69
1 KOMUNIKASI SISWA DENGAN GURU DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI (Studi Kasus di SLB Putra Idhata Desa Glonggong Dolopo Madiun) SKRIPSI OLEH YAYUK NIM:210313153 FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO 2017

SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

1

KOMUNIKASI SISWA DENGAN GURU DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI

(Studi Kasus di SLB Putra Idhata Desa Glonggong Dolopo Madiun)

SKRIPSI

OLEH

YAYUK

NIM:210313153

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

2017

Page 2: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

2

ABSTRAK

Yayuk. 2017.Komunikasi Siswa Dengan Guru Dalam Meningkatkan Kualitas

Pembelajaran PAI (Studi Kasus di SLB Putra Idhata Desa Glonggong Dolopo

Madiun). Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan

Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr.

Basuki, M.Ag.

Kata kunci: Komunikasi, Anak Berkebutuhan Khusus, PAI

Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal maupun

nonverbal. Yang mana segala perilaku tersebut melibatkan dua orang atau lebih.

Dalam berkomunikasi ada bebarapa elemen atau unsur-unsur yang ada dalam

komunikasi diantaranya komunikator, pesan dan komunikan.Dalam proses

pendidikan pasti membutuhkan sebuah komunikasi untuk menyampaikan materi

pembelajaran yang akan disampaikan.Syarat mutlak berjalannya komunikasi secara

efektif yang diantaranya kondisi komunikan dan komunikator yang memenuhi

kesempurnaan pada reseptornya (indera) menjadi penentu berjalannya komunikasi

yang baik. Namun yang menjadi persoalan bahwa tidak semua individu memiliki

kesempurnaan perkembangan dalam aspek fisik maupun psikisnya. Terlebih untuk

berkebutuhan khusus antara lain anak tungrahita yang kecerdasannya di bawah rata-

rata.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk komunikasi guru dan

siswa dalam pembelajaran PAI di dalam dan di luar kelas di SLB Putra Idhata

Glonggong Dolopo madiun.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus. Dengan teknik

pengumpulan data: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis

datanya mengunakan teknik reduksi data, display, pengambilan kesimpulan atau

verifikasi.

Hasil penelitian ini adalah Bentuk komunikasi antara guru dan siswa di dalam

kelas yaitu yaitu dengankomunikasi verbal dan non verbal. Yang mana dalam proses

pembelajarannya menggunakan pendekatan individual yaitu guru memberikan

pembelajaran kepada setiap peserta didik, di karenakan ketunaan yang dimiliki setiap

peserta didik berbeda-beda. Bentuk komunikasi di SLB Putra Idhata menggunakan

bentuk komunikasi guru –siswa yaitu komunikasi sebagai aksi, hanya berlangsung

satu arah. Siswa tidak berperan aktif dan Guru lebih aktif. Sedangkan bentuk

komunikasi antara guru dan siswa di luar kelas yaitu bentuk komunikasinya siswa

dengan gurunya di luar kelas lebih menekan kepada ketuna yang dimiliki setiap

peserta didik karena kelainan setiap anak berbeda-beda . Bentuk komunikasi di luar

kelas yaitu tetap menggunakan bentuk verbal dan noverbal. Yang mana bentuk

komunikasi itu berupa Guru-Siswa-Guru yaitu adanya timbal balik atau feedback bagi

guru, komunikasi sebagai interaksi kedua belah pihak. Guru dan siswa sama-sama

aktif.

Page 3: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hak setiap anak, tanpa terkecuali satu pun.

Sebagaimana dalam Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 No. 20 pasal 5

ayat 1 menjelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

pendidikan yang bermutu dan ayat 2 menjelaskan bahwa setiap warga negara

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, berhak

mendapatkan pendidikan khusus.1 Berdasarkan Undang-Undang tersebut pada

hakekatnya tidak ada perbedaan dalam mendapatkan pendidikan baik itu yang

normal maupun anak yang berkebutuhan khusus.

Semua warga berhak mendapatkan pendidikan lebih khususnya bagi

mereka yang berkebutuhan khusus seperti dalam UU No. 4 tahun 1997

tentang penyandang cacatdalam pasal 5 menjelaskan bahwa setiap

penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala

aspek kehidupan dan penghidupan. Ditambah juga dalam pasal 6 yaitu setiap

penyandang berhak memperoleh pendidikan pada satuan, jenis, jenjang

pendidikan.

1Direktorat Jendral Pendidikan Departemen Agama RI, Undang-Undang Dan Peraturan

RI Untuk Pendidikan ( Jakarta: Departemen Agama RI, 2006), 10.

Page 4: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

4

Pada hakikatnya anak berkebutuhan khusus yaitu sebagian anak yang

mengalami gangguan yang tidak akan pernah berhasil sekolah sebagaimana

anak-anak pada umumnya. Dapat juga dijelaskan bahwa anak berkebutuhan

khusus yaitu anak yang mengalami gangguan fisik, mental, integensi dan

emosi sehingga membutuhkan pembelajaran yang khusus. 2

Anak-anak yang demikian harus memperoleh perhatian yang lebih bila

dibandingankan dengan anak normal pada umunya. Sehingga dengan adanya

perhatian yang khusus bagi anak-anak yang memiliki kelainan, diharapkan

anak tersebut dapat mandiri dan bermanfaat bagi orang lain yang ada

disekelilingnya.

Dalam proses pendidikan pasti membutuhkan sebuah komunikasi

untuk menyampaikan materi pembelajaran yang akan disampaikan.

Komunikasi itu sendiri adalah pernyataan yang dilakukan manusia dalam

kata-kata tertulis ataupun lisan, yang dapat dilakukan juga dengan isyarat-

isyarat atau simbol-simbol.3

Komunikasi juga dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus dalam

menyampaikan keinganannya, namun dengan cara yang berbeda dari anak-

anak pada umumnya. Dalam seminar Hari Disabilitas Nasional dijelaskan

bahwa banyak anak-anak ABK tumbuh dalam perasaan negatif, seperti

2Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus( Bandung: Yrama Widya,

2012), 1. 3Mukhlison Effendi, Komunikasi Orang Tua Dengan Anak( Ponorogo: Stain Po Press,

2012), 8.

Page 5: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

5

pemarah, minder, mudah tersinggung karena kurangnya komunikasi, kata rini

yang menjadi pemateri seminar komunikasi untuk ABK di kota Malang.4

Maka dari itu komunikasi sangat berperan penting dalam pemahaman

pembelajaran mereka. Komunikasi merupakan komponen terpenting bagi

setiap individu untuk melangsungkan kehidupan mereka. Urgensi komunikasi

bersifat menyeluruh melingkupi kebutuhan semua individu yang dapat

teridentifikasi dari beragam cara mereka dalam melakukan interaksi. Ketika

kemampuan komunikasi tidak dapat dimiliki individu maka akan menghambat

dirinya untuk survive terlebih untuk melakukan adaptasi diri dengan

lingkungan.

Syarat mutlak berjalannya komunikasi secara efektif yang diantaranya

kondisi komunikan dan komunikator yang memenuhi kesempurnaan pada

reseptornya (indera) menjadi penentu berjalannya komunikasi yang baik.

Namun yang menjadi persoalan bahwa tidak semua individu memiliki

kesempurnaan perkembangan dalam aspek fisik maupun psikisnya. Pada

anak-anak yang memiliki keterbatasan kemampuan komunikasi yang

disebabkan hambatan perkembangan psikis maupun fisik tentu menyebabkan

perbedaan gaya komunikasi bagi mereka sehingga mengakibatkan salah

pemahaman dan tujuan yang ingin disampaikan.

4http://com. peran-komunikasi-orang-tua-dan-anak-berkebutuhan –khusus –sangat-penting

(diakses tanggal 27 desember 2017)

Page 6: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

6

Dalam kehidupan di sekitar kita, tentu tidak jarang kita menjumpai

anak yang mengalami hambatan dalam komunikasi baik yang di derita sejak

lahir maupun yang terjadi di dalam perjalanan aspek perkembangannya.

Dalam interaksi mereka, walaupun pengucapan bahasa ABK seringkali tidak

terlalu jelas bagi kebanyakan orang, namun karena interaksi yang intens,

teman-teman sekelasnya secara perlahan akan mengerti.5

Interaksi bisa dilakukan dengan gerakan tangan, tatap mata, gerak-

gerik dan tautan hati. Komunikasi dua arah antara ABK dengan anak normal

bukan hanya menjadikan ABK sebagai obyek. Artinya, transfer informasi

dapat terjadi dua arah, bisa dari anak normal ke ABK dan sebaliknya.

Tidak semua anak berkebutuhan khusus memiliki karakter hambatan

yang sama dalam aspek perkembangan mereka. Contohnya pada anak

tunagarhita karena kecerdasaan yang kurang bahkan dibawah rata-rata yang

dimilikinya maka akan mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan

orang lain.6Keberagaman varian yang terjadi dalam hambatan atau gangguan

pada perkembangan komunikasi mereka inilah yang harus kita fahami guna

menjadi pijakan bagi orang tua, guru maupun kita yang hidup di sekitar

mereka memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk komunikasi seperti

apa yang dapat kita presentasikan untuk memenuhi kebutuhan mereka dalam

5Fatma Laili Khoirun Nida, “Komunikasi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus”, Jurnal

Pendidikan Khusus , 2 (Juli – Desember, 2013), 164-165. 6Aliyah Nur'ainiHanun, “KomunikasiAntarpribadiTunagrahita”, Jurnal Komunikasi, Vol.

16 No.2(Desember 2013), 138

Page 7: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

7

berinteraksi dengan mereka sehingga mereka memperoleh kesempatan dan

perlakukan yang layak dari lingkungan mereka sebagaimana yang di terima

oleh individu yang normal. 7

Dalam hasil pengamatan yang saya lakukan di SLB Dolopo Madiun

ditemukan bahwa komunikasi yang dilakukan peserta didik dengan guru

kadang terjadi kesalahpahaman makna atau arti. Sehingga dalam proses

pembelajaran mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran.

Seperti halnya ditemukan ada beberapa anak di SLB yang tidak paham apa

yang telah disampaikan oleh gurunya, sehingga mereka bicara sendiri dan

tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya.

Selain itu juga ditemukan ada guru yang mengajar tidak sesuai dengan

jurusan yang dia ampu, yaitu guru tersebut tidak memahami bagaimana cara

berkomunikasi dengan anak tunagrahita, sedangkan guru tersebut hanya

memahami siswa yang dapat diajak berkomunikasi manual tanpa

menggunakan isyarat tangan.

Berdasarkan temuan teori diatas dan hasil pengamatan yang dilakukan

peneliti, peneliti tertarik untuk meneliti komunikasi guru dan siswa khususnya

dalam pembelajaran PAI. Penulis memilih lokasi di SLB Putra Idhata

Gelonggong Dolopo Madiun dengan alasan di sekolahan ini terdapat banyak

anak ABK dengan berbagai kelainan. Yang mana dalam sekolah ini juga

7Fatma Laili Khoirun Nida, “Komunikasi Bagi Anak,166.

Page 8: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

8

terdapat satu kelas khusus yang menambung anak dalam berbagai kelain,

diantaranya terdapat anak autis, tunarugu, tunagrahita dan tunanetra.

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk menganalisis terkait dengan

bagaimana komunikasi yang digunakan oleh guru dengan anak berkebutuhan

khusus dalam proses pembelajaran PAI tepatnya di kelas khusus di SLB

Dolopo Madiun. Sehingga dalam penelitian ini berjudul ”Komunikasi Siswa

Dengan Guru Dalam Pembelajaran PAI di SLB Putra Idhata Glonggong

Dolopo Madiun “ .

B. FOKUS PENELITIAN

Sehubung dengan terbatasnya waktu, biaya, dan jangkauan peneliti.

Maka peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti dengan

memfokuskan penelitian ini pada masalah komunikasi yang digunakan guru

dan siswa khususnys pada siswa tunagrahita dalam pembelajaran PAI di SLB

Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran PAI di

dalam kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo madiun?

2. Bagaimana bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran PAI

di luar kelas SLB Putra Idhata Glonggong Madiun?

Page 9: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

9

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan maka tujuan penelitian

yang ingin dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran

PAI di dalam kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo madiun.

2. Untuk mengetahui bentuk komunikasi guru dan siswa dalam pembelajaran

PAI di luar kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo madiun.

E. MANFAAT PENELITIAN

Sesuai dengan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian yang

diharapakan memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini akan bermanfaat sebagai kontribusi bagi khasanah

ilmiah dalam bidang pendidikan.

b. Untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai bahan informasi serta

acuan bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut.

2. Secara Praktis

a. Bagi Ketua SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun, dengan

penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi

SLB Putra Idhata Dolopo Madiun dalam memecahkan masalah yang

dihadapi di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun dan juga digunakan

sebagai dasar dalam upaya pengembangan di lembaga pendidikan.

Page 10: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

10

b. Bagi tenaga pendidik, dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan masukan dan referensi dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran PAI di SLBPutra IdhataGlonggong Dolopo Madiun.

c. Bagi peserta didik, dengan penelitian ini diharapkan dapat memotivasi

peserta didik agar selalu berusaha meningkatkan komunikasinya

dengan guru dalam pembelajaran PAI.

d. Bagi peneliti, dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman yang lebih matang dalam bidang

pendidikan dan penelitian dan juga sebagai sumbangan untuk

memperkaya ilmu pengetahuan.

F. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan susunan yang sistematis dan mudah difahami oleh

pembaca, maka dalam penyusunan penulisan skripsi ini sengaja penulis

membagi menjadi lima bab, antara bab satu dengan bab yang lain saling

mengait, sehingga merupakan satu kebulatan yang tidak bisa dipisahkan.

Yang dimaksud kebulatan disini adalah masing-masing bab dan sub bab

masih mengarah kepada satu pembahasan yang sesuai dengan judul skripsi

ini, dalam artian tidak mengalami penyimpangan dari apa yang dimaksud

dalam masalah tersebut. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai

berikut:

Bab pertama, yaitu pendahuluan yang mana dalam bab ini berfungsi

sebagai gambaran umum untuk memberi pola pemikiran bagi keseluruhan

Page 11: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

11

skripsi, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika

pembahasan.

Bab kedua, yaitu berisi tentang kajian teori, yang membahas tentang

pengertian komunikasi, bentuk komunikasi siswa dan guru serta bentuk

komunikasi ABK, dan telaah hasil penelitian terdahulu.

Bab ketiga, dalam bab ini memaparkan tentang

metode penelitian yang digunakan meliputi: pendekatan dan jenis penelitian,

kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan

data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahapan-tahapan

penelitian

Bab keempat,dalam bab ini memaparkan tentang paparan data, yang

berisi tentang hasil penelitian di lapangan yang terdiri atas gambaran umum

lokasi penelitian dan diskripsi data. Serta gambaran umum lokasi penelitian

berbicara tentang SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun yang

meliputi sejarah berdiri, visi dan misi, letak geografis. Sedangkan deskripsi

data khusus meliputi cara komunikasi yang digunakana di SLB Putra Idhata

Glonggong Dolopo Madiun.

Bab kelima, yaitu Pembahasan, dalam bab ini berisi tentang

pembahasan hasil penelitian yang meliputi temuan-temuan dari hasil

penelitian dan analisis dari hasil penelitian yang telah dilakukan, yang

berkaitan dengan cara komunikasi yang digunakan guru dan siswa baik di

Page 12: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

12

dalam kelas maupun di luar kelas SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo

Madiun.

Bab keenam, Penutup. Bab ini merupakan bab terakhir dari skripsi

yang penulis susun, didalamnya menguraikan tentang kesimpulan sebagai

jawaban dari pokok permasalahan dan saran-saran yang terkait dengan hasil

penelitian, dan sebagai pelengkap penulisan skripsi ini, penulis melampirkan

daftar kepustakaan, daftar riwayat hidup dan lampiran-lampiran.

Page 13: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

13

BAB II

KAJIAN TEORI DAN TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU

A. Kajian Teori

1. Pengertian komunikasi

Komunikasi berasal dari perkataan communicare dari bahasa latin

yang artinya berpartisipasi atau memberitahukan. Komunikasi pada

umumnya diartikan sebagai alat tukar menukar pendapat. Atau juga dapat

diartikan hubungan kontak antara manusia baik secara individu maupun

secara kelompok.8

Sedangkan menurut John R Schemerhorn “ komunikasi dapat

diartikan sebagai poses antar pribadi dalam mengirim dan menerima simbol-

simbol yang berarti bagi kepentingan mereka. 9 Selain itu juga komunikasi

dapat diartikan pernyataan manusia yang dilakukan dengan kata-kata tertulis

ataupun lisan, itu juga dapat dengan isyarat-isyarat atau simbol-simbol.

Dalam hal ini simbol yang digunakan dalam berkomunikasi biasanya sudah

disepakati bersama dalam skala kecil atau pun dalam skala besar. Selain itu

juga simbol yang telah digunakan bersifat dinamis dan unik. 10

8Mukhlison Effendi, Komunikasi Orang Tua Dengan Anak, 6.

9Ibid., 6-7.

10Muhammad Mufid, Etika Filsafat Komunikasi(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,

2012) 73.

Page 14: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

14

Komunikasi adalah proses berbagai makna melalui perilaku verbal

maupun nonverbal. Yang mana segala perilaku tersebut melibatkan dua

orang atau lebih. 11

Dalam berkomunikasi ada bebarapa elemen atau unsur-

unsur yang ada dalam komunikasi diantaranya komunikator, pesan dan

komunikan.12

Adapun karakteristik dalam berkomunikasi diantaranya:13

a. Komunikasi suatu proses, komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa

komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi

secara berurutan serta berkaitan antar satu dengan yang lain dalam kurun

waktu tertentu.

b. Komunikasi sebagai upaya yang disengaja serta memilki tujuan,

komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja

serta dilakukan sesuai dengan tujuan yang ingin disampaikan pelaku.

c. Komunikasi meruapakan suatu partisipasi dan kerja sama dari pelaku

yang terlibat, kegiatan komunikasi akan berlangsung dengan baik apabila

kedua belah pihak sama-sama memilki perhatian yang sama terhadap

pesan yang disampaikan.

d. Komunikasi bersifat simbolis, pada dasarnya komunikasi merupakn

tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang.

11

Deddy Mulyana, Komunikasi Efektif (Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2008) 3. 12

Muhammad Mufid, Etika Filsafat Komunikasi,. 98. 13

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik (Jakarta: Graha Ilmu, 2009), 33-34.

Page 15: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

15

e. Komunikasi bersifat transaksional, yang mana dalam berkomunikasi

melibatkan dua tindakan yaitu penerima dan yang memberi pesan.

f. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu, maksudnya komunikasi

yang dilakukan tidak harus dalam waktu dan tempat yang sama.

Komunikasi dapat dilakukan di mana saja, contohnya dilakukan dengan

menggunakan alat komunikasi seperti telepon, komputer dan alat media

yang lainnya.

Komunikasi itu sendiri memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu

perubahan sikap, adanya perubahan perilaku dan cara seseorang dalam

bersosial dengan lingkungannya.14

Selain itu juga komunikasi adalah proses pertukaran informasi dalam

menyampaikan informasi dan pikiran seseorang. Dimana bahasa sebagai alat

untuk memudahkan pesan disampaikan dan dipahami. Bentuk bahasa dapat

berupa isyarat, gesture, tulisan, gambar dan wicara. 15

2. Bentuk Dasar Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana penting bagi tenaga pengajar dalam

menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran dimana akan

membangun pemahaman peserta didiknya tentang materi yang diajarkan.

Komunikasi yang efektif tentu saja memiliki beberapa alat untuk

14

Ibid,. 46. 15

Joko Yuwono, Memahami Anak Autistik Kajian Teoritik dan Empirik (Bandung:

Alfabeta, 2009), 59.

Page 16: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

16

menyampaikan suatu pesan yang ingin disampaikan, tanpa komunkasi suatu

pembelajaran tidak dapat berjalan dengan baik.16

Dalam komunikasi terdapat dua macam bentuk yaitu komunikasi

verbal dan komunikasi non verbal.17

a. Komunikasi verbal

Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan

dengan menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik lisan maupun

tulisan.18

Komunikasi ini hanya dapat dilakukan oleh manusia. Oleh

sebab itu, guru harus mampu menguasai dengan baik cara melakukan

komunikasi verbal agar tidak terjadi hambatan dalam proses

pembelajaran diantaranya ketika berkomunikasi dengan siswa dalam

belajar dan pembelajaran.

Dalam berkomunikasi verbal, informasi yang disampaikan berupa

perkataan yang dikuti dengan tekanan suara tinggi rendahnya dan lemah

lembutnya suara, keras tidaknya suara dan adanya perubahan nada suara

yang disampaikan.

Adapun komunikasi verbal mempunya karakteristik diantaranya:19

1) Jelas dan ringkas

2) Pembendaharaan kata mudah dipahami

16

Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan”, Kebudayaan Dan Pemikiran

Islam, 1 ( Januari, 2012), 110. 17

Marhaeni Fajar, Ilmu Komunikasi Teori & Praktik ,.51 18

Edi Harapan dan Syarwani Ahmad, Komunikasi Antarpribadi Perilaku Insani dalam

Organisasi Pendidikan (Jakarta: Raja Granfinda Persada, 2014), 26. 19Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan.,112.

Page 17: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

17

3) Mempunyai arti denotatif dan konotatif

4) Intonasi mampu mempengaruhi isi pesan

5) Kecepatan bicara yang memilki tempo dan jeda yang tepat

6) Disertai unsur humor

b. Komunikasi non verbal

Secara harfiah komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa

bahasa atau komunikasi tanpa kata, maka tanda nonverbal berati tanda

minus bahasa atau minus tanda kata. Jadi dapat dikatakan bahwa

komunikasi nonverbal dapat diartikan semua tanda yang bukan kata-

kata.20

Sedangkan menurut Blake dan Haroldsen mengemukakan bahwa

komuniksi nonverbal adalah penyampaian dari pesan yang meliputi

ketidak hadiran simbol-simbol atau perwujudan suara. Termasuk dalam

komunikasi nonverbal adalah kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh,

kedekatan jarak, suara yang bukan kata atau peribahasa, sentuhan dan

cara berpakaian.

Bentuk komunikasi nonverbal dapat juga dikatakan sebagi bentuk

komunikasi yang bukan kata-kata. Bentuk komunikasi ini murni sebagai

bentuk komunikasi nonverbal. Artinya, bentuk komunikasi ini tanpa

diikuti atau disertai tuturan verbal. Komunikasi nonverbal terbagi

menjadi dua jenis, yaitu komunikasi isyarat dan komunikasi tindakan.

20

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), 122.

Page 18: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

18

Dengan kata lain, bentuk dari komunikasi nonverbal tersebut yaitu

berupa isyarat dan tindakan. 21

Komunikasi nonverbal biasanya mampu menyesuaikan pesan atau

informasi yang tidak dapt diucapkan secara lisan atau tulisan. Bahasa

nonverbal dapat dilihat melalui ekspresi wajah, gerak tubuh (gesture,

postur , atau kontak mata. 22

a. Kontak mata, kontak mata dalam berkomunikasi juga dapat diartikan

sebagi bentuk perhatian. Karena kontak mata mengandung banyak

arti. Kontak mata dapat mengungkapkan berbagai macam perasaan

yang sedang dialami, seperti marah, senang, cinta, atau benci.

Contohnya seorang guru sedang marah terhadap muridnya karena

melakukan kesalahan, meskipun tidak mengucapkan kata-kata, anak

akan langsung mengetahui melalui tatapan gurunya yang sedang

melotot. Selain itu juga kontak mata dapat berarti bahwa seseorang

sedang menyembunyikan perasaan sesungguhnya yang sedang

dialami. Bisa jadi orang yang tidak mau kontak mata secara langsung

karena orang tersebut sedang berbohong.

b. Ekspresi wajah, wajah merupakan alat komunikasi yang paling kuat.

Pesan noverbal yang disampaikan melalui wajah dapat terlihat pada

alis , mata, mulut, dahi, kepala, dan otot pipi atau rahang. Contohnya

21Siti Robiah, “Pola Komunikasi Guru Dengan Siswa Autis Kelas Iv Sekolah Dasar Di

Sekolah Autisme Laboratorium Universitas Negeri Malang, “(2012), 4. 22

Helmawati, Pendidikan Keluarga (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 144-146.

Page 19: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

19

ketika anak tersebut merasa senang, maka anak tersebut akan

tersenyum lebar sambil menganguk-angukan kepalanya.

c. Nada suara, nada suara atau intonasi dapat menunjukan perasaan

seseorang, seperti bahagia, sedih, ragu, dan kecewa. Selain itu juga

nada suara keras atau kecil itu menandakan komunikasi yang

dilakukan dalam keadaan rahasia ataupun dalam kedaan emosi atau

marah.

d. Gerak tubuh, gerak tangan atau gerak tubuh lainnya saat

berkomunikasi ternyata memberikan penguatan terhadap pesan atau

informasi yang disampaikan. Gerakan tangan yang menunjukan pesan

bagus seperti mengajukan jempol atau ibu jari.

e. Postur, postur dapat menunjukan pesan tertentu. Seperti ingin

menyampaikan sesuatu guru harus mampu menyesuaikan posturnya

dengan peserta didik. Contohnya guru memposisikan tubuhnya

dengan siswa yang diajak berkomunikasi sejajar akan lebih

diperhatikan daripada guru yang hanya berdiri terus tanpa melihat

kondisi peserta didiknya.

3. Bentuk Komunikasi Guru Dan Siswa

Komunikasi merupakan peristiwa sosial yaitu peristiwa yang

terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain. Hovland,

Janis, dan Kelly dalam Jalaluddin mendefinisikan komunikasi sebagai

“the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli

Page 20: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

20

(ussualy verbal) to modify the behavior of other individuals (the

audience)”. Komunikasi yang dilakukan melalui lambang verbal(kata-

kata) hendaknya memberikan stimulus kepada audiens dalam interaksi

yang dilakukannya. Bila individu-individu berinteraksi dan aling

mempengaruhi, maka terjadilah: 1) proses belajar yang meliputi aspek

kognitif (berpikir) dan afektif (merasa), 2) proses penyampaian dan

penerimaan lambang-lambang atau berkomunikasi, dan 3) mekanisme

penyesuaian diri seperti sosialisasi, bermain peran, identifiasi, proyeksi,

agresi dan lain-lain.23

Proses pembelajaran di kelas merupakan suatu interaksi antara guru

dengan siswa dan suatu komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam

suasana edukatif untuk pencapaian tujuan belajar. Dalam proses

pembelajaran ini, kedua komponen tersebut yaitu interaksi dan

komunikasi harus saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat

tercapai secara optimal. Menurut Husain Usman bentuk-bentuk

komunikasi di kelas antara guru (G) dan siswa (S) dapat berlangsung

sebagai berikut:24

23

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi (Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), 3. 24Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Di Sekolah Luar Biasa B (Slb-B)

Frobel Montessori Jakarta Timur,”(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), 24-25.

Page 21: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

21

a. Bentuk Guru – Siswa

G (komunikasi sebagai aksi, hanya berlangsung

satu arah. Siswa tidak berperan aktif dan Guru

lebih aktif)

S S S

b. Bentuk Guru- Siswa- Guru

G (Adanya timbal balik atau feedback bagi guru,

komunikasi sebagai interaksi kedua belah pihak.

Guru dan siswa sama-sama aktif.

S S S

c. Bentuk Guru- Siswa- Siswa- Guru

G (Komunikasi multi arah dengan interaksi yang

optimal)

S S S

S S S

d. Bentuk Guru- Siswa- Siswa- Guru, Siswa– Siswa

G (komunikasi multi arah, kelas lebih hidup.

Semua terlibat dalam menciptakan suasana

belajar yang memotivasi)

S S

S S

Page 22: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

22

e. Bentuk melingkar

G (setiap siswa mendapatkan giliran

mengemukakan sambutan, diperkenalkan

mengemukakan pendapat 2 kali apabila siswa

lain belum mendapatkan giliran)

S S

S S

S

Situasi dalam pembelajaran terjadi dalam beberapa pola

komunikasi diatas. Adanya berbagai bentuk atau pola ini dapat

mengembangkan potensi siswa tetapi pemilihan jenis komunikasi yang

akan digunakan guru sangat bergantung pada kondisi siswa di kelas serta

kebutuhan pembelajaran. Bisa juga guru memadukan bentuk-bentuk yang

sekiranya sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Misalnya: pada tahap

apersepsi guru cenderung mengunakan bentuk kedua. Setelah dirasa

pembelajaran membosankan, beralih pada bentuk keempat atau yang lain.

Komunikasi merupakan sarana terpenting bagi guru dalam

menyelenggarakan proses pembelajaran diman guru akan membangun

pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan. Sebab dengan

komunikasi yang intesif, guru dapat mengetahui kondisi psikologi peserta

Page 23: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

23

didik dan tingkat perkembangan emosional siswa. Selain itu juga guru

juga dapat mengetahui secara akurat tingak kesulitan yang dialami

siswa.25

Menurut Hasibuan bentuk komunikasi guru yang efektif dalam

pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang di dalamnya terjadi

interaksi dua arah antara guru dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu

menjadi pihak dominan yang berperan sebagai pemberi informasi saja

tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar tergerak

lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah

motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna

pembelajaran. 26

Siswa akan menjadi lebih aktif ketika mereka memiliki rasa

kebersamaan dikelas tersebut. Rasa kebersamaan ini dapat dibina dari

komunikasi yang dilakukan guru ataupun siswa yang lain agar dirinya

merasa di terima. Perasaan diterima inilah sebagai salah satu komponen

yang dapat menumbuhkembangkan siswa. Ketika seseorang diterima,

dihormati, dan disenangi orang lain dengan segala kekurangan yang

dimilkinya, maka mereka akan merasa nyaman berada dalam kelas

tersebut dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Salah

satu komunikasi yang dapat dilakukan guru dengan siswa yaitu

25Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan., 116-117. 26

Ibid,. 26.

Page 24: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

24

mengkomunikasikan akan penting dan manfaat apa yang diperoleh dari

pelajaran yang sedang berlangsung. Dalam hala komunikasi yang

dilakukan oleh guru akan menimbulkan inspirasi baru bagi siswanya dan

lebih meningkatkan perhatian siswa pada materi yang disampaikan.

Komunikasi efektif ditandai dengan hubungan interpersonal yang

baik. Setiapa kali guru melakukan komunikasi, sebenarnya bukan hanya

sekedar menyampaikan isi pesan tetapi juga membangun sebuah

hubungan interpersonal. Menurut Jalaluddin, komunikasi yang efektif

ditandai dengan adanya pengertian, dapat menimbulkan kesenangan,

mempengaruhi sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada

akhirnya menimbulkan suatu tindakan. 27

Jadi, komunikasi yang dilakukan guru di kelas dapat

menumbuhkembangkan siswa jika komunikasi tersebut dilakukan secara

efektif dan menyenangkan, dengan memperhatikan unsur-unsur yang ada

diantaranya: terbentuknya pengertian yang cermat, terciptanya

kesenangan, mempengaruhi sikap, terciptanya hubungan interpersonal

yang amkin baik, dan terbentuknya tindakan positif pada siswa. Dengan

beberapa unsur tersebut, maka guru dapat menumbuhkaembangkan siswa

dengan baik, menumbuhkan motivasi belajar, penerimaan diri dan

prestasi yang lebih baik.

27

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, 13

Page 25: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

25

4. Bentuk Komunikasi Guru Dan Anak Tunagrahita

Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat diartikan sebagai anak

yang lambat atau mengalami gangguan yang tidak akan pernah berhasil

di sekolah sebagaimana anak normal pada umumnya. ABK juga dapat

diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental,

inteligensi dan emosi sehingga membutuhkan pembelajaran secara

khusus. 28

Untuk ABK memerlukan perhatian yang khusus, baik itu dalam

bentuk perhatian kasih sayang, pendidikan maupun dalam berinteraksi

sosial. Dengan demikian, ia akan dapat mengembangkan potensi yang

dimilkinya secara optimal.

Pada mulanya ABK adalah anak yang dianggap cacat, baik cacat

fisik maupun mental, termasuk anak yang mengalami cacat sejak kecil.

Kemudian perkembangan ABK semakin pesat menjadikan ABK

memiliki karakter tersendiri dari anak normal pada umunya. Karakter

tersebut meliputi bakat, keterampilan dan potensi yang dimiilikinya,

meskipun dalam prosesnya mengalami kesulitan karena gangguan yang

dialaminya.

28

Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus, 1.

Page 26: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

26

Klasifikasipendidikanbagianakberkelainanadalahsebagaiberikut:29

a. SLB A untukkelompokanaktunanetra.

b. SLB B untukkelompokanaktunarungu.

c. SLB C untukkelompokanaktunagrahita.

d. SLB D untukkelompokanaktunadaksa.

e. SLB E untukkelompokanaktunalaras

f. SLB F untukkelompokanakdengankemampuandiatas rata-rata

g. SLB G untukkelompokanaktunaganda

Peserta didik yang menggalami gangguan fisik atau ABK akan

mengalami kesulitan dalam mengatasi model-model komunikasi verbal,

ataupun komunikasi non verbal yang akan digunakan. Untuk

menggunakan komunikasi yang akan digunakan dibutuhkan alat-alat

komunikasi alternatif dintaranya papan tulis, gambar, simbol-simbol,

huruf atau kata yang mudah dipahami. Dalam komunikasi untuk ABK

dibutuhkan kerjasama dengan para ahli terapi, psikologi, dokter dan

pendidik lainnya dalam menentukan model-model komunikasi yang baik

dalam proses pembelajaran yang paling efektif bagi siswa. 30

Terkait dengan bentuk komunikasi yang efektif dalam proses

pengiriman atau penerimaan pesan yang dapat dipahami ABK tidak beda

29Rizqi Nurul Ilmi,” Strategi Komunikasi Guru Dalam Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan

Agama Pada Anak Penyandang Tunagrahita Di Slb-C Tunas Kasih I Kabupaten Bogor, “(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013), 40.

30David Smith, Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran, Terj. Denis dan

Enrica (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013), 186.

Page 27: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

27

jauh dengan bentuk komunikasi yang digunakan pada siswa normal

umumnya diantaranya:Bentuk komunikasi yang dapat digunakan untuk

mengembangkan interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar

yaitu, pertama, komunikasi sebagai aksii (komunikasi satu arah), dimana

komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa pasif.

Kedua, komunikasisebagaiinteraksi (komunikasiduaarah) yang artinya,

guru dansiswadapatberperansamayaitupemberiaksidanpenerimaaksi. Dan

yang ketiga, komuniksisebagaitransaksi (komunikasibanyakarah),

ataukomunikasi yang tidakhanyamelibatkaninteraksi yang

dinamisantarasiswadengansiswa. Sehinggadengan proses

belajarmengajardenganpolakomunikasiinimengarahpada proses

pembelajaran yang mengembangkankegiatansiswa yang optimal,

sehinggamenumbuhkansiswabelajaraktif.31

Bentuk komunikasi tersebut sangatdiperlukanseorang guru

dalammembangunkomunikasisertainteraksi yang baikdengansiswadalam

proses belajar. Begitujugabagi para guru yang

mengajarataumendidikanak-anak yang

mengalamiketerbelakanganfisikdan mental. Karenatidaksemua orang di

duniainimemilikifisikdan mental yang normal.

31Rachel Sondakh, Dkk,” Pola Komunikasi Guru Dalam Proses Belajar Anak Down

Sindrom Di Yayasan Pendidikan Anak Cacat Malalayang,” Volume VI. No. 1 (2017), 3

Page 28: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

28

Terlebih lagi untuk anak tunagrahitaadalahmereka yang

masihdapatmembaca,

menulisdanberhitungsederhanadenganbantuandaripendidikseperti guru.

Denganusaha yang lebihdibandingkandengananak lain seusianya.

Karenamerekamembutuhkanberkali-kali pengulangan agar

dapatmengingatapa yang telahdiajarkandalamwaktu yang cukup lama.

Dari hasil penelitian Rachel Sondakh menyatakan bahwa kegiatan

yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kemampuan berbahasa

siswa tunagrahita diantaranya membaca kata-kata sederhana, berusaha

menulis abjad dasar dengan menulis ulang kata lebih dari satu kali, dan

mengenal abjad dengan baik. Sehingga pelajaran yang paling utama yang

diberikan guru kepada siswa tunagrahita ialah membaca dan menulis

walaupun secara umum mata pelajaran yang diajarkan sama seperti

sekolah biasa.32

Kemudian, pendekatan yang dilakukan guru

dengsiswaialahpendekatan yang dapatdikatatankomunikasiantarpribadi.

Komunikasiinidianggapberhasiloleh para guru dalam proses belajar.

Dengankomunikasiantarpribadiini guru

lebihmudamengetahuikekurangandankelemahandarisiswatunagrahita

sehinggamateriataupelajaran yang diberikan,

dapatdisesuaikandengankebutuhansiswa. Dalam proses

32

Ibid.,12

Page 29: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

29

komunikasiantarpribadiakanterjadiinteraksiantarapemberipesandanpeneri

ma, karena cirri khaskomunikasiiniadalahsifatnya yang

duaarahatautimbalbalik.

Sedangkan Metodepengajaran yang digunakan guru dalam proses

belajariyalahpengajaransecara individual. Hal

tersebutdikarenakanketerbatasan yang

dimilikisiswasehinggaapabilamateri yang

diberikansecarakeseluruhanmakamateri yang

diberikansulituntukditerimaolehsiswa.

Seperti yang dikemukakan George Herbert Mead jika dikaitkan

denganpenelitianini, komunikasi yang digunakan guru dalam proses

belajaradaduayaitukomunikasisecaralangsungdantidaklangsung. Yang

merupakan proses komunikasisecaralangsung, artinyapelajaran yang

disampaikanoleh guru secaralangsungdandijelaskansecaratatapmuka

(face to face) denganmurid. Dengan menggunakan bahasa sederhana atau

bahasa yang digunakan sehari-hari agar lebih mudah dimengerti dan

dipahami oleh siswa, serta menggunakan isyarat atau simbol seperti

menggunakan tangan dan jari dalam hal berhitung atau menunjukkan

sesuatu. Dan komunikasi secara tidak langsung. Yaitu, guru menjelaskan

kepada murid secara perorangan menggunakan media atau alat tertentu

Page 30: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

30

seperti alat peraga buku, pensil untuk menggambar dan gambar-gambar

yang disertai dengan kata-kata, huruf dan angka. 33

Khususnya untuk anak tunagrahita adalah suatu kondisi anak yang

kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan

inteligensi dan tidakcakapan terhadap komunkasi sosial. Anak

tunagrahita juga sering dikenal dengan istilah terbelakangan mental

dikarenakan keterbatasan kecerdasan. Akibatnya anak tunagrahita sukar

untuk mengikuti pendidikan di sekolah luar biasa. 34

Ciri-cirirohaniah/mental/intelektualanaktunagrahita:35

a. Anak tunagrahita ringan.Kemampuan berfikir anak tunagrahita ringan

(mampu didik) lebih rendahdibandingkan dengan kemampuan

berfikir anak lambat belajar, sehingga merekaselalu mengalami

kesulitan dalam memecahkan suatu masalah, walaupun masalahitu

sederhana, perhatian dan ingatannya lemah.

Merekatidakdapatmemperhatikansesuatuhaldenganseriusdan lama,

sebentarsajaperhatiannyaakanberpindahkepadasoal lain.

Apalagidalamhalmemperhatikanpelajaranmerekalekasjemu.

Padaumumnyamerekamampumengingatperistiwa 3 bulanyang lalu,

merekahanyamampumengingatkuranglebih 10%

daribahanbacaanyang telahdibacasebanyakdua kali itupunlekaslupa.

33

Ibid.,13 34

Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus,. 5. 35Rizqi Nurul Ilmi,” Strategi Komunikasi Guru,. 44.

Page 31: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

31

b. Anak tunagrahita sedang.Kemampuan berfikir anak tunagrahita

sedang(mampu latih) sangat rendahsehingga tidak mampu melihat

suatu masalah. Terhadap masalah yang sederhanasaja mereka akan

mengalami kesulitan. Anak usia 6 tahun tidak mampumenghitung 1-

5, pada umumnya mereka hanya mampu menghitung 1-2 saja danjuga

tidak dapat menyebutkan nama-nama saudara-saudaranya secara

lengkap.Sudahjelastidakakanmampumenyebutkannama-

namaanggotabadannyasendiri, perhatian,

daningatannyasangatlemahdapatdikatakanmerekahanyahiduppadasaat

ini. Masalampauhampirterlupakansamasekali, hanyasedikityang

dapatdiingat. Merekatidakmempunyaiimajinasiuntukmasa yang

akandatangdandalam proses belajar-mengajar di sekolahapa yang

diajarkan gurupadapagihariakanterlupakanpada sore hari.

c. AnaktunagrahitaberatKemampuanberfikiranaktunagrahitaberat

(perlurawat) hampirtidakada.Biarpunsudahberusia 15

tahunanakitutidakdapatberhitung,

tidakdapatmelihatsuatumasalahsehinggasegalasesuatudibiarkandenga

nacuhtakacuh.

Biarlaparituhanyadapatmerasakanperutnyalapartetapitidakmengertila

paritudanbagaimanamemintamakanan.Ingatananakperlurawatsangatle

mahhampirtidakmampulagimengungkapkesan-kesandariapa yang

dilihat/didengar. Merekasulituntukmenirukansesuatu kata yang

Page 32: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

32

panjang. Misalnyadisuruhmenirukan kata Indonesiatetapi yang

terucapkanenak, karenaanakitubarumengucap kata enak.

Menurut Skala Binet dan Skala Weschler tunagrahita dapat

diklarifikasikan menjadi 3 diantaranya:36

1) Tunagrahita ringan

Tunagrahita ringan disebut juga dengan moron atau debil. Menurut

Skala Binet kelompok ini memiliki IQ antara 68-52, sedangkan

menurut Skala Weschler memiliki IQ antara 69-55. Dalam kelompok

ini anak tunagrahita masih dapat membaca, menulis dan berhitung

sederhana.

2) Tunagrahita sedang

Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki IQ

51-36 pada Skala Binet, sedangkan Skala Weschler 54-40. Anak

tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara

akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung walaupun

mereka belajar menulis secara sosial.

3) Tunagrahita berat

Tuangrahita berat ini sering disebut dengan idiot. Dalam kelompok

ini tunagrahita dibedakan menjadi dua yaitu tungrahita berat dan

tungrahita sangat berat. Menurut Skala binet tunagrahita berat

memiliki IQ 32-20, sedangkan menurut Skala Weschler 39- 52.

36

Kosasih, Cara Bijak Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.,142-144

Page 33: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

33

Untuk tunagrahita sangat berat menurut Skala Binet memiliki IQ di

bawah 19, sedangkan menurut Skala Weschler IQ dibawah 24. Anak

tunagrahita berat memerlukan bantuan perawatan secara total, baik

dalam hal berpakaian, mandi ataupun makan.

Sedangkan kemampuan berbahasa dan bicara anak tunagrahita menurut

Eisenson dan Ogilve menyatakan bahwa dalam hasil penelitiannya dibuktikan

bahwa tingkat kecerdasan dengan kematangan bahasa dan bicara mempunyai

hubungan yang positif. 37

Dalam hal ini dijelaskan bahwa tingkat kecerdasan

seorang anak mempengaruhi tingkat kemampuan berbahasa dan kecakapann

berbicara seseorang.

Untuk mengembangkan komunikasi anak tunagrahita tidak semudah

mengembangankan kemampuan komunikasi anak normal pada umumnya. Hal

ini dikarenakan kecerdasan sebagai salah satu kontribusi yang besar dalam

menstimulus komunikasi baik verbal mapun nonverbal.

Khususnya untuk anak tunagrahita sedang (mampu latih), kegagalan

dalam melakukan apersepsi terhadap suatu peristiwa bahasa, kerap kali diikuti

denagan artikulasi bicara. Dalam hal inilah anak tunagrahita cenderung

kesulitan dalam berbahasa terutama dalam struktur bahasa,, sering kali mereka

37

Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta:Bumi Aksara,

2008), 99.

Page 34: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

34

akan mengalami penguranagan kata, struktur kalimat yang tidak teratur dan

kekacauan dalam pengucapan.38

B. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

Rencana penelitian ini berangkat dari telaah pustaka dari kajian

penelitian yang terdahulu. Adapun penelitian yang dilakukan sebelumnya,

yaitu:

1. Nurul Aini (210308053) Jurusan Tarbiyah Prgram Studi PAI di

STAIN Ponorogo tahun 2012, dengan judul ” POLA PEMBINAAN

ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNANETRA) DI PANTI

ASUHAN AISYIAH PONOROGO” dengan penelitian: melalui

pembinaan yang dilakukan terhadap perkembangna dan pendidikan

anak tunanetra, sehingga anak tunanetra memenuhi kewajibannya

terhadap Allah SWT, masyarakat dan dirinya sendiri. Penelitian yang

peneliti lakukan byukan hanya untuk tuna netra saja tetapi macam-

macam anak berkebutuhan khusus lainnya dalam penelitian ini. Dan

dalam penelitian ini juga menjelaskan bagaimana cara beribadah dan

38

Ibid., 99-100.

Page 35: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

35

menyesuaikan pembelajaran agama islam masing-masing anak luar

biasa tersebut sesuai dengan kebutuhannya. 39

2. Ratna Ika Suryaningsih (210307053) Jurusan Tarbiyah Program Studi

Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo tahun 2011, dengan judul”

METODE PEMBELAJARAN PAI PADA ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS” dengan hasil penelitian bahwasannya

anak autis sulit dikendalikan karena belum bisa mengontrol diri, hala

tersebut yang membuat proses pembelajaran berjalan lambat, apabila

tidak mendapatkan bimbingan yang khusus dari gurunya. Berbeda

dengan penelitian yang peneliti lakukan, penelitian yang akan

dilakukan tidak terfokus pada cara membimbing peserta didik,

melainkan meneliti bagaiman cara komunikasi yang dilakukan oleh

guru dan siswa pada saat proses pembelajaran, khususnya

pembelajaran PAI. Yang mana dalam penelitian inI bertujuan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran untuk ABK agar mendapatkan

hasil yang maksimal. 40

39

Skripsi STAIN Ponorogo, Nurul Aini, Pola Pembinaan Anak Berkebutuhan Khusus

(Tunanetra) Di Panti Asuhan Aisyiah Ponorogo. 40

Skripsi STAIN Ponorogo, Ratna Ika Suryaningsih, Metode Pembelajaran PAI Pada Anak

Berkebutuhan Khusus

Page 36: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan metodologi penelitian dengan pendekatan

kualitatif, yang memiliki karakteristik alami (natural setting) sebagai sumber

data langsung, deskriptif, proses lebih dipentingkan daripada hasil, analisis dalam

penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara analisa induktif dan hasil

penelitian lebih menekankan kepada makna daripada generalisasi. 41

Dimana

peneliti adalah sebagai instrumen kunci dalam menentukan hasil dari penelitian.

Dan dalam hal ini, jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus,

yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menghimpun data, mengambil

makna, dan memperoleh pemahaman dari kasus tertentu, yang mana kasus

tersebut harus bersifat unik atau memilki karakteristik sendiri dari kasus

lainnya.42

Dalam hal ini penelitian dilakukan berkaitan dengan keunikan dan

fenomena apa saja yang ada dalam komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa

di SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun khususnya pada anak

tunagrahita.

41

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta,

2013), 9 42

Djunaidi Ghony Dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media , 2012), 62.

Page 37: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

37

B. Kehadiran Peneliti

Ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari peneliti berperan

serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya.43

Didalam penelitian ini penelitilah yang menjadi alat utama dalam mengadakan

penelitian. Yang mana peneliti berfungsi sebagai sumber data dalam melakukan

pengumpulan, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat

kesimpulan atas temuannya.44

Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti bertindak

sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan

instrumen yang lain sebagai penunjang.

Peneliti hadir lansung di lapangan, pertama peneliti menemui kepala

sekolah, kemudian dilanjutkan dengan observasi siswa yang ada dalam kelas

khusus dan melakukan wawancara dengan beberapa guru PAI di sekolah tersebut

berkaitan dengan penelitian yang akan dibahas.

C. Lokasi Penelitian

Peneliti mengambil lokasi penelitian di SLB Putra Idhata Glonggong

Dolopo Madiun. Yang bertempat di jalan sekolahan, Ds. Glonggong, Kec.

Dolopo, Kab. Madiun.

Peneliti tertarik mengambil lokasi ini karena ingin mengatahui bagaimana

cara komunikasi yang dilakukan guru dengan siswa dalam proses pembelajaran

43

Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Pt. Remaja Rosda Karya,

2000), 117. 44

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), 60.

Page 38: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

38

berlangsung. Selain itu juga alasan peneliti memilih lokasi ini adalah di SLB

Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun merupakan sekolah yang banyak

menampung anak yang memiliki kelainan yang berbeda-beda dan juga banyak

anak yang mendapatkan prestasi meskipun keadaannya terbatas.

D. Sumber Data

Dalam penelitian kualitatif peneliti mengunakan teknik samplingsnowball

sampling yang mana peneliti mengambil sampel sumber data yang pada awal

jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena jumlah

sumber data sedikit itu belum mampu memberikan dara yang memuaskan, maka

semakin banyak sumber data yang diperoleh dengan demikian data yang

diperoleh juga semakin banyak. 45

Sumber data utama dalam penelitian ini adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah tambahan seperti dokumen dan lainnya.

Sumber data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan

penelitian46

. Maka yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut:

a. Informan yang meliputi kepala sekolah SLB Dolopo Madiun, guru kelas

anak tunagrahita dan tenaga pendidik yang pernah mengajar anak tunagrahita

SLB Dolopo Madiun,

b. Dokumen data sekolah yang meliputi gambaran umum lokasi penelitian dan

dokumen-dokumen lainnya seperti foto, catatan tertulis dan bahan-bahan lain

yang berkaitan dengan penelitian.

45

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2005), 55-56. 46

SuharsimiArikunto, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik (EdisiRevisi Vi) (Jakarta

:PtRinekaCipta, 2006), 129.

Page 39: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

39

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi wawancara,

observasi dan dokumentasi. Dalam pengumpulan data ini peneliti dituntut untuk

memperoleh data berupa kata-kata dan perbuatan-perbuatan dari informan

sebanyak mungkin.47

Teknik yang digunakan peneliti antara lain:

a. Wawancara

Wawacara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak,

yaitu pewawancara (interview) sebagai pengaju atau pemberi pertanyaan dan

yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan

itu.48

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam artinya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan

secara mendalam yang berhubungan dengan fokus permasalahan sehingga

dengan wawancara mendalam ini data-data dapat terkumpul secara

maksimal. Dalam hal ini wawancara yang dilakukan secara tidak tersrtuktur

yang mana wawancara bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman

47

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2014), 20-21. 48

Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

127.

Page 40: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

40

wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya. 49

Orang-orang yang dijadikan informan meliputi kepala sekolah SLB

Dolopo Madiun, pendidik SLB Dolopo Madiun,siswa SLB Dolopo Madiun

dan orang tua siswaSLB Dolopo Madiun. Wawancara dilakukan untuk

memperoleh data tentang bentuk komunikasi yang digunakan guru dan siswa

dalam meningkatkan kualitas pembelajaran PAI.

b. Observasi

Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan

sistematis atas fenomena-fenomena yang diteliti. Observasi dapat dilakukan

baik secara langsung maupun tidak langsung.50

Dengan teknik ini peneliti

mengamati aktivitas-aktivitas sehari-hari obyek penelitian, karakteristik fisik,

situasi sosial, dan perasaan pada waktu menjadi bagian dari situasi tersebut.

Dalam observasi ini peneliti memilih observasi nonpartisipan yang

man peneliti hanya melakukan pengamatan independen saja tanpa terlibat

langsung dengan aktivitas-aktivitas yang sedang diamati.51

Pada penelitian ini bentuk observasi yang dilakukan peneliti antara

lain: pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di dalam

kelas dan diluar kelas di SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun, yaitu

49

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D

(Bandung: Alfabeta, 2015), 197. 50

Amirul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan ( Bandung: Pustaka Setia,

1998), 129. 51

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 204.

Page 41: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

41

bagaimana cara komunikasi yang mereka lakukan pada saat proses

pembelajaran berlangsung.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data dari

surat, pengumuman, hasil rapat, pernyataan tertulis kebijakan tertentu dan

bahan-bahan tulisan lainnya.52

Teknik dokumentasi ini sengaja digunakan ,

mengingat (1) sumber ini selalu tersedia dan murah terutama ditinjau dari

konsumsi waktu; (2) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi

yang stabil, baik keakuratannya dalam merefleksikan situasi yang terjadi

dimasa lampau, maupun dapat dianalisis kembali tanpa mengalami

perubahan; (3) rekaman dan dokumen merupakan sumber informasi yang

kaya, secara konstektual relevan dan mendasar dalam konteknya ; (4)

sumber ini sering merupakan pernyataan yang legal yang dapat memenuhi

akuntalibitas. Hasil pengumpulan data melalui cara dokumentasi ini, dicatat

dalam format transkip dokumentasi.53

Metode dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperoleh data

mengenai sejarah dan perkembangan SLB Dolopo Madiun, struktur

organisasinya, jumlah peserta didik dan pendidik, serta keadaan sarana dan

prasaranya yang digunakan di sekolah tersebut.

52

Jonathan Sarwono, Metode Kuantitatif & Kualitatif (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006), 225-

226. 53

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 217.

Page 42: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

42

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja berdasarkan data

yang diperoleh. Data yang diperoleh dari catatan lapangan dan komentar peneliti,

gambar, foto, dokumen, laporan, biografi, artikel dan sebagainya. 54

Analisis data merupakan proses yang melibatkan pengumpulan data,

interpretasi dan pelaporan data, yang mana data tersebut dibutuhkan secara terus

menerus, serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan analisis dan menulis singkat

dari penelitian yang dilakukan.55

Sedangkan menurut menurut Miles dan Huberman analisis data adalah

adalah mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Reduksi data

disini yaitu sebagai kegiatan pemilihan data. Yang mana kegiatannya adalah

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, membuat katagori. Dengan demikian data yang telah direduksikan

54

Afifudin Dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Cv.

Pustaka Setia, 2009), 145. 55

John. W Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif Kuantitatif Dan Mixed Jilid 3

(Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 274-276.

Page 43: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

43

memberi gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya.

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data atau menyajikan data ke dalam pola yang dilakukan dalam bentuk kategori

atau pengelompokan yang mana menganjurkan untuk menggunakan matrik dan

diagram dalam penyajiannya. Karena menggunakan matrik dan diagram dianggap

lebih efektif. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama

penelitian, maka pola tersebut sudah menjadi pola yang baku yang selanjutnya

akan didisplaykan pada laporan akhir penelitian.

Langkah yang terakhir dalam penelitian ini adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Pada tahap ini peneliti menginterpretasikan hasil temuan dari

wawancara atau dokumen yang diperolehnya.56

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas).57

Dalam bagiann ini

peneliti harus mempertegas teknik apa yang digunakan dalam mengadakan

pengecekan keabsahan data yang ditemukan. Berikut beberapa teknik yang

pengecekan keabsahan data dalam proses penelitian adalah sebagai berikut :

a. Perpanjangan keikutsertaan

56

Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif Sebuah Upaya Mendukung Penggunaan Penelitian

Kualitatif dalam Berbagai Disiplin Ilmu (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2014), 174-180. 57

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, 171.

Page 44: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

44

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen itu sendiri.

keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dalam hal

ini keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi

memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penenlitian.

b. Pengamat yang tekun

Ketekunan pengamatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah melakukan

pengamatan secar cermat dan berkesinabungan.58

c. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data

dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Ada tiga

macam tringulasi sebagai teknik pemeriksaan yang dapat digunakan antara

lain trigulasi sumber, trigulasi teknik, dan trigulasi waktu. 59

H. Tahapan-Tahapan Penelitian

Tahap-tahap penelitian dalam penelitian ini ada tiga tahapan dan ditambah

dengan tahap terakhir dari penelitian yaitu tahap penulisan laporan hasil

penelitian. Tahap-tahap penelitian tersebut diantaranya:

a. Tahap pra lapangan, yang meliputi: menyusun rancangan penelitian, memilih

lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajagi dan menilai keadaan

58

Andi Prastowo, Metode Penelitian Kalitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian

(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), 276. 59

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif ( Bandung: Cv Alfabeta, 2005), 127.

Page 45: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

45

lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan

penelitian dan yang menyangkut persoalan etika penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi: memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan dan berperan serta sambil mengumpulkan

data.

c. Tahap analisis data, yang meliputi: analisis selama dan setelah pengumpulan

data.

d. Tahap penulisan hasil laporan penelitian.

Page 46: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

46

BAB IV

DESKRIPSI DATA

A. Deskripsi Data Umum

1. Sejarah Awal Berdirinya SLB “PUTRA IDHATA”

SLB Putra Idhata berdiri pada tanggal 1 Oktober 1973 adapun

sebagaitempat penyelengaraannya berada di dsn. Umbul Ds. Glonggong

Kec. Dolopo Kab. Madiun. Tepatnya dirumah Sdr. Somokarjo. Pada

awal pembukaannya hanya terdiri dari 5 siswa yang terdiridari 2 laki-laki

tunanetra dan 3 siswi tunarungu dan dengan 2 tenaga pendidik serta 2

tenaga asrama. 60

Pada tahun 1980 jumlah siswa meningkat menjadi 12 anak yang

tidak hanya berasal dari karisedenan madiun saja tetapi dari luar kota

seperti Surabaya dan Magetan. Berkat kerja keras pengurus yayasan

dengan hasil penjualan Block Note kepada pegawai dinas pendidikan

pada tahun 1982 SLB Putra Idhata pindah di jalan Sekolahan dusun

Glonggong kecamatan Dolopo Madiun dengan status tanah milik

sekolahan. Pada awal perpindahannya sekolah belum memiliki

penerangan dan masih menggunakan petromak sebagai penerangan.

Dengan berjalannya waktu berkat sumbangan dari donatur

akhirnya sekolah ini memiliki lampu penerangan. SLB Putra Idhata

60

Lihat transkrip dokumentasi 01/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 47: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

47

terdiri dari jenjang TKLB, SDLB, SMPLB dan SMALB. Pada tahun

2010 mulai ada siwa tunagrahita dan sampai sekarang tunagrahita lebih

mendominasi di sekolah ini. Sampai tahun 2016 seluruh siswa mencapai

74 anak.

Seiring berjalannya waktu yayasan Putra Idhata dapat melengkapi

sarana pendidikan demi kemajuan anak asuhnya. Selain itu masuknya

guru-guru Sekolah Dasar menjadi anggota idhata yang mencapai 2000

orang.

2. Letak Georafis SLB Putra Idhata

SLB Putra Idhata terletak di jalan sekolah dusun Glonggong

kecamatan Dolopo Madiun. Dengan batas-batas sebagi berikut:61

Sebelah Timur : Rumah penduduk

Sebelah Barat : MAN DOLOPO

Sebelah Utara : Rumah penduduk

Sebelah Selatan : Gudang pengumpulan kayu

3. Visi, Misi dan Tujuan SLB Putra Idhata

Sama seperti lembaga pendidikan lainnya memiliki visi dan misi

untuk dijadikan patokan dalam proses pembelajaran. Diantranya visi, misi

dan tujuan di SLB ini sebagai berikut:62

a. Visi SLB “ Putra Idhata”

61

Lihat transkrip observasi 01/O/F/27-III/2017 pada lampiran skripsi ini. 62

Lihat transkrip dokumentasi 02/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 48: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

48

“Terwujudnya pelayanan yang optimal bagi anak berkebutuhan

khusus, sehingga dapat mandiri, berkarya, meningkatkan iman dan

taqwa, dapat bersosialisasi untuk berperan serta dalam kehidupan

bermasyarakat,berbangsa dan bernegara”.

b. Misi SLB “ Putra Idhata”

Agar visi sekolah tersebut dapat terwujud, maka disusunlah misi

sekolah sebagai berikut: 63

1) Terlaksananya penghayatan nilai agama sehingga memperkuat

keimanan dan ketaqwaan.

2) Memberikan motivasi kepada anak didik agar ABK makin

percaya.

3) Terlaksannya pendidikan budi pekerti dan karakter bangsa secara

maksimal.

4) Memberikan bekal keterampilan kepada ABK sesuai dengan

kelainannya dan kemampuannya.

5) Meningkatkan jalinan kerjasama dengan masyarakat dan pihak

terkait.

c. Tujuan dan manfaat SLB Putra Idhata

Implementasi dari VISI dan MISI tersebut terdapat pada tujuan

sekolah yaitu:64

63

Lihat transkrip dokumentasi 03/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 64

Lihat transkrip dokumentasi 04/D/F-1/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 49: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

49

1) Mampu meningkatkan kualitas layanan pada ABK jenjang SLB

2) Memberi kebebasan memanfaatkan ruang belajar secara luas

kepada anak jenjang SLB

3) Membangkitkan proses belajar mengajar lebih dinamis, sesuai

standar pelayanan.

4) Anak belajar lebih fokus berpusat karena memiliki tempat sendiri

5) Mewujudkan pembelajaran yang ideal antara jumlah guru dan

murid yang ada.

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam suatu lembaga sangat

pentingkeberadaannya karena dengan adanya struktur organisasi tersebut

dapat memudahkan kita untuk mengetahui sejumlah personel yang

menduduki jabatan tertentudalam suatu lembaga.Struktur organisasi di

SLB Putra Idhata hampir sama dengan strukturorganisasi yang terdapat

pada sekolah umum lainya.

Adapun strukturorganisasi di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun

tahun 2016/2017 sebagai berikut: Ibu Dyah Rukminingsih, S.Pd sebagai

kepala sekolah, Bapak Sarjito sebagai Komite, Sri Muyani, S.Pd sebagai

wakil kepala sekolah, Priyo Arif Wibowo, S.Kom sebagai tata usaha, Siti

Rochmakin, S.Pd sebagai bendahara sekolah, Sunarti, S.Pd sebagai waka

Page 50: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

50

kesiswaan, Rr. Dwi Yuliana, S.Pd sebagai waka kurikulum, Mulyadi

sebagai seksi sarana prasarana dan Siswoyo, S.Pd sebagai seksi humas. 65

5. Keadaan Guru dan Siswa

a. Keadaan guru

Seluruh tenaga pendidik di SLB Putra Idhata berjumlah 12

orang dengan rincian sebagai berikut: Kepala Sekolah, 7 guru

mengajar di tingkat SDLB, 1 guru SMPLB dan mereka masing-masing

mengajar sebagai guru kelas. Tenagapendidik di SLB Putra Idhata

memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yang terdiri

dari 8 (delapan) orang Pendidikan Luar Biasa,1 (satu) orang

Administrasi, 1 (satu) orang akutansi, 1 (satu) sisteminformasi, dan 1

(satu) pendidikan biologi . Adapun status pendidik diSLB Putra Idhata

adalah 8 (delapan ) orang PNS dan 4 (empat) Guru tetap yayasan.66

b. Keadaan siswa

Siswa di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun adalah anak-anak

yangberkebutuhan khusus antara lain anak tunanetra, tunarungu dan

anak tunagrahita.Adapun jumlah siswa pada jenjang SDLB yaitu 31

siswa denganketunaan semua tunagrahita, jenjang SMPLB yaitu 2

65

Lihat transkrip dokumentasi 05/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 66

Lihat transkrip dokumentasi 06/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 51: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

51

tunanetra, 8 tunarungu, dan 22 tunagrahita, sedang jenjang SMALB

yaitu 8 tunarungu dan 9 tunagrahita.67

6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam kegiatan belajar mengajar sangat

diperlukan karena dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai

dapat menunjang kegiata belajar mengajar. Sarana dan prasarana

yangdimaksud adalah segala sesuatu yang dapat mempermudah usaha

danmemperlancar terlaksananya program pendidikan dan pengajaran di

SLBPutra Idhata Dolopo Madiun. Adapun sarana dan prasarana yang

tersedia di sekolah sebagai berikut: ruang kelas berjumlah 4 ruangan,

ruang pimpinan berjumlah 1,ruang guru 1, meja kepala sekolah dan kursi

1 set, meja kursi guru 12 set, alat-alat keterampilan siswa dalam

mengembangkan bakat yang dimiliki. 68

B. Deskripsi Data Khusus

1. Data tentang bentuk komunikasi siswa dengan guru dalam kelas DI

SLB PUTRA IDHATA untuk meningkatkan pembelajaran PAI

Pembelajaran PAI ialah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,

hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan

ajaran agama Islam dari sumber utama kitab suci al-Qur’an dan hadis,

67

Lihat transkrip dokumentasi 07/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 68

Lihat transkrip dokumentasi 08/D/F-1/26-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 52: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

52

melalui kegiatan bimbingan, peng-ajaran, latihan, serta penggunaan

pengalaman dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam

masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun merupakan salah

satu sekolah yang mencoba untuk membantu anak-anak berkebutuhan

khusus seperti anak –anak lain di sekolah formal. Karena pendidikan

begitu penting bagi anak normal pada umumnya juga penting bagi anak

berkebutuhan khusus agar dapat membantu mereka dalam merubah sifat

dan tingkah laku mereka dalam perkembangannya. Dalam proses

meningkatkan pembelajran PAI untuk anak tunagrahita perlu komunikasi

yang khusus dalam penangganannya agar mereka dapat mudah mengerti

apa yang disampaikan oleh gurunya. Sehingga komunikasi yang

digunakan oleh gurunya pun lebih banyak. Selain itu juga melalui

pendekatan secara individual antara guru dengan murid. Sebagaimana

yang diungkapkan oleh Ibu Rr. Dwi Yuliana S.Pd. selaku guru kelas

khusus, beliau mengatakan bahwa:

Komunikasi yang saya lakukan adalah seperti biasa mbk, seperti

mengajar siswa pada umumnya. Hanya saja saya lebih

menekankan pada komunikasi secara individual yaitu

pembelajaran yang lansung saya ajarkan kepada setiap individu

karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda.69

69

Lihat transkrip Wawancara 03/W/17-IV/2017pada lampiran skripsi ini.

Page 53: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

53

Bapak Mulyadi juga menambahkan bahwa pendekatan secara

individual juga diperluakan dalam proses pembelajaran anak tunagrahita,

seperti yang diungkapan beliau :

Komunikasi yang saya lakukan adalah dengan cara melakukan

pendekatan individu karena setiap individu memilki ketunaan

yang berbeda-beda. Selain itu juga saya agar dapat berkomunikasi

dengan peserta didik yaitu dengan cara saya sedikit mengikuti

kemauan mereka. Yang saya lakukan terlebih dahulu adalah

membuat mereka merasa nyaman dam mau memperhatikan saya

terlebih dahulu. Dengan demikian peserta didik mau diajak

berkomunikasi dengan saya dan dapat memulai pembelajaran. Di

SLB itu berbeda dengan sekolah umum mbk karena kalau

disekolahan umum tanpa guru harus meminta untuk diperhatiakan

mereka sudah mengerti kalau pelajaran dimulai mereka harus

memperhatiakn tapi kalau di SLB guru harus mampu mengajak

peserta didik mau memperhatitikan gurunya. Itu saja sangat sulit

mbk. Apalagi untuk diajak berkomunikasi seperti siswa pada

umumnya.. Hanya saya lebih menekankan pada komunikasi

adalah secara berulang-ulang. Karena kondisi siswa yang

memiliki ketunaan yang berbeda-beda dalam satu kelas, bahkan di

kelas ini terdapat dua kelas yaitu kelas 5 dan kelas 3 SDLB.70

Dengan pendekatan yang dilakukan guru secara individual dengan

setiap peserta didik diharapkan komunikasi yang dilakuakan dapat berjalan

secara kondusif. Sehingga guru harus berupaya semaksimal mungkin agar

peserta didik mau aktif dalam proses pembelajaran khususnya dimata

pelajaran PAI.

70

Lihat transkrip Wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 54: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

54

Terkait dengan bentuk komunikasi yang digunakan guru dengan anak

tunagrahita yaitu komunikasi verbal dan nonvebal. Bentuk komunikasi ini

merupkan bentuk komunikasi campuran yang mana komunikan melakukan

komunikasi menyesuaikan keadaan untuk memudahkan komunikasi agar

dapat berjalan dengan baik dan lancar. Seperti halnya yang diungkapakan oleh

Ibu Sunarti, S. Pd selaku waka kurikulum, beliau mengungkapkan bahwa:

Bentuk komunikasi ya seperti biasa mbk, menggunakan bahasa,

kadang-kadang juga menggunakan isyarat. Seperti saya

memanggilnya saya melambaikan tanggan saya kepada anak tersebut.

Trus kadang-kadang saya suruh cuci tangan saya tunjukan tempat cuci

tangan (wastapel) kepada peserta didik dengan sendirinya mereka

mengerti kalau itu saya suruh cuci tangan. Karena kalau saya hanya

menyuruhnya dengan kata-kata saja mereka kadang tidak paham

mbk.71

Hal ini juga dipertegas dengan hasil observasi sebagaimana ditulis

dibawah ini:

Bentuk komunikasi yang digunakan guru dengan siswa di SLB Putra

Idhata dengan cara komunikasi verbal yaitu guru mengajar dengan

metode ceramah dilakukan secara lisan. Yang mana guru

menyampaikan pelajaran dengan cara dituangkan dengan tulisan di

papan tulis. Misalnyamengenalkandanmenjelaskanapaitu agama islam,

siapaTuhankita, apasajarukun Islam danrukunimanitu,

sertadiajarkanhuruf-hurufhijaiyah. Kemudiankomunikasinonverbal

yang dilakukanberupasistemisyarat.72

71

Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017pada lampiran skripsi ini. 72

Lihat transkrip observasi 05/O/F/15-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 55: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

55

Dalampembelajaran PAI, guru lebih lama

dalammenjelaskantentangpemahaman agama islam.

Karenaanakberkebutuhankhususberbedadengananak normal padaumumnya.

Iaharusbanyakmengulangapa yang telahdisampaikanolehgurunya. Guru

jugaharusmenjelaskansecaraperoranganbaikmenggunakankomunikasi verbal

maupun nonverbal. Hal inisesuaiapa yangdikatakanolehbapak mulyadi selaku

guru kelas khusus dalamwawancara:

Di SLB itu berbeda dengan sekolah umum mbk karena kalau

disekolahan umum tanpa guru harus meminta untuk diperhatiakan

mereka sudah mengerti kalau pelajaran dimulai mereka harus

memperhatiakn tapi kalau di SLB guru harus mampu mengajak

peserta didik mau memperhatitikan gurunya. Itu saja sangat sulit mbk.

Apalagi untuk diajak berkomunikasi seperti siswa pada umumnya..

Hanya saya lebih menekankan pada komunikasi adalah secara

berulang-ulang. Karena kondisi siswa yang memiliki ketunaan yang

berbeda-beda dalam satu kelas.73

Dalam hal ini juga dalam proses pembelajaran PAI di dalam kelas juga

terdapat beberapa kendala yang dihadapai oleh guru dalam menyampaiakn

materi yang sedang diajarkan kepada siswa anak tunagrahita, seperti mereka

tidak cepat paham dengan apa yang disampaikan gurunya, mereka perlu

perhatian yang khusus agara pembelajaran berjalan dengan lancar.

Di SLB Putra Idhata

Gurumemberikanpenjelasansecaralangsungdantatapmukadandibantudenganbi

73

Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 56: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

56

mbinganlangsungterhadapmuridnyakarenaketerbatasan yang

dimilikimuridtunagrahita. Ketika

gurumengetahuianaktersebutkurangmemahami,

ialangsungmendekatianaktersebutdanmembimbingnyasatupersatu. Seperti

yang diungkapkan ibu sunarti, S. Pd selaku waka kurikulum sebagai berikut:

Kalau kendalanya menurut saya kadang mereka dipanggil tidak mau

memperhatikan dan tidak mau mendengarkan siapa yang memanggil.

Mereka hanya suka bermain dengan teman-teman mereka sendiri mbk.

Selain itu juga mereka perlu bimbingan yang khusus yaitu

memberikan bimbingan secara satu persatu mbk untuk memudahkan

pembelajaran.74

Selain itu juga sebagai pendidik guru harus mampu memahami kondisi

setiap anak didiknya. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan

baik. DalamPendidikan Agama Islam yang

menjadifaktorpenentukeberhasilan agar

materinyatersampaikandenganbaikyaitusesuaikemampuantenagapengajardala

mmengertikondisianak, artinya guru

menyampaikanmateridisesuaikandengankecerdasananakdidiknya.Sehinggatid

akadapaksaan yangmemberatkananaktunagrahita. Seperti yang disampaikan

oleh Ibu Muannifah Noor. F, S. Pd. I , selaku pengajar tunagrahita tingkat

SMA di SLB Putra Idhata Dolopo Madiun sebagai berikut:

Kalau menurut saya tepatnya berkomuniaksi dengan mereka seperti

saya berkmunikas dengan anak TK atau PLAYGROUP. Yang mana

dalam berkomunikasi membutuhakn kesabaran yang lebih, karena

74

Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 57: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

57

apabila mereka dikasari maka mereka bisa-bisa tidak mau sekolah lagi.

Bahkan bisa-bisa mereka dapat melukai diri merek sendiri, kalau kita

tidak pandai mengajak dan berkomunikasi dengan baik pada mereka.

Karena di kelas khusus terdiri dari tunagrahita.75

Selain faktor dari guru, orang tua juga menjadi faktor penentu karena

setiapmateri nilai-nilai agama yang diajarkan disekolah, orang tua wajib

mengingatkananaknya agar rutin diulang sehingga anak menjadi paham dari

teori dan praktek dirumah. Hal inijugadijelaskanoleh Pak mulyadi yang

jugaselaku guru kelas khusus:

Selain itu juga di sini juga ada acara kunjungan kerumah setiap

peserta didik setiap akhir bulan mbk, biasanya diacara ini kami

memberikan arahan kepada setiap wali untuk tidak memanjakan

mereka dan lebih berperan lagi dalam membina anak-anak mereka,

seperti sering menyuruh mereka, membiasakan mereka mandi

sebelum sekolah dan lebih rajin lagi menanyai setiap tugas apa yang

dimiliki anaknya selain itu juga rajin-rajin mengulang pelajaran yang

telah diperoleh anaknya dari sekolahan. Karena waktu yang panjang

untuk anak-anak adalah dirumah daaripada di sekolahan.76

Bentuk komunikasi yang digunakan anak tunagrahita dengan

gurunya yaitu bentuk komunikasi berupa verbal dan nonverbal yang mana

guru harus lebih aktif dari pada peserta didik, karena kondisi peserta didik

yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata.

Kesimpulannya, bentuk komunikasi dalam prosesmeningkatkan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SLB Putra Idhata Glonggong

75

Lihat transkip wawancara 04/W/4-V/2017 pada lampiran skripsi ini. 76

Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 58: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

58

Dolopo Madiun antaralain faktor dari metode pengajaran guru yang

dilakukan disesuaikan dengankecerdasan anak, materi yang disampaikan

juga tidak memberatkan anak didiktunagrahita. Serta dibantuoleh orang

tua yang mengingatkananaknyauntukmengulangsetiapmateri yang

telahdisampaikan agar dapatdipraktekkan dirumah.

2. Data Tentang Bentuk Komunikasi Siswa Dengan Guru Di Luar Kelas

Di SLB Putra Idhata

Bentuk komunikasi siswa dengan gurunya diluar kelas untuk anak

tunagrahita sama saja seperti bentuk komunikasi di dalam kelas yaitu tetap

menggunakan bentuk verbal dan noverbal. Seperti yang disampaikan pak

mulyadi, selaku guru kelas khusus sebagai berikut :

Terkait dengan komunikasi yang saya lakukan didalam kelas

maupun diluar sama saja mbk, yang membedakan hanya pada

ketunaan yang dimiliki setiap peserta didik berbeda. Contohnya

saya berkomunikasi dengan siswa tunagrungu maka saya harus

bisa bahasa isyarat atau tebak kata. Namun untuk tunagrahita

sendiri saya berkomunikasinya ya seperti pada siswa pada

umunya.77

Namun yang membeda didalam kelas dengan diluar kelas adalah

terkait dengan cara berkomunikasi guru tersebut dengan siswa ketunaan

apa, kalau untuk tunagrahita itu sendiri seperti pada umumnya yaitu

menggunakan bahasa seperti biasa namun berbeda lagi dengan anak

tunarunggu yaitu menggunakan bahasa isyarat karena peserta didik tidak

77

Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 59: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

59

mampu untuk mendengar sehingga anak tunarungu juga akan mengalami

kesulitan dalam berbicara.

Meskipun tunagrahita mampu berbicara dan mendengar apa yang

disampaikan gurunya, tetap saja dia akan kesulitan dalam berkomunikasi

karena kecerdasan yang dimilikinya dibawah rata-rata seperti yang

diungkapakan Ibu Sunarti, S. Pd selaku waka kurikulum sebagai berikut:

Menurut saya ya mbk komunikasi yang dilakukan siswa kelas

khusus itu seperti biasa mbk, karena di dalam kelas khusus itu terdiri

dari anak tunagrahita. Yang mana anak tersebut dapat mendengar

dan berbicara, tapi kecerdesan mereka di bawah rata-rata. Namun

dalam kelas tersebut terdapat beberapa tingkatan kelas contohnya

kelas yang diajar pak mulyadi itu terdiri dari kelas 5 SD dan kelas 3

SD. Selain itu juga dlam kelas tersebut anak-anaknya memiliki

tingkatan yang berbeda-beda, ada tunagrahita ringan, tunagrahita

sedang dan tunagrahita berat. yang mana untuk tunagrahita ringan

masih dapat di didik, tunagrahita sedang dapat dilatih , sedangakan

untuk tunagrahita berat yaitu hanya mampu untuk dirawat.78

Anak tunagrahita itu sendiri adalah anak yang memiliki kecerdasan

berada dibawah rata-rata anak seusianya dan disertaidengan ketidakmampuan

dalam adaptasi perilaku, yang muncul dalammasa perkembangan.Dalam ini juga

ditegaskan oleh Ibu Muannifah Noor. F, S. Pd. I , selaku guru tunagrahita SMA

di SLB Putra Idhata sebagai berikut:

Bentuk komunikasi yang dilakukan siswa kelas khusus diluar kelas

sepengetahuan saya ya verbal mbk, yaitu mereka berkomunikasi seperti

seperti biasa mengunakan bahasa meskipun kadang apa yang mereka

sampaikan itu sulit untuk dimengerti, selain itu juga mereka dapat

mendengar dan berbicara dengan guru-guru disini mapaun kepada teman

mereka. Dalam hal ini saya juga sering menemukan dari beberapa siswa

tunagrahita itu membuat sebuah komunikasi yang berbeda bahkan di

78

Lihat transkrip wawancara 03/W/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 60: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

60

dalam buku ajar tidak ada dan bahasa yang mereka gunakan itu hanya

dapat dipahami oleh sesama siswa saja.79

Hal ini menjelaskan bahwa komunikasi yang digunakan guru dengan

siswa di dalam kelas maupun di luar kelas itu sama yang menbedakan hanya

pada ketunaan yang sedang dialami setiap peserta didik berbeda-beda. Dan

guru harus mapu menyesuaikan berkomunikasi dengan siswa ketuaan apa,

karena setiap ketuaan cara berkomunikasi mereka berbeda-beda.

79

Lihat transkrip wawancara 04/W/4-V/2017pada lampiran skripsi ini

Page 61: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

61

BAB V

ANALISIS DATA

A. Analisis Data Tentang Bentuk Komunikasi Siswa Dengan Guru Di Dalam

Kelas Di Slb Putra Idhata

Manusia adalah makhluk sosial yang aktifitas kesehariannya

melakukanhubungan komunikasi, baik itu komunikasi yang lazim digunakan

menurut daerahmasing-masing maupun komunikasi yang sudah mengikuti

aturan-aturan secarailmiah yang sudah dipelajari dibangku perkuliahan.

Komunikasi pada dasarnyaadalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-

lambang (pesan) yangmengandung arti/makna antara komunikator dan

komunikannya, dengan tujuanmewujudkan kesamaan makna dan kebersamaan.

Agar komunikasi berlangsung efektifdan informasi yang disampaikan oleh

komunikator dapat diterima dan dipahamidengan baik oleh komunikan, maka

seorang komunikator perlu menetapkan bentuk komunikasi yang baik pula.

Sebagaimana deskripsi data pada BAB III, Dapat diketahui bahwa bentuk

komunikasi antara guru dan siswa di dalam kelas. Setelahmelakukanobservasi

dan wawancarapenulismelihatkomunikasi yang digunakanoleh guru

terhadapmuridtunagrahitayaitudengankomunikasi verbal dan non verbal. Yang

mana dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan individual yaitu

Page 62: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

62

guru memberikan pembelajaran kepada setiap peserta didik, di karenakan

ketunaan yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda. 80

Hal tersebut sesuai dengan dijelaskan di BAB II bahwa Bentuk

komunikasi di sekolah tersebut menggunakan bentuk komunikasi guru –siswa

yaitu komunikasi sebagai aksi, hanya berlangsung satu arah. Siswa tidak

berperan aktif dan Guru lebih aktif. 81

Khususnya dalampembelajaran PAI, guru

lebih lama dalammenjelaskantentangpemahaman agama islam.

Karenaanakberkebutuhankhususberbedadengananak normal padaumumnya.

Iaharusbanyakmengulangapa yang telahdisampaikanolehgurunya. Guru

jugaharusmenjelaskansecaraperoranganbaikmenggunakankomunikasi verbal

maupun nonverbal.

Meskipun idealnya bentuk komunikasi yang efektif dalam proses

pembelajaran bentuk pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah

antara guru dan siswa. Artinya, guru tidak harus selalu menjadi pihak dominan

yang berperan sebagai pemberi informasi saja tetapi guru juga harus memberikan

stimulus bagi siswa agar tergerak lebih aktif. Komunikasi yang dilakukan guru

harus mampu menggugah motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan

makna pembelajaran. 82

karena kondisis peserta didik yang tidak memungkinkan

untuk melakukan komunikasi secara efektif maka bentuk komunikasi yang lebih

80

Lihat transkrip Wawancara 03/W/17-IV/2017pada lampiran skripsi ini. 81

Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Di Sekolah Luar Biasa B (Slb-B)

Frobel Montessori Jakarta Timur,”(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), 24-25.

82Ibid,. 26.

Page 63: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

63

digunakan di SLB Putra Idhata adalah menggunakan bentuk komunikasi satu

arah, yang mana guru harus lebih aktif daripada peserta didik meskipun tanpa

feedback dari peserta didik.

Karena apabila guru memaksakan pembelajaran harus dapat berjalan

secara ideal seperti siswa pada umumnya bisa-bisa anak tunagrahita tidak mau

sekolah lagi. Bahkan bisa-bisa mereka dapat melukai diri merek sendiri, kalau

kita tidak pandai mengajak dan berkomunikasi dengan baik pada mereka. Karena

di kelas khusus terdiri dari tunagrahita.83

Selain itu juga komunikasi dengan

anak tunagrahita harus membutuhkan kesabaran yang lebih untuk menghadapi

tingkah laku yang dilakukan.

Selain itu juga anak tunagrahita juga terdapat beberapa tingkatan

kecerdasan yaitu tunagrahita ringan, tunagrhita sedang dan tunagrahita berat

yang mana setiap tingkatan tersebut memiliki karakteristik berbeda-beda

diantaranya:

a. Anak tunagrahita ringan.Kemampuan berfikir anak tunagrahita ringan

(mampu didik) lebih rendahdibandingkan dengan kemampuan berfikir anak

lambat belajar, sehingga merekaselalu mengalami kesulitan dalam

memecahkan suatu masalah, walaupun masalahitu sederhana, perhatian dan

ingatannya lemah.

b. Anak tunagrahita sedang.Kemampuan berfikir anak tunagrahita

sedang(mampu latih) sangat rendahsehingga tidak mampu melihat suatu

83

Lihat transkip wawancara 04/W/4-V/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 64: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

64

masalah. Terhadapmasalah yang

sederhanasajamerekaakanmengalamikesulitan.

c. AnaktunagrahitaberatKemampuanberfikiranaktunagrahitaberat (perlurawat)

hampirtidakada.Biarpunsudahberusia 15 tahunanakitutidakdapatberhitung,

tidakdapatmelihatsuatumasalahsehinggasegalasesuatudibiarkandenganacuht

akacuh.

Maka dari itu sifat anak tunagrahita sering tidak menghiraukan keberadaan

orang-orang yang ada di sekelilingnya seperti mereka dipanggil tidak mau

memperhatikan dan tidak mau mendengarkan siapa yang memanggil. Mereka

hanya suka bermain dengan teman-teman mereka sendiri.84

Apa lagi untuk

tunagrahita yang berat, mereka hanya mampu rawat karena sensoriknya

mengalami kelainan.

B. Analisis Data Tentang Bentuk Komunikasi Siswa Dengan Guru Di Luar

Kelas Di Slb Putra Idhata

Komunikasi merupakan sarana penting bagi tenaga pengajar dalam

menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran dimana akan membangun

pemahaman peserta didiknya tentang materi yang diajarkan. Komunikasi yang

efektif tentu saja memiliki beberapa alat untuk menyampaikan suatu pesan yang

84

Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 65: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

65

ingin disampaikan, tanpa komunkasi suatu pembelajaran tidak dapat berjalan

dengan baik.85

Terkait dengan bentuk komunikasinya siswa dengan gurunya di luar kelas

lebih menekan kepada ketuna yang dimiliki setiap peserta didik karena kelainan

setiap anak berbeda-beda . Bentuk komunikasi di luar kelas yaitu tetap

menggunakan bentuk verbal dan noverbal.86

Selain itu juga komunikasi yang terciptakan di luar kelas di SLB Putra

Idhata adalah adanya feedbackdari peserta didik kepada gurunya. Seperti guru

memanggilnya peserta didik melambaikan tangannya kepada anak tersebut.

Anak-anak akan menanggapi panggilan guru tersebut dengan datang menemui

gurunya tersebut. 87

. Pernyataan tersebut sesuai dengan bentuk komunikasi

berupa Guru-Siswa-Guru yaitu adanya timbal balik atau feedback bagi guru,

komunikasi sebagai interaksi kedua belah pihak. Guru dan siswa sama-sama

aktif.88

Dalam berkomunikasi dengan anak berkebutuhan khusus, khususnya anak

tunagrahita guru harus mampu mengenali karakter setiap peserta didik agar ketika

berkomunikasi dengan siswa ada timbal baliknya. Meskipun mereka tidak mau

mengiraukan keberadaan guru, namun mereka mendengarkan apa yang

85Arif Khoiruddin, “Peran Komunikasi dalam Pendidikan”, Kebudayaan Dan Pemikiran

Islam, 1 ( Januari, 2012), 110. 86

Lihat transkrip wawancara 02/W/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 87

Lihat transkrip wawancara 04/W/24-IV/2017pada lampiran skripsi ini. 88Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid Di Sekolah Luar Biasa B (Slb-B)

Frobel Montessori Jakarta Timur,”(Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2014), 24-25.

Page 66: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

66

disampaikan oleh gurunya. 89

Seperti yang diungkapaka Hasibuan bentuk

komunikasi guru yang efektif dalam pembelajaran adalah bentuk pembelajaran

yang di dalamnya terjadi interaksi dua arah antara guru dan siswa. Artinya, guru

tidak harus selalu menjadi pihak dominan yang berperan sebagai pemberi

informasi saja tetapi guru juga harus memberikan stimulus bagi siswa agar

tergerak lebih aktif.Komunikasi yang dilakukan guru harus mampu menggugah

motivasi siswa untuk terlibat mengisi dan menemukan makna pembelajaran. 90

Selain itu juga komunikasi yang dilakukan di luar kelas antara siswa

dengan guru juga membutuhakan suatu media untuk memudahkan berkomuniksi

serti halnya menggunakan bahasa sederhana atau bahasa yang digunakan sehari-

hari agar lebih mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa, serta menggunakan

isyarat atau simbol seperti menggunakan tangan dan jari dalam hal berhitung

atau menunjukkan sesuatu. Seperti menggunakan media

ataualattertentusepertialatperagabuku, pensiluntukmenggambardangambar-

gambar yang disertaidengan kata-kata, hurufdanangka. 91

Hal tersebut juga ditegaskan bahwa dalam menggunakan komunikasi yang

akan dibutuhkan alat-alat komunikasi alternatif dintaranya papan tulis, gambar,

89

Lihat transkrip observasi 03/O/F/3 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini. 90Syaghilul Khoir, “Pola Komunikasi Guru Dan Murid,. 26. 91

Lihat transkrip observasi 04/O/F/10 -IV/2017 pada lampiran skripsi ini.

Page 67: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

67

simbol-simbol, huruf atau kata yang mudah dipahami. Agar pembelajaran dapat

berjalan dengan efektif. 92

92

David Smith, Sekolah Inklusif: Konsep dan Penerapan Pembelajaran, Terj. Denis dan

Enrica (Bandung: Nuansa Cendekia, 2013) 186.

Page 68: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

68

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bentuk komunikasi antara guru dan siswa di dalam kelas yaitu

yaitudengankomunikasi verbal dan non verbal. Yang mana dalam proses

pembelajarannya menggunakan pendekatan individual yaitu guru memberikan

pembelajaran kepada setiap peserta didik, di karenakan ketunaan yang

dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda. Bentuk komunikasi di SLB Putra

Idhata menggunakan bentuk komunikasi guru –siswa yaitu komunikasi

sebagai aksi, hanya berlangsung satu arah. Siswa tidak berperan aktif dan

Guru lebih aktif.

2. Bentuk komunikasi antara guru dan siswa di luar kelas yaitu bentuk

komunikasinya siswa dengan gurunya di luar kelas lebih menekan kepada

ketuna yang dimiliki setiap peserta didik karena kelainan setiap anak berbeda-

beda . Bentuk komunikasi di luar kelas yaitu tetap menggunakan bentuk

verbal dan noverbal. Yang mana bentuk komunikasi itu berupa Guru-Siswa-

Guru yaitu adanya timbal balik atau feedback bagi guru, komunikasi sebagai

interaksi kedua belah pihak. Guru dan siswa sama-sama aktif.

B. Saran-saran

1. Kualitas dan tenaga pendidik di SLB Putra Idhata Glonggong Dolopo Madiun

haruslebih ditingkatkan agar kemampuan komunikasi anak didik

Page 69: SKRIPSIetheses.iainponorogo.ac.id/2417/1/Yayuk.pdfSkripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing

69

dalambersosialisasi juga bisa lebih meningkat dari sebelumnya. Hal

tersebutbisa dilakukandengancaramengikutipelatihankomunikasiatau public

speakingbagi guru anakberkebutuhankhusus, danbisadipraktekkan di

kelasbersamamuridtunagrahita.

2. Strategikomunikasi yang digunakanoleh guru di SLB Putra Idhata Glonggong

Dolopo Madiunsudahcukupbagus,

akantetapijikaanaksudahterlihataktifdanmengertiapa yang dipelajarinya di

sekolah, perluditambahdenganmedia yang

lebihcanggihsehinggaanakbekebutuhankhususjugamenerima media

tekonologibaru yang dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki serta

mereka juga mampu mendapatkan Pendidikan Agama Islam dengan penuh

penghayatan untuk anak tunagrahita.