Upload
vanthu
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA
KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER
KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat magister
Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
NURWATI
S811402041
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V
DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER
KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS
TESIS
Oleh:
NURWATI
S811402041
Telah dinyatakan memenuhi syarat
Pada tanggal ………………………….2015
Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Program Pasca Sarjana UNS
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
NIP. 196611081990032001
Komisi
Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd
NIP. -
....................... 2015
Pembimbing II
Dr. Leo Agung S, M.Pd
NIP.19560515 198203 10
....................... 2015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V
DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER
KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS
TESIS
NURWATI
S811402041
Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. Nunuk Suryani, M.Pd
NIP.196611081990032001
........................
.............
Sekretaris Dr. Suharno, M.Pd
NIP.195211291980031001
......................... .............
Anggota
Penguji
Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd
NIP. -
......................... .............
Dr. Leo Agung S, M.Pd
NIP.195605151982031005
......................... .............
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
Pada tanggal.......................2015
Dekan FKIP UNS Kepala Program Studi Teknologi Pendidikan
Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd Dr.Nunuk Suryani, M.Pd
NIP.19610124 198702 1 001 NIP.196611081990032001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
Tesis yang berjudul: “Penerapan Model Discovery Pada Pembelajaran IPA Kelas V
Di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus”
1. ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain
kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat
dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanski sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai
instituisinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan
sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan
Tesis ini, maka Prodi Teknologi Pendidikan PPs-UNS berahak mempublikasikannya
pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Teknologi Pendidikan PPS UNS.Apabila
saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanski akademik yang berlaku.
Surakarta, 2015
Yang membuat pernyataan
Nurwati
S811402041
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Orang bijaksana berpikir tanpa berbicara, orang yang bodoh berbicara tanpa berpikir.”
Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan
ketakutan; tapi lihatlah sekitar Anda dengan penuh kesadaran.
(James Thurber)
Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka
berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan
sesuatu untuk diharapkan.
(Tom Bodett)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmaanirrahim
Ya Allah, jika Engkau ridhoi, perkenankanlah hambamu ini
mempersembahkan karya tesis ini kepada:
1. Suamiku tercinta, Bpk.H. Noor Hasyim, Amd. yang selalu memberikan
dukungan moral dan matriil, dan juga selalu memtivasi untuk menjadi lebih baik
dan selalu mengajariku apa arti kehidupan, dan bagaimana cara menjalaninya
dengan penuh keikhlasan.
2. Anak-anakku, Angga Yafi Hasyim, Bagas Fu’ad Hasyim, dan Achmad Hanif
Hasyim yang selalu mensuport diriku dalam studiku.
3. Teman-teman dan sahabat seangkatan, Program Pascasarjana universitas
Sebelas Maret SurakartaProgram Studi Teknologi Pendidikan, kalian adalah
inspirasi hidupku.
4. Pembaca yang budiman....
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Kuasa atas Anugrah
dan KaruniaNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.Tesis ini
disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi
Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material sehingga tesisi ini
dapat selesai. Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan
penulis mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana
2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
kesempatan penulis mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana.
3. Kepala Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu,
bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penyususunan tesis ini.
5. Dr. Leo Agung S, M.Pdselaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan
bantuan tanpa mengenal lelah sehingga terselesaikannya penyusunan tesis ini.
6. Seluruh dosen dan staff administrasi Program Studi Teknologi Pendidikan pada
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Kepala sekolah, guru dan siswa diSD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian
ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Penulis menyadari penyusunan tesis ini masih ada kekurangan, namun besar
harapan penulis tegur sapa dan saran sangat penulis harapkan
sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.
Surakarta,Juli 2015
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii
ABSTRAK ................................................................................................... xiii
ABSTRACT ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar belakang Penelitian ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ............. 5
A. Kajian Teori ......................................................................................... 5
1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam .......................................... 5
2. Model Discovery .............................................................................. 10
3. Perencanaan Pembelajaran ............................................................... 18
4. Evaluasi Pembelajaran ...................................................................... 23
B. Penelitian Relevan ................................................................................ 26
C. Kerangka Berfikir ................................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 35
A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 35
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 36
C. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
D. Sumber Data ......................................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38
F. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 39
G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 44
A. Hasil penelitian ........................................................................................... 44
1.Diskrpsi Latar Peneliti ............................................................................. 44
2. Sajian Data .............................................................................................. 46
B. Pembahasan ................................................................................................ 72
1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN
2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus............................... 72
2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN
2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus............................... 73
3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.................................. 76
4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada
Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus .................................................................................................... 78
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 79
A. Simpulan ..................................................................................................... 79
B. Implikasi ..................................................................................................... 80
C. Saran-Saran ................................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Nilai Tes MAPEL IPA ..................................................................... 57
Tabel 2. Data Hasil Mapel IPA ................................................................................. 60
Tabel 3. Tes Unjuk Kerja Peserta Didik .................................................................... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berfikir .................................................................................... 37
Gambar 2. Model Analisis Interaktif ......................................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Catatan Lapangan Dengan Kepala Sekolah .......................................... 85
Lampiran 2. Catatan Lapangan Dengan Guru ........................................................... 88
Lampiran 3. Catatan Lapangan dengan Siswa .......................................................... 94
Lampiran 4. Perangkat Pembelajaran ........................................................................ 98
Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ............................................................................ 103
Lampiran 6. Rencana Program Pembelajaran ........................................................... 125
Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
ABSTRAK
Nurwati. S811402041.2014. Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran
IPA Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.Pembimbing1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, 2. Dr. Leo Agung S, M.Pd
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)Perencanaanpenerapan model
discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus; (2) Pelaksanaanpenerapan model discovery pada pembelajaran IPA
kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (3) Hasil
penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (4) kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian
deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam,
observasi partisipasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis
interaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan penerapan model
discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan BaeKabupaten
Kudus dilakukan dengan mengirim guru dalam penataran/workshop yang menunjang
guru dalam pembelajaran, Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran
yang akan dilaksanakan dalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP. (2)
Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus kegiatan awal dimulai dengan
persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang
penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD.
Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. (3)
Hasil penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih
mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan
dibenak mereka sendiri. Peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif. Kelas menjadi
produktif, menyenangkan dan tidak membosankan. Serta peserta didik lebih dihargai
karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas
siswa juga dinilai. (4) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan
penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang kaget dengan penerapan model
discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru
tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.
Kata Kunci: model discovery. Mata Pelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
ABSTRACT
Nurwati. S811402041.2014. Application of Model Discovery in Science Lesson
Class V at State Elementary School 2 Karangbener Bae of Kudus. Thesis. Graduate
Program, University of March Surakarta.Advicer1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd2.
Dr. Leo Agung S, M.Pd
The purpose of this study was to determine (1) Planning application discovery
models in science teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae sub
district of Kudus District; (2) The application of the model of discovery in science
teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae of Kudus; (3) The results
of the application of the model discovery in science teaching fifth grade in elementary
school 2 Karangbener Bae of Kudus; (4) the obstacles encountered in the
implementation of model application discovery in science teaching fifth grade in
elementary school 2 Karangbener Bae of Kudus.
This study is a qualitative research strategy qualitative descriptive study.
Methods of data collection using in-depth interviews, participatory observation, and
documentation. Analysis of data using an interactive model.
The results showed that (1) Planning application discovery in science teaching
models in SDN 2 Karangbener Bae of Kudus by sending teachers in upgrading /
workshops that support teachers in learning, teachers make plans scenario (stages) of
learning which will be implemented in one or more meetings in the form of RPP. (2)
The application of science learning with discovery models in SDN 2 Karangbener Bae
of Kudus early activity starts with the preparation of materials and materials as existing
media will be used to support the delivery of material later one of them with pictures
and videos and LCD. Activities end or cover teachers to reflect together with the
learners. (3) The results of the application of science learning with models Learners
discovery is easier to understand the material presented teachers, able to conceptualize
knowledge of their own minds. Learners become active, critical and creative. Class into
a productive, fun and not boring. As well as the learners more appreciated as authentic
assessment not only of the task alone but of the process as well as student activity was
also assessed. (4) Obstacles encountered in the implementation of the implementation of
the application of the discovery in class V SDN 2 Karangbener Bae of Kudus is that
there are still some students were shocked by the application of this discovery models,
then besides sometimes in the execution of the final evaluation of teachers do not have
time to do the assessment because the focus on the delivery of content.
Keywords: model of discovery. Subjects IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan
dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami
kemajuan.Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-
sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi
karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru
selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat
belajar bagi murid-murid. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa
pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada.
Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang
membangun dan mencapai kualitas pendidikan secara optimal.
Kualitas pendidikan meliputi berbagai sektor dan jenjang pendidikan,
termasuk jenjang pendidikan menengah pertama. Keberhasilan pendidikan banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu
berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.
Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam upaya meningkatkan
proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam
proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini
sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif
dalam belajar di kelas.
Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan pengujian gagasan-gagasan.Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui
kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh
siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
diperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V. Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari 34
siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan
nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa,
pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas.
(dokumen nilai SD 2 Karangbener tahun 2013).
Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran yang
dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir
kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di
lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran
penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna
karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta
mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dengan judul
penelitian, “Evaluasi Penerapan Model Discoverypada Pembelajaran IPA kelas V di SD
Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?
2. Bagaimana pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?
3. Bagaimana hasil penerapan model discovery pada pembelajaranIPA kelas V di SD
Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
C. Tujuan Penelitian
Terkait dengan rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini terdapat tujuan
penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan penerapan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus.
2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus.
3. Untuk mengetahui bagaimana hasil penerapan model discovery pada pembelajaran
IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model
discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan
Bae Kabupaten Kudus.
D. Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini, Hasil penelitiannya diharapkan dapat bermanfaat secara
teoretis dan praktis, yaitu :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya
dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran dengan model
discovery.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru
Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
konteks kehidupan sehari-hari siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran.
b. Bagi siswa
Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep
pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan sehari-
hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
c. Bagi sekolah
Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan
pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori
1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian IPA
Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari
tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan
pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal
ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010).
Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pendidikan IPA adalah
lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan
pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi
berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai
penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. dalam Khalimah, 2010).
Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,
atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih
lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan
karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi
unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu,
belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam
masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang
terkandung dalam dimensi pendidikan IPA.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA. IPA
merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan
pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif
ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan
profesional (sementara).
IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk memenuhi
kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat
diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak
berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada
penekanan, pembelajaran salingkemas (Sains, Lingkumgan, Tekhnologi, dan
Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan
membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja
ilmiah secara bijaksana (Bowo : 2009).
Berdasarkan pengertian IPA dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA
pembelajaran yang bersifat kongkrit, rasional atau bersifat riil dan nyata
sehingga pada saat pembelajaran dapat dikaitkan antara materi dan topik
pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari
b. Pembelajaran IPA
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan
metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi
ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.
(Miftahul Huda, 2013: 2)
Hausstatter dan Norddkvele (1978) mengatakan bahwa pembelajaran
merefleksikan pengetahuan konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki
banyak makna yang berbeda-beda. (Miftahul Huda, 2013: 6)
Dalam Trianto (2007:102), IPA adalah suatu kumpulan teori yang
sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir
dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta
menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan
pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang dibangun oleh
guru ini diharapkan mampu membangun karakteristik mental siswa dan juga
keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan.
Sedangkan pembelajaran IPA di fokuskan pada proses inkuiri dan berbuat
sehingga dapat membantu peserta didik mendapatkan pemahaman tentang
gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya.
IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan
kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah
diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka
melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (KTSP 2006).Menurut
teori perkembangan kognitif Piaget (Wiji Suwarno 2008 : 58) bahwa anak
membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui
pengalaman-pengalamannya. Piaget (Wiji Suwarno 2008) membedakan
perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensori
motor (0-2 th), (2) taraf pra-operasional (2-7 th), (3) taraf operasional konkrit (7-
11 th), dan (4) taraf operasional formal (11-15 th). Walaupun ada perbedaan
individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget
mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan
perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan
yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (Wiji
Suwarno, 2008 : 58) menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai
pemberi informasi.
Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-
program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-
pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain
serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan
memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.
Pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka
sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau siswa
pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendirilah yang harus
membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai
pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada otak siswa. Tugas guru berubah
menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu agar siswa sendiri belajar dan
menekuni bahan yaitu dengan menggunakan ketrampilan proses. Terdapat
Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan yaitu :
1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak
sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus
memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban
tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan
dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika guru penuh
perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada
kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi
memberikan pengalaman yang dimaksud.
2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif
dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran
pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan,
melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui
interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar
mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia
fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan
perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh
dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu
berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
c. Tujuan Mata Pelajaran IPA SD
Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan
pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari
tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA
diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri
sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya
menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam
sekitar.
Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam
mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,
menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang
gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang
akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal
dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah
dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo
Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun
hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk
menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang
diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum,
2006).
Arini (2011: 113) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
2. Model Discovery
a. Definisi
Model DiscoveryLearning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana
pendapat Bruner (2002: 130), bahwa: “Discovery Learning can be defined as the
learning that takes place when the student is not presented with subject matter in
the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam
Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang
menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.
Bruner memakai metode yang disebutnya DiscoveryLearning, di mana
murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Daljono,
1996:41). Model DiscoveryLearning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan
(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam
penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery
itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the
mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Dengan mengaplikasikan model DiscoveryLearning secara berulang-
ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan.
Penggunaan model discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif
menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student
oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara
keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
Model discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada
pengalaman langsung. Pembelajaran dengan model discovery lebih mengutamakan
proses daripada hasil belajar. Berikut adalah langkah-langkah yang digunakan
dalam model pembelajaran Discovery:
1) Diskusi, Tahap ini bertujuan untuk menggali konsep awal siswa. Guru
memberikan Permasalahan yang kemudian akan diselesaikan oleh siswa.
2) Proses, Tahap ini merupakan tahap penemuan konsep oleh siswa. Pada tahap ini
meliputi: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mendesain eksperimen,
mengumpulkan dan mengolah data, menarik kesimpulan.
3) Pengembangan Masalah, tahap ini merupakan tahap refleksi yang meliputi:
Pemberian kritik (critizing), nilai sikap (Valuing), penerapan (application).
(Moh Amien, 1987: 111)
Menurut Moh. Amien (1988: 97) “Kegiatan discovery adalah suatu
kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya
sendiri”. Sedangkan Sund dalam Roestiyah N.K (2001: 20) menyatakan bahwa:
Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan
sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental
tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti,
menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat
kesimpulan dan sebagainya.
b. Konsep
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning
merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang
kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan
kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan
kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-
relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-
kejadian (events).
Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima
unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua
unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif
maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4)
Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan
bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda
yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori
meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau
peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.
Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal
dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu
lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan
ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa
dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau
pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini
bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih
kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus
berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi
kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga
tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan
symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya
untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan,
sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-
objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan
(tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu
memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh
kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya
anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.
Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol.
Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem
simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan
symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan
atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat
temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan
keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk
menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 2001:85).
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan
sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145).
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented
menjadi student oriented.
Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya
guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem
solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery
Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk
melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,
mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta
membuat kesimpulan-kesimpulan.
Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri
mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di
dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
aplikasi metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada
kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya
(Budiningsih, 2005:41).
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning
menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya
untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli
matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan,
serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.
Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode
mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar,
bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar
lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu
bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang
diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas
yang lebih besar untuk belajar sendiri.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Discovery
1) Langkah Persiapan Metode Discovery
a. Menentukan tujuan pembelajaran.
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya
belajar, dan sebagainya).
c. Memilih materi pelajaran.
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif
(daricontoh-contoh generalisasi).
e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-
contoh,ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari
yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke
simbolik.
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
2) LangkahPenerapanModelDiscovery
Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery
Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:
a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang
menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi
generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu
guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran
membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan
pemecahan masalah.
Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi
interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam
mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai
teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan
mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapattercapai.
b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)
Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-
agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah
satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara
atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan
yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau
hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas
pertanyaan yang diajukan.
Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan
menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang
berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan
suatu masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Data Collection (Pengumpulan Data)
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil
bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).
Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi
yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara
logis.
d. Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,
2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
e. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan
siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas
yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
3) Langkah Sistem Penilaian
Dalam Model Pembelajaran Discovery, penilaian dapat dilakukan
dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan
dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.
Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model
pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk
penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja
siswa.
d. Keunggulan dan Kelemahan Model Discovery
Sebagai salah satu bentuk metode dalam pembelajaran, model discovery
memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:
Keunggulan model discovery:
1) Mendorong siswa untuk lebih mengembangkan, memperbanyak kesiapan,
serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.
2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual
sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.
3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.
4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju
sesuai dengan kemampuannya masing–masing.
5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar giat.
6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri
sendiri dengan proses penemuan sendiri.
7) Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja, membantu bila diperlukan.
Kelemahan model discovery:
1) Pada diri siswa harus sudah ada kesiapan dan kematangan mental untuk
belajar.
2) Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar.
3) Proses mental yang terjadi terlalu mementingkan proses pengertian saja,
kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan
bagi siswa.
4) Kurang memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. (Roestiyah
N.K, 2001: 21)
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model
discovery lebih menekankan pengalaman langsung atau melibatkan proses
mental siswa. Sehingga dengan discovery diharapkan siswa dapat menemukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
3. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat suatu kegiatan dapat
berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif untuk
memperkecil kesenjangan yang ada dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Perencanaan merupakan hasil proses berpikir dan pengkajian dan penyeleksian dari
berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi,
yang merupakan awal dari semua proses pelaksanaan kegiatan yang bersifat
rasional. Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya
secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-
upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.
Menurut H.B. Siswanto (2007:42) perencanaan adalah proses dasar yang
digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya.
Menurutnya, merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumberdaya
manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), dan
sumberdaya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. George R. Terry dan
Leslie W. Rue (2009:9) menyatakan bahwa planning atau perencanaan adalah
menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan
datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
Sementara itu, Mulyasa (2006:223) menjelaskan bahwa perencanaan adalah suatu
bentuk dari pengambilan keputusan (decision making).
Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari
kurikulum, sedangkan aplikasi dari perencanaan akan terlihat dalam kegiatan
pembelajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses pembelajaran, terutama sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi perencanaan pembelajaran sebagai
pedoman atau panduan kegiatan menggambarkan hasil yang akan dicapai, sebagai
alat control dan evaluasi. Bentuk perencanaan pembelajaran adalah silabus
pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (Rusman, 2010: 581).
Perencanaan pembelajaran adalah membuat suatu persiapan
pembelajaran itu sendiri. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak
mempunyai persiapan pembelajaran yang baik maka peluang untuk tidak terarah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri
tanpa acuan yang jelas. Pada dasarnya, rencana pembelajaran menetapkan tujuan
yang ingin dihasilkan guru selama pembelajaran dan bagaimana guru mencapai
tujuan tersebut. Biasanya, rencana pembelajaran dibuat dalam bentuk tertulis,
namun hal ini bukanlah suatu keharusan. Guru-guru baru atau yang kurang
berpengalaman mungkin perlu membuat rencana pembelajaran yang sangat
terperinci – menunjukan dengan jelas apa yang akan terjadi pada setiap tahap-tahap
pembelajaran.
Salah satu alasan utama mengapa membuat perencanaan dianggap
penting adalah karena guru perlu mengindentifikasi tujuan dari pembelajaran yang
mereka sampaikan. Guru perlu mengetahui apa yang mereka harapkan bisa
dilakukan oleh para siswa pada akhir pembelajaran, yang sebelumnya tidak bisa
siswa lakukan. Berikut adalah beberapa alasan lain pentingnya sebuah perencanaan
a. Memberikan kesempatan pada guru untuk memperkirakan kemungkinan
masalah yang akan muncul dan kemudian mempertimbangkan solusinya.
b. Memastikan bahwa pelajaran yang disampaikan seimbang dan sesuai untuk
kelas tersebut.
c. Memberikan rasa percaya diri bagi guru.
d. Perencanaan pada umumnya merupakan latihan yang baik dan menunjukan
profesionalisme.
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar
kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.Sesuai dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP
dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam
upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Berikut ini akan disajikan
langkah-langkah dalam penyususnan RPP :
1) Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,
semester,program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2) Standar kompetensi
Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata
pelajaran.
3) Kompetensi dasar
Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam
mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam
suatu pelajaran.
4) Indikator
Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5) Tujuan pembelajaran
Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh
peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6) Materi ajar
Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe-
tensi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
7) Alokasi waktu
Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.
8) Metode pembelajaran
Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator
dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
9) Kegiatan pembelajaran :
a) Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan
memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran.
b) Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.
Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang-
kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman-
pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara
tekun dan cermat, dan konfirmasi adalah pembenaran, penegasan, dan
pengesahan.
c) Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
10) Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan
dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar
Penilaian.
Penilaian dilakukan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.
a. Aspek penilaian kognitif terdiri dari:
1) Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu
kota, rumus).
2) Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya:
menyimpulkan suatu paragraf).
3) Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan
suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan
masalah).
4) Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas
menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau
arti suatu puisi)
5) Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi
menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian
di laboratorium).
b. Aspek penilaian afektif terdiri dari:
1) Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima
stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar
2) Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi,
perasaan kepuasan dll.
3) Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll
4) Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam
organisasi sistem nilai
5) Membentuk watak (Characterization): sistem nilai yang terbentuk
mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.
c. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari:
1) Meniru (perception)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2) Menyusun (manipulating)
3) Melakukan dengan prosedur (precision)
4) Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)
5) Melakukan tindakan secara alami (naturalization)
11) Sumber belajar
Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi. Beberapa sumber belajar dalam pembelajaran IPA yaitu
seperti lingkungan sekitar, buku paket IPA KTSP, dan dari Internet.
4. Evaluasi Pembelajaran
a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Menurut Arikunto (2008:2) berpendapat bahwa evaluasi adalah kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya
informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam
mengambil sebuah keputusan. Usmar (2003:120) mengatakan bahwa evaluasi
adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang
berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif
yang diinginkan. Karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil
secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya
pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan
informasi untuk proses pengambilan keputusan.
Menurut Oemar Hamalik (2008:210), evaluasi merupakan suatu proses
berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai
keputusan-keputusan yang dibuat dalam rancang suatu sistem pengajaran. Rumusan
ini memiliki tiga implikasi: pertama, evaluasi ialah suatu proses yang terus-
menerus, bukan hanya pada akhir pengajaran tetapi dimulai sebelum
dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran. Kedua, proses
evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban
tentang bagaimana memperbaiki pengajaran. Ketiga, evaluasi menuntut
penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Sudijono (2008: 30) evaluasi terhadap hasil belajar setidaknya
mencakup dua hal yaitu: evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan khusus
dan evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan umum pengajaran. Evaluasi
hasil belajar dapat terlaksana jika menggunakan tiga prinsip dasar berikut: (1)
prinsip keseluruhan, (2) prinsip kesinambungan, dan (3) prinsip objektivitas.
Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka menilai ketercapaian
peserta didik terhadap indikator atau kriteria yang telah ditentukan disebut evaluasi
hasil belajar.
Menurut pendapat Hamalik (2008: 159), evaluasi hasil belajar adalah
keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil
belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil
belajar peserta didik yaitu: (1) Penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil
belajar peserta didik secara menyeluruh baik kognitif, psikomotor dan afektif. (2)
Hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi
peserta didik yang digunakan untuk memberikan pelayanan pembelajaran
individual pribadi peserta didik. (3) Penilaian yang dilakukan oleh pendidik
terutama ditujukan untuk peningkatan prestasi belajar dan pengembangan pribadi
peserta didik. (4) Penilaian yang dilakukan secara berulang dan kontinyu untuk
memperoleh data yang lebih akurat yang dijadikan dasar pengambilan keputusan
secara umum.
b. Prinsip Evaluasi Pembelajaran
Menurut Depdiknas (2007: 4) penilaian hasil belajar peserta didik pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang
tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik.
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi
teknik, prosedur, maupun hasilnya.
c. Evaluasi Hasil Belajar
Menurut pendapat Hamalik (2006: 159), evaluasi hasil belajar adalah
keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,
penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar
yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil
belajar peserta didik yaitu: (1) Penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil
belajar peserta didik secara menyeluruh baik kognitif, psikomotor dan afektif. (2)
Hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi
peserta didik yang digunakan untuk memberikan pelayanan pembelajaran individual
pribadi peserta didik. (3) Penilaian yang dilakukan oleh pendidik terutama ditujukan
untuk peningkatan prestasi belajar dan pengembangan pribadi peserta didik. (4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Penilaian yang dilakukan secara berulang dan kontinyu untuk memperoleh data
yang lebih akurat yang dijadikan dasar pengambilan keputusan secara umum.
B. Penelitian Relevan
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini pernah dilakukan oleh
penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut ini:
Rahmin T. Husain (2000), yang berjudul “Penerapan Model discovery
Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Qur’an
Hadits di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat.” hasil penelitian diperoleh
gambaran bahwa penerapan model discoverylearning dalam meningkatkan hasil
belajar mata pelajaran Qur’an Hadits padasiswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo
Kecamatan Limboto Barat sudah baik. Hal inidibuktikan dengan penggunaan
langkah-langkah model discoverylearning yang telahditerapkan pada
pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkanrespon
yang positif. Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yangbelajar.
Mereka tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasanguru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri
inti dari materipelajaran yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
dalam prosespembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan model
discoverylearning yangmemiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa
secara maksimal dan diarahkanuntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu
yang dipertanyakan sehinggamenumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya
tujuan penggunaan model discoverylearning yaitu untuk mengembangkan
kemampuan berpikir sistematis, logisdan kritis.Berdasarkan penelitian di atas
terdapat persamaan dan perbedaan.Persamaannya adalah bahwa dalam penerapan
pembelajaran dengan model discovery pada setiap pembelajaran menghasilkan
perubahan yang baik pada hasil belajar anak, karena pembelajaran ini lebih kreatif
daripada teacher center seperti biasanya.Sedangkan Perbedaan penelitian ini adalah
digunakan pada matapelajaran IPA sedangkan Rahmin T. Husain (2000)
pembelajaran yang digunakan adalah pelajaran Qur’an Hadits.
Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014), yang berjudul “Pengaruh
Penggunaan Model discovery terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat.” Penelitian ini
merupakan penelitian dengan desain factorial disign, yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model discovery terhadap kemampuan analogi dan
generalisasi matematis siswa SMK. Setiap kelompok terdiri dari 36 siswa yang
terbagi ke dalam tiga kemampuan siswa berbeda, yaitu siswa berkemampuan
tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah kelasnya.
Data penelitian dikumpulkan melalui tes, angket, observasi dan wawancara. Hasil
penelitian ini adalah Peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan model discovery lebih baik daripada siswa yang
memperoleh metode pembelajaran dengan metode ekspositori.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Risqi
Rahman, Samsul Maarif (2014) adalah sama-sama menggunakan metode discovery
dalam meningkatkan kemampuan menalar siswa serta analoginya sedangkan
perbedaannya penelitian ini lebih memfokuskan pada setiap perencanaan,
pelaksanaan serta hasil dan kendala yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014)
lebih memfokuskan pada pengukuran besarnya pengaruh metode discovery
terhadap kemampuan analog anak.
Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati (2013), yang berjudul
“Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Kemampuan Memecahkan
Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang.” Penelitian ini dilaksanakan dengan
tujuan untuk membuktikan kemampuan memecahkan masalah siswa yang
menggunakan model pembelajarandiscoverylearninglebih baik daripada siswa yang
menggunakan modelpembelajaran konvensional. Jenis penelitian eksperimen
dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Desain. Hasil analisis
data dan pembahasan,menyimpulkan kemampuan memecahkan masalah siswa
yang menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada
model pembelajaran konvensional.
Berdasarkan penelitian diatasterdapat persamaan dan perbedaan.
Persamaannya yaitu peningkatan hasil belajar IPA ditempuh dengan penerapan
metodediscovery dan hasilnya signifikan. Perbedaannya adalah metode penelitian
pada jurnal ini dengan eksperimen sedangkan penelitian ini deskriptif kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
sehingga menjelaskan secara detail tentang evaluasi dan hasil yang dicapai serta
persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran.
Chusni Mubarok (2014), yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran
Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TAV pada Standar
Kompetensi melakukan Instalasi Sound System di SMK Negeri 2 Surabaya.”
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh model
pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada standar
kompetensi melakukan instalasi sound system. (2) Mengetahui respon siswa
terhadap model pembelajaran DiscoveryLearning. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Metode Quasi Experimental Design menggunakan
desain Posttest Only Control Group Design di mana terdapat kelas eksperimen
dengan model pembelajaran DiscoveryLearning dan kelas kontrol dengan model
pembelajaran langsung, yang selanjutnya diberikan Posttest untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda. Sasaran penelitian ini adalah
siswa kelas X AV1 dan X AV2 SMK Negeri 2 Surabaya tahun ajaran 2013/2014.
Dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran DiscoveryLearning lebih tinggi dari hasil belajar
siswa dengan model pembelajaran langsung dengan perolehan uji-t yakni t hitung
3,291 > t tabel 1,99, dan dengan rincian nilai rata-rata kelas eksperimen 80,176 dan
nilai rata-rata kelas kontrol 76,083. (2) Hasil angket respon siswa menunjukkan
Hasil Rating sebesar 77,39%. Dari kriteria penentuan prosentase rating penilaian
kualitatif maka respon siswa diketegorikan baik terhadap penerapan model
pembelajaran DiscoveryLearning.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chusni Mubarok (2014)
bahwa penelitian ini membuktikan dengan sebuah eksperimen terhadap siswa
dengan metode pembelajaran discovery sehingga pada prinsipnya sama dengan
penelitian yang dilakukan sekarang,a bedanya hanya pada jenang pendidikan.
Persamaan penelitian Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati,
dan Chusni Mubarok dengan penelitian ini adalah, sama-sama menguakan model
discovery, sedangakan perbedaannya penelitian ini mengarah pada pada
peningkatan hasil belajar siswa yang lebih memfokuskan pada setiap i perencanaan,
pelaksanaan serta hasil dan kendala yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Ni Luh Rismayani (2013), yang berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa.”
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas X
4 SMA Negeri 1 Sukasada melalui penerapan model pembelajaran
discoverylearning. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi atau evaluasi dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Sukasada yang berjumlah
24 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode
observasi, wawancara, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh melalui metode
observasi dan wawancara dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif sedangkan
data yang diperoleh melalui tes hasil belajar dianalisis dengan teknik
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil
belajar siklus I ke siklus II sebesar 9,2%. Peningkatan ketuntasan klasikal
siklus I ke siklus II sebesar 33,4%. Kendala yang dihadapi dalam penerapan
model discoverylearning yaitu siswa belum terbiasa dengan penerapan model
discoverylearning sehingga sangat sulit bagi guru untuk mengeksplorasi
respon-respon siswa. Solusi yang dilakukan adalah memberikan permasalahan
di awal pertemuan supaya siswa membaca dan menemukan sendiri pemecahan
masalah dalam buku atau sumber belajar yang dia miliki.
Berdasarkan penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dalam
penelitian tersebut dengan penelitian di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus. Persamaan penelitiannya adalah sama–sama penggunaan model
discoverydan melihat pengaruh dan hasil dari pembelajaran dengan model
discovery ini bagi siswa maupun guru dalam peningkatan hasil
belajar.Perbedaaannya adalah mata pelajaran yang digunakan penelitian di SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah pada mata pelajaran IPA
dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sedangkan penelitian Ni
Luh Rismayani (2013) adalah mata pelajaran PKn dengan metode penelitian yang
dilakukan adalah PTK yang dilakukan dengan dua siklus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Brian J. Foley, Cameron Mc Phee. 2008. “Sudents’ Attitudes Towards
Science in Classes Using Hands-On or Textbook Based Curriculum.”
Pengembangan dan penggunaan tangan atau praktek pada kurikulum sains di
sekolah dasar telah menjadi upaya reformasi utama dari dua dekade terakhir. Tetapi
penelitian pada hasil dari upaya ini telah ambigu. Sebuah studi terbaru oleh Pine et
al (2006) melaporkan hasil penilaian skala besar pengetahuan ilmu pengetahuan
dan keterampilan siswa yang belajar dengan praktek pada ilmu pengetahuan dan
siswa yang belajar dengan buku teks. Hasil penelitian mereka menunjukkan skor
umumnya rendah pada kinerja penilaian untuk kedua jenis siswa dengan hanya
keunggulan kecil untuk praktek siswa (pada salah satu dari empat penilaian).
Makalah ini membahas beberapa data tambahan dari yang studi pada sikap siswa
terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan topik. Kami menemukan bahwa
praktek siswa pada kelas yang umumnya lebih menguntungkan untuk ilmu
pengetahuan dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang sifat ilmu daripada
siswa yang hanya secara teori. Perbedaan sikap tidak berkorelasi signifikan dengan
nilai tes yang dilakukan.
Mustafa Cakir. 2008. “Contructivist Approaches to Learning in Science
and Their Implications for Science Pedagogy: A Literature Review.” Tulisan ini
menarik perhatian literatur dibidang pembelajaran, khususnya, konstruktivisme,
perubahan konseptual dan perkembangan kognitif. Ini menekankan kontribusi
penelitian tersebut untuk pemahaman kita tentang proses pembelajaran. Literatur ini
memberikan panduan untuk guru, disemua tingkatan, dalam usaha mereka untuk
memiliki siswa mereka mencapai belajar dengan pemahaman. Penelitian tentang
sifat konstruktif siswa proses belajar, tentang siswa model mental, dan siswa
kesalahpahaman memiliki implikasi penting bagi guru yang ingin model penalaran
ilmiah dalam mode yang efektif bagi siswa mereka. Tulisan ini bertujuan untuk
mengkomunikasikan penelitian ini kepada guru, penulis buku, dan dosen yang
terlibat dalam penyusunan guru sains. Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian besar.
Bagian pertama konsentrat pada tinjauan kritis dari tiga teori belajar yang paling
berpengaruh dan konstruktivis pandangan belajar dan membahas landasan yang di
atasnya teori konstruktivis pembelajaran telah berakar. Ini berusaha jawaban atas
pertanyaan "Apa yang beberapa prinsip-prinsip pemikiran konstruktivis yang kita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
harus diingat ketika kita mempertimbangkan peran kita sebagai guru sains?".
Bagian kedua dari tulisan ini bergerak ke arah menggambarkan sifat konsepsi siswa
alternatif, cara mengubah struktur kognitif, dan aspek kognitif belajar dan mengajar
ilmu.
Matthew B. Etherington. 2011. “Investigative Primary Science: A
Problem Based Learning Approach.” Penelitian ini melaporkan keberhasilan
menggunakan Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBL) sebagai modus
pedagogis pembelajaran terbuka ilmu penyelidikan dalam empat tahun sarjana
dasar tradisional Program pendidikan guru. Pada tahun 2010, pendekatan
pembelajaran berbasis masalah untuk mengajar ilmu utama menggantikan konten
tradisional didorong silabus. Selama 13 minggu semester, kohort 150 guru SD
preservice memulai Desain dan Membuat proyek untuk memecahkan individual
memilih masalah dunia nyata. Selama satu minggu, pra-layanan guru menggunakan
modus berbasis masalah pembelajaran dalam hubungannya dengan membuka
penyelidikan ilmiah untuk menampilkan model kerja individu (Prototipe) di
museum ilmu umum ke sekolah-sekolah, tertarik pemangku kepentingan dan
masyarakat umum. Model pembelajaran PBL baik dan cocok untuk
direkomendasikan New South Wales Sains dan Teknologi K-6 Silabus Desain dan
Membuat proses pembelajaran. PBL Tentu saja memiliki dampak positif pada
motivasi guru sebelum layanan 'untuk mengajarkan ide-ide ilmu dalam konteks
dunia nyata. Artikel ini melaporkan tentang program ilmu PBL dan menawarkan
rekomendasi untuk masa depan instruktur pendidikan ilmu sarjana yang dapat
mencakup PBL sebagai bagian dari kurikulum ilmu mereka.
Ali Gunay Balim. 2009. “The Effects of Discovery Learning on
Students’ Success and Inquiry Learning Skills”. Pernyataan Masalah: "Jika bukan
karena Tekanan" Dalam penelitian ini, unit dalam program Ilmu dan Teknologi di
kelas 7 Dasar adalah ditangani dalam dua cara yang berbeda. Cara pertama adalah
pembelajaran penemuan Metode bersama dengan rencana dan kegiatan sehari-hari.
Yang kedua adalah Metode pengajaran tradisional. Penelitian ini terutama bertujuan
menjawab Pertanyaan: "Bagaimana mengajarkan ilmu melalui pembelajaran
penemuan Pendekatan mempengaruhi prestasi akademik siswa, persepsi
penyelidikan keterampilan belajar, dan retensi pengetahuan?" Tujuan Studi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penemuan Metode
pembelajaran pada persepsi siswa tentang keterampilan belajar penyelidikan,
prestasi akademik, dan retensi pengetahuan. Penelitian ini juga menyelidiki apakah
ada perbedaan yang signifikan antara eksperimen dan kelompok kontrol dalam
belajar mata pelajaran unit "Jika itu Bukan karena Tekanan?" Dari sudut kognitif
dan afektif tingkat belajar. Temuan dan Hasil: Sebuah desain penelitian kuasi-
eksperimental dengan pre-test dan kelompok kontrol pasca-uji yang digunakan
dalam penelitian ini. Lima puluh tujuh ketujuh grader berpartisipasi dalam
penelitian ini selama jangka waktu musim semi 2006-2007 tahun akademik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam mendukung
dari kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol mengenai rata-rata prestasi
akademik, puluhan retensi belajar, dan persepsi skor keterampilan belajar
penyelidikan, baik di tingkat kognitif dan afektif. Kesimpulan dan Rekomendasi:
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan
dalam mendukung kelompok eksperimen atas kelompok kontrol dalam hal nilai
prestasi akademik, persepsi Permintaan skor belajar, dan retensi skor pembelajaran
dikedua kognitif dan tingkat afektif . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
siswa kelompok eksperimen, yang mencetak gol yang tinggi dalam tes pasca-
prestasi, memiliki tinggi persepsi inkuiri skor keterampilan. Menggunakan
pembelajaran penemuan Metode, yang merupakan salah satu dari berbagai metode
pengajaran dimana siswa aktif dan dipandu oleh guru, dianggap untuk
meningkatkan keberhasilan dan belajar penyelidikan kemampuan siswa lebih dari
tradisional metode pengajaran.
Behrooz Sahebzadeh, Alireza Kikha. 2013. “Effect of Envirenmental
Factors for Teaching of Science on Academic Achievement and Interest of Students
and on Their Teachers’ Job Statisfaction.” Bahan-bahan alami dan benda-benda
dari lingkungan dan perangkat untuk menjelajahi mereka adalah keharusan untuk
belajar awal kegiatan di sekolah. Bahan baku yang dibentuk oleh peran guru dalam
bermain dan belajar oleh siswa. Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
penggunaan bahan lingkungan sebagai media pendidikan aktif untuk kursus ilmu
sekolah dasar. Penelitian ini telah menjadi penelitian kuasi-eksperimental. Enam
kelas, ketiga kelas dan enam kelas-kelas lain dari kelas lima adalah sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu tes prestasi akademik, ukuran
kepentingan akademik dan persediaan kepuasan kerja. T-Test digunakan untuk
statistik analisis. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan fasilitas yang ada di
lingkungan untuk pengajaran konsep dalam ilmu buku teks memiliki dampak yang
signifikan dan positif terhadap prestasi akademik siswa dan kepentingan akademis.
Kepuasan kerja guru juga ditingkatkan dalam dua kelas mata pelajaran.
Persamaan penelitian Ni Luh Rismayani, Mustafa Cakir adalah, sama-
sama ingin meningkatkan hasil belajar siswa,sedangkan perbedaannya dengan
penelitian ini adalah dalam penggunaan model pembelajarannya dan pada mata
pelajaran yang berbeda, jika pada penelitian Ni Luh Rismayani pada matapelajaran
PKn, dalam penelitian ini pada mata pelajaran IPA. Dan dalam penelitian ini juga
lebih memfokuskan pada setiap perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendala
yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery.
C. Kerangka Berfikir
Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa
dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,
gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari
pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan
dan pengujian gagasan-gagasan.Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui
kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh
siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
memperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V.
Pada pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari
34 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan
nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa,
pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas.
Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran yang
dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir
kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran
penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna
karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta
mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented.Dengan
upaya-upaya dalam penerapan model discovery diharapkan prestasi atau hasil belajar
IPA di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dapat meningkat.
Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut”
Gambar. 1 Kerangka Berfikir
Perencanaan
Penerapan Model
Discovery pada
Pembelajaran IPA
kelas V
Pelaksanaan
Penerapan Model
Discovery pada
Pembelajaran
IPA kelas V (a)
Hasil Penerapan
Model
Discovery pada
Pembelajaran
IPA kelas V
Kendala/Hambatan
Skema Kerangka Berfikir Metode Pembelajaran Discovery:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian
tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar,
kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti
dan informan. Menurut Moleong (2007: 4) mengemukakan bahwa metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata- kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Sedangkan Krik dan Miller dalam (Moleong :2007:4) mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya
Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi
bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman
sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan
untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.
Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta
memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2006: 94).
2. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi
(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok
sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi
biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-
cara hidup (Sukmadinata, 2006: 62). Penelitian ini hanya mengambil 4 sub fokus
mengenai a) perencanaan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N
2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, b) pelaksanaan model discovery
pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Kudus, c) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus, d) hasil model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), dengan
pertimbangan dan alasan adanya keunikan yang dimiliki di SD N 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus yang telah melaksanakan berbagai model
pembelajaran kecuali model discovery khususnya pada mata pelajaran IPA.
C. Kehadiran Peneliti
Menurut Spradley (dalam Harsono, 2008: 158), kedudukan peneliti adalah
sebagai instrumen penelitian dan siswa. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai
instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Selain itu peneliti
juga menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Ciri-ciri umum manusia
sebagai instrumen mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan
keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan
memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau idiosinkratik
(Moleong, 2006: 168-169).Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen
penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Selain itu peneliti juga
menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Spradley
(dalam Harsono, 2008: 158), kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian
dan siswa.
D. Sumber Data
Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh sebuah
data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data berupa hasil observasi,
hasil wawancara, dan dokumentasi. Menurut Lofland dalam Moleong (2006:57) sumber
data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah
data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1. Nara Sumber
Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek penelitian,
karena sumber data menyangkut orang mempunyai kedudukan yang sama antara
yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan
sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam hal ini
adalah kepala sekolah, guru, peserta didik kelas V di SD N 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
2. Tempat dan aktitivitas
Tempat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan harus
ada kesesuaian dengan konteks dan setiap situasi sosial selalu melibatkan pelaku,
tempat dan aktivitas. Tempat dimaksudkan untuk memperkuat keterangan yang
diberikan oleh informan. Tempat yang menjadi lokasi observasi penelitian ini adalah
SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Data atau informasi juga
dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian. Data aktivitas siswa diperlukan untuk mengetahui
aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sumber data aktivitas ini adalah
kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA menggunakan
model discovery.
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,
2006: 270). Studi dokumentasi dilaksanakan untuk melengkapai data yang diperoleh
dari wawancara dan observasi. Data yang diperoleh berupa tulisan, rekaman seperti
buku-buku pedoman, laporan resmi, catatan harian, notulen rapat. Analisis dokumen
dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik
yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya
dengan penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu
“mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat
kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa
metode yaitu:
1. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil
bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,
dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama
(Sutopo 2006: 72). Wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan
jawaban secara luas. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam berupa
pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan key informan. Sehubungan
dengan hal tersebut maka yang dijadikan informan adalah sebagai berikut: Kepala
Sekolah, Guru dan siswa kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus.
2. Observasi
Menurut Sutopo (dalam Harsono, 2008: 164), observasi merupakan kegiatan
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, di mana peneliti berperan aktif dalam
lokasi studi sehingga benar-benar terlihat dalam kegiatan yang ditelitinya. Dalam
observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi dipakai
untuk memahami persoalan-persoalan yang ada di sekitar pelaku dan nara sumber
(Harsono, 2008: 165)
Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapat data tentang langkah-
langkah yang dilakukan guru. Observasi dilakukan dengan terjun langsung ke
lapangan secara aktif untuk memperoleh gambaran dan keterangan riil mengenai
sikap dan perilaku informan. Keterangan dan informasi yang diperoleh kemudian
dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan. Untuk memperoleh data, peneliti berlaku
sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota utuh dari kelompok yang diamati,
sehingga kesan subjektif dapat direndam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3. Content Analysis
Content analysis merupakan metode pengumpulan data penelitian melalui
teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen (antara lain
berupa: laporan, notulen rapat, surat, jurnal majalah atau surat kabar). Tujuan
content analysis adalah untuk melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau
informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi
yang obyektif dan sistematik.
4. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,
2006: 270).Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sidah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,
2006: 270). Data yang diperoleh dari dokumentasi berupa kutipan, segala macam
naskah, catatan program, korespondensi, laporan dan publikasi resmi sekolah.
Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan data berupa dokumen-dokumen
tertulis seperti Laporan Rencana Pembelajaran, Kurikulum, peraturan-peraturan,
notulen rapat dan profil sekolah.
F. Uji Keabsahan Data
Moleong (2006:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecek an atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang paling banyak digunakan ialah
pemeriksaan melalui sumber lainnya. Moleong (2006:330) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan: “Penggunaan sumber,
metode, penyidik, dan teori”.
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif, menurut Moleong (2006:331) hal ini dapat dicapai
melalui:
a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang
dikatakannya secara pribadi;
c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat
dan pandangan orang;
e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu:
a) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penel itian berupa teknik
pengumpulan data;
b) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang
sama.
3. Triangulasi Peneliti
Moleong (2006:331) mengemukakan bahwa: “teknik triangulasi ketiga yaitu
dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekan
kembali derajat kepercayaan data”.
4. Triangulasi Teori
Moleong (2006:332) mengemukakan bahwa: Triangulasi dengan teori
dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk
mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan
penelitian lainnya
G. Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan dan Tylor dalam Moloeng (2007:280), analisis data sebagai
proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis seperti yang disaranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan
bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi pertama lebih menitik
beratkan pada pengorganisasian data. Kedua lebih menekankan maksud dan tujuan
analisis data, dan dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, analisis data,
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data.
Menurut Miles dan Huberman dalam Moloeng (2007:308), pada dasarnya
analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigma positivisme. Analisis data itu
dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah: satu atau lebih
dari satu situs. Jadi seorang analis sewaktu hendak mengadakan analisis data harus
menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang telah dilakukannya satu atau
dua situs.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan
dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan
penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara
sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah
pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Berikut ini
adalah contoh reduksi data:
Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh
dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai
dengan kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam mereduksi data
setiap peneliti dipandu oleh pertanyaan penelitian yang harus dijawab berdasarkan
data. Jawaban pertanyaan tersebut merupakan wujud nyata temuan penelitian.
Ketika peneliti menemukan sesuatu (data) yang belum jelas dan belum memiliki
pola perlu segera dilakukan pencermatan melalui proses reduksi untuk memahami
makna yang terkandung dalam data tersebut.
2. Display data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian,
baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display
data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan
sehingga menjadi kebermaknaan data.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi
berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek, trianggulasi dan audit trail,
sehingga menjamin signifikansi hasil penelitian.
Analisis data ini dilakukan dengan model interaktif. Proses analisis
interaktif dimulai pada waktu pengumpulan data peneliti selalu membuat reduksi
data dan kajian data. Artinya data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari
bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang dikumpulkan dan dari situ peneliti
membuat ringkasan tentang pengertian yang ada yang disebut reduksi data. Setelah
selesai, peneliti mulai melakukan usaha menarik kesimpulan dengan verifikasi yang
berdasarkan pada reduksi data dan sajian data.
Bila data yang ada dalam reduksi data dan sajian data kurang lengkap,
maka wajib melakukan pengumpulan data kembali yang mendukung. Dengan
analisis interaktif akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai gambaran rencana
anggaran dan pembelanjaan biaya pendidikan.
Gambar 2.
Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006 : 231)
Dalam pengambilan kesimpulan perlu diverifikasi dengan melakukan aktivitas
ulangan untuk tujuan agar lebih mantap, dengan penelusuran data kembali, dengan
mengembangkan ketelitian misalnya mengembangkan konsensus antarsubjek. Pada
prinsipnya harus dilakukan pengujian validitas data agar simpulan penelitian menjadi
bisa dipercaya.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis etnografi. Etnografi
menurut Sutopo dalam (Mantja 2007: 6) adalah deskripsi analitik atau rekonstruksi
pemain dengan budaya (cultural scene) dan kelompok secara utuh. Tujuan utama
Pengumpulan
Data
Penarikan
Kesimpulan
Reduksi
Data
Penyajian
Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
etnografi adalah untuk memahami pandangan atau cara hidup seseorang atau
sekelompok orang dalam keadaan sesungguhnya. (Mantja, 2007: 6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Latar Penelitian
a. Letak geografis dan sejarah
SD 2 Karangbener merupakan SD di Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
Terletak dijalan Wijaya Kusuma Desa Karangbener Rt 02 Rw V Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus. Letak geografis SD 2 Karangbener ini terletak di pinggir jalan
Propinsi dan berada di lingkungan perumahan masyarakat.Sekolah ini sudah
terakreditas A. dan dipimpin oleh kepala sekolah ibu Sri Eny Kuswati, S.Pd dengan
jumlah guru 13 yang terdiri dari 8 PNS dan 5 GTT/PTT. Pembagian tugas guru
sesuai dengan bidang masing-masing. Guru sudah lulus S1 dan bahkan ada 1 guru
yang sudah melanjutkan S2. Sebagai SD imbas, SD 2 Karangbener melaksanakan
Kurikulum 2006 (KTSP), melakukan penilaian dengan portofolio, sebagai sekolah
MBS SD 2 Karangbener ini memiliki manajemen sekolah yang baik, pembelajaran
yang PAKEM dan adanya Peran Serta Masyarakat, SD 2 Karangbener
melaksanakan TKD, SD ini juga sudah terakreditasi selain itu SD 2 Karangbener
ini juga menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan minat, bakat dan
kreatifitas siswa. (dokumenSD 2 Karangbener tahun 2013)
Sarana prasarana yang dimiliki SD 2 Karangbener sudah dikategorikan
cukup lengkap. Berdasarkan dokumen sarana prasarana sekolah bahwa Peralatan
Pendidikan: Alat peraga IPA, Alat Peraga IPS, Alat Peraga Matematika, Alat
Peraga Bhs.Indonesia, Alat Peraga Bhs Inggris, Alat Peraga Olahraga masing-
masing 1 Set. LCD untuk proses pembelajaran dalam keadaan baik dan terdapat di
setiap kelas dan perabot sekolah misalnya kursi guru juga dalam keadaan baik juga.
SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus selain memiliki
sarana prasarana yang cukup memadai juga prestasi akademik dan non akademik
dari peserta didik yang baik pula. Berdasarkan hasil dari dokumen prestasi SD 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa prestasi
akademik dari hasil rata-rata NEM/UAS siswa 4 (empat) tahun berturut-turut
mengalami kenaikan yaitu tahun 2010/ 2011 nilai rata-rata UAS mencapai 7,26,
sedangkan tahun 2011/ 2012 adalah 7,24, tahun 2012/ 2013 mencapai 7,33 namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
tahun 2013/2014 nilai rata-rata UAS mengalami penurunan yaitu mencapai 7,23.
Adapun Jumlah peserta didik di SD Negeri 2 Karangbener pada tahun 2013/2014
sebanyak 128 siswa yang terdiri dari 56 laki0laki dan 72 perempuan.
b. Visi Dan Misi
Visi dan Misi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah
sebagai berikut:.
Visi Sekolah
”Kreatif dan Inovatif dalam pendidikan berlandaskan IMTEK dan
IMTAQ untuk meraih prestasi.”
Misi Sekolah:
1. Meningkatkan Iman danTaqwa.
2. Kreatif dan inovatif dalam pembelajaran demi menuntaskan Wajar
Diknas dan mutu pendidikan.
3. Bertanggungjawab pada pendidikan bangsa.
4. Bekerja keras untuk meraih prestasi berlandaskan kejujuran dan
kedisiplinan.(dokumen visi misi SD 2 Karangbener tahun 2013)
SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus memiliki tugas pokok
dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, tugas pokok tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi penyusunan
program kerja sekolah, pengaturan kegiatan belajar mengajar dan
bimbingan penyuluhan, penyusunan RKAS dan pendayagunaan
buku perpustakaan sekolah.
2. Menyelenggarakan pembinaan siswa.
3. Melaksanakan pembinaan tenaga pendidikan.
4. Menyelenggarakan administrasi sekolah.
5. Memanfaatkan dan memelihara sarana dan prasarana sekolah.
6. Melaksanakan hubungan sekolah degan lingkungan, orangtua siswa
atau dengan masyarakat.
7. Melaporkan pelaksanaan pendidikan.(dokumen tugas pokok SD 2
Karangbener tahun 2013)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Sajian Data
a. Perencanaan Penerapan Pembelajaran Model Discovery pada
Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus
Model discovery diselenggarakan oleh SD 2 Karangbener Kecamatan
Bae Kabupaten Kudus, namun tidak semua guru menyelenggarakan kegiatan
dengan model tersebut. Guru kelas V paham akan makna pembelajaran model
discovery dimana model pembelajaranini menekankankepadapengalaman
langsung. Pembelajaran dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses
daripada hasil belajar. Sehingga dengan model discovery diharapkan siswa dapat
menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.
Konsep pembelajaran dengan model discoveryyang diselenggarakan oleh guru pada
pembelajaran IPA dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, kepala sekolah SD 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut:
“Pembelajaran IPA dengan model discovery adalah model
pembelajaranyangmenekankankepadapengalaman langsung.
Pembelajaran dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses
daripada hasil belajar. Sehingga dengan model discovery diharapkan
siswa dapat menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui
proses mentalnya sendiri.” (hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri
Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015)
Berdasarkan penjelasan guru diatas maka pembelajaran IPA dengan
model discovery selalu mengkaitkan materi yang disampaikan kepada peserta didik
dengan dengan pengalaman langsung seperti yang disampaikan oleh Ibu
Anifahguru kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai
berikut.
“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang mengkaitkan
dengan pengalaman langsung yang ditemui oleh peserta didik,agar
peserta didik lebih cepat memahami secara nyata dan lebih menarik
untuk belajar, sebagai contoh arti mencair dan penguapan. Saya
menggunakan media es lalu didinginkan agar mencair dan air tersebut
saya panaskan lalu menguap. Selain itu pada saat pembelajaran
ekosistem, saya mengajak peserta didik keluar kelas untuk melihat kolam
yang ada didepan kelas untuk mengetahui ekosistem apa yang ada
didalamnya”. (hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14
Februari 2015)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pembelajaran IPA dengan model discovery ternyata tidak hanya didalam
kelas saja,tetapi bisa dilaksanakan diluar kelas. Hal ini seperti yang disampaikan
oleh Ibu Anifah, guru kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
sebagai berikut:
“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang bisa diadakan
diluar kelas, membuat peserta didik senang dan tidak jemu dengan
suasana kelas, sebagai contoh pada s aat materi makhluk hidup saya ajak
siswa keluar kelas lalu dibentuk kelompok yang terdiri dari 5/7 peserta
didik untuk menyebutkan 10 macam makhluk hidup dan benda tak hidup
dihalaman sekolah. Hal ini membuat siswa lebih kreatif dan
mempermudah penghafalan secara langsung kemudian dari makhluk
yang ditemukannya tersebut siswa diharapkan untuk mengamati anatomi
tubuh makhluk hidup yang diperolehnya tersebut”. (hasil wawancara
dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)
Pihak sekolah menyiapkan guru sebelum menyelenggaranan
pembelajaran dengan model discovery, persiapan dilakukan secara matang seperti
yang disampaikan oleh ibuKepala Sekolah SD 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus berikut ini:
“Untuk mempersiapkan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan
model discovery maka saya sering mengadakan rapat peninjauan sebelum
ajaran baru, memberikan motivasi dan mengikutsertakan guru dalam
kegiatan workshop/ penataran yang menunjang mereka dalam
mengajar”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada
tangal 9 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa pembelajaran dengan model
discovery adalah pembelajaran yang memahami konsep, arti, dan hubungan,
melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Sehingga
dengan mengaplikasikan model DiscoveryLearning secara berulang-ulang dapat
meningkatkan kemampuan penemuan diri siswa yang bersangkutan serta
pelaksanaannya bisa didalam ataupun luar kelas. Persiapan guru yang matang perlu
digalakkan,oleh sebab itu kepala sekolah selalu memberikan tinjauan dalam
pengadaan rapat,memotivasi guru serta mengirim guru dalam pelaksanaan
workshop/ pelatihan yang diadakan diluar jam sekolah.
Guru yang sudah faham tentang pengertian pembelajaran dengan model
discovery menindaklanjuti dengan persiapan penyusunan RPP dan Silabus.
Penyusunan RPP dilakukan oleh masing-masing guru dimana guru dituntut untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kreatif dalam menyusun RPP dengan komponen yang lengkap.Berikut ini
penjelasan Ibu Anifah, guru kelas V mengenai persiapan RPP yang
menggambarkan langkah-langkah pembelajaran model discovery.
“Hal yang disiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
model discovery adalah menyiapkan RPP.Pada RPP didalamnya ada SK,
KD, Tujuan pembelajaran, metode, scenario pembelajaran atau langkah-
langkah kegiatan pembelajaran, LKS, sumber belajar, dan
penilaian”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14
Februari 2015)
Penjelasan guru diatas menjelaskan bahwa dalam penyusunan RPP dan
silabus dengan model pembelajaran discovery harus memuat komponen-
komponennya sebagai pedoman acuan dalam proses pembelajaran. Seperti yang
disampaikan Ibu Anifah, guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus berikut ini:
“Hal yang disiapkan dalam pembelajaran dengan model discovery adalah
penyusunan RPPdan Silabus. Isi dari RPP ini berbeda pada umumnya.
RPP dengan model discovery lebih detail. Yang membedakan RPP
pembelajaran model discovery dengan RPP lainnya adalah isi dari
RPPpembelajaran model discovery lebih difokuskan pada pengalaman
langsung peserta didik agar menemukan pengalaman belajarnya sendiri
dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata. Kami menyusun
RPP dengan komponen yang lengkap seperti media yang digunakan,
sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran.”(hasil
wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa RPP yang disusun
guru SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus cenderung lebih
difokuskan pada pengalaman langsung peserta didik agar menemukan pengalaman
belajarnya sendiri dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.
Gurumenyusun RPP dengan komponen yang lengkap seperti media yang
digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP kelas
V terlihat jelas bahwa konteks yang digunakan dalam pembelajaran dalam susunan
RPP tersebut adalah penggunaan alat-alat ukur sehingga mampu membangun
pemahaman siswa.
Hal ini berarti bahwa dalam persiapan pembelajaran IPA dengan model
discoveryGuru dituntut menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
peserta didik, Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.Guru membuat rencana scenario
(tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih
pertemuan dalam wujud RPP, Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara
membentuk kelompok sebagai salah satu strategi pembelajaran serta Guru
menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat disimpulkan
bahwa perencanaan penerapan model pembelajaran discovery pada pembelajaran
IPA kelas V SD Negeri 2 KarangbenerKecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah
bahwa guru menyiapkan RPP sebagai persiapan dalam pembelajaran model
discovery. RPP yang disusun difokuskan pada komponen discovery yang
menggunakan metode yang membimbing peserta didik untuk menemukan
pengalaman belajarnya sendiri.Unsur discovery sangat kental dalam penyusunan
RPP dimana guru mencantumkan media yang digunakan, sumber belajar yang
digunakan, dan juga model pembelajaran
b. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Pelaksanaan penerapan model discovery di SDN 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sudah dilaksanakan sejak lama.Setiap guru kelas
menggunakan metode ini untuk mempermudah supaya materi yang disampaikan
dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Salah satunya adalah penerapan
model discovery pada pembelajaran IPA di kelas V. Seperti yang disampaikan oleh
Ibu Anifah(guru kelas V) menyampaikan bahwa:
“Saya biasa menggunakan model pembelajaran ini pada mata pelajaran
IPA, sebenarnya tidak hanya pada mata pelajaran ini saja, banyak hal
yang bisa saya kaitkan dengan kehidupan nyata misalnya pada alat
penafasan ikan atau katak kadang saya bawa anak pada kolam ikan lalu
menjelaskan tentang hidupnya diair dan sistem pernafasannya
bagaimana”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14
Februari 2015)
Berdasarkan Penjelasan guru diatas bahwa penerapan pembelajaran IPA
sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru kelas V. Hal ini diperkuat lagi oleh Ibu
Herlina Rustianti, S.Pd, guru kelas VI menyampaikan bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
”Pembelajaran model discovery adalah metode pembelajaran yang di
mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk
akhir, jika dalam hal ini adalah IPA, saya sering menerapkannya pada
proses pembelajaran karena hal ini dilakukan karena membuat siswa
kreatif dan suasana kelas menjadi hidup karena peserta didik dituntut
untuk aktif dan inovatif”.(hasil wawancara dengan Ibu Herlina Rustianti,
S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)
Ternyata pembelajaran IPA dengan model discovery sangat membantu
peserta didik dalam memahami maksud dari materi yang disampaikan oleh guru
khususnya dalam pelajaran IPA,selain itu siswa menjadi lebih aktif,kreatif dan
inovatif sehingga suasana belajar menjadi hidup. Penerapan pembelajaran IPA
dengan model discovery ini dilakukan oleh guru dengan persiapan yang matang dan
dimulai dengan kegiatan awal yang inovatif pula,sehingga siswa tertarik untuk
mengikuti materi yang akan disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai hasil wawancara
dengan guru kelas VISDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
menyatakan bahwa:
“Pada saat saya memulai materi baru,saya akan membuat bagaimana
siswa saya tertarik dan aktif,saya gunakan gambar-gambar misalnya pada
saat menjelaskan tema pertumbuhan,saya tampilkan gambar
pertumbuhan manusia, tumbuhan dan hewan. Peserta didik mulai
menebak dan bertanya,itulah yang biasa saya lakukan pada kegiatan awal
supaya suasana kelas menjadi hidup dan berinteraksi”.(hasil wawancara
dengan Ibu Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)
Hasil wawancara dengan guru kelas VI diperkuat dengan observasi yang
dilakukan pada kelas V pada saat pembelajaran IPA. Guru kelas V menggunakan
metode gambar, tetapi selain itu Ibu Anifahmenggunakan media lain yaitu video
memutar film. Lalu mencertitakan tentang isi film tersebut dan mengkaitkan
dengan materi yang akan disampaikan nantinya. Pada saat itu Ibu Anifahmemutar
film tentang perubahan kepompong menjadi kupu-kupu atau sering disebut sebagai
metamorfosis.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas bahwa pada saat
kegiatan awal pembelajaran IPA dengan model discovery guru menggunakan
sebuah media baik itu gambar maupun film untuk menarik siswa terhadap materi
yang disampaikan guru. Bukan hanya itu saja, pembelajaran dengan model
discovery dikaitkan dengan pengalaman langsung dan kreatifitas serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
imajinasisiswa sehingga dilakukan berbagai cara dan didukung persiapan yang
matang untuk menumbuhkan rasatersebut.
Pada saat kegiatan pembelajaran IPA dengan model discovery
berlangsung. Guru melibatkan proses mental siswa. Sehingga dengan discovery
diharapkan siswa dapat menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui
proses mentalnya sendiri.Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara
lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat
dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.Berdasarkan
hasil observasi dikelas V bahwa pada saat pembelajaran berlangsung Ibu Anifah
meminta salah satu peserta didiknya untuk mendemonstrasikan hasil
pengalamannya didepan teman-temannya. Hal ini merupakan salah satu komponen
pembelajaran dalam model discovery. Hal Senada juga disampaikan Ibu Herlina
Rustianti, S.PdGuru kelas VI SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus menyampaikan berikut ini:
“kalau berbicara tentang komponen pembelajaran model discovery sesuai
dengan kurikulum yang kita buat sebelumnya, banyak cara untuk
mewujudkannya, sama seperti yang dilakukandengan peserta didik
mendemonstrasikan berarti itu sudah merupakan pusat perhatian dari
peserta didik itu sendiri dan bukan lagi guru. Selain itu juga bisa dengan
melibatkan langsung pada proses pembelajaran misalnya kegiatan
praktek penguapan dan pencairan serta pemuaian” (hasil wawancara
dengan Ibu Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa discovery
dilakukan dengan memberikan materi akhir atau final sedikit demi sedikit dan juga
memberikan pengalaman yang bermakna.Hal ini sesuai dengan penjelasanVika
Adela, peserta didik kelas VSDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
sebagai berikut.
“Iya...bu guru sering mengadakan praktek diluar,kita lebih senang dan
lebih cepat faham”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23
Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik diatas
maka dengan pembelajaran praktikum diluar kelas membuat suasana yang berbeda.
Hal lain yang membuat peserta didik tertarik dan memberikan kesan yang berbeda
adalah pada saat guru menerangkan tentang materi getaran, saat observasi dikelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
guru tersebut memberikan contoh hasil getaran, bahwa hasil getaran bisa dilihat
pada kehidupan sehari-hari,guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan
percobaan dengan memukulkan penggaris pada meja, lalu muncullah sebuah
getaran.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat diketahui
bahwa guru mengimplementasi penerapan model discovery dengan memberikan
materi final sedikit demi sedikit dan dari materi final yang mudah ke materi yang
kompleks.Selain itu guru memberikan pengalaman yang bermakna dengan meminta
peserta didik untuk melakukan kegiatan eksperimen.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan
bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri atau
pengalaman langsung. Pada saat observasi di kelas V Ibu Anifah memberikan
materi tentang pengertian metamorfosis,proses terjadinya metamorfosis hewan serta
contoh hewan yang mengalaminya. Awalnya Ibu Anifah menjelaskan maksud
pembelajaran ini lalu menunjukkan beberapa gambar dan video tentang terjadinya
proses metamorfosis sementara siswa diam menyaksikan, suasana kelas begitu
tenang, karena siswa dipertunjukkan film tentang metamorfosis. Setelah itu Ibu
Anifah membagi kelas menjadi 3 dan memberikan beberapa gambar untuk siswa
susun kembali dan menjelaskan didepan kelas. Akhirnya terjadi tanya jawab dalam
kesimpulan.
Setiap kegiatan pembelajaran selalu diberikan umpan balik.Umpan balik
yang dilakukan guru biasanya berupa pemberian pertanyaan untuk mengetahui
pemahaman atau penyerapan materi oleh peserta didik.Kegiatan pemberian
pertanyaan yang dilakukan guru dijelaskan olehPutri Anisa Rahmawati, peserta
didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai
berikut.
“Ibu guru biasanya memberikan pertanyaan kepada kami, baik pada saat
memulai pelajaran ataupun saat selesai penyampaian materi yang diberikan,
misalnya pada saat materi fotosintesis, Ibu guru bertanya tentang proses
fotosintesis bagaimana? Ciri-ciri tanaman yang melakukan fotosintesis apa?
Jika tidak ada peserta didik yang menjawab guru mengambil kesimpulan
bahwa murid belum paham dan akan mengulang menjelaskan materi”.(hasil
wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tanggapan peserta didik lainnya ketika guru melakukan kegiatan
bertanya dijelaskan oleh Vika Adela, peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Ibu guru selalu memberikan pertanyaan pada saat mengajar, olehkarena itu
saya harus belajar giat supaya dapat menjawab pertanyaannya. Kata ibu guru
jika kami aktif menjawab dan benar maka nilainya nanti akan bagus.”.(hasil
wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan
bertanya dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Melalui kegiatan
bertanya tersebut guru dapat mengetahui daya serap peserta didik atau pemahaman
peserta didik.
Dalam model discovery gurudiharapkan dapat menghidupkan suasana
kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Hal ini
diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja,
namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik
yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik
yang kemampuannya kurang. Kegiatan belajar kelompok dijelaskan oleh Ibu
Anifah Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudussebagai berikut.
“Peserta didik dibuat kelompok 4 hingga 5 peserta didik dalam satu kelompok.
Kelompok-kelompok ini nantinya akan diberikan materi objek akhir yang akan
didiskusikan dan dibuat laporan diskusinya. Laporan diskusi yang berhasil
disusun akan dipresentasikan di depan kelas”.(hasil wawancara dengan Ibu
Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa peserta didik tidak
hanya aktif dalam melakukan kegiatan bertanya saja, namun juga aktif dalam
melakukan interaksi dengan teman-teman dalam satu kelas melalui kegiatan
diskusi.Untuk mengaktifkan peserta didik terutama dalam menciptakan
masyarakatbelajar guru IPA menggunakan berbagai macam metode seperti yang
dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudussebagai berikut.
“Untuk mengkondisikan kelas agar tercipta masyarakat belajar metode yang
digunakan adalah discovery learning sehingga terjadi community learning.
Dengan menggunakan metode ini peserta didik diminta untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
diskusi .”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9
Februari 2015)
Penjelasan guru di atas mengenai penggunaan discovery learning dalam
pembelajaran IPA dengan pembelajaran model discovery sesuai dengan hasil
dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP untuk peserta didik kelas
V kompetensi dasar “Mendefinisikan Ciri-Ciri Makhluk Hidup”, tertulis beberapa
metode pembelajaran.Metode tersebut diantaranya adalah Discovery Learning,
Diskusi kelompok, Eksperimen, Observasi, dan Ceramah.Dalam RPP tersebut
peserta didik diminta untuk berkelompok dan mendiskusikan materi tentang jenis-
jenis makhluk hidup dan ciri-cirinya.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui
bahwa guru menggunakan kegiatan belajar kelompok untuk menciptakan
masyarakat belajar. Peserta didik diajak untuk bertukar pendapat dan juga berbagi
pengetahuan dan pengalaman yang ditemui melalui kegiatan diskusi dan juga
presentasi. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu setiap kelompok yang
mengalami kesulitan.
Pada saat pembelajaran guru menyiapkan media video/LCDagar siswa
dapat menjelaskan materi yang diperoleh dari pengalamannya tersebutsupaya
tampilan penyampaian lebih menarik peserta didik. Beberapa video/LCD
pembelajaran yang ditayangkan yang berisi peragaan penggunaan suatu alat yang
dapat ditiru oleh peserta didik.Penggunaan video/LCD yang berperan sebagai
model dijelaskan oleh oleh Eko PrasetyoKelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan
Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Guru kami memberikan kesempatan kepada kami untuk menampilkan
beberapa video/LCD misalnya saja cara menggunakan alat mikrosof, jangka
sorong. Dari hal tersebut kami jadi lebih paham terhadap materi yang kami
pelajari tersebut.Kadang guru mendemonstrasikan penggunaan alat-alat
tersebut”.(hasil wawancara dengan oleh Eko Prasetyo, pada tangal 23 Februari
2015)
Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa dalam
pemodelan bukan hanya guru atau siswa saja yang menjadi model namun media
pembelajaran berupa video dan media LCD juga digunakan oleh guru.
Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan
peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi yang dilakukan guru
dijelaskan olehIbu Anifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudussebagai berikut.
“Kegiatan refleksi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan atau
tertulis”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari
2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa kegiatan refleksi
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang diberikan oleh guru.
Penjelasan guru tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Putri Anisa
RahmawatiPeserta didik Kelas V sebagai berikut.
“Pada akhir kegiatan pembelajaran ibuguru sering memberikan kesempatan
kami untuk berpikir dan meminta kami untuk mengambil kesimpulan dari
kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan”.(hasil wawancara dengan
oleh Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa diakhir
kegiatan pembelajaran dilakukan kegiatan refleksi.Kegiatan refleksi dilakukan
untuk menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru
memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir dan mengambil kesimpulan.
c. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD
Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Hasil yang dicapai dari pembelajaran IPA dengan model discovery yang
diselenggarakan di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus terlihat
dari kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik. Peserta didik merasa lebih
paham jika pembelajaran IPA dilakukan dengan model discovery, hal ini seperti
yang dijelaskan oleh EkoPrasetyo Kelas V sebagai berikut.
“Belajar IPA dengan menggunakan model discovery seperti penggunaan
kehidupan nyata sebagai gambaran penyampaian materi lebih
menyenangkan dan kami lebih faham karena kami tidak perlu susah
payah menghafal tetapi kami bisa memahaminya secara langsung dan
menemui pemahaman langsung dari pengalaman langsung yang kami
alami sendiri”.(hasil wawancara dengan Eko Prasetyo, pada tangal 23
Februari 2015)
Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa suasana
yang menyenangkan dan erat dengan kehidupan nyata peserta didik menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
peserta didik mudah dalam menerima materi.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan Vika Adela Peserta Didik Kelas V sebagai berikut.
“Pembelajaran dengan model discovery menjadikan pembelajaran
menjadi menyenangkan, bervariasi mudah dipahami karena
berkaitan dengan kehidupan nyata dan pengalaman kami
langsung”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23
Februari 2015)
Wujud pemahaman dari peserta didik terlihat dari kemampuan menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada pembelajaran kelas V materi ciri-ciri
makhluk hidup, guru mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya adalah
Sebutkan 10 ciri-ciri makhluk hidup? Beberapa peserta didik menjawab pertanyaan
guru tersebut denganmengangkat tangan dan peserta didik mulai menjawab.
Pertanyaan yang diberikan ibu Anifah terhadap peserta didik diperebutkan, ada
yang menjawab bergerak, bernafas, peka terhadap rangsang, memiliki bahan
genetika. Ada pula yang melengkapi bahwa ciri makhluk hidup adalah memerlukan
makanan, tumbuh, mengeluarkan zat sisa,beradaptasi dan memerlukan suhu
tertentu.
Berikut hasil penilaian peserta didik kelas V mata pelajaran IPA
yangdilaksanakan pada 17 maret 2014. (dokumen penilaian guru kelas V SD 2
karangbener Bae Kudus tahun 2013/2014).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Tabel 1. DAFTAR NILAI TES TERTULIS MATA PELAJARAN IPA KELAS V
SD 2 KARENGBENER BAE KUDUS TAHUN 2013/2014
NO
NAMA NILAI SK
OR
NILAI KET. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
AKHIR
1 Daffa Anindya
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T
2 Mohammad Abdul Aziz
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 77,1 T
3 Mohammad Umar
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 88,6 T
4
Noverda Luki Rusiana Putri
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 82,9 T
5 Ryan Adi Saputra
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T
6 Siti Azizul Qowiyah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T
7 Siti Noorhana
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T
8 Dwi Gita Ayu Asmarani
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T
9 Dina Novia Rochmah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T
10 Moh Fajar Maulana
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 31 88,6 T
11 Mohamad Zakaria
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 97,1 T
12
Noverda Luki Rusiana Putri
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 30 85,7 T
13 Revalina Anggitasari
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 29 82,9 T
14 Shavinka Dwi Ristanti
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T
15 Siska Neila Agustina
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 82,9 T
16 Sugi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 31 88,6 T
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Cahyanti
17 Vika Adelia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 91,4 T
18
Wahyu Purnomo Jati
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T
19
Mohamma
d Eky
Prastyo
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 32 91,4 T
20 Dina Novia Rochmah
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 30 85,7 T
NA: skor/35 x 100
Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai kognitif produk atau tes yang berupa pilihan ganda peserta didik
Kelas V SD 2 Karangbener Bae Kudus telah mencapai ketuntasan yang baik, dari 20 peserta didik, semuanya
mampu mencapai KKM mata pelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Penilaian proses
1) Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)
2) Rubrik Penilaian : (terlampir)
No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score
1 2 3 4
1
Ketepatan menjawab pertanyaan V
Keberanian mengungkapkan
pendapat
V
Keberanian menjawab pertanyaan V
NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100
*9/12 x 100 = 75.
2. Penilaian Afektif
a. Teknik Penilaian : non tes
b. Rubrik Penilaian :
No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score
1 2 3 4
1
Kerjasama v
Menghormati pendapat teman v
NA pengamatan : skor yang diperoleh/8 x 100
* 6/8 x 100 = 75.
3. Penilaian Psikomotor
a. Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)
b. Rubrik Penilaian :
No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score
1 2 3 4
1
Ketepatan v
Kerapian v
Keberanian menjawab pertanyaan v
NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100 *9/12 x 100 = 75.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 2. DATA HASIL PENILAIAN MATA PELAJARAN IPA PESERTA DIDIK KELAS V SD 2 KARANGBENER BAE KUDUS TAHUN 2013/2014 KKM Nilai IPA Kelas V adalah 70
NO
NAMA
NILAI
JUMLAH
RATA-RATA
NILAI AKHIR
KET.
KOGNITIF AFEKTIF
PSIKOMOTOR
PRODUK
PROSES
1 Daffa Anindya 80 75 75 75 305 76,25 76 T
2 Mohammad Abdul Aziz 77 66 65 68 276 69 69 BT
3 Mohammad Umar 88 76 75 76 315 78,75 79 T
4 Noverda Luki Rusiana Putri 82 75 76 74 307 76,75 76 T
5 Ryan Adi Saputra 77 68 67 65 277 69,25 69 BT
6 Siti Azizul Qowiyah 80 76 75 76 307 76,75 76 T
7 Siti Noorhana 80 77 76 78 311 77,75 77 T
8 Dwi Gita Ayu Asmarani 77 77 78 75 307 76,75 77 T
9 Dina Novia Rochmah 77 75 74 72 298 74,5 75 T
10 Moh Fajar Maulana 88 84 78 81 331 82,75 83 T
11 Mohamad Zakaria 85 81 76 77 319 79,75 80 T
12 Noverda Luki Rusiana Putri 97 88 85 79 349 87,25 87 T
13 Revalina Anggitasari 85 82 81 75 323 80,75 81 T
14 Shavinka Dwi Ristanti 82 81 75 76 314 78,5 79 T
15 Siska Neila Agustina 77 69 67 65 278 69,4 69 BT
16 Sugi Cahyanti 82 78 80 78 318 79,5 79 T
17 Vika Adelia 91 83 81 80 335 83,75 84 T
18 Wahyu Purnomo Jati 80 78 75 78 311 77,75 78 T
19 Mohammad Eky Prastyo 91 79 80 84 334 83,5 83 T
20 Dina Novia Rochmah 85 74 75 72 306 76,5 76 T
JUMLAH SISWA TUNTAS 17
JUMLAH SISWA TIDAK TUNTAS 3
PROSENTASE KETUNTASAN SISWA % 85%
PROSENTASE KETIDAKTUNTASAN SISWA % 15%
Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya di dalam kelas saja menjadikan
peserta didik aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun
di luar kelas. Aktivitas yang dilakukan peserta didik di dalam kelas dijelaskan oleh
Ibu Eny Sri Kuswati Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
“Dengan adanya pembelajaran IPA dengan model discovery peserta
didik lebih aktif, kreatif dan cepat memahami konsep. Contoh
Peserta didik mempelajari besaran ditunjukkan alat dan cara
menggunakannya ini merupakan aktivitas yang dilakukan di dalam
ruangan. Peserta didik juga aktif di luar ruang seperti di taman
sekolah”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada
tangal 9 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa peserta didik
melakukan berbagai aktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati kelas V SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Kita mudah faham jika belajar tidak hanya teori yang disampaikan
guru, tetapi pada saat pembelajaran praktek baik didalam kelas
maupun diluar kelas membuat kita lebih mengenal langsung dan
faham terhadap materi yang disampaikan misalnya bahwa ciri
makhluk hidup itu berkembang, maka pada saat praktek diluar kelas
kita adakan penanaman biji akan tumbuh menjadi kecambah,
kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kami siram
setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar.
Sedangkan pada saat praktek di dalam kelas misalnya ciri makhluk
hidup yang beradaptasi, misalnya saja guru menampilkan video
tentang bunglon. bunglon mengubah warna kulitnya sesuai dengan
lingkungannya agar keberadaannya tidak diketahui
pemangsanya”.(hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati,
pada tangal 23 Februari 2015)
Aktivitas peserta didik di dalam ruangan tidak hanya melakukan kegiatan
pratikum saja namun juga dilakukan kegiatan diskusi,belajar kelompok dan juga
presentasi.Aktivitas peserta didik tersebut dijelaskan oleh Eky Prasetyo Kelas V di
SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Ibu Anifah sering meminta kita buat kelompok diskusi, kemarin
pernah memberikan materi diskusi tentang alat penafasan pada
hewan diberikan beberapa contoh nama-nama hewan dan suruh
mencocokkan hidupnya dimana dan alat pernafasannya apa,
heheheh….seru sekali, kita senang saat pembelajaran kelompok
begini”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo, pada tangal 23
Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa aktivitas
peserta didik mengalami peningkatan yang tadinya di dalam kelas hanya duduk dan
mendengarkan penjelasan guru, setelah guru menggunakan model discovery peserta
didik aktif seperti melakukan aktivitas diskusi, penyusunan laporan diskusi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
juga melakukan presentasi di depan kelas. Suasana kelas dengan model discovery
lebih terasa hidup, asyik dalam belajar, hal ini lebih menyenangkan daripada siswa
belajar dengan suasana yang tenang dan terfokus oleh guru saja.
Kemampuan kreatifitas peserta didik juga meningkat hal ini bisa
diketahui pada saat observasi dikelas V banyak sekali tempelan syair, peta, gambar,
artikel, puisi, komentar, foto tokoh, diagram-diagram yang dibuat oleh peserta
didik. Pada saat wawancara dengan ibu Anifah guru kelas V SDN 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menyampaikan seperti berikut ini:
“Saya suka memberikan tugas kepada peserta didik saya untuk
mencari gambar–gambar tentang materi yang saya sampaikan lalu
nanti kita diskusikan bersama misalnya carilah gambar tentang siklus
metamorphosis pada hewan nanti tempel dimading IPA ya…mereka
sangat antusias” (hasil wawancara dengan ibu Anifah, pada tangal 14
Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan
bahwa dengan pembelajaran IPA dengan model discovery peserta didik menjadi
lebih kreatif.Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya
peserta didik, peta, gambar, artikel, puisi, komentar, foto tokoh, diagram-diagram.
Hasil belajar peserta didik khususnya untuk mata pelajaran IPA
mengalami peningkatan. Peserta didik yang tadinya nilainya rendah mengaku
setelah pembelajaran IPA dengan model discovery hasil belajarnya mengalami
peningkatan. Hasil belajar peserta didik yang mengalami peningkatan dijelaskan
oleh Putri Anisa RahmawatiPeserta didik kelas V sebagai berikut.
“Hasil belajar IPA Saya mengalami peningkatan. Hal ini sebagai
dampak dari pemahaman dan aktivitas saya yang meningkatkan
dalam pembelajaran IPA dengan model discovery. Sebelumnya hasil
belajar saya hanya mampu mencapai nilai 6.9 saja. Namun dengan
adanya pembelajaran model discoverysehingga dapat meningkatkan
motivasi belajar saya hasil belajar saya mengalami peningkatan di
ulangan harian berikutnya yaitu menjadi 7.5”.(hasil wawancara
dengan Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015)
Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa hasil
belajar peserta didik mengalami peningkatan yang merupakan dampak dari
penyelenggaraan pembelajaran model discovery. Hal senada juga dijelaskan oleh
Vika Adela peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
“Kegiatan yang memberikan suasana pembelajaran yang berbeda,
menyenangkan, tidak bikin ngantuk adalah pembelajaran IPA
dengan model discovery dimana peserta didik diajak ke lingkungan
nyata atau diberikan benda nyata ketika melakukan kegiatan
pratikum. Semua aktivitas-aktivitas tersebut membuat saya mengerti
dan paham akan materi IPA yang membuat hasil belajar saya
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebelumnya hasil
belajar saya hanya hanya mencapai nilai 6,5 dan belum mencapai
nilai KKM yang ditentukan yaitu 7. Setelah suasana pembelajaran
menjadi menyenangkan hasil belajar saya meningkat menjadi
8”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari
2015)
Peningkatan hasil belajar peserta didik yang mencapai nilai KKM sesuai
dengan wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati Kepala Sekolah SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Presentase ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan.
Nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah mampu dicapai oleh
peserta didik”.(hasil wawancara dengan ibu Eny Sri Kuswati, pada
tangal 9 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar
peserta didik atau prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini
terlihat dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Peningkatan
hasil belajar tersebut menjadikan presentase nilai ketuntasan peserta didik
mengalami peningkatan pula.
Segala bentuk kemampuan peserta didik dalam pembelajaran model
discovery dinilai dengan baik sehingga peserta didik merasa dihargai ketika
melakukan aktivitas pembelajaran. Hasil dari pembelajaran model discovery yang
membuat peserta didik merasa dihargai dijelaskan oleh buAnifah Guru Kelas V
SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Pengalaman siswa pada kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat
bagi peserta didik, menghargai seluruh kompetensi peserta didik
dengan penilaian autentik, jadi penilaian tidak hanya dari hasil tes
yang saya berikan tetapi dari aktifitas peserta didik dan
kreativitasnya juga kami nilai”.(hasil wawancara dengan ibu Anifah,
pada tangal 14 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa penilaian yang
holistik menjadikan peserta didik lebih dihargai. Informasi ini sesuai dengan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati Peserta didik kelas V SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Saya senang setiap maju presentasi atau memimpin kelompokku
dalam diskusi, ibu guru selalu menilai tampilan kami, jadi kita pada
semangat unjuk kebolehan masing masing”.(hasil wawancara dengan
Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa peserta didik
merasa dihargai melalui kegiatan penilaian otentik. Setiap aktivitas peserta didik
diberikan penghargaan yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan
adanya penilaian otentik tersebut peserta didik merasa termotivasi dan rasa ingin
menjadi lebih baik juga meningkat.
Berdasarkan uraian serta keterangan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil dari pelaksanaan penerapan model discovery sudah
memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA
sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan
hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan
pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedurdan
instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator
pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.
d. Kendala yang dihadapi dari PelaksanaanPenerapan Model Discovery pada
Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus
Sistem evaluasi model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan model
penilaian.Dalam penilaian model discovery tidak hanya prestasi belajar saja yang
dinilai tapi juga proses pembelajaran merupakan aspek penting dalam penilaian
pembelajaran dengan model discovery.Evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan
model discovery dijelaskan oleh Ibu Anifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery
ditekankan pada penilaian proses atau sering disebut dengan penilaian autentik,
jadi tidak hanya dengan hasil belajar saja tetapi pada saat pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
berlangsung kreativitas dan keaktifan siswa kami nilai”.(hasil wawancara
dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa dalam penilaian
model discovery ditekankan pada aspek proses namun juga tidak menutup
kemungkinan untuk melakukan kegiatan penilaian yang lainnya. System penilaian
pembelajaran model discovery dijelaskan pula oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd
Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai
berikut.
“Dalam penilaian memang sangat baik jika dilakukan secara menyeluruh.
Namun sebagian besar guru melupakan aspek penilaian proses. Yang
difokuskan pada guru adalah hasil belajar peserta didik. Guru kadang lupa
bahwa hasil yang baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula”.(hasil
wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015)
Secara lebih rinci penilaian proses yang dilakukan dalam penilaian
pembelajaran IPA dengan model discovery dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati,
S.Pd,Kepala SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai
berikut.
“Proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses
merupakan penilaian yang menitik beratkan sasaran penilaian pada tingkat
efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan
pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap
kegiatan guru, kegiatan peserta didik, pola interaksi guru-peserta didik dan
keterlaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan penilaian hasil belajar
menyangkut hasil belajar jangka panjang dan hasil belajar jangka
pendek”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9
Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penilaian
yang dilakukan dalam proses pembelajaran IPA dengan model discovery adalah
penilaian outentik. Penilaian yang dimaksud adalah penialain yang tidak hanya
menilai hasil belajar peserta didik saja namun juga proses pembelajaran yang
berlangsung. Pentingnya penilaian proses ini adalah untuk mengetahui
keterlaksanaanya proses belajar yang dilihat dari aktivitas dan juga interaksi peserta
didik.
Adapun waktu pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan
model discovery dilaksanakan idealnya setiap kali melakukan kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
pembelajaran, namun ada kalanya guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian
sebab fokus pada penyampaian materi.Waktu pelaksanaan penilaian dijelaskan oleh
Anifah Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
sebagai berikut.
“Pada saat pembelajaran biasanya saya melakukan kegiatan evaluasi.Misalnya
saja penilaian penggunaan mikroskop diambil pada saat anak menggunakan
mikroskop”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari
2015)
Penjelasan guru IPA di atas memberikan informasi bahwa waktu
pelaksanaan proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung terutama
pada aspek keaktifan peserta didik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan
Herlina Rustianti, S.Pd Guru Kelas VI SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Sistem penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan
tentu saja selama proses kegiatan pembelajaran. Namun diakhir kegiatan
pembelajaran Saya juga melakukan kegiatan evaluasi baik evaluasi formatif
maupun sumatif.Evaluasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung dan setelah
selesai membahas satu atau beberapa KD. Misalnya saja saat melakukan
percobaan peserta didik diamati perilaku atau cara kerjanya dan setelah satu
KD dilakukan evaluasi tertulis”.(hasil wawancara dengan Herlina Rustianti,
S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa evaluasi
dalam pembelajaran IPA dengan model discovery yang diselenggarakan di SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan selama proses
pembelajaran. Selama proses pembelajaran guru mengamati aktivitas peserta didik
dan diakhir kegiatan pembelajaran dilakukan tes tertulis sebagai penilaian hasil
belajar yang sering disebut dengan evalausi formatif dan sumatif.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa aspek yang dinilai dalam
kegiatan penilaian pembelajaran IPA dengan model discovery tidak hanya
kemampuan kognitif peserta didik yang terlihat dari hasil belajarnya saja, namun
secara keseluruhan termasuk proses penerimaan materi yaitu untuk aktiviats
psikomotorik dan juga afektif. Aspek penilaian dalam pembelajaran IPA dengan
model discovery dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pdkepala Sekolah SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
“Aspek penilaian pembelajaran IPA meliputi aspek kognitif, afektif, dan juga
psikomotorik”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9
Februari 2015)
Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa aspek
penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan secara
menyeluruh.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Anifah Guru Kelas
V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Kegiatan penilaian dilakukan secara menyeluruh. Selain melakukan kegiatan
ujian atau kegiatan tes tertulis banyak hal yang dapat dievaluasi selama proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai.
Evaluasi tersebut misalnya saja penilaian kinerja (performance), penilaian
penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau peoduct),
penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio (portfolio), Checklist,
dan penilaian sikap”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14
Februari 2015)
Penjelasan guru di atas mengenai berbagai macam kegiatan penilaian
dalam pembelajaran IPA dengan model discovery khususnya untuk kinerja sesuai
dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh. Dalam dokumen RPP yang
disusun oleh guru kelas V terlihat guru merencanakan kegiatan penilaian proses
khususnya untuk menilai kinerja dan juga ketepatan hasil kerja peserta didik.
Dalam materi sifat-sifat cahaya, guru menyusun system evaluasi dengan
menggunakan teknik penilaian unjuk kerja. Peserta didik diminta untuk menjawab
pertanyaan yaitu berupa tes kognitif sedangkan tes psikomotorik dan afektif dari
pengamatan langsung yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui
bahwa kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dilakukan secara menyeluruh.
Guru melakukan kegiatan penilaian aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.
Untuk aspek kognitif dilakukan dalam bentuk tes tertulis, namun untuk penilaian
afektif dan juga psikomotorik dilakukan selama proses penilaian yang dilakukan
dengan melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi.
Jenis penilaian dalam evaluasi pembelajaran IPA dengan menggunakan
model discovery sangat bervariasi seperti yang sudah dijelaskan di atas guru dapat
menggunakan berbagai jenis penilaian misalnya saja catatan anekdot, skala sikap,
catatan tindakan, konsep pekerjaan, tugas individu, tugas kelompok atau kelas,
diskusi, wawancara, catatan pengamatan, peta perilaku, portofolio, dan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sebagainya. Dalam menentukan nilai yang akan diberikan kepada peserta didik
guru dapat menggunakan cara atau dasar penilaian yang beraneka macam seperti
yang dijelaskan oleh Ibu Anifah guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Cara melakukan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model
discovery meliputi proyek, laporan kegiatan/eksperimen, PR, Kuis, karya
peserta didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis”.(hasil wawancara dengan
Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa guru menggunakan
berbagai macam cara sebagai dasar untuk menilai proses pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Eky PrasetyoPeserta didik kelas V SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Banyak yang dilakukan guru dalam melakukan penilaian ada yang berupa tes
tertulis, praktik, dan juga pemberian tugas.Untuk penilaian yang berupa tes
tertulis dapat berbentuk uraian seperti memberikan pertanyaan “Apa ciri-ciri
hewan kelompok antropoda?” serta berbentuk objektif.Untuk tes praktik atas
eksperimen biasanya dilakukan dilaboratorium misalnya saja melakukan uji
makanan dan juga proses fotosintesis.Sedangkan untuk pemberian tugas
biasanya dikaitkan dengan kehidupan nyata misalnya saja mengamati gerak
pada tumbuhan langsung”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo, pada tangal
23 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dasar
melakukan kegiatan penilaian atau cara yang digunakan untuk melakukan penilaian
dalam proses pembelajaran IPA dengan model discovery sangat variatif. Guru dapat
memberikan PR, kuis, tugas, bahkan meminta peserta didik untuk melakukan
kegiatan eksperimen atau percobaan. Variasi cara melakukan evaluasi ini
membuktikan bahwa pembelajaran dengan model discovery melakukan
pembelajaran secara komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari
tujuan pembelajaran.
Soal-soal yang diberikan melalui proyek, laporan kegiatan/eksperimen,
PR, kuis, karya peserta didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis merupakan soal-
soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata peserta didik. Ditentukannya soal yang
berkaitan dengan kehidupan nyata atau soal yang nyata akan mempermudah peserta
didik dalam mengerjakan soal dan memberikan gambaran nyata peserta didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
mengenai masalah-masalah nyata dalam kehidupan. Contoh soal yang diberikan
kepada peserta didik dijelaskan oleh Ibu Anifah, S.Pd Guru kelas V sebagai berikut.
“Ya, soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik adalah soal yang berkaitan
dengan dunia nyata.Misalnya saja peserta didik diminta untuk mencari artikel
jenis makhluk hidup darat, air dan udara dan lain sebagainya.Artikel yang
disusun peserta didik tersebut dapat diambil dari berbagai sumber seperti dari
internet, majalah, Koran dan lain sebagainya”.(hasil wawancara dengan Ibu
Anifah, pada tangal 14 Februari 2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa benar adanya jika
soal yang diberikan sesuai dengan kehidupan nyata.Informasi ini diperjelas oleh
Vika Adela Peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus sebagai berikut.
“Soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga
saya bisa membayangkan apa yang dimaksud dengan soal tersebut.misalnya
saja soal sebutkan ciri-ciri makhluk hidup, saya langsung membayangkan
hewan dan tumbuhan bahwa kedua makluk ini melakukan gerakan dan juga
berkembang biak. Kadang guru kami juga meminta untuk melakukan
pengamatan atau observasi secara langsung misalnya saja diminta untuk
melihat sawah dan meminta kami untuk menuliskan rantai makanan yang
terdapat di sawah”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23
Februari 2015)
Penjelasan peserta didik di atas mengenai soal-soal yang diberikan
kepada peserta didik adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata sesuai dengan
hasil dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP kelas V semester I
untuk materi ciri-ciri makhluk hidup, terlihat guru menggunakan berbagai macam
soal seperti soal tertulis dan juga untuk kerja.Soal-soal yang diberikan tersebut
adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata.Untuk soal unjuk kerja peserta didik
sudah disediakan benda nyata untuk dilakukan percobaan atau eksperimen tentang
reaksi tumbuhan.Berikut ini instrument penilaian yang digunakan guru yang
mengaitkan dengan dunia nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 3 Tes Unjuk Kerja Peserta didik
Jenis
rangsangan
Bagian tumbuhan yang diberi
rangsangan
Reaksi
tumbuhan
Sentuhan
Ujung daun
Pangkal daun
Batang
Tetesan air
Ujung daun
Pangkal daun
Batang
Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui
bahwa soal-soal yang diberikan baik dalam bentuk tertulis maupun uji praktik
selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik. Guru berusaha membuat
soal yang mampu membuat peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk
mengaitkan kemampuan akademiknya dengan kehidupan nyata. Soal-soal yang
dikaitkan dengan kehidupan nyata akan mempermudah peserta didik untuk
menjawabnya sebab peserta didik dapat melihat aktivitas atau kegiatan disekitar
kehidupannya untuk menjawab soal-soal yang diberikan guru.
Hasil evaluasi yang diperoleh di susun guru dalam laporan akademik
yang nantinya akan dilaporkan kepada kepala sekolah dan juga orang tua peserta
didik. administrasi yang dilakukan guru IPA kelas V cukup lengkap sebab kepala
sekolah mewajibkan guru untuk membuat laporan perkembangan kemampuan
peserta didik. Penyusunan laporan hasil evaluasi yang dilakukan guru dijelaskan
oleh Ibu Eny Sri Kuswaty, S.Pd Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan
Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.
“Setiap tengah semester Saya meminta buku laporan perkembangan
kemampuan peserta didik kepada masing-masing guru.Diawal tahun ajaran
baru, saya sudah meminta guru untuk disiplin administrasi sehingga ketika
saya meminta data mengenai peserta didik guru tidak kebingungan
mempersiapkannya.Data hasil penilaian kemampuan peserta didik itu dibuat
secara lengkap baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Orang
tua peserta didik juga akan memperoleh informasi mengenai hasil belajar
putra-putrinya. Pihak sekolah juga akan melakukan tindakan jika hasil belajar
peserta didik masih belum baik”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri
Kuswaty, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa guru
SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus membuat laporan hasil
penilaian yang sudah dilakukan. Hasil penilaian yang sudah dibuat akan segera
ditindak lanjuti baik oleh guru maupun pihak sekolah jika guru tidak mampu
menanganinya. Namun sejauh ini guru mampu melakukan tindak lanjut dari hasil
penilaian.Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan guru dijelaskan oleh Ibu Anifah
Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai
berikut.
“Tindak lanjut dari hasil evaluasi ada dua cara yaitu tindak lanjut jika hasilnya
belum baik dan tindak lanjut jika hasilnya sudah baik. Untuk tindak lanjut hasil
evaluasi yang kurang baik adalah diadakannya kegiatan remedial mengingat
nilai peserta didik belum mencapai KKM.Berbeda dengan tindak lanjut untuk
hasil belajar yang sudah baik yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan
pengayaan”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari
2015)
Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa tindak lanjut hasil
evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu remedial dan juga pengayaan. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Eky PrasetyoPeserta Didik kelas V SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Semarang sebagai berikut.
“Guru kami melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Remedial untuk
peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan dilaksanakan bila materi sudah
selesai sebelum materi berikutnya”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo,
pada tangal 23 Februari 2015)
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa guru
menyusun laporan hasil penilaian.Laporan tersebut berisi seluruh kemampuan
peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.Penyusunan laporan
dilakukan setiap tengah semester dan akhir semester. Laporan tersebut akan
diinformasikan kepada kepala sekolah dan juga orang tua peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas maka dapat diketahui
bahwa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model
discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah
bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini
sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan,
selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi yang lumayan banyak
memakan waktu sehingga waktu untuk melakukan evaluasi jadi tidak mencukupi.
B. Pembahasan
1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Hasil temuan mengenai perencanaan penerapan model discovery dalam
pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah
bahwa materi yang disampaikan kepada peserta didik akan dikaitkan dengan
konsep serta pengalaman langsungdari lingkungan peserta didik. Pembelajaran
dengan model discovery adalah pembelajaran yang penyampaiam materinya
dikaitkan dengan kehidupan nyata/sehari-hari serta pelaksanaannya bisa didalam
ataupun luar kelas.
Hal senada juga disampaikan Rahmin T. Husain (2000) Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan model discoverylearning dalam
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas
VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif. Menurut penelitian Rahmin (2000) diperoleh gambaran
bahwa penerapan model discoverylearning dalam meningkatkan hasil belajar mata
pelajaran Qur’an Hadits padasiswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan
Limboto Barat sudah baik. Hal inidibuktikan dengan penggunaan langkah-
langkah model discoverylearning yang telahditerapkan pada pembelajaran
Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkanrespon yang positif.
Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yangbelajar. Mereka tidak
hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasanguru secara
verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materipelajaran
yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam
prosespembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan model
discoverylearning yangmemiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa
secara maksimal dan diarahkanuntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu
yang dipertanyakan sehinggamenumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
tujuan penggunaan model discoverylearning yaitu untuk mengembangkan
kemampuan berpikir sistematis, logisdan kritis.
Persiapan pembelajaran IPA dengan model discoveryGuru dituntut
menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik, Guru
mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang
baru bagi peserta didik.Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran
yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP, Guru
menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok sebagai salah
satu strategi pembelajaran serta Guru menghadirkan model sebagai contoh
pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Budiningsih, 2005 bahwa
penyusunan pembelajaran dengan Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.
Perencanaan pembelajaran dengan model discovery pada pembelajaran
IPA maka guru perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Guru menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik.
b. Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu
yang baru bagi peserta didik.
c. Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan
dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan.
d. Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok.
e. Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.
Keistimewaan perencanaan terhadap model pembelajaran discovery pada
pelajaran IPA adalah susunan Silabus dan RPP tentang mata pelajaran IPA
diketahui apakah sudah sesuai dengan pedoman perencanaan atau tidak, sehingga
sebelum penerapan pembelajaran model discovery mata pelajaran IPA kelas V
nantinya guru harus lebih menyempurnakan jika tidak terjadi kesalahan dalam
penyusunanya.
2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Penerapan metode discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus sudah dilaksanakan sejak lama.Setiap guru kelas menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
model ini untuk mempermudah supaya materi yang disampaikan dapat diterima
dengan mudah oleh peserta didik.Penerapan pembelajaran IPA dengan model
discovery ini dilakukan oleh guru dengan persiapan yang matang dan dimulai
dengan kegiatan awal yang inovatif pula,sehingga siswa tertarik untuk mengikuti
materi yang akan disampaikan oleh guru.
Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Indarti, Agus
Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati (2013), Penelitian inidilaksanakan dengan
tujuan untuk membuktikan kemampuan memecahkan masalah siswa yang
menggunakan model pembelajaran discoverylearning lebih baik daripada siswa
yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
Penerapan pembelajaran dengan model discovery pada pembelajaran IPA
di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan
persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk
menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video
serta LCD. Hal tersebut dilakukan sebagai kegiatan awal dalam proses penerapan
model discovery. Misalnya pembelajaran praktikum diluar kelas membuat suasana
yang berbeda. Hal lain yang membuat peserta didik tertarik dan memberikan kesan
yang berbeda adalah pada saat guru menerangkan tentang materi getaran, saat
observasi dikelas guru tersebut memberikan contoh hasil getaran, bahwa hasil
getaran bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari,guru meminta salah satu peserta
didik untuk melakukan percobaan dengan memukulkan penggaris pada meja, lalu
muncullah sebuah getaran. guru mengimplementasi konsep dengan memberikan
materi sedikit demi sedikit dan dari materi yang mudah ke materi yang kompleks.
Selain itu guru memberikan pengalaman yang bermakna dengan meminta peserta
didik untuk melakukan kegiatan eksperimen.
Dalam model discovery gurudiharapkan dapat menghidupkan suasana
kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Hal ini
diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja,
namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik
yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik
yang kemampuannya kurang.Kegiatan belajar kelompokmemberikan informasi
bahwa peserta didik tidak hanya aktif dalam melakukan kegiatan bertanya saja,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
namun juga aktif dalam melakukan interaksi dengan teman-teman dalam satu kelas
melalui kegiatan diskusi.
Kemudian tahap model discovery juga dapat dilakukan dengan kegiatan
pemodelan baik yang dilakukan sendiri maupun melalui bantuan video dan layar
LCD.Pemodelan yang dimaksud adalah menyajikan materi agar dapat ditiru oleh
peserta didik.Jika guru menggunakan video, maka isi video menyajikan
penggunaan alat atau demonstrasi materi lainnya seperti penggunaan alat mikrosof
dan jangka sorong.Setelah guru mendemonstrasikan penggunaa alat peserta didik
diminta untuk meniru dan diharapkan mampu menggunakannya dengan baik.
Permodelan kadang dilakukan oleh guru dengan mendatangkan peserta didik lain
yang berprestasi misalnya kakak kelas yang mencapai nilai IPA terbaik di SDN 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.
Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan
peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang
sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan untuk
menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru memberikan
kesempatan peserta didik untuk berpikir dan mengambil kesimpulan.
Keistimewaan terhadap penerapan pelaksanaan pembelajaran model
discovery adalah pelaksanaan pembelajarannya diketahui apakah ada
penyimpangan dari perencanaan atau tidak, sehingga guru harus lebih dioptimalkan
jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya.
Berdasarkan uraian dan keterangan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada
pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus didapat hasil bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery ini telah
sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1)
pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta
didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang
merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di-
lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam
bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak
lanjut.
3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD
Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Hasil yang dicapai dari pembelajaran IPA dengan model discovery yang
diselenggarakan di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus terlihat
dari kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik.Peserta didik merasa lebih
paham jika pembelajaran IPA dilakukan dengan model discoverywujud
pemahaman dari peserta didik terlihat dari kemampuan menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chusni Mubarok
(2014), yang bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh model
pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada standar
kompetensi melakukan instalasi sound system. (2) Mengetahui respon siswa
terhadap model pembelajaran DiscoveryLearning. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Metode Quasi Experimental Design menggunakan
desain Posttest Only Control Group Design di mana terdapat kelas eksperimen
dengan model pembelajaran DiscoveryLearning dan kelas kontrol dengan model
pembelajaran langsung, yang selanjutnya diberikan Posttest untuk mengetahui hasil
belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda.
Pemahaman peserta didik tersebut didukung dengan suasana yang
menyenangkan dan juga materi yang dikaitkan dengan materi yang nyata.Setiap
pertanyaan dijawab dengan baik oleh peserta didik.Peserta didik belajar melalui
pengalaman langsung dan bukan menghapal selain itu peserta didik mampu
mengkonsep pengetahuan di benak mereka sendiri.Pembelajaran yang dilakukan
tidak hanya di dalam kelas saja menjadikan peserta didik aktif dalam melakukan
kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang tadinya di dalam
kelas hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru, setelah guru menggunakan
model discovery peserta didik aktif seperti melakukan aktivitas diskusi,
penyusunan laporan diskusi dan juga melakukan presentasi di depan kelas. Suasana
kelas dengan model discovery lebih terasa hidup, ramai dan menyenangkandalam
pembelajarannya, hal ini lebih menyenangkan daripada kita belajar dengan suasana
yang tenang dan terfokus oleh guru saja.
Antusias siswa dalam proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan
oleh guru meningkat, hal itu bisa dilihat dengan adanya keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran IPA. Suasana pembelajaran yang kondusif dan
menyenangkan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran. Siswa sangat menikmati kegiatan yang dilaksanakan mulai dari
pemodelan, percobaan,tanya jawab, maupun diskusi. Gurusenantiasa memotivasi
dan membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, agar siswa
semakin bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar peserta didik kelas V khususnya untuk mata pelajaran IPA
mengalami peningkatan.Peserta didik yang tadinya nilainya rendah mengaku
setelah pembelajaran IPA dengan pembelajaran model discovery hasil belajarnya
mengalami peningkatan, terbukti dari nilai yang sudah melebihi KKM.Setiap
aktivitas peserta didik diberikan penghargaan yang mempengaruhi hasil belajar
peserta didik.Dengan adanya penilaian outentik tersebut peserta didik merasa
termotivasi dan rasa ingin menjadi lebih baik juga meningkat.Berdasarkan hal-hal
yang telah disampaikan di atas, membuktikan penggunaan model
pembelajarandiscovery sangat tepat untuk mengatasi permasalahan
pembelajaranyang terdapat di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus.
Dari hasil penilaian peserta didik di kelas V SD 2 Karangbener Kudus
diperoleh data bahwa jumlah peserta didik di kelas V ada 20 orang anak. Dari 20
orang anak tersebut 3 di ataranya yaitu Mohammad Abdul Aziz, Ryan Adi Saputra,
Siska Neila Agustina nilainya belum mencapai KKM mata pelajaran IPA. Namun
17 dari 20 anak di kelas tersebut telah mencapai KKM mata pelajaran IPA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dari sini dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan
mengunakan metode Discoverydikelas V SD 2 Karangbener Kudus dikatan berhasil
karena 75 % lebih dari jumlah anak yang ada di kelas V berhasil mendapatkan nilai
yang mencapai KKM mata pelajaran IPA.
4. Kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Penerapan Model Discovery
pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan
Bae Kabupaten Kudus
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model
discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah
bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini
sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan,
kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat
melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.
Penelitian ini sesuai denga penelitian yang dilakukanNi Luh Rismayani
(2013), yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas X 4
SMA Negeri 1 Sukasada melalui penerapan model pembelajaran
discoverylearning. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang
dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi atau evaluasi dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Sukasada yang berjumlah
24 orang.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model
discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah
bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini
sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan,
selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan
kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi yang lumayan banyak
memakan waktu sehingga waktu untuk melakukan evaluasi jadi tidak mencukupi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas
V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan
RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan
waktu dalam perencanaan pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan
kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery nantinya pada
siswa sehingga perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja
dalam pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui
proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V
SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa
dalam evaluasi pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan
sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang
merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un-
tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan un-
tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk
rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD
Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Pelaksanaan penerapan model discoverydi kelas V pada mata
pelajaran IPA sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi
dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat
sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan
sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil
belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu
kepada Standar Penilaian.
4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada
Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan
model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan
model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi
akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada
penyampaian materi.
B. Implikasi
1. Jika perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas
V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan
secara lebih detail pada penyusunan RPP dan RPP perlu dijabarkan dengan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi maka konsep
dasar penyusunan ini akan berjalan dengan baik sehingga diharapkan pada
pelaksanaan dapat mengacu pada penyusunan RPP ini.
2. Jika PelaksanaanPenerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V
di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan
secara rutin maka keberhasilan dari tujuan pembelajaran dapat tercapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Konsep pelaksanaan yang mengacu pada sintaq yang sudah ditetapkan dalam
rangkain RPP
3. JikaHasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD
Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus mengacu pada
standar penilaian yang sudah ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari
tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka hasil penerapan pembelajaran
dapat terlihat dengan jelas dan baik sehingga bisa dijadikan sebuah evaluasi
pada pembelajaran berikutnya
4. Jika Kendala Yang dihadapi dalam PelaksanaanPenerapan Model Discovery
pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus dapat diminimalisir dan bahkan dapat ditindak lanjuti segera,
maka pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
C. Saran-Saran
Saran-saran penulis untuk SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten
Kudus adalah :
1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan model discovery ataupun
pendekatan lain yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa
sekolah dasar dalam proses pembelajaran.
2. Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep
pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan
sehari-hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.
3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan
pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari.
4. Bagi Khalayak Umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA dengan
menggunakan model pembelajaran dengan model discovery.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
DAFTAR PUSTAKA
Buku Referensi
Amin, M., (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan menggunakan
metode discovery dan inkuiri, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jendral Pendidikan dan Tinggi, Yogyakarta.
AnasSudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI.
Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Penerbit: Bumi aksara, Jakarta.
Budimansyah, Dasim. 2005. Model Pembelajaran Portofolio Sosiologi. Bandung :
PT. Genesindo.
Dalyono. 1996.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pengkajian 13 Indikator Pendidikan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Jakarta.
Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara
Harsono. 2008. Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta: Fakultas
Kedokteran UGM.
Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. Ke-2
Husein Umar, 2003, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka.
Mantja, W. 2007.Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan
Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas
Miftahul Huda. 2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Moh. Amien.1987. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum
Pendidikan IPA Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya. Offset, Bandung.
Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Siswanto. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R & D. Bandung : Alfabeta.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda
Karya.
Sutopo.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Usman Samatowa. 2003. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta : Depdiknas.
Wiji Suwarno. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Jurnal
Balım, A., G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and
Inquiry Learning Skills.Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational
Research, 35, 1-20.
Behrooz Sahebzadeh, et al. 2013. Effect of Envirenmental Factors for Teaching of
Science on Academic Achievement and Interest of Students and on Their
Teachers’ Job Statisfaction.International Journal on New Trends in Education
and Their Implications April 2013 Volume: 4 Issue: 2 Article: 08 ISSN 1309-
624.
Brian J. Foley. 2008. Students’ Attitudes towards Science in Classes Using Hands-On
or Textbook Based Curriculum. Contract grant sponsor: National Science
Foundation, EHR, REC9980494. Correspondence to: Brian Foley
[email protected]. AERA 2008, Foley & McPhee.
Etherington, Matthew B. (2011) "Investigative Primary Science: A Problem-based
Learning Approach," Australian Journal of Teacher Education: Vol. 36: Iss. 9,
Article 4. Available at: http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol36/iss9/4
Mustafa Cakir. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science and Their
Implications for Science Pedagogy: A Literature Review. International Journal of
Environmental & Science Education Vol. 3, No. 4, October 2008, 193-206
Internet
AriniArtikel pembelajaran IPA, Ruang lingkup pembelajaran IPA, Tujuan dan ruang
lingkup pendidikan, Tujuan pembelajaran IPA Leave a comment. (http
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
://arini.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-
ilmu-pengetahuan-alam-sdm) Di Unduh Tgl. 20 januari 2014.
Khalimah. 2010. Ilmu
PengetahuanAlamhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/08/Ilmu-
Pengetahuan-Alam
Witoyo Bowo 2009. Manajemen pelatihan dan Sumber Daya Manusia (On Line).
http://www.scribd.com/doc/7792360/Training-Process-Manajemen-Sumber-
DayaManusia, 10 September 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Lampiran 1. Catatan Lapangan dengan Kepala Sekolah
CATATAN LAPANGAN
WAWANCARA
NO. 1
No Catatan : 1
Jenis : Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 9 Februari 2015
Waktu : 09.30 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang Kepala Sekolah SD 2 Karangbener Bae
Kabupaten Kudus.
Pengamat : Nurwati (P)
Subjek : Eny Sri Kuswati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah. (ES)
Topik : Konsep pembelajaran model discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus.
(P) :“Bagaimana konsep model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(ES) :“Pembelajaran IPA dengan model discovery adalah model
pembelajaranyangmenekankankepada pengalaman langsung. Pembelajaran
dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.
Sehingga dengan model discovery diharapkan siswa dapat menemukan konsep–
konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.”
(P) :”Bagaimana persiapan dalam penerapan pembelajaran model discoverydi SD 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus”?
(ES) :“Untuk mempersiapkan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan model
discovery maka saya sering mengadakan rapat peninjauan sebelum ajaran baru,
memberikan motivasi dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan workshop/
penataran yang menunjang mereka dalam mengajar”. Selain itu hal lain yang
juga harus disiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran model
discovery adalah menyiapkan RPP. Pada RPP didalamnya ada SK, KD,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Indikator, Tujuan pembelajaran,Materi ajar,Alokasi waktu, metode
Pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar, , sumber belajar,
”.
(P) :”Bagaimana cara guru IPA dalam mengkondidikan kelas dalam pembelajaran”?
(ES) :“Untuk mengkondisikan kelas agar tercipta masyarakat belajar metode yang
digunakan adalah discovery learning sehingga terjadi community learning.
Dengan menggunakan metode ini peserta didik diminta untuk melakukan diskusi
.”.
(P) :“Menurut ibu, bagaimana model pembelajaran discovery dalam pembelajaran
IPA yang diterapkan guru di SD 2 Karangbener Bae Kudus”?
(ES) :“Dengan adanya pembelajaran IPA dengan model discovery peserta didik lebih
aktif, kreatif dan cepat memahami konsep. Contoh Peserta didik mempelajari
besaran ditunjukkan alat dan cara menggunakannya ini merupakan aktivitas
yang dilakukan di dalam ruangan. Peserta didik juga aktif di luar ruang seperti di
taman sekolah”.
(P) :”Bagaimana ketuntasan hasil belajar di SD 2 Karangbener Bae Kudus ini”?
(ES) :“Presentase ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan. Nilai
KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah mampu dicapai oleh peserta didik”.
(P) : “Bagaimana Penilaian hasil pembelajaran yang guru lakuakan?"
(ES) : “Dalam penilaian memang sangat baik jika dilakukan secara menyeluruh.
Namun sebagian besar guru melupakan aspek penilaian proses. Yang difokuskan
pada guru adalah hasil belajar peserta didik. Guru kadang lupa bahwa hasil yang
baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula”.Proses dilaksanakan saat proses
pembelajaran berlangsung. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitik
beratkan sasaran penilaian pada tingkat efektifitas kegiatan belajar mengajar
dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar
menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan peserta didik, pola
interaksi guru-peserta didik dan keterlaksanaan proses belajar mengajar,
sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka panjang dan
hasil belajar jangka pendek”.
(P) : “Aspek apa saja yang di nilai guru dalam pembelajaran IPA?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
(ES) :“Aspek penilaian pembelajaran IPA meliputi aspek kognitif, afektif, dan juga
psikomotorik”.
(P) :“Bagaimana tindak lanjut yang Ibu kepala lakuakan terkait model pembelajaran
yang dilakuakan oleh guru di SD 2 Karangbener Bae Kudus”?
(ES) :“Setiap tengah semester Saya meminta buku laporan perkembangan
kemampuan peserta didik kepada masing-masing guru. Diawal tahun ajaran
baru, saya sudah meminta guru untuk disiplin administrasi sehingga ketika saya
meminta data mengenai peserta didik guru tidak kebingungan
mempersiapkannya. Data hasil penilaian kemampuan peserta didik itu dibuat
secara lengkap baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Orang tua
peserta didik juga akan memperoleh informasi mengenai hasil belajar putra-
putrinya. Pihak sekolah juga akan melakukan tindakan jika hasil belajar peserta
didik masih belum baik”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Lampiran 2. Catatan Lapangan dengan Guru
CATATAN LAPANGAN
WAWANCARA
NO. 2
No Catatan : 2
Jenis : Wawancara
Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Februari 2015
Waktu : 10.00-10.30 WIB
Tempat : Ruang Guru SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.
Pengamat : Nurwati (P)
Subjek : Anifah, S.Pd, selaku Guru Kelas V (AF)
Topik : Konsep pembelajaran model discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus.
(P) :“Bagaimana konsep model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(AF) :“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang mengkaitkan dengan
pengalaman langsung yang ditemui oleh peserta didik,agar peserta didik lebih
cepat memahami secara nyata dan lebih menarik untuk belajar, sebagai contoh
arti mencair dan penguapan. Saya menggunakan media es lalu didinginkan agar
mencair dan air tersebut saya panaskan lalu menguap. Selain itu pada saat
pembelajaran ekosistem, saya mengajak peserta didik keluar kelas untuk melihat
kolam yang ada didepan kelas untuk mengetahui ekosistem apa yang ada
didalamnya”.
(P) :“Apakah Penerapan Model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener
Kecamatan Bae Kabupaten Kudus selalu dilakukan di dalam kelas atau di luar
kelas?”
(AF) :“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang bisa diadakan diluar
kelas, membuat peserta didik senang dan tidak jemu dengan suasana kelas,
sebagai contoh pada saat materi makhluk hidup saya ajak siswa keluar kelas lalu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
dibentuk kelompok yang terdiri dari 5/7 peserta didik untuk menyebutkan 10
macam makhluk hidup dan benda tak hidup dihalaman sekolah. Hal ini membuat
siswa lebih kreatif dan mempermudah penghafalan secara langsung kemudian
dari makhluk yang ditemukannya tersebut siswa diharapkan untuk mengamati
anatomi tubuh makhluk hidup yang diperolehnya tersebut”.
(P) :”Bagaimana persiapan guru dalam penerapan pembelajaran model discoverydi
SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(AF) :“Hal yang disiapkan dalam pembelajaran dengan model discovery adalah
penyusunan RPPdan Silabus. Isi dari RPP ini berbeda pada umumnya. RPP
dengan model discovery lebih detail. Yang membedakan RPP pembelajaran
model discovery dengan RPP lainnya adalah isi dari RPP pembelajaran model
discovery lebih difokuskan pada pengalaman langsung peserta didik agar
menemukan pengalaman belajarnya sendiri dengan mengaitkan materi dengan
kehidupan nyata. Kami menyusun RPP dengan komponen yang lengkap seperti
media yang digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model
pembelajaran.”
(P) :”Bagaimana penerapan pembelajaran model discovery yang ibu terapkan di SD
2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(AF) :“Saya biasa menggunakan model pembelajaran ini pada mata pelajaran IPA,
sebenarnya tidak hanya pada mata pelajaran ini saja, banyak hal yang bisa saya
kaitkan dengan kehidupan nyata misalnya pada alat penafasan ikan atau katak
kadang saya bawa anak pada kolam ikan lalu menjelaskan tentang hidupnya
diair dan sistem pernafasannya bagaimana”.
(P) :”Bagaimana cara ibu mengkondusifkan suasana kelas dengan pembelajaran
model discovery ?”
(AF) :“Peserta didik dibuat kelompok 4 hingga 5 peserta didik dalam satu kelompok.
Kelompok-kelompok ini nantinya akan diberikan materi objek akhir yang akan
didiskusikan dan dibuat laporan diskusinya. Laporan diskusi yang berhasil
disusun akan dipresentasikan di depan kelas”.
(P) :”Bagaimana ibu melakukan refleksi atas pembelajaran yang ibu berikan kepada
anak-anak?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
(AF) :“Kegiatan refleksi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan atau
tertulis”.
(P) :“Menurut ibu, bagaimana efek dari model pembelajaran discovery yang ibu
terapkan dalam pembelajaran IPA”?
(AF) :“Kita mudah faham jika belajar tidak hanya teori yang disampaikan guru, tetapi
pada saat pembelajaran praktek baik didalam kelas maupun diluar kelas
membuat kita lebih mengenal langsung dan faham terhadap materi yang
disampaikan misalnya bahwa ciri makhluk hidup itu berkembang, maka pada
saat praktek diluar kelas kita adakan penanaman biji akan tumbuh menjadi
kecambah, kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kami siram
setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar. Sedangkan pada
saat praktek di dalam kelas misalnya ciri makhluk hidup yang beradaptasi,
misalnya saja guru menampilkan video tentang bunglon. bunglon mengubah
warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya agar keberadaannya tidak diketahui
pemangsanya”.
(P) :“Bagaimana hasil dari penerapan model pembelajaran discovery dalam
pembelajaran IPA:?
(AF) :“Saya suka memberikan tugas kepada peserta didik saya untuk mencari
gambar–gambar tentang materi yang saya sampaikan lalu nanti kita diskusikan
bersama misalnya carilah gambar tentang siklus metamorphosis pada hewan
nanti tempel dimading IPA ya…mereka sangat antusias”
(P) :“Bagaimana penilaian hasil belajar yang ibu lakuakan pada model pembelajaran
discovery”?
(AF) :“Kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery
ditekankan pada penilaian proses atau sering disebut dengan penilaian autentik,
jadi tidak hanya dengan hasil belajar saja tetapi pada saat pembelajaran
berlangsung kreativitas dan keaktifan siswa kami nilai. Pengalaman siswa pada
kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat bagi peserta didik, menghargai seluruh
kompetensi peserta didik dengan penilaian autentik, jadi penilaian tidak hanya
dari hasil tes yang saya berikan tetapi dari aktifitas peserta didik dan
kreativitasnya juga kami nilai”. Selaian itu, pada saat pembelajaran biasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
saya melakukan kegiatan evaluasi. Misalnya saja penilaian penggunaan
mikroskop diambil pada saat anak menggunakan mikroskop”.
(P) :“Selain hal tersebut tadi, adakahl hal lain yang ibu lakukan dalam kegiatan
penialaian”?
(AF) :“Kegiatan penilaian dilakukan secara menyeluruh. Selain melakukan kegiatan
ujian atau kegiatan tes tertulis banyak hal yang dapat dievaluasi selama proses
pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai.
Evaluasi tersebut misalnya saja penilaian kinerja (performance), penilaian
penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau peoduct),
penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio (portfolio), Checklist,
dan penilaian sikap”.
(P) :“Bagaiamana cara ibu melakukan Evaluasi dalam pembelajaran IPA ?
(AF) :“Cara melakukan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model
discovery meliputi proyek, laporan kegiatan/eksperimen, PR, Kuis, karya peserta
didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis”.
(P) :“Soal yang bagaiaman yang ibu berikan kepada peserta didik ibu”?
(AF) :“Ya, soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik adalah soal yang berkaitan
dengan dunia nyata. Misalnya saja peserta didik diminta untuk mencari artikel
jenis makhluk hidup darat, air dan udara dan lain sebagainya. Artikel yang
disusun peserta didik tersebut dapat diambil dari berbagai sumber seperti dari
internet, majalah, Koran dan lain sebagainya”.
(P) :“Bagaimana tindak lanjut yang ibu lakuakan setelah mendapatkan hasil belajar
siswa?
(AF) :“Tindak lanjut dari hasil evaluasi ada dua cara yaitu tindak lanjut jika hasilnya
belum baik dan tindak lanjut jika hasilnya sudah baik. Untuk tindak lanjut hasil
evaluasi yang kurang baik adalah diadakannya kegiatan remedial mengingat
nilai peserta didik belum mencapai KKM. Berbeda dengan tindak lanjut untuk
hasil belajar yang sudah baik yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan
pengayaan”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
CATATAN LAPANGAN
WAWANCARA
NO. 3
No Catatan : 3
Jenis : Wawancara
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Februari 2015
Waktu : 10.30-11.00 WIB.
Tempat : Ruang Guru SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.
Pengamat : Nurwati (P)
Subjek : Herlina Rustianti, S.Pd, selaku Guru Kelas VI. (HR)
Topik :Konsep pembelajaran model discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus.
(P) :”Bagaimana konsep pembelajaran model discovery yang ibu terapkan di SD 2
Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”
(HR) :”Pembelajaran model discovery adalah metode pembelajaran yang di mana
murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir, jika
dalam hal ini adalah IPA, saya sering menerapkannya pada proses pembelajaran
karena hal ini dilakukan karena membuat siswa kreatif dan suasana kelas
menjadi hidup karena peserta didik dituntut untuk aktif dan inovatif”.
(P) : “Apa komponen-komponen dalam pembelajaran model discovery?”
(HR) :“Kalau berbicara tentang komponen pembelajaran model discovery sesuai
dengan kurikulum yang kita buat sebelumnya, banyak cara untuk
mewujudkannya, sama seperti yang dilakukandengan peserta didik
mendemonstrasikan berarti itu sudah merupakan pusat perhatian dari peserta
didik itu sendiri dan bukan lagi guru. Selain itu juga bisa dengan melibatkan
langsung pada proses pembelajaran misalnya kegiatan praktek penguapan dan
pencairan serta pemuaian”.
(P) :”Bagaimana Penilaian hasil belajar yang ibu lakuakan di kelas VI”?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
(HR) :“Sistem penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan
tentu saja selama proses kegiatan pembelajaran. Namun diakhir kegiatan
pembelajaran Saya juga melakukan kegiatan evaluasi baik evaluasi formatif
maupun sumatif. Evaluasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung dan setelah
selesai membahas satu atau beberapa KD. Misalnya saja saat melakukan
percobaan peserta didik diamati perilaku atau cara kerjanya dan setelah satu KD
dilakukan evaluasi tertulis”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Lampiran 3. Catatan Lapangan dengan Siswa
CATATAN LAPANGAN
WAWANCARA
NO. 4
No Catatan : 4
Jenis : Wawancara
Hari/Tanggal : Senin, 23 Februari 2015
Waktu : 09.00 – 09.30 WIB
Tempat : di SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.
Pengamat : Nurwati (P)
Subjek : Vika Adela (VA), Putri Anisa Rahmawati (AR), Eky
Prasetyo (EP), selaku siswa-siswi di SD 2 Karangbener.
Topik : Konsep pembelajaran model discoverypada
pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae
Kabupaten Kudus.
(P) :“Apakh ibu guru pernah melakukan praktek-praktek dalam pembelajaran?”
(VA) :“Iya...bu guru sering mengadakan praktek diluar,kita lebih senang dan lebih
cepat faham”.
(P) :“Apa yang biasanya dilakuakan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas?”
(AR) : “Ibu guru biasanya memberikan pertanyaan kepada kami, baik pada saat
memulai pelajaran ataupun saat selesai penyampaian materi yang diberikan,
misalnya pada saat materi fotosintesis, Ibu guru bertanya tentang proses
fotosintesis bagaimana? Ciri-ciri tanaman yang melakukan fotosintesis apa? Jika
tidak ada peserta didik yang menjawab guru mengambil kesimpulan bahwa
murid belum paham dan akan mengulang menjelaskan materi”.
(VA) : “Ibu guru selalu memberikan pertanyaan pada saat mengajar, olehkarena itu
saya harus belajar giat supaya dapat menjawab pertanyaannya. Kata ibu guru
jika kami aktif menjawab dan benar maka nilainya nanti akan bagus.”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
(EP) : “Guru kami memberikan kesempatan kepada kami untuk menampilkan
beberapa video/LCD misalnya saja cara menggunakan alat mikrosof, . Dari hal
tersebut kami jadi lebih paham terhadap materi yang kami pelajari tersebut.
Kadang guru mendemonstrasikan penggunaan alat-alat tersebut”.
(P) :“Sebelum pelajaran berakhir, apa yang biasanya dilakukan oleh ibu guru”?
(AR) :“Pada akhir kegiatan pembelajaran ibu guru sering memberikan kesempatan
kami untuk berpikir dan meminta kami untuk mengambil kesimpulan dari
kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan”.
(P) :“Menurut kalian, bagaiamana model pembelajaran IPA yang diterapkan ibu
guru di kelas”?
(EP) : “Belajar IPA dengan menggunakan model discovery seperti penggunaan
kehidupan nyata sebagai gambaran penyampaian materi lebih menyenangkan
dan kami lebih faham karena kami tidak perlu susah payah menghafal tetapi
kami bisa memahaminya secara langsung dan menemui pemahaman langsung
dari pengalaman langsung yang kami alami sendiri”.
(VA) :“Pembelajaran dengan model discovery menjadikan pembelajaran menjadi
menyenangkan, bervariasi mudah dipahami karena berkaitan dengan kehidupan
nyata dan pengalaman kami langsung”.
(P) :“Selain memberika pertanyaan, apa yang biasa ibu guru lakuka dalam kegiatan
pembelajaran IPA”?
(EP) :“Ibu Anifah sering meminta kita buat kelompok diskusi, kemarin pernah
memberikan materi diskusi tentang alat penafasan pada hewan diberikan
beberapa contoh nama-nama hewan dan suruh mencocokkan hidupnya dimana
dan alat pernafasannya apa, heheheh….seru sekali, kita senang saat
pembelajaran kelompok begini”.
(P) :”Bagaimana hasil belajar kalian,dalam pelajaran IPA yang di berikan ibu
guru”?
(AR) : “Hasil belajar IPA Saya mengalami peningkatan. Hal ini sebagai dampak dari
pemahaman dan aktivitas saya yang meningkatkan dalam pembelajaran IPA
dengan model discovery. Sebelumnya hasil belajar saya hanya mampu mencapai
nilai 6.9 saja. Namun dengan adanya pembelajaran model discoverysehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
dapat meningkatkan motivasi belajar saya hasil belajar saya mengalami
peningkatan di ulangan harian berikutnya yaitu menjadi 7.5”.
(VA) :“Kegiatan yang memberikan suasana pembelajaran yang berbeda,
menyenangkan, tidak bikin ngantuk adalah pembelajaran IPA dengan model
discovery dimana peserta didik diajak ke lingkungan nyata atau diberikan benda
nyata ketika melakukan kegiatan pratikum. Semua aktivitas-aktivitas tersebut
membuat saya mengerti dan paham akan materi IPA yang membuat hasil belajar
saya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebelumnya hasil belajar
saya hanya hanya mencapai nilai 6,5 dan belum mencapai nilai KKM yang
ditentukan yaitu 7. Setelah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan hasil
belajar saya meningkat menjadi 8”.
(P) : “Bagaimana penilaian yang Ibu guru lakuakan dalam pembelajaran “?
(AR) : “Saya senang setiap maju presentasi atau memimpin kelompokku dalam
diskusi, ibu guru selalu menilai tampilan kami, jadi kita pada semangat unjuk
kebolehan masing masing”.
(P) :”Bagaiaman cara ibu guru kalian melakuakan penialaian terhadap belajar
kalian?”
(EP) :“Banyak yang dilakukan guru dalam melakukan penilaian ada yang berupa tes
tertulis, praktik, dan juga pemberian tugas. Untuk penilaian yang berupa tes
tertulis dapat berbentuk uraian seperti memberikan pertanyaan “Apa ciri-ciri
hewan kelompok antropoda?” serta berbentuk objektif. Untuk tes praktik atas
eksperimen biasanya dilakukan dilaboratorium misalnya saja melakukan uji
makanan dan juga proses fotosintesis. Sedangkan untuk pemberian tugas
biasanya dikaitkan dengan kehidupan nyata misalnya saja mengamati gerak pada
tumbuhan langsung”.
(P) :“Soal seperti apa yang diberikan Ibu guru kepada kalian?”
(VA) :“Soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga
saya bisa membayangkan apa yang dimaksud dengan soal tersebut. misalnya
saja soal sebutkan ciri-ciri makhluk hidup, saya langsung membayangkan hewan
dan tumbuhan bahwa kedua makluk ini melakukan gerakan dan juga
berkembang biak. Kadang guru kami juga meminta untuk melakukan
pengamatan atau observasi secara langsung misalnya saja diminta untuk melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
sawah dan meminta kami untuk menuliskan rantai makanan yang terdapat di
sawah”.
(P) :“Bagaimana tindak lanjut guru kalian, setelah mengetahui nilai hasil belajar
kalian ?
(EP) :“Guru kami melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Remedial untuk
peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan dilaksanakan bila materi sudah
selesai sebelum materi berikutnya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Lampiran 4.
PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN
KOMPETENSI DASAR
Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(IPA)
Kelas V (5) Semester 2
Tahun Pelajaran : 2013 -2014
Nama Sekolah : SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Program : V
Semester : 2 (dua)
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar KKM
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Alokasi
Waktu
5. Memahami
hubungan antara
gaya, gerak, dan
energi, serta
fungsinya
5.1. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
o Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis.
o Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan.
o Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari.
o Membuat magnet.
o Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.
o Memprediksi seandainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar KKM
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Alokasi
Waktu
tidak ada gaya gravitasi di bumi.
o Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus).
o Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan.
o Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari.
5.2. Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
o Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.
o Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.
o Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.
o Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.
6. Menerapkan sifat-
sifat cahaya
melalui kegiatan
membuat suatu
karya/model
6.1. Mendeskripsi-kan
sifat-sifat cahaya
o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung).
o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar KKM
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Alokasi
Waktu
cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.
o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.
o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana.
o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai.
o Menggunakan bahan/benda yang sesuai.
o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan.
o Menguji cara kerja model yang dibuat.
o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik.
o Menerapkan prinsip keselamatan kerja.
7. Memahami
perubahan yang
terjadi di alam dan
hubungannya
dengan
penggunaan
sumber daya alam
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
7.2 Mengidentifikasi o Mengidentifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar KKM
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Alokasi
Waktu
jenis-jenis tanah
komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *)
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya
o Menjelaskan pentingnya air.
o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar.
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air.
o Melakukan pembiasaan cara menghemat air.
7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
o Membuat suatu laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus.
o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan.
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar KKM
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Alokasi
Waktu
(pertanian, perkotaan, dsb)
JUMLAH
Mengetahui,
Kepala SD 2 Karangbener
Eny Sri Kuswati, S.Pd
NIP. 19640524 198405 2 002
Kudus, ........................... 2014
Guru Kelas V
Anifah, S,Pd
NIP. 19630315 198304 2 007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Lampiran 5.
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Program : V
Semester : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
Energi dan
Perubahannya
A. Gaya magnet (Hlm.102)
B. Gaya gravitasi (Hlm.114)
o Memahami peta konsep tentang gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan
o Memahami istilah magnet
o Melakukan kegiatan 5.1 s.d 5.12
o Mengerjakan tugas 5.1 s.d 5.2
o Menyebutkan beberapa kegunaan
o Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis.
o Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan.
o Memberi contoh penggunaan gaya
Tugas
Individu
dan
Kelompok
Laporan dan
unjuk kerja
Uraian
Objektif
Kegiatan 5.1
Hlm.102
Tugas 5.1
Hlm.104
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
- Magnet, peniti, paku payung, klip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
C. Gaya gesekan (Hlm.116)
dari magnet - Pengunci
kotak pensil
- Kompas - Dinamo
- Alat pengangkut benda dari besi
o Memahami cara pembutan magnet dengan cara : - Induksi - Gosokan - Aliran listrik
o Memahami gerak jatuh berbagai benda akibat pegaruh gaya gravitasi
o Memahami apa yang terjadi jika tidak ada gaya gravitasi - Segala benda di
Bumi menjadi kacau
- Setiap benda tidak lagi memiliki berat
- Benda akan bertubrukan dan
magnet dalam kehidupan sehari-hari.
o Membuat magnet.
o Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.
o Memprediksi seandainya tidak ada gaya gravitasi di bumi.
o Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus).
o Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya
Kegiatan 5.2
Hlm.104
Kegiatan 5.3
Hlm.105
Kegiatan 5.4
Hlm.106
Kegiatan 5.5
Hlm.107
Kegiatan 5.6
kertas, kertas, karet saputangan, penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, selembar karton, mika, kardus, pensil, benang tipis, penggaris
- Peniti, paku payung, klip kertas, saputangan, kertas, karet penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, kelereng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
terlempar dari permukaan Bumi
o Memahami bahwa ada gaya lain selain gaya gravitasi yaitru gaya gesek yang mempengaruhi gerak benda.
o Memahami definisi gaya gesek yaitu hambatan yang terjadi ketika dua permukan saling bersentuhan,.
o Menyebutkan kegunaan dari gaya gesek - Membantu benda
bergerak tanpa tergelincir
- Untuk menghentikan benda yang sedang bergerak
- Menahan benda-benda agar tidak bergeser.
gesekan.
o Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari.
Hlm.108
Kegiatan 5.7
Hlm.109
Tugas 5.2
Hlm.111
Kegiatan 5.8
Hlm.112
Kegiatan 5.9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
o Menyebutkan benda yang dapat memperbesar gaya gesekan : - Bahan karet - Paku-paku atau
pul o Menyebutkan
kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesek - Menghambat
gesekan - Memboroskan
energi - Mengikis
permukaan yang bergesekan
o Mampu mengatasi kerugian akibat gaya gesekan - Memasang roda - Memasang
bantalan peluru - Menghaluskan
permukaan benda
- Menghambat gerakan
Hlm.112
Kegiatan 5.10
Hlm.113
Tugas 5.3
Hlm.114
Kegiatan 5.11
Hlm.115
Kegiatan 5.12
Hlm.116
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
- Mengikis permukaan yang bergesekan
- Memboroskan energi untuk mengatsi gaya gesekan
5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat
Energi dan
Perubahannya
A. Pesawat sederhana (Hlm.120)
B. Jenis-jenis pesawat sederhana (Hlm.120)
o Memahami peta konsep tentang pesawat sederhana
o Melakukan kegiatan 5.13 s.d 5.16
o Memahami tujuan penggunaan pesawat sederhana - melipatgandakan
gaya atau kemampuan kita
- mengubah arah gaya yang kita lakukan
- menempujh jarak
o Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.
o Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.
Tugas
Individu
dan
Kelompok
Laporan
Uraian
Objektif
Kegiatan 5.13
Hlm.121
Kegiatan 5.14
Hlm.122
Kegiatan 5.15
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
- Kaleng cat yang tertutup, obeng pipih, sendok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan
o Menyebutkan jenis pesawat sederhana - Tuas
(pengukit) - Bidang
miring
- Katrol - Roda
o Memahami pengertian - Tuas
(pengukit) - Bidang
miring
- Katrol - Roda
o Memahami tuas gologan pertama, kedua, ketiga dan memberikan contohnya
o Menyebutkan keuntungan menggunak pesawat sederhana
o Menyebutkan bidang miring
o Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.
o Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.
Hlm.123
Tugas 5.4
Hlm.124
Kegiatan 5.16
Hlm.126
Tugas 5.5
Hlm.129
Uji
Kompetensi
Hlm.131
- Dua buah sawo mentah, alat pemecah buah, sapu lidi dengan gagang kayu
- Meja, sebilah papan 1mx10cm, mobil mainan, karet gelang, 10 buah kelereng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian
Materi Pengalaman
Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
- Kapak - Pisau - Linggi
s
- Obeng - Paku
ulir - Sekrup
o Menyebutkan jenis katrol - Katrol tetap - Katrol bebas
- Katrol majemuk
o Menyebutkan penggunaan katrol dan roda
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility )
Dan Ketelitian ( carefulness)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah : SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Program : V
Semester : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
6.1 Mendeskripsi-
kansifat-sifat
cahaya
Cahaya Dan Sifat-
Sifatnya
A. Sifat cahaya (Hlm.141)
B. Antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan.
o Memahami peta konsep tentang cahaya
o Melakukan kegiatan 6.1 s.d 6.9
o Menyebutkan sifat cahaya : - cahaya merambat lurus - cahaya menembus benda
bening - cahaya dapat dipantulkan. - cahaya dapat dibiaskan - cahaya putih terdiri dari
berbagai warna o Memahami sifat cermin
datar, cermin cekung dan
o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).
o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau
Tugas
Individu
dan
Kelompok
Laporan dan
unjuk kerja
Uraian
Objektif
Kegiatan 6.1
Hlm.142
Kegiatan 6.2
Hlm.143
Kegiatan 6.3
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
- Karton tebal, tiga kayu, gunting, pelubang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
(Hlm.150)
cermin cembung. o Memahami bayangan yang
terjadi pada cermin datar, cermin cekung, cermin cembung.
o Memahami istilah dari pemantulkan teratur, bayangan semu, bayangan nyata, pembiasan, medium, garis normal, spektrum.
o Menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
o Memahami bahwa benda terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya
o Memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil.
o Mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak - Membaca di tempat
cekung).
o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.
o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.
o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Hlm.144
Kegiatan 6.4
Hlm.144
Kegiatan 6.5
Hlm.145
Kegiatan 6.6
Hlm.146
lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, kaleng, batu, karton, triplek, plastik bening, botol bening, air jernih dan berlumpur
- Senter, cermin datar, kertas hitam, sendok makan, pulpen, pensil, mangkuk bening,baskom, selembar kertas putih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
terang - Tidak memandang
langsung sumber cahaya yang menyilaukan.
o Mengetahui cacat mata - Rabun
jauh - Rabun
dekat
- Cacat mata tua
o Menyebutkan alat-alat optik yang lain
- Kaca pembesar
- Kamera - Mikroskop
- Teropong
- Periskop - Overhea
d proyektor
o
Kegiatan 6.7
Hlm.147
Kegiatan 6.8
Hlm.147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Kegiatan 6.9
Hlm.149
6.2 Membuat suatu
karya/model,
misalnya
periskop atau
lensa dari bahan
sederhana
dengan
menerapkan
sifat-sifat
cahaya.
Cahaya Dan Sifat-
Sifatnya
C. Karya berteknologi sederhana (hlm.155)
o Membuat kaca pembesar dari air (hlm.155)
o Membuat kaca pembesar dari bohlam (hlm.155)
o Membuat kamera lubang jarum (hlm.156)
o Membuat spektrum cahaya (hlm.157)
o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana.
o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai.
Tugas
Individu
dan
Kelompok
Laporan
Uraian
Objektif
Membuat
kaca
pembesar
dari
- Air - Bohlam
Membuat
kamera
lubang jarum
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
- Plastik, rantang, panci besar, air, garam dapur, bongkahan es
- Kertas karton,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
Cahaya Dan Sifat-
Sifatnya
C. Karya berteknologi sederhana
o Membuat kaleidoskop (hlm.157)
o Membuat cakram warna (hlm.158)
o Membuat periskop (hlm.159)
o Menggunakan bahan/benda yang sesuai.
o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan.
o Menguji cara kerja model yang dibuat.
o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik.
o Menerapkan prinsip keselamatan kerja.
Membuat
spektrum
cahaya
Membuat
cakram
warna
Membuat
periskop
pelubang kertas, kotak kecil, segelas air putih, sendok kecil, kertas koran.
- Bohlam bekas, obeng, olastik, karet gelang, air jernih, kertas koran
- Kaleng susu bekas tanpa penutup, karet gelang, kertas kalkir, paku, palu besi
- Kertas karton putih, gelas bening, kertas karton berwarna gelap, senter
- Kotak bekas pasta gigi, kertas potongan kertas beraneka warna, karton,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrumen
gunting, lem, dan penggaris,
- Karton warna putih, benang kelos dua utas, cat air warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, gunting, penggaris, kuas, jangka.
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility )
Dan Ketelitian ( carefulness)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
SILABUS PEMBELAJARAN
Nama Sekolah :SD 2 Karangbener Kudus
Mata Pelajaran : IPA
Kelas/Program : V
Semester : 2 (dua)
Standar Kompetensi : 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan
Bumi dan Alam
Semesta
A. Proses pembentukan tanah. (Hlm.171)
o Memahami apa itu pelapukan
o Mengetahui jenis pelapukan dan memahami prosesnya - Pelapukan fisika - Pelapukan kimia - Pelapukan biologi
o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
Tugas
Individu
Uraian
Objektif
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
o Menyebutka jenis tanah berdasarkan komposisi penyusunnya - Tanah berpasir - Tanah berhumus - Tanah liat - Tanah berkapur
7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
Bumi dan Alam
Semesta
B. Proses pembentukan tanah. (Hlm.171)
o Mengetahui jenis batuan berdasarkan cara pembentukkannya - Batuan beku - Batuan sedimen - Batuan metamorf
o Memahami pembentukan batuan beku dan mengetahui contohnya :
- Batu apung - Batu obsidian - Batu granit - Batu basal
o Mengidentifikasi komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus.
Tugas
Individu
Uraian
Objektif
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
o Memahami pembentukan batuan sedimen dan mengetahui contohnya : - Konglomerat - Batu pasir Batuh serpih - Batu gamping - Breksi
o Memahami pembentukan batuan metamorf dan mengetahui contohnya : - Batu pualam - Batu sabak
7.3 Mendeskripsikan struktur bumi
Bumi dan Alam
Semesta
A. Mengenal Struktur Bumi. (Hlm.170)
o Memahami peta konsep bumi
o Mengetahui lapisan-lapisan pada bumi - Lapisan Atmosfer - Lapisan Kerak Bumi - Lapisan Mantel Bumi
o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *)
Tugas
Individu
Uraian
Objektif
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
- Lapisan Inti Bumi Luar - Lapisan Inti Bumi Dalam
o Memahami fungsi dari lapisan atmosfer
o Mengetahui bahwa lapisan atmosfer tersusun dari lapisan - Lapisan Troposfer - Lapisan Stratosfer - Lapisan Mesosfer - Lapisan Termosfer
o Mengetahui unsur pembentukan - Lapisan Mantel bumi
terbentuk dari mineral silikat
- Lapisan Inti bumi luar terbentuk dari besi, nikel dan zat lain.
- Lapisan inti bumi terbentuk dari besi dan nikel padat.
Alat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya
Bumi dan Alam
Semesta
B. Daur Air. (Hlm.178)
o Memahami peta konsep tentang air
o Menyebutkan kegunaan air - Minuman - Pembersih - Sarana olahraga
o Memahami daur air
o Mengambar skema daur air
o Menjelaskan pentingnya air.
o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar.
Tugas
Individu
Uraian
Objektif
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan
Bumi dan Alam
o Memahami peta konsep tentang air
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat
Uraian
Sumber:
Buku SAINS SD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
air
Semesta
C. Daur Air. (Hlm.178)
o Memahami kegiatan manusia terhadap daur air
o Menyebutkan kerusakan akibat kegiatan manusia - hujan asam - air limbah
o Memahami bahwa air tidak akan habis karena adanya daur air
o Memahami bahwa persediaan air bersih semakin berkurang.
o Menyebutkan cara menghemat air. (Hlm.182)
mempengaruhi daur air.
o Melakukan pembiasaan cara menghemat air.
Objektif
Kelas V
Alat:
7.6 Mengidentifik
Bumi dan Alam
o Memahami bahwa peritiwa
o Membuat suatu
Uraian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
asi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan
Semesta
C. Peristiwa Alam di Indonesia (Hlm. 182)
D. Sumber daya Alam yang tidak dapat diperbaharui dan yang dapat diperbaharui. (Hlm.185)
alam ada yang dapat di cegah dan ada yang tidak dapat dicegah
o Menyebutkan aktivitas alam - Gempa bumi - Tsunami - Gunung meletus - Banjir - Tanah longsor - Topan badai
o Menyebutkan cara mencegah banjir dan menghemat sumber daya alam
o Menyebutkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan yang dapat diperbarui
laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus.
o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan.
Objektif
Tugas 7.1
Hlm.185
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)
Bumi dan Alam
Semesta
E. Cara menggunakan sumber daya alam. (Hlm.189)
o Memahami cara menggunakan sumber daya alam - Tumbuhan dan hewan
dipelihara dan dikembangbiakan
- Waduk untuk pengairan dan tambak untuk perikanan
- Bahan tambang dibuat tempat penambangan
o Memahami apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. - Menghemat penggunaan
air dan listrik - Membuang sampah pada
tempat sampah - Menanami lingkungan
dengan tumbuhan
o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.
Sumber:
Buku SAINS SD
Kelas V
Alat:
Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Kompetensi
Dasar
Materi Pokok dan
Uraian Materi Pengalaman Belajar
Indikator
Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Alokasi
Waktu Sumber/
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Instrume
n
Dan Ketelitian ( carefulness)
Mengetahui,
Kepala SD 2 Karangbener
Eny Sri Kuswati, S.Pd
NIP. 19640524 198405 2 002
Kudus, ........................... 2014
Guru Kelas V
Anifah, S,Pd
NIP. 19630315 198304 2 007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Lampiran 6.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SD N 2 Karangbener Bae Kudus
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas / Semester : V ( Lima ) / II ( Dua)
Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran
STANDAR KOMPETENSI
Menerapkan sifat!sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.
KOMPETENSI DASAR
Mendeskripsikan sifat!sifat cahaya.
INDIKATOR
Kognitif
a. Produk
Mendeskripsikan sifat!sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin
lengkung (cembung atau cekung ).
b. Proses
Mengidentifikasi sifat cahaya yang mengenai berbagai benda.
Afektif
a. Bekerjasama mengerjakan tugas kelompok
b. Menghargai pendapat teman dalam diskusi kelompok
Psikomotor
Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Kognitif
a. Produk
Dengan mengamati demontrasi sifat!sifat cahaya, siswa mampu
mendeskripsikan sifat!sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin
lengkung (cembung atau cekung ) dengan benar.
b. Proses
Dengan menggunakan media sifat!sifat cahaya, siswa dapat mengidentifikasi
sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap)
dengan benar.
Afektif
Melalui diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan menghargai pendapat teman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Psikomotor
Melalui percobaan, siswa dapat mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai
berbagai benda (bening, berwarna dan gelap) dengan benar.
MATERI PEMBELAJARAN
Ilmu Pengetahuan Alam : Cahaya dan sifat!sifatnya.
MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN :
Model : Discovery
Metode : Ceramah bervariasi, Diskusi, Pemberian Tugas, Eksperimen dan Pengalaman
Langsung
KEGIATAN PEMBELAJARAN
a. Kegiatan awal :
1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama siswa.
2. Presensi/absen siswa
3. Siswa mempersiapkan alat pembelajaran
4. Siswa dikondisikan agar siswa siap mengikuti pelajaran dengan menanyakan
kesiapan belajar kepada siswa
5. Menyanyikan lagu anak yang berjudul pelangi.
6. Guru menanyakan kepada siswa, mengapa kita bisa melihat
benda?(konstruktivistik)
7. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.
8. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan
b. Kegiatan Inti :
1. Siswa menerima penjelasan guru kemudian mengkaitkan pengetahuannya dengan
lingkungannya. Siswa memanfaatkan pengalamannya dalam kehidupan sehari!hari
tentang cahaya.
2. Siswa mencari contoh tentang sifat!sifat cahaya yang ada di lingkungan
sekitarnya.
3. Siswa mengungkapkan pemikirannya mengenai sifat!sifat cahaya yaitu cahaya dapat
merambat lurus dan menembus benda bening.
4. Guru melakukan demontrasi di depan kelas dibantu oleh siswa (pemodelan).
5. Siswa melakukan percobaan yang di depan kelas.
6. Tanya jawab materi yang belum dipahami mulai pertanyaan yang sederhana sampai
pertanyaan yang lebih komplek.
7. Siswa secara kelompok diskusi tentang sifat!sifat cahaya dapat merambat lurus dan
menembus benda bening.
8. siswa melakukan percobaan mengenai sifat!sifat cahaya yaitu cahaya merambat
lurus dan menembus benda bening.
9. Siswa melakukan percobaan mengikuti langkah!langkah sesuai lembar kerja siswa.
10. Setelah melakukan percobaan, siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan
menyimpulkan sifat!sifat cahaya tersebut (masyarakat belajar).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
11. Berdasarkan percobaan yang dilakukkan siswa merumuskan masalah yang ditemuinya
(menemukan) mengenai sifat!sifat cahaya tersebut.
12. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) berdasarkan pendapat yang telah
disampaikan oleh setiap anggota kelompok.
13. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.(penilaian autentik)
14. Siswa mengungkapkan pemahamannya tentang materi sifat!sifat cahaya setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran. (refleksi)
c. Kegiatan Akhir :
1) Siswa mendapat tugas rumah tentang peristiwa cahaya dapat dipantulkan
dan cahaya mengalami pembiasan.
SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Sumber :
Kurikulum kelas V SD
Panut, H. (2006). Dunia IPA 4A kelas 4 Sekolah Dasar Semester Pertama.
Jakarta: Yudisthira.
Media :
Gambar sifat cahaya merambat lurus.
Alat!alat percobaan sifat!sifat cahaya. Penilaian Kognitif
a. Penilaian produk
1) Teknik penilaian : tes pilihan ganda
2) Rubrik Penilaian :
Penilaian produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
NA evaluasi : skor/35 x 100
b. Penilaian proses
1) Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)
2) Rubrik Penilaian : (terlampir)
No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score
1 2 3 4
1
Ketepatan menjawab pertanyaan
Keberanian mengungkapkan pendapat
Keberanian menjawab pertanyaan
2
Ketepatan menjawab pertanyaan
Keberanian mengungkapkan pendapat
Keberanian menjawab pertanyaan
NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100
2. Penilaian Afektif
a. Teknik Penilaian : non tes
b. Rubrik Penilaian :
No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score
1 2 3 4
1
Kerjasama
Menghormati pendapat teman
2
Kerjasama
Menghormati pendapat teman
NA pengamatan : skor yang diperoleh/8 x 100
3. Penilaian Psikomotor
a. Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)
b. Rubrik Penilaian :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score
1 2 3 4
1
Ketepatan
Kerapian
Keberanian menjawab pertanyaan
2
Ketepatan
Kerapian
Keberanian menjawab pertanyaan
NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa
mendapatkan skor minimal 70.
Kudus,..........................2014
Mengetahui,
Kepala SD 2 Karangbener Bae Kudus Guru Kelas V
Eny Sru Kuswati, S.Pd Anifah, S.Pd
NIP. 19640524 198405 2 002 NIP.196303151983042007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
LEMBAR KERJA SISWA 1
Nama Anggota Kelompok :
1.
2.
3.
4.
A. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke
C, dan A ke d berbentuk garis lurus atau berliku? Apa kesimpulanmu?
Jawaban :
B. Isilah tabel dibawah ini, setelah kalian melakukan percobaan bersama
kelompok!
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA
A. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke
C, dan A ke d berbentuk garis lurus atau berliku? Apa kesimpulanmu? Jawaban :
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke
C, dan A ke d berbentuk garis lurus. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan
bahwa cahaya yang mengenai benda merambat lurus.
B
NO NAMA BENDA TEMBUS
CAHAYA
TIDAK
TEMBUS
CAHAYA
KETERANGAN
1 Gelas Bening V Benda Bening
2 Air Kopi V Benda Gelap
3 Air Bening V Benda Bening
4 Botol Plastik
Bening
V Benda Bening
5 Kertas Karton V Benda Gelap
6 Kertas HVS V Benda Bening
7 Kain V Benda Bening
8 Plastik Hitam V Benda Gelap
9 Buku V Benda Gelap
10 Kaca V Benda Bening
LEMBAR KERJA SISWA 2
Nama anggota kelompok:
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pemantulan cahaya pada
bidang cekung.
Alat dan Bahan :
Sendok makan
Langkah!langkah kerja :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
1. Ambillah sendok logam yang biasa kalian gunakan untuk makan.
2. Bercerminlah dan amati bayang wajahmu pada bagian sendok yang cekung.
3. Bagaimana bayang!bayang kamu pada sendok tersebut?
4. Sekarang dekatkan telunjuk kamu pada cekungan sendok. Bagaimana bayang!bayang
yang tampak?
5. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang kalian lakukan tersebut
Kunci jawaban
3. Terbalik
4. Tegak
5. Jadi bayangan yang terbentuk pada cermin cekung:
apabila letak benda jauh dengan cermin cekung, maka bayangan yang dibentuk
adalah nyata dan terbalik, apabila letak benda dekat dengan cermin cekung, maka
bayangan yang dibentuk adalah maya, tegak, dan diperbesar
Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pemantulan cahaya pada
cermin cembung.
Alat dan bahan :
1. Cermin datar
2. Spion motor
Langkah!langkah kerja :
1. Ambillah spion motor dan cermin datar.
2. Bercerminlah secara bersamaan pada kedua cermin tersebut.
3. Bagaimana keadaan bayangan wajah kalian?
4. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah kalian lakukan
tersebut?
Kunci Jawaban
3. Bayangan wajah terlihat lebih kecil
4. Jadi bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah maya, tegak dan
Diperkecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pembiasan cahaya.
Alat dan bahan :
1. Gelas bening dan pensil
2. Air
Langkah!langkah kerja :
1. Isilah gelas bening dengan air, kemudian masukkan pensil ke dalamnya.
2. Perhatikan pensil dari arah samping.
3. Bagaimana bentuk pensil?
4. Setelah dimasukkan ke dalam gelas, keadaan pensil akan tampak?
5. Apakah kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah kalian lakukan
tersebut?
Kunci Jawaban
3. Pensil terlihat patah
4. Patah
5. Jadi pembiasan terjadi karena cahaya melewati dua medium yang berbeda
kerapatannya.
Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat
maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.
Apabila cahaya merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka
cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal
Kisi-kisi Lembar Penilaian Kognitif
Indikator No Butir Soal
Sifat!sifat Cahaya 1-35
Lembar Penilaian Kognitif dan Kunci Jawaban
A. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
yang tepat!
1. Cahaya bergerak dengan lintasan yang . . .
a. Berliku!liku c. Lurus
b. Bergelombang d. Memantul
2. Benda yang dapat ditembus cahaya adalah . . .
a. Air bening c. Buku
b. Susu d. Kopi
3. Benda yang tembus cahaya akan . . .
a. Memantulkan cahaya c. Membelokkan cahaya
b. Menyerap cahaya d. Meneruskan cahaya
4. Berikut ini merupakan benda yang menggunakan cermin cembung adalah...
a. Senter c. Alat kerja dokter
b. Lampu sepeda motor d. Spion mobil
5. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah . . .
a. nyata dan terbalik c. semu dan terbalik
b. nyata dan tegak d. semu dan tegak
6. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Itu
adalah salah satu sifat bayang!bayang pada . . .
a. Cermin datar c. Cermin lengkung
b. Cermin cekung d. Cermin cembung
7. Benda gelap akan . . . cahaya.
a. Meneruskan c. Menyerap
b. Membiaskan d. Memantulkan
8. Kita dapat melihat benda karena adanya beberapa hal berikut, kecuali . . .
a. Sumber cahaya c. Udara
b. Matahari d. Lampu
9. Alat kerja dokter, lampu sepeda, dan reflektor pada senter menggunakan . . .
a. Cermin cembung c. Lensa lengkung
b. Cermin cekung d. Lensa cembung
10. Di bawah ini yang merupakan sumber cahaya adalah . . .
a. Matahari c. Generator
b. Batu baterai d. Dinamo
11. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, kecuali ...
a. Gelas bening c. Karton
b. Kaca jendela d. Plastik bening
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
12. Cahaya yang merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka
cahaya akan dibiaskan . . .
a. mendekati garis normal c. sejajar garis normal
b. menjauhi garis normal d. berlawanan garis normal
13. Cermin yang permukan pantulnya berbentuk cekungan disebut . . .
a. Cermin cembung c. Cermin hias
b. Cermin datar d. Cermin cekung
14. Jarak bayangan dengan jarak benda yang berada di depan cermin datar
adalah . . .
a. Sama c. Lebih dekat
b. Berbeda d. Lebih jauh
15. Cermin yang digunakan pada kaca spion mobil atau motor adalah . . .
a. Cermin datar c. Cermin cembung
b. Cermin cekung d. Cermin rias
16. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya
merupakan salah satu peristiwa . . .
a. Pemantulan cahaya c. Perambatan cahaya
b. Pembiasan cahaya d. Pembentukan bayangan
17. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat
maka cahaya akan dibiaskan mendekati . . .
a. Garis normal c. Garis vertikal
b. Garis horizontal d. Garis lurus
18. Cahaya yang masuk rumah melalui jendela yang berkaca, hal itu
menunjukkan cahaya memiliki sifat . . .
a. Merambat lurus c. Dapat dipantulkan
b. Menembus benda bening d. Mengalami pembiasan
19. Cermin yang biasa di pakai untuk berhias adalah jenis cermin . . .
a. Cermin cekung c. Cermin datar
b. Cermin cembung d. Cermin lengkung
20. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perbedaan . . . antara dua jenis zat.
a. Kelenturan c. Kerapatan
b. Kekuatan d. Kepadatan
21. Cahaya yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya akan . . .
a. Dipantulkan c. Dibiaskan
b. Diteruskan d. Dibelokkan
22. Pada cermin datar, berkas cahaya yang sejajar akan dipantulkan . . .
a. Sejajar c. Berimpit
b. Berlawanan d. Berseberangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
23. Cahaya dapat menembus benda . . .
a. Bening c. Padat
b. Gelap d. Mati
24. Dasar air kolam yang bening tampak dangkal karena terjadi . . .
a. Pemantulan cahaya c. Penembusan cahaya
b. Perambatan cahaya d. Pembiasan cahaya
25. Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan
magnet disebut . . .
a. Gelombang listrik c. Gelombang elektromagnetik
b. Gelombang cahaya d. Gelombang magnet
26. Cermin cembung hanya membentuk bayang!bayang . . .
a. Maya diperbesar c. Nyata diperbesar
b. Maya diperkecil d. Nyata diperbesar
27. Pemantulan cahaya yang terjadi pada benda yang permukaannya tidak rata
adalah . . .
a. Pemantulan searah c. Pemantulan sempurna
b. Pemantulan beraturan d. Pemantulan baur
28. Di bawah ini objek yang bisa ditembus cahaya adalah . . .
a. besi c. kayu
b. kertas karton d. kain
29. Kaca spion mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain yang ada dibela!
kangnya, tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal itu dikarenakan cahaya . . .
a. dipantulkan c. dibelokan
b. dibiaskan d. bergerak lurus
30. Sumber cahaya yang paling utama bagi bumi adalah . . .
a. lampu c. matahari
b. api d. bulan
31. Kaca spion pada sepeda motor menggunakan cermin . . .
a. datar c. cekung
b. cembung d. rias
32. Kaca termasuk ke dalam benda yang dapat . . . cahaya
a. memantulkan c. membelokkan
b. meneruskan d. membiaskan
33. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh senter adalah . . .
a. bergelombang c. lurus
b. tidak teratur d. berkelok!kelok
34. Reflektor pada lampu mobil dan lampu motor menggunakan cermin . . .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
a. datar c. cekung
b. cembung d. rias
35. Cahaya akan dibiaskan jika cahaya merambat melalui dua medium yang . . .
a. sama c. bening
b. sejenis d. berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Kunci Jawaban
1. C
2. A
3. D
4. D
5. D
6. A
7. D
8. C
9. B
10. A
11. C
12. B
13. D
14. A
15. C
16. B
17. A
18. B
19. C
20. C
21. C
22. A
23. A
24. D
25. C
26. B
27. C
28. D
29. A
30. C
31. B
32. B
33. C
34. C
35. D
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA
A. Sifat-Sifat Cahaya
Bagaimana makhluk hidup dapat melihat benda? Benda dapat dilihat karena
benda!benda yang ada di sekitar memantulkan cahaya. Cahaya yang berada di ruangan
dipantulkan oleh benda menuju mata sehingga manusia dapat melihat benda. Kita tidak
dapat melihat tanpa ada cahaya. Suatu malam, listrik di rumah padam. Tidak ada
cahaya sama sekali. Apa yang kamu lakukan? Kamu tentu akan menyalakan lilin,
lampu senter, atau sejenisnya agar kamu dapat melihat. Lilin ataupun lampu
senter akan memancarkan cahaya. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet. Lilin dan lampu
senter disebut sumber cahaya karena dapat memancarkan cahaya sendiri.
Benda!benda yang tidak dapat memancarkan cahaya atau menghasilkan cahaya
disebut benda gelap. Benda gelap seperti batu, bumi, dan kayu hanya memantulkan
cahaya yang diterimanya. Cahaya memiliki beberapa
sifat di antaranya sebagai berikut.
1) Cahaya merambat lurus
2) Cahaya dapat menembus benda bening
3) Cahaya dapat dipantulkan
4) Cahaya mengalami pembiasan.
B. Cahaya Menembus Benda Bening
Benda!benda yang dapat menerima cahaya terbagi menjadi benda bening dan benda
gelap. Apakah yang dimaksud dengan benda bening? Benda bening adalah benda
yang dapat ditembus oleh cahaya. Benda bening selain dapat ditembus cahaya
atau meneruskan cahaya yang melewati benda juga dapat memantulkan cahaya
yang melewatinya. Contoh benda bening adalah air jernih, kaca, gelas bening,
plastik bening, dan botol bening. Benda gelap berarti benda yang tidak dapat ditembus
cahaya, misalnya kertas, air susu, dan air kopi. Jadi, benda bening akan meneruskan
cahaya sedangkan benda gelap akan menyerap cahaya. Benda gelap selain dapat
menyerap cahaya juga dapat memantulkan cahaya yang melewatinya. Apakah
kamu dapat menyebutkan benda lain yang termasuk benda bening dan benda gelap?
Coba perhatikan kaca jendela di rumahmu! Kanca jendela termasuk benda bening
karena sinar matahari dapat menembus kaca. Bagaimana dengan kolam atau sungai
yang ada di sekitar rumahmu? Apakah airnya kelihatan jernih atau keruh? Hewan atau
tumbuhan yang hidup di dalam air memerlukan sinar matahari untuk kalngsungan
hidupnya. Air yang bening memudahkan cahaya
masuk ke dalam air. Hal itu tentunya menguntungkan kehidupan makhluk hidup
yang terdapat di dalam air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
C. PEMANTULAN CAHAYA
Cermin merupakan benda dari kaca yang salah satu sisinya mengkilap. Permukaan
pada cermin dapat memantulkan cahaya yang mengenainya. Bagaimanakah
pemantulan cahaya pada cermin? Berikut diuraikan pemantulan cahaya yang terjadi
pada datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Kita sudah mengetahui bahwa cahaya
merambat dengan lintasan lurus. Ketika cahaya menuju cermin, maka cermin akan
memantulkan kembali cahaya yang diterima cermin. Pemantulan cahaya pada cermin
mirip dengan bola yang kita tendang ke arah dinding. Bola yang kita tendang tadi akan
dipantulkan kembali oleh dinding.
1. Pemantulan cahaya pada cermin datar
Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang datar. Cermin
datar dibuat dengan cara melapiskan perak ke sebuah kaca datar. Cermin datar
biasanya dipakai untuk cermin rias. Ketika kita bercermin akan tampak diri kita.
Cobalah kamu bercermin pada cermin datar! Pada cermin akan terlihat wajah kamu,
wajah kamu yang berada di cermin disebut dengan bayang!bayang.
Gambar bayangan teko pada cermin datar Sifat bayang!bayang pada cermin datar
adalah sebagai berikut.
a. Bayang!bayang pada cermin datar bentuknya sama besar dengan bendanya.
b. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.
c. Letak bayang!bayang berkebalikan dengan letak benda.
d. Bayang!bayang yang terbentuk adalah bayang!bayang maya atau bayang!
bayang semu. Bayang!bayang maya adalah bayang!bayang yang hanya tampak
pada cerminnya saja.
2. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cekung
Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa
cekungan. Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflektor ( benda yang memantulkan
cahaya) pada senter, lampu sepeda, lampu mobil, lampu sepeda motor, dan alat kerja
dokter. Sifat bayangan cermin cekung :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
a) Jika benda dekat dengan cermin cekung , bayangan benda bersifat tegak, lebih besar,
dan semu.
b) Jika benda jauh dari cermin cekung , bayangan benda bersifat : nyata dan
terbalik.
3. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung
Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang
berbentuk cembung. Cermin cembung biasa dipakai untuk kaca spion kendaraan.
Cermin cembung juga bisa dipasang pada tingkugan jalan agar pengguna jalan dapat
melihat keadaan pada tikungan jalan di depannya.
Sifat bayangan cermin cembung : a) Maya
b) Tegak
3. Dan lebih kecil (diperkecil) dari benda sesungguhnya.
Gambar spion mobil dan cermin cembung pada tikungan jalan
D. PEMBIASAN CAHAYA
Cahaya dapat dibiaskan apabila cahaya merambat belalui dua medium yang
berbebeda, misalnya dari suatu zat ke zat lain yang kerapatannya berbeda, maka
cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan. Medium adalah perantara
yang dilalui. Kerapatan zat berbeda!beda. Kerapatan gelas bening lebih besar dari
pada kerapatan air jernih, dll.
a) Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yangg lebih rapat maka cahaya
akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya yang merambat dari udara ke
air.
b) Bila cahaya merambat dari zat yg lebih rapat ke zat yg kurang rapat, maka cahaya akan
dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat kaca ke udara. Contoh
pembiasan: pensil yg ditaruh gelas yg ada airnya pensil kelihatan patah, kolam yg
jernih kelihatannya dangkal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Coba perhatikan dasar kolam dan ikan yang etrdapat di dalamnya! Kolam yang airnya
jernih memiliki dasar kolam yang tampak lebih dangkal. Ikan yang ada di dalam
kolam juga tampak mendekati permukaan. Itulah beberapa contoh peristiwa
pembiasan cahaya yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari!hari. Mengapa cahaya
mengalami pembiasan? Cahaya mengalami pembiasan karena bergerak melalui dua
medium (zat perantara yang dilalui cahaya) yang berbeda kerapatannya, misalnya
cahaya yang datang dari udara ke air. Agar lebih paham, cobalah lakukan kegiatan
berikut!
Berdasarkan aktivitas yang telah dilakukan, pensil yang dimasukkan ke dalam air
tampak patah. Kita dapat melihat pensil karena ada sebagian cahaya yang dipantulkan
oleh pensil mengenai mata kita. Kita melihat bahwa pensil tampak patah karena
kecepatan cahaya berbeda antara cahaya di udara dan di air.
Kamus Sains
Gelombang Elektromagnetik = Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan
listrik dengan medan magnet.
Medium = Zat perantara untuk merambat gelombang.
Pembiasan = Perubahan arah rambat cahaya ketika melalui dua medium yang
berbeda.
Lampiran 3. Soal Evaluasi
Soal Evaluasi
Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang tepat!
1. Cahaya bergerak dengan lintasan yang . . .
a. Berliku!liku c. Lurus
b. Bergelombang d. Memantul
2. Benda yang dapat ditembus cahaya adalah . . .
a. Air bening c. Buku
b. Susu d. Kopi
3. Benda yang tembus cahaya akan . . .
a. Memantulkan cahaya c. Membelokkan cahaya
b. Menyerap cahaya d. Meneruskan cahaya
4. Berikut ini merupakan benda yang menggunakan cermin cembung adalah...
a. Senter c. Alat kerja dokter
b. Lampu sepeda motor d. Spion mobil
5. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah . . .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
a. nyata dan terbalik c. semu dan terbalik
b. nyata dan tegak d. semu dan tegak
6. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Itu
adalah salah satu sifat bayang!bayang pada . . .
a. Cermin datar c. Cermin lengkung
b. Cermin cekung d. Cermin cembung
7. Benda gelap akan . . . cahaya.
a. Meneruskan c. Menyerap
b. Membiaskan d. Memantulkan
8. Kita dapat melihat benda karena adanya beberapa hal berikut, kecuali . . .
a. Sumber cahaya c. Udara
b. Matahari d. Lampu
9. Alat kerja dokter, lampu sepeda, dan reflektor pada senter menggunakan . . .
a. Cermin cembung c. Lensa lengkung
b. Cermin cekung d. Lensa cembung
10. Di bawah ini yang merupakan sumber cahaya adalah . . .
a. Matahari c. Generator
b. Batu baterai d. Dinamo
11. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, kecuali ...
a. Gelas bening c. Karton
b. Kaca jendela d. Plastik bening
12. Cahaya yang merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka
cahaya akan dibiaskan . . .
a. mendekati garis normal c. sejajar garis normal
b. menjauhi garis normal d. berlawanan garis normal
13. Cermin yang permukan pantulnya berbentuk cekungan disebut . . .
a. Cermin cembung c. Cermin hias
b. Cermin datar d. Cermin cekung
14. Jarak bayangan dengan jarak benda yang berada di depan cermin datar
adalah . . .
a. Sama c. Lebih dekat
b. Berbeda d. Lebih jauh
15. Cermin yang digunakan pada kaca spion mobil atau motor adalah . . .
a. Cermin datar c. Cermin cembung
b. Cermin cekung d. Cermin rias
16. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya
merupakan salah satu peristiwa . . .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
a. Pemantulan cahaya c. Perambatan cahaya
b. Pembiasan cahaya d. Pembentukan bayangan
17. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat
maka cahaya akan dibiaskan mendekati . . .
a. Garis normal c. Garis vertikal
b. Garis horizontal d. Garis lurus
18. Cahaya yang masuk rumah melalui jendela yang berkaca, hal itu
menunjukkan cahaya memiliki sifat . . .
a. Merambat lurus c. Dapat dipantulkan
b. Menembus benda bening d. Mengalami pembiasan
19. Cermin yang biasa di pakai untuk berhias adalah jenis cermin . . .
a. Cermin cekung c. Cermin datar
b. Cermin cembung d. Cermin lengkung
20. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perbedaan . . . antara dua jenis zat.
a. Kelenturan c. Kerapatan
b. Kekuatan d. Kepadatan
21. Cahaya yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya akan . . .
a. Dipantulkan c. Dibiaskan
b. Diteruskan d. Dibelokkan
22. Pada cermin datar, berkas cahaya yang sejajar akan dipantulkan . . .
a. Sejajar c. Berimpit
b. Berlawanan d. Berseberangan
23. Cahaya dapat menembus benda . . .
a. Bening c. Padat
b. Gelap d. Mati
24. Dasar air kolam yang bening tampak dangkal karena terjadi . . .
a. Pemantulan cahaya c. Penembusan cahaya
b. Perambatan cahaya d. Pembiasan cahaya
25. Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan
magnet disebut . . .
a. Gelombang listrik c. Gelombang elektromagnetik
b. Gelombang cahaya d. Gelombang magnet
26. Cermin cembung hanya membentuk bayang!bayang . . .
a. Maya diperbesar c. Nyata diperbesar
b. Maya diperkecil d. Nyata diperbesar
27. Pemantulan cahaya yang terjadi pada benda yang permukaannya tidak rata
adalah . . .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
a. Pemantulan searah c. Pemantulan sempurna
b. Pemantulan beraturan d. Pemantulan baur
28. Di bawah ini objek yang bisa ditembus cahaya adalah . . .
a. besi c. kayu
b. kertas karton d. kain
29. Kaca spion mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain yang ada dibela!kangnya,
tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal itu dikarenakan cahaya . . .
a. dipantulkan c. dibelokan
b. dibiaskan d. bergerak lurus
30. Sumber cahaya yang paling utama bagi bumi adalah . . .
a. lampu c. matahari
b. api d. bulan
31. Kaca spion pada sepeda motor menggunakan cermin . . .
a. datar c. cekung
b. cembung d. rias
32. Kaca termasuk ke dalam benda yang dapat . . . cahaya
a. memantulkan c. membelokkan
b. meneruskan d. membiaskan
33. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh senter adalah . . .
a. bergelombang c. lurus
b. tidak teratur d. berkelok!kelok
34. Reflektor pada lampu mobil dan lampu motor menggunakan cermin . . .
a. datar c. cekung
b. cembung d. rias
35. Cahaya akan dibiaskan jika cahaya merambat melalui dua medium yang . . .
a. sama c. bening
b. sejenis d. berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Lampiran 7.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Papan Nama Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
Gedung Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Papan Struktur Organisasi Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
Data Kepegawaian dan Kesiswaan Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Program Kerja Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
Wawancara dengan guru kelas VI SD 2 Karangbener Kudus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Wawancara dengan guru kelas V SD 2 Karangbener Kudus
Wawancara dengan Kepala Sekolah SD 2 Karangbener Kudus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Wawancara dengan Siswa Kelas V SD 2 Karangbener Kudus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
Observasi pembelajaran dalam kelas, kelas V SD 2 Karangbener
Kudus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user