166
i PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh : NURWATI S811402041 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

  • Upload
    vanthu

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

i

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA

KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER

KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat magister

Program Studi Teknologi Pendidikan

Oleh :

NURWATI

S811402041

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

ii

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER

KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS

TESIS

Oleh:

NURWATI

S811402041

Telah dinyatakan memenuhi syarat

Pada tanggal ………………………….2015

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Program Pasca Sarjana UNS

Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

NIP. 196611081990032001

Komisi

Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I

Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd

NIP. -

....................... 2015

Pembimbing II

Dr. Leo Agung S, M.Pd

NIP.19560515 198203 10

....................... 2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V

DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER

KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS

TESIS

NURWATI

S811402041

Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Nunuk Suryani, M.Pd

NIP.196611081990032001

........................

.............

Sekretaris Dr. Suharno, M.Pd

NIP.195211291980031001

......................... .............

Anggota

Penguji

Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd

NIP. -

......................... .............

Dr. Leo Agung S, M.Pd

NIP.195605151982031005

......................... .............

Telah dipertahankan di depan penguji

Dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal.......................2015

Dekan FKIP UNS Kepala Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd Dr.Nunuk Suryani, M.Pd

NIP.19610124 198702 1 001 NIP.196611081990032001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

Tesis yang berjudul: “Penerapan Model Discovery Pada Pembelajaran IPA Kelas V

Di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus”

1. ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya

ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta

tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain

kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam

sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat

dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanski sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain

harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai

instituisinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan

sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan

Tesis ini, maka Prodi Teknologi Pendidikan PPs-UNS berahak mempublikasikannya

pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Teknologi Pendidikan PPS UNS.Apabila

saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia

mendapatkan sanski akademik yang berlaku.

Surakarta, 2015

Yang membuat pernyataan

Nurwati

S811402041

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

v

MOTTO

“Orang bijaksana berpikir tanpa berbicara, orang yang bodoh berbicara tanpa berpikir.”

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan; jangan pula lihat masa depan dengan

ketakutan; tapi lihatlah sekitar Anda dengan penuh kesadaran.

(James Thurber)

Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat mereka

berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk dilakukan, dan

sesuatu untuk diharapkan.

(Tom Bodett)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

vi

PERSEMBAHAN

Bismillahirrahmaanirrahim

Ya Allah, jika Engkau ridhoi, perkenankanlah hambamu ini

mempersembahkan karya tesis ini kepada:

1. Suamiku tercinta, Bpk.H. Noor Hasyim, Amd. yang selalu memberikan

dukungan moral dan matriil, dan juga selalu memtivasi untuk menjadi lebih baik

dan selalu mengajariku apa arti kehidupan, dan bagaimana cara menjalaninya

dengan penuh keikhlasan.

2. Anak-anakku, Angga Yafi Hasyim, Bagas Fu’ad Hasyim, dan Achmad Hanif

Hasyim yang selalu mensuport diriku dalam studiku.

3. Teman-teman dan sahabat seangkatan, Program Pascasarjana universitas

Sebelas Maret SurakartaProgram Studi Teknologi Pendidikan, kalian adalah

inspirasi hidupku.

4. Pembaca yang budiman....

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiratTuhan Yang Maha Kuasa atas Anugrah

dan KaruniaNya,sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.Tesis ini

disusun sebagai salah satu persyaratan dalam mencapai derajat Magister Program Studi

Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada semua

pihak yang telah memberikan dukungan moral maupun material sehingga tesisi ini

dapat selesai. Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan

penulis mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana

2. Dekan FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

kesempatan penulis mengikuti pendidikan pada program Pascasarjana.

3. Kepala Program Studi Teknologi Pendidikan pada Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu,

bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penyususunan tesis ini.

5. Dr. Leo Agung S, M.Pdselaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan

bantuan tanpa mengenal lelah sehingga terselesaikannya penyusunan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staff administrasi Program Studi Teknologi Pendidikan pada

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bekal ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Kepala sekolah, guru dan siswa diSD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus yang telah memberikan ijin penulis untuk melakukan penelitian

ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari penyusunan tesis ini masih ada kekurangan, namun besar

harapan penulis tegur sapa dan saran sangat penulis harapkan

sehingga tesis ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin.

Surakarta,Juli 2015

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

ABSTRAK ................................................................................................... xiii

ABSTRACT ................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar belakang Penelitian ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ............. 5

A. Kajian Teori ......................................................................................... 5

1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam .......................................... 5

2. Model Discovery .............................................................................. 10

3. Perencanaan Pembelajaran ............................................................... 18

4. Evaluasi Pembelajaran ...................................................................... 23

B. Penelitian Relevan ................................................................................ 26

C. Kerangka Berfikir ................................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 35

A. Jenis dan Desain Penelitian .................................................................. 35

B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 36

C. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 36

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

ix

D. Sumber Data ......................................................................................... 36

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 38

F. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 39

G. Teknik Analisis Data ............................................................................ 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 44

A. Hasil penelitian ........................................................................................... 44

1.Diskrpsi Latar Peneliti ............................................................................. 44

2. Sajian Data .............................................................................................. 46

B. Pembahasan ................................................................................................ 72

1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN

2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus............................... 72

2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN

2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus............................... 73

3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.................................. 76

4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada

Pembelajaran IPA Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus .................................................................................................... 78

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 79

A. Simpulan ..................................................................................................... 79

B. Implikasi ..................................................................................................... 80

C. Saran-Saran ................................................................................................. 81

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 82

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Nilai Tes MAPEL IPA ..................................................................... 57

Tabel 2. Data Hasil Mapel IPA ................................................................................. 60

Tabel 3. Tes Unjuk Kerja Peserta Didik .................................................................... 70

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berfikir .................................................................................... 37

Gambar 2. Model Analisis Interaktif ......................................................................... 34

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Catatan Lapangan Dengan Kepala Sekolah .......................................... 85

Lampiran 2. Catatan Lapangan Dengan Guru ........................................................... 88

Lampiran 3. Catatan Lapangan dengan Siswa .......................................................... 94

Lampiran 4. Perangkat Pembelajaran ........................................................................ 98

Lampiran 5. Silabus Pembelajaran ............................................................................ 103

Lampiran 6. Rencana Program Pembelajaran ........................................................... 125

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ........................................................................ 146

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

xiii

ABSTRAK

Nurwati. S811402041.2014. Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran

IPA Kelas V di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.Pembimbing1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd, 2. Dr. Leo Agung S, M.Pd

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1)Perencanaanpenerapan model

discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus; (2) Pelaksanaanpenerapan model discovery pada pembelajaran IPA

kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (3) Hasil

penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus; (4) kendala yang dihadapi dalam

pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan strategi penelitian

deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam,

observasi partisipasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model analisis

interaktif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Perencanaan penerapan model

discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan BaeKabupaten

Kudus dilakukan dengan mengirim guru dalam penataran/workshop yang menunjang

guru dalam pembelajaran, Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran

yang akan dilaksanakan dalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP. (2)

Pelaksanaan penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery di SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus kegiatan awal dimulai dengan

persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk menunjang

penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video serta LCD.

Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan peserta didik. (3)

Hasil penerapan pembelajaran IPA dengan model discovery adalah Peserta didik lebih

mudah memahami materi yang disampaikan guru, mampu mengkonsep pengetahuan

dibenak mereka sendiri. Peserta didik menjadi aktif, kritis dan kreatif. Kelas menjadi

produktif, menyenangkan dan tidak membosankan. Serta peserta didik lebih dihargai

karena penilaian autentik tidak hanya dari tugas saja tetapi dari proses serta aktivitas

siswa juga dinilai. (4) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan

penerapan model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang kaget dengan penerapan model

discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru

tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.

Kata Kunci: model discovery. Mata Pelajaran IPA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

xiv

ABSTRACT

Nurwati. S811402041.2014. Application of Model Discovery in Science Lesson

Class V at State Elementary School 2 Karangbener Bae of Kudus. Thesis. Graduate

Program, University of March Surakarta.Advicer1. Prof. Dr. Samsi Haryanto, M.Pd2.

Dr. Leo Agung S, M.Pd

The purpose of this study was to determine (1) Planning application discovery

models in science teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae sub

district of Kudus District; (2) The application of the model of discovery in science

teaching fifth grade in elementary school 2 Karangbener Bae of Kudus; (3) The results

of the application of the model discovery in science teaching fifth grade in elementary

school 2 Karangbener Bae of Kudus; (4) the obstacles encountered in the

implementation of model application discovery in science teaching fifth grade in

elementary school 2 Karangbener Bae of Kudus.

This study is a qualitative research strategy qualitative descriptive study.

Methods of data collection using in-depth interviews, participatory observation, and

documentation. Analysis of data using an interactive model.

The results showed that (1) Planning application discovery in science teaching

models in SDN 2 Karangbener Bae of Kudus by sending teachers in upgrading /

workshops that support teachers in learning, teachers make plans scenario (stages) of

learning which will be implemented in one or more meetings in the form of RPP. (2)

The application of science learning with discovery models in SDN 2 Karangbener Bae

of Kudus early activity starts with the preparation of materials and materials as existing

media will be used to support the delivery of material later one of them with pictures

and videos and LCD. Activities end or cover teachers to reflect together with the

learners. (3) The results of the application of science learning with models Learners

discovery is easier to understand the material presented teachers, able to conceptualize

knowledge of their own minds. Learners become active, critical and creative. Class into

a productive, fun and not boring. As well as the learners more appreciated as authentic

assessment not only of the task alone but of the process as well as student activity was

also assessed. (4) Obstacles encountered in the implementation of the implementation of

the application of the discovery in class V SDN 2 Karangbener Bae of Kudus is that

there are still some students were shocked by the application of this discovery models,

then besides sometimes in the execution of the final evaluation of teachers do not have

time to do the assessment because the focus on the delivery of content.

Keywords: model of discovery. Subjects IPA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan

dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami

kemajuan.Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-

sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu terjadi

karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun guru

selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan semangat

belajar bagi murid-murid. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa

pembaharuan dalam sistem pendidikan yang mencakup seluruh komponen yang ada.

Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam pendidikan dapat

dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa Indonesia yang sedang

membangun dan mencapai kualitas pendidikan secara optimal.

Kualitas pendidikan meliputi berbagai sektor dan jenjang pendidikan,

termasuk jenjang pendidikan menengah pertama. Keberhasilan pendidikan banyak

dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk guru. Guru yang profesional akan selalu

berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Dalam upaya meningkatkan

proses belajar, guru harus berupaya menciptakan strategi yang cocok, sebab dalam

proses belajar mengajar yang bermakna, keterlibatan siswa sangatlah penting, hal ini

sesuai dengan pendapat Bruner yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif

dalam belajar di kelas.

Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,

gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan

dan pengujian gagasan-gagasan.Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui

kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh

siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

diperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V. Pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

2

pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari 34

siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan

nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa,

pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas.

(dokumen nilai SD 2 Karangbener tahun 2013).

Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran yang

dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir

kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di

lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran

penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna

karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta

mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dengan judul

penelitian, “Evaluasi Penerapan Model Discoverypada Pembelajaran IPA kelas V di SD

Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?

3. Bagaimana hasil penerapan model discovery pada pembelajaranIPA kelas V di SD

Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?

4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada

pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

3

C. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini terdapat tujuan

penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan penerapan model discovery pada

pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus.

2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan model discovery pada

pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus.

3. Untuk mengetahui bagaimana hasil penerapan model discovery pada pembelajaran

IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penerapan model

discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan

Bae Kabupaten Kudus.

D. Manfaat penelitian

Dalam penelitian ini, Hasil penelitiannya diharapkan dapat bermanfaat secara

teoretis dan praktis, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya

dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran dengan model

discovery.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru

Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan

konteks kehidupan sehari-hari siswa sekolah dasar dalam proses pembelajaran.

b. Bagi siswa

Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep

pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan sehari-

hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

4

c. Bagi sekolah

Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas

pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan

pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Kajian Teori

1. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian IPA

Hakikat ilmu pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari

tentang fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di alam. IPA merupakan

pengetahuan yang ilmiah, yaitu pengetahuan yang diperoleh secara ilmiah. Hal

ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2010).

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman

langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

alam sekitar secara ilmiah, Usman Samatowa (2006). Pendidikan IPA adalah

lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan kumpulan

pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah di harapkan memberi

berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka melakukan berbagai

penelusuran ilmiah yang relevan, (Agus. S. dalam Khalimah, 2010).

Secara sistematis, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,

atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan IPA dapat dimasukkan dalam klasifikasi ilmu pendidikan

karena dimensi pendidikan IPA sangat luas dan sekurang-kurangnya meliputi

unsur-unsur (nilai-nilai) sosial budaya, etika, moral dan agama. Oleh sebab itu,

belajar IPA bukan hanya sekedar memahami konsep ilmiah dan aplikasi dalam

masyarakat, melainkan juga untuk mengembangkan berbagai nilai yang

terkandung dalam dimensi pendidikan IPA.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan Pengertian IPA. IPA

merupakan ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang terdapat di alam,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

6

baik itu zat yang terkandung atau gejala yang terdapat di alam. IPA merupakan

pengetahuan mempunyai kebenaran melalui metode ilmiah baik secara induktif

ataupun deduktif, dengan ciri: objektif, metodik, sistimatis, universal, dan

profesional (sementara).

IPA diperlukan dalam kehidupam sehari-hari untuk memenuhi

kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat

diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak

berdampak buruk pada lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada

penekanan, pembelajaran salingkemas (Sains, Lingkumgan, Tekhnologi, dan

Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan

membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja

ilmiah secara bijaksana (Bowo : 2009).

Berdasarkan pengertian IPA dapat ditarik kesimpulan bahwa IPA

pembelajaran yang bersifat kongkrit, rasional atau bersifat riil dan nyata

sehingga pada saat pembelajaran dapat dikaitkan antara materi dan topik

pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari

b. Pembelajaran IPA

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan

metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi

ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang.

(Miftahul Huda, 2013: 2)

Hausstatter dan Norddkvele (1978) mengatakan bahwa pembelajaran

merefleksikan pengetahuan konseptual yang digunakan secara luas dan memiliki

banyak makna yang berbeda-beda. (Miftahul Huda, 2013: 6)

Dalam Trianto (2007:102), IPA adalah suatu kumpulan teori yang

sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir

dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta

menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan

pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

7

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar yang dibangun oleh

guru ini diharapkan mampu membangun karakteristik mental siswa dan juga

keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan.

Sedangkan pembelajaran IPA di fokuskan pada proses inkuiri dan berbuat

sehingga dapat membantu peserta didik mendapatkan pemahaman tentang

gejala-gejala yang terjadi di alam sekitarnya.

IPA lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan fakta. IPA merupakan

kumpulan pengetahuan dan juga proses. Pembelajaran IPA di sekolah

diharapkan memberi berbagai pengalaman pada anak yang mengijinkan mereka

melakukan berbagai penelusuran ilmiah yang relevan, (KTSP 2006).Menurut

teori perkembangan kognitif Piaget (Wiji Suwarno 2008 : 58) bahwa anak

membangun sendiri skemanya serta membangun konsep-konsep melalui

pengalaman-pengalamannya. Piaget (Wiji Suwarno 2008) membedakan

perkembangan kognitif seorang anak menjadi empat taraf, yaitu 1) taraf sensori

motor (0-2 th), (2) taraf pra-operasional (2-7 th), (3) taraf operasional konkrit (7-

11 th), dan (4) taraf operasional formal (11-15 th). Walaupun ada perbedaan

individual dalam hal kemajuan perkembangan, tetapi teori Piaget

mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan

perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan

yang berbeda. Perkembangan kognitif sebagian besar bergantung seberapa jauh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

8

anak memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungan. Piaget (Wiji

Suwarno, 2008 : 58) menyatakan peran guru sebagai fasilitator, bukan sebagai

pemberi informasi.

Prinsip-prinsip Piaget dalam pengajaran diterapkan dalam program-

program yang menekankan pembelajaran melalui penemuan dan pengalaman-

pengalaman nyata dan pemanipulasian alat, bahan, atau media belajar yang lain

serta peranan guru sebagai fasilitator yang mempersiapkan lingkungan dan

memungkinkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman belajar.

Pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka

sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau siswa

pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendirilah yang harus

membangun pengetahuan mereka sendiri. Tugas guru bukan lagi sebagai

pentransfer pengetahuan dari otaknya kepada otak siswa. Tugas guru berubah

menjadi lebih sebagai fasilitator yang membantu agar siswa sendiri belajar dan

menekuni bahan yaitu dengan menggunakan ketrampilan proses. Terdapat

Implikasi teori kognitif Piaget pada pendidikan yaitu :

1) Memusatkan perhatian kepada berfikir atau proses mental anak, tidak

sekedar kepada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus

memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban

tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan

dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan hanya jika guru penuh

perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada

kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi

memberikan pengalaman yang dimaksud.

2) Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif

dalam kegiatan belajar. Dalam kelas, Piaget menekankan bahwa pengajaran

pengetahuan jadi (ready made knowledge) tidak mendapat tekanan,

melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui

interaksi spontan dengan lingkungan. Oleh karena itu, selain mengajar

mempersiapkan beraneka ragam kegiatan secara langsung dengan dunia

fisik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

9

3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh

dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu

berlangsung pada kecepatan yang berbeda.

c. Tujuan Mata Pelajaran IPA SD

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi memberikan

pengertian bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-

prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA

diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri

sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar.

Kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam

mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban,

menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” tentang

gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang

akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Kegiatan tersebut dikenal

dengan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode ilmiah. Metode ilmiah

dalam mempelajari IPA itu sendiri telah diperkenalkan sejak abad ke-16 (Galileo

Galilei dan Francis Bacon) yang meliputi mengidentifikasi masalah, menyusun

hipotesa, memprediksi konsekuensi dari hipotesis, melakukan eksperimen untuk

menguji prediksi, dan merumuskan hukum umum yang sederhana yang

diorganisasikan dari hipotesis, prediksi, dan eksperimen (Pusat Kurikulum,

2006).

Arini (2011: 113) Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

10

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2. Model Discovery

a. Definisi

Model DiscoveryLearning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai

proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran

dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana

pendapat Bruner (2002: 130), bahwa: “Discovery Learning can be defined as the

learning that takes place when the student is not presented with subject matter in

the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam

Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang

menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Bruner memakai metode yang disebutnya DiscoveryLearning, di mana

murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Daljono,

1996:41). Model DiscoveryLearning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan,

melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan

(Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam

penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

11

penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery

itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the

mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).

Dengan mengaplikasikan model DiscoveryLearning secara berulang-

ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan.

Penggunaan model discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif

menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student

oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara

keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.

Model discovery merupakan metode yang lebih menekankan pada

pengalaman langsung. Pembelajaran dengan model discovery lebih mengutamakan

proses daripada hasil belajar. Berikut adalah langkah-langkah yang digunakan

dalam model pembelajaran Discovery:

1) Diskusi, Tahap ini bertujuan untuk menggali konsep awal siswa. Guru

memberikan Permasalahan yang kemudian akan diselesaikan oleh siswa.

2) Proses, Tahap ini merupakan tahap penemuan konsep oleh siswa. Pada tahap ini

meliputi: merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mendesain eksperimen,

mengumpulkan dan mengolah data, menarik kesimpulan.

3) Pengembangan Masalah, tahap ini merupakan tahap refleksi yang meliputi:

Pemberian kritik (critizing), nilai sikap (Valuing), penerapan (application).

(Moh Amien, 1987: 111)

Menurut Moh. Amien (1988: 97) “Kegiatan discovery adalah suatu

kegiatan atau pelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat

menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya

sendiri”. Sedangkan Sund dalam Roestiyah N.K (2001: 20) menyatakan bahwa:

Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan

sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental

tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti,

menggolonggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan dan sebagainya.

b. Konsep

Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya metode Discovery Learning

merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

12

memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang

kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa Discovery adalah pembentukan

kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan

kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-

relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-

kejadian (events).

Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima

unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua

unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2) Contoh-contoh baik yang positif

maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak; 4)

Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih, 2005:43). Bruner menjelaskan

bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda

yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori

meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau

peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.

Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal

dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu

lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan

ini dinamakan Discovery Learning Environment, yaitu lingkungan dimana siswa

dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau

pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini

bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih

kreatif.

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus

berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan

kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi

kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai

dengan tingkat perkembangannya.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga

tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan

symbolic. Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya

untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

13

sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan,

sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang memahami objek-

objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya,

dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan

(tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang telah mampu

memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh

kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya

anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol.

Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem

simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan

symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan

atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat

temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan

keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk

menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 2001:85).

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan

sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan

mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145).

Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented

menjadi student oriented.

Hal yang menarik dalam pendapat Bruner yang menyebutkan: hendaknya

guru harus memberikan kesempatan muridnya untuk menjadi seorang problem

solver, seorang scientis, historin, atau ahli matematika. Dalam metode Discovery

Learning bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, siswa dituntut untuk

melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan,

mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta

membuat kesimpulan-kesimpulan.

Hal tersebut memungkinkan murid-murid menemukan arti bagi diri

mereka sendiri, dan memungkinkan mereka untuk mempelajari konsep-konsep di

dalam bahasa yang dimengerti mereka. Dengan demikian seorang guru dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

14

aplikasi metode Discovery Learning harus dapat menempatkan siswa pada

kesempatan-kesempatan dalam belajar yang lebih mandiri. Bruner mengatakan

bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau

pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya

(Budiningsih, 2005:41).

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning

menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya

untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli

matematika. Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan,

serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya.

Karakteristik yang paling jelas mengenai Discovery sebagai metode

mengajar ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar,

bimbingan guru hendaklah lebih berkurang dari pada metode-metode mengajar

lainnya. Hal ini tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu

bimbingan setelah problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang

diberikan tidak hanya dikurangi direktifnya melainkan pelajar diberi responsibilitas

yang lebih besar untuk belajar sendiri.

c. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Discovery

1) Langkah Persiapan Metode Discovery

a. Menentukan tujuan pembelajaran.

b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya

belajar, dan sebagainya).

c. Memilih materi pelajaran.

d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif

(daricontoh-contoh generalisasi).

e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-

contoh,ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.

f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari

yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke

simbolik.

g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

15

2) LangkahPenerapanModelDiscovery

Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan metode Discovery

Learning di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam

kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

a. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)

Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang

menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi

generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu

guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran

membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan

pemecahan masalah.

Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi

interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam

mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan

menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang

mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang Guru harus menguasai

teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada siswa agar tujuan

mengaktifkan siswa untuk mengeksplorasi dapattercapai.

b. Problem Statement (Pernyataan/ Identifikasi Masalah)

Setelah dilakukan stimulasi langkah selanjutya adalah guru memberi

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-

agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah

satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara

atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244), sedangkan menurut permasalahan

yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau

hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban sementara atas

pertanyaan yang diajukan.

Memberikan kesempatan siswa untuk mengidentifikasi dan

menganalisis permasasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang

berguna dalam membangun siswa agar mereka terbiasa untuk menemukan

suatu masalah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

16

c. Data Collection (Pengumpulan Data)

Menurut Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui

wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Semua informai hasil

bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak,

diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu

serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).

Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/ kategorisasi

yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari

generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang

alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara

logis.

d. Verification (Pembuktian)

Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk

membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan

temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah,

2004:244). Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui

contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,

pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian

dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

e. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)

Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil

verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan

prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan

siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya

penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas

yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

17

dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

3) Langkah Sistem Penilaian

Dalam Model Pembelajaran Discovery, penilaian dapat dilakukan

dengan menggunakan tes maupun nontes, sedangkan penilaian yang digunakan

dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil kerja siswa.

Jika bentuk penialainnya berupa penilaian kognitif, maka dalam model

pembelajaran discovery dapat menggunakan tes tertulis. Jika bentuk

penilaiannya menggunakan penilaian proses, sikap, atau penilaian hasil kerja

siswa.

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Discovery

Sebagai salah satu bentuk metode dalam pembelajaran, model discovery

memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:

Keunggulan model discovery:

1) Mendorong siswa untuk lebih mengembangkan, memperbanyak kesiapan,

serta penguasaan ketrampilan dalam proses kognitif/pengenalan siswa.

2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi/individual

sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar siswa.

4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju

sesuai dengan kemampuannya masing–masing.

5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi

yang kuat untuk belajar giat.

6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri

sendiri dengan proses penemuan sendiri.

7) Lebih berpusat pada siswa, tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman

belajar saja, membantu bila diperlukan.

Kelemahan model discovery:

1) Pada diri siswa harus sudah ada kesiapan dan kematangan mental untuk

belajar.

2) Kurang efektif untuk kelas yang terlalu besar.

3) Proses mental yang terjadi terlalu mementingkan proses pengertian saja,

kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap dan ketrampilan

bagi siswa.

4) Kurang memberikan kesempatan untuk berpikir secara kreatif. (Roestiyah

N.K, 2001: 21)

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam model

discovery lebih menekankan pengalaman langsung atau melibatkan proses

mental siswa. Sehingga dengan discovery diharapkan siswa dapat menemukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

18

konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

3. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah suatu cara untuk membuat suatu kegiatan dapat

berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif untuk

memperkecil kesenjangan yang ada dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Perencanaan merupakan hasil proses berpikir dan pengkajian dan penyeleksian dari

berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi,

yang merupakan awal dari semua proses pelaksanaan kegiatan yang bersifat

rasional. Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya

secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-

upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan.

Menurut H.B. Siswanto (2007:42) perencanaan adalah proses dasar yang

digunakan untuk memilih tujuan dan menentukan cakupan pencapaiannya.

Menurutnya, merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumberdaya

manusia (human resources), sumber daya alam (natural resources), dan

sumberdaya lainnya (other resources) untuk mencapai tujuan. George R. Terry dan

Leslie W. Rue (2009:9) menyatakan bahwa planning atau perencanaan adalah

menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan

datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.

Sementara itu, Mulyasa (2006:223) menjelaskan bahwa perencanaan adalah suatu

bentuk dari pengambilan keputusan (decision making).

Perencanaan pembelajaran merupakan penjabaran operasional dari

kurikulum, sedangkan aplikasi dari perencanaan akan terlihat dalam kegiatan

pembelajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting

dalam proses pembelajaran, terutama sebagai alat proyeksi kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan selama pembelajaran. Fungsi perencanaan pembelajaran sebagai

pedoman atau panduan kegiatan menggambarkan hasil yang akan dicapai, sebagai

alat control dan evaluasi. Bentuk perencanaan pembelajaran adalah silabus

pembelajaran dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), (Rusman, 2010: 581).

Perencanaan pembelajaran adalah membuat suatu persiapan

pembelajaran itu sendiri. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika tidak

mempunyai persiapan pembelajaran yang baik maka peluang untuk tidak terarah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

19

terbuka lebar, bahkan mungkin cenderung untuk melakukan improvisasi sendiri

tanpa acuan yang jelas. Pada dasarnya, rencana pembelajaran menetapkan tujuan

yang ingin dihasilkan guru selama pembelajaran dan bagaimana guru mencapai

tujuan tersebut. Biasanya, rencana pembelajaran dibuat dalam bentuk tertulis,

namun hal ini bukanlah suatu keharusan. Guru-guru baru atau yang kurang

berpengalaman mungkin perlu membuat rencana pembelajaran yang sangat

terperinci – menunjukan dengan jelas apa yang akan terjadi pada setiap tahap-tahap

pembelajaran.

Salah satu alasan utama mengapa membuat perencanaan dianggap

penting adalah karena guru perlu mengindentifikasi tujuan dari pembelajaran yang

mereka sampaikan. Guru perlu mengetahui apa yang mereka harapkan bisa

dilakukan oleh para siswa pada akhir pembelajaran, yang sebelumnya tidak bisa

siswa lakukan. Berikut adalah beberapa alasan lain pentingnya sebuah perencanaan

a. Memberikan kesempatan pada guru untuk memperkirakan kemungkinan

masalah yang akan muncul dan kemudian mempertimbangkan solusinya.

b. Memastikan bahwa pelajaran yang disampaikan seimbang dan sesuai untuk

kelas tersebut.

c. Memberikan rasa percaya diri bagi guru.

d. Perencanaan pada umumnya merupakan latihan yang baik dan menunjukan

profesionalisme.

Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar

kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.Sesuai dengan

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP

dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam

upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun

RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

20

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang

disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Berikut ini akan disajikan

langkah-langkah dalam penyususnan RPP :

1) Identitas mata pelajaran

Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas,

semester,program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.

2) Standar kompetensi

Merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang

menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata

pelajaran.

3) Kompetensi dasar

Adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam

mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam

suatu pelajaran.

4) Indikator

Adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk

menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan

penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan

menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

5) Tujuan pembelajaran

Menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh

peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6) Materi ajar

Memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis

dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompe-

tensi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

21

7) Alokasi waktu

Ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban

belajar.

8) Metode pembelajaran

Digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat

indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan

dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator

dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.

9) Kegiatan pembelajaran :

a) Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran.

b) Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenang-

kan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman-

pengalaman baru dari situasi yang baru. Elaborasi adalah penggarapan secara

tekun dan cermat, dan konfirmasi adalah pembenaran, penegasan, dan

pengesahan.

c) Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri

aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau

simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

22

10) Penilaian hasil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan

dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar

Penilaian.

Penilaian dilakukan dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor.

a. Aspek penilaian kognitif terdiri dari:

1) Pengetahuan (Knowledge), Kemampuan mengingat (misalnya: nama ibu

kota, rumus).

2) Pemahaman (Comprehension), Kemampuan memahami (misalnya:

menyimpulkan suatu paragraf).

3) Aplikasi (Application), Kemampuan Penerapan (Misalnya: menggunakan

suatu informasi/ pengetahuan yang diperolehnya untuk memecahkan

masalah).

4) Analisis (Analysis), Kemampuan menganalisis suatu informasi yang luas

menjadi bagian-bagian kecil (Misalnya: menganalisis bentuk, jenis atau

arti suatu puisi)

5) Sintesis (Synthesis), Kemampuan menggabungkan beberapa informasi

menjadi suatu kesimpulan (misalnya: memformulasikan hasil penelitian

di laboratorium).

b. Aspek penilaian afektif terdiri dari:

1) Menerima (receiving) termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima

stimulus, respon, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar

2) Menanggapi (responding): reaksi yang diberikan: ketepatan reaksi,

perasaan kepuasan dll.

3) Menilai (evaluating): kesadaran menerima norma, sistem nilai dll

4) Mengorganisasi (organization): pengembangan norma dan nilai dalam

organisasi sistem nilai

5) Membentuk watak (Characterization): sistem nilai yang terbentuk

mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah laku.

c. Aspek penilaian psikomotor terdiri dari:

1) Meniru (perception)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

23

2) Menyusun (manipulating)

3) Melakukan dengan prosedur (precision)

4) Melakukan dengan baik dan tepat (articulation)

5) Melakukan tindakan secara alami (naturalization)

11) Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi. Beberapa sumber belajar dalam pembelajaran IPA yaitu

seperti lingkungan sekitar, buku paket IPA KTSP, dan dari Internet.

4. Evaluasi Pembelajaran

a. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Menurut Arikunto (2008:2) berpendapat bahwa evaluasi adalah kegiatan

untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya

informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam

mengambil sebuah keputusan. Usmar (2003:120) mengatakan bahwa evaluasi

adalah suatu proses yang ditempuh seseorang untuk memperoleh informasi yang

berguna untuk menentukan mana dari dua hal atau lebih yang merupakan alternatif

yang diinginkan. Karena penentuan atau keputusan semacam ini tidak diambil

secara acak, maka alternatif-alternatif itu harus diberi nilai relatif, karenanya

pemberian nilai itu harus memerlukan pertimbangan yang rasional berdasarkan

informasi untuk proses pengambilan keputusan.

Menurut Oemar Hamalik (2008:210), evaluasi merupakan suatu proses

berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai

keputusan-keputusan yang dibuat dalam rancang suatu sistem pengajaran. Rumusan

ini memiliki tiga implikasi: pertama, evaluasi ialah suatu proses yang terus-

menerus, bukan hanya pada akhir pengajaran tetapi dimulai sebelum

dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran. Kedua, proses

evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban

tentang bagaimana memperbaiki pengajaran. Ketiga, evaluasi menuntut

penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan

informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

24

Menurut Sudijono (2008: 30) evaluasi terhadap hasil belajar setidaknya

mencakup dua hal yaitu: evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan khusus

dan evaluasi pencapaian peserta didik terhadap tujuan umum pengajaran. Evaluasi

hasil belajar dapat terlaksana jika menggunakan tiga prinsip dasar berikut: (1)

prinsip keseluruhan, (2) prinsip kesinambungan, dan (3) prinsip objektivitas.

Seluruh kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dalam rangka menilai ketercapaian

peserta didik terhadap indikator atau kriteria yang telah ditentukan disebut evaluasi

hasil belajar.

Menurut pendapat Hamalik (2008: 159), evaluasi hasil belajar adalah

keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,

penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil

belajar yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam

upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil

belajar peserta didik yaitu: (1) Penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil

belajar peserta didik secara menyeluruh baik kognitif, psikomotor dan afektif. (2)

Hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi

peserta didik yang digunakan untuk memberikan pelayanan pembelajaran

individual pribadi peserta didik. (3) Penilaian yang dilakukan oleh pendidik

terutama ditujukan untuk peningkatan prestasi belajar dan pengembangan pribadi

peserta didik. (4) Penilaian yang dilakukan secara berulang dan kontinyu untuk

memperoleh data yang lebih akurat yang dijadikan dasar pengambilan keputusan

secara umum.

b. Prinsip Evaluasi Pembelajaran

Menurut Depdiknas (2007: 4) penilaian hasil belajar peserta didik pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan

yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,

tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

25

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik

karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,

budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang

tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan

keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik

penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta

didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan

mengikuti langkah-langkah baku.

8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi

teknik, prosedur, maupun hasilnya.

c. Evaluasi Hasil Belajar

Menurut pendapat Hamalik (2006: 159), evaluasi hasil belajar adalah

keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan,

penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar

yang dicapai oleh peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Setidaknya ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam menilai hasil

belajar peserta didik yaitu: (1) Penilaian pendidikan ditujukan untuk menilai hasil

belajar peserta didik secara menyeluruh baik kognitif, psikomotor dan afektif. (2)

Hasil penilaian pendidikan digunakan untuk menentukan pencapaian kompetensi

peserta didik yang digunakan untuk memberikan pelayanan pembelajaran individual

pribadi peserta didik. (3) Penilaian yang dilakukan oleh pendidik terutama ditujukan

untuk peningkatan prestasi belajar dan pengembangan pribadi peserta didik. (4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

26

Penilaian yang dilakukan secara berulang dan kontinyu untuk memperoleh data

yang lebih akurat yang dijadikan dasar pengambilan keputusan secara umum.

B. Penelitian Relevan

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini pernah dilakukan oleh

penelitian sebelumnya yaitu sebagai berikut ini:

Rahmin T. Husain (2000), yang berjudul “Penerapan Model discovery

Learning dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Qur’an

Hadits di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat.” hasil penelitian diperoleh

gambaran bahwa penerapan model discoverylearning dalam meningkatkan hasil

belajar mata pelajaran Qur’an Hadits padasiswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo

Kecamatan Limboto Barat sudah baik. Hal inidibuktikan dengan penggunaan

langkah-langkah model discoverylearning yang telahditerapkan pada

pembelajaran Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkanrespon

yang positif. Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yangbelajar.

Mereka tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

penjelasanguru secara verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri

inti dari materipelajaran yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

dalam prosespembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan model

discoverylearning yangmemiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa

secara maksimal dan diarahkanuntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu

yang dipertanyakan sehinggamenumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya

tujuan penggunaan model discoverylearning yaitu untuk mengembangkan

kemampuan berpikir sistematis, logisdan kritis.Berdasarkan penelitian di atas

terdapat persamaan dan perbedaan.Persamaannya adalah bahwa dalam penerapan

pembelajaran dengan model discovery pada setiap pembelajaran menghasilkan

perubahan yang baik pada hasil belajar anak, karena pembelajaran ini lebih kreatif

daripada teacher center seperti biasanya.Sedangkan Perbedaan penelitian ini adalah

digunakan pada matapelajaran IPA sedangkan Rahmin T. Husain (2000)

pembelajaran yang digunakan adalah pelajaran Qur’an Hadits.

Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014), yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Model discovery terhadap Kemampuan Analogi Matematis Siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

27

SMK Al-Ikhsan Pamarican Kabupaten Ciamis Jawa Barat.” Penelitian ini

merupakan penelitian dengan desain factorial disign, yang bertujuan untuk

mengetahui pengaruh model discovery terhadap kemampuan analogi dan

generalisasi matematis siswa SMK. Setiap kelompok terdiri dari 36 siswa yang

terbagi ke dalam tiga kemampuan siswa berbeda, yaitu siswa berkemampuan

tinggi, siswa berkemampuan sedang dan siswa berkemampuan rendah kelasnya.

Data penelitian dikumpulkan melalui tes, angket, observasi dan wawancara. Hasil

penelitian ini adalah Peningkatan kemampuan analogi matematis siswa yang

memperoleh pembelajaran dengan model discovery lebih baik daripada siswa yang

memperoleh metode pembelajaran dengan metode ekspositori.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Risqi

Rahman, Samsul Maarif (2014) adalah sama-sama menggunakan metode discovery

dalam meningkatkan kemampuan menalar siswa serta analoginya sedangkan

perbedaannya penelitian ini lebih memfokuskan pada setiap perencanaan,

pelaksanaan serta hasil dan kendala yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Risqi Rahman, Samsul Maarif (2014)

lebih memfokuskan pada pengukuran besarnya pengaruh metode discovery

terhadap kemampuan analog anak.

Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati (2013), yang berjudul

“Pengaruh Model Discovery Learning terhadap Kemampuan Memecahkan

Masalah Siswa Kelas X SMAN 8 Malang.” Penelitian ini dilaksanakan dengan

tujuan untuk membuktikan kemampuan memecahkan masalah siswa yang

menggunakan model pembelajarandiscoverylearninglebih baik daripada siswa yang

menggunakan modelpembelajaran konvensional. Jenis penelitian eksperimen

dengan rancangan penelitian Posttest Only Control Group Desain. Hasil analisis

data dan pembahasan,menyimpulkan kemampuan memecahkan masalah siswa

yang menggunakan model pembelajaran discovery learning lebih baik daripada

model pembelajaran konvensional.

Berdasarkan penelitian diatasterdapat persamaan dan perbedaan.

Persamaannya yaitu peningkatan hasil belajar IPA ditempuh dengan penerapan

metodediscovery dan hasilnya signifikan. Perbedaannya adalah metode penelitian

pada jurnal ini dengan eksperimen sedangkan penelitian ini deskriptif kualitatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

28

sehingga menjelaskan secara detail tentang evaluasi dan hasil yang dicapai serta

persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum pembelajaran.

Chusni Mubarok (2014), yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran

Discovery Learning terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X TAV pada Standar

Kompetensi melakukan Instalasi Sound System di SMK Negeri 2 Surabaya.”

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh model

pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada standar

kompetensi melakukan instalasi sound system. (2) Mengetahui respon siswa

terhadap model pembelajaran DiscoveryLearning. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Metode Quasi Experimental Design menggunakan

desain Posttest Only Control Group Design di mana terdapat kelas eksperimen

dengan model pembelajaran DiscoveryLearning dan kelas kontrol dengan model

pembelajaran langsung, yang selanjutnya diberikan Posttest untuk mengetahui hasil

belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda. Sasaran penelitian ini adalah

siswa kelas X AV1 dan X AV2 SMK Negeri 2 Surabaya tahun ajaran 2013/2014.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa

dengan model pembelajaran DiscoveryLearning lebih tinggi dari hasil belajar

siswa dengan model pembelajaran langsung dengan perolehan uji-t yakni t hitung

3,291 > t tabel 1,99, dan dengan rincian nilai rata-rata kelas eksperimen 80,176 dan

nilai rata-rata kelas kontrol 76,083. (2) Hasil angket respon siswa menunjukkan

Hasil Rating sebesar 77,39%. Dari kriteria penentuan prosentase rating penilaian

kualitatif maka respon siswa diketegorikan baik terhadap penerapan model

pembelajaran DiscoveryLearning.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chusni Mubarok (2014)

bahwa penelitian ini membuktikan dengan sebuah eksperimen terhadap siswa

dengan metode pembelajaran discovery sehingga pada prinsipnya sama dengan

penelitian yang dilakukan sekarang,a bedanya hanya pada jenang pendidikan.

Persamaan penelitian Indarti, Agus Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati,

dan Chusni Mubarok dengan penelitian ini adalah, sama-sama menguakan model

discovery, sedangakan perbedaannya penelitian ini mengarah pada pada

peningkatan hasil belajar siswa yang lebih memfokuskan pada setiap i perencanaan,

pelaksanaan serta hasil dan kendala yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

29

Ni Luh Rismayani (2013), yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn Siswa.”

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas X

4 SMA Negeri 1 Sukasada melalui penerapan model pembelajaran

discoverylearning. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi atau evaluasi dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Sukasada yang berjumlah

24 orang. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

observasi, wawancara, dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh melalui metode

observasi dan wawancara dianalisis dengan teknik deskriptif-kualitatif sedangkan

data yang diperoleh melalui tes hasil belajar dianalisis dengan teknik

deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan rata-rata hasil

belajar siklus I ke siklus II sebesar 9,2%. Peningkatan ketuntasan klasikal

siklus I ke siklus II sebesar 33,4%. Kendala yang dihadapi dalam penerapan

model discoverylearning yaitu siswa belum terbiasa dengan penerapan model

discoverylearning sehingga sangat sulit bagi guru untuk mengeksplorasi

respon-respon siswa. Solusi yang dilakukan adalah memberikan permasalahan

di awal pertemuan supaya siswa membaca dan menemukan sendiri pemecahan

masalah dalam buku atau sumber belajar yang dia miliki.

Berdasarkan penelitian di atas terdapat persamaan dan perbedaan dalam

penelitian tersebut dengan penelitian di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus. Persamaan penelitiannya adalah sama–sama penggunaan model

discoverydan melihat pengaruh dan hasil dari pembelajaran dengan model

discovery ini bagi siswa maupun guru dalam peningkatan hasil

belajar.Perbedaaannya adalah mata pelajaran yang digunakan penelitian di SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah pada mata pelajaran IPA

dan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif sedangkan penelitian Ni

Luh Rismayani (2013) adalah mata pelajaran PKn dengan metode penelitian yang

dilakukan adalah PTK yang dilakukan dengan dua siklus.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

30

Brian J. Foley, Cameron Mc Phee. 2008. “Sudents’ Attitudes Towards

Science in Classes Using Hands-On or Textbook Based Curriculum.”

Pengembangan dan penggunaan tangan atau praktek pada kurikulum sains di

sekolah dasar telah menjadi upaya reformasi utama dari dua dekade terakhir. Tetapi

penelitian pada hasil dari upaya ini telah ambigu. Sebuah studi terbaru oleh Pine et

al (2006) melaporkan hasil penilaian skala besar pengetahuan ilmu pengetahuan

dan keterampilan siswa yang belajar dengan praktek pada ilmu pengetahuan dan

siswa yang belajar dengan buku teks. Hasil penelitian mereka menunjukkan skor

umumnya rendah pada kinerja penilaian untuk kedua jenis siswa dengan hanya

keunggulan kecil untuk praktek siswa (pada salah satu dari empat penilaian).

Makalah ini membahas beberapa data tambahan dari yang studi pada sikap siswa

terhadap ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan topik. Kami menemukan bahwa

praktek siswa pada kelas yang umumnya lebih menguntungkan untuk ilmu

pengetahuan dan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang sifat ilmu daripada

siswa yang hanya secara teori. Perbedaan sikap tidak berkorelasi signifikan dengan

nilai tes yang dilakukan.

Mustafa Cakir. 2008. “Contructivist Approaches to Learning in Science

and Their Implications for Science Pedagogy: A Literature Review.” Tulisan ini

menarik perhatian literatur dibidang pembelajaran, khususnya, konstruktivisme,

perubahan konseptual dan perkembangan kognitif. Ini menekankan kontribusi

penelitian tersebut untuk pemahaman kita tentang proses pembelajaran. Literatur ini

memberikan panduan untuk guru, disemua tingkatan, dalam usaha mereka untuk

memiliki siswa mereka mencapai belajar dengan pemahaman. Penelitian tentang

sifat konstruktif siswa proses belajar, tentang siswa model mental, dan siswa

kesalahpahaman memiliki implikasi penting bagi guru yang ingin model penalaran

ilmiah dalam mode yang efektif bagi siswa mereka. Tulisan ini bertujuan untuk

mengkomunikasikan penelitian ini kepada guru, penulis buku, dan dosen yang

terlibat dalam penyusunan guru sains. Tulisan ini dibagi menjadi dua bagian besar.

Bagian pertama konsentrat pada tinjauan kritis dari tiga teori belajar yang paling

berpengaruh dan konstruktivis pandangan belajar dan membahas landasan yang di

atasnya teori konstruktivis pembelajaran telah berakar. Ini berusaha jawaban atas

pertanyaan "Apa yang beberapa prinsip-prinsip pemikiran konstruktivis yang kita

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

31

harus diingat ketika kita mempertimbangkan peran kita sebagai guru sains?".

Bagian kedua dari tulisan ini bergerak ke arah menggambarkan sifat konsepsi siswa

alternatif, cara mengubah struktur kognitif, dan aspek kognitif belajar dan mengajar

ilmu.

Matthew B. Etherington. 2011. “Investigative Primary Science: A

Problem Based Learning Approach.” Penelitian ini melaporkan keberhasilan

menggunakan Pendekatan pembelajaran berbasis masalah (PBL) sebagai modus

pedagogis pembelajaran terbuka ilmu penyelidikan dalam empat tahun sarjana

dasar tradisional Program pendidikan guru. Pada tahun 2010, pendekatan

pembelajaran berbasis masalah untuk mengajar ilmu utama menggantikan konten

tradisional didorong silabus. Selama 13 minggu semester, kohort 150 guru SD

preservice memulai Desain dan Membuat proyek untuk memecahkan individual

memilih masalah dunia nyata. Selama satu minggu, pra-layanan guru menggunakan

modus berbasis masalah pembelajaran dalam hubungannya dengan membuka

penyelidikan ilmiah untuk menampilkan model kerja individu (Prototipe) di

museum ilmu umum ke sekolah-sekolah, tertarik pemangku kepentingan dan

masyarakat umum. Model pembelajaran PBL baik dan cocok untuk

direkomendasikan New South Wales Sains dan Teknologi K-6 Silabus Desain dan

Membuat proses pembelajaran. PBL Tentu saja memiliki dampak positif pada

motivasi guru sebelum layanan 'untuk mengajarkan ide-ide ilmu dalam konteks

dunia nyata. Artikel ini melaporkan tentang program ilmu PBL dan menawarkan

rekomendasi untuk masa depan instruktur pendidikan ilmu sarjana yang dapat

mencakup PBL sebagai bagian dari kurikulum ilmu mereka.

Ali Gunay Balim. 2009. “The Effects of Discovery Learning on

Students’ Success and Inquiry Learning Skills”. Pernyataan Masalah: "Jika bukan

karena Tekanan" Dalam penelitian ini, unit dalam program Ilmu dan Teknologi di

kelas 7 Dasar adalah ditangani dalam dua cara yang berbeda. Cara pertama adalah

pembelajaran penemuan Metode bersama dengan rencana dan kegiatan sehari-hari.

Yang kedua adalah Metode pengajaran tradisional. Penelitian ini terutama bertujuan

menjawab Pertanyaan: "Bagaimana mengajarkan ilmu melalui pembelajaran

penemuan Pendekatan mempengaruhi prestasi akademik siswa, persepsi

penyelidikan keterampilan belajar, dan retensi pengetahuan?" Tujuan Studi:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

32

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penemuan Metode

pembelajaran pada persepsi siswa tentang keterampilan belajar penyelidikan,

prestasi akademik, dan retensi pengetahuan. Penelitian ini juga menyelidiki apakah

ada perbedaan yang signifikan antara eksperimen dan kelompok kontrol dalam

belajar mata pelajaran unit "Jika itu Bukan karena Tekanan?" Dari sudut kognitif

dan afektif tingkat belajar. Temuan dan Hasil: Sebuah desain penelitian kuasi-

eksperimental dengan pre-test dan kelompok kontrol pasca-uji yang digunakan

dalam penelitian ini. Lima puluh tujuh ketujuh grader berpartisipasi dalam

penelitian ini selama jangka waktu musim semi 2006-2007 tahun akademik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam mendukung

dari kelompok eksperimen dibanding kelompok kontrol mengenai rata-rata prestasi

akademik, puluhan retensi belajar, dan persepsi skor keterampilan belajar

penyelidikan, baik di tingkat kognitif dan afektif. Kesimpulan dan Rekomendasi:

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

dalam mendukung kelompok eksperimen atas kelompok kontrol dalam hal nilai

prestasi akademik, persepsi Permintaan skor belajar, dan retensi skor pembelajaran

dikedua kognitif dan tingkat afektif . Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

siswa kelompok eksperimen, yang mencetak gol yang tinggi dalam tes pasca-

prestasi, memiliki tinggi persepsi inkuiri skor keterampilan. Menggunakan

pembelajaran penemuan Metode, yang merupakan salah satu dari berbagai metode

pengajaran dimana siswa aktif dan dipandu oleh guru, dianggap untuk

meningkatkan keberhasilan dan belajar penyelidikan kemampuan siswa lebih dari

tradisional metode pengajaran.

Behrooz Sahebzadeh, Alireza Kikha. 2013. “Effect of Envirenmental

Factors for Teaching of Science on Academic Achievement and Interest of Students

and on Their Teachers’ Job Statisfaction.” Bahan-bahan alami dan benda-benda

dari lingkungan dan perangkat untuk menjelajahi mereka adalah keharusan untuk

belajar awal kegiatan di sekolah. Bahan baku yang dibentuk oleh peran guru dalam

bermain dan belajar oleh siswa. Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

penggunaan bahan lingkungan sebagai media pendidikan aktif untuk kursus ilmu

sekolah dasar. Penelitian ini telah menjadi penelitian kuasi-eksperimental. Enam

kelas, ketiga kelas dan enam kelas-kelas lain dari kelas lima adalah sampel

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

33

penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu tes prestasi akademik, ukuran

kepentingan akademik dan persediaan kepuasan kerja. T-Test digunakan untuk

statistik analisis. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan fasilitas yang ada di

lingkungan untuk pengajaran konsep dalam ilmu buku teks memiliki dampak yang

signifikan dan positif terhadap prestasi akademik siswa dan kepentingan akademis.

Kepuasan kerja guru juga ditingkatkan dalam dua kelas mata pelajaran.

Persamaan penelitian Ni Luh Rismayani, Mustafa Cakir adalah, sama-

sama ingin meningkatkan hasil belajar siswa,sedangkan perbedaannya dengan

penelitian ini adalah dalam penggunaan model pembelajarannya dan pada mata

pelajaran yang berbeda, jika pada penelitian Ni Luh Rismayani pada matapelajaran

PKn, dalam penelitian ini pada mata pelajaran IPA. Dan dalam penelitian ini juga

lebih memfokuskan pada setiap perencanaan, pelaksanaan serta hasil dan kendala

yang dihadapi dalam pelanksanaan discovery.

C. Kerangka Berfikir

Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa

dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah

ditetapkan. Mata pelajaran IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,

gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar. Hal ini diperoleh dari

pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan

dan pengujian gagasan-gagasan.Hasil tes pra penelitian untuk mengetahui

kemampuan dasar siswa dalam pelajaran IPA yang dilaksanakan pada seluruh

siswa kelas IV, V dan VI di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

memperoleh hasil bahwa kelas yang memiliki kemampuan terendah adalah kelas V.

Pada pelaksanaan tes pra penelitian di kelas V, hasil yang diperoleh adalah dari

34 siswa 20 anak mendapat nilai kurang dari 78 dan hanya 14 siswa yang mendapatkan

nilai lebih dari 78. Dengan demikian, berdasarkan nilai yang diperoleh siswa,

pembelajaran IPA dikatakan kurang berhasil karena hanya 41% siswa yang tuntas.

Berdasarkan observasi diketahui bahwa faktor penyebab kurangnya hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA adalah metode pembelajaran yang

dilaksanakan masih berpusat pada guru, siswa tidak diarahkan untuk berfikir

kreatif dan menguasai konsep berdasarkan penemuan-penemuan di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

34

lapangan.Berdasarkan realita di atas, salah satu model pembelajaran IPA yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kompetensi siswa adalah model pembelajaran

penemuan (Discovery Learning) yang akan membuat pembelajaran lebih bermakna

karena akan mengubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif serta

mengubah pembelajaran yang semula teacher oriented ke student oriented.Dengan

upaya-upaya dalam penerapan model discovery diharapkan prestasi atau hasil belajar

IPA di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dapat meningkat.

Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut”

Gambar. 1 Kerangka Berfikir

Perencanaan

Penerapan Model

Discovery pada

Pembelajaran IPA

kelas V

Pelaksanaan

Penerapan Model

Discovery pada

Pembelajaran

IPA kelas V (a)

Hasil Penerapan

Model

Discovery pada

Pembelajaran

IPA kelas V

Kendala/Hambatan

Skema Kerangka Berfikir Metode Pembelajaran Discovery:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian diskriptitf kualitatif yaitu penelitian

tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar,

kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara peneliti

dan informan. Menurut Moleong (2007: 4) mengemukakan bahwa metodologi

kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata- kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Sedangkan Krik dan Miller dalam (Moleong :2007:4) mendefinisikan penelitian

kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara

fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan

berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam

peristilahannya

Penelitian kualitatif bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi

bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman

sosial yang diinterpretasikan oleh individu-individu. Penelitian kualitatif ditujukan

untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut perspektif partisipan.

Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta

memberikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya (Sukmadinata, 2006: 94).

2. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi

(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok

sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi

biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-

cara hidup (Sukmadinata, 2006: 62). Penelitian ini hanya mengambil 4 sub fokus

mengenai a) perencanaan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N

2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus, b) pelaksanaan model discovery

pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

36

Kudus, c) Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan model discovery pada

pembelajaran IPA kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus, d) hasil model discovery pada pembelajaran IPA kelas V di SD N 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja), dengan

pertimbangan dan alasan adanya keunikan yang dimiliki di SD N 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus yang telah melaksanakan berbagai model

pembelajaran kecuali model discovery khususnya pada mata pelajaran IPA.

C. Kehadiran Peneliti

Menurut Spradley (dalam Harsono, 2008: 158), kedudukan peneliti adalah

sebagai instrumen penelitian dan siswa. Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai

instrumen penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Selain itu peneliti

juga menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Ciri-ciri umum manusia

sebagai instrumen mencakup segi responsif, dapat menyesuaikan diri, menekankan

keutuhan, mendasarkan diri atas pengetahuan, memproses dan mengikhtisarkan, dan

memanfaatkan kesempatan mencari respons yang tidak lazim atau idiosinkratik

(Moleong, 2006: 168-169).Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen

penelitian disini dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Selain itu peneliti juga

menjadi siswa yang mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, menurut Spradley

(dalam Harsono, 2008: 158), kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian

dan siswa.

D. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang menjadi sumber untuk memperoleh sebuah

data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan sumber data berupa hasil observasi,

hasil wawancara, dan dokumentasi. Menurut Lofland dalam Moleong (2006:57) sumber

data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah

data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

37

1. Nara Sumber

Dalam penelitian kualitatif, informan tidak disebut sebagai subjek penelitian,

karena sumber data menyangkut orang mempunyai kedudukan yang sama antara

yang diteliti dan peneliti. Dalam penelitian ini melibatkan orang yang berperan

sebagai orang kunci (key person) atau orang yang berkompeten. Dalam hal ini

adalah kepala sekolah, guru, peserta didik kelas V di SD N 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

2. Tempat dan aktitivitas

Tempat dijadikan sebagai sumber informasi karena dalam pengamatan harus

ada kesesuaian dengan konteks dan setiap situasi sosial selalu melibatkan pelaku,

tempat dan aktivitas. Tempat dimaksudkan untuk memperkuat keterangan yang

diberikan oleh informan. Tempat yang menjadi lokasi observasi penelitian ini adalah

SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Data atau informasi juga

dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktifitas yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian. Data aktivitas siswa diperlukan untuk mengetahui

aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Sumber data aktivitas ini adalah

kegiatan siswa selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA menggunakan

model discovery.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,

2006: 270). Studi dokumentasi dilaksanakan untuk melengkapai data yang diperoleh

dari wawancara dan observasi. Data yang diperoleh berupa tulisan, rekaman seperti

buku-buku pedoman, laporan resmi, catatan harian, notulen rapat. Analisis dokumen

dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen baik

yang berada di sekolah ataupun yang berada di luar sekolah, yang ada hubungannya

dengan penelitian tersebut. Menurut Arikunto (2006: 132), teknik dokumentasi yaitu

“mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat

kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

38

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa

metode yaitu:

1. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses

memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai,

dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana

pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan social yang relatif lama

(Sutopo 2006: 72). Wawancara mendalam dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan terbuka, yang memungkinkan responden memberikan

jawaban secara luas. Data yang diperoleh dari wawancara mendalam berupa

pengalaman, pendapat, perasaan, dan pengetahuan key informan. Sehubungan

dengan hal tersebut maka yang dijadikan informan adalah sebagai berikut: Kepala

Sekolah, Guru dan siswa kelas V di SD N 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus.

2. Observasi

Menurut Sutopo (dalam Harsono, 2008: 164), observasi merupakan kegiatan

pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, di mana peneliti berperan aktif dalam

lokasi studi sehingga benar-benar terlihat dalam kegiatan yang ditelitinya. Dalam

observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang

diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Observasi dipakai

untuk memahami persoalan-persoalan yang ada di sekitar pelaku dan nara sumber

(Harsono, 2008: 165)

Teknik observasi ini dilakukan untuk mendapat data tentang langkah-

langkah yang dilakukan guru. Observasi dilakukan dengan terjun langsung ke

lapangan secara aktif untuk memperoleh gambaran dan keterangan riil mengenai

sikap dan perilaku informan. Keterangan dan informasi yang diperoleh kemudian

dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan. Untuk memperoleh data, peneliti berlaku

sebagai pengamat sekaligus menjadi anggota utuh dari kelompok yang diamati,

sehingga kesan subjektif dapat direndam.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

39

3. Content Analysis

Content analysis merupakan metode pengumpulan data penelitian melalui

teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari suatu dokumen (antara lain

berupa: laporan, notulen rapat, surat, jurnal majalah atau surat kabar). Tujuan

content analysis adalah untuk melakukan identifikasi terhadap karakteristik atau

informasi spesifik yang terdapat pada suatu dokumen untuk menghasilkan deskripsi

yang obyektif dan sistematik.

4. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,

2006: 270).Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sidah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono,

2006: 270). Data yang diperoleh dari dokumentasi berupa kutipan, segala macam

naskah, catatan program, korespondensi, laporan dan publikasi resmi sekolah.

Metode dokumentasi merupakan alat pengumpulan data berupa dokumen-dokumen

tertulis seperti Laporan Rencana Pembelajaran, Kurikulum, peraturan-peraturan,

notulen rapat dan profil sekolah.

F. Uji Keabsahan Data

Moleong (2006:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecek an atau

sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi yang paling banyak digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber lainnya. Moleong (2006:330) membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan: “Penggunaan sumber,

metode, penyidik, dan teori”.

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam metode kualitatif, menurut Moleong (2006:331) hal ini dapat dicapai

melalui:

a) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

40

b) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang

dikatakannya secara pribadi;

c) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian

dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;

d) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat

dan pandangan orang;

e) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi dengan metode terdapat dua strategi yaitu:

a) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penel itian berupa teknik

pengumpulan data;

b) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

sama.

3. Triangulasi Peneliti

Moleong (2006:331) mengemukakan bahwa: “teknik triangulasi ketiga yaitu

dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat lain untuk keperluan pengecekan

kembali derajat kepercayaan data”.

4. Triangulasi Teori

Moleong (2006:332) mengemukakan bahwa: Triangulasi dengan teori

dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk

mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan

penelitian lainnya

G. Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Tylor dalam Moloeng (2007:280), analisis data sebagai

proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan

hipotesis seperti yang disaranakan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan

bantuan pada tema dan hipotesis tersebut, jika dikaji definisi pertama lebih menitik

beratkan pada pengorganisasian data. Kedua lebih menekankan maksud dan tujuan

analisis data, dan dari kedua definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan, analisis data,

adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

41

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis

kerja seperti yang disarankan oleh data.

Menurut Miles dan Huberman dalam Moloeng (2007:308), pada dasarnya

analisis data ini didasarkan pada pandangan paradigma positivisme. Analisis data itu

dilakukan dengan mendasarkan diri pada penelitian lapangan apakah: satu atau lebih

dari satu situs. Jadi seorang analis sewaktu hendak mengadakan analisis data harus

menelaah terlebih dahulu apakah pengumpulan data yang telah dilakukannya satu atau

dua situs.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan

dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan

penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara

sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah

pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Berikut ini

adalah contoh reduksi data:

Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh

dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai

dengan kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam mereduksi data

setiap peneliti dipandu oleh pertanyaan penelitian yang harus dijawab berdasarkan

data. Jawaban pertanyaan tersebut merupakan wujud nyata temuan penelitian.

Ketika peneliti menemukan sesuatu (data) yang belum jelas dan belum memiliki

pola perlu segera dilakukan pencermatan melalui proses reduksi untuk memahami

makna yang terkandung dalam data tersebut.

2. Display data

Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil penelitian,

baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil reduksi data dan display

data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan data memverifikasikan

sehingga menjadi kebermaknaan data.

3. Kesimpulan dan Verifikasi

Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi

berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan sepanjang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

42

penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek, trianggulasi dan audit trail,

sehingga menjamin signifikansi hasil penelitian.

Analisis data ini dilakukan dengan model interaktif. Proses analisis

interaktif dimulai pada waktu pengumpulan data peneliti selalu membuat reduksi

data dan kajian data. Artinya data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari

bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang dikumpulkan dan dari situ peneliti

membuat ringkasan tentang pengertian yang ada yang disebut reduksi data. Setelah

selesai, peneliti mulai melakukan usaha menarik kesimpulan dengan verifikasi yang

berdasarkan pada reduksi data dan sajian data.

Bila data yang ada dalam reduksi data dan sajian data kurang lengkap,

maka wajib melakukan pengumpulan data kembali yang mendukung. Dengan

analisis interaktif akan diperoleh gambaran yang jelas mengenai gambaran rencana

anggaran dan pembelanjaan biaya pendidikan.

Gambar 2.

Model Analisis Interaktif (Sutopo, 2006 : 231)

Dalam pengambilan kesimpulan perlu diverifikasi dengan melakukan aktivitas

ulangan untuk tujuan agar lebih mantap, dengan penelusuran data kembali, dengan

mengembangkan ketelitian misalnya mengembangkan konsensus antarsubjek. Pada

prinsipnya harus dilakukan pengujian validitas data agar simpulan penelitian menjadi

bisa dipercaya.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis etnografi. Etnografi

menurut Sutopo dalam (Mantja 2007: 6) adalah deskripsi analitik atau rekonstruksi

pemain dengan budaya (cultural scene) dan kelompok secara utuh. Tujuan utama

Pengumpulan

Data

Penarikan

Kesimpulan

Reduksi

Data

Penyajian

Data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

43

etnografi adalah untuk memahami pandangan atau cara hidup seseorang atau

sekelompok orang dalam keadaan sesungguhnya. (Mantja, 2007: 6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Latar Penelitian

a. Letak geografis dan sejarah

SD 2 Karangbener merupakan SD di Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Terletak dijalan Wijaya Kusuma Desa Karangbener Rt 02 Rw V Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus. Letak geografis SD 2 Karangbener ini terletak di pinggir jalan

Propinsi dan berada di lingkungan perumahan masyarakat.Sekolah ini sudah

terakreditas A. dan dipimpin oleh kepala sekolah ibu Sri Eny Kuswati, S.Pd dengan

jumlah guru 13 yang terdiri dari 8 PNS dan 5 GTT/PTT. Pembagian tugas guru

sesuai dengan bidang masing-masing. Guru sudah lulus S1 dan bahkan ada 1 guru

yang sudah melanjutkan S2. Sebagai SD imbas, SD 2 Karangbener melaksanakan

Kurikulum 2006 (KTSP), melakukan penilaian dengan portofolio, sebagai sekolah

MBS SD 2 Karangbener ini memiliki manajemen sekolah yang baik, pembelajaran

yang PAKEM dan adanya Peran Serta Masyarakat, SD 2 Karangbener

melaksanakan TKD, SD ini juga sudah terakreditasi selain itu SD 2 Karangbener

ini juga menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan minat, bakat dan

kreatifitas siswa. (dokumenSD 2 Karangbener tahun 2013)

Sarana prasarana yang dimiliki SD 2 Karangbener sudah dikategorikan

cukup lengkap. Berdasarkan dokumen sarana prasarana sekolah bahwa Peralatan

Pendidikan: Alat peraga IPA, Alat Peraga IPS, Alat Peraga Matematika, Alat

Peraga Bhs.Indonesia, Alat Peraga Bhs Inggris, Alat Peraga Olahraga masing-

masing 1 Set. LCD untuk proses pembelajaran dalam keadaan baik dan terdapat di

setiap kelas dan perabot sekolah misalnya kursi guru juga dalam keadaan baik juga.

SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus selain memiliki

sarana prasarana yang cukup memadai juga prestasi akademik dan non akademik

dari peserta didik yang baik pula. Berdasarkan hasil dari dokumen prestasi SD 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa prestasi

akademik dari hasil rata-rata NEM/UAS siswa 4 (empat) tahun berturut-turut

mengalami kenaikan yaitu tahun 2010/ 2011 nilai rata-rata UAS mencapai 7,26,

sedangkan tahun 2011/ 2012 adalah 7,24, tahun 2012/ 2013 mencapai 7,33 namun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

45

tahun 2013/2014 nilai rata-rata UAS mengalami penurunan yaitu mencapai 7,23.

Adapun Jumlah peserta didik di SD Negeri 2 Karangbener pada tahun 2013/2014

sebanyak 128 siswa yang terdiri dari 56 laki0laki dan 72 perempuan.

b. Visi Dan Misi

Visi dan Misi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah

sebagai berikut:.

Visi Sekolah

”Kreatif dan Inovatif dalam pendidikan berlandaskan IMTEK dan

IMTAQ untuk meraih prestasi.”

Misi Sekolah:

1. Meningkatkan Iman danTaqwa.

2. Kreatif dan inovatif dalam pembelajaran demi menuntaskan Wajar

Diknas dan mutu pendidikan.

3. Bertanggungjawab pada pendidikan bangsa.

4. Bekerja keras untuk meraih prestasi berlandaskan kejujuran dan

kedisiplinan.(dokumen visi misi SD 2 Karangbener tahun 2013)

SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus memiliki tugas pokok

dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di sekolah, tugas pokok tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang meliputi penyusunan

program kerja sekolah, pengaturan kegiatan belajar mengajar dan

bimbingan penyuluhan, penyusunan RKAS dan pendayagunaan

buku perpustakaan sekolah.

2. Menyelenggarakan pembinaan siswa.

3. Melaksanakan pembinaan tenaga pendidikan.

4. Menyelenggarakan administrasi sekolah.

5. Memanfaatkan dan memelihara sarana dan prasarana sekolah.

6. Melaksanakan hubungan sekolah degan lingkungan, orangtua siswa

atau dengan masyarakat.

7. Melaporkan pelaksanaan pendidikan.(dokumen tugas pokok SD 2

Karangbener tahun 2013)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

46

2. Sajian Data

a. Perencanaan Penerapan Pembelajaran Model Discovery pada

Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus

Model discovery diselenggarakan oleh SD 2 Karangbener Kecamatan

Bae Kabupaten Kudus, namun tidak semua guru menyelenggarakan kegiatan

dengan model tersebut. Guru kelas V paham akan makna pembelajaran model

discovery dimana model pembelajaranini menekankankepadapengalaman

langsung. Pembelajaran dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses

daripada hasil belajar. Sehingga dengan model discovery diharapkan siswa dapat

menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

Konsep pembelajaran dengan model discoveryyang diselenggarakan oleh guru pada

pembelajaran IPA dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, kepala sekolah SD 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut:

“Pembelajaran IPA dengan model discovery adalah model

pembelajaranyangmenekankankepadapengalaman langsung.

Pembelajaran dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses

daripada hasil belajar. Sehingga dengan model discovery diharapkan

siswa dapat menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui

proses mentalnya sendiri.” (hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri

Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015)

Berdasarkan penjelasan guru diatas maka pembelajaran IPA dengan

model discovery selalu mengkaitkan materi yang disampaikan kepada peserta didik

dengan dengan pengalaman langsung seperti yang disampaikan oleh Ibu

Anifahguru kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai

berikut.

“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang mengkaitkan

dengan pengalaman langsung yang ditemui oleh peserta didik,agar

peserta didik lebih cepat memahami secara nyata dan lebih menarik

untuk belajar, sebagai contoh arti mencair dan penguapan. Saya

menggunakan media es lalu didinginkan agar mencair dan air tersebut

saya panaskan lalu menguap. Selain itu pada saat pembelajaran

ekosistem, saya mengajak peserta didik keluar kelas untuk melihat kolam

yang ada didepan kelas untuk mengetahui ekosistem apa yang ada

didalamnya”. (hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14

Februari 2015)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

47

Pembelajaran IPA dengan model discovery ternyata tidak hanya didalam

kelas saja,tetapi bisa dilaksanakan diluar kelas. Hal ini seperti yang disampaikan

oleh Ibu Anifah, guru kelas V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

sebagai berikut:

“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang bisa diadakan

diluar kelas, membuat peserta didik senang dan tidak jemu dengan

suasana kelas, sebagai contoh pada s aat materi makhluk hidup saya ajak

siswa keluar kelas lalu dibentuk kelompok yang terdiri dari 5/7 peserta

didik untuk menyebutkan 10 macam makhluk hidup dan benda tak hidup

dihalaman sekolah. Hal ini membuat siswa lebih kreatif dan

mempermudah penghafalan secara langsung kemudian dari makhluk

yang ditemukannya tersebut siswa diharapkan untuk mengamati anatomi

tubuh makhluk hidup yang diperolehnya tersebut”. (hasil wawancara

dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)

Pihak sekolah menyiapkan guru sebelum menyelenggaranan

pembelajaran dengan model discovery, persiapan dilakukan secara matang seperti

yang disampaikan oleh ibuKepala Sekolah SD 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus berikut ini:

“Untuk mempersiapkan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan

model discovery maka saya sering mengadakan rapat peninjauan sebelum

ajaran baru, memberikan motivasi dan mengikutsertakan guru dalam

kegiatan workshop/ penataran yang menunjang mereka dalam

mengajar”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada

tangal 9 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa pembelajaran dengan model

discovery adalah pembelajaran yang memahami konsep, arti, dan hubungan,

melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Sehingga

dengan mengaplikasikan model DiscoveryLearning secara berulang-ulang dapat

meningkatkan kemampuan penemuan diri siswa yang bersangkutan serta

pelaksanaannya bisa didalam ataupun luar kelas. Persiapan guru yang matang perlu

digalakkan,oleh sebab itu kepala sekolah selalu memberikan tinjauan dalam

pengadaan rapat,memotivasi guru serta mengirim guru dalam pelaksanaan

workshop/ pelatihan yang diadakan diluar jam sekolah.

Guru yang sudah faham tentang pengertian pembelajaran dengan model

discovery menindaklanjuti dengan persiapan penyusunan RPP dan Silabus.

Penyusunan RPP dilakukan oleh masing-masing guru dimana guru dituntut untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

48

kreatif dalam menyusun RPP dengan komponen yang lengkap.Berikut ini

penjelasan Ibu Anifah, guru kelas V mengenai persiapan RPP yang

menggambarkan langkah-langkah pembelajaran model discovery.

“Hal yang disiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran

model discovery adalah menyiapkan RPP.Pada RPP didalamnya ada SK,

KD, Tujuan pembelajaran, metode, scenario pembelajaran atau langkah-

langkah kegiatan pembelajaran, LKS, sumber belajar, dan

penilaian”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14

Februari 2015)

Penjelasan guru diatas menjelaskan bahwa dalam penyusunan RPP dan

silabus dengan model pembelajaran discovery harus memuat komponen-

komponennya sebagai pedoman acuan dalam proses pembelajaran. Seperti yang

disampaikan Ibu Anifah, guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus berikut ini:

“Hal yang disiapkan dalam pembelajaran dengan model discovery adalah

penyusunan RPPdan Silabus. Isi dari RPP ini berbeda pada umumnya.

RPP dengan model discovery lebih detail. Yang membedakan RPP

pembelajaran model discovery dengan RPP lainnya adalah isi dari

RPPpembelajaran model discovery lebih difokuskan pada pengalaman

langsung peserta didik agar menemukan pengalaman belajarnya sendiri

dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata. Kami menyusun

RPP dengan komponen yang lengkap seperti media yang digunakan,

sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran.”(hasil

wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa RPP yang disusun

guru SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus cenderung lebih

difokuskan pada pengalaman langsung peserta didik agar menemukan pengalaman

belajarnya sendiri dengan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.

Gurumenyusun RPP dengan komponen yang lengkap seperti media yang

digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model pembelajaran. Hal ini

sesuai dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP kelas

V terlihat jelas bahwa konteks yang digunakan dalam pembelajaran dalam susunan

RPP tersebut adalah penggunaan alat-alat ukur sehingga mampu membangun

pemahaman siswa.

Hal ini berarti bahwa dalam persiapan pembelajaran IPA dengan model

discoveryGuru dituntut menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

49

peserta didik, Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk

menemukan sesuatu yang baru bagi peserta didik.Guru membuat rencana scenario

(tahap-tahap) pembelajaran yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih

pertemuan dalam wujud RPP, Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara

membentuk kelompok sebagai salah satu strategi pembelajaran serta Guru

menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat disimpulkan

bahwa perencanaan penerapan model pembelajaran discovery pada pembelajaran

IPA kelas V SD Negeri 2 KarangbenerKecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah

bahwa guru menyiapkan RPP sebagai persiapan dalam pembelajaran model

discovery. RPP yang disusun difokuskan pada komponen discovery yang

menggunakan metode yang membimbing peserta didik untuk menemukan

pengalaman belajarnya sendiri.Unsur discovery sangat kental dalam penyusunan

RPP dimana guru mencantumkan media yang digunakan, sumber belajar yang

digunakan, dan juga model pembelajaran

b. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Pelaksanaan penerapan model discovery di SDN 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sudah dilaksanakan sejak lama.Setiap guru kelas

menggunakan metode ini untuk mempermudah supaya materi yang disampaikan

dapat diterima dengan mudah oleh peserta didik. Salah satunya adalah penerapan

model discovery pada pembelajaran IPA di kelas V. Seperti yang disampaikan oleh

Ibu Anifah(guru kelas V) menyampaikan bahwa:

“Saya biasa menggunakan model pembelajaran ini pada mata pelajaran

IPA, sebenarnya tidak hanya pada mata pelajaran ini saja, banyak hal

yang bisa saya kaitkan dengan kehidupan nyata misalnya pada alat

penafasan ikan atau katak kadang saya bawa anak pada kolam ikan lalu

menjelaskan tentang hidupnya diair dan sistem pernafasannya

bagaimana”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14

Februari 2015)

Berdasarkan Penjelasan guru diatas bahwa penerapan pembelajaran IPA

sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru kelas V. Hal ini diperkuat lagi oleh Ibu

Herlina Rustianti, S.Pd, guru kelas VI menyampaikan bahwa:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

50

”Pembelajaran model discovery adalah metode pembelajaran yang di

mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk

akhir, jika dalam hal ini adalah IPA, saya sering menerapkannya pada

proses pembelajaran karena hal ini dilakukan karena membuat siswa

kreatif dan suasana kelas menjadi hidup karena peserta didik dituntut

untuk aktif dan inovatif”.(hasil wawancara dengan Ibu Herlina Rustianti,

S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)

Ternyata pembelajaran IPA dengan model discovery sangat membantu

peserta didik dalam memahami maksud dari materi yang disampaikan oleh guru

khususnya dalam pelajaran IPA,selain itu siswa menjadi lebih aktif,kreatif dan

inovatif sehingga suasana belajar menjadi hidup. Penerapan pembelajaran IPA

dengan model discovery ini dilakukan oleh guru dengan persiapan yang matang dan

dimulai dengan kegiatan awal yang inovatif pula,sehingga siswa tertarik untuk

mengikuti materi yang akan disampaikan oleh guru. Hal ini sesuai hasil wawancara

dengan guru kelas VISDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

menyatakan bahwa:

“Pada saat saya memulai materi baru,saya akan membuat bagaimana

siswa saya tertarik dan aktif,saya gunakan gambar-gambar misalnya pada

saat menjelaskan tema pertumbuhan,saya tampilkan gambar

pertumbuhan manusia, tumbuhan dan hewan. Peserta didik mulai

menebak dan bertanya,itulah yang biasa saya lakukan pada kegiatan awal

supaya suasana kelas menjadi hidup dan berinteraksi”.(hasil wawancara

dengan Ibu Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)

Hasil wawancara dengan guru kelas VI diperkuat dengan observasi yang

dilakukan pada kelas V pada saat pembelajaran IPA. Guru kelas V menggunakan

metode gambar, tetapi selain itu Ibu Anifahmenggunakan media lain yaitu video

memutar film. Lalu mencertitakan tentang isi film tersebut dan mengkaitkan

dengan materi yang akan disampaikan nantinya. Pada saat itu Ibu Anifahmemutar

film tentang perubahan kepompong menjadi kupu-kupu atau sering disebut sebagai

metamorfosis.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas bahwa pada saat

kegiatan awal pembelajaran IPA dengan model discovery guru menggunakan

sebuah media baik itu gambar maupun film untuk menarik siswa terhadap materi

yang disampaikan guru. Bukan hanya itu saja, pembelajaran dengan model

discovery dikaitkan dengan pengalaman langsung dan kreatifitas serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

51

imajinasisiswa sehingga dilakukan berbagai cara dan didukung persiapan yang

matang untuk menumbuhkan rasatersebut.

Pada saat kegiatan pembelajaran IPA dengan model discovery

berlangsung. Guru melibatkan proses mental siswa. Sehingga dengan discovery

diharapkan siswa dapat menemukan konsep–konsep dan prinsip-prinsip melalui

proses mentalnya sendiri.Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara

lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat

dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.Berdasarkan

hasil observasi dikelas V bahwa pada saat pembelajaran berlangsung Ibu Anifah

meminta salah satu peserta didiknya untuk mendemonstrasikan hasil

pengalamannya didepan teman-temannya. Hal ini merupakan salah satu komponen

pembelajaran dalam model discovery. Hal Senada juga disampaikan Ibu Herlina

Rustianti, S.PdGuru kelas VI SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus menyampaikan berikut ini:

“kalau berbicara tentang komponen pembelajaran model discovery sesuai

dengan kurikulum yang kita buat sebelumnya, banyak cara untuk

mewujudkannya, sama seperti yang dilakukandengan peserta didik

mendemonstrasikan berarti itu sudah merupakan pusat perhatian dari

peserta didik itu sendiri dan bukan lagi guru. Selain itu juga bisa dengan

melibatkan langsung pada proses pembelajaran misalnya kegiatan

praktek penguapan dan pencairan serta pemuaian” (hasil wawancara

dengan Ibu Herlina Rustianti, S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa discovery

dilakukan dengan memberikan materi akhir atau final sedikit demi sedikit dan juga

memberikan pengalaman yang bermakna.Hal ini sesuai dengan penjelasanVika

Adela, peserta didik kelas VSDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

sebagai berikut.

“Iya...bu guru sering mengadakan praktek diluar,kita lebih senang dan

lebih cepat faham”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23

Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu peserta didik diatas

maka dengan pembelajaran praktikum diluar kelas membuat suasana yang berbeda.

Hal lain yang membuat peserta didik tertarik dan memberikan kesan yang berbeda

adalah pada saat guru menerangkan tentang materi getaran, saat observasi dikelas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

52

guru tersebut memberikan contoh hasil getaran, bahwa hasil getaran bisa dilihat

pada kehidupan sehari-hari,guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan

percobaan dengan memukulkan penggaris pada meja, lalu muncullah sebuah

getaran.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas dapat diketahui

bahwa guru mengimplementasi penerapan model discovery dengan memberikan

materi final sedikit demi sedikit dan dari materi final yang mudah ke materi yang

kompleks.Selain itu guru memberikan pengalaman yang bermakna dengan meminta

peserta didik untuk melakukan kegiatan eksperimen.

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan

bukan hasil mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri atau

pengalaman langsung. Pada saat observasi di kelas V Ibu Anifah memberikan

materi tentang pengertian metamorfosis,proses terjadinya metamorfosis hewan serta

contoh hewan yang mengalaminya. Awalnya Ibu Anifah menjelaskan maksud

pembelajaran ini lalu menunjukkan beberapa gambar dan video tentang terjadinya

proses metamorfosis sementara siswa diam menyaksikan, suasana kelas begitu

tenang, karena siswa dipertunjukkan film tentang metamorfosis. Setelah itu Ibu

Anifah membagi kelas menjadi 3 dan memberikan beberapa gambar untuk siswa

susun kembali dan menjelaskan didepan kelas. Akhirnya terjadi tanya jawab dalam

kesimpulan.

Setiap kegiatan pembelajaran selalu diberikan umpan balik.Umpan balik

yang dilakukan guru biasanya berupa pemberian pertanyaan untuk mengetahui

pemahaman atau penyerapan materi oleh peserta didik.Kegiatan pemberian

pertanyaan yang dilakukan guru dijelaskan olehPutri Anisa Rahmawati, peserta

didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai

berikut.

“Ibu guru biasanya memberikan pertanyaan kepada kami, baik pada saat

memulai pelajaran ataupun saat selesai penyampaian materi yang diberikan,

misalnya pada saat materi fotosintesis, Ibu guru bertanya tentang proses

fotosintesis bagaimana? Ciri-ciri tanaman yang melakukan fotosintesis apa?

Jika tidak ada peserta didik yang menjawab guru mengambil kesimpulan

bahwa murid belum paham dan akan mengulang menjelaskan materi”.(hasil

wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

53

Tanggapan peserta didik lainnya ketika guru melakukan kegiatan

bertanya dijelaskan oleh Vika Adela, peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Ibu guru selalu memberikan pertanyaan pada saat mengajar, olehkarena itu

saya harus belajar giat supaya dapat menjawab pertanyaannya. Kata ibu guru

jika kami aktif menjawab dan benar maka nilainya nanti akan bagus.”.(hasil

wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kegiatan

bertanya dilakukan sepanjang proses pembelajaran berlangsung. Melalui kegiatan

bertanya tersebut guru dapat mengetahui daya serap peserta didik atau pemahaman

peserta didik.

Dalam model discovery gurudiharapkan dapat menghidupkan suasana

kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Hal ini

diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja,

namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik

yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik

yang kemampuannya kurang. Kegiatan belajar kelompok dijelaskan oleh Ibu

Anifah Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudussebagai berikut.

“Peserta didik dibuat kelompok 4 hingga 5 peserta didik dalam satu kelompok.

Kelompok-kelompok ini nantinya akan diberikan materi objek akhir yang akan

didiskusikan dan dibuat laporan diskusinya. Laporan diskusi yang berhasil

disusun akan dipresentasikan di depan kelas”.(hasil wawancara dengan Ibu

Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa peserta didik tidak

hanya aktif dalam melakukan kegiatan bertanya saja, namun juga aktif dalam

melakukan interaksi dengan teman-teman dalam satu kelas melalui kegiatan

diskusi.Untuk mengaktifkan peserta didik terutama dalam menciptakan

masyarakatbelajar guru IPA menggunakan berbagai macam metode seperti yang

dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudussebagai berikut.

“Untuk mengkondisikan kelas agar tercipta masyarakat belajar metode yang

digunakan adalah discovery learning sehingga terjadi community learning.

Dengan menggunakan metode ini peserta didik diminta untuk melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

54

diskusi .”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9

Februari 2015)

Penjelasan guru di atas mengenai penggunaan discovery learning dalam

pembelajaran IPA dengan pembelajaran model discovery sesuai dengan hasil

dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP untuk peserta didik kelas

V kompetensi dasar “Mendefinisikan Ciri-Ciri Makhluk Hidup”, tertulis beberapa

metode pembelajaran.Metode tersebut diantaranya adalah Discovery Learning,

Diskusi kelompok, Eksperimen, Observasi, dan Ceramah.Dalam RPP tersebut

peserta didik diminta untuk berkelompok dan mendiskusikan materi tentang jenis-

jenis makhluk hidup dan ciri-cirinya.

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui

bahwa guru menggunakan kegiatan belajar kelompok untuk menciptakan

masyarakat belajar. Peserta didik diajak untuk bertukar pendapat dan juga berbagi

pengetahuan dan pengalaman yang ditemui melalui kegiatan diskusi dan juga

presentasi. Guru berperan sebagai fasilitator yang membantu setiap kelompok yang

mengalami kesulitan.

Pada saat pembelajaran guru menyiapkan media video/LCDagar siswa

dapat menjelaskan materi yang diperoleh dari pengalamannya tersebutsupaya

tampilan penyampaian lebih menarik peserta didik. Beberapa video/LCD

pembelajaran yang ditayangkan yang berisi peragaan penggunaan suatu alat yang

dapat ditiru oleh peserta didik.Penggunaan video/LCD yang berperan sebagai

model dijelaskan oleh oleh Eko PrasetyoKelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan

Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Guru kami memberikan kesempatan kepada kami untuk menampilkan

beberapa video/LCD misalnya saja cara menggunakan alat mikrosof, jangka

sorong. Dari hal tersebut kami jadi lebih paham terhadap materi yang kami

pelajari tersebut.Kadang guru mendemonstrasikan penggunaan alat-alat

tersebut”.(hasil wawancara dengan oleh Eko Prasetyo, pada tangal 23 Februari

2015)

Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa dalam

pemodelan bukan hanya guru atau siswa saja yang menjadi model namun media

pembelajaran berupa video dan media LCD juga digunakan oleh guru.

Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan

peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

55

sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi yang dilakukan guru

dijelaskan olehIbu Anifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudussebagai berikut.

“Kegiatan refleksi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan atau

tertulis”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, S.Pd, pada tangal 14 Februari

2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa kegiatan refleksi

dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang materi yang diberikan oleh guru.

Penjelasan guru tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan Putri Anisa

RahmawatiPeserta didik Kelas V sebagai berikut.

“Pada akhir kegiatan pembelajaran ibuguru sering memberikan kesempatan

kami untuk berpikir dan meminta kami untuk mengambil kesimpulan dari

kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan”.(hasil wawancara dengan

oleh Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa diakhir

kegiatan pembelajaran dilakukan kegiatan refleksi.Kegiatan refleksi dilakukan

untuk menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru

memberikan kesempatan peserta didik untuk berpikir dan mengambil kesimpulan.

c. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD

Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Hasil yang dicapai dari pembelajaran IPA dengan model discovery yang

diselenggarakan di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus terlihat

dari kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik. Peserta didik merasa lebih

paham jika pembelajaran IPA dilakukan dengan model discovery, hal ini seperti

yang dijelaskan oleh EkoPrasetyo Kelas V sebagai berikut.

“Belajar IPA dengan menggunakan model discovery seperti penggunaan

kehidupan nyata sebagai gambaran penyampaian materi lebih

menyenangkan dan kami lebih faham karena kami tidak perlu susah

payah menghafal tetapi kami bisa memahaminya secara langsung dan

menemui pemahaman langsung dari pengalaman langsung yang kami

alami sendiri”.(hasil wawancara dengan Eko Prasetyo, pada tangal 23

Februari 2015)

Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa suasana

yang menyenangkan dan erat dengan kehidupan nyata peserta didik menjadikan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

56

peserta didik mudah dalam menerima materi.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

dengan Vika Adela Peserta Didik Kelas V sebagai berikut.

“Pembelajaran dengan model discovery menjadikan pembelajaran

menjadi menyenangkan, bervariasi mudah dipahami karena

berkaitan dengan kehidupan nyata dan pengalaman kami

langsung”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23

Februari 2015)

Wujud pemahaman dari peserta didik terlihat dari kemampuan menjawab

pertanyaan yang diajukan oleh guru. Pada pembelajaran kelas V materi ciri-ciri

makhluk hidup, guru mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya adalah

Sebutkan 10 ciri-ciri makhluk hidup? Beberapa peserta didik menjawab pertanyaan

guru tersebut denganmengangkat tangan dan peserta didik mulai menjawab.

Pertanyaan yang diberikan ibu Anifah terhadap peserta didik diperebutkan, ada

yang menjawab bergerak, bernafas, peka terhadap rangsang, memiliki bahan

genetika. Ada pula yang melengkapi bahwa ciri makhluk hidup adalah memerlukan

makanan, tumbuh, mengeluarkan zat sisa,beradaptasi dan memerlukan suhu

tertentu.

Berikut hasil penilaian peserta didik kelas V mata pelajaran IPA

yangdilaksanakan pada 17 maret 2014. (dokumen penilaian guru kelas V SD 2

karangbener Bae Kudus tahun 2013/2014).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

57

Tabel 1. DAFTAR NILAI TES TERTULIS MATA PELAJARAN IPA KELAS V

SD 2 KARENGBENER BAE KUDUS TAHUN 2013/2014

NO

NAMA NILAI SK

OR

NILAI KET. 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

AKHIR

1 Daffa Anindya

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T

2 Mohammad Abdul Aziz

1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 27 77,1 T

3 Mohammad Umar

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 31 88,6 T

4

Noverda Luki Rusiana Putri

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 82,9 T

5 Ryan Adi Saputra

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T

6 Siti Azizul Qowiyah

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T

7 Siti Noorhana

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T

8 Dwi Gita Ayu Asmarani

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T

9 Dina Novia Rochmah

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T

10 Moh Fajar Maulana

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 31 88,6 T

11 Mohamad Zakaria

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 34 97,1 T

12

Noverda Luki Rusiana Putri

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 30 85,7 T

13 Revalina Anggitasari

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 29 82,9 T

14 Shavinka Dwi Ristanti

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 27 77,1 T

15 Siska Neila Agustina

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 29 82,9 T

16 Sugi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 31 88,6 T

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

58

Cahyanti

17 Vika Adelia 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 32 91,4 T

18

Wahyu Purnomo Jati

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 80 T

19

Mohamma

d Eky

Prastyo

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 32 91,4 T

20 Dina Novia Rochmah

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 30 85,7 T

NA: skor/35 x 100

Dari data diatas dapat diketahui bahwa nilai kognitif produk atau tes yang berupa pilihan ganda peserta didik

Kelas V SD 2 Karangbener Bae Kudus telah mencapai ketuntasan yang baik, dari 20 peserta didik, semuanya

mampu mencapai KKM mata pelajaran IPA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

59

Penilaian proses

1) Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)

2) Rubrik Penilaian : (terlampir)

No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score

1 2 3 4

1

Ketepatan menjawab pertanyaan V

Keberanian mengungkapkan

pendapat

V

Keberanian menjawab pertanyaan V

NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100

*9/12 x 100 = 75.

2. Penilaian Afektif

a. Teknik Penilaian : non tes

b. Rubrik Penilaian :

No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score

1 2 3 4

1

Kerjasama v

Menghormati pendapat teman v

NA pengamatan : skor yang diperoleh/8 x 100

* 6/8 x 100 = 75.

3. Penilaian Psikomotor

a. Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)

b. Rubrik Penilaian :

No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score

1 2 3 4

1

Ketepatan v

Kerapian v

Keberanian menjawab pertanyaan v

NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100 *9/12 x 100 = 75.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

60

Tabel 2. DATA HASIL PENILAIAN MATA PELAJARAN IPA PESERTA DIDIK KELAS V SD 2 KARANGBENER BAE KUDUS TAHUN 2013/2014 KKM Nilai IPA Kelas V adalah 70

NO

NAMA

NILAI

JUMLAH

RATA-RATA

NILAI AKHIR

KET.

KOGNITIF AFEKTIF

PSIKOMOTOR

PRODUK

PROSES

1 Daffa Anindya 80 75 75 75 305 76,25 76 T

2 Mohammad Abdul Aziz 77 66 65 68 276 69 69 BT

3 Mohammad Umar 88 76 75 76 315 78,75 79 T

4 Noverda Luki Rusiana Putri 82 75 76 74 307 76,75 76 T

5 Ryan Adi Saputra 77 68 67 65 277 69,25 69 BT

6 Siti Azizul Qowiyah 80 76 75 76 307 76,75 76 T

7 Siti Noorhana 80 77 76 78 311 77,75 77 T

8 Dwi Gita Ayu Asmarani 77 77 78 75 307 76,75 77 T

9 Dina Novia Rochmah 77 75 74 72 298 74,5 75 T

10 Moh Fajar Maulana 88 84 78 81 331 82,75 83 T

11 Mohamad Zakaria 85 81 76 77 319 79,75 80 T

12 Noverda Luki Rusiana Putri 97 88 85 79 349 87,25 87 T

13 Revalina Anggitasari 85 82 81 75 323 80,75 81 T

14 Shavinka Dwi Ristanti 82 81 75 76 314 78,5 79 T

15 Siska Neila Agustina 77 69 67 65 278 69,4 69 BT

16 Sugi Cahyanti 82 78 80 78 318 79,5 79 T

17 Vika Adelia 91 83 81 80 335 83,75 84 T

18 Wahyu Purnomo Jati 80 78 75 78 311 77,75 78 T

19 Mohammad Eky Prastyo 91 79 80 84 334 83,5 83 T

20 Dina Novia Rochmah 85 74 75 72 306 76,5 76 T

JUMLAH SISWA TUNTAS 17

JUMLAH SISWA TIDAK TUNTAS 3

PROSENTASE KETUNTASAN SISWA % 85%

PROSENTASE KETIDAKTUNTASAN SISWA % 15%

Pembelajaran yang dilakukan tidak hanya di dalam kelas saja menjadikan

peserta didik aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun

di luar kelas. Aktivitas yang dilakukan peserta didik di dalam kelas dijelaskan oleh

Ibu Eny Sri Kuswati Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

61

“Dengan adanya pembelajaran IPA dengan model discovery peserta

didik lebih aktif, kreatif dan cepat memahami konsep. Contoh

Peserta didik mempelajari besaran ditunjukkan alat dan cara

menggunakannya ini merupakan aktivitas yang dilakukan di dalam

ruangan. Peserta didik juga aktif di luar ruang seperti di taman

sekolah”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada

tangal 9 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa peserta didik

melakukan berbagai aktivitas di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati kelas V SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Kita mudah faham jika belajar tidak hanya teori yang disampaikan

guru, tetapi pada saat pembelajaran praktek baik didalam kelas

maupun diluar kelas membuat kita lebih mengenal langsung dan

faham terhadap materi yang disampaikan misalnya bahwa ciri

makhluk hidup itu berkembang, maka pada saat praktek diluar kelas

kita adakan penanaman biji akan tumbuh menjadi kecambah,

kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kami siram

setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar.

Sedangkan pada saat praktek di dalam kelas misalnya ciri makhluk

hidup yang beradaptasi, misalnya saja guru menampilkan video

tentang bunglon. bunglon mengubah warna kulitnya sesuai dengan

lingkungannya agar keberadaannya tidak diketahui

pemangsanya”.(hasil wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati,

pada tangal 23 Februari 2015)

Aktivitas peserta didik di dalam ruangan tidak hanya melakukan kegiatan

pratikum saja namun juga dilakukan kegiatan diskusi,belajar kelompok dan juga

presentasi.Aktivitas peserta didik tersebut dijelaskan oleh Eky Prasetyo Kelas V di

SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Ibu Anifah sering meminta kita buat kelompok diskusi, kemarin

pernah memberikan materi diskusi tentang alat penafasan pada

hewan diberikan beberapa contoh nama-nama hewan dan suruh

mencocokkan hidupnya dimana dan alat pernafasannya apa,

heheheh….seru sekali, kita senang saat pembelajaran kelompok

begini”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo, pada tangal 23

Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa aktivitas

peserta didik mengalami peningkatan yang tadinya di dalam kelas hanya duduk dan

mendengarkan penjelasan guru, setelah guru menggunakan model discovery peserta

didik aktif seperti melakukan aktivitas diskusi, penyusunan laporan diskusi dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

62

juga melakukan presentasi di depan kelas. Suasana kelas dengan model discovery

lebih terasa hidup, asyik dalam belajar, hal ini lebih menyenangkan daripada siswa

belajar dengan suasana yang tenang dan terfokus oleh guru saja.

Kemampuan kreatifitas peserta didik juga meningkat hal ini bisa

diketahui pada saat observasi dikelas V banyak sekali tempelan syair, peta, gambar,

artikel, puisi, komentar, foto tokoh, diagram-diagram yang dibuat oleh peserta

didik. Pada saat wawancara dengan ibu Anifah guru kelas V SDN 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus menyampaikan seperti berikut ini:

“Saya suka memberikan tugas kepada peserta didik saya untuk

mencari gambar–gambar tentang materi yang saya sampaikan lalu

nanti kita diskusikan bersama misalnya carilah gambar tentang siklus

metamorphosis pada hewan nanti tempel dimading IPA ya…mereka

sangat antusias” (hasil wawancara dengan ibu Anifah, pada tangal 14

Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas dapat disimpulkan

bahwa dengan pembelajaran IPA dengan model discovery peserta didik menjadi

lebih kreatif.Dinding kelas dan lorong-lorong sekolah penuh dengan hasil karya

peserta didik, peta, gambar, artikel, puisi, komentar, foto tokoh, diagram-diagram.

Hasil belajar peserta didik khususnya untuk mata pelajaran IPA

mengalami peningkatan. Peserta didik yang tadinya nilainya rendah mengaku

setelah pembelajaran IPA dengan model discovery hasil belajarnya mengalami

peningkatan. Hasil belajar peserta didik yang mengalami peningkatan dijelaskan

oleh Putri Anisa RahmawatiPeserta didik kelas V sebagai berikut.

“Hasil belajar IPA Saya mengalami peningkatan. Hal ini sebagai

dampak dari pemahaman dan aktivitas saya yang meningkatkan

dalam pembelajaran IPA dengan model discovery. Sebelumnya hasil

belajar saya hanya mampu mencapai nilai 6.9 saja. Namun dengan

adanya pembelajaran model discoverysehingga dapat meningkatkan

motivasi belajar saya hasil belajar saya mengalami peningkatan di

ulangan harian berikutnya yaitu menjadi 7.5”.(hasil wawancara

dengan Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015)

Penjelasan peserta didik di atas memberikan informasi bahwa hasil

belajar peserta didik mengalami peningkatan yang merupakan dampak dari

penyelenggaraan pembelajaran model discovery. Hal senada juga dijelaskan oleh

Vika Adela peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

63

“Kegiatan yang memberikan suasana pembelajaran yang berbeda,

menyenangkan, tidak bikin ngantuk adalah pembelajaran IPA

dengan model discovery dimana peserta didik diajak ke lingkungan

nyata atau diberikan benda nyata ketika melakukan kegiatan

pratikum. Semua aktivitas-aktivitas tersebut membuat saya mengerti

dan paham akan materi IPA yang membuat hasil belajar saya

mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebelumnya hasil

belajar saya hanya hanya mencapai nilai 6,5 dan belum mencapai

nilai KKM yang ditentukan yaitu 7. Setelah suasana pembelajaran

menjadi menyenangkan hasil belajar saya meningkat menjadi

8”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23 Februari

2015)

Peningkatan hasil belajar peserta didik yang mencapai nilai KKM sesuai

dengan wawancara dengan Ibu Eny Sri Kuswati Kepala Sekolah SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Presentase ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan.

Nilai KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah mampu dicapai oleh

peserta didik”.(hasil wawancara dengan ibu Eny Sri Kuswati, pada

tangal 9 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa hasil belajar

peserta didik atau prestasi belajar peserta didik mengalami peningkatan. Hal ini

terlihat dari peningkatan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Peningkatan

hasil belajar tersebut menjadikan presentase nilai ketuntasan peserta didik

mengalami peningkatan pula.

Segala bentuk kemampuan peserta didik dalam pembelajaran model

discovery dinilai dengan baik sehingga peserta didik merasa dihargai ketika

melakukan aktivitas pembelajaran. Hasil dari pembelajaran model discovery yang

membuat peserta didik merasa dihargai dijelaskan oleh buAnifah Guru Kelas V

SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Pengalaman siswa pada kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat

bagi peserta didik, menghargai seluruh kompetensi peserta didik

dengan penilaian autentik, jadi penilaian tidak hanya dari hasil tes

yang saya berikan tetapi dari aktifitas peserta didik dan

kreativitasnya juga kami nilai”.(hasil wawancara dengan ibu Anifah,

pada tangal 14 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa penilaian yang

holistik menjadikan peserta didik lebih dihargai. Informasi ini sesuai dengan hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

64

wawancara dengan Putri Anisa Rahmawati Peserta didik kelas V SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Saya senang setiap maju presentasi atau memimpin kelompokku

dalam diskusi, ibu guru selalu menilai tampilan kami, jadi kita pada

semangat unjuk kebolehan masing masing”.(hasil wawancara dengan

Putri Anisa Rahmawati, pada tangal 23 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa peserta didik

merasa dihargai melalui kegiatan penilaian otentik. Setiap aktivitas peserta didik

diberikan penghargaan yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Dengan

adanya penilaian otentik tersebut peserta didik merasa termotivasi dan rasa ingin

menjadi lebih baik juga meningkat.

Berdasarkan uraian serta keterangan di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa hasil dari pelaksanaan penerapan model discovery sudah

memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran IPA

sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pembelajaran. dan

hasil pembelajaran siswanya pun meningkat sesuai yang telah menjadi tujuan

pembelajaran dengan model discovery. Dan sesuai dengan teori bahwa prosedurdan

instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan indikator

pencapaian kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

d. Kendala yang dihadapi dari PelaksanaanPenerapan Model Discovery pada

Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus

Sistem evaluasi model discovery dalam pembelajaran IPA di SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan model

penilaian.Dalam penilaian model discovery tidak hanya prestasi belajar saja yang

dinilai tapi juga proses pembelajaran merupakan aspek penting dalam penilaian

pembelajaran dengan model discovery.Evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan

model discovery dijelaskan oleh Ibu Anifah Guru Kelas V SDN 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery

ditekankan pada penilaian proses atau sering disebut dengan penilaian autentik,

jadi tidak hanya dengan hasil belajar saja tetapi pada saat pembelajaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

65

berlangsung kreativitas dan keaktifan siswa kami nilai”.(hasil wawancara

dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa dalam penilaian

model discovery ditekankan pada aspek proses namun juga tidak menutup

kemungkinan untuk melakukan kegiatan penilaian yang lainnya. System penilaian

pembelajaran model discovery dijelaskan pula oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pd

Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai

berikut.

“Dalam penilaian memang sangat baik jika dilakukan secara menyeluruh.

Namun sebagian besar guru melupakan aspek penilaian proses. Yang

difokuskan pada guru adalah hasil belajar peserta didik. Guru kadang lupa

bahwa hasil yang baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula”.(hasil

wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015)

Secara lebih rinci penilaian proses yang dilakukan dalam penilaian

pembelajaran IPA dengan model discovery dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati,

S.Pd,Kepala SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai

berikut.

“Proses dilaksanakan saat proses pembelajaran berlangsung. Penilaian proses

merupakan penilaian yang menitik beratkan sasaran penilaian pada tingkat

efektifitas kegiatan belajar mengajar dalam rangka pencapaian tujuan

pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap

kegiatan guru, kegiatan peserta didik, pola interaksi guru-peserta didik dan

keterlaksanaan proses belajar mengajar, sedangkan penilaian hasil belajar

menyangkut hasil belajar jangka panjang dan hasil belajar jangka

pendek”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9

Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa penilaian

yang dilakukan dalam proses pembelajaran IPA dengan model discovery adalah

penilaian outentik. Penilaian yang dimaksud adalah penialain yang tidak hanya

menilai hasil belajar peserta didik saja namun juga proses pembelajaran yang

berlangsung. Pentingnya penilaian proses ini adalah untuk mengetahui

keterlaksanaanya proses belajar yang dilihat dari aktivitas dan juga interaksi peserta

didik.

Adapun waktu pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan

model discovery dilaksanakan idealnya setiap kali melakukan kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

66

pembelajaran, namun ada kalanya guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian

sebab fokus pada penyampaian materi.Waktu pelaksanaan penilaian dijelaskan oleh

Anifah Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

sebagai berikut.

“Pada saat pembelajaran biasanya saya melakukan kegiatan evaluasi.Misalnya

saja penilaian penggunaan mikroskop diambil pada saat anak menggunakan

mikroskop”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari

2015)

Penjelasan guru IPA di atas memberikan informasi bahwa waktu

pelaksanaan proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung terutama

pada aspek keaktifan peserta didik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan

Herlina Rustianti, S.Pd Guru Kelas VI SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Sistem penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan

tentu saja selama proses kegiatan pembelajaran. Namun diakhir kegiatan

pembelajaran Saya juga melakukan kegiatan evaluasi baik evaluasi formatif

maupun sumatif.Evaluasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung dan setelah

selesai membahas satu atau beberapa KD. Misalnya saja saat melakukan

percobaan peserta didik diamati perilaku atau cara kerjanya dan setelah satu

KD dilakukan evaluasi tertulis”.(hasil wawancara dengan Herlina Rustianti,

S.Pd, pada tangal 21 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa evaluasi

dalam pembelajaran IPA dengan model discovery yang diselenggarakan di SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan selama proses

pembelajaran. Selama proses pembelajaran guru mengamati aktivitas peserta didik

dan diakhir kegiatan pembelajaran dilakukan tes tertulis sebagai penilaian hasil

belajar yang sering disebut dengan evalausi formatif dan sumatif.

Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa aspek yang dinilai dalam

kegiatan penilaian pembelajaran IPA dengan model discovery tidak hanya

kemampuan kognitif peserta didik yang terlihat dari hasil belajarnya saja, namun

secara keseluruhan termasuk proses penerimaan materi yaitu untuk aktiviats

psikomotorik dan juga afektif. Aspek penilaian dalam pembelajaran IPA dengan

model discovery dijelaskan oleh Ibu Eny Sri Kuswati, S.Pdkepala Sekolah SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

67

“Aspek penilaian pembelajaran IPA meliputi aspek kognitif, afektif, dan juga

psikomotorik”.(hasil wawancara dengan Eny Sri Kuswati, S.Pd, pada tangal 9

Februari 2015)

Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa aspek

penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan secara

menyeluruh.Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Ibu Anifah Guru Kelas

V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Kegiatan penilaian dilakukan secara menyeluruh. Selain melakukan kegiatan

ujian atau kegiatan tes tertulis banyak hal yang dapat dievaluasi selama proses

pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai.

Evaluasi tersebut misalnya saja penilaian kinerja (performance), penilaian

penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau peoduct),

penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio (portfolio), Checklist,

dan penilaian sikap”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14

Februari 2015)

Penjelasan guru di atas mengenai berbagai macam kegiatan penilaian

dalam pembelajaran IPA dengan model discovery khususnya untuk kinerja sesuai

dengan hasil dokumentasi yang peneliti peroleh. Dalam dokumen RPP yang

disusun oleh guru kelas V terlihat guru merencanakan kegiatan penilaian proses

khususnya untuk menilai kinerja dan juga ketepatan hasil kerja peserta didik.

Dalam materi sifat-sifat cahaya, guru menyusun system evaluasi dengan

menggunakan teknik penilaian unjuk kerja. Peserta didik diminta untuk menjawab

pertanyaan yaitu berupa tes kognitif sedangkan tes psikomotorik dan afektif dari

pengamatan langsung yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui

bahwa kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dilakukan secara menyeluruh.

Guru melakukan kegiatan penilaian aspek kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.

Untuk aspek kognitif dilakukan dalam bentuk tes tertulis, namun untuk penilaian

afektif dan juga psikomotorik dilakukan selama proses penilaian yang dilakukan

dengan melakukan kegiatan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi.

Jenis penilaian dalam evaluasi pembelajaran IPA dengan menggunakan

model discovery sangat bervariasi seperti yang sudah dijelaskan di atas guru dapat

menggunakan berbagai jenis penilaian misalnya saja catatan anekdot, skala sikap,

catatan tindakan, konsep pekerjaan, tugas individu, tugas kelompok atau kelas,

diskusi, wawancara, catatan pengamatan, peta perilaku, portofolio, dan lain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

68

sebagainya. Dalam menentukan nilai yang akan diberikan kepada peserta didik

guru dapat menggunakan cara atau dasar penilaian yang beraneka macam seperti

yang dijelaskan oleh Ibu Anifah guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Cara melakukan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model

discovery meliputi proyek, laporan kegiatan/eksperimen, PR, Kuis, karya

peserta didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis”.(hasil wawancara dengan

Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa guru menggunakan

berbagai macam cara sebagai dasar untuk menilai proses pembelajaran. Hal ini

sesuai dengan hasil wawancara dengan Eky PrasetyoPeserta didik kelas V SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Banyak yang dilakukan guru dalam melakukan penilaian ada yang berupa tes

tertulis, praktik, dan juga pemberian tugas.Untuk penilaian yang berupa tes

tertulis dapat berbentuk uraian seperti memberikan pertanyaan “Apa ciri-ciri

hewan kelompok antropoda?” serta berbentuk objektif.Untuk tes praktik atas

eksperimen biasanya dilakukan dilaboratorium misalnya saja melakukan uji

makanan dan juga proses fotosintesis.Sedangkan untuk pemberian tugas

biasanya dikaitkan dengan kehidupan nyata misalnya saja mengamati gerak

pada tumbuhan langsung”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo, pada tangal

23 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa dasar

melakukan kegiatan penilaian atau cara yang digunakan untuk melakukan penilaian

dalam proses pembelajaran IPA dengan model discovery sangat variatif. Guru dapat

memberikan PR, kuis, tugas, bahkan meminta peserta didik untuk melakukan

kegiatan eksperimen atau percobaan. Variasi cara melakukan evaluasi ini

membuktikan bahwa pembelajaran dengan model discovery melakukan

pembelajaran secara komprehensif dan holistik yang mencakup semua aspek dari

tujuan pembelajaran.

Soal-soal yang diberikan melalui proyek, laporan kegiatan/eksperimen,

PR, kuis, karya peserta didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis merupakan soal-

soal yang berkaitan dengan kehidupan nyata peserta didik. Ditentukannya soal yang

berkaitan dengan kehidupan nyata atau soal yang nyata akan mempermudah peserta

didik dalam mengerjakan soal dan memberikan gambaran nyata peserta didik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

69

mengenai masalah-masalah nyata dalam kehidupan. Contoh soal yang diberikan

kepada peserta didik dijelaskan oleh Ibu Anifah, S.Pd Guru kelas V sebagai berikut.

“Ya, soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik adalah soal yang berkaitan

dengan dunia nyata.Misalnya saja peserta didik diminta untuk mencari artikel

jenis makhluk hidup darat, air dan udara dan lain sebagainya.Artikel yang

disusun peserta didik tersebut dapat diambil dari berbagai sumber seperti dari

internet, majalah, Koran dan lain sebagainya”.(hasil wawancara dengan Ibu

Anifah, pada tangal 14 Februari 2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa benar adanya jika

soal yang diberikan sesuai dengan kehidupan nyata.Informasi ini diperjelas oleh

Vika Adela Peserta didik kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus sebagai berikut.

“Soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga

saya bisa membayangkan apa yang dimaksud dengan soal tersebut.misalnya

saja soal sebutkan ciri-ciri makhluk hidup, saya langsung membayangkan

hewan dan tumbuhan bahwa kedua makluk ini melakukan gerakan dan juga

berkembang biak. Kadang guru kami juga meminta untuk melakukan

pengamatan atau observasi secara langsung misalnya saja diminta untuk

melihat sawah dan meminta kami untuk menuliskan rantai makanan yang

terdapat di sawah”.(hasil wawancara dengan Vika Adela, pada tangal 23

Februari 2015)

Penjelasan peserta didik di atas mengenai soal-soal yang diberikan

kepada peserta didik adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata sesuai dengan

hasil dokumentasi yang peneliti peroleh.Dalam dokumen RPP kelas V semester I

untuk materi ciri-ciri makhluk hidup, terlihat guru menggunakan berbagai macam

soal seperti soal tertulis dan juga untuk kerja.Soal-soal yang diberikan tersebut

adalah soal yang berkaitan dengan dunia nyata.Untuk soal unjuk kerja peserta didik

sudah disediakan benda nyata untuk dilakukan percobaan atau eksperimen tentang

reaksi tumbuhan.Berikut ini instrument penilaian yang digunakan guru yang

mengaitkan dengan dunia nyata.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

70

Tabel 3 Tes Unjuk Kerja Peserta didik

Jenis

rangsangan

Bagian tumbuhan yang diberi

rangsangan

Reaksi

tumbuhan

Sentuhan

Ujung daun

Pangkal daun

Batang

Tetesan air

Ujung daun

Pangkal daun

Batang

Berdasarkan hasil wawancara dan dokumentasi di atas dapat diketahui

bahwa soal-soal yang diberikan baik dalam bentuk tertulis maupun uji praktik

selalu dikaitkan dengan kehidupan nyata peserta didik. Guru berusaha membuat

soal yang mampu membuat peserta didik mengembangkan kemampuannya untuk

mengaitkan kemampuan akademiknya dengan kehidupan nyata. Soal-soal yang

dikaitkan dengan kehidupan nyata akan mempermudah peserta didik untuk

menjawabnya sebab peserta didik dapat melihat aktivitas atau kegiatan disekitar

kehidupannya untuk menjawab soal-soal yang diberikan guru.

Hasil evaluasi yang diperoleh di susun guru dalam laporan akademik

yang nantinya akan dilaporkan kepada kepala sekolah dan juga orang tua peserta

didik. administrasi yang dilakukan guru IPA kelas V cukup lengkap sebab kepala

sekolah mewajibkan guru untuk membuat laporan perkembangan kemampuan

peserta didik. Penyusunan laporan hasil evaluasi yang dilakukan guru dijelaskan

oleh Ibu Eny Sri Kuswaty, S.Pd Kepala Sekolah SDN 2 Karangbener Kecamatan

Bae Kabupaten Kudus sebagai berikut.

“Setiap tengah semester Saya meminta buku laporan perkembangan

kemampuan peserta didik kepada masing-masing guru.Diawal tahun ajaran

baru, saya sudah meminta guru untuk disiplin administrasi sehingga ketika

saya meminta data mengenai peserta didik guru tidak kebingungan

mempersiapkannya.Data hasil penilaian kemampuan peserta didik itu dibuat

secara lengkap baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Orang

tua peserta didik juga akan memperoleh informasi mengenai hasil belajar

putra-putrinya. Pihak sekolah juga akan melakukan tindakan jika hasil belajar

peserta didik masih belum baik”.(hasil wawancara dengan Ibu Eny Sri

Kuswaty, S.Pd, pada tangal 9 Februari 2015)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

71

Penjelasan kepala sekolah di atas memberikan informasi bahwa guru

SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus membuat laporan hasil

penilaian yang sudah dilakukan. Hasil penilaian yang sudah dibuat akan segera

ditindak lanjuti baik oleh guru maupun pihak sekolah jika guru tidak mampu

menanganinya. Namun sejauh ini guru mampu melakukan tindak lanjut dari hasil

penilaian.Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan guru dijelaskan oleh Ibu Anifah

Guru kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus sebagai

berikut.

“Tindak lanjut dari hasil evaluasi ada dua cara yaitu tindak lanjut jika hasilnya

belum baik dan tindak lanjut jika hasilnya sudah baik. Untuk tindak lanjut hasil

evaluasi yang kurang baik adalah diadakannya kegiatan remedial mengingat

nilai peserta didik belum mencapai KKM.Berbeda dengan tindak lanjut untuk

hasil belajar yang sudah baik yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan

pengayaan”.(hasil wawancara dengan Ibu Anifah, pada tangal 14 Februari

2015)

Penjelasan guru di atas memberikan informasi bahwa tindak lanjut hasil

evaluasi dilakukan dengan dua cara yaitu remedial dan juga pengayaan. Hal ini

sesuai dengan hasil wawancara dengan Eky PrasetyoPeserta Didik kelas V SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Semarang sebagai berikut.

“Guru kami melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Remedial untuk

peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan dilaksanakan bila materi sudah

selesai sebelum materi berikutnya”.(hasil wawancara dengan Eky Prasetyo,

pada tangal 23 Februari 2015)

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa guru

menyusun laporan hasil penilaian.Laporan tersebut berisi seluruh kemampuan

peserta didik baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik.Penyusunan laporan

dilakukan setiap tengah semester dan akhir semester. Laporan tersebut akan

diinformasikan kepada kepala sekolah dan juga orang tua peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di atas maka dapat diketahui

bahwa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model

discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah

bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini

sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan,

selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

72

kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi yang lumayan banyak

memakan waktu sehingga waktu untuk melakukan evaluasi jadi tidak mencukupi.

B. Pembahasan

1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Hasil temuan mengenai perencanaan penerapan model discovery dalam

pembelajaran IPA di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah

bahwa materi yang disampaikan kepada peserta didik akan dikaitkan dengan

konsep serta pengalaman langsungdari lingkungan peserta didik. Pembelajaran

dengan model discovery adalah pembelajaran yang penyampaiam materinya

dikaitkan dengan kehidupan nyata/sehari-hari serta pelaksanaannya bisa didalam

ataupun luar kelas.

Hal senada juga disampaikan Rahmin T. Husain (2000) Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui penerapan model discoverylearning dalam

meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Qur’an Hadits pada siswa Kelas

VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan Limboto Barat. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Menurut penelitian Rahmin (2000) diperoleh gambaran

bahwa penerapan model discoverylearning dalam meningkatkan hasil belajar mata

pelajaran Qur’an Hadits padasiswa Kelas VII di MTs Kiayi Modjo Kecamatan

Limboto Barat sudah baik. Hal inidibuktikan dengan penggunaan langkah-

langkah model discoverylearning yang telahditerapkan pada pembelajaran

Qur’an Hadits di Kelas VII MTs Huyula menunjukkanrespon yang positif.

Artinya, siswa benar-benar ditempatkan sebagai subyek yangbelajar. Mereka tidak

hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasanguru secara

verbal tetapi mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materipelajaran

yang sedang dipelajarinya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dalam

prosespembelajaran Qur’an Hadits guru sudah menerapkan model

discoverylearning yangmemiliki ciri-ciri menekankan kepada aktivitas siswa

secara maksimal dan diarahkanuntuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu

yang dipertanyakan sehinggamenumbuhkan rasa percaya sendiri, serta tercapainya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

73

tujuan penggunaan model discoverylearning yaitu untuk mengembangkan

kemampuan berpikir sistematis, logisdan kritis.

Persiapan pembelajaran IPA dengan model discoveryGuru dituntut

menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik, Guru

mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang

baru bagi peserta didik.Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran

yang akan dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan dalam wujud RPP, Guru

menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok sebagai salah

satu strategi pembelajaran serta Guru menghadirkan model sebagai contoh

pembelajaran. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Budiningsih, 2005 bahwa

penyusunan pembelajaran dengan Discovery dilakukan melalui observasi,

klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi.

Perencanaan pembelajaran dengan model discovery pada pembelajaran

IPA maka guru perlu mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:

a. Guru menyusun strategi belajar baru yang lebih memberdayakan peserta didik.

b. Guru mengelola kelas sebagai tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu

yang baru bagi peserta didik.

c. Guru membuat rencana scenario (tahap-tahap) pembelajaran yang akan

dilaksanakandalam satu atau lebih pertemuan.

d. Guru menciptakan masyarakat belajar dengan cara membentuk kelompok.

e. Guru menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran.

Keistimewaan perencanaan terhadap model pembelajaran discovery pada

pelajaran IPA adalah susunan Silabus dan RPP tentang mata pelajaran IPA

diketahui apakah sudah sesuai dengan pedoman perencanaan atau tidak, sehingga

sebelum penerapan pembelajaran model discovery mata pelajaran IPA kelas V

nantinya guru harus lebih menyempurnakan jika tidak terjadi kesalahan dalam

penyusunanya.

2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Penerapan metode discovery di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus sudah dilaksanakan sejak lama.Setiap guru kelas menggunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

74

model ini untuk mempermudah supaya materi yang disampaikan dapat diterima

dengan mudah oleh peserta didik.Penerapan pembelajaran IPA dengan model

discovery ini dilakukan oleh guru dengan persiapan yang matang dan dimulai

dengan kegiatan awal yang inovatif pula,sehingga siswa tertarik untuk mengikuti

materi yang akan disampaikan oleh guru.

Hasil tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Indarti, Agus

Suyudi, Chusnana Insjaf Yogihati (2013), Penelitian inidilaksanakan dengan

tujuan untuk membuktikan kemampuan memecahkan masalah siswa yang

menggunakan model pembelajaran discoverylearning lebih baik daripada siswa

yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

Penerapan pembelajaran dengan model discovery pada pembelajaran IPA

di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilakukan dengan

persiapan materi dan bahan seperti media yang ada akan digunakan untuk

menunjang penyampaian materi nantinya salah satunya dengan gambar dan video

serta LCD. Hal tersebut dilakukan sebagai kegiatan awal dalam proses penerapan

model discovery. Misalnya pembelajaran praktikum diluar kelas membuat suasana

yang berbeda. Hal lain yang membuat peserta didik tertarik dan memberikan kesan

yang berbeda adalah pada saat guru menerangkan tentang materi getaran, saat

observasi dikelas guru tersebut memberikan contoh hasil getaran, bahwa hasil

getaran bisa dilihat pada kehidupan sehari-hari,guru meminta salah satu peserta

didik untuk melakukan percobaan dengan memukulkan penggaris pada meja, lalu

muncullah sebuah getaran. guru mengimplementasi konsep dengan memberikan

materi sedikit demi sedikit dan dari materi yang mudah ke materi yang kompleks.

Selain itu guru memberikan pengalaman yang bermakna dengan meminta peserta

didik untuk melakukan kegiatan eksperimen.

Dalam model discovery gurudiharapkan dapat menghidupkan suasana

kelas yaitu dengan membentuk kelompok diskusi pada saat pembelajaran. Hal ini

diyakini tidak hanya mampu meningkatkan kemampuan kognitif peserta didik saja,

namun juga jiwa sosial peserta didik dimana dalam satu kelompok peserta didik

yang memiliki kemampuan lebih akan memberikan penjelasan kepada peserta didik

yang kemampuannya kurang.Kegiatan belajar kelompokmemberikan informasi

bahwa peserta didik tidak hanya aktif dalam melakukan kegiatan bertanya saja,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

75

namun juga aktif dalam melakukan interaksi dengan teman-teman dalam satu kelas

melalui kegiatan diskusi.

Kemudian tahap model discovery juga dapat dilakukan dengan kegiatan

pemodelan baik yang dilakukan sendiri maupun melalui bantuan video dan layar

LCD.Pemodelan yang dimaksud adalah menyajikan materi agar dapat ditiru oleh

peserta didik.Jika guru menggunakan video, maka isi video menyajikan

penggunaan alat atau demonstrasi materi lainnya seperti penggunaan alat mikrosof

dan jangka sorong.Setelah guru mendemonstrasikan penggunaa alat peserta didik

diminta untuk meniru dan diharapkan mampu menggunakannya dengan baik.

Permodelan kadang dilakukan oleh guru dengan mendatangkan peserta didik lain

yang berprestasi misalnya kakak kelas yang mencapai nilai IPA terbaik di SDN 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus.

Kegiatan akhir atau penutup guru melakukan refleksi bersama dengan

peserta didik. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan berpikir tentang apa yang

sudah dipelajari selama proses pembelajaran. Kegiatan refleksi dilakukan untuk

menganalisis hasil kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Guru memberikan

kesempatan peserta didik untuk berpikir dan mengambil kesimpulan.

Keistimewaan terhadap penerapan pelaksanaan pembelajaran model

discovery adalah pelaksanaan pembelajarannya diketahui apakah ada

penyimpangan dari perencanaan atau tidak, sehingga guru harus lebih dioptimalkan

jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Berdasarkan uraian dan keterangan di atas maka dapat diambil

kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery pada

pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus didapat hasil bahwa dalam pelaksanaan penerapan model discovery ini telah

sesuai dengan sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1)

pendahuluan yang merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran

yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta

didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang

merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran di-

lakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta

didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

76

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang

dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam

bentuk rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak

lanjut.

3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD

Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Hasil yang dicapai dari pembelajaran IPA dengan model discovery yang

diselenggarakan di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus terlihat

dari kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik.Peserta didik merasa lebih

paham jika pembelajaran IPA dilakukan dengan model discoverywujud

pemahaman dari peserta didik terlihat dari kemampuan menjawab pertanyaan yang

diajukan oleh guru.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Chusni Mubarok

(2014), yang bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh model

pembelajaran Discovery Learning terhadap hasil belajar siswa pada standar

kompetensi melakukan instalasi sound system. (2) Mengetahui respon siswa

terhadap model pembelajaran DiscoveryLearning. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Metode Quasi Experimental Design menggunakan

desain Posttest Only Control Group Design di mana terdapat kelas eksperimen

dengan model pembelajaran DiscoveryLearning dan kelas kontrol dengan model

pembelajaran langsung, yang selanjutnya diberikan Posttest untuk mengetahui hasil

belajar siswa setelah diberi perlakuan yang berbeda.

Pemahaman peserta didik tersebut didukung dengan suasana yang

menyenangkan dan juga materi yang dikaitkan dengan materi yang nyata.Setiap

pertanyaan dijawab dengan baik oleh peserta didik.Peserta didik belajar melalui

pengalaman langsung dan bukan menghapal selain itu peserta didik mampu

mengkonsep pengetahuan di benak mereka sendiri.Pembelajaran yang dilakukan

tidak hanya di dalam kelas saja menjadikan peserta didik aktif dalam melakukan

kegiatan pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

77

Aktivitas peserta didik mengalami peningkatan yang tadinya di dalam

kelas hanya duduk dan mendengarkan penjelasan guru, setelah guru menggunakan

model discovery peserta didik aktif seperti melakukan aktivitas diskusi,

penyusunan laporan diskusi dan juga melakukan presentasi di depan kelas. Suasana

kelas dengan model discovery lebih terasa hidup, ramai dan menyenangkandalam

pembelajarannya, hal ini lebih menyenangkan daripada kita belajar dengan suasana

yang tenang dan terfokus oleh guru saja.

Antusias siswa dalam proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan

oleh guru meningkat, hal itu bisa dilihat dengan adanya keaktifan siswa

dalam kegiatan pembelajaran IPA. Suasana pembelajaran yang kondusif dan

menyenangkan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Siswa sangat menikmati kegiatan yang dilaksanakan mulai dari

pemodelan, percobaan,tanya jawab, maupun diskusi. Gurusenantiasa memotivasi

dan membimbing siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, agar siswa

semakin bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.

Hasil belajar peserta didik kelas V khususnya untuk mata pelajaran IPA

mengalami peningkatan.Peserta didik yang tadinya nilainya rendah mengaku

setelah pembelajaran IPA dengan pembelajaran model discovery hasil belajarnya

mengalami peningkatan, terbukti dari nilai yang sudah melebihi KKM.Setiap

aktivitas peserta didik diberikan penghargaan yang mempengaruhi hasil belajar

peserta didik.Dengan adanya penilaian outentik tersebut peserta didik merasa

termotivasi dan rasa ingin menjadi lebih baik juga meningkat.Berdasarkan hal-hal

yang telah disampaikan di atas, membuktikan penggunaan model

pembelajarandiscovery sangat tepat untuk mengatasi permasalahan

pembelajaranyang terdapat di SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus.

Dari hasil penilaian peserta didik di kelas V SD 2 Karangbener Kudus

diperoleh data bahwa jumlah peserta didik di kelas V ada 20 orang anak. Dari 20

orang anak tersebut 3 di ataranya yaitu Mohammad Abdul Aziz, Ryan Adi Saputra,

Siska Neila Agustina nilainya belum mencapai KKM mata pelajaran IPA. Namun

17 dari 20 anak di kelas tersebut telah mencapai KKM mata pelajaran IPA.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

78

Dari sini dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan

mengunakan metode Discoverydikelas V SD 2 Karangbener Kudus dikatan berhasil

karena 75 % lebih dari jumlah anak yang ada di kelas V berhasil mendapatkan nilai

yang mencapai KKM mata pelajaran IPA.

4. Kendala yang dihadapi dalam Pelaksanaan Penerapan Model Discovery

pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan

Bae Kabupaten Kudus

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model

discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah

bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini

sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan,

kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat

melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi.

Penelitian ini sesuai denga penelitian yang dilakukanNi Luh Rismayani

(2013), yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas X 4

SMA Negeri 1 Sukasada melalui penerapan model pembelajaran

discoverylearning. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,

observasi atau evaluasi dan refleksi yang dilakukan di setiap siklus. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas X4 SMA Negeri 1 Sukasada yang berjumlah

24 orang.

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan model

discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus adalah

bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan model discovery ini

sehingga nilai mata pelajaran IPA yang mereka dapatkan belum ada peningkatan,

selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi akhir guru tidak sempat melakukan

kegiatan penilaian sebab fokus pada penyampaian materi yang lumayan banyak

memakan waktu sehingga waktu untuk melakukan evaluasi jadi tidak mencukupi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

79

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

1. Perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Perencanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas

V SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus ini dalam perencanaan

RPP sudah terdapat beberapa tujuan dan indicator yang harus terlaksana dan

waktu dalam perencanaan pembelajaran yang cukup dan disesuaikan dengan

kebutuhan guru dalam memberikan penerapan model discovery nantinya pada

siswa sehingga perencanaan dapat tercapai dan tersusun dengan baik. Hanya saja

dalam pembelajarannya dalam RPP perlu dijabarkan dengan sistemik melalui

proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

2. Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Pelaksanaan penerapan model discovery pada pembelajaran IPA kelas V

SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus didapat hasil bahwa

dalam evaluasi pelaksanaan penerapan model discovery ini telah sesuai dengan

sintaq yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu adanya (1) pendahuluan yang

merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan un-

tuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk

berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran; (2) Kegiatan inti yang merupakan

proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,

dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologis peserta didik. (3) penutup yang merupakan kegiatan yang dilakukan un-

tuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk

rangkuman atau simpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindaklanjut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

80

3. Hasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD

Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus

Pelaksanaan penerapan model discoverydi kelas V pada mata

pelajaran IPA sudah memenuhi SK dan KD yang harus dikuasai peserta didik

dalam mata pelajaran IPA sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi

dalam suatu pembelajaran. dan hasil pembelajaran siswanya pun meningkat

sesuai yang telah menjadi tujuan pembelajaran dengan model discovery. Dan

sesuai dengan teori bahwa prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil

belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu

kepada Standar Penilaian.

4. Kendala yang dihadapi dari Pelaksanaan Penerapan Model Discovery pada

Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pelaksanaan penerapan

model discovery di kelas V SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus adalah bahwa masih ada beberapa siswa yang asing dengan penerapan

model discovery ini, kemudian selain itu terkadang dalam pelaksanaan evaluasi

akhir guru tidak sempat melakukan kegiatan penilaian sebab fokus pada

penyampaian materi.

B. Implikasi

1. Jika perencanaan Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas

V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan

secara lebih detail pada penyusunan RPP dan RPP perlu dijabarkan dengan

sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi maka konsep

dasar penyusunan ini akan berjalan dengan baik sehingga diharapkan pada

pelaksanaan dapat mengacu pada penyusunan RPP ini.

2. Jika PelaksanaanPenerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V

di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus dilaksanakan

secara rutin maka keberhasilan dari tujuan pembelajaran dapat tercapai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

81

Konsep pelaksanaan yang mengacu pada sintaq yang sudah ditetapkan dalam

rangkain RPP

3. JikaHasil Penerapan Model Discovery pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD

Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus mengacu pada

standar penilaian yang sudah ditetapkan untuk mengukur keberhasilan dari

tujuan pembelajaran yang akan dicapai maka hasil penerapan pembelajaran

dapat terlihat dengan jelas dan baik sehingga bisa dijadikan sebuah evaluasi

pada pembelajaran berikutnya

4. Jika Kendala Yang dihadapi dalam PelaksanaanPenerapan Model Discovery

pada Pembelajaran IPA Kelas V di SD Negeri 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus dapat diminimalisir dan bahkan dapat ditindak lanjuti segera,

maka pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

C. Saran-Saran

Saran-saran penulis untuk SDN 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten

Kudus adalah :

1. Bagi guru diharapkan dapat menggunakan pendekatan model discovery ataupun

pendekatan lain yang sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa

sekolah dasar dalam proses pembelajaran.

2. Bagi siswa diharapkan dapat memiliki pemahaman tentang konsep

pembelajaran IPA dengan model discovery sesuai dengan konteks kehidupan

sehari-hari agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Sekolah Dasar.

3. Bagi sekolah diharapkan dapat memberikan meningkatkan kualitas

pembelajaran IPA melalui model discovery sehingga siswa dapat menyesuaikan

pemahaman dengan konteks kehidupan sehari-hari.

4. Bagi Khalayak Umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran IPA dengan

menggunakan model pembelajaran dengan model discovery.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

82

DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi

Amin, M., (1987), Mengajar Ilmu pengetahuan alam (IPA) dengan menggunakan

metode discovery dan inkuiri, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Direktorat Jendral Pendidikan dan Tinggi, Yogyakarta.

AnasSudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI.

Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Penerbit: Bumi aksara, Jakarta.

Budimansyah, Dasim. 2005. Model Pembelajaran Portofolio Sosiologi. Bandung :

PT. Genesindo.

Dalyono. 1996.Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Pengkajian 13 Indikator Pendidikan, Badan

Penelitian dan Pengembangan Pusat Data dan Informasi Pendidikan, Jakarta.

Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi aksara

Harsono. 2008. Pengantar Problem Based Learning. Yogyakarta: Fakultas

Kedokteran UGM.

Hosnan, 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.

Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. Ke-2

Husein Umar, 2003, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka.

Mantja, W. 2007.Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen Pendidikan dan

Supervisi Pengajaran. Malang: Elang Mas

Miftahul Huda. 2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar:

Yogyakarta.

Moh. Amien.1987. Buku Pedoman Laboratorium dan Petunjuk Praktikum

Pendidikan IPA Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja

Rosdakarya. Offset, Bandung.

Mulyasa. 2006. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

83

Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2010. Model – Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siswanto. 2007. Pengantar Manajemen. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R & D. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosda

Karya.

Sutopo.2006.Metodologi Penelitian Kualitatif. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Usman Samatowa. 2003. Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta : Depdiknas.

Wiji Suwarno. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Jurnal

Balım, A., G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and

Inquiry Learning Skills.Egitim Arastirmalari-Eurasian Journal of Educational

Research, 35, 1-20.

Behrooz Sahebzadeh, et al. 2013. Effect of Envirenmental Factors for Teaching of

Science on Academic Achievement and Interest of Students and on Their

Teachers’ Job Statisfaction.International Journal on New Trends in Education

and Their Implications April 2013 Volume: 4 Issue: 2 Article: 08 ISSN 1309-

624.

Brian J. Foley. 2008. Students’ Attitudes towards Science in Classes Using Hands-On

or Textbook Based Curriculum. Contract grant sponsor: National Science

Foundation, EHR, REC9980494. Correspondence to: Brian Foley

[email protected]. AERA 2008, Foley & McPhee.

Etherington, Matthew B. (2011) "Investigative Primary Science: A Problem-based

Learning Approach," Australian Journal of Teacher Education: Vol. 36: Iss. 9,

Article 4. Available at: http://ro.ecu.edu.au/ajte/vol36/iss9/4

Mustafa Cakir. 2008. Constructivist Approaches to Learning in Science and Their

Implications for Science Pedagogy: A Literature Review. International Journal of

Environmental & Science Education Vol. 3, No. 4, October 2008, 193-206

Internet

AriniArtikel pembelajaran IPA, Ruang lingkup pembelajaran IPA, Tujuan dan ruang

lingkup pendidikan, Tujuan pembelajaran IPA Leave a comment. (http

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

84

://arini.wordpress.com/2011/01/30/tujuan-dan-ruang-lingkup-mata-pelajaran-

ilmu-pengetahuan-alam-sdm) Di Unduh Tgl. 20 januari 2014.

Khalimah. 2010. Ilmu

PengetahuanAlamhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/08/Ilmu-

Pengetahuan-Alam

Witoyo Bowo 2009. Manajemen pelatihan dan Sumber Daya Manusia (On Line).

http://www.scribd.com/doc/7792360/Training-Process-Manajemen-Sumber-

DayaManusia, 10 September 2009

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

84

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

85

Lampiran 1. Catatan Lapangan dengan Kepala Sekolah

CATATAN LAPANGAN

WAWANCARA

NO. 1

No Catatan : 1

Jenis : Wawancara

Hari/Tanggal : Senin, 9 Februari 2015

Waktu : 09.30 – 10.00 WIB

Tempat : Ruang Kepala Sekolah SD 2 Karangbener Bae

Kabupaten Kudus.

Pengamat : Nurwati (P)

Subjek : Eny Sri Kuswati, S.Pd, selaku Kepala Sekolah. (ES)

Topik : Konsep pembelajaran model discoverypada

pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus.

(P) :“Bagaimana konsep model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”

(ES) :“Pembelajaran IPA dengan model discovery adalah model

pembelajaranyangmenekankankepada pengalaman langsung. Pembelajaran

dengan model discovery ini lebih mengutamakan proses daripada hasil belajar.

Sehingga dengan model discovery diharapkan siswa dapat menemukan konsep–

konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri.”

(P) :”Bagaimana persiapan dalam penerapan pembelajaran model discoverydi SD 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus”?

(ES) :“Untuk mempersiapkan guru dalam menggunakan pembelajaran dengan model

discovery maka saya sering mengadakan rapat peninjauan sebelum ajaran baru,

memberikan motivasi dan mengikutsertakan guru dalam kegiatan workshop/

penataran yang menunjang mereka dalam mengajar”. Selain itu hal lain yang

juga harus disiapkan sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran model

discovery adalah menyiapkan RPP. Pada RPP didalamnya ada SK, KD,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

86

Indikator, Tujuan pembelajaran,Materi ajar,Alokasi waktu, metode

Pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Penilaian Hasil Belajar, , sumber belajar,

”.

(P) :”Bagaimana cara guru IPA dalam mengkondidikan kelas dalam pembelajaran”?

(ES) :“Untuk mengkondisikan kelas agar tercipta masyarakat belajar metode yang

digunakan adalah discovery learning sehingga terjadi community learning.

Dengan menggunakan metode ini peserta didik diminta untuk melakukan diskusi

.”.

(P) :“Menurut ibu, bagaimana model pembelajaran discovery dalam pembelajaran

IPA yang diterapkan guru di SD 2 Karangbener Bae Kudus”?

(ES) :“Dengan adanya pembelajaran IPA dengan model discovery peserta didik lebih

aktif, kreatif dan cepat memahami konsep. Contoh Peserta didik mempelajari

besaran ditunjukkan alat dan cara menggunakannya ini merupakan aktivitas

yang dilakukan di dalam ruangan. Peserta didik juga aktif di luar ruang seperti di

taman sekolah”.

(P) :”Bagaimana ketuntasan hasil belajar di SD 2 Karangbener Bae Kudus ini”?

(ES) :“Presentase ketuntasan belajar peserta didik mengalami peningkatan. Nilai

KKM yang ditentukan oleh pihak sekolah mampu dicapai oleh peserta didik”.

(P) : “Bagaimana Penilaian hasil pembelajaran yang guru lakuakan?"

(ES) : “Dalam penilaian memang sangat baik jika dilakukan secara menyeluruh.

Namun sebagian besar guru melupakan aspek penilaian proses. Yang difokuskan

pada guru adalah hasil belajar peserta didik. Guru kadang lupa bahwa hasil yang

baik dipengaruhi oleh proses yang baik pula”.Proses dilaksanakan saat proses

pembelajaran berlangsung. Penilaian proses merupakan penilaian yang menitik

beratkan sasaran penilaian pada tingkat efektifitas kegiatan belajar mengajar

dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Penilaian proses belajar mengajar

menyangkut penilaian terhadap kegiatan guru, kegiatan peserta didik, pola

interaksi guru-peserta didik dan keterlaksanaan proses belajar mengajar,

sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka panjang dan

hasil belajar jangka pendek”.

(P) : “Aspek apa saja yang di nilai guru dalam pembelajaran IPA?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

87

(ES) :“Aspek penilaian pembelajaran IPA meliputi aspek kognitif, afektif, dan juga

psikomotorik”.

(P) :“Bagaimana tindak lanjut yang Ibu kepala lakuakan terkait model pembelajaran

yang dilakuakan oleh guru di SD 2 Karangbener Bae Kudus”?

(ES) :“Setiap tengah semester Saya meminta buku laporan perkembangan

kemampuan peserta didik kepada masing-masing guru. Diawal tahun ajaran

baru, saya sudah meminta guru untuk disiplin administrasi sehingga ketika saya

meminta data mengenai peserta didik guru tidak kebingungan

mempersiapkannya. Data hasil penilaian kemampuan peserta didik itu dibuat

secara lengkap baik dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Orang tua

peserta didik juga akan memperoleh informasi mengenai hasil belajar putra-

putrinya. Pihak sekolah juga akan melakukan tindakan jika hasil belajar peserta

didik masih belum baik”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

88

Lampiran 2. Catatan Lapangan dengan Guru

CATATAN LAPANGAN

WAWANCARA

NO. 2

No Catatan : 2

Jenis : Wawancara

Hari/Tanggal : Sabtu, 14 Februari 2015

Waktu : 10.00-10.30 WIB

Tempat : Ruang Guru SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.

Pengamat : Nurwati (P)

Subjek : Anifah, S.Pd, selaku Guru Kelas V (AF)

Topik : Konsep pembelajaran model discoverypada

pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus.

(P) :“Bagaimana konsep model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”

(AF) :“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang mengkaitkan dengan

pengalaman langsung yang ditemui oleh peserta didik,agar peserta didik lebih

cepat memahami secara nyata dan lebih menarik untuk belajar, sebagai contoh

arti mencair dan penguapan. Saya menggunakan media es lalu didinginkan agar

mencair dan air tersebut saya panaskan lalu menguap. Selain itu pada saat

pembelajaran ekosistem, saya mengajak peserta didik keluar kelas untuk melihat

kolam yang ada didepan kelas untuk mengetahui ekosistem apa yang ada

didalamnya”.

(P) :“Apakah Penerapan Model discoverypada pembelajarandi SD 2 Karangbener

Kecamatan Bae Kabupaten Kudus selalu dilakukan di dalam kelas atau di luar

kelas?”

(AF) :“Pembelajaran IPA dengan model discovery memang bisa diadakan diluar

kelas, membuat peserta didik senang dan tidak jemu dengan suasana kelas,

sebagai contoh pada saat materi makhluk hidup saya ajak siswa keluar kelas lalu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

89

dibentuk kelompok yang terdiri dari 5/7 peserta didik untuk menyebutkan 10

macam makhluk hidup dan benda tak hidup dihalaman sekolah. Hal ini membuat

siswa lebih kreatif dan mempermudah penghafalan secara langsung kemudian

dari makhluk yang ditemukannya tersebut siswa diharapkan untuk mengamati

anatomi tubuh makhluk hidup yang diperolehnya tersebut”.

(P) :”Bagaimana persiapan guru dalam penerapan pembelajaran model discoverydi

SD 2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”

(AF) :“Hal yang disiapkan dalam pembelajaran dengan model discovery adalah

penyusunan RPPdan Silabus. Isi dari RPP ini berbeda pada umumnya. RPP

dengan model discovery lebih detail. Yang membedakan RPP pembelajaran

model discovery dengan RPP lainnya adalah isi dari RPP pembelajaran model

discovery lebih difokuskan pada pengalaman langsung peserta didik agar

menemukan pengalaman belajarnya sendiri dengan mengaitkan materi dengan

kehidupan nyata. Kami menyusun RPP dengan komponen yang lengkap seperti

media yang digunakan, sumber belajar yang digunakan, dan juga model

pembelajaran.”

(P) :”Bagaimana penerapan pembelajaran model discovery yang ibu terapkan di SD

2 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”

(AF) :“Saya biasa menggunakan model pembelajaran ini pada mata pelajaran IPA,

sebenarnya tidak hanya pada mata pelajaran ini saja, banyak hal yang bisa saya

kaitkan dengan kehidupan nyata misalnya pada alat penafasan ikan atau katak

kadang saya bawa anak pada kolam ikan lalu menjelaskan tentang hidupnya

diair dan sistem pernafasannya bagaimana”.

(P) :”Bagaimana cara ibu mengkondusifkan suasana kelas dengan pembelajaran

model discovery ?”

(AF) :“Peserta didik dibuat kelompok 4 hingga 5 peserta didik dalam satu kelompok.

Kelompok-kelompok ini nantinya akan diberikan materi objek akhir yang akan

didiskusikan dan dibuat laporan diskusinya. Laporan diskusi yang berhasil

disusun akan dipresentasikan di depan kelas”.

(P) :”Bagaimana ibu melakukan refleksi atas pembelajaran yang ibu berikan kepada

anak-anak?”

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

90

(AF) :“Kegiatan refleksi dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan atau

tertulis”.

(P) :“Menurut ibu, bagaimana efek dari model pembelajaran discovery yang ibu

terapkan dalam pembelajaran IPA”?

(AF) :“Kita mudah faham jika belajar tidak hanya teori yang disampaikan guru, tetapi

pada saat pembelajaran praktek baik didalam kelas maupun diluar kelas

membuat kita lebih mengenal langsung dan faham terhadap materi yang

disampaikan misalnya bahwa ciri makhluk hidup itu berkembang, maka pada

saat praktek diluar kelas kita adakan penanaman biji akan tumbuh menjadi

kecambah, kemudian menjadi tanaman kecil. Jika tanaman tersebut kami siram

setiap hari, maka akan tumbuh menjadi tanaman yang besar. Sedangkan pada

saat praktek di dalam kelas misalnya ciri makhluk hidup yang beradaptasi,

misalnya saja guru menampilkan video tentang bunglon. bunglon mengubah

warna kulitnya sesuai dengan lingkungannya agar keberadaannya tidak diketahui

pemangsanya”.

(P) :“Bagaimana hasil dari penerapan model pembelajaran discovery dalam

pembelajaran IPA:?

(AF) :“Saya suka memberikan tugas kepada peserta didik saya untuk mencari

gambar–gambar tentang materi yang saya sampaikan lalu nanti kita diskusikan

bersama misalnya carilah gambar tentang siklus metamorphosis pada hewan

nanti tempel dimading IPA ya…mereka sangat antusias”

(P) :“Bagaimana penilaian hasil belajar yang ibu lakuakan pada model pembelajaran

discovery”?

(AF) :“Kegiatan penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery

ditekankan pada penilaian proses atau sering disebut dengan penilaian autentik,

jadi tidak hanya dengan hasil belajar saja tetapi pada saat pembelajaran

berlangsung kreativitas dan keaktifan siswa kami nilai. Pengalaman siswa pada

kehidupan sehari-hari dapat bermanfaat bagi peserta didik, menghargai seluruh

kompetensi peserta didik dengan penilaian autentik, jadi penilaian tidak hanya

dari hasil tes yang saya berikan tetapi dari aktifitas peserta didik dan

kreativitasnya juga kami nilai”. Selaian itu, pada saat pembelajaran biasanya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

91

saya melakukan kegiatan evaluasi. Misalnya saja penilaian penggunaan

mikroskop diambil pada saat anak menggunakan mikroskop”.

(P) :“Selain hal tersebut tadi, adakahl hal lain yang ibu lakukan dalam kegiatan

penialaian”?

(AF) :“Kegiatan penilaian dilakukan secara menyeluruh. Selain melakukan kegiatan

ujian atau kegiatan tes tertulis banyak hal yang dapat dievaluasi selama proses

pembelajaran yang disesuaikan dengan materi dan tujuan yang akan dicapai.

Evaluasi tersebut misalnya saja penilaian kinerja (performance), penilaian

penugasan (proyek atau project), penilaian hasil kerja (produk atau peoduct),

penilaian tertulis (paper dan pen), penilaian portopolio (portfolio), Checklist,

dan penilaian sikap”.

(P) :“Bagaiamana cara ibu melakukan Evaluasi dalam pembelajaran IPA ?

(AF) :“Cara melakukan kegiatan evaluasi dalam pembelajaran IPA dengan model

discovery meliputi proyek, laporan kegiatan/eksperimen, PR, Kuis, karya peserta

didik, presentasi, dan juga hasil tes tertulis”.

(P) :“Soal yang bagaiaman yang ibu berikan kepada peserta didik ibu”?

(AF) :“Ya, soal yang akan dikerjakan oleh peserta didik adalah soal yang berkaitan

dengan dunia nyata. Misalnya saja peserta didik diminta untuk mencari artikel

jenis makhluk hidup darat, air dan udara dan lain sebagainya. Artikel yang

disusun peserta didik tersebut dapat diambil dari berbagai sumber seperti dari

internet, majalah, Koran dan lain sebagainya”.

(P) :“Bagaimana tindak lanjut yang ibu lakuakan setelah mendapatkan hasil belajar

siswa?

(AF) :“Tindak lanjut dari hasil evaluasi ada dua cara yaitu tindak lanjut jika hasilnya

belum baik dan tindak lanjut jika hasilnya sudah baik. Untuk tindak lanjut hasil

evaluasi yang kurang baik adalah diadakannya kegiatan remedial mengingat

nilai peserta didik belum mencapai KKM. Berbeda dengan tindak lanjut untuk

hasil belajar yang sudah baik yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan

pengayaan”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

92

CATATAN LAPANGAN

WAWANCARA

NO. 3

No Catatan : 3

Jenis : Wawancara

Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Februari 2015

Waktu : 10.30-11.00 WIB.

Tempat : Ruang Guru SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.

Pengamat : Nurwati (P)

Subjek : Herlina Rustianti, S.Pd, selaku Guru Kelas VI. (HR)

Topik :Konsep pembelajaran model discoverypada

pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus.

(P) :”Bagaimana konsep pembelajaran model discovery yang ibu terapkan di SD 2

Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus?”

(HR) :”Pembelajaran model discovery adalah metode pembelajaran yang di mana

murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir, jika

dalam hal ini adalah IPA, saya sering menerapkannya pada proses pembelajaran

karena hal ini dilakukan karena membuat siswa kreatif dan suasana kelas

menjadi hidup karena peserta didik dituntut untuk aktif dan inovatif”.

(P) : “Apa komponen-komponen dalam pembelajaran model discovery?”

(HR) :“Kalau berbicara tentang komponen pembelajaran model discovery sesuai

dengan kurikulum yang kita buat sebelumnya, banyak cara untuk

mewujudkannya, sama seperti yang dilakukandengan peserta didik

mendemonstrasikan berarti itu sudah merupakan pusat perhatian dari peserta

didik itu sendiri dan bukan lagi guru. Selain itu juga bisa dengan melibatkan

langsung pada proses pembelajaran misalnya kegiatan praktek penguapan dan

pencairan serta pemuaian”.

(P) :”Bagaimana Penilaian hasil belajar yang ibu lakuakan di kelas VI”?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

93

(HR) :“Sistem penilaian dalam pembelajaran IPA dengan model discovery dilakukan

tentu saja selama proses kegiatan pembelajaran. Namun diakhir kegiatan

pembelajaran Saya juga melakukan kegiatan evaluasi baik evaluasi formatif

maupun sumatif. Evaluasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung dan setelah

selesai membahas satu atau beberapa KD. Misalnya saja saat melakukan

percobaan peserta didik diamati perilaku atau cara kerjanya dan setelah satu KD

dilakukan evaluasi tertulis”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

94

Lampiran 3. Catatan Lapangan dengan Siswa

CATATAN LAPANGAN

WAWANCARA

NO. 4

No Catatan : 4

Jenis : Wawancara

Hari/Tanggal : Senin, 23 Februari 2015

Waktu : 09.00 – 09.30 WIB

Tempat : di SD 2 Karangbener Bae Kabupaten Kudus.

Pengamat : Nurwati (P)

Subjek : Vika Adela (VA), Putri Anisa Rahmawati (AR), Eky

Prasetyo (EP), selaku siswa-siswi di SD 2 Karangbener.

Topik : Konsep pembelajaran model discoverypada

pembelajarandi SD 2 Karangbener Kecamatan Bae

Kabupaten Kudus.

(P) :“Apakh ibu guru pernah melakukan praktek-praktek dalam pembelajaran?”

(VA) :“Iya...bu guru sering mengadakan praktek diluar,kita lebih senang dan lebih

cepat faham”.

(P) :“Apa yang biasanya dilakuakan guru dalam kegiatan pembelajaran di kelas?”

(AR) : “Ibu guru biasanya memberikan pertanyaan kepada kami, baik pada saat

memulai pelajaran ataupun saat selesai penyampaian materi yang diberikan,

misalnya pada saat materi fotosintesis, Ibu guru bertanya tentang proses

fotosintesis bagaimana? Ciri-ciri tanaman yang melakukan fotosintesis apa? Jika

tidak ada peserta didik yang menjawab guru mengambil kesimpulan bahwa

murid belum paham dan akan mengulang menjelaskan materi”.

(VA) : “Ibu guru selalu memberikan pertanyaan pada saat mengajar, olehkarena itu

saya harus belajar giat supaya dapat menjawab pertanyaannya. Kata ibu guru

jika kami aktif menjawab dan benar maka nilainya nanti akan bagus.”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

95

(EP) : “Guru kami memberikan kesempatan kepada kami untuk menampilkan

beberapa video/LCD misalnya saja cara menggunakan alat mikrosof, . Dari hal

tersebut kami jadi lebih paham terhadap materi yang kami pelajari tersebut.

Kadang guru mendemonstrasikan penggunaan alat-alat tersebut”.

(P) :“Sebelum pelajaran berakhir, apa yang biasanya dilakukan oleh ibu guru”?

(AR) :“Pada akhir kegiatan pembelajaran ibu guru sering memberikan kesempatan

kami untuk berpikir dan meminta kami untuk mengambil kesimpulan dari

kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan”.

(P) :“Menurut kalian, bagaiamana model pembelajaran IPA yang diterapkan ibu

guru di kelas”?

(EP) : “Belajar IPA dengan menggunakan model discovery seperti penggunaan

kehidupan nyata sebagai gambaran penyampaian materi lebih menyenangkan

dan kami lebih faham karena kami tidak perlu susah payah menghafal tetapi

kami bisa memahaminya secara langsung dan menemui pemahaman langsung

dari pengalaman langsung yang kami alami sendiri”.

(VA) :“Pembelajaran dengan model discovery menjadikan pembelajaran menjadi

menyenangkan, bervariasi mudah dipahami karena berkaitan dengan kehidupan

nyata dan pengalaman kami langsung”.

(P) :“Selain memberika pertanyaan, apa yang biasa ibu guru lakuka dalam kegiatan

pembelajaran IPA”?

(EP) :“Ibu Anifah sering meminta kita buat kelompok diskusi, kemarin pernah

memberikan materi diskusi tentang alat penafasan pada hewan diberikan

beberapa contoh nama-nama hewan dan suruh mencocokkan hidupnya dimana

dan alat pernafasannya apa, heheheh….seru sekali, kita senang saat

pembelajaran kelompok begini”.

(P) :”Bagaimana hasil belajar kalian,dalam pelajaran IPA yang di berikan ibu

guru”?

(AR) : “Hasil belajar IPA Saya mengalami peningkatan. Hal ini sebagai dampak dari

pemahaman dan aktivitas saya yang meningkatkan dalam pembelajaran IPA

dengan model discovery. Sebelumnya hasil belajar saya hanya mampu mencapai

nilai 6.9 saja. Namun dengan adanya pembelajaran model discoverysehingga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

96

dapat meningkatkan motivasi belajar saya hasil belajar saya mengalami

peningkatan di ulangan harian berikutnya yaitu menjadi 7.5”.

(VA) :“Kegiatan yang memberikan suasana pembelajaran yang berbeda,

menyenangkan, tidak bikin ngantuk adalah pembelajaran IPA dengan model

discovery dimana peserta didik diajak ke lingkungan nyata atau diberikan benda

nyata ketika melakukan kegiatan pratikum. Semua aktivitas-aktivitas tersebut

membuat saya mengerti dan paham akan materi IPA yang membuat hasil belajar

saya mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Sebelumnya hasil belajar

saya hanya hanya mencapai nilai 6,5 dan belum mencapai nilai KKM yang

ditentukan yaitu 7. Setelah suasana pembelajaran menjadi menyenangkan hasil

belajar saya meningkat menjadi 8”.

(P) : “Bagaimana penilaian yang Ibu guru lakuakan dalam pembelajaran “?

(AR) : “Saya senang setiap maju presentasi atau memimpin kelompokku dalam

diskusi, ibu guru selalu menilai tampilan kami, jadi kita pada semangat unjuk

kebolehan masing masing”.

(P) :”Bagaiaman cara ibu guru kalian melakuakan penialaian terhadap belajar

kalian?”

(EP) :“Banyak yang dilakukan guru dalam melakukan penilaian ada yang berupa tes

tertulis, praktik, dan juga pemberian tugas. Untuk penilaian yang berupa tes

tertulis dapat berbentuk uraian seperti memberikan pertanyaan “Apa ciri-ciri

hewan kelompok antropoda?” serta berbentuk objektif. Untuk tes praktik atas

eksperimen biasanya dilakukan dilaboratorium misalnya saja melakukan uji

makanan dan juga proses fotosintesis. Sedangkan untuk pemberian tugas

biasanya dikaitkan dengan kehidupan nyata misalnya saja mengamati gerak pada

tumbuhan langsung”.

(P) :“Soal seperti apa yang diberikan Ibu guru kepada kalian?”

(VA) :“Soal-soal yang diberikan guru berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga

saya bisa membayangkan apa yang dimaksud dengan soal tersebut. misalnya

saja soal sebutkan ciri-ciri makhluk hidup, saya langsung membayangkan hewan

dan tumbuhan bahwa kedua makluk ini melakukan gerakan dan juga

berkembang biak. Kadang guru kami juga meminta untuk melakukan

pengamatan atau observasi secara langsung misalnya saja diminta untuk melihat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

97

sawah dan meminta kami untuk menuliskan rantai makanan yang terdapat di

sawah”.

(P) :“Bagaimana tindak lanjut guru kalian, setelah mengetahui nilai hasil belajar

kalian ?

(EP) :“Guru kami melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Remedial untuk

peserta didik yang belum tuntas dan pengayaan dilaksanakan bila materi sudah

selesai sebelum materi berikutnya”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

98

Lampiran 4.

PERANGKAT PEMBELAJARAN PEMETAAN STANDAR KOMPETENSI DAN

KOMPETENSI DASAR

Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(IPA)

Kelas V (5) Semester 2

Tahun Pelajaran : 2013 -2014

Nama Sekolah : SD 2 Karangbener Kudus

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Program : V

Semester : 2 (dua)

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar KKM

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Alokasi

Waktu

5. Memahami

hubungan antara

gaya, gerak, dan

energi, serta

fungsinya

5.1. Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)

o Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis.

o Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan.

o Memberi contoh penggunaan gaya magnet dalam kehidupan sehari-hari.

o Membuat magnet.

o Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.

o Memprediksi seandainya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

99

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar KKM

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Alokasi

Waktu

tidak ada gaya gravitasi di bumi.

o Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus).

o Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya gesekan.

o Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari.

5.2. Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

o Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.

o Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.

o Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.

o Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.

6. Menerapkan sifat-

sifat cahaya

melalui kegiatan

membuat suatu

karya/model

6.1. Mendeskripsi-kan

sifat-sifat cahaya

o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).

o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau cekung).

o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

100

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar KKM

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Alokasi

Waktu

cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.

o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.

o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya.

o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana.

o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai.

o Menggunakan bahan/benda yang sesuai.

o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan.

o Menguji cara kerja model yang dibuat.

o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik.

o Menerapkan prinsip keselamatan kerja.

7. Memahami

perubahan yang

terjadi di alam dan

hubungannya

dengan

penggunaan

sumber daya alam

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

7.2 Mengidentifikasi o Mengidentifikasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 116: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

101

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar KKM

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Alokasi

Waktu

jenis-jenis tanah

komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *)

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

o Menjelaskan pentingnya air.

o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar.

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi daur air.

o Melakukan pembiasaan cara menghemat air.

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

o Membuat suatu laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus.

o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan.

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi

o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 117: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

102

Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar KKM

Indikator Pencapaian

Kompetensi

Alokasi

Waktu

(pertanian, perkotaan, dsb)

JUMLAH

Mengetahui,

Kepala SD 2 Karangbener

Eny Sri Kuswati, S.Pd

NIP. 19640524 198405 2 002

Kudus, ........................... 2014

Guru Kelas V

Anifah, S,Pd

NIP. 19630315 198304 2 007

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 118: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

103

Lampiran 5.

SILABUS PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SD 2 Karangbener Kudus

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Program : V

Semester : 2 (dua)

Standar Kompetensi : 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian

Materi Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)

Energi dan

Perubahannya

A. Gaya magnet (Hlm.102)

B. Gaya gravitasi (Hlm.114)

o Memahami peta konsep tentang gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan

o Memahami istilah magnet

o Melakukan kegiatan 5.1 s.d 5.12

o Mengerjakan tugas 5.1 s.d 5.2

o Menyebutkan beberapa kegunaan

o Mengelompokkan benda-benda yang bersifat magnetis dan yang tidak magnetis.

o Menunjukkan kekuatan gaya magnet dalam menembus beberapa benda melalui percobaan.

o Memberi contoh penggunaan gaya

Tugas

Individu

dan

Kelompok

Laporan dan

unjuk kerja

Uraian

Objektif

Kegiatan 5.1

Hlm.102

Tugas 5.1

Hlm.104

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

- Magnet, peniti, paku payung, klip

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 119: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

104

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian

Materi Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

C. Gaya gesekan (Hlm.116)

dari magnet - Pengunci

kotak pensil

- Kompas - Dinamo

- Alat pengangkut benda dari besi

o Memahami cara pembutan magnet dengan cara : - Induksi - Gosokan - Aliran listrik

o Memahami gerak jatuh berbagai benda akibat pegaruh gaya gravitasi

o Memahami apa yang terjadi jika tidak ada gaya gravitasi - Segala benda di

Bumi menjadi kacau

- Setiap benda tidak lagi memiliki berat

- Benda akan bertubrukan dan

magnet dalam kehidupan sehari-hari.

o Membuat magnet.

o Menyimpulkan bahwa gaya gravitasi menyebabkan benda bergerak ke bawah.

o Memprediksi seandainya tidak ada gaya gravitasi di bumi.

o Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda-beda (kasar, halus).

o Menjelaskan berbagai cara memperkecil atau memperbesar gaya

Kegiatan 5.2

Hlm.104

Kegiatan 5.3

Hlm.105

Kegiatan 5.4

Hlm.106

Kegiatan 5.5

Hlm.107

Kegiatan 5.6

kertas, kertas, karet saputangan, penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, selembar karton, mika, kardus, pensil, benang tipis, penggaris

- Peniti, paku payung, klip kertas, saputangan, kertas, karet penghapus, pensil, uang logam, batu kerikil, kelereng.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 120: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

105

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian

Materi Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

terlempar dari permukaan Bumi

o Memahami bahwa ada gaya lain selain gaya gravitasi yaitru gaya gesek yang mempengaruhi gerak benda.

o Memahami definisi gaya gesek yaitu hambatan yang terjadi ketika dua permukan saling bersentuhan,.

o Menyebutkan kegunaan dari gaya gesek - Membantu benda

bergerak tanpa tergelincir

- Untuk menghentikan benda yang sedang bergerak

- Menahan benda-benda agar tidak bergeser.

gesekan.

o Menjelaskan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesekan dalam kehidupan sehari-hari.

Hlm.108

Kegiatan 5.7

Hlm.109

Tugas 5.2

Hlm.111

Kegiatan 5.8

Hlm.112

Kegiatan 5.9

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 121: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

106

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian

Materi Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

o Menyebutkan benda yang dapat memperbesar gaya gesekan : - Bahan karet - Paku-paku atau

pul o Menyebutkan

kerugian yang ditimbulkan oleh gaya gesek - Menghambat

gesekan - Memboroskan

energi - Mengikis

permukaan yang bergesekan

o Mampu mengatasi kerugian akibat gaya gesekan - Memasang roda - Memasang

bantalan peluru - Menghaluskan

permukaan benda

- Menghambat gerakan

Hlm.112

Kegiatan 5.10

Hlm.113

Tugas 5.3

Hlm.114

Kegiatan 5.11

Hlm.115

Kegiatan 5.12

Hlm.116

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 122: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

107

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian

Materi Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

- Mengikis permukaan yang bergesekan

- Memboroskan energi untuk mengatsi gaya gesekan

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat

Energi dan

Perubahannya

A. Pesawat sederhana (Hlm.120)

B. Jenis-jenis pesawat sederhana (Hlm.120)

o Memahami peta konsep tentang pesawat sederhana

o Melakukan kegiatan 5.13 s.d 5.16

o Memahami tujuan penggunaan pesawat sederhana - melipatgandakan

gaya atau kemampuan kita

- mengubah arah gaya yang kita lakukan

- menempujh jarak

o Mengidentifikasi berbagai jenis pesawat sederhana misal pengungkit, bidang miring, katrol dan roda.

o Menggolongkan berbagai alat rumah tangga sebagai pengungkit, bidang miring, katrol, dan roda.

Tugas

Individu

dan

Kelompok

Laporan

Uraian

Objektif

Kegiatan 5.13

Hlm.121

Kegiatan 5.14

Hlm.122

Kegiatan 5.15

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

- Kaleng cat yang tertutup, obeng pipih, sendok.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 123: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

108

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian

Materi Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

yang lebih jauh atau memperbesar kecepatan

o Menyebutkan jenis pesawat sederhana - Tuas

(pengukit) - Bidang

miring

- Katrol - Roda

o Memahami pengertian - Tuas

(pengukit) - Bidang

miring

- Katrol - Roda

o Memahami tuas gologan pertama, kedua, ketiga dan memberikan contohnya

o Menyebutkan keuntungan menggunak pesawat sederhana

o Menyebutkan bidang miring

o Mengidentifikasi kegiatan yang menggunakan pesawat sederhana.

o Mendemonstrasikan cara menggunakan pesawat sederhana.

Hlm.123

Tugas 5.4

Hlm.124

Kegiatan 5.16

Hlm.126

Tugas 5.5

Hlm.129

Uji

Kompetensi

Hlm.131

- Dua buah sawo mentah, alat pemecah buah, sapu lidi dengan gagang kayu

- Meja, sebilah papan 1mx10cm, mobil mainan, karet gelang, 10 buah kelereng.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 124: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

109

Kompetensi Dasar Materi Pokok dan Uraian

Materi Pengalaman

Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

- Kapak - Pisau - Linggi

s

- Obeng - Paku

ulir - Sekrup

o Menyebutkan jenis katrol - Katrol tetap - Katrol bebas

- Katrol majemuk

o Menyebutkan penggunaan katrol dan roda

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility )

Dan Ketelitian ( carefulness)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 125: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

110

SILABUS PEMBELAJARAN

Nama Sekolah : SD 2 Karangbener Kudus

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Program : V

Semester : 2 (dua)

Standar Kompetensi : 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

6.1 Mendeskripsi-

kansifat-sifat

cahaya

Cahaya Dan Sifat-

Sifatnya

A. Sifat cahaya (Hlm.141)

B. Antara cahaya dan penglihatan saling berhubungan.

o Memahami peta konsep tentang cahaya

o Melakukan kegiatan 6.1 s.d 6.9

o Menyebutkan sifat cahaya : - cahaya merambat lurus - cahaya menembus benda

bening - cahaya dapat dipantulkan. - cahaya dapat dibiaskan - cahaya putih terdiri dari

berbagai warna o Memahami sifat cermin

datar, cermin cekung dan

o Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).

o Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cembung atau

Tugas

Individu

dan

Kelompok

Laporan dan

unjuk kerja

Uraian

Objektif

Kegiatan 6.1

Hlm.142

Kegiatan 6.2

Hlm.143

Kegiatan 6.3

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

- Karton tebal, tiga kayu, gunting, pelubang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 126: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

111

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

(Hlm.150)

cermin cembung. o Memahami bayangan yang

terjadi pada cermin datar, cermin cekung, cermin cembung.

o Memahami istilah dari pemantulkan teratur, bayangan semu, bayangan nyata, pembiasan, medium, garis normal, spektrum.

o Menyebutkan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

o Memahami bahwa benda terlihat oleh mata karena benda memantulkan cahaya

o Memahami bahwa mata tidak dapat melihat benda yang sangat kecil.

o Mengetahui cara menjaga mata agar tidak rusak - Membaca di tempat

cekung).

o Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.

o Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.

o Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

Hlm.144

Kegiatan 6.4

Hlm.144

Kegiatan 6.5

Hlm.145

Kegiatan 6.6

Hlm.146

lampu senter, gelas bening, gelas berwarna, kaleng, batu, karton, triplek, plastik bening, botol bening, air jernih dan berlumpur

- Senter, cermin datar, kertas hitam, sendok makan, pulpen, pensil, mangkuk bening,baskom, selembar kertas putih.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 127: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

112

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

terang - Tidak memandang

langsung sumber cahaya yang menyilaukan.

o Mengetahui cacat mata - Rabun

jauh - Rabun

dekat

- Cacat mata tua

o Menyebutkan alat-alat optik yang lain

- Kaca pembesar

- Kamera - Mikroskop

- Teropong

- Periskop - Overhea

d proyektor

o

Kegiatan 6.7

Hlm.147

Kegiatan 6.8

Hlm.147

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 128: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

113

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

Kegiatan 6.9

Hlm.149

6.2 Membuat suatu

karya/model,

misalnya

periskop atau

lensa dari bahan

sederhana

dengan

menerapkan

sifat-sifat

cahaya.

Cahaya Dan Sifat-

Sifatnya

C. Karya berteknologi sederhana (hlm.155)

o Membuat kaca pembesar dari air (hlm.155)

o Membuat kaca pembesar dari bohlam (hlm.155)

o Membuat kamera lubang jarum (hlm.156)

o Membuat spektrum cahaya (hlm.157)

o Menentukan model yang akan dibuat dengan menerapkan sifat-sifat cahaya, misal periskop, atau lensa sederhana.

o Memilih dan menentukan berbagai alat/bahan yang sesuai.

Tugas

Individu

dan

Kelompok

Laporan

Uraian

Objektif

Membuat

kaca

pembesar

dari

- Air - Bohlam

Membuat

kamera

lubang jarum

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

- Plastik, rantang, panci besar, air, garam dapur, bongkahan es

- Kertas karton,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 129: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

114

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

Cahaya Dan Sifat-

Sifatnya

C. Karya berteknologi sederhana

o Membuat kaleidoskop (hlm.157)

o Membuat cakram warna (hlm.158)

o Membuat periskop (hlm.159)

o Menggunakan bahan/benda yang sesuai.

o Membuat karya/model yang sesuai dengan rancangan.

o Menguji cara kerja model yang dibuat.

o Memodifikasi hasil rancangan untuk menghasilkan karya/model yang terbaik.

o Menerapkan prinsip keselamatan kerja.

Membuat

spektrum

cahaya

Membuat

cakram

warna

Membuat

periskop

pelubang kertas, kotak kecil, segelas air putih, sendok kecil, kertas koran.

- Bohlam bekas, obeng, olastik, karet gelang, air jernih, kertas koran

- Kaleng susu bekas tanpa penutup, karet gelang, kertas kalkir, paku, palu besi

- Kertas karton putih, gelas bening, kertas karton berwarna gelap, senter

- Kotak bekas pasta gigi, kertas potongan kertas beraneka warna, karton,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 130: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

115

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrumen

gunting, lem, dan penggaris,

- Karton warna putih, benang kelos dua utas, cat air warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu, gunting, penggaris, kuas, jangka.

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility )

Dan Ketelitian ( carefulness)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 131: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

116

SILABUS PEMBELAJARAN

Nama Sekolah :SD 2 Karangbener Kudus

Mata Pelajaran : IPA

Kelas/Program : V

Semester : 2 (dua)

Standar Kompetensi : 7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan

Bumi dan Alam

Semesta

A. Proses pembentukan tanah. (Hlm.171)

o Memahami apa itu pelapukan

o Mengetahui jenis pelapukan dan memahami prosesnya - Pelapukan fisika - Pelapukan kimia - Pelapukan biologi

o Menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.

Tugas

Individu

Uraian

Objektif

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 132: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

117

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

o Menyebutka jenis tanah berdasarkan komposisi penyusunnya - Tanah berpasir - Tanah berhumus - Tanah liat - Tanah berkapur

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah

Bumi dan Alam

Semesta

B. Proses pembentukan tanah. (Hlm.171)

o Mengetahui jenis batuan berdasarkan cara pembentukkannya - Batuan beku - Batuan sedimen - Batuan metamorf

o Memahami pembentukan batuan beku dan mengetahui contohnya :

- Batu apung - Batu obsidian - Batu granit - Batu basal

o Mengidentifikasi komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya : berpasir, tanah liat, humus.

Tugas

Individu

Uraian

Objektif

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 133: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

118

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

o Memahami pembentukan batuan sedimen dan mengetahui contohnya : - Konglomerat - Batu pasir Batuh serpih - Batu gamping - Breksi

o Memahami pembentukan batuan metamorf dan mengetahui contohnya : - Batu pualam - Batu sabak

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi

Bumi dan Alam

Semesta

A. Mengenal Struktur Bumi. (Hlm.170)

o Memahami peta konsep bumi

o Mengetahui lapisan-lapisan pada bumi - Lapisan Atmosfer - Lapisan Kerak Bumi - Lapisan Mantel Bumi

o Menggambarkan secara sederhana lapisan-lapisan bumi (lapisan inti, lapisan luar dan kerak). *)

Tugas

Individu

Uraian

Objektif

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 134: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

119

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

- Lapisan Inti Bumi Luar - Lapisan Inti Bumi Dalam

o Memahami fungsi dari lapisan atmosfer

o Mengetahui bahwa lapisan atmosfer tersusun dari lapisan - Lapisan Troposfer - Lapisan Stratosfer - Lapisan Mesosfer - Lapisan Termosfer

o Mengetahui unsur pembentukan - Lapisan Mantel bumi

terbentuk dari mineral silikat

- Lapisan Inti bumi luar terbentuk dari besi, nikel dan zat lain.

- Lapisan inti bumi terbentuk dari besi dan nikel padat.

Alat:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 135: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

120

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang dapat mempengaruhinya

Bumi dan Alam

Semesta

B. Daur Air. (Hlm.178)

o Memahami peta konsep tentang air

o Menyebutkan kegunaan air - Minuman - Pembersih - Sarana olahraga

o Memahami daur air

o Mengambar skema daur air

o Menjelaskan pentingnya air.

o Menggambarkan proses daur air dengan menggunakan diagram atau gambar.

Tugas

Individu

Uraian

Objektif

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan

Bumi dan Alam

o Memahami peta konsep tentang air

o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat

Uraian

Sumber:

Buku SAINS SD

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 136: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

121

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

air

Semesta

C. Daur Air. (Hlm.178)

o Memahami kegiatan manusia terhadap daur air

o Menyebutkan kerusakan akibat kegiatan manusia - hujan asam - air limbah

o Memahami bahwa air tidak akan habis karena adanya daur air

o Memahami bahwa persediaan air bersih semakin berkurang.

o Menyebutkan cara menghemat air. (Hlm.182)

mempengaruhi daur air.

o Melakukan pembiasaan cara menghemat air.

Objektif

Kelas V

Alat:

7.6 Mengidentifik

Bumi dan Alam

o Memahami bahwa peritiwa

o Membuat suatu

Uraian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 137: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

122

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

asi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungan

Semesta

C. Peristiwa Alam di Indonesia (Hlm. 182)

D. Sumber daya Alam yang tidak dapat diperbaharui dan yang dapat diperbaharui. (Hlm.185)

alam ada yang dapat di cegah dan ada yang tidak dapat dicegah

o Menyebutkan aktivitas alam - Gempa bumi - Tsunami - Gunung meletus - Banjir - Tanah longsor - Topan badai

o Menyebutkan cara mencegah banjir dan menghemat sumber daya alam

o Menyebutkan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan yang dapat diperbarui

laporan berdasarkan hasil pengamatan atau pengalaman pribadi atau laporan surat kabar/media lainnya tentang peristiwa alam misalnya banjir, gempa bumi, gunung meletus.

o Menjelaskan dampak dari peristiwa alam terhadap kehidupan manusia, hewan dan lingkungan.

Objektif

Tugas 7.1

Hlm.185

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 138: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

123

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian, perkotaan, dsb)

Bumi dan Alam

Semesta

E. Cara menggunakan sumber daya alam. (Hlm.189)

o Memahami cara menggunakan sumber daya alam - Tumbuhan dan hewan

dipelihara dan dikembangbiakan

- Waduk untuk pengairan dan tambak untuk perikanan

- Bahan tambang dibuat tempat penambangan

o Memahami apa yang harus dilakukan manusia untuk menjaga kelestarian sumber daya alam. - Menghemat penggunaan

air dan listrik - Membuang sampah pada

tempat sampah - Menanami lingkungan

dengan tumbuhan

o Mengidentifikasi kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi.

Sumber:

Buku SAINS SD

Kelas V

Alat:

Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility )

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 139: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

124

Kompetensi

Dasar

Materi Pokok dan

Uraian Materi Pengalaman Belajar

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Penilaian

Alokasi

Waktu Sumber/

Bahan/ Alat Jenis

Tagihan

Bentuk

Instrumen

Contoh

Instrume

n

Dan Ketelitian ( carefulness)

Mengetahui,

Kepala SD 2 Karangbener

Eny Sri Kuswati, S.Pd

NIP. 19640524 198405 2 002

Kudus, ........................... 2014

Guru Kelas V

Anifah, S,Pd

NIP. 19630315 198304 2 007

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 140: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

125

Lampiran 6.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Satuan Pendidikan : SD N 2 Karangbener Bae Kudus

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam

Kelas / Semester : V ( Lima ) / II ( Dua)

Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran

STANDAR KOMPETENSI

Menerapkan sifat!sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model.

KOMPETENSI DASAR

Mendeskripsikan sifat!sifat cahaya.

INDIKATOR

Kognitif

a. Produk

Mendeskripsikan sifat!sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin

lengkung (cembung atau cekung ).

b. Proses

Mengidentifikasi sifat cahaya yang mengenai berbagai benda.

Afektif

a. Bekerjasama mengerjakan tugas kelompok

b. Menghargai pendapat teman dalam diskusi kelompok

Psikomotor

Mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kognitif

a. Produk

Dengan mengamati demontrasi sifat!sifat cahaya, siswa mampu

mendeskripsikan sifat!sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin

lengkung (cembung atau cekung ) dengan benar.

b. Proses

Dengan menggunakan media sifat!sifat cahaya, siswa dapat mengidentifikasi

sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna dan gelap)

dengan benar.

Afektif

Melalui diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dan menghargai pendapat teman.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 141: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

126

Psikomotor

Melalui percobaan, siswa dapat mendemonstrasikan sifat cahaya yang mengenai

berbagai benda (bening, berwarna dan gelap) dengan benar.

MATERI PEMBELAJARAN

Ilmu Pengetahuan Alam : Cahaya dan sifat!sifatnya.

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN :

Model : Discovery

Metode : Ceramah bervariasi, Diskusi, Pemberian Tugas, Eksperimen dan Pengalaman

Langsung

KEGIATAN PEMBELAJARAN

a. Kegiatan awal :

1. Guru mengucapkan salam dan berdoa bersama siswa.

2. Presensi/absen siswa

3. Siswa mempersiapkan alat pembelajaran

4. Siswa dikondisikan agar siswa siap mengikuti pelajaran dengan menanyakan

kesiapan belajar kepada siswa

5. Menyanyikan lagu anak yang berjudul pelangi.

6. Guru menanyakan kepada siswa, mengapa kita bisa melihat

benda?(konstruktivistik)

7. Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru.

8. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang kegiatan pembelajaran yang akan

dilaksanakan

b. Kegiatan Inti :

1. Siswa menerima penjelasan guru kemudian mengkaitkan pengetahuannya dengan

lingkungannya. Siswa memanfaatkan pengalamannya dalam kehidupan sehari!hari

tentang cahaya.

2. Siswa mencari contoh tentang sifat!sifat cahaya yang ada di lingkungan

sekitarnya.

3. Siswa mengungkapkan pemikirannya mengenai sifat!sifat cahaya yaitu cahaya dapat

merambat lurus dan menembus benda bening.

4. Guru melakukan demontrasi di depan kelas dibantu oleh siswa (pemodelan).

5. Siswa melakukan percobaan yang di depan kelas.

6. Tanya jawab materi yang belum dipahami mulai pertanyaan yang sederhana sampai

pertanyaan yang lebih komplek.

7. Siswa secara kelompok diskusi tentang sifat!sifat cahaya dapat merambat lurus dan

menembus benda bening.

8. siswa melakukan percobaan mengenai sifat!sifat cahaya yaitu cahaya merambat

lurus dan menembus benda bening.

9. Siswa melakukan percobaan mengikuti langkah!langkah sesuai lembar kerja siswa.

10. Setelah melakukan percobaan, siswa bersama kelompoknya berdiskusi dan

menyimpulkan sifat!sifat cahaya tersebut (masyarakat belajar).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 142: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

127

11. Berdasarkan percobaan yang dilakukkan siswa merumuskan masalah yang ditemuinya

(menemukan) mengenai sifat!sifat cahaya tersebut.

12. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) berdasarkan pendapat yang telah

disampaikan oleh setiap anggota kelompok.

13. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.(penilaian autentik)

14. Siswa mengungkapkan pemahamannya tentang materi sifat!sifat cahaya setelah

mengikuti kegiatan pembelajaran. (refleksi)

c. Kegiatan Akhir :

1) Siswa mendapat tugas rumah tentang peristiwa cahaya dapat dipantulkan

dan cahaya mengalami pembiasan.

SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN

Sumber :

Kurikulum kelas V SD

Panut, H. (2006). Dunia IPA 4A kelas 4 Sekolah Dasar Semester Pertama.

Jakarta: Yudisthira.

Media :

Gambar sifat cahaya merambat lurus.

Alat!alat percobaan sifat!sifat cahaya. Penilaian Kognitif

a. Penilaian produk

1) Teknik penilaian : tes pilihan ganda

2) Rubrik Penilaian :

Penilaian produk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 143: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

128

NA evaluasi : skor/35 x 100

b. Penilaian proses

1) Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)

2) Rubrik Penilaian : (terlampir)

No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score

1 2 3 4

1

Ketepatan menjawab pertanyaan

Keberanian mengungkapkan pendapat

Keberanian menjawab pertanyaan

2

Ketepatan menjawab pertanyaan

Keberanian mengungkapkan pendapat

Keberanian menjawab pertanyaan

NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100

2. Penilaian Afektif

a. Teknik Penilaian : non tes

b. Rubrik Penilaian :

No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score

1 2 3 4

1

Kerjasama

Menghormati pendapat teman

2

Kerjasama

Menghormati pendapat teman

NA pengamatan : skor yang diperoleh/8 x 100

3. Penilaian Psikomotor

a. Teknik Penilaian : non tes (pengamatan)

b. Rubrik Penilaian :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 144: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

129

No Nama Kelompok Aspek Penilaian Score

1 2 3 4

1

Ketepatan

Kerapian

Keberanian menjawab pertanyaan

2

Ketepatan

Kerapian

Keberanian menjawab pertanyaan

NA pengamatan : skor yang diperoleh/12 x 100

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kegiatan pembelajaran dikatakan berhasil jika 75% dari jumlah siswa

mendapatkan skor minimal 70.

Kudus,..........................2014

Mengetahui,

Kepala SD 2 Karangbener Bae Kudus Guru Kelas V

Eny Sru Kuswati, S.Pd Anifah, S.Pd

NIP. 19640524 198405 2 002 NIP.196303151983042007

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 145: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

130

LEMBAR KERJA SISWA 1

Nama Anggota Kelompok :

1.

2.

3.

4.

A. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke

C, dan A ke d berbentuk garis lurus atau berliku? Apa kesimpulanmu?

Jawaban :

B. Isilah tabel dibawah ini, setelah kalian melakukan percobaan bersama

kelompok!

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 146: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

131

KUNCI JAWABAN LEMBAR KERJA SISWA

A. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke

C, dan A ke d berbentuk garis lurus atau berliku? Apa kesimpulanmu? Jawaban :

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apakah lintasan dari titik A ke b, A ke

C, dan A ke d berbentuk garis lurus. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan

bahwa cahaya yang mengenai benda merambat lurus.

B

NO NAMA BENDA TEMBUS

CAHAYA

TIDAK

TEMBUS

CAHAYA

KETERANGAN

1 Gelas Bening V Benda Bening

2 Air Kopi V Benda Gelap

3 Air Bening V Benda Bening

4 Botol Plastik

Bening

V Benda Bening

5 Kertas Karton V Benda Gelap

6 Kertas HVS V Benda Bening

7 Kain V Benda Bening

8 Plastik Hitam V Benda Gelap

9 Buku V Benda Gelap

10 Kaca V Benda Bening

LEMBAR KERJA SISWA 2

Nama anggota kelompok:

1.

2.

3.

4.

5.

Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pemantulan cahaya pada

bidang cekung.

Alat dan Bahan :

Sendok makan

Langkah!langkah kerja :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 147: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

132

1. Ambillah sendok logam yang biasa kalian gunakan untuk makan.

2. Bercerminlah dan amati bayang wajahmu pada bagian sendok yang cekung.

3. Bagaimana bayang!bayang kamu pada sendok tersebut?

4. Sekarang dekatkan telunjuk kamu pada cekungan sendok. Bagaimana bayang!bayang

yang tampak?

5. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang kalian lakukan tersebut

Kunci jawaban

3. Terbalik

4. Tegak

5. Jadi bayangan yang terbentuk pada cermin cekung:

apabila letak benda jauh dengan cermin cekung, maka bayangan yang dibentuk

adalah nyata dan terbalik, apabila letak benda dekat dengan cermin cekung, maka

bayangan yang dibentuk adalah maya, tegak, dan diperbesar

Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pemantulan cahaya pada

cermin cembung.

Alat dan bahan :

1. Cermin datar

2. Spion motor

Langkah!langkah kerja :

1. Ambillah spion motor dan cermin datar.

2. Bercerminlah secara bersamaan pada kedua cermin tersebut.

3. Bagaimana keadaan bayangan wajah kalian?

4. Apa kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah kalian lakukan

tersebut?

Kunci Jawaban

3. Bayangan wajah terlihat lebih kecil

4. Jadi bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah maya, tegak dan

Diperkecil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 148: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

133

Tujuan : Peserta didik dapat mendemontrasikan sifat pembiasan cahaya.

Alat dan bahan :

1. Gelas bening dan pensil

2. Air

Langkah!langkah kerja :

1. Isilah gelas bening dengan air, kemudian masukkan pensil ke dalamnya.

2. Perhatikan pensil dari arah samping.

3. Bagaimana bentuk pensil?

4. Setelah dimasukkan ke dalam gelas, keadaan pensil akan tampak?

5. Apakah kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan yang telah kalian lakukan

tersebut?

Kunci Jawaban

3. Pensil terlihat patah

4. Patah

5. Jadi pembiasan terjadi karena cahaya melewati dua medium yang berbeda

kerapatannya.

Apabila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat

maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal.

Apabila cahaya merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka

cahaya akan dibiaskan menjauhi garis normal

Kisi-kisi Lembar Penilaian Kognitif

Indikator No Butir Soal

Sifat!sifat Cahaya 1-35

Lembar Penilaian Kognitif dan Kunci Jawaban

A. Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 149: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

134

yang tepat!

1. Cahaya bergerak dengan lintasan yang . . .

a. Berliku!liku c. Lurus

b. Bergelombang d. Memantul

2. Benda yang dapat ditembus cahaya adalah . . .

a. Air bening c. Buku

b. Susu d. Kopi

3. Benda yang tembus cahaya akan . . .

a. Memantulkan cahaya c. Membelokkan cahaya

b. Menyerap cahaya d. Meneruskan cahaya

4. Berikut ini merupakan benda yang menggunakan cermin cembung adalah...

a. Senter c. Alat kerja dokter

b. Lampu sepeda motor d. Spion mobil

5. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah . . .

a. nyata dan terbalik c. semu dan terbalik

b. nyata dan tegak d. semu dan tegak

6. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Itu

adalah salah satu sifat bayang!bayang pada . . .

a. Cermin datar c. Cermin lengkung

b. Cermin cekung d. Cermin cembung

7. Benda gelap akan . . . cahaya.

a. Meneruskan c. Menyerap

b. Membiaskan d. Memantulkan

8. Kita dapat melihat benda karena adanya beberapa hal berikut, kecuali . . .

a. Sumber cahaya c. Udara

b. Matahari d. Lampu

9. Alat kerja dokter, lampu sepeda, dan reflektor pada senter menggunakan . . .

a. Cermin cembung c. Lensa lengkung

b. Cermin cekung d. Lensa cembung

10. Di bawah ini yang merupakan sumber cahaya adalah . . .

a. Matahari c. Generator

b. Batu baterai d. Dinamo

11. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, kecuali ...

a. Gelas bening c. Karton

b. Kaca jendela d. Plastik bening

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 150: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

135

12. Cahaya yang merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka

cahaya akan dibiaskan . . .

a. mendekati garis normal c. sejajar garis normal

b. menjauhi garis normal d. berlawanan garis normal

13. Cermin yang permukan pantulnya berbentuk cekungan disebut . . .

a. Cermin cembung c. Cermin hias

b. Cermin datar d. Cermin cekung

14. Jarak bayangan dengan jarak benda yang berada di depan cermin datar

adalah . . .

a. Sama c. Lebih dekat

b. Berbeda d. Lebih jauh

15. Cermin yang digunakan pada kaca spion mobil atau motor adalah . . .

a. Cermin datar c. Cermin cembung

b. Cermin cekung d. Cermin rias

16. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya

merupakan salah satu peristiwa . . .

a. Pemantulan cahaya c. Perambatan cahaya

b. Pembiasan cahaya d. Pembentukan bayangan

17. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat

maka cahaya akan dibiaskan mendekati . . .

a. Garis normal c. Garis vertikal

b. Garis horizontal d. Garis lurus

18. Cahaya yang masuk rumah melalui jendela yang berkaca, hal itu

menunjukkan cahaya memiliki sifat . . .

a. Merambat lurus c. Dapat dipantulkan

b. Menembus benda bening d. Mengalami pembiasan

19. Cermin yang biasa di pakai untuk berhias adalah jenis cermin . . .

a. Cermin cekung c. Cermin datar

b. Cermin cembung d. Cermin lengkung

20. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perbedaan . . . antara dua jenis zat.

a. Kelenturan c. Kerapatan

b. Kekuatan d. Kepadatan

21. Cahaya yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya akan . . .

a. Dipantulkan c. Dibiaskan

b. Diteruskan d. Dibelokkan

22. Pada cermin datar, berkas cahaya yang sejajar akan dipantulkan . . .

a. Sejajar c. Berimpit

b. Berlawanan d. Berseberangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 151: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

136

23. Cahaya dapat menembus benda . . .

a. Bening c. Padat

b. Gelap d. Mati

24. Dasar air kolam yang bening tampak dangkal karena terjadi . . .

a. Pemantulan cahaya c. Penembusan cahaya

b. Perambatan cahaya d. Pembiasan cahaya

25. Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan

magnet disebut . . .

a. Gelombang listrik c. Gelombang elektromagnetik

b. Gelombang cahaya d. Gelombang magnet

26. Cermin cembung hanya membentuk bayang!bayang . . .

a. Maya diperbesar c. Nyata diperbesar

b. Maya diperkecil d. Nyata diperbesar

27. Pemantulan cahaya yang terjadi pada benda yang permukaannya tidak rata

adalah . . .

a. Pemantulan searah c. Pemantulan sempurna

b. Pemantulan beraturan d. Pemantulan baur

28. Di bawah ini objek yang bisa ditembus cahaya adalah . . .

a. besi c. kayu

b. kertas karton d. kain

29. Kaca spion mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain yang ada dibela!

kangnya, tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal itu dikarenakan cahaya . . .

a. dipantulkan c. dibelokan

b. dibiaskan d. bergerak lurus

30. Sumber cahaya yang paling utama bagi bumi adalah . . .

a. lampu c. matahari

b. api d. bulan

31. Kaca spion pada sepeda motor menggunakan cermin . . .

a. datar c. cekung

b. cembung d. rias

32. Kaca termasuk ke dalam benda yang dapat . . . cahaya

a. memantulkan c. membelokkan

b. meneruskan d. membiaskan

33. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh senter adalah . . .

a. bergelombang c. lurus

b. tidak teratur d. berkelok!kelok

34. Reflektor pada lampu mobil dan lampu motor menggunakan cermin . . .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 152: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

137

a. datar c. cekung

b. cembung d. rias

35. Cahaya akan dibiaskan jika cahaya merambat melalui dua medium yang . . .

a. sama c. bening

b. sejenis d. berbeda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 153: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

138

Kunci Jawaban

1. C

2. A

3. D

4. D

5. D

6. A

7. D

8. C

9. B

10. A

11. C

12. B

13. D

14. A

15. C

16. B

17. A

18. B

19. C

20. C

21. C

22. A

23. A

24. D

25. C

26. B

27. C

28. D

29. A

30. C

31. B

32. B

33. C

34. C

35. D

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 154: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

139

MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA

A. Sifat-Sifat Cahaya

Bagaimana makhluk hidup dapat melihat benda? Benda dapat dilihat karena

benda!benda yang ada di sekitar memantulkan cahaya. Cahaya yang berada di ruangan

dipantulkan oleh benda menuju mata sehingga manusia dapat melihat benda. Kita tidak

dapat melihat tanpa ada cahaya. Suatu malam, listrik di rumah padam. Tidak ada

cahaya sama sekali. Apa yang kamu lakukan? Kamu tentu akan menyalakan lilin,

lampu senter, atau sejenisnya agar kamu dapat melihat. Lilin ataupun lampu

senter akan memancarkan cahaya. Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang

dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan magnet. Lilin dan lampu

senter disebut sumber cahaya karena dapat memancarkan cahaya sendiri.

Benda!benda yang tidak dapat memancarkan cahaya atau menghasilkan cahaya

disebut benda gelap. Benda gelap seperti batu, bumi, dan kayu hanya memantulkan

cahaya yang diterimanya. Cahaya memiliki beberapa

sifat di antaranya sebagai berikut.

1) Cahaya merambat lurus

2) Cahaya dapat menembus benda bening

3) Cahaya dapat dipantulkan

4) Cahaya mengalami pembiasan.

B. Cahaya Menembus Benda Bening

Benda!benda yang dapat menerima cahaya terbagi menjadi benda bening dan benda

gelap. Apakah yang dimaksud dengan benda bening? Benda bening adalah benda

yang dapat ditembus oleh cahaya. Benda bening selain dapat ditembus cahaya

atau meneruskan cahaya yang melewati benda juga dapat memantulkan cahaya

yang melewatinya. Contoh benda bening adalah air jernih, kaca, gelas bening,

plastik bening, dan botol bening. Benda gelap berarti benda yang tidak dapat ditembus

cahaya, misalnya kertas, air susu, dan air kopi. Jadi, benda bening akan meneruskan

cahaya sedangkan benda gelap akan menyerap cahaya. Benda gelap selain dapat

menyerap cahaya juga dapat memantulkan cahaya yang melewatinya. Apakah

kamu dapat menyebutkan benda lain yang termasuk benda bening dan benda gelap?

Coba perhatikan kaca jendela di rumahmu! Kanca jendela termasuk benda bening

karena sinar matahari dapat menembus kaca. Bagaimana dengan kolam atau sungai

yang ada di sekitar rumahmu? Apakah airnya kelihatan jernih atau keruh? Hewan atau

tumbuhan yang hidup di dalam air memerlukan sinar matahari untuk kalngsungan

hidupnya. Air yang bening memudahkan cahaya

masuk ke dalam air. Hal itu tentunya menguntungkan kehidupan makhluk hidup

yang terdapat di dalam air.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 155: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

140

C. PEMANTULAN CAHAYA

Cermin merupakan benda dari kaca yang salah satu sisinya mengkilap. Permukaan

pada cermin dapat memantulkan cahaya yang mengenainya. Bagaimanakah

pemantulan cahaya pada cermin? Berikut diuraikan pemantulan cahaya yang terjadi

pada datar, cermin cekung, dan cermin cembung. Kita sudah mengetahui bahwa cahaya

merambat dengan lintasan lurus. Ketika cahaya menuju cermin, maka cermin akan

memantulkan kembali cahaya yang diterima cermin. Pemantulan cahaya pada cermin

mirip dengan bola yang kita tendang ke arah dinding. Bola yang kita tendang tadi akan

dipantulkan kembali oleh dinding.

1. Pemantulan cahaya pada cermin datar

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa bidang datar. Cermin

datar dibuat dengan cara melapiskan perak ke sebuah kaca datar. Cermin datar

biasanya dipakai untuk cermin rias. Ketika kita bercermin akan tampak diri kita.

Cobalah kamu bercermin pada cermin datar! Pada cermin akan terlihat wajah kamu,

wajah kamu yang berada di cermin disebut dengan bayang!bayang.

Gambar bayangan teko pada cermin datar Sifat bayang!bayang pada cermin datar

adalah sebagai berikut.

a. Bayang!bayang pada cermin datar bentuknya sama besar dengan bendanya.

b. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin.

c. Letak bayang!bayang berkebalikan dengan letak benda.

d. Bayang!bayang yang terbentuk adalah bayang!bayang maya atau bayang!

bayang semu. Bayang!bayang maya adalah bayang!bayang yang hanya tampak

pada cerminnya saja.

2. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cekung

Cermin cekung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya berupa

cekungan. Cermin cekung biasa digunakan sebagai reflektor ( benda yang memantulkan

cahaya) pada senter, lampu sepeda, lampu mobil, lampu sepeda motor, dan alat kerja

dokter. Sifat bayangan cermin cekung :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 156: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

141

a) Jika benda dekat dengan cermin cekung , bayangan benda bersifat tegak, lebih besar,

dan semu.

b) Jika benda jauh dari cermin cekung , bayangan benda bersifat : nyata dan

terbalik.

3. Pemantulan Cahaya pada Cermin Cembung

Cermin cembung adalah cermin yang memiliki bagian pemantul cahaya yang

berbentuk cembung. Cermin cembung biasa dipakai untuk kaca spion kendaraan.

Cermin cembung juga bisa dipasang pada tingkugan jalan agar pengguna jalan dapat

melihat keadaan pada tikungan jalan di depannya.

Sifat bayangan cermin cembung : a) Maya

b) Tegak

3. Dan lebih kecil (diperkecil) dari benda sesungguhnya.

Gambar spion mobil dan cermin cembung pada tikungan jalan

D. PEMBIASAN CAHAYA

Cahaya dapat dibiaskan apabila cahaya merambat belalui dua medium yang

berbebeda, misalnya dari suatu zat ke zat lain yang kerapatannya berbeda, maka

cahaya tersebut mengalami pembiasan atau pembelokan. Medium adalah perantara

yang dilalui. Kerapatan zat berbeda!beda. Kerapatan gelas bening lebih besar dari

pada kerapatan air jernih, dll.

a) Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yangg lebih rapat maka cahaya

akan dibiaskan mendekati garis normal. Misalnya cahaya yang merambat dari udara ke

air.

b) Bila cahaya merambat dari zat yg lebih rapat ke zat yg kurang rapat, maka cahaya akan

dibiaskan menjauhi garis normal. Misalnya cahaya merambat kaca ke udara. Contoh

pembiasan: pensil yg ditaruh gelas yg ada airnya pensil kelihatan patah, kolam yg

jernih kelihatannya dangkal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 157: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

142

Coba perhatikan dasar kolam dan ikan yang etrdapat di dalamnya! Kolam yang airnya

jernih memiliki dasar kolam yang tampak lebih dangkal. Ikan yang ada di dalam

kolam juga tampak mendekati permukaan. Itulah beberapa contoh peristiwa

pembiasan cahaya yang bisa kita temui dalam kehidupan sehari!hari. Mengapa cahaya

mengalami pembiasan? Cahaya mengalami pembiasan karena bergerak melalui dua

medium (zat perantara yang dilalui cahaya) yang berbeda kerapatannya, misalnya

cahaya yang datang dari udara ke air. Agar lebih paham, cobalah lakukan kegiatan

berikut!

Berdasarkan aktivitas yang telah dilakukan, pensil yang dimasukkan ke dalam air

tampak patah. Kita dapat melihat pensil karena ada sebagian cahaya yang dipantulkan

oleh pensil mengenai mata kita. Kita melihat bahwa pensil tampak patah karena

kecepatan cahaya berbeda antara cahaya di udara dan di air.

Kamus Sains

Gelombang Elektromagnetik = Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan

listrik dengan medan magnet.

Medium = Zat perantara untuk merambat gelombang.

Pembiasan = Perubahan arah rambat cahaya ketika melalui dua medium yang

berbeda.

Lampiran 3. Soal Evaluasi

Soal Evaluasi

Berilah tanda silang ( X ) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang tepat!

1. Cahaya bergerak dengan lintasan yang . . .

a. Berliku!liku c. Lurus

b. Bergelombang d. Memantul

2. Benda yang dapat ditembus cahaya adalah . . .

a. Air bening c. Buku

b. Susu d. Kopi

3. Benda yang tembus cahaya akan . . .

a. Memantulkan cahaya c. Membelokkan cahaya

b. Menyerap cahaya d. Meneruskan cahaya

4. Berikut ini merupakan benda yang menggunakan cermin cembung adalah...

a. Senter c. Alat kerja dokter

b. Lampu sepeda motor d. Spion mobil

5. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin datar adalah . . .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 158: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

143

a. nyata dan terbalik c. semu dan terbalik

b. nyata dan tegak d. semu dan tegak

6. Jarak bayang!bayang ke cermin sama dengan jarak benda ke cermin. Itu

adalah salah satu sifat bayang!bayang pada . . .

a. Cermin datar c. Cermin lengkung

b. Cermin cekung d. Cermin cembung

7. Benda gelap akan . . . cahaya.

a. Meneruskan c. Menyerap

b. Membiaskan d. Memantulkan

8. Kita dapat melihat benda karena adanya beberapa hal berikut, kecuali . . .

a. Sumber cahaya c. Udara

b. Matahari d. Lampu

9. Alat kerja dokter, lampu sepeda, dan reflektor pada senter menggunakan . . .

a. Cermin cembung c. Lensa lengkung

b. Cermin cekung d. Lensa cembung

10. Di bawah ini yang merupakan sumber cahaya adalah . . .

a. Matahari c. Generator

b. Batu baterai d. Dinamo

11. Di bawah ini merupakan benda yang dapat ditembus oleh cahaya, kecuali ...

a. Gelas bening c. Karton

b. Kaca jendela d. Plastik bening

12. Cahaya yang merambat dari zat yang rapat ke zat yang kurang rapat maka

cahaya akan dibiaskan . . .

a. mendekati garis normal c. sejajar garis normal

b. menjauhi garis normal d. berlawanan garis normal

13. Cermin yang permukan pantulnya berbentuk cekungan disebut . . .

a. Cermin cembung c. Cermin hias

b. Cermin datar d. Cermin cekung

14. Jarak bayangan dengan jarak benda yang berada di depan cermin datar

adalah . . .

a. Sama c. Lebih dekat

b. Berbeda d. Lebih jauh

15. Cermin yang digunakan pada kaca spion mobil atau motor adalah . . .

a. Cermin datar c. Cermin cembung

b. Cermin cekung d. Cermin rias

16. Dasar kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari yang sebenarnya

merupakan salah satu peristiwa . . .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 159: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

144

a. Pemantulan cahaya c. Perambatan cahaya

b. Pembiasan cahaya d. Pembentukan bayangan

17. Bila cahaya merambat dari zat yang kurang rapat ke zat yang lebih rapat

maka cahaya akan dibiaskan mendekati . . .

a. Garis normal c. Garis vertikal

b. Garis horizontal d. Garis lurus

18. Cahaya yang masuk rumah melalui jendela yang berkaca, hal itu

menunjukkan cahaya memiliki sifat . . .

a. Merambat lurus c. Dapat dipantulkan

b. Menembus benda bening d. Mengalami pembiasan

19. Cermin yang biasa di pakai untuk berhias adalah jenis cermin . . .

a. Cermin cekung c. Cermin datar

b. Cermin cembung d. Cermin lengkung

20. Pembiasan cahaya terjadi karena adanya perbedaan . . . antara dua jenis zat.

a. Kelenturan c. Kerapatan

b. Kekuatan d. Kepadatan

21. Cahaya yang melalui dua medium yang berbeda kerapatannya akan . . .

a. Dipantulkan c. Dibiaskan

b. Diteruskan d. Dibelokkan

22. Pada cermin datar, berkas cahaya yang sejajar akan dipantulkan . . .

a. Sejajar c. Berimpit

b. Berlawanan d. Berseberangan

23. Cahaya dapat menembus benda . . .

a. Bening c. Padat

b. Gelap d. Mati

24. Dasar air kolam yang bening tampak dangkal karena terjadi . . .

a. Pemantulan cahaya c. Penembusan cahaya

b. Perambatan cahaya d. Pembiasan cahaya

25. Gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dengan medan

magnet disebut . . .

a. Gelombang listrik c. Gelombang elektromagnetik

b. Gelombang cahaya d. Gelombang magnet

26. Cermin cembung hanya membentuk bayang!bayang . . .

a. Maya diperbesar c. Nyata diperbesar

b. Maya diperkecil d. Nyata diperbesar

27. Pemantulan cahaya yang terjadi pada benda yang permukaannya tidak rata

adalah . . .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 160: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

145

a. Pemantulan searah c. Pemantulan sempurna

b. Pemantulan beraturan d. Pemantulan baur

28. Di bawah ini objek yang bisa ditembus cahaya adalah . . .

a. besi c. kayu

b. kertas karton d. kain

29. Kaca spion mobil berfungsi untuk melihat kendaraan lain yang ada dibela!kangnya,

tanpa perlu menoleh ke belakang. Hal itu dikarenakan cahaya . . .

a. dipantulkan c. dibelokan

b. dibiaskan d. bergerak lurus

30. Sumber cahaya yang paling utama bagi bumi adalah . . .

a. lampu c. matahari

b. api d. bulan

31. Kaca spion pada sepeda motor menggunakan cermin . . .

a. datar c. cekung

b. cembung d. rias

32. Kaca termasuk ke dalam benda yang dapat . . . cahaya

a. memantulkan c. membelokkan

b. meneruskan d. membiaskan

33. Berkas cahaya yang dihasilkan oleh senter adalah . . .

a. bergelombang c. lurus

b. tidak teratur d. berkelok!kelok

34. Reflektor pada lampu mobil dan lampu motor menggunakan cermin . . .

a. datar c. cekung

b. cembung d. rias

35. Cahaya akan dibiaskan jika cahaya merambat melalui dua medium yang . . .

a. sama c. bening

b. sejenis d. berbeda

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 161: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

146

Lampiran 7.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Papan Nama Sekolah SD 2 Karangbener Kudus

Gedung Sekolah SD 2 Karangbener Kudus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 162: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

147

Papan Struktur Organisasi Sekolah SD 2 Karangbener Kudus

Data Kepegawaian dan Kesiswaan Sekolah SD 2 Karangbener Kudus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 163: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

148

Program Kerja Sekolah SD 2 Karangbener Kudus

Wawancara dengan guru kelas VI SD 2 Karangbener Kudus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 164: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

149

Wawancara dengan guru kelas V SD 2 Karangbener Kudus

Wawancara dengan Kepala Sekolah SD 2 Karangbener Kudus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 165: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

150

Wawancara dengan Siswa Kelas V SD 2 Karangbener Kudus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 166: digilib.uns.ac.id · ii PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS TESIS Oleh: NURWATI S811402041

151

Observasi pembelajaran dalam kelas, kelas V SD 2 Karangbener

Kudus

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user