28
PENDEKATAN REALITAS DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9 NAMA : SEMESTER : KELAS : PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON BAUBAU 2015

Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

PENDEKATAN REALITAS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

NAMA :

SEMESTER :

KELAS :

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON

BAUBAU

2015

Page 2: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

KATA PENGANTAR

Syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul ‘Alamin

yang tiada henti-hentinya mengalirkan segala kearifan dalam setiap kalbu

hambanya yang haus dan cinta akan ilmu yang dengannya tiada akan pernah

kering samudera pikir dan terbukalah setiap mata hati. Begitu pula dengan segala

rahmat dan hidayah-Nya-lah sehingga makalah yang berjudul ”Pendekatan

Realitas” dapat terselesaikan.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua

pihak yang turut membantu dalam penyusunan Makalah ini.

Demikianlah Makalah ini dibuat dan tidak menutup kemungkinan dalam

penyusunannya terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya. Oleh karena itu,

kami mengharapkan saran dan komentarnya yang dapat dijadikan masukan dalam

penyusunan laporan tugas selanjutnya.

Baubau, April 2015

Penyusun

Page 3: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

A. Latar Belakang...................................................................................

B. Tujuan.................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A. Sejarah Perkembangan Pendekatan Realistis.....................................

B. Ciri-Ciri Pendekatan Realistis............................................................

C. Pandangan Tentang Manusia..............................................................

D. Konsep Dasar.....................................................................................

E. Teori Kontrol......................................................................................

F. Konsep 3R...........................................................................................

G. Proses Konseling................................................................................

H. Tahap-tahap Konseling......................................................................

I. Tujuan Konseling.................................................................................

J. Peran dan Fungsi Konselor..................................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................................................

B. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

Page 4: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan kita, realita selalu dikaitkan dengan kenyataan. Pendekatan

Realistis dikembangkan oleh William Glasser, seorang psikolog dari California.

Istilah Reality ialah suatu standar atau patokan obyektif, yang menjadi kenyataan

atau realitas yang harus diterima. Realitas atau kenyataan itu dapat berwujud suatu

realitas praktis, realitas sosial, atau realitas moral. Sesuai dengan pandangan

behavioristik, yang terutama disoroti pada seseorang adalah tingkah lakunya yang

nyata.

Tingkah laku itu dievaluasi menurut kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan

realitas yang ada.

Dalam pendekatan ini, konselor dalam hal ini guru BK bertindak aktif, direktif,

dan didaktik. Dalam konteks ini, konselor berperan sebagai guru dan sebagai

model bagi klien dalam hal ini peserta didik. Disamping itu, guru BK juga

membuat kontrak dengan klien untuk mengubah perilakunya. Ciri yang sangat

khas dari pendekatan ini adalah tidak terpaku pada kejadian-kejadian di masa lalu,

tetapi lebih mendorong klien untuk menghadapi realitas. Pendekatan ini juga tidak

memberi perhatian pada motif-motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum

psikoanalis. Akan tetapi, lebih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang

lebih bertanggung jawab dengan merencanakan dan melakukan tindakan-tindakan

tersebut.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Sejarah

Perkembangan Pendekatan Realistis, Ciri-Ciri Pendekatan Realistis, kebutuhan-

kebutuhan dasar psikologis manusia, Konsep Dasar, Teori Kontrol, Konsep 3R,

Proses Konseling, Tahap-Tahap Konseling, Tujuan Konseling, serta Peran dan

Fungsi Konselor dalam pendekatan realitas.

Page 5: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Pendekatan Realistis

William Glasser merupakan lulusan dari the Case Institute of Technology

sebagai Insinyur kimia pada tahun 1944 di usia 19 tahun, kemudian ia mengambil

master di bidang Psikologi Klinis pada usia 23 tahun di Universitas yang sama.

Pada tahun 1956 ia menjadi kepala bagian psikiatri di the Ventura School of Girls

yang merupakan institusi untuk menangani kenakalan remaja perempuan. Pada

saat inilah Glasser mengembangkan konsep pendekatan realistis. Melalui buku

pertamanya yang berjudu “Mental Health or Mental Illmess” (1961) ia

menuangkan landasan pemikirannya mengenai landasan berfikir dari teknik dan

konsep dasar terapi realitas.

Glasser menggunakan istilah Reality therapy pada tahun 1964 pada manuskrip

yang berjudul “Reality Therapy: A Realistic Approach to the Young Offender”.

Pada tahun 1968 Glasser mendirikan the Institute for Reality Therapy di Los

Angeles.

B. Ciri-Ciri Pendekatan Realistis

Ada 8 ciri yang menentukan pendekatan realitas sebagai berikut :

1. Terapi realitas menolak tentang penyakit mental. Ia berasumsi bahwa

bentuk-bentuk gangguan tingkah laku yang spesifik adalah akibat dari

ketidak bertanggung jawaban.

2. Pendekatan ini tidak berurusan dengan diagnosis-diagnosis psikologis.

Ia mempersamakan gangguan mental dengan tingkah laku yang tidak

bertanggung jawab dan mempersamakan kesehatan mental dengan

tingkah laku yang bertanggung jawab.

3. Terapi realitas berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada

perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Meskipun tidak menganggap

perasaan-perasaan dan sikap-sikap itu tidak penting, tetapi realitas

menekankan kesadaran atas tingkah laku sekarang.

Page 6: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

4. Terapi realitas menekankan pertimbangan-pertimbangan nilai. Terapi

realitas menempatkan pokok kepentingannya pada peran klien dalam

menilai kualitas tingkah lakunya sendiri dalam menentukan apa yang

membantu kegagalan yang dialaminya. Terapi ini beranggapan bahwa

perubahan mustahil terjadi tanpa melihat pada tingkah laku dan

membuat beberapa ketentuan mengenai sifat-sifat konstruktif dan

destruktifnya.

5. Terapi realitas tidak menekankan transferensi. Ia tidak memandang

konsep tradisional tentang transferensi sebagai hal yang penting. Ia

memandang transferensi sebagai suatu cara bagi terapis untuk tetap

bersembunyi sebagai pribadi. Terapi realitas mengimbau agar para

terapis menempuh cara beradanya yang sejati, yakni bahwa mereka

menjadi diri sendiri, tidak memainkan peran sebagai ayah atau ibu

klien.

6. Terapi realitas menekankan aspek-aspek kesadaran, bukan aspek-aspek

ketaksadaran. Teori psikoanalitik, yang berasumsi bahwa pemahaman

dan kesadaran atas proses-proses ketaksadaran sebagai suatu prasyarat

bagi perubahan kepribadian, menekankan pengungkapan konflik-

konflik tak sadar melalui teknik-teknik seperti analisis transferensi,

analisis mimpi, asosiasi-asosiasi bebas, dan analisis resistensi.

Sebaliknya, terapi realitas menekankan kekeliruan yang dilakukan oleh

klien, bagaimana tingkah laku klien sekarang hingga dia tidak

mendapatkan apa yang diinginkannya, dan bagaimana dia bisa terlibat

dalam suatu rencana bagi tingkah laku yang berhasil yang berlandaskan

tingkah laku yang bertanggung jawab dan realistis.

7. Terapi realitas menhapus hukuman. Glasser mengingatkan bahwa

pemberian hukuman guna mengubah tingkah laku tidak efektif dan

bahwa hukuman untuk kegagalan melaksanakan rencana-rencana

mengakibatkan perkuatan identitas kegagalan pada klien dan perusakan

hubungan terapiutik.

Page 7: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

8. Terapi realitas menekankan tanggng jawab, yang oleh Glasser(1965,

hlm 13) didefinisikan sebagai “kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuha sendiri dan melakukannya dengan cara tidak

mengurangi kemampuan orang lain dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhan mereka”. Belajar tanggung jawab adalah proses seumur

hidup.

C. Pandangan Tentang Manusia

Glasser percaya bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan psikologis yang secara

konstan (terus-menerus) hadir sepanjang rentang kehidupannya dan harus

dipenuhi. Ketika seseorang mengalami masalah, hal tersebut disebabkan oleh satu

faktor, yaitu terhambatnya seseorang dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya.

Keterhambatan tersebut pada dasarnya karena penyangkalan terhadap realita,

yaitu kecenderungan seseorang untuk menghindari hal-hal yang tidak

menyenangkan. Mengacu pada teori hirarki kebutuhan yang dikemukakan oleh

Maslow, Glasser mendasari pandangannya tentang kebutuhan manusia untuk

dicintai dan mencintai, dan kebutuhan untuk merasa berharga bagi orang lain.

Secara rinci, Glasser menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dasar psikologis manusia,

yang meliputi:

a. Cinta (Beloging/Love)

Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa

memiliki dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. kebutuhan ini

disebut Glasser sebagai Identity Society, yang menekankan pentingnya hubungan

personal. Beberapa aktivitas yang menunjukkan kebutuhan ini antara lain:

persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam organisasi

kemahasiswaan. Kebutuhan ini oleh Glasser dibagi dalam tiga bentuk: Social

beloging, work beloging dan family beloging.

Page 8: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

b. Kekuasaan (Power)

Kebutuhan atas kekuasaan meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga,

dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui

kompetisi dengan orang-orang disekitar kita, memimpin, mengorganisir,

meyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin, menjadi tempat bertanya atau meminta

pendapat bagi orang lain, melontarkan ide atau gagasan dan sebagainya.

c. Kesenangan (Fun)

Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, bahagia. Pada anak-anak, terlihat

dalam aktifitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus

berkembang hingga dewasa. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan,

bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.

d. Kebebasan (Freedom)

Kebebasan merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan

dan tidak bergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan, memutuskan

akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan berpindah dari satu tempat

ketempat lain. kebutuhan-kebutuhan tersebut bersifat universal, tetapi dipenuhi

dengan cara yang unik oleh masing-masing manusia. Glasser memiliki pandangan

yang optimis tentang kemampuan dasar manusia, yaitu kemampuan untuk belajar

memenuhi kebutuhannya dan menjadi orang yang bertanggung jawab. Tingkah

laku yang bertanggung jawab merupakan upaya manusia mengontrol lingkungan

untuk memenuhi kebutuhan dan menghadapi realita yang dialami dalam

kehidupannya.

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang

tersebut mencapai identitas sukses. Ini terkait dengan konsep perkembangan

kepribadian yang sehat, yang ditandai dengan berfungsinya individu dalam

memenuhi kebutuhan psikologisnya secara tepat (Hansen, Warner, dan Smith).

Dalam proses pembentukan identitas, individu mengembangkan keterlibatan

secara emosional dengan orang lain. Individu perlu merasakan bahwa orang lain

memberi perhatian kepadanya dan berpikir bahwa dirinya memiliki arti. Proses ini

Page 9: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

berlangsung sejak bayi. Bagi anak-anak, interaksi dengan orang tua (ibu) atau

orang dewasa lain, membuat anak belajar merasakan keterlibatan orang lain,

kedekatan, kehangatan psikologis, dan ikatan emosional. Dari pengalaman

tersebut, anak belajar bagaimana menerima dan memberi kasih sayang, dan

belajar bahwa dirinya memiliki arti bagi orang lain dan orang lain juga berarti

bagi dirinya.

Bila sejak kecil anak tidak merasakan bagaimana menerima dan memberi kasih

sayang, pada tahap kehidupan berikutnya, ia mengalami kesulitan dalam

mencintai, memberi kasih sayang atau belajar bagaimana ia berarti bagi dirinya

juga bagi orang lain. jika kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi,

maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi

kebutuhan psikologisnya atau orang lain. belajar bagaimana bertingkah laku yang

bertanggung jawab merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak

untuk mencapai “identitas sukses”. Anak memperolehnya dengan dengan terlibat

pada berbagai aktivitas yang memenuhi kebutuhannya melalui interaksi dengan

orang tua yang bertanggung jawab, yaitu yang menunjukkan keterlibatan dalam

pengasuhan anaknya dengan menjadi model, melatih kedisiplinan, dan mencintai,

dan sebagainya.

Dapat dirumuskan Glasser tentang manusia adalah sebagai berikut:

1. Setiap individu bertanggung jawab terhadap kehidupannya.

2. Tingkah laku seseorang merupakan upaya mengontrol lingkungan untuk

memenuhi kebutuhannya.

3. Individu ditantang untuk mengahadapi realita tanpa memperdulikan

kejadian-kejadian di masa lalu, serta tidak memberi perhatian pada sikap dan

motivasi di bawah sadar.

4. Setiap orang memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu pada masa kini.

D. Konsep Dasar

Pada dasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginannya, masing-masing individu juga memiliki kebutuhan yang beragam,

Page 10: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

dimana kebutuhan tersebut bersifat unik pada masing-masing individu, dan tentu

saja keinginan atau kebutuhan tersebut terkadang berbeda dengan individu yang

lain.

Ketika seseorang dapat memenuhi apa yang diinginkan, kebutuhan tersebut

terpuaskan dan tentu saja ia akan merasa senang. Tetapi, jika apa yang

diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan dan sangat bertolak

belakang dari apa yang dibutuhkan, maka orang tersebut akan frustasi, dan pada

akhirnya akan terus memunculkan perilaku baru sampai keinginannya terpuaskan

dan merasa benar-benar terpenuhi.

Artinya, ketika timbul perbedaan antara apa yang diinginkan dengan apa yang

diperoleh, membuat individu terus memunculkan perilaku-perilaku yang spesifik,

yang membuatnya terlihat berbeda dengan yang lain.

Jadi, perilaku yang dimunculkan oleh masing-masing individu ada tujuannya,

yaitu dibentuk untuk mengatasi hambatan antara apa yang diinginkan dengan apa

yang diperoleh, atau muncul karena dipilih dan diinginkan sendiri oleh individu.

Perilaku manusia merupakan perilaku total (total behavior), atau perilaku

sepenuhnya yang terdiri dari doing (melakukan), thinking (berpikir), feeling

(Merasakan) dan psysiology (fisiologis).

Oleh karena perilaku yang dimunculkan adalah perilaku yang bertujuan dan

dipilih sendiri, maka Glasser menyebutnya dengan teori kontrol.

E. Teori Kontrol

Penerimaan terhadap realita, menurut Glasser harus tercermin dalam perilaku total

yang mengandung empat komponen, yaitu: berbuat (doing), berfikir (thinking),

merasakan (feeling), dan menunjukkan respon-respon fisiologis (physiology).

Seperti halnya keempat roda mobil membawa arah mobil berjalan, demikian

halnya keempat komponen dari total behavior tersebut menetapkan arah hidup

individu.

Glasser menjelaskan bahwa hal ini secara langsung dapat mengubah cara kita

merasakan terpisah dari apa yang kita lakukan dan pikirkan, merupakan hal yang

sangat sulit dilakukan. Kunci untuk mengubah perilaku total terletak pada

Page 11: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

pemilihan untuk mengubah apa yang kita lakukan dan pikirkan. Sementara itu,

reaksi dan respon fisiologis termasuk dalam proses tersebut.

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang

tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses itu terikat pada

konsep 3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang

dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior (perilaku total) yakni

melakukan sesuatu, berfikir, merasakan, dan menunjukkan respon-respon

fisiologis secara bertanggung jawab, sesuai realita, dan benar.

F. Konsep 3R

Dalam Bassin (1976:83-85) Glasser menggambarkan konsep ini sebagai berikut:

a. Responsibility (tanggung jawab)

Kemampuan individu untuk memnuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang

lain.

b. Reality (kenyataan)

Kemampuan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi

kebutuhannya. Setiap individu harus memenuhi bahwa ada dunia nyata, dimana

mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi

masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan

yang ada dan apa adanya.

c. Right (kebenaran)

Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga

tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu

mengevaluasi diri dan sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan

tersebut dan ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang

diterima secara umum.

Page 12: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

G. Proses Konseling

Pendekatan ini melihat konseling sebagai proses rasional yang menekankan pada

perilaku sekarang dan saat ini. Artinya, klien ditekankan untuk melihat perilaku

yang dapat diamati dari pada motif-motif bawah sadarnya.

Dengan demikian klien dapat menyadari serta mengevaluasi apakah perilakunya

tersebut cukup efektif dalam memnuhi kebutuhannya atau tidak. Jika dirasa

perilaku-perilaku yang ditampilkan tidak membuat klien merasa puas, maka

konselor mengarahkan klien/konseli untuk melihat peluang-peluang yang dapat

dilakukan dengan merencanakan tindakan yang lebih bertanggung jawab. Perilaku

yang bertanggung jawab merupakan perilaku-perilaku yang sesuai dengan

kenyataan yang dihadapi, oleh Glasser disebut penerimaan terhadap realita.

Dengan demikian dapat konseli menyelesaikan tekanan-tekanan dan permasalahan

yang dialaminya.

Menurut Glasser, hal-hal yang membawa perubahan sikap dari penolakan ke

penerimaan realitas yang terjadi selama proses konseling adalah:

1. Konseli dapat mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan apa yang

dipersepsikan tentang kondisi yang dihadapinya. Di sini klien/konseli

terdorong untuk mengenali dan mendefinisikan apa yang mereka inginkan

untuk memenuhi kebutuhannya. Setelah apa yang diinginkan, konseli lalu

mengevaluasi apakan yang ia lakukan ini memenuhi kebutuhan-kebutuhan

tersebut.

2. Konseli fokus pada perilaku sekarang tanpa terpaku pada permasalahan

masa lalu. Tahap ini merupakan kesadaran konseli untuk memahami bahwa

kondisi yang dialaminya bukanlah hal yang bisa dipungkiri. Kemudia

mereka mulai menentukan alternatif apa yang harus dilakukan. Dimana

klien dituntut untuk mengubah perilaku secaara total, tidak hanya sikap dan

perasaan, namun juga pikiran dan tindakan mereka.

3. Konseli/klien diharapkan mampu untuk mengevaluasi perilakunya,

merupakan kondisi dimana ia harus membuat penilaian tentang apa yang

telah ia lakukan terhadap dirinya berdasarkan sistem nilai yang berlaku

Page 13: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

dimasyarakat. Apakah yang dilakukan dapat menolong dirinya atau

sebaliknya, apakah realistis atau dapat dipercaya.

4. Konseli mulai merencanakan perubahan yang dikehendakinya dan

komitmen terhadap apa yang telah direncanakan. Rencana-rencana yang

ditetapkan harus sesuai dengan kemampuan klien/konseli, bersifat konkrit

atau jelas pada bagian mana dari perilakunya sendiri yang akan diubah,

realistis dan melibatkan perbuatan positif. Rencana itu juga harus dilakukan

dengan segera dan berkesinambungan.

H. Tahap-tahap Konseling

Proses konseling dalam pendekatan realistis berpedoman pada dua unsur utama

yaitu penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif dan beberapa prosedur yang

menjadi pedoman untuk mendorong terjadinya perubahan pada klien/konseli.

Secara praktis, Thompson, et. Al. Mengemukakan delapan tahap dalam konseling

realita:

1. Konselor menunjukkan keterlibatan dengan konseli (be friend)

Pada tahap ini, konselor mengawali pertemuan dengan bersikap otentik, hangat,

dan menaruh perhatian pada hubungan yang sedang dibangun. Konselor harus

dapat melibatkan diri pada konseli dengan memperlihatkan sikap hangat dan

ramah. Dengan demikian konseli akan terbuka dan bersedia menjalani proses

konseling jika ia merasakan konselor/guru Bknya terlibat, bersahabat, dan dapat

dipercaya.

Konselor juga perlu menunjukkan bahwa ia bertekad membantu konseli.

Koinseling realistis selalu berpedoman bahwa perilaku total (total behavior)

hampir selalu dipilih. Karenanya, tingkah laku yang lebih efisien dan lebih

membantu diperlukan bagi konseli yang sedang menghadapi masalah.

2. Fokus Pada Perilaku Sekarang

Setelah konseli dapat melibatkan diri kepada konselor, maka konselor

menanyakan kepada konseli apa yang akan dilakukannya sekarang. Tahap kedua

Page 14: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

ini merupakan eksplorasi diri bagi konseli. Konseli mengungkapkan

ketidaknyamanan yang ia rasakan dalam menghadapi permasalahannya. Lalu

konselor meminta konseli mendeskripsikan hal-hal apa saja yang telah dilakukan

dalam menghadapi kondisi tersebut.

Secara rinci, tahap ini meliputi:

a) Eksplorasi “picture album” (keinginan), kebutuhan, dan persepsi

b) Menanyakan keinginan-keinginan konseli

c) Menanyakan apa yang benar-benar diinginkan konseli

d) Menanyakan apa yang terpikir oleh konseli tentang apa yang diinginkan

orang lain dari dirinya dan menanyakan bagaian konseli melihat hal tersebut.

Pada tahap kedua ini juga konselor perlu mengatakan kepada konseli apa yang

dapar dilakukan konselor, yang diinginkan konselor dari konseli, dan bagaimana

konselor melihat situasi tersebut, kemudian membuat komitmen untuk konseling.

3. mengeksplorasi total behavior konseli

Menanyakan apa yang dilakukan konseli (doing), yaitu: konselor menanyakan

secara spesivik apa saja yang dilakukan konseli, cara pandang dalam konseling

Realita, akar permasalahan konseli bersumber pada perilakunya (doing), bukan

pada perasaannya. Misal, konseli mengungkapkan setiap kali menghadapi ujian ia

mengalami kecemasan yang luar biasa. Dalam pandangan Konseling Realita, yang

harus diatasi bukan kecemasan konseli, tapi hal-hal apa saja yang telah

dilakukannya untuk menghadapi ujian.

4. Konseli Menilai Diri Sendiri atau Melakukan Evaluasi

Memasuki tahap keempat, konselor menanyakan kepada konseli apakah pilihan

perilakunya itu didasari oleh keyakinan bahwa hal itu baik baginya. Fungsi

konselor tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tapi membimbing

konseli untuk menilai perilakunya saat ini. Beri kesempatan kepada konseli untuk

mengevaluasi, apakah ia cukup terbantu dengan pilihannya tersebut.

Page 15: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

5. Merencanakan Tindakan yang Bertanggungjawab

Tahap ketika konseli mulai menyadari bahwa perilakunya tidak menyelesaikan

masalah, dan tidak cukup menolong keadaan dirinya, dilanjutkan dengan

membuat perencanaan tindakan yang lebih bertanggungjawab. Rencana yang

disusun sifatnya spesifik dan konkret. Ha-hal apa yang akan dilakukan konseli

untuk keluar dari permasalahan yang sedang dihadapinaya.

6. Membuat Komitmen

Konselor mendorong konseli untuk merealisasikan rencana yang telah disusunnya

bersama konselor sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.

7. Tidak Menerima Permintaan Maaf atau Alasan Konseli

Konseli akan bertemu kembali dengan konselor pada batas waktu yang telah

disepakati bersama. Pada tahap ini konselor menanyakan perkembangan

perubahan perilaku konseli.

Apabila konseli tidak atau belum berhasil melakukan apa yang telah

direncanakannya, permintaan maaf konseli atas kegagalannya tidak untuk

dipenuhi konselor. Sebaliknya, konselor mengajak konseli untuk melihat kembali

rencana tersebut dan mengevaluasinya mengapa konseli tidak berhasil. Konselor

selanjutnya membantu konseli merencanakan kembali hal-hal yang belum berhasil

ia lakukan.

Pada tahap ini sebaiknya konselor menghindari pertanyaan dengan kata

“mengapa” sebab kecendrungannya konseli akan bersikap defensif dan mencari

alasan. Konselor juga tidak memberikan hukuman, mengkritik, dan berdebat,

tetapi adapkan konseli dengan konsekuensi, menurut Gleser, memberikan

hukuman akan mengurangi keterlibatan konseli dan menyebabkan ia merasa lebih

gagal.

Page 16: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

8. Tindak Lanjut

Merupakan tahap terakhir dalam konseling. Konselor dan konseling mengevaluasi

perkembangan yang dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan jika tujuan

yang telah ditetapkan belum dicapai.

I. Tujuan Konseling

Layanan konseling ini bertujuan menbantu konseli mencapai identitas berhasil.

Konseli yang mengetahui identitasnya, akan mengetahui langkah-langkah yang

akan ia lakukan dimasa yang akan lakukan dimasa yang akan datang dengan

segala konsekuensinya. Bersama-sama konselor, konseli dihadapkan kembali pada

kenyataan hidup. Sehingga dapat memahami dan mampu menghadapi realitas.

J. Peran dan Fungsi Konselor

Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri dengan konseli,

bersikap direktif dan ditaktif, yaitu berperan seperti guru yang mengarahkan dan

dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu menghadapi kenyataan. Di

sini, terapis sebagai fasilitataor yang membantu. konseli agar bisa menilai tingkah

lakunya sendiri secara realistis.

Page 17: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendekatan Realitas adalah suatu standar atau patokan obyektif, yang menjadi

kenyataan atau realitas yang harus diterima. Realitas atau kenyataan itu dapat

berwujud suatu realitas praktis, realitas sosial, atau realitas moral. Yang paling

sering disoroti pada seseorang adalah tingkah lakunya yang nyata. Tingkah laku

itu dievaluasi menurut kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan realitas yang ada,

dengan menitikberatkan tanggung jawab yang dipikul setiap orang untuk

berprilaku sesuai dengan realitas yang dihadapi.

B. Saran

Bertanggung jawab merupakan hasil dari aneka usaha belajar memenuhi

kebutuhan kitadalam realita hidup, yang menghadapkan kita pada norma-norma

realitas, adat istiadat sosial, nilai-nilai kehidupan, serta pembatasan gerak-gerik

yang lain. Oleh karena itu janganlah kita memiliki keinginan bertindak sesuka

hati, hendaklah kita menunjukkan tingkah laku yang tepat dan menghindari

tingkah laku yang salah. Tugas kita sebagai seorang konselor hendaklah

membantu dalam proses konseling untuk menilai tingkah laku klien dari sudut

bertindak secara bertanggung jawab. Dengan demikian, proses konseling akan

menjadi pengalaman belajar menilai diri sendiri dan, dimana perlu, menggantikan

tingkah laku yang keliru dengan tingkah laku yang tepat.

Page 18: Web viewAdapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui ... Teori Kontrol, Konsep 3R, Proses ... menekankan pengungkapan konflik-konflik tak sadar melalui

DAFTAR PUSTAKA

http://bimbingannews.blogspot.com/2012/12/pendekatan-konseling-realistis.html

 Latipun. 2003. Psikologi Konseling. Malang : Universitas Muhammadiyah             Malang.Corey. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. (Semarang

press,1995,SEMARANG)