41
1 PENGARUH FASILITAS DAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN TERHADAP MINAT MEMBACA SISWA KELAS XI DI SMK AL-FATTAH KALITIDU BOJONEGORO SKRIPSI Oleh : ANDI SETIYOKO NIM : 15210004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL IKIP PGRI BOJONEGORO 2019

SKRIPSIrepository.ikippgribojonegoro.ac.id/207/1/sampul , pengesahan , bab 1,2,2.pdf3. Apakah fasilitas dan pelayanan perpustakaan berpengaruh terhadap minat membaca siswa kelas XI

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 1

    PENGARUH FASILITAS DAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN

    TERHADAP MINAT MEMBACA SISWA KELAS XI DI

    SMK AL-FATTAH KALITIDU BOJONEGORO

    SKRIPSI

    Oleh :

    ANDI SETIYOKO

    NIM : 15210004

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

    FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

    IKIP PGRI BOJONEGORO

    2019

  • 2

    PENGARUH FASILITAS DAN PELAYANAN PERPUSTAKAAN

    TERHADAP MINAT MEMBACA SISWA KELAS XI DI

    SMK AL-FATTAH KALITIDU BOJONEGORO

    SKRIPSI

    Diajukan kepada

    IKIP PGRI Bojonegoro

    untuk memenuhi salah satu persyaratan

    dalam penyelesaian Program Sarjana

    Oleh

    ANDI SETIYOKO

    NIM : 15210004

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

    FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

    IKIP PGRI BOJONEGORO

    2019

  • 3

  • 4

  • 5

    BAB I

  • 6

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perpustakaan pada umumnya merupakan bangunan atau sebuah

    ruangan yang memiliki banyak sekali rak-rak tempat penyimpanan buku dari

    berbagai judul, jenis, penerbit, hingga penulisnya yang dapat diakses atau

    diperuntukkan sebagai kawasan baca secara gratis bagi khalayak umum atau

    satu organisasi saja. Menurut Basuki yang dikutip oleh Nisa (2016: 1)

    bahwasanya perpustakaan itu adalah sebuah ruangan atau gedung yang

    digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya

    disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, buku

    bukan untuk dijual. Pendapat lain mengatakan bahwa keberadaan gedung

    dan ruangan perpustakaan yang dimaksud adalah untuk menampung dan

    sekaligus sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan kepustakawanan dan

    informasi (Lasa, 2009: 197).

    Sekolah pada umumnya memiliki satu bangunan atau ruangan khusus

    yang menyediakan berbagai macam bacaan yang dapat dibaca oleh para

    siswanya secara gratis dan akses yang mudah. Maka, sudah seharusnya bagi

    pihak sekolah untuk dapat memberikan pelayanan yang baik bagi semua

    siswanya yang hendak memanfaatkan keberadaan perpustakaan sekolah

    tersebut, yaitu dengan cara memberikan fasilitas yang baik dan lengkap, serta

    pelayanan yang ramah dari para petugas perpustakaan.

    Dengan mendirikan perpustakaan, sekolah telah ikut berpartisipasi

    dalam usaha negara dalam mencerdaskan generasi bangsa Indonesia, dimana

  • 7

    hal tersebut telah termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia,

    nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab I

    pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

    untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

    didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

    spiritual keagamaan akhlak pengendalian diri kepribadian kecerdasan mulia

    serta ketrampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan Negara

    (SNP, 2005: 104).

    Layaknya sebuah tempat pelayanan umum, perpustakaan sekolah

    harus memiliki banyak sekali fasilitas penunjang yang memudahkan serta

    memberikan rasa nyaman bagi siswa yang berkunjung. Fasilitas

    perpustakaan merupakan bagian terpenting yang bersentuhan langsung

    dengan para siswa yang dapat dirasakan secara langsung, seperti

    ketersediaan unit komputer, printer, pendingin ruangan, fasilitas WC, dan

    lain sebagainya. Dengan adanya fasilitas yang memadai tersebut, para siswa

    akan merasa nyaman dan tidak bosan-bosannya untuk berlama-lama

    membaca koleksi buku yang ada di perpustakaan sekolah. Begitu juga

    sebaliknya, apabila fasilitas masih kurang memadai, maka siswa tidak akan

    merasa nyaman dan bosan untuk berkunjung.

    Selain fasilitas perpustakaan, hal lain yang dapat membuat para siswa

    nyaman untuk membaca di perpustakaan adalah pelayanan yang diberikan

    oleh petugas perpustakaan. Pelayanan pada umumnya dapat diartikan

    sebagai jasa atau service yang disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa

    kemudahan, kecepatan, hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang

  • 8

    ditujukan melalui sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk

    kepuasan konsumen (Passe, 2012: 25).

    Pelayanan yang ramah dan responsif terhadap permintaan para siswa

    yang berkunjung ke perpustakaan sekolah, akan memberikan kesan baik di

    mata mereka. Pelayanan yang dilakukan petugas perpustakaan sekolah dapat

    berupa tutur kata yang lembut, jelas, dan ramah, sikap tanggung jawab dan

    cepat tanggap. Apabila pelayanan yang diberikan masih kurang baik atau

    tidak memuaskan, otomatis akan memberikan kesan kurang baik kepada para

    siswa, dan hal tersebut akan berdampak secara langsung pada eksistensi

    perpustakaan itu sendiri.

    Perpustakaan didirikan oleh sekolah pada dasarnya untuk menarik

    minat para siswa untuk mencari ilmu pengetahuan dan menambah wawasan

    secara luas melalui kegiatan membaca berbagai macam buku yang tersedia di

    dalamnya. Namun, menumbuhkan minat baca anak tidaklah secepat

    membalikkan telapak tangan. Hal ini membutuhkan trik dan strategi dari

    pihak sekolah agar siswa ingin berkunjung ke perpustakaan tanpa ada unsur

    paksaan.

    Menumbuhkan minat baca siswa merupakan suatu upaya pihak

    sekolah untuk membantu tugas guru dalam menstranfer materi yang

    diajarkan di kelas. Dengan membudayakan membaca, siswa dapat

    memperkaya ilmu pengetahuan dan memperluas wawasannya di luar jam

    kelas secara mandiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Sobur (2011: 246),

    bahwa seseorang yang menaruh minat pada suatu bidang akan lebih mudah

    mempelajari bidang tersebut.

  • 9

    Secara sederhana, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa

    keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto,

    2010: 180). Keinginan atau minat dan kemauan atau kehendak sangat

    mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seorang siswa.

    Sekalipun siswa tersebut mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak

    mempunyai minat, tidak mau, atau tidak ada kehendak untuk mempelajari,

    siswa tersebut tidak akan bisa mengikuti proses belajar.

    Namun di lingkungan SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro, tingkat

    minat baca siswa masih jauh dari kata membanggakan karena masih banyak

    siswa yang enggan berkunjung ke perpustakaan sekolah. Padahal pihak

    sekolah telah memberikan jadwal berkunjung yang jelas dan teratur bagi tiap

    kelas, namun masih sedikit yang berkunjung ke perpustakaan untuk

    membaca koleksi buku yang ada. Hal ini terbukti dari minimnya daftar

    kunjungan tiap harinya yang tertera di buku tamu perpustakaan.

    Dengan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk

    meneliti permasalahan tersebut ke dalam bentuk karya ilmiah yang

    mengambil tempat di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro. Maka dari itu,

    penelitian tersebut diberi judul “Pengaruh Fasilitas dan Pelayanan

    Perpustakaan terhadap Minat Membaca Siswa Kelas XI di SMK Al-

    Fattah Kalitidu Bojonegoro”.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka peneliti dapat

    mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

  • 10

    1. Apakah fasilitas perpustakaan berpengaruh terhadap minat membaca siswa

    kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro?

    2. Apakah pelayanan perpustakaan berpengaruh terhadap minat membaca

    siswa kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro?

    3. Apakah fasilitas dan pelayanan perpustakaan berpengaruh terhadap minat

    membaca siswa kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap minat

    membaca siswa kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro.

    2. Untuk mengetahui pengaruh pelayanan perpustakaan terhadap minat

    membaca siswa kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro.

    3. Untuk mengetahui pengaruh fasilitas dan pelayanan perpustakaan terhadap

    minat membaca siswa kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro.

    D. Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

    beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:

    a. Bagi sekolah

    a. Memberikan informasi yang relevan terkait pentingnya fasilitas

    perpustakaan untuk menumbuhkan minat membaca siswa di sekolah

    yang bersangkutan.

  • 11

    b. Memberikan fakta-fakta yang terjadi di lapangan mengenai tingkat

    minat membaca siswa yang dikaitkan dengan keberadaan perpustakaan

    sekolah.

    b. Bagi siswa

    a. Memberikan informasi bagi siswa akan pentingnya keberadaan

    perpustakaan sekolah sebagai sarana belajar siswa.

    b. Dapat menyadari arti pentingnya keberadaan perpustakaan sekolah

    sebagai penyedia bahan bacaan yang berkualitas yang akan

    memperkaya wawasan dan ilmu pengetahuan mereka.

    c. Bagi peneliti selanjutnya

    a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi yang sangat

    berguna bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan kajian ilmiah

    dengan topik bahasan yang sama, yaitu mengenai minat membaca

    siswa.

    b. Dapat melakukan penyempurnaan daripada isi penelitian ini dengan

    melakukan riset secara berkelanjutan terhadap seputar permasalahan

    dunia pendidikan sekolah.

    E. Definisi Operasional Variabel

    Untuk menetapkan dasar uraian pada kegiatan tersebut dan agar tidak

    terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul di atas, maka perlu

    dijelaskan arti dan maksud istilah-istilah yang dianggap penting dalam judul

    tersebut. Adapun istilah-istilah yang dimaksud adalah:

    1. Fasilitas perpustakaan

  • 12

    Fasilitas perpustakaan merupakan sarana untuk melancarkan

    pelaksanaan fungsi perpustakaan sebagai tempat untuk pemeliharaan dan

    pengunaan koleksi atau informasi.

    2. Pelayanan

    Pelayanan adalah suatu bentuk jasa yang diberikan oleh pemilik

    usaha atau penyedia jasa kepada para pelanggan atau konsumen dalam

    memenuhi kebutuhan mereka.

    3. Minat membaca siswa

    Minat membaca siswa adalah dorongan yang berasal dari dalam

    diri siswa dalam mengamati dan memahami suatu tanda baca atau simbol

    yang memiliki makna.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN TEORI

    A. Kajian Teoritis

    1. Fasilitas Perpustakaan

    a. Pengertian fasilitas perpustakaan

    Fasilitas perpustakaan merupakan segala sesuatu yang

    dimaksudkan untuk memudahkan pengguna dalam memanfaatkan

    perpustakaan, serta memudahkan kegiatan perpustakaan berjalan

    dengan baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, fasilitas

    diartikan sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi atau

    kemudahan. Sedangkan perpustakaan yaitu tempat, gedung, ruang

    yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku

    atau koleksi majalah, dan bahan kepustakaan lainnya yang disimpan

    untuk dibaca, dipelajari dan dibicarakan (Tim Prima Pena, 2013:

    536).

    Sementara itu, Pawit dan Suhendra yang dikutip oleh Nisa

    (2016: 13) mengemukakan bahwa fasilitas perpustakaan adalah

    segala peralatan dan perabotan serta berbagai alat bantu lainnya yang

    disediakan oleh perpustakaan, semuanya berfungsi sebagai fasilitas

    yang memudahkan pemanfaatan koleksi informasi dan sumber

    informasi yang ada di perpustakaan. Berdasarkan pengertian tersebut,

    dapat kita ketahui bahwasanya fasilitas perpustakaan merupakan

  • 14

    sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi perpustakaan sebagai

    tempat untuk pemeliharaan dan pengunaan koleksi atau informasi.

    b. Jenis-jenis fasilitas perpustakaan

    Tersedianya fasilitas di perpustakaan merupakan hal yang

    harus diperhatikan karena fasilitas perpustakaan dapat menunjang

    kelancaran kegiatan diperpustakaan sehingga fungsi perpustakaan

    bisa berjalan dengan optimal. Menurut Moenir yang dikutip oleh

    Dewi (2015: 207), fasilitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu

    fasilitas fisik dan fasilitas non fisik. Fasilitas fisik diartikan, yaitu

    segala sesuatu yang berupa benda yang mempunyai peranan untuk

    memudahkan usaha yaitu:

    1) Fasilitas gedung perpustakaan.

    2) Fasilitas ruang perpustakaan.

    3) Fasilitas ruang baca.

    4) Fasilitas kenyamanan ruangan.

    5) Fasilitas koleksi perpustakaan.

    6) Fasilitas layanan perpustakaan.

    2. Pelayanan

    a. Pengertian Pelayanan

    Pelayanan dapat diartikan sebagai jasa atau service yang

    disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan,

    hubungan, kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui

    sikap dan sifat dalam memberikan pelayanan untuk kepuasan

    konsumen (Passe, 2012: 25). Sementara itu, pelayanan dapat

  • 15

    didefinisikan seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan

    pelanggan atas layanan yang mereka terima/peroleh (Lupiyoadi,

    2010: 148). Menurut Tjiptono yang dikutip oleh David (2016: 52),

    terdapat empat alternatif perspektif dalam kualitas pelayanan, yakni

    trimendental approach, product-based approach, user-based

    approach, dan manufacturing-based approach.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas, peneliti dapat

    menyimpulkan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk jasa yang

    diberikan oleh pemilik usaha atau penyedia jasa kepada para

    pelanggan atau konsumen dalam memenuhi kebutuhan mereka.

    b. Aspek-aspek pelayanan

    Menurut Sviokla (dalam Lupiyoadi, 2010: 146), pelayanan

    tidak terlepas dari kualitas yang diharapkan oleh konsumen. Terdapat

    delapan dimensi aspek-aspek di dalamnya, antara lain:

    1) Kinerja (performance)

    Kinerja disini merujuk pada karakter produk inti yang meliputi

    merek, atribut-atribut yang dapat diukur, dan aspek-aspek kinerja

    individu. Kinerja beberapa produk biasanya didasari oleh

    preferensi subjektif pelanggan yang pada dasarnya bersifat umum

    (universal).

    2) Keragaman produk (features)

    Dapat berbentuk produk tambahan dari suatu produk inti yang

    dapat menambah nilai suatu produk. Features suatu produk

    biasanya diukur secara subjektif oleh masing-masing individu

  • 16

    (dalam hal ini konsumen) yang menunjukkan adanya perbedaan

    kualitas suatu produk/jasa. Dengan demikian, perkembangan

    kualitas suatu produk menuntut karakter fleksibilitas agar dapat

    menyesuaikan diri dengan permintaan pasar.

    3) Keandalan (reliability)

    Dimensi ini berkaitan dengan timbulnya kemungkinan suatu

    produk mengalami keadaan tidak berfungsi (malfunction) pada

    suatu periode. Keandalan suatu produk yang menandakan tingkat

    kualitas sangat berarti bagi konsumen dalam memilih produk. Hal

    ini menjadi semakin penting mengingat besarnya biaya

    penggantian dan pemeliharaan yang harus dikeluarkan apabila

    produk yang dianggap tidak reliable mengalami kerusakan.

    4) Kesesuaian (conformance)

    Dimensi lain yang berhubungan dengan kualitas suatu barang

    adalah kesesuaian produk dengan standar dalam industrinya.

    Kesesuaian suatu produk dalam industri jasa diukur dari tingkat

    akurasi dan waktu penyelesaian termasuk juga perhitungan

    kesalahan yang terjadi, keterlambatan yang tidak dapat

    diantisipasi dan beberapa kesalahan lain.

    5) Daya tahan/ketahanan (durability)

    Ukuran ketahanan suatu produk meliputi segi ekonomis maupun

    teknis. Secara teknis, ketahanan suatu produk didefinisikan

    sebagai sejumlah kegunaan yang diperoleh oleh seseorang

    sebelum mengalami penurunan kualitas. Secara ekonomis,

  • 17

    ketahanan diartikan sebagai usia ekonomis suatu produk dilihat

    melalui kegunaan yang diperoleh sebelum terjadi kerusakan dan

    keputusan untuk mengganti produk.

    6) Kemampuan pelayanan (serviceability)

    Kemampuan pelayanan bisa juga disebut dengan kecepatan,

    kompetensi, kegunaan, dan kemudahan produk untuk diperbaiki.

    Dimensi ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya

    memperhatikan adanya penurunan kualitas produk tetapi juga

    waktu sebelum produk disimpan, penjadwalan pelayanan, proses

    komunikasi dengan staf, frekuensi pelayanan perbaikan akan

    kerusakan produk dan pelayanan lainnya. Variabel-variabel

    tersebut dapat merefleksikan adanya perbedaan standar

    perorangan mengenai pelayanan yang diterima. Dimana

    kemampuan pelayanan suatu produk tersebut menghasilkan suatu

    kesimpulan akan kualitas produk yang dinilai secara subjektif

    oleh konsumen.

    7) Estetika (aesthetics)

    Merupakan dimensi pengukuran yang paling subjektif. Estetika

    suatu produk dilihat melalui bagaimana suatu produk terdengar

    oleh konsumen, bagaimana tampak luar suatu produk, rasa,

    maupun bau. Jadi, estetika jelas merupakan penilaian dan refleksi

    yang dirasakan oleh konsumen.

    8) Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality)

  • 18

    Konsumen tidak selalu memiliki informasi yang lengkap

    mengenai atribut-atribut produk dan jasa. Namun demikian,

    biasanya konsumen memiliki informasi tentang produk secara

    tidak langsung, misalnya melalui merek, nama, dan negara

    produsen. Ketahanan produk misalnya, dapat menjadi sangat

    kritis dalam pengukuran kualitas produk.

    c. Ukuran kualitas pelayanan

    Dalam mengukur kualitas pelayanan yang diberikan oleh

    suatu perusahaan atau lembaga, pihaknya harus menggunakan

    bagian-bagian dari dimensi service quality sebagai pedoman atau

    acuan. Menurut Lovelock yang dikutip oleh Sari (2016: 23) terdapat

    bagian-bagian dari dimensi service quality, mencakup:

    1) Bukti fisik (tangible)

    Kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya

    kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan

    prasarana fisik, serta keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti

    nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Yang

    meliputi fasilitas fisik adalah gedung, gudang, dan lain

    sebagainya, serta perlengkapan dan peralatan yang digunakan

    (teknologi), serta penampilan pegawainya.

    2) Kehandalan (reliability)

    Kemampuan perusahan untuk memberikan pelayanan sesuai yang

    dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai

    dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu,

  • 19

    pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan,

    sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

    3) Ketanggapan (responsiveness)

    Suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan

    yang cepat (responsive) dan tepat kepada pelanggan, dengan

    penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen

    menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan

    persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

    4) Jaminan (assurance)

    Pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai

    perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan

    kepada perusahaan. Terdiri dari beberapa komponen antara lain

    komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan

    (security), kompetensi (competence), dan sopan santun

    (courtesy).

    5) Perhatian (empathy)

    Memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau

    pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya

    memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan

    diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang

    pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta

    memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.

    3. Minat Membaca Siswa

    a. Pengertian minat membaca siswa

  • 20

    Menurut Slameto (2010: 180) menjelaskan bahwa minat

    adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau

    aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah

    penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu

    di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin

    besar minat.

    Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan–

    dorongan, perhatikan dan motivasi. Seseorang yang sudah

    mempunyai minat terhadap sesuatu maka ia akan mencurahkan

    perhatiannya secara penuh akibatnya motivasi akan kuat. Oleh karena

    itu, kewajiban kepala sekolah untuk membangkitkan motivasi anak

    agar timbul minat dan perhatiannya yang tinggi terhadap pelajaran.

    Dari pendapat tersebut diatas, dapat dipahami bahwa

    timbulnya minat itu karena adanya perasaan senang dan

    menunjukkan adanya perhatiannya yang terpusat pada suatu obyek,

    atau dengan kata lain bahwa timbulnya adanya kecenderungan yang

    kuat untuk melakukan sesuatu obyek.

    Sedangkan pengertian baca menurut Kamus Besar Bahasa

    Indonesia adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis

    (Tim Prima Pena, 2013: 85). Membaca adalah suatu proses yang

    dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh

    pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-

    kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok

    kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu

  • 21

    pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual dapat

    diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat

    dan tersirat akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu

    tidak terlaksana dengan baik. Hodgson (dalam Tarigan, 2008: 07).

    Siswa diartikan dengan peserta didik. Definisi peserta didik

    atau siswa memiliki esensi bahwa setiap peserta didik yang berusaha

    mengembangkan potensi pada jalur pendidikan formal dan non

    formal menurut jenjang dan jenisnya (Danim, 2010: 2).

    Di dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional (Sisdiknas), peserta didik didefinisikan sebagai setiap

    manusia yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses

    pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun

    pendidikan non formal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan

    tertentu (Mendiknas, 2005: 104). Peserta didik atau siswa dapat

    didefinisikan sebagai orang yang belum dewasa dan memiliki

    sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Potensi

    dimaksud umumnya terdiri dari tiga kategori, yaitu kognitif, afektif,

    dan psikomotor.

    Berdasarkan beberapa pengertian definisi istilah yang telah

    diuraikan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa minat baca

    siswa adalah dorongan yang berasal dari dalam diri siswa dalam

    mengamati dan memahami suatu tanda baca atau simbol yang

    memiliki makna.

    b. Fungsi minat dalam membaca

  • 22

    Minat sangat berfungsi bagi manusia karena dapat

    mengarahkan seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya, sehingga

    dapat membawa manusia pada hal-hal yang dianggap tidak perlu

    menjadi sesuatu yang bermanfaat pada dirinya, karena timbulnya

    kesadaran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa membebani

    orang lain.

    Minat merupakan sesuatu yang pribadi dan berhubungan

    dengan sikap, minat dan sikap merupakan dasar bagi seseorang

    dalam hal pengambilan keputusan. Sesuatu yang menarik minat itu

    tidak hanya menyenangkan atau dapat mendatangkan kepuasan,

    tetapi juga yang menakutkan (Purwanto, 2010: 66). Minat dapat

    menyebabkan seseorang giat melakukan atau menuju ke sesuatu yang

    telah menarik minatnya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan

    kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam

    mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi

    keinginannya. Melihat bahwa adanya minat pada diri seseorang tidak

    terbentuk secara tiba-tiba, akan tetapi terbentuk melalui proses yang

    dilakukannya. Akan tetapi ada pengaruh juga dari luar dirinya

    termasuk lingkungan.

    c. Faktor–faktor yang mempengaruhi minat membaca siswa

    Sebagaimana telah peneliti jelaskan bahwa minat baca timbul

    karena adanya perasaan senang dan kecenderungan yang kuat dari

    siswa sendiri dan timbul dari lingkungan (luar siswa). Atau dengan

    kata lain timbulnya perasaan senang dan kecenderungan yang kuat

  • 23

    yang dipengaruhi oleh intern dan ekstern. Adapun faktor intern dan

    ekstern yang dapat mempengaruhi minat baca siswa adalah:

    1) Faktor intern, yang meliputi: a) inteligensi; b) bakat; c) motivasi;

    dan d) kondisi fisik siswa (Slameto, 2010: 180)

    a) Inteligensi

    Setiap anak lahir telah mempunyai kemampuan dasar

    (intelegensi) yang berbeda–beda dan bervariasi. Inteligensi

    dapat mempengaruhi kemampuan beradaptasi dengan

    berbagai masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, siswa

    yang mempengaruhi inteligensi tinggi cenderung lebih baik

    dan mudah mengkaji dan menerima mata pelajaran yang

    diberikan. Sebaliknya, siswa yang inteligensinya rendah akan

    lambat dalam mengkaji dan menerima mata pelajaran yang

    diberikan. Hal ini sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh

    Purwanto sebagai berikut:

    Inteligensi dalam arti yang sempit ini dapat juga

    disebut ”kemampuan intelektual” atau ”kemampuan

    akademik”. Kemampuan intelektual menunjukkan

    adanya taraf–taraf dari taraf inteligensi tinggi, taraf

    cukup, sampai taraf agak kurang. Banyaklah

    manfaatnya bilamana taraf inteligensi dapat diketahui,

    sebab dengan demikian dapat diketahui pula tentang

    taraf prestasi yang boleh diharapkan dari masing–

    masing siswa (Purwanto, 2010: 52).

    Dari pendapat diatas, dapatlah dipahami bahwa inteligensi

    merupakan faktor dominan yang dapat mempengaruhi minat

    baca siswa. Siswa yang berinteligensi tinggi akan cenderung

    mempunyai minat yang tinggi untuk belajar, sebab ia

  • 24

    mempunyai kemampuan untuk memecahkan segala

    permasalahan yang dihadapinya. Sebaliknya, siswa yang

    berinteligensi rendah akan cenderung malas untuk belajar

    karena tidak mempunyai kemampuan untuk memecahkan

    permasalahan yang dihadapinya.

    b) Bakat

    Bakat juga merupakan faktor intern yang banyak

    mempengaruhi minat belajar siswa, sebab bakat inilah yang

    memungkinkan siswa berkembang sesuai dengan naluriny a.

    Menurut Suryabrata (2008: 160) dijelaskan:

    Bakat atau aptitude adalah suatu kondisi kualitas, atau

    segolongan yang ada pada seseorang atau individu

    yang dapat memberi petunjuk segarnya kesanggupan

    yang akan diperolehnya apabila ia mendapatkan

    pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan ilmu

    pengetahuan, keterampilan, umpamanya kesanggupan

    untuk memperkembangkan seni dan musik, obilitas

    systematic, obilitas dalam membaca dan bercakap–

    cakap suatu bahasa.

    Dari kutipan diatas, dapatlah dipahami bahwa bakat

    merupakan suatu bawaan, dimana manusia secara normal

    memiliki bakat yang berbeda kualitasnya, ada yang

    mempunya bakat menyanyi, olah raga dan sebagainya. Bakat–

    bakat tersebut agar dapat berkembang secara baik harus

    mendapatkan pendidikan dan latihan–latihan secara efektif

    dan efesien sebab suatu bakat apabila mendapatkan latihan

    dan pendidikan tidak akan berkembang dengan sendirinya.

  • 25

    Kesesuaian antara bakat yang dimiliki oleh siswa dengan

    pendidikan dan latihan yang diberikan sangat berpengaruh

    terhadap minatnya, misalnya siswa memiliki bakat terhadap

    seni karena diberi pendidikan dan latihan yang sesuai dengan

    bakatnya maka minat anak tersebut juga akan menurun.

    c) Motivasi

    Motivasi adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam

    suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap

    suatu tujuan yang perangsang (Purwanto, 2010: 61). Motivasi

    sangat erat hubungannya dengan kebutuhan yang berada pada

    diri siswa yang mendorongnya untuk membangkitkan motif–

    motif yang ada dalam diri siswa memberikan kesempatan

    untuk membangkitkan sikap untuk melakukan sesuatu yang

    seharusnya dilakukan.

    Motivasi merupakan faktor psikis, yang akan mempengaruhi

    siswa dalam kegiatan belajar. Selanjutnya motivasi instrinsik

    dan ekstrinsik secara definitif dapat penulis rumuskan sebagai

    berikut:

    1) Motivasi instrinsik: berarti bahwa anak senang melakukan

    sesuatu karena dorongan dari dalam diri anak. Misalnya,

    seorang anak giat dan senang membaca karena

    berkeinginan untuk memperoleh lebih banyak pengetahuan

    dan keterampilan.

  • 26

    2) Motivasi ekstrinsik: berarti bahwa anak senang dan suka

    melakukan sesuatu karena pengaruh dari luar yaitu dari

    orang lain misalnya, seorang anak senang dan giat

    membaca karena ingin mendapat angka yang tinggi atau

    ingin menjadi bintang kelas (Purwanto, 2010: 65).

    Dari kedua motivasi tersebut, menurut peneliti yang paling

    dominan adalah motivasi instrinsik sebab motivasi instrinsik

    sangat mempengaruhi minat baca siswa. Selain itu

    bagaimanapun besarnya dorongan dari luar dari siswa tetapi

    bila dari diri siswa sendiri tidak ada motivasi maka akan tetap

    enggan untuk membaca.

    d) Kondisi fisik siswa

    Kondisi fisik merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

    siswa untuk belajar, siswa yang dalam keadaan segar atau

    sehat jasmaninya akan berbeda minat membacanya, dengan

    siswa yang kondisi dan jasmaninya kurang sehat (sakit atau

    cacat). Hal ini dapat dimaklumi karena membaca memerlukan

    indera, ketrampilan dan kemampuan berfikir. Jika siswa

    dalam keadaan sakit atau cacat tubuh, maka kecekatan,

    ketrampilan dan juga kemampuan siswa dalam berfikir juga

    akan berpengaruh.

    2) Faktor ekstern

    Penyelenggaraan pendidikan tidak dapat dipandang

    sebagai suatu lembaga yang berdiri sendiri tanpa keterlibatan

  • 27

    unsur-unsur penting lainnya. Jadi, tanggung jawab

    penyelenggaraan pendidikan disekolah tidak dapat diserahkan

    sepenuhnya kepada pemerintah atau ditangani keluarga sendiri

    atau kepada masyarakat, tetapi juga menjadi kewajiban dan

    tanggung jawab bersama ketiga unsur tersebut.

    Kerja sama antara sekolah, orang tua siswa siswa dan

    masyarakat mutlak diperlukan dalam rangka pemantapan,

    pembinaan, penyelenggaraan dan pengembangan kelangsungan

    serta kelancaran proses belajar mengajar secara baik. Dengan

    demikian faktor yang dapat mempengaruhi faktor ekstern adalah:

    a) Keluarga

    Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam

    kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri

    sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan

    kelompoknya (Sobur, 2011: 248). Keluarga atau orang tua

    merupakan orang yang paling bertanggung jawab terhadap

    pendidikan anak. Sebab keluarga atau orang tualah yang

    pertama kali memberikan bimbingan dan pendidikan dengan

    meletakkan dasar-dasar kepribadian kepada anak pada usia

    yang masih muda karena pada usia ini anak lebih peka

    terhadap pengaruh dari pendidiknya (orangtua dan anggota

    lainnya).

    b) Faktor sekolah

  • 28

    Dalam lingkungan sekolah faktor dominan yang

    mempengaruh minat siswa untuk membaca adalah:

    1) Dalam interaksi belajar mengajar seorang guru memegang

    penting. Pada gurulah suatu tanggung jawab untuk

    membawa siswa-siswanya pada suatu taraf kematangan

    tertentu. Karena itulah dalam interaksi belajar mengejar

    dibutuhkan guru atau pendidik yang benar-benar

    berkualitas sehingga dapat memberikan bimbingan dan

    motivasi sehingga tumbuh minat siswa untuk membaca,

    selain itu guru juga harus menjadi tauladan yang baik

    kepada siswa-siswanya.

    2) Faktor instrumental sekolah

    Faktor instrumental sekolah (sarana dan prasarana),

    merupakan faktor yang dominan juga dalam

    mempengaruhi minat siswa untuk membaca. Sebab faktor

    inilah yang banyak menentukan lancar tidaknya proses

    belajar mengajar di sekolah.

    Kedua instrumen sekolah di atas sangat mempengaruhi

    kegiatan belajar siswa. Kondisi sekolah yang mempunyai

    persyarakatan, baik mengenai ukuran ruangnya dengan

    perlengkapan yang diperlukan akan memungkinkan

    proses belajar mengajar berjalan secara baik, sangat

    mempengaruhi minat belajar pendidikan agama siswa.

  • 29

    c) Faktor lingkungan masyarakat

    1) Sosial budaya

    Keadaan sosial budaya masyarakat dimana siswa berada

    akan banyak mempengaruhi sikap dan tingkah laku siswa

    tersebut. Kalau nilai budaya yang berkembang dalam

    masyarakat itu memberikan respon positif terhadap

    tuntutan perkembangan pendidikan siswa, maka nilai-nilai

    budaya yang berkembangan. dalam masyarakat itu akan

    mempengaruhi motivasi pada minat siswa untuk

    membaca.

    Namun sebaliknya, jika nilai-nilai budaya yang

    berkembang dalam masyarakat tidak memberikan respon

    positif terhadap tuntutan perkembangan pendidikan siswa,

    maka akan mengakibatkan menurutnya minat baca siswa.

    2) Faktor teman bergaul

    Anak yang bersikap sosial, akan selalu berusaha untuk

    mengembangkan sosialisasinya, oleh karena itu terjadilah

    interaksi sosial atau pergaulan dengan teman-temannya di

    lingkungan.

    Dalam interaksi sosial atau pergaulan terjadilah proses

    ”take and give” (menerima dan memberi) yaitu anak akan

    memberikan pengalamannya kepada teman-temanya dan

    sebaliknya, jika anak bergaul dengan teman-teman yang

  • 30

    malas belajar, maka ia akan terpengaruh menjadi malas

    belajar, dan pada akhirnya malas untuk membaca buku.

    Demikianlah beberapa faktor yang dapat

    mempengaruhi minat baca siswa, baik yang bersifat

    ekstern maupun bersifat intern, baik yang bersifat yang

    peneliti jelaskan di atas.

    B. Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian relevan terdiri dari hasil penelitian dari beberapa peneliti

    dalam karya ilmiahnya dengan pembahasan yang sama dengan penelitian

    yang akan dilakukan peneliti saat ini. Adapun penelitian tersebut dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.1

    Penelitian yang Relevan

    N

    o.

    Nama

    Peneliti Judul

    Jenis

    Penelitian Hasil Penelitian

    1.

    Khairun

    Nisa

    (2016)

    Pengaruh

    Fasilitas

    Perpustakaan

    Terhadap

    Kinerja

    Pustakawan di

    UPT.

    Perpustakaan

    Universitas

    Islam Negeri

    Ar-Raniry

    Kuantitati

    f

    Terdapat pengaruh yang

    signifikan antara fasilitas

    perpustakaan terhadap

    kinerja pustakawan pada

    UPT Perpustakaan UIN

    ArRaniry (Ha) ditolak. Hal

    ini dapat disebabkan karena

    faktor kurangnya populasi

    sehingga sampel yang

    diteliti sedikit.

    2.

    Meutia

    Dewi

    (2015)

    Pengaruh

    Kualitas

    Pelayanan dan

    Fasilitas

    Perpustakaan

    Kuantitati

    f

    Kualitas pelayanan

    berpengaruh positif (+) dan

    signifikan terhadap prestasi

    belajar mahasiswa,

    sedangkan uji t pada

  • 31

    terhadap

    Prestasi Belajar

    Mahasiswa

    Universitas

    Samudra

    variabel fasilitas

    perpustakaan 4,918

    dengan signifikan sebesar

    0,000 < 0,05 dan dapat

    dinyatakan bahwa variabel

    fasilitas perpustakaan

    memberikan pengaruh

    yang positif (+) dan

    signifikan terhadap

    prestasi belajar

    mahasiswa. Uji F dapat

    dinyatakan bahwa kualitas

    pelayanan dan fasilitas

    perpustakaan secara

    simultan memberikan

    pengaruh yang positif dan

    signifikan terhadap

    prestasi belajar mahasiswa

    Universitas Samudra.

    C. Kerangka Berpikir

    Fasilitas perpustakaan merupakan segala sesuatu yang dimaksudkan

    untuk memudahkan pengguna dalam memanfaatkan perpustakaan, serta

    memudahkan kegiatan perpustakaan berjalan dengan baik. Fasilitas diartikan

    sebagai sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi atau kemudahan.

    Sedangkan perpustakaan yaitu tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk

    pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku atau koleksi majalah, dan bahan

    kepustakaan lainnya yang disimpan untuk dibaca, dipelajari dan dibicarakan.

    Sekolah manapun tentunya memiliki fasilitas perpustakaan dan

    tentunya memiliki standar pelayanan yang sama, yaitu menyediakan

    kebutuhan literasi yang dapat dimanfaatkan para siswa di sekolah tersebut.

    Namun, tidak semua sekolah memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai,

    seperti tersedianya komputer yang dapat diakses siswa untuk mencari

    referensi yang berkaitan dengan tugas pelajaran mereka atau fasilitas lainnya

  • 32

    yang berhubungan dengan kenyamanan dan kemudahan di dalam

    perpustakaan.

    Sekolah yang mampu memfasilitasi siswa dengan perpustakaan yang

    lengkap dengan berbagai fasilitas yang dapat dimanfaatkan siswa, seperti

    tersedianya kelengkapan buku bacaan, dan fasilitas lainnya dapat

    mempengaruhi minat mereka untuk berkunjung ke perpustakaan tersebut dan

    akhirnya secara tidak langsung mempengaruhi mereka untuk mencari buku

    bacaan untuk dibaca. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan fasilitas

    perpustakaan yang memadai, pihak sekolah dapat memberikan pelayanan

    bagi siswa agar mereka tergerak untuk datang ke perpustakaan untuk

    membaca buku. Oleh karena itu, pelayanan yang diberikan dalam fasilitas

    perpustakaan dapat mempengaruhi minat membaca siswa.

    D. Hipotesis Penelitian

    Berpijak pada kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas,

    maka dapat diangkat suatu kesimpulan sementara sebagai hipotesis yang

    akan dibuktikan dalam penelitian, antara lain sebagai berikut:

    1. Fasilitas perpustakaan berpengaruh terhadap minat membaca siswa kelas

    XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro.

    2. Pelayanan perpustakaan berpengaruh terhadap minat membaca siswa kelas

    XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro.

  • 33

    3. Fasilitas dan pelayanan perpustakaan berpengaruh terhadap minat

    membaca siswa kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro.

  • 8

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Rancangan Penelitian

    Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode survey, yaitu

    metode penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data dari tempat

    tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan

    dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test,

    wawancara terstruktur dan sebagainya (perlakuan tidak seperti dalam

    eksperimen) (Sugiyono, 2013: 12). Sementara teknik penelitiannya berjenis

    asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2013: 59), metode asosiatif kausal

    adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi, terdapat variabel

    independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi).

    Penelitian ini terdapat tiga macam variabel, antara lain variabel bebas

    yang terdiri dari fasilitas (X1) dan pelayanan perpustakaan (X2), sedangkan

    variabel terikat terdiri dari minat membaca siswa (Y).

    B. Populasi dan Sampel

    1. Populasi

    Populasi adalah keseluruhan subyek yang ingin di teliti dan

    menjadi sasaran generalisasi hasil-hasil penelitian, baik anggota sampel

    maupun diluar sampel (Arifin, 2008: 62). Populasi dalam penelitian ini

  • xxxv

    xxxv

    adalah seluruh siswa kelas XI di SMK Al-Fattah Kalitidu Bojonegoro

    tahun pelajaran 2018/2019 yang berjumlah 146 siswa.

    2. Sampel

    Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

    (Arikunto, 2010: 174). Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu

    ahli bahwa jika seluruh subjek yang akan diteliti sangat luas cakupannya,

    maka peneliti tidak dapat melakukan pengambilan data terhadap semua

    anggota kelompok subjek yang menjadi minat peneliti tersebut. Mereka

    hanya mampu mengambil sebagian dari sejumlah populasi yang ada

    (Arifin, 2008: 72). Adapun sampel penelitian ini adalah siswa kelas XI-

    TKR.1 yang berjumlah 32 siswa sebagai responden utama, sedangkan

    kelas XI-AK yang berjumlah 27 siswa sebagai kelas ujicoba instrumen.

    3. Teknik Sampling

    Pada dasarnya, teknik sampling adalah teknik pengambilan

    sampel (Sugiyono, 2010: 62). Teknik sampling yang digunakan adalah

    teknik sampling probabilitas, yaitu teknik pengambilan sampel yang

    memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi

    untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2010: 63).

    Teknik sampling yang digunakan berjenis simple random

    sampling yang berarti bahwa pengambilan anggota sampel dari populasi

    dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

    populasi itu (Sugiyono, 2013: 120). Dari sejumlah kelas XI yang ada,

  • xxxvi

    xxxvi

    akan dipilih secara acak dua kelas untuk dijadikan responden utama dan

    responden ujicoba instrumen penelitian.

    C. Teknik Pengumpulan Data

    Sebenarnya dalam sebuah penelitian terdapat bermacam-macam

    metode untuk pengumpulan data yang diperlukan oleh seorang peneliti.

    Namun di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan satu macam metode,

    yakni metode kuesioner/angket. Metode kuesioner/angket adalah teknik

    pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

    pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya

    (Sugiyono, 2013: 199). Pertanyaan atau pernyataan yang digunakan dalam

    kuesioner tersebut berjenis tertutup dimana penulis telah menyediakan

    jawaban sebagai pilihan bukan berbentuk uraian.

    Kuesioner/angket yang peneliti buat menggunakan 4 pilihan jawaban

    dengan format penilaian berdasarkan skala Likert dengan skala 1 – 4.

    Kuesioner/angket tersebut digunakan untuk memperoleh data dari tiga

    variabel penelitian, yakni fasilitas (X1), pelayanan perpustakaan (X2), dan

    minat membaca siswa (Y).

    D. Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang penulis gunakan berbentuk

    kuesioner/angket. Instrumen kuesioner/angket digunakan untuk

  • xxxvii

    xxxvii

    pengumpulan data variabel fasilitas (X1), pelayanan perpustakaan (X2), dan

    minat membaca siswa (Y).

    Kuesioner/angket yang peneliti buat terdiri atas 20 macam

    pertanyaan 4 pilihan jawaban dengan format penilaian berdasarkan skala

    Likert dengan skala 1 – 4 dikarenakan pilihan jawaban dari tiap pertanyaan

    pada angket berjumlah 4 item pilihan.

    Adapun pedoman penilaian kuesioner/angket tersebut adalah sebagai

    berikut.

    Jenis Pertanyaan Pilihan Jawaban

    Pernyataan positif SS ST RG TS

    Skor 4 3 2 1

    Pernyataan negatif TS RG ST SS

    Skor 4 3 2 1

    Keterangan :

    SS = Sangat Setuju RG = Ragu-ragu

    ST = Setuju TS = Tidak Setuju

    E. Teknik Analisis Data

    1. Uji Instrumen

    Uji instrumen dilakukan untuk mengetahui apakah instrumen

    yang digunakan peneliti, yaitu kuesioner/angket telah memenuhi syarat

    atau dinyatakan layak untuk digunakan pengumpulan data terhadap

    responden utama penelitian. Responden yang terpilih untuk menguji

    instrumen adalah siswa kelas XI-AK yang terpilih menjadi kelompok

    ujicoba instrumen.

  • xxxviii

    xxxviii

    Uji instrumen dalam penelitian ini terdapat dua macam, yaitu uji

    validitas dan uji reliabilitas dimana semua penghitungannya diolah

    dengan program SPSS ver. 22. Adapun penjelasan mengenai kedua uji

    instrumen tersebut dapat dilihat pada uraian di bawah ini.

    a. Uji validitas

    Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk

    mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen

    tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

    diukur (Sugiyono, 2013: 173).

    Untuk membuktikan valid dan tidaknya item instrumen

    angket atau kuesioner, penulis menggunakan rumus angka koefisien

    korelasi Pearson Product Moment dimana nilai dari tiap butir

    kuesioner akan dibandingkan dengan nilai capaian koefisien korelasi

    sebesar 0,3. Jika suatu item memiliki nilai capaian koefisien korelasi

    minimal 0,3 atau lebih dianggap valid.

    b. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas adalah suatu ukuran dimana instrumen yang

    telah diuji akan menunjukkan bila digunakan beberapa kali untuk

    mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama

    (Sugiyono, 2013: 173). Untuk menghitung tingkat reliabilitasnya,

    penulis menggunakan rumus Cronbach’s Alpha.

    Hasil akhir dari penghitungan dengan rumus tersebut,

    kemudian dibandingkan dengan nilai batasan penentu, yaitu 0,7.

  • xxxix

    xxxix

    Dikatakan reliabel atau layak, jika nilai alpha dari tiap butir

    pertanyaan ≥ nilai batasan penentu.

    2. Uji Prasyarat Analisis

    Uji prasyarat digunakan untuk memberikan uji awal terhadap

    instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, bentuk

    data, dan jenis data yang akan diproses lebih lanjut dari suatu kumpulan

    data awal yang telah diperoleh, sehingga syarat untuk mendapatkan data

    yang tidak bias menjadi terpenuhi (Wibowo, 2012: 61). Uji prasyarat

    analisis penelitian ini terdapat beberapa tahapan pengujian, antara lain uji

    normalitas dan uji linieritas dimana dalam proses penghitungannya

    menggunakan program SPSS versi 22.

    a. Uji normalitas

    Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data

    dalam variabel yang digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan

    layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki

    distribusi normal (Sujarweni, 2012: 31). Uji normalitas menggunakan

    analisis Kolmogorov Smirnow.

    Berdasarkan hasil penghitungan tersebut di atas, dikatakan

    data berdistribusi normal jika nilai Sig > 0,05 dan dikatakan data

    tidak berdistribusi normal jika nilai Sig < 0,05.

    b. Uji Linearitas

    Uji linearitas merupakan suatu perangkat uji yang diperlukan

    untuk mengetahui bentuk hubungan yang terjadi diantara variabel

  • xl

    xl

    yang sedang diteliti. Uji ini merupakan uji untuk melihat apakah ada

    hubungan linear yang signifikan dari dua buah variabel yang sedang

    diteliti (Wibowo, 2012: 72). Pengujian linearitas dalam penelitian ini

    menggunakan perangkat Test for Linearity pada SPSS. Berdasarkan

    hasil penghitungan, maka dikatakan suatu variabel memiliki

    hubungan linier dengan variabel lainnya, apabila nilai signifikansinya

    lebih kecil dari 0,05.

    3. Uji Hipotesis

    Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik

    analisis regresi linier berganda. Penghitungan data dilakukan dengan

    SPSS versi 22. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian

    ini adalah sebagai berikut:

    a. Menguji signifikansi secara parsial (Uji t)

    Uji t untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

    parsial terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan

    atau tidak (Priyatno, 2009: 50). Hasil pengujian tingkat signifikansi

    koefisien yang didapat dari nilai koefisien regresi dibagi dengan

    kesalahan bakunya. Untuk menguji secara parsial, digunakan uji t.

    Koefisien regresi sebuah variabel independen memiliki

    pengaruh yang berarti terhadap variabel dependen, jika nilai thitung>

    ttabel atau probabilitas (Sig.t) < α.

    b. Menguji signifikansi secara simultan (Uji F)

  • xli

    xli

    Uji F atau uji koefisien regresi secara serentak dilakukan

    untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara serentak

    terhadap variabel dependen, apakah pengaruhnya signifikan atau

    tidak (Priyatno, 2009: 48). Tingkat kriterium penerimaan yang

    dipakai adalah harga Fhitung dengan signifikansi 5%. Bila nilai

    signifikansi Fhitung > 5%, maka hipotesis alternatif diterima. Namun,

    jika nilai signifikansi Fhitung < 5% maka hipotesis alternatif ditolak.

    c. Mencari koefisien determinasi (R2)

    Rumus R2 digunakan untuk mengetahui jumlah atau

    persentase sumbangan pengaruh variabel bebas dalam model regresi

    yang secara serentak atau bersama-sama memberikan pengaruh

    terhadap variabel terikat. Jadi, koefisien angka yang ditunjukkan

    memperlihatkan sejauhmana model yang terbentuk dapat

    menjelaskan kondisi yang sebenarnya (Wibowo, 2012: 135).

    Jika R2 yang diperoleh mendekati 1 (satu), maka dapat

    dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan hubungan

    variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 makin

    mendekati 0 (nol) maka semakin lemah pengaruh variabel-variabel

    bebas terhadap variabel terikat.