang akan dilakukan masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang tahun 2011, (5) Mengetahui prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana yang akan dilakukan masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang tahun 2011.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan historis dengan pendekatan VCA (Vulnerability and Capacity Assesment). Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling digunakan untuk memilih sampel desa untuk masing-masing Kawasan Rawan Bencana (KRB) dan memilih sampel responden di sampel desa pada tiap Kawasan Rawan Bencana (KRB). Teknik pengumpulan data dengan menggunakan dokumentasi, observasi langsung, wawancara, angket/kuesioner, metode dinding (wall method). Teknik analisis yang digunakan adalah dengan skoring, analisis PRA (Participatory Rural Appriasal) dan analisis semiPRA.

Hasil penelitian ini adalah : (1) Kawasan Rawan Bencana III dan II Kabupaten Magelang tergolong rentan, sedangkan Kawasan Rawan Bencana I tergolong cukup rentan. (2) Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana III, II dan I Kabupaten Magelang, yaitu : (a) Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana III adalah padatnya pemukiman penduduk; intensitas erupsi tinggi dan tidak dapat diprediksi; sektor utama pertanian salak; jembatan, sarana irigasi dan air bersih yang rusak. (b) Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana II adalah padatnya pemukiman penduduk; intensitas erupsi tinggi dan tidak dapat diprediksi; sektor utama pertanian salak; jalan rusak dan kurang lebar dan peningkatan jumlah penduduk yang tinggi. (c) Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana I kerentanan adalah padatnya pemukiman penduduk; irigasi rusak; kesiapsiagaan masyarakat rendah; kurangnya pelatihan kebencanaan; belum adanya normalisasi sungai; tanggul rusak dan musim penghujan yang panjang meningkatkan intensitas lahar dingin. (3) Kawasan Rawan Bencana III Kabupaten

Page 6: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Magelang mempunyai kapasitas tinggi. Kawasan Rawan Bencana II dan I Kabupaten Magelang mempunyai kapasitas sedang. (4) Tindakan/aksi pengurangan risiko bencana Kawasan Rawan Bencana III, II dan I Kabupaten Magelang melliputi tindakan persiapan masyarakat dusun menghadapi bencana secara partisipatif bersama-sama dengan tindakan persiapan masyarakat desa menghadapi bencana secara partisipatif kemudian dilanjutkan tindakan persiapan bencana Kabupaten Magelang. Rekomendasi tindakan pemulihan dan peningkatan kapasitas dalam pengurangan risiko bencana meliputi tindakan/aksi pemulihan keadaan masyarakat pasca bencana erupsi Merapi 2010 dan banjir lahar dingin 2011 kemudian dilanjutkan tindakan/aksi pengurangan kerentanan dan peningkatan kapasitas. (5) Prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana Kawasan Rawan Bencana III, II dan I Kabupaten Magelang : (a) Prioritas penanganan ketika terjadi bencana yaitu kelompok masyarakat rentan (anak-anak, ibu hamil dan orang lanjut usia) dan daerah yang dianggap paling rawan dalam kejadian erupsi. (b) Rekomendasi tindakan/aksi pemulihan dan peningkatan kapasitas dalam pengurangan risiko bencana yang diprioritaskan kawasan rawan bencana III, II dan I Kabupaten Magelang adalah tindakan/aksi pemulihan keadaan pasca bencana erupsi Merapi 2010 dan banjir lahar dingin 2011, yaitu pembekalan masyarakat dengan berbagai keterampilan, pemulihan perkebunan salak akibat erupsi dan perbaikan sarana yang rusak dari dampak bencana. Selanjutnya tindakan/aksi yang dilakukan adalah tindakan/aksi pengurangan kerentanan dan peningkatan kapasitas sesuai yang dibutuhkan pada masing kawasan.

Kata kunci : pengurangan risiko, bencana, berbasis masyarakat

Page 7: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Mudmainah Vitasari. The Assessment on the Vulnerability and the Capacity of the Community-based Villages in Reducing the Disaster Risk in the Area Vulnerable to the Explosion Disaster of Merapi Volcano of Magelang Regency in 2011. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education. Sebelas Maret University, Surakarta. 2011. The objectives of this research are: (1) to investigate the vulnerability of the area vulnerable to the explosion disaster of Mount Merapi of Magelang regency in 2011; (2) to identify the priority of the vulnerability of the area vulnerable to the explosion disaster of Mount Merapi of Magelang regency in 2011; (3) to investigate the capacity of the area vulnerable to the explosion disaster of Mount Merapi of Magelang regency in 2011; (4) to identify the actions which are going to be done by the community living in the area vulnerable to the explosion disaster of Mount Merapi of Magelang to reduce such a disaster risk in 2011; and (5) to investigate the priority of the actions which are going to be done by the community members living in the area vulnerable to the explosion disaster of Mount Merapi of Magelang to reduce such a disaster risk in 2011. This research used the descriptive historical method with the VCA (Vulnerability and Capacity Assessment) approach. This research used the purposive sampling technique to take the sample of villages in each area vulnerable to the explosion disaster and the sample of community members in each area vulnerable to the explosion disaster. The data of this research were gathered through documentation, direct observation, interview, questionnaire, and wall method. The data were then analyzed by using scoring, the semi PRA (Participatory Rural Appraisal), and the PRA (Participatory Rural Appraisal) analysis techniques. The results of this research are as follows: (1) the area vulnerable to the explosion disaster of Ring III and Ring II of Magelang regency is classified as vulnerable whereas the area vulnerable to the explosion disaster of Ring I is classified as sufficiently vulnerable; (2) the priority of the vulnerability of the areas vulnerable to the explosion disaster of Rings III, II, and I of Magelang regency is as follows: (a) the vulnerability of the area vulnerable to the explosion disaster of Ring III consists of dense population, high and unpredictable intensity of eruption, main sector of snakefruit farming, bridges, and damaged irrigation facilities and clean water; (b) the vulnerability of the area vulnerable to the explosion disaster of Ring II consists of dense population, high and unpredictable intensity of eruption, main sector of snakefruit farming, damaged and less wide roads, and high increase in the number of population; (c) the priority of the vulnerability of the area vulnerable to the explosion disaster of Ring I consists of dense population, damaged irrigation facilities, low alertness of the community members, lack of disaster preparedness training, none of river normalization program, damaged embankment, and long wet season which increases the

Page 8: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

intensity of the cold mudflow; (3) the area vulnerable to the disaster risk of Ring III of Magelang regency has high capacity whereas such area of Ring II and Ring I of Magelang regency has medium capacity; (4) the action which is going to be done by the community members to reduce the disaster risk of Rings III, II, and I of Magelang regency include: preparatory actions of the villagers in coping with the disaster participatorily and preparatory actions of disaster preparedness in Magelang regency. The recommended action of recovery and capacity enhancement in reducing the disaster risk includes the actions to restore the condition of the community members following the eruption disaster of Mount Merapi in 2010 and the mudflow flood of 2011, and the actions to reduce vulnerability and to increase capacity; (5) the actions which are made prior in order to reduce the disaster risk of the area vulnerable to the disaster risk of Rings III, II, and I of Magelang regency include: (a) the actions which are made prior to be done to at the time of disaster to the vulnerable group of people who consist of children, pregnant women, and elderly people as well as the areas which are considered to be the most vulnerable ones when eruption takes place; and (b) the recommended actions to restore the condition and to increase the capacity in reducing the disaster risk which are made prior in the vulnerable area of Rings III, II, and I of Magelang regency include equipping the community members with various skills, restoring the snakefruit farming from the damage caused by the eruption, and the improvement of the facilities which got damaged due to the disaster. Furthermore, the actions to reduce vulnerability and to increase capacity are done in accordance with the need of the community members in each ring of area. Keywords: reduce risk, disaster, and community-based

Page 9: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

MOTTO

Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah bagimu

(HR At-tirmidzi)

Tak ada beban tanpa pundak

(Tiar Nasyid)

Biarkan mimpimu, cita-citamu dan keyakinanmu menggantung dan

mengambang 5 centimeter di depan keningmu, hingga ia takkan pernah lepas dari

matamu, dan setelah itu kamu hanya perlu kaki yang akan berjalan lebih jauh dari

biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan

menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas,

lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, dan hati yang akan bekerja

lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdo'a..

(5 cm-Donny Dhirgantoro)

Ibadah adalah wajib, belajar adalah penting

(Penulis)

Page 10: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT

Karya ini kupersembahkan untuk :

Keluarga, terutama Bapak dan Ibu atas segala bimbingan, doa dan kasih

sayangnya, dukungan moril maupun materiil yang tidak terhingga dan semoga

menjadi bentuk putrimu membuatmu bahagia di dunia dan akhirat,

Kakakku, atas semua dukungan dan kasih sayangnya,

Almamater.

Page 11: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

lancar.

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah

memberikan ijin penelitian

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan ijin penelitian

3. Bapak Dr. Moh. Gamal Rindarjono, M.Si selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan dan

masukan

4. Ibu Pipit Wijayanti, S.Si, M.Sc, selaku Pembimbing II yang dengan sabar

membimbing dan memberikan motivasi serta mengarahkan pemikiran

penulis

5. Bapak Drs. Wakino, M.S selaku Pembimbing Akademis yang telah

memotivasi dan membimbing penulis dari awal kuliah hingga selesai

6. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Geografi yang telah memberikan

ilmu selama menempuh studi

7. PMI Cabang Surakarta dan PMI Cabang Kabupaten Magelang yang telah

memberikan banyak arahan dan masukan

8. BPPTK Yogyakarta, Kesbanglinmas PB, BPPT, BPS Kabupaten

Magelang atas ijin dan data yang diperlukan

Page 12: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9. Bapak Camat Kecamatan Srumbung dan Salam yang telah memberikan

izin penelitian dan data yang diperlukan

10. Ibu Kiptiyah selaku Kepala Desa Kelurahan Kaliurang yang telah

memberikan izin penelitian dan data yang diperlukan

11. Sibat Kaliurang yang telah membantu dalam pengumpulan data dan telah

meluangkan waktu serta tenaga untuk ikut serta dalam forum VCA PRA,

masyarakat Desa Kamongan dan Jumoyo yang telah membantu dalam

pengumpulan data

12. KSR PMI Unit UNS yang t

13. selaku Pembimbing 3, Mas Jumadi selaku Pembimbing 4,

Teman-teman KSR UNS (Becil, Bagus, Luris, Randu, Enggar, Diah,

Marina, Umi) yang telah membantu menjadi fasilitator VCA PRA, teman-

5, 6, 7, dst dan teman-teman kost,

teman-teman sepermainan seperjuangan, teman-teman sependakian,

teman-teman jogging mania UNS, jama ah masjid Baiturridho selaku

Pembimbing Spiritual

14. AA 6843 MK yang setia menemani perjalanan dan perjuangan

15. Semua pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini

Menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skrpsi ini, maka

dengan segala kerendahan hati mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan dan penyempurnaan. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua. Amiin.

Surakarta, Desember 2011

Penulis

Mudmainah Vitasari

Page 13: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................

HALAMAN PENGAJUAN...........................................................................

HALAMAN PESETUJUAN...........................................................................

HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................

HALAMAN ABSTRAK...............................................................................

HALAMAN MOTTO........................................................................................

HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................

DAFTAR TABEL....................................................................................... ......

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................

DAFTAR PETA................................................................................................

DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................

B. Perumusan Masalah......................................................................................

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................

D. Manfaat Penelitian........................................................................................

1. Manfaat Teoritis..................................................................................

2. Manfaat Praktis............................................................................. ......

BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................

A. Tinjauan Pustaka..........................................................................................

1. Asesmen.........................................................................................

2. Kerentanan Bencana................................................................................

3. Kapasitas Bencana...................................................................................

4. Manajemen Pengurangan Risiko Bencana.............................................

a. Pencegahan dan Mitigasi.......................................... ...................

b. Kesiapsiagaan...................................................................................

c. Tanggap Darurat........................................................................

i

ii

iii

iv

v

ix

x

xi

xiii

xvii

xx

xxii

xxiii

1

1

7

7

8

8

8

9

9

9

10

13

15

15

16

19

Page 14: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Pemulihan.................................................................................

e. Mekanisme Kesiapan dan Penanggulangan Bencana......................

5. Gunung Merapi...................................................................................

a. Kawasan Rawan Bencana Erupsi Gunung Merapi di Kabupaten

Magelang.....................................................................................

b. Partisipasi Masyarakat......................................................................

B. Penelitian yang Relevan......................................................................

C. Kerangkan Pemikiran...................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................

A. Daerah Penelitian..........................................................................................

B. Waktu Penelitian..........................................................................................

C. Metode Penelitian...................................................................................

D. Populasi dan Sampel....................................................................................

E. ........................................................................

1. Data Primer..................................................................................... ....

2. Data Sekunder.....................................................................................

F. Teknik Pengumpulan Data...........................................................................

1. Teknik Dokumentasi...........................................................................

2. Observasi Lapangan........................................................................ ....

3. Meode Dinding (Wall Method)...........................................................

a. Peta Spot (Spot Mapping)..............................................................

b. Peta Transek.................................................................................

c. Riwayat Transek............................................................................

d. Riwayat Kejadian Bencana...............................................................

e. Kalender Musim dan Kegiatan Masyarakat........................................

f. Kalender Sumber Penghasilan Masyarakat.........................................

g. Kalender Kejadian Penyakit dan Bencana.........................................

h. Jadwal Rutin Kegiatan..................................................................

i. Diagram Kelembagaan...................................................................

j. Ranking Kekayaan dan Kesejahteraan.............................................

k. Penanganan Masalah Lingkungan Sosial Berbasis Gender...............

20

21

26

28

34

38

42

44

44

44

44

46

47

47

48

48

48

49

49

49

50

50

51

51

52

52

53

53

53

54

Page 15: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

l. Kajian Penanganan Masalah Kesehatan dan Bencana Berbasis

Gender........................................................................................

m. Kajian Penanganan Masalah Ekonomi Berbasis Gender....................

n. Analisis Kecenderungan dan Perubahan............................................

o. Analisis Kerentanan Internal dan Eksternal.....................................

4. Angket/Kuesioner...............................................................................

5. Wawancara..........................................................................................

G. Teknis Analisis Data.............................................................................

1. Identifikasi Kerentanan Kawasan Rawan Bencana...............................

2. Identifikasi Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana..................

3. Identifikasi Kapasitas Kawasan Rawan Bencana....................................

4. Identifikasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana.....................

5. Identifikasi Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana........

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................

A. Deskripsi Wilayah........................................................................................

1. Letak dan Luas....................................................................................

2. Geologi.............................................................................................. ..

3. Iklim.................................................................................................. ..

4. Penduduk.......................................................................................... ..

B. Hasil Penelitian........................................................................................... ..

1. Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magelang.................

2. Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magelang..

3. Kapasitas Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magelang...................

4. Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten Mag

5. Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kabupaten

Magelang.............................................................................................

a. Prioritas Tindakan/Aksi Tanggap Darurat (ketika terjadi bencana)...

b. Prioritas Rekomendasi Tindakan/Aksi Pemulihan dan Peningkatan

Kapasitas dalam Pengurangan Risiko Bencana................................

C. Pembahasan..................................................................................................

54

55

55

56

57

57

62

63

66

67

71

72

113

113

113

114

116

121

125

128

130

140

142

175

175

175

200

Page 16: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................

A. Kesimpulan...................................................................................................

B. Implikasi.......................................................................................................

C. Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................

223

223

224

225

226

230

Page 17: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Tabel 10. Tabel 11. Tabel 12. Tabel 13. Tabel 14. Tabel 15. Tabel 16. Tabel 17. Tabel 18. Tabel 19. Tabel 20. Tabel 21.

Hasil Peta S

Kalender Kejadian Penyakit

Kajian Penanganan Masalah Lingkungan Dan Sosial

Kajian Penanganan Masalah Kesehatan Dan Bencana Berbasis Gender

Skoring Kerentanan Range Nilai dan Kelas Kerentanan

2

28 33

40 44 49 50 51 51 52 52 53 53 54 54 55 55 56 56

64 65

Page 18: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 22. Tabel 23. Tabel 24. Tabel 25. Tabel 26. Tabel 27. Tabel 28. Tabel 29. Tabel 30. Tabel 31. Tabel 32. Tabel 33. Tabel 34. Tabel 35. Tabel 36. Tabel 37. Tabel 38. Tabel 39.

Skoring Kapasitas

Prioritas Tindakan/Aksi Pe Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2003- Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson Kepadatan Penduduk Kabupaten Magelang, 2004- Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio

Komposisi Penduduk Kabupaten Magelang menurut

Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut tingkat pendidikan yang

Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan

Skoring Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011 Range Nilai dan Kelas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011 Prioritas Kerentanan Desa Kaliurang (KRB III) Tahun 2011.. Prioritas Kerentanan Desa Kamongan (KRB II) Tahun 2011.. Prioritas Kerentanan Desa Jumoyo (KRB I) Tahun 2011

66 66 67 68 71 73 80 82 83 85 86 86 87 90 91 92 94 95

Page 19: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 40. Tabel 41. Tabel 42. Tabel 43. Tabel 44. Tabel 45.

Skoring Kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011......................................... Range Nilai dan Kelas Kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011.................................................................................. Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kawasan Rawan Bencana III............................................... Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kawasan Rawan Bencana II................................................ Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kawasan Rawan Bencana I................................................. Sebaran wilayah Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011...........................................

103 104 159 137 138 202

Page 20: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11. Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21.

Model Tekanan

Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana (RA-

Tipe Iklim Lokasi Penelitian menu

Proses VCA PRA........................................................... Data hasil VCA PRA....................................................... Pertanian salak di Desa Kaliurang..................................... Jembatan Sungai Bebeng di Kawasan Rawan Bencana III..

Pertanian salak di Desa Kamongan.................................. Jalan sempit dan rusak di Desa Kamongan........................ Pemukiman sepanjang bantaran Kali Putih......................... Tanggul Kali Putih rusak melintasi Kawasan Rawan Bencana II......................................................................

11 14 15 21 24 25 26 37

43 74 80 83 88 89 96 97 97 98 98 99 99

Page 21: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 22. Gambar 23. Gambar 24. Gambar 25. Gambar 26. Gambar 27.

Pendangkalan Kali Putih................................................... Saluran irigasi rusak di Desa Jumoyo (Kawasan Rawan Bencana I)...................................................................... Skematika Arah Evakuasi Bencana Alam Gunung Merapi di Kecamatan Srumbung Kabupaten Mage Skematika Arah Evakuasi Bencana Alam Gunung Merapi

Skematika Arah Evakuasi Bencana Alam Gunung Merapi

Struktur Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan

100 100

113 114 115 144

Page 22: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR PETA

Peta 1. Peta 2. Peta 3. Peta 4. Peta 5.

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011................................................................ Peta Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011............................................. Peta Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011................................. Peta Kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011............................................. Peta Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten

.....

32 131 139 143 199

Page 23: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

Lampiran 4.

Analisis alat penilaian Kawasan Rawan Bencana III

Analisis alat penilaian Kawasan Rawan Bencana II

Analisis alat penilaian Kawasan Rawan Bencana I

Surat Perijinan

Page 24: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang terletak di pertemuan tiga lempeng

tektonik dunia, yang dipengaruhi oleh tiga gerakan, yakni Gerakan Sistem Sunda

(Sundas Movement System), Gerakan Sistem Pinggiran Asia Timur (Border East

Asian Movement System) dan Gerakan Sirkum Australia (Australian Sircum

Movement) (Sukatno, 2007 : 206). Akibat tumbukan antara lempeng itu maka

terbentuk daerah penunjaman memanjang di sebelah Barat Pulau Sumatera,

sebelah Selatan Pulau Jawa hingga ke Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara,

sebelah Utara Kepulauan Maluku, dan sebelah Utara Papua. Tumbukan itu juga

akan membentuk palung samudera, lipatan, punggungan dan patahan di busur

kepulauan, sebaran gunung, dan sebaran sumber gempa bumi. Lempeng Australia

lambat laun berubah dengan naik ke dalam jalan kecil lempeng Pasifik, yang

bergerak ke selatan, dan antara garis-garis ini terbentanglah pulau-pulau Indonesia

yang menyebabkan Indonesia menjadi negara yang paling banyak berubah

wilayah geologinya di dunia, oleh karena itu Indonesia dianggap sebagai

ring of fire melintas dari utara Pulau Sumatra-Jawa-Nusa Tenggara

hingga Sulawesi Utara dengan 129 gunungapi aktif dan 500 gunungapi yang

sudah tidak aktif lagi (Nugroho, 2008 : xii). Kondisi ini menjadikan 83% wilayah

Indonesia berada di daerah rawan bencana satu (Sukatno, 2007 : 206).

Gunung yang tergolong paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi.

Berdasarkan data Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi

Kegunungapian (BPPTK) Tahun 2010 dalam Peta Kawasan Rawan Bencana

Gunung Merapi 2010 BNPB Tercatat lebih dari 80 letusan dengan selang

waktu istirahat antara 1-18 tahun atau rata-rata4 tahun Sejarah kejadian erupsi

yang berdampak besar dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 25: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1. Kejadian erupsi Gunung Merapi No tahun Kejadian Korban 1. 1006 seluruh bagian

tengah Pulau Jawa diselubungi abu

Kerajaan Mataram Kuno pindah ke Jawa Timur

2. 1930 beberapa desa di lereng barat hingga barat daya Merapi di Magelang dan Boyolali hilang terkena awan panas

menewaskan sekitar 1.369 jiwa dan ribuan ternak tewas terpanggang

3. 1954, 1961 dan 1969

Arah luncuran awan panas juga ke barat sehingga beberapa dusun seperti Keningar dan Sisir lama hilang terkena awan panas dan hujan abu pekat. Sebagian penduduk di beberapa desa di Kecamatan Dukun dan Srumbung di transmigrasikan ke Sumatera

4. 1990-an ke arah selatan memakan korban sekitar 63 warga dan puluhan ternak di Dusun Turgo Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem Sleman yang berada di dekat aliran Kali Boyong

5. tahun 1998 dan bulan Februari 2001

arah luncuran awan panas menuju ke barat masuk ke hulu Sungai Senowo, Putih dan beberapa anak sungai lainnya. Debu awan panas yang meluncur ke arah barat pada pagi hari terbawa angin hingga sebagian wilayah Surakarta terkena hujan abu

6. 2006 mengarah ke selatan, Luncuran awan panas yang masuk

menimbulkan kerusakan sumber air dan jaringan irigasi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Sedikitnya kerugian yang

Page 26: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ke hulu Kali Gendol dan Woro telah menghancurkan Gegerboyo yang merupakan dinding Merapi bagian selatan. Pasca runtuhnya Gegerboyo, dikawasan puncak di hulu Kali Gendol tampak seperti garis sungai yang sangat lebar dan dala

diderita sekitar Rp 4 milyar. Kawasan wisata Kaliadem, bunker dan berbagai fasilitasnya mengalami kerugian mencapai Rp 2,5 miliar, beberapa area di lereng gunung merapi yakni 230 ha area perkebunan menimbulkan kerugian Rp 2,3 miliar dan 350 ha hutan lindung dengan kerugian Rp 2,2 miliar. Selain itu awan panas dan lava menerjang wilayah sekitar Kali Gendol sepanjang 7 kilometer, akibatnya hutan seluas 10 hektare di sekitar Kaliadem berubah menjadi hamparan debu putih dan hitam, semua pohon di sana telah hangus, bumi perkemahan di kawasan ini pun penuh pasir dan batu panas. Erupsi kali ini juga menewaskan dua orang yang terjebak dalam bunker

7. 26 Oktober 2010 pukul 17.02 WIB

Volume yang dikeluarkan selama proses erupsi mencapai 130 juta m3

Sebaran awan panas dan material telah melampaui batas yang merenggut 148 orang, bahkan juru kunci Merapi Mbah Maridjan juga turut menjadi korban keganasan erupsi Merapi kali ini. Tidak kurang 100.000 pengungsi di perbatasan Yogyakarta, Magelang, Klaten dan Boyolali mengungsi di radius 20 km dari puncak Merapi, 4 dusun di Cangkringan, Sleman musnah tanpa tersisa, Desa Balerante rusak parah dan ribuan hektar kebun salak di Srumbung juga rusak dan terancam gagal panen. Erupsi Merapi tidak hanya memusnahkan rumah dan harta benda warga lereng Merapi, tetapi juga melumpuhkan perekonomian warga sekitar lereng Merapi. Jalur penerbangan ke Kota Yogyakarta juga sempat dihentikan beberapa waktu karena abu vulkanik mengganggu pandangan dan juga dapat merusak mesin pesawat.

Sumber : Situs Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta dalam http://pfijogja.com/?p=6

Bahaya utama yang mengancam masyarakat di Kawasan Rawan Bencana

adalah aliran awan panas dan bahaya sekunder lahar dingin yang dapat terjadi

Page 27: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pada musim hujan. Jika dilihat dari tiap kejadian erupsi Gunung Merapi, selalu

ada risiko yang ditimbulkan yaitu berupa kerugian-kerugian baik korban jiwa,

harta, maupun penurunan mental. Hal ini merupakan suatu ancaman bagi

masyarakat sekitar Gunung Merapi. Kerugian yang ditimbulkan dari tahun ke

tahun kejadian erupsi Gunung Merapi memang sudah menunjukan peningkatan

pengurangan risiko bencana namun angka kerugian tersebut masih tergolong

tinggi sehingga menyebabkan semakin besarnya perhatian pada upaya

pengurangan risiko bencana. Menurut Bank Dunia, kerugian akibat bencana yang

diderita negara-negara berkembang, jika dihitung sebagai persentase dari produk

domestik bruto, dapat mencapai 20 kali lebih besar daripada kerugian yang

dialami oleh negara-negara industri, sementara lebih dari 95 persen kematian yang

diakibatkan oleh bencana terjadi di negara berkembang (World Bank, 2006 dalam

Benson dan Twigg, 2007 : 8). Masyarakat dunia pun telah banyak memberikan

perhatian dan dukungan terhadap bencana seperti adanya Konferensi Dunia

tentang Pengurangan Bencana Alam Yokohama 1994 yang memuat strategi dan

rencana untuk pengurangan risiko bencana, PBB membentuk Strategi

Internasional untuk Pengurangan Bencana (International Strategy for Disaster

Reduction/ISDR) (Bastian, 2007 : 17), The Hyogo Framework for Action yang

mengidentifikasi pengurangan substansial kerugian bencana dalam kehidupan dan

aset-aset sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat dan negara selain itu juga,

negara-negara ASEAN meratifikasi the ASEAN Agreement on Disaster

Management and Emergency Response (Somantrie, 2009) dan yang

mengagumkan adalah diprakarsainya Piagam Kemanusiaan dan Standar-standar

Minimum dalam Respons Bencana dari Proyek Sphere yang bertujuan untuk

memperbaiki efektivitas dan akuntabilitas bantuan kemanusiaan (Proyek Sphere,

2006 : 342). Pemerintah mengambil peran sebagai penggerak untuk

menumbuhkan partisipasi masyarakat di Indonesia dengan mengeluarkan

rekomendasi kebijakan tentang peran masyarakat dalam penanggulangan bencana

yaitu UU No. 24 Tahun 2007, khususnya Bab V Pasal 26 dan 27 terkait dengan

dan Kewajiban Masyara (UU No. 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana) dan PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Page 28: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penaggulangan Bencana khususnya pada Paragraf 5 Pasal 87 point (1)

dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan

masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (1) bertujuan untuk

meningkatkan partisipasi dalam rangka membantu penataan daerah rawan

bencana kearah lebih baik dan rasa kepedulian daerah rawan bencana . Secara

khusus, partisipasi yang dimaksud tidak menjelaskan hal-hal yang menjadi

kewajiban masyarakat seperti kegiatan kampanye, meningkatkan rasa kepedulian

dan kesetiakawanan serta penggalangan dana (PP RI Nomor 21 Tahun 2008

Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Hal ini menumbuhkan

perubahan pada masyarakat Indonesia dengan dibentuknya forum-forum dan

lembaga-lembaga sosial masyarakat seperti Lembaga Masyarakat

Penanggulangan Bencana Indonesia/MPBI dan adanya forum kerjasama yang

diberi nama Forum Merapi.

Masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten

Magelang sangat sulit untuk menghindari bahaya dan risiko dari ancaman erupsi

yang dapat terjadi sewaktu-waktu tersebut karena proses relokasi untuk semua

Kawasan Rawan Bencana sulit direalisasikan. Manusia tidak bisa menghindari

bencana dan secara otomatis juga tidak bisa menghindari risiko yang akan

ditimbulkan oleh bencana namun manusia memiliki kemampuan untuk

mengamati, mengenal dan mengantisipasi fenomena yang memungkinkan

terjadinya risiko bencana dari erupsi Gunung Merapi tersebut. Yang bisa

dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah adalah upaya untuk meminimalkan

risiko terhadap ancaman yang akan terjadi dengan melaksanakan program

pengurangan risiko bencana. Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Dampak Sosial

Departemen Sosial (2008), adanya anggapan bahwa penanggulangan bencana

adalah wujud fungsi pemerintah dalam perlindungan masyarakat menyebabkan

masyarakat mengharapkan dan menggantungkan tindakan penanggulangan

bencana sepenuhnya dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini akan menyebabkan

masyarakat tidak mempunyai kesiapan dan pengetahuan memadai akan

kebencanaan sehingga menjadi sangat rentan ketika menghadapi bencana dan

tidak mempunyai kemampuan adaptasi untuk pulih kembali pada saat

Page 29: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pascabencana. Kesiapan masyarakat merupakan cerminan dukungan masyarakat

terhadap tindakan pengurangan risiko bencana. Masyarakat di Kawasan Rawan

Bencana perlu mulai dan meningkatkan pengenalan serta pemahaman terhadap

potensi bencana di wilayahnya untuk dapat membedakan perlakuan dan

penyikapan masyarakat terhadap bencana. Dalam situasi bencana, perbedaan ini

akan tampak pada banyak atau sedikitnya korban jiwa dan harta.

Berdasarkan pengamatan Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta 2010 (Sayudi, Nurnaning, Juliani,

Muzani, 2011). KRB Merapi tahun 2010 dominan mengarah ke daerah selatan

sampai barat Gunung Merapi (Kabupaten Klaten, Sleman dan Magelang) dan

Kabupaten Magelang merupakan daerah yang mempunyai tingkat ancaman

bencana pascaerupsi yang tinggi dengan ancaman berupa lahar dingin yang paling

parah yang menyebabkan ditutupnya akses utama Yogyakarta-Semarang.

Ancaman lahar dingin di sekitar aliran sungai ini pada peta dikelompokkan dalam

KRB I yang berarti Kabupaten Magelang adalah daerah yang mempunyai

heterogenitas Kawasan Rawan Bencana yang juga berarti mempunyai

heterogenitas karakteristik masyarakat dan kerentanan terhadap bencana sehingga

membutuhkan penyikapan yang heterogen pula dalam menghadapi bencana.

Kerugian besar yang dialami oleh Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten

Magelang ini mengundang perhatian dan partisipasi dari pihk luar baik dalam

bentuk bantuan untuk pemulihan keadaan dan peningkatan kemampuan

masyarakat jika terjadi bencana kembali namun tindakan yang diterapkan kepada

masyarakat tersebut tidak selalu tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh

masyarakat sehingga manfaat yang akan didapat oleh masyarakat tidak maksimal.

Oleh karena itu diperlukan partisipasi masyarakat dalam pemetaan mengenai

kondisi masyarakat di wilayah bencana, sebelum dan pascabencana. Pemetaan

tersebut meliputi kondisi fisik, sosial, praktik ekonomi, dan karakter budaya

masyarakat setempat serta institusi yang menjadi lembaga sosial di dalam

kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Dengan kemampuan mengenali

kondisi mereka sendiri maka masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat

sesuai yang dibutuhkan untuk daerah mereka sendiri. Semakin mengenali dan

Page 30: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka semakin dapat menyikapinya

dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan

pemahaman yang baik akan dapat memperkecil risiko bencana.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :

KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT

DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI KAWASAN RAWAN

BENCANA GUNUNG MERAPI KABUPATEN MAGELANG TAHUN

2011

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan pembatasan masalah maka dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang?

2. Bagaimana prioritas kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang?

3. Bagaimana kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten

Magelang?

4. Bagaimana tindakan/aksi pengurangan risiko bencana yang akan dilakukan

masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten

Magelang?

5. Bagaimana prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana Kawasan

Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang?

C. Tujuan Penelitian dan Sasaran Penelitian

Dari permasalahan yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui

tujuan dari penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang tahun 2011.

Page 31: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Mengidentifikasi prioritas kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung

Merapi di Kabupaten Magelang tahun 2011.

3. Mengetahui kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang tahun 2011.

4. Mengidentifikasi tindakan/aksi pengurangan risiko bencana yang akan

dilakukan masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang tahun 2011.

5. Mengetahui prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana yang akan

dilakukan masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang tahun 2011

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teorietis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

tentang kajian ilmu geografi khususnya geografi sosial

b. Penelitian ini merupakan penerapan ilmu pengetahuan dan teori-teori yang

telah diperoleh di bangku kuliah dalam penerapannya di lapangan.

c. Bagi referensi peneliti yang lain di masa yang akan datang.

d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media pembelajaraan

dalam pendidikan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai salah satu informasi kerentanan dan kapasitas Kawasan Rawan

Bencana Gunung Merapi di Kabupaten Magelang.

b. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas

masyarakat terhadap bencana.

c. Sebagai masukan bagi pemerintah untuk perencanaan Program Kesiapsiagaan

Berbasis Masyarakat dan Program Pengurangan Risiko Terpadu Berbasis

Masyarakat.

Page 32: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Asesmen

Menurut Robert M Smith (2002), asesmen adalah suatu penilaian yang

komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan

kekuatan yan hasil keputusannya dapat digunakan untuk layanan pendidikan yang

dibutuhkan anak sebagai dasar untuk menyusun suatu rancangan pembelajaran.

Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis, asesmen adalah proses

sistematika dalam mengumpulkan data yang berfungsi untuk melihat kemampuan

dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan

apa yang sesungguhnya dibutuhkan (http://asesmenpmi.net63.net/. Diakses pada

tanggal 20 Desember 2011. Kata Asesmen diambil dari kata bahasa Inggris

assessment yang dapat diartikan sebagai penaksiran atau penilaian. Asesmen

sendiri diartikan sebagai identifikasi dan analisa suatu kondisi/masalah yang akan

dijadikan sebagai landasan untuk perencanaan program/intervensi kedepan (Asis

dalam http://asesmenpmi.net63.net/)

Dalam penelitian ini asesmen diartikan sebagai proses mengidentifikasi,

mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk mendapatkan

gambaran yang tepat tentang permasalahan dan situasi yang terjadi. Asesmen ini

dilakukan sebelum memulai program baru. Asesmen merupakan dasar untuk

perencanaan yang memberikan arah yang jelas dalam merencanakan program

sehingga program yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan atau memenuhi

kebutuhan yang diharapkan.

Tujuan asesmen adalah :

a. Mengidentifikasi dampak suatu bencana/konflik

b. Mengumpulkan informasi dasar

c. Mengidentifikasi kelompok yang paling rentan diantara para korban

d. Usaha untuk mengobservasi situasi sekarang

Page 33: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e. Mengidentifikasi kemampuan respon pemerintah/LSM/organisasi

keagamaan/PMI.

Manfaat asesmen adalah sebagai dasar pembahasan rencana program.

Asesmen dapat dilakukan pada kondisi pra, saat, ataupun pasca bencana/konflik.

Asesmen yang dilakukan pada kondisi pra bencana antara lain berupa

pengumpulan data awal, VCA (Vulnerability and Capacity Assessment), serta

Baseline survey. Asesmen yang dilakukan pada saat terjadi bencana/konflik antara

lain Rapid Assessment, Detail Assessment, serta Continual Assessment.

Sedangkan asesmen yang dilakukan pada kondisi pasca bencana berupa Asesmen

Sektoral. Dalam melakukan tahapan asesmen tersebut, dapat mempergunakan 3

tools (peralatan) antara lain Pengamatan (Observasi), Wawancara, serta PRA

(Participatory Rural Apraisal).

2. Kerentanan Bencana

Menurut Djaelani (2008 : 19), kerentanan adalah tingkat situasi dalam

suatu masyarakat, struktur, layanan atau letak geografis yang berpotensi, mungkin

rusak atau terganggu oleh dampak bahaya tertentu karena sifat-sifatnya,

konstruksinya dan letaknya dengan daerah berbahaya atau daerah yang rawan.

Menurut Benson dan Twigg (2007 : 80), kerentanan adalah potensi untuk tertimpa

kerusakan atau kerugian yang berkaitan dengan kapasitas untuk mengantisipasi

suatu bahaya, mengatasi bahaya, mencegah bahaya dan memulihkan diri dari

dampak bahaya. Sehingga dapat disimpulkan kerentanan bencana adalah kondisi

yang ditentukan oleh faktor-faktor fisik lingkungan kesehatan, sosial budaya,

ekonomi, motivasi, kelembagaan yang berpotensi untuk tertimpa kerusakan atau

kerugian dan meningkatkan kecenderungan meningkatnya dampak bahaya.

Kondisi masyarakat merupakan kekuatan yang dapat menyebabkan

tekanan pemicu terjadinya dan besarnya kejadian bencana yang akan terjadi,

namun tidak semua potensi bahaya alam akan menimbulkan risiko bencana.

Apabila suatu peristiwa yang memiliki potensi bahaya terjadi di suatu daerah

dengan kondisi yang rentan, maka daerah tersebut berisiko terjadi bencana.

Sehingga risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor bahaya (hazard) dan kerentanan

Page 34: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(vulnerability) tekanan pada masyarakat yang pemicu terjadinya bencana seperti

disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Model Tekanan dan Pemicu Kerentanan (Sumber : UNDP, 1992 dalam Sadisun, 2007)

Jenis-jenis Kerentanan

1. Kerentanan fisik dan kesehatan

Berhubungan erat dengan infrastruktur bantuan manusia serta alam

(lingkungan), seperti : pertanian, kehutanan. Kerentanan jenis ini dipengaruhi

letak geografis sutu daerah (tempat tinggal), bangunan dan hasil pertanian.

Selain itu kerentanan ini berkaitan pula dengan kapasitas fisik bangunan saat

ditimpa atau dilanda bencana.

Berikut ini faktor-faktor yang menentukan intensitas atau tingkat kerentanan

fisik :

a) Pola atau tingkat bahaya secara geografis

b) Jumlah, kepadatan, distribusi dan sifat khusus dari kelompok mayarakat

terhadap dampak berbagai macam bahaya

c) Dampak kondisi setempat, seperti fisiografis dan topografi

Peningkatan kerentanan BENCANA Gejala fisik Ancaman

Politik dan Ekonomi tingkat Nasional dan Internasional Hubungan kekuasaan

Demografis Perang dan konflik

Kecenderungan/Perubahan Lingkungan

Krisis keuangan

dll

Struktur Sosial dan Sistem Kekuasaan Sistem kelas Gender Etnik Budaya Agama Sistem kekuasaan lainnya

Komponen Kerentanan Rumah tangga dan liverhood

Status baseline dan kesejahteraan

Perlindungan diri (self protection)

Perlindunga sosial (Sosial protection)

Tata kelola (governance)

dll

BENCANA

Gempa Banjir Kekeringan Gunung meletus Perang saudara Pencemaran Wabah Tanah longsor

=

Ancaman

+

Kerentanan

Page 35: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d) Bahan (material) yang digunakan untuk membangun tempat perlindungan

(shelter)

e) Sistem drainase dan pembuangan

f) Kepadatan pemukimam

2. Kerentanan Sosial Budaya

Yakni unsur atau faktor kerentanan secara demografis seperti kepadatan

penduduk dan tingkat kewaspadaan. Beberapa hal berikut penting dalam

melakukan penilaian kerentanan sosial :

a) Kategori kelompok rentan khusus yaitu orang lanjut usia, sebatang kara,

orang sakit, ibu hamil, cacat mental atau fisik, anak-anak dan bayi

b) Kepadatan penduduk berkaitan erat dengan jumlah korban, maka penting

untuk melakukan penilaian dimana daerah yang padat, dimana dan kapan

anggota masyarakat tinggal di rumah dan bekerja

c) Anggapan dan kepercayaan umum dalam mayarakat tentang ancaman,

dampak serta langkah-langkah mitigasinya

3. Kerentanan Kelembagaan

Yakni berbagai faktor keorganisasian atau kelembagaan seperti :

a) Lembaga setempat (pemerintah atau swasta) yang melayani berbagai

kebutuhan saat prabencana dan pascabencana dalam masyarakat

b) Peraturan serta kebijakan organisasi yang berhubungan dengan tanggap

darurat bencana

c) Kerja sama dan koordinasi antar berbagai lembaga saat sebelum, terjadi

dan setelah bencana

d) Konsistensi dinamika organisasi memperlihatkan cara tanggap bencana

4. Kerentanan Ekonomi

Yakni berkaitan erat dengan cara orang mencari nafkah dan mata pencaharian

mereka. Pilihan jenis pekerjaan atau mata pencaharian sangat dipengaruhi

oleh adanya bencana.

5. Kerentanan Sikap atau Motivasi

Yakni anggapan atau pendapat seseorang atas kemampuan yang dimilikinya

untuk mengurangi risiko bencana dan mengatasinya. Kerentanan jenis ini

Page 36: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

juga berkaitan dengan prioritas yang yang mereka tetapkan. Anggapan

bencana sebagai kejadian yang tidak dapat dikontrol akan lebih merasa

menderita dibanding anggapan bencana adalah sesuatu hal yan bisa dihindari

atau dikurangi dampaknya.

3. Kapasitas Bencana

Menururt Djaelani (2008 : 20), kapasitas adalah kemampuan potensial

sesungguhnya yang ada dalam masyarakat untuk menghadapi bencana

menggunakan berbagai sumber daya, baik manusia atau materi untuk melakukan

pencegahan dan tanggap darurat bencana yang efektif. Menurut Bastian (2007 :

28), kapasitas adalah suatu kombinasi semua kekuatan dan sumber daya yang

tersedia dalam sebuah komunitas, masyarakat atau lembaga yang dapat

mengurangi tingkat risiko atau dampak suatu kebencanaan. Dalam penelitian

dapat disimpulkan bahwa kapasitas bencana merupakan kemampuan masyarakat

dalam menghadapi ancaman beserta dampaknya sehingga dapat mengurangi

risiko bencana.

Dalam Hadi (2008 : 5), kapasitas dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Kapasitas fisik, lingkungan dan kesehatan

Korban dapat memperoleh barang-barang yang dibutuhkan untuk membangun

kembali struktur dalam masyarakat. Terdapatnya persediaan barang-barang

yang cukup pascabencana, termasuk untuk keperluan para korban

2. Kapasitas Sosial Budaya

Selain pemenuhan kebutuhan barang-barang, terdapat juga kebutuhan tenaga

untuk membangun kembali daerah yang tertimpa bencana. Para tenaga harus

memiliki berbagai ketrampilan khusus dan terorganisasi

3. Kapasitas Kelembagaan

Pada kejadian bencana, kebanyakan orang mengalami kerugian baik secara

fisik atau materi maupun moril. Meskipun banyak orang kehilangan banyak

hal yang bersifat fisik namun masih memiliki lembaga berbentuk keluarga dan

masyarakat. Pemimpin dalam masyarakat dan sistem pengambilan

keputusnnya diharapkan dapat mempercepat proses pemulihan pascabencana

Page 37: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Kapasitas ekonomi

Kemampuan sektor bisnis untuk kembali memperbaiki dan memulihkan

perekonomian masyarakat

5. Kapasitas sikap dan motivasi

Orang yang memiliki sikap positif dan motivasi kuat, misalnya bertekad untuk

bertahan, mencintai atau peduli pada orang lain, serta adanya keberanian dan

keinginan untuk saling membantu. Kapasitas ini dapat mengacu pada

partisipasi masyarakat. Dalam program pengembangan masyarakat banyak

ditemui bentuk partisipasi masyarakat.

Tindakan peningkatan kapasitas dan pengurangan kerentanan pada

masyarakat akan semakin memperbesar pengurangan risiko. Bermacam-

macamnya aspek masyarakat yang dapat dikendalikan untuk mengurangi risiko

bencana seperti dijelaskan pada Gambar 2.

Gambar 2. Kesiapsiagaan dan Kerentanan (Sumber : What is VCA?, IFRC 2006 dalam Hadi, 2008 : 44).

Peningkatan Kapasitas dan Menurunnya Kerentanan Pengurangan Risiko

Politik dan Ekonomi tingkat Nasional dan Internasional Mereduksi perang dan konflik Terekndalinya jumlah penuduk Memperbaiki struktur hubungan kekuasaan Meningkatkan lkualitas lingkungan Berkurangnya hubungan luar negeri dll

Perbaikan distribusi pendapatan dan akses terhadap asset dan sumber daya Mengurangi tindakan diskriminasi Mengurangi ketidaksetaraan gender Memastikan bahwa sistem kekuasaan tidak menimbulkan kerentanan dll

Komponen Kerentanan Memperkuat sumber mata pencaharian

Memperbaiki gizi dan kesehatan

Konstruksi rumah yang aman

Tindak perlindungan yang tepat

Tata kelola yang baik

dll

Sistem peringatan dini Irigasi pertanian Kontrol banjir Penyadaran Reboisasi Larvasiding Livelihood dll

KESIAP-SIAGAAN

Pengurang-an Risiko

Page 38: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Manajemen Pengurangan Risiko Bencana

Menurut Djaelani, 2008 : 42, risiko adalah suatu peluang timbulnya akibat

buruk atau kemungkinan kerugian, yang bisa berbentuk kerusakan harta benda,

gangguan kegiatan mata pencaharian dan ekonomi atau kerusakan lingkungan,

korban luka-luka atau wabah penyakit, bahkan kematian. Menurut UU No 24

Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, risiko adalah potensi kerugian

yang ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu

yang dapat berupa kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman,

mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa risiko adalah dampak buruk yang

menimpa masyarakat rentan dengan kapasitas rendah dalam menghadapi bencana

tersebut. Hal ini ditimbulkan oleh interaksi antara bahaya (ancaman) dan

kerentanan. Secara sistematis dirumuskan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rumus Risiko Bencana ( Sumber : Hadi, 2008 : 44).

a. Pencegahan/Mitigasi

Pencegahan merupakan upaya untuk menghilangkan dan/atau

mengurangi ancaman dari suatu bencana, sedangkan mitigasi merupakan

upaya untuk mengurangi atau meminimalkan risiko bencana. Mitigasi pada

umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan

terjadinya bencana, baik yang berupa korban jiwa maupun kerugian harta

benda yang akan berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia.

Tindakan mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2

(dua) bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif. Tindakan pencegahan

yang tergolong dalam mitigasi pasif antara lain adalah:

1) Penyusunan peraturan perundang-undangan

2) Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.

RISIKO BENCANA

KAPASITAS

KERENTANAN ANCAMAN

=

X

Page 39: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Pembuatan pedoman/standar/prosedur

4) Pembuatan brosur/leaflet/poster

5) Penelitian / pengkajian karakteristik bencana

6) Pengkajian / analisis risiko bencana

7) Internalisasi PB dalam muatan lokal pendidikan

8) Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas bencana

9) Perkuatan unit-unit sosial dalam masyarakat, seperti forum

10) Pengarus-utamaan PB dalam perencanaan pembangunan

Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi aktif

antara lain:

1) Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya, larangan

memasuki daerah rawan bencana dsb.

2) Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai peraturan tentang penataan

ruang, ijin mendirikan bangunan (IMB), dan peraturan lain yang

berkaitan dengan pencegahan bencana.

3) Pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat dan masyarakat.

4) Pemindahan penduduk dari daerah yang rawan bencana ke daerah yang

lebih aman.

5) Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat.

6) Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur evakuasi

jika terjadi bencana.

7) Pembuatan bangunan struktur yang berfungsi untuk mencegah,

mengamankan dan mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana,

seperti: tanggul, dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan gempa dan

sejenisnya.

Adakalanya kegiatan mitigasi ini digolongkan menjadi mitigasi yang

bersifat nonstruktural (berupa peraturan, penyuluhan, pendidikan) dan yang

bersifat struktural (berupa bangunan dan prasarana).

b. Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana. Kesiapsiagaan dilaksanakan sebelum kejadian

Page 40: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bencana yang diarahkan pada antisipasi kemungkinan terjadinya bencana

guna menghindari jatuhnya korban jiwa, kerugian harta benda dan

berubahnya tata kehidupan masyarakat. Kesiapsiagaan mencakup upaya yang

memungkinkan pemerintah, masyarakat dan individu merespon situasi

bencana secara cepat dan efektif dengan menggunakan kapasitas sendiri.

Kesiapsiagaan mencakup penyusunan rencana tanggap darurat bencana,

pertolongan pertama dan penyelamatan, serta pembentukan mekanisme

tanggap darurat yang sistematis. Upaya kesiapsiagaan dilakukan pada saat

bencana mulai teridentifikasi, kegiatan yang dilakukan antara lain :

1) Pengaktifan pos-pos siaga bencana dengan segenap unsur pendukungnya.

2) Pelatihan siaga/simulasi/gladi/teknis bagi setiap sektor Penanggulangan

bencana (SAR, sosial, kesehatan, prasarana dan pekerjaan umum).

3) Inventarisasi sumber daya pendukung kedaruratan

4) Penyiapan dukungan dan mobilisasi sumberdaya/logistik.

5) Penyiapan sistem informasi dan komunikasi yang cepat dan terpadu guna

mendukung tugas kebencanaan.

6) Penyiapan dan pemasangan instrumen sistem peringatan dini (early

warning)

7) Penyusunan rencana kontinjensi (contingency plan)

8) Mobilisasi sumber daya (personil dan prasarana/sarana peralatan)

Kesiapsiagaan terhadap bencana erupsi Gunung berapi sangat penting,

salah satu langkah yang dilakukan adalah pendugaan atau peramalan suatu

kejadian erupsi gunung karena dengan ramalan itu dapat dilakukan

penanggulangan dini terhadap kerusakan serta korban jiwa. Pada dasarnya

aktivitas vulkanisme di dalam perut bumi sangat sulit diketahui, orang hanya

dapat mengamati dan mengukur beberapa gejalanya di permukaan bumi.

Meskipun demikian, orang berusaha mengetahui kapan dan berapa besarnya

erupsi yang akan terjadi agar dapat memperkecil bahaya yang

ditimbulkannya. Hal itu dimungkinkan karena adanya gejala-gejala yang

mendahului suatu erupsi, misalnya gempa bumi, suhu tanah di sekitar vulkan

Page 41: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

naik, kadang-kadang mengalami pembumbungan, perubahan-perubahan

kondisi kimia gas, lava abu vulkanis, dan sebagainya.

Ada 4 tingkat peringatan dini untuk mitigasi bencana letusan Merapi

yaitu Aktif Normal, Waspada, Siaga dan Awas.

1) Aktif Normal : Pemantauan dan pengamatan dilakukan namun

dengan frekuensi yang tidak terlalu intensif (Paripurno PSMB UPN

Veteran Yogyakarta, 2009 : 63). Masyarakat dalam Kawasan Rawan

Bencana III, II dan I dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Khusus untuk

kegiatan di daerah puncak, masyarakat harus tetap waspada dan

mematuhi peraturan Pemerintah Daerah (Pemda) sesuai dengan saran

teknis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBGP)

(Sayudi, Nurnaning, Juliani, Muzani, 2011)

2) Waspada : Mulai diberlakukan piket harian di luar jam kerja untuk

memantau perkembangan aktivitas Gunung yang bersangkutan.

Pemantauan aktivitas Gunung tersebut baik dari aspek geologi, fisika dan

kimia serta pemantauan visual (tinggi asap, suhu solfatar, suhu air kawah

dan suhu air panas) dari pos lebih ditingkatkan lagi frekuensinya. Semua

informasi tersebut akan disampaikan kepada pemerintah daerah

seminggu sekali (Paripurno PSMB UPN Veteran Yogyakarta, 2009 : 63).

Masyarakat dalam Kawasan Rawan Bencana III, II dan I dapat

melakukan kegiatan sehari-hari. Khusus untuk kegiatan di Kawasan

Rawan Bencana III, masyarakat harus tetap waspada dan mematuhi

peraturan Pemerintah Daerah (Pemda) sesuai dengan saran teknis dari

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBGP) (Sayudi,

Nurnaning, Juliani, Muzani, 2011)

3) Siaga : Pada status ini laporan harian terhadap perkembangan

aktivitas Gunung mulai diberlakukan. Informasi ini juga disampaikan

melalui radio komunikasi. Beberapa ahli akan ditempatkan di pos

pemantauan yang terdekat dengan pusat aktivitas Gunung tersebut

(Paripurno PSMB UPN Veteran Yogyakarta, 2009 : 63). Masyarakat

dalam Kawasan Rawan Bencana III harus mempersiapkan diri untuk

Page 42: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mengungsi, dalam koordinasi Pemerintah Daerah (Pemda) sesuai dengan

saran teknis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

(PVMBGP) (Sayudi, Nurnaning, Juliani, Muzani, 2011)

4) Awas :

maka daerah-daerah yang berkemungkinan terkena ancaman letusan

dianjurkan untuk dihindari, dengan mengosongkan daerah tersebut dan

mengevakuasi penduduk ke tempat yang aman. Penyebarab informasi

kepada masyarakat terus menerus dilakukan dengan memanfaatkan

semua media yang ada : media cetak, media elektronik, internet dan

sebagainya (Paripurno PSMB UPN Veteran Yogyakarta, 2009 : 63).

Masyarakat dalam Kawasa Rawan Bencana III harus sudah mengungsi

dan masarakat dalam Kawasan Rawan Bencana II dan I harus

meningkatkan kewaspadaannya dan mematuhi Pemerintah Daerah

(Pemda) sesuai dengan saran teknis dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi

Bencana Geologi (PVMBGP). Apabila ancaman letusan cenderung

membesar maka masyarkat di Kawasan Rawan Bencana II harus

mengungsi. Khusus masyarakat dalam Kawasan Rawan Bencana I yang

bermukim dekat dengan sungai yang berhulu di daerah puncak agar lebih

meningkatkan kewaspadaannya terhadap ancaman lahar bila terjadi hujan

(Sayudi, Nurnaning, Juliani, Muzani, 2011).

c. Tanggap Darurat

Tanggap darurat, serangkaian kegiatan untuk memberikan bantuan

kepada korban bencana yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian

bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Tahap Tanggap

Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan untuk

membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari

bertambahnya korban jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada

saat tanggap darurat meliputi:

1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian,

dan sumber daya;

2) Penentuan status keadaan darurat bencana;

Page 43: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;

4) Pemenuhan kebutuhan dasar;

5) Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan

6) Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

d. Pemulihan

Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upaya

yang dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi

daerah yang terkena bencana yang serba tidak menentu ke kondisi normal

yang lebih baik, agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan

kembali. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi:

1) Perbaikan lingkungan daerah bencana;

2) Perbaikan prasarana dan sarana umum;

3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

4) Pemulihan sosial psikologis;

5) Pelayanan kesehatan;

6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik;

7) Pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;

8) Pemulihan keamanan dan ketertiban;

9) pemulihan fungsi pemerintahan; dan

10) pemulihan fungsi pelayanan publik

Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun

kembali sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebih baik dan

sempurna yang dilakukan untuk meningkatkan kehidupan dan penghidupan

masyarakat yang rusak akibat bencana sehingga menjadi lebih baik. Oleh

sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang

didahului oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.

1) Pembangunan kembali prasarana dan sarana;

2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

3) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat

Page 44: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang

lebih baik dan tahan bencana;

5) Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia

usaha dan masyarakat;

6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;

7) Peningkatan fungsi pelayanan publik; atau

8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

Perencanaan pengurangan risiko bencana disajikan dalam Gambar 4.

Gambar 4. Tahapan Perencanaan Pengurangan Risiko Bencana (Sumber : Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana)

e. Mekanisme Pengurangan Risiko Bencana

UU RI No 24 Tahun 2007 adalah landasan bagi pembentukan sistem

(system building) penanggulangan bencana di Indonesia. Menurut Sarwidi

(2011), setiap penanggulangan bencana di Indonesia harus berpedoman pada

Sistem Nasional Penanggulangan Bencana, agar hasil dan upaya tersebut

maksimum. Setiap penanggulangan bencana terdiri atas beberapa subsistem,

yaitu legislasi, kelembagaan, pendanaan, perencanaan, ilmu pengetahuan dan

teknologi, dan penyelenggaraan. Pengurangan risiko bencana merupakan

sebuah proses pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan

menghadapi bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk

melakukan kajian, perencanaan, pengorganisasian kelompok swadaya

Page 45: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

masyarakat, serta pelibatan dan aksi dari berbagai pemangku kepentingan,

dalam menanggulangi bencana sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana.

Tujuannya agar komunitas mampu mengelola risiko, mengurangi, maupun

memulihkan diri dari dampak bencana tanpa ketergantungan dari pihak luar

(Swadharma, 2010).

Konsep penanggulangan bencana mengalami perkembangan

paradigma. Semula penanggulangan bencana diartikan sebagai suatu bencana

yang membutuhkan bantuan yang darurat yang berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan darurat. Paradigma yang berkembang adalah paradigma mitigasi

yang tujuannya lebih diarahkan pada identifikasi daerah-daerah rawan

bencana, mengenali pola-pola yang dapat menimbulkan kerawanan dan

melakukan kegiatan-kegiatan mitigasi yang bersifat struktural maupun

nonstruktural. Kemudian berkembang menjadi paradigma kerentanan yang

mengintegrasikan upaya penanggulangan bencana dengan program

pembangunan. Paradigma terakhir adalah paradigma pengurangan risiko yang

memandang terhadap semua aspek yang ada dalam masyarakat (Lakhar

Bakornas PB, 2007).

Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka

penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi : tahap prabencana, saat

tanggap darurat, dan pascabencana.

1) Pada Pra Bencana

Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu dalam situasi tidak

terjadi bencana dan dalam situasi terdapat potensi bencana

a) Situasi Tidak Terjadi Bencana

Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi suatu wilayah yang

berdasarkan analisis kerawanan bencana pada periode waktu tertentu

tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan

penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :

perencanaan penanggulangan bencana

pengurangan risiko bencana

pencegahan

Page 46: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemaduan dalam perencanaan pembangunan

persyaratan analisis risiko bencana

pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang

pendidikan dan pelatihan

persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

b) Situasi Terdapat Potensi Bencana

Pada situasi ini perlu adanya kegiatan-kegiatan kesiapsiagaan,

peringatan dini dan mitigasi bencana dalam penanggulangan bencana.

Kesiapsiagaan

Peringatan Dini

Mitigasi Bencana

Kegiatan-kegiatan prabencana ini dilakukan secara lintas sektor dan

multi stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi

koordinasi.

2) Saat Tanggap Darurat

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat

meliputi:

a) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan

sumber daya

b) penentuan status keadaan darurat bencana

c) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana

d) pemenuhan kebutuhan dasar

e) perlindungan terhadap kelompok rentan

f) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.

3) Pasca Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana

meliputi rehabilitasi dan rekonstruksi.

Page 47: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Mekanisme pengurangan risiko bencana disajikan dalam Gambar 5

Gambar 5. Mekanisme pengurangan risiko bencana (Sumber: Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana No 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana)

Pengurangan risiko bencana merupakan salah satu fungsi pemerintah

bekerja sama dengan segenap unsur masyarakat dan swasta dengan

mengoptimalkan sarana dan prasarana yang telah tersedia dengan

menempatkan pemerintah sebagai penaggung jawab utama. Pengurangan

bencana dilakukan sebagai suatu proses yang dinamis, terpadu dan

berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang

berhubungan dengan penanganan bencana. Penyusunan langkah kerja

pengurangan risiko bencana dijelaskan dalam Gambar 6 dan 7.

Dalam merencanakan program kegiatan perlu dipahami bahwa

bencana, sealamiah apapun sebuah ancaman (hazard), risiko yang

ditimbulkan san gat berkaitan erat dengan kostruksi sosial yang ada.

Perbedaan kelas sosial-ekonomi dan gender akan terlihat semakin mencolok

pascabencana. Struktur dan kondisi sosial prabencana akan sangat

menentukan dampak bencana. Pendekatan komprehensif, multihazard

diperlukan dalam upaya membangun kerangka infrastrktur sosial (manusia,

kelembagaan dan politik) dan juga infrastruktur teknis dan keilmiahan guna

mengolah risiko.

Page 48: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 6. Penyusunan Rencana Pengurangan Risiko Bencana (RPB) dan Rencana Aksi Pengurangan Risiko Bencana (RA-PRB) (Sumber : RAN PRB 2010-2012).

1

2

3

4

5

6

PRB

Identifikasi Bahaya/Ancaman

Identifikasi Kerentanan

Prioritas Mekanisme / Kebijakan

Analisis Kemungkinan

Pilihan Tindakan Pengurangan Risiko

(risk response)

Pra Saat Pasca

Alokasi Tugas Instansi/Kewenangan &

Sumberdaya

RENCANA AKSI

Inventarisasi/identifikasi semua kegiatan PRB yag dilakukan oleh

berbagai Instansi/ Organisasi/ Swasta/ Masyarakat/media/PMI

Dikelompokkan, Dikoordinasikan, Dipadukan

Kebijakan / Landasan PRB

Penyusunan rinci rencana aksi

1. Apakah Kegiatan yang akan Dilakukan?

2. Apa tujuan dan outputnya ? 3. Dimana Lokasinya? 4. Siapa yang Melakukan? 5. Jangka Waktu Pelaksanaan? 6. Sumber Dana?

1

2

3

4

5

Page 49: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 7. Kerangka Kerja Untuk Pengurangan Risiko Bencana (Bastian, 2007: 26)

5. Gunung Merapi

Gunung Merapi diperkirakan berdiri kokoh sejak 400.000 tahun yang lalu

di sisi utara Provinsi DIY dan berjarak sekitar 30 km dari kota Yogyakarta. Secara

administratif termasuk dalam beberapa wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten

Sleman di Provinsi DIY, dan Kabupaten Magelang, Klaten dan Boyolali di

Sosial Budaya

Politik

Ekonomi

Ekossistem

KESADARAN Untuk perubahan perilaku

PENGEMBANGAN PENGETAHUAN Informasi Pendidikan&pelatihan

Penelitian

IDENTIFIKASI RISIKO&PENGKAJIA

N DAMPAK

KOMITMEN POLITIK Tataran Internasional, regional, nasional dan local

Kerangka kerja institusional (tata kelola) o Penyusunan

kebijakan o Perundangan dank

ode-kode o Pengembangan

kelembagaan o Aksi-aksi

komunitas

Analisis dan pemantauan bahaya

PERINGATAN DINI

Analisis kerentanan/ kapasitas

FAKTOR-FAKTOR RISIKO Kerentanan Sosial Ekonomi Fisik Lingkungan Bahaya Geologi Hidrometeorologi Biologi Teknologi Lingkungan

KESIAPSIAGAAN

PEMULIHAN

PENERAPAN LANGKAH -LANGKAH PENGURANGAN RISIKO Pengelolaan lingkungan Praktik-praktik pembangunan sosial dan ekonomi (termasukpengentasan kemiskinan, penghidupan, mekasnisme, keuangan, kesehatan, pertanian,dll)

Langkah-langkah fisik dan teknis o Penggunaan lahan perencanaan

daerah urban o Perlindungan fasilitas-fasiltas

penting Jaringan kerja dan kemitrraan

PENANGGULANGAN KEADAAN

DAMPAK BENCANA

Fokus Pengurangan Risiko Bencana

Page 50: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Provinsi Jawa Tengah. Sesuai asal katanya meru dan api yang berarti gunung dan

api, dengan letusan-letusannya secara aktif telah mengeluarkan lahar panasnya

sejak 100.000 tahun yang lalu. Gunung ini sekaligus menjadi batas antara Provinsi

DIY dan Provinsi Jawa Tengah. Merapi sering menjadi pusat perhatian karena

sangat aktif dan mempunyai frekuensi erupsi yang tinggi. Secara geologis,

Gunung Merapi tumbuh di atas dua jalur sesar kuarter yang saling tegak lurus di

Jawa bagian tengah, yaitu kelurusan vulkanik Ungaran-Telomoyo-Merbabu

Merapi yang berarah utara selatan dan kelurusan vulkanik Lawu-Merapi-

Sumbing-Sindoro-Slamet yang berarah timur-barat. Jenis sesar yang terjadi adalah

patahan mendatar, dan di sepanjang dua bidang sesar tersebut kemudian muncul

deretan Gunung dimulai dari Ungaran tua yang berumur Pleistosen Awal hingga

Merapi yang masih aktif hingga sekarang

(http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/ Penanganan Kawasan

Bencana Gunung Merapi Lintas Sektor Lintas Wilayah).

Gunung Merapi dengan ketinggian 2968 dpl di Jawa Tengah ini terletak

pada posisi geografis 110o BT dan 07o

paling aktif di Indonesia (Sayudi, Nurnaning, Julaiani, Muzani, 2011).

Keaktifan Gunung Merapi ditetapkan dalam status bahaya seperti

diuraikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Penetapan Status Bahaya Gunung Meletus 1. Aktif Normal

(Level I) Kegiatan Gunung berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan

2. Waspada ( Level II) Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya

3. Siaga ( Level III) Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan

4. Awas ( Level IV) Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama

Sumber : DEPKOMINFO, 2008

Page 51: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Kawasan Rawan Bencana Erupsi Gunung Merapi di Kabupaten Magelang

Rawan Bencana dapat diartikan kondisi atau karakteristik geologis,

biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi dan

teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang mengurangi

kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan mengurangi

kemampan untuk menanggapi dampak buruk bahaya tertentu

(http://www.magelangkab.go.id/index.php?view=article&catid=209%3Aberita-

lainnya&id=589%3Agunung-merapicenderung-fluktuatif&format=pdf&

option=com_content&itemid=1). Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang

rentan terhadap bencana alam dan merupakan bagian dari kawasan lindung,

adapun untuk bencana alam yang terjadinya karena letusan gunung api, gempa

bumi, aliran lahar, banjir atau yang merupakan fenomena alam lainnya. Akibat

yang ditimbulkan oleh bencana alam ini sangat merugikan serta menyebabkan

penderitaan bagi manusia karena dapat mengurangi kesempatan masyarakat untuk

terus menjalankan estafet pembangunan, menanamkan investasi yang lebih besar,

menciptakan kegiatan baru maupun melaksanakan upaya pengembangan gagasan

bagi perbaikan kehidupan masyarakat itu sendiri (Siswanto dalam

http://bulletin.penataanruang.net /upload/data_artikel/Penanganan Kawasan

Bencana Gunung Merapi Lintas Sektor Lintas Wilayah.pdf). Luas daerah rawan

bencana gunung api di seluruh Indonesia sekitar 17.000 km2 dengan jumlah

penduduk yang bermukim di kawasan rawan bencana gunung api sebanyak

kurang lebih 5,5 juta jiwa. Berdasarkan data frekueensi letusan gunung api,

diperkirakan tiap tahun terdapat sekitar 585.000 orang terancam bencana letusan

gunung api (Perka BNPB Nomor 4 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penyusunan

Rencana Penanggulangan Bencana).

Kawasan Rawan Bencana III

Kawasan Rawan Bencana III adalah kawasan yang letaknya dekat dengan

sumber bahaya yang sering terlanda awan panas, aliran lava, guguran batu,

lontaran batu (pijar) dan hujan abu lebat. Oleh karena tingkat kerawanan yang

tinggi, kawasan ini tidak diperkenankan untuk hunian tetap. Batas Kawasan

Rawan Bencana III didasarkan pada sejarah kegiatan dalam waktu 100 tahun

Page 52: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

terakhir. Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi ini merupakan kawasan

yang paling rawan terkena letusan, apapun jenis dan besarnya letusan. Letusan

normal Merapi pada umumnya mempunyai indeks letusan VEI 1-3, dengan VEI 4

jangkauan awan panasnya bisa mencapai 15 km atau lebih (Sayudi, Nurnaning,

Juliani, Muzani, 2011). Oleh karena tingkat kerawanan tinggi, kawasan Rawan

Bencana III tidak direkomendasikan sebagai hunian tetap. Dalam rangka upaya

pengurangan risiko bencana, perlu dilakukan pengendalian tingkat kerentanan.

Apabila terjadi peningkatan aktivitas Gunung Merapi yang mengarah letusan,

masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana III diprioritaskan untuk

diungsikan terlebih dahulu. Di dalam peta, Kawasan Rawan Bencana III

digambarkan berwarna merah.

Kawasan Rawan Bencana II

Kawasan Rawan Bencana II terdiri atas dua bagian yaitu aliran massa

berupa awan panas, aliran lava dan lahar dan lontaran berupa material jatuhan dan

lontaran batu (pijar). Pada Kawasan Rawan Bencana II masyarakat diharuskan

mengungsi jika terjadi peningkatan kegiatan Gunung sesuai dengan saran Pusat

Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sampai daerah ini dinyatakan aman

kembali. Pernyataan bahwa harus mengungsi, tetap tinggal di tempat dan keadaan

sudah lama kembali, diputuskan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan

yang berlaku. Batas Kawasan Rawan Bencana II ditentukan berdasarkan sejarah

bahaya aliran massa ataupun bahaya aliran awan panas. Di dalam peta Kawasan

Rawan Bencana II digambarkan dengan warna merah muda. Bila terjadi erupsi

besar, Kawasan Rawan Bencana II yang terlanda awan panas menempati beberapa

lembah sungai di lereng utara, barat, barat daya, selatan dan tenggara.

Berdasarkan searah kegiatan Merapi, batas Kawasan Rawan Bencana II untuk

aliran awan panas sejauh 17 km atau lebih. Perubahan morfologi punggungan

akibat penambangan pasir dapat menimbulkan perluasan daerah ancaman pada

masa datang. Apabila terjadi longsoran kubahlava skala besar, berkurangnya

punggungan dapat memperluas sebaran awan panas sehingga mencapai

pemukiman penduduk. Lahar dalam skala besar bisa terjadi bila endapan awan

panas terjadi bila curah hujan mencapai lebih dari 40 mm dalam waktu 2 jam.

Page 53: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Zona potensial untuk terjadinya lahar antara ketinggian 600-450 m dpl. Tiga belas

sungai di lereng Merapi pernah mengalami lahar, mulai dari Kali Apu di barat laut

hingga Kali Woro di lereng tenggara. Sudut lereng di lereng barat umumnya

cukup besar, antara 10-11% untuk kebanyakan sungai (Sayudi, Nurnaning,

Juliani, Muzani, 2011). Semua kanal pengisi kipas endapan lahar pada ketinggian

lebih rendah dari 450 m di lembah Kali Boyong dan Kali Kuning dan lebih rendah

dari 600 m di lembah Kali Gendol dan Kali Woro. Lembah-lembah sungai yang

kemungkinan terlanda lahar adalah Kali Apu, Kali Trising dan Kali Senowo

sebagian cabang Kali Pabelan, Kali Lamat, Kali Blongkeng, Kali Putih, Kali

Krasak, Kali Boyong, terletak antara 700-500 m dpl pada jarak antara 11-13 km

dari puncak (Hadisantoso dan kawan kawan, 2002 dalam Sayudi, Nurnaning,

Juliani, Muzani, 2011).

Material Jatuhan dan Lontaran Batu Pijar

Kawasan yang berpotensi terlanda material jatuhan ditentukan dengan

mempertimbangkan sifat gunung bersangkutan tanpa memperhatikan arah angin,

dan peta kawasanya digambarkan dalam bentuk lingkaran. Batas sebaran material

lontaran didasarkan pada endapan tefra yang berumur lebih tua dari 100

tahunyang berjarak 6-18 km dari pusat erupsi dengan ketebalan 6-24 cm dan besar

butir 1-4 cm. Produk erupsi 2010, hujan abu hebat dan lontaran batu pijar

berdiameter 2-6 cm tersebar pada radius 10 km. Untuk mengantisipasi letusan

besar seperti letusan Gunung Merapi 2010, maka radius ancaman sebaran material

jatuhan dan lontaran batu pijar hingga radius 10 km dari pusat erupsi. Apabila

letusan lebih besar radius ancaman bisa diperluas.

Kawasan Rawan Bencana I

Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang berpotensi melanda

lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas

dan aliran lava. Produk erupsi Gunung Merapi 2010 sekitar 130 juta m3, 30-40%

diantaranya masuk ke Kali Gendol berupa awan panas, sisanya masuk ke sungai-

sungai besar lainnya yang berhulu di puncak Gunung Merapi seperti Kali Apu,

Kali Trising, Kali Senowo, Kali Lamat, Kali Putih, Kali Bebeng, Kali Krasak,

Page 54: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kali Bedog, Kali Boyong, Kali Kuning, Kali Opak dan Kali Woro. Endapan awan

panas pada sungai-sungai tersebut berpotensi menjadi lahar apabila terjadi hujan

dengan intensitas tinggi. Ancaman lahar berupa meluapnya lahar dari badan

sungai yang melanda daerah pemukiman, pertanian dan infrastruktur. Apabila

terjadi lahar dalam skala besar, warga masyarakat yang terancam agar dievakuasi

untuk mencegah korban jiwa. Secara umum cara penyelamatan diri adalah

menjauhi daerah aliran sungai dan menuju tempat yang aman (Sayudi, Nurnaning,

Juliani, Muzani, 2011).

Kawasan rawan bencana erupsi Merapi meliputi empat kabupaten yang

berada di sekitar Merapi, yaitu, Boyolali, Klaten, Sleman dan Magelang. Di empat

daerah tersebut terdapat 36 desa (http://www.magelangkab

.go.id/index.php?view=article&catid=209%3Aberitalainnya&id=589%3Agunung-

merapicenderung-fluktuatif&format=pdf&option=com_content&itemid =1).

Untuk wilayah Kabupaten Magelang, tiga kecamatan bersinggungan langsung

dengan puncak Merapi, Kecamatan Srumbung, Dukun, dan Sawangan. Ketiga

wilayah tersebut memiliki tekstur tanah vulkanik sebagai hadiah guguran abu

Merapi dan secara langsung menyumbangkan dari berbagai sumber daya Merapi

antara lain sumber daya air, bahan tambang galian, kesuburan tanah dan kesejukan

iklim. Pembagian administrasi Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi dapat

dilihat dalam Tabel 3. Persebaran Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Kabupaten Magelang disajikan dalam Peta 1.

Page 55: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 3. Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi 2010

NO PROPINSI KABUPATEN KECAMATAN DESA LUAS (HA) NO

1 Jawa Tengah Boyolali Selo Klakah 513 48

2 Jawa Tengah Boyolali Selo Jrakah 145 47

3 Jawa Tengah Magelang Sawangan Ketep 89 40

4 Jawa Tengah Boyolali Selo Lencoh 106 46

5 Jawa Tengah Boyolali Selo Tlogolele 675 49

6 Jawa Tengah Magelang Sawangan Kapuhan 95 41

7 Jawa Tengah Boyolali Selo Samiran 109 45

8 Jawa Tengah Magelang Dukun Sengi 283 34

9 Jawa Tengah Boyolali Selo Suroteleng 111 44

10 Jawa Tengah Magelang Dukun Paten 349 33

11 Jawa Tengah Magelang Sawangan Krogowanan 74 42

12 Jawa Tengah Boyolali Cepogo Wonodoyo 177 50

13 Jawa Tengah Magelang Dukun Krinjing 472 32

14 Jawa Tengah Magelang Dukun Sewukan 137 35

15 Jawa Tengah Magelang Dukun Ngargomulyo 1489 27

16 Jawa Tengah Magelang Dukun Mangunsoko 136 36

17 Jawa Tengah Boyolali Musuk Cluntang 182 52

18 Jawa Tengah Magelang Dukun Keningar 139 29

19 Jawa Tengah Magelang Sawangan Sawangan 8 43

20 Jawa Tengah Magelang Dukun Sumber 256 30

21 Jawa Tengah Magelang Dukun Dukun 229 31

22 Jawa Tengah Magelang Dukun Banyudono 59 37

23 Jawa Tengah Klaten Kemalang Sidorejo 503 54

24 Jawa Tengah Klaten Kemalang Balerante 435 55

25 Jawa Tengah Magelang Srumbung Ngablak 609 18

26 DI Yogyakarta Sleman Pakem Hargobinangun 1724 9

27 Jawa Tengah Boyolali Musuk Mriyan 30 51

28 Jawa Tengah Klaten Kemalang Tegalmulyo 198 53

29 Jawa Tengah Magelang Srumbung Kemiren 538 14

30 Jawa Tengah Magelang Dukun Kalibening 217 39

31 Jawa Tengah Magelang Dukun Wates 110 28

32 Jawa Tengah Magelang Dukun Ngadipuro 0 38

Page 57: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33 Jawa Tengah Magelang Srumbung Ngargosoko 371 19

34 Jawa Tengah Magelang Srumbung Tegalrandu 204 21

35 DI Yogyakarta Sleman Turi Girikerto 601 13

36 Jawa Tengah Magelang Srumbung Pucanganom 2 26

37 Jawa Tengah Magelang Srumbung Pandanretno 41 22

38 DI Yogyakarta Sleman Cangkringan Glagahharjo 458 4

39 Jawa Tengah Magelang Srumbung Kaliurang 475 15

40 DI Yogyakarta Sleman Cangkringan Kepuharjo 554 6

41 DI Yogyakarta Sleman Cangkringan Umbulharjo 601 2

42 Jawa Tengah Magelang Srumbung Polengan 14 25

43 DI Yogyakarta Sleman Pakem Purwobinangun 601 10

44 DI Yogyakarta Sleman Turi Wonokerto 596 12

45 Jawa Tengah Magelang Srumbung Mranggen 81 20

46 Jawa Tengah Magelang Srumbung Srumbung 18 24

47 Jawa Tengah Magelang Srumbung Kamongan 50 17

48 Jawa Tengah Magelang Srumbung Nglumut 121 16

49 Jawa Tengah Magelang Srumbung Sudimoro 1 23

50 Jawa Tengah Klaten Kemalang Kendalsari 31 57

51 Jawa Tengah Klaten Kemalang Panggang 77 56

52 DI Yogyakarta Sleman Tempel Merdikorejo 21 11

53 DI Yogyakarta Sleman Pakem Candibinangun 39 8

54 DI Yogyakarta Sleman Cangkringan Glagahharjo 6 5

55 DI Yogyakarta Sleman Cangkringan Wukirsari 3 1

56 DI Yogyakarta Sleman Cangkringan Umbulharjo 0 3

57 DI Yogyakarta Sleman Pakem Pakembinangun 1 7

Sumber : RBI 1: 25.000 Lembar 1408-521, 1408-522,1408-611, 1408-243, 1408-244, 1408-333, 1408-241, 1408-242, 1408-331, 1408-223, 1408-224, 1408-313 dan Peta Sementara Kawasan Rawan Bencana 2010 BNPB

b. Partisipasi Masyarakat

Program pengurangan risiko bencana berbasis masyarkat haruslah

menghasilkan tindakan-tindakan yang merespon kebutuhan riil dan mendasar

masyarakat untuk mengambil bagian dalam pembangunan masyarakat,

kesadarannya akan bahaya yang mereka hadapi serta kemampuan masyarakat

untuk melindungi diri di masa mendatang, meskipun teknis sarana infrastruktur

masih kurang efektif dibandingkan dengan program mitigasi yang berskala lebih

Page 58: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

besar. Pendekatan ini juga cenderung memaksimalkan penggunaan sumber-

sumber daya lokal, seperti tenaga kerja, material dan organisasi (Coburn, Spense

dan Pormonis, 1994:34 dalam Sumekto, 2011). Sejalan dengan pelaksanaan

otonomi daerah, di mana kewenangan penanggulangan bencana menjadi

tanggungjawab daerah, maka sudah selayaknya pemerintah pusat mulai

meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dan masyarakatnya untuk dapat

secara mandiri mangatasi permasalahan bencana di daerahnya. Oleh karena itu,

pendekatan melalui paradigma pengurangan risiko merupakan jawaban yang tepat

untuk melakukan upaya penanggulangan bencana pada era otonomi daerah.

Dalam paradigma ini, setiap individu, masyarakat di daerah diperkenalkan dengan

berbagai ancaman yang ada di wilayahnya, bagaimana cara mengurangi ancaman

(hazards) dan kerentanan (vulnerability) yang dimiliki, serta meningkatkan

kemampuan (capacity) masyarakat dalam menghadapi setiap ancaman (Lakhar

Bakornas PB, 2007).

Pemerintah kabupaten dan kota perlu mempunyai suatu kebijakan mitigasi

bencana dengan mengikuti pedoman atau arahan kebijakan mitigasi bencana yang

diharapkan dapat digunakan sebagai titik tolak untuk mengembangkan dan

memadukan berbagai program pembangunan yang berwawasan keamanan dan

keselamatan masyarakat dari bencana yang mungkin terjadi sekaligus menjaga

keberlanjutan pembangunan. Salah satu sebab pentingnya penyusunan

kebijaksanaan ini, disamping mengurangi dampak dari bencana itu sendiri juga

untuk menyiapkan masyarakat membiasakan diri hidup bersama dengan bencana,

khususnya untuk lingkungan yang sudah terlanjur terbangun, yaitu dengan

mengembangkan sistem peringatan dini (early warning system) dan memberikan

pedoman bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi bencana yang biasa

terjadi, sehingga masyarakat dapat merasakan keamanan dan kenyamanan dalam

kehidupannya. Secara umum, dalam prakteknya dapat dikelompokkan dalam

mitigasi struktural dan mitigasi nonstruktural. Mitigasi struktural berhubungan

dengan usaha-usaha pembangunan konstruksi fisik, sementara mitigasi

nonstruktural antara lain meliputi perencanaan tata guna lahan disesuaikan dengan

kerentanan wilayahnya dan memberlakukan peraturan (law enforecenet)

Page 59: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembangunan. Dalam kaitan itu pula, kebijakan nasional harus lebih memberikan

keleluasaan secara substasial keadaan daerah-daerah untuk mengembangkan

sistem yang dianggap paling tepat dan paling efektif-efisien untuk daerahnya

(Bakornas PBP, 2002:4-6 dalam Sumekto, 2011).

Dalam menyusun program pengembangan masyarakat, langkah awal yang

penting dalam upaya bersama masyarakat untuk mengenali potensi dan

permasalahan yang dihadapi merupakan titik berangkat yang akan menentukan

proses selanjutnya. Pentingnya mencermati dan menganalisis permasalahan dan

kebutuhan memerlukan pengetahuan dan keterampilan baik oleh seorang petugas

lapangan maupun sebagai pemimpin (Yayasan Indonesia Sejahtera, 2005 :12

dalam Sumekto, 2011). Peran partisipasi komunitas dan kemampuan penduduk

untuk melakukan penyesuaian secara umum juga diakui sebagai elemen-elemen

kunci dalam menjelaskan risiko bencana. Kaitan kreatif antara kondisi-kondisi

negatif tempat penduduk tinggal, dan ciri-ciri positif yang juga mereka miliki

yang sering kali diabaikan, memberi penekanan pada pentingnya dimensi sosial-

ekonomi dari risiko. Meskipun demikian, masih ada tantangan untuk mendorong

dilakukannya identifikasi kekuatan-kekuatan dan kapasitas-kapasitas setempat

yang dapat mengurangi risiko terhadap bahaya. Pentingnya untuk mengungkapkan

kapasitas yang tersembunyi di saat-saat tidak terjadi bencana menjadi satu tugas

penting bagi pengurangan risiko bencana. Kapasitas berlaku untuk semua tataran

masyarakat dan lembaga-lembaga sosial dan meliputi pertimbangan-pertimbangan

fisik, sosial, ekonomi dan ekologi yang luas.

Masyarakat yang aman dan berketahanan dalam kawasan Merapi mulai

dirintis dengan pembentukan tim Siaga Bencana Berbasis Masyarakat atau Sibat.

Sibat adalah sebuah tim relawan yang bertanggung jawab atas keamanan desa dan

pelaksanaan dalam program pengurangan risiko (Hyogo Framework for Action

(HFA), 2005 dalam Indonesian Red Cross and International Federation of Red

Cross and Red Crecent Societies, 2008 : 32). Tim ini dimiliki oleh masyarakat,

berasal dari masyarakat dan bekerja untuk masyarakat. Umumnya sepuluh pria

dan sepuluh wanita direkrut di setiap desa untuk bertugas di Sibat. Mereka

Page 60: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bertempat tinggal di desa wilayahnya. Tim Sibat ini terdiri dari orang-orang yang

mendapatkan dukungan serta kepercayaan dari masyarakatnya. Struktur Tim SIbat

dapat dijelaskan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Struktur Tim Sibat ( Sumber : Redaksi PMI, 2006 : 4)

Tim Sibat direkrut dan dibentuk oleh masyarakat dan aparat desa atau

kelurahan. Anggota Tim Sibat dalam kesehariannya bertanggung jawab kepada

Kepala Desa atau lurah. Struktur Tim Sibat bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Perekrutan anggota Tim Sibat dilakukan secara bersama-sama. Secara partisipatif,

masyarakat ikut terlibat bersama-sama aparat desa atau kelurahan. Kemampuan

khusus Tim Sibat :

1) Mampu melakukan pendataan data secara partisipatif dan baseline survey

2) Mampu melakukan upaya tanggap darurat bencana secara cepat dan efektif

3) Mampu mengembangkan jaringan kerja

4) Mampu membuat peta bahaya dan risiko

5) Mampu melakukan pendampingan masyarakat dalam kesiapsiagaan tanggap

darurat

6) Mampu memobilisasi masyarakat dalam upaya mitigasi da atau pengurangan

risiko

7) Memiliki komitmen tinggi untuk bekerja dalam pengembangan masyarakat di

desanya

Komite KBBM Tingkat Desa/Kelurahan

Pembina Sibat Kepala Desa/Lurah

Komandan Sibat

Administrasi/logistik

Pertolongan Pertama dan Kesehatan

Air dan Kesehatan Lingkungan

Kesiapsiagaan Tanggap Darurat

Pendampingan Masyarakat

Page 61: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8) Memiliki hubungan yang baik dan luas dengan masyarakat

9) Mendapatkan kepercayaan dan menempatkan diri di masyarakat

10) Mampu berkomunikasi secara efektif

11) Mampu bekerjasama dengan Satgana dan organisasi atau instansi lainnya

12) Mampu melakukan advokasi kepada masyarakat

13) Memiliki pemahaman dan kesadaran penghargaan terhadap budaya lokal

14) Memiliki sensivitas gender (Redaksi PMI, 2006 : 5).

Setelah terbentuk, Tim Sibat memulai pengabdiannya. Anggota Tim Sibat

bertugas mengembangkan kemampuan masyarakat dalam upaya pengurangan

risiko dan kesiapsiagaan bencana. Mereka juga mengambil inisiatif dan

melakukan tindakan dalam meminimalkan dampak bencana yang terjadi di

lingkungannya. Tim Sibat bertanggung jawab menggerakkan masyarakat untuk

melaksanakan upaya pengurangan risiko, kesiapsiagaan bencana dan tanggap

darurat bencana. Hal itu bisa berbentuk saling berbagi informasi atau sosialisasi

dengan tujuan memberikan pengetahuan dan kesadaran. Sosialisasi dapat

berbentuk penyadaran tentang karakteristik bencana dan upaya kesiapsiagaannya.

Disampaikan dari rumah ke rumah atau diantara anggota keluarga. Akan lebih

baik jika dilakukan dalam forum khusus di desa. Jika kesadaran masyarakat mulai

tumbuh, mereka dapat ikut serta berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan,

pengawasan dan upaya memikirkan keberlanjutan upaya pengurangan risiko dan

kesiapsiagaan bencana di desanya. Tugas Tim Sibat selanjutnya adalah melakukan

pemetaan risiko. Pemetaan itu harus menunjukkan tingkat kerentanan atau

kerawanan, jalur evakuasi dan sumber-sumber kehidupan (Redaksi PMI, 2006 :6).

B. Penelitian Yang Relevan

Yasin Yusuf (2006) itas

Penduduk Terhadap Bahaya Awan Panas Gunung Merapi di Kawasan Rawan

panas masing-masing di sector lereng yang mentukan apakah fenomena awan

panas akan menjadi sumberdaya atau bencana. Sensivitas penduduk terhadap

bahaya awan panas mencerminkan risiko yang dapat diterima penduduk dimana

Page 62: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tahap selanjutnya mempengaruhi mereka untuk menetap, mengungsi atau bahkan

relokasi. Metode yang digunakan dalam studi adalah metode historis, deskriptif

dan eksplanatif. Analisis data dilakukan secara kualitatif baik melalui uji statistik

maupun analisis spasial. Uji statistik menggunakan uji nonparametrik. Sedangkan

analisis spasial menggunakan analisi 3D dan overlay.

Budi Setiyarso (2009) melaku

identifikasi bentuk dan perkembangan reaksi perlindungan diri serta

mengidentifikasi bentuk dan perkembangan reaksi penyesuaian diri terhadap

banjir Kota Solo. Metode yang digunakan adalah deskriptif, historis. Analisis data

dilakukan dimulai dengan menelaah seluruh data yang telah didapat yaitu dari

hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi kemudian dilakukan reduksi

data, klasifikasi data hingga penafsiran data.

Mudmainah Vitasari (2011) Melakukan penelitian dengan judul

Asesmen Kerentanan Dan Kapasitas Desa Dalam Kesiapsiagaan Bencana

Berbasis Masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Di Kabupaten

Magelang Mengetahui kerentanan Kawasan Rawan Bencana terhadap erupsi

Gunung Merapi di Kabupaten Magelang. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui

prioritas kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di Kabupaten

Magelang, mengetahui kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang, mengidentifikasi tindakan/aksi kesiapsiagaan bencana yang

akan dilakukan masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang, mengetahui prioritas tindakan/aksi kesiapsiagaan bencana

yang akan dilakukan masyarakat Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di

Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan untuk metode penelitian

deskriptif dan historis pendekatan Vulnerability and Capacity Assesment (VCA)

dan analisis skoring, Participatory Rural Appriasal (PRA) dan semiPRA.

Penelitian yang relevan secara singkat diuraikan dalam Tabel 4.

Page 63: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tab

el 4

. Pen

eliti

an Y

ang

Rel

evan

N

o P

enul

is

Judu

l Pen

elit

ian

Tuj

uan

Met

ode

Pen

elit

ian

Has

il P

enel

itia

n

1.

Yas

in Y

usuf

(2

006)

St

udi

Sens

ivita

s Pe

ndud

uk

Ter

hada

p B

ahay

a A

wan

Pa

nas

Gun

ung

Mer

api

di

Kaw

asan

R

awan

B

enca

na II

dan

III

Men

geta

hui

sens

ivita

s te

rhad

ap

baha

ya

awan

pa

nas

mas

ing-

mas

ing

di

sect

or

lere

ng

yang

m

entu

kan

apak

ah f

enom

ena

awan

pa

nas

akan

men

jadi

sum

berd

aya

atau

ben

cana

Met

ode

hist

oris

, de

skri

ptif

da

n ek

spla

natif

. A

nali

sis

kual

itati

f ba

ik

mel

alui

uj

i st

atis

tik

mau

pun

anal

isis

sp

asia

l. U

ji st

atis

tik

men

ggun

akan

uj

i no

npar

amet

rik.

Se

dang

kan

anal

isis

sp

asia

l m

engg

unak

an

anal

isi 3

D d

an o

verl

ay.

Sens

ivita

s pe

ndud

uk te

rhad

ap b

ahay

a aw

an p

anas

men

cerm

inka

n ri

siko

ya

ng

dapa

t di

teri

ma

pend

uduk

di

man

a ta

hap

sela

njut

nya

mem

peng

aruh

i m

erek

a un

tuk

men

etap

, m

engu

ngsi

at

au

bahk

an

relo

kasi

.

2.

Bud

i Se

tiya

rso

(200

9)

Stud

i R

eaks

i M

anus

ia

Ter

hada

p B

ahay

a B

anjir

Kot

a Su

raka

rta

Men

gide

ntif

ikas

i ka

rakt

eris

tik

med

an,

men

gide

ntif

ikas

i ka

rakt

eris

tik

baha

ya

banj

ir,

men

gide

ntifi

kasi

be

ntuk

da

n pe

rkem

bang

an

perl

indu

ngan

di

ri

(pro

tect

ion)

, m

engi

dent

ifika

si

bent

uk

dan

perk

emba

ngan

pe

nyes

uaia

n di

ri (

adju

stm

ent)

di

Kot

a Su

raka

rta

Met

ode

desk

ript

if

dan

hist

oris

. A

nali

sis

spas

ial,

anal

isis

be

ntuk

laha

n,

hiro

logi

, te

mpo

ral

Kar

akte

rist

ik m

edan

Kot

a Su

raka

rta

berv

aria

si s

esua

i de

ngan

pro

ses

pem

bent

ukan

nya.

Kot

a Su

raka

rta

mem

iliki

3.3

65,1

6 ha

med

an d

atar

, 10

10,5

8 ha

med

an b

erom

bak

dan

28,1

3 ha

med

an b

erge

lom

bang

Kar

akte

rist

ik b

ahay

a ba

njir

Kot

a Su

raka

rta

berv

aria

si a

ntar

a w

ilaya

h sa

tu d

enga

n w

ilaya

h la

inny

a da

n m

emili

ki p

ola

sem

akin

bah

aya

jika

sem

akin

men

deka

ti B

enga

wan

Sol

o. K

ota

Sura

kart

a m

emili

ki 1

.718

,63

ha t

idak

bah

aya

banj

ir,

1.45

3,08

ha

laha

n ku

rang

ban

jir,

963,

13 h

a la

han

baha

ya b

anjir

dn

269,

22 h

a la

han

sang

at b

ahay

a ba

njir

Ben

tuk

perl

indu

ngan

dir

i te

rhad

ap b

anjir

dip

enga

ruhi

ole

h ur

gens

i da

erah

terl

indu

ng. P

erke

mba

ngan

pem

bang

unan

per

lindu

ngan

ban

jir d

i m

asa

Ker

ajaa

n K

asun

anan

Su

raka

rta

lebi

h tin

ggi

disb

andi

ng

pem

bang

unan

pe

rlin

dung

an b

anjir

di

mas

a Pe

mer

inta

han

Rep

ublik

In

done

sia

teru

tam

a pa

da m

asa

pem

erin

taha

n Pa

koe

Boe

wan

a X

.

Ben

tuk

peny

esua

ian

diri

dal

am b

entu

k pe

mili

han

loka

si p

erm

ukim

an

dipe

ngar

uhi

oleh

sta

tus

sosi

al d

an t

ingk

at e

kono

mi

pend

uduk

. Pa

da

awal

per

kem

bang

an K

ota

Sura

kart

a da

erah

pal

ing

baha

ya d

item

pati

oleh

pen

dudu

k pr

ibum

i ke

mud

ian

para

pra

juri

t da

n or

ang

asin

g (C

ina,

B

elan

da,

dan

Ara

b).

Pada

sa

at

pene

litia

n da

pat

dike

tahu

i ba

hwa

Page 64: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mas

yara

kat

deng

an t

ingk

at e

onom

i m

enen

gah

ke b

awah

ber

ada

di

loka

si y

ang

lebi

h ba

haya

ban

jir d

iban

ding

kan

deng

an p

endu

duk

deng

an

tingk

at e

kono

mi m

enen

gah

ke a

tas.

3.

Mud

mai

nah

Vit

asar

i (2

011)

Ase

smen

K

eren

tana

n D

an

Kap

asita

s D

esa

Dal

am

Peng

uran

gan

Ris

iko

Ben

cana

B

erba

sis

Mas

yara

kat

di

Kaw

asan

R

awan

B

enca

na

Gun

ung

Mer

api

Kab

upat

en

Mag

elan

g T

ahun

201

1

Men

geta

hui

kere

ntan

an K

awas

an

Raw

an

Ben

cana

ter

hada

p er

upsi

G

unun

g M

erap

i di

K

abup

aten

M

agel

ang

Men

geta

hui

prio

rita

s ke

rent

anan

K

awas

an

Raw

an

Ben

cana

G

unun

g M

erap

i di

K

abup

aten

M

agel

ang

Men

geta

hui

kapa

sita

s K

awas

an

Raw

an B

enca

na G

unun

g M

erap

i di

Kab

upat

en M

agel

ang

Men

gide

ntifi

kasi

tin

daka

n/ak

si

kesi

apsi

agaa

n be

ncan

a ya

ng a

kan

dila

kuka

n m

asya

raka

t K

awas

an

Raw

an B

enca

na G

unun

g M

erap

i di

Kab

upat

en M

agel

ang

Men

geta

hui

prio

rita

s tin

daka

n/ak

si

kesi

apsi

agaa

n be

ncan

a ya

ng

akan

di

laku

kan

mas

yara

kat

Kaw

asan

R

awan

B

enca

na

Gun

ung

Mer

api

di

Kab

upat

en M

agel

ang

met

ode

pene

litia

n de

skri

ptif

, hi

stor

is

deng

an

pend

ekat

an

Vul

nera

bilit

y an

d C

apac

ity

Ass

esm

ent

(VC

A)

deng

an a

nalis

is

skor

ing,

P

artic

ipat

ory

Rur

al A

ppri

asal

(PR

A)

dan

sem

iPR

A.

Page 65: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Kerangka Pemikiran

Erupsi Gunung merapi mencerminkan fenomena alam yang sangat

berpotensi merusak atau mengancam kehidupan manusia maupun lingkungan

yang dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Fenomena ini mengancam

daerah-daerah di sekitarnya. Ancaman pada setiap daerah tidak selalu sama dan

akan mempengaruhi reaksi masyarakat pada setiap daerah tersebut. Manusia yang

berada di lokasi dengan ancaman besar akan melakukan tindakan yang berbeda

dengan manusia lain yang berada di lokasi dengan ancaman kecil. Namun

manusia yang berada pada lokasi dengan ancaman yang sama dapat pula

melakukan tindakan yang berbeda sehingga menyebabkan perbedaan tingkat

risiko bencana.

Risiko bencana dapat diidentifikasi dari tingkat ancaman, kerentanan dan

kapasitas yang ada pada kawasan rawan bencana yaitu dapat timbul pada suatu

ancaman bencana dengan masyarakat yang rentan dan mempunyai kapasitas yang

rendah untuk menghadapi dampak buruk (kerusakan, kerugian dan kematian).

Kapasitas suatu daerah yang tidak dapat mengimbangi ancaman dan kerentanan

maka akan menimbulkan risiko bencana sebanding dengan ancaman dan

kerentanan yang tidak tercakup oleh kapasitas. Kondisi tersebut akan

mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan yaitu pencegahan terjadinya risiko

bencana.

Tindakan pengurangan risiko bencana mencerminkan kapasitas untuk

merespon bencana yang akan terjadi yang diarahkan untuk pengurangan jumlah

korban dan meminimalkan kerusakan atau kerugian harta benda yang juga disebut

sebagai risiko bencana, namun tindakan tersebut menjadi kurang optimal jika

tindakan pengurangan risiko bencana tidak tepat sesuai dengan yang dibutuhkan

masyarakat pada kawasan rawan bencana tersebut. Untuk mengidentifikasi kebutuhan

masyarakat maka perlu dilakukan penilaian terhadap daerah setempat. Penilaian

berbasis masyarakat setempat akan menghasilkan informasi yang lebih akurat

karena masyarakat setempat yang paling memahami kondisi daerahnya pada masa

lalu dan sekarang. Dengan diketahui kondisi kerentanan dan kapasitas daerah

Page 66: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

maka dapat digunakan sebagai dasar perencanaan tindakan yang paling tepat dan

dilakukan dan sesuai dengan prioritasnya sehingga penanganan yang tepat ini

dapat meminimalkan risiko bencana yang terjadi.

Secara sederhana, kerangka pemikiran penelitian ini disajikan dalam

diagram pada Gambar 9.

Erupsi Gunung Merapi

Gambar 9. Skema Kerangka Pemikiran

Kawasan Rawan Bencana

Bencana

Risiko Bencana

Kerentanan Kapasitas

Masyarakat

Tindakan Pengurangan Risiko Bencana

Page 67: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Daerah Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di lereng Gunung Merapi yang merupakan

Kawasan Rawan Bencana erupsi Gunung Merapi. Lereng yang diteliti adalah

lereng sebelah barat yaitu Kawasan Rawan Bencana di Kabupaten Magelang.

Kawasan Rawan Bencana III di Desa Kaliurang Kecamatan Srumbung, Kawasan

Rawan Bencana II di Desa Kamongan Kecamatan Srumbung dan Kawasan

Rawan Bencana I di Desa Jumoyo Kecamatan Salam seperti yang telah disajikan

dalam Peta 1.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan rentang waktu mulai Bulan Januari

2011 sampai Bulan Oktober 2011 yang diperinci seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Waktu Penelitian No.

Kegiatan Waktu Jan 2011

Feb-Maret2011

April 2011

Mei 2011

Jun-Jul 2011

Okt 2011

1 Pengajuan Judul 2 Penyusunan

Proposal

3 Perijinan 4 Pengumpulan data 5 Pengolahan dan

Analisis Data

6 Penulisan Laporan

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif dan historis dengan pendekatan VCA (Vulnerability and

Capacity Assesment). Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan/melukiskan keadaan

obyek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

Page 68: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagaimana adanya (Nawawi,1993 : 73). Dalam penelitian ini metode deskriptif

dilakukan untuk mengungkapkan fakta, masalah dan karakteristik masyarakat

kawasan rawan bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang.

Penelitian historis adalah studi untuk mengerti dan menjelaskan kejadian-

kejadian pada masa lampau sehingga kita bisa menyimpulkan mengenai

penyebab, pengaruh dan kecenderungan kejadian pada masa lampau yang

mungkin bisa dipergunakan dalam menjelaskan peristiwa-peristiwa sekarang yang

akan terjadi di waktu yang akan datang (Roseffendi, 1994 : 30). Dalam penelitian

ini metode historis dilakukan untuk melakukan studi mengenai kejadian bencana

erupsi dan karakteristik lingkungan masyarakat kawasan rawan bencana erupsi

Kabupaten Magelang pada masa lampau hingga sekarang untuk mengetahui

penyebab, pengaruh dan kecenderungan kejadian erupsi dan karakteristik

masyarakat untuk menjelaskan kondisi masyarakat meliputi kerentanan, kapasitas

masyarakat sehingga dapat digunakan sebagai pedoman perencanaan tindakan

pengurangan risiko bencana yang dibutuhkan oleh masyarakat kawasan rawan

bencana erupsi Kabupaten Magelang.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan VCA. Vulnerability and

Capacity Assesment (VCA) atau Asesmen Kerentanan dan Kapasitas ini

merupakan strategi yang digunakan untuk mengidentifikasi kapasitas (kekuatan)

dan kerentanan (kelemahan) suatu rumah tangga, masyarakat, maupun institusi

yang akan digunakan oleh pihak internal maupun eksternal dalam pengambilan

keputusan untuk perencanaan kegiatan penanggulangan bencana. VCA

memberikan pemahaman pada aspek lingkungan, ekonomi, sosial, budaya,

kelembagaan dan politik yang menyebabkan terciptanya kerentanan maupun

kapasitas. Dalam penelitian ini VCA digunakan untuk mengumpulkan informasi

baik dari aspek lingkungan, ekonomi, sosial, budaya, kelembagaan dan politik

yang merupakan kerentanan dan kapasitas pada Kawasan Rawan Bencana III, II

dan I Kabupaten Magelang sebagai pedoman untuk pengambilan keputusan

tindakan/aksi pengurangan risiko bencana yang direkomendasikan untuk masing-

masing Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang.

Page 69: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Kawasan Rawan Bencana Gunung

Merapi Kabupaten Magelang meliputi Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

III, II dan I Kabupaaten Magelang. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan

menggunakan Purposive Sampling. Purposive Sampling yaitu teknik yang

ditentukan berdasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan

mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yan ada dalam

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Narbuko, 2007 : 116). Sampel yang

dipilih mempunyai ciri-ciri yang dianggap cukup mewakili. Purposive Sampling

ini digunakan untuk memilih sampel desa untuk masing-masing Kawasan Rawan

Bencana (KRB) dan memilih sampel narasumber di sampel desa pada tiap

Kawasan Rawan Bencana (KRB). Dalam penelitian ini sampel desa untuk setiap

kawasan rawan bencana dipilih berdasarkan desa yang paling dapat mewakili

karakteristik Kawasan Rawan Bencana III, II dan I yang masing-masing

mempunyai karakteristik dampak bencana yang dapat mewakili karakteristik

untuk setiap kawasan bencana. Desa yang terpilih menjadi sampel Kawasan

Rawan Bencana III adalah Desa Kaliurang, Desa Kamongan sebagai sampel

Kawasan Rwan Bencana II dan Desa Jumoyo sebagai sampel Kawasan Rawan

Bencana I. Purposive Sampling juga digunakan untuk memilih narasumber pada

tiap sampel desa terpilih pada tiap Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Kabupaten Magelang. Dalam penelitian ini akan dilakukan penilaian seberapa

besar pengetahuan masyarakat terhadap keadaan masyarakat itu sendiri untuk

mengetahui kebutuhan masyarakat tersebut sehingga membutuhkan sampel yang

berkompeten yang mampu memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan

tujuan. Ciri-ciri masyarakat yang dijadikan sampel adalah tokoh

masyarakat/perangkat desa, wakil masyarakat rentan, korban bencana. Sampel

narasumber pada Desa Kaliurang adalah sibat (siaga bantuan masyarakat)

berjumlah 20 orang yang sudah mewakili ciri masyarakat yang dijadikan sampel.

Sampel narasumber pada Desa Kamongan dan Jumoyo berjumlah 20 yang

meliputi Kepala Desa, perangkat desa, pedagang, petani dan masyarakat di lokasi

penelitian setempat.

Page 70: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Teknik pengambilan sampel tersebut dipilih selain sudah dapat mewakili

populasi yang ada, karena adanya keterbatasan tenaga, waktu, biaya, dan

pengetahuan yang dimiliki.

E. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari lapangan oleh

orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya.

Data primer disebut juga data asli atau data baru (Hasan, 2002 : 82).

Data primer yang dikumpulkan yaitu :

a. Hasil pengamatan, pendengaran,wawancara

1) Informasi Demografis

2) Kondisi Infrastruktur

3) Kondisi Pelayanan Kesehatan, Sanitasi dan Pelayanan lainnya

4) Kegiatan masyarakat sehari-hari

b. Hasil penerapan perangkat penilaian

1) Riwayat Kejadian Bencana

2) Perubahan Sumber Daya Alam yang diperngaruhi oleh bencana dengan

membuat Riwayat Transek

3) Kondisi kecenderungan perubahan Sumber Daya Alam terhadap situasi

wilayah dengan membuat Analisa Kecenderungan Kehidupan

4) Peta Spot

5) Karakteristik geografis dan demografis masyarakat dengan Peta Transek

6) Riwayat Kejadian Penyakit dan Bencana dengan pembuatan Kalender

Kejadian Penyakit dan Bencana

7) Hubungan antara musim dengan kegiatan manusia dengan pembuatan

Kalender Musim dan Kegiatan Masyarakat

8) Beban kerja harian masyarakat dengan pembuatan Jadwal Rutin Harian

9) Identifikasi jenis-jenis penghasilan masyarakat selama kurun waktu siklus

satu tahun dengan pembuatan Kalender Sumber Penghasilan

Page 71: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10) Identifikasi peranan lembaga dalam masyarakat dengan pembuatan

Diagram Kelembagaan

11) Identifikasi pengelompokan masyarakat berdasarkan tingkat kekayaan dan

kesejahteraan dengan pembuatan Ranking Kekayaan dan Kesejahteraan

12) Persepsi masyarakat terhadap kerentanan internal dan eksternal yang

membawa dampak buruk bagi masyarakat dengan analisis kerentanan

Internal dan Eksternal

13) Pemahaman penanganan berbagai berbasis gender dengan Kajian

Penanganan Masalah Ekonomi, masalah penyakit dan bencana, masalah

lingkungan dan sosial berbasis gender

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang

yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002 : 82).

Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti

terdahulu. Data sekunder yang diperlukan antara lain :

a. Data kejadian bencana yang bersumber dari pemerintahan desa dan catatan

kejadian bencana.

b. Informasi demografis dan kondisi geografis yang bersumber dari BPS dan

pemerintahan desa.

c. Tindakan penanggulangan bencana masyarakat yang bersumber dari

Kesbanglinmas PB dan Sibat/pemerintahan desa.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Dokumentasi

Data yang diperoleh melalui teknik dokumentasi adalah data sekunder

yang telah disebutkan dari sumber yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu data

Kawasan Rawan Bencana dari BPPTK Yogyakarta, data demografi dan kondisi

geografis dari BPS dan kelurahan tempat penelitian, dan data tindakan

penanggulangan bencana masyarakat dari Kesbanglinmas dan PB Kabupaten

Magelang dan Sibat tempat penelitian.

Page 72: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Observasi Lapangan

Data observasi meliputi data pengamatan Kawasan Rawan Bencana,

kondisi kerentanan dan kapasitas Gunung Merapi Kabupaten Magelang. Data

hasil observasi dicatat dan didokumentasikan dengan kamera.

3. Metode Dinding (Wall Method)

Metode ini menggunakan dinding sebagai medianya, sehingga setiap data

dan informasi dapat disajikan secara bersamaan untuk kemudian dikelompokkan

sesuai dengan klasifikasi atau kategori data meliputi data karakteristik Kawasan

Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang. Setelah semua data dan

informasi tersebut selesai dikelompokkan maka dilakukan analisis data. Dalam

penelitian ini metode dinding tersebut disebut dengan alat penilaian yaitu :

a. Peta Spot

Meminta masyarakat untuk menentukan dan menggambarkan batas-batas

desa/kelurahan

Menentukan letak lifeline utama (jalan, sungai, jalur komunikasi, jaringan

listrik, dsb) pada peta

Menentukan dan menggambarkan lokasi rumah-rumah penduduk, fasilitas

sosial, fasilitas umum, sumber kehidupan masyarakat, sumber-sumber air.

Meminta masyarakat untuk melakukan penilaian terhadap bahaya risiko,

kerentanan dan sumber daya yang ada di masyarakat dengan menggunakan

tabel analisis peta spot pada Tabel 6 dan untuk mendalami informasi

menggunakan wawancara semiterstruktur untuk peta spot.

Tabel 6. Hasil Peta Spot Kerentanan

Jenis bencana yang ada di sekitar lingkungan Lokasi yang berisiko bencana Orang-orang yang berisiko bencana Sumber daya yang berisiko

Kapasitas Kapasitas masyarakat dan sumber daya yang penting di masyarakat

Sumber : Djaelani, 2008 : 56

Page 73: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Peta Transek

Meminta masyarakat untuk menentukan dua titik geografis pada area peta

spot yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Melintasi pemukiman padat penduduk (kepadatan penduduknya tinggi)

Infrastruktur/sarana, prasarana, fasilitas umum

Banyak sumber alam/sumber kehidupan penduduk

Daerah berisiko tinggi terhadap bencana/konflik

Daerah-daerah yang memiliki kerentanan terhadap lingkungan,

kesehatan, bencana, eonomi/kemiskinan

Banyaknya kelompok masyarakat rentan

Membuat garis pada Peta Spot dimulai dari titik A dan berakhir di titik D.

Kemudian ditentukan zona-zona sepanjang garis tersebut.

Mengidentifikasi masing-masing zona dan tuliskan hasilnya pada kolom

transek dengan menggunakan Tabel 7 dan memperdalam informasi dengan

menggunakan wawancara semiterstruktur untuk peta transek.

Tabel 7. Peta Transek No Variabel Keterangan

1 Jenis tanah 2 Penggunaan lahan

(pertanian/perkebunan/dll)

3 Infrastruktur (permanen/semi/dll) 4 Sumber kekayaan alam

(air/batu/pertanian/dll)

5 Jenis bencana/masalah kesehatan (longsor/banjir/erupsi)

6 Kelompok masyarakat rentan (anak-anak/ibu hamil/orang tua/dll)

7 Sumer-sumber penghasilan (Pertanian/Peternakan/Buruh, dll)

8 Kelembagaan internal dan esternal 9 Gender (L/P) 10 Rekomendasi

Sumber : Djaelani, 2008 : 59

c. Riwayat Transek

Meminta masyarakat untuk menentukan dua titik (titik A dan B) pada area

peta spot yang memenuhi persyaratan : banyaknya pemukiman penduduk

Page 74: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(kepadatan penduduk tinggi), banyak sumber alam, sumber kehidupan

penduduk, daerah berisiko/rawan)

Melakukan analisa mengenai perubahan lingkungan, kejadian bencana,

penyakit berdasarkan kurun waktu dengan menggunakan Tabel 8 dan

memperdalam informasi dengan menggunakan wawancara semiterstruktur

untuk riwayat transek.

Tabel 8. Riwayat Transek Tahun Gambar Transek Analisa Situasi 1990 2000 2010

Sumber : Djaelani, 2008 : 53)

d. Riwayat Kejadian Bencana

Meminta masyarakat untuk mengingat kembali kejadian bencana yang telah

menyebabkan kerugian bagi masyarakat dalam 10-20 tahun terakhir

Mencatat dan mengidentifikasi riwayat bencana menggunakan Tabel 9 dan

memperdalam informasi dengan menggunakan wawancara semiterstruktur

untuk riwayat bencana.

Tabel 9. Riwayat Bencana No Tahun

Kejadian Kronologis

Bencana Dampak

yang ditimbulkan

Tingkat risiko

Sumber : Djaelani, 2008 : 50 e. Kalender Musim dan Kegiatan Masyarakat

Meminta masyarakat untuk mengingat aktivitas/kegiatan penting yang

dilakukan oleh masyarakat yang terjadi selama 12 bulan

Membuat kalender musim kegiatan dan mengidentifikasi kalender musim

dan kegiatan masyarakat menggunakan Tabel 10 dan memperdalam

informasi dengan menggunakan wawancara semiterstruktur untuk kalender

musim dan kegiatan masyarakat.

Page 75: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 10. Kalender Musim Dan Kegiatan Masyarakat

Kegiatan

Bulan

Keterangan J A N

F E B

M A R

A P R

M E I

J U N

J U L

A G T

S E P

O K T

N O V

D E S

Musim penghujan Musim kemarau Musim pancaroba Hajatan desa Musim tanam Pesta rakyat Musim panen Kegiatan posyandu Sumber : Djaelani, 2008 : 63

f. Kalender Sumber Penghasilan Masyarakat

Meminta masyarakat untuk menyebutkan jenis-jenis penghasilan

masyarakat selama 12 bulan

Membuat matrik/bagan kalender penghasilan dan mengidentifikasi kalender

penghasilan menggunakan Tabel 11 dan memperdalam informasi dengan

menggunakan wawancara semiterstruktur untuk kalender penghasilan.

Tabel 11. Kalender Penghasilan

Jenis Penghasilan

Bulan

Keterangan J A N

F E B

M A R

A P R

M E I

J U N

J U L

A G T

S E P

O K T

N O V

D E S

Sumber : Djaelani, 2008 : 67 g. Kalender Kejadian Penyakit dan Bencana

Meminta masyarakat untuk mengingat jenis penyakit dan bencana yang

terjadi di masyarkat selama 12 bulan

Membuat matrik/bagan kalender penghasilan dan mengidentifikasi kalender

kejadian penyakit dan bencana menggunakan Tabel 12 dan memperdalam

informasi dengan menggunakan wawancara semiterstruktur untuk kalender

kejadian penyakit dan bencana.

Page 76: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 12. Kalender Kejadian Penyakit Dan Bencana

Jenis Penghasil

an

Bulan Keterangan

J A N

F E B

M A R

A P R

M E I

J U N

J U L

A G T

S E P

O K T

N O V

D E S

Djaelani, 2008 : 61

h. Jadwal Rutin Kegiatan

Meminta masyarakat untuk mendiskusikan kegiatan rutin mereka sehari-hari

Membuat kerangka waktu harian dan identifikasikan jadwal rutin harian

menggunakan Tabel 13 dan memperdalam informasi dengan menggunakan

wawancara semiterstruktur untuk jadwal rutin harian.

Tabel 13. Jadwal Rutin Harian No Waktu Laki-laki Perempuan

Sumber : Djaelani, 2008 : 66

i. Diagram Kelembagaan

Meminta masyarakat untuk menyebutkan lembaga-lembaga yang ada di

masyarakat serta peranan masing-masing lembaga tersebut di masyarakat

Masyarakat diminta untuk membuat penilaian besar kecilnya peranan

lembaga-lembaga tersebut serta menggambarkan hubungan antara lembaga

tersebut dengan masyarakat, untuk memperdalam informasi dengan

menggunakan wawancara semiterstruktur.

j. Ranking Kekayaan dan Kesejahteraan

Masyarakat mengidentifikasi indikator yang akan digunakan untuk

melakukan klasifikasi orang mampu, sederhana dan tidak mampu

Membuat matrik/bagan ranking kekayaan dan kesejahteraan

Dengan indikator yang telah disepakati kemudian dilakukan identifikasi

kelompok masyarakat mampu, sederhana dan tidak mampu dengan

Page 77: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menggunakan Tabel 14 dan memperdalam informasi dengan menggunakan

wawancara semiterstruktur untuk ranking kekayaan dan kesejahteraan.

Tabel 14. Ranking Kekayaan Dan Kesejahteraan

Indikator Tingkat Kekayaan dan Kesejahteraan

Mampu Sederhana Kurang Mampu

Sumber : Djaelani, 2008 : 71

k. Penanganan Masalah Lingkungan Sosial Berbasis Gender

Meminta masyarakat untuk mengungkapkan permasalahan lingkungan

sosial di lingkungan masyarakat

Mendiskusikan dengan masyarakat siapa yang bertanggung jawab dalam

menangani masalah tersebut, apakah pria atau wanita, dan tindakan apa

yang bisa dilakukan oleh pria dan wanita dalam menangani masalah tersebut

Mengidentifikasi kajian penanganan masalah lingkungan dan sosial berasis

gender menggunakan Tabel 15 dan memperdalam informasi dengan

menggunakan wawancara semiterstruktur untuk kajian penanganan masalah

lingkungan dan sosial berbasis gender.

Tabel 15. Kajian Penanganan Masalah Lingkungan Dan Sosial Berbasis Gender

Masalah P W Analisis

Sumber : Djaelani, 2008 : 78

l. Kajian Penanganan Masalah Kesehatan dan Bencana Berbasis Gender

Meminta masyarakat untuk mengungkapkan permasalahan penyakit dan

bencana di lingkungan masyarakat

Page 78: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Mendiskusikan dengan masyarakat siapa yang bertanggung jawab dalam

menangani masalah tersebut, apakah pria atau wanita, dan tindakan apa

yang bisa dilakukan oleh pria dan wanita dalam menangani masalah tersebut

Mengidentifikasi kajian penanganan masalah kesehatan dan bencana

berbasis gender menggunakan Tabel 16 dan memperdalam informasi

dengan menggunakan wawancara semiterstruktur untuk kajian penanganan

masalah kesehatan dan bencana berbasis gender.

Tabel 16. Kajian Penanganan Masalah Kesehatan Dan Bencana Berbasis Gender

Masalah P W Analisis

Sumber : Djaelani, 2008 : 76)

m. Kajian Penanganan Masalah Ekonomi Berbasis Gender

Meminta masyarakat untuk mengungkapkan permasalahan ekonomi di

lingkungan masyarakat

Mendiskusikan dengan masyarakat siapa yang bertanggung jawab dalam

menangani masalah tersebut, apakah pria atau wanita, dan tindakan apa

yang bisa dilakukan oleh pria dan wanita dalam menangani masalah tersebut

Mengidentifikasi kajian penanganan masalah ekonomi berbasis gender

menggunakan Tabel 17 dan untuk memperdalam informasi dengan

menggunakan wawancara semiterstruktur untuk kajian penanganan masalah

ekonomi berbasis gender.

Tabel 17. Kajian Penanganan Masalah Ekonomi Berbasis Gender Masalah P W Analisis

Sumber : Djaelani, 2008 : 75)

n. Analisis Kecenderungan dan Perubahan

Meminta masyarakat untuk mengungkapkan perubahan (lingkungan,

ekonomi dan kesehatan) di dalam masyarakat

Page 79: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Membuat matrik/bagan analisis kecenderungan dan perubahan dan

mengidentifikasi analisis kecenderungan dan perubahan menggunakan

Tabel 18, untuk memperdalam informasi dengan menggunakan wawancara

semiterstruktur untuk analisis kecenderungan dan perubahan.

Tabel 18. Analisis Kecenderungan Dan Perubahan Faktor utama 1995 2000 2005 2010 Analisis

Sawah (%) Perumahan (%) Jumlah penduduk (%) Perlindungan lingkungan Tingakt kesejahteraan (%)

Kualitas sumberdaya (%) Akses mendapatkan pendidikan (mudah/sulit)

Akses mendapatkan pelayanan (mudah/sulit)

Kesehatan (baik/buruk) Akses mendapatkan air bersih (mudah/sulit)

Ketersediaan MCK (mudah/sulit)

Sumber : Djaelani, 2008 : 54

o. Analisis Kerentanan Internal dan Eksternal

Meminta masyarakat untuk mengungkapkan permasalahan yang ada di

masyarakat

Membuat matrik/bagan kajian kerentanan internal dan eksternal dan

mengidentifikasi dengan menggunakan Tabel 19.

Tabel 19. Analisis Kerentanan Internal Dan Eksternal Kerentanan Internal Kerentanan Eksternal

Sumber : Djaelani, 2008 : 73

Metode dinding ini digunakan sebagai metode pengambilan data pada

sampel Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi Kabupaten Magelang yaitu

desa Kaliurang.

Page 80: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Angket

Angket dalam penelitian ini menggunakan pertanyaan seperti alat

penilaian pada metode dinding karena data dan informasi yang diperlukan sama

yaitu data karakteristik Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten

Magelang yaitu dengan menggunakan alat penilaian antara lain : peta spot, peta

transek, riwayat transek, riwayat kejadian bencana, kalender musim dan kegiatan

masyarakat, kalender sumber penghasilan masyarakat, kalender kejadian penyakit

dan bencana, jadwal rutin kegiatan, diagram kelembagaan, ranking kekayaan dan

kesejahteraan, penanganan masalah lingkungan sosial berbasis gender, kajian

penanganan masalah kesehatan dan bencana berbasis gender, kajian penanganan

masalah ekonomi berbasis gender, analisis kecenderungan dan perubahan, analisis

kerentanan internal dan eksternal. Angket ini digunakan sebagai metode

pengambilan data pada sampel Kawasan Rawan Bencana II dan I Gunung Merapi

Kabupaten Magelang yaitu Desa Kamongan untuk sampel Kawasan Rawan

Bencana II Gunung Merapi Kabupaten Magelang dan Desa Jumoyo untuk sampel

Kawasan Rawan Bencana I Gunung Merapi Kabupaten Magelang. Angket ini

digunakan untuk memperoleh data yang banyak dalam waktu yang singkat dan

karena adanya keterbatasan waktu, tenaga, dan materi. Setelah semua data dan

informasi tersebut selesai dikelompokkan maka dilakukan analisis data.

5. Wawancara

Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan atau

informasi yang mendalam dalam rangka pengumpulan data. Dalam pelaksanaan

penelitian ini jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur

dengan hanya membuat pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam

proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Data hasil wawancara berupa

data karakterisitik bencana dan karakteristik masyarakat Kawasan Rawan

Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang. Wawancara semiterstruktur

dilakukan mengikuti dilakukannya pengumpulan data dengan metode dinding atau

angket pada Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang

yaitu sebagai berikut :

Page 81: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Peta Spot

Wawancara semiterstruktur untuk Peta Spot

1. Bagaimana ratio umur dan jenis kelamin masyarakat?

2. Apakah pekerjaan masyarakat sehari-hari?

3. Bagaimana interaksi antara pria dan wanita?

4. Bagaimana kondisi rumah?

5. Bagaimana kondisi fasilitas kesehatan?

6. Bagaimana kertersedian transportasi umum?

7. Bagaimana makanan yang dijual di pasar terbuka?

8. Apa saja jenis penjual di masyarakat?

9. Bagaimana tipe jalan?

10. Bagaimana jarak tempuh desa ke tempat-tempat umum?

11. Apa saja Organisasi Masyarakat (LSM) yang ada di masyarakat?

(Djaelani, 2008 : 56)

b. Peta Transek

Wawancara semiterstruktur

1. Bagaimana karakteristik lingkungan masyarakat?

2. Apa saja masalah-masalah yang berkaitan dengan pemeliharan sumber

daya?

3. Apa saja sumber daya atau potensi-potensi yang tersedia dalam

masyarakat?

4. Bagaimana interaksi antara lingkungan fisik dan aktivitas masyarakat?

(Djaelani, 2008 : 58).

c. Riwayat Transek

Wawancara semiterstruktur

1. Bagaimana sejarah bencana di masyarakat?

2. Faktor-faktor yang memnyebabkan bencana serta dampaknya di

masyarakat?

3. Bagaimana perubahan sumber daya alam yang disebabkan oleh bencana

dan kemungkinan sumber daya alam tersebut yang masih tersisa?

(Djaelani, 2008 : 52).

Page 82: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Riwayat Kejadian Bencana

Wawancara semiterstruktur

1. Apakah penyebab bencana?

2. Bagaimana kronologis kejadian bencana?

3. Bagaiamana akibat dari bencana?

4. Apakah terdapat hubungan sebab akibat antara berbagai bencana?

5. Kapan bencana mulai semakin serius dibanding bencana yang terjadi

sebelumnya dan apa yang akan menyebabkanya? (Djaelani, 2008 : 50).

e. Kalender Musim dan Kegiatan Masyarakat

Wawancara semiterstruktur

1. Musim-musim dan aktivitas/kegiatan yang ada di masyarakat?

2. Apakah ada hubungan antara kegiatan dengan musim?

3. Apakah ada hubungan sebab dan akibat antara berbagai kegiatan?

(Djaelani, 2008 : 62).

f. Kalender Sumber Penghasilan Masyarakat

Wawancara semiterstruktur

1. Apakah jenis-jenis penghasilan/pendapatan masyarakat selama satu

tahun?

2. Apakah ada hubungan antara sumber penghasilan dengan musim?

3. Apakah ada hubungan sebab akibat antara berbagai sumber penghasilan

tersebut? (Djaelani, 2008 : 67).

g. Kalender Kejadian Penyakit dan Bencana

Wawancara semi tertruktur

1. Apakah jenis-jenis penyakit dan bencana yang dialami oleh masyarakat

dalam siklus waktu satu tahun?

2. Apakah ada hubungan antara penyakit dengan musim?

3. Apakah ada hubungan antara bencana dengan musim?

4. Apakah ada hubungan antara penyakit dengan bencana?

5. Apakah ada hubungan sebab dan akibat antara berbagai penyakit atau

bencana? (Djaelani, 2008 : 60).

Page 83: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

h. Jadwal Rutin Kegiatan

Wawancara semiterstruktur

1. Bagaimana aktivitas dan penggunaan waktu masyarakat?

2. Bagaimana beban kerja harian kelompok masyarakat?

3. Apakah ada kegiatan yang dilakukan bersamaan pada masyarakat yang

mempunyai latar belakang aktivitas yang berbeda?

4. Kapan waktu yang tepat untu mengadakan pertemuan dan kegiatan?

(Djaelani, 2008 : 65).

i. Diagram Kelembagaan

Wawancara semiterstruktur

1. Lembaga apa sajakah yang ada di masyarakat (baik yang ada di dalam

ataupun di luar masyarakat) ?

2. Bagaimana komunikasi antar lembaga?

3. Apakah ada potensi kerjasama dengan organisasi lain?

4. Bgaimanakah peran dari berbagai institusi terhadap masyarakat?

5. Agaimanakah peran berbagai institusi pemerintah terhadap suatu

organisasi?

6. Apa kekuatan dan kelemahan masing-masing institusi tersebut?

(Djaelani, 2008 : 68).

j. Ranking Kekayaan dan Kesejahteraan

Wawancara semiterstruktur

1. Apakah pandangan mayarakat lokal mengenai kekayaan dan

kesejahteran?

2. Bagaimanakah karakteristik setiap status ekonomi (mampu, sederhana,

kurang mampu)?

3. Apakah kelompok yang mampu, sederhana dan kurang mampu memiliki

kemampuan untuk menghadapi bencana?

4. Apakah yang menyebabkan kelompok yang mampu, sederhana dan

kurang mampu memiliki kerentanan untuk menghadapi bencana atau

mengurangi risiko bencana?

Page 84: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Kelompok manakah yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan kegiatan upaya kesiapsiagaan bencana atau upaya

pengurangan risiko?

6. Kelompok manakah yang akan diprioritaskan dalam pelaksanaan

kegiatan upaya kesiapsiagaan bencana atau upaya pengurangan risiko?

k. Penanganan Masalah Lingkungan Sosial Berbasis Gender

Wawancara semiterstruktur

1. Apa sajakah permasalahan lingkungan dan sosial yang ada di

masyarakat?

2. Siapakah yang bertanggung jawab dalam menengani masalah tersebut

(pria atau wanita)?

3. Tindakan apa yang bisa dilakukan oleh pria ataupun wanita dalam

menangani masalah tersebut?

4. Apakah ada kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh pria atau wanita

saja? Mengapa?

5. Apakah ada kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama oleh pria atau

wanita? Mengapa? (Djaelani, 2008 : 78).

l. Kajian Penanganan Masalah Kesehatan dan Bencana Berbasis Gender

Wawancara semiterstruktur

1. Apa sajakah permasalahan kesehatan dan bencana yang ada di

masyarakat?

2. Siapakah yang bertanggung jawab dalam menangani masalah tersebut

(pria atau wanita)?

3. Tindakan apa yang bisa dilakukan oleh pria ataupun wanita dalam

menangani masalah tersebut?

4. Apakah ada kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh pria atau wanita

saja? Menganpa?

5. Apakah ada kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama oleh pria atau

wanita? Mengapa? (Djaelani, 2008 : 78).

Page 85: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

m. Kajian Penanganan Masalah Ekonomi Berbasis Gender

Wawancara semiterstruktur

1. Apa sajakah permasalahan ekonomi yang ada di masyarakat?

2. Siapakah yang bertanggung jawab dalam menangani masalah tersebut

(pria atau wanita)?

3. Tindakan apa yang bisa dilakukan oleh pria ataupun wanita dalam

menangani masalah tersebut?

4. Apakah ada kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh pria atau wanita

saja? Menganap?

5. Apakah ada kegiatan yang dapat dilakukan bersama-sama oleh pria atau

wanita? Mengapa? (Djaelani, 2008 : 75).

n. Analisis Kecenderungan dan Perubahan

Wawancara semiterstruktur

1. Perubahan apakah yang terjadi di masyarakat?

2. Bagaimana hubungan antara perilaku masyarakat dan kecenderungan

perubahan yang terjadi di masyarakat?

3. Apakah penyebab terjadinya perubahan tersebut?

4. Apakah akibat dari perubahan-perubahan tersebut (baik akibat yang

sudah terjadi maupun akibat yang dirasakan akan terjadi di masa

mendatang? (Djaelani, 2008 : 54).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

dengan teknik skoring dan klasifikasi untuk menilai kerentanan dan kapasitas

Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang. Selain itu

digunakan pula analisis Participatory Rural Appriasal (PRA) atau penilaian

masyarakat yang partisipatif yaitu pengkajian atau penelitian keadaan desa secara

partisipatif. PRA digunakan dalam melakukan kajian untuk memahami berbagai

aspek kondisi desa sampel dengan melibatkan peran aktif masyarakat agar

masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan mereka tentang kehidupan dan

keadaan mereka sendiri sehingga mampu menyusun rancangan program yang

Page 86: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesuai dengan kondisi masyarakat melalui proses pembelajaran masyarakat

(Djaelani, 2008 : 27). Dalam penelitian ini analisis PRA dilakukan secara penuh

pada Desa Kaliurang sebagai sampel desa Kawasan Rawan Bencana III Gunung

Merapi Kabupaten Magelang sedangkan pada Desa Kamongan dan Jumoyo

sebagai sampel desa Kawasan Rawan Bencana II dan I Gunung Merapi

Kabupaten Magelang menggunakan analisis semiPRA yaitu pengkajian keadaan

desa dengan peran masyarakat dalam pengumpulan data maupun analisis data

tidak secara penuh. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan materi.

3. Kerentanan Kawasan Rawan Bencana

Identifikasi kerentanan dilakukan berdasarkan hasil analisis situasi dengan

menggunakan alat penilaian dan alat pengumpulan data yang lain. Data yang

dihasilkan dianalisis kondisi kerentanannya pada masing-masing alat penilaian

tersebut. Memungkinkan adanya kesamaan hasil analisis kondisi kerentanan pada

dua atau beberapa alat penilaian namun memungkinkan juga tidak ditemukan

kerentanannya. Kondisi kerentanan pada masing-masing alat penilaian yang telah

teridentifikasi dikumpulkan menjadi satu kesimpulan yang menggambarkan

kondisi kerentanan secara umum pada daerah tersebut.

Analisis kerentanan diteruskan dengan menglasifikasikan kerentanan ke

beberapa aspek, yaitu aspek kesehatan, fisik dan lingkungan, aspek sosial budaya,

aspek sikap/motivasi, aspek kelembagaan/keorganisasian dan aspek ekonomi.

Klasifikasi kerentanan melalui tahap penentuan parameter penelitian, dar i

parameter kemudian disusun indikator, setelah itu menentukan skoring dan yang

terakhir adalah membuat klasifikasi kerentanan. Skoring kerentanan diuraikan

dalam tabel 20 dan klasifikasinya pada tabel 21.

Page 87: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 20. Skoring Kerentanan Parameter Indikator Kriteria Bobot Skor

Kesehatan, Fisik dan Lingkungan

Kedekatan sumber bencana

>20 km 2

1 10-20 km 2 <10 km 3

Keterkaitan iklim

Iklim mempengaruhi kejadian bencana 2

0 Iklim tidak berpengaruh terhadap kejadian bencana

2

Tipe bangunan Permanen lantai keramik 2

1 Permanen lantai semen/ubin 2 Semi permanen 3

Akses jalan Aspal 2

1 Makadam 2 Betu kerikil 3

Fasi

litas

Kesehatan

Rumah Sakit 1

1 Puskesmas 2 Polindes 3

Pemerintahan

Ada 1 1 Tidak ada 2

Gedung titik kumpul

Ada 2

1 Tidak ada 2

Jaringan telekomunikasi

Ada dan ketika terjadi bencana dapat digunakan

1

1

Ada namun ketika kondisi bencana tidak dapat digunakan

2

Tidak ada 3 Transportasi Kendaraan beroda 4 muatan banyak (truk)

1 1

Kendaraan beroda 4 muatan sedikit (mobil) 2 Kendaran roda 2/Jalan kaki 3

Jaringan air bersih

PDAM 1

1 Sumur 2 Mata air sungai 3

Saluran irigasi Air hujan 1 1 Pipanisasi mata air/sungai 2

Kecenderungan penyakit

Saat bencana/musim tertentu 1

1 Sepanjang musim 2

Kondisi tanah Kompak 2

1 Gumpal 2 Remah 3

Sosial Budaya Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk <10 jiwa/Ha 2

1 Kepadatan penduduk 10-25 jiwa/Ha 2 Kepadatan penduduk >25 jiwa/Ha 3

Persentase penduduk usia tua (> 65tahun)

Persentase <10% 1

1 Persentase 10-20% 2 Persentase >20% 3

Persentase penduduk usia balita (< 5 tahun)

Persentase <10%

1

1 Persentase 10-20% 2 Persentase >20% 3

Persentase penduduk ibu hamil

Persentase <10% 1

1 Persentase 10-20% 2 Persentase >20% 3

Page 88: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pemahaman masyarakat tentang bencana

Sudah ada pemahaman masyarakat 2

1 Belum ada pemahaman masyarakat 2

Sikap/ motivasi

Penanganan masalah masyarakat berbasis gender

Laki-laki dan perempuan berperan

1

1 Hanya laki-laki yang berperan

2

Kekerabatan penanggulangan bencana

Adanya sistem kekerabatan yang baik 1

0 Belum ada sistem kekerabatan yang baik 2

Sikap penduduk terhadap terjadinya bencana

Berpindah dari kawasan bencana

2

1 Tetap menetap di kawasan bencana

2

Prioritas kebencanaan

Sangat diprioritaskan masyarakat 2

1 Cukup diprioritaskan masyarakat 2 Tidak diprioritaskan masyarakat 3

Kelembagaan/ keorganisasian

Keberadaan lembaga

Program lembaga terorganisir 1

1 Program lembaga kurang terorganisir 2 Tidak ada program lembaga 3

Peraturan/kebijakan

Dipahami oleh semua masyarakat 1

1 Dipahami oleh tokoh masyarakat saja 2 Tidak dipahami oleh masyarakat 3

Ekonomi Keberadaan lokasi usaha/produksi

Tidak terdapat lokasi usaha/produksi

2

0 Terdapat hanya beberapa lokasi usaha/produksi 1

Terdapat lokasi usaha/produksi 2 Tingkat kemakmuran

Masyarakat makmur >60% 1

1 Masyarakat makmur 30-60% 2 Masyarakat makmur <30% 3

Sumber : Modifikasi analisis VCA PRA

Tabel 21. Range Nilai dan Kelas Kerentanan kerentanan range kelas

Kesehatan, Fisik dan Lingkungan

17-27 Tidak Rentan 28-38 Cukup Rentan 39-50 Rentan

Sosial Budaya 7-10 Tidak Rentan 11-14 Cukup Rentan 15-19 Rentan

Sikap/motivasi 5-7 Tidak Rentan 8-10 Cukup Rentan 11-14 Rentan

Kelembagaan/keorganisasian 2-3 Tidak Rentan 4-5 Cukup Rentan 6 Rentan

Ekonomi 1-2 Tidak Rentan 3-4 Cukup Rentan 5-7 Rentan

Total 20-44 Tidak Rentan 45-69 Cukup Rentan 70-94 Rentan

Sumber : Modifikasi analisis VCA PRA

Page 89: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana

Tabel 22. Prioritas Kerentanan

Kerentanan yang dialami Parameter Jumlah

Skor 1 2 3 4 1. 2. 3. 4. 5.

Sumber : Djaelani, 2008 : 88

Analisis prioritas kerentanan menggunakan Tabel 22. Prioritas

kerentanan ini berarti keadaan masyarakat individu maupun kondisi masyarakat

kolektif yang sangat menyebabkan masyarakat lebih mudah tertimpa bencana

atau yang menghambat kemampuan masyarakat untuk melakukan upaya

kesiapsiagaan bencana dan pengurangan risiko bencana sehingga harus

mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan pengurangan risiko bencana.

Prioritas kerentanan ini menggunakan skoring kerentanan-kerentanan yang telah

teridentifikasi. Parameter yang digunakan disajikan dalam Tabel 23.

Tabel 23. Parameter Prioritas Kerentanan No Parameter Kriteria Skor 1. Akibat dan dampak yang

dirasakan oleh masyarakat Ringan Sedang Berat

10 20 30

2. Jangka waktu kerentanan Pendek Sedang Panjang

10 20 30

3. Jumlah warga yang merasakan kerentanan

Sedikit Sedang Banyak

10 20 30

4. Kompleksitas kerentanan tersebut untuk dipecahkan

Mudah Sedang Sulit

10 20 30

Sumber : Djaelani, 2007 : 157

Prioritas kerentanan yang diambil adalah kerentanan yang mempunyai

nilai tertinggi pada keempat parameter yang digunakan sehingga mendapatkan

skor maksimal yaitu 120.

Page 90: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5. Kapasitas Kawasan Rawan Bencana

Identifikasi kapasitas dilakukan berdasarkan hasil analisis situasi dengan

menggunakan alat penilaian. Data yang dihasilkan dari alat penilaian dianalisis

kondisi kapasitasnya pada masing-masing alat penilaian tersebut dan

memungkinkan terdapat kesamaan hasil analisis kondisi kapasitas pada dua atau

beberapa alat penilaian namun memungkinkan tidak ditemukan kapasitasnya.

Kondisi kapasitas pada masing-masing alat penilaian yang telah teridentifikasi

dikumpulkan menjadi satu kesimpulan yang menggambarkan kondisi kapasitas

secara umum pada daerah tersebut.

Analisis kapasitas dapat diteruskan dengan mengklasifikasikan kapasitas

ke beberapa aspek yaitu, aspek tata pemerintahan, aspek pengkajian risiko, aspek

pengetahuan dan pendidikan, aspek manajemen risiko dan pengurangan

kerentanan dan aspek kesiapsiagaan dan tanggap darurat. Klasifikasi kapasiatas

melalui tahap penentuan parameter penelitian, dari parameter kemudian disusun

indikator, setelah itu menentukan skoring dan yang terakhir adalah membuat

klasifikasi kapasitas. Skoring kapasitas diuraikan dalam tabel 24 dan

klasifikasinya pada tabel 25.

Tabel 24. Range Nilai dan Kelas Kapasitas kerentanan Range kelas

Tata Pemerintahan 7-10 Rendah 11-14 Sedang 15-17 Tinggi

Pengkajian risiko 3-4 Rendah 5-6 Sedang 7-8 Tinggi

Pengetahuan dan pendidikan 5-7 Rendah 8-10 Sedang 11-12 Tinggi

Manajemen risiko dan pengurangan kerentanan

7-11 Rendah 12-16 Sedang 17-20 Tinggi

Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

7-10 Rendah 11-14 Sedang 15-19 Tinggi

Total 29-44 Rendah 45-60 Sedang 61-76 Tinggi

Sumber : Modifikasi Karakteristik Ketahanan Masyarakat terhadap Bencana

Page 91: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 25. Skoring Kapasitas Parameter Indikator Kriteria Skor

Tata Pemerintahan

Kebijakan, perencanaan, prioritas-prioritas dan komitmen politik dalam PRB

PRB belum diprioritaskan oleh masyarakat

1

PRB kurang diprioritaskan oleh masyarakat 2

PRB diprioritaskan oleh masyarakat 3 Sistem-sistem hukum dan pengaturan

Tidak adanya peraturan 1 Adanya peraturan/hukum namun kesadaran masyarakat rendah 2

Adanya peraturan/hukum dan kesadaran masyarakat tinggi 3

Pengintegrasian ke dalam kebijakan-kebijakan dan perencanaan pembangunan

Kebijakan/perencanaan belum menggunakan pendekatan PRB 1

Kebijakan/perencanaan menggunakan pendekatan PRB 2

Pengintegrasian ke dalam tanggap darurat dan pemulihan

Kebijakan/perencanaan belum menggunakan pendekatan PRB

1

Kebijakan/perencanaan menggunakan pendekatan PRB 2

Mekanisme-meknisme, kapasitas dan struktur kelembagaan, pembagian tanggung jawab

Tidak ada dukungan lembaga maupun dana 1

Adanya dukungan lembaga dengan keterbatasan dana 2

Adanya dukungan lembaga disertai dengan dukungan dana 3

Kemitraan Tidak ada hubungan/kemitraan antar lembaga 1

Adanya hubungan/kemitraan yang baik antar lembaga 2

Partisipasi masyarakat Belum adanya partisipasi masyarakat 1 Adanya partisipasi masyarakat 2

Pengkajian risiko Data dan pengkajian bahaya/risiko

Belum ada pengkajian risiko 1 Pengkajian risiko dilakukan tidak secara partisipatif

2

Pengkajian risiko dilakukan secara partisipatif

3

Data dan pengkajian kerentanan dan danpak

Belum ada pengkajian kerentanan dan dampak 1

Pengkajian kerentanan dan dampak dilakukan tidak secara partisipatif 2

Pengkajian kerentanan dan dampak dilakukan secara partisipatif 3

Kapasitas ilmiah dan teknis serta inovatif

Masyarakat tertutup terhadap perkembangan ilmu 1

Masyarakat terbuka pada perkembangan ilmu 2

Pengetahuan dan pendidikan

Kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan publik

Masyarakat tidak paham terhadap bencana 1

Masyarakat cukup paham terhadap bencana 2

Masyarakat paham terhadap bencana 3 Manajemen dan Informasi kebencanaan tidak dapat 1

Page 92: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pertukaran informasi dipahami oleh masyarakat Informasi kebencanaan dipahami oleh sebagian masyarakat 2

Informasi kebencanaan dapat dipahami masyarakat luas 3

Pendidikan dan pelatihan Pendidikan dan pelatihan belum menerapkan PRB 1

Pendidikan dan pelatihan sudah menerapkan PRB 2

Budaya, sikap dan motivasi

Masyarakat belum mempunyai sikap realistis terhadap risiko dan manajemen risiko

1

Masyarakat mempunyai sikap realistis terhadap risiko dan manajemen risiko

2

Pembelajaran dan penelitian

Belum adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk belajar dan melakukan penelitain tentang kebencanaan

1

Adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk belajar dan melakukan penelitain tentang kebencanaan

2

Manajemen risiko dan pengurangan kerentanan

Manajemen lingkungan hidup dan sumber daya alam (modal alam)

Masyarakat belum peduli lingkungan dan tidak mempunyai ahli lingkungan 1

Masyarakat peduli lingkungan namun tidak mempunyai ahli lingkungan

2

Masyarakat peduli lingkungan dan adanya ahli lingkungan

3

Kesehatan (modal manusia)

Hanya ada Polindes dan masyarakat belum mempunyai kesadaran terhadap kesehatan

1

Adanya Rumah Sakit/Puskesmas namun masyarakat belum mempunyai kesadaran terhadap kesehatan

2

Adanya Rumah Sakit dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan tinggi 3

Penghidupan yang berkelanjutan

Hanya mengandalakan satu sektor mata pencaharian 1

Adanya disertivikasi mata pencaharian dengan satu sektor utama 2

Adanya disertivikasi mata pencaharian 3

Perlindungan sosial (modal sosial)

Tidak mempunyai dukungan/hubungan dengan pihak eksternal

1

Adanya dukungan/hubungan dengan lembaga/pihak eksternal

2

Adanya dukungan/hubungan dengan lembaga/pihak eksternal dibidang kebencanaan

3

Perangkat-perangkat finansial (modal

Masyarakat tidak mempunyai tabungan secara berarti 1

Page 93: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

finansial) Tabungan masyarakat berupa barang 2 Tabungan masyarakat berupa deposito 3

Perlindungan fisik, langkah-langkah struktural dan teknis (modal fisik)

Belum dilaksanakan langkah-langkah mitigasi struktural 1

Pelaksanaan langkah-langkah mitigasi struktural tanpa memanfaatkan partisipasi dan kekayaan masyarakat

2

Pelaksanaan langkah-langkah mitigasi struktural dengan memanfaatkan partisipasi dan kekayaan masyarakat

3

Sistem dan mekanisme perencanaan

Perencanaan belum menggunakan pendekatan PRB 1

Perencanaan sudah menggunakan pendekatan PRB 2

Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

Kapasitas kelembagaan dan koordinasi

Belum adanya struktur kelembagaan kesiapsiagaan/tanggap darurat bencana

1

Adanya struktur kelembagaan kesiapsiagaan/tanggap darurat bencana sederhana

2

Adanya struktur kelembagaan kesiapsiagaan/tanggap darurat bencana komplek

3

Pelatihan kebencanaan Pengembangan pengetahuan kebencanaan dari pengalaman sehari-hari

1

Adanya pelatihan reguler kebencanaan oleh lembaga

2

Sistem-sistem peringatan dini

Tidak mempunyai sistem peringatan dini

1

Mempunyai sistem komunikasi peringatan dini namun untuk menjangkau masyarakat kurang lancar

2

Mempunyai sistem komunikasi peringatan dini yang dapat menjangkau masyarakat

3

Perencanaan kesiapsiagaan dan kontijensi

Tidak mempunyai rencana kesiapsiagaan untuk bencana 1

Adanya rencana kesiapsiagaan untuk menghadapi bencana 2

Sumber-sumber daya dan infrastruktur kedaruratan

Tidak tersedia 1 Mempunyai gedung/bangunan yang dapat digunakan sebagai tempat penampungan

2

Adanya titik kumpul dan menara pandang 3

Tanggap darurat dan pemulihan

Masyarakat tidak mampu menyediakan layanan-layanan tanggap darurat yang efektif dan tepat

1

Masyarakat cukup mampu 2

Page 94: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

menyediakan layanan-layanan tanggap darurat yang efektif dan tepat Masyarakat mampu menyediakan layanan-layanan tanggap darurat yang efektif dan tepat

3

Partisipasi, kerelawanan Tidak ada partisipasi masyarakat, pelaksaan oleh pemerintah 1

Partisipasi masyarakat tidak secara penuh

2

Adanya partisipasi masyarakat dalam penyusunan, pengembangan dan pelaksanaan rencana PRB

3

Sumber : Modifikasi Karakteristik Ketahanan Masyarakat terhadap Bencana

6. Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Dalam mengidentifikasi tindakan/aksi penurangan risiko menggunakan

Tabel 26.

Tabel 26. Identifikasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kerentanan Kapsitas Tindakan/aksi untuk mengatasi

Kerentanan dengan Menggunakan Kapasitas

Kerentanan1 Kapasitas1 Kapasitas2 Kapasitas3

Kerentanan2 Kapasitas1 Kapasitas2 Kapasitas3

Sumber : Djaelani, 2008 : 91

Penilaian ini menggunakan alat penilaian berbasis masyarakat yang berarti

masyarakat sendirilah yang menilai kondisi mereka sendiri. Dengan kemampuan

mengenali kondisi mereka sendiri maka masyarakat lebih mengetahui kebutuhan

dan dapat melakukan tindakan yang tepat sesuai yang dibutuhkan untuk daerah

mereka sendiri. Kerentanan yang diidentifikasi adalah kerentanan yang masuk

dalam prioritas kerentanan karena kerentanan yang diprioritaskan merupakan

kerentanan yang membutuhkan penanganan tindakan baik untuk pemulihan

kondisi masyarakat pasca bencana maupun untuk peningkatan kemampuan

masyarakat sehingga risiko bencana mampu diminimalkan.

Page 95: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana ini merupakan

tindakan/aksi bencana yang harus segera dilakukan sehubungan dengan kondisi

kerentanan dan kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat

dan meminimalkan kerentanan sehingga risiko bencana menjadi berkurang.

Dengan prioritas tindakan ini maka dapat melihat tindakan pengurangan risiko

bencana yang mampu dilakukan masyarakat sesuai kemampuan masyarakat.

Prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana ini menggunakan

perhitungan dukungan kapasitas pada tindakan/aksi pengurangan risiko yang

telah teridentifikasi. Penentuan prioritas diutamakan pada tindakan/aksi yang

paling dibutuhkan masyarakat pada jangka waktu tersebut. Dengan

menggunakan parameter :

1. Dapatkah diatasi oleh masyarakat sendiri? Bagaimana?

2. Dukungan pendanaan? Bagaimana cara mendapatkannya?

3. Dukungan Teknik? Bagaimana cara mendapatkannya?

4. Jangka Waktu

S = Jangka waktu singkat

M = Jangka waktu menengah

L = Jangka waktu panjang

Dalam mengidentifikasi prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko

menggunakan Tabel 27.

Page 96: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 27. Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Tindakan/aksi untuk mengatasi Kerentanan dengan Menggunakan Kapasitas

Dapatkah diatasi oleh masyarakat sendiri? Bagaimana?

Dukungan pendanaan? Bagaimana cara mendapatksannya?

Dukungan Teknik? Bagaimana cara mendapatkannya?

Jangka Waktu

Ranking

Sumber : Djaelani, 2008 : 92

Parameter tersebut akan mendeskripsikan tindakan pengurangan risiko

bencana yang dibutuhkan masyarakat dengan kemampuan masyarakat dalam

merealisasikannya dan dukungan yang dibutuhkan untuk merealisasikannya. Hal

ini akan mempengaruhi kemungkinan tindakan pengurangan risiko bencana ini

mampu terealisasikan. Tindakan pengurangan risiko yang diprioritaskan

berdasarkan parameter jangka waktu permintaan pemenuhan kebutuhan tindakan

ini, jangka waktu singkat berarti tindakan pengurangan risiko bencana ini sangat

mendesak dan dibutuhkan oleh masyarakat yang mempengaruhi kelangsungan

kehidupan masyarakat selanjutnya. Jika tidak dipenuhi dengan segera

memungkinkan terjadinya kondisi masyarakat yang semakin buruk. Dan

selanjutnya jangka waktu menengah kemudian yan mendapat prioritas terakhir

adalah tindakan/aksi yang menuntut dipenuhi pada jangka waktu lama.

Parameter selanjutnya berkaitan dengan kemampuan masyarakat dalam

merealisasikannya, yang diprioritaskan adalah tindakan/aksi pengurangan risiko

bencana yang bisa dilakukan dengan kapasitas dan kemampuan masyarakat

sendiri selanjutnya tindakan/aksi yang memerlukan dukungan teknik dan

dukungan pendanaan. Dukungan teknik dan pendanaan dari pihak luar lebih sulit

didapatkan sehingga menjadi prioritas terakhir.

Alur penelitian in disajikan dalam diagram pada Gambar 10.

Page 97: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Alat Penilaian Observasi Langsung Peta Spot Peta Transek Riwayat Transek Riwayat Kejadian Bencana Kalender Musim dan Kegiatan Masyarakat Kalender Kejadian Penyakit dan Bencana Jadwal Rutin Harian Analisa Sumber Penghasilan (mata pencaharian) Diagram Kelembagaan Ranking Kekayaan dan Kesejahteraan Kajian Penanganan Masalah Ekonomi Berbasis Gender Kajian Penanganan Masalah Penyakit dan Bencana Berbasis Gender Kajian Penanganan Masalah Lingkungan dan Sosial Berbasis Gender Analisis Kecenderungan dan Perubahan Analisis Kerentanan Internal dan Eksternal

DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Peta Kawasan Rawan Bencana G.Merapi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010

Data Kawasan Rawan Bencana III, II dan I

Lapangan

Kapasitas

Prioritas Kerentanan

Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Kerentanan

Prioritas Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

data karakteristik KRB III

PRA (Participatory Rural Appriasal)

Ranking

Skoring

PRA (Participatory Rural Appriasal) (KRB III)

Skoring

analisis alat penilaian KRB III

kemampuan masyarakat untuk mengatasi sendiri

dukungan teknik

jangka waktu

dukungan pendanaan

Gambar 10. Diagram Alir Penelitian

akibat dan dampak yang dirasakan oleh

masyarakat

jangka waktu

kerentananjumlah warga yang

merasakan kerentanan

kompleksitas kerentanan tersebut untuk dipecahkan

data karakteristik KRB II, I

semiPRA

semiPRA (KRB II, I)

PRA (Participatory Rural Appriasal) semiPRA

analisis alat penilaian KRB II, I

Page 98: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI WILAYAH

1. Letak dan Luas

Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa

2 (108.573 Ha) atau seluas

3,34% dari luas Provinsi Jawa Tengah dan mempunyai ketinggian wilayah

antara 153-3.065 m diatas permukaan laut dan ketinggian rata-rata 360 m

diatas permukaan laut. Dilihat dari peta orientasi Propinsi Jawa Tengah,

wilayah Kabupaten Magelang memiliki posisi yang strategis karena

keberadaannya terletak di tengah-tengah, sehingga mudah dicapai dari berbagai

arah. Secara geoekonomis, Kabupaten Magelang merupakan daerah

perlintasan, jalur kegiatan ekonomi, yaitu Semarang-Magelang-Purwokerto

dan Semarang-Magelang-Yogyakarta-Solo. Secara administrasi Kabupaten

Magelang berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang

Sebelah Timur : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Boyolali

Sebelah Selatan : Kabupaten Purworejo dan Propinsi D.I.Y

Sebelah Barat :Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo

Bagian Tengah : Kota Magelang

Kabupaten Magelang secara administrasi terbagi menjadi 21 kecamatan

yang terdiri dari 5 kelurahan dan 367 desa. Seluruh desa yang ada merupakan

desa swasembada. Kecamatan di Kabupaten Magelang antara lain : Salaman,

Borobudur, Ngluwar, Salam, Srumbung, Dukun, Muntilan, Mungkid,

Sawangan, Candimulyo, Mertoyudan, Tempuran, Kajoran, Kaliangkrik,

Bandongan, Windusari, Secang, Tegalrejo, Pakis, Grabag, dan Ngablak.

Page 99: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Geologi

Batuan penyusun daerah Kabupaten Magelang terdiri dari batuan

sedimen, batuan gunung api, batuan beku terobosan dan endapan aluvial.

Batuan sedimen merupakan Formasi Andesit Tua yang terdiri dari Breksi,

Andesit, Tufa, Tufa Lapili, Aglomorat dan Lava Andesit. Formasi ini

menempati sisi tepi bagian Barat Daya Kabupaten Magelang, yakni daerah

Salaman dan Borobudur bagian selatan. Batuan ini mengandung potensi bahan

galian golongan C (berupa batuan andesit). Batuan gunung api merupakan

material batuan yang dihasilkan oleh Gunung Api Merapi, Gunung Api

Merbabu, dan Gunung Api Sumbing menempati satuan geomorfik lereng dan

puncak gunung api tersebut terdiri dari breksi piroklastik, lelehan lava, batu

pasir tufaan dan lahar. Breksi piroklastik dan lava andesit terdapat di wilayah

Kecamatan Kajoran, Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Windusari,

Kecamatan Grabag, Kecamatan Ngablak, Kecamatan Pakis, Kecamatan

Sawangan, Kecamatan Dukun, dan Kecamatan Srumbung. Batu pasir tufaan

dan lahar terdapat di Kecamatan Salaman, Kecamatan Tempuran, Kecamatan

Bandongan, Kecamatan Secang, Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan

Candimulyo, Kecamatan Mertoyudan, Kecamatan Mungkid, Kecamatan

Muntilan, Kecamatan Salam dan Kecamatan Ngluwar. Jenis batuan ini sangat

baik sebagai bahan penyimpanan akuifer (bahan yang dapat menyimpan air)

dan juga sebagai sumber bahan galian golongan C (pasir dan batu). Batuan

beku terobosan berupa dasit dan andesit, terdapat didaerah Salaman bagian

Tenggara dan Borobudur bagian Barat Daya. Batuan beku terobosan ini

menyebabkan terjadinya bahan galian batu gamping yang mengalami

metamorfosa. Di Kabupaten Magelang terdapat endapan aluvial. Endapan

aluvial menempati satuan geomorfik dataran aluvial di sepanjang sungai-

sungai yang besar yaitu Sungai Progo dengan cabang-cabangnya yang

mengalir di Salaman sampai Borobudur. Endapan aluvial terdiri dari material-

material lepas berupa kerakal, kerikil, pasir lanau lumpur dan lempung.

Endapan aluvial sangat baik sebagai batuan akuifer (penyimpan air tanah)

sekaligus sebagai penghasil pasir dan batu. Kabupaten Magelang mempunyai

Page 100: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sumber daya bahan galian industri (bahan galian golongan C) yang cukup

besar, terutama kelompok bahan galian konstruksi, seperti: andesit dan sirtu,

yang tersebar luas di kawasan Merapi Merbabu maupun kawasan Menoreh.

Sampai tahun 2005, tercatat ada 11 tipe bahan galian industri yang telah

teridentifikasi secara makro (survei pendahuluan). Namun demikian, dari 11

jenis bahan galian tersebut hanya 8 jenis bahan galian yang telah dihitung

potensi sumberdaya terekanya. Kedelapan jenis bahan galian tersebut adalah:

andesit, trass, tanah, urug, oker, lempung, kaolin, batu, gamping, kristalin

(marmer) dan sirtu. Di samping itu, ada potensi lain yang berupa endapan

logam, yaitu : endapan mangan (MnO2). Endapan mangan ini secara geologik

banyak ditemukan di Pegunungan Menoreh, terutama di daerah Ngargoretno.

Posisi geologinya berada di sela-sela antara batugamping kristalin (marmer)

dengan batuan vulkanik tua di Perbukitan Menoreh. Sampai saat ini dari sisi

permintaan akan kebutuhan mangan untuk industri besi/baja, bahan baku yang

berupa endapan mangan cukup banyak dijumpai di Perbukitan Menoreh

Kabupaten Magelang (Bagian Perekonomian, setda Kabupaten Magelang

(2002) dalam Yudhistira, 2008: 22). Berdasarkan data Statistik Lingkungan

Hidup Jawa Tengah Tahun 2007 yang dikeluarkan oleh Badan Pengelolaan dan

Pengendalian Dampak Lingkungan Provinsi Jawa Tengah dalam Yudhistira,

2008 : 22, luas wilayah Kabupaten Magelang tersebut terbagi sebanyak 37.417

ha lahan persawahan dan 71.156 ha bukan lahan sawah. Kabupaten Magelang

juga memiliki 33.303,00 ha lahan yang masuk kategori sangat kritis, 35.423,50

ha lahan kritis, 24.451,80 lahan agak kritis, 5.985,90 ha lahan yang memiliki

potensi kritis. Sebaran tanah pada masing-masing wilayah di Kabupaten

Magelang, terbagi menjadi:

Alluvial Kelabu, terdapat di Kecamatan Candimulyo, Kecamatan

Mertoyudan, Kecamatan Mungkid, Kecamatan Muntilan, dan Kecamatan

Ngluwar.

Alluvial Cokelat Tua, terdapat di Kecamatan Bandongan. Kecamatan

Borobudur, Kecamatan Candimulyo, Kecamatan Mungkid, Kecamatan

Page 101: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Muntilan, Kecamatan Salaman, Kecamatan Secang, Kecamatan Tegalrejo,

Kecamatan Tempuran.

Komplek Regosol Kelabuan dan Latosol terdapat di Kecamatan Kajorang,

Kecamatan Kaliangkrik, Kecamatan Windusari, Kecamatan Srumbung dan

Kecamatan Dukun.

Komplek Latosol Kekuningan, Litosol Cokelat Tua dan Litosol terdapat di

Kecamatan Salaman dan Borobudur.

Komplek Latosol Kemerahan, dan Litosol terdapat di Kecamatan Salam,

Kajoran, Kaliangkrik, Salaman, Tempuran, Bangongan danWindusari.

Komplek Andosol Kelabu tua dan Litosol terdapat di Kecamatan Ngablak,

Pakis, dan Sawangan.

Latosol Coklat Kemerahan terdapat di Kecamatan Grabag dan Ngablak.

Regosol Coklat terdapat di Kecamatan Sawangan, Mungkid, Muntilan,

Dukun, Srumbung, Salam, dan Ngluwar.

Asosiasi Andosol Coklat terdapat di Kecamatan Grabag, dan Ngablak.

Andosol coklat terdapat di Kecamatan Grabak, Ngablak, Pakis, Sawangan.

Latosol coklat yang terdapat dan menempati sebagian besar wilayah

Kabupaten Magelang terdapat di kaki Gunung Sumbing dan Merbabu

dengan topografi landai dan air cukup tersedia, oleh karena itu memiliki

potensi pertanian yang sampai tinggi.

Tanah latosol coklat terdapat di Kecamatan Windusari, Bandongan,

Kaliangkrik, Kajoran, Salaman, Secang, Pakis, Tegalrejo, Candimulyo,

Sawangan dan sebagian kecil di Kecamatan Mungkid.

Komplek Regosol kelabuan dan Latosol terdapat di Kecamatan Windusari,

Kaliangkrik, dan Kajoran.

3. Iklim

a. Tipe iklim

Tipe iklim dilokasi penelitian ditentukan dengan menggunakan

metode Koppen. Metode Koppen adalah metode klasifikasi iklim yang

berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperaturnya, baik temperatur

Page 102: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bulanan maupun temperatur tahunan. Metode ini membagi permukaan bumi

ini menjadi 5 tipe iklim yaitu : iklim hujan tropika (A), iklim kering (B),

iklim sedang (C), dingin (D) dan iklim kutub (E). Berdasarkan pembagian

ini, maka lokasi penelitian termasuk iklim huan tropika tropika (A).

Wilayah iklim ini adalah daerah yang memiliki temperatur bulan terdingin

lebih besar dari 18°C. Selanjutnya Koppen membagi iklim A menjadi :

Tropik Basah (Af)

Wilayah iklim ini memiliki ciri-ciri yaitu pada saat bulan terkering

masih memiliki hujan rata-rata lebih besar dari 60 mm.

Tropik Lembab (Am)

Wilayah ini memiliki ciri-ciri yaitu pada bulan-bulan basah dapat

mengimbangi kekurangan hujan pada bulan kering. Tipe ini memiliki

bulan basah dan bulan kering, tetapi bulan-bulan kering masih dapat

diimbangi oleh bulan-bulan basah. Sehingga pada wilayah ini masih

terdapat hutan yang cukup lebat.

Tropika Kering (Aw)

Jumlah hujan pada bulan-bulan basah tidak dapat mengimbangi

kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Sehingga vegetasi yang ada

adalah padang rumput dengan pepohonan yang jarang

(Wisnubroto, 1986 : 70).

Stasiun terdekat tempat lokasi adalah Stasiun Iklim Babadan namun

data pada stasiun tersebut tidak dapat ditampilkan karena adanya kerusakan

alat maka temperatur lokasi penelitian berdasarkan Stasiun Meteorologi

Pertanian Khusus Borobudur, Magelang (Jawa Tengah Dalam Angka 2010).

Dari data diperoleh nilai temperatur rata-rata tahun 2009 sebesar 25,8°C,

dengan temperatur terendah 21,7°C sedangkan temperatur tertinggi tidak

dapat ditampilkan karena alat rusak. Data curah hujan disajikan dalam Tabel

28.

Page 103: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 28. Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 2003-2007

No Bulan 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata HH Mm HH Mm HH Mm HH Mm HH Mm HH Mm

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember

20 25 18 15 10 4 - 1 2 7 17 25

685 665 244 92 120 51 - 14 8 108 328 512

21 21 25 14 15 2 11 - 5 5 22 28

327 289 279 205 253 10 155 - 14 17 612 602

17 22 20 15 3 10 8 3 12 7 16 -

438 623 469 147 14 62 90 35 191 100 365 -

26 26 17 18 18 1 - - - 4 6 28

478 370 159 280 309 9 - - - 12 130 578

11 25 25 22 6 12 0 0 0 4 16 29

130 416 605 342 49 83 0 4 0 80 295 468

19 24 21 17 11 6 4 1 6 5 15 22

412 473 351 213 127 43 49 10 43 63 346 432

Jumlah 144 2827 169 2763 133 2534 144 2325 151 2472 151 2562 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Magelang (2007)

Berdasarkan Tabel 28 dapat diketahui bahwa rata-rata curah hujan

terkering adalah 10 mm yaitu pada bulan Agustus. Rata-rata jumlah hujan

tahunan 2.562 mm. Data rata-rata curah hujan tahunan dan curah hujan

bulanan terkering digunakan untuk menentukan tipe iklim Af, Am atau Aw.

Data ini dimasukkan dalam grafik Koppen yang menunjukkan garis batas

Tipe Iklim Af, Am dan Aw. Hasil sebagai analisis pada Gambar 11.

Gambar 11. Tipe Iklim Lokasi Penelitian menurut Koppen (Sumber :

Wisnubroto, 1986 : 78)

Af

Am Aw

2500 2000 1500 1000

0

2

4

6

Rata-rata jumlah curah hujan tahunan (mm)

Rat

a-ra

ta c

urah

huj

an b

ulan

terk

erin

g (m

m)

8

Page 104: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Setelah diplotkan terlihat bahwa lokasi penelitian termasuk ke dalam

tipe iklim Am (dipresentasikan dalam Gambar 11). Hal ini diperkuat dengan

fenomena hujan yang banyak terjadi pada Bulan Nopember sampai dengan

Mei, namun huan masih dapat ditemui pada Bulan Juni sampai Oktober,

yang berarti bahwa hujan pada bulan-bulan basah dapat mengimbangi

kekurangan hujan pada bulan-bulan kering.

b. Tipe Curah Hujan

Penentuan tipe curah hujan di lokasi penelitian berdasarkan metode

Schmidt dan Ferguson. Klasifikasi tipe curah hujan berdasarkan metode ini

adalah dengan berdasarkan pada perbandingan rata-rata jumlah bulan basah

dan rata-rata jumlah bulan kering. Kriteria untuk menentukan bulan basah

dan kering berdasarkan klasifikasi dari Mohr dalam Wisnubroto (1986)

yaitu :

Bulan basah yaitu suatu bulan yanng curah hujannya lebih dari 100

mm. Pada bulan basah, curah hujan lebih besar dari penguapan yang

terjadi.

Bulan lembab yaitu suatu bulan yang curah hujannya lebih besar dari 60

mm tetapi kurang dari 100 mm. Pada bulan ini, curah hujan kurang

lebih sama dengan penguapan yang terjadi.

Bulan kering yaitu suatu bulan dengan curah hujan kurang dari 60 mm.

Pada bulan basah, curah hujan lebih kecil dari penguapan yang terjadi.

Penggolongan tipe curah hujan menurut Schmidt dan Ferguson

berdasarkan pada nilai Q yaitu :

Rata Rata Bulan Kering (BK) Q = x 100 %

Rata Rata Bulan Basah (BB)

Page 105: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 29. Kriteria Tipe Iklim Berdasarkan Curah Hujan Menurut Schmidt dan Ferguson.

Tipe CH Nilai Q Sifat A 0 < Q < 0,143 Sangat basah B 0,143 < Q < 0,333 Basah C 0,333 < Q < 0,600 Agak basah D 0,600 < Q < 1,000 Sedang E 1,000 < Q < 1,670 Agak kering F 1,670 < Q < 3,000 Kering G 3,000 < Q < 7,000 Sangat kering H 7,000 < Q Luar biasa kering

Sumber : Wisnubroto, 1986 : 75

Data Curah hujan dari Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus

Borobudur, Magelang dipakai untuk mewakili curah hujan di lokasi

penelitian. Berdasarkan Tabel 29 dapat diketahui jumlah curah hujan

tertinggi adalah pada Tahun 2003 sebesar 2827 mm. Rata-rata curah hujan

tertinggi adalah pada Bulan Februari yaitu sebesar 473 mm. Rata-rata curah

hujan terendah adalah pada Bulan Agustus yaitu sebesar 10 mm. Jumlah

bulan basah paling banyak berada pada Tahun 2004 yaitu sebanyak 8 bulan.

Adapun jumlah bulan kering paling banyak pada Tahun 2007 yaitu

sebanyak 4 bulan. Penentuan tipe curah hujan menurut metode Schmidt-

Ferguson dapat dihitung sebagai berikut :

Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan tipe curah hujan

Kabupaten Magelang menurut Schmidt dan Ferguson termasuk curah hujan

tipe C yaitu agak basah karena beranda pada kisaran antara 0,333 < Q <

0,600. Hasil perhitungan dipresentasikan pada Gambar 12.

Page 106: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 12. Tipe Curah Hujan Lokasi Penelitian (Sumber : Analisis data)

4. Penduduk

Untuk memberikan gambaran umum mengenai keadaan penduduk di

Kecamatan Jebres, berikut ini dikemukakan data mengenai jumlah dan

persebaran penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.

a. Jumlah

Jumlah penduduk yang besar merupakan aset tersendiri bagi

keberhasilan pembangunan suatu wilayah, mengingat penduduk

merupakan pelaku dan sasaran dari kegiatan pembangunan itu sendiri.

Kepadatan penduduk di Kabupaten Magelang disajikan dalam Tabel 30.

Tabel 30. Kepadatan Penduduk Kabupaten Magelang, 2004-2008 Tahun Luas

Wilayah (km2)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)

Pertumbuhan Penduduk (%)

2004 1.085,73 1.157.715 1.066 0,92 2005 1.085,73 1.168.557 1.076 0,93 2006 1.085,73 1.179.862 1.087 0,96 2007 1.085,73 1.188.929 1.095 0,76 2008 1.085,73 1.204.936 1.110 1,33

Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2008

Rerata Bulan Basah

11

10

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1

12

Rer

ata

Bul

an K

erin

g H

G

F

E

D

C

B

A

7,000

3,000

1,670

1,000

0,143

0,333

0,600

Gam

Nilai Q

Page 107: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Jumlah penduduk di Kabupaten Magelang pada tahun 2008

sebanyak 1.204.936 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.110 jiwa per km2

dan pertumbuhan penduduknya sebesar 1,33% per tahun. Seiring dengan

jumlah penduduk yang terus bertambah, kepadatan penduduk dalam kurun

waktu lima tahun terakhir juga menunjukkan kecenderungan yang

meningkat. Pada tahun 2004 kepadatan penduduk sebesar 1.066 jiwa/km2,

sedangkan pada tahun 2008 sudah menjadi 1.110 jiwa/km2. Pertumbuhan

penduduk tiap tahunnya dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008

mengalami perubahan yang fluktuatif namun cenderung meningkat.

Pertumbuhan penduduk yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar

1,33% dan pada tahun 2007 sebesar 0,76% merupakan pertumbuhan

penduduk yang paling rendah. Pertumbuhan penduduk di Kabupaten

Magelang yang semakin meningkat ini dikarenakan jumlah penduduk

yang semakin bertambah dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan

tingginya angka kelahiran maupun jumlah penduduk yang datang lebih

besar daripada jumlah penduduk yang pergi ke luar daerah Kabupaten

Magelang. Laju pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dari

tahun ke tahun menunjukkan jumlah penduduk semakin bertambah tiap

tahunnya. Hal ini akan berpengaruh pada penggunaan lahan, semakin

banyak jumlah penduduk maka lahan pertanian akan semakin berkurang.

Berkurangnya lahan pertanian ini terjadi karena adanya konversi lahan,

yang semula suatu lahan digunakan untuk lahan pertanian akan beralih

menjadi pemukiman penduduk.

b. Komposisi Penduduk

1) Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelaminnya

dikelompokkan menjari dua yaitu laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan komposisi tersebut dapat diketahui sex ratio-nya yaitu

perbandingan antara laki-laki dan perempuan di wilayah Kabupaten

Magelang. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dan sek ratio

di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada Tabel 31.

Page 108: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 31. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio di Kabupaten Magelang Tahun 2009

Kecamatan Jenis Kelamin (Sex) Ratio

Kelamin (Sex Ratio)

Laki-laki (Male)

Perempuan (Female)

Salaman 34 094 35 121 97,08 Borobudur 28 496 28 094 101,43 Ngluwar 15 177 15 064 100,75 Salam 22 945 21 462 106,91 Srumbung 22 842 22 502 101,51 Dukun 21 833 22 223 98,25 Muntilan 36 446 37 124 98,18 Mungkid 33 753 35 771 94,36 Sawangan 28 401 28 844 98,46 Candimulyo 24 527 23 835 102,91 Mertoyudan 48 443 49 066 98,73 Tempuran 24 192 23 849 101,44 Kajoran 28 708 28 142 102,01 Kaliangkrik 28 404 28 712 98,93 Bandongan 28 247 28 002 100,88 Windusari 25 210 25 881 97,41 Secang 38 046 37 785 100,69 Tegalrejo 37 329 25 189 108,50 Pakis 27 804 28 147 98,78 Grabag 43 310 43 756 98,98 Ngablak 20 503 20 394 100,54 Kabupaten Magelang

608 710 608 962 99,96

Sumber : BPS Kabupaten Magelang 2009

2) Menurut Kelompok Umur

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan

menjadi 2 kelompok, yaitu: penduduk usia non produktif dan

penduduk usia produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk

yang berusia 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65

tahun, sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang

berusia 15-64 tahun. Komposisi penduduk Kabupaten Magelang

berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 32.

Page 109: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 32. Komposisi Penduduk Kabupaten Magelang menurut Kelompok Umur Tahun 2008

Umur (tahun) Jumlah (orang) Angka Beban Tanggungan (%)

0 14 300.391

48,83 15 64 809.596

2 1 94.949

Jumlah 1.204.936 Sumber : BPS Kabupaten Magelang, 2008

Tabel 32 menunjukkan jumlah penduduk usia produktif lebih

besar dibandingkan jumlah penduduk usia nonproduktif. Jumlah

penduduk usia produktif yaitu 809.596 orang dan penduduk usia

nonproduktif yaitu 395.340 orang, dengan rasio beban tanggungan

48,83%. Hal ini menunjukan setiap 100 orang penduduk produktif

harus menanggung 48,83 orang (49 orang) yang nonproduktif.

Keadaan tersebut dapat mendorong tercapainya pembangunan

ekonomi daerah Kabupaten Magelang, semakin kecil angka beban

tanggunggan maka akan semakin besar sumber daya manusia yang

digunakan untuk pembangunan daerah di Kabupaten Magelang.

3) Menurut Tingkat Pendidikan

Keberhasilan pembangunan di suatu wilayah dapat dilihat

dari tingkat penyerapan tenaga kerja bagi penduduknya. Besarnya

penyerapan tenaga kerja dapat meningkatkan pendapatan perkapita

penduduk dan kesejahteraan hidup penduduk. Banyaknya pencari

kerja menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 33.

Tabel 33. Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan dan jenis kelamin, 2009

Pendidikan yang ditamatkan

Jenis Kelamin Laki-laki+ Perempuan Laki-laki Perempuan

Tidak Tamat SD 25,23 27,15 26,15 Sekolah Dasar 29,74 34,20 32,50 Sekolah Menengah Pertama 21,44 19,75 20,04 Sekolah Menengah Atas 17,99 11,37 14,47 Diploma/Sarjana 5,60 7,53 6,84

Sumber : BPS Kabupaten Magelang 2009

Page 110: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Menurut Ketenagakerjaan

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang

dapat menyumbang dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan

ekonomi daerah. Gambaran persentase penduduk Kabupaten

Magelang menurut lapangan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Persentase penduduk 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut lapangan pekerjaan utama dan jenis kelamin, 2009

Lapangan Pekerjaan Utama

Jenis Kelamin Laki-laki+ Perempuan Laki-laki Perempuan

Pertanian 40,98 43,06 41,87 Pertambangan dan Penggalian

0,88 0,30 0,64

Industri 11,70 14,01 12,67 Listrik, Gas dan Air Minum

0,11 0,00 0,06

Konstruksi 10,91 0,20 6,38 Perdagangan dan Hotel 11,91 26,47 18,07 Angkutan dan Komunikasi

7,05 0,30 4,19

Keuangan 1,15 0,41 0,84 Jasa-jasa 14,61 14,65 14,62 Lainnya 0,70 0,60 0,66

Sumber : BPS Kabupaten Magelang 2009

B. HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini penilaian dilakukan dengan menggunakan metode

VCA (Vulnerability and Capacity Asessment / Asesmen Kerentanan dan

Kapaistas) PRA (Participatory Rural Appriasal) atau penilaian masyarakat yang

partisipatif, yaitu pengkajian atau penelitian keadaan desa secara partisipatif untuk

memahami berbagai aspek kondisi desa atau kelurahan di Kawasan Rawan

Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang.

Penerapan VCA PRA Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Kabupaten Magelang (sampel Desa Kaliurang) dalam pengurangan risiko bencana

disajikan dalam Gambar 13 dan Gambar 14.

Page 111: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 13. Proses VCA PRA ( (a) Pembentukan grup, (b) Grup I, (c) Grup II, (d)

Grup III, (d) Grup IV, (e) Grup V (Sumber : Dokumentasi kegiatan

VCA PRA)

a b

dc

e f

Page 112: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar 14. Data hasil VCA PRA (Sumber : Dokumentasi VCA PRA)

a) Pembagian grup

b) Peta spot

c) Peta transek

d) Riwayat kejadian bencana

e) Jadwal harian, kalender musim kegiatan dan analisis

kecenderungan dan perubahan

f) Diagram kelembagaan

a b

d c

e f

Page 113: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1. Kerentanan Kawasan Rawan Bencana

Penilaian kerentanan dilakukan dengan menghitung skor untuk dapat

menentukan kerentanan dari setiap Kawasan Rawan Bencana. Penilaian

kerentanan dilakukan dengan menghitung nilai dari lima aspek yaitu aspek

kesehatan, fisik dan lingkungan, aspek sosial budaya, aspek sikap/motivasi,

aspek kelembagaan/keorganisasian dan aspek ekonomi dan masing-masing

mempunyai indikator dalam penilaiannya. Hasil skoring untuk setiap

indikator dapat dilihat pada tabel 35 dan klasifikasinya pada tabel 36.

Tabel 35. Skoring Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011

Parameter Indikator KRB III KRB II KRB I Kesehatan, Fisik dan Lingkungan

Kedekatan sumber bencana 6 4 6 Keterkaitan iklim 4 4 4 Tipe bangunan 4 4 2 Akses jalan 4 4 2 Fasilitas Kesehatan 2 2 1

Pemerintahan 1 1 1 Gedung titik kumpul 4 4 4

Jaringan telekomunikasi 1 2 1 Transportasi 3 3 1 Jaringan air bersih 3 3 1 Saluran irigasi 2 2 2 Kecenderungan penyakit 2 2 1 Kondisi tanah 6 6 6

jumlah 42 41 32 Sosial Budaya Kepadatan Penduduk 4 4 6

Persentase penduduk usia tua (> 65tahun) 2 2 2 Persentase penduduk usia balita (< 5 tahun) 2 2 2

Persentase penduduk ibu hamil 1 1 1 Pemahaman masyarakat tentang bencana 2 4 4

jumlah 11 13 15 Sikap/motivasi Penanganan masalah masyarakat berbasis

gender 1 1 1

Kekerabatan penanggulangan bencana 0 2 2 Sikap penduduk terhadap terjadinya bencana 4 4 4

Prioritas kebencanaan 4 4 6 jumlah 9 11 13

Kelembagaan/ keorganisasian

Keberadaan lembaga 1 2 1 Peraturan/kebijakan 2 2 1

jumlah 4 4 2 Ekonomi Keberadaan lokasi usaha/produksi 4 4 2

Tingkat kemakmuran 1 2 2 jumlah 5 6 4

Total 71 75 66 Sumber : Analisis Data Primer

Page 114: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 36. Range Nilai dan Kelas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011

kerentanan range KRB III KRB II KRB I Kesehatan, Fisik dan Lingkungan

17-27 Tidak Rentan Tidak Rentan Tidak Rentan 28-38 Cukup Rentan Cukup Rentan Cukup Rentan 39-50 Rentan Rentan Rentan

Sosial Budaya 7-10 Tidak Rentan Tidak Rentan Tidak Rentan 11-14 Cukup Rentan Cukup Rentan Cukup Rentan 15-19 Rentan Rentan Rentan

Sikap/motivasi 5-7 Tidak Rentan Tidak Rentan Tidak Rentan 8-10 Cukup Rentan Cukup Rentan Cukup Rentan 11-14 Rentan Rentan Rentan

Kelembagaan/ keorganisasian

2-3 Tidak Rentan Tidak Rentan Tidak Rentan 4-5 Cukup Rentan Cukup Rentan Cukup Rentan 6 Rentan Rentan Rentan

Ekonomi 1-2 Tidak Rentan Tidak Rentan Tidak Rentan 3-4 Cukup Rentan Cukup Rentan Cukup Rentan 5-7 Rentan Rentan Rentan

Total 20-44 Tidak Rentan Tidak Rentan Tidak Rentan 45-69 Cukup Rentan Cukup Rentan Cukup Rentan 70-94 Rentan Rentan Rentan

Sumber : Analisis Data Primer

Berdasarkan tabel 36, dapat diketahui Kawasan Rawan Bencana III, II

mempunyai tingkat kerentanan yang sama yaitu tergolong rentan sedangkan

Kawasan Rawan Bencana I tergolong cukup rentan. Faktor yang

mempengaruhi kerentanan pada tiap Kawasan Rawan Bencana berbeda-beda.

Kawasan Rawan Bencana III diketahui aspek kesehatan, fisik dan lingkungan

tergolong rentan, aspek sosial budaya, sikap/motivasi cukup rentan dan aspek

kelembagaan tergolong cukup rentan sedangkan aspek ekonomi tergolong

rentan, sehingga yang paling mempengaruhi kerentanan Kawasan Rawan

Bencana III adalah aspek kesehatan, fisik, lingkungan dan aspek ekonomi.

Kawasan Rawan Bencana II diketahui aspek kesehatan, fisik dan lingkungan

tergolong rentan, aspek sosial budaya cukup rentan, aspek sikap/motivasi

rentan, aspek kelembagaan cukup rentan sedangkan aspek ekonomi tergolong

rentan, sehingga yang paling mempengaruhi kerentanan Kawasan Rawan

Bencana II adalah aspek kesehatan, fisik, lingkungan, aspek sosial budaya

dan aspek ekonomi. Kawasan Rawan Bencana I diketahui aspek kesehatan,

fisik dan lingkungan dan aspek ekonomi tergolong cukup rentan, aspek sosial

budaya tergolong rentan, aspek sikap/motivasi rentan, aspek kelembagaan,

Page 115: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga yang paling mempengaruhi kerentanan Kawasan Rawan Bencana I

adalah aspek sosial budaya dan aspek sikap/motivasi.

Variasi kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Kabupaten Magelang disajikan dalam Peta 2.

2. Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana

Prioritas kerentanan ini menggunakan skoring pada kerentanan-

kerentanan yang telah teridentifikasi disajikan dalam tabel 37, 38 dan 39.

Tabel 37. Prioritas Kerentanan Desa Kaliurang (KRB III) Tahun 2011

Kerentanan yang dialami

Parameter Total Skor

Dampak yang

dirasakan

Jangka Waktu

Kerentanan

Jumlah warga yang merasakan

kerentanan

Kompleksitas pemecahan kerentanan

6. Jenis batu cadas dan pasir rentan banjir 10 30 10 30 80 7. Banyak pemukiman dan penduduk

yang tinggal di daerah rawan bencana 30 30 30 30 120

8. Peternakan ayam, bangkai dan kotoran ayam dapat menyebarkan penyakit

20 20 20 20 80

9. Berada di antara dua sungai besar yaitu Sungai Krasak dan Sungai Bebeng dan keduanya merupakan jalur lahar dingin

10 10 30 30 80

10. Intensitas erupsi tinggi dengan intensitas yang tidak dapat diprediksi 30 30 30 30 120

11. Masyarakat sangat tergantung pada pertanian salak 30 30 30 30 120

12. Kurangnya perhatian dari Dinas Perhubungan mengenai perbaikan jembatan yang kurang maksimal

30 30 30 30 120

13. Belum adanya normalisasi sungai yaitu pengerukan pada pendangkalan sungai 10 20 10 10 50

14. Kurangnya tanggul pengaman sungai 10 10 10 10 40 15. Pada saat erupsi masyarakat lebih

rentan terhadap penyakit 30 10 20 20 80

16. Waktu rentan masyarakat adalah jam 20.00-04.00 yaitu jam tidur malam masyarakat sedang tidak siaga

20 10 30 10 70

17. Penempatan dan sarana fasilitas kesehatan polindes belum optimal

10 20 10 10 50

18. Lahan penduduk yang luas menambah kerugian masyarakat

30 10 30 20 100

19. Harta benda yang banyak menjadi rentan penjarahan jika mengungsi

20 10 30 20 80

20. Musim penghujan yang panjang menyebabkan kurang optimalnya pertumbuhan salak

20 10 30 30 90

21. Saluran irigasi dan sarana air bersih rusak karena erupsi 30 30 30 30 120

Sumber : Analisis Data Primer

Page 116: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 117: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 38. Prioritas Kerentanan Desa Kamongan (KRB II) Tahun 2011

Kerentanan yang dialami

Parameter

Total Skor

Dampak yang

dirasakan

Jangka Waktu

Kerentanan

Jumlah warga yang merasakan kerentanan

Kompleksitas pemecahan kerentanan

1. Banyak pemukiman dan penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana

30 30 30 30 120

2. Intensitas erupsi tinggi dengan intensitas yang tidak dapat diprediksi

30 30 30 30 120

3. Masyarakat sangat tergantung pada sumber penghasilan utama

30 30 30 30 120

4. Kurangnya perhatian dari Dinas Perhubungan mengenai perbaikan jalan dan pelebaran jalan

30 30 30 30 120

5. Pada saat erupsi masyarakat lebih rentan terhadap penyakit 30 20 20 20 90

6. Waktu rentan masyarakat adalah jam 20.00-05.00 yaitu tidur malam masyarakat

30 20 20 20 90

7. Rumah tidak seragam menimbulkan kesenjangan masyarakat

30 10 10 10 60

8. Peningkatan jumlah penduduk tinggi menyebabkan permintaan lahan pemukiman tinggi

30 30 30 30 120

9. Lahan penduduk yang luas menambah kerugian masyarakat dapat juga menyulitkan evakuasi masyarakat karena mereka menjadi berat meninggalkan rumah dan lahannya

20 20 20 20 80

10. Harta benda yang banyak menjadi rentan penjarahan jika rumah ditinggalkan oleh masyarakat

10 10 10 10 40

11. Musim penghujan yang panjang menyebabkan kurang optimalnya pertumbuhan salak

30 20 30 30 110

Sumber : Analisis Data Primer

Page 118: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 39. Prioritas Kerentanan Desa Jumoyo (KRB I) Tahun 2011

Kerentanan yang dialami Parameter

Total Skor

Dampak yang

dirasakan

Jangka Waktu

Kerentanan

Jumlah warga yang merasakan

kerentanan

Kompleksitas pemecahan kerentanan

1. Banyak pemukiman dan penduduk yang tinggal di bantaran Kali Putih yang merupakan jalur lahar dingin

30 30 30 30 120

2. Saluran irigasi rusak 30 30 30 30 120

3. Dampak erupsi yang kecil dan intensitas bencana lahar dingin yang rendah ke masyarakat mengakibatkan tingkat kesiapsiagaan masyarakat menjadi rendah

30 30 30 30 120

4. Kurangnya perhatian Pemerintah untuk membekali kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana

30 30 30 30 120

5. Belum adanya normalisasi sungai

30 30 30 30 120

6. Tanggul Kali Putih rusak, aliran sungai keluar jalur (termasuk jika aliran sungai mengandung lahar dingin)

30 30 30 30 120

7. Pada saat erupsi masyarakat lebih rentan terhadap penyakit

20 20 20 20 80

8. Waktu rentan masyarakat adalah jam 21.00-04.00 yaitu tidur malam masyarakat masyarakat sedang tidak siaga

20 20 20 20 80

9. Tingkat sosialisasi masyarakat rendah

10 20 20 20 70

10. Indikator kekayaan semakin tinggi meningkatakan kesenjangan masyarakat

10 10 10 20 50

11. Harta benda yang banyak menjadi rentan penjarahan jika rumah ditinggalkan oleh masyarakat

10 10 10 20 50

12. Musim penghujan yang panjang menyebabkan meningkatnya intensitas lahar dingin yang mengancam masyarakat

30 30 30 30 120

Sumber : Analisis Data Primer

Page 119: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan tabel 37, 38 dan 39 dapat menunjukkan kerentanan

yang diprioritaskan pada tiap Kawasan Rawan Bencana. Kerentanan yang

diprioritaskan ini berarti keadaan masyarakat yang sangat menyebabkan

masyarakat lebih mudah tertimpa bencana, atau menghambat kemampuan

masyarakat untuk melakukan pengurangan risiko bencana, dalam tabel

ditunjukkan kerentanan yang mendaptkan skor 120 yaitu sebagai berikut :

a. Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana III (sampel Desa

Kaliurang)

1) Banyak pemukiman dan penduduk yang tinggal di daerah rawan

bencana ketika terjadi bencana dapat mengakibatkan banyak korban

dan kerugian materiil

2) Intensitas erupsi tinggi dengan intensitas yang tidak dapat diprediksi

sehingga mengancam kehidupan masyarakat sewaktu-waktu

3) Masyarakat sangat tergantung pada sumber penghasilan utama yaitu

pertanian salak, ketika pertanian salak rusak dan masyarakat tidak

mempunyai keahlian lain maka mereka harus mencari sumber

penghasilan lain dengan penghasilan yang seadanya, selain itu ada

juga yang menjadi pengangguran dan bergantung pada bantuan

pemerintah, hal ini akan menurunkan tingkat ekonomi masyarakat.

Seperti pada gambar 4.6 pertanian salak di Desa Kaliurang rusak

karena abu vulkanik dari kejadian erupsi 2010 berdampak pada

perekonomian masyarakat.

Gambar 15. Pertanian salak di Desa Kaliurang

Page 120: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Kurangnya perhatian dari Dinas Perhubungan mengenai perbaikan

jembatan yang kurang maksimal sehingga jalur evakuasi masih

sulit

Gambar 16. Jembatan Sungai Bebeng di Kawasan Rawan Bencana III

5) Saluran irigasi dan saran air bersih rusak karena erupsi

Gambar 17. Saluran irigasi pertanian salak di Desa Kaliurang

b. Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana II (sampel Desa Kamongan)

1. Intensitas erupsi tinggi dengan intensitas yang tidak dapat

diprediksi sehingga mengancam kehidupan masyarakat sewaktu-

waktu

2. Peningkatan jumlah penduduk tinggi menyebabkan permintaan

lahan pemukiman tinggi sehingga lahan pertanian salak mengalami

penyempitan

Page 121: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Banyak pemukiman dan penduduk yang tinggal di daerah rawan

ketika terjadi bencana mengakibatkan banyak korban dan kerugian

4. Masyarakat sangat tergantung pada sumber penghasilan utama

yaitu pertanian salak, ketika pertanian salak rusak sedangkan

masyarakat tidak mempunyai keahlian lain maka mereka harus

mencari sumber penghasilan lain dengan penghasilan yang

seadanya, hal ini akan menurunkan tingkat ekonomi masyarakat

Gambar 18. Pertanian salak di Desa Kamongan

5. Kurangnya perhatian dari Dinas Perhubungan mengenai perbaikan

jalan dan pelebaran jalan yang kurang maksimal sehingga jalur

evakuasi masih sulit

Gambar 19. Jalan sempit dan rusak di Desa Kamongan

Page 122: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Prioritas Kerentanan Kawasan Rawan Bencana I (sampel Desa Jumoyo)

1. Banyak pemukiman dan penduduk yang tinggal di bantaran Kali

Putih yang merupakan jalur lahar dingin sehingga ketika terjadi

bencana mengakibatkan banyak korban dan kerugian

materiil(hilangnya pemukiman, pertanian, mata pencaharian, dll)

Gambar 20. Pemukiman sepanjang bantaran Kali Putih

2. Tanggul Kali Putih rusak, aliran sungai keluar jalur (termasuk jika

aliran sungai mengandung lahar dingin)

Gambar 21. Tanggul Kali Putih rusak melintasi Kawasan Rawan Bencana II

3. Dampak erupsi yang kecil dan intensitas bencana lahar dingin yang

rendah ke masyarakat mengakibatkan tingkat kesiapsiagaan

masyarakat menjadi rendah sehingga mengancam masyarakat jika

terjadi bencana yang besar

Page 123: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Belum adanya normalisasi sungai yaitu pengerukan pada

pendangkalan sungai sehingga aliran lahar dingin keluar dari jalur

sungai

Gambar 22. Pendangkalan Kali Putih

5. Saluran irigasi rusak karena lahar dingin sehingga mempengaruhi

hasil pertanian dan pertanian

Gambar 23. Saluran irigasi rusak di Desa Jumoyo (Kawasan Rawan Bencana I)

6. Kurangnya perhatian Pemerintah untuk membekali kesiapsiagaan

masyarakat dalam menghadapi bencana

Variasi prioritas kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung

Merapi Kabupaten Magelang disajikan dalam Peta 3.

Page 124: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 125: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Kapasitas Kawasan Rawan Bencana

Penilaian kapasitas dilakukan dengan menghitung skor untuk dapat

menentukan kapasitas dari setiap Kawasan Rawan Bencana. Penilaian

kapasitas dilakukan dengan menghitung nilai dari lima aspek yaitu aspek tata

pemerintahan, aspek pengkajian risiko, aspek pengetahuan dan pendidikan,

aspek manajemen risiko dan pengurangan kerentanan dan aspek

kesiapsiagaan dan tanggap darurat. dan masing-masing mempunyai indikator

dalam penilaiannya. Hasil penilaian atau hasil skoring untuk setiap indikator

dapat dilihat pada tabel 40 dan klasifikasinya pada tabel 41.

Berdasarkan tabel 41, dapat diketahui Kawasan Rawan Bencana III

secara umum mempunyai kapasitas tinggi, hampir semua aspek menunjukkan

kapasitas yang tinggi yaitu aspek tata pemerintahan, aspek pengkajian risiko,

aspek pengetahuan dan pendidikan, dan aspek kesiapsiagaan dan tanggap

darurat sedangkan kapasitas manajemen risiko dan pengurangan

kerentanannya tergolong sedang. Pada Kawasan Rawan Bencana II dan I

secara umum mempunyai kapasitas yang sama sedangnya namun penekanan

aspek kapasitasnya berbeda-beda. Pada Kawasan Rawan Bencana II

diketahui kapasitas untuk semua aspek (aspek tata pemerintahan, aspek

pengkajian risiko, aspek pengetahuan dan pendidikan, dan aspek

kesiapsiagaan dan tanggap darurat, aspek manajemen risiko dan pengurangan

kerentanannya) sama sedangnya. Sedangkan pada Kawasan Rawan Bencana I

diketahui kapasitas paling berperan adalah pada aspek manajemen risiko dan

pengurangan kerentanan yang ditunjukkan tingginya kapasitas pada aspek ini,

aspek yang lain yaitu kapasitas untuk tata pemerintahan diketahui sedang dan

kapasitas untuk aspek pengkajian risiko, aspek pengetahuan dan pendidikan

dan aspek kesiapsiagaan dan tanggap darurat diketahui rendah untuk daerah

ini.

Page 126: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 40. Skoring Kapasitas Kawasan Rawan Bencana Parameter Indikator KRB III KRB II KRB I

Tata Pemerintahan

Kebijakan, perencanaan, prioritas-prioritas dan komitmen politik dalam PRB

3 2 1

Sistem-sistem hukum dan pengaturan 2 2 2 Pengintegrasian ke dalam kebijakan-kebijakan dan perencanaan pembangunan

2 1 1

Pengintegrasian ke dalam tanggap darurat dan pemulihan 2 1 1

Mekanisme-meknisme, kapasitas dan struktur kelembagaan, pembagian tanggung jawab

3 2 3

Kemitraan 2 2 2 Partisipasi masyarakat 2 1 1

Jumlah 16 11 11 Pengkajian risiko

Data dan pengkajian bahaya/risiko 3 2 1 Data dan pengkajian kerentanan dan danpak

3 2 1

Kapasitas ilmiah dan teknis serta inovatif

2 2 2

Jumlah 8 6 4 Pengetahuan dan pendidikan

Kesadaran, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan publik 2 2 1

Manajemen dan pertukaran informasi 3 2 2 Pendidikan dan pelatihan 2 1 1 Budaya, sikap dan motivasi 2 2 2 Pembelajaran dan penelitian 2 1 1

Jumlah 11 8 7 Manajemen risiko dan pengurangan kerentanan

Manajemen lingkungan hidup dan sumber daya alam (modal alam) 2 2 3

Kesehatan (modal manusia) 1 2 3 Penghidupan yang berkelanjutan 1 2 3 Perlindungan sosial (modal sosial) 3 2 2 Perangkat-perangkat finansial (modal finansial)

2 2 3

Perlindungan fisik, langkah-langkah struktural dan teknis (modal fisik)

3 2 2

Sistem dan mekanisme perencanaan 2 1 1 Jumlah 14 13 17

Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

Kapasitas kelembagaan dan koordinasi 3 2 1 Pelatihan kebencanaan 2 1 1 Sistem-sistem peringatan dini 3 3 2 Perencanaan kesiapsiagaan dan kontijensi 2 1 1

Sumber-sumber daya dan infrastruktur kedaruratan 2 1 2

Tanggap darurat dan pemulihan 2 1 1 Partisipasi, kerelawanan 3 2 1

Jumlah 17 11 9 Total 66 49 48

Sumber : Analisis Data Primer

Page 127: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 41. Range Nilai dan Kelas Kapasitas Kawasan Rawan Bencana kerentanan Range KRB III KRB II KRB I

Tata Pemerintahan

7-10 Rendah Rendah Rendah 11-14 Sedang Sedang Sedang 15-17 Tinggi Tinggi Tinggi

Pengkajian risiko 3-4 Rendah Rendah Rendah 5-6 Sedang Sedang Sedang 7-8 Tinggi Tinggi Tinggi

Pengetahuan dan pendidikan

5-7 Rendah Rendah Rendah 8-10 Sedang Sedang Sedang 11-12 Tinggi Tinggi Tinggi

Manajemen risiko dan pengurangan kerentanan

7-11 Rendah Rendah Rendah 12-16 Sedang Sedang Sedang 17-20 Tinggi Tinggi Tinggi

Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

7-10 Rendah Rendah Rendah 11-14 Sedang Sedang Sedang 15-19 Tinggi Tinggi Tinggi

Total 29-44 Rendah Rendah Rendah 45-60 Sedang Sedang Sedang 61-76 Tinggi Tinggi Tinggi

Sumber : Analisis Data Primer

Variasi kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Kabupaten Magelang disajikan dalam Peta 4.

4. Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana kabupaten Magelang

Penilaian kerentanan dan kapasitas masyarakat merupakan cara

untuk mengenali kondisi masyarakat. Penilaian ini menggunakan alat PRA

berbasis masyarakat yang berarti masyarakat sendirilah yang menilai kondisi

mereka sendiri. Dengan kemampuan mengenali kondisi mereka sendiri maka

masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat sesuai yang dibutuhkan

untuk daerah mereka sendiri. Kerentanan yang diidentifikasi adalah

kerentanan yang masuk dalam prioritas kerentanan karena kerentanan yang

diprioritaskan merupakan kerentanan yang membutuhkan penanganan

tindakan baik untuk pemulihan kondisi masyarakat pasca bencana maupun

untuk peningkatan kemampuan masyarakat sehingga risiko bencana mampu

diminimalkan. Tindakan/aksi pengurangan risiko bencana dilakukan melalui

strategi meningkatkan kapasitas masyarakat dan mengurangi kerentanan

dengan kapasitas yang dimiliki.

Page 128: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 129: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Tindakan/Aksi Penanggulangan Bencana Kawasan Rawan Bencana

Gunung Merapi Kabupaten Magelang

Tindakan/aksi penanggulangan bencana berbasis masyarakat di

Kawasan Rawan Bencana merupakan wujud partisipasi masyarakat dalam

pengurangan risiko bencana. Partisipasi masyarakat ini mencerminkan

peran masyarakat dalam penyusunan, pengembangan atau pelaksanaan

tindakan pengurangan risiko bencana. Tindakan pengurangan risiko

bencana di Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten

Magelang dimulai dari tindakan pengurangan risiko bencana (PROTAP)

dusun khususnya untuk tindakan tanggap darurat. Tindakan ini merupakan

langkah paling awal dalam pengurangan risiko bencana yang akan efektif

dilakukan oleh masyarakat terdampak bencana berupa partisipasi

masyarakat. Untuk tindakan selanjutnya membutuhkan kapasitas lebih

dalam menghadapi bencana yaitu dengan tindakan pengurangan risiko

bencana dengan tingkatan yang lebih tinggi yaitu tindakan risiko bencana

(PROTAP) desa atau sekaligus tindakan risiko bencana (PROTAP)

Kabupaten Magelang. Dalam melakukan tindakan pengurangan risiko

bencana perlu adanya alur pelaksaan yaitu organisasi seperti pada gambar.

Partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bencana terbatas padam

masing-masing daerah, ketika masyarakat harus mengungsi ke luar daerah

tanggap darurat diambil alih oleh Satlak Kabupaten.

Gambar 27. Struktur Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (SATLAK PBP) (Sumber : Prosedur Tetap (PROTAP) Satuan Pelaksana (SATLAK) Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi Desa Kaliurang)

Ketua (Wakil Ketua)

Sekretaris Bendahara

Regu Tandu

Regu SAR

Regu Evakua

Regu Carak

Regu Pengint

Regu Pione

Regu Keaman

Regu PPP

Regu Dapur Umum

Regu Wat San

Page 130: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Langkah-langkah penanggulangan bencana :

1) Kesiapsiagaan

a) Dusun

Memastikan pengurus PB dusun sudah siap siaga

Meminta/menerima informasi perkembangan status Gunung

Merapi dari Kepala Desa dan dari BPPTK setiap saat

Selalu berkoordinasi dengan pengurus PB tingkat Desa

Memastikan sarana dan prasarana evakuasi sudah siap

Melaksanakan koordinasi dalam pengurus PB Dusun

Memberikan penjelasan pada masyarakat bahwa sewaktu-waktu

akan ada letusan Gunung Merapi

Mengingatkan pada masyarakat tentang tindakan

penyelamatan/evakuasi ke gedung tiitk kumpul

Menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi

b) Desa

Memastikan pengurus PB desa dan dusun sudah siap siaga

Melaksanakan koordinasi dalam pengurus PB

Meminta/menerima informasi perkembangan status Gunung

Merapi dari petugas regu pengintai yang di pos pengamatan

desa dari BPPTK setiap saat

Selalu berkoordinasi dengan pengurus PB tingkat kecamatan

dan Orrmas/LSM kebencanaan yang ada

Memastikan sarana dan prasarana evakuasi sudah siap

Memastikan gedung titik kumpul dan perlengkapannya siap

Memberikan penjelasan pada masyarakat bahwa sewaktu-waktu

akan ada letusan Gunung Merapi

Mengingatkan pada masyarakat tentang tindakan

penyelamatan/evakuasi ke gedung tiitk kumpul

Menyiapkan sarana dan prasarana evakuasi

Page 131: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Tanggap Darurat

a) Dusun

Meminta/menerima informasi dan atau instruksi dari PB Desa

Memberikan instruksi tindakan penyelamatan kepada PB Dusun

sesuai tingkat bahaya

Menginstruksikan membunyikan tanda bahaya dengan

kentongan/sirine/pengeras suara

Melaksanakan instruksi tindakan penyelamatan evakuasi ke

gedung titik kumpul

Membunyikan tanda bahaya (kentongan, sirine, pengeras suara)

b) Desa

Meminta/menerima informasi dan atau instruksi dari PB

kecamatan dan kabupaten

Memberikan instruksi tindakan penyelamatan kepada PB desa

dan dusun sesuai tingkat bahaya

Memberikan instruksi tindakan evakuasi dari dusun ke gedung

titik kumpul

Melaksanakan instruksi tindakan penyelamatan evakuasi ke

gedung titik kumpul

Membunyikan tanda bahaya (kentongan, sirine, pengeras suara)

c) Kabupaten

Melaksanakan Rencana Kontijensi dengan 9 Proyeksi Kebutuhan

1) Sektor Manajemen dan Koordinasi / Posko

Koordinator : Kesbangpol & PB,

Anggota : Kodim, Polres, Bappeda, Bag Perekon,

Disnakersostran, DPU dan ESDM, Humas & Protokol,

Diskominfo, Dinkes dan Dishub, Bagian Umum

Jumlah personil: 79 orang

Kegiatan :

Mendirikan Posko dari tingkat Kab. sampai desa

Page 132: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Rakor Penanggulangan Bencana

Mengkoordinir kegiatan Sektoral

Membuat laporan menyeluruh

Memberikan arah Lak Penanggulangan Bencana

Menerima dan menyampaikan informasi terbaru

Menyusun kebutuhan dan penempatan personil

Menyusun kebutuhan kelengkapan posko

2) Sektor Kesehatan :

Koordinator : Dinas Kesehatan

Anggota : Dinkes, RSUD, Puskesmas dan PMI

Jumlah personil : 836 orang

Kegiatan :

Menyiapkan TRC Yankes

Menyiapkan Tim Kaji Cepat Kesehatan

Menyiapkan obat, bahan habis pakai dan alat kesehatan

Membentuk Pos Kesehatan sesuai jumlah barak

Menyiapkan Puskesmas (29 unit)

Menyiapkan ambulance sesuai jumlah Barak

Menyiapkan RS Lapangan

Pelayanan rujukan ( ke RS rujukan)

Menyiapkan personil tiap pos kesehatan

Menyusun kebutuhan kelengkapan sektor kesehatan

3) Sektor Evakuasi dan Transportasi :

Koordinator : Dinas Perhubungan

Anggota : Kodim, Polres, Kesbang & PB, SAR, PMI,

DPU & ESDM, Dinkes, Perhutani/TNGM, Pasag Merapi,

Tagana, CBDRM NU, Pramuka, Bag. Umum, Linmas,

Kec. Srumbung, Dukun, Sawangan.

Jumlah Personil : 981 orang.

Page 133: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kegiatan :

Menyiapkan armada evakuasi ( 1937 kendaraan roda 4,

1787 milik masyarakat, 150 disiapkan Pemerintah

Menyiapkan BBM, Oli, suku cadang (cukup)

Menyiapkan jalur evakuasi ( jalan dan jembatan )

Menyiapkan rambu evakuasi

Menyusun skematik arah evakuasi.

Evakuasi penduduk rentan dan pengungsi lainnya

sampai TPS / TPA

Menyiapkan personil dan penempatannya

Menyusun kebutuhan kelengkapan evakuasi lainnya

4) Sektor Logistik

Korrdinator : Disnakersostran.

Anggota : Disnakersostran, Kesbang, Bagian

Perekon, DPU dan ESDM, Dinkes, Bagian Umum.

Jumlah Personil : 74 orang.

Kegiatan :

Menyiapkan logistik sesuai kebutuhan (beras, LP, susu,

air mineral, vitamin, sabun, pempers, handuk, dll ).

Distribusi logistik sampai tujuan (TPS/TPA).

Menerima dan mensortir logistik

Menyiapkan personil logistik di tiap barak/TPA/TPS

Menyusun kebutuhan kelengkapan sektor logistik

lainnya

5) Sektor Barak

Koordinator : Dinas PU & ESDM.

Anggota : DPU, Kodim, Kesbangpol & PB, PMI,

Disnakersostran, kecamatan & desa lokasi barak.

Jumlah Personil : 245 orang.

Page 134: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kegiatan :

Menyiapkan barak sebanyak 52 unit

Menyiapkan sarana/kelengkapan barak(MCK, tenda,

air bersih, penerangan, sanitasi, sandang, pangan, dll)

Menyiapkan personil

Menyusun kelengkapan lainnya

6) Sektor Dapur Umum

Koordinator : Disnakersostran.

Anggota : Kodim, PMI, Tagana, CBDRM NU,

Pramuka, PKK lokasi TPS/TPA.

Jumlah personil : 1.400 orang.

Kegiatan :

Menyiapkan makanan dan minuman bagi pengungsi.

Menyiapkan makanan dan minuman bagi petugas.

Menyiapkan peralatan dapur umum

Menyiapkan gudang logistik darurat di TPS/TPA.

Menyiapkan personil

Menyusun kebutuhan kelengkapan

lainnya

7) Sektor Komunikasi dan Dokumentasi :

Koordinator : Dinas Komunikasi dan Informatika.

Anggota : Diskominfo, Humas, Kodim,

Polres, RAPI, ORARI, Pasag Merapi, Peduli Merapi,

Kompak Merapi, Kesbangpol & PB, Kecamatan Srumbung,

Dukun & Sawangan, CBDRM NU.

Jumlah personil : 347 orang.

Kegiatan :

Pengerahan personil komunikasi pada titik yg telah

ditentukan

Page 135: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Menyiapkan peralatan komunikasi pada titik yg telah

ditentukan (Posko Desa, Posko Kecamatan, Posko

Kabupaten, TPS dan TPA)

Terlaksananya arus komunikasi dari Posko Kabupaten

sampai Posko Kecamatan dan Desa serta TPS/TPA

Menyusun kebutuhan kelengkapan lainnya

8) Sektor Keamanan

Koordinator : Polres

Anggota : Kodim, Polres, Satpol PP, Linmas

Desa, Kesbangpol & PB, Polsek Srumbung, Dukun &

Sawangan, Koramil Dukun, Srumbung dan Sawangan,

Pasag Merapi, CBDRM NU

Jumlah personil : 1.024 orang.

Kegiatan :

Pengerahan personil keamanan di desa lokasi bencana

yg ditinggalkan pengungsi dan lokasi pengungsian.

Patroli keamanan di Desa lokasi bencana yg

ditinggalkan pengungsi dan lokasi pengungsian.

Pengawalan arus evakuasi pengungsi

Menyusun kebutuhan kelengkapan lainnya

9) Sektor Pendidikan

Koordinator : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga.

Anggota : Bag Umum, Perpus Daerah, SD/MI dan

SMP lokasi bencana dan lokasi pengungsian.

Jumlah personil : 520 orang.

Kegiatan :

Pendataan penduduk usia sekolah di Desa KRB III

Penyiapan tempat pendidikan darurat dilokasi

pengungsian

Penyiapan sarana pendidikan dilokasi pengungsian.

Page 136: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Melaksanakan kegaiatan belajar mengajar dilokasi

pengungsian

Menyusun kebutuhan personil serta kebutuhan lainnya

I. Menyusun Skematik Evakuasi

1) Arah Evakuasi Kec. Srumbung disajikan dalam gambar 24.

2) Arah Evakusi Kec. Dukun disajikan dalam gambar 25.

3) Arah Evakuasi Kec. Sawangan disajikan dalam gambar 26.

3) Pemulihan

a) Dusun

Menginstruksikan pendataan kembali kepada pengurus PB

dusun dan melaksanakan pendataan

Mengkoordinasi proses rehabilitasi dan rekonstruksi dusun

Mengkoordinasi situasi dan kondisi dusun (warga)

Melaksanakan rehabilitasi wara dan rekonstruksi dusun

Mengecek kondisi dan situasi dusun/warga

b) Desa

Menginstruksikan pendataan kembali kepada pengurus PB desa

dan PB dusun dan melaksanakn pendataan

Mengkoordinasi proses rehabilitasi dan rekonstruksi desa

Mengkoordinasi situasi dan kondisi desa (warga)

Melaksanakan rehabilitasi wara dan rekonstruksi desa

Mengecek kondisi dan situasi desa/warga

c) Kabupaten

Usaha memfungsikan kembali berbagai sarana dan prasarana

ekonomi, transportasi dan kehidupan masyarakat secara darurat

guna mengurangi penderitaan masyarakat yang tertimpa

bencana

Menempatkan kembali para pengungsi yang diarahkan pada 3

alternatif yaitu kembali ke tempat asal, ke pemukiman baru,

transmigrasi

Page 137: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

WIL

AY

AH

PA

LIN

G

RAW

AN

Desa

Nga

blak

1.

Dsn

. Je

nggl

ik =

477

jw

2. D

sn.

Nga

blak

= 4

03 j

w

3. D

sn.

Purw

osar

i = 4

31 j

w

4. D

sn.

Keda

wun

g =

474

jw

5. D

sn.

Nep

en =

140

jw

J

umla

h :

1.92

5 ji

wa

Desa

Kem

iren

1.

Dsn

. Ja

mbu

rejo

= 4

35 j

w

2. D

sn.

Kem

iren

= 2

99 j

w

J

umla

h :

734

jiwa

Desa

Mra

ngge

n 1.

Dsn

. Sa

lam

sari

= 7

29 j

w

2. D

sn.

Gro

gols

ari =

207

jw

3. D

sn.

Page

rsar

i = 4

97 j

w

4. D

sn.

Rejo

sari

= 2

31 j

w

5. D

sn.

Prin

gsar

i = 2

07 j

w

6. D

sn.

Cand

isar

i = 1

46 j

w

J

umla

h :

2.01

7 ji

wa

WIL

AY

AH

RAW

AN

TIT

IK

KU

MPU

L

LOKASI

TPS

/

T

Desa

Nga

rgos

uko

1. D

sn.

Soko

Wt+

Nga

gron

g =

312

jw

2. D

sn.

Suko

= 3

84 j

w

3. D

sn.

Ged

anga

n =

413

jw

4. D

sn.

Kraj

an =

264

jw

5. D

sn.

War

udoy

ong

= 35

1 jw

6.

Dsn

. Be

ndan

= 2

75 j

w

7. D

sn.

Tem

pel =

133

jw

Jum

lah

:2.1

32 j

iwa

Desa

Ngl

umut

1.

Dsn

. N

glum

ut I

= 21

9 jw

2.

Dsn

. N

glum

ut II

= 3

96 j

w

3. D

sn.

Tega

lrej

o =

189

jw

Jum

lah

: 80

4 ji

wa De

sa K

aliu

rang

1.

Dsn

. Su

mbe

rrej

o =

366

jw

2. D

sn.

Kaliu

rang

Uta

ra =

280

jw

3.

Dsn

. Ka

liura

ng S

elat

an =

387

jw

4.

Dsn

. Ce

paga

n =

493

jw

5. D

sn.

Jrak

ah =

935

jw

Ju

mla

h :

2.46

1 ji

wa

BD M

rangg

en

LOKASI

TPS

/

T

BD N

garg

osoko

Desa

Sru

mbu

ng

1. D

sn.

Nge

pos

= 30

3 jw

2.

Dsn

. Ca

be L

or =

299

jw

3. D

sn.

Cabe

Kid

ul =

401

jw

4. P

ondo

k =

260

jw

Jum

lah

: 1.

263

jiw

a

BD K

aliu

rang

1. G

ulon

BD T

egal

rand

u

Desa

Teg

alra

ndu

1. D

sn.

Tega

lran

du =

626

jw

2. D

sn.

Pule

= 4

27 j

w

3. P

ondo

k =

290

jw

Jum

lah

: 1.

343

jiw

a

BD N

glum

ut

BD K

emir

en

BD S

rum

bun

g

BD N

gabl

ak

1.

Bal

ai D

esa

Jum

oyo

2.

Lapa

ngan

Jum

oyo

1.

Bap

endik

Je

ruka

gung

1.

BD

Srum

bun

g 1.

PG

RI

Srum

bun

g

1. B

D P

ucu

ngr

ejo

2. B

D T

aman

agun

g

3. G

D P

eri

kan

an

Mun

tila

n

4.G

P P

ucu

ngr

ejo

1. B

alai

Desa

Gul

on

2. G

OR D

ang

ean

1. B

P Su

cen

2. B

D S

alam

Ket:

Jum

lah

Pend

uduk

Kec

. Sr

umbu

ng

Jum

lah

Des

a pa

ling

raw

an

: 8

Desa

J

umla

h D

usun

pal

ing

raw

an

: 36

Dus

un d

ari

61 D

usun

J

umla

h Ji

wa

palin

g ra

wan

/Ta

rget

Eva

kuas

i

:

13.1

10 j

iwa

Bri

ngi

n Sr

umbun

g 1.

LA

P Sr

umbun

g 1.

GD P

eri

kanan

1. BD

Bri

ngi

n

BP

Jeru

kagu

ng

Gam

bar

24. S

kem

atik

a A

rah

Eva

kuas

i Ben

cana

Ala

m G

unun

g M

erap

i di K

ecam

atan

Sru

mbu

ng K

abup

aten

Mag

elan

g (S

umbe

r : B

AD

AN

K

ESB

AN

GPO

L &

PB

Kab

upat

en M

agel

ang)

.

Page 138: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gam

bar

25. S

kem

atik

a A

rah

Eva

kuas

i Ben

cana

Ala

m G

unun

g M

erap

i di K

ecam

atan

Duk

un K

abup

aten

Mag

elan

g (S

umbe

r :

BA

DA

N

KE

SBA

NG

POL

& P

B K

abup

aten

Mag

elan

g).

WIL

AY

AH

PA

LIN

G

RAW

AN

DES

A K

RIN

JING

1. D

sn.

Tro

no

= 303

jw

6.

Dsn

. Se

men

= 13

5 jw

2.

Dsn

. Pug

era

n =

219

jw

7.

Dsn

. G

end

elan

= 21

3 jw

3.

Dsn

. Tra

yem

= 1

52

jw 8

. Dsn

. Kep

il =

215

jw

4. D

sn.

Tem

pel

= 1

59

jw 9

. Dsn

. Dad

apan

= 1

07 j

w

5. D

sn.

Kra

jan =

267

jw

10.

Dsn

. Nga

glik

= 3

21 j

w

Ju

mla

h : 2

.091

jiw

a

DES

A K

ALI

BEN

ING

1. D

sn.

Win

dus

ari 51

9 jw

2.

Dsn

. N

genta

k =

292

jw

3.

Dsn

. Arg

oson

o = 1

40

jw

4. D

sn.

Cepe

k =

212

jw

5. D

sn.

Gin

tung

= 10

0 jw

6.

Dsn

Gend

inga

n =

227

jw

7. D

sn.

Kal

ibeni

ng K

L =

491

jw

8. D

sn.

Kal

ibeni

ng W

T =

227

jw

9. D

sn.

Dem

o =

362

jw

Ju

mla

h :

2.5

86 j

iwa

DESA

PAT

EN

1.

Dsn.

Bab

adan

I =

679

jw

2.

Dsn.

Bab

adan

II =

334

jw

3.

Ds

n. J

ombo

ng =

298

jw

4.

Ds

n. G

onda

ng I

= 26

6 jw

5.

Ds

n G

onda

ng II

= 1

65 j

w

6.

Dsn.

Pat

en =

755

jw

7.

Ds

n. B

andu

ng=

447

jw

Ju

mla

h :

2.94

4 ji

wa

WIL

AY

AH

RAW

AN

TIT

IK

KU

MPU

L

LOKASI

TPS

/ T

PA

DESA

SEN

GI

1. D

sn.

Gw

k Sa

bran

g =

556

jw

2. D

sn.

Gow

ok P

os =

661

jw

3. D

sn.

Gow

ok R

ingi

n =

505

jw

4. D

sn.

Nga

mpe

l =

721

jw

5. D

sn.

Seng

i = 9

94 j

w

6. D

sn.

Cand

i Ten

gah

= 25

8 jw

7.

Dsn

. Ca

ndi P

os =

173

jw

8. D

sn.

Cand

i Du

wur

= 3

92 j

w

J

umla

h :

4.26

0 ji

wa

DESA

KEN

ING

AR

1. D

sn.

Gon

dang

Rej

o =

110

jw

2. D

sn.

Bana

ran

= 46

1 jw

Ju

mla

h :

461

jiwa

DES

A N

GARG

OM

ULY

O

1. D

sn.

Nga

ndo

ng 1

25 j

w

2. D

sn.

Kar

anga

nyar

108

jw

3. D

sn.

Bat

ur n

giso

r 1

59

jw

4. D

sn.

Gem

er 2

08 jw

5.

Dsn

. Bat

ur d

uwur

218

jw

6.

Dsn

. Tan

en 5

31 jw

7.

Dsn

. Kem

ban

g 20

2 jw

8.

Dsn

. Tan

gkil

196

jw

9. D

sn.

Bra

man

223

jw

10.

Dsn

.Sab

rang

299

jw

11

. Dsn

.Boj

ong

209

jw

Jum

lah :

2.4

78 j

iwa

1. B

alai

Desa

Pa

ten

LOKASI

TPS

/ T

PA

Bal

ai D

esa

Sen

gi

DES

A S

UM

BER

1.

Dsn

. Su

mber

= 2

79

jw 7

. Dsn

. G

umuk

= 2

38 j

w

2. D

sn.

Diw

ak =

341

jw

8. D

sn.

Beru

t =

385

jw

3. D

sn.

Tutu

p B =

207

jw

9

. Dsn

. Su

ruh

= 1

74

jw

4. D

sn.

Tutu

p A =

244

jw

1

0. D

sn.

Duk

uhan

= 1

89

jw

5. D

sn.

Ton

tro =

585

jw

11

. Dsn

. G

owok

= 17

8 jw

6.

Dsn

. N

genta

k =

472

jw

12.

Dsn

. Can

di =

115

jw

Ju

mla

h : 3

.407

jiw

a

BD N

garg

omul

yo

1.BD S

awan

gan

1. B

D M

angu

nsuko

DES

A M

AN

GUN

SUKO

1.

Dsn

. Duku

h = 5

02

jw

2. D

sn.

Man

guns

uko

= 34

2 jw

3.

Dsn

. Ben

do

= 1

09

jw

4. D

sn.

Gro

gol =

298

jw

5. D

sn.

Kaj

angk

oso

= 32

5 jw

Jum

lah : 1

.576

jiw

a

BD K

enin

gar

BD K

alib

enin

g

BD S

rum

bun

g

BD K

rinji

ng

1.

Bala

i Des

a Du

kun

2.

LA

P Du

kun

3.

KP

RI D

ukun

1.

BD N

gadip

uro

1. B

D G

ondo

wan

gi

2. B

D M

angu

nsar

i 1.

BD K

rogo

wan

an

2. S

D R

egru

op

3. B

P Su

cen

4. BD S

alam

Ket

: Ju

mla

h Pe

ndud

uk K

ec.

Duku

n

Jum

lah

Des

a pa

ling

raw

an

:

8

Des

a

Ju

mla

h D

usun

pal

ing

raw

an

:

64

Dusu

n

Ju

mla

h Ji

wa

palin

g ra

wan

: 19

.885

jiw

a

LAP

Mung

kid

1.

BD

Bany

ubir

u

2. L

AP B

anyu

biru

1.

TP

A Ta

njun

g 2.

L

AP

Tanj

ung

1. S

awan

gan

LAP

Mung

kid

BP

Nga

dip

uro

DESA

TLO

GO

LELE

BO

YOLA

LI (

8 Ds

n)

Jum

lah

: 2.

529

jiw

a

LAP

Klan

gon

Page 139: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gam

bar

26. S

kem

atik

a A

rah

Eva

kuas

i Ben

cana

Ala

m G

unun

g M

erap

i di K

ecam

atan

Saw

anga

n K

abup

aten

Mag

elan

g (S

umbe

r :

BA

DA

N

KE

SBA

NG

POL

& P

B K

abup

aten

Mag

elan

g).

WIL

AY

AH

PA

LIN

G

RAW

AN

DESA

KAP

UH

AN

1.

Dsn

. W

onog

iri

Lor

= 30

4 jw

2.

D

sn.

Won

ogir

i Kid

ul =

336

jw

Ju

mla

h :

640

jiw

a

DESA

KET

EP

1. D

sn.

Pulu

kan

= 50

1 jw

Jum

lah

: 50

1 jiw

a

WIL

AY

AH

RAW

AN

TIT

IK

KU

MPU

L

LOKASI

TPS

/ T

PA

DESA

WO

NOLE

LO

1.

Dsn.

Kla

mpa

han

= 70

jw

2.

Ds

n. W

undi

sabr

ang

= 77

2 jw

Jum

lah

: 84

2 jiw

a

1. R

um

ah K

adu

s

1. R

um

ah K

adu

s

1.

Rum

ah K

adu

s

1.

Bala

i Des

a Ka

puha

n

2.

BPP

1. B

alai

Desa

Ket

ep

1. B

alai

Desa

Won

olel

o

Ket

: Ju

mla

h Pe

ndud

uk K

ec.

Saw

anga

n

Ju

mla

h D

esa

palin

g ra

wan

:

3 De

sa

Ju

mla

h D

usun

pal

ing

raw

an

:

5

Dusu

n

Ju

mla

h Ji

wa

palin

g ra

wan

: 1.

983

jiw

a

Page 140: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Pencegahan Dan Mitigasi

I. Pendataan dan Pengamatan

1) Ancaman Merapi :

Ancaman Primer : awan panas, lava pijar, abu

Ancaman Sekunder : banjir lahar

Ancaman Terseier : kerusakan lingkungan

2) Pemetaan Rawan Bencana (KRB III) :

Kec. Srumbung : 8 Desa, 36 Dusun

Kec. Dukun : 8 Desa, 64 Dusun

Kec. Sawangan : 3 Desa, 5 Dusun

Jumlah : 19 Desa, 105 Dusun

3) Jumlah KK dan Penduduk Terancam

Kec. Srumbung : 3.620 KK, 13.110 Jiwa

Kec. Dukun : 5.937 KK, 19.885 Jiwa

Kec. Sawangan : 373 KK, 1.211 Jiwa

Jumlah : 9.930 KK, 34.978 Jiwa

II. Fasilitas dan Motivasi Terbentuknya Ormas Peduli Bencana

1) Peduli Merapi (Kec. Srumbung), dengan Frekuensi Komunikasi

14.894.0

2) Kompak Merapi ( Kec. Dukun dan Sawangan), dengan

Frekuensi Komunikasi 14.828.0

3) Paguyuban Kendit Merapi (anggota 19 Desa KRB III) dengan

Frekuensi Komunikasi UHF

4) Pasag Merapi

5) Tim Searc And Rescue (SAR) Kabupaten. Magelang (56 orang)

6) TAGANA Kabupaten. Magelang ( 105 orang )

7) Santri Siaga Bencana CBDRM NU Kabupaten. Magelang

III. Membentuk Petugas Penganggulangan Bencana

1) Tingkat Kecamatan :

Unit Operasional PB ( 3 Kecamatan ), Anggaran Kecamatan

Page 141: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Tingkat Desa :

Satlinmas PB (19 Desa), dengan SK Kades,

Anggaran APBDes.

Forum PRB Desa (19 Desa), dengan SK Kades, Anggaran

APBDes ( contoh : Ngargomulyo anggaran dari

pengembalian tanah bengkok desa 30 % )

IV. Peningkatan kapasitas pemangku kepentingan

a) Program pemerintah

1) Pelatihan Manajemen PB bagi Petugas PB Kabupaten, Petugas

PB Kecamatan, Satlinmas PB Desa dan Kepala Desa (tiap tahun)

2) Pelatihan Manajemen PB bagi Ormas dan relawan (tiap tahun)

3) Pelatihan SAR bagi Tim SAR Kab dan relawan ( tiap tahun )

4) Pelatihan Kaji Bencana bagi Petugas PB Kab, Petugas PB Kec

dan Kepala Desa (tiap tahun)

5) Pengiriman Diklat Tk. Provinsi bagi Petugas PB Kab, Petugas PB

Kec dan Desa serta Ormas dan Relawan (tiap tahun)

6) Sosialisasi Peningkatan kewaspadaan dan kesiapsiagaan bagi

masy. lereng Merapi di 3 Kecamatan (tiap tahun)

7) Program wajib latih bagi masyarakat di 19 Desa KRB III Gunung

Merapi dengan Fasilitator Forum Merapi (Tahun 2009= 18 Desa,

Th.2010 = 1 Desa)

8) Program wajib latih PB bagi masyarakat melalui APBDes

(pengembangan)

9) Geladi Posko dan Geladi Lapangan bagi petugas dan masyarakat

(tiap tahun)

b) Rekomendasi Tindakan/Aksi

1) Rekomendasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Kawasan Rawan Bencana III (sampel Desa Kaliurang)

a) Relokasi pemukiman keluar Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana III ini kawasan yang

letaknya dekat dengan sumber bahaya yang sering terlanda

Page 142: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

awan panas, aliran lava, guguran batu, lontaran batu (pijar) dan

hujan abu lebat dan erupsinya mulai tidak dapat diprediksi. Erupsi

yang bersifat eksplosif dengan tipe subplinian, plinian dan

vulkanian menghasilkan awan panas yang melanda berbagai sektor,

letusan efusif (lelehan) dan eksplosif ini akan berdampak besar dan

luas jika terjadi erupsi sehingga Kawasan Rawan Bencana III

Gunung Merapi ini merupakan kawasan yang paling rawan terkena

letusan, apapun jenis dan besarnya letusan. Oleh karena itu

kawasan ini tidak diperkenankan untuk hunian tetap.

b) Membuat dan menertibkan keorganisasian fasilitas dan

infrastruktur yang sudah tersedia sehingga terawat optimal terlebih

dalam situasi bencana

Titik Kumpul merupakan tempat singgah/berkumpulnya

masyarakat korban bencana sebelum dievakuasi ke pengungsian

sehingga dapat memperlancar koordinasi dan mengoptimalkan

evakuasi masyarakat sedangkan menara pandang dapat digunakan

sebagai pusat monitoring terhadap keadaan Gunung Merapi

maupun lingkungan sekitar. Tahun 2011 ini gedung titik kumpul

dan menara pandang dalam proses akhir pembangunan. Untuk

mengoptimalkan fungsi keduanya maka perlu dilakukan penertiban

keorganisasian untuk mengurus keduanya sehingga dapat berguna

terlebih dalam situasi bencana yang semakin tidak dapat diprediksi.

c) Perlengkapan sarana dan prasarana titik kumpul dan menara

pandang

Titik kumpul dan menara pandang memerlukan sarana dan

prasarana dalam penggunaannya. Fungsi titik kumpul sebagai

penampungan sementara pengungsi sebelum di evakuasi ke

pengungsian pada situasi bencana tetap menuntut adanya sarana

dan prasarana untuk melayani dan memberi kenyamanan

masyarakat misalnya WC, dapur umum, kasur/tikar, selimut, dll.

Menara pandang juga membutuhkan sarana dan prasarana untuk

Page 143: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

misalnya teropong untuk memaksimalkan pendeteksian ke Gunung

Merapi atau lingkungan sekitar. Menara pandang ini selain

berfungsi pada situasi bencana juga dapat digunakan untuk

mengamati lahan pertanian masyarakat yang luas dan bermedan

miring. Ketersediaan sarana dan prasarana perlu ditertibkan

pengorganisasinnya misalnya penentuan penanggung jawab atau

dibuatnya daftar piket untuk mengoptimalkan fungsi dari kedua

bangunan tersebut.

d) Peremajaan personil SIBAT untuk mengoptimalkan kinerja SIBAT

pada sebelum, saat atau setelah bencana

Siaga Bencana Berbasis Masyarakat atau Sibat adalah

sebuah tim relawan yang bertanggung jawab atas keamanan desa

dan pelaksanaan dalam program pengurangan risiko (Hyogo

Framework for Action (HFA), 2005 dalam Indonesian Red Cross

and International Federation of Red Cross and Red Crecent

Societies, 2008 : 32). Tim Sibat direkrut dan dibentuk oleh

kelurahan setempat bersama PMI Kabupaten Magelang. Anggota

Tim Sibat bertugas mengembangkan kemampuan masyarakat

dalam upaya pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana

dengan pelatihan bersama PMI Kabupaten Magelang. Mereka juga

mengambil inisiatif dan melakukan tindakan dalam meminimalkan

dampak bencana yang terjadi di lingkungannya yaitu bisa

berbentuk saling berbagi informasi atau sosialisasi dengan tujuan

memberikan pengetahuan dan kesadaran dan tidak hanya dilakukan

dalam forum khusus. Sibat di daerah sampel Desa Kaliurang

dibentuk pada tahun 2006 hingga sekarang masa baktinya sudah

mencapai 5 tahun. Anggota Sibat ini berjumlah 20 orang, 9 wanita

dan 11 pria, 2 pria tidak aktif karena alasan tertentu. Saat ini

sebagian besar anggota Sibat sudah berkeluarga hanya tinggal 2

orang yang belum berkeluarga secara otomatis kesibukan dan

tanggung jawab bagi anggota Sibat yang sudah berkeluarga

Page 144: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

semakin bertambah. Keadaan ini mengurangi keoptimalan kinerja

anggota Sibat saat ini sehingga perlu adanya peremajaan anggota

Sibat dengan perekrutan kembali masyarakat muda yang berpotensi

tanpa meninggalkan keberadaan senior Sibat untuk mendampingi

anggota Sibat yang baru.

e) Pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk meningkatkan

kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana

Adanya anggapan bahwa penanggulangan bencana adalah

wujud fungsi pemerintah dalam perlindungan rakyat. Akibatnya,

rakyat mengharapkan penanggulangan bencana sepenuhnya

dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini akan menyebabkan

masyarakat tidak mempunyai pengetahuan memadai akan

kebencanaan sehingga menjadi sangat rentan ketika menghadapi

bencana dan tidak mempunyai kemampuan adaptasi untuk pulih

kembali ketika pasca bencana. Pemahaman masyarakat terhadap

bencana merupakan cerminan dukungan masyarakat terhadap

tindakan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dengan

pemahaman terhadap bencana maka masyarakat dapat berusaha

untuk melakukan tindakan yang tepat sesuai yang akan dibutuhkan

untuk daerah mereka sendiri. Semakin kita mengenali dan

memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka semakin dapat

menyikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang

didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat

memperkecil risiko bencana sehingga perlu diadakan pelatihan dan

penyuluhan kebencanaan.

f) Pemulihan pertanian salak akibat erupsi dengan pemberian nutrisi

(pupuk) pada pohon salak yang kini hanya mampu berbuah sekitar

2-3 tahun lagi sehingga mampu berbuah kembali dalam waktu yang

lebih singkat

Pertanian salak merupakan mayoritas penggunaan lahan

pada Kawasan Rawan Bencana III lereng Kabupaten Magelang dan

Page 145: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

merupakan sektor utama penghasilan masyarakat. Erupsi 2010 ini

berdampak pada kerusakan pertanian salak yang sangat parah.

Kerusakan ini menjadikan pohon salak harus berkembang dari awal

bahkan harus ditanam kembali karena tidak dapat diselamatkan

sehingga harus menunggu panen dalam jangka waktu yang sangat

lama dan beberapa lahan dialih tanamkan menjadi tanaman

palawija atau sayuran untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Keadaan ini berdampak pada perekonomian masyarakat yang

menjadi terpuruk dan turun drastis. Keadaan perekonomian ini

mempengaruhi aspek kehidupan yang lain seperti aspek sosial

masyarakat. Masyarakat dituntut mencari penghasilan lain

seadanya yang tanpa keterampilan yaitu menjadi buruh pasir, buruh

batu atau membuat batu candi di sungai hasil dari lahar dingin yang

lebih menghabiskan tenaga dan waktu tetapi penghasilannya

rendah. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka mayoritas

masyarakat akan semakin terpuruk kehidupannya maka perlu

perbaikan sektor utama yaitu pemulihan pertanian salak akibat

erupsi dengan pemberian nutrisi (pupuk) pada pohon salak yang

kini hanya mampu berbuah sekitar 2-3 tahun lagi sehingga mampu

berbuah kembali dalam waktu yang lebih singkat.

g) Pembekalan masyarakat dengan berbagai keterampilan sehingga

masyarakat tidak hanya mengandalkan pertanian salak sebagai

satu-satunya sumber penghasilan

Pertanian salak sangat potensial dan dijadikan sektor utama

mata pencaharian masyarakat ini sangat mengangkat kehidupan

masyarakat khususnya dalam aspek perekonomian, masyarakat

merasa cukup pada sektor ini sehingga hanya fokus pada

perkembangan pertanian salak saja tanpa memikirkan

kemungkinan yang akan terjadi misalnya kerusakan salak yang

terjadi karena erupsi. Keterampilan yang dikembangkan

masyarakat tidak lain hanyalah keterampilan mengelola salak dan

Page 146: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak terlintas untuk mempelajari keterampilan lain sehingga jika

sektor pertanian salak ini rusak maka perekonomian masyarakat

akan menurun. Dengan adanya pembekalan keterampilan

diharapkan masyarakat tetap mampu mendapat pemasukan

keuangan dan mencukupi kebutuhan hidupnya walaupun sektor

utama dari pertanian salak rusak dan tidak dapat diharapkan lagi

sehingga perekonomian masyarakat tetap bertahaan atau bahkan

mampu meningkat, misalnya pembekalan keterampilan kerajian

rumah tangga, tata boga, dll.

h) Perbaikan kerusakan jembatan Sungai Bebeng yang merupakan

akses vital kegiatan masyarakat

Jembatan Sungai Bebeng merupakan jembatan akses utama

untuk menuju ke fasilitas-fasilitas umum termasuk untuk akses

para penambang dengan truk pengangkutnya. Keadaan jembatan

yang rusak serta merupakan jalur lahar dingin mempersulit

kegiatan masyarakat sehingga perlu diadakan perbaikan kerusakan

jembatan Sungai Bebeng ini.

i) Perbaikan saluran irigasi

Pertanian tidak terlepas dari pengairan yang dilakukan

dengan irigasi khususnya tanaman salak sangat bergantung dengan

keberadaan air karena kualitas buah salak ditentukan dengan

intensitas pengairan, pengairan untuk tanaman salak tergolong

sedang, akhir-akhir ini musim penghujan yang terus menerus

menyebabkan kualitas buah salak kurang berkualitas. Irigasi ini

bersumber dari sungai sekitar yang beberapa diantaranya

merupakan aliran lahar dingin. Erupsi 2010 material erupsi dan

lahar dingin menutup dan merusak saluran irigasi sehingga

semakin menghambat pemulihan dan pertumbuhan tanaman salak

yang rusak sehingga untuk mendukung pemulihan dan

pertumbuhan tanaman salak maka perlu diadakan perbaikan saluran

irigasi.

Page 147: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

j) Perbaikan sarana air bersih

Air bersih masyarakat sebagian besar menggunakan

pipanisasi dari sungai sekitar. Erupsi 2010 material erupsi dan lahar

dingin menutup dan merusak saluran air bersih sehingga

pemenuhan air bersih masyarakat menjadi sulit. Pemenuhan air

bersih sementara menggunakan tendon air yang distok dari bantuan

PMI Kabupaten Magelang sehingga masyarakat memerlukan

perbaikan air sungai dengan membendung sumber air bersih baik

sungai maupun mata air kemudian dilakukan pipanisasi kembali

sampai ke rumah-rumah penduduk.

k) Perbaikan jalan hutan rakyat

Hutan rakyat merupakan salah satu kekayaan yang dimiliki

masyarakat. Hutan rakyat terletak di lereng bagian atas di atas

pemukiman, kondisi jalan yang kurang baik mempersulit

masyarakat menuju hutan rakyat sehingga perlu dilakukan

perbaikan jalan hutan rakyat untuk mempermudah dan

memperlancar kegiatan masyarakat menuju hutan.

l) Peraturan penambangan

Kawasan Rawan Bencana III ini kaya akan material erupsi

seperti pasir maupun batu hasil erupsi ini merupakan peluang usaha

penambangan baik untuk masyarakat sekitar maupun masyarakat

luar. Perilaku para penambang seringkali hanya melihat dari aspek

ekonominya saja tidak diimbangi dengan aspek ekologinya apalagi

perilaku dari penambang dari luar yang tidak merasa memiliki

daerah tersebut dan tidak peduli dengan risiko yang akan terjadi

sehingga banyak penyimpangan yang dilakukan. Penyimpangan-

penyimpangan tersebut jika dibiarkan terus menerus maka akan

semakin merusak dan mampu memicu peningkatan kerentanan

daerah tersebut. Untuk menertibkan penambangan maka diperlukan

pembuatan peraturan penambangan.

Page 148: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Rekomendasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kawasan

Rawan Bencana II (sampel Desa Kamongan)

a) Relokasi pemukiman ke keluar Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang rentan

terhadap bencana alam dan merupakan bagian dari kawasan

lindung, adapun untuk bencana alam yang terjadinya karena letusan

gunung api, gempa bumi, aliran lahar, banjir atau yang merupakan

fenomena alam lainnya. Akibat yang ditimbulkan oleh bencana

alam ini sangat merugikan serta menyebabkan penderitaan bagi

manusia karena dapat mengurangi kesempatan masyarakat untuk

terus menjalankan estafet pembangunan, menanamkan investasi

yang lebih besar, menciptakan kegiatan baru maupun

melaksanakan upaya pengembangan gagasan bagi perbaikan

kehidupan masyarakat itu sendiri (Siswanto dalam

http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/Penanganann

Kawasan Bencana Gunung Merapi Lintas Sektor Lintas

Wilayah.pdf). Kawasan Rawan Bencana II adalah kawasan yang

terdiri atas dua bagian : aliran massa berupa awan panas, aliran

lava dan lahar, lontaran berupa material jatuhan dan lontaran batu

(pijar) (Sayudi, Nurnaning, Juliani, Muzani, 2010). Gunung Merapi

saat ini erupsinya mulai tidak dapat diprediksi dan tipe erupsinya

yang dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif.

Erupsi yang bersifat eksplosif dengan tipe subplinian, plinian dan

vulkanian menghasilkan awan panas yang melanda berbagai sektor,

letusan efusif (lelehan) dan eksplosif ini akan berdampak besar dan

luas jika terjadi erupsi. Kawasan Rawan Bencana II Gunung

Merapi ini merupakan kawasan yang dapat diartikan daerah yang

bahaya dan kurang bahaya tergantung besarnya erupsi. Masyarakat

diharuskan mengungsi jika terjadi peningkatan aktivitas sesuai

dengan saran Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Page 149: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sampai daerah ini dinyatakan aman kembali, daerah inipun kurang

dianjurkan digunakan untuk hunian tetap.

b) Membangun titik kumpul dan menara pandang

Titik Kumpul merupakan tempat singgah/berkumpulnya

masyarakat korban bencana sebelum dievakuasi ke pengungsian

sehingga dapat memperlancar koordinasi dan mengoptimalkan

evakuasi masyarakat sedangkan menara pandang dapat digunakan

sebagai pusat monitoring terhadap keadaan Gunung Merapi

maupun lingkungan sekitar. Kawasan Rawan Bencana II yang luas

ini sangat meembutuhkan adanya titik kumpul dan menara pandang

terutama ketika terjadi bencana, pemantauan dan pengkoordinasian

pengungsi akan semakin lancar sehingga akan meminimalkan

korban jiwa. Titik kumpul yang merupakan tempat penampungan

sementara sebelum ke pengungsian ini lebih memudahkan dan

mentertibkan alur pengungsian untuk sampai ke pengungsian yang

telah disediakan, biasanya akan dikelompokkan menurut dusun dan

akan ditunjukkan penanggung jawabnya sehingga pengorganisasian

baik sebelum, saat maupun setelah mengungsi akan lebih mudah

misalnya untuk pendataan kebutuhan para pengungsi. Tidak sedikit

masyarakat yang sulit dievakuasi karena alasan berat meninggalkan

harta bendanya, kekhawatiran masyarakat ini bisa diminimalkan

karena pemantauan harta benda dapat dilakukan dengan

menggunakan menara pnadang oleh petugas sehingga mencegah

terjadinya penjarahan pada harta benda yang ditinggalkan oleh

masyarakat.

c) Membentuk SIBAT

Siaga Bencana Berbasis Masyarakat atau Sibat adalah

sebuah tim relawan yang bertanggung jawab atas keamanan desa

dan pelaksanaan dalam program pengurangan risiko (Hyogo

Framework for Action (HFA), 2005 dalam Indonesian Red Cross

and International Federation of Red Cross and Red Crecent

Page 150: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Societies, 2008 : 32). Sibat yang dibentuk akan mendapatkan

pembekalan tentang kebencanaan dan selanjutnya akan ikut

bertanggung jawab kepada masyarakat baik sebelum, saat dan

setelah terjadi bencan untuk menggerakkan dan membimbing

masyarakat untuk mengembangkan kemampuan masyarakat dalam

meminimalkan dampak bencana yang terjadi di lingkungannya

yang sering disebut dengan upaya pengurangan risiko dan

kesiapsiagaan bencana. Hal itu bisa berbentuk saling berbagi

informasi atau sosialisasi dengan tujuan memberikan pengetahuan

dan kesadaran.

d) Pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk meningkatkan

kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana

Sama dengan kondisi Kawasan Rawan Bencana III bahwa

adanya anggapan bahwa penanggulangan bencana adalah wujud

fungsi pemerintah dalam perlindungan rakyat. Akibatnya, rakyat

mengharapkan penanggulangan bencana sepenuhnya dilaksanakan

oleh pemerintah. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak

mempunyai pengetahuan memadai akan kebencanaan sehingga

menjadi sangat rentan ketika menghadapi bencana dan tidak

mempunyai kemampuan adaptasi untuk pulih kembali ketika pasca

bencana. Pemahaman masyarakat terhadap bencana merupakan

cerminan dukungan masyarakat terhadap tindakan kesiapan

masyarakat dalam menghadapi bencana. Dengan pemahaman

terhadap bencana maka masyarakat dapat berusaha untuk

melakukan tindakan yang tepat sesuai yang akan dibutuhkan untuk

daerah mereka sendiri. Semakin kita mengenali dan memahami

fenomena bahaya itu dengan baik, maka semakin dapat

menyikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang

didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat

memperkecil risiko bencana sehingga perlu diadakan pelatihan dan

penyuluhan kebencanaan.

Page 151: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

e) Pemulihan pertanian salak akibat erupsi dengan pemberian nutrisi

(pupuk) pada pohon salak yang kini hanya mampu berbuah sekitar

2-3 tahun lagi sehingga mampu berbuah kembali dalam waktu yang

lebih singkat

Sama dengan kondisi Kawasan Rawan Bencana III bahwa

pertanian salak merupakan mayoritas penggunaan lahan pada

Kawasan Rawan Bencana II lereng Kabupaten Magelang dan

merupakan sektor utama penghasilan masyarakat. Erupsi 2010 ini

berdampak pada kerusakan pertanian salak yang sangat parah.

Kerusakan ini menjadikan pohon salak harus berkembang dari awal

bahkan harus ditanam kembali karena tidak dapat diselamatkan

sehingga harus menunggu panen dalam jangka waktu yang sangat

lama dan beberapa lahan dialih tanamkan menjadi tanaman

palawija atau sayuran untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

Keadaan ini berdampak pada perekonomian masyarakat yang

menjadi terpuruk dan turun drastis. Keadaan perekonomian ini

mempengaruhi aspek kehidupan yang lain seperti aspek sosial

masyarakat. Masyarakat dituntut mencari penghasilan lain

seadanya yang tanpa keterampilan yaitu menjadi buruh pasir, buruh

batu atau membuat batu candi di sungai hasil dari lahar dingin yang

lebih menghabiskan tenaga dan waktu tetapi penghasialannya

rendah. Jika keadaan ini dibiarkan terus menerus maka mayoritas

masyarakat akan semakin terpuruk kehidupannya maka perlu

perbaikan sektor utama yaitu pemulihan pertanian salak akibat

erupsi dengan pemberian nutrisi (pupuk) pada pohon salak yang

kini hanya mampu berbuah sekitar 2-3 tahun lagi sehingga mampu

berbuah kembali dalam waktu yang lebih singkat

f) Pembekalan masyarakat dengan berbagai keterampilan sehingga

masyarakat tidak hanya mengandalkan pertanian salak sebagai

satu-satunya sumber penghasilan

Page 152: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sama dengan kondisi Kawasan Rawan Bencana III bahwa

pertanian salak sangat potensial dan dijadikan sektor utama mata

pencaharian masyarakat ini sangat mengangkat kehidupan

masyarakat khususnya dalam aspek perekonomian, masyarakat

merasa cukup pada sektor ini sehingga hanya fokus pada

perkembangan pertanian salak saja tanpa memikirkan

kemungkinan yang akan terjadi misalnya kerusakan salak yang

terjadi karena erupsi. Keterampilan yang dikembangkan

masyarakat tidak lain hanyalah keterampilan mengelola salak dan

tidak terlintas untuk mempelajari keterampilan lain sehingga jika

sektor pertanian salak ini rusak maka perekonomian masyarakat

akan menurun. Dengan adanya pembekalan keterampilan

diharapkan masyarakat tetap mampu mendapat pemasukan

keuangan dan mencukupi kebutuhan hidupnya walaupun sektor

utama dari pertanian salak rusak dan tidak dapat diharapkan lagi

sehingga perekonomian masyarakat tetap bertahaan atau bahkan

mampu meningkat, misalnya pembekalan keterampilan kerajian

rumah tangga, tata boga, dll.

g) Perbaikan dan pelebaran jalan yang merupakan akses vital kegiatan

masyarakat

Jalan merupakan akses utama dan penting untuk

memudahkan kegiatan masyarakat termasuk akses para penambang

dengan kendaraan besar yang memanfaatkan sumber daya pasir

dan batu hasil erupsi dan lahar dingin. Jalan yang rusak dan sempit

otomatis akan mempersulit kegiatan masyarakat tersebut bahkan

untuk dilalui kendaraan besar (truk) yang berpapasan sangat sulit

apalagi ketika terjadi bencana akan sangat menyulitkan proses

evakuasi masyarakat ke pengungsian oleh karena itu perlu

dilakukan perbaikan dan pelebaran jalan.

Page 153: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Rekomendasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana Kawasan

Rawan Bencana I (sampel Desa Jumoyo)

a) Relokasi pemukiman khususnya pemukiman di sepanjang bantaran

Kali Putih keluar Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang rentan

terhadap bencana alam dan merupakan bagian dari kawasan

lindung, adapun untuk bencana alam yang terjadinya karena letusan

gunung api, gempa bumi, aliran lahar, banjir atau yang merupakan

fenomena alam lainnya. Akibat yang ditimbulkan oleh bencana

alam ini sangat merugikan serta menyebabkan penderitaan bagi

manusia karena dapat mengurangi kesempatan masyarakat untuk

terus menjalankan estafet pembangunan, menanamkan investasi

yang lebih besar, menciptakan kegiatan baru maupun

melaksanakan upaya pengembangan gagasan bagi perbaikan

kehidupan masyarakat itu sendiri (Siswanto dalam

http://bulletin.penataanruang.net /upload/data_artikel/Penanganan

Kawasan Bencana Gunung Merapi Lintas Sektor Lintas

Wilayah.pdf). Kawasan Rawan Bencana I adalah kawasan yang

berpotensi melanda lahar/banjir dan tidak menutup kemungkinan

dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava (Sayudi,

Nurnaning, Juliani, Muzani, 2011). Erupsi 2010 bertepatan pada

musim penghujan yang panjang dan intensitas hujan yang sangat

tinggi ini menyebabkan endapan material vulkanik pada sungai-

sungai tersebut berpotensi menjadi lahar dingin yang cukup besar.

Dalam riwayat kejadian bencana erupsi maupun lahar dingin tahun

2010-2011 ini bencana yang paling besar terjadi. Besarnya lahar

dingin pasca erupsi 2010 ini hingga meluap dari badan sungai yang

mengancam dan melanda daerah pemukiman, pertanian dan

infrastruktur di sekitar aliran sungai. Daerah di Kabupaten

Magelang yang mengalami kerusakan paling parah akibat lahar

dingin adalah Dusun Gempol Kelurahan Jumoyo Kecamatan

Page 154: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Salam, walaupun tidak memakan korban jiwa namun menyebabkan

kerugian material yang cukup besar meliputi bangunan baik ruko

maupun rumah atau infrastruktur lain hilang tersapu lahar dingin,

jalan desa hilang dan bahkan jalan utama Jogja-Magelang terendam

dan rusak terkena lahar dingin begitu pula menyebabkan

ambrolnya jembatan pada jalan utama lajur kiri arah Jogja-

Magelang. Kerugian yang sangat besar ini memicu masyarakat

maupun pemerintah untuk melakukan relokasi pemukiman pada

Kawasan Rawan Bencana I khususnya pemukiman di sepanjang

bantaran Kali Putih keluar Kawasan Rawan Bencana.

b) Perbaikan saluran irigasi

Penggunaan lahan di Kawasan Rawan Bencana I ini bersifat

heterogen tidak mendominasi seperti pada Kawasan Rawan

Bencana II dan III yang didominasi oleh pertanian salak. Semua

lahan pertanian ini tidak terlepas dari pengairan yang dilakukan

dengan irigasi baik sawah, tanaman salak maupun pertanian

lainnya. Irigasi ini diambil dari sungai sekitar daerah tersebut yang

beberapa diantaranya merupakan aliran lahar dingin. Akibat erupsi

2010 material erupsi dan lahar dingin menutup dan merusak

saluran irigasi sehingga menyulitkan pemenuhan kebutuhan

tanaman terhadap air secara teratur yang berdampak terganggunya

pertumbuhan pertanian, hal ini perlu dilakukan perbaikan saluran

irigasi.

c) Pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk meningkatkan

kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana

Tingkat kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap

bencana pada Kawasan Rawan Bencana I ini lebih rendah

dibandingkan pada Kawasan Rawan Bencana II dan III karena

intensitas kejadian bencana pada Kawasan Rawan Bencana I ini

lebih rendah daripada Kawasan Rawan Bencana II dan III sehingga

kesadaran masyarakat terhadap bencana juga rendah dan akhirnya

Page 155: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketika terjadi bencana hanya akan menggantungkan pemerintah

karena adanya anggapan bahwa penanggulangan bencana adalah

wujud fungsi pemerintah dalam perlindungan rakyat. Akibatnya,

rakyat mengharapkan penanggulangan bencana sepenuhnya

dilaksanakan oleh pemerintah. Hal ini akan menyebabkan

masyarakat tidak mempunyai pengetahuan memadai akan

kebencanaan sehingga menjadi sangat rentan ketika menghadapi

bencana dan tidak mempunyai kemampuan adaptasi untuk pulih

kembali ketika pasca bencana. Pemahaman masyarakat terhadap

bencana merupakan cerminan dukungan masyarakat terhadap

tindakan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana. Dengan

pemahaman terhadap bencana maka masyarakat dapat berusaha

untuk melakukan tindakan yang tepat sesuai yang akan dibutuhkan

untuk daerah mereka sendiri. Semakin kita mengenali dan

memahami fenomena bahaya itu dengan baik, maka semakin dapat

menyikapinya dengan lebih baik. Sikap dan tanggap yang

didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan dapat

memperkecil risiko bencana sehingga perlu diadakan pelatihan dan

penyuluhan kebencanaan.

d) Membentuk SIBAT

Siaga Bencana Berbasis Masyarakat atau Sibat adalah

sebuah tim relawan yang bertanggung jawab atas keamanan desa

dan pelaksanaan dalam program pengurangan risiko (Hyogo

Framework for Action (HFA), 2005 dalam Indonesian Red Cross

and International Federation of Red Cross and Red Crecent

Societies, 2008 : 32). Kawasan Rawan Bencana I perlu dibentuk

Sibat melihat dampak bencana yang besar akibat lahar dingin dan

rawan terjadi lahar dingin kembali pada erupsi-erupsi yang akan

datang. Sibat yang dibentuk akan mendapatkan pembekalan

tentang kebencanaan dan selanjutnya akan ikut bertanggung jawab

kepada masyarakat baik sebelum, saat dan setelah terjadi bencan

Page 156: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk menggerakkan dan membimbing masyarakat untuk

mengembangkan kemampuan masyarakat dalam meminimalkan

dampak bencana yang terjadi di lingkungannya yang sering disebut

dengan upaya pengurangan risiko dan kesiapsiagaan bencana. Hal

itu bisa berbentuk saling berbagi informasi atau sosialisasi dengan

tujuan memberikan pengetahuan dan kesadaran.

e) Melakukan normalisasi sungai (Kali Putih)

Banjir lahar dingin yang terjadi Tahun 2011 ini tidak hanya

membawa lahar namun juga batu-batu berukuran besar. Material

vulkanik yang memadat dan menyumbat sungai menyebabkan

aliran lahar dingin berkelok ke kebun dan pemukiman bahkan

sampai ke badan jalan utama Jogja-Magelang. Kemungkinan

terjadinya lahar dingin yang masih besar akan sangat

membahayakan karena keadaan sungai yang dangkal dan tersumbat

ini akan menyebabkan aliran lahar dingin semakin banyak yang

berkelok dan meluap ke luar badan sungai yang kemudian dapat

menyapu kebun dan pemukiman masyarakat. Untuk meminimalkan

luapan banjir lahar dingin ini maka perlu dilakukan normalisasi

sungai sehingga aliran sungai jika terjadi banjir lahar dingin lagi

tidak tersumbat dan dapat mengalirkan lahar dengan kapasitas yang

banyak.

f) Perbaikan tanggul sungai

Erupsi 2010 bertepatan pada musim penghujan panjang

dengan intensitas hujan yang sangat tinggi ini menyebabkan

endapan awan panas pada sungai-sungai tersebut berpotensi

menjadi lahar dingin yang cukup besar. Dalam catatan riwayat

kejadian bencana erupsi maupun lahar dingin tahun 2010-2011 ini

adalah bencana yang paling besar terjadi di Kawasan Rawan

bencana I Kabupaten Magelang. Besarnya lahar dingin pasca erupsi

2010 ini hingga merusak tanggul dan meluap dari badan sungai

yang mengancam dan melanda daerah pemukiman, pertanian dan

Page 157: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

infrastruktur di sekitar aliran sungai dan daerah yang paling parah

adalah Dusun Gempol Kelurahan Jumoyo Kecamatan Salam,

walaupun tidak memakan korban jiwa namun menyebabkan

kerugian material yang cukup besar meliputi bangunan baik ruko

maupun rumah atau infrastruktur lain hilang tersapu lahar dingin,

jalan desa hilang bahkan jalan utama Jogja-Magelang terendam dan

rusak terkena lahar dingin serta menyebabkan ambrolnya jembatan

pada jalan utama lajur kiri arah Jogja-Magelang. Kerusakan

tanggul sungai sangat berbahaya jika terjadi banjir lahar dingin lagi

karena material erupsi 2010 diperkirakan baru akan habis sekitar 3

tahun lagi (BPPTK, 2010 dalam http://www.metrotvnews.com

/read/news/2010/12/14/36893/BPPK-Ancaman-Lahar-Dingin-3-

Tahun diakses tanggal 3 juli 2011). Sedangkan saat ini musim

semakin tidak jelas antara penghujan dan kemarau yaitu musim

kemarau dengan intensitas hujan sedang dan akan semakin

berbahaya ketika intensitas hujan meningkat tinggi kembali

sehingga tanggul di sepanjang bantaran sungai perlu diperbaiki,

diperkauat dan dipertinggi lagi untuk mencegah seperti dampak

yang telah terjadi.

g) Pembekalan keterampilan bagi masyarakat sehingga jika mata

pencahariannya hilang tetap dapat mempertahankan

perekonomiannya

Perekonomian pada Kawasan Rawan Bencana I ini bersifat

heterogen, namun sama halnya dengan kondisi Kawasan Rawan

Bencana II dan III bahwa sebagian besar masyarakat hanya fokus

pada satu sektor mata pencaharian sehingga keterampilan yang

dikembangkan masyarakat hanyalah keterampilan yang menjadi

mata pencahariannya saja, misalnya bertani, berdagang. Erupsi

2010 dan lahar dingin ini tidak terlalu menurunkan tingkat

perekonomian (penghasilan) secara umum karena bermacam-

macamnya mata pencaharian masyarakat. Masyarakat pegawai

Page 158: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kantoran atau pegawai yang tidak menggunakan lahan yang tersapu

lahar dingin masih mempunyai penghasilan seperti biasanya,

namun masyarakat petani, pedagang atau pekerja lainnya yang

menggunakan lahan yang tersapu lahar dingin maka akan

kehilangan sumber penghasilannya maka perlu diberikan

pembekalan keterampilan. Dengan adanya pembekalan

keterampilan diharapkan masyarakat tetap mampu mendapat

pemasukan keuangan dan mencukupi kebutuhan hidupnya

walaupun lahan usahanya hilang sehingga perekonomian

masyarakat tetap bertahaan atau bahkan mampu meningkat,

misalnya pembekalan keterampilan kerajian rumah tangga, tata

boga, dll.

h) Membangun titik kumpul

Titik Kumpul merupakan tempat singgah/berkumpulnya

masyarakat korban bencana sebelum dievakuasi ke pengungsian

sehingga dapat memperlancar koordinasi dan mengoptimalkan

evakuasi masyarakat. Kawasan Rawan Bencana I yang luas ini

sangat membutuhkan adanya titik kumpul terutama ketika terjadi

bencana, pemantauan dan pengkoordinasian pengungsi akan

semakin lancar sehingga akan meminimalkan korban jiwa. Titik

kumpul yang merupakan tempat penampungan sementara sebelum

ke pengungsian ini lebih memudahkan dan mentertibkan alur

pengungsian untuk sampai ke pengungsian yang telah disediakan,

biasanya akan dikelompokkan menurut dusun dan akan

ditunjukkan penanggung jawabnya sehingga pengorganisasian baik

sebelum, saat maupun setelah mengungsi akan lebih mudah

misalnya untuk pendataan kebutuhan para pengungsi. Pada Titik

kumpul pada Kawasan Rawan Bencana I ini bisa juga lansung

dijadikan tempat pengungsian karena tempatnya jauh dari pusat

erupsi Gunung Merapi namun jika radius melampui keberadaan

Page 159: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

titik kumpul maka pengungsi di titik kumpul perlu dipindahkan ke

pengungsian di luar radius.

i) Pembangunan pemukiman baru untuk pemukiman yang hilang

karena lahar dingin (sementara sudah dibangun huntara)

Banjir Lahar di Magelang Tahun 2011 ini merusak sekitar

721 rumah dan mengharuskan ribuan warga dari 10 desa

mengungsi. Daerah di Kabupaten Magelang yang mengalami

kerusakan paling parah akibat lahar dingin adalah Dusun Gempol

Kelurahan Jumoyo Kecamatan Salam, walaupun tidak memakan

korban jiwa namun menyebabkan kerugian material yang cukup

besar yaitu hampir seluruh bangunan di Dusun Gempol hilang

terkena lahar dingin meliputi sekitar 140-an bangunan baik ruko

maupun rumah atau infrastruktur lain hilang tersapu lahar dingin.

Saat ini warga yang kehilangan tempat tinggal akibat tersapu lahar

dingin masih dalam pengungsian di lapangan depan Kelurahan

Jumoyo dan di tempat itu pula pembangunan huntara sedang dalam

proses yang kemudian akan ditempati oleh para pengungsi. Huntara

ini akan ditempati sekitar 4 tahun yang kemudian akan diputuskan

apakah lahan bekas tempat tingal mereka layak untuk ditempati

lagi atau akan dilakukan relokasi ke tempat yang lebih layak

ditempati.

j) Perbaikan beberapa jalan yang rusak dan tertutup karena terkena

lahar dingin

Aliran lahar dingin yang menimpa Kawasan Rawan

Bencana I ini merusak dan menutup sebagian jalan yang

merupakan akses utama dan penting untuk memudahkan kegiatan

masyarakat. Kerusakan jalan antara lain jalan desa hilang tertutup

lahar dingin ini selain menyulitkan akses juga menghilangkan mata

pencaharian sopir angkot jurusan jalan tersebut bahkan jalan utama

Jogja-Magelang terendam dan rusak terkena lahar dingin sehingga

harus ditutup dan dialihakan aksesnya dengan jalan alternatif

Page 160: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

melalui Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo kemudian

Kecamatan Borobudur Magelang selama 2 hari yang kini sudah

selesai diperbaiki dan ambrolnya jembatan pada jalan utama lajur

kiri arah Jogja-Magelang sehingga harus ditutup aksesnya untuk

kendaraan berat dan roda empat selama beberapa hari dan setelah

itu menggunakan satu jembatan lajur kanan untuk dua arah sampai

jembatan lajur kiri saat ini telah selesai dibangun dan diperbaiki

kembali.

V. Menyusun Rencana Kontijensi dengan 9 Proyeksi Kebutuhan

5. Prioritas Rekomendasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Prioritas tindakan pengurangan risiko bencana merupakan tindakan

yang harus segera dilakukan sehubungan dengan kondisi masyarakat untuk

meningkatkan kapasitas dan meminimalkan kerentanan sehingga risiko

bencana berkurang. Dengan terealisasikannya tindakan sesuai dengan prioritas

maka akan mencegah bertambah buruknya kondisi masyarakat.

a. Prioritas Tindakan Tanggap Darurat (ketika terjadi bencana)

1) Kelompok masyarakat rentan yaitu anak-anak, ibu hamil dan orang lanjut

usia. Kelompok ini kurang mempunyai kapasitas untuk menyelamatkan

diri ketika terjadi bencana secara tiba-tiba sehingga harus dilakukan

evakuasi ke tempat yang aman lebih dahulu.

2) Daerah yang dianggap paling rawan dalam Kawasan Rawan Bencana

umumnya yaitu daerah yang paling dekat dengan puncak, daerah yang

paling rawan tersebut dapat disesuaikan dengan informasi dan ramalan

dari BPPTK mengenai sifat erupsi (arah erupsi) yang akan terjadi.

b. Prioritas Rekomendasi Tindakan Pemulihan dan Peningkatan

Kapasitas

Prioritas tindakan pengurangan risiko bencana ini menggunakan

perhitungan dukungan kapasitas pada tindakan pengurangan risiko yang telah

teridentifikasi. Penentuan prioritas diutamakan pada tindakan yang paling

dibutuhkan masyarakat pada jangka waktu tersebut.

Page 161: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tab

el 4

2. P

rior

itas

Tin

daka

n/A

ksi P

engu

rang

an R

isik

o B

enca

na K

awas

an R

awan

Ben

cana

III

T

inda

kan/

aksi

un

tuk

men

gata

si

Ker

enta

nan

den

gan

Men

ggun

akan

Kap

asit

as

Dap

atka

h di

atas

i ol

eh

mas

yara

kat

send

iri?

B

agai

man

a?

Duk

unga

n pe

ndan

aan?

B

agai

man

a ca

ra

men

dapa

tkan

nya?

Duk

unga

n T

ekni

k?

Bag

aim

ana

cara

m

enda

patk

anny

a?

Jang

ka

Wak

tu

Ran

king

Rel

okas

i pem

ukim

an k

elua

r K

awas

an R

awan

Ben

cana

Tid

ak

Mem

erlu

kan

koor

dina

si

dan

duku

ngan

da

ri

Pem

erin

tah

Dae

rah

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h L

X

II

Mem

buat

dan

m

ener

tibka

n ke

orga

nisa

sian

ter

hada

p fa

silit

as d

an

infr

astr

uktu

r ya

ng

suda

h te

rsed

ia

sehi

ngga

te

raw

at

dan

dapa

t di

guna

kan

seca

ra o

ptim

al te

rleb

ih d

alam

situ

asi b

enca

na

Ya

Mas

yara

kat

Tok

oh M

asya

raka

t Si

bat

Tid

ak

Ya

BPB

D(B

adan

Pe

nang

gula

ngan

B

enca

na D

aera

h)

M

VII

Perl

engk

apan

sa

rana

da

n pr

asar

ana

titik

ku

mpu

l da

n m

enar

a pa

ndan

g T

idak

M

emer

luka

n ko

ordi

nasi

da

n du

kung

an

dari

Pe

mer

inta

h D

aera

h

Ya

Dan

a A

PBD

D

ana

PMI

Ya

PMI

Cab

ang

BPB

D(B

adan

Pe

ngan

ggul

anga

n B

enca

na D

aera

h)

M

XI

Pere

maj

aan

pers

onil

SIB

AT

unt

uk m

engo

ptim

alka

n ki

nerj

a SI

BA

T

pada

seb

elum

, saa

t ata

u se

tela

h be

ncan

a T

idak

M

emer

luka

n ko

ordi

nasi

da

n du

kung

an

dari

PM

I C

aban

g

Tid

ak

Ya

PMI

Cab

ang

M

VI

Pela

tihan

da

n pe

nyul

uhan

ke

benc

anaa

n un

tuk

men

ingk

atka

n ke

sada

ran

terh

adap

ben

cana

Y

a Si

bat

Mas

yara

kat

Tok

oh M

asya

raka

t T

okoh

Aga

ma

Tid

ak

Ya

PMI

Cab

ang

BPB

D(B

adan

Pe

ngan

ggul

anga

n B

enca

na D

aera

h)

M

V

Pem

ulih

an p

erta

nian

sal

ak a

kiba

t er

upsi

den

gan

pem

beri

an n

utri

si

(pup

uk)

pada

poh

on s

alak

yan

g ki

ni h

anya

mam

pu b

erbu

ah s

ekita

r 2-

3 ta

hun

lagi

seh

ingg

a m

ampu

ber

buah

kem

bali

dala

m w

aktu

yan

g le

bih

sing

kat

Ya

Siba

t M

asya

raka

t T

okoh

Mas

yara

kat

Ya

Swad

aya

Mas

yara

kat

Dan

a A

PBD

Ya

Pem

erin

tah

Dae

rah(

Din

as

Pert

ania

n)

S II

Page 162: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pem

beka

lan

mas

yara

kat

deng

an

berb

agai

ke

tera

mpi

lan

sehi

ngga

m

asya

raka

t tid

ak h

anya

men

gand

alka

n pe

rtan

ian

sala

k se

baga

i sat

u-sa

tuny

a su

mbe

r pe

ngha

sila

n

Ya

Mas

yara

kat

Tok

oh M

asya

raka

t Ib

u PK

K

Tid

ak

Ya

Pem

erin

tah

Dae

rah

LPK

S I

Perb

aika

n ke

rusa

kan

jem

bata

n S

unga

i B

eben

g ya

ng

mer

upak

an

akse

s vi

tal k

egia

tan

mas

yara

kat

Ya

Ten

aga

Ker

ja

Mas

yara

kat

Siba

t

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a D

PU

(Din

as

Pem

bang

unan

U

mum

)

M

IX

Perb

aika

n sa

lura

n ir

igas

i Y

a Si

bat

Mas

yara

kat

Ya

Iura

n M

asya

raka

t D

ana

APB

D

Ya

Din

as P

erta

nian

S

IV

Perb

aika

n sa

rana

air

ber

sih

Ya

Siba

t M

asya

raka

t

Ya

Iura

n M

asya

raka

t D

ana

APB

D

Ya

DPU

(D

inas

Pe

mba

ngun

an

Um

um)

S II

I

Perb

aika

n ja

lan

huta

n ra

kyat

Y

a Si

bat

Mas

yara

kat

Ya

Iura

n M

asya

raka

t D

ana

APB

D

Ya

DPU

(D

inas

Pe

mba

ngun

an

Um

um)

M

X

Pera

tura

n pe

nam

bang

an

Ya

Tok

oh M

asya

raka

t T

idak

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h M

V

III

Sum

ber

: Ana

lisis

Dat

a

Page 163: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tab

el 4

3. P

rior

itas

Tin

daka

n/A

ksi P

engu

rang

an R

isik

o B

enca

na K

awas

an R

awan

Ben

cana

II

Tin

daka

n/ak

si

untu

k m

enga

tasi

K

eren

tana

n de

ngan

M

engg

unak

an K

apas

itas

D

apat

kah

diat

asi

oleh

m

asya

raka

t se

ndir

i?

Bag

aim

ana?

Duk

unga

n pe

ndan

aan?

B

agai

man

a ca

ra

men

dapa

tkan

nya?

Duk

unga

n T

ekni

k?

Bag

aim

ana

cara

m

enda

patk

anny

a?

Jang

ka

Wak

tu

Ran

king

Rel

okas

i pem

ukim

an k

e ke

luar

Kaw

asan

Raw

an B

enca

na

T

idak

M

emer

luka

n ko

ordi

nasi

dan

du

kung

an

dari

Pe

mer

inta

h D

aera

h

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h L

V

II

Mem

bang

un ti

tik k

umpu

l dan

men

ara

pand

ang

Tid

ak

Mem

erlu

kan

koor

dina

si d

an

duku

ngan

da

ri

Pem

erin

tah

Dae

rah

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a B

PBD

(Bad

an

Pena

nggu

lang

an B

enca

na

Dae

rah)

, Din

as D

PU

M

VI

Mem

bent

uk S

IBA

T

T

idak

M

emer

luka

n ko

ordi

nasi

dan

du

kung

an d

ari P

MI C

aban

g

Tid

ak

Ya

PMI

Cab

ang

M

V

Pela

tihan

dan

pe

nyul

uhan

keb

enca

naan

unt

uk

men

ingk

atka

n ke

sada

ran

terh

adap

ben

cana

Y

a Si

bat,

Mas

yara

kat,

Tok

oh

Mas

yara

kat,

Tok

oh A

gam

a

Tid

ak

Ya

PMI

Cab

ang

BPB

D

M

III

Pem

ulih

an

pert

ania

n sa

lak

akib

at

erup

si

deng

an

pem

beri

an

nutr

isi

(pup

uk)

pada

poh

on s

alak

yan

g ki

ni

hany

a m

ampu

be

rbua

h se

kita

r 2-

3 ta

hun

lagi

se

hing

ga

mam

pu

berb

uah

kem

bali

dala

m w

aktu

yan

g le

bih

sing

kat

Ya

Siba

t M

asya

raka

t T

okoh

Mas

yara

kat

Ya

Swad

aya

Mas

yara

kat

Dan

a A

PBD

Ya

Pem

erin

tah

Dae

rah(

Din

as

Pert

ania

n)

S II

Pem

beka

lan

mas

yara

kat

deng

an

berb

agai

ke

tera

mpi

lan

sehi

ngga

mas

yara

kat t

idak

han

ya m

enga

ndal

kan

pert

ania

n sa

lak

seba

gai s

atu-

satu

nya

sum

ber

peng

hasi

lan

Ya

Mas

yara

kat

Tok

oh M

asya

raka

t Ib

u PK

K

Tid

ak

Ya

Pem

erin

tah

Dae

rah

LPK

S I

Perb

aika

n da

n pe

leba

ran

jala

n ya

ng

mer

upak

an

akse

s vi

tal

kegi

atan

mas

yara

kat

Ya

Ten

aga

Ker

ja, M

asya

raka

t Si

bat,

Tok

oh M

asya

raka

t

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h D

inas

DPU

M

IV

Sum

ber

: Ana

lisis

Dat

a

Page 164: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tab

el 4

4. P

rior

itas

Tin

daka

n/A

ksi P

engu

rang

an R

isik

o B

enca

na K

awas

an R

awan

Ben

cana

I

Tin

daka

n/ak

si

untu

k m

enga

tasi

K

eren

tana

n de

ngan

M

engg

unak

an K

apas

itas

D

apat

kah

dia

tasi

ol

eh

mas

yara

kat

send

iri?

B

agai

man

a?

Duk

unga

n pe

ndan

aan?

B

agai

man

a ca

ra

men

dapa

tksa

nnya

?

Duk

unga

n T

ekni

k?

Bag

aim

ana

cara

m

enda

patk

anny

a?

Jang

ka

Wak

tu

Ran

king

Rel

okas

i pe

muk

iman

kh

usus

nya

pem

ukim

an

di

sepa

njan

g ba

ntar

an K

ali P

utih

kel

uar

Kaw

asan

Raw

an B

enca

na

Tid

ak

Mem

erlu

kan

koor

dina

si

dan

duku

ngan

da

ri

Pem

erin

tah

Dae

rah

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h L

X

Perb

aika

n sa

lura

n ir

igas

i Y

a T

enag

a K

erja

M

asya

raka

t Si

bat

Tok

oh M

asya

raka

t

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h D

inas

Per

tani

an

S I

Pela

tihan

dan

pen

yulu

han

kebe

ncan

aan

untu

k m

enin

gkat

kan

kesa

dara

n te

rhad

ap b

enca

na

Ya

Siba

t M

asya

raka

t T

okoh

Mas

yara

kat

Tok

oh A

gam

a

Tid

ak

Ya

PMI

Cab

ang

BPB

D(B

adan

Pe

ngan

ggul

anga

n B

enca

na D

aera

h)

M

IV

Mem

bent

uk S

IBA

T

Tid

ak

Mem

erlu

kan

koor

dina

si

dan

duku

ngan

dar

i PM

I C

aban

g

Tid

ak

Ya

PMI

Cab

ang

M

V

Mel

akuk

an n

orm

alis

asi s

unga

i (K

ali P

utih

) Y

a T

enag

a K

erja

M

asya

raka

t Si

bat

Tok

oh M

asya

raka

t

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h D

inas

DPU

S II

Page 165: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perb

aika

n ta

nggu

l sun

gai (

Kal

i Put

ih)

Tid

ak

Mem

erlu

kan

koor

dina

si

dan

duku

ngan

da

ri

Pem

erin

tah

Dae

rah

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h D

inas

DPU

S II

I

Pem

beka

lan

kete

ram

pila

n ba

gi m

asya

raka

t se

hing

ga j

ika

mat

a pe

ncah

aria

nnya

hi

lang

te

tap

dapa

t m

empe

rtah

anka

n pe

reko

nom

iann

ya

Ya

Mas

yara

kat

Tok

oh M

asya

raka

t Ib

u PK

K

Tid

ak

Ya

Pem

erin

tah

Dae

rah

LPK

M

VI

Mem

bang

un ti

tik k

umpu

l T

idak

M

emer

luka

n ko

ordi

nasi

da

n du

kung

an

dari

Pe

mer

inta

h D

aera

h

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a B

PBD

(Bad

an

Pena

nggu

lang

an

Ben

cana

Dae

rah)

D

inas

DPU

L

IX

Pem

bang

unan

pem

ukim

an b

aru

untu

k pe

muk

iman

yan

g hi

lang

ka

rena

laha

r di

ngin

(sem

enta

ra s

udah

dib

angu

n hu

ntar

a)

Tid

ak

Mem

erlu

kan

koor

dina

si

dan

duku

ngan

da

ri

Pem

erin

tah

Dae

rah

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h M

V

III

Perb

aika

n be

bera

pa j

alan

yan

g te

rtut

up k

aren

a te

rken

a la

har

ding

in

Ya

Ten

aga

Ker

ja

Mas

yara

kat

Siba

t T

okoh

Mas

yara

kat

Ya

Dan

a A

PBD

Y

a Pe

mer

inta

h D

aera

h D

inas

DPU

M

VII

Sum

ber

: Ana

lisis

Dat

a

Page 166: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Prioritas Rekomendasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Kawasan Rawan Bencana III (sampel Desa Kaliurang)

a) Pembekalan masyarakat dengan berbagai keterampilan sehingga

masyarakat tidak hanya mengandalkan pertanian salak sebagai

satu-satunya sumber penghasilan

Tindakan ini menjadi prioritas paling utama dalam

pengurangan risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana III dan

diharapkan dapat segera direalisasikan. Tindakan/aksi yang sangat

diprioritaskan dan dibutuhkan oleh masyarakat adalah

tindakan/aksi pemulihan keadaan masyarakat pasca bencana 2010.

Hilangnya mata pencaharian masyarakat sebagai petani salak

akibat pertanian salak rusak mengakibatkan kondisi perekonomian

masyarakat tahun 2011 ini sangat terpuruk karena erupsi 2010 lalu

menjadikan tindakan ini paling dibutuhkan dalam jangka waktu

singkat oleh masyarakat. Tindakan/aksi ini menjadi prioritas utama

karena tindakan/aksi ini jika belum direalisasikan sangat

berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat yang

akan mempengaruhi kapasitas dan jika tindakan/aksi ini

direalisasikan maka dapat mempertahankan keberlangsungan

kehidupan masyarakat. Selain itu tindakan/aksi ini menjadi

prioritas utama karena kemungkinan dikerjakan oleh masyarakat

paling mudah yaitu dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri yang

biasanya dikoordinasi oleh tokoh masyarakat atau dapat dilakukan

dalam forum ibu PKK. Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan

teknik yaitu dukungan dari Pemerintah Daerah atau LPK untuk

memberikan pelatihan keterampilan tambahan, bimbingan dan

pengawasan dalam penerapannya hingga berhasil dan mencapai

tujuan yaitu perekonomian masyarakat terangkat kembali.

b) Pemulihan pertanian salak akibat erupsi dengan pemberian nutrisi

(pupuk) pada pohon salak yang kini hanya mampu berbuah sekitar

Page 167: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2-3 tahun lagi sehingga mampu berbuah kembali dalam waktu yang

lebih singkat

Tindakan ini menjadi prioritas kedua dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana III. Kondisi

perekonomian masyarakat tahun 2011 ini sangat terpuruk akibat

pertanian salak rusak karena erupsi 2010 lalu menjadikan tindakan

ini juga sangat dibutuhkan dalam jangka waktu singkat oleh

masyarakat untuk memulihkan kondisi tanaman salak sehingga

kondisi perekonomian masyarakatpun juga bisa segera meningkat

kembali. Tindakan/aksi ini jika belum direalisasikan sangat

berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat yang

akan datang dan akan mempengaruhi kapasitas namun jika

tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat mempertahankan

keberlangsungan kehidupan masyarakat. Tindakan/aksi ini

kemungkinan dikerjakan oleh masyarakat juga mudah yaitu dapat

dilakukan oleh masyarakat sendiri bersama sibat dan dikorrdinasi

oleh tokoh masyarakat. Namun dalam merealisasikan tindakan/aksi

memerlukan dukungan pendanaan yang sangat besar, dana bisa

didapatkan dari dana swadaya masyarakat namun sangat

memberatkan masyarakat karena lahan pertanian salak yang

membutuhkan perbaikan sangat luas sehingga membutuhkan

dukungan dana minimal dari Pemerintah Daerah yaitu dari dana

APBD sehingga perlu perencanaan anggaran yang tidak mudah dan

cepat. Tindakan/aksi ini juga membutuhkan dukungan teknik

diperlukan dukungan dari Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian)

yang lebih menguasai bidang tersebut sehingga lebih mengetahui

langkah yang tepat dalam memperbaiki pertanian salak tersebut.

c) Perbaikan sarana air bersih

Tindakan ini menjadi prioritas ketiga dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana III. Material erupsi

yang menutup dan merusak saluran (pipanisasi) berdampak

Page 168: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sulitnya pemenuhan air bersih. Kebutuhan terhadap air bersih

adalah hal yang sangat penting untuk kehidupan masyarakat

sehingga dibutuhkan pemenuhan air bersih untuk masyarakat

dalam jangka waktu yang singkat. Tindakan/aksi ini jika belum

direalisasikan sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan

kehidupan masyarakat yang akan mempengaruhi kapasitas dan jika

tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat mempertahankan

keberlangsungan kehidupan masyarakat. Tindakan/aksi ini bisa

dikerjakan oleh masyarakat dengan sibat dan tokoh masarakat yang

mengetahui jalur yang memungkinkan dilakukan perbaikan atau

pembuatan saluran air bersih lagi. Tindakan/aksi ini memerlukan

dukungan pendanaan, dana bisa didapatkan dari iuran masyarakat

dan diharapkan dapat didukung dengan dana APBD. Tindakan/aksi

ini juga membutuhkan dukungan teknik diperlukan dukungan dari

Pemerintah Daerah (Dinas Pembangunan Umum) yang lebih

menguasai bidang tersebut sehingga lebih mengetahui langkah

yang tepat dalam memperbaiki dan membangun pipanisasi saluran

air bersih.

d) Perbaikan saluran irigasi

Tindakan ini menjadi prioritas keempat dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana III. Material erupsi

yang menutup dan merusak saluran irigasi semakin menghambat

pertumbuhan tanaman salak yang kodisinya rusak dan dalam

perawatan dan proses pertumbuhan kembali. Pemulihan tanaman

salak sangat diprioritaskan oleh masyarakat maka untuk

mendukung pemulihan tanaman salak dibutuhkan pemenuhan

pengairan secara teratur dengan irigasi. Perbaikan irigasi ini

diprioritaskan dalam jangka waktu yang singkat/segera.

Tindakan/aksi ini jika belum direalisasikan sangat berpengaruh

terhadap kondisi pertanian salak yang merupakan aset masyarakat

dan jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat mempercepat

Page 169: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemulihan kondisi masyarakat dengan pertanian salaknya.

Tindakan/aksi ini menjadi prioritas keempat karena bisa dikerjakan

oleh masyarakat dengan sibat dan tokoh masarakat yang

mengetahui jalur yang memungkinkan dilakukan perbaikan atau

pembuatan saluran irigasi lagi. Tindakan/aksi ini memerlukan

dukungan pendanaan, dana bisa didapatkan dari iuran masyarakat

dan diharapkan dapat didukung dengan dana APBD. Tindakan/aksi

ini juga membutuhkan dukungan teknik diperlukan dukungan dari

Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian) yang lebih menguasai bidang

tersebut sehingga lebih mengetahui langkah yang tepat dalam

mengatur saluran irigasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

e) Pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk meningkatkan

kesadaran terhadap bencana

Tindakan ini menjadi prioritas kelima dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana III. Tindakan/aksi ini

merupakan tindakan/aksi pemulihan maupun peningkatan kondisi

masyarakat yang akan mempengaruhi kapasitas masyarakat.

Pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap bencana

merupakan cerminan dukungan masyarakat terhadap tindakan

kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana, walaupun

masyarakat sudah semakin terbiasa dengan bencana erupsi namun

masyarakat perlu mempunyai pemahaman dan kesadaran terhadap

bencana yang benar sehingga dapat menyikapinya dengan benar

pula. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan dan penyuluhan

kebencanaan untuk meningkatkan kesadaran terhadap bencana.

Tindakan/aksi ini diprioritaskan dalam jangka waktu menengah

sehingga prioritasnya akan dilakukan setelah jangka waktu singkat.

Tindakan /aksi ini diprioritaskan setelah tindakan/aksi pemulihan

keadan masyarakat dilakukan seperti tindakan/aksi 1-4.

Tindakan/aksi ini bisa dikerjakan oleh masyarakat dengan sibat dan

tokoh masarakat yang sudah mendapat bekal materi kebencanaan.,

Page 170: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tokoh agama sebagai motivator spiritual yang melihat bencana dari

sudut pandang agama. Tindakan/aksi ini dapat dilakukan tanpa

mengeluarkan biaya sehingga tidak memerlukan dukungan

pendanaan. Tindakan/aksi ini juga membutuhkan dukungan teknik

diperlukan dukungan dari PMI Cabang, BPBD (Badan

Penganggulangan Bencana Daerah) yang lebih menguasai bidang

tersebut.

f) Peremajaan personil Sibat untuk mengoptimalkan kinerja Sibat

pada sebelum, saat atau setelah bencana

Prioritas keenam ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan oleh masyarakat untuk jangka waktu menengah,

karena sifat bencana yang tidak dapat diprediksi kejadiannya ini

mengharuskan masyarakat memiliki bekal dalam menghadapi

bencana baik sebelum, pada saat maupun pasca bencana.

Pembekalan masyarakat ini dilakukan dengan penguatan sibat

terlebih dahulu yaitu dengan peremajaan personil sibat.

Tindakan/aksi ini tidak dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri

karena sibat tidak terlepas dengan pihak-pihak lain yaitu dibentuk

dan dilatih oleh kerjasama pemerintahan setempat dengan PMI

Kabupaten Magelang sehingga akan selalu membutuhkan

dukungan teknik dan koordinasi dari Pemerintahan setempat

(kelurahan) yang bekerja sama dengan PMI Kabupaten Magelang.

Selain itu sibat bertanggung jawab kepada masyarakat.

Tindakan/aksi ini tidak membutuhkan dukungan pendanaan

sehingga lebih mudah direalisasikan oleh masyarakat.

g) Membuat dan menertibkan keorganisasian terhadap fasilitas dan

infrastruktur yang sudah tersedia sehingga terawat dan dapat

digunakan secara optimal terlebih dalam situasi bencana

Prioritas ketujuh ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan oleh masyarakat untuk jangka waktu menengah.

Page 171: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tindakan/aksi ini jika belum direalisasikan tidak terlalu

berpengaruh terhadap besarnya risiko yang akan dialami jika terjadi

bencana namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat

memaksimalkan keberadan fasilitas dan infrastruktur dan

mengoptimalkan fungsinya sehingga kapasitas masyarakat

bertambah. Tindakan/aksi ini mudah direalisasikan oleh

masyarakat karena dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri dengan

dikoordinasi oleh sibat dan tokoh masyarakat sekitar dan

tindakan/aksi ini juga tidak membutuhkan dukungan pendanaan

hanya membutuhkan dukungan teknik dan bimbingan dari BPBD

(Badan Penanggulangan Bencana Daerah).

h) Peraturan penambangan

Prioritas kedelapan ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan akan semakin menurunkan kondisi

masyarakat yaitu menambah kerentanan masyarakat akibat dampak

pertambangan yang tidak bertanggung jawab namun jika

tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat mencegah

bertambahnya kerentanan atau bahkan mampu mengurangi

kerentanan. Tindakan/aksi ini mudah direalisasikan oleh

masyarakat karena tindakan/aksi ini dapat dilakukan oleh

masyarakat sendiri dengan dikoordinasi oleh tokoh masyarakat

sekitar dan tindakan/aksi ini tidak membutuhkan dukungan

pendanaan namun membutuhkan dukungan teknik dari Pemerintah

Daerah sebagai pembimbing, pengawas dan pemberi kekuatan pada

peraturan penambangan tersebut.

i) Perbaikan kerusakan jembatan Sungai Bebeng yang merupakan

akses vital kegiatan masyarakat

Prioritas kesembilan ini dibutuhkan dan diharapakan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

Page 172: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

jika belum direalisasikan akan mengurangi kelancaran kegiatan

masyarakat yang dapat menurunkan kapasitas masyarakat namun

jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah

kapasitas. Tindakan/aksi ini dapat dilakukan oleh masyarakat

sendiri dan sibat dengan memperkerjakan tenaga kerja.

Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan pendanaan yang besar

dari dana APBD sehingga perlu perencanaan anggaran yang tidak

mudah dan cepat dan membutuhkan dukungan teknik dari DPU

(Dinas Pembangunan Umum).

j) Perbaikan jalan hutan rakyat

Prioritas kesepuluh ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan tidak terlalu berpengaruh terhadap

besarnya risiko yang akan dialami jika terjadi bencana namun jika

tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah kapasitas

masyarakat yaitu dengan penguatan perekonomian hasil dari hutan

rakyat tersebut. Tindakan/aksi ini dapat dilakukan oleh masyarakat

sendiri yang dikoordinasi oleh tokoh masyarakat. Tindakan/aksi ini

membutuhkan dukungan pendanaan dari iuran masyarakat serta

dana APBD dan membutuhkan dukungan teknik dari DPU (Dinas

Pembangunan Umum).

k) Perlengkapan sarana dan prasarana titik kumpul dan menara

pandang

Prioritas kesebelas ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan tidak terlalu berpengaruh terhadap

besarnya risiko yang akan dialami jika terjadi bencana namun jika

tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat memaksimalkan

keberadan fasilitas dan infrastruktur dan mengoptimalkan

fungsinya sehingga kapasitas masyarakat bertambah. Tindakan/aksi

Page 173: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat namun masyarakat sulit

untuk merealisasikannya karena tindakan/aksi ini tidak dapat

dilakukan oleh masyarakat sendiri sehingga memerlukan

koordinasi dan dukungan dari Pemerintah Daerah. Tindakan/aksi

ini juga membutuhkan dukungan pendanaan yang besar dari dana

APBD sehingga perlu perencanaan anggaran yang tidak mudah dan

cepat dan dukungan teknik dari PMI Cabang Kabupaten Magelang

dan BPBD (Badan Penganggulangan Bencana Daerah).

l) Relokasi pemukiman keluar Kawasan Rawan Bencana

Prioritas terakhir ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu lama karena dalam

merealisasikannya sangat sulit karena tidak dapat dilakukan oleh

masyarakat sendiri sehingga memerlukan koordinasi dan dukungan

dari Pemerintah Daerah. Tindakan/aksi ini tidak sepenuhnya

didukung oleh keinginan masyarakat sendiri karena keadaan

masyarakat yang sejahtera dengan pertanian salak sebagai sektor

utama perekonomian dan kekayaan sumber daya alam dan

kekayaan masyarakat sendiri di daerah tersebut akan sangat

memberatkan jika harus direlokasi ke tempat lain yang tidak bisa

dipastikan mempunyai sumber daya alam yang menjanjikan.

Kesulitan lain adalah tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan

pendanaan yag sangat besar dari dana APBD sehingga perlu

perencanaan anggaran yang tidak mudah dan cepat dan

membutuhkan dukungan teknik dari Pemerintah Daerah.

Tindakan/aksi ini jika belum direalisasikan, masyarakat akan hidup

seperti biasa dengan kondisi kerentanan, kapasitas dan manajemen

dalam menghadapi bencana dan jika tindakan/aksi ini

direalisasikan maka dapat mengurangi bahkan mampu

menghilangkan risiko yang akan dialami.

Page 174: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Prioritas Rekomendasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Kawasan Rawan Bencana II (sampel Desa Kamongan)

a) Pembekalan masyarakat dengan berbagai keterampilan sehingga

masyarakat tidak hanya mengandalkan pertanian salak sebagai

satu-satunya sumber penghasilan

Tindakan ini menjadi prioritas paling utama dalam

pengurangan risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana II yang

paling dibutuhkan dan diharapkan dapat segera direalisasikan.

Tindakan/aksi yang sangat diprioritaskan dan dibutuhkan oleh

masyarakat adalah tindakan/aksi pemulihan keadaan masyarakat

pasca bencana 2010. Hilangnya mata pencaharian masyarakat

sebagai petani salak akibat pertanian salak rusak mengakibatkan

kondisi perekonomian masyarakat tahun 2011 ini sangat terpuruk

karena erupsi 2010 lalu menjadikan tindakan ini paling dibutuhkan

dalam jangka waktu singkat oleh masyarakat. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan sangat berpengaruh terhadap

keberlangsungan kehidupan masyarakat yang akan mempengaruhi

kapasitas dan jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat

mempertahankan keberlangsungan kehidupan masyarakat.

Tindakan/aksi ini mudah direalisasikan karena dapat dilakukan

oleh masyarakat sendiri yang biasanya dikoordinasi oleh tokoh

masyarakat atau dapat dilakukan dalam forum ibu PKK.

Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan teknik yaitu dukungan

dari Pemerintah Daerah atau LPK untuk memberikan pelatihan

keterampilan tambahan, bimbingan dan pengawasan dalam

penerapannya hingga berhasil dan mencapai tujuan yaitu

perekonomian masyarakat terangkat kembali.

b) Pemulihan pertanian salak akibat erupsi dengan pemberian nutrisi

(pupuk) pada pohon salak yang kini hanya mampu berbuah sekitar

2-3 tahun lagi sehingga mampu berbuah kembali dalam waktu yang

lebih singkat

Page 175: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tindakan ini menjadi prioritas kedua dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana II. Kondisi

perekonomian masyarakat tahun 2011 ini sangat terpuruk akibat

pertanian salak rusak karena erupsi 2010 lalu menjadikan tindakan

ini juga sangat dibutuhkan dalam jangka waktu singkat oleh

masyarakat untuk memulihkan kondisi tanaman salak sehingga

kondisi perekonomian masyarakatpun juga bisa segera meningkat

kembali. Tindakan/aksi ini jika belum direalisasikan sangat

berpengaruh terhadap keberlangsungan kehidupan masyarakat yang

akan mempengaruhi kapasitas dan jika tindakan/aksi ini

direalisasikan maka dapat mempertahankan keberlangsungan

kehidupan masyarakat. Tindakan/aksi ini menjadi prioritas kedua

karena kemungkinan dikerjakan oleh masyarakat juga mudah yaitu

dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri bersama sibat dan

dikordinasi oleh tokoh masyarakat. Namun dalam merealisasikan

tindakan/aksi memerlukan dukungan pendanaan yang sangat besar,

dana bisa didapatkan dari dana swadaya masyarakat namun sangat

memberatkan masyarakat karena lahan pertanian salak yang

membutuhkan perbaikan sangat luas sehingga membutuhkan

dukungan dana minimal dari Pemerintah Daerah yaitu dari dana

APBD sehingga perlu perencanaan anggaran yang tidak mudah dan

cepat. Tindakan/aksi ini juga membutuhkan dukungan teknik

diperlukan dukungan dari Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian)

yang lebih menguasai bidang tersebut sehingga lebih mengetahui

langkah yang tepat dalam memperbaiki pertanian salak tersebut.

c) Pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk meningkatkan

kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana

Tindakan ini menjadi prioritas kelima dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana II. Pemahaman dan

kesadaran masyarakat terhadap bencana merupakan cerminan

dukungan masyarakat terhadap tindakan kesiapan masyarakat

Page 176: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam menghadapi bencana, walaupun masyarakat sudah semakin

terbiasa dengan bencana erupsi namun masyarakat perlu

mempunyai pemahaman dan kesadaran terhadap bencana yang

benar sehingga dapat menyikapinya dengan benar pula. Hal ini bisa

dilakukan dengan pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk

meningkatkan kesadaran terhadap bencana. Tindakan/aksi ini

diprioritaskan dalam jangka waktu menengah sehingga prioritasnya

akan dilakukan setelah jangka waktu singkat. Tindakan/aksi ini jika

belum direalisasikan tidak berpengaruh terhadap kehidupan sehari

masyarakat namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat. Tindakan/aksi ini bisa

dikerjakan oleh masyarakat dengan sibat dan tokoh masarakat yang

sudah mendapat bekal materi kebencanaan., tokoh agama sebagai

motivator spiritual yang melihat bencana dari sudut pandang

agama. Tindakan/aksi ini dapat dilakukan tanpa mengeluarkan

biaya sehingga tidak memerlukan dukungan pendanaan.

Tindakan/aksi ini juga membutuhkan dukungan teknik diperlukan

dukungan dari PMI Cabang, BPBD (Badan Penganggulangan

Bencana Daerah) yang lebih menguasai bidang tersebut.

d) Perbaikan dan pelebaran jalan yang merupakan akses vital kegiatan

masyarakat

Prioritas keempat ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan akan mengurangi kelancaran kegiatan

masyarakat yang dapat menurunkan kapasitas masyarakat namun

jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah

kapasitas. Tindakan/aksi ini mudah direalisasikan karena dapat

dilakukan oleh masyarakat sendiri bersama sibat, tenaga kerja dan

dikoordinasi oleh tokoh masyarakat. Tindakan/aksi ini

membutuhkan dukungan pendanaan yang besar dari dana APBD

sehingga perlu perencanaan anggaran yang tidak mudah dan cepat

Page 177: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dan dukungan teknik dari Pemerintah Daerah dan Dinas

Pembangunan Umum (DPU) Pemerintah Daerah.

e) Membentuk SIBAT

Prioritas kelima ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan oleh masyarakat untuk jangka waktu menengah. Sifat

bencana yang tidak dapat diprediksi kejadiannya ini mengharuskan

masyarakat memiliki bekal dalam menghadapi bencana baik

sebelum, pada saat maupun pasca bencana. Tindakan/aksi ini jika

belum direalisasikan tidak akan menghambat kegiatan masyarakat

namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah

kapasitas. Tindakan/aksi ini tidak dapat dilakukan oleh masyarakat

sendiri sehingga Memerlukan koordinasi dan dukungan dari PMI

Cabang. Tindakan/aksi ini juga tidak membutuhkan dukungan

pendanaan. Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan teknik dari

PMI Kabupaten Magelang dan pererintahan setempat.

f) Membangun titik kumpul dan menara pandang

Prioritas keenam ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan dapat menggunakan fasilitas lain

pengganti titik kumpul namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan

maka dapat menambah kapasitas masyarakat. Tindakan/aksi ini

tidak dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri sehingga

Memerlukan koordinasi dan dukungan dari PMI Cabang.

Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan pendanaan yang besar

dari Dana APBD sehingga perlu perencanaan anggaran yang tidak

mudah dan cepat. Selain itu juga membutuhkan dukungan teknik

dari BPBD(Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan Dinas

Pembangunan Umum (DPU).

g) Relokasi pemukiman ke keluar Kawasan Rawan Bencana

Page 178: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Prioritas terakhir ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu lama karena dalam

merealisasikannya sangat sulit karena tidak dapat dilakukan oleh

masyarakat sendiri sehingga memerlukan koordinasi dan dukungan

dari Pemerintah Daerah. Tindakan/aksi ini tidak sepenuhnya

didukung oleh keinginan masyarakat sendiri karena keadaan

masyarakat yang sejahtera dengan pertanian salak sebagai sektor

utama perekonomian, kekayaan sumber daya alam dan kekayaan

masyarakat sendiri di daerah tersebut akan sangat memberatkan

jika harus direlokasi ke tempat lain yang tidak bisa dipastikan

mempunyai sumber daya alam yang menjanjikan. Kesulitan lain

adalah tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan pendanaan yang

sangat besar dari dana APBD sehingga perlu perencanaan anggaran

yang tidak mudah dan cepat dan membutuhkan dukungan teknik

dari Pemerintah Daerah. Tindakan/aksi ini jika belum

direalisasikan, masyarakat akan hidup seperti biasa dengan kondisi

kerentanan, kapasitas dan manajemen dalam menghadapi bencana

dan jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat mengurangi

bahkan mampu menghilangkan risiko yang akan dialami.

3) Prioritas Rekomendasi Tindakan/Aksi Pengurangan Risiko Bencana

Kawasan Rawan Bencana I (sampel Desa Jumoyo)

a) Perbaikan saluran irigasi

Tindakan ini menjadi prioritas paling utama dalam

pengurangan risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana I dan

diharapkan dapat segera direalisasikan. Tindakan/aksi yang sangat

diprioritaskan dan dibutuhkan oleh masyarakat adalah

tindakan/aksi pemulihan keadaan masyarakat pasca bencana 2010.

Material erupsi yang menutup dan merusak saluran irigasi semakin

menghambat pertumbuhan tanaman salak yang kodisinya rusak dan

dalam perawatan dan proses pertumbuhan kembali. Pemulihan

tanaman salak sangat diprioritaskan oleh masyarakat maka untuk

Page 179: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendukung pemulihan tanaman salak dibutuhkan pemenuhan

pengairan secara teratur dengan irigasi. Perbaikan irigasi ini

diprioritaskan dalam jangka waktu yang singkat/segera.

Tindakan/aksi ini menjadi prioritas pertama karena bisa dikerjakan

oleh masyarakat dengan sibat dan tokoh masarakat yang

mengetahui jalur yang memungkinkan dilakukan perbaikan atau

pembuatan saluran irigasi lagi. Tindakan/aksi ini memerlukan

dukungan pendanaan, dana bisa didapatkan dari iuran masyarakat

dan diharapkan dapat didukung dengan dana APBD. Tindakan/aksi

ini juga membutuhkan dukungan teknik diperlukan dukungan dari

Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian) yang lebih menguasai bidang

tersebut sehingga lebih mengetahui langkah yang tepat dalam

mengatur saluran irigasi yang dibutuhkan oleh masyarakat.

b) Melakukan normalisasi sungai (Kali Putih)

Prioritas kedua ini dibutuhkan dan diharapakan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu singkat sehubungan musim

penghujan terus berlangsung walaupun masuk ke musim kemarau

namun intensitas hujan masih tinggi. Tindakan/aksi ini jika belum

direalisasikan akan menambah kerentanan masyarakat namun jika

tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah kapasitas

dan mengurangi kerentanan yang ada di masyarakat. Tindakan/aksi

ini mudah direalisasikan karena dapat dilakukan oleh masyarakat

sendiri beserta sibat dan tenga kerja yang dikoordinasi oleh tokoh

masyarakat setempat. Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan

pendanaan dari dana APBD dan membutuhkan dukungan teknik

dari Pemerintah Daerah dan Dinas Pembangunan Umum (DPU).

c) Perbaikan tanggul sungai (Kali Putih)

Prioritas ketiga ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu singkat. Tindakan/aksi ini jika

belum direalisasikan akan menambah kerentanan masyarakat

Page 180: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah

kapasitas dan mengurangi kerentanan yang ada di masyarakat.

Tindakan/aksi ini sulit direalisasikan karena tidak dapat dilakukan

oleh masyarakat sendiri dan perlu koordinasi dan dukungan dengan

Pemerintah Daerah serta membutuhkan dukungan pendanaan yang

besar dari dana APBD dan juga membutuhkan dukungan teknik

dari Pemerintah Daerah dan Dinas Pembangunan Umum (DPU).

Karena mendesaknya kebutuhan tindakan/aksi ini dan untuk

mencegah dampak lahar dingin yang tidak dapat diprediksikan

terjadinya maka diharapkan tindakan/aksi ini dapat segera

direalisasikan dengan dukungan-dukungan tersebut.

d) Pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk meningkatkan

kesadaran terhadap bencana

Tindakan ini menjadi prioritas keempat dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana I yang. Pemahaman

dan kesadaran masyarakat terhadap bencana merupakan cerminan

dukungan masyarakat terhadap tindakan kesiapan masyarakat

dalam menghadapi bencana, walaupun masyarakat sudah semakin

terbiasa dengan bencana erupsi namun masyarakat perlu

mempunyai pemahaman dan kesadaran terhadap bencana yang

benar sehingga dapat menyikapinya dengan benar pula. Hal ini bisa

dilakukan dengan pelatihan dan penyuluhan kebencanaan untuk

meningkatkan kesadaran terhadap bencana. Tindakan/aksi ini jika

belum direalisasikan tidak akan menghambat kegiatan masyarakat

namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah

kapasitas. Tindakan/aksi ini diprioritaskan dalam jangka waktu

menengah sehingga prioritasnya akan dilakukan setelah jangka

waktu menengah. Tindakan/aksi ini bisa dikerjakan oleh

masyarakat dengan sibat dan tokoh masarakat yang sudah

mendapat bekal materi kebencanaan., tokoh agama sebagai

motivator spiritual yang melihat bencana dari sudut pandang

Page 181: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

agama. Tindakan/aksi ini dapat dilakukan tanpa mengeluarkan

biaya sehingga tidak memerlukan dukungan pendanaan.

Tindakan/aksi ini juga membutuhkan dukungan teknik diperlukan

dukungan dari PMI Cabang, BPBD (Badan Penganggulangan

Bencana Daerah) yang lebih menguasai bidang tersebut.

e) Membentuk SIBAT

Prioritas kelima ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan dalam jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan tidak akan menghambat kegiatan

masyarakat namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat

menambah kapasitas. Tindakan/aksi ini tidak dapat dilakukan oleh

masyarakat sendiri sehingga memerlukan koordinasi dan dukungan

teknik dari PMI Kabupaten Magelang dan pemerintahan setempat

namun tindakan/aksi ini tidak membutuhkan dukungan pendanaan

sehingga untuk merealisasikannya lebih mudah.

f) Pembekalan keterampilan bagi masyarakat sehingga jika mata

pencahariannya hilang tetap dapat mempertahankan

perekonomiannya

Tindakan ini menjadi prioritas keenam dalam pengurangan

risiko bencana di Kawasan Rawan Bencana I. Hilangnya mata

pencaharian masyarakat sebagai petani salak akibat pertanian salak

rusak mengakibatkan kondisi perekonomian masyarakat tahun

2011 ini sangat terpuruk karena erupsi 2010 lalu menjadikan

tindakan ini paling dibutuhkan dalam jangka waktu singkat oleh

masyarakat. Tindakan/aksi ini bisa dikerjakan oleh masyarakat

yang dikoordinasi oleh tokoh masyarakat atau dapat dilakukan

dalam forum ibu PKK. Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan

teknik yaitu dukungan dari Pemerintah Daerah atau LPK untuk

memberikan pelatihan keterampilan tambahan, bimbingan dan

Page 182: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengawasan dalam penerapannya hingga berhasil dan mencapai

tujuan yaitu perekonomian masyarakat terangkat kembali.

g) Perbaikan beberapa jalan yang tertutup karena terkena lahar dingin

Prioritas ketujuh ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan akan mengurangi kelancaran kegiatan

masyarakat yang dapat menurunkan kapasitas masyarakat namun

jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat menambah

kapasitas. Tindakan/aksi ini dapat dilakukan oleh masyarakat

sendiri bersama sibat dan tenaga kerja yang dikoordinnasi oleh

tokoh masyarakat namun tetap membutuhkan dukungan teknik dari

Pemerintah Daerah dan Dinas Pembangunan Umum (DPU).

Tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan pendanaan yang besar

dari dana APBD.

h) Pembangunan pemukiman baru untuk pemukiman yang hilang

karena lahar dingin (sementara sudah dibangun huntara)

Prioritas kedelapan ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu menengah. Tindakan/aksi ini

jika belum direalisasikan dapat menurunkan kebrlangsungan

masyarakat yang kehilangan rumah namun jika tindakan/aksi ini

direalisasikan maka dapat memulihkan kapasitas masyarakat.

Tindakan/aksi ini sulit direalisasikan karena tidak dapat dilakukan

oleh masyarakat sendiri dan memerlukan koordinasi dan dukungan

dari Pemerintah Daerah baik dukungan teknik maupun dukungan

pendanaan.

i) Membangun titik kumpul

Prioritas kesembilan ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu lama. Tindakan/aksi ini jika

belum direalisasikan dapat menggunakan fasilitas lain pengganti

Page 183: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

titik kumpul namun jika tindakan/aksi ini direalisasikan maka dapat

menambah kapasitas masyarakat. Tindakan/aksi ini juga sulit

direalisasikan karena tidak dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri

sehingga memerlukan koordinasi dan dukungan dari Pemerintah

Daerah khususnya dukungan teknik dari BPBD (Badan

Penanggulangan Bencana Daerah) dan Dinas Pembangunan Umum

(DPU). Selain itu tindakan/aksi ini membutuhkan dukungan

pendanaan yang besar dari dana APBD sehingga perlu perencanaan

anggaran yang tidak mudah dan cepat.

j) Relokasi pemukiman khususnya pemukiman di sepanjang bantaran

Prioritas terakhir ini dibutuhkan dan diharapkan dapat

direalisasikan untuk jangka waktu lama karena dalam

merealisasikannya sangat sulit karena tidak dapat dilakukan oleh

masyarakat sendiri sehingga memerlukan koordinasi dan dukungan

dari Pemerintah Daerah. Tindakan/aksi ini tidak sepenuhnya

didukung oleh keinginan masyarakat sendiri karena keadaan

masyarakat yang sudah mapan dengan kehidupan dan kekayaan

sumber daya alam maupun kekayaan masyarakat sendiri di daerah

tersebut akan sangat memberatkan jika harus direlokasi ke tempat

lain yang tidak bisa dipastikan mempunyai sumber daya alam yang

menjanjikan. Kesulitan lain adalah tindakan/aksi ini membutuhkan

dukungan pendanaan yang sangat besar dari dana APBD sehingga

perlu perencanaan anggaran yang tidak mudah dan cepat.

Tindakan/aksi ini jika belum direalisasikan, masyarakat akan hidup

seperti biasa dengan kondisi kerentanan, kapasitas dan manajemen

dalam menghadapi bencana dan jika tindakan/aksi ini

direalisasikan maka dapat mengurangi bahkan mampu

menghilangkan risiko yang akan dialami.

Variasi prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana Kawasan

Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang disajikan dalam Peta 5.

Page 184: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 185: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. PEMBAHASAN

Pengurangan risiko bencana tidak terlepas dari keadaan daerah yang akan

dilakukan tindakan pengurangan risiko. Untuk mengetahui keadaan daerah perlu

dilakukan penilaian meliputi kerentanan dan kapasitas yang ada di daerah

tersebut. Kerentanan merupakan suatu masalah bagi daerah tersebut dan akan

mempengaruhi risiko yang akan dialami jika terjadi bencana. Kapasitas

merupakan kemampuan efektif yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk

mengurangi kerentanan dan juga akan mempengaruhi risiko yang akan dialami

jika terjadi bencana sehingga tindakan pengurangan risiko bencana dapat

dilakukan dengan mengatasi kerentanan dengan menggunakan kapasitas atau

sumber daya dan kemampuan yang dimilikinya. Kerentanan yang diprioritaskan

adalah kerentanan yang berisiko tinggi pada masyarakat dan sangat mengganggu

kestabilan masyarakat sehingga perlu segera dilakukan tindakan.

Rekomendasi tindakan pengurangan risiko bencana ini merupakan

cerminan kebutuhan masyarakat yang perlu dipenuhi untuk mengurangi

kerentanan atau meningkatkan kapasitas dalam mengurangi risiko bencana. Untuk

merealisasikan tindakan tersebut tidak dapat dilakukan dalam waktu yang

bersamaan karena adanya keterbatasan kapasitas/kemampuan masyarakat baik

keterbatasan teknik maupun pendanaan sehingga perlu adanya prioritas tindakan

pengurangan risiko tersebut. Tindakan yang paling diprioritaskan adalah tindakan

yang paling dibutuhkan oleh masyarakat yang dipresentasikan dengan jangka

waktu, kemudian diidentifikasi berdasarkan kemampuan dan kemudahan

masyarakat dalam merealisasikan tindakan tersebut. Kemampuan dan kemudahan

masyarakat dalam merealisasikan merupakan wujud kapasitas yang berupa

dukungan terhadap tindakan tersebut yaitu dukungan teknik dan dukungan

pendanaan. Tindakan yang bisa direalisasikan hanya dengan menggunakan

dukungan teknik intern masyarakat lebih diprioritaskan karena lebih mudah

merealisasikannya, masyarakat dapat bertindak lebih cepat karena mereka merasa

membutuhkan tindakan tersebut. Sedangkan tindakan yang membutuhkan

dukungan teknik eksternal kurang diprioritaskan karena dalam merealisasikan

Page 186: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memungkinkan menemukan hambatan karena berbagai faktor misalnya

koordinasi yang kurang lancar dengan pihak eksternal yang bersangkutan tersebut.

Semua tindakan baik yang bisa direalisasikan oleh masyarakat sendiri maupun

yang membutuhkan dukungan eksternal tetap membutuhkan dukungan teknis dari

pihak luar sebagai pengawas tindakan sehingga tindakan yang dilakukan tepat

sesuai dengan yang dibutuhkan untuk kondisi masyarakat tersebut. Dukungan

yang lain yaitu dukungan pendanaan, dukungan ini tidak jarang menjadi

penghambat terealisasinya tindakan dibutuhkan oleh masyarakat. Tindakan yang

tidak membutuhkan pendanaan lebih diprioritaskan karena dalam

merealisasikanya akan lebih mudah. Pendanaan yang bersifat internal juga

diprioritaskan untuk direalisasikan karena menghimpun dana dalam masyarakat

sendiri lebih mudah apalagi untuk kepentingan dan kebaikan masyarakat itu

sendiri. Sedangkan dukungan pendanaan yang bersifat ekternal lebih sulit karena

harus berkoordinasi dengan berbagai pihak yang belum pasti keberhasilannya

sehingga tindakan yang membutuhkan dukungan pendanaan terutama yang

memerlukan pendanaan besar akan menjadi prioritas terakhir berdasarkan

kebutuhan masyarakat dalam jangka waktu tersebut.

Tindakan yang akan menjadi prioritas utama adalah tindakan yang

dibutuhkan masyarakat sehingga perlu direalisasikan dalam jangka waktu singkat

dan kebutuhan terhadap dukungan baik teknik maupun pendanaannya tidak ada

atau lebih sedikit sehingga paling mudah dilakukan dan tindakan yang akan

menjadi prioritas terakhir adalah tindakan yang dibutuhkan masyarakat namun

paling tidak mendesak dan membutuhkan dukungan baik teknik maupun

pendanaan yang banyak karena hal ini sulit bagi masyarakat.

Penilaian keadaan dan analisis tindakan pengurangan risiko bencana

yang dilakukan mencakup Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi yang ada di

Kabupaten Magelang yang merupakan Kawasan Rawan Bencana sebelah barat

sampai barat daya lereng Gunung Merapi yang terbagi menjadi Kawasan Rawan

Bencana III Kabupaten Magelang, Kawasan Rawan Bencana II Kabupaten

Magelang dan Kawasan Rawan Bencana I Kabupaten Magelang. Berdasarkan

Page 187: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Peta Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magelang Tahun 2011 (Peta 1.), maka

sebaran Kawasan Rawan Bencana disajikan dalam Tabel 45.

Tabel 45. Sebaran wilayah Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011

No Kawasan Rawan Bencana Wilayah 1. Kawasan Rawan Bencana III Kecamatan Srumbung utara

Kecamatan Dukun utara Kecamatan Sawangan selatan

2. Kawasan Rawan Bencana II Kecamatan Srumbung tengah Kecamatan Dukun tengah Kecamatan Sawangan selatan

3. Kawasan Rawan Bencana I Kecamatan Srumbung selatan Kecamatan Dukun selatan Kecamatan Sawangan selatan Kecamatan Mungkid sebagian Kecamatan Muntilan sebagain Kecamatan Salam sebagian Kecamatan Ngluwar sebagian

Sumber : Analisis Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang Tahun 2011

Adapun penilaian kondisi dari setiap kawasan adalah sebagai berikut :

1. Kawasan Rawan Bencana III Kabupaten Magelang

Kawasan Rawan Bencana III Kabupaten Magelang adalah daerah

paling rawan yang berada paling dekat dengan puncak Gunung Merapi dan

selalu terkena dampak ketika Gunung Merapi aktif. Intensitas erupsi yang

tinggi menyebabkan masyarakat di Kawasan Rawan Bencana III sudah

terbiasa dengan kondisi bencana dan tidak asing lagi dengan lokasi

pengungsian. Kondisi masyarakat dapat dideskripsikan dalam 10 aspek yaitu :

a. Kesehatan Fisik dan Lingkungan

Kawasan Rawan Bencana III kondisi kesehatan, fisik dan

lingkungan tergolong rentan. Banyak hal yang mempengaruhi kondisi

daerah yang merupakan daerah paling dekat dengan puncak sehingga

daerahnya paling rawan terhadap dampak erupsi yang intensitasnya

semakin tidak dapat diprediksikan jangka waktunya, selain itu dilalui oleh

beberapa sungai besar yaitu Sungai Bebeng, Sungai Krasak, Sungai (Kali)

Putih dan sungai-sungai lainnya yang berpotensi dilaluinya lahar dingin

Page 188: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketika intensitas hujan tinggi. Erupsi 2010 yang mengeluarkan material

yang banyak dan diiringi dengan musim penghujan yang penjang

menyebabkan terjadi banjir lahar dingin yang besar khususnya pada awal

Tahun 2011. Dengan kondisi geologi dan geomorfologi daerah tersebut

yang sangat rentan, tanah dan pasir mudah terbawa arus yang dapat

menyebabkan arus semakin besar dan mengikis tanggul, jembatan, jalan,

kebun atau infrastruktur yang ada di dekatnya. Hal ini didukung karena

kurangnya tanggul pengaman kanan dan kiri sungai bahkan dengan adanya

aliran lahar dingin di sungai yang membawa material tidak hanya lahar

dan pasir tapi juga membawa material batu yang besar akan mengendap

dan menyumbat sungai sehingga aliran sungai tidak lancar dan jika tanggul

jebol aliran sungai keluar jalur (termasuk jika aliran sungai mengandung

lahar dingin). Dampak yang dialami pasca erupsi Tahun 2010 dan banjir

lahar dingin Tahun 2011 ini antaralain kerusakan semua tanaman pertanian

khususnya tanaman salak dan dapat pulih kembali dengan pertumbuhan

normal selama 3-4 tahun lagi, saluran irigasi yang rusak akan semakin

menghambat pemulihan dan pertumbuhan tanaman salak, saluran air

bersih juga rusak hal ini mengganggu keberlangsungan kehidupan

masyarakat sekitar sehingga selama beberapa bulan harus distok air bersih

oleh PMI Kabupaten Magelang, selain itu berdampak pula pada

peternakan, hewan ternak yang mati dan kotoran serta bangkainya dapat

menyebarkan penyakit kepada masyarakat padahal penempatan dan sarana

fasilitas kesehatan polindes belum optimal sehingga belum

memaksimalkan tingkat kesehatan masyarakat.

b. Sosial Budaya

Tingkat kewaspadaan Kawasan Rawan Bencana III tinggi namun

ada beberapa waktu rentan masyarakat yang menyebabkan masyarakat

dalam keadaan tidak siaga yaitu pada jam tidur masyarakat sekitar jam

20.00-04.00, walaupun pos kamling aktif namun keadaan masyarakat

secara umum tidak siap jika terjadi bencana secara tiba-tiba.

Page 189: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Keberadaan sungai-sungai besar menjadikan jembatan menjadi

sarana yang penting sebagai akses utama dalam kegiatan masyarakat.

Karena menjadi akses utama ini maka jembatan sering dilalui bahkan oleh

kendaraan besar penambang bermuatan banyak dan berat, hal ini

menjadikan jembatan rusak padahal kondisi jembatan sempit hanya dapat

dilalui kendaraan roda empat dengan satu jalur dan tidak dapat berpapasan

dalam jembatan sehingga kendaraan roda empat harus bergantian untuk

lewat, jembatan yang dibangun juga merupakan jembatan DAM yang

dibangun dengan tidak menggunakan pengaman kanan dan kiri sehingga

lebih rentan, kondisi seperti ini akan mengganggu kelancaran kegiatan

masyarakat terlebih pada situasi bencana, evakuasi akan sulit.

c. Sikap/Motivasi

Kawasan Rawan Bencana III dengan intensitas bencananya tinggi

dan selalu mendapatkan dampak dari bencana menjadikan masyarakatnya

baik laki-laki maupun perempuan tumbuh menjadi masyarakat yang lebih

kuat. Kepedulian masyarakatnya juga tinggi terhadap bencana dan kondisi

atau permasalahan di lingkungan sekitar. Laki-laki dan perempuan di

Kawasan Rawan Bencana III ini mampu terlibat dan ikut berperan sama

dalam penanganan masalah baik ekonomi, penyakit dan bencana, maupun

lingkungan dan sosial. Selain itu keadaan masyarakat yang hampir

seragam dilihat dari tipe rumah yang seragam mencerminkan tidak ada

kesenjangan masyarakat sehingga hubungan masyarakat tetap baik dan

kuat.

d. Kelembagaan/Keorganisasian

Pemerintahan setempat (jajaran kepala desa dan perangkatnya)

berfungsi ke dalam untuk mengoordinasikan dan melayani masyarakat dan

berfungsi ke luar, hal ini bertujuan untuk memperkuat sosialisasi

masyarakat internal maupun eksternal. Sosialisasi ini dapat digunakan

untuk mendapatkan dukungan baik dalam situasi bencana ataupun tidak.

Berbagai organisasi juga dikembangkan untuk lebih memperkuat

sosialisasi ke dalam dan keluar masyarakat, yaitu antara lain GAPOKTAN

Page 190: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sebagai pemusatan hasil salak untuk diekspor, mempermudah pengadaan

sarana pertanian dan penyelesaian masalah pertanian salak sedangkan

SIBAT membantu masyarakat dalam memanajemen masyarakat ketika

bencana dengan bekerja dengan pemerintah atau PMI untuk mengadakan

simulasi bencana atau pembekalan kebencanaan setelah muncul tanda-

tanda erupsi sehingga masyarakat siap dalam menghadapi erupsi.

e. Ekonomi

Kawasan Rawan Bencana III merupakan daerah yang paling

rawan, sektor utama masyarakat berupa pertanian salak sangat

meningkatkan kemakmuran dan kehidupan masyarakat di daerah tersebut.

Pertanian salak yang menjanjikan ini menjadikan masyarakat sangat

tergantung pada sektor utama ini, ketika pertanian salak rusak dan

masyarakat tidak mempunyai keahlian lain maka mereka harus mencari

sumber penghasilan lain dengan penghasilan yang seadanya, selain itu ada

juga yang menjadi penganguran dan bergantung pada bantuan pemerintah,

hal ini akan menurunkan tingkat ekonomi masyarakat.

Musim penghujan yang panjang juga menyebabkan kurang

optimalnya pertumbuhan salak sehingga menurunkan tingkat

perekonomian masyarakat. Masyarakat yang nyaman dengan kondisinya

terus meningkatkan kehidupannya di daerah tersebut, seperti membangun

rumah yang lebih permanen tanpa takut terhadap bahaya dan risiko yang

akan dialami jika terjadi bencana. Banyak pemukiman dan penduduk yang

tinggal di daerah rawan bencana ini ketika terjadi bencana dapat

mengakibatkan banyak korban dan kerugian materiil selain itu akan

menyulitkan evakuasi masyarakat karena mereka menjadi berat

meninggalkan rumah dan lahan penduduk yang luas karena rentan

penjarahan jika rumah ditinggalkan oleh masyarakat.

f. Tata Pemerintahan

Tata Pemerintahan di Kawasan Rawan Bencana III ini merupakan

kapasitas yang tinggi, jajaran kepala desa dan perangkatnya setempat

berfungsi ke dalam untuk mengoordinasikan dan melayani masyarakat dan

Page 191: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berfungsi ke luar, hal ini bertujuan untuk memperkuat sosialisasi

masyarakat internal maupun eksternal. Sosialisasi ini dapat digunakan

untuk mendapatkan dukungan baik dalam situasi bencana ataupun tidak.

Berbagai organisasi juga dikembangkan untuk lebih memperkuat

sosialisasi ke dalam dan keluar masyarakat, yaitu antara lain GAPOKTAN

sebagai pemusatan hasil salak untuk diekspor, mempermudah pengadaan

sarana pertanian dan penyelesaian masalah pertanian salak sedangkan

SIBAT membantu masyarakat dalam memanajemen masyarakat ketika

bencana dengan bekerja dengan pemerintah atau PMI untuk mengadakan

simulasi bencana atau pembekalan kebencanaan setelah muncul tanda-

tanda erupsi sehingga masyarakat siap dalam menghadapi erupsi.

g. Pengkajian risiko

Keberadaan Sibat pada Kawasan Rawan Bencana III dengan

bimbingan dan pengawasan pihak eksternal (PMI) mampu melakukan

pengkajian kondisi masyarakat, hal ini membantu masyarakat untuk

mengenali posisi masyarakat terhadap ancaman bencana yang ada dan

yang terjadi pada kawasan tersebut.

h. Pengetahuan dan pendidikan

Rentannya Kawasan Rawan Bencana III menyebabkan tingginya

tingkat perhatian pihak ekstern terhadap Kawasan Rawan Bencana III

sehingga meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana yang

harus dihadapi bukan dengan kepasrahan namun dengan tindakan

pengurangan risiko dan peningkatan kapasitas seperti pelatihan

kebencanaan, pemberian informasi kebencanaan, informasi status

keaktivan Gunung Merapi, dll

i. Manajemen risiko dan pengurangan kerentanan

Jika dilihat dari segi positifnya erupsi merupakan anugrah yang

menghasilkan kekayaan sumber daya alam yang besar, selain

mempertinggi kesuburan dari abu vulkanik yang mengenai tanah juga

material-material yang dihasilkan seperti batu dan pasir dapat

Page 192: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dimanfaatkan masyarakat untuk ditambang sehingga dapat menambah

penghasilan masyarakat dan menurunkan tingkat pengangguran.

Kekayaan yang dimiliki masyarakat seperti pertanian salak,

kolam ikan, peternakan ayam, pertanian cabe, pertanian sayur dapat

digunakan sebagai sumber persediaan logistik. Mobil, motor dan truk

milik masyarakat dapat memudahkan akses ke luar. HT dapat digunakan

saat bencana yaitu ketika HP tidak dapat digunakan.

Tingkat perekonomian masyarakat pasca erupsi 2010 ini menurun

dan alih kerja dari pertanian salak ke buruh seadanya maka masyarakat

harus berusaha lebih keras untuk mempertahankan perekonomiannya. Hal

ini akan menyita banyak waktu sehingga waktu luang masyarakat menjadi

sedikit, walaupun begitu waktu luang ini dapat digunakan untuk

meningkatkan Sumber Daya Manusia misalnya pelatihan kebencanaan.

Sumber Daya Manusia ini didukung dengan masyarakat rentan (lansia,

balita dan ibu hamil) lebih sedikit daripada yang lain sehingga Sumber

Daya Manusianya optimal. Masyarakat jarang yang merantau, sebagian

besar masyarakat kembali ke kampung halamannya ketika telah

menyelesaikan pendidikannya untuk mengurus pertanian salak yang lebih

memberikan jaminan kemakmuran sehingga peningkatan jumlah penduduk

juga tidak terlalu tinggi, hal ini menyebabkan permintaan lahan

pemukiman juga tidak terlalu tinggi sehingga alih fungsi lahan tidak terjadi

dalam skala tinggi.

j. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

Intensitas erupsi yang tinggi dan tidak dapat diprediksi sehingga

masyarakat semakin terbiasa dengan kondisi tersebut, keadaan ini secara

tidak langsung akan mempertingggi tingkat kewaspadaan masyarakat

terhadap bencana dan menuntut masyarakat untuk ikut peduli dalam

tindakan pengurangan risiko bencana sehingga akan lebih mudah

mengarahkan dan mengoordinasi masyarakat untuk kebencanaan.

Kawasan Rawan Bencana III ini sudah mendapatkan banyak perhatian dari

pihak eksternal sehingga berbagai tindakan/aksi sudah sering dilakukan

Page 193: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam Kawasan Rawan Bencana III ini seperti sebagian tanggul sudah

dibangun yaitu tanggul pengaman Kali Bebeng sehingga dapat mengurangi

risiko bencana banjir lahar dingin.

Fasilitas dapat mencerminkan tingkat kualitas kehidupan

masyarakat. Tingginya perhatian terhadap Kawasan Rawan Bencana III

manjadikan daerah ini mendapatkan prioritas untuk mendapatkan fasilitas-

fasilitas yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengurangi risiko

bencana, fasilitas-fasilitas yang ada seperti fasilitas standar untuk suatu

daerah seperti fasilitas pendidikan yang akan meningkatkan tingkat

pendidikan masyarakat bahkan masyarakat telah mengenyam sampai

jenjang Perguruan Tinggi, tempat ibadah (masjid dan gereja), kantor

pemerintahan dan balai desa sering digunakan untuk acara hajatan desa,

tempat-tempat seperti ini merupakan tempat bertemunya masyarakat yang

dapat digunakan untuk mempertinggi sosialisai masyarakat. Jalan di

daerah ini sudah dibangun dengan aspal hotmix yang sudah dilengkapi

dengan jalur evakuasi yang dibuat dengan papan jalur dipinggir jalan akan

memperlancar kegiatan masyarakat maupun evakuasi ditambah dengan

kekayaan masyarakat seperti kendaraan pribadi yang dimiliki dapat

digunakan sebagai sarana evakuasi secara swadaya ketika terjadi bencana.

Hal ini akan mempercepat evakuasi masyarakat sehingga korban jiwa

maupun kerugian harta benda bisa diminimalkan. Fasilitas baru realisasi

dari hasil identifikasi tindakan/aksi VCA PRA yang dilakukan oleh kerja

sama Palang Merah Indonesia (PMI) dengan Denmark Red Cross (DRC)

yaitu berupa titik kumpul dan menara pandang. Titik Kumpul merupakan

tempat singgah/berkumpulnya masyarakat korban bencana sebelum

dievakuasi ke pengungsian dapat memperlancar koordinasi dan

mengoptimalkan evakuasi masyarakat sedangkan menara pandang dapat

digunakan sebagai pusat monitoring perkembangan Gunung Merapi dan

keadaan lingkungan sekitarnya.

Page 194: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Kawasan Rawan Bencana II

a. Kesehatan, Fisik dan Lingkungan

Erupsi 2010 yang besar mengakibatkan Kawasan Rawan Bencana

II mendapatkan dampak yang besar dan menjadi daerah yang rawan karena

masuk dalam radius berbahaya yang mencapai 25 km. Selain itu dilalui

oleh beberapa sungai besar yaitu Sungai Bebeng, Sungai Krasak, Sungai

(Kali) Putih dan sungai-sungai lainnya yang berpotensi dilaluinya lahar

dingin ketika intensitas hujan tinggi. Banyaknya material yang dikeluarkan

pada erupsi 2010 ini bertepatan dengan musim penghujan yang panjang

menyebabkan terjadi banjir lahar dingin yang besar khususnya pada awal

Tahun 2011. Dengan kondisi geologi dan geomorfologi daerah tersebut

yang sangat rentan, tanah dan pasir mudah terbawa arus yang dapat

menyebabkan arus semakin besar dan mengikis tanggul, jembatan, jalan,

kebun atau infrastruktur yang ada di dekatnya. Hal ini didukung karena

kurangnya tanggul pengaman kanan dan kiri sungai bahkan dengan adanya

aliran lahar dingin di sungai yang membawa material tidak hanya lahar

dan pasir tapi juga membawa material batu yang besar akan mengendap

dan menyumbat sungai sehingga aliran sungai tidak lancar dan jika tanggul

jebol aliran sungai keluar jalur (termasuk jika aliran sungai mengandung

lahar dingin). Dampak yang dialami pasca erupsi Tahun 2010 dan banjir

lahar dingin Tahun 2011 ini antaralain kerusakan semua tanaman pertanian

khususnya tanaman salak dan dapat pulih kembali dengan pertumbuhan

normal selama 2-3 tahun lagi, saluran irigasi yang rusak akan semakin

menghambat pemulihan dan pertumbuhan tanaman salak, saluran air

bersih juga rusak yang mengganggu keberlangsungan kehidupan

masyarakat sekitar sehingga selama beberapa bulan harus distok air bersih

oleh PMI Kabupaten Magelang, selain itu abu vulkanik berdampak pada

kesehatan masyarakat.

b. Sosial Budaya

Peningkatan jumlah penduduk di Kawasan Rawan Bencana II ini

tinggi sehingga menyebabkan permintaan lahan pemukimanpun tinggi

Page 195: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sehingga lahan pertanian salak mengalami penyempitan. Pertanian salak

yang menjadi sektor utama mata pencaharian masyarakat ini akan

mempengaruhi perekonomian masyarakat. Berdasarkan variabel penentu

kekayaan untuk daerah ini, salah satu penentu kekayaan adalah lahan

pertanian salak yang luas, masyarakat yang mempunyai lahan pertanian

salak yang luas akan mempunyai status ekonomi yang tinggi, hal ini akan

menimbulkan kesenjangan status ekonomi. Kesenjangan masyarakat dapat

dilihat dari rumah yang tidak seragam, hal ini akan menyebabkan

hubungan masyarakat menjadi kurang baik.

Tingkat kewaspadaan Kawasan Rawan Bencana II saat ini lebih

meningkat pasca erupsi 2010 yang tergolong besar walaupun begitu ada

beberapa waktu rentan yang menyebabkan masyarakat dalam keadaan

tidak siaga yaitu pada jam tidur masyarakat dengan aktivitas yang hampir

sama yaitu sebagai petani mempunyai jadwal kegiatn sehari-hari yang

hampir sama pula sekitar jam 20.00-04.00, walaupun pos kamling aktif

namun keadaan masyarakat secara umum tidak siap jika terjadi bencana

secara tiba-tiba. Keadaan jalan aspal kasar/cor beton kurang

memaksimalkan kegiatan masyarakat dan evakuasi pada saat bencana.

c. Sikap/Motivasi

Kawasan Rawan Bencana II dengan intensitas bencananya tinggi

namun kurang mendapatkan perhatian kebencanaan menjadikan

masyarakatnya baik laki-laki maupun perempuan menjadi masyarakat

peduli dan mandiri terhadap bencana dan kondisi atau permasalahan di

lingkungan sekitar. Laki-laki dan perempuan di Kawasan Rawan Bencana

II ini mampu terlibat dan ikut berperan sama dalam penanganan masalah

baik ekonomi, penyakit dan bencana, maupun lingkungan dan sosial.

d. Kelembagaan/Keorganisasian

Pemerintahan setempat (jajaran kepala desa dan perangkatnya)

selain berperan internal untuk mengoordinasikan dan melayani masyarakat

juga berfungsi eksternal. Secara umum bertujuan untuk memperkuat

sosialisasi masyarakat internal maupun eksternal. Sosialisasi ini dapat

Page 196: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

digunakan untuk mendapatkan dukungan baik dalam aspek kebencanaan

ataupun di luar aspek tersebut. Berbagai organisasi juga dikembangkan

untuk lebih memperkuat sosialisasi ke dalam dan keluar masyarakat, yaitu

antara lain GAPOKTAN sebagai pemusatan hasil salak untuk diekspor,

mempermudah pengadaan sarana pertanian dan sarana penyelesaian

masalah pertanian salak.

e. Ekonomi

Kawasan Rawan Bencana II masih didominasi pada sektor

pertanian salak yang menjanjikan meningkatkan kemakmuran dan

kehidupan masyarakat di daerah tersebut sehingga masyarakat sangat

mengandalkan sektor ini namun ketika pertanian salak rusak dan

masyarakat tidak mempunyai keahlian lain maka mereka harus mencari

sumber penghasilan lain dengan penghasilan yang seadanya, selain itu ada

juga yang menjadi pengangguran dan bergantung pada bantuan

pemerintah, hal ini akan menurunkan tingkat ekonomi masyarakat. Musim

penghujan yang panjang juga menyebabkan kurang optimalnya

pertumbuhan salak sehingga menurunkan tingkat perekonomian

masyarakat. Masyarakat yang nyaman dengan kondisinya terus

meningkatkan kehidupannya di daerah tersebut, masyarakat yang

mempunyai lahan pertanian salak akan lebih cepat berkembang dan

membangun rumah yang lebih permanen tanpa takut terhadap bahaya dan

risiko yang akan dialami jika terjadi bencana. Banyak pemukiman dan

penduduk yang tinggal di daerah rawan bencana ketika terjadi bencana

dapat mengakibatkan banyak korban dan kerugian materiil selain itu akan

menyulitkan evakuasi masyarakat karena mereka menjadi berat

meninggalkan rumah dan lahannya lahan penduduk yang luas karena

rentan penjarahan jika rumah ditinggalkan oleh masyarakat.

f. Tata Pemerintahan

Pemerintahan setempat (jajaran kepala desa dan perangkatnya)

selain berperan internal untuk mengoordinasikan dan melayani masyarakat

juga berfungsi eksternal. Secara umum bertujuan untuk memperkuat

Page 197: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sosialisasi masyarakat internal maupun eksternal. Sosialisasi ini dapat

digunakan untuk mendapatkan dukungan baik dalam aspek kebencanaan

ataupun di luar aspek tersebut. Berbagai organisasi juga dikembangkan

untuk lebih memperkuat sosialisasi ke dalam dan keluar masyarakat, yaitu

antara lain GAPOKTAN sebagai pemusatan hasil salak untuk diekspor,

mempermudah pengadaan sarana pertanian dan sarana penyelesaian

masalah pertanian salak.

g. Pengkajian risiko

Kawasan Rawan Bencana II belum dibentuk masyarakat siaga

bantuan (sibat) namun masyarakat sehingga hanya mengandalkan peran

pemerintah dan pihak ektern untuk melakukan pengkajian kebencanaan,

hal ini akan menyebabkan masyarakat kurang mampu mengenali keadaan

mereka sendiri.

h. Pengetahuan dan pendidikan

Kehidupan masyarakat pada Kawasan Rawan Bencana II mulai

berkembang, sebagian masyarakat mampu berpandangan realistis dan luas

terhadap bencana yaitu bukan hanya karena takdir Tuhan dan dapat

diusahakan dengan tindakan pengurangan risiko bencana, namun

kemampun masyarakat intern masih terbatas sedangkan pihak ekstern

kurang focus pada Kawasan Rawan Bencana II ini, sehingga tindakan

untuk daerah ini juga masih sedikit.

i. Manajemen risiko dan pengurangan kerentanan

Sumber air bersih masyarakat dari mata air sehingga sungai yang

terkena lahar dingin tidak mempengaruhi ketersediaannya air bersih hanya

beberapa saluran air bersih yang rusak terkena material erupsi. Fasilitas

kesehatan sudah tersedia dengan adanya posyandu, bidan desa, puskesmas

pembantu sehingga tingkat kesehatan dan harapan hidup meningkat.

Kekayaan yang dimiliki masyarakat seperti pertanian salak,

kolam ikan, peternakan ayam, pertanian cabe, pertanian sayur dapat

digunakan sebagai sumber persediaan logostik. Pasca erupsi lahan

pertanian salak yang tidak bisa diselamatkan diubah menjadi pertanian

Page 198: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

palawija sehingga bisa mempertahankan perekonomiannya ketika tanaman

salak belum pulih dan dapat dipanen lagi selain itu kekayaan material hasil

erupsi dapat dimanaatkan untuk mempertahankan perekonomian yaitu

dengan ditambang untuk dijual langsung atau untuk dibuat batu candi.

Mobil, motor dan truk milik masyarakat dapat memudahkan akses ke luar.

HT dapat digunakan saat bencana yaitu ketika HP tidak dapat digunakan.

j. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

Kawasan Rawan Bencana II ini termasuk daerah yang rawan

terhadap bencana erupsi Gunung Merapi namun kurang mendapat

perhatian dari pihak ekternal karena lebih fokus pada Kawasan Rawan

Bencana III yang lebih rawan sehingga fasilitas-fasilitas kebencanaan lebih

diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana III lebih dahulu namun

fasilitas yang lain sudah mencukupi misalnya masjid dan gereja dapat

mempertinggi tingkat keimanan dan sosialisasi masyarakat, kantor

pemerintahan (kantor kepala desa dan balai desa) digunakan untuk acara

hajatan atau acara kumpul warga desa yang dapat memperkuat sosialisasi

masyarakat internal maupun eksternal, fasilitas transportasi mempercepat

evakuasi masyarakat secara swadaya ketika terjadi bencana, fasilitas

pendidikan yang tersedia dengan jumlah yang cukup sehingga tingkat

pendidikan akan meningkat dengan pendidikan mayoritas yang telah

ditempuh adalah Sekolah Dasar (SD). Meningkatnya tingkat pendidikan

ini berarti meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) di daerah ini,

Sumber Daya Manusia ini didukung oleh sedikitnya jumlah masyarakat

rentan (lansia, balita dan ibu hamil). Ketersediaannya Sumber Daya

Manusia ini dapat dioptimalkan dengan pelatihan kebencanaan pada waktu

luang masyarakat yaitu jam 16.00-20.00.

3. Kawasan Rawan Bencana I

a. Kesehatan, Fisik dan Lingkungan

Kawasan Rawan Bencana I merupakan kawasan perpanjangan

lembah sungai yang berpotensi terkena lahar dingin dan tidak menutup

Page 199: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. Erupsi

2010 mengeluarkan material yang banyak ini bertepatan dengan musim

penghujan yang panjang dan arah erupsi sebagian besar ke lereng selatan

sampai barat termasuk kearah Kabupaten Magelang sehingga

menyebabkan terjadinya banjir lahar dingin yang besar pada Tahun 2011

ini. Sesuai riwayat kejadian bencana Kawasan Rawan Bencana I

Kabupaten Magelang, dampak erupsi yang kecil dan intensitas bencana

lahar dingin yang rendah menyebabkan kurangnya perhatian pemerintah

untuk membekali masyarakat mengenai kebencanaan sehingga

mengakibatkan tingkat kewaspadaan masyarakat menjadi rendah dan akan

mengancam masyarakat jika terjadi bencana yang besar. Besarnya banjir

lahar dingin 2011 menyebabkan tanggul beberapa sungai rusak, aliran

sungai keluar jalur (termasuk jika aliran sungai mengandung lahar dingin).

Besarnya kerugian yang dialami didukung dengan keadaan yang ada pada

masyarakat yaitu banyak pemukiman dan penduduk yang tinggal di

bantaran sungai jalur lahar dingin mengakibatkan banyak korban dan

kerugian materiil (hilangnya bangunan, pertanian, mata pencaharian, dll),

saluran irigasi rusak karena lahar dingin sehingga mempengaruhi hasil

pertanian yang memerlukan pengairan dari saluran irigasi, hal ini akan

mempengaruhi perekonomian masyarakat. Banjir lahar dingin yang telah

terjadi membawa material lahar sampai batu besar yang cepat mengendap

dan menyumbat aliran sungai. Normalisasi sungai yaitu dengan

pengerukan pada pendangkalan sungai perlu dilakukan sejalan dengan

bertambahnya aliran lahar dingin dan pengendapan karena banyaknya

material erupsi yang belum terbawa banjir lahar dingin sekitar 80% dan

diprediksikan material akan habis terbawa banjir lahar dingin selama 3-4

tahun lagi maka bahaya banjir lahar dingin masih akan terus mengancam

masyarakat di Kawasan Rawan Bencana I ini sehingga aliran lahar dingin

lancar dan tidak keluar dari jalur sungai.

Page 200: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Sosial Budaya

Kawasan Rawan Bencana I ini tergolong dalam masyarakat yang

sudah maju karena lokasinya dekat dengan pusat keramaian yaitu jalan

utama Jogja-Magelang menyebabkan kualitas masyarakat semakin

meningkat. Mata pencaharian masyarakat yang bervariasi dengan

kesibukan yang berbeda-beda pula menyebabkan intensitas pertemuan

antar masyarakat menurun dan tingkat sosialisasi masyarakat menjadi

rendah. Bervariasinya mata pencaharian berpengaruh pada bervariasinya

tingkat kekayaan masyarakat yang menimbulkan kesenjangan status

ekonomi sosial. Kesenjangan masyarakat dapat dilihat dari rumah yang

tidak seragam, hal ini menyebabkan hubungan masyarakat menjadi kurang

baik. Tingkat kewaspadaan Kawasan Rawan Bencana I masih sangat

rendah sehingga sangat rentan terhadap bencana namun waktu yang paling

rentan yaitu ketika masyarakat dalam keadaan tidak siaga pada jam sekitar

jam 20.00-04.00, walaupun pos kamling aktif namun keadaan masyarakat

secara umum tidak siap jika terjadi bencana secara tiba-tiba.

c. Sikap/Motivasi

Laki-laki dan perempuan di Kawasan Rawan Bencana I ini

mampu terlibat dan ikut berperan sama dalam penanganan masalah baik

ekonomi, penyakit dan bencana, maupun lingkungan dan sosial. Selain itu

keadaan masyarakat yang hampir seragam dilihat dari tipe rumah yang

seragam mencerminkan tidak ada kesenjangan masyarkat sehingga

hubungan masyarakat tetap baik dan kuat.

d. Kelembagaan/Keorganisasian

Pemerintahan setempat (jajaran kepala desa dan perangkatnya)

selain berperan internal untuk mengoordinasikan dan melayani masyarakat

juga berfungsi eksternal. Secara umum bertujuan untuk memperkuat

sosialisasi masyarakat internal maupun eksternal. Sosialisasi ini dapat

digunakan untuk mendapatkan dukungan baik dalam aspek kebencanaan

ataupun di luar aspek tersebut. Berbagai organisasi dan lembaga lebih

Page 201: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

banyak dikembangkan di Kawasan Rawan Bencana I ini karena pengaruh

eksternal di daerah ini sudah mulai banyak, masyarakat pendatang yang

masuk dengan membawa pengaruh atau penduduk asli yang berusaha

memperluas sosialisasinya ke luar. Hal ini dapat digunakan untuk

mendapatkan dukungan eksternal ketika terjadi bencana.

e. Ekonomi

Mata Pencaharian masyarakat Kawasan Rawan Bencana I yang

heterogen dengan penghasilan yang berbeda-beda mempengaruhi tingkat

perekonomian masing-masing masyarakat. Indikator kekayaan semakin

tinggi lebih dilihat dari materi yang dimiliki masyarakat dan tercermin dari

bangunan rumah dan sarana yang dimilikinya. Ketika terjadi bencana

masyarakat akan sulit untuk dievakuasi karena mereka sulit untuk

meninggalkan harta mereka karena akan rawan penjarahan oleh pihak-

pihak yang tidak bertanggung jawab dan memanfaatkan kesempatan.

Bencana lahar dingin 2011 yang menyapu dan menghilangkan bangunan

baik rumah bangunan usaha atau bangunan yang lain ini berarti

menghilangkan harta msyarakat. Masyarakat yang menggantungkan diri

kepada lahan yang tersapu lahar dingin misalnya petani yang sawahnya

hilang terkena lahar dingin maka akan kehilangan mata pencahariannya,

lain halnya jika mata pencahariannya tidak berhubungan dengan lahan

yang terkena lahar dingin seperti PNS akan tetap bekerja dan

berpenghasilan yang sama. Perubahan dan perbedaan tingkat

perekonomian masyarakat ini akan menyebabkan kesenjangan masyarakat

tinggi.

f. Tata Pemerintahan

Pemerintahan setempat (jajaran kepala desa dan perangkatnya)

selain berperan internal untuk mengoordinasikan dan melayani masyarakat

juga berfungsi eksternal. Secara umum bertujuan untuk memperkuat

sosialisasi masyarakat internal maupun eksternal. Sosialisasi ini dapat

digunakan untuk mendapatkan dukungan baik dalam aspek kebencanaan

Page 202: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ataupun di luar aspek tersebut. Berbagai organisasi dan lembaga lebih

banyak dikembangkan di Kawasan Rawan Bencana I ini karena pengaruh

eksternal di daerah ini sudah mulai banyak, masyarakat pendatang yang

masuk dengan membawa pengaruh atau penduduk asli yang berusaha

memperluas sosialisasinya ke luar. Hal ini dapat digunakan untuk

mendapatkan dukungan eksternal ketika terjadi bencana.

g. Pengkajian risiko

Kawasan Rawan Bencana I hanya mengandalkan peran

pemerintah dan pihak ektern untuk melakukan pengkajian kebencanaan,

hal ini akan menyebabkan masyarakat kurang mampu mengenali keadaan

mereka sendiri.

h. Pengetahuan dan pendidikan

Kehidupan masyarakat pada Kawasan Rawan Bencana I sudah

berkembang, oleh karena itu masyarakat mampu berpandangan realistis

terhadap bencana yaitu bukan hanya karena takdir Tuhan namun dapat

diusahakan dengan tindakan pengurangan risiko bencana, namun fokus

masyarakat terhadap bencana masih rendah sehingga tindakan-tindakan

kebencanaan belum menjadi prioritas masyarakat termasuk tindakan

pelatihan dan pendidikan kebencanaan.

i. Manajemen risiko dan pengurangan kerentanan

Segi positif erupsi merupakan anugrah yang menghasilkan

kekayaan sumber daya alam yang besar, selain mempertinggi kesuburan

dari abu vulkanik pada tanah juga material-material yang dihasilkan

seperti batu dan pasir dapat dimanfaatkan masyarakat untuk ditambang

sehingga dapat menambah penghasilan masyarakat dan menurunkan

tingkat pengangguran. Banjir lahar dingin mempengaruhi kesehatan

masyarakat khususnya bagi para pengungsi namun Kawasan Rawan

Bencana I yang dekat dengan fasilitas kesehatan dapat meminimalkan

kondisi ini. Kebun salak, kolam ikan, perikanan, pertanian sayur dan

palawija dapat digunakan sebagai sumber persediaan logistik.

Page 203: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Mata pencaharian masyarakat heterogen yang tidak tergantung

pada satu sektor saja ini mempunyai segi positif yaitu jika salah satu sektor

sumber penghasilan hilang maka tingkat perekonomian masyarakat tidak

turun drastis dan tabungan masyarakat yang merupakan cadangan dapat

digunakan masyarakat untuk mencukupi kebutuhannya secara mandiri

ketika terjadi bencana.

j. Kesiapsiagaan dan tanggap darurat

Kawasan Rawan Bencana I hampir tidak mendapatkan perhatian

mengenai kebencanaan sehingga pemenuhan kebutuhan mengenai

kebencanaan seperti fasilitas ataupun pelatihan kebencanaan belum

diprioritaskan. Sedangkan falilitas-fasilitas lain penunjang hidup sehari

lebih maju dan berkembang, seperti masjid dan gereja yang terdapat

dimana-mana dengan bangunan yang lebih bagus fungsi tetap sama yaitu

dapat mempertinggi tingkat keimanan dan sosialisasi masyarakat, kantor

pemerintahan (kantor kepala desa dan balai desa) digunakan untuk acara

hajatan atau acara kumpul warga desa yang dapat memperkuat sosialisasi

masyarakat internal maupun eksternal. Fasilitas transportasi untuk

siapapun sangat mudah walaupun tidak mempunyai kendaraan pribadi

karena lokasi dekat dengan jalan utama sehingga memudahkan setiap

akses dalam kegiatan masyarakat dan ketika pada situasi bencana

pengevakuasian korban dapat dilakukan dengan mudah. Fasilitas

pendidikan yang tersedia lebih memadahi karena memenuhi untuk setiap

tingkatan pendidikan, sekolah tingkatan yang tinggi yang tidak tersedia di

Kawasan Rawan Bencana II dan III sebagai sekolah tujuan dari daerah

yang tersebut. Mudahnya akses dan tercukupinya fasilitas pendidikan

menyebabkan masyarakat jarang yang memutuskan untuk putus sekolah

sehingga tingkat pendidikan masyarakat lebih tinggi dan merata.

Meningkatnya tingkat pendidikan ini berarti meningkatkan Sumber Daya

Manusia (SDM) di daerah ini, Sumber Daya Manusia ini didukung oleh

sedikitnya jumlah masyarakat rentan (lansia, balita dan ibu hamil).

Ketersediaannya Sumber Daya Manusia ini dapat dioptimalkan dengan

Page 204: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pelatihan kebencanaan pada waktu luang masyarakat yaitu jam 16.00-

20.00.

Kawasan Rawan Bencana III, II maupun I Kabupaten Magelang dengan

kondisi berbagai aspek yang berbeda-beda mencerminkan suatu kondisi kesatuan

masyarakat yang berbeda sehingga tingkat kerentanan dan kapasitas setiap

kawasan juga berbeda, hal ini akan mempengaruhi risiko yang akan dialami oleh

masyarakat di setiap kawasan tersebut. Perbedaan tingkat risiko yang akan dialami

tersebut akan mempengaruhi tindakan/aksi yang dibutuhkan oleh masing-masing

kawasan.

Berdasarkan Peta Kerentanan Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Kabupaten Magelang Tahun 2011 dapat dilihat bahwa kerentanan Kawasan

Rawan Bencana Gunung Merapi Kabupaten Magelang secara umum tergolong

rentan dengan Kawasan Rawan Bencana III dan II tergolong rentan, Kawasan

Rawan Bencana I tergolong cukup rentan. Kerentanan Kawasan Rawan Bencana

III Gunung Merapi Kabupaten Magelang sangat dipengaruhi tingkat bahaya yang

dapat dilihat dari aspek fisik yang keberadaannya dekat dengan puncak Gunung

Merapi dan berpeluang terkena lahar dingin karena lebih dekat dengan material

hasil erupsi yang juga berdampak merusak pertanian salak yang menurunkan

aspek ekonomi. Kerentanan khususnya kerentanan fisik seperti ini hampir tidak

bisa dihilangkan hanya saja dapat diminimalkan dengan peningkatan kapasitas

masyarakat untuk mengimbangi dan menyesuaikan kondisi Kawasan Rawan

Bencana III yang dekat dengan sumber bencana ini.

Kawasan Rawan Bencana II Gunung Merapi Kabupaten Magelang

walaupun tidak terlalu dekat dengan sumber bencana dan potensi terkena material

vulkanik dan lahar dingin tidak sebesar di Kawasan Rawan Bencana III namun

juga tergolong rentan karena faktor kerentanan masyarakat pada Kawasan Rawan

Bencana II tinggi. Tingginya kerentanan dipengaruhi oleh kurangnya perhatian

pihak eksternal terhadap daerah ini dari pada Kawasan Rawan Bencana III

khususnya bidang kebencanaan misalnya kurangnya tindakan mitigasi selain itu

karena kehidupan masyarakat yang mulai heterogen dengan adanya pengaruh dari

Page 205: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pihak ekstern untuk beberapa golongan sehingga perkembangan masyarakat tidak

merata dan menjadikan kesenjangan masyarakat tinggi. Kurangnya kapasitas

masyarakat akan memperbesar kerentanan dan risiko yang akan dialami Kawasan

Rawan Bencana II.

Kawasan Rawan Bencana I Gunung Merapi Kabupaten Magelang

tergolong cukup rentan. Walaupun tergolong cukup rentan namun mempunyai

skor yang tidak terlalu jauh dengan Kawasan Rawan Bencana III dan II yang

tergolong rentan artinya kerentanan Kawasan Rawan Bencana I Kabupaten

Magelang juga tidak terlalu jauh dengan Kawasan Rawan Bencana III dan II

Bahaya Kawasan Rawan Bencana I berpotensi banjir lahar dingin dan perluasan

material jatuhan hasil dari erupsi sama seperti Kawasan Rawan Bencana III dan II.

Berdasarkan riwayat kejadian bencana untuk Kawasan Rawan Bencana I,

intensitas kejadian bencana untuk Kawasan Rawan Bencana I ini rendah, hal ini

akan menjadi kerentanan dan kapasitas untuk daerah ini. Dengan rendahnya

intensitas kejadian bencana, perhatian masyarakat terhadap bencana menjadi

rendah sehingga ancaman bencana tersebut belum dipahami oleh sebagian besar

masyarakat. Hal ini akan berbahaya ketika terjadi bencana yang besar, karena

masyarakat tidak mempunyai kesiapan menghadapi bencana sehingga risiko

menjadi tinggi seperti yang terjadi pada kejadian erupsi 2010 dan banjir lahar

dingin 2011.

Berdasarkan Peta Kapasitas Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi

Kabupaten Magelang, maka dapat dilihat bahwa kerentanan Kawasan Rawan

Bencana III paling tinggi daripada Kawasan Rawan Bencana II dan I, hal ini

dikarenakan tingkat kewaspadaan yang tinggi karena intensitas kejadian

bencananya tinggi dan karena perhatian pihak intern maupun ekstern Kawasan

Rawan Bencana III terhadap bencana lebih tinggi daripada kawasan yang lain

sehingga Kawasan Rawan Bencana III lebih mendapatkan prioritas dalam

tindakan pengurangan risiko maupun peningkatan kapasitas. Adanya campur

tangan pihak ekstern ini juga akan mengubah tata kehidupan di Kawasan Rawan

Bencana. Pengaruh ekstern secara tidak langsung akan meningkatkan kehidupan

Page 206: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yang kemudian juga akan meningkatkan kapasitas masyarakat. Kapasitas

Kawasan Rawan Bencana II dan I tergolong sedang. Pada Kawasan Rawan

Bencana II adanya kesenjangan masyarakat yang cukup tinggi menyebabkan

kondisi masyarakat tidak merata, masyarakat yang mampu berkembang akan

menjadi kapasitas untuk daerah ini, sedangkan kapasitas Kawasan Rawan

Bencana I dipengaruhi oleh kemajuan standar hidup masyarakat namun tidak pada

penekanan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.

Kehidupan masyarakat Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magelang

yang sudah menetap seperti kesejahteraan masyarakat Kawasan Rawan Bencana

III dan II denan pertanian salaknya dan Kawasan Rawan Bencana I dengan

meningkatnya standar hidup ini akan sangat berat untuk direlokasi ke daerah yang

lebih aman. Salah satu strategi yg dianjurkan guna mengurangi dampak bencana

yakni mempersiapkan pemerintah & masyarakat untuk menghindari dan merespon

bencana secara tepat dan efektif, yaitu dengan upaya pengurangan risiko bencana.

Kekuatan kerentanan dan kapasitas masyarakat berbeda-beda tekanannya untuk

masing-masing kawasan sehingga dalam mengidentifikasi tindakan/aksi untuk

upaya pengurangan risiko bencana berbeda-beda sesuai kebutuhan dan kekuatan

kerentanan dan kapasitasnya.

Tindakan/aksi dalam pengurangan risiko meliputi tindakan

pencegahan/mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan. Tindakan

pengurangan risiko bencana di Kabupaten Magelang terangkum dalam PROTAP

(Prosedur Tetap) Penanggulangan Bencana Dusun, Desa, dan Kabupaten

Magelang yang dibuat khusus untuk bencana erupsi Gunung Merapi. Dalam

PROTAP ini selain pemerintah yang berperan juga tidak lepas dari partisipasi

masyarakat. Hal ini merupakan wujud kesadaran masyarakat dalam pengurangan

risiko bencana. Masyarakat yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana khususnya

Kawasan Rawan Bencana III Kabupaten Magelang mempunyai kapasitas

penanggulanan bencana yang baik yaitu berupa langkah penanggulangan bencana

yang terperinci dari terdeteksinya aktivitas Gunung Merapi, awas hingga ketika

tejadinya erupsi. Masyarakat adalah satuan pelaksana paling bawah dalam

Page 207: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengurangan risiko bencana, namun sangat penting karena menjadi tindakan

pertama yang akan membantu diri masyarakat sendiri ketika terjadi bencana

sebelum bantuan dari pihak eksternal datang, dengan demikian dampak dari

bencana baik korban jiwa maupun kerugian material dapat diminimalkan.

Masyarakat terdampak bencana mempunyai keterbatasan dalam menghadapi

bencana dan membutuhkan bantuan dari pihak eksternal. Kabupaten Magelang

juga mempunyai tindakan penanggulangan bencana Gunung Merapi untuk

menindaklajuti tindakan penanggulangan bencana dari masyarakat, sehingga

korban bencana lebih terkoordinasi dan mendapatkan tindakan yang tepat sesuai

kondisi yang dialami masyarakat misalnya tindakan untuk evakuasi ke tempat

yang lebih aman dengan menyiapkan pengungsian yang layak untuk korban

bencana, dll.

Namun dengan adanya PROTAP ini masih menunjukkan adanya risiko

erupsi Gunung Merapi, maka perlu adanya perencanaan lanjut sebagai

rekomendasi pengurangan risiko bencana. Pascabencana hingga prabencana

adalah saatnya masyarakat untuk melakukan pemulihan dan peningkatan kapasitas

serta pengurangan kerentanan. Pascabencana erupsi 2010 dan banjir lahar dingin

2011 di Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magelang ini membutuhkan

tindakan/aksi pengurangan risiko bencana dengan prioritas tindakan/aksi

pemulihan kondisi khususnya perekonomian masyarakat, kondisi masyarakat akan

mempengaruhi kapasitas untuk ditingkatkan maupun untuk usaha pengurangan

kerentanan. Tindakan setelah pemulihan adalah peningkatan kapasitas sesuai yang

dibutuhkan oleh masyarakat. Tindakan ini mempersiapkan masyarakat untuk

menghadapi erupsi yang akan datang dan yang kejadiannya semakin tidak dapat

diprediksikan sehingga dapat meminimalkan risiko yang ditimbulkan.

Page 208: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah diuraikan

secara rinci pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

1. Kawasan Rawan Bencana III dan II Kabupaten Magelang tergolong

rentan, sedangkan Kawasan Rawan Bencana I tergolong cukup rentan.

2. Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana III, II dan I

Kabupaten Magelang, yaitu :

a) Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana III

adalah padatnya pemukiman penduduk; intensitas erupsi tinggi dan

tidak dapat diprediksi; sektor utama pertanian salak; jembatan, sarana

irigasi dan air bersih yang rusak

b) Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana II

adalah padatnya pemukiman penduduk; intensitas erupsi tinggi dan

tidak dapat diprediksi; sektor utama pertanian salak; jalan rusak dan

kurang lebar dan peningkatan jumlah penduduk yang tinggi

c) Kerentanan yang diprioritaskan pada Kawasan Rawan Bencana I

kerentanan adalah padatnya pemukiman penduduk; irigasi rusak;

kesiapsiagaan masyarakat rendah; kurangnya pelatihan kebencanaan;

belum adanya normalisasi sungai; tanggul rusak dan musim penghujan

yang panjang meningkatkan intensitas lahar dingin

3. Kawasan Rawan Bencana III Kabupaten Magelang mempunyai kapasitas

tinggi. Kawasan Rawan Bencana II dan I Kabupaten Magelang

mempunyai kapasitas sedang.

4. Tindakan/aksi pengurangan risiko bencana Kawasan Rawan Bencana III ,

II dan I Kabupaten Magelang melliputi tindakan persiapan masyarakat

dusun menghadapi bencana secara partisipatif bersama-sama dengan

tindakan persiapan masyarakat desa menghadapi bencana secara

Page 209: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

partisipatif kemudian dilanjutkan tindakan persiapan bencana Kabupaten

Magelang. Rekomendasi tindakan pemulihan dan peningkatan kapasitas

dalam pengurangan risiko bencana meliputi tindakan/aksi pemulihan

keadaan masyarakat pasca bencana erupsi Merapi 2010 dan banjir lahar

dingin 2011 kemudian dilanjutkan tindakan/aksi pengurangan kerentanan

dan peningkatan kapasitas.

5. Prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana Kawasan Rawan

Bencana III, II dan I Kabupaten Magelang :

a) Prioritas penanganan ketika terjadi bencana yaitu kelompok

masyarakat rentan (anak-anak, ibu hamil dan orang lanjut usia) dan

daerah yang dianggap paling rawan dalam kejadian erupsi.

b) Rekomendasi tindakan/aksi pemulihan dan peningkatan kapasitas

dalam pengurangan risiko bencana yang diprioritaskan kawasan rawan

bencana III, II dan I Kabupaten Magelang adalah tindakan/aksi

pemulihan keadaan pasca bencana erupsi Merapi 2010 dan banjir lahar

dingin 2011, yaitu pembekalan masyarakat dengan berbagai

keterampilan, pemulihan perkebunan salak akibat erupsi dan perbaikan

sarana yang rusak dari dampak bencana. Selanjutnya tindakan/aksi

yang dilakukan adalah tindakan/aksi pengurangan kerentanan dan

peningkatan kapasitas sesuai yang dibutuhkan pada masing kawasan.

B. Implikasi

Dari kesimpulan yang sudah diuraikan, maka dapat dijelaskan

implikasinya sebagai berikut :

1. Dengan mengetahui informasi tekanan kerentanan dan kapasitas masing-

masing kawasan dapat dijadikan acuan bagi masyarakat untuk lebih

mengenali kondisi diri dan lingkungan dalam menghadapi bencana.

2. Dengan mengetahui informasi tekanan kerentanan dan kapasitas masing-

masing kawasan dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian yang

lain.

Page 210: digilib.uns.ac.id... · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ASESMEN KERENTANAN DAN KAPASITAS DESA BERBASIS MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO BENCANA DI …

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Dengan mengetahui kebutuhan tindakan/aksi pengurangan risiko bencana

dan prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana maka masyarakat

dapat melakukan tindakan secara tepat dan cepat sehingga meminimalkan

risiko bencana yang lebih besar lagi.

4. Dengan mengetahui kebutuhan tindakan/aksi pengurangan risiko bencana

dan prioritas tindakan/aksi pengurangan risiko bencana yang menyertakan

kebutuhan dukungan dalam merealisasikannya maka dapat digunakan

sebagai masukan pihak ekstern (pemerintah/lembaga) untuk

merealisasikan perencanaan pengurangan risiko bencana.

C. Saran

Dengan hasil penelitian ini maka saran-saran yang dikemukakan adalah

sebagai berikut :

1. Hendaknya pemerintah daerah atau pihak ekstern yang lain dalam

merencanakan tindakan/aksi upaya pengurangan bencana tidak hanya

fokus pada Kawasan Rawan Bencana III saja namun juga Kawasan Rawan

Bencana II dan I khususnya Kabupaten Magelang karena tingkat ancaman

bencananya sama tingginya.

2. Dalam merealisasikan tindakan/aksi pengurangan risiko bencana ini perlu

dilakukan perencanaan secara detail dan perlunya pengawasan pada

masing-masing tindakan.

3. Perlunya dilakukan evaluasi untuk menilai tindakan/aksi pengurangan

risiko yang telah terealisasi.

4. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penilaian kerentanan dan

kapasitas desa berbasis masyarakat dalam pengurangan risiko bencana di

Kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi di kabupaten yang lain

sehingga ada perbandingan dengan penelitian yang telah ada.