Upload
lamthien
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
KOMUNIKASI SISWA DENGAN GURU DALAM
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI
(Studi Kasus di SLB Putra Idhata Desa Glonggong Dolopo Madiun)
SKRIPSI
OLEH
YAYUK
NIM:210313153
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) PONOROGO
2017
2
ABSTRAK
Yayuk. 2017.Komunikasi Siswa Dengan Guru Dalam Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran PAI (Studi Kasus di SLB Putra Idhata Desa Glonggong Dolopo
Madiun). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan
Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr.
Basuki, M.Ag.
Kata kunci: Komunikasi, Anak Berkebutuhan Khusus, PAI
Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal maupun
nonverbal. Yang mana segala perilaku tersebut melibatkan dua orang atau lebih.
Dalam berkomunikasi ada bebarapa elemen atau unsur-unsur yang ada dalam
komunikasi diantaranya komunikator, pesan dan komunikan.Dalam proses
pendidikan pasti membutuhkan sebuah komunikasi untuk menyampaikan materi
pembelajaran yang akan disampaikan.Syarat mutlak berjalannya komunikasi secara
efektif yang diantaranya kondisi komunikan dan komunikator yang memenuhi
kesempurnaan pada reseptornya (indera) menjadi penentu berjalannya komunikasi
yang baik. Namun yang menjadi persoalan bahwa tidak semua individu memiliki
kesempurnaan perkembangan dalam aspek fisik maupun psikisnya. Terlebih untuk
berkebutuhan khusus antara lain anak tungrahita yang kecerdasannya di bawah rata-
rata.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk komunikasi guru dan
siswa dalam pembelajaran PAI di dalam dan di luar kelas di SLB Putra Idhata
Glonggong Dolopo madiun.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Dengan teknik
pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis
datanya mengunakan teknik reduksi data, display, pengambilan kesimpulan atau
verifikasi.
Hasil penelitian ini adalah Bentuk komunikasi antara guru dan siswa di dalam
kelas yaitu yaitu dengankomunikasi verbal dan non verbal. Yang mana dalam proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan individual yaitu guru memberikan
pembelajaran kepada setiap peserta didik, di karenakan ketunaan yang dimiliki setiap
peserta didik berbeda-beda. Bentuk komunikasi di SLB Putra Idhata menggunakan
bentuk komunikasi guru –siswa yaitu komunikasi sebagai aksi, hanya berlangsung
satu arah. Siswa tidak berperan aktif dan Guru lebih aktif. Sedangkan bentuk
komunikasi antara guru dan siswa di luar kelas yaitu bentuk komunikasinya siswa
dengan gurunya di luar kelas lebih menekan kepada ketuna yang dimiliki setiap
peserta didik karena kelainan setiap anak berbeda-beda . Bentuk komunikasi di luar
kelas yaitu tetap menggunakan bentuk verbal dan noverbal. Yang mana bentuk
komunikasi itu berupa Guru-Siswa-Guru yaitu adanya timbal balik atau feedback bagi
guru, komunikasi sebagai interaksi kedua belah pihak. Guru dan siswa sama-sama
aktif.
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hak setiap anak, tanpa terkecuali satu pun.
Sebagaimana dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 No. 20 pasal 5
ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
pendidikan yang bermutu dan ayat 2 menjelaskan bahwa setiap warga negara
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, berhak
mendapatkan pendidikan khusus.1 Berdasarkan Undang-Undang tersebut pada
hakekatnya tidak ada perbedaan dalam mendapatkan pendidikan baik itu yang
normal maupun anak yang berkebutuhan khusus.
Semua warga berhak mendapatkan pendidikan lebih khususnya bagi
mereka yang berkebutuhan khusus seperti dalam UU No. 4 tahun 1997
tentang penyandang cacatdalam pasal 5 menjelaskan bahwa setiap
penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala
aspek kehidupan dan penghidupan. Ditambah juga dalam pasal 6 yaitu setiap
penyandang berhak memperoleh pendidikan pada satuan, jenis, jenjang
pendidikan.
1Direktorat Jendral Pendidikan Departemen Agama RI, Undang-Undang Dan Peraturan
RI Untuk Pendidikan ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), 10.
4
Pada hakikatnya anak berkebutuhan khusus yaitu sebagian anak yang
mengalami gangguan yang tidak akan pernah berhasil sekolah sebagaimana
anak-anak pada umumnya. Dapat juga dijelaskan bahwa anak berkebutuhan
khusus yaitu anak yang mengalami gangguan fisik, mental, integensi dan
emosi sehingga membutuhkan pembelajaran yang khusus. 2
Anak-anak yang demikian harus memperoleh perhatian yang lebih bila
dibandingankan dengan anak normal pada umunya. Sehingga dengan adanya
perhatian yang khusus bagi anak-anak yang memiliki kelainan, diharapkan
anak tersebut dapat mandiri dan bermanfaat bagi orang lain yang ada
disekelilingnya.
Dalam proses pendidikan pasti membutuhkan sebuah komunikasi
untuk menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
Komunikasi itu sendiri adalah pernyataan yang dilakukan manusia dalam
kata-kata tertulis ataupun lisan, yang dapat dilakukan juga dengan isyarat-
isyarat atau simbol-simbol.3
Komunikasi juga dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus dalam
menyampaikan keinganannya, namun dengan cara yang berbeda dari anak-
anak pada umumnya. Dalam seminar Hari Disabilitas Nasional dijelaskan
bahwa banyak anak-anak ABK tumbuh dalam perasaan negatif, seperti
2Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus( Bandung: Yrama Widya,
2012), 1. 3Mukhlison Effendi, Komunikasi Orang Tua Dengan Anak( Ponorogo: Stain Po Press,
2012), 8.
5
pemarah, minder, mudah tersinggung karena kurangnya komunikasi, kata rini
yang menjadi pemateri seminar komunikasi untuk ABK di kota Malang.4
Maka dari itu komunikasi sangat berperan penting dalam pemahaman
pembelajaran mereka. Komunikasi merupakan komponen terpenting bagi
setiap individu untuk melangsungkan kehidupan mereka. Urgensi komunikasi
bersifat menyeluruh melingkupi kebutuhan semua individu yang dapat
teridentifikasi dari beragam cara mereka dalam melakukan interaksi. Ketika
kemampuan komunikasi tidak dapat dimiliki individu maka akan menghambat
dirinya untuk survive terlebih untuk melakukan adaptasi diri dengan
lingkungan.
Syarat mutlak berjalannya komunikasi secara efektif yang diantaranya
kondisi komunikan dan komunikator yang memenuhi kesempurnaan pada
reseptornya (indera) menjadi penentu berjalannya komunikasi yang baik.
Namun yang menjadi persoalan bahwa tidak semua individu memiliki
kesempurnaan perkembangan dalam aspek fisik maupun psikisnya. Pada
anak-anak yang memiliki keterbatasan kemampuan komunikasi yang
disebabkan hambatan perkembangan psikis maupun fisik tentu menyebabkan
perbedaan gaya komunikasi bagi mereka sehingga mengakibatkan salah
pemahaman dan tujuan yang ingin disampaikan.
4http://com. peran-komunikasi-orang-tua-dan-anak-berkebutuhan –khusus –sangat-penting
(diakses tanggal 27 desember 2017)
6
Dalam kehidupan di sekitar kita, tentu tidak jarang kita menjumpai
anak yang mengalami hambatan dalam komunikasi baik yang di derita sejak
lahir maupun yang terjadi di dalam perjalanan aspek perkembangannya.
Dalam interaksi mereka, walaupun pengucapan bahasa ABK seringkali tidak
terlalu jelas bagi kebanyakan orang, namun karena interaksi yang intens,
teman-teman sekelasnya secara perlahan akan mengerti.5
Interaksi bisa dilakukan dengan gerakan tangan, tatap mata, gerak-
gerik dan tautan hati. Komunikasi dua arah antara ABK dengan anak normal
bukan hanya menjadikan ABK sebagai obyek. Artinya, transfer informasi
dapat terjadi dua arah, bisa dari anak normal ke ABK dan sebaliknya.
Tidak semua anak berkebutuhan khusus memiliki karakter hambatan
yang sama dalam aspek perkembangan mereka. Contohnya pada anak
tunagarhita karena kecerdasaan yang kurang bahkan dibawah rata-rata yang
dimilikinya maka akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan
orang lain.6Keberagaman varian yang terjadi dalam hambatan atau gangguan
pada perkembangan komunikasi mereka inilah yang harus kita fahami guna
menjadi pijakan bagi orang tua, guru maupun kita yang hidup di sekitar
mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk komunikasi seperti
apa yang dapat kita presentasikan untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam
5Fatma Laili Khoirun Nida, “Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus”, Jurnal
Pendidikan Khusus , 2 (Juli – Desember, 2013), 164-165. 6Aliyah Nur'ainiHanun, “KomunikasiAntarpribadiTunagrahita”, Jurnal Komunikasi, Vol.
16 No.2(Desember 2013), 138
7
berinteraksi dengan mereka sehingga mereka memperoleh kesempatan dan
perlakukan yang layak dari lingkungan mereka sebagaimana yang di terima
oleh individu yang normal. 7
Dalam hasil pengamatan yang saya lakukan di SLB Dolopo Madiun
ditemukan bahwa komunikasi yang dilakukan peserta didik dengan guru
kadang terjadi kesalahpahaman makna atau arti. Sehingga dalam proses
pembelajaran mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.
Seperti halnya ditemukan ada beberapa anak di SLB yang tidak paham apa
yang telah disampaikan oleh gurunya, sehingga mereka bicara sendiri dan
tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya.
Selain itu juga ditemukan ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan
jurusan yang dia ampu, yaitu guru tersebut tidak memahami bagaimana cara
berkomunikasi dengan anak tunagrahita, sedangkan guru tersebut hanya
memahami siswa yang dapat diajak berkomunikasi manual tanpa
menggunakan isyarat tangan.
Berdasarkan temuan teori diatas dan hasil pengamatan yang dilakukan
peneliti, peneliti tertarik untuk meneliti komunikasi guru dan siswa khususnya
dalam pembelajaran PAI. Penulis memilih lokasi di SLB Putra Idhata
Gelonggong Dolopo Madiun dengan alasan di sekolahan ini terdapat banyak
anak ABK dengan berbagai kelainan. Yang mana dalam sekolah ini juga
7Fatma Laili Khoirun Nida, “Komunikasi Bagi Anak,166.
8
terdapat satu kelas khusus yang menambung anak dalam berbagai kelain,
diantaranya terdapat anak autis, tunarugu, tunagrahita dan tunanetra.
Dari uraian di atas penulis tertarik untuk menganalisis terkait dengan
bagaimana komunikasi yang digunakan oleh guru dengan anak berkebutuhan
khusus dalam proses pembelajaran PAI tepatnya di kelas khusus di SLB
Dolopo Madiun. Sehingga dalam penelitian ini berjudul ”Komunikasi Siswa
Dengan Guru Dalam Pembelajaran PAI di SLB Putra Idhata Glonggong
Dolopo Madiun “ .
B. FOKUS PENELITIAN
Sehubung dengan terbatasnya waktu, biaya, dan jangkauan peneliti.
Maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti dengan
memfokuskan penelitian ini pada masalah komunikasi yang digunakan guru
dan siswa khususnys pada siswa tunagrahita dalam pembelajaran PAI di SLB
Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran PAI di
dalam kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo madiun?
2. Bagaimana bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran PAI
di luar kelas SLB Putra Idhata Glonggong Madiun?
9
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan maka tujuan penelitian
yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran
PAI di dalam kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo madiun.
2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran
PAI di luar kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo madiun.
E. MANFAAT PENELITIAN
Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian yang
diharapakan memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai kontribusi bagi khasanah
ilmiah dalam bidang pendidikan.
b. Untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai bahan informasi serta
acuan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut.
2. Secara Praktis
a. Bagi Ketua SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun, dengan
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi
SLB Putra Idhata Dolopo Madiun dalam memecahkan masalah yang
dihadapi di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun dan juga digunakan
sebagai dasar dalam upaya pengembangan di lembaga pendidikan.
10
b. Bagi tenaga pendidik, dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
bahan masukan dan referensi dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran PAI di SLBPutra IdhataGlonggong Dolopo Madiun.
c. Bagi peserta didik, dengan penelitian ini diharapkan dapat memotivasi
peserta didik agar selalu berusaha meningkatkan komunikasinya
dengan guru dalam pembelajaran PAI.
d. Bagi peneliti, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman yang lebih matang dalam bidang
pendidikan dan penelitian dan juga sebagai sumbangan untuk
memperkaya ilmu pengetahuan.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan susunan yang sistematis dan mudah difahami oleh
pembaca, maka dalam penyusunan penulisan skripsi ini sengaja penulis
membagi menjadi lima bab, antara bab satu dengan bab yang lain saling
mengait, sehingga merupakan satu kebulatan yang tidak bisa dipisahkan.
Yang dimaksud kebulatan disini adalah masing-masing bab dan sub bab
masih mengarah kepada satu pembahasan yang sesuai dengan judul skripsi
ini, dalam artian tidak mengalami penyimpangan dari apa yang dimaksud
dalam masalah tersebut. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai
berikut:
Bab pertama, yaitu pendahuluan yang mana dalam bab ini berfungsi
sebagai gambaran umum untuk memberi pola pemikiran bagi keseluruhan
11
skripsi, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika
pembahasan.
Bab kedua, yaitu berisi tentang kajian teori, yang membahas tentang
pengertian komunikasi, bentuk komunikasi siswa dan guru serta bentuk
komunikasi ABK, dan telaah hasil penelitian terdahulu.
Bab ketiga, dalam bab ini memaparkan tentang
metode penelitian yang digunakan meliputi: pendekatan dan jenis penelitian,
kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan-tahapan
penelitian
Bab keempat,dalam bab ini memaparkan tentang paparan data, yang
berisi tentang hasil penelitian di lapangan yang terdiri atas gambaran umum
lokasi penelitian dan diskripsi data. Serta gambaran umum lokasi penelitian
berbicara tentang SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun yang
meliputi sejarah berdiri, visi dan misi, letak geografis. Sedangkan deskripsi
data khusus meliputi cara komunikasi yang digunakana di SLB Putra Idhata
Glonggong Dolopo Madiun.
Bab kelima, yaitu Pembahasan, dalam bab ini berisi tentang
pembahasan hasil penelitian yang meliputi temuan-temuan dari hasil
penelitian dan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yang
berkaitan dengan cara komunikasi yang digunakan guru dan siswa baik di
12
dalam kelas maupun di luar kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo
Madiun.
Bab keenam, Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi
yang penulis susun, didalamnya menguraikan tentang kesimpulan sebagai
jawaban dari pokok permasalahan dan saran-saran yang terkait dengan hasil
penelitian, dan sebagai pelengkap penulisan skripsi ini, penulis melampirkan
daftar kepustakaan, daftar riwayat hidup dan lampiran-lampiran.
13
BAB II
KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU
A. Kajian Teori
1. Pengertian komunikasi
Komunikasi berasal dari perkataan communicare dari bahasa latin
yang artinya berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi pada
umumnya diartikan sebagai alat tukar menukar pendapat. Atau juga dapat
diartikan hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun
secara kelompok.8
Sedangkan menurut John R Schemerhorn “ komunikasi dapat
diartikan sebagai poses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-
simbol yang berarti bagi kepentingan mereka. 9 Selain itu juga komunikasi
dapat diartikan pernyataan manusia yang dilakukan dengan kata-kata tertulis
ataupun lisan, itu juga dapat dengan isyarat-isyarat atau simbol-simbol.
Dalam hal ini simbol yang digunakan dalam berkomunikasi biasanya sudah
disepakati bersama dalam skala kecil atau pun dalam skala besar. Selain itu
juga simbol yang telah digunakan bersifat dinamis dan unik. 10
8Mukhlison Effendi, Komunikasi Orang Tua Dengan Anak, 6.
9Ibid., 6-7.
10Muhammad Mufid, Etika Filsafat Komunikasi(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012) 73.
14
Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal
maupun nonverbal. Yang mana segala perilaku tersebut melibatkan dua
orang atau lebih. 11
Dalam berkomunikasi ada bebarapa elemen atau unsur-
unsur yang ada dalam komunikasi diantaranya komunikator, pesan dan
komunikan.12
Adapun karakteristik dalam berkomunikasi diantaranya:13
a. Komunikasi suatu proses, komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa
komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi
secara berurutan serta berkaitan antar satu dengan yang lain dalam kurun
waktu tertentu.
b. Komunikasi sebagai upaya yang disengaja serta memilki tujuan,
komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja
serta dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin disampaikan pelaku.
c. Komunikasi meruapakan suatu partisipasi dan kerja sama dari pelaku
yang terlibat, kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila
kedua belah pihak sama-sama memilki perhatian yang sama terhadap
pesan yang disampaikan.
d. Komunikasi bersifat simbolis, pada dasarnya komunikasi merupakn
tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang.
11
Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2008) 3. 12
Muhammad Mufid, Etika Filsafat Komunikasi,. 98. 13
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik (Jakarta: Graha Ilmu, 2009), 33-34.
15
e. Komunikasi bersifat transaksional, yang mana dalam berkomunikasi
melibatkan dua tindakan yaitu penerima dan yang memberi pesan.
f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu, maksudnya komunikasi
yang dilakukan tidak harus dalam waktu dan tempat yang sama.
Komunikasi dapat dilakukan di mana saja, contohnya dilakukan dengan
menggunakan alat komunikasi seperti telepon, komputer dan alat media
yang lainnya.
Komunikasi itu sendiri memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu
perubahan sikap, adanya perubahan perilaku dan cara seseorang dalam
bersosial dengan lingkungannya.14
Selain itu juga komunikasi adalah proses pertukaran informasi dalam
menyampaikan informasi dan pikiran seseorang. Dimana bahasa sebagai alat
untuk memudahkan pesan disampaikan dan dipahami. Bentuk bahasa dapat
berupa isyarat, gesture, tulisan, gambar dan wicara. 15
2. Bentuk Dasar Komunikasi
Komunikasi merupakan sarana penting bagi tenaga pengajar dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran dimana akan
membangun pemahaman peserta didiknya tentang materi yang diajarkan.
Komunikasi yang efektif tentu saja memiliki beberapa alat untuk
14
Ibid,. 46. 15
Joko Yuwono, Memahami Anak Autistik Kajian Teoritik dan Empirik (Bandung:
Alfabeta, 2009), 59.
16
menyampaikan suatu pesan yang ingin disampaikan, tanpa komunkasi suatu
pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik.16
Dalam komunikasi terdapat dua macam bentuk yaitu komunikasi
verbal dan komunikasi non verbal.17
a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan
dengan menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik lisan maupun
tulisan.18
Komunikasi ini hanya dapat dilakukan oleh manusia. Oleh
sebab itu, guru harus mampu menguasai dengan baik cara melakukan
komunikasi verbal agar tidak terjadi hambatan dalam proses
pembelajaran diantaranya ketika berkomunikasi dengan siswa dalam
belajar dan pembelajaran.
Dalam berkomunikasi verbal, informasi yang disampaikan berupa
perkataan yang dikuti dengan tekanan suara tinggi rendahnya dan lemah
lembutnya suara, keras tidaknya suara dan adanya perubahan nada suara
yang disampaikan.
Adapun komunikasi verbal mempunya karakteristik diantaranya:19
1) Jelas dan ringkas
2) Pembendaharaan kata mudah dipahami
16
Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan”, Kebudayaan Dan Pemikiran
Islam, 1 ( Januari, 2012), 110. 17
Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik ,.51 18
Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi Perilaku Insani dalam
Organisasi Pendidikan (Jakarta: Raja Granfinda Persada, 2014), 26. 19Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan.,112.
17
3) Mempunyai arti denotatif dan konotatif
4) Intonasi mampu mempengaruhi isi pesan
5) Kecepatan bicara yang memilki tempo dan jeda yang tepat
6) Disertai unsur humor
b. Komunikasi non verbal
Secara harfiah komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa
bahasa atau komunikasi tanpa kata, maka tanda nonverbal berati tanda
minus bahasa atau minus tanda kata. Jadi dapat dikatakan bahwa
komunikasi nonverbal dapat diartikan semua tanda yang bukan kata-
kata.20
Sedangkan menurut Blake dan Haroldsen mengemukakan bahwa
komuniksi nonverbal adalah penyampaian dari pesan yang meliputi
ketidak hadiran simbol-simbol atau perwujudan suara. Termasuk dalam
komunikasi nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh,
kedekatan jarak, suara yang bukan kata atau peribahasa, sentuhan dan
cara berpakaian.
Bentuk komunikasi nonverbal dapat juga dikatakan sebagi bentuk
komunikasi yang bukan kata-kata. Bentuk komunikasi ini murni sebagai
bentuk komunikasi nonverbal. Artinya, bentuk komunikasi ini tanpa
diikuti atau disertai tuturan verbal. Komunikasi nonverbal terbagi
menjadi dua jenis, yaitu komunikasi isyarat dan komunikasi tindakan.
20
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 122.
18
Dengan kata lain, bentuk dari komunikasi nonverbal tersebut yaitu
berupa isyarat dan tindakan. 21
Komunikasi nonverbal biasanya mampu menyesuaikan pesan atau
informasi yang tidak dapt diucapkan secara lisan atau tulisan. Bahasa
nonverbal dapat dilihat melalui ekspresi wajah, gerak tubuh (gesture,
postur , atau kontak mata. 22
a. Kontak mata, kontak mata dalam berkomunikasi juga dapat diartikan
sebagi bentuk perhatian. Karena kontak mata mengandung banyak
arti. Kontak mata dapat mengungkapkan berbagai macam perasaan
yang sedang dialami, seperti marah, senang, cinta, atau benci.
Contohnya seorang guru sedang marah terhadap muridnya karena
melakukan kesalahan, meskipun tidak mengucapkan kata-kata, anak
akan langsung mengetahui melalui tatapan gurunya yang sedang
melotot. Selain itu juga kontak mata dapat berarti bahwa seseorang
sedang menyembunyikan perasaan sesungguhnya yang sedang
dialami. Bisa jadi orang yang tidak mau kontak mata secara langsung
karena orang tersebut sedang berbohong.
b. Ekspresi wajah, wajah merupakan alat komunikasi yang paling kuat.
Pesan noverbal yang disampaikan melalui wajah dapat terlihat pada
alis , mata, mulut, dahi, kepala, dan otot pipi atau rahang. Contohnya
21Siti Robiah, “Pola Komunikasi Guru Dengan Siswa Autis Kelas Iv Sekolah Dasar Di
Sekolah Autisme Laboratorium Universitas Negeri Malang, “(2012), 4. 22
Helmawati, Pendidikan Keluarga (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 144-146.
19
ketika anak tersebut merasa senang, maka anak tersebut akan
tersenyum lebar sambil menganguk-angukan kepalanya.
c. Nada suara, nada suara atau intonasi dapat menunjukan perasaan
seseorang, seperti bahagia, sedih, ragu, dan kecewa. Selain itu juga
nada suara keras atau kecil itu menandakan komunikasi yang
dilakukan dalam keadaan rahasia ataupun dalam kedaan emosi atau
marah.
d. Gerak tubuh, gerak tangan atau gerak tubuh lainnya saat
berkomunikasi ternyata memberikan penguatan terhadap pesan atau
informasi yang disampaikan. Gerakan tangan yang menunjukan pesan
bagus seperti mengajukan jempol atau ibu jari.
e. Postur, postur dapat menunjukan pesan tertentu. Seperti ingin
menyampaikan sesuatu guru harus mampu menyesuaikan posturnya
dengan peserta didik. Contohnya guru memposisikan tubuhnya
dengan siswa yang diajak berkomunikasi sejajar akan lebih
diperhatikan daripada guru yang hanya berdiri terus tanpa melihat
kondisi peserta didiknya.
3. Bentuk Komunikasi Guru Dan Siswa
Komunikasi merupakan peristiwa sosial yaitu peristiwa yang
terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Hovland,
Janis, dan Kelly dalam Jalaluddin mendefinisikan komunikasi sebagai
“the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli
20
(ussualy verbal) to modify the behavior of other individuals (the
audience)”. Komunikasi yang dilakukan melalui lambang verbal(kata-
kata) hendaknya memberikan stimulus kepada audiens dalam interaksi
yang dilakukannya. Bila individu-individu berinteraksi dan aling
mempengaruhi, maka terjadilah: 1) proses belajar yang meliputi aspek
kognitif (berpikir) dan afektif (merasa), 2) proses penyampaian dan
penerimaan lambang-lambang atau berkomunikasi, dan 3) mekanisme
penyesuaian diri seperti sosialisasi, bermain peran, identifiasi, proyeksi,
agresi dan lain-lain.23
Proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru
dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam
suasana edukatif untuk pencapaian tujuan belajar. Dalam proses
pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan
komunikasi harus saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat
tercapai secara optimal. Menurut Husain Usman bentuk-bentuk
komunikasi di kelas antara guru (G) dan siswa (S) dapat berlangsung
sebagai berikut:24
23
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), 3. 24Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Di Sekolah Luar Biasa B (Slb-B)
Frobel Montessori Jakarta Timur,”(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), 24-25.
21
a. Bentuk Guru – Siswa
G (komunikasi sebagai aksi, hanya berlangsung
satu arah. Siswa tidak berperan aktif dan Guru
lebih aktif)
S S S
b. Bentuk Guru- Siswa- Guru
G (Adanya timbal balik atau feedback bagi guru,
komunikasi sebagai interaksi kedua belah pihak.
Guru dan siswa sama-sama aktif.
S S S
c. Bentuk Guru- Siswa- Siswa- Guru
G (Komunikasi multi arah dengan interaksi yang
optimal)
S S S
S S S
d. Bentuk Guru- Siswa- Siswa- Guru, Siswa– Siswa
G (komunikasi multi arah, kelas lebih hidup.
Semua terlibat dalam menciptakan suasana
belajar yang memotivasi)
S S
S S
22
e. Bentuk melingkar
G (setiap siswa mendapatkan giliran
mengemukakan sambutan, diperkenalkan
mengemukakan pendapat 2 kali apabila siswa
lain belum mendapatkan giliran)
S S
S S
S
Situasi dalam pembelajaran terjadi dalam beberapa pola
komunikasi diatas. Adanya berbagai bentuk atau pola ini dapat
mengembangkan potensi siswa tetapi pemilihan jenis komunikasi yang
akan digunakan guru sangat bergantung pada kondisi siswa di kelas serta
kebutuhan pembelajaran. Bisa juga guru memadukan bentuk-bentuk yang
sekiranya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya: pada tahap
apersepsi guru cenderung mengunakan bentuk kedua. Setelah dirasa
pembelajaran membosankan, beralih pada bentuk keempat atau yang lain.
Komunikasi merupakan sarana terpenting bagi guru dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran diman guru akan membangun
pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan. Sebab dengan
komunikasi yang intesif, guru dapat mengetahui kondisi psikologi peserta
23
didik dan tingkat perkembangan emosional siswa. Selain itu juga guru
juga dapat mengetahui secara akurat tingak kesulitan yang dialami
siswa.25
Menurut Hasibuan bentuk komunikasi guru yang efektif dalam
pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang di dalamnya terjadi
interaksi dua arah antara guru dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu
menjadi pihak dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja
tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar tergerak
lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah
motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna
pembelajaran. 26
Siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa
kebersamaan dikelas tersebut. Rasa kebersamaan ini dapat dibina dari
komunikasi yang dilakukan guru ataupun siswa yang lain agar dirinya
merasa di terima. Perasaan diterima inilah sebagai salah satu komponen
yang dapat menumbuhkembangkan siswa. Ketika seseorang diterima,
dihormati, dan disenangi orang lain dengan segala kekurangan yang
dimilkinya, maka mereka akan merasa nyaman berada dalam kelas
tersebut dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Salah
satu komunikasi yang dapat dilakukan guru dengan siswa yaitu
25Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan., 116-117. 26
Ibid,. 26.
24
mengkomunikasikan akan penting dan manfaat apa yang diperoleh dari
pelajaran yang sedang berlangsung. Dalam hala komunikasi yang
dilakukan oleh guru akan menimbulkan inspirasi baru bagi siswanya dan
lebih meningkatkan perhatian siswa pada materi yang disampaikan.
Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang
baik. Setiapa kali guru melakukan komunikasi, sebenarnya bukan hanya
sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga membangun sebuah
hubungan interpersonal. Menurut Jalaluddin, komunikasi yang efektif
ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan,
mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada
akhirnya menimbulkan suatu tindakan. 27
Jadi, komunikasi yang dilakukan guru di kelas dapat
menumbuhkembangkan siswa jika komunikasi tersebut dilakukan secara
efektif dan menyenangkan, dengan memperhatikan unsur-unsur yang ada
diantaranya: terbentuknya pengertian yang cermat, terciptanya
kesenangan, mempengaruhi sikap, terciptanya hubungan interpersonal
yang amkin baik, dan terbentuknya tindakan positif pada siswa. Dengan
beberapa unsur tersebut, maka guru dapat menumbuhkaembangkan siswa
dengan baik, menumbuhkan motivasi belajar, penerimaan diri dan
prestasi yang lebih baik.
27
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 13
25
4. Bentuk Komunikasi Guru Dan Anak Tunagrahita
Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat diartikan sebagai anak
yang lambat atau mengalami gangguan yang tidak akan pernah berhasil
di sekolah sebagaimana anak normal pada umumnya. ABK juga dapat
diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental,
inteligensi dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran secara
khusus. 28
Untuk ABK memerlukan perhatian yang khusus, baik itu dalam
bentuk perhatian kasih sayang, pendidikan maupun dalam berinteraksi
sosial. Dengan demikian, ia akan dapat mengembangkan potensi yang
dimilkinya secara optimal.
Pada mulanya ABK adalah anak yang dianggap cacat, baik cacat
fisik maupun mental, termasuk anak yang mengalami cacat sejak kecil.
Kemudian perkembangan ABK semakin pesat menjadikan ABK
memiliki karakter tersendiri dari anak normal pada umunya. Karakter
tersebut meliputi bakat, keterampilan dan potensi yang dimiilikinya,
meskipun dalam prosesnya mengalami kesulitan karena gangguan yang
dialaminya.
28
Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, 1.
26
Klasifikasipendidikanbagianakberkelainanadalahsebagaiberikut:29
a. SLB A untukkelompokanaktunanetra.
b. SLB B untukkelompokanaktunarungu.
c. SLB C untukkelompokanaktunagrahita.
d. SLB D untukkelompokanaktunadaksa.
e. SLB E untukkelompokanaktunalaras
f. SLB F untukkelompokanakdengankemampuandiatas rata-rata
g. SLB G untukkelompokanaktunaganda
Peserta didik yang menggalami gangguan fisik atau ABK akan
mengalami kesulitan dalam mengatasi model-model komunikasi verbal,
ataupun komunikasi non verbal yang akan digunakan. Untuk
menggunakan komunikasi yang akan digunakan dibutuhkan alat-alat
komunikasi alternatif dintaranya papan tulis, gambar, simbol-simbol,
huruf atau kata yang mudah dipahami. Dalam komunikasi untuk ABK
dibutuhkan kerjasama dengan para ahli terapi, psikologi, dokter dan
pendidik lainnya dalam menentukan model-model komunikasi yang baik
dalam proses pembelajaran yang paling efektif bagi siswa. 30
Terkait dengan bentuk komunikasi yang efektif dalam proses
pengiriman atau penerimaan pesan yang dapat dipahami ABK tidak beda
29Rizqi Nurul Ilmi,” Strategi Komunikasi Guru Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan
Agama Pada Anak Penyandang Tunagrahita Di Slb-C Tunas Kasih I Kabupaten Bogor, “(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013), 40.
30David Smith, Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran, Terj. Denis dan
Enrica (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), 186.
27
jauh dengan bentuk komunikasi yang digunakan pada siswa normal
umumnya diantaranya:Bentuk komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar
yaitu, pertama, komunikasi sebagai aksii (komunikasi satu arah), dimana
komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa pasif.
Kedua, komunikasisebagaiinteraksi (komunikasiduaarah) yang artinya,
guru dansiswadapatberperansamayaitupemberiaksidanpenerimaaksi. Dan
yang ketiga, komuniksisebagaitransaksi (komunikasibanyakarah),
ataukomunikasi yang tidakhanyamelibatkaninteraksi yang
dinamisantarasiswadengansiswa. Sehinggadengan proses
belajarmengajardenganpolakomunikasiinimengarahpada proses
pembelajaran yang mengembangkankegiatansiswa yang optimal,
sehinggamenumbuhkansiswabelajaraktif.31
Bentuk komunikasi tersebut sangatdiperlukanseorang guru
dalammembangunkomunikasisertainteraksi yang baikdengansiswadalam
proses belajar. Begitujugabagi para guru yang
mengajarataumendidikanak-anak yang
mengalamiketerbelakanganfisikdan mental. Karenatidaksemua orang di
duniainimemilikifisikdan mental yang normal.
31Rachel Sondakh, Dkk,” Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Anak Down
Sindrom Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Malalayang,” Volume VI. No. 1 (2017), 3
28
Terlebih lagi untuk anak tunagrahitaadalahmereka yang
masihdapatmembaca,
menulisdanberhitungsederhanadenganbantuandaripendidikseperti guru.
Denganusaha yang lebihdibandingkandengananak lain seusianya.
Karenamerekamembutuhkanberkali-kali pengulangan agar
dapatmengingatapa yang telahdiajarkandalamwaktu yang cukup lama.
Dari hasil penelitian Rachel Sondakh menyatakan bahwa kegiatan
yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa
siswa tunagrahita diantaranya membaca kata-kata sederhana, berusaha
menulis abjad dasar dengan menulis ulang kata lebih dari satu kali, dan
mengenal abjad dengan baik. Sehingga pelajaran yang paling utama yang
diberikan guru kepada siswa tunagrahita ialah membaca dan menulis
walaupun secara umum mata pelajaran yang diajarkan sama seperti
sekolah biasa.32
Kemudian, pendekatan yang dilakukan guru
dengsiswaialahpendekatan yang dapatdikatatankomunikasiantarpribadi.
Komunikasiinidianggapberhasiloleh para guru dalam proses belajar.
Dengankomunikasiantarpribadiini guru
lebihmudamengetahuikekurangandankelemahandarisiswatunagrahita
sehinggamateriataupelajaran yang diberikan,
dapatdisesuaikandengankebutuhansiswa. Dalam proses
32
Ibid.,12
29
komunikasiantarpribadiakanterjadiinteraksiantarapemberipesandanpeneri
ma, karena cirri khaskomunikasiiniadalahsifatnya yang
duaarahatautimbalbalik.
Sedangkan Metodepengajaran yang digunakan guru dalam proses
belajariyalahpengajaransecara individual. Hal
tersebutdikarenakanketerbatasan yang
dimilikisiswasehinggaapabilamateri yang
diberikansecarakeseluruhanmakamateri yang
diberikansulituntukditerimaolehsiswa.
Seperti yang dikemukakan George Herbert Mead jika dikaitkan
denganpenelitianini, komunikasi yang digunakan guru dalam proses
belajaradaduayaitukomunikasisecaralangsungdantidaklangsung. Yang
merupakan proses komunikasisecaralangsung, artinyapelajaran yang
disampaikanoleh guru secaralangsungdandijelaskansecaratatapmuka
(face to face) denganmurid. Dengan menggunakan bahasa sederhana atau
bahasa yang digunakan sehari-hari agar lebih mudah dimengerti dan
dipahami oleh siswa, serta menggunakan isyarat atau simbol seperti
menggunakan tangan dan jari dalam hal berhitung atau menunjukkan
sesuatu. Dan komunikasi secara tidak langsung. Yaitu, guru menjelaskan
kepada murid secara perorangan menggunakan media atau alat tertentu
30
seperti alat peraga buku, pensil untuk menggambar dan gambar-gambar
yang disertai dengan kata-kata, huruf dan angka. 33
Khususnya untuk anak tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang
kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan
inteligensi dan tidakcakapan terhadap komunkasi sosial. Anak
tunagrahita juga sering dikenal dengan istilah terbelakangan mental
dikarenakan keterbatasan kecerdasan. Akibatnya anak tunagrahita sukar
untuk mengikuti pendidikan di sekolah luar biasa. 34
Ciri-cirirohaniah/mental/intelektualanaktunagrahita:35
a. Anak tunagrahita ringan.Kemampuan berfikir anak tunagrahita ringan
(mampu didik) lebih rendahdibandingkan dengan kemampuan
berfikir anak lambat belajar, sehingga merekaselalu mengalami
kesulitan dalam memecahkan suatu masalah, walaupun masalahitu
sederhana, perhatian dan ingatannya lemah.
Merekatidakdapatmemperhatikansesuatuhaldenganseriusdan lama,
sebentarsajaperhatiannyaakanberpindahkepadasoal lain.
Apalagidalamhalmemperhatikanpelajaranmerekalekasjemu.
Padaumumnyamerekamampumengingatperistiwa 3 bulanyang lalu,
merekahanyamampumengingatkuranglebih 10%
daribahanbacaanyang telahdibacasebanyakdua kali itupunlekaslupa.
33
Ibid.,13 34
Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus,. 5. 35Rizqi Nurul Ilmi,” Strategi Komunikasi Guru,. 44.
31
b. Anak tunagrahita sedang.Kemampuan berfikir anak tunagrahita
sedang(mampu latih) sangat rendahsehingga tidak mampu melihat
suatu masalah. Terhadap masalah yang sederhanasaja mereka akan
mengalami kesulitan. Anak usia 6 tahun tidak mampumenghitung 1-
5, pada umumnya mereka hanya mampu menghitung 1-2 saja danjuga
tidak dapat menyebutkan nama-nama saudara-saudaranya secara
lengkap.Sudahjelastidakakanmampumenyebutkannama-
namaanggotabadannyasendiri, perhatian,
daningatannyasangatlemahdapatdikatakanmerekahanyahiduppadasaat
ini. Masalampauhampirterlupakansamasekali, hanyasedikityang
dapatdiingat. Merekatidakmempunyaiimajinasiuntukmasa yang
akandatangdandalam proses belajar-mengajar di sekolahapa yang
diajarkan gurupadapagihariakanterlupakanpada sore hari.
c. AnaktunagrahitaberatKemampuanberfikiranaktunagrahitaberat
(perlurawat) hampirtidakada.Biarpunsudahberusia 15
tahunanakitutidakdapatberhitung,
tidakdapatmelihatsuatumasalahsehinggasegalasesuatudibiarkandenga
nacuhtakacuh.
Biarlaparituhanyadapatmerasakanperutnyalapartetapitidakmengertila
paritudanbagaimanamemintamakanan.Ingatananakperlurawatsangatle
mahhampirtidakmampulagimengungkapkesan-kesandariapa yang
dilihat/didengar. Merekasulituntukmenirukansesuatu kata yang
32
panjang. Misalnyadisuruhmenirukan kata Indonesiatetapi yang
terucapkanenak, karenaanakitubarumengucap kata enak.
Menurut Skala Binet dan Skala Weschler tunagrahita dapat
diklarifikasikan menjadi 3 diantaranya:36
1) Tunagrahita ringan
Tunagrahita ringan disebut juga dengan moron atau debil. Menurut
Skala Binet kelompok ini memiliki IQ antara 68-52, sedangkan
menurut Skala Weschler memiliki IQ antara 69-55. Dalam kelompok
ini anak tunagrahita masih dapat membaca, menulis dan berhitung
sederhana.
2) Tunagrahita sedang
Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ
51-36 pada Skala Binet, sedangkan Skala Weschler 54-40. Anak
tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara
akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung walaupun
mereka belajar menulis secara sosial.
3) Tunagrahita berat
Tuangrahita berat ini sering disebut dengan idiot. Dalam kelompok
ini tunagrahita dibedakan menjadi dua yaitu tungrahita berat dan
tungrahita sangat berat. Menurut Skala binet tunagrahita berat
memiliki IQ 32-20, sedangkan menurut Skala Weschler 39- 52.
36
Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.,142-144
33
Untuk tunagrahita sangat berat menurut Skala Binet memiliki IQ di
bawah 19, sedangkan menurut Skala Weschler IQ dibawah 24. Anak
tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total, baik
dalam hal berpakaian, mandi ataupun makan.
Sedangkan kemampuan berbahasa dan bicara anak tunagrahita menurut
Eisenson dan Ogilve menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya dibuktikan
bahwa tingkat kecerdasan dengan kematangan bahasa dan bicara mempunyai
hubungan yang positif. 37
Dalam hal ini dijelaskan bahwa tingkat kecerdasan
seorang anak mempengaruhi tingkat kemampuan berbahasa dan kecakapann
berbicara seseorang.
Untuk mengembangkan komunikasi anak tunagrahita tidak semudah
mengembangankan kemampuan komunikasi anak normal pada umumnya. Hal
ini dikarenakan kecerdasan sebagai salah satu kontribusi yang besar dalam
menstimulus komunikasi baik verbal mapun nonverbal.
Khususnya untuk anak tunagrahita sedang (mampu latih), kegagalan
dalam melakukan apersepsi terhadap suatu peristiwa bahasa, kerap kali diikuti
denagan artikulasi bicara. Dalam hal inilah anak tunagrahita cenderung
kesulitan dalam berbahasa terutama dalam struktur bahasa,, sering kali mereka
37
Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta:Bumi Aksara,
2008), 99.
34
akan mengalami penguranagan kata, struktur kalimat yang tidak teratur dan
kekacauan dalam pengucapan.38
B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Rencana penelitian ini berangkat dari telaah pustaka dari kajian
penelitian yang terdahulu. Adapun penelitian yang dilakukan sebelumnya,
yaitu:
1. Nurul Aini (210308053) Jurusan Tarbiyah Prgram Studi PAI di
STAIN Ponorogo tahun 2012, dengan judul ” POLA PEMBINAAN
ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNANETRA) DI PANTI
ASUHAN AISYIAH PONOROGO” dengan penelitian: melalui
pembinaan yang dilakukan terhadap perkembangna dan pendidikan
anak tunanetra, sehingga anak tunanetra memenuhi kewajibannya
terhadap Allah SWT, masyarakat dan dirinya sendiri. Penelitian yang
peneliti lakukan byukan hanya untuk tuna netra saja tetapi macam-
macam anak berkebutuhan khusus lainnya dalam penelitian ini. Dan
dalam penelitian ini juga menjelaskan bagaimana cara beribadah dan
38
Ibid., 99-100.
35
menyesuaikan pembelajaran agama islam masing-masing anak luar
biasa tersebut sesuai dengan kebutuhannya. 39
2. Ratna Ika Suryaningsih (210307053) Jurusan Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo tahun 2011, dengan judul”
METODE PEMBELAJARAN PAI PADA ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS” dengan hasil penelitian bahwasannya
anak autis sulit dikendalikan karena belum bisa mengontrol diri, hala
tersebut yang membuat proses pembelajaran berjalan lambat, apabila
tidak mendapatkan bimbingan yang khusus dari gurunya. Berbeda
dengan penelitian yang peneliti lakukan, penelitian yang akan
dilakukan tidak terfokus pada cara membimbing peserta didik,
melainkan meneliti bagaiman cara komunikasi yang dilakukan oleh
guru dan siswa pada saat proses pembelajaran, khususnya
pembelajaran PAI. Yang mana dalam penelitian inI bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran untuk ABK agar mendapatkan
hasil yang maksimal. 40
39
Skripsi STAIN Ponorogo, Nurul Aini, Pola Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus
(Tunanetra) Di Panti Asuhan Aisyiah Ponorogo. 40
Skripsi STAIN Ponorogo, Ratna Ika Suryaningsih, Metode Pembelajaran PAI Pada Anak
Berkebutuhan Khusus
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan
kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber
data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam
penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan hasil
penelitian lebih menekankan kepada makna daripada generalisasi. 41
Dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci dalam menentukan hasil dari penelitian.
Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus,
yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil
makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tertentu, yang mana kasus
tersebut harus bersifat unik atau memilki karakteristik sendiri dari kasus
lainnya.42
Dalam hal ini penelitian dilakukan berkaitan dengan keunikan dan
fenomena apa saja yang ada dalam komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa
di SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun khususnya pada anak
tunagrahita.
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,
2013), 9 42
Djunaidi Ghony Dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media , 2012), 62.
37
B. Kehadiran Peneliti
Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari peneliti berperan
serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.43
Didalam penelitian ini penelitilah yang menjadi alat utama dalam mengadakan
penelitian. Yang mana peneliti berfungsi sebagai sumber data dalam melakukan
pengumpulan, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas temuannya.44
Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak
sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan
instrumen yang lain sebagai penunjang.
Peneliti hadir lansung di lapangan, pertama peneliti menemui kepala
sekolah, kemudian dilanjutkan dengan observasi siswa yang ada dalam kelas
khusus dan melakukan wawancara dengan beberapa guru PAI di sekolah tersebut
berkaitan dengan penelitian yang akan dibahas.
C. Lokasi Penelitian
Peneliti mengambil lokasi penelitian di SLB Putra Idhata Glonggong
Dolopo Madiun. Yang bertempat di jalan sekolahan, Ds. Glonggong, Kec.
Dolopo, Kab. Madiun.
Peneliti tertarik mengambil lokasi ini karena ingin mengatahui bagaimana
cara komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran
43
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya,
2000), 117. 44
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), 60.
38
berlangsung. Selain itu juga alasan peneliti memilih lokasi ini adalah di SLB
Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun merupakan sekolah yang banyak
menampung anak yang memiliki kelainan yang berbeda-beda dan juga banyak
anak yang mendapatkan prestasi meskipun keadaannya terbatas.
D. Sumber Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti mengunakan teknik samplingsnowball
sampling yang mana peneliti mengambil sampel sumber data yang pada awal
jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah
sumber data sedikit itu belum mampu memberikan dara yang memuaskan, maka
semakin banyak sumber data yang diperoleh dengan demikian data yang
diperoleh juga semakin banyak. 45
Sumber data utama dalam penelitian ini adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.
Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan
penelitian46
. Maka yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:
a. Informan yang meliputi kepala sekolah SLB Dolopo Madiun, guru kelas
anak tunagrahita dan tenaga pendidik yang pernah mengajar anak tunagrahita
SLB Dolopo Madiun,
b. Dokumen data sekolah yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan
dokumen-dokumen lainnya seperti foto, catatan tertulis dan bahan-bahan lain
yang berkaitan dengan penelitian.
45
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 55-56. 46
SuharsimiArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik (EdisiRevisi Vi) (Jakarta
:PtRinekaCipta, 2006), 129.
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi wawancara,
observasi dan dokumentasi. Dalam pengumpulan data ini peneliti dituntut untuk
memperoleh data berupa kata-kata dan perbuatan-perbuatan dari informan
sebanyak mungkin.47
Teknik yang digunakan peneliti antara lain:
a. Wawancara
Wawacara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interview) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan
itu.48
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan sehingga
dengan wawancara mendalam ini data-data dapat terkumpul secara
maksimal. Dalam hal ini wawancara yang dilakukan secara tidak tersrtuktur
yang mana wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman
47
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2014), 20-21. 48
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
127.
40
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. 49
Orang-orang yang dijadikan informan meliputi kepala sekolah SLB
Dolopo Madiun, pendidik SLB Dolopo Madiun,siswa SLB Dolopo Madiun
dan orang tua siswaSLB Dolopo Madiun. Wawancara dilakukan untuk
memperoleh data tentang bentuk komunikasi yang digunakan guru dan siswa
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.
b. Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi dapat dilakukan
baik secara langsung maupun tidak langsung.50
Dengan teknik ini peneliti
mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari obyek penelitian, karakteristik fisik,
situasi sosial, dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.
Dalam observasi ini peneliti memilih observasi nonpartisipan yang
man peneliti hanya melakukan pengamatan independen saja tanpa terlibat
langsung dengan aktivitas-aktivitas yang sedang diamati.51
Pada penelitian ini bentuk observasi yang dilakukan peneliti antara
lain: pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di dalam
kelas dan diluar kelas di SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun, yaitu
49
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D
(Bandung: Alfabeta, 2015), 197. 50
Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Bandung: Pustaka Setia,
1998), 129. 51
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 204.
41
bagaimana cara komunikasi yang mereka lakukan pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari
surat, pengumuman, hasil rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan
bahan-bahan tulisan lainnya.52
Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan ,
mengingat (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari
konsumsi waktu; (2) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi
yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi
dimasa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami
perubahan; (3) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang
kaya, secara konstektual relevan dan mendasar dalam konteknya ; (4)
sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi
akuntalibitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat
dalam format transkip dokumentasi.53
Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data
mengenai sejarah dan perkembangan SLB Dolopo Madiun, struktur
organisasinya, jumlah peserta didik dan pendidik, serta keadaan sarana dan
prasaranya yang digunakan di sekolah tersebut.
52
Jonathan Sarwono, Metode Kuantitatif & Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 225-
226. 53
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 217.
42
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data
yang diperoleh. Data yang diperoleh dari catatan lapangan dan komentar peneliti,
gambar, foto, dokumen, laporan, biografi, artikel dan sebagainya. 54
Analisis data merupakan proses yang melibatkan pengumpulan data,
interpretasi dan pelaporan data, yang mana data tersebut dibutuhkan secara terus
menerus, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis dan menulis singkat
dari penelitian yang dilakukan.55
Sedangkan menurut menurut Miles dan Huberman analisis data adalah
adalah mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Reduksi data
disini yaitu sebagai kegiatan pemilihan data. Yang mana kegiatannya adalah
merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, membuat katagori. Dengan demikian data yang telah direduksikan
54
Afifudin Dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Cv.
Pustaka Setia, 2009), 145. 55
John. W Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif Dan Mixed Jilid 3
(Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 274-276.
43
memberi gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk kategori
atau pengelompokan yang mana menganjurkan untuk menggunakan matrik dan
diagram dalam penyajiannya. Karena menggunakan matrik dan diagram dianggap
lebih efektif. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama
penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya
akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
Langkah yang terakhir dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Pada tahap ini peneliti menginterpretasikan hasil temuan dari
wawancara atau dokumen yang diperolehnya.56
G. Pengecekan Keabsahan Temuan
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).57
Dalam bagiann ini
peneliti harus mempertegas teknik apa yang digunakan dalam mengadakan
pengecekan keabsahan data yang ditemukan. Berikut beberapa teknik yang
pengecekan keabsahan data dalam proses penelitian adalah sebagai berikut :
a. Perpanjangan keikutsertaan
56
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian
Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2014), 174-180. 57
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171.
44
Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.
keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal
ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi
memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penenlitian.
b. Pengamat yang tekun
Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan
pengamatan secar cermat dan berkesinabungan.58
c. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Ada tiga
macam tringulasi sebagai teknik pemeriksaan yang dapat digunakan antara
lain trigulasi sumber, trigulasi teknik, dan trigulasi waktu. 59
H. Tahapan-Tahapan Penelitian
Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah
dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil
penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut diantaranya:
a. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan
58
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kalitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 276. 59
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Cv Alfabeta, 2005), 127.
45
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan
penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan
persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan
data.
c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan
data.
d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.
46
BAB IV
DESKRIPSI DATA
A. Deskripsi Data Umum
1. Sejarah Awal Berdirinya SLB “PUTRA IDHATA”
SLB Putra Idhata berdiri pada tanggal 1 Oktober 1973 adapun
sebagaitempat penyelengaraannya berada di dsn. Umbul Ds. Glonggong
Kec. Dolopo Kab. Madiun. Tepatnya dirumah Sdr. Somokarjo. Pada
awal pembukaannya hanya terdiri dari 5 siswa yang terdiridari 2 laki-laki
tunanetra dan 3 siswi tunarungu dan dengan 2 tenaga pendidik serta 2
tenaga asrama. 60
Pada tahun 1980 jumlah siswa meningkat menjadi 12 anak yang
tidak hanya berasal dari karisedenan madiun saja tetapi dari luar kota
seperti Surabaya dan Magetan. Berkat kerja keras pengurus yayasan
dengan hasil penjualan Block Note kepada pegawai dinas pendidikan
pada tahun 1982 SLB Putra Idhata pindah di jalan Sekolahan dusun
Glonggong kecamatan Dolopo Madiun dengan status tanah milik
sekolahan. Pada awal perpindahannya sekolah belum memiliki
penerangan dan masih menggunakan petromak sebagai penerangan.
Dengan berjalannya waktu berkat sumbangan dari donatur
akhirnya sekolah ini memiliki lampu penerangan. SLB Putra Idhata
60
Lihat transkrip dokumentasi 01/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
47
terdiri dari jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Pada tahun
2010 mulai ada siwa tunagrahita dan sampai sekarang tunagrahita lebih
mendominasi di sekolah ini. Sampai tahun 2016 seluruh siswa mencapai
74 anak.
Seiring berjalannya waktu yayasan Putra Idhata dapat melengkapi
sarana pendidikan demi kemajuan anak asuhnya. Selain itu masuknya
guru-guru Sekolah Dasar menjadi anggota idhata yang mencapai 2000
orang.
2. Letak Georafis SLB Putra Idhata
SLB Putra Idhata terletak di jalan sekolah dusun Glonggong
kecamatan Dolopo Madiun. Dengan batas-batas sebagi berikut:61
Sebelah Timur : Rumah penduduk
Sebelah Barat : MAN DOLOPO
Sebelah Utara : Rumah penduduk
Sebelah Selatan : Gudang pengumpulan kayu
3. Visi, Misi dan Tujuan SLB Putra Idhata
Sama seperti lembaga pendidikan lainnya memiliki visi dan misi
untuk dijadikan patokan dalam proses pembelajaran. Diantranya visi, misi
dan tujuan di SLB ini sebagai berikut:62
a. Visi SLB “ Putra Idhata”
61
Lihat transkrip observasi 01/O/F/27-III/2017 pada lampiran skripsi ini. 62
Lihat transkrip dokumentasi 02/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
48
“Terwujudnya pelayanan yang optimal bagi anak berkebutuhan
khusus, sehingga dapat mandiri, berkarya, meningkatkan iman dan
taqwa, dapat bersosialisasi untuk berperan serta dalam kehidupan
bermasyarakat,berbangsa dan bernegara”.
b. Misi SLB “ Putra Idhata”
Agar visi sekolah tersebut dapat terwujud, maka disusunlah misi
sekolah sebagai berikut: 63
1) Terlaksananya penghayatan nilai agama sehingga memperkuat
keimanan dan ketaqwaan.
2) Memberikan motivasi kepada anak didik agar ABK makin
percaya.
3) Terlaksannya pendidikan budi pekerti dan karakter bangsa secara
maksimal.
4) Memberikan bekal keterampilan kepada ABK sesuai dengan
kelainannya dan kemampuannya.
5) Meningkatkan jalinan kerjasama dengan masyarakat dan pihak
terkait.
c. Tujuan dan manfaat SLB Putra Idhata
Implementasi dari VISI dan MISI tersebut terdapat pada tujuan
sekolah yaitu:64
63
Lihat transkrip dokumentasi 03/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 64
Lihat transkrip dokumentasi 04/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
49
1) Mampu meningkatkan kualitas layanan pada ABK jenjang SLB
2) Memberi kebebasan memanfaatkan ruang belajar secara luas
kepada anak jenjang SLB
3) Membangkitkan proses belajar mengajar lebih dinamis, sesuai
standar pelayanan.
4) Anak belajar lebih fokus berpusat karena memiliki tempat sendiri
5) Mewujudkan pembelajaran yang ideal antara jumlah guru dan
murid yang ada.
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat
pentingkeberadaannya karena dengan adanya struktur organisasi tersebut
dapat memudahkan kita untuk mengetahui sejumlah personel yang
menduduki jabatan tertentudalam suatu lembaga.Struktur organisasi di
SLB Putra Idhata hampir sama dengan strukturorganisasi yang terdapat
pada sekolah umum lainya.
Adapun strukturorganisasi di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun
tahun 2016/2017 sebagai berikut: Ibu Dyah Rukminingsih, S.Pd sebagai
kepala sekolah, Bapak Sarjito sebagai Komite, Sri Muyani, S.Pd sebagai
wakil kepala sekolah, Priyo Arif Wibowo, S.Kom sebagai tata usaha, Siti
Rochmakin, S.Pd sebagai bendahara sekolah, Sunarti, S.Pd sebagai waka
50
kesiswaan, Rr. Dwi Yuliana, S.Pd sebagai waka kurikulum, Mulyadi
sebagai seksi sarana prasarana dan Siswoyo, S.Pd sebagai seksi humas. 65
5. Keadaan Guru dan Siswa
a. Keadaan guru
Seluruh tenaga pendidik di SLB Putra Idhata berjumlah 12
orang dengan rincian sebagai berikut: Kepala Sekolah, 7 guru
mengajar di tingkat SDLB, 1 guru SMPLB dan mereka masing-masing
mengajar sebagai guru kelas. Tenagapendidik di SLB Putra Idhata
memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yang terdiri
dari 8 (delapan) orang Pendidikan Luar Biasa,1 (satu) orang
Administrasi, 1 (satu) orang akutansi, 1 (satu) sisteminformasi, dan 1
(satu) pendidikan biologi . Adapun status pendidik diSLB Putra Idhata
adalah 8 (delapan ) orang PNS dan 4 (empat) Guru tetap yayasan.66
b. Keadaan siswa
Siswa di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun adalah anak-anak
yangberkebutuhan khusus antara lain anak tunanetra, tunarungu dan
anak tunagrahita.Adapun jumlah siswa pada jenjang SDLB yaitu 31
siswa denganketunaan semua tunagrahita, jenjang SMPLB yaitu 2
65
Lihat transkrip dokumentasi 05/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 66
Lihat transkrip dokumentasi 06/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
51
tunanetra, 8 tunarungu, dan 22 tunagrahita, sedang jenjang SMALB
yaitu 8 tunarungu dan 9 tunagrahita.67
6. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar sangat
diperlukan karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai
dapat menunjang kegiata belajar mengajar. Sarana dan prasarana
yangdimaksud adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah usaha
danmemperlancar terlaksananya program pendidikan dan pengajaran di
SLBPutra Idhata Dolopo Madiun. Adapun sarana dan prasarana yang
tersedia di sekolah sebagai berikut: ruang kelas berjumlah 4 ruangan,
ruang pimpinan berjumlah 1,ruang guru 1, meja kepala sekolah dan kursi
1 set, meja kursi guru 12 set, alat-alat keterampilan siswa dalam
mengembangkan bakat yang dimiliki. 68
B. Deskripsi Data Khusus
1. Data tentang bentuk komunikasi siswa dengan guru dalam kelas DI
SLB PUTRA IDHATA untuk meningkatkan pembelajaran PAI
Pembelajaran PAI ialah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan
ajaran agama Islam dari sumber utama kitab suci al-Qur’an dan hadis,
67
Lihat transkrip dokumentasi 07/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 68
Lihat transkrip dokumentasi 08/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
52
melalui kegiatan bimbingan, peng-ajaran, latihan, serta penggunaan
pengalaman dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.
SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun merupakan salah
satu sekolah yang mencoba untuk membantu anak-anak berkebutuhan
khusus seperti anak –anak lain di sekolah formal. Karena pendidikan
begitu penting bagi anak normal pada umumnya juga penting bagi anak
berkebutuhan khusus agar dapat membantu mereka dalam merubah sifat
dan tingkah laku mereka dalam perkembangannya. Dalam proses
meningkatkan pembelajran PAI untuk anak tunagrahita perlu komunikasi
yang khusus dalam penangganannya agar mereka dapat mudah mengerti
apa yang disampaikan oleh gurunya. Sehingga komunikasi yang
digunakan oleh gurunya pun lebih banyak. Selain itu juga melalui
pendekatan secara individual antara guru dengan murid. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Ibu Rr. Dwi Yuliana S.Pd. selaku guru kelas
khusus, beliau mengatakan bahwa:
Komunikasi yang saya lakukan adalah seperti biasa mbk, seperti
mengajar siswa pada umumnya. Hanya saja saya lebih
menekankan pada komunikasi secara individual yaitu
pembelajaran yang lansung saya ajarkan kepada setiap individu
karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda.69
69
Lihat transkrip Wawancara 03/W/17-IV/2017pada lampiran skripsi ini.
53
Bapak Mulyadi juga menambahkan bahwa pendekatan secara
individual juga diperluakan dalam proses pembelajaran anak tunagrahita,
seperti yang diungkapan beliau :
Komunikasi yang saya lakukan adalah dengan cara melakukan
pendekatan individu karena setiap individu memilki ketunaan
yang berbeda-beda. Selain itu juga saya agar dapat berkomunikasi
dengan peserta didik yaitu dengan cara saya sedikit mengikuti
kemauan mereka. Yang saya lakukan terlebih dahulu adalah
membuat mereka merasa nyaman dam mau memperhatikan saya
terlebih dahulu. Dengan demikian peserta didik mau diajak
berkomunikasi dengan saya dan dapat memulai pembelajaran. Di
SLB itu berbeda dengan sekolah umum mbk karena kalau
disekolahan umum tanpa guru harus meminta untuk diperhatiakan
mereka sudah mengerti kalau pelajaran dimulai mereka harus
memperhatiakn tapi kalau di SLB guru harus mampu mengajak
peserta didik mau memperhatitikan gurunya. Itu saja sangat sulit
mbk. Apalagi untuk diajak berkomunikasi seperti siswa pada
umumnya.. Hanya saya lebih menekankan pada komunikasi
adalah secara berulang-ulang. Karena kondisi siswa yang
memiliki ketunaan yang berbeda-beda dalam satu kelas, bahkan di
kelas ini terdapat dua kelas yaitu kelas 5 dan kelas 3 SDLB.70
Dengan pendekatan yang dilakukan guru secara individual dengan
setiap peserta didik diharapkan komunikasi yang dilakuakan dapat berjalan
secara kondusif. Sehingga guru harus berupaya semaksimal mungkin agar
peserta didik mau aktif dalam proses pembelajaran khususnya dimata
pelajaran PAI.
70
Lihat transkrip Wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
54
Terkait dengan bentuk komunikasi yang digunakan guru dengan anak
tunagrahita yaitu komunikasi verbal dan nonvebal. Bentuk komunikasi ini
merupkan bentuk komunikasi campuran yang mana komunikan melakukan
komunikasi menyesuaikan keadaan untuk memudahkan komunikasi agar
dapat berjalan dengan baik dan lancar. Seperti halnya yang diungkapakan oleh
Ibu Sunarti, S. Pd selaku waka kurikulum, beliau mengungkapkan bahwa:
Bentuk komunikasi ya seperti biasa mbk, menggunakan bahasa,
kadang-kadang juga menggunakan isyarat. Seperti saya
memanggilnya saya melambaikan tanggan saya kepada anak tersebut.
Trus kadang-kadang saya suruh cuci tangan saya tunjukan tempat cuci
tangan (wastapel) kepada peserta didik dengan sendirinya mereka
mengerti kalau itu saya suruh cuci tangan. Karena kalau saya hanya
menyuruhnya dengan kata-kata saja mereka kadang tidak paham
mbk.71
Hal ini juga dipertegas dengan hasil observasi sebagaimana ditulis
dibawah ini:
Bentuk komunikasi yang digunakan guru dengan siswa di SLB Putra
Idhata dengan cara komunikasi verbal yaitu guru mengajar dengan
metode ceramah dilakukan secara lisan. Yang mana guru
menyampaikan pelajaran dengan cara dituangkan dengan tulisan di
papan tulis. Misalnyamengenalkandanmenjelaskanapaitu agama islam,
siapaTuhankita, apasajarukun Islam danrukunimanitu,
sertadiajarkanhuruf-hurufhijaiyah. Kemudiankomunikasinonverbal
yang dilakukanberupasistemisyarat.72
71
Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017pada lampiran skripsi ini. 72
Lihat transkrip observasi 05/O/F/15-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
55
Dalampembelajaran PAI, guru lebih lama
dalammenjelaskantentangpemahaman agama islam.
Karenaanakberkebutuhankhususberbedadengananak normal padaumumnya.
Iaharusbanyakmengulangapa yang telahdisampaikanolehgurunya. Guru
jugaharusmenjelaskansecaraperoranganbaikmenggunakankomunikasi verbal
maupun nonverbal. Hal inisesuaiapa yangdikatakanolehbapak mulyadi selaku
guru kelas khusus dalamwawancara:
Di SLB itu berbeda dengan sekolah umum mbk karena kalau
disekolahan umum tanpa guru harus meminta untuk diperhatiakan
mereka sudah mengerti kalau pelajaran dimulai mereka harus
memperhatiakn tapi kalau di SLB guru harus mampu mengajak
peserta didik mau memperhatitikan gurunya. Itu saja sangat sulit mbk.
Apalagi untuk diajak berkomunikasi seperti siswa pada umumnya..
Hanya saya lebih menekankan pada komunikasi adalah secara
berulang-ulang. Karena kondisi siswa yang memiliki ketunaan yang
berbeda-beda dalam satu kelas.73
Dalam hal ini juga dalam proses pembelajaran PAI di dalam kelas juga
terdapat beberapa kendala yang dihadapai oleh guru dalam menyampaiakn
materi yang sedang diajarkan kepada siswa anak tunagrahita, seperti mereka
tidak cepat paham dengan apa yang disampaikan gurunya, mereka perlu
perhatian yang khusus agara pembelajaran berjalan dengan lancar.
Di SLB Putra Idhata
Gurumemberikanpenjelasansecaralangsungdantatapmukadandibantudenganbi
73
Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
56
mbinganlangsungterhadapmuridnyakarenaketerbatasan yang
dimilikimuridtunagrahita. Ketika
gurumengetahuianaktersebutkurangmemahami,
ialangsungmendekatianaktersebutdanmembimbingnyasatupersatu. Seperti
yang diungkapkan ibu sunarti, S. Pd selaku waka kurikulum sebagai berikut:
Kalau kendalanya menurut saya kadang mereka dipanggil tidak mau
memperhatikan dan tidak mau mendengarkan siapa yang memanggil.
Mereka hanya suka bermain dengan teman-teman mereka sendiri mbk.
Selain itu juga mereka perlu bimbingan yang khusus yaitu
memberikan bimbingan secara satu persatu mbk untuk memudahkan
pembelajaran.74
Selain itu juga sebagai pendidik guru harus mampu memahami kondisi
setiap anak didiknya. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan
baik. DalamPendidikan Agama Islam yang
menjadifaktorpenentukeberhasilan agar
materinyatersampaikandenganbaikyaitusesuaikemampuantenagapengajardala
mmengertikondisianak, artinya guru
menyampaikanmateridisesuaikandengankecerdasananakdidiknya.Sehinggatid
akadapaksaan yangmemberatkananaktunagrahita. Seperti yang disampaikan
oleh Ibu Muannifah Noor. F, S. Pd. I , selaku pengajar tunagrahita tingkat
SMA di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun sebagai berikut:
Kalau menurut saya tepatnya berkomuniaksi dengan mereka seperti
saya berkmunikas dengan anak TK atau PLAYGROUP. Yang mana
dalam berkomunikasi membutuhakn kesabaran yang lebih, karena
74
Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
57
apabila mereka dikasari maka mereka bisa-bisa tidak mau sekolah lagi.
Bahkan bisa-bisa mereka dapat melukai diri merek sendiri, kalau kita
tidak pandai mengajak dan berkomunikasi dengan baik pada mereka.
Karena di kelas khusus terdiri dari tunagrahita.75
Selain faktor dari guru, orang tua juga menjadi faktor penentu karena
setiapmateri nilai-nilai agama yang diajarkan disekolah, orang tua wajib
mengingatkananaknya agar rutin diulang sehingga anak menjadi paham dari
teori dan praktek dirumah. Hal inijugadijelaskanoleh Pak mulyadi yang
jugaselaku guru kelas khusus:
Selain itu juga di sini juga ada acara kunjungan kerumah setiap
peserta didik setiap akhir bulan mbk, biasanya diacara ini kami
memberikan arahan kepada setiap wali untuk tidak memanjakan
mereka dan lebih berperan lagi dalam membina anak-anak mereka,
seperti sering menyuruh mereka, membiasakan mereka mandi
sebelum sekolah dan lebih rajin lagi menanyai setiap tugas apa yang
dimiliki anaknya selain itu juga rajin-rajin mengulang pelajaran yang
telah diperoleh anaknya dari sekolahan. Karena waktu yang panjang
untuk anak-anak adalah dirumah daaripada di sekolahan.76
Bentuk komunikasi yang digunakan anak tunagrahita dengan
gurunya yaitu bentuk komunikasi berupa verbal dan nonverbal yang mana
guru harus lebih aktif dari pada peserta didik, karena kondisi peserta didik
yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata.
Kesimpulannya, bentuk komunikasi dalam prosesmeningkatkan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Putra Idhata Glonggong
75
Lihat transkip wawancara 04/W/4-V/2017 pada lampiran skripsi ini. 76
Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
58
Dolopo Madiun antaralain faktor dari metode pengajaran guru yang
dilakukan disesuaikan dengankecerdasan anak, materi yang disampaikan
juga tidak memberatkan anak didiktunagrahita. Serta dibantuoleh orang
tua yang mengingatkananaknyauntukmengulangsetiapmateri yang
telahdisampaikan agar dapatdipraktekkan dirumah.
2. Data Tentang Bentuk Komunikasi Siswa Dengan Guru Di Luar Kelas
Di SLB Putra Idhata
Bentuk komunikasi siswa dengan gurunya diluar kelas untuk anak
tunagrahita sama saja seperti bentuk komunikasi di dalam kelas yaitu tetap
menggunakan bentuk verbal dan noverbal. Seperti yang disampaikan pak
mulyadi, selaku guru kelas khusus sebagai berikut :
Terkait dengan komunikasi yang saya lakukan didalam kelas
maupun diluar sama saja mbk, yang membedakan hanya pada
ketunaan yang dimiliki setiap peserta didik berbeda. Contohnya
saya berkomunikasi dengan siswa tunagrungu maka saya harus
bisa bahasa isyarat atau tebak kata. Namun untuk tunagrahita
sendiri saya berkomunikasinya ya seperti pada siswa pada
umunya.77
Namun yang membeda didalam kelas dengan diluar kelas adalah
terkait dengan cara berkomunikasi guru tersebut dengan siswa ketunaan
apa, kalau untuk tunagrahita itu sendiri seperti pada umumnya yaitu
menggunakan bahasa seperti biasa namun berbeda lagi dengan anak
tunarunggu yaitu menggunakan bahasa isyarat karena peserta didik tidak
77
Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
59
mampu untuk mendengar sehingga anak tunarungu juga akan mengalami
kesulitan dalam berbicara.
Meskipun tunagrahita mampu berbicara dan mendengar apa yang
disampaikan gurunya, tetap saja dia akan kesulitan dalam berkomunikasi
karena kecerdasan yang dimilikinya dibawah rata-rata seperti yang
diungkapakan Ibu Sunarti, S. Pd selaku waka kurikulum sebagai berikut:
Menurut saya ya mbk komunikasi yang dilakukan siswa kelas
khusus itu seperti biasa mbk, karena di dalam kelas khusus itu terdiri
dari anak tunagrahita. Yang mana anak tersebut dapat mendengar
dan berbicara, tapi kecerdesan mereka di bawah rata-rata. Namun
dalam kelas tersebut terdapat beberapa tingkatan kelas contohnya
kelas yang diajar pak mulyadi itu terdiri dari kelas 5 SD dan kelas 3
SD. Selain itu juga dlam kelas tersebut anak-anaknya memiliki
tingkatan yang berbeda-beda, ada tunagrahita ringan, tunagrahita
sedang dan tunagrahita berat. yang mana untuk tunagrahita ringan
masih dapat di didik, tunagrahita sedang dapat dilatih , sedangakan
untuk tunagrahita berat yaitu hanya mampu untuk dirawat.78
Anak tunagrahita itu sendiri adalah anak yang memiliki kecerdasan
berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertaidengan ketidakmampuan
dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalammasa perkembangan.Dalam ini juga
ditegaskan oleh Ibu Muannifah Noor. F, S. Pd. I , selaku guru tunagrahita SMA
di SLB Putra Idhata sebagai berikut:
Bentuk komunikasi yang dilakukan siswa kelas khusus diluar kelas
sepengetahuan saya ya verbal mbk, yaitu mereka berkomunikasi seperti
seperti biasa mengunakan bahasa meskipun kadang apa yang mereka
sampaikan itu sulit untuk dimengerti, selain itu juga mereka dapat
mendengar dan berbicara dengan guru-guru disini mapaun kepada teman
mereka. Dalam hal ini saya juga sering menemukan dari beberapa siswa
tunagrahita itu membuat sebuah komunikasi yang berbeda bahkan di
78
Lihat transkrip wawancara 03/W/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
60
dalam buku ajar tidak ada dan bahasa yang mereka gunakan itu hanya
dapat dipahami oleh sesama siswa saja.79
Hal ini menjelaskan bahwa komunikasi yang digunakan guru dengan
siswa di dalam kelas maupun di luar kelas itu sama yang menbedakan hanya
pada ketunaan yang sedang dialami setiap peserta didik berbeda-beda. Dan
guru harus mapu menyesuaikan berkomunikasi dengan siswa ketuaan apa,
karena setiap ketuaan cara berkomunikasi mereka berbeda-beda.
79
Lihat transkrip wawancara 04/W/4-V/2017pada lampiran skripsi ini
61
BAB V
ANALISIS DATA
A. Analisis Data Tentang Bentuk Komunikasi Siswa Dengan Guru Di Dalam
Kelas Di Slb Putra Idhata
Manusia adalah makhluk sosial yang aktifitas kesehariannya
melakukanhubungan komunikasi, baik itu komunikasi yang lazim digunakan
menurut daerahmasing-masing maupun komunikasi yang sudah mengikuti
aturan-aturan secarailmiah yang sudah dipelajari dibangku perkuliahan.
Komunikasi pada dasarnyaadalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-
lambang (pesan) yangmengandung arti/makna antara komunikator dan
komunikannya, dengan tujuanmewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan.
Agar komunikasi berlangsung efektifdan informasi yang disampaikan oleh
komunikator dapat diterima dan dipahamidengan baik oleh komunikan, maka
seorang komunikator perlu menetapkan bentuk komunikasi yang baik pula.
Sebagaimana deskripsi data pada BAB III, Dapat diketahui bahwa bentuk
komunikasi antara guru dan siswa di dalam kelas. Setelahmelakukanobservasi
dan wawancarapenulismelihatkomunikasi yang digunakanoleh guru
terhadapmuridtunagrahitayaitudengankomunikasi verbal dan non verbal. Yang
mana dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan individual yaitu
62
guru memberikan pembelajaran kepada setiap peserta didik, di karenakan
ketunaan yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda. 80
Hal tersebut sesuai dengan dijelaskan di BAB II bahwa Bentuk
komunikasi di sekolah tersebut menggunakan bentuk komunikasi guru –siswa
yaitu komunikasi sebagai aksi, hanya berlangsung satu arah. Siswa tidak
berperan aktif dan Guru lebih aktif. 81
Khususnya dalampembelajaran PAI, guru
lebih lama dalammenjelaskantentangpemahaman agama islam.
Karenaanakberkebutuhankhususberbedadengananak normal padaumumnya.
Iaharusbanyakmengulangapa yang telahdisampaikanolehgurunya. Guru
jugaharusmenjelaskansecaraperoranganbaikmenggunakankomunikasi verbal
maupun nonverbal.
Meskipun idealnya bentuk komunikasi yang efektif dalam proses
pembelajaran bentuk pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah
antara guru dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu menjadi pihak dominan
yang berperan sebagai pemberi informasi saja tetapi guru juga harus memberikan
stimulus bagi siswa agar tergerak lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru
harus mampu menggugah motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan
makna pembelajaran. 82
karena kondisis peserta didik yang tidak memungkinkan
untuk melakukan komunikasi secara efektif maka bentuk komunikasi yang lebih
80
Lihat transkrip Wawancara 03/W/17-IV/2017pada lampiran skripsi ini. 81
Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Di Sekolah Luar Biasa B (Slb-B)
Frobel Montessori Jakarta Timur,”(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), 24-25.
82Ibid,. 26.
63
digunakan di SLB Putra Idhata adalah menggunakan bentuk komunikasi satu
arah, yang mana guru harus lebih aktif daripada peserta didik meskipun tanpa
feedback dari peserta didik.
Karena apabila guru memaksakan pembelajaran harus dapat berjalan
secara ideal seperti siswa pada umumnya bisa-bisa anak tunagrahita tidak mau
sekolah lagi. Bahkan bisa-bisa mereka dapat melukai diri merek sendiri, kalau
kita tidak pandai mengajak dan berkomunikasi dengan baik pada mereka. Karena
di kelas khusus terdiri dari tunagrahita.83
Selain itu juga komunikasi dengan
anak tunagrahita harus membutuhkan kesabaran yang lebih untuk menghadapi
tingkah laku yang dilakukan.
Selain itu juga anak tunagrahita juga terdapat beberapa tingkatan
kecerdasan yaitu tunagrahita ringan, tunagrhita sedang dan tunagrahita berat
yang mana setiap tingkatan tersebut memiliki karakteristik berbeda-beda
diantaranya:
a. Anak tunagrahita ringan.Kemampuan berfikir anak tunagrahita ringan
(mampu didik) lebih rendahdibandingkan dengan kemampuan berfikir anak
lambat belajar, sehingga merekaselalu mengalami kesulitan dalam
memecahkan suatu masalah, walaupun masalahitu sederhana, perhatian dan
ingatannya lemah.
b. Anak tunagrahita sedang.Kemampuan berfikir anak tunagrahita
sedang(mampu latih) sangat rendahsehingga tidak mampu melihat suatu
83
Lihat transkip wawancara 04/W/4-V/2017 pada lampiran skripsi ini.
64
masalah. Terhadapmasalah yang
sederhanasajamerekaakanmengalamikesulitan.
c. AnaktunagrahitaberatKemampuanberfikiranaktunagrahitaberat (perlurawat)
hampirtidakada.Biarpunsudahberusia 15 tahunanakitutidakdapatberhitung,
tidakdapatmelihatsuatumasalahsehinggasegalasesuatudibiarkandenganacuht
akacuh.
Maka dari itu sifat anak tunagrahita sering tidak menghiraukan keberadaan
orang-orang yang ada di sekelilingnya seperti mereka dipanggil tidak mau
memperhatikan dan tidak mau mendengarkan siapa yang memanggil. Mereka
hanya suka bermain dengan teman-teman mereka sendiri.84
Apa lagi untuk
tunagrahita yang berat, mereka hanya mampu rawat karena sensoriknya
mengalami kelainan.
B. Analisis Data Tentang Bentuk Komunikasi Siswa Dengan Guru Di Luar
Kelas Di Slb Putra Idhata
Komunikasi merupakan sarana penting bagi tenaga pengajar dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran dimana akan membangun
pemahaman peserta didiknya tentang materi yang diajarkan. Komunikasi yang
efektif tentu saja memiliki beberapa alat untuk menyampaikan suatu pesan yang
84
Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
65
ingin disampaikan, tanpa komunkasi suatu pembelajaran tidak dapat berjalan
dengan baik.85
Terkait dengan bentuk komunikasinya siswa dengan gurunya di luar kelas
lebih menekan kepada ketuna yang dimiliki setiap peserta didik karena kelainan
setiap anak berbeda-beda . Bentuk komunikasi di luar kelas yaitu tetap
menggunakan bentuk verbal dan noverbal.86
Selain itu juga komunikasi yang terciptakan di luar kelas di SLB Putra
Idhata adalah adanya feedbackdari peserta didik kepada gurunya. Seperti guru
memanggilnya peserta didik melambaikan tangannya kepada anak tersebut.
Anak-anak akan menanggapi panggilan guru tersebut dengan datang menemui
gurunya tersebut. 87
. Pernyataan tersebut sesuai dengan bentuk komunikasi
berupa Guru-Siswa-Guru yaitu adanya timbal balik atau feedback bagi guru,
komunikasi sebagai interaksi kedua belah pihak. Guru dan siswa sama-sama
aktif.88
Dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus, khususnya anak
tunagrahita guru harus mampu mengenali karakter setiap peserta didik agar ketika
berkomunikasi dengan siswa ada timbal baliknya. Meskipun mereka tidak mau
mengiraukan keberadaan guru, namun mereka mendengarkan apa yang
85Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan”, Kebudayaan Dan Pemikiran
Islam, 1 ( Januari, 2012), 110. 86
Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 87
Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017pada lampiran skripsi ini. 88Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Di Sekolah Luar Biasa B (Slb-B)
Frobel Montessori Jakarta Timur,”(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), 24-25.
66
disampaikan oleh gurunya. 89
Seperti yang diungkapaka Hasibuan bentuk
komunikasi guru yang efektif dalam pembelajaran adalah bentuk pembelajaran
yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa. Artinya, guru
tidak harus selalu menjadi pihak dominan yang berperan sebagai pemberi
informasi saja tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar
tergerak lebih aktif.Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah
motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna pembelajaran. 90
Selain itu juga komunikasi yang dilakukan di luar kelas antara siswa
dengan guru juga membutuhakan suatu media untuk memudahkan berkomuniksi
serti halnya menggunakan bahasa sederhana atau bahasa yang digunakan sehari-
hari agar lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa, serta menggunakan
isyarat atau simbol seperti menggunakan tangan dan jari dalam hal berhitung
atau menunjukkan sesuatu. Seperti menggunakan media
ataualattertentusepertialatperagabuku, pensiluntukmenggambardangambar-
gambar yang disertaidengan kata-kata, hurufdanangka. 91
Hal tersebut juga ditegaskan bahwa dalam menggunakan komunikasi yang
akan dibutuhkan alat-alat komunikasi alternatif dintaranya papan tulis, gambar,
89
Lihat transkrip observasi 03/O/F/3 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 90Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid,. 26. 91
Lihat transkrip observasi 04/O/F/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.
67
simbol-simbol, huruf atau kata yang mudah dipahami. Agar pembelajaran dapat
berjalan dengan efektif. 92
92
David Smith, Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran, Terj. Denis dan
Enrica (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013) 186.
68
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bentuk komunikasi antara guru dan siswa di dalam kelas yaitu
yaitudengankomunikasi verbal dan non verbal. Yang mana dalam proses
pembelajarannya menggunakan pendekatan individual yaitu guru memberikan
pembelajaran kepada setiap peserta didik, di karenakan ketunaan yang
dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda. Bentuk komunikasi di SLB Putra
Idhata menggunakan bentuk komunikasi guru –siswa yaitu komunikasi
sebagai aksi, hanya berlangsung satu arah. Siswa tidak berperan aktif dan
Guru lebih aktif.
2. Bentuk komunikasi antara guru dan siswa di luar kelas yaitu bentuk
komunikasinya siswa dengan gurunya di luar kelas lebih menekan kepada
ketuna yang dimiliki setiap peserta didik karena kelainan setiap anak berbeda-
beda . Bentuk komunikasi di luar kelas yaitu tetap menggunakan bentuk
verbal dan noverbal. Yang mana bentuk komunikasi itu berupa Guru-Siswa-
Guru yaitu adanya timbal balik atau feedback bagi guru, komunikasi sebagai
interaksi kedua belah pihak. Guru dan siswa sama-sama aktif.
B. Saran-saran
1. Kualitas dan tenaga pendidik di SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun
haruslebih ditingkatkan agar kemampuan komunikasi anak didik
69
dalambersosialisasi juga bisa lebih meningkat dari sebelumnya. Hal
tersebutbisa dilakukandengancaramengikutipelatihankomunikasiatau public
speakingbagi guru anakberkebutuhankhusus, danbisadipraktekkan di
kelasbersamamuridtunagrahita.
2. Strategikomunikasi yang digunakanoleh guru di SLB Putra Idhata Glonggong
Dolopo Madiunsudahcukupbagus,
akantetapijikaanaksudahterlihataktifdanmengertiapa yang dipelajarinya di
sekolah, perluditambahdenganmedia yang
lebihcanggihsehinggaanakbekebutuhankhususjugamenerima media
tekonologibaru yang dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki serta
mereka juga mampu mendapatkan Pendidikan Agama Islam dengan penuh
penghayatan untuk anak tunagrahita.